2

7
A. ANATOMI URETRA1,3,5,6 Uretra adalah saluran yang dimulai dari orifisium uretra interna dibagian buli-buli sampai orifisium uretra eksterna glands penis, dengan panjang yang bervariasi. Uretra pria dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian anterior dan bagian. B. DEFINISI Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada dindingnya. C. ETIOLOGI Striktur uretra dapat terjadi pada 1. Kelainan Kongenital, misalnya kongenital meatus stenosis, klep uretra posterior 2. Operasi rekonstruksi dari kelainan kongenital seperti hipospadia, epispadia 3. Trauma, misalnya fraktur tulang pelvis yang mengenai uretra pars membranasea; trauma tumpul pada selangkangan (straddle injuries) yang mengenai uretra pars bulbosa, dapat terjadi pada anak yang naik sepeda dan kakinya terpeleset dari pedal sepeda sehingga jatuh dengan uretra pada bingkai sepeda pria; trauma langsung pada penis; instrumentasi transuretra yang kurang hati-hati (iatrogenik) seperti pemasangan kateter yang kasar, fiksasi kateter yang salah.

description

striktur uretra

Transcript of 2

Page 1: 2

A. ANATOMI URETRA1,3,5,6

Uretra adalah saluran yang dimulai dari orifisium uretra interna dibagian buli-buli

sampai orifisium uretra eksterna glands penis, dengan panjang yang bervariasi. Uretra pria

dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian anterior dan bagian.

B. DEFINISI

Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada dindingnya.

C. ETIOLOGI

Striktur uretra dapat terjadi pada

1. Kelainan Kongenital, misalnya kongenital meatus stenosis, klep uretra posterior

2. Operasi rekonstruksi dari kelainan kongenital seperti hipospadia, epispadia

3. Trauma, misalnya fraktur tulang pelvis yang mengenai uretra pars membranasea;

trauma tumpul pada selangkangan (straddle injuries) yang mengenai uretra pars bulbosa,

dapat terjadi pada anak yang naik sepeda dan kakinya terpeleset dari pedal sepeda sehingga

jatuh dengan uretra pada bingkai sepeda pria; trauma langsung pada penis; instrumentasi

transuretra yang kurang hati-hati (iatrogenik) seperti pemasangan kateter yang kasar, fiksasi

kateter yang salah.

4. Post operasi, beberapa operasi pada saluran kemih dapat menimbulkan striktur

uretra, seperti operasi prostat, operasi dengan alat endoskopi.

5. Infeksi, merupakan faktor yang paling sering menimbulkan striktur uretra, seperti

infeksi oleh kuman gonokokus yang menyebabkan uretritis gonorrhoika atau non gonorrhoika

telah menginfeksi uretra beberapa tahun sebelumnya namun sekarang sudah jarang akibat

pemakaian antibiotik, kebanyakan striktur ini terletak di pars membranasea, walaupun juga

terdapat pada tempat lain; infeksi chlamidia sekarang merupakan penyebab utama tapi dapat

dicegah dengan menghindari kontak dengan individu yang terinfeksi atau menggunakan

kondom.

Page 2: 2

D. PATOFISIOLOGI

Struktur uretra terdiri dari lapisan mukosa dan lapisan submukosa. Lapisan mukosa

pada uretra merupakan lanjutan dari mukosa buli-buli, ureter dan ginjal. Mukosanya terdiri

dari epitel kolumnar, kecuali pada daerah dekat orifisium eksterna epitelnya skuamosa dan

berlapis. Submukosanya terdiri dari lapisan erektil vaskular. Apabila terjadi perlukaan pada

uretra, maka akan terjadi penyembuhan cara epimorfosis, artinya jaringan yang rusak diganti

oleh jaringan lain (jaringan ikat) yang tidak sama dengan semula.

Jaringan ikat ini menyebabkan hilangnya elastisitas dan memperkecil lumen uretra, sehingga

terjadi striktur uretra.

E. DERAJAT PENYEMPITAN URETRA

Sesuai dengan derajat penyempitan lumennya, striktur uretra dibagi menjadi tiga

tingkatan, yaitu derajat:

1. Ringan : jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen uretra

2. Sedang: jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan ½ diameter lumen uretra

3. Berat : jika terdapat oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra

Pada penyempitan derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus

spongiosum yang dikenal dengan spongiofibrosis.

F. GEJALA KLINIS

Gejala dari striktur uretra yang khas adalah pancaran buang air seni kecil dan

bercabang. Gejala yang lain adalah iritasi dan infeksi seperti frekuensi, urgensi, disuria,

inkontinensia, urin yang menetes, kadang-kadang dengan penis yang membengkak, infiltrat,

abses dan fistel. Gejala lebih lanjutnya adalah retensi urine.

G. PEMERIKSAAN

1. Pemeriksaan Fisik

Anamnesa:

Untuk mencari gejala dan tanda adanya striktur uretra dan juga mencari penyebab striktur

uretra.

Page 3: 2

Pemeriksaan fisik dan lokal: Untuk mengetahui keadaan penderita dan juga untuk meraba

fibrosis di uretra, infiltrat, abses atau fistula.

2. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Urin dan kultur urin untuk mengetahui adanya infeksi

Ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal

Uroflowmetri

Uroflowmetri adalah pemeriksaan untuk menentukan kecepatan pancaran urin.

Volume urin yang dikeluarkan pada waktu miksi dibagi dengan lamanya proses miksi.

