2438-8013-1-PB.docx

13
STUDI KERAGAMAN JENIS LALAT BUAH (BACTROCERA SPP.) PADA PERTANAMAN PEPAYA (CARICA PAPAYA L) DI SIANTAN HULU KECAMATAN PONTIANAK UTARA Sarianawati 1) , Sarbino 2) , Edy Syahputra 2) 1) Mahasiswa, 2) Dosen Fakultas Pertanian ABSTRAK Lalat buah merupakan salah satu hama yang menyerang tanaman pepaya di Siantan Hulu, Pontianak. Hingga kini jenis-jenis lalat buah tersebut belum pernah dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan keragaman lalat buah pada pertanaman tersebut. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pemasangan trapping menggunakan methyl eugenol dan rearing buah yang terserang. Identifikasi lalat buah dilakukan dengan pendekatan karakter morfologi eksternal selanjutnya dibandingkan dengan kunci determinasi. Indeks keragaman lalat buah dihitung dengan indeks keragaman Shannon. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari perangkap diperoleh 3 jenis lalat buah yaitu Bactrocera papayae, B. umbrosa dan B. zonata, sedangkan dari rearing ditemukan satu jenis lalat buah yaitu B. papayae. Indeks keragaman lalat buah sebesar 0,04 (H' < 1,0) dengan B. papayae sebagai jenis lalat buah yang dominan. Kata kunci : Bactrocera, Lalat buah, Methyl eugenol, Pepaya. ABSTRACT Fruit fly is one of the insects pest that attack papayas in Siantan Hulu, a sub district of North Pontianak. Up to now this pests have not been reported. The purpose of this study were to determine the species of fruit fly and their diversity on that field. This study was conducted by using methyl eugenol trapping and rearing the attacked fruit. The fruit fly was identified by external morphology approach then compared with the key determination. The index of fruit fly diversity was calculated by the Shannon diversity index. The results found 3 species of fruit fly, they

description

jbj

Transcript of 2438-8013-1-PB.docx

Page 1: 2438-8013-1-PB.docx

STUDI KERAGAMAN JENIS LALAT BUAH (BACTROCERA SPP.) PADA PERTANAMAN PEPAYA (CARICA PAPAYA L) DI SIANTAN HULU

KECAMATAN PONTIANAK UTARA

Sarianawati1), Sarbino2), Edy Syahputra2)

1)Mahasiswa, 2)Dosen Fakultas PertanianABSTRAK

Lalat buah merupakan salah satu hama yang menyerang tanaman pepaya di Siantan Hulu, Pontianak. Hingga kini jenis-jenis lalat buah tersebut belum pernah dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan keragaman lalat buah pada pertanaman tersebut. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pemasangan trapping menggunakan methyl eugenol dan rearing buah yang terserang. Identifikasi lalat buah dilakukan dengan pendekatan karakter morfologi eksternal selanjutnya dibandingkan dengan kunci determinasi. Indeks keragaman lalat buah dihitung dengan indeks keragaman Shannon. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari perangkap diperoleh 3 jenis lalat buah yaitu Bactrocera papayae, B. umbrosa dan B. zonata, sedangkan dari rearing ditemukan satu jenis lalat buah yaitu B. papayae. Indeks keragaman lalat buah sebesar 0,04 (H' < 1,0) dengan B. papayae sebagai jenis lalat buah yang dominan.

Kata kunci : Bactrocera, Lalat buah, Methyl eugenol, Pepaya.

ABSTRACT

Fruit fly is one of the insects pest that attack papayas in Siantan Hulu, a sub district of North Pontianak. Up to now this pests have not been reported. The purpose of this study were to determine the species of fruit fly and their diversity on that field. This study was conducted by using methyl eugenol trapping and rearing the attacked fruit. The fruit fly was identified by external morphology approach then compared with the key determination. The index of fruit fly diversity was calculated by the Shannon diversity index. The results found 3 species of fruit fly, they were B. papayae, B. umbrosa, and B. zonata from trapping, and one species B. papayae from the rearing. Fruit fly diversity index was 0,04 (H' <1.0) with B. papayae as the dominant species.

