23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  ·...

231
23 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN ( Sesuai dengan ketentuan pasal 95 peraturan tata-tertib para pembitjara diminta menjampaikan koreksian kepada Seksi Penerbitan Risalah Resmi Sekertariat DPR-GR dalam waktu 4 hari ) PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG RISALAH RESMI ( Belum dikoreksi ) Persidangan ke-III rapat Gabungan Golongan-golongan ke-11 Hari Senin tanggal 30 Maret 1964. Djam panggilan 09.00 Atjara : Pendjelasan tambahan Pemerintah mengenai : 1. Perpu No.4 tahun 1963 tentang perobahan dan tambahan UU No.36 tahun 1953 tentang Bank Tabungan Pos ( Sid.1962/63- P.328 ). 2. RUU tentang bagi hasil perikanan ( Sid.1963/64-P.416 ). KETUA : J.M. Menteri/Wk. Ketua DPRGR M.H. Lukman didampingi J.M. Menteri/Ketua DPRGR Arudji Kartawinata dan J.M. Menteri/Wk. Ketua DPRGR I G.G. Subamia. SEKERTARIS : 1. Saroso. 2. M.Djunaedi. Djumlah hadir : 129 Anggota dari djumlah 282 Anggota sidang. Jang hadir : Steven Latihamallo, Mh. Isnaeni, Lie Po Yoe, lBP Manuaba, Munadir, Notosukardjo, R. Darsono, Saleh Pamudji, Selamat Ginting, SD Bili, Drs. R. Soeatmadji, Soebagio Reksodipoero SH., Sudrasman, Nj. Soemari, Mas Ripai, RM. prawirosoesanto, IGG. Subamia, Sutjipto, S. Danoesoegito, MB. Ramandey, KH. Masjkur, Hadji Nudin Lubis, HA. Chamid, R. Abdoellah Afandi, Nadjib Abdulwahab Chasbullah, Mohamad, Sjahrani, KH. Munir Abisudjak, Husein Saleh Assegaff, Josotan, Ichsan Noer, Soelaeman Widjojosubroto, Maniudin Brodjotruno, Moch. Saifuddin Makasar, E. Mudawari, Kandjun Koesnomihardjo, S. Marijamah Djoenaedei, M. Umar Burhan, Arudji Kartawinata, H. Harsono Tjokroaminoto, Z.Imban, Drs. J. Piry, RPH. Sirumai, Hj. Sundari Abdulrachman, Sudejo, MH. Lukman, Sudjito, Suhaimin Rachman, lr. Thajeb, Kasim, Sukatno, M.A. Chanafiah, Sudisman, wojo, E.A. Martaleggawa, Djokosudjono, M. Siregar, W.L. Tambing, V.B. Saka, R.H. Soetarto Hadisoedibyo, F.C. Palaunsoeka, C. waib, Brigdjen. Dr. Wonojudo, Letkol. Muamil Effendi, Letkol. lupessy, Letkol. Moh. Isa Edris, Major (T) R.O. Darja Atmake, Kolonel Udara Achmad Soemadi, Letnan Udara I Manekin, Komoder Udara Soedjono, Letnan Udara I Muhamad Boesroh, Adj. Kombes Pol. Soelaiman Mahmoed, Kom.Pol. I Sario, Soepratiknjo SH., Obay Sutaatmadja, Let.Kol. Subroto Aryo Mataram, K.H. Husin Hifni, Rachmatulloh, KH. Asjmawi, Idhan, KH. Achmad Aini Chatib, J Gozali, KH. Ibrahim Husni, M. Thaha Ma’roef, KH. Sahlan Ridwan Dahlan kahar, Sjech Marhaban, Prof. Dr. P.D. Latuihamallo, Ida bagus Wajan Gede, S.M. Thaher, Suwardi, Dahlan Ranuwihardjo, Ahmad M. Yusda, Nj. Lestari Soetrasno, Nj. S.A. Wahid Hasjim, Nj. Umi djono, Nj. S.M. Sudarman, Abdullah Soetan Bandaharo Pandjang, Siagian, Drs. Sutanto Martoprasono, Amung Amran, Asjro Effendi, Soeharno, H. Abubakar Jusuf, Djamhari, Hartojo Prawirosudarmo, Surachman, Sunarjo, Soesilo Prawiroatmodjo, Abdullah, Trimo, Nj. Rumamah, Nj. Kartinah Kurdi, Rasjid Sutan Radja Emas, Soekamsi Djojoadiprodjo, Murtadji Bisri, Njono, Sudjarwo Haryo sastro, Usman Muftiwidjaja, Nj. Tuti Noer Bandijah, Nn. ting Suni, Karel Supit, Ischak Moro, Hartono BA., Moch. Soemardi Jatmarto, Siauw Giok Tjhan, Gde Poegor. WAKIL PEMERINTAH :

Transcript of 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  ·...

Page 1: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

23 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

( Sesuai dengan ketentuan pasal 95 peraturan tata-tertib para pembitjara diminta menjampaikan koreksian kepada Seksi Penerbitan Risalah Resmi

Sekertariat DPR-GR dalam waktu 4 hari )

PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG

RISALAH RESMI ( Belum dikoreksi )

Persidangan ke-III rapat Gabungan Golongan-golongan ke-11 Hari Senin tanggal 30 Maret 1964. Djam panggilan 09.00 Atjara : Pendjelasan tambahan Pemerintah mengenai :

1. Perpu No.4 tahun 1963 tentang perobahan dan tambahan UU No.36 tahun 1953 tentang Bank Tabungan Pos ( Sid.1962/63-P.328 ).

2. RUU tentang bagi hasil perikanan ( Sid.1963/64-P.416 ). KETUA : J.M. Menteri/Wk. Ketua DPRGR M.H. Lukman didampingi J.M. Menteri/Ketua DPRGR Arudji Kartawinata dan J.M. Menteri/Wk. Ketua DPRGR I G.G. Subamia. SEKERTARIS : 1. Saroso. 2. M.Djunaedi.

Djumlah hadir : 129 Anggota dari djumlah 282 Anggota sidang. Jang hadir : Steven Latihamallo, Mh. Isnaeni, Lie Po Yoe, lBP Manuaba, Munadir,

Notosukardjo, R. Darsono, Saleh Pamudji, Selamat Ginting, SD Bili, Drs. R. Soeatmadji, Soebagio Reksodipoero SH., Sudrasman, Nj. Soemari, Mas Ripai, RM. prawirosoesanto, IGG. Subamia, Sutjipto, S. Danoesoegito, MB. Ramandey, KH. Masjkur, Hadji Nudin Lubis, HA. Chamid, R. Abdoellah Afandi, Nadjib Abdulwahab Chasbullah, Mohamad, Sjahrani, KH. Munir Abisudjak, Husein Saleh Assegaff, Josotan, Ichsan Noer, Soelaeman Widjojosubroto, Maniudin Brodjotruno, Moch. Saifuddin Makasar, E. Mudawari, Kandjun Koesnomihardjo, S. Marijamah Djoenaedei, M. Umar Burhan, Arudji Kartawinata, H. Harsono Tjokroaminoto, Z.Imban, Drs. J. Piry, RPH. Sirumai, Hj. Sundari Abdulrachman, Sudejo, MH. Lukman, Sudjito, Suhaimin Rachman, lr. Thajeb, Kasim, Sukatno, M.A. Chanafiah, Sudisman, wojo, E.A. Martaleggawa, Djokosudjono, M. Siregar, W.L. Tambing, V.B. Saka, R.H. Soetarto Hadisoedibyo, F.C. Palaunsoeka, C. waib, Brigdjen. Dr. Wonojudo, Letkol. Muamil Effendi, Letkol. lupessy, Letkol. Moh. Isa Edris, Major (T) R.O. Darja Atmake, Kolonel Udara Achmad Soemadi, Letnan Udara I Manekin, Komoder Udara Soedjono, Letnan Udara I Muhamad Boesroh, Adj. Kombes Pol. Soelaiman Mahmoed, Kom.Pol. I Sario, Soepratiknjo SH., Obay Sutaatmadja, Let.Kol. Subroto Aryo Mataram, K.H. Husin Hifni, Rachmatulloh, KH. Asjmawi, Idhan, KH. Achmad Aini Chatib, J Gozali, KH. Ibrahim Husni, M. Thaha Ma’roef, KH. Sahlan Ridwan Dahlan kahar, Sjech Marhaban, Prof. Dr. P.D. Latuihamallo, Ida bagus Wajan Gede, S.M. Thaher, Suwardi, Dahlan Ranuwihardjo, Ahmad M. Yusda, Nj. Lestari Soetrasno, Nj. S.A. Wahid Hasjim, Nj. Umi djono, Nj. S.M. Sudarman, Abdullah Soetan Bandaharo Pandjang, Siagian, Drs. Sutanto Martoprasono, Amung Amran, Asjro Effendi, Soeharno, H. Abubakar Jusuf, Djamhari, Hartojo Prawirosudarmo, Surachman, Sunarjo, Soesilo Prawiroatmodjo, Abdullah, Trimo, Nj. Rumamah, Nj. Kartinah Kurdi, Rasjid Sutan Radja Emas, Soekamsi Djojoadiprodjo, Murtadji Bisri, Njono, Sudjarwo Haryo sastro, Usman Muftiwidjaja, Nj. Tuti Noer Bandijah, Nn. ting Suni, Karel Supit, Ischak Moro, Hartono BA., Moch. Soemardi Jatmarto, Siauw Giok Tjhan, Gde Poegor.

WAKIL PEMERINTAH :

Page 2: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

24 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

1. J.M. Menteri Koordinator Kompartimen : Kuangan, Sumarno Sh. 2. J.M. Menteri Urusan Bank Sentral, Jusuf Muda Dalam, 3. J.M. Menteri Pertanian/Agraria, Sadjarwo SH.

KETUA : Saudara-saudara, rapat"Gabungan Golongan-golongan saja buka. Adapun atjara hari ini ialah membitjarakan jang pertama, mengenai Perpu No.4 tahun 1963

tentang perubahan dan tambaha Undang-undang No.36 tahun 1963 tentang Bank Tabungan Pos ( Sid. 1962/1963 P.328 ) dan kedua ialah mengenai RUU tentang Bagi Hasil Perikanan ( Sid.1963/1964 P.416 ) adapun naskah Perpu No. 4 tahun 1963 ini telah disampaikan kepada DPR-GR dengan Amanat Presiden No. 1032/HK/63 tanggal 27-6-1963, dan Perpu ini sudah diundangkan pada tanggal 22-6-1963 dan mempunjai daja surut sampai tanggal 1 Djanuari 1963.

Semua Perpu ini sebetulnja termasuk bidang distribusi dibawah kekuasaan Menteri Perhubungan

Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan Presiden RI No. 94/1964 tentang regrouping Kabinet Kerdja, maka agar lebih sesuai dengan tugas dan fuaksinja, Bank Tabungan Pos dimasukkan kedalam bidang Keuangan dibawah kekuasaan Menteri Bank Sentral.

Pemindahan dari bidang distribusi kepada bidang keuangan ini dilakukan dengan Perpu No.4 jang akan kita bitjarakan sekarang ini dan dengan penggantian nama dengan Bank Tabungan Negara.

hari ini kita akan mendengar pendjelasan mengenai Perpu ini dan saja sudah mendengar dari

pihak Pemerintah, bahwa Pemerintah bukan sadja akan memberikan tambahan pendjelasan tetapi djuga akan sekaligus memberikan perubahan penjempurnaan terhadap Perpu itu sendiri. Dan dengan sendirinja karena Perpu ini sekarang sudah termasuk dalam bidang keuangan, maka jang akan membahas lebih landjut ialah Komisi F.

sebagaimana biasa saja akan memberi kesempatan kepada Pemerintah lebih dahulu untuk

memberi pendjelasan dan kemudian dimana dianggap perlu para Anggota akan diberi kesempatan untuk mengadjukan pertanjaan mengenai hal-hal jang dianggap kurang djelas, baik mengenai Perpunja sendiri maupun mengenai tambahan pendjelasan tersebut.

Untuk singkatnja maka waktu saja berikan kepada Pemerintah, dalam hal ini J.M. Menko Bindang

Keuangan. J.M. MENKO SIDANG KEUANGAN SUNARNO SH. : Saudara Ketua jang kami muliakan, Saudara-saudara para Anggota Dewan Perwakilan Rakjat

Gotong Rojong jang kami hormati. Seperti telah diterangkan oleh Saudara ketua, maka maksud Pemerintah tidak sadja mohon kepada DPR untuk pengesahaan Perpu No.4 tahun 1963 tentang perubahan dan tambahan Undang-undang Bank Tabungan Pos tahun 1963, maka sekaligus mohon ke pada DPR supaja membitjarakan djuga usul-usul amandemen tambahan mengenai Perpu tersebut.

Supaja Djelas, oleh karena pengesahaan Perpu No.4 tahun 1963 tidak sadja pengesahan Undang-

undang, tetapi dengan perubahan dan amandemen-amandemen, dalam waktu singkat akan kita sampaikan kepada para Anggota DPR-GR.

Saudara Ketua, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No.4 tahun 1963 pada pokoknja

hanja mengubah beberapa perkataan dalam Undang-undang Bank Tabungan Pos 1963, jaitu : a. kata-kata “Menteri Perhubungan Darat” mendjadi “Menteri Urusan Bank Sentral”. b. Kata-kata “Bank Tabungan Pos” mendjadi “Bank Tabungan Negara”. c. Kata-kata “ Dewan Pengawas” mendjadi “Direksi Bank Indonesia”.

Djadi sama sekali tidak menjinggung Perpu No.4, baik mengenai struktur dari Bank Tabungan Pos

jang mendjadi Bank Tabungan Negara, djuga tidak mengenai operasi, balas djasa dan sebagainja. Berkenaan dengan pembitjaraan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini guna

pengesahannja mendjadi Undang-undang, Pemerintah ingin mengadjukan permohonan agar dapat kiranja membitjarakan beberapa tambahan perubahan lainnja pada UU tersebut. Pada dasarnja usul-usul perubahan tambahan dari Pemerintah berkisar pada beberapa masalah.

a. Mengenai susunan Direksi. Menurut Undang-undang Bank Tabungan Pos(tdk jls)Bank Tabungan Negara dipimpin oleh seorang Direktur dibantu dengan seorang Direktur Muda. Berhubung dengan perkembangan(tdk jls)dewasa ini diusulkan suatu susunan Direksi jang terdiri dari seorang Direktur jang dibantu oleh dua orang Direktur(tdk jls)ini bisa kita bitjarakan bersama.

b. Berhubungan dengan Anggaran Pendapatan Belandja Negara, menurut Undang-undang Bank Tabungan Pos tahun 1953, maka segala(tdk jls)Bank Tabungan Pos dibeBankan atas

Page 3: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

25 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Anggaran Belandja Negara. Pada kenjataannja sedjak tahun 1961 Anggaran Pendapatan dan Belandja Bank Tabungan Pos tidak dimuat lagi dalam Anggaran Pendapatan Dan Belandja Negara. Berhubung dengan itu diusulkan(tdk jls)penghapusan ketentuan pasal jang bersangkutan.

c. Wewenang untuk menetapkan Peraturan-peraturan tentang tjara menabung(tdk jls)menurut ketentuan dalam UU Bank Tabungan Pos tahun 1953 maka tjara menabung ditetapkan oleh Menteri. Diusulkan agar Undang-undangnja (tdk jls)demikian rupa sehingga wewenang untuk mengatur tjara (tdk jls)diberikan pada Direksi Bank Tabungan Negara dengan persetudjuan Direksi Bank Indonesia jang akan bertindak apa jang dulu dijalankan oleh Dewan Pengawas Bank Tabungan Pos.

d. wewenang untuk memungut biaja dari penabung sesuai dengan ketentuan dalam UU Bank Tabungan Pos.

hingga sekarang, Bank Tabungan Negara tidak memungut biaja dari penabung untuk djasa-djasa jang diberikan. Mengingat meningkatnja biaja eksploitasi, diusulkan agar kepada Menteri jakni Menteri Urusan Bank Sentral diberi wewenang untuk menetapkan djumlah biaja jang dapat dipungut. Usul pemberian wewenang ini dalam tahun 1961 pernah diadjukan oleh Menteri Perhubungan kepada DPR-GR dalam bentuk RUU akan tetapi soal ini belum kita resmikan.

e. Tentang bunga dan batas djumlah Tabungan. Menurut ketentuan UU Bank Tabungan Pos tahun 1953 kepada (tdk jls) dibawah 5 ribu rupiah

diberi bunga 2,64% setahun. Diusulkan penetapan bunga dan batas Tabungan ini tidak lagi diatur dalam UU melainkan diberi wewenang kepada Direksi Bank Tabungan Pos untuk dengan persetudjuan Direksi Bank Indonesia menetapkan.

f. Soal tentang penggunaan modal. Undang-undang Bank Tabungan Pos dengan terperintji menjebutkan objek-objek mengenai modal jang diperbolehkan. Diusulkan agar djuga dalam hal ini diberi wewenang kepada Direksi Bank Tabungan Pos untuk dengan persetudjuan Direksi Bank Indonesia mengatur selandjutnja.

g. soal biaja pengiriman surat. Menurut Undang-undang, surat-menjurat Bank Tabungan Pos bebas dari porto. Pada kenjataannja Bank Tabungan Pos selalu membajar Porto dengan penempelan prangko, berhubung dengan itu, diusulkan penghapusan dari pasal tersebut.

Soal A : mengenai menabung dengan tjara-tjara lain. Undang-undang Bank Tabungan Negara hanja mengenal penggunaan (tdk jls) Tabungan

sebagai penabungan dengan tjara lain. Maka dari itu Pemerintah mengusulkan suatu perumusan atau Pemerintah mengusulkan suatu perumusan jang lebih luas. Sehubungan dengan soal perubahan ini kita akan mengirimkan satu usul perubahan formeel kepada DPR-GR merubah misalnja pasal 4, pasal 12, 9, 12, 13 dan 20 daripada Perpu No.4 tahun 1963 jang merubah Undang-undang Bank Tabungan Pos tahun (tdk jls) dan setjara paralel pendjelasan jang berhubungan dengan pasal 12 djuga akan disusulkan.

Saudara Ketua, semoga usul Pemerintah untuk sekaligus(tdk jls)supaja dibitjarakan usul-usul

tambahan jang merupakan penjempurnaan daripada Undang-undang Bank Tabungan Pos, seperti dirubah oleh Perpu No.4 tahun 1963 mendapat persetudjuan daripada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong dan para Anggota Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong. Sekian.

KETUA : Terima kasih atas penjelasan tambahan jang diberikan oleh pihak Pemerintah. Saudara-saudara

sekarang datang giliran bagi para Anggota untuk mengadjukan pertanjaan mengenai Perpu ini. Maka untuk memberikan kesempatan itu saja ingin bertanja kepada para Anggota siapa jang hendak berbitjara.

(Tertjatat sebagai pembitjara 3 orang Anggota jaitu Anggota-Anggota : wasis, siauw giok tjhan, hartono).

WASIS : Saudara Ketua jang kami hormati, pada hari ini sebetulnja kita akan membitjarakan didalam rapat

Gabungan ini mengenai Perpu No.4 jang sudah dipaparkan oleh Pemerintah. Tetapi menurut pendjelasan dari pihak Pemerintah, maka pada hari ini diusulkan suatu perubahan daripada Perpu No.4. maka kami mengusulkan didalam pembitjaraan hari ini untuk menjelesaikan soal-soal jang bersangkut-paut dengan Perpu No.4 itu dengan adanja usul dari pada Pemerintah untuk memberi tambahan perubahan-perubahan didalam Perpu No.4 jang sudah sah dan dimasukkan didalam Lembaran Negara itu dengan mentjabut Perpu No.4 itu, pemerintan mengadjukan usul baru atau rentjana Undang-undang baru setelah ditjbutnja Perpu No.4. sebab menurut pendapat kami soalnja lalu sulit, kalau Perpu jang sudah berdjalan sjah itu lalu disusuli, didalam pembitjaraan mengenai Perpu itu sendiri, beberapa pasal mengenai tambahan jang merupakan Undang-undang. Maka kami mengusulkan, sebelum membitjarakan Perpu ini sendiri, usul dari Pemerintah ialah, dengan pelaksanaan mentjabut Perpu No.4 dengan dikeluarkan suatu Rentjana Undang-undang baru sesungguhnja mengenai Perpu No.4 jang diperbaharui dengan usul-usul tambahan jang dikemukakan oleh Pihak Pemerintah tadi. Demikian pendapat kami mengenai Perpu No.4 ini. Sekian.