Kecepatan pancaran urin normal pada pria adalah 20 ml/detik dan pada wanita 25 ml/detik.

Bila kecepatan pancaran kurang dari harga normal menandakan ada obstruksi.

Radiologi

Diagnosa pasti dibuat dengan uretrografi, untuk melihat letak penyempitan dan

besarnya penyempitan uretra. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai panjang striktur

adalah dengan membuat foto bipolar sistouretrografi dengan cara memasukkan bahan kontras

secara antegrad dari buli-buli dan secara retrograd dari uretra. Dengan pemeriksaan ini

panjang striktur dapat diketahui sehingga penting untuk perencanaan terapi atau operasi.

Instrumentasi

Pada pasien dengan striktur uretra dilakukan percobaan dengan memasukkan kateter

Foley ukuran 24 ch, apabila ada hambatan dicoba dengan kateter dengan ukuran yang lebih

kecil sampai dapat masuk ke buli-buli. Apabila dengan kateter ukuran kecil dapat masuk

menandakan adanya penyempitan lumen uretra.

Uretroskopi

Untuk melihat secara langsung adanya striktur di uretra. Jika diketemukan adanya

striktur langsung diikuti dengan uretrotomi interna (sachse) yaitu memotong jaringan fibrotik

dengan memakai pisau sachse.

Page 4: 2

H. DIAGNOSIS

Diagnosis striktur uretra dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik. Diagnosis pasti

striktur uretra didapat dari pemeriksaan radiologi, tentukan lokasi dan panjang striktur serta

derajat penyempitan dari lumen uretra

I. PENATALAKSANAAN

Striktur uretra tidak dapat dihilangkan dengan jenis obat-obatan apapun.10 Pasien

yang datang dengan retensi urin, secepatnya dilakukan sistostomi suprapubik untuk

mengeluarkan urin, jika dijumpai abses periuretra dilakukan insisi dan pemberian antibiotika.

Pengobatan striktur uretra banyak pilihan dan bervariasi tergantung panjang dan

lokasi dari striktur, serta derajat penyempitan lumen uretra.

Tindakan khusus yang dilakukan terhadap striktur uretra adalah:

1. Bougie (Dilatasi)

Sebelum melakukan dilatasi, periksalah kadar hemoglobin pasien dan periksa adanya

glukosa dan protein dalam urin. Tersedia beberapa jenis bougie (Gbr.4F). Bougie bengkok

merupakan satu batang logam yang ditekuk sesuai dengan kelengkungan uretra pria; bougie

lurus, yang juga terbuat dari logam, mempunyai ujung yang tumpul dan umumnya hanya

sedikit melengkung; bougie filiformis mempunyai diameter yang lebih kecil dan terbuat dari

bahan yang lebih lunak.

Berikan sedatif ringan sebelum memulai prosedur dan mulailah pengobatan dengan

antibiotik, yang diteruskan selama 3 hari. Bersihkan glans penis dan meatus uretra dengan

cermat dan persiapkan kulit dengan antiseptik yang lembut. Masukkan gel lidokain ke dalam

uretra dan dipertahankan selama 5 menit. Tutupi pasien dengan sebuah duk lubang untuk

mengisolasi penis.

Apabila striktur sangat tidak teratur, mulailah dengan memasukkan sebuah bougie

filiformis; biarkan bougie di dalam uretra dan teruskan memasukkan bougie filiformis lain

sampai bougie dapat melewati striktur tersebut (Gbr.3A-D). Kemudian lanjutkan dengan

dilatasi menggunakan bougie lurus (Gbr.3E).

Apabila striktur sedikit tidak teratur, mulailah dengan bougie bengkok atau lurus

ukuran sedang dan secara bertahap dinaikkan ukurannya. Dilatasi dengan bougie logam yang

Page 5: 2

dilakukan secara hati-hati. Tindakan yang kasar tambah akan merusak uretra sehingga

menimbulkan luka baru yang pada akhirnya menimbulkan striktur lagi yang lebih berat.

Karena itu, setiap dokter yang bertugas di pusat kesehatan yang terpencil harus dilatih dengan

baik untuk memasukkan bougie. Penyulit dapat mencakup trauma dengan perdarahan dan

bahkan dengan pembentukan jalan yang salah (false passage). Perkecil kemungkinan

terjadinya bakteremi, septikemi, dan syok septic dengan tindakan asepsis dan dengan

penggunaan antibiotik.

2. Uretrotomi interna

Tindakan ini dilakukan dengan menggunakan alat endoskopi yang memotong jaringan

sikatriks uretra dengan pisau Otis atau dengan pisau Sachse, laser atau elektrokoter.

Otis uretrotomi dikerjakan pada striktur uretra anterior terutama bagian distal dari pendulans

uretra dan fossa navicularis, otis uretrotomi juga dilakukan pada wanita dengan striktur

uretra.

Indikasi untuk melakukan bedah endoskopi dengan alat Sachse adalah striktur uretra anterior

atau posterior masih ada lumen walaupun kecil dan panjang tidak lebih dari 2 cm serta tidak

ada fistel, kateter dipasang selama 2-3 hari pasca tindakan. Setelah pasien dipulangkan,

pasien harus kontrol tiap minggu selama 1 bulan kemudian 2 minggu sekali selama 6 bulan

dan tiap 6 bulan sekali seumur hidup. Pada waktu kontrol dilakukan pemeriksaan

uroflowmetri, bila pancaran urinnya.