2

4
2. DIAGNOSIS EPIDEMIOLOGI HIV Saat ini diperkirakan ada 5 – 10 juta orang pengidap HIV (Human Immuno Deficeincy Virus) yang belum menunjukkan gejala apapun tetapi potensial sebagai sumber penularan. Di samping itu telah dilaporkan adanya lebih kurang 100.000 orang penderita AIDS dan 300.000 – 500.000 orang penderita ARC (AIDS Related Complex) sampai 1 Maret 1989 telah dilaporkan 141.000 kasus AIDS ke WHO oleh 145 negara. AIDS adalah suatu penyakit yang sangat berbahaya karena mempunyai Case Fatality Rate 100 % dalam 5 tahun, artinya dalam waktu 5 tahun setelah diagnosis AIDS ditegakkan, semua penderita akan meninggal. Pada populasi normal Adult Mortality Rate adalah 50/10.000 bila seroprevalensi infeksi HIV adalah 10 % maka dalam 5 tahun mendatang Adult Mortality Rate ini akan meningkat dua kali menjadi 100/10.000. 2001 digitalized by USU digital libary Berdasarkan data yang dikumpulkan sampai 3 Maret 1998, infeksi HIV/AIDS telah menyebar di 22 propinsi yaitu Daerah Istimewa Aceh 1 penderita, Sumatera Utara 25 penderita, Sumatera Barat 1 penderita, Riau 70 penderita, Sumatera Selatan 26 penderita, DKI Jakarta 181 penderita, Jawa Barat 19 penderita, Jawa Tengah 14 penderita, DI Yogyakarta 5 penderita, Jawa Timur 43 penderita, Kalimantan Barat 4 penderita, Kalimantan Tengah 4 penderita, Kalimantan Selatan 3 penderita, Kalimantan Timur 8 penderita, Sulawesi Utara 3 penderita, Sulawesi Selatan 4 pnederita, Bali 43 penderita, NTB 2 penderita, NTT 1 penderita, Maluku 16 penderita, Irian Jaya 137 penderita, Timor-Timor 1 penderita. Distribusi umur penderita AIDS di AS,

description

n

Transcript of 2

2. DIAGNOSIS EPIDEMIOLOGI HIV

Saat ini diperkirakan ada 5 10 juta orang pengidap HIV (Human Immuno Deficeincy Virus) yang belum menunjukkan gejala apapun tetapi potensial sebagai sumber penularan. Di samping itu telah dilaporkan adanya lebih kurang 100.000 orang penderita AIDS dan 300.000 500.000 orang penderita ARC (AIDS Related Complex) sampai 1 Maret 1989 telah dilaporkan 141.000 kasus AIDS ke WHO oleh 145 negara. AIDS adalah suatu penyakit yang sangat berbahaya karena mempunyai Case Fatality Rate 100 % dalam 5 tahun, artinya dalam waktu 5 tahun setelah diagnosis AIDS ditegakkan, semua penderita akan meninggal. Pada populasi normal Adult Mortality Rate adalah 50/10.000 bila seroprevalensi infeksi HIV adalah 10 % maka dalam 5 tahun mendatang Adult Mortality Rate ini akan meningkat dua kali menjadi 100/10.000. 2001 digitalized by USU digital libary Berdasarkan data yang dikumpulkan sampai 3 Maret 1998, infeksi HIV/AIDS telah menyebar di 22 propinsi yaitu Daerah Istimewa Aceh 1 penderita, Sumatera Utara 25 penderita, Sumatera Barat 1 penderita, Riau 70 penderita, Sumatera Selatan 26 penderita, DKI Jakarta 181 penderita, Jawa Barat 19 penderita, Jawa Tengah 14 penderita, DI Yogyakarta 5 penderita, Jawa Timur 43 penderita, Kalimantan Barat 4 penderita, Kalimantan Tengah 4 penderita, Kalimantan Selatan 3 penderita, Kalimantan Timur 8 penderita, Sulawesi Utara 3 penderita, Sulawesi Selatan 4 pnederita, Bali 43 penderita, NTB 2 penderita, NTT 1 penderita, Maluku 16 penderita, Irian Jaya 137 penderita, Timor-Timor 1 penderita. Distribusi umur penderita AIDS di AS, Eropa dan Afrika tidak berbeda jauh, kelompok terbesar berada pada umur 30 39 tahun, dan menurun pada kelompok umur yang lebih besar dan lebih kecil. Hal ini membuktikan bahwa transmisi seksual baik homo maupun heteroseksual merupakan pola transmisi utama. Mengingat masa inkubasi AIDS yang berkisar dari 5 tahun ke atas, maka infeksi terbesar terjadi pada kelompok umur muda/seksual paling aktif yaitu 20 30 tahun. Rasio jenis kelamin pria, wanita di negara pola I adalah 10 15 : 1 karena sebagian besar penderita adalah kaum homoseksual, sedangkan di negara-negara pola II, rasio ini adalah 1 : 1. Perbandingan antara penderita dari daerah urban (perkotaan) dan rural (pedesaan) umumnya lebih tinggi di daerah urban, karena di kota lebih banyak dilakukan promiskuitas (hubungan seksual dengan banyak mitra seksual), maka kelompok masyarakat berisiko tinggi adalah kelompok masyarakat yang melakukan promiskuitas, yaitu kaum homoseksual termasuk kelompok biseksual, heteroseksual, dan penyalahguna narkotik suntik, serta penerima transfusi darah termasuk penderita hemofili dan penyakit-penyakit darah, anak dan bayi yang lahir dari ibu pengidap HIV. Kelompok homoseksual (termausk biseksual) kelompok ini termasuk kelompok terbesar pengidap HIV di Amerika Serikat. Prevalensi infeksi HIV dikalangan ini terus meningkat dengan pesat. Di San Fransisco pada tahun 1978, hanya 4 % kaum homoseksual diperkirakan mengidap HIV, 3 tahun kemudian angka ini bertambah menjadi 24 %, 8 tahun kemudian menjadi 80 % dan pada saat ini telah menjadi 100 %. Di London pada tahun 1982, hanya 3,7 % kaum homoseksual mengidap HIV, 3 tahun kemudian menjadi 21 % saat ini telah lebih dari 35 % sehingga diperkirakan pada tahun 1990 menjadi 100 %. Kelompok heteroseksual, kelompok ini di Afrika merupakan kelompok utama dimana homoseksualitas tidak populer. Saat AIDS pertama kali dideteksi pada kaum homoseksual di negara-negara maju, pola hubungan heteroseksual belum menjadi perhatian. Saat ini 4 % kasus AIDS berasal dari kelompok ini. Jumlah ini terus meningkat sehingga diramalkan akan terjadi epidemi AIDS kedua pada kaum heteroseksual. Sebagai perbandingan keadaan di Amerika Serikat dan Afrika, maka dapat diperbandingkan dari para penderita penyakit menular seksual heteroseksual yang berobat ke rumah sakit, persentase penderita dengan infeksi HIV di AS adalah 0 3,4 %, sedangkan di Afrika adalah 18 29 %. Demikian pula dengan sero-prevalensi HIV pada kaum laki-laki dan wanita hamil di Amerika Serikat berkisar pada angka 2 %, sedangkan di Afrika sampai 18 %. Dari data-data ini terlihat bahwa kelompok heteroseksual lebih menonjol di Afrika. Pernah ada anggapan bahwa AIDS berasal dari pedalaman Afrika dengan pola penyebaran heteroseksual. Dari penelitian akhir-akhir ini ternyata prevalensi di daerah urban tetap lebih besar daripada di pedesaan sehingga anggapan tersebut adalah tidak benar. Prevalensi di kalangan WTS di beberapa tempat di Afrika Barat adalah 20 88 % sedangkan di Eropa dan Amerika Serikat berkisar antara 0 30 %. Kelompok heteroseksual risiko tinggi ini di Indonesia adalah para WTS, para pramupijat, pramuria bar dan club malam dan para pelanggannya. Kelompok penyalah guna narkotik suntik, mereka ini menggunakan alat suntik bersama dan sering masih terdapat sisa darah di dalam jarum atau alat suntik. Kelompok ini di Eropa meliputi 11 % dari semua kasus AIDS dan di Amerika Serikat 25 % dari seluruh kasus AIDS. Lingkungan biologis, sosial-ekonomi, budaya, agama sangat menentukan penyebaran AIDS. Lingkungan biologis, adanya riwayat ulkus genitalis, herpes simpleks dan STS (Serum Test 2001 digitalized by USU digital libary for Syphilis) yang positif akan meningkatkan prevalensi infeksi HIV karena luka-luka ini menjadi tempat masuknya HIV. Sel-sel limfosit T4/CD4 yang mempunyai reseptor untuk menangkap HIV akan aktif mencari HIV di luka-luka tersebut dan selanjutnya memasukkan HIV tersebut ke dalam peredaran darah. Faktor biologis lainnya adalah penggunaan obat KB, pada para WTS di Nairobi terbukti bahwa kelompok yang menggunakan obat KB mempunyai prevalensi HIV lebih tinggi. Hal ini memerlukan penelitian lebih lanjut. Faktor sosial, ekonomi, budaya dan agama secara bersama atau sendiri-sendiri sangat berpengaruh terhadap prilaku seksual masyarakat. Bila semua faktor ini menimbulkan permissiveness di kalangan kelompok seksual aktif maka mereka mudah masuk ke dalam keadaan promiskuitas. Walaupun telah diketahui berbagai cara penularan HIV/AIDS, penularan secara seksual adalah yang terbanyak, yaitu 83,3% dari 631 kasus yang dilaporkan. Indonesia dianggap rentan terhadap epidemi HIV/AIDS karena banyak faktor yang mendorong antara lain : adanya prilaku seksual yang berisiko (WTS), kemiskinan, banyaknya pelabuhan yang disinggahi orang asing.