Page 4: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

26 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

KETUA : Sekarang saja persilakan Anggota jang terhormat Saudara siauw giok tjhan. SIAUW GIOK TJHAN : Saudara Ketua, dari pendjelasan tambahan Pemerintah tadi kita memperoleh keterangan, bahwa

menurut Pemerintah, Perpu jang tadinja hendak mengatur perpindahan Bank Tabungan Pos dari Departemen Perhubungan dan Pariwisata ke Bank Sentral, dan hendak mengganti nama Bank Tabungan pos mendjadi Bank Tabungan Negara, djadi sifat daripada Perpu jang hendak dibitjarakan hari ini adalah sangat sederhana. Tetapi dengan pendjelasan ini dari saudara menteri koordinator keuangan, maka kita memperoleh gambaran, bahwa Pemerintah hendak mengubah, Perpu jang mengatur hal-hal jang sederhana itu mendjadi suatu Rentjana Undang-undang jang mengatur hal jang baru, jaitu mendelegasikan wewenang untuk menentukan rente dari Bank Tabungan Negara ini kepada direksi.

Lalu pengawasan anggaran belandja jang menurut ketentuan jang lama disampaikan kepada DPR

sekarang akan dihapus, dan lain-lain lagi jang sangat prinsipiil jang perlu dirundingkan setjara masak. Karena itu saja bisa mengikuti pikiran saudara wasis dengan sedikit perubahan, saja pertimbangkan kepada Pemerintah untuk mengadjukan rentjana Undang-undang baru jang mentjabut Perpu No.4 itu, dan mengatur ketentuan-ketentuan baru jang berlaku bagi Bank Tabungan pos, dan materi itu bisa berisi materi seperti jang tadi didjelaskan oleh Pemerintah. Ini usul saja jang pertama.

Kemudian ada beberapa pertanjaan. Pertama, tadi oleh Pemerintah didjelaskan, bahwa Pemerintah hendak menjerahkan wewenang

untuk menentukan bunga bagi uang Tabungan jang tadinja ditentukan 2,5% tidak dalam Undang-undang, tetapi kepada direksi Bank Tabungan Negara. Oleh karena keterangan ini tidak disertai dengan pendjelasan, apakah pertimbangan-pertimbangan jang dimiliki oleh Pemerintah, sehingga Pemerintah mengambil kebidjaksanaan demikian, maka adalah baik sekali kalau dalam rangka mengesahkan rentjana Undang-undang jang mentjabut Perpu No.4/1963 jang menentukan teks baru Pemerintah memberi pendjelasan sekarang, atau terserah kepada Pimpinan DPR-GR apakah kita akan menantikan sampai kita kepada teks jang baru, supaja para Anggota diberi kesempatan untuk mempeladjarinja.

Tadi ada pendjelasan supaja biaja jang tadinja bebas (tdk jls) djasa-djasa jang harus dilakukan oleh bank tabungan pos kepada penitip uang, jang tadinja tidak dipungut biaja, tetapi sekarang dipungut biaja.

Apakah biaja ini dihubungkan dengan besarnja bunga(tdk jls) diperhitungkan bagi para penitip? Kalau tidak dihubungkan, maka dikuatirkan bisa timbul jaitu bahwa bunga jang diperoleh itu akan

lebih ketjil dari bunga jang diperhitungkan. Dalam hubungan ini jang perlu kita perhatikan, pada penabung jang menabung di bank tabungan (tdk jls) ini pada umumnja adalah orang-orang ketjil jang tidak akan menabung uang ribuan atau djutaan rupiah, bahkan mungkin menabung hanja Rp.10,-, Rp.15,- atau Rp.50,-. Kalau (tdk jls) dipungut biaja jang berat, maka sama artinja dengan tidak mengandjutkan penabung itu kepada para penabung ketjil. Karena baik kalau tentang hal ini kita bisa memperoleh pendjelasan lebih landjut.

Pertanjaan ketiga, mengenai Pimpinan. Supaja Anggaran Belandja dari Bank Tabungan Pos ini tidak perlu disampaikan kepada DPR untuk

turut dibitjarakan. Baik menurut ketentuan lama mengenai Bank Tabungan Pos. Pemerintah tadi menerangkan bahwa menurut kenjataan dari tahun 1951 (tdk jls) tidak dilaksanakan ketentuan itu. Ini saja akui, bahwa DPR ternjata kurang waspada, sehingga ada tagihan dari pihak DPRGR. Sekarang diberitahukan bahwa hak dari DPR sebagian ditjabut dengan suatu ketentuan Undang-undang.

Saja hendak bertanja apakah bank Tabungan Pos, sebagai salah satu Perusahaan Negara tidak

perlu Anggaran Belandja jang memperoleh pengawas dari DPR, karena Anggaran Belandja Bank Tabungan Negara sebagai salah satu Perusahaan Negara (tdk jls) mempengaruhi keadaan Anggaran Belandja Negara.

Saja hendak bertanja : Apakah dalam hubungan ini, dan mengingat bahwa menurut berita-berita

suratkabar, management pada Perusahaan Negara itu sampai menimbulkan Operasi Buhdi, maka apakah terasa sudah waktunja kita dalam rangka menerbitkan keuangan Perusahaan-perusahaan Negara diadakan ketentuan jang mempertegas adanja pertanggungan djawab keuangan Pemerintah mengenai keuangan Perusahaan Negara kepada DPR dalam rangka hak (tdk jls) DPR? Sekian.

KETUA : Sekarang saja persilakan Saudara Drs. J. Pity.

Page 5: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

27 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Drs. J. PIRY : Saudara Ketua jang kami muliakan, kamipun dating dalam rapat ini dengan pikiran jang sederhana sekali, jaitu membitjarakan Perpu ini jang isinja djuga sederhana.

Oleh karena itu pertanjaan saja adalah mengenai soal perubahan nama dari Bank Tabungan Pos mendjadi Bank Tabungan Negara, Menteri Urusan Bank Sentral, serta Dewan Pengawas mendjadi Direksi Bank Indonesia.

Soal jang pertama jang ingin kami tanjakan ialah tentang soal status; apakah dengan pemindahan bidang tersebut tidak akan membawa akibat perubahan status pula, jaitu nama Bank Tabungan Pos mendjadi Bank Tabungan Negara. Apakah dengan berubahnja nama mendjadi Bank Tabungan Negara ini statusnja akan sama dengan Bank2 lainnja misalnja Bank Negara, Bank Umum Negara dan sebagainja.

Kedua, andaikata Bank Tabungan Negara ini statusnja sama dengan Bank2 Negara lainnja, bagaimanakah penggadjian daripada pegawai 2 dari Bank Tabungan Negara tersebut, karena sebelum mendjadi Bank Tabungan Negara pegawai2 tersebut digadji menurut P.G.P ditambah sumbangan Bank. Artinja sebagaimana jang dimaksudkan dalam Perpu no. 4 ini bagaimana pengatur gadji daripada pegawai tersebut.

Ketiga, dalam pendjelasan jang dikemukakan oleh Pemerintah mengenai Perpu no. 4 ini ialah diharapkan supaja kerdja sama jang selama ini ada supaja dilandjutkan. Jang mendjadi persoalan bagi kita ialah bagaimana kerdja sama itu bisa berlangsung dengan baik daripada P.T.T., tetapi mendjadi tugas daripada Bank Tabungan Negara, misalnja jang terletak di daerah ketjil sedang disana tidak ada tjabang dari Bank Indonesia. Bagaimana kerdja sama bisa dilandjutkan setjara administratip.

Keempat , tentang pengawasan, jang didjelaskan bahwa pengawasan seluruhnja dilakukan oleh Direksi Bank Indonesia, apakah adanja wakil untuk melakukan pengawasan atas penguasaan tersebut untuk Tjabang2 dianggap tidak perlu lagi diadakan, kalau pengawasan itu seluruhnja sudah tjukup diserahkan kepada Direksi Bank Indonesia.

Selandjutnja mengenai usul2 jang dikemukakan oleh Menteri Keuangan mengenai 8 soal jang sangat prinsipiil, maka saja ingin bertanja tentang masalah modal, jaitu bahwa didalam undang-undang telah diatur bagaimana modal itu serta penggunaannja, tetapi bagaimana setelah Bank Tabungan Pos ini mendjadi Bank Negara mengenai penggunaan modal jang telah ditabung itu jang seluruhnja diawasi oleh Bank Indonesia.

Hal ini saja anggap sangat prinsipiil sekali, karena dengan demikian DPR tidak bisa ikut serta lagi menentukan. Maka pertanjaan kami ialah bagaimana modal itu digunakan.

Soal lain mengenai modal ini sebagaimana jang dikemukakan oleh Saudara Siauw Tjhan bahwa modal itu diambil dari penabung2 ketjil termasuk djuga uang jang ditarik dari murid2 S.R. Pertanjaannja, sudah berapa banjak modal sebagai hasil tabungan sampai sekarang ini (tahun 1964) dan bagaimana penggunaan modal itu selama ini, apakah masih mengikuti peraturan Tabungan Pos, apakah selama ini sudah ditinggalkan sekalipun undang2-nja belum ditjabut.

Mengenai usul Saudara Wasis saja sokong sekali bahwa ada baiknja kalau Pemerintah memadjukan satu R.U.U. dimana dimasukkan semua ketentuan2 jang sudah dikemukakan oleh Pemerintah pada Rapat Gabungan Golongan2 ini disertai pendjelasan2, Djadi karena masalah ini menjangkut masalah jang prinsipiil, saja kira ini tidak mungkin kita selesaikan pada tanggal 3 bulan April jaitu salah satu hari jang disediakan untuk rapat pleno. Paling2 pada tanggal 6 April, dimana, telah diadakan Persiapan oleh Komisi F.

Djadi kami harap supaja kalau R.U.U. itu disetudjui oleh Pemerintah dimana sekaligus akan ditjabut Perpu No. 4, supaja bahan2 itu selekas mungkin disampaikan kepada DPRGR, supaja bisa ditindjau lebih landjut.

KETUA : Supaja persilakan sdr. Hartono. HARTONO : Saudara Ketua jang kami muliakan, pada pagi hari ini saja rasa tidak beda dengan

kawan2 jang lain, bahwa kami dari rumah tidak begitu banjak bawah bekal. Tetapi dengan adanja perkembangan2 baru dimana Pemerintah menyampaikan usul2 perubahan jang didalamnja soal2 jang prinsipiil a.l. usul masukannja Bank Tabungan Negara didalam anggaran Negara.

Kedua soal bunga. Sebagaimana telah dikemukakan oleh Sdr. Siauw persoalan ini adalah sangat prinsipiil jang saja rasa tidak bisa kita peladjari dalam tempo jang singkat sadja. Untuk itu setjara kongkrit kami menyokong usul teman2 jang terdahulu jaitu supaja Pemerintah menjiapkan RUU…dan sekaligus dari Pimpinan DPRGR. Ini mengusahakan djuga supaja undang2 jang lama diperbanjak kembali, sebab kemungkinan daripada kita2 ini sudah tidak memiliki. Ini sekedar untuk meneliti rantjangan Undang2 jang baru jang diadjukan oleh Pemerintah dan Undang2 jang lama. Dengan demikian, kita bisa mengadakan

Page 6: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

28 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

pemikiran setjara nuchter untuk bisa menelorkan suatu undang2 jang bisa diharapkan oleh seluruh rakjat. Kedua kami sangat menjetudjui usul Saudara Drs. J. Piry bahwa Pemerintah dalam memberikan

perubahan dari pada Perpu No. 4 ini hanja bersifat telegram2 sadja. Untuk itu kami usulkan supaja dalam setiap perubahan itu disertai pendjelasan2 sehingga kita bisa memahami, apakah alasan2 prinsipiil atau alasan2 lain jang mengandung maksud sehingga perlu suatu usul perubahan.

Kemudian jang terachir jaitu mengenai procedure jang disini ditjantumkan bahwa tjara pembangunan akan diatur oleh Menteri itu diubah mendjadi : ditem…oleh Direksi atas persetudjuan Direksi Bank Indonesia. Hal ini djuga kami…kan Bank Indonesia dan Direksi itu. Sebab tadi sudah ada suara2 jang mengkhawatirkan djangan2 procedure ini akan mempersukar pelaksanaan dari pada pem…ngan itu sendiri, sehingga rakjat atau anak2 sekolah jang sudah kita biasakan dengan menabung di Bank tabungan Pos itu dengan melekatkan materai2 jang sudah mendjadi hobby mereka sehingga menabung minded akan terhambat oleh karenanja..Sehingga untuk itu boleh dikatakan diambil over supaja procedure dari pada penabungan itu diberikan gambaran bagaimana kira2 akan diatur oleh Direksi dan… Direksi Bank Indonesia.

KETUA : Sekarang kami persilakan Pemerintah untuk memberikan djawabannja atas persoalan2 jang diadjukan oleh para anggota.

J.M. MENKO BIDANG KEUANGAN SUMARNO, SH : Pemerintah sangat menghargai tanggapan

jang telah diberikan oleh para anggota : Sdr. Wasis, Sdr. Siauw Giok Tjhan, Sr. Piry dan Sdr. Hartono. Saudara Ketua, maksud Pemerintah untuk membangun suatu Perpu No. 4 tahun 1963 adalah

supaja bisa menudju kea rah prinsip2 Sentralisasi, Specialisasi dan konstrasi di lapangan kebidjaksanaan moneter Perkreditan dan Perbankan, dalam arti supaja segala sesuatu jang mengenai kebidjaksanaan moneter dan perkreditan serta perbankan adalah di tangan Menteri Urusan Bank sentral, sebagai pedjabat tua dari Bank Indonesia.

Kedua, supaja di lingkungan Bank2 Pemerintah terutama, tetapi djuga dimaksud kita lambat laun kea rah Bank Swasta, supaja ada pembagian tugas jang terang. Djadinja djangan ada suatu kongkourensi didalam menarik likwiditas dalam masjarakat, maupun tjara mempergunakan likwuditas itu untuk kredit2 tertentu.

Ketiga, prinsip jang dinamakan “konsentrasi” supaja crediet-middelen atau crediet soweces bisa dikuasai atau direntjanakan pemberian perkreditan itu oleh suatu instansi Pemerintah ialah Menteri Urusan Bank Sentral dan dikonsentrasikan untuk sektor2 ekonomi jang kita berikan prioriteit. Itu maksudnja. Dan usul2 perobahan, jang diadjukan oleh Pemerintah itu, djuga memberikan peningkatan dari arah jang kita tempuh dalam lapangan perbankan tersebut.

Soal kedua jang disinggung oleh para anggota ialah mengenai soal procedure. Pemerintah pada dasarnja tidak berkeberatan untuk menerima usul dari para anggota DPR-GR. Tetapi apakah kita tidak bisa menempuh suatu djalan jang lebih sederhana artinja Pemerintah tidak usah setjara formil memadjukan R.U.U. dan mentjabut Perpu No. 4 tahun 1963 dan menentukan Undang2 baru.

Apakah tidak baik Saudara Ketua usul2 kita kirimkan untuk di bitjarakan dalam Komisi F, jang akan menghasilkan Undang2 mentjabut Perpu No. 4 tahun 1963 dan menetapkan suatu Undang-undang baru. Ini adalah suatu oplossing jang sederhana.

Nantinja toch hasilnja sama djuga akan menudju kepentjabutan dan menentukan satu Undang2 baru mengenai Bank Tabungan Negara tidak sadja sekedar mengesahkan Perpu itu, tetapi djuga …operasi dan kebidjaksanaan jang telah didjalankan oleh…Pos.

Djelasnja tidak setjara resmi satu U.U. tetapi usul setjara..daripada perubahan pasal2 dan ketentuan jang bersangkutan. Djuga usul mengenai perubahan pendjelasan dan dalam Komisi…oleh jang menghsilkan Undang-undang baru jang isinja pertama mentjabut Perpu No. 4 tahun 1963 dan kedua menentukan Undang-undang Bank Tabungan Negara baru. Kira2 ini akan lebih tjepat daripada kalau kita menempuh…jang formil jang hasilnja akan sama.

Saudara Ketua, ada beberapa soal mengenai segi technis diadjukan oleh Saudara Sisiauw Giok Tjhan, jaitu mengenai…Bank Tabungan Negara dengan Instituut Anggaran Pendapatan Belandja Negara akan kita pisahkan dari Anggaran Belandja Negara akan mendjadi satu perusahaan Negara atau Bank Negara jang bernaung di bawah Menteri Urusan Bank Sentral jang djuga lepas dari….Perpu No. 19. Tetapi dengan tidak adanja satu peraturan2…jang mengadakan disiplin dalam pengurusan keuangan setjara administratip tetapi djuga mengenai kebidjaksanaan moneternja…menarik dana2 sosial masjarakat sebagai penabung maupun…uitbuiten dari modal tsb. Saja sependapat dengan Saudara Siauw Tjhan, perlu kita adakan pengawasan jang lebih teliti terhadap peraturan2 Negara, tetapi sudah beberapa kali oleh Pemerintah diterangkan pada forum ini, bahwa Pemerintah untuk mengadakan beberapa Peraturan2

Page 7: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

29 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

mengenai pengurusan keuangan perusahaan jang pada waktu jang lampau, sedikit banjak kurang terang. Perpu no. 19. tetapi peraturan follow-upnja mengenai…keuangan perusahaan Negara belum

diadakan penjempurnaan. Dalam hal ini kiranja meskipun setjara formil segala operasi dan relasi daripada Bank Tabungan Negara, tidak usah diadjukan…DPR GR, tetapi kiranja Bank sentral jang tidak terkena oleh Perpu No. 19. surat2 tahunan dari Bank Tabungan Negara bisa disampaikan oleh Pemerintah i.c. Menteri Urusan Bank Sentral kepada DPR GR. Djadi djawaban Pemerintah ini djuga menampung pertanjaan2 dari Sdr. Drs. J. Piry, bahwa ini dari Instituut jang di bawah urusan Anggaran Negara lalu sebagai Bank Negara di bawah

Mengenai soal bunga Saudara Ketua, kira2 bunga 2,64 % adalah rendah sekali, hanja untuk menarik masjarakat kita untuk…lebih saving minded perlu kita naikkan. Malah dipikirkan oleh Pimpinan Bank Sentral akan mendekati 4,8 % dan ini sudah dikalkulasikan djasa2 tersebut. Djadi para penabung akan mendapat…besar sedangkan djasa2. jang dimaksudkan ialah djasa untuk transaksi2 tertentu misalnja transfer itu diadakan sanctie2 atau harus membajar djasa tertentu, djadi tidak mengadakan penabungan ansich. Djadi ini kira2 menampung pertanjaan Saudara Siauw Gie Tjhan. Aspek dari perubahan Status memang benar jang diadjukan Saudara Piry bahwa karena itu bernaung dibawah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan sebagai satu saudara dari Bank2 lain tentang akan mempunjai aspek djuga mengenai status kaum buruh maupun mengenai gadjinja seperti Saudara mengetahui gadji daripada para pekerdja Bank Negara didasarkan atas PGPN, dan sampai sekarang gadji pokoknja masih tetap didasarkan pada PGPN, tetapi dengan pindahnja keurusan Bank Sentral, mereka mendapat tundjangan jang sama dengan tundjangan jang diberikan kepada para pekerdja dari Bank2 Negara lainnja, tetapi lambat laun, maksud dari….Urusan Bank Sentral, bahwa Pemerintah akan mengadakan uniformteit dari penggadjian dan kesedjahteraan pegawai dari pekerdja dilingkungan perbankan seluruhnja.

Mengenai soal modal tentunja kalau Pemerintah menjatakan bahwa maksud Pemerintah untuk mengadakan sedikit banjak sentralisasi dari crediet resources alat-alat perkreditan dan perbankan termasuk Bank Tabungan Negara, dalam hal ini memang wewenang dari Direksi Bank Indonesia, tetapi terutama Bank Sentral akan lebih besar, dan maksud kita supaja ada perentjanaan tentang pemberian tersebut. Sampai sekarang belum diadakan perubahan dalam praktek, atau operasi dari Bank Tabungan Pos, atau masih seperti dulu.

Djumlah jang kita himpun : Dana-dana dalam Bank Tabungan Negara kira2 Rp. 1,5 miljard. Tentang operasi sampai sekarang belum ada perubahan, tetapi sudah terang bahwa maksud

Pemerintah supaja crediet resources itu akan disentralisasikan kepada Bank Sentral untuk segera berentjana dalam pemberian kredit. Tentunja hal ini akan mengurangi zekerhaid jang ditentukan pada para penabung.

Sekian Saudara Ketua, tanggapan Pemerintah terhadap saran-saran para anggota D.P.R.. Memang maksud Pemerintah tidak hanja menjodorkan ini sadja, tetapi menawarkan kepada para Anggota D.P.R., daripada kita menunda-nunda perubahan jang mengenai operasi dan relasi dan sebagainja daripada Bank Tabungan Negara ini, dan hanja membitjarakan soal perubahan status.

Apa tidak sebaiknja kita bitjarakan lebih mendalam soal funksi, soal status, soal operasi daripada Bank Tabungan Negara ini, supaja para Anggota D.P.R.-G.R. bisa lebih mendalam membitjarakan masalah ini.

Sampai sekarang ini, soal jang dibitjarakan Saudara Hartono banjak jang didjalankan oleh Pemerintah jang tidak berdasarkan kepada Undang-undang Tabungan Pos tahun 1953. Dengan ini kita bisa mengungkap, apakah perlu ada jang masih kita koreksi bersama untuk menudju kearah suatu rentjana perkembangan atau lalulintas moneter jang lebih teratur dan berentjana.

Sekian Saudara Ketua, dan terima kasih. KETUA : Para Anggota jang terhormat, sekianlah djawaban Pemerintah.. Saja berpendapat,

bahwa pendapat mengenai procedure pembitjaraan bisa diteruskan sebagaimana biasanja, sebab kalau sekarang ini tidak setjara tegas-tegas diakui atau dinjatakan dal kalau ada pembitjaraan Perpu dalam D.P.R. itu dianggap sebagai suatu Rentjana Undang-undang. Demikianlah kenjataannja sebab kalau Perpu itu dibitjarakan oleh D.P.R. menganggap perlu mengadakan amandemen begitu rupa, sampai merubah seluruhnja, itu sudah pernah kita lakukan.

Dalam hal ini ada suatu Rentjana, Undang-undang jang sudah lama diadjukan kepada DPR GR untuk dirubah nama dan status daripada Bank Tabungan Pos, ini sudah berlaku. Pemerintah ada pikiran untuk merubah isi daripada Undang-undang itu jang sekaligus diadjukan disini. Ini bisa tetapi memuat isi atau perubahan isi daripada isi Bank Tabungan Pos itu sendiri. Mengenai bagaimana bentuknja nanti, ini bisa nomor dua.

Page 8: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

30 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Karena soal pembuatan Undang-undang itu sepenuhnja adalah wewenang Pemerintah bersama DPR, mau dibikin bagaimana bentuknja, itu adalah sebetulnja wewenang daripada Pemerintah bersama DPRGR.

Djadi tentang soal djenis ini adalah sangat mudah sekali jang penting ialah soal isinja; memang sebaiknja bahwa isi dan bentuknja itu disesuaikan, dan selama ini sering DPRGR dan isinja djuga tidak disenangi. Pada umumnja bentuk Perpu sebagai bentuk Undang2 jang tidak disenangi, apalagi kalau isinja djuga sudah banjak jang tidak sempurna.

Oleh sebab itu maka lepas daripada membitjarakan soal…maka jang kita bitjarakan ialah sebetulnja. Maka dari itu se….nanti procedure-nja pembitjaraan selandjutnja adalah akan di…kedalam rapat2 Golongan jang nanti akan menjusun ajaran2 baik mengenai isi maupun bentuk untuk selandjutnja dibawa kedalam rapat Komisi dalam hal ini Komisi F.

Didalam atjara sudah ditjantumkan adanja rapat2 Golongan besok pagi dan selandjutnja untuk membitjarakan hasil pembitjaraan hari ini, dan kemudian golongan2 itu sekaligus menjimpulkan melalui anggota2nja jang duduk dalam Komisi F jang akan membawa pendapat dari tiap2 Golongan.

Mengenai saran dari Saudara Hartono supaja dibagi lagi….nja, itu merupakan usul jang baik, akan tetapi apakah mesti…kan demikian. Saja kira kalau didjalankan demikian demikian…merupakan pemborosan kalau jang membutuhkan hanja satu dua orang sadja. Tetapi kalau untuk Pimpinan Golongan misalnja dengan…pembagian pekerdjaan anggota jang diserahi untuk memperhatikan ini atau misalnja jang mendjadi djurubitjara untuk memadjukan pendapat2 dari golongan, bisa mengadakan hubungan dengan Sekertaris.

Djika demikian, saja kira atjara sudah bisa diselesaikan terserah kepada golongan2 untuk menentukan bagaimana pembitjaraan selandjutnja didalam Komisi mengenai Perpu ini.

Apakah dari pihak anggota masih ada jang ingin memadjukan pendapatnja lagi. DRS. J. PIRY : Saudara Ketua, Pimpinan jang kami muliakan pada tanggal 3 jang akan dating kita

masih menghadapi dua… jaitu pertama jang mengenai S.W.I. bangunan dan Kedua mengenai…tjukai. Dalam rapat bersama antara Komisi F dengan Pemerintah sudah ditentukan bahwa bahan2 mengenai Perpu tersebut sudah akan disampaikan hari ini, akan tetapi pelaksanaannja sampai hari ini belum disampaikan. Oleh sebab itu maka kami bertanja kapan bahan tersebut bisa disampaikan, sehingga para anggota sudah biasa mempersiapkan ssesuatunja, barangkali masih ada perubahan.

KETUA : Saja persilakan kepada Pemerintah untuk memberi keterangan J.M. MENKO BIDANG KEUANGAN SUMARNO, SH : Saudara Ketua mengenai Perpu tentang

S.W.I. Bangunan sebenarnja pada hari Djum’at saja siap, akan tetapi mungkin berhubung dengan adanja hari libur, …pengirimannja belum dapat dilaksanakan. Akan tetapi memang ma…nja redaksi baru dari R.U.U. pengesahan S.W.I. Bangunan itu akan kami kirimkan dengan setjepat2nja. Lain daripada itu saja anggap…tidak banjak lagi komentar, karena sudah banjak perubahan2 jang ..terima oleh Pemerintah atas saran D.P.R.-G.R. i.c. dari para anggota Komisi F.

-----------------------------------------

Page 9: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

31 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

KETUA : Djadi mengenai soal ini kami harapkan kepada Staf daripada Departemen untuk bisa

menjampaikan setjepat2nja bahan2 jang diperlukan itu. Dengan demikian kita bisa meningkat kepada atjara jang kedua ialah : Pendjelasan tambahan mengenai R.U.U. tentang bagi hasil perikanan.

Sebagaimana biasa sesudah fihak Pemerintah dalam hal ini J.M. Menteri Pertanian dan Agraria memberi tambahan pendjelasan, kepada para anggota akan diberi kesempatan untuk memadjukan pertanjaan2 mengenai hal2 jang dianggapnja kurang djelas, ataupun saran2nja tentang R.U.U. ini

Kami persilakan J.M. Menteri Pertanian dan Agraria. J.M. MENTERI PERTANIAN DAN AGRARIA, SADJARWO S.H. : Saudara Ketua Jang Mulia dan

Saudara2 anggota Jth., pertama saja ingin mengutjapkan banjak terima kasih kepada Sdr. Ketua jang mulia bahwa RUU ini dapat diselipkan didalam atjara2 jang sudah begitu padat daripada DPRGR. Sehingga R.U.U. ini dapat dibitjarakan djusteru didalam suasana untuk memperingati dan merajakan hari Nelajan nasional jang akan berlangsung pada tanggal 6 April j.a.d.

Saudara Ketua jang kami muliakan, sebagai salah satu usaha menudju kearah terwudjudnja masjarakat sosialisme Indonesia, chususaja untuk meningkatkan taraf hidup dari para nelajan, baik nelajan dari pada perikanan laut, ataupun perikanan darat, maka Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara dengan ketetapan No. 2?MPRS 1960 dan resolusinja No. 1/MPRS. Tahun 1963 memerintahkan supaja diadakan suatu undang-undang jang mengatur soal usaha perikanan jang diselenggarakan dengan perdjandjian bagi hasil.

Undang2 ini merupakan realisasi dari pada pemerintah MPRS. Tersebut. Didalam mempersiapkan R.U.U. ini kami telah mengambil kebidjaksanaan untuk membentuk suatu panitia jang anggota2nja selain terdiri dari pendjabat2jang ahli dalam lingkungan Departemen Pertanian dan Agraria, djuga terdiri dari wakil2 Organisasi massa tani Nasakom jang duduk sebagai anggota2 Komisi DPRGR dan wakil2 dari Induk Koperasi Perikanan Indonesia. Wakil2 organisasi mana kami anggap sebagai penjambung lidah dari para nelajan penggarap tambah chususnja dan masjarakat perikanan umumnja.

Pengikutsertaan anggota2 Komisi D tersebut didalam Panitia, dipandang dari sudut procedureel mungkin dianggap kurang sesuai. Tetapi kami jakin bahwa hal jang demikian itu djusteru akan mempertjepat penjelesaian U.U. jang demikian itu djusteru akan mempertjepat penjelesaian U.U. jang bersangkutan.

Saudara Ketua J.M., Kebidjakan jang sama telah kami ambil pula dalam mempersiapkan R.U.U. jang memuat ketentuan2 pokok perikanan laut jang dalam waktu jang dekat pula dapat diharapkan, disampaikan kepada DPR-GR untuk dibahas bersama. Harapan kami ialah, bahwa kebidjaksanaan tersebut hendaknja mendapat pengertian dan sambutan jang wadjar sesuai dengan maksud dan tudjuan kami tersebut di diatas. R.U.U. jang akan kita bahas ini mengatur soal bagi hasil perikanan, baik perikanan darat maupun perikanan laut.

Sebagaimana ditentukan dalam pasal 12 ajat 1 Undang2 pokok Agraria, segala usaha bersama dilapangan agrarian pertanian, djadi termasuk djuga usaha perikanan, baik perikanan darat maupun perikanan laut haruslah diselenggarakan setjara gotong-rojong atas dasar kepentingan bersama dari semua pihak jang turut serta, jaitu baik mereka jang menjediakan tambak, kapal2 perahu dan alat2 perikanan lainnja, maupun buruh. Pengusahaan perikanan atas dasar perdjandjian bagi hasil, Dewasa ini masih diselenggarakan menurut ketentuan2 hukum adat setempat jang beraneka warna, berhubung perbedaan pula dalam tjara dan alat penangkapan jang dipergunakan serta kekuatan ekonomi dari pihak2 jang bersangkutan Menurut ketentuan2 bagi penggarap dan nelajan belum terdjumlah pembagian jang seimbang dengan tenaga dan djasa jang mereka sumbangkan didalam usaha bersama tersebut hal mana bertentangan dengan unsur2 pokok sosialisme Indonesia, jang menuntut dihapuskannja exploitation delhome parl’lhomme. Berhubung dengan itu, maka pertama2 perlu diadakan ketentuan2 jang menghilangkan unsur2 perdjandjian bagi hasil tsb. Jang bersifat pemerasan, sehingga dengandemikian semua pihak2 jang surut serta dalam usaha itu mendapat bagian jang sesuai dengan djasa jang disumbangkannja.

Hal ini realisasinja tertjantum dalam pasal 3 R.U.U jang bersangkutan jang pada pagi ini kita persoalkan, dimana ditentuakan daripada para nelajan dan penggarap tambah paling sedikit adalah sebagai berikut :

Untuk perikanan laut : a. djika dipergunakan perahu lajar, 75% dari hasil bersih itu diterima nelajan. Djika dipergunakan

perahu motor, 40% dari hasil bersih.

Page 10: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

32 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

b. Mengenai perikanan darat. Mengenai hasil ikan pemeliharaan dari hasil bersih. Mengenai hasil ikan liar, 60% dari hasil kotor. Dengan ketentuan bahwa angka bagian untuk ikan pemeliharaan dan ikan liar tersebut, merupakan suatu kesatuan, dan menjadi tambak jang keadaan kesuburannja sedang.

Adapun pembagian diatnara para nelajan sendiri, jaitu berupa bagian djuru mudi, djuruarus, djuru bidang, dll. Diatur menurut kebiasaan setempat dan disesuaikan dengan keputusan2 atas dasar musjawarah sendiri antara para nelajan tsb.

Penetapan bersarnja bagian penggarap dan nelajan tersebut didasarkan atas pembagian beban2, biaja2, dll. Jang diperlukan dalam pasal 4 R.U.U. ini. Djika menurut kebiasaan setempat pembagian beban2 jang bersangkutan dengan usaha perikanan itu telah diatur menurut ketentuan dalam pasal 4, sedang pembagian jang diterima oleh fihak nelajan atau penggarap lebih daripada jang ditetepkan dalam pasal 3, maka aturan jang lebih menguntungkan pihak nelajan atau penggarap itulah jang harus dipakai. Ketentuan tersebut dalam pasal 3 diatas telah merupakan suatu pengaduan, oleh karena menurut peraktek jang berlaku sekarang bagian jang diterima oleh nelajan dan penggarap djauh lebih kurang dari pada itu. Jaitu umumnja kurang dari masing2 60% untuk perahu lajar, kurang 30% untuk kapal motor dan 20% untuk hasil tambak jang kesuburannja dianggapnja sedang.

Sdr. Ketua jang kami muliakan, dengan memberikan djaminan jang demikian itu, maka disamping perbaikan tjara hidup para nelajan jang bersangkutan, diharapkan pula timbulnja perangsang jang lebih besar didalam meningkatkan produksi perikanan, hal mana akan memberikan pengaruh jang baik dalam rangka production-drive didalam bidang perikanan ini. Dalam pada itu, hal tersebut tidaklah berarti bahwa kepentingan para pemilik tambak, para pemilik kapal perahu dan alat2 penangkapan ikan, diabaikan begitu sadja. Usaha perikanan, terutama perikanan latu membutuhkan alat2 jang memerlukan biaja pemeliharaan serta perbaikan dan jang pada waktunja harus diganti dengan jang baru. Menetapkan bagian imbangan jang terlalu kecil bagi golongan pemilik itu, dapat berakibat bahwa soal pemeliharaan dan perbaikan serta pergantian alat tsb. Akan kurang mendapat perhatian atau diabaikan sama sekali. Hal jang demikian itu selain akan merugikan fihak2 jang bersangkutan sendiri, akan pula berpengaruh jang tidak baik terhadap produksi ikan pada umumnja.

Hal2 jang tersebut diatas telah mendapat perhatian didalam menetapkan perimbangan sebagai tersebut diatas. Berhubung dengan itu para pemilik tersebut mendapat bagian jang lajak dengan pengertian bahwa dengan demikian ia berkewadjiban pula untuk menjelenggarakan pemeliharaan dan perbaikan alat2 kepunjaannja sebagaimana mestinja jang djuga pengaruh pemeliharaan itu terhadap hasil2 penangkapannja. Menurut pengalaman2 didalam melaksanakan Undang2 bagi hasil pertanian maka besarnja imbangan bagian hasil ditetapkan sekali dalam Undang2 ini. Djadi tidak diserahkan kepada intansi2 jang didaerah2 jang menurut pengalaman kita tidak dengan segera mendapatkan imbangan jang bersangkutan. Dengan demikian, maka ketentuan2 tentang imbangan bagi hasil perikanan ini dapat segera didjalankan setelah Undang2 ini mulai berlaku. Dengan tidak menutup sama sekali kemungkinan untuk mengadakan penjesuaian dengan keadaan daerah, djika hal itu sungguh2 dipandang perlu, jang tersebut dalam pasal 5 ajat2.

Selain itu ditentukan pula djangka waktu perdjandjian bagi-hasil untuk mendjamin agar para nelajan dan penggarap tambak tidak mendapat perlakuan jang se-wenang2 dari pada pemilik jang bersangkutan.

Saudara Ketua Jang Mulia, perbaikan antara penghidupan para nelajan itu tidak bias ditjapai hanja dengan memperbaiki sjarat-sjarat bagi hasil sadja. Untuk itu usaha pembentukan koperasi-koperasi perikanan perlu dipergiat dan disempurnakan , dan lapangan usaha serta keanggotaan perlu pula diperluas. Keanggotaan koperasi tersebut harus meliputi semua orang jang ikut serta dalam usaha perikanan, baik bagi para pemiliknja maupun nelajan dan penggarap ikan, serta buruh perikanan. Lapangan usaha koperasi itu tidak sadja terdapat pada produksi, jaitu pemeliharaan, penangkapan, pengolahan ikan serta pemasarannja, tetapi djuga harus meliputi soal kredit, baik jang bersifat produktif dalam artian penangkapan-penangkapan maupun jang bersifat untuk menjelamatkan dari pemasaranja, serta ahal-hal jang mendjangkut kesedjahteraan pada anggota serta pada keluarganja. Misalnja usaha untuk menjukupi keperluan sehari2, menjelenggarakan Dana Ketjelakaan, atau Asurandi Ketjelakaan, Kematian dll. Dengan demikian maka mereka itu dapat dilepaskan dari praktek-praktek pelepas uang, tengkulak-tengkulak dan lain-lain jang dewasa ini masih meradjalela dikalangan usaha perikanan, terutama perikanan lautakan tetapi djuga terdapat pada perikanan darat,terutama dalam soal pemasarannja.

Untuk memberikan djaminan, perlindungan terhadap para nelajan dan penggarap tambak djang umumnja, ekonominja sangat lemah itu, maka dalam Rentjana Undang-undang ini ditetapkan perbuatan-

Page 11: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

33 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

perbuatan jang mempunjai unsur2 idjon, sewa menjewa dan gadai-menggadaitambak. Hal ini akan dapat terlaksana dengan sebaik-baiknjadjikalau dalam pelaksanaan tentang itu ada pengawasan setjara intensif, dimana diikut-sertakan pula organisasi organisasi nelajan sendiri setempat djang mendjadi anggota Front Nasional.

Saudara Ketua jang kami muliakan, demikianlah sekedar tambahan pendjelasan mengenai Rantjangan Undang-undang jang pada pagi ini mulai kita bahas, dan kami mengharapkan pula dalam melaksanakan pembahasan Renjana Undang-undang ini bisa kita selesaikan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja pula. Disampingnja pula didalam suasana kegotong-rojongan, dimana Pemerintah bersedia oula untuk membitjarakan dengan sseluas-luasnja Rentjana Undang-undang ini tanpa melepaskan soal-soal jang baik oleh Pemerintah sendiri maupun oleh para Anggota Dewan Perwakilan RakjatGotong Rojong Seksi D jang turut serta didalam membahas atau menjiapkan Rentjana Undang-undang ini, sehingga dapatlahdengan demikian Rentjana Undang-undang ini bisa diselesaikan dalam tempo jang singkat pula.

Pada kesempatan ini pula saja ingin mengutjapkan banjak-banjak terimakasih kepada D.P.R.-G.R. pada umumnja, dan chususnjakepada para Anggota-anggota Komisi D jang bersangkutan jang telah dapat menjelesaikan Rentjana Undang-undang Bagi Hasil Perikanan ini di dalam tempo jang sangat singkat, sehingga Pemerintah pada bulan Desember 1963 telah dapat mengadjukan Rentjana Undang-undang ini dengan amanat Paduka Jang Mulia Presiden kepada Dewan Perwakilan Rakjat Gotong-Rojong. Sekian, terimakasih.

KETUA : Terimakasih atas pendjelasan Pemerintah mengenai Rantjangan Undang-undang

tentang Bagi Hasil Perikanan. Sekarang kepada para Anggota saja berikan kesempatan untuk mengadjukan pertanjaan2 atau saran-saran.

Untuk itu saja hendak bertanja siapa jang akan memadjukan pertajaan ataupun saran2./ (Terdjatat lima anggota jang akan berbitjara jaitu Saudara2 Brodjotaruno, Dahlan Billy, Suhaimi

Rachman dan Sdr. Abdullah). Saja persilahkan Saudara Brodjotaruno. M. BRODJOTARUNO : Saudara Ketua J.M.; R.U.U. Bagi hasil perikanan jang kita bahas dan

diberikan pendjelasan tambahan oleh Pemerintah d.u.i. J.M ; Menteri Pertanian/ Agraria memang telah lama ditunggu-tunggu oleh masjarakat nelajan pada chususnja, karena perlakuaan oleh para pemilik kapal/perahu terhadap para nelajan dirasakan memang tidak adil karena masih tampak berlakunja pemerasan tenaga halmana sudah tidak sesuai lagi dengan Dunia kemerdekaan kita.

Sekarang telah ada R.U.U. jang akan mengatur hal itu, jang tentu maksud tudjuannja untuk memperbaiki pembagian hasil perikanan laut maupun darat (tambak) supaja seimbang dengan nilai tenaga jang ditjurahkan untuk itu.

Setelah kami membahas RU.U. itu maka masih perlu kami meminta keterangan atau pendjelasan dari Pemerintah sebagai dibawah ini : Pasal 1. bab e Tentang definisi tambak.

Genangan air jang dibuat oleh orang disepandjang pantai untuk pemeliharaan ikan apakah itu jang dimaksudkan suatu genangan air dipantai jang ada diatas tanah yjang ada pemiliknja dan dibuat oleh pemiliknja sendiri asal ada genangan air diatas tanah jang tidak tertentu pemiliknja dapat djuga diolah oleh orang dan dipelihara sehingga berwudjud tambak dan terus dikuasainja? Pasal 1. Bab e Tentang definisi tambak. Genangan air jang dibuat oleh orang disepandjang pantai untuk pemeliharaanikan apakah itu jang dimaksudkan suatu genangan air dipantai jang ada diatas tanah jang ada pemiliknja dan dibuat oleh pemiliknja sendiri asal ada genangan air diatas tanah jangtidak tertentu pemiliknja, dapat djuga diolah oleh orang dan dipelihara sehingga berwudjud tambak dan terus dikuasainja?

Pasal 3. Apakah pembagian hasil jang prosentagenja telah ditentukan dalam pasal 3 R.U.U Ini merupakan kepastian jang harus demikian atau merupakan pedoman sadja?

Pasal 5. Ajat (1) Redaksionil sadja perlu pada garis kedua dari tengah terdapat ada kalimat telah diatur menurut ketentuan pasal 4, “ apakah tidak lebih tepat djikalau kata “ diatur menurut “ itu diganti dengan :” sesuai dengan ? Sebab adanja kebiasaan itu berdjalan sebelum ada pasal 4 sehingga sekarang setelah diadakannja U.U ini, baru ada pasal.4.itu,djadi tidak mungkin keadaan jang telah biasa itu diatur menurut ketentuan pasal.4 jang belum ada.

Pasal.5 ajat (2). Djika disesuatu daerah didalam pembagian beban sudah berlaku menurut kebiasaan dan sukar

Page 12: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

34 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

untuk disesuaikan dengan pasal.4., maka Pemerintah Daerah tk.II jang diberi hak wewenang menetapkan, apa sebanja tidak Pemerintah Daerah tk.II jang diberi wewenang tentang hal itu? Sebab sebenarnja meskipun dalam satu daerah tk.I dalam beberapa tempat kabupaten (daerah tk.II) peraturannja atau tjaranja tidak tentu sama. Oleh karena itu perlu lagi tambahan pendjelasan dari Pemerintah, sebab itu pasal % ini tidak ada pendjelasan nja dianggap sudah djelas.

Pasal 10. Ajat (2). Apakah tidak dianggap suatu keharusan adanja ketentuan atau penetapan upah kepada nelajan supaja bisa tertjapai keseragaman ketentuannja, dengan tidak usah mengabaikan ketentuan2 jang telah ditentukanoleh Menteri Pemburuhan sebab dlm pasal. 10 ajat (2) ini hanja disebutkan “ djika dianggap perlu oleh Pemerintah Daerah tk.I dapat diadakan peraturan tentang penetapan upah”

Pasal 13. Ajat (1). Terhadap kapal /perahu karena beberapa sebab, pemilinja tidak suka menjediakan kapal/perahunja untuk bagi hasil, merupakan keharusan diperlakukan bagi hasil jang diatur dalam Undang2 ini sehingga diberi weweang kepada Bupati/Kepala Daerah tk.II menjerahkan kapal /perahu itu dengan bagi hasil kepada Koperasi perikanan setempat. Apakah itu maksudnja untuk tidak merugikan produksi perikanan ataukah ada maksud lain? Demikian djuga tembak perikanan jang oleh pemiliknja tidak disediakan untuk bagi hasil dan dibiarkan begitu sadja tidak diusahakan setjara lain, maka Asisten Wedana setempat diberi wewenang untuk menjerahkan pada penggarap dengan bagi hasil apakah sebabnja tidak Bupati/Kepala Daerah tk.II sedang Asisten Wedana tjukup mengusulkan setjara konkrit sadja, hal mana supaja dalam hal ini tetap adanja kontrole tidak akan ada kesan2 jang kurang adil atau kurang baik?

Pasal 15 ajat (2).Pada permulaan kalimatnja terdapat kata : Koperasi Pertanian a. apakah salah tik, jang sebenarnja Koperasi Perikanan jang dimaksud? Sekian Saudara Ketua dan terimakasih. KETUA : Terima kasih kepada Saudara Brodjotaruno. Sekarang kami persilahkan Saudara Dahlan. DACHLAN : Saudara Ketua, dengan dibitjarakan U.U bagi hasil Perikanan ini adalah suatu tanda

kemadjuan dimana kita akan bersama membahas soal tersebut jang sudah lama diinginkan oleh banjak nelajan.

Saudara Ketua, disini saja ingin memadjukan pertanjaan atau ingin mendapat pendjelasan dari Pemerintah mengenai pasal 3. Didalam pasal 3 ajat 1 ditentukan 75% bagi hasil perahu (bersih); dan djuga ajat 6 40%, demikian djuga dalam ajat 2.Jang ditanjakan = dalam kesatuan itu dibawahnja,dengan ketentuan bahwa angka bagian untuk ikan untuk pemeliharaan dan ikan luar tersebut merupakan satu kesatuan.

Hal ini saja ingin tanja : dasar jang menentukan 75% hasil bersih, 40% dan demikian 40% dan kedua 60% bagi ikan liar.

Disitu kalau tidak salah, menentukan itu atas dasar pasal 4, dimana dalam pasal itu masih banjak jang saja kira bagi bagi nelajan atau para nelajan sangat berat. Misalnja didalam pasal 4 sebagai dasar menentukan pasal 3 tadi, dimana ajat a “beben2” jang mendjadi tanggungan bersama dari pemilik dan pihak nelajan, ongkos lelang, uang rokok dan ditambah jang paling achir: ongkos mendjaga perahu,pada waktu dipantai dan biaja untuk bekal dan biaja iuran2 jang disahkan oleh Pemerintah daerah tingkat II jang bersangkutan. Dan mengenai “ sedekah “ apa jang dimaksudkan ? Kalau ini dibebankan bersama, maka saja rasa terlalu berat bagi fihak buruh dan nelajan jang mestinja itu harus dibebankan pada fihak pemilik/pengusaha.

Djuga mengenai pasal 4 ajat 1 sub c : “beban2 jang mendjadi tanggungan nelajan biaja perbekalan mereka jang selama dilaut “

semestinja itu dipikul oleh pemilik, djustru hasilnja sudah dipotong demikian rupa, jang semestinja memberikan perangsang terutama kepada buruh nelajan tadi, maka hal2 ini akan diputuskan dan mendjadi tanggungan bersama, mengenai pasal 4 ajat 1 sub a dan b ingin saja minta pendjelasan sampai dimanakah dasar jang dipakai oleh Pemerintah, mengenai pembagian tersebut.

Sekarang mengenai pasal 13. Pasal 13, menjatakan bahwa kalau mereka pihak pemilik tidak dapat menjerahkan alat-alat dan perahunja, maka akan diserahkan djuga oleh Pemerintah daerah tingkat satu dan kepada koperasi , dan kalau tidak bisa menerima uangnja itu tentu akan diserahkan kepada Bank, maka dalam hal ini siapa jang akan mengontrol pemasukan uang itu. Didalam pasal 16 ajat 2 dikatakan

Page 13: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

35 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

djika kedjadian jang di maksudkan pada ajat 1 pasal ini mengakibatkan ketjelakaan-ketjelakaan, maka usaha perikanan jang bersangkutan wadjib memberi tundjangan jang lajak kepada keluarga jang ditinggalkannja”. Didalam hal ini mengenai tanggungan untuk jang bersangkutan tadi, apakah dasar dan pengertian nelajan, tidakkah sebaiknja ditentukan dalam peraturan kalau ini demikian tanggungannja dan kalau ini meninggal ditentukan dalam peraturan itu, dmikian maksudnja. Saja rasa mengenai perselisihan jang nanti akan disampaikan kepada Pemerintah daerah tingkat satu, sebaiknua diperluas, jaitu sampai Pemerintah daerah tingkat dua, sehingga bisa diselesaikan tidak sadja Pemerintah tingkat satu tetapi djuga daerah tingkat dua.

Sekian, Sdr. Ketua, terima kasih. KETUA : Sekarang saja persilahkan Sdr. S.I.Billy. S.I BILLY: ...................................................................................... Tentang bagi hasil perikanan adalah salah satu Rantjangan Undang-undang jang telah lama

dinantikan oleh masjarakat. Djadi djikalau sekarang ini Jang Mulia telah berhasil menjampaikan Rantjangan Undang-undang ini kepada Dewan Perwakilan Rakjat Gotong-Rojong untuk dibahas dan dengan harapan semoga diwaktu jang singkat akan ditetapkannja. Maka kamipun tidak lupa menjampaikan penghargaan jang setinggi-tingginja kepada Jang Mulia Menteri jg telah berhasil menjampaikan R.U.U. ini.

Karena dengan menjampaikan R.U.U. ini kepada DPR-GR adalah berarti mendjawab apa jang diharapkan oleh masjarakat selama ini. Sebab itu Saudara Ketua Jang Mulia, kami mengadjukan beberapa pertanjaan atau berupa saran nanti, tidaklah berartiuntuk menjulitkan penjelesaiannja hanjalah merupakan bahan pemikiran entahlah berupa pertanjaan jang akan di djawab, saling pengertian ada saling paham ada atau berupa saran djikalau perlu disisipkan atau dimasukkan dalam Rantjangan Undang-undang ini merupakan satu kelengkapan, sehingga dengan demikian terlaksanalah kiranja apa jang diharapkan oleh Jang Mulia Menteri, semoga dalam waktu jang singkat, Rantjangan Undang-undang ini akan dapat disahkan dan ditetapkan sesuai dengan harapan masjarakat.

Selanjutnja, Saudara Ketua Jang Mulia ada baiknja saja mulai mengadjukan beberapa pertanjaan-pertanjaan sebagai berikut :

1. Tentang nelajan jang merupakan suatu kesatuan (unit) : Apakah diadakan peraturan tjara mereka melakukan pembagian dikalangan sendiri.Baik

dalam undang-undang maupun dalam pendjelasan tidak terdapat keterangan tentang hal itu. Apakah hal itu akan diserahkan kepada kelaziman belaka? Kalau demikian kami chawatir kalau-kalau terdjadiperlakuan-perlakuan jang tidak adil.

2. Pasal 5. Kalimat terachir dari ajat 2yang berbunji : Penetapan Pemerintah Daerah Tingkat I itu memerlukan pengesahan Menteri Pertanian dan

Agraria. Apakah hal itu tidak akan menghambat kelantjaran pelaksanaanja, apabila tidak ditentukan

limit waktu pengesahan keluar, misalnja tiga bulan? 3. Kami ingin melihat adanja suatu asuransi djiwa bagi para nelajan, jang melakukan

penangkapan ikan dilautan, jang setiap saat dapat menghadapi bahaja maut. Apakah dipasal 16 ajat 2 dapat disisipkan ketentuan antara lain asuransi djiwa, jang akan diatur tersendiri atau dalam suatu Undang-undang pokok perikanan?

4. Rantjangan Undang-undang bagi hasil nelajan ini bersangkut paut dengan bidang Perikanan pada umumnja : a. Apakah Pemeintah tidak sependapat dengan kami, bahwa adalah lebih wadjar kalau

sebelum Rantjangan Undang-undang ini terlebih dahulu diusahakan adanja suatu Rantjangan Undang-undang tentang Pokok-pokok Perikanan

b. Sampai dimanakah usaha Pemerintah dalam mewujudkan suatu Rantjangan Undang-undang tentang Pokok-pokok Perikanan?.

5. Sebagaimana dalam bidang Pertanian dan bidang-bidang lainnja, djuga dalam bidang penangkapan ikan masih terdapat idjon – sistim jang sangat menjedihkan berupa pemberian modal didalam pembelian alat-alat perlengkapan dan kebutuhan sehari-hari bagi para nelajan jang banjak terdapat di Kalimantan-Barat, didalam unsur penangkapan ikan dengan alat belat= sero, jang memerlukan modal jang besar.

Sjarat pada umumnja :” Hasil ikan harus didjual kepada sipemberi modal atau pemberi kebutuhan sehari-hari dengan harga jang tertentu, jang djauh dibawah harga jang sebenar-benarnja.

Page 14: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

36 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

a. Sampai dimanakah usaha Pemerintah dalam usaha mengadakan suatu Rantjangan Undang-undang Anti Idjon, sebagai pengganti Anti Woeker Ordonnantie jang dulu jang praktis tidak berlaku ?

b. Apakah Pemerintah tidak sependapat dengan kami, bahwa ada baiknja, kalau dalam Rantjangan Undang-undang jang kita akan bahas sekarang ini, diadakan pasal-pasal jang maksudnja mentjegah adanja idjon-sistim sebagai telah kami uraikan diatas adi sebelum Rantjangan Undang-undang Anti-Idjon diadakan ?

Sekian Saudara ketua jang Mulia dan sekali lagi meskipun ini merupakan pertanjaan-pertanjaan atau saran-saran, tetapi berarti saling djalin mendjalin untuk segera menjelesaikan Rantjangan Undang-undangini.

Terima kasih. KETUA : Saja teruskan denganAnggota jang terhormat Saudara Suhaimi Rachman. SUHAIMI RACHMAN : Saudara Ketua, pertama2 saja ingin menjatakan terima kasih kepada jang

Mulia Menteri, bahwa Jang Mulia Menteri dengan tangan terbuka seterusnja bersedia untuk menjempurnakan Rentjana Undang-undang ini dengan mengadakan musjawarah-musjawarah terutama dengan Anggota-anggota Komisi D.

Saudara Ketua, sebagaimana didjelaskan oleh Jang Mulia Menteri, dengan setelah saja membaca dalam Konsiderans, djuga dalam pendjelasan-pendjelasan mengenai kalimat-kalimat jang pertama, jaitu usaha menudju kearah perdjuangan masjarakat Sosialis Indonesia dan djuga setelah saja membatja pendjelasan umumnja saja mendapat gambaran, seakan-akan kalau Rendjana Undang-undang ini sudah diterima dan dilaksanakan, maka maka kita sudah hidup dalam satu masjarakat sosialis.

Saudara Ketua, hal ini saja perlu adjukan, karena bukan sadja sekedar tanggapan jang saja anggap bisa memberikan gambaran jang enak, tetapi djuga kalau saja lihat kepada penjusunan dalam berbagai pasal selandjutnja dapat dilihat berbagai tjiri dari alam pikiran jang pokok tadi, jaitu misalnja dihilangkan atau hilang unsur-unsur jang bersifat pendjelasan. Dari sini Saudara Ketua, saja kira kita semua sudah mengerti dan mengetahui, bahwa kita sekarang berada berada bukan didalam masjarakat sosialis Indonesia, tetapi didalam tahapan pertama daripada revolusi Indonesia. Ini saja kira, kalau kita didalam tahapan sekarang kita sudah mau menghilangkan unsur-unsur itu sama sekali, saja kira bukan sadja tidak bisa, tetapi djuga memang pemerasan, saja kira Sdr. Ketua ini bukan sadja satu kemadjuan, tetapi saja kira djuga satu kemadjuan jang besar.

Djuga bisa dilihat daripada bagaimana misalnja didalam pasal-pasal disusun kesamarataan kedudukan dari pada pemilik, jang saj katakan sadja djuragan-djuragan besar, bersamaan dengan djuragan-djuragan sedang dengan nelajan-nelajan ketjil. Itu bisa kita lihat dalam misalnja pasal 4 jang oleh beberapa Anggota sudah dikemukakan, bagaimana beratnja kewadjiban-kewadjiban jang akan dipikul oleh para nelajan, oleh para buruh nelajan jang dipersamakan pertanggungan djawabnja dengan djuragan-djuragan jang besar. Saja kira disini tidak ada sama sekali pendjelasan-pendjelasan bagaimana sesungguhnja kedudukan daripada nelajan-nelajan ini; adakah djuragan-djuragan jang besar, atau adakah nelajan-nelajan jang mungkin hanja mempunyai satu atau dua perahu sadja.

Saudara Ketua jang terhormat, penjamarataan dalam hal ini jang memberikan beban-beban jang berat kepada para nelajan-nelajan jang ketjil sama dengan djuragan-djuragan jang besar, bisa mengakibatkan maksud jang baik daripada Rentjana Undang-undang ini untuk menghilangkan pemerasan, atau kalau saja katakan membatasi, itu mendjadi hilang sama sekali.

Saja kira Saudara Ketua, kita sependapat bahwa pada taraf sekarang ini kita susun suatu RUU jang memang sesuai dengan keadaan sekarang, dan jang memang sesuai dengan tudjuan dari RUU ini untuk membebaskan dan memberi keringanan2 kepada kaum buruh nelajan daripada penghisapan2. Berhubungan dengan itu Saudara Ketua, djuga pokok pikiran jang saja kemukakan ini menjangkut misalnja mengenai masalah koperasi, sesuai dengan pendjelasan jang saja kemukakan didalam soal koperasi ini semua orang jang turut serta dalam perusahaan perikanan, menurut pendapat saja, sesuai denganadanja perbedaan tingkat kedudukan sosial didalam masalah nelajan ini, apakah tidak lebih baik didjelaskan oleh Pemerintah, semua orang jang turut serta langsung melaksanakan pekerdjaan pokok didalam perikanan.

Kemudian Saudara Ketua, mengenai masalah konsiderans, serta pendjelasan-pendjelasannja seperti telah saja kemukakan tadi, apakah pemerintahtidak sependapat dengan kami andaikata kita menjusunnja itu sesuai dengan keadaan tuntutan revolusi tahap pertama, hingga dengan begitu maka kita akan menghilangkan salah tangkap atau keragu2-an daripada mereka jang membatja RUU ini. Dan saja kira djuga ridak tidak mengurangi maksud baik dari RUU ini.

Page 15: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

37 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Selandjutnja mengenai pasal2 jang menjangkut djangka waktu perdjandjian, jaitu pasal 7 ajat 1, kalau perdjandjian bagi perikanan laut itu 3 bulan berturut-turut dan untuk perikanan darat 2 tahun, apakah tidak baik kalau kita bagi kedua2nja disamakan sadja seperti perdjandjian bagi hasil dilapangan pertanian jaitu selama 3 tahun.

Kemudian di dalam ajat 4 pasal itu djuga, mengenai penghentian perdjandjian bagi hasil sebelumnja berachir djangka waktu perdjandjian hanja mungkin dan sebagainja ada sub2 a, b dan c dan sebagainja, “ dengan idjin Kepala Desa dan sebagainja, “ apakah tidak baik kalau didalam hal ini penghentian perdjandjian hasil itu dilakukan atas persetudjuan kedua belah pihak jang bersangkutan. Saja kira dengan demikian tjukup djelas.

Selandjutnja mengenai larangan2 pasal 9, saja ingin tanjakan mengenai masalah sewa menjewa. Apakah didalam waktu sekarang ini demi lantjarnja pelaksanaan undang2 ini nantinja, masalah sewa menjewa sudah waktunja dimasukkan dalam larangan ini.

Mengenai usaha perikanan atas dasar pasal 10 jang menjangkut bidang Menteri Perburuhan dan Menteri Agraria, saja lihat bahwa akan sangat baik sekali dan sebagaimana tradisi jang biasa digunakan sekarang ini oleh berbagai Departemen, ialah untuk mendengar pertimbangan2 organisasi 2 nelajan sebelum peraturan2 upah ditetapkan oleh Menteri, sehingga dengan demikian nanti bisa didjamin, dan ditambah dalam pasal itu kata2”dengan mendengar organisasi2 buruh , nelajan dan sebagainja.”

Kemudian mengenai bab 7 pasal 12, menjatakan bahwa Pemerintah perlu akan mengadakan peraturan tentang pembentukan dan penjelenggaraan dana2 dsb. Saudara Ketua, saja anggap sebetulnja soal ini tidak perlu dimuat dalam R.U.U, ini, sebab dengan tidak ditjantumkan disinipun Pemerintah bisa membuat peraturan2 mengenai dana2 disamping sesungguhnja setjara langsung tidak ada hubungan dengan Undang-undang bagi hasil ini.

Kemudian mengenai pasal 13 dan 14 jang mendjadi sasaran jang mau kami kemukakan adalah bahwa penjusunan kalimat2 ini adalah bersimpang siur. Kalau kita batja dalam pasal. 13 ini, ada kata2 : organisasi2 nelajan setempat jang mempunjai pengaruh terbesar “ dan ditempat lain disebut “ organisasi2 nelajan” sadja. Apakah tidak sebaiknja kalau didalam penjusunan R.U.U. ini istilah2 itu disamakan., apakah tidak sebaiknja kalau didalam penjusunan pasal2 ini jang dimaksud dengan organisasi2 nelajan itu disamakan sadja, jaitu organisasi2 nelajan jang mendjadi anggota Front Nasional, Djadi dihilangkan kata2 terbesar dan sebagainja.

Jang terachir mengenai perkataan “organisasi nelajan “ dan organisasi karyawan”. Saja anggap bahwa apa jang sudah dikemukakan didalam pasal jang lain itu sudah baik itu sadja, diteruskan kalau jang dimaksud karyawan adalah nelajan2, katakan sadja ”organisasi Nelajan.”Didalam pasal 19 saja ingin usulkan pada Pemerintah untuk menambah salah satu ajat jaitu ajat a.b.c. ditambah dengan ajat d,dalam hal pemberian hukuman terhadap pedjabat jang menjalahgunakan wewenwng atau menghambat pelaksanaan U.U. ini, jaitu sebagaimana djuga dikemukakan dalam pasal 8 ajat 1. Djadi bukan sadja pasal 8 ajat 3tetapi djuga pasal 8 ajat 1, sebab boleh dibilang hakekatnja sama.

Sekian pertanjaan2 jang saja adjukan, terima kasih. KETUA : Sekarang saja persilahkan Sdr. Abdullah. ABDULLAH : Saudara Ketua, a ja djuga sangat bergembira dibitjarakannja sekarang RUU ini lebih

lagi setelah saja melihat dan seperti didjelaskan oleh J.M. Menteri bahwa R.U.U ini sudah lebih baikdibanding dengan rentjana jang semula jang pernah dikemukakan kepada komisi D dan kemudian ditarik kembali dan penjusunannja diserahkan kepada sebuah panitia dimana turut serta wakil2 organisasi tani dalam bentuk Masakom.

Saudara Ketua, tentu sadja R.U.U ini sangat diharapkan oleh kaum nelajan bahwa dia akan membantu masjarakat, memperbaiki masjarakat dan mengatasi penghisapan jang dilakukan oleh kaum djuragan jang disebagian tempat dirasa berat bagi mereka itu. Oleh karena itu tentulah R.U.U ini harus setjara djelas, setjara tegas mengatur, hubungan bagi hasil antara siapa ? Seperti sudah didjelaskan J.M. Menteri ialah dikalangan pemilik perahu, pemilik alat2

Penangkap ikan terdapat golongan jang besar, jang lazim disebut djuragan-djuragan besar, djuga terdapat djuragan-djuragan jang ikut mengambil bagian dalam pekerdjaan produksi jang biasanja disebut “nelajan” sadja.

Disamping itu djuga ada pemilik jang pada pokoknja dengan alasan sendiri melakukan pekerdjaan produksi, jaitu nelajan sedang, dan kadang-kadang djuga mempergunakan tenaga lain dengan sistim bagi hasil. Disamping itu djuga terdapat pemilik jang miskin jaitu jang dengan alatnja itu dan dengan bekerdja sendiri toch tidak dapat mentjukupi kebutuhan hidupnja sehari-hari dan kemudian terdapat buruh nelajan

Page 16: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

38 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

jang hanja menggantungkan penghidupannja dengan mendjual tenaganja baik dalam bentuk upah maupun dalam bentuk bagi hasil kepada djuragan-djuragan ini.

Selain dari pada itu adanja kenjataan-kenjataab jang demikian, djuga berbagai djenis alat baik baik dia karena besarnja, biasa karaena luas jang dapat dikerdjakan oleh alat itu maupun djenis-djenisnja jang berbeda-beda, djuga ikut menentukan perbedaan-perbedaan dari imbangan bagi hasil jang sedang berdjalan sekarang ini. Oleh karaena itu, Saudara Ketua, djika dalam Rantjangan Undang-undang itu hanja disebut “pemilik” sadja, maka dia akan terkena djuga kepada pemilik-pemilik ketjil. Oleh karena itu, mengingat karena semangat daripada Rantjangan Undang-undang itu sebenarnja dilihat dalam pasal 3 itu hakekatnja adalah mengatur hubungan kerdja atau hubungan bagi hasil antara buruh nelajan dengan djuragan-djuragan besar, maka hendaknja dipertegas dalam pendjelasan istilah “pemilik” ialah orang jang lazim disebut “djuragan-djuragan”.

Sebab, Saudara Ketua, konsekwensinja ialah, djika disebut pemilik setjara umum, disini harus ditjantumkan berbagai imbangan bagi hasil bagaimana antara nelajan dengan pemilik ketjil, pemilik miskin, pemilik kaja dan djuragan, jang sama sekali tidak mengambil bagian dalam pekedjaan produksi.saja lebih tjondong, bahwa Rantjangan Undang-undang ini mengatur terutama hubungan kerdja, hubungan bagi hasil antara djuragan-djuragan ini dengan buruh-buruh nelajan.

Oleh karena itu apakah tidak sejogjanja djika perkataan “pemilik” disini diberi pendjelasan dengan “djuragan” jang sudah lazim. Kemudian, Saudara Ketua, jang ingin saja harapkan pendjelasan dari jang Mulia Menteri ialah tentang imbangan bagi hasil jang ditetapkan dalam pasal 3 ini, dalam hubungannja djuga dengan pasal 4. Saja ingin mendapat pendjelasn jang lebih djelas tentang dasar jang digunakan oleh Pemerintah dalam menetapkan imbangan 75% bagi jang mempergunakan perahu lajar dan imbangan 40% bagi jang mempergunakan kapal motor, selandjutnja djuga tentang imbangan dalam perikanan darat, dasar-dasar, apakah digunakan ?.

Dalam hal ini jang sangat kami harapkan pendjelasan ialah tentang ongkos-ongkos jang harus ditanggung oleh pemilik itu, bahwa pemilik menerima 25%, djuragan menerima 25% bagi perahu lajar dan 60% bagi kapal motor maka perbedaan ini terdapat dimana ?

Djuga mengenai perikanan darat ini, djika dipergunakan bahan-bahan dari djawatan Perikanan Darat, misalnja sadja dalam angka-angka jang berlaku sekarang imbangan bagi hasil antara penggarap dengan pemilik-pemilik tambak dibanjak daerah menjatakan 50%-50%, sedang biajanja ditanggung oleh pemilik, disamping ada djuga jang lebih tinggi dan jang lebih rendah daripada itu.

Apakah tidak sebaiknja angka ini jang dipakai dasar, djadi bukan jang dipakai dibawah itu. Mengenai angka-angka ini Saudara Ketua, bisa ditetapkan tinggi bagi penggarap.Kalau menurut

gambaran angka jang tinggi bagi penggarap atu bagi nelajan,dia seolah-olah sudah menguntungkan nelajan itu, apakah dengan itu bisa memperbaiki penghidupan nelajan djika apa jang disebut tanggungan bersama itu dimasukkan, hal-hal mana seharusnja mendjadi tanggung djawab djuragan-djuragan seperti tadi djuga sudah dikemukan oleh Saudara Dahlan jang terhormat.

Sebab dalam hubungan ini saja ingin kemukakan beberapa pengalaman didaerah atau kenjataan jang sedang berlaku sekarang didaerah, misalnja sadja jang berlaku dideretan wetan, disana bagi pemilik perahu majam dhuragan-djuragan jang memiliki perahu majang berlaku pembagian hasil 25% bagu djuragan dan 75% bagai nelajan, bagi djuraganseorang, sedangkan nelajan ini 15 orang. Dan bagi hasil ini dilakukan sesudah hasil kotor dipungut 27% dan dalam 27% itu termasuk penjusutan modal daripada djuragan jang sebetulnja itu adalah resiko djuragan. Disamping itu djuga sudah dimasukkan kewajiban –kewajiban djuragan sebagai anggota koperasi terhadap koperasi djuga dimasukkan dalam ongkos-ongkos bersama itu. Djadi kalau dipakai istilah dalam pasal 4 ajat 1 huruf a, jaitu pemungutan-pemungutan jang disahkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II bisa termasuk jang demikian itu sehingga sebetulnja akan mengurangi lagi djumlah jang harus diterima oleh nelajan itu, kalau apa disebutkan tanggungan bersama itu termasuk hal-hal jang harus di djadikan tanggungan djuragan. Di daearah Tjilatjap lebih madju lagi kalau didaerah Tjilantjap pembagian antara djuragan dengan nelajan adalah 20% bagi djuragan dan 80% bagi nelajan jang djumlahnja 15 orang. Sedangkan pungutan sebelum dibagi itu disana lebih ketjil jaitu 16%, tetapi 16% itupun sudah termasuk hal-hal jang seharusnja mendjadi tanggung djawab djuragan. Djadi oleh karena itu karena memang jang diharapkan dengan Undang-undang ini akan membantu para nelajan memperbaiki nasibnja, maka adalah sebaiknja djika disini ditegaskan mana jang harus dipikul bersama itu dan mana jang sesungguhnja harus mendjadi tanggung djawab djuragan.

Djadi tidak bertjampur aduk. Dalam hubungan ini adalah lebih mudah dimengerti djika tentang apa jang disebut tanggungan bersama itu, sebagaian jang memang merupakan tanggungan bersama atau ongkos-ongkos jang harus dikeluarkan untuk berproduksi itu di tjantumkan dalam pendjelasan istilah hasil bersih. Djadi apa jang disebut hasil bersih itu disini diperdjelas dengan mengemukakan hal-hal jang

Page 17: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

39 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

memang harus dipikul bersama itu. Jang bisa diterima kesana adalah dalam pasal 4 ajat 1 huruf a ini, misalnja ongkos lelang, uang rokok/djadjan untuk para nelajan selama dilaut termasuk perbekalan mereka selama dilaut. Sebab seperti saja kemukakan tjontoh tadi dideretan wetan maupun di Tjilatjap, bahwa bekal bagi nelajan selama dilaut adalah termasuk dalam ongkos itu djadi bukan mendjadi beban nelajan seperti dalam rantjangan Undang-undang ini. Ini dimasukan dalam hasil bersih.

Kemudian, djika ada keadan khusus, antara lain jang bisa dimasukkan disini ialah dana-dana kesedjahteraab, ketjelakaan, kematian jang menimpa kaum nelajan. Demikian djuga mengenai perikanan darat ini, kami ingin mendapat pendjelasan: Mengapa disini soal “bersih” misalnja, jang merupakan penanaman modal jang terbesar, itu ditjantumkan dalam tanggungan terbesar, itu ditjantumkan dalam tanggungan bersama. Karena dikebanjakan tempat itu ada jang mendjadi tanggungan bersama dan ada djuga jang mendjadi tanggungan pemilik.

Mengingat, bahwa umumnja penggarap itu menjediakan tenaga, tidak mempunjai modal, maka kalau apa jang disebut tanggungan bersama itu melanjutkan benih harus dibeli terlebih dahulu, maka ia bersifat : sebelum menghasilkan, penggarap itu sudah dibebani hutang untuk membeli benih itu. Karena itu lebih tepat sebagai djasa dari pemilik tambak dalam produksi, jaitu bahwa ia jang menanggung benih itu, sedangkan penjelenggaraannja pada pokoknja oleh penggarap.

Kemudian mengenai Pasal 5, ajat 2, kami ingin mendapat pendjelasan. Sebetulnja maksud Pasal 5 ini sudah djelas dengan ajat 1, tetapi ajat 2 ini membuka djalan bagi daerah tingkat 1, jang dengan alasan sukar melaksanakan beban atau menjesuaikan beban-beban demikian bukannja nanti malah mendjadi alasan untuk membikin Undang-undang ini mendjadi tidak djalan ditempat itu?.Djadi apakah tidak lebih baik kalau Pasal 5 ini ditetapkan dengan ajat 1 sadja?.

Kemudian mengenai Pasal 15 tentang : pengkoperasian. Saudara Ketua : mengenai pengkoperasian ini perlu didjelaskan, oleh siapa dibentuk dan dengan

djara bagaimana pembentukannja. Sebab kita telah banjak pengalaman tentang koperasi-koperasi ini jang bukan mendorong produksi dan menguntungkan produsen, tetapi djustru menghambat produksi malahan menghanjurkan produksi dan merugikan.

Satu tjontoh misalnja, koperasi kopra. Saja tidak perlu mengemukakan bagaimana produksi dipengaruhi oleh koperasi kopra jang bersifat monopoli dan menekan kaum produsen kopra, jang semuanjaitu diesbabkan karena pembentukan koperasi itu dari atas, dan kemudian tidak diberi kemungkinan kepada petani-petani kopra untuk dengan inisiatif sendiri membuat koperasi jang demokratis, untuk berlomba-lomba dengan koperasi jang dipaksakan itu mana jang lebih baik dan lebih mendjamin perlengkapan produksi. Oleh karena itu perlu didjelaskan saja kira dalam pasal 15 jaitu bahwa memang Pemerintah mendorong berdirinja koperasi perikanan, tetapi supaja didjelaskan atas dasar prinsif sukarela dan demokratis, supaja tidak terulang model paksaan-paksaan itu.

Selain itu memang perlu didjelaskan bahwa koperasi itu adalah yang dihimpun mereka itu mempunjai kepentingan bersama, dan dalam hubungan ini tentu terutama ditundjukan kepada mereka untuk mendorong madjunja produksi. Oleh karena itu maka perlu didjelaskan sebagai sjarat anggota koperasi adalah mereka jang mengambil bagian aktip dalam pekerdjaan pokok produksi, supaja dengan demikian djangan sampai kaum penghisap mendompleang, memakai kedok koperasi buat rampas produsen jang sesungguhnja, dan dengan mempergunakan kedok koperasi mereka memperoleh fasilitas-fasilitas. Saja kira pengalaman jang demikian itu sudah banjak kita jumpai. Oleh karena itu agar supaja benar-benarlah koperasi itu dapat membantu, dan mendatangkan kesedjahteraan dan mempertinggi produksi dan mendatangkan keuntungan bagi kaum produsen, dalam hal ini nelajan, maka dikemukakan hal-hal demikian itu.

Kemudian saja dapat menjetudjui apa jang disebut dalam pasal 18 jang pada dasarnja mempergunakan prinsip musjawarah dan hal ini menggunakan Panitia Landreform, disamping Panitia Landreform itu diikutsertakan organisasi nelajan jang memang ada tidak mendjadi anggota Panitia. Itu adalah baik, oleh karena itu saja ingin mendgajukan pertanjaan,mengapa dalam ajat satu tidak dipakai prinsip itu, padahal dalam ajat (2) dan selandjutnja dipakai prinsip jang demikian. Didalam ajat satu ini hanja dipakai Kepala Desa sadja sebagai instansi jang menengahi penjelasan “perselisihan” itu, Saja pikir, karena Panitia Landreform itu djuga dibentuk sampai ke desa-desa, apakah tidak lebih baik djika ajat satu itu djuga ditetapkan Kepala Desa ini mendjadi Panitia Landreform desa dimana sudah termasuk Kepala Desa didalamnja.

Demikianlah Saudara Ketua, harapan saja untuk memperoleh pendjelasan lebih landjut mengenai RUU ini, dan saja pun bergembira dan berterima kasih terhadap pernjataan J.M.Menteri bahwa dalam rapat Komisi nanti beliau akan menerima berbagai usul untuk penjempurnaannja.

Sekian.

Page 18: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

40 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

KETUA : Sekarang saja persilahkan kepada Pemerintah untuk mendjawab pendapat dan saran-

saran dikemukakan oleh para pembitjara tadi. J.M. MENTERI PERTANAHAN DAN AGRARIA SADJAWO,SH. : Saja minta waktu selama 15

menit untuk mengadakan konsultasi dengan staf kami KETUA : Kalau demikian maka rapat saja sechor 15 menit.

RAPAT DITUNDA PADA DJAM 12.00 DAN DIBUKA KEMBALI PADA DJAM 12.30

KETUA : Saudara-saudara rapat saja buka kembali. Seperti tadi sudah diminta oleh Pemerintah untuk mengadakan pembitjaraan sedikit dengan stafnja supaja bisa memberikan djawaban atas pertandjaan-pertandjaan jang diadjukan oleh para anggota, maka sekarang waktu saja berikan J.M. Menteri Pertanian dan Agraria untuk memberikan pendjelasan-pendjelasan atau djawaban-djawaban.

J.M. MENTERI PERTANAHAN DAN AGRARIA, SADJARWO,S.H.: Saudara Ketua jang mulia,

pertama-tama saja ingin mengutjapkan banjak-banjak terima kasih kepada para anggota jang terhormat jang mempunjai minat jang begitu besar terhadap perkembangan perikanan di Indonesia ini, baik perikanan laut maupun perikanan darat hingga nampak pada pertanjaan-pertandjaan jang sangat mendalam pada para pembitjara jang bersangkutan. Dalam hal ini kami ingin mengutjapkan banjak terima kasih atas saran-saran, pembitjaraan-pembitjaraan, baik jang bersifat redaksionil maupun jang bersifat penjampuran dari pada R.U.U. ini, sehingga dengan demikian ada gambaran-gambaran jang nanti bisa dirumuskan lebih landjut pada rapat Komisi .Dalam hal ini pun saja tidak akan begitu mendalam dan begitu mendetail dan saja ingin menjarankan supaja soal-soal jang sangat detail itu nanti kita bitjarakan bersama dalam Komisi D dimana kita didalam ruangan jang sangat terbatas bisa tukar-menukar fikiran lebih mudah dari pada dalam rapat jang besar ini.

Saja ingin mendjawab beberapa pertanjaan setajara garis besarnja dan ada jang akan saja djawanb satu per satu. Mengenai garis besar jaitu soal imbangan. Inin merupakan soal jang terbesar bagi persoalan bagi hasil jang dikemukakan hampir oleh seluruh anggota jang terhormat. Saja kira pun djuga oleh anggota-anggota jang tidak berbitjara, dalam hal ini djuga akan mengemukakan pertimbangan-peryimbangannja.

Didalam menjelesaikan soal imbangan, Saudara Ketua, ini memang adalah satu hal jang sulit. Kalau ditanjakan, dasar-dasar apa jang dipakai oleh Pemerintah untuk menentukan imbangan itu, dapat saja djawab bahwa Pemerintah untuk menentukan imbangan itu, dapat saja djawab bahwa Pmerintah mengadakan perbandingan, pertama sekali antara imbangan-imbangan bagi daerah-daerah jang disitu nampak dalam imbangan-imbangan jang lama misalnja untuk perahu lajar, pemeliknja mendapat 1/3 untuk nelajannja 2/3. Sedangkan menurut imbangan jang baru pemiliknja mendapat ¼ (djadi dari 1/3 kurang mendjadi ¼) dan untuk nelajan dari 2/3 mendjadi ¾. Untuk perahu motor, pemilik mendapat 2/3 (jang lama) dan nelajan 1/3. Sekarang imbangan itu ditentukan 60% untuk pemilik dan 40% untuk nelajan.Menurut perhitungan-perhitungan jang diadakan oleh ahli-ahli kita sebab dari djawatan Perikanan Laut dan dari research ataupun dari angka-anggka jang dapat dikumpulkan oleh koperasi-koperasi, maka ongkos-ongkos jang dikeluaroleh pemilik itu adalah sedemikian rupa-rupa ini adalah dihitung dengan angka-angka jang sangat teliti jang saja nanti ingin menjampaikannja kepada Saudara-saudara sebaiknja dalam Komisi jang dengan angka-angka jang dikeluarkan oleh pemilik-pemilik itu adalah demikian rupa mepetnja. Kalau imbangan ini diperbesar lagi untuk para nelajan dan diperketjil imbangan jang diberikan kepada para pemilik, maka kemungkinan besar, bahwa pemilik-pemilik ini sudah tidak mampu lagi menurut perhitungan dari angka-angka itu. Dan besarnja sangat atau penangkapan rata-rata itu adalah dipakai sebagai suatu nelajan ukuran untuk menentukan imbangan ini, karena baik para nelajan maupun pemilik itu mengeluarkan ongkos-ongkos jang harus ditutup dengan vangstnja itu. Djadi kalau ditanjakan dasarnja, itu adalah berdasarkan vangstnja jang pertama-tama, untuk dipakai mengadakan exploitasi daripada perahu jang bermotor maupun jang berlajar, maka kita sampai kepada imbangan-imbangan jang kami terangkan tadi.

Bagi para pemilik ini ada suatu kewajiban, jaitu pengeluaran untuk kapal-kapal motor ini sampai seluruh exploitasi ini didjalankan oleh pemilik. Ongkos exploitasi ketjuali bekal daripada para nelajan kalau jang harus ditanggung oleh para nelajan sendiri, kadang-kadang ini boleh dikatakan sebagian besar dengan kredit jang diberikan oleh pemilik. Soal jang berhubungan dengan penentuan ini adalah soal

Page 19: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

41 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

tanggungan bersama dari pengeluaran-pengeluaran jang bersangkutan. Oleh Saudara-saudara pembitjara jang terhormat tadi telah dikemukkan angka-angka jang harus mendjadi tanggungan bersama ini. Ada jang 27% di Eretan, sebagai jang diterangkan oleh Saudara Abdullah, di Tjilatjap 16%. Menurut angka-angka jang kita kumpulkan rata-rata ongkos jang harus ditanggung bersama itu besarnja adalah berkisaran pada 10% dan dari 10% adalah 5% ongkos lelang, sehingga ongkos jang dipikul bersama itu adalah sebetulnja tidak besar, jaitu 5% itu sadja karena jang 5% adalah ongkos lelang dan ongkos lelang ini kembali kepada koperasi. Djadi ongkos koperasi kembali lagi kepada organisasi nelajan jang sudah berorganisasi koperasi. Djadi pada hakekatnja ongkos-ongkos jang bersifat umum itu hanja 5%. Dan dari ongkos-ongkos jang 10% seluruhnja tadi dan jang 5% terdiri dari dari ongkos-ongkos lelang, maka 1% kembali lagi kepada koperasi nelajan berupa simpanan dari rakjat, dan 2% kembali lagi kepada nelajan untuk simpanan musim patjeklik. Djadi dengan demikian maka ongkos jang dipikul bersama itu tidaklah besar menurut penjelidikan-penjelidikan baik jang dikumpilkan itu oleh petugas sebelumnja Rantjangan Undang-undang itu keluar ataupun selama kita menjiapkan Undang-undang ini djuga mengirim team-team kedaerah-daerah untuk mencheck kembali, dimana kalau tidak salah saudara dari Komisi D djuga turut serta.

Djadi demikianlah, Saudara Ketua, Jang Mulia, bahwa kalau tadi diterangkan tentang ongkos bersama, maka itu adalah sangat menekan dan memberatkan kepada nelajan dan sebaiknja sebagian besar itu dilimpahkan kepada pemilik, itu saja kira tidaklah sepenuhnja demikian sebab djuga nelajan ini tidak begitu diberarti oleh ongkos-ongkos bersama.

Selandjutnja soal jang djuga prinsipiil jang merupakan pokok sebelumnja saja djawab satu per satu jang pada umumnja dikemukakan oleh banjak anggota, jaitu persoalan jang disini disebut pemilik daripada kapal-kapal atau alat-ala. Ini ada saran, supaja diadakan sesuatu perbedaan antara pemilik besar dan pemilik ketjil.Idee saja ini saja kira baik dan bisa diterima. Hanja menurut keteranganketerangan jang sja dapat sementara, bahwa sebetulnja pemilik-pemilik nelajan kita sekarang ini tidak ada jang tergolong pemilik besar pemilik-pemilik perahu jang sampai meliputi puluhan kapal itu tidak ada jang ada ilah pemilik-pemilik sedang. Oleh karenanja maka perbedaan antara pemilik besar dan pemilik ketjil jang pada prinsipnja saja setudjui untuk diadakan sedemikian itu sekarang belum mempunyai suatu praktische warde, karena pemilik besar itu tidak ada. Dan saja ingin menjarankan untuk mengadakan perbedaab ini tetapi tidak disini, melainkan pada Undang-undang pokok perikanan jang sebesar lagi akan kami adjukan kepada Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong, karena sudah selesai pembuatan daripada Undang-undang tersebut, djuga beserta dengan Komisi D dalam bentuk kerdja sama jang lama. Djadi kita mengadakan perbedaan untuk kemungkinan-kemungkinan jang akan datang dan untuk mengadakan pembatasan-pembatasn seperlunja antara pemilik jang sedang, jang ketjil dan jang besar.

Selandjutnja dikemukakan pula untuk mengadakan imbangan-imbangan pembagian antara nelajan sendiri. Tadi dikemukakan bahwa bagi hasil itu adalah antara pemilik dan nelajan dan ada saran dianatara nelajan itu supaja diadakan imbangan pula. Inipun saja kira ada baiknja untuk kita perbintjangan lebih mendetail dikalangan Komisi D nanti. Sebetulnja kalau kita melihat imbangan itu adalah sudah tidak terdapat perbedaan jang besar diantara nelajan sendiri. Imbangan-imbangan atau bagian-bagian jang diterima untuk djuru-mudi adalah 3 ½ % bagian , untuk djurus-arus dua bagian dan untuk djuru-gidang 2 ½%.

KETUA : Gidang itu mungkin Saudara-saudara belum mengetahui, itu adalah seorang diantara nelajan jang mengadakan warming up, jang menggerakkan nelajan-nelajan itu supaja bisa terus didalam keadaan panas untuk menangkap, untuk lebih tjepat an sebagainja. Gidang ini mendapat bagian 2½ , untuk djuru bantu 2% untuk kempiten 2½% dan untuk pendita 1½%. Bagian-bagian ini adalah umum menurut kelaziman-kelaziman jang sekarang didjalankan antara nelajan-nelajan sendiri. Kiranja saran untuk mengadakan peraturan diantara nelajan sendiri supaja bagian itu bisa diterimanja itu bisa diterima, umpamanja seperti dalam pendjelasan jang saja kemukakan, jaitu dengan musjwarah diantara nelajan itu sendiri. Sebab untuk menentukan dengan angka-angka jang pasti saja kira tidak begitu bitjaksana.

Mengenai perikanan darat. Persoalan jang pokok jang dikemukakan ialah, persoalan imbangan antara 60% dan 40%, dimana

60% adalah bagian daripada pemilik dan 40% bagian dari pada nelajan. Persoalan perikanan dapar ini adalah djuga persoalan pemeliharaan jang memakan ongkos sangat

tinggi. Djadi soal imbangan ini bisa dikembalikan persoalannja kepada persoalan: siapa jang harus menanggung ongkos-ongkos jang begitu besar untuk pemeliharaan. Dalam angka-ngka ini akan nampak, bahwa beban itu hampir seluruhnja kepada pemilik. Mengenai soal bibit jang tadi dikemukakan untuk dipikul oleh pemilik sendiri, ini bisa dipertimbangkan nanti dalam pembitjaraan dalam Komisi. Saja kira soal-soal ini, apakah umpamanja soal bibit jang djuga ada imbangan didaerah-daerah itu dimana mengenai

Page 20: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

42 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

bibit itu ada pemilik jang memikul sampai 75%, penggarap 25% dan sebagainja. Keadaan demikian ini baiklah dirumuskan dengan kata-kata jang umum, supaja beban jang dimaksuduntuk mengurangi beban dari pada para nelajan itu tidak mengakibatkan sama sekali bahwa nelajan itu akan disingkirkan daripada usaha-usaha perikanan darat ini. Oleh karena dengan demikian bisa dihindari sama sekali bahwa karena banjaknja aanbod daripada nelajan dikalangan kita ini, seperti halnja djuga dengan bagi hasil petani, begitu banjak unsurnja, sehingga kadang-kadang mengalami kesulitan, karen apada umumja pemilik itu lantas menghindari dengan rupa-rupa djalan, antara lain dengan digarap sendiri, dengan menggunakan buruh-buruh tetap, dan demikian imbangan itu dpat dihindari.

Demikian pula salah satu saran untuk menghilangkan sewa jang dimadjukan tadi, ini hubungannja adalah tidak karena kita tidak mendjetujui soal sewa pada taraf revolusi kita sekarang ini. Kita mentjetujui persoalan sewa ini, bahkan ini merupakan salah satu tjara untuk mendapatkan taraf atau untuk mendapatkan sesuatu bidang untuk dipergunakan dan sebagainja, tetapi tjara sewa dibidang pertambakan itu, dipakai untuk menghindarkan diri dari bagi hasil disana soalnja.

Maka sebaiknja sewa itu dilarang, agar supaja bagi hasil itu bisa berdjalan. Inilah Saudara Ketua jang kami anggap sebagai persoalan-persoalan jang pada pokoknja dibahas

oleh seluruh pembitjara. Selandjutnja kalau saja mulai dengan pertanjaan-[ertanjaan, maka Saudara Nrodjotaruno

menanjakan tentang soal definisi tambak. Hal itu penting, karena itu nanti akan dipakai sebagai pedoman siapa jang berhak memakai dan berhak mengusahakan itu. Didalam memberikan definisi,maka tambak itu harus ada jang memeiliki, djadi tidak hanja sekedar ada tanah dan ada airnja, orang lalu bisa menangkap ikan disana.Tetapi tambak disini ialah harus ada pemiliknja, apakah pemilik itu Negara atau perseorangan, sehingga dengandemikian ada keadjaiban-keajaiban jang mutlak bagi pemilik-pemilik itu untuk memelihara tambak.

Selandjutnja mengenai perbaikan redaksi dapat kami terima kalau nanti sudah meningkat pembitjarannja sapai kepada soal itu.

Mengenai penetapan imbangan pada umumnja ditetapkan dengan Undang-undang ketjuali disesuatu daerah jang dikatakan dalam pasal jang bersangkutan ada alasan-alasan jang tjukup kuat untuk mengubah Undang-undang didalam hal ini maka imbangan itu harus ditentukan oleh Pemerintah Daerah Tingkat I. Pertanjaan mengapa perlu adanja clousule,itu dan apakah itu tidak merupakan penggunduran daripada berlakunja Undang-undang.Memang tidak akan menggundurkan berlakunja Undang-undang itu. Sebab kalau tidak ada penentuan lebih daripada jang disebut dalam Undang-undang itu, undang-undang itu mulai berlaku, pada waktu diundangkan,Djadi artinja imbangan jang ditentukan dalam Undang-undang ini berlaku. Kalau nanti ternjata bahwa itu sulit didjelaskan berhubung dengan ongkos-ongkos beaja=beaja, maka Pemerintah Daerah Tingkat I dapat menentukan tetapi harus disahkan lebih dahului oleh Menteri Pertanian,. Selama belum disahkan dan belum djuga diusulkan, maka tetap berlaku imbangan serti jang tertjantum didalam Undang-undang ini.

Pertanjaan Saudara Brodjotaruno, apakah tidak sebaiknja Pemerintah Daerah Tingkat II, dan tidak Pemerintah Daerah Tingkat II jang menentukan, hal ini kita mengingat bahwa sebaiknja Pemerintah Pusat itu mengkristalisir keadaan-keadaan daerah jang bisa hubungan langsung dengan setjara tjepat, ialah Pemerintah Daerah Tingkat I. Kalau Pemerintah Tingkat II, kemungkinan djuga bahwa daerah Pemerintah Tingkat I itu didaerah-daerah Tingkat II jang berlainan itu ingin menggadakan koordinasi supaja didaerah Propinsi itu terdapat imbangan jang tidak berbeda besar antara satu sama lainnja. Maka kalau Pemerintah Daerah Tingkat I pasti terdjamin adanja koordinasi jang baik dalam soal penentuan tersebut pasti terdjamin adanja koordinasi jang lebih baik.

Mengenai Peraturan tentang upah, inipun belum ada, dan jang ada hanja Peraturan tentang upah jang bersifat umum menurut Peraturan Menteri Perburuhan. Andaikata itu nanti ditentukan , tentu kita akan mengadakan djuga perembukan dengan organisasi-organisasi nelajan.

Untuk mendjaga djangan sampai orang menghindari bagi hasil ini dengan membiarkan alat-alatnja tidak terpakai. Saudara Ketua, memang ada orang dengan sedgaja tidak memperggunakan kapalnja sama sekali atau dengan membiarkan tambaknja tidak terurus sama sekali, itu memang bisa sdja. Dalam hal ini maka Pemerintah, didalam Rancangan Undang-undang menetapkan supaja dalam hal tambak, kepada Asisten Wadena diberikan wewenang untuk menundjuk orang jang harus melaksanakan bagi hasil itu.

Sehingga sebetulnja dipaksa bahwa pemilik tambak itu membagi hasil. Djadi tidak boleh membiarkan tambaknja tidak diurus sama sekali. Dengan demikian tentu maksudnja mungkin tidak setudju dengan penggarapan-penggarapannja atau dengan maksud jang djelek-djelek jaitu dari pada saja bekerdja sama dengan orang-orang jang bersangkutan, lebih baik saja biarkan sadja tambaknja. Maka dalam hal itu Asisten Wedono boleh melakukan tindakan untuk memaksa pemilik-pemilik itu membagi hasil dengan

Page 21: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

43 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

orang-orang jang ditentukan oleh Asisten Wedono. Dalam hal kapal, kita berikan wewenang kepada Bupati. Djadi oleh karena kapal-kapal ini kita

pandang mempunjai hubungan-hubungan jang lebih luas, baik mengenai nelajannja jang mungkin tidak terbatas pada satu ketjamatan maupun pemilik-pemiliknja djuga mungkin tidak terbatas pada satu ketjamatan, begitu pula kalau kapal ini bisa bergerak dari satu tempat ketempat lain, sehingga kita ambil suatu mamfaatnja jaitu kabupaten. Djadi Bupatilah jang berwewenang untuk menentukan supaja kapal itu dibagi hasilkan, djadi tidak boleh diterlantarkan.

Mengenai perbaikan redaksi jang diusulkan oleh Saudara Brodjo runo, memang disini ada kesalahan tik perkataan “koperasi pertanian mestinja “koperasi Perikanan”,

Mengenai soal perselisihan, inipun diadakan dua instansi, deimana instansi jang kedua adalah Pemerintah Daerah Tingkat II.

Pertandjaan-pertandjaan Saudara Dachlan jang terhormat sebagaian besar sudah kami djawab karena menjangkut pula dasar-dasar daripada perimbangan maupun ongkos-ongkos dari pada eksploitasi ataupun ongkos bersama,maupun ongkos jang harus dipikul oleh para nelajan. Begitupun perbedaan jang ada antara penangkapan atau pemeliharaan ikan liar dan ikan jang dipelihara, jaitu 60% untuk ikan liar, bagian nelajan dan 40% bagian pemilik, tetapi untuk ikan pemeliharaan pembagiannja ilah untuk 60% adalah untuk pemilik dan 40% untuk para nelajan. Ini oleh karena soalnja sangat lokal. Ini sudah kita anggap lojok, oleh karena kita mempunjai angka-angka dibeberapa daerah, dimana imbangan ini sangat menjolok, jaitu sampai 90% adalah untuk pemilik dan 10% untuk nelajan, dus ini saja kira untuk ikan liar, djuga untuk pemeliharaan. Imabangan 90% ini malahan terdjadi di Surabaja dan di Pasuruan. Djadi terang, bahwa Undang-undang kita itu sudah banjak madju didalam imbangan, kalau kita mengingat bahwa daerah-daerah itu masih ada jang mempunjai imbangan 90%, 10%.

Selandjutnja mengenai fonds-fonsd atau dana-dana untuk ketjelakaa, untuk kesedjahteraan dan sebagainja, ini memang dinuat dalam Rancangan Undang-undang ini, oleh karena djustru mengenai persoalan baik terutama untuk para nelajanperikanan laut, soal ini adalah soal jang sangat urgent, jang harus mendapat perhatian jang setjepat-tjepatnja pula. Disampingnja djuga memang materi ini adalah materi jang menggupaspersoalan perikanan laut, sehingga sudah lajak kalau dimasukkan pula kedalam Undang-undang. Hanja pertanjaanberapa jang dianggap lajak sebagai sumbangankeyjelakaa, sakit ataupun kematian, bahkan djumlah ini saja kira merupakan suatu djumlah jang tidak perlu diperbintjangkan disini, akan tetapi didalam persidangan Komisi D nanti. Saja dalam hal ini mengadakan hubungan-hubungan dengan asuransi ketjelakaan, jaitu untuk setiap setoran 150 rupiah satu tahun, bisa diberikan pembajaran premi sebesar 25.000 rupiah. Kalau pemikiran saja ini perlipat gandakan dua kali atau empat kali, kalau dua kali ini 300 rupiah, saja kira ini masih bisa terbajar oleh nelajan untuk satu tahun; 300 rupiah ini preminja sudah mendjadi 50.000,- rupiah, sekedar djumlah jang sekalipun tidak besar, akan tetapi sudah merupakan suatu dana ketjelekan jang sudah dibajarkan pada para nelajan.

Mengenai soal perselisihan sudah saja djawab tadi : mengenai pertanjaan-pertanjaan jang dikemukakan oleh Saudara Billy, jaitu apakah tidak perlu diberi limit waktu terhadap penentuan-penentuan daripada imbangan bagi hasil jang harus ditentukan oleh Kepala Daerah.

Saja kira kalau jang dimaksudkan limit waktu itu adalah waktu untuk mengadjukan kepada Pemerintah, itu bisa. Umpamanja kalau didalam satu tahun tidak mengadakan usul untuk perobahan itu dianggap jang berlaku seterusnja adalah adalah apa jang ditentukan didalam Undang-undang ini, itu bisa. Tetapi kalau jang dimaksudkan dengan limit waktu itu adalah waktu dimana pemerintah Daerah harus mengadjukan sesuatu imbangan artinja karena dichawatirkan kalau tidak ada batas waktu itu maka djangan-djangan Undang-undang ini nanti lantas terkantung-katung, tidak bisa didjalankan, karena menunggu berlakunja usul-usul dari pada Pemerintah Daerah Tingkat I tadi. Kalau untuk itu tidak perlu dichawatirkan, sebab Undang-undang ini sekaligus pada waktu diundangkan terus berlaku Undang-undang ini. Dus tidak ada vacum lagi seperti halnja bagi hasil pertanian, jaitu dimana ditjantumkan didalam bagi hasil pertanian, bahwa imbangan itu adalah ditentukan oleh Kepala Daerah Tingkat II. Dengan terlambatnja penentuan Kepala-kepala Daerah Tingkat II itu, maka Undang-undang bagi hasil tidak djalan. Penggalaman itu telah memberikan peladjaran kepada kita, bahwa didalam Undang-undang perikanan itu diatur penentuan imbangan didalam Undang-undang, sekalipun imbangan di daearah-daerah itu sangat berbeda-beda satu sama lain.

Saran jang dikemukakan untuk mengadakan pengaturan diantara nelajan mengenai imbangannja dari apa jang mereka dapat itu tadi telah saja djawab untuk bisa diadakan, sekalaipun sebaiknja itu kita serahkan kepada para nelajan sendiri.

Mengenai asuransi-djiwa, apakah tidak baik ini diatur tersendiri. Saja kira memang didalam pengaturannja nanti tidak disatukan dengan Undang-undang bagi hasil. Akan diadakan suatu peraturan

Page 22: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

44 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

tersendiri atau dimaksudkan didalam usaha-usaha koperasi. Dan ini nanti terserah kepada hasil pembitjaraan; tapi memang tidak diwujudkan persamaan

dengan satu organisasi, dengan penjelenggaraan bagu hasil ini, ini tidak demikian. Hanja disitu sekedar disinggung supaja segera diadakan asuransi djiwa, ketjelakaan dan sebagainja. Saran untuk mengadakan Undang-undang pokok perikanan lebih dahulu baru mengadakan Undang-undang bagi hasil perikanan, dapat kiranja saja djawab dengan hal-hal jang kita alami sekarang ini, bahwa memang kita lebih mementingkan soal-soal jang sangat urgent. Kita memandang, bahwa bagi hasil perikanan adalah sangat urgent, lebih urgent dari pada Pengaturan Undang-undang pokok perikanan keseluruhannja jang djuga pengarannja membutuhkan tempo jang lebih banjak, karena unsur-unsurnja jang harus dimasak didalam Undang-undang pokok perikanan itu adalah sangat luas. Djadi kechawatiran kita bahwa dengan mendahulukan Undang-undang pokok perikanan itu akan memperlambat pelaksanaan bagi hasil perikanan itu, maka kita mengambil putusan-putusan untuk mendahulukan Undang-undang bagi hasil. Demikian pula sebetulnja mengenai Undang-undang bagi hasil pertanian, kita dahulukan pada waktu dari pada pembitjaraan mengenai Undang-udang pokok agraria, Mengenai persoalan-persoalan idjon saja kira bisa bitjarakan selandjutnja.

Selandjutnja pertanjaan-pertanjaan jang dikemukakan oleh Saudara Suhaimi Rachman untuk mengadakan perbedaan-perbedaan antara pemilik-pemilik prahu besar danketjil, telah saja djawab tadi. Dan sekarang ini memang pelaksanaan kita didalam fase nasional demokratis daripada revolusi kita sekarang ini, kita menekankan kepada penghapusan-penghapusan sisa-sisa feodal jang bersifat pemerasan. Djustru bagi hasil ini kita pandang sebagai salah satu sisa feodal jang harus segera dilenjapkan. Oleh karena itu kita dahulukan pula.

Mengenai persoalan koperasi, begitu pula persoalan lamanja perdjanjian bagi hasil ini, disarankan untuk satu djangka waktu jang sama, ini tidak bisa, oleh karaena djustru untuk perikanan laut adalah diadakan tiap musim. Djadi tidak diadakan sampai dua atau tiga tahun, tetapi tiap musim. Sedangkan untuk perikanan darat dimana dengan sekedar panen besar itu bisa ada, namun sifatnja lebih sama dengan pertanian. Oleh karenanja maka kita tjantumkan djangka waktu dua tahun. Kalau perikanan laut itu djuga disamakan dua tahun, ini akan tidak tjodjik, oleh karena didalam bagi hasil nelajan perikanan laut itu kadang-kadang djuga berganti orangnja, djadi tidak selalu nelajan-nelajan jang membagi hasil itu sama. Dengan demikian maka tiak mungkin untuk diadakan beberapa tahun.

Saran untuk tidak mengadakan larangan untuk menjewakan tambak, tadi sudah saja djawab. Larangan untuk penjewaan tambak itu tidak karena kita tidak menjetudjui kepada prinsip sewa, tetapi penjewaan ini dipakai untuk menghindarkan diri daripada bagi hasil. Begitu persoalannja.

Mengenai dana sudah saja djawab. Mengenai istilah-istilah jang harus disamakan, sajapun dapat menjetudjui, karena ada istilah-istilah

jang tidak sama dalam satu Undang-undang. Saja kira kita gunakan sekarang istilah nelajan itu sudah tjukup terang.

Mengenai pedjabat-pedjabat atau suatu sangsi terhadap pedjabat-pedjabat jang menjalahgunakan Undang-undang ini, atau jang menjeleweng, saja kira kita sekarang ini sedang diintjer-intjer, soal ini saja kira bisa sadja. Akan tetapi mengenai penjelewengan dan penjalahgunaan itu sebetulnja sudah terdjakup dalam peraturan-peraturan pidana ditempat lain. Djadi kalau memang tidak dikaitkan dengan ini, sajapun tidak keberatan. Hanja saja kira kalau pedjabat-pedjabat jang menjalahgunakan, maka pedjabat-pedjabat kita sudah mengusulkan, nanti kalau pihak-pihak lain jang menjalahgunakan apa tidak perlu djuga ditjantumkan disini? . Djadi soalnja, siapa sadja jang menjalahgunakan, saja kira harus dihukum, termasuk pedjabat-pedjabat dibidang lain-lainnja.

Selandjutnja pertanjaan dan saran-saran Saudara Abdullah. Mengenai saran-saran, saja kira tidak perlu saja djawab disini tjukup saja utjapkan terima kasih.

Jang mengenai saran-saran untuk mengadakan imbangan jang lain apa jang ditentukan oleh Pemerintah dengan Rentjana Undang-undang ini, inipun saja kira bisa kita perdebatkan dalam Komisi D dan kita rumuskan perumusan-perumusan jang lebih baik daripada usul Pemerintah ini.

Djadi didalam batas-batas dengan kemungkinan kerdja sama antara kedua belah pihak dengan sehat dan redelijk, Pemerintah akan menerima saran-saran dari para anggota jang terhormat.

Mengenai soal ongkos-ongkos jang ditanggung bersama tadi telah saja djawab. Begitu pula ongkos-ongkos 27% dan 16%, itu memang termasuk ongkos-ongkos jang sangat tinggi, karena di daerah lain ongkos itu hanja 10% djadi kalau sampai ada jang 27%, kemungkinan disitu termasuk djuga iuran-iuran jang nanti akan mendjadi milik daripada nelajan-nelajan sendiri. Tetapi namun demikian angka 27 % itu adalah termasuk jang sangat tinggi, sebagai ongkos jang harus dipikul bersama.

Mengenai pertanjaan mengapa untuk perikanan darat mengenai biajanja itu harus ditanggung oleh

Page 23: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

45 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

pemiliknja sendiri, saja pun bersedia untuk memberi pendjelasan, dan dari pihak Saudara Abdullah saja harap djuga mulai mengumpulkan bahan-bahan sekedar untuk dipakai dasar musjawarah.

Saran supaja dalam pasal 2 tidak dimuat, karena telah disebutkan dalam Konsiderans maka Pemerintah menganggap bahwa tudjuan daripada Undang-undang ini harus djelas sekalipun ditampung didalam Konsiderans sebagai suatu Konsiderans jang umum, tetapi Pemerintah masih menganggap perlu bahwa tudjuan daripada Undang-undang itu harus tegas dan disebut dalam pasal 2.

Mengenai usul untuk menghapuskan pasal (5) ajat (2) telah terdjawab. Ajat 2 ini adalah mengenai imbangan, dimana Pemerintah, dimana Pemerintah daerah diberi kesempatan untukmengusulkansatu imbangan lain, kalau dianggap memang imbangan jang ditentukan oleh Undang-undang ini kurang lajak, itu masih perlu dan tidak akan menghambat pelaksanaan Undang-undang.

Mengenai soal koperasi memang prinsip koperasi itu harus tumbuh dari bawah dan dalam hal ini terdiri atas pemilik kapal, para nelajan, para djuru mudi dan lain-lain, jang merupakan anggota koperasi. Jang dimaksud djangan nanti dibentuk koperasi jang ditetapkan dari pusat, sajapun sependapat dengan usul tersebut., bahwa memang sekarang ini ada koperasi jang ditelorkan dari Pusat untuk diterima di daerah. Bukan demikian jang kita maksudkan mengenai koperasi ini.

Djadi kita sesuai dengan pendapat Saudara Abdullah, bahwa Koperasi itu harus tumbuh dari bawah tetapipertumbuhan koperasi itu harus didorong, harus dipertumbuhkan, djangan dibiarkan sadja tanpa ada usaha-usaha dari Pemerintah untuk menumbuhkan Koperasi itu. Mengenai Koperasi-koperasi jang tidak sehat, saja kira sekarang ini Menteri Koperasi sedang menerbitkan koperasi-koperasi jang tidak sehat itu, termasuk djuga koperasi-koperasi perikanan jang oleh Menteri Koperasi telah bandjak diadakan penertiban-penertiban. Memang disana-sini ada tetapi tidak semua dan ini sedang menunggu gilirannja.

Mengenai soal perselisihan, maka penjelesaiaannja ini diadakan atas dua tingkat banding. Saja kira prinsipnja tiap-tiap perselisihan harus bisa ada satu tingkat banding. Maka disini oleh karena perselisihan-perselisihan itu mempunjai sifat jang sangat lokal, sekalipun unsur-unsur jang bisa merupakan unsur-unsur umum, tetapi adalah terbanjak tentang penentuan ongkos dan sebagainja, dan ini kita serahkan kepada instansi jang rendah jaitu ketjamatan dan bisa diadakan banding dikabupaten sehingga soal-soal jang begitu banjak itu tidak kita jang urus.

Saudara Ketua Jang Mulia : Sekianlah sekedar apa jang bisa didjelaskan oleh Pemerintah pagi ini. Saja memang insaf bahwa

masih banjak sekali pertanjaan jang agak djelimet jang dikemukakan oleh Saudara-saudara anggota Jang Terhormat jang penting pula, tetapi pertanjaan-pertanjaan demikian saja kira pada tempatnjalah kalau tidak diadakan sesuatu permusjawaratan didalam ruangan jang besar ini, tetapi sebaiknja diadakan dalam ruangan dimana antara penanja dan Pemerintah bisa berhubungan setjara langsung. Djadi dengan demikian, kiranja dapat lebih efisien kalau saja usulkan pada saudara Ketua untuk mengalihkan nanti pembitjaraan-pembitjaraan detail itu pada lain kesempatan jaitu di Komisi, sesuai dengan sistem sekarang jaitu DPR-GR gaja baru ini, djadi sistemnja jang gaja baru.

Demikian saja sekali lagi mengudjapkan terima kasih kepada Saudara-saudara Pimpinan dan para anggota jang terhormat.

KETUA : Demikianlah djawaban atas pertanjaan-pertanjaan dan saran-saran jang diadjukan oleh 6

pembitjara dan atas semuanja itu, baik keterangan tambahan maupun djawaban, saja atas nama Pimpinan dan para anggota mendjatakan terima kasih jang sebesar-besarnja kepada Pemerintah. Teruatama dalam hal ini saja kira jang perlu disambut bahwa fihak Pemerintah sudah memberikan djawaban jang seluas-luasnja. Dan mengenai hal-hal jang boleh dikata termasuk detail, meskipun tidak didjawab tetapi sudah disambut bahwa hal itu akan bisa dibitjarakan dalam Komisi. Djadi disini ada pentingnja, bahwa para anggota sudah memadjukan pendapat sampai kepada fasal-fasal, jang meskipun tidak dijawab, tetapi sudah bisa mendjadi perhatian dari Pemerintah dan bagi para anggota supaja dalam komisi akan bisa dibitjarakan to the point.

Dan saja kira perlu djuga nanti para anggota jang hadir sekarang ini dalam rapat besok dalam golongan masing-masing, supaja dikemukakan bagaimana landasan jang banjak persamaannja, artinja Undang-undang ini pada pokoknja sudah disambut dengan baik dan berbagai pendapat atau saran-saran pada pokoknja akan bisa dirundingkan lebih landjut, sehingga betul-betul diharapkan bahwa pembitjaraan dalam komisi bisa berdjalan lantjar dan bisa dipakai kata mufakat dan didalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Dan saja tidak lupa menjatakan terima kasih atas nama Pimpinan kepada para anggota jang dengan setia menghadiri rapat ini sampai achirnja, jang berarti setia pada tugasnja dan dengan ini berarti djuga bahwa tiap orang jang berbuat baik wadjib untuk menjatakan terima kasihnja.

Page 24: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

46 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Karena sekarang sudah tidak ada atjara lagi, maka rapat saja tutup dan nanti malam tidak ada rapat. Tetapi kepada para anggota kami minta supaja betul-betul besok didalam rapat Golongan masing-masing bawalah suasana jang baik daripada rapat hari ini, supaja betul-betul nanti Golongan-golongan bisa mempersiapkan usul-usul jang lebih kongkrit lagi didalam pembahasan di dalam Komisi D.

Dengan sekali lagi saja menjatakan terima kasih kepada pihak Pemerintah dan para stafnja dan kepada para anggota jang hadir ini, maka rapat saja tutup.

(Rapat ditutup pada djam 13.30)

Page 25: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

47 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Salinan

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG Djakarta, 31 Maret 1964 No. C2.02/K/919/DPRGR/1964 Lampiran : - Perihal : Undangan rapat Kepada tgl 1-4-1964 Jth. Para Anggota Golongan Karya dalam Komisi “D” DPRGR di Djakarta

AMAT SEGERA

Berdasarkan keputusan rapat Golongan Karya dalam DPRGR pada hari Selasa tgl. 31 Maret 1964, maka Ketua Komisi ”D” DPRGR dengan ini mengundang Saudara untuk menghadiri rapat Kelompok Kerdja Golongan Karya dalam Komisi “D”, pada hari Rabu tanggal 1 April 1964 mulai djam 09.00 bertempat diruangan Komisi “D”, dengan pimpinan Saudara Amung Amran.

Atjara rapat adalah : Membicarakan RUU tentang bagi hasil perikanan. Berhubung dengan itu diharapkan agar Saudara menghadiri rapat tersebut.

Sekretariat

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG Sekretaris Bidang IV,

t.t.d.

(M.D. Djoenaedi)

Page 26: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

48 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Salinan

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG Djakarta, 6 April 1964 No. C2.02/K/1001/DPRGR/1964 Lampiran : - Perihal : Undangan rapat kerdja Kepada Komisi “D” tgl 9-4-1964 1. J.M. MENKO KOMPARTIMEN PEMBANGUNAN 2. J.M. MENTERI PERTANIAN/AGRARIA di Djakarta

AMAT SEGERA

Berhubung dengan surat dari Dep. Pertanian/Agraria tgl 3 April 1964 jang menjatakan kesedian Jang Mulia Menteri Pertanian/Agraria untuk menghadiri rapat kerdja Komisi “D” antara tanggal 8 s/d 11 April 1964, maka dengan ini kami beritahukan dengan hormat bahwa Komisi D DPRGR ingin mengadakan rapat kerdja dengan J.M. Menteri Pertanian/Agraria pada hari Kamis tgl 9 April mulai djam 09.00 bertempat diruangan Komisi D DPRGR.

Atjara rapat adalah : Pemeriksaan persiapan mengenai RUU tentang bagi hasil

perikanan. Atas kesediaan Jang Mulia menghadiri rapat kerdja tersebut diatas, kami

mengutjapkan terima kasih..

PIMPINAN

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG u.b.

Sekretaris Umum

t.t.d.

(Djoko Soemarjono, S.H.) TEMBUSAN : disampaikan kepada : 1. J.M. Menteri Penghubung DPR/MPR/DPA, 2. Penghubung DPR GR dari Menko Kompartimen Pembangunan, 3. Penghubung DPR GR dari Dep. Pertanian/Agraria,

di Djakarta

Page 27: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

49 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Salinan

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG Djakarta, 7 April 1964 No. C2.02/K/919/DPRGR/1964 Lampiran : - Perihal : Undangan rapat kerdja Kepada Jth. Para Anggota Komisi “D” (Kompartemen Pembangunan) DPRGR di Djakarta

AMAT SEGERA

Dengan ini kami beritahukan dengan hormat, bahwa berdasarkan keputusan rapat komisi “D” pada hari Senin tgl. 6 April 1964, maka Komisi tersebut akan mengadakan rapat kerdja dengan pemerintah, jang waktu dan atjaranja ditetapkan sebagai berikut :

1. Hari Rabu tanggal 8 April 1964 mulai djam 09.00 Rapat dengan J.M.Menko

Kompartemen Pembangunan beserta para J.M. Menteri dalam Kompartemen, dengan atjara perkenalan :

2. Hari Kamis tanggal 9 April 1964 mulai djam 09.00 Rapat kerdja dengan J.M. Menteri Pertanian/ Agraria dengan atjara : Pemeriksaan persiapan mengenai R.U.U. tentang bagi hasil perikanan.

Berhubung dengan itu diharapkan kedatangan Saudara dalam rapat-rapat tersebut diatas.-

Sekretariat

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT ; GOTONG ROJONG Sekretaris Bidang III,

t.t.d.

(Dr.Moh.Ali Bey)

Page 28: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

50 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN DEWAN PERWAKILAN RAKJAT Sidang ke-12/ Persidangan ke-III GOTONG ROJANG

LAPORAN SINGKAT RAPAT KOMISI “D”

(KOMPARTIMEN PEMBANGUNAN) Rapat - 12, Persidangan ke-III, tahun sidang 1963/1964. Pada hari Kamis, tanggal 9-4-1964. Djam panggilan : 09.00 Mulai pada djam : 09.00 sampai djam 13.30. Ketua : Notosukardjo. Pelapor : 1. Amung Amran

2. Heman Mu'tashim dan 3. Abdullah.

Panitera 2 : Abd. Aziz dan Mocntar Hadir : 32 dari 46 orang Anggota. Atjara : Pemeriksaan Persiapan mengenai: RUU tentang Bagi Hasil Perikanan (Sid.1963/1964 P.416).

KEPUTUSAN

(kesimpulan pembitjaraan dalam rapat)

1. Dalam rapat kerdja ini oleh beberapa Anggota telah diadjukan pendapat-pendapat, saran-saran dan pertanjaan-pertanjaan sekitar RUU tentang hasil-perikanan.

2. Pemerintah dapat menerima beberapa saran-saran jang diadjukan oleh Anggota, dan bersedia untuk menampung dalam RUU atau Pendjelasannja.

3. Berhubung banjaknja usul-usul dan saran-saran dari para Anggota mengenai Pasal demi Pasal jang oleh Pemerintah perlu dipeladjari lebih dahulu, maka rapat kerdja ini ditunda sampai hari Selasa dan Rabu tanggal 14 dan 15 April 1964.

Djakarta, 10 - 4 - 1964. Panitera Komisi “D”, MOCNTAR S.

Page 29: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

51 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Disampaikan dengan hormat kepada para Anggota Komisi “D” untuk rnendapat koreksi seperlunja. Bila ada perubahan-perubahan, diharap seIekas mungkin disampaikan kepada

Sekertariat Komisi “D”.

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJANG TJATATAN SINGKAT

KOMISI : “D” (Kompartimen Pembangunan).

Rapat ke : 12/Persidangan ke-III 1963/1964. Rapat kerdja ke : 3 dengan J.M. Menteri Pertanian/Agraria dan Stafnja pada hari Kamis tanggal 9 April 1964 dimulai pada dJam 09.00 dan diachiri pada djam 13.30.

PIMPINAN RAPAT : Notosukardjo. Panitera : Abdul Aziz dan Mochtar S. Atjara : Pemeriksaan persiapan mengenai RUU tentang bagi hasil perikanan. Hadir : 33 dari 46 orang Anggota, ialah Anggota-Anggota :

1. Achmad Soemadi, Kol (U) 18. Hasan Kasim, Kolonel 2. Notosukardjo 19. Herman Mu’tashim 3. Nunung Kusnadi, A 20. Husien Kartasasmita 4. Kasim 21. Idham 5. Sutarno Djatikusumo, A 22. Jagus 6. Abdullah 23. Manuaba, I.B.P. 7. Achmad, Moch. 24. Masjkur KH. 8. Amung Amran 25. Djono 9. Andi Mattalata, Kolonel 26. Nurddin Lubis, H. 10. Asmu 27. Semanhadi Sastrowidjojo 11. Asmuransjah 28. Soebagio Reksodipoero SH. 12. Bachtiar Salim Haloho 29. Seoharno 13. Bili, S.D. 30. Soekardja Dr. Kol. 14. Brodjotruno, M 31. Soesilo Prawiroatmodjo 15. Busroh, Lt I (U) Moch. 32. Sudarman 16. Djadi Wirosubroto 33. Tuti Noer Bandijah, Nj. 17. Hartojo Prawirosudarmo

WAKIL PEMERINTAH : 1. Sadjarwo SH. - Menteri Pertanian/Agraria 2. Soeparso - BPU Perikani 3. Amin Katamsi - Djaw. Perikanan Darat 4. Soemarsono - Dir. Hukum 5. Boedi Harsono SH. - Dir. Hukum Rapat dibuka pada djam 09.50.

Ketua. menerangkan bahwa sesuai dengan atjara jang telah ditetapkan, maka pada hari ini kita

mengadakan rapat kerdja untuk membitjarakan pemeriksaan persiapan atas RUU Bagi Hasil Perikanan. Pada tanggal 10 jang lalu, telah diadakan rapat Gabungan Golongan-Golongan dan oleh Pemerintah telah diberikan pendjelasan-pendjelasan tentang RUU tsb dan telah pula diadakan tanja djawab dengan para Anggota.

Sebelum kita melandjutkan pembitjaraan atas RUU itu, maka sesuai dengan Tata Tertib DPRGR, terlebih dahulu kita menetapkan Pelapor-pelapor jang akan merumuskan laporan mengenai hasil rapat kerdja ini.

Oleh Ketua diusulkan untuk mendjadi Pelapor-pelapor ialah Anggota 1. Herman Mu’tashim, 2. Amung Amran dan 3. Abdullah. Usul tersebut (tidak djelas) oleh rapat.

Selandjutnja Ketua menanjakan kepada Menteri Pertanian/Agraria apakah dari pihak Pemerintah masih akan memberikan pendjelasan-pendjelasan (tidak djelas) atas RUU itu.

Page 30: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

52 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Menteri Pertanian/Agraria. Mendjawab, bahwa Pemerintah merasa tjukup memberikan keterangan-keterangan dalam rapat

gabungan Golongan-Golongan jang dalam rapat-rapat sekarang ini, Pemerintah ingin mendengarkan pendapat para Anggota.

Ketua. Mengatakan, berhubung pihak Menteri telah menganggap keterangan-keterangan jang telah

diberikan, maka sekarang ini tiba giliran Anggota jang ingin berbitjara untuk mengemukakan pendapat-pendapatnja.

( Tertjatat jang akan berbitjara ialah Anggota-Anggota : 1. Herman Mu’tashim, 2. M. Brodjotruno, 3. Abdullah, 4. Semanhadi, 5. Amung Amran dan 6. kasim ).

Anggota Amung Amran. Mengatakan, bahwa berhubung dalam rapat pembitjara ditugaskan oleh Golongan Karya untuk

mengemukakan (tidak djelas) dari Golongan itu, maka apakah tidak sebaiknja pendapat-pendapat dari Golongan lebih dahulu dikemukakan, dan setelah itu tiba giliran kepada para Anggota jang akan mengemukakan pendapat-pendapatnja setjara pribadi.

Ketua. Mempersilakan Anggota Amung Amran sebagai Wakil dari Golongan Karya untuk mengemukakan

pendapat-pendapat dari Golongannja.

Anggota Amung Amran. Pertama-tama mengutjapkan terima kasih (tidak djelas) Pemerintah jang telah memberikan

keterangan-keterangan tambahan dalam rapat gabungan golongan-golongan jang lalu mengenai RUU tentang bagi hasil perikanan. Golongan karya telah merumuskan pendapat-pendapat, usul-usul dan saran-saran mengenai RUU tersebut untuk dikemukakan dalam rapat kerdja ini, jang pada (tidak djelas) nja adalah sebagai berikut : Konsiderans. a. Dalam konsiderans (mengingat) huruf a, kalimat - dihilangkan (tidak djelas)nja jang bersifat

penghisapan - tidak tjotjok dengan kenjataan kemungkinan. Diusulkan perkataan dihilangkan diganti dengan dibatasi.

b. Kata2 Karyawan kurang djelas terhadap siapa jang dimaksudkan (tidak djelas)kan agar diganti dengan sebutan jang biasa sadja jaitu Nelajan (tidak djelas) Penggarap.

c. Pasal 1. Oleh karena dalam kenjataan, bahwa jang lazim disebut Djuragan ialah orang jang sama kali tidak ikut ambil bagian dalam pekerdjaan produksi, maka diantara bagi hasil panen antara Djuragan kaja para nelajan berbeda-beda, kadang-kadang antara Djuragan kaja ada jang (tidak djelas) sehingga pembagian hasil lebih merugikan para nelajan, maka (tidak djelas)kan agar RUU ini lebih mendjelaskan pengaturan bagi hasil antara Djuragan dengan Nelajan, terutama Djuragan jang tidak ikut langsung dalam melaksanakan pekerdjaan pokok menangkap ikan (Pasal 1 (tidak djelas) ).

d. Dalam huruf d dibelakang kalimat “penggarap ialah orang” supaja tambah dengan “baik sendiri maupun bersama-sama”.

e. Pasal 2 agar dihapus seluruhnja, karena telah tjukup dalam (tidak djelas)rans, sedang pembagian menurut djasa telah tertampung dalam (tidak djelas).

f. Diharapkan pendjelasan perhitungan ongkos-ongkos jang dipikul oleh (tidak djelas) Pasal 3 ajat 1 huruf b angka 40% supaja diganti dengan 50%(tidak djelas) tjara2 menangkap ikan dengan perahu lajar maupun perahu motor sadja. Ajat 2 huruf a angka 40% supaja diganti 50%, sedang huruf b (tidak djelas) 60% diganti dengan 75%. Oleh karena menurut daftar Djawatan (tidak djelas) Darat, bagi hasil jang berlaku sekarang memang ada jang (tidak djelas) merugikan penggarap, sehingga pemilik ada jang menerima 90% (tidak djelas) tetapi dikebanjakan daerah sekarang sudah berlaku 50% - 50% dari ketentuan biaja bibit dipikul oleh pemilik. Pasal 3 ajat 2 huruf b supaja dihapuskan sadja.

g. Pasal 4 supaja didjelaskan lagi arti dari istilah hasil bersih jang terdapat dalam Pasal 1 huruf f, sebagaimana terdapat dalam Pasal 4 ajat 1 huruf a dan c.

Dana-dana kesedjahteraan/ketjelakann/kematian bagi nelajan agar dihapuskan dan diganti dengan soal-soal “Kewadjiban Pemilik dan Penggarap/Nelajan” dan agar didjelaskan apa kewadjiban pemilik dan apa kewadjiban Nelajan/Penggarap seperti jang terdapat dalam UU PBH . Bagi tambak supaja didjelaskan, bahwa bibit adalah tanggungan pemilik.

h. Pasal 8 ajat 2 supaja diperdjelas, kalimat jang bersangkutan pada achir ajat ini supaja diganti dengan Pemilik atau Djuragan.

i. Sebagaimana Bab III Pasal 6 (Pendjelasan) hendaknja djaga (tidak djelas)nja, sehingga tidak djatuh kepada Makelar-makelar/Perantara-perantara jang (tidak djelas)nja Makelar/Perantara tsb. adalah orang-orang pemeras djuga. (tidak djelas)rena itu mengusulkan :

Page 31: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

53 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

1. Dalam Pasal 8 dan 9 atau Pasal 19 ketentuan pidana (tidak djelas)tu ajat jang maksudnja, baik pemilik maupun penggarap (tidak djelas) mendjadi Makelar/Perantara antara Pemilik dan Pennggrapap.

2. Prosentase daripada hasil harus berimbang. j. Berhubung Djuragan-djuragan kapal ada jang djahat dan tidak djahat dan tidak djahat, (tidak djelas)

nja Djuragan jang djahat itu memberatkan pada Nelajan, dengan bagian 75% (ikan laut), oleh karena ongkos-ongkos mendjadi tanggungan bersama, sedang pemilik ketjil adalah seimbang. Oleh karena Pasal 3 ditudjukan kepada pemilik jang besar, maka sejogjanja (tidak djelas)gungan bersama harus djelas dan ditudjukan hanja kepada ongkos produksi sadja.

Diusulkan pula supaja : 1. Mengenai upah buruh Nelajan harus diatur sedemikian rupa sehingga pengusaha tidak

merasa dikekang. 2. Supaja ada penertiban soal modal. 3. Koperasi Nalajan sebaiknja hanja untuk para Nelajan/buruh nelajan sadja, djangan hanja

untuk pemilik-pemilik sadja, sedang(tidak djelas) Nelajan sendiri, tidak dibolehkan masuk mendjadi Anggota Koperasi.

4. Pemerintah sejogjanja mengeluarkan/mengadakan UU Keselamatan buruh Nelajan. 5. Oleh karena Undang-undang ini pada hakekatnja untuk menjelamatkan produksi ikan, maka

terhadap keselamatan para Nelajan dan kepada pemilik alat penangkapan ikan harus didjamin dengan memberikan pedoman-pedoman untuk kepentingan/keperluan mereka sendiri. Dalam hal ini sebaiknja dibentuk Dewan/Panitia Produksi jang terdiri dari Pemerintah, Pemilik Alat-alat/perahu-perahu dan nelajan sendiri dan organisasi masa jang berkepentingan.

6. Hendaknja Pemerintah memberikan bantuan/tuntunan, baik (tidak djelas) spirituil maupun materiil jang berupa kredit-kredit.

7. Oleh karena para Nelajan bekerdjanja didalam alam terisol(tidak djelas) hendaknja didjadikan alam Integrasi.

8. Dalam pembagian Hasil Perikanan Darat dan Laut harus djangan sampai menghilangkan kegairahan kerdja bagi para nelajan.

9. DaIam Pasal 4 ajat 1 dan 2 ongkos-ongkos kebanjakan mendjadi tanggungan bersama, minta kalkulasi jang seteliti-setelitinja.

10. Perongkosan untuk sedekah seharusnja kepada Djuragan-djuragan. 11. Teks “Karjawan” agar dihapus (Pasal 15). 12. Undang-undang, dasarnja untuk memperbanjak produksi karena ada penertiban, baik daIam

bidang produksinja maupun pengelurannja. 13. Pasal 9. Pasal ini meragukan dan memberi kesan, bahwa (tidak djelas) sewa-menjewa

sudah tidak diperkenankan sekarang. Perlu (tidak djelas)mus lebih djelas dan minta pendjelasan lebih landjut dari Pemerintah.

14. Dalam Pasal 10 supaja sesudah kalimat2 jang berbunji “(tidak djelas) Menteri Pertanian dan Agraria” diajat 1 dan 4, ditambah (tidak djelas) “organisasi-organisasi buruh nelajan”.

15. Pasal 11. Mengusulkan perkataan diwadjibkan diganti “mewadjibkan”. Kalimat “mereka” jang menjelenggarakan usaha perikanan ditjoret dan diganti dengan “pemilik”.

16. Pasal 12. Pasal ini sebetulnja tidak diperlukan, karena (tidak djelas) inipun Pemerintah bisa membentuk dana-dana jang dianggepnja

17. Pasal 13. Dalam Pasal ini dipakai bermatjam-matjam istilah dalam (tidak djelas)njebut organisasi nelajan, ada jang dinjatakan “jang (tidak djelas) pengaruh terbesar”, ini semua supaja diganti dan diseramkan “organisasi3” nelajan jang mentjerminkan kegotong rojangan Nasional.

18. Pasal 15. Hendaknja ajat 1 sesudah kalimat “berdirinja koperasi-koperasi perikanan” ditambah dengan kalimat “atas dasar prinsip sukarela dan demokratis” dan selandjutnja sesudah kalimat “dari para pemilik” ditambah “jang turut langsung ambil bagian dalam pekerdjaan pokok dalam usaha menangkap ikan dan tambak”.

19. Pasal 16. Hendaknja diperdjelas bahwa dana jang dibajarkan untuk ini adalah dari dana jang telah

disisihkan setiap menghasilkan ikan (lihat huruf 5 diatas). 20. kalimat-kalimat karjawan perikanan jang terdapat dalam Pasal 17 dan Pasal 18 supaja

diganti dengan kalimat “nelajan/penggarap”. 21. Pasal 18. Supaja perkataan “kepala desa” dalam ajat 1 diganti dengan “Panitia Landeform Desa”. Ini

akan lebih baik dan sesuai dengan ajat-ajat selandjutnja. 22. Pasal 19.

Supaja sesudah c ditambah dengan sub baru jang berbunji sbb. : d. pedjabat jang menjalahgunakan wewenang atau menghambat pelaksanaan UU ini.

Para Anggota Golongan Karya pada umumnja menjambut dengan gembira, bahwa RUU ini

Page 32: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

54 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN disampaikan kepada DPR-GR untuk dibahas. Mengingat, bahwa persoalan tentang Bagi Hasil Perikanan memang sungguh dinantikan oleh Rakjat.

Ketua. Mengutjapkan terima kasih kepada Anggota Amung Amran jang telah melaporkan rumusan

pendapat-pendapat dan saran-saran dari Golongan Karya. Meski(tidak djelas) persoalan jang dikemukakan itu sudah memasuki Pasal demi Pasal, tetang soal itu nanti bisa diulangi pada waktu kita sampai membahas Pasal demi Pasal daripada RUU itu.

Selandjutnja Ketua mempersilakan kepada Anggota Herman Mu’tashim. Anggota Herman Mu’tashin. Minta kepada Pemerintah supaja pengertian (tidak djelas) sedekah dalam RUU ini diperdjelas.

Dalam hal ini sebelum ada bagi hasil, supaja diambil lebih dahulu bagian untuk zakat. Kemudian untuk menampung segi negatifnja daripada RUU ini, ialah untuk menampung Pasal 3

jang mungkin tidak bisa dipenuhi oleh sesuatu daerah, maka hendaknja. Pemerintah Daerah diberi Wewenang untuk membuat peraturan jang bisa diterima bagi hasil itu oleh kedua belah pihak, meskipun tidak persis seperti Pasal 3 itu.

Anggota M. Brodjotruno. Mengemukakan, bahwa maksud daripada RUU ini, ialah untuk memperbaiki nasib para nelajan.

Sebagaimana Anggota Herman, maka oleh pembitjarapun disarankan supaja untuk zakat dipidahkan dulu dari hasil jang akan dibagi. Djadi setelah dipotong untuk zakat barulah diadakan pembagian.

Selandjutnja tentang soal bibit, ditanjakan oleh pembitjara apabila (tidak djelas) disuatu Daerah

menurut kebiasaan tidak berlaku seperti jang tersebut pada Pasal 4 ajat 2, ialah bibit ditanggung oleh pemilik, apakah Pemerintah Daerah bisa menetapkan peraturan jang menjimpang daripada Pasal 4 ajat 2 itu, setelah diadakan perundingan dengan pemilik sesuai dengan kebiasaan jang berlaku?

Soal bagi hasil sebagaimana tertjantum dalam Pasal 3, bagaimanakah kalau disuatu daerah berlaku kebiasaan lain tidak seperti dalam Pasal 3 ialah tidak 40% tetapi 30%. Setelah diadakan perundingan antara pemilik dengan penggarap jang keduanja menjetudjui angka 30% misalnja, apakah dalam hal ini Pemerintah Daerah bisa menetapkan peraturan prosentase bagi hasil jang lain daripada Pasal 3 itu, tetapi menuruttradisi jang berlaku, jang telah disetudjui oleh mereka?

Semua itu maksudnja ialah supaja Undang-undang ini tidak matjet seperti Undang-undang Bagi Hasil Pertanian.

Anggota Abdullah. Mengatakan telah menjampaikan suatu pendapat tertulis jang berupa amandemen dan saran-

saran. Ada pendapat pembitjara jang telah dimasukkan dalam Golongan Karya sebagaimana telah dikemukakan oleh Anggota Amung Amran, dan disini diperkuat oleh pembitjara.

Undang-undang ini adalah bertudjuan untuk memperbaiki taraf hidup para nelajan untuk membatasi penghisapan-penghisapan. Untuk menghilangkan sekaligus penghisapan itu tidak mungkin, seBab njatanja memang demikian.

Pada rapat ini pembitjara ingin mengemukakan rumusan-rumusan kalimat jang (kalimat selanjutnya tidak jelas) PS 1 huruf c. Supaja berbunji sbb : “nelajan ialah semua orang jang sebagai kesatuan setjara langsung

dengan tenaganja melaksanakan pekerdjaan pokok dalam usaha penangkapan ikan laut”. PS 1 huruf d. Dibelakang kata “orang” ditambah “baik sendiri maupun bersama-sama”. Kata-kata “aktif menjediakan tenaganja dalam usaha” diganti “aktif dengan tenaganja

melaksanakan usaha” Bunjinja mendjadi sbb: “penggarap ialah orang, baik sendiri maupun bersama-sama jang setjara njata, aktif dengan tenaganja melaksanakan usaha pemeliharaan darat……………dst”.

PS 1 huruf f. Kata-kata “beban-beban jang mendjadi tanggungan bersama (tidak djelas) pemilik dan para nelajan”, supaja diganti dengar lelang, dan ongkos mendajung djika waktu pulang (tidak djelas) ada tentangan angin jang kuat dan untuk itu memang dikeluarkan biaja chusus”.

Kata-kata “beban-beban jang mendjadi tanggungan bersama dari pemilik dengan penggarap”, supaja diganti dengan uang pembeli benih ikan, permeliharaan biaja (tidak djelas) saluran (“ tjaren”), biaja-biaja untuk pemupukan tambak dan perbaikan-perbaikan pada pintu air serta saluran jang (tidak djelas) tambak jang diusahakan itu.

PS 2. Supaja diganti seluruhnja mendjadi sbb: “ Usaha perikanan laut maupun darat atas dasar perdjandjian bagi hasil harus diselenggarakan sedemikian rupa supaja pembagian hasil antara pemilik dan nelajan atau penggarap dilakukan atas dasar jang adil dan agar terdjamin pula kedudukan hukum jang lajak bagi para nelajan atau penggarap itu dengan menegaskan hak-hak dan kewadjiban-kewadjiban baik dari nelajan atau penggarap maupun pemilik.

Keterangan : Lebih baik lagi ps 2 ini dihapus, karena efeknja tidak ada, seBab telah disebut

Page 33: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

55 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

dikonsiderans dan kongkritnja telah dimuat dalam Pasal 3. Ps 3. ajat 1 hr. b. Angka “40%” supaja diganti dengan “50%”. Ps 3. ajat 2 hr. a. Angka “40%” supaja diganti dengan “50%”. Ps 3. ajat 2 hr. a. Angka “60%” supaja diganti dengan “75%”.

Kalimat “dengan ketentuan, bahwa dst”….. sampai kata “sedang”, dihapus. PS 4. Supaja dihapus semua, karena didalam PS1 telah diatur beban-beban jang mendjadi

tanggungan bersama. Ini sama dengan UU Pertanian. Perlu diatur dalam Bab tersendiri jang mengenai “kewadjiban pemilik dan nelajan atau

penggarap”, seperti halnja dalam UU Bagi Hasil Pertanian (UU No.2/1960). Untuk itu kami usulkan supaja “Bab V Larangan-larangan” diganti mendjadi “Bab V

Kewadjiban Pemilik dan Nelajan atau Penggarap” dengan tambah dua Pasal baru. PS 5 (1) : Kata-kata “pembagian beban-beban jang bersangkutan dengan usaha perikanan itu telah diatur

menurut ketentuan dalam Pasal 4, sedang”, supaja dihapus. PS 5 (2) : Dihapus sadja, karena ketjualian ini akan mengaburkan pelaksanaan dan bisa meneruskan

kebiasaan-kebiasaan lama jang hendak dilikwidasi oleh Undang-undang ini. PS 6 : Pertanjaan: Apa seBabnja disjaratkan bagi penggarap “seorang warganegara Indanesia”,

sedang bagi nelajan tidak disjaratkan hal itu? Untuk meniadakan “unsur-unsur” atau “bau-bau” rasialisme dan persoalan tenaga-tenaga produktif jang menguntungkan “Warga Negara Indanesia” dalam Pasal ini dihapuskan sadja”?.

Dalam UU Pokok Agraria telah tegas ada pelanggaran Warga Negara Asing untuk mendjadi pemilik tanah, tentunja termasuk tambak. Djuga UUBH dalam Ps 2 tidak memuat kata-kata “ Warga Negara Indanesia” seperti itu.

Bab VIII : Nama Bab “Kesedjahteraan Karjawan Perikanan” supaja diganti mendjadi “Kesedjahteraan

Nelajan dan Penggarap”. Pasal 15 (1) : Dibelakang kata-kata “Koperasi Perikanan” supaja ditambah dengan kata-kata “atas dasar

prinsip-prinsip sukarela dan demokratis”. Dibelakang kata “pemilik” supaja ditambah kata-kata “jang dengan tenaganja setjara

langsung melaksanakan perkerdjaan penangkapan ikan laut atau pertambakan”. Pasal 15 (2) : Kata-kata “karjawan perikanan” supaja diganti dengan kata “Anggotanja”. Pasal 16 (1) : Kata-kata “Tiap usaha perikanan laut” supaja digantik dengan kata “pemilik”. Pada achir kalimat supaja ditambah dengan kata-kata “jang dibajarkan dari dana jang

diatur tersendiri”. Pasal 16 (2) : Kata-kata “usaha perikanan” supaja diganti dengan kata “pemilik”. Pada achir kalimat supaja ditambah dengan kata-kata “jang dibajarkan dari dana jang

diatur tersendiri”. Pasal 17 (2) : Kata-kata “karjawan perikanan” supaja diganti dengan kata-kata “nelajan, tani dan

penggarap”. Pasal 18 (1) : Kata-kata “Kepala Desa” supaja diganti dengan kata-kata “Panitia Landreform Desa”. Pasal 18 (4) : Kata-kata “organisasi karjawan perikanan setempat, jang mempunjai pengaruh terbesar

didaerah jang bersangkutan” supaja diganti dengan kata-kata “organisasi nelajan, tani dan penggarap setempat, jang mentjerminkan aliran Nasakom”.

Bab V. “LARANGAN-LARANGAN”. Bab ini supaja diganti namanja mendjadi “KEWADJIBAN

PEMILIK DAN NELAJAN ATAU PENGGARAP” Pasal baru : Pemilik memikul beban-beban dalam hal :

(1) Perikanan laut: perbekalan makan dan uang rokok/djadjan untuk para nelajan selama dilaut ongkos mendjaga perahu/kapal pada waktu dipantei setelah setelah dipergunakan, biaja untuk sedekah serta iuran-iuran jang disahkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II jang bersangkutan, seperti untuk dana pembangunan perahu/kapal,

Page 34: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

56 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

dana kesedjahteraan, dana ketjelakaan, dana kematian, ongkos pemeliharaan dan perbaikan perahu/kapal serta alat-alat lain jang dipergunakan penjusutan, dan biaja eksploitasi usaha penangkapan, seperti untuk pembelian solar/minjak, es dan lain sebagainja.

(2) Perikanan darat: disediakannja tambak dengan pintu air dalam keadaan jang mentjukupi kebutuhan, gubuk pendjagaan, alat-alat untuk memelihara dan menagkap ikan, biaja untuk mengganti pintu air jang tidak dapat dipakai lagi serta pembajaran padjak tanah jbs.

PS 8 ajat (2) dibelakang kata “Bagian” diselipkan kata “pemilik” pada achir kalimat ditambahkan kata-

kata sbb: “dan dikembalikan kepada penggarap jang bersangkutan”, sehingga bunji kalimat sepenuhnja adalah sbb:

“Pelanggaran terhadap larangan tersebut pada ajat (tidak djelas) Pasal ini mengakibatkan, bahwa uang harga benda jang diberikan itu dikurangkan pada bagian pemilik dari usaha perikanan jang bersangkutan dan dikembalikan kepada penggarap jang bersangkutan”.

PS 9 ajat (1) perkataan “Asisten Wedana/Kepala Ketjamatan jang bersangkutan” diganti dengan

“Panitia Landrefrorm Ketjamatan-ketjamatan jang bersangkutan”. Tambah dengan Pasal baru sbb:

“Pada berachirnja perdjandjian bagi hasil, baik karena berachirnja djangka waktu perdjandjian maupun karena salah satu (tidak djelas)tersebut pada Pasal 7, nelajan atau penggarap wadjib (tidak djelas) kembali perahu/kapal jang diusahakan dalam usaha penangkapan alat-alat penangkapan ikan atau tambak”. Kalimat “ 1 (satu) musim, jaitu 3 (tiga) bulan” supaja (tidak djelas) dengan” 2 (dua) tahun….dst”.

PS 7 ajat (1) : kalimat “paling sedikit 4 (empat) musim, jaitu 2 tahun berturut-turut” supaja diganti dengan “ paling sedikit 5 (lima) tahun berturut-turut dst.”

Supaja ditambah ajat baru sesudah ajjat (1) jang bunjinja sebagai berikut: “Segera setelah djangka waktu perdjandjian habis, pemilik mengadakan perundingan

dengan nelajan atau penggarap jang bersangkutan untuk membuat perdjandjian selama perdjandjian baru belum tersusun, perdjandjian lama tