2412100035
-
Upload
rodhiatul-isnaini -
Category
Documents
-
view
25 -
download
6
description
Transcript of 2412100035
-
1
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM SISTEM PENGENDALIAN
OTOMATIK P3
Pemrograman Distributed Control System (DCS)
Centum CS 3000 R3 Yokogawa
ACHMAD NIDZAR ALIF
NRP 2412.100.035
ASISTEN
HISKIA JUNANTA GINTING
NRP 2411.100.045
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKA
JURUSAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2015
-
i
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM SISTEM PENGENDALIAN
OTOMATIK P3
Pemrograman Distributed Control System (DCS)
Centum CS 3000 R3 Yokogawa
ACHMAD NIDZAR ALIF
NRP 2412.100.035
ASISTEN
HISKIA JUNANTA GINTING
NRP 2411.100.045
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKA
JURUSAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2015
-
ii
ABSTRAK
Perkembangan teknologi pengendalian menyebabkan
perubahan sistem pengendalian yang digunakan di industri. Saat
ini Distributed Control System (DCS) merupakan salah teknologi
sistem pengendalian yang banyak digunakan di dalam proses
industri. Pengendali PID merupakan pengendali yang terdiri dari
proportional, integral dan derivative. Jika nilai P, I dan D dirubah
maka sistem akan menunjukkan respon yang berbeda tergantung
besarnya koefisien dari ketiga variabel tersebut. Untuk
memperoleh respon sistem yang optimal maka perlu menentukan
nilai P, I, dan D yang tepat. Salah satu caranya dengan metode
trial and error. Oleh karena itu penting dilakukan percobaan
mengenai DCS pada pengendali PID. Dalam percobaan ini
dilakukan simulasi dengan software Yokogawa DCS Centum
CS3000 dengan mengubah nilai P, I dan D sebanyak tiga kali
dengan set point yang berbeda-beda. Dari hasil percobaan didapat
bahwa nilai P, I dan D terbaik yaitu 120, 10 dan 0 dengan set
point 20.
Kata kunci: DCS, PID, Yokogawa Centum CS 3000
-
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena atas karunia-Nya jualah laporan resmi
Praktikum P3 Sistem Pengendalian Otomatik tentang
Pemrograman Distributed Control System Centum CS 3000 R3
Yokogawa ini dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan.
Laporan ini merupakan kewajiban setiap praktikan yang
telah menyelesaikan kegiatan praktikumnya. Laporan resmi ini
berisi penjelasan mengenai DCS Centum 3000 Yokogawa dan
langkah-langkah pemrogramannya. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman satu kelompok
dan juga Mas Rehan selaku asisten praktikum yang telah
memberikan bimbingannya selama kegiatan praktikum hingga
penyusunan laporan resmi ini.
Penulis menyadari bahwa laporan resmi ini masih jauh dari
kata sempurna. Baik dari segi isi maupun bahasa yang digunakan.
Sehingga tidak menutup kemungkinan bagi penulis untuk
menerima kritik maupun saran yang membangun demi
kesempurnaan laporan selanjutnya. Akhir kata, semoga laporan
resmi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umunya dan
penulis pada khususnya.
Surabaya, 10 April 2015
Penulis
-
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
ABSTRAK .............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iii
Daftar Isi .......................................... ! .
Daftar Gambar ................................. ! .
BAB I ...................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 1
1.3 Tujuan .................................................................................... 2
1.4 Manfaat .................................................................................. 2
BAB II ..................................................................................................... 3
2.1 Distributed Control System (DCS) ......................................... 3
BAB III .................................................................................................. 11
3.1 Alat dan Bahan ..................................................................... 11
3.2 Prosedur Percobaan .............................................................. 11
BAB IV .................................................................................................. 21
4.1 Analisa Data ......................................................................... 21
4.2 Pembahasan .......................................................................... 25
BAB V ................................................................................................... 27
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 27
5.2 Saran..................................................................................... 27
-
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Arsitektur DCS Yokogawa .................................... 3
Gambar 2.2 Operator Station pada sebuah industr ..................... 4
Gambar 2.3. FCS tipe FFCS-L ................................................... 5
Gambar 2.4. Function Block ....................................................... 7
Gambar 3.1 ProjectBaru 12 Gambar 3.2 New FIO Node..13 Gambar 3.3 IOM Builder..14 Gambar 3.4 Eror pada IOM Builder14 Gambar 3.5 Function Block.15 Gambar 3.6 Function Block..16 Gambar 4.1 P=100 I=20 D=0.21
Gambar 4.2 P=200 I=20 D=0.22
Gambar 4.3 P=100 I=40 D=0.23
Gambar 4.4 P=100 I=20 D=10...24
Gambar 4.5 P=100 I=20 D=0 (cascade).24
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, bidang industri di Indonesia sedang mengalami
perkembangan yang cukup pesat. Ini ditandai dengan dominasi
sistem automasi pada industri yang menggantikan para pekerja
dalam sistem kontrol, monitoring, hingga bahkan proses
manufacturing secara keseluruhan. Penggunaan sistem automasi
ini lebih dipilih dibanding tenaga kerja manusia karena seiring
waktu, manusia akan merasa jenuh, berkurangnya konsentrasi,
hingga menyebabkan timbulnya human error. Pada industri yang
sudah maju, hal ini hampir tidak dapat ditolelir, oleh karena itu,
penggunaan sistem automasi menjadi pilihan.
Salah satu sistem pengendalian otomatis yang banyak
digunakan di industri saat ini adalah DCS (Distributed Control
System). DCS adalah sebuah sistem kontrol yang biasanya
digunakan pada sistem manufacturing atau proses, dimana
elemen controller/pengendali tidak berada pada sentral sistem
(sebagai pusat) tetapi tersebar di sistem dengan komponen
subsistem di bawah kendali satu atau lebih controller.
Keseluruhan sistem dapat menjadi sebuah jaringan untuk
komunikasi dan monitoring.
Pada praktikum ini dipelajari penggunaan program DCS
Centum Yokogawa. Salah satu manfaat dari program ini yaitu
membantu dalam sistem pengendalian elemen-elemen
manufacturing dalam jumlah banyak, Oleh karena itu,
pengetahuan tentang DCS sangat dibutuhkan, terutama dalam
bidang industri saat ini.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam praktikum ini adalah
sebagai beriku:
a. Apa saja fungsi dari program DCS Centum CS 3000? b. Bagaimna sistem konfigurasi DCS Centum CS 3000? c. Bagaimana dasar pemrograman DCS Centum CS 3000?
-
2
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan ini ialah sebagai berikut :
a. Praktikan dapat mengerti fungsi dari hardware DCS Centum CS 3000 Yokogawa.
b. Praktikan dapat mengerti sistem konfigurasi DCS Centum CS 3000
c. Praktikan dapat mengerti dasar pemrograman Centum CS 3000
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan laporan ini antara lain :
a. Praktikan mengetahui cara penggunaan dan pengaplikasian program DCS.
b. Praktikan dapat mengembangkan penggunaan dari program DCS
-
3
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Distributed Control System (DCS)
Distributed Control System (DCS) merupakan suatu sistem
yang berfungsi untuk mendistribusikan berbagai parameter yang
digunakan untuk mengendalikan berbagai variabel proses dan
unit operasi proses menjadi suatu pengendalian yang terpusat
pada suatu control room yang berfungsi sebagai pengendalian,
monitoring dan optimasi. Pada umumnya DCS terdiri dari
beberapa bagian yang terintegrasi menjadi satu. Secara garis besar
DCS terbagi mencadi 3 bagian yaitu FCS, HIS & EWS dan
Network. Secara umum arsitektur DCS yokogawa centum cs 3000
sebagai berikut:
Gambar 2.1. Arsitektur DCS Yokogawa
Pada gambar diatas FCS (Field Control Station) terhubung
dengan transmitter, control valve serta alat instrumentasi yang
lain yang berfungsi sebagai kontrol proces yang digunakan untuk
mengendalikan variable proces yang akan dikendalikan, HIS
(Human Interface System) merupakan tampilan visual dari
parameter-parameter dari pabrik yang ingin dikendalikan dalam
sebuah layar monitor. EWS (Engineering Work Station) sebuah
personal komputer yang digunakan untuk memperbaiki atau
-
4
menambahkan program pada DCS Yokogawa. Jenis network atau
jaringan yang digunakan dalam DCS Centum 3000 ini
menggunakan teknologi Vnet/IP dengan topologi star. Garis
kuning pada gambar diatas merupakan representasi jalur data
komunikasi dan coklat merepresentasikan jalur data kendali.
2.1.1 HIS (Human Interface Station)
Operator station merupakan tempat dimana user melakukan
pengawasan atau monitoring proses yang berjalan. Operator
station digunakan sebagai interface/antarmuka dari sistem secara
keseluruhan atau biasa juga dikenal dengan kumpulan dari
beberapa HIS (Human Interface Station). Bentuk HIS berupa
komputer biasa yang dapat mengambil data dari control station.
Operator station dapat memunculkan variabel proses, parameter
control, dan alarm yang digunakan user untuk mengambil status
operasi. Operator station juga dapat digunakan untuk
menampilkan trend data, messages, dan data proses.
Gambar 2.2 Operator Station pada sebuah industri
Sumber: (http://www.mapps.l-
3com.com/photo_gallery/pg_LingAoII_DCS.jpg)
2.1.2 FCS (Field Control Station)
-
5
FCS digunakan sebagai kendali proces dari suatu pabrik
dan komunikasi antara FCS dengan instrument yang lain. FCS
generasi baru adalah FFCS-L yang mana komunikasi data dan
kendali data menggunakan teknologi TCP/IP, serta ukuran yang
kecil dibandingkan dengan FCS generaasi sebelumnya, dengan
keunggulan ini FCS yokogawa tipe FFCS-L sudah banyak
menggantikan teknologi sebelumnya. Dibawah ini merupakan
penjelasan bagian dari FCS tipe FFCS-L :
Gambar 2.3. FCS tipe FFCS-L
Gambar 2 menjelaskan spesifikasi dari FCS tipe FFCS_L
yang terdiri: ESB Bus ini digunaka untuk menghubungkan field
control unit dengan module FIO dalam mode localnode (FIO
dekat dari FCS). ESB Bus ini juga digunakan untuk mengekspan
masukan keluaran , dalam satu FCS max menghubungkan 14
FIO.untuk menghubungkan antar FCU atau FIO maka digunakan
ESB Bus Conector sedang untuk mengakhir note baik local atau
remote maka digunakan ESB Bus conector dengan terminator.
Kedua ER Bus ini digunakan untuk menghubungkan FFCS
dengan FIO(Field input output) dalam mode remote note (FIO
jauh dari FCS). ER Bus juga memiliki ER Bus conector dan ER
Bus Conector dengan terminal, untuk mengghubungkan antar ER
Bus yang terpasang di FCU atau FIO digunakan konektor 10 base
2 tipe T.Bagian Ketiga adalah power supply pada FCS tipe ini
menggunakan dua buah power supply, power supply sebelah kiri
-
6
dapat digunakan untuk memberikan tegangan ke processor
sebelah kiri CN1 atau ke unit interface luar, begitu pula
sebaliknya. Kemudian bagian yang keempat adalah processor
module DCS yokogawa tipe FFCS-L ini menggunakan dua buah
processor tipe CP 401 yang bekerja secara redudant. processor
utama merupakan tempat program DCS berada sedangkan
processor ke dua digunakan untuk mengkopi program dari
procesor satu sebagai cadangan.Yang terakhir adalah module
untuk masukan dan keluaran dari field instrument . Pada FCS tipe
FFCS-L banyak sekali module masukan keluaran dan module
antar komunikasi yang digunakan sesuai dengan kebutuhannya.
Module masukan keluaran terbagi menjadi 3bagian: Digital
masukan keluaran ,Analog masukan keluaran dan Komunikasi
masukan keluaran. Sedangkan komponen lain yang wajib
digunakan diluar komponen dari FCS(Field Control Statiom)
Vnet/IP Interface Card mode VI701 dipasang pada sebuah(PC)
Personal Computer digunakan untuk menghubungkan antara PC
yang didalam terdapat program centum dengan perangkat FCS
sebagi HIS (Human Interface Station) centum VP, kemudian
komponen lain yang sering digunakan Vnet Router digunakan
untuk menghubungkan FFCS-L ini dengan FCS yokogawa lain
yang masih menggunakan teknologi 10 base 2 dan 10 base 5 atau
masih berdomain pada teknologi Vnet (komunikasi dengan
menggunakan kabel koaxsial), Pemasanngan Vnet router ini juga
dapat digunakan untuk menghubungkan FCS yang berbeda
domain dan berbeda tipe teknologi komunikasi (Vnet/Ip dan
Vnet).
2.1.2 EWS (Engineering Work Station)
PC ini digunakan untuk melakukan modifikasi dari sistem
yang sudah ada, juga untuk melakukan kegiatan maintenance dari
sistem DCS Centum VP. Bentuk fisiknya sama seperti HIS, yang
membedakan dengan HIS adalah software didalamnya. EWS
dilengkapi dengan BUILDER sebagai window untuk
modifikasi.Selama pekerjaan engineering tidak dilakukan, EWS
dapat berfungsi sebagai HIS dan EWS juga dapat melakukan
-
7
emulasi/ tes fungsi secara virtual.
Pada DCS Yokogawa CS 3000 ini pemrograman algoritma
kontrol menggunakan function blok, dimana setiap blok memiliki
fungsi nya masing-masing, seperti
Gambar 2.4. Function Block
1. Link blok PIO Digunakan sebagai masukan dan keluaran module dari centum CS 3000.
2. PID Digunakan sebagai blok untuk algoritma kontrol PID 3. ST16 Digunakan untuk pemrograman sequential 4. CALCU dan CALCU-L
5. LC64 Digunakan untuk pemrograman logika.
Dan masih banyak lagi yang function blok-blok lain yang
terdapat dalam programcentum 3000 yang digunakan untuk
membuat algoritma kontrol serta monitoring suatu plant.Pada
-
8
DCS Yokogawa memiliki beberapa algoritma pengendalian PID ,
yaitu:
1. Tipe kontrol dasar PID (PID)
Melakukan aksi kontrol proporsional, integral dan derivatif mengikuti perubahan nilai set point.
Bertujuan untuk menghasilkan respon yang cepat terhadap perubahan nilai setpoint.
2. Tipe kontrol PID proporsional PV dan derivatif (I-PD)
Hanya melakukan aksi integral saat nilai setpoint berubah.
Menjamin kestabilan sistem meskipun nilai setpoint berubah secara mendadak.
3. Tipe kontrol PID derivatif PV (PI-D)
Hanya melakukan aksi proporsional dan integral saat nilai setpoint berubah.
Digunakan jika memerlukan respon yang lebih baik terhadap perubahan nilai,seperti blok kontrol hilir
(downstream) pada loop control kaskade
4. Tipe penentuan otomatis
Pada mode kascade (CAS) atau remote kaskade (RCAS), menggunakan tipe kontrol PID derivatif PV (PI-D) agar
dapat lebih baik dalam mengikuti perubahan nilai
setpoint.Pada mode automatis (AUT), menggunakan tipe
kontrol PID proporsional PV dan derivatif (I-PD) untuk
menjaga kestabilan sistem.
5. Tipe penentuan otomatis 2
Pada mode kascade (CAS) menggunakan tipe kontrol PID derivatif PV (PI-D).Pada mode automatis (AUT)
atau remote kaskae (RCAS), menggunakan tipe kontrol
PID proporsional PV dan derivatif (I-PD) untuk menjaga
kestabilan sistem
-
9
Tabel 1. Tabel konfigurasi PID Yokogawa
-
10
Halaman ini memang dikosongkan
-
11
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah sebagai berikut :
Personal Komputer,
Software DCS Centum CS 3000.
3.2 Prosedur Percobaan
Berikut ini merupakan langkah langkah yang dilakukan dalam melakukan pemrograman DCS Centum CS 3000 R3
Yokogawa.
Percobaan yang akan dilakukan pada praktikum ini ada
beberapa tahap, yaitu sebagai berikut :
3.2.1 Membuat Project Baru
System View diaktifkan denga cara klik [start] [All Program] [YOKOGAWA CENTUM] [System View] atau dengan memilih menu [System View] pada menu
[Window Call],
dipilih [file] [Create new] [Project]. Muncul window [Outline]. Data dimasukkan pada kolom User,
Organization, dan Project Information. Diklik OK. Muncul
window [Create New Project]. Kemudian dimasukan data-
data berikut :
-
12
Gambar 3.1 Project Baru
kemudian diklik OK,
muncul window [Create New FCS]. Disetting seperti berikut :
Station type: AFS40D Duplexed Field Control Unit (for
FIO, with Cabinet)
Database Type : General Purpose Domain Number : 1
Station Number : 1
Component / Number : Leave it blank
Station Comment : Leave it blank
Alias of Station : Leave it blank
Station Status Display : Leave it blank
Upper Equipment Name : Leave it blank
Kemudian diklik OK,
muncul window [Create New HIS], Station Type : PC with Operation and monitoring functions
Station Address / Domain Number : 1
Station Address / Station Number : 64
Other items : Leave it blank
kemudian diklik OK. Dipastikan bahwa project yang telah
dibuat sudah terdapat di system view. Folder yang telah
-
13
dibuat dibuka, dipastikan terdapat folter FCS0101 dan
HIS0164 telah dibuat,
3.2.2 Process I/O Definition KFCS Station type : AFS40D Duplexed Field Control Unit
(untuk FIO, dengan kabinet)
Tujuan : untuk menentukan analog I/O unit pasa slot 1, unit 1
Analog I/O Definition
System View diaktifkan dan dipilih [ENGPJT] [FCS0101] [IOM] folder. Diklik kanan pada folder [IOM] Create New Node. Muncul Window [Create New FIO Node]. Kemudian didefinisikan sebagai berikut :
Gambar 3.2 New FIO Node
diklik tombol OK,
dilakukan Klik kanan pada folder [NODE 1] [Create New] [IOM] sehingga muncul [Create New IOM]. definisikan sebagai berikut :
IOM Type / Category : Analog Input/Output
IOM Type / Type : AAB841-S (8-Channel Voltage Input
8-Channel Current Output)
Installation Position / Slot :1
diklik OK dan dipastikan file AABB41-S telah dibuat pada
folder [NODE 1],
-
14
[IOM Builder] diaktifkan dengan cara double klik pada file 1AAB841-S. Kemudian muncul window [IOM Builder]
seperti di bawah :
Gambar 3.3 IOM Builder
selanjutnya diklik icon show/hide detail setting, maka akan muncul data lengkap seperti gambar dibawah. lalu
diketikkan data %%LIT001 pada terminal input dan
%%LCV001 pada terminal output
exit dari IOM Builder atau pada toolbar dengan dipilih [file] save kemudian exit from [IOM Builder]. Setelah file
disimpan maka akan terlihat error yang terjadi seperti
tampak pada gambar dibawah,
-
15
Gambar 3.4 Eror pada IOM Builder
3.2.3 Pembuatan Function Block
System View diaktifkan kemudian pilih folder [ENGPJT] [FCS0101] [ FUNCTION BLOCK] folder. Loop Cascade [DR0001] dibuka,
[Control Drawing Builder] diaktifkan dengan cara double klik pada [DR0001]. Maka [Control Drawing Builder] akan
menampakan window :
Gambar 3.5 Function Block
3.2.4 Drawing dan Editing pada Control Drawing
Window
pengaturan Ukuran panel (Panel Size Setting), Dipilih [Properties] pada menu [File] pada [Control Drawing
Builder]. Pilih tab.[Attribute] dicek apakah ukurannya
[1024 x 686] kemudian klik pada tombol [OK]
pengaturan grid, untuk penggambaran yang mudah, tampilkan grid pada drawing panel. Dipilih [Draw] dari
toolbar kemudian akan nampak dialog [Grid Option],
diklik OK. Muncul tampilan seperti berikut :
-
16
Gambar 3.6 Function Block
pembuatan fungsi blok, simbol blok dibuat pada blok fungsi di Drawing panel.
Kontroler laju aliran/ level [PID] : LIC001
Kontroler diatas dibuat dengan cara :
Dari Toolbar dipilih [Insert] [Function Block] [Select Function Block] akan kelihatan kemudian dipilih
[Regulatory Control Block] [Control ] [PID]. kemudian di klik OK
diklik di titik dimanapun sheet drawing panel menggunakan tombol kiri pada mouse, kemudian simbol
[PID] akan terlihat, tag name LIC001 dimasukkan
kemudian ditekan tombol enter
diklik Tombol Mode. Lalu didouble klik pada simbol blok pada blok fungsi LIC100. [Function Block] akan terlihat
jelas pada sheet. Nilai nilai berikut ini dimasukkan : Tag Comment : Level Controller
Scale / High Limit value : 100.0
Engineering Unit Symbol : liter
Klik pada tombol OK,
-
17
pembuatan I/O Block link, dipilih [Insert] dari Toolbar Tombol [Select Function Block] untuk memunculkan
[Select Function Block] dialog, dipilih [Link Block]
kemudian PIO. Diklik [OK],
dilakukan klik kiri pada drawing panel seperti ditunjukan pada gambar dibawah. Dimasukkan modul elemen nama
masukan [%%LTI001] kemudian tekan Elemen
name for output connection untuk %%LCV001,
pembuatan wiring (pengkabelan), dipilih [Insert] dari Toolbar tombol wiring. Diberikan kabel dari [%%LTI001] sampai [IN] terminal [LIC001], dengan cara
klik kiri posisi 1 dan double klik pada posisi 2. Kemudian
diberikan kabel terminal [OUT] pada LIC001 sampai
terminal [OUT] pada %%LCV001,
simpan materi tersebut dari [File] [Save],
3.2.5 Control Windows Creation
dari system view dipilih folder [ENGPJT] [HIS0164] [WINDOW]. Folder [WINDOW] mempunyai file default
window. Dibuat Cascade Loop pada [CG0001],
didouble klik pada [CG0001] untuk membuka [Graphic Builder]. Panel Graphic Builder akan terlihat seperti
bawah ini :
delapan instrumen akan terbuat secara default, maka digunakan 1 instrumen sebelah kiri. Diklik kiri pada
diagram instrumen yang paling kiri untuk memilih,
kemudian diklik kanan untuk memilih [Properties] dari
menu,
[Instrument Diagram] akan nampak pada window. Masukkan [LIC100] pada kolom tag name. Dilakukan klik
[Apply] dan tombol [OK],
3.2.6 Trend Window Creation (Pembuatan Trend
Window)
dari sistem view dipilih folder [ENGPJT] [HIS0164] [CONFIGURATION]. Folder [CONVIGURATION] akan
dibuat seperti ditunjukan pada gambar berikut,
-
18
pada folder [CONVIGURATION] diklik kiri pada trend block 1 [TR0001] untuk melakukan pemilihan kemudian
klik kanan dan pilih [Properties],
[properties] pada window nampak spesifikasi [Trend Format], [Sampling Period], dan [Trend Block Comment]
pada blok [TR0001] seperti berikut :
Trend Format : Continuous and Rotary Type
Sampling Period :1 Second
Trend Block Comment :1 sec trend-CAS Control
kemudian Klik OK,
aktifkan [Trend Acquisition Pen Assignment Builder] dengan melakukan double klik pada [TR0001] trend block
dari folder [CONFIGURATION]. Panel Builder akan
terlihat seperti gambar dibawah ini :
Spesifikkan trend acquisition pens dari [Group01] seperti
berikut:
Acquisition Data
1. LIC100.SV
2. LIC100.PV
3. LIC100.MV
ketika pengaturan telah selesai, data tersebut disimpan, dari toolbar pilih [File] [Save]. Jika terjadi error, maka keluar dari [Trend Acquisition Pen Assignment Builder],
3.2.7 Confirmation of Operation With Test Function
start up test Function
dari System vies dilpilih folder [ENGPJT] [FCS0101]. Dipilih [Test Function] dari FCS yang terletak pada
Toolbar,
[Dialog] akan nampak pada window. Klik tombol [OK],
wiring operation function (Fungsi Operasi Pengkabelan),
pilih [Wiring Operation] dari [Tools] pada toolbar window [Test Function],
[Wiring Operation-DR0021] akan terlihat pada window, lalu dikonfirmasi bahwa data pada kolom [Lag]. Selain itu
-
19
konfirmasi bahwa data pada masing-masing kolom [Status]
berada pada kondisi ON. Jika ON terdisplay, ini
menunjukkan bahwa operasi wiring sedang berfungsi,
confirmation of operation by operation and monitoring function,
panggil kontrol window [CG0001] dari tombol masukan NAME CG0001 atau dari navigator window,
untuk melihat respon sistem, maka dapat dipanggil plate LIC001.TUN,
keluar dari Test Function, Dipilih dari toolbar [File] [Exit Test Function] dari [Test Function] Window,
akan ditunjukkan dialog box kemudian Klik tombol [OK]. Proses exit akan dimulai
-
20
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
-
21
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Data
Data hasil percobaan didapatkan dengan merubah nilai PID
dengan beberapa variasi. Dengan nilai SV adalah 50% dan nilai
tersebut tetap untuk semua variasi perubahan nilai PID. Berikut
data dan grafik pada setiap variasi perubahan nilai yang nantinya
akan dibandingkan semua percobaan ke percobaan 1.
a. Percobaan 1
Data hasil percobaan dapat dilihat pada gambar 4.1. Pada
gambar tampak bahwa sistem menunjukkan respon seperti
gambar ketika nilai P, I, dan D pada nilai 100, 20, dan 0 dengan
set point 50.
Gambar 4.1 P=100 I=20 D=0
Keterangan
Garis hitam : set point
Garis biru : proccessvariable (PV)
-
22
Garis pink : manipulated variable (MV)
b. Percobaan 2
Data hasil percobaan dapat dilihat pada gambar 4.2. Pada
gambar tampak bahwa sistem menunjukkan respon seperti
gambar ketika nilai P, I, dan D pada nilai 200, 20, dan 0 dengan
set point 50.
Gambar 4.2 P=200 I=20 D=0
Keterangan
Garis hitam : set point
Garis biru : proccessvariable (PV)
Garis pink : manipulated variable (MV)
c. Percobaan 3
Data hasil percobaan dapat dilihat pada gambar 4.3. Pada
gambar tampak bahwa sistem menunjukkan respon seperti
gambar ketika nilai P, I, dan D pada nilai 100, 40, dan 0 dengan
set point 50.
-
23
Gambar 4.3 P=100 I=40 D=0
Keterangan
Garis hitam : set point
Garis biru : proccessvariable (PV)
Garis pink : manipulated variable (MV)
d. Percobaan 4
Data hasil percobaan dapat dilihat pada gambar 4.4. Pada
gambar tampak bahwa sistem menunjukkan respon seperti
gambar ketika nilai P, I, dan D pada nilai 100, 20, dan 10 dengan
set point 50.
-
24
Gambar 4.4 P=100 I=20 D=10
Keterangan
Garis hitam : set point
Garis biru : proccessvariable (PV)
Garis pink : manipulated variable (MV)
e. Percobaan 5 (cascade)
Data hasil percobaan dapat dilihat pada gambar 4.4. Pada
gambar tampak bahwa sistem menunjukkan respon seperti
gambar ketika nilai P, I, dan D pada nilai 100, 20, dan 0 dengan
set point 50 dan control cascade.
-
25
Gambar 4.5 P=100 I=20 D=0 (cascade)
Keterangan
Garis hitam : set point
Garis biru : proccessvariable (PV)
Garis pink : manipulated variable (MV)
4.2 Pembahasan
Nilai P, I, dan D terbaik pada nilai 100, 20, dan 0 dengan
set point 50. Pada gambar 4.1 telihat bahwa sistem memiliki
respon yang cepat, dan tidak terjadi overshooting maupun osilasi.
Dari hasil percobaan maka terlihat bahwa pengendali
proporsional memperngaruhi kecepatan process variable (PV)
mencapai set point (SV). Sedangkan pengendali integral
mempengaruhi lama error. Sementara pengendali derivative
mempengaruhi seberapa besar dan atau lambatnya proses tidak
merespon dengan baik terhadap perubahan keluaran pengendali.
Ketika nilai P dinaikkan maka PV semakin cepat memenuhi PV.
Sementara ketika nilai I dinaikkan maka waktu ketika error
semakin kecil. Sedangkan nilai D tetap nol menjadikan system
lebih baik karena ketika dilakukan variasi nilai D respon sistem
-
26
tidak menjukkan hasil yang optimal atau terjadi osilasi. Hal ini
karena respon level yang cepat terhadap waktu. Jadi dari hasil
simulasi didapat bahwa pengendali PI adalah pengendali yag
tepat pada pengendalian level.
Kendala yang dialami selama percobaan yaitu dalam
mencari nilai P, I, dan D yang tepat. Hal ini karena keterbatasan
dalam metode trial and error sehingga pratikan hanya bisa tahu
nilai P, I dan D yang optimal berdasarkan respon dari simulasi
sehingga diperlukan variasi yang lebih banyak untuk menentukan
nilai P, I dan D yang optimal. Selain itu perubahan nilai P dan I
secara signifikan mempengaruhi respon sistem. Sehingga harus
hati-hati dalam mencari nilai yang tepat. Agar respon sistem cepat
dan tidak terjadi overshooting maupun osilasi. Untuk
memperjelas perbedaan dari respon sistem terhadap nilai P, I dan
D maka sebaiknya nilai set point dirubah menjadi nol terlebih
dahulu kemudian dirubah ke nilai set point yang diharapkan.
Pengendali PID hanya sesuai pada PV yang tidak mengandung
riak (noise) - seperti temperatur sehingga pratikan harus
memahami bagaiman hubungan antara PV dengan pengendali
PID.
-
27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini sebagai berikut.
1. Fungsi dari hardware DCS Centum CS 3000 Yokogawa
adalah untuk menentukan nilai P, I dan D yang paling
optimal sehingga didapat sistem denganrespon yang cepat
dan error yang kecil.
2. Sistem konfigurasi DCS Centum CS 3000 yaitu FCS,HIS
atau EWS.
3. Dasar pemrograman Centum CS 3000 adalah function
block. Function block dapat berupa pengendalian level,
temperatur dan lainnya.
4. Nilai P, I dan D yang menunjukkan hasil yang optimal
masing-masing sebesar 100, 20 dan 0 sehingga
pengendali pada level yang tepat adalah pengendali PI.
5.2 Saran
Saran untuk percobaan ini sebagai berikut.
1. Praktikan sebaiknya membuat berbagai variasi pada nilai
P, I dan D sehingga didapat hasil yang lebih optimal.
2. Sebelum merubah set point, pratikan sebaiknya
merubahnya ke nol sehingga perbedaan respon sistem
dapat teramati lebih jelas.
-
DAFTAR PUSTAKA
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/365/jbptunikompp-
gdlanggajuand-18247-4-babii.pdf
http://leadwise.mediadroit.com/files/7405DCS_PLC_WP.pdf
http://digilib.its.ac.id/public/ITSUndergraduate-
137952406100609-Chapter1.pdf
-
LAMPIRAN
TUGAS KHUSUS
1. Macam macam Protocol
IP (Internet Protocol )
Internet Protocol (IP) adalah metode atau protocol untuk
mengirim data ke internet . Setiap komputer (biasanya di
sebut Host) dalam internet setidaknya harus mempunyai
sebuah alamat IP yang unik yang mengidentifikasikan
computer tersebut terhadap computer lainnya. IP (internet
protocol) berfungsi untuk mentransmisikan paket data dari
node ke node. IP mendahului setiap paket data berdasarkan
4 byte (untuk versi IPv4) alamat tujuan (nomor IP). Internet
authorities menciptakan range angka untuk organisasi yang
berbeda. Organisasi menciptakan grup dengan nomornya
untuk departemen. IP bekerja pada mesin gateaway yang
memindahkan data dari departemen ke organisasi kemudian
ke region dan kemudian ke seluruh dunia.
UDP (User Datagram Protocol)
-
UDP kependekan dari (User Datagram Protocol) yaitu
standar komunikasi jaringan. UDP memiliki ciri yang
berbeda dengan TCP yaitu UDP memiliki jenis koneksi
yang Connectionless oriented yaitu conneksi yang tidak
membutuhkan ACK(acknowledgment) dari destination. Dan
juga UDP memiliki sifat yang tidak reliable maksudnya
yaitu UDP sangat rentan terhadap gangguan pengiriman
data. Contoh pemakaian UDP yaitu untuk protocol email
dan contohnya lagi SMS pada hp.
TCP (Transmission Control Protocol)
TCP adalah standar komuniasi jaringan computer, sekarang
dipakai untuk standar komunikasi internet. TCP adalah
protocol yang memiliki sifat reliable maksudnya dalam
proses pengiriman data sangat terjaga dan juga bersifat
connection oriented yaitu destination tidak akan
menghentikan pengiriman datanya sebelum proses selesai
-
atau tuntas dengan disertai pengiriman
ACK(Acknowledment).
DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol)
DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol) adalah
protokol yang berbasis arsitektur client/server yang dipakai
untuk memudahkan pengalokasian alamat IP dalam satu
jaringan. Sebuah jaringan lokal yang tidak menggunakan
DHCP harus memberikan alamat IP kepada semua
komputer secara manual. Jika DHCP dipasang di jaringan
lokal, maka semua komputer yang tersambung di jaringan
akan mendapatkan alamat IP secara otomatis dari server
DHCP. Selain alamat IP, banyak parameter jaringan yang
dapat diberikan oleh DHCP, seperti default gateway dan
DNS server.
HTTP (HyperText Transfer Protocol)
HTTP Singkatan dari Hypertext Transfer Protocol, yang
mana adalah suatu protokol yang digunakan oleh World
Wide Web. HTTP mendefinisikan bagaimana suatu pesan
bisa diformat dan dikirimkan dari server ke client. HTTP
-
juga mengatur aksi-aksi apa saja yang harus dilakukan oleh
web server dan juga web browser sebagai respon atas
perintah-perintah yang ada pada protokol HTTP ini. Sebagai
contoh, ketika Anda mengetikkan suatu alamat atau URL
pada internet browser Anda, maka sebenarnya web browser
akan mengirimkan perintah HTTP ke web server. Web
server kemudian akan menerima perintah ini dan melakukan
aktivitas sesuai dengan perintah yang diminta oleh web
browser (misalnya akses ke database, file, e-mail dan lain
sebagainya). Hasil aktivitas tadi akan dikirimkan kembali ke
web browser untuk ditampilkan kepada pengguna.
FTP (File Transfer Protocol)
File Transfer Protocol (FTP) adalah suatu protokol yang
berfungsi untuk tukar-menukar file dalam suatu network
yang menggunakan TCP koneksi bukan UDP. Dua hal yang
penting dalam FTP adalah FTP Server dan FTP Client. FTP
server adalah suatu server yang menjalankan software yang
berfungsi untuk memberikan layanan tukar menukar file
dimana server tersebut selalu siap memberikan layanan FTP
apabila mendapat permintaan (request) dari FTP client. FTP
client adalah computer yang merequest koneksi ke FTP
-
server untuk tujuan tukar menukar file. Setelah terhubung
dengan FTP server, maka client dapat men-download,
meng-upload, merename, men-delete, dll sesuai dengan
permission yang diberikan oleh FTP server.
2. Ratio dan Split Range Control
Rasio kontrol adalah sistem kontrol yang digunakan
untuk menjaga komposisi dari suatu proses. Contoh pada
proses pembakaran pada boiler dibutuhkan sejumlah udara
dan bahan bakar dengan komposisi atau rasio tertentu
sehingga proses pembakaran bisa terjadi optimal. Optimal
tidaknya proses pembakaran dilihat dari nilai parameter
keluaran yaitu kadar oksigen pada udara sisa pembakaran.
Split range control merupakan konfigurasi kontrol
dimana output suatu controller digunakan untuk
menggerakan lebih dari satu actuator (control valve), dengan
rentang kerja satu actuator dengan actuator lainnya
umumnya berbeda. Kegunaan split range control adalah
untuk memperbesar rentang control (valve/actuator). Untuk
lebih memahami konfigurasi split range control ini,
perhatikan gambar berikut ini.
-
3. PID
Pengontrol proposional memiliki keluaran yang
sebanding atau proposional dengan besarnya sinyal
kesalahan (selisih antara besaran yang di inginkan dengan
harga aktualnya). Secara lebih sederhana dapat dikatakan
bahwa keluaran pengontrol proporsional merupakan
perkalian antara konstanta proposional dengan masukannya.
Perubahan pada sinyal masukan akan segera menyebabkan
sistem secara langsung mengeluarkan output sinyal sebesar
konstanta pengalinya.
= .
Pengaruh pada sistem :
1. Menambah atau mengurangi kestabilan.
2. Dapat memperbaiki respon transien khususnya : rise time,
settling time
3. Mengurangi (bukan menghilangkan) Error steady state
Pengontrol integral berfungsi menghasilkan respon
sistem yang memiliki kesalahan keadaan stabil nol. Jika
sebuah plant tidak memiliki unsur integrator (1/s),
pengontrol proposional tidak akan mampu menjamin
keluaran system dengan kesalahan keadaan stabilnya nol.
Dengan pengontrol integral, respon sistem dapat diperbaiki,
yaitu mempunyai kesalahan keadaan stabilnya nol.
=
0
-
Pengaruh pada sistem :
1. Menghilangkan Error Steady State
2. Respon lebih lambat (dibandingkan dengan P)
3. Dapat Menambah Ketidakstabilan (karena menambah
orde pada sistem)
Pengontrol Derivative memiliki sifat seperti halnya
suatu operasi differensial. Perubahan yang mendadak pada
masukan pengontrol, akan mengakibatkan perubahan yang
sangat besar dan cepat.
=
()
Pengaruh pada sistem :
1. Memberikan efek redaman pada sistem yang berosilasi
sehingga bisa memperbesar
pemberian nilai Kp
2. Memperbaiki respon transien, karena memberikan aksi
saat ada perubahan error
3. D hanya berubah saat ada perubahan error, sehingga saat
ada error statis D tidak beraksi.Sehingga D tidak boleh
digunakan sendiri.
4. Field Bus
Fieldbus adalah sistem jaringan industri untuk kontrol
terdistribusi real-time. Ini adalah cara untuk
menghubungkan instrumen di pabrik. Karya Fieldbus pada
struktur jaringan yang biasanya memungkinkan daisy-chain,
bintang, cincin, cabang, dan topologi jaringan pohon.
-
Sebelumnya, komputer yang terhubung menggunakan RS-
232 (koneksi serial) dimana hanya dua perangkat bisa
berkomunikasi. Ini akan menjadi setara dengan yang
digunakan saat ini 4-20 skema komunikasi mA yang
mengharuskan setiap perangkat memiliki titik komunikasi
sendiri di tingkat controller, sedangkan fieldbus adalah
setara dengan koneksi LAN-jenis saat ini, yang
membutuhkan hanya satu titik komunikasi di tingkat
controller dan memungkinkan beberapa (ratusan) dari
analog dan digital poin untuk dihubungkan pada saat yang
sama. Hal ini mengurangi baik panjang kabel yang
dibutuhkan dan jumlah kabel yang diperlukan. Selain itu,
karena perangkat yang berkomunikasi melalui fieldbus
membutuhkan mikroprosesor, beberapa titik yang biasanya
disediakan oleh perangkat yang sama. Beberapa perangkat
fieldbus sekarang mendukung skema kontrol seperti kontrol
PID di sisi perangkat, bukan memaksa controller untuk
melakukan pemrosesan.