Key words : Bactrocera, Fruit fly, Methyl eugenol, Papayas

PENDAHULUAN

Pepaya merupakan salah satu komoditi buah yang dibudidayakan di

Kalimantan Barat, khususnya di Desa Siantan Hulu. Jenis pepaya yang

dikembangkan antara lain: pepaya madu, papaya hawai, pepaya bangkok, dan

pepaya california. Areal tanaman pepaya di Siantan Hulu pada tahun 2007 seluas

80 ha hingga tahun 2010 turun menjadi 58 ha ( Dinas Pertanian Perikanan dan

Kehutanan, 2010).

Page 2: 2438-8013-1-PB.docx

Budidaya pepaya di Siantan Hulu memiliki potensi yang cukup besar,

karena permintaan pasar yang cukup besar baik pasar lokal maupun luar daerah.

Di dalam budidaya pepaya tersebut ada kendala yaitu dengan adanya serangan

organisme pengganggu tanaman (OPT), salah satunya adalah hama lalat buah

(Bactrocera spp). Lalat buah (Bactrocera spp) merupakan salah satu hama yang

banyak menimbulkan kerugian pada tanaman hortikultura. Hama ini terdapat

hampir di seluruh kawasan Asia-Pasifik, dan diketahui dapat menyerang lebih dari

26  jenis buah-buahan dan sayuran (Siwi dkk, 2006).

Sistem budidaya yang kurang optimal memicu timbulnya serangan hama

lalat buah. Petani pepaya di Siantan Hulu umumnya membiarkan tanaman pepaya

tersebut tanpa dilakukan pemeliharaan yang intensif. Pengendalian lalat buah

yang dilakukan oleh petani biasanya menggunakan pestisida. Penggunaan

pestisida yang berlebihan dapat mengakibatkan peningkatan biaya produksi,

resiko kesehatan petani dan konsumen, serta kerusakan lingkungan. Penelitian ini

bertujuan untuk mengidentifikasi jenis lalat buah dan keragamannya pada

pertanaman pepaya di Siantan Hulu Kecamatan Pontianak Utara. Hasil penelitian

ini diharapkan dapat menjadi data base lalat buah di Kalimantan Barat.

METODE PENELITIAN

Pengambilan spesimen dilakukan di pertanaman pepaya di Siantan Hulu

dan dilanjutkan identifikasi di Laboratorium HPT (Hama Penyakit Tanaman)

Fakultas Pertanian Untan. Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu 3 bulan, mulai

dari November 2011- Januari 2012.

1. Penentuan Lokasi

Penelitian ini menggunakan metode survei, berbasis pada komoditas

tanaman pepaya yang ada di Siantan Hulu dengan luas areal sekitar 58 Ha.

Kemudian dipilih 10 lahan untuk dijadikan lokasi penelitian dengan mencatat

vegetasi tanaman lain di sekitarnya.

2. Pelaksanaan penelitian

a. Trapping

Perangkap dipasang pada pohon atau tangkai daun yang kuat dengan

kondisi ternaungi pada pohon yang terpilih, dalam satu lokasi perangkap

dipasang sedemikian rupa sehingga dapat memperbesar peluang

Page 3: 2438-8013-1-PB.docx

diperolehnya lalat buah. Pada setiap pohon dipasang 2 perangkap pada

pohon dengan ketinggian 1-3 meter dari tanah diantara bagian tengah

hingga atas kanopi. Perangkap dipasang pada waktu pagi hari dan diambil

kembali dalam waktu 3 hari setelah pemasangan.

Perangkap diambil dari pohon kemudian, (lubang masuk) ditutup agar

lalat buah tidak dapat keluar dari perangkap. Perangkap dibawa ke

laboratorium kemudian lalat buah dimasukan kedalam botol pembunuh.

Setelah mati lalat buah dimasukan ke Petridis untuk dikeringkan di dalam

oven dengan suhu 60o C selama 3 hari. Kemudian dilakukan identifikasi.

b. Host Rearing

Host rearing dilakukan dengan cara mengumpulkan buah yang

terserang oleh lalat buah kemudian ditempatkan pada tempat pemeliharaan

berupa gelas plastik berisi pasir kering sampai muncul imago. Imago diberi

pakan madu selama tiga hari kemudian imago dimasukan kedalam botol

pembunuh, setelah mati dimasukan kedalam petridis untuk dikeringkan di

dalam oven kemudian diidentifikasi.

c. Identifikasi Lalat Buah

Pelaksanaan identifikasi lalat buah dilakukan dengan menggunakan

bantuan buku Pedoman Identifikasi Lalat Buah. Identifikasi dilakukan

dengan cara melihat morfologi lalat buah di bawah mikroskop dengan

pembesaran 10x meliputi bentuk caput, thorax, abdomen, sayap, maupun

warna. Pustaka rujukan yang digunakan untuk identifikasi antara lain adalah

Suputa. dkk (2006); Pedoman Identifikasi Lalat Buah dan Siwi. dkk. (2006);

Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah Penting di Indonesia

(Diptera:Tephritidae).

d. Parameter Pengamatan

1. Jenis lalat buah

Jenis lalat buah diketahui dengan metode identifikasi, dihitung jenis

individunya, dan difoto.

2. Indeks keragaman lalat buah

Indeks keragaman lalat buah dari trapping dan host rearing dihitung

dengan perhitungan rumus indeks keragaman Shannon (Magurran, 1988).

Page 4: 2438-8013-1-PB.docx

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Jenis Lalat Buah

1. Jenis Lalat Buah Hasil Trapping

Hasil pengamatan yang dilakukan di 10 lahan terhadap lalat buah dengan

menggunakan perangkap, didapat tiga spesies lalat buah yang ada pada

pertanaman pepaya di Siantan Hulu. Jenis-jenis lalat buah yang terperangkap

yaitu: B. papayae, B. umbrosa dan B. zonata.

Table 1. Jenis lalat buah yang terperangkap

B. papayae merupakan jenis lalat buah yang paling banyak ditemukan

yaitu ditemukan pada setiap lahan yang dipasang perangkap. B. umbrosa

ditemukan pada lahan II, IV, V, VIII, dan X dengan jumlah total sebanyak 9 ekor.

B. zonata ditemukan pada lahan I, VII, IX dengan jumlah total sebanyak 5 ekor.

Jenis lalat buah yang paling banyak didapat adalah dari perangkap yang di

pasang pada lahan VIII. Perangkap yang dipasang pada lahan VIII ditemukan B.

papayae berjumlah 464 ekor, dan B. umbrosa berjumlah 1 ekor. Pada lahan VIII

jumlah lalat buah paling besar dikarenakan pada lahan VIII jarak antara lahan

pertanaman pepaya yang tidak dijadikan sampel berdekatan. Hal ini

memungkinkan lalat buah dari pertanaman lain tertarik dengan bau methyl

eugenol yang dipasang pada lahan VIII. Methyl eugenol dapat menarik lalat buah

jantan hingga jarak 100 m dan lalat buah termasuk serangga yang kuat terbang,

lalat buah jantan mampu terbang 4-15 mil (6,44-24,14 km) tergantung pada

kecepatan dan arah angin (Kalie, 1999).

Jumlah lalat buah yang paling sedikit terperangkap yaitu pada lahan X, B.

papayae berjumlah 38 ekor dan B. umbrosa berjumlah 3 ekor. Lalat buah pada

lahan X jumlahnya sedikit hal ini disebabkan pada lahan X tanaman pepaya tidak

terlalu banyak dan pada saat pemasangan perangkap petani membakar lahan di

sekitar tanaman pepaya hal ini memungkinkan lalat buah pergi dari lahan tersebut

SpesiesLahan

JumlahI II III IV V VI VII VIII IX X

B. papayae 82 233 275 393 226 353 301 464 299 38 2664

B. umbrosa 0 1 0 2 2 0 0 1 0 3 9

B. zonata 2 0 0 0 0 0 2 0 1 0 5

Jumlah 84 234 275 395 228 353 303 465 300 41 2678

Page 5: 2438-8013-1-PB.docx

karena terkena asap dari pembakaran lahan. Tujuan pengasapan adalah untuk

mengusir lalat buah yang datang ke pertanaman dengan cara membakar

serasah/jerami sampai menjadi bara yang cukup besar, kemudian dimatikan dan di

atasnya diletakkan dahan kayu yang tidak terlampau kering. Pengasapan di sekitar

pohon ini dapat mengusir lalat buah dan efektif selama 3 hari. Pengasapan selama

13 jam diinformasikan dapat membunuh lalat buah (Deptan, 2007).

Pengamatan yang dilakukan dari 10 lahan B. papayae jumlahnya paling

besar yaitu 2664 ekor. B. papayae jumlahnya lebih besar dibandingkan jenis

Bactrocera lainnya karena tanaman pepaya merupakan inang dari Bactrocera

tersebut. B. umbrosa dan B. zonata jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan

B. papayae hal ini kemungkinan kedua Bactrocera tersebut bukan berasal

dari/menyerang tanaman pepaya melainkan berasal dari tanaman lain yang ada

disekitar lokasi penelitian. Disekitar lokasi penelitian terdapat tanaman nangka

dan kluwih yang merupakan inang dari B. umbrosa dan tanaman jambu yang

merupakan inang dari B. zonata. Meskipun perangkap dipasang pada satu jenis

tanaman tidak tertutup kemungkinan mampu menarik lalat buah pada tanaman

lain disekitarnya (Setyawan, 2008).

2. Jenis Lalat Buah Hasil Host Rearing

Hasil host rearing dilakukan terhadap buah pepaya yang telah busuk baik

yang masih ada di pohon maupun yang sudah gugur. Jenis dan imago dari sampel

buah yang dikumpukan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis lalat buah hasil host rearing

Hasil host rearing dari 10 lahan didapat hanya 1 jenis lalat buah yaitu B.

papayae, sedangkan B. umbrosa dan B. zonata tidak ditemukan pada host rearing

hanya terdapat pada perangkap yang dipasang. Hal ini memungkinkan bahwa

kedua Bactrocera tersebut bukan berasal dari tanaman pepaya melainkan dari

tanaman lain. Hal ini berkaitan juga dengan sifat kompetisi lalat buah yang mana

SpesiesLahan

JumlahI II III IV V VI VII VIII IX X

B. papayae 53 47 30 40 20 68 28 53 44 12 395

Jumlah 53 47 30 40 20 68 28 53 44 12 395

Page 6: 2438-8013-1-PB.docx

lalat buah spesies lain tidak akan menyerang apabila sudah ditempati oleh spesies

lain (Aksomo, 2010).

B. Keragaman Jenis Lalat Buah

Keragaman jenis lalat buah dihitung dengan menggunakan perhitungan

rumus indeks keragaman Shanon dapat dilihat pada Tabel 3.

Table 3. keragaman jenis lalat buah yang terperangkap

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus indeks keragaman

Shannon di dapat indeks keragaman sebesar 0,04, dalam kriteria keragaman pada

rumus tersebut apabila H' < 1, 0 tingkat keanekaragaman rendah, maka

keragaman jenis pada komunitas tersebut juga rendah hal ini dapat dilihat dari

jumlah lalat buah yang ditemukan hanya ada 3 jenis yang didapat dari perangkap

dan hasil host rearing hanya didapat B. papayae. Vegetasi pada lokasi penelitian

relatif sedikit, tanaman pepaya merupakan jenis tanaman yang mendominasi,

tanaman lain hanya merupakan tanaman sampingan dan tidak semua lahan

ditanami tanaman tersebut. Petani lebih banyak menanam tanaman kunyit untuk

tanaman sampingan yang bukan merupakan inang dari lalat buah.

Keanekaragaman tanaman inang di suatu daerah berpengaruh terhadap keragaman

spesies lalat buah di daerah tersebut (Novotny. dkk, 2005).

C. Dominansi Jenis Lalat Buah

Jenis lalat buah yang dominan pada tanaman pepaya di Siantan hulu, dapat

di lihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Dominansi Lalat Buah

Spesies Ni Pi ln pi pi ln pi H’

B. papayae 266 0,994772218 -0,005241494 -0,005214092

B. umbrosa 9 0,003360716 -5,695600949 -0,019141297

B. zonata 5 0,001867064 -6,283387614 -0,011731486

0,04

Spesies Indeks Dominansi

B. papayae 99,45%

B. umbrosa 0,35%

B. zonata 0,2%

Page 7: 2438-8013-1-PB.docx

Hasil perhitungan indeks dominansi didapat nilai B. papayae 99,45%, B.

umbrosa 0,35%, dan B. zonata 0,2%. Jumlah keseluruhan jenis lalat buah, di

dominasi oleh B. papayae. Hal ini disebabkan karena tanaman pepaya merupakan

inang dari B. papayae. Menurut White dan Hancock (1997) dalam Muryati, dkk

(2004) B. papayae mempunyai inang tanaman pisang, mangga, pepaya, eugenia

uniflora, kolang-kaling, belimbing, cabe, jambu biji, nangka, duku, jambu bol,

markisa, rambai, rambutan, sawo, sirsak, jeruk manis, dan terong. B. umbrosa dan

B. zonata dominansi lebih sedikit hal ini disebabkan pepaya bukan merupakan

inang dari kedua jenis lalat buah tersebut. B. umbrosa biasa menyerang buah

nangka, cempedak, serta kluwih, sedangkan B. zonata mempunyai inang mangga,

jambu, jeruk, delima (Bronson, 2010).

Jumlah lalat buah yang ditemukan di lokasi penelitian sangat berkaitan

dengan kelimpahan buah di lapangan. Menurut Soesilohadi (2002), tanaman

inang yang buahnya berfluktuasi secara musiman mempunyai peran penting

sebagai faktor pembatas bagi jumlah populasi lalat buah oleh adanya kompetisi,

akan tetapi sebaliknya kompetisi menjadi tidak berperan dalam membatasi

populasi lalat buah bilamana buah atau pakan tersedia secara berlimpah sepanjang

tahun.

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pada pertanaman pepaya di Siantan Hulu terdapat tiga spesies lalat buah

yaitu, B. papayae 99,45%, B. umbrosa 0,35%, dan B. zonata 0,2%, dan

lalat buah yang menyerang buah pepaya adalah B. papayae.

2. Indeks keragaman H' = 0,04 dengan B. papayae sebagai lalat buah yang

dominan.

B. Saran

Serangan hama lalat buah pada tanaman pepaya dapat dikendalikan

dengan teknik pengendalian hama terpadu (PHT) antara lain dengan

pemasangan perangkap dengan menggunakan ME, pengasapan dan sanitasi di

sekitar tanaman pepaya.

Page 8: 2438-8013-1-PB.docx

DAFTAR PUSTAKA

Aksomo, T.P. 2010. Inventarisasi Spesies Lalat Buah Pada Komoditas Jeruk di Sambas. [Skripsi] Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura. Pontianak.

Bronson, C.H. 2010. A Peach Fruit Fly, Bactrocera zonata (Saunders) (Tephritidae). Departemen Florida of Agriculture & Consumer Servis. http://fl-dpi.com/ images/ffpestsbrochure.pdf (akses 20 juni 2011).

Deptan. 2007. Pengenalan Lalat Buah http://ditlin.hortikultura.deptan.go.id (akses 12 januari 2013

Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan. 2010. Data Luas Tanam, Luas Panen, dan Produktifitas Buah-Buahan di Kecamatan Pontianak Utara. Data Statistik Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Kalie, M.B. 1999. Mengatasi Buah Rontok, Busuk, dan Berulat. Penebar Swadaya. Jakarta

Magurran, A.E 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. New Jersey. Princeton University Press.

Muryati, A. Hasyim, dan W. J. de kogel. 2004. Distribusi Spesies Lalat Buah di Sumatera Barat dan Riau. Balai Penelitian Tanaman Buah. Riau.

Novotny. V, Anthony R. C, Richard A. I. D., Salomon. B, dan Barbara C. 2005. Host Specialization and Species Richness of Fruit Flies (Diptera: tephritidae) in a New Guinea Rain Forest. Journal of Tropical ecology 21:67-77.

Setyawan, T.T. 2008. Identifikasi Lalat Buah (Diptera:Tephritidae) Hasil Tangkapan Perangkap Model Stainer Menggunakan Atraktan Methyl Eugenol (ME), Cue Lure (CL) dan Hasil Pengumpulan Buah-Buahan Inang di Wilayah Merauke Papua. Badan Karantina Merauke Papua.

Siwi, S.P. Hidayat dan Suputa. 2006. Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah Penting di Indonesia (Diptera:Tephritidae). Penelitian dan Pengembangan Bioekologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor.

Soesilohadi dan Hidayat. 2002. Dinamika Populasi Lalat Buah, Bactrocera carambolae Drew dan Handcock (Diptera :Tephritidae). Mathematics and Natural Sciences. http://digilib.itb.ac.id (akses 30 mei 2012)

Suputa, Anik K., Merdirena R., Asusilaningtyas U.H., dan Warastin P.M. 2006 Pedoman Identifikasi Lalat Buah. Direktorat Jendral Hortikultura. Jakarta.