24-7-2013_24177 (1)

2
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL Pusat Dokumentasi dan Jaringan Informasi Hukum Nasional JI.May.Jen. Sutoyo - Cililitan- Jakarta Timur Somber: l'-:0MPA5 I Hari!Tgl : r<.ABV I 24 ?UI i :2 0 r.g Hlm/Kol : Y]J /4 -7 Sub.iek : rJC v v - f 0- f2- !A /Y A 1-f A/'/ Bidang: 7 . RUUPertanahan dan · uuPA 1960 ·, Oleh GUNAWAN S .. , alah satu agenda oieh itu, supaya tidak rup3kan · bah di da keliru menafsrrkan dan mem- nahan Nas10nal dan keblJakan pem asan . - bikin aturan turunan dari UUPA kehutanan yang merupakan do- lam Program· Leg1s- 1960 RUU Pertanahan wajib main dari Kementerian Kehu- lasi Nasional . 2013 adqlah- apa saja di da- tanan. Dengan demikian, perso- RUU Pertanahan. Apakah lamUUPA1960yangperludiatur alan desa dan tanah garapan pe- benar RUU Pertanahan lebih lanjut. tani yang berada di· dalam wi- mengacu pada UUPA . Jika kita mengidentifikasipe- hutan bisa dicarikan so- ? . nntap UUPA 1960 untuk mem- lusmya, dan program pembaruan 1960. Apakah pengad1lan bikin pengaturan lebih lanjut, la- agi·aria berjalan karena tanah di pertanahan adalah man- lu mengidentifikasi pengaturan- kawasan hutan yang merupakan dat UUPA 1960? pengaturan yang ada dalam RUU sumber pengadaan tanah terbe- Pertanahan, terlihat RUU Per" sar bisa diredistriblisikan kepada Dalam tulisan di Kompas, Usep Setiawan telah menegaskan bahwa RUU Pertanahan harus melaksanakan UUPA 1960 (''Menggugat Urgensi RUU Per- 17 Mei 2013) dan ten- tang pengadilru;J. pertanahan _ (''Merintis Pengadilan Pertanah- an", 26 Juni 2013) · Beberapa kerancuan I Di dalam "Menimbang" RUU Pertanahan dinyatakan, "bahwa dalam perkembangan pelaksana- an kebijakan pembangunan yang cenderung mengutamakau per- tumbuhan ekonomi, telah me- mungkinkan terjadinya penafsir- an yang menyimpang dari tujuan dan prinsip-prinsip UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria de- ' ngan berbagai dampaknya", dan "bahwa uu, No 5/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria sebagai peraturan per- undang-undangan yang menga- tur bidang pertanahan dalam po- kok-pokoknya perlu dilengkapi , sesuai dengan perkembangaii yangterjadi untuk memenuhi ke- butuhail masyarakat''. Di dalam "Menimbang'' RUU Pertanalian terlihat\ ada. dua yang ditekankan. Pertama, kekeliruan penafsiran UUPA 1960. Kedua, perlunya membuat aturan baru guna melaksanakan UUPA 1960 dan memenuhi masyarakat. ::: tak . dari yang sudah pengaturan ten- diatur UUPA 1906, justru RUlJ tang hubungan hukum Pertanahan membikin aturan antara orang_ dan tanah untuk tentang hak pengelolaan (HPL), mencegah pemerasan. Padahal, sebuah konsep yang tidak dikenal hal tersebutdiperintahkandalam dalam UUPA 1960, yang selama Pasalll Ayat 1 UUPA 1960. ini dalam praktiknya menjadi RUU Pertanahanjuga berbeda alas hak atas tanah yang dikelola dengan UUPA 1960 terkait de- instansi pemerintah. Padahal, se- ngan macam hak atas tanah. ·Di jumlah kalangan memandang dalam RUU Perta- HPL itu adalah hak menguasai nahan, hak atas . negara (HML) itu se_ndiri dan tanah terdirida- - Mahkamah Konstitusi dalam pu- ri: (1) hak mi- lik, (2) hak guna usa- ha, (3) hak guna bangunan, (4) hak pakai, dan (5) hak sewa untuk bangunan. Lebih sedikit dari apa yang ditentukan UUPA 1960, di mana hak atas tanah meliputi: (1) hak milik, (2) hak guna, usaha, (3) hak guna bangunan, ( 4) hak pakai, (5) hak sewa, (6) hakmembuka tanah, (7) hak memungut basil hutan, (8) hak-hak lain yang tak termasuk dalam hak tersebut di atas yang akan ditetapkan dengan undang- undang serta hak-hak yang ber- ' sifat seinentara. Dengan mempertegas bahwa hak memungut basil hutan ada- lab ranahnya pertanahan, diha- rapkan akan mengakhiri sekto- ralisme yang kontradiktif antara kebijakan pertanahan yang me - tusan permohonan uji materi UUPengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil juga menyatakan bahwa pengelolaan ada- . lah salah satu fungsi dari hak menguasai negara yang merupakan wilayah kerja dari BUMN. Pun demikian RUU Pertanahan tak menjawab dina- . mika baru dalam persoalan perta- nahan, misalnya hak atas ruang atas tanah dan hak atas ruang bawah tanah yang terkait dengan keinginan membangun kereta api bawah tanah dan kereta api monorel yang ·berdampak pada hak atas tanah warga yang ruang bawa dan atasnya terkena dampak. De- mikian pwa halnya dengan peng-

Transcript of 24-7-2013_24177 (1)

Page 1: 24-7-2013_24177 (1)

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL

Pusat Dokumentasi dan Jaringan Informasi Hukum Nasional JI.May.Jen. Sutoyo - Cililitan- Jakarta Timur

Somber: l'-:0MPA5 I Hari!Tgl : r<.ABV I 24 ?UI i :2 0 r.g Hlm/Kol : Y]J /4 -7 Sub.iek : rJC v v - f 0-f2- !A /Y A 1-f A/'/ Bidang: 7

. RUUPertanahan dan ·uuPA 1960

·,

Oleh GUNAWAN

S.. , alah satu agenda oieh karen~ itu, supaya tidak rup3kan · d~ain Badan~ ~erta-

bah di da keliru menafsrrkan dan mem- nahan Nas10nal dan keblJakan pem asan . - bikin aturan turunan dari UUPA kehutanan yang merupakan do-lam Program· Leg1s- 1960 RUU Pertanahan wajib main dari Kementerian Kehu-

lasi Nasional .2013 adqlah- men~dentifikasi apa saja di da- tanan. Dengan demikian, perso-RUU Pertanahan. Apakah lamUUPA1960yangperludiatur alan desa dan tanah garapan pe-benar RUU Pertanahan lebih lanjut. tani yang berada di· dalam wi-mengacu pada UUPA . Jika kita mengidentifikasipe- - lay~ hutan bisa dicarikan so-

? . nntap UUPA 1960 untuk mem- lusmya, dan program pembaruan 1960. Apakah pengad1lan bikin pengaturan lebih lanjut, la- agi·aria berjalan karena tanah di pertanahan adalah man- lu mengidentifikasi pengaturan- kawasan hutan yang merupakan dat UUPA 1960? pengaturan yang ada dalam RUU sumber pengadaan tanah terbe­

Pertanahan, terlihat RUU Per" sar bisa diredistriblisikan kepada

Dalam tulisan di Kompas, Usep Setiawan telah menegaskan bahwa RUU Pertanahan harus melaksanakan UUPA 1960 (''Menggugat Urgensi RUU Per­tanahan'~, 17 Mei 2013) dan ten­tang pengadilru;J. pertanahan _ (''Merintis Pengadilan Pertanah-an", 26 Juni 2013) ·

Beberapa kerancuan I Di dalam "Menimbang" RUU

Pertanahan dinyatakan, "bahwa dalam perkembangan pelaksana­an kebijakan pembangunan yang cenderung mengutamakau per­tumbuhan ekonomi, telah me­mungkinkan terjadinya penafsir­an yang menyimpang dari tujuan dan prinsip-prinsip UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria de­

' ngan berbagai dampaknya", dan "bahwa uu, No 5/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria sebagai peraturan per­undang-undangan yang menga­tur bidang pertanahan dalam po­kok-pokoknya perlu dilengkapi

, sesuai dengan perkembangaii yangterjadi untuk memenuhi ke­butuhail masyarakat''.

Di dalam "Menimbang'' RUU Pertanalian terlihat\ada. dua yang ditekankan. Pertama, kekeliruan penafsiran UUPA 1960. Kedua, perlunya membuat aturan baru guna melaksanakan UUPA 1960 dan memenuhi masyarakat.

::: tak ~. . par~~:=dar dari yang sudah pengaturan ten- -~ diatur UUPA 1906, justru RUlJ tang hubungan hukum Pertanahan membikin aturan antara orang_ dan tanah untuk tentang hak pengelolaan (HPL), mencegah pemerasan. Padahal, sebuah konsep yang tidak dikenal hal tersebutdiperintahkandalam dalam UUPA 1960, yang selama Pasalll Ayat 1 UUPA 1960. ini dalam praktiknya menjadi

RUU Pertanahanjuga berbeda alas hak atas tanah yang dikelola dengan UUPA 1960 terkait de- instansi pemerintah. Padahal, se­ngan macam hak atas tanah. · Di jumlah kalangan memandang dalam RUU Perta- HPL itu adalah hak menguasai nahan, hak atas . -~ negara (HML) itu se_ndiri dan tanah terdirida-~"~ - ~----i~---Mahkamah Konstitusi dalam pu­ri: (1) hak mi­lik, (2) hak guna usa­ha, (3) hak guna bangunan, (4) hak pakai, dan (5) hak sewa untuk bangunan. Lebih sedikit dari apa yang ditentukan UUPA 1960, di mana hak atas tanah meliputi: (1) hak milik, (2) hak guna, usaha, (3) hak guna bangunan, ( 4) hak pakai, (5) hak sewa, (6) hakmembuka tanah, (7) hak memungut basil hutan, (8) hak-hak lain yang tak termasuk dalam hak tersebut di atas yang akan ditetapkan dengan undang­undang serta hak-hak yang ber-

' sifat seinentara. Dengan mempertegas bahwa

hak memungut basil hutan ada­lab ranahnya pertanahan, diha­rapkan akan mengakhiri sekto­ralisme yang kontradiktif antara kebijakan pertanahan yang me-

tusan permohonan uji materi UU Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil juga menyatakan bahwa pengelolaan ada-

.. lah salah satu fungsi dari hak menguasai negara yang merupakan wilayah kerja dari BUMN.

Pun demikian RUU Pertanahan tak

menjawab dina­. mika baru dalam persoalan perta­nahan, misalnya

hak atas ruang atas tanah dan hak atas

ruang bawah tanah yang terkait dengan keinginan membangun kereta api bawah tanah dan kereta api monorel yang ·berdampak pada hak atas tanah warga yang ruang bawa dan atasnya terkena dampak. De­mikian pwa halnya dengan peng-

Page 2: 24-7-2013_24177 (1)

Sambungan

Sumber: I Hari/Tgl: l IDm/Kol:

Pengantar Redaksi Peraturan Pemerinta'h (PP) tentang Pajak UKM membebankan pa)ak 1 persen dari penghasilan bruto usaha kecil dan men.engah. Selain me­rugikan, karena penghasilan bruto tinggi tidak otomatis mencerminkan besaran lrba tinggi, PP, Pajak UKM ini juga bertentangan dengan UU PPh. Oleh karena itu, Mahkamah Agung dapat mengujinya bila ada permohonan "judicial re~ view". Baca lebih lanjut ulasan lndra Muliawan, spesialis hukum pajak internasional dan hukum energi, dalam ''Judicial Review atas PP Pajak • UKM" di Kompas Siang, Rabu, 24 Juli 2013.

~,,""'

adilan pertanahan, takada man­. dat untuk membentuk penga-

• dilan pe~anahan.

Mandat RUU Pertanahan Pertama, hukum pertanahan

harus mengatur bahwa tanah akan dipergunakan sesuai sifat­nya dan peruntukannya sehingga dapat mencegah hilangnya . nilai ekonomi, rusaknya prailata so­sial, hilangnya kesuburan tanah, rusaknya lingkungan hidup, serta kerugian negara dan masyarakat lainnya.

Kedua, hukum pertanahan yang mampu menyelesaikan

· konflik pertanahan yang berke­adilan dan berpihak kepada

. korban dengan memenuhi pe­mulihan hak-hak korban pelang­garan HAM, khususnya pelang­garan hak atas tanah, memenfibi

dan melindungi hak rakyat atas tanah, serta perlindungan .khusus kepada kelompok rentan.

Ketiga, kesatuan hukum na­.sional, yaitu sinkronisasi dan harmonisasi peratUran perun­dangan pertanahan · dalam hu­kum pertanahan nasional yang merupakan cermin:an dari per­satuan Indonesia yang binekcl tunggal ika. Ini ditunjukkan <te­ngan pengakuan hak masyarakat )lukum adat dan kesatuan tanah

tinnpah darah Indonesia (ten­torial Indonesia) sebagai negara kepulauan, di mana hanya warga negara Indonesia yang memiliki hak milik atas tanah.

Keempat, hukum pertanahan mengatur prinsip demokrasi eko­nomi. Penggunaan tanah disusun sebagai usaha bersama dengari asas kekeluargaan dan mengatur hak menguasai negara atas tanah dan cabang produksi yang terkait hajat hidup orang banyak di per­tanahan untuk sebesar-besar ke­makmuran rakyat serta mence­gah praktik monopoli, diskrimi­nasi, dan pemerasan~

Kelima, . hukum pertanahan yang bisa menjadi landasan ke­bijakan yang terkait dengan ke­butuhan tanah dalam rangka ke­sejahteraan rakyat. Akan tetapi, tanah juga mempunyai fungsi so­sial yang bersumber dari ajaran agama, pengetahuan tradisional, dan cita-cita kemerdekaan na­sional, demokrasi, dan keadilan sosial yang merupakan dasar pendirian pemerintahan negara Republik Indonesia. ·

GUNAWAN Ketua Eksekutif Indonesian

Human Rights Committee for Social JusticejAnggota Pokja

Khusus Dewan Ketahanan Pangan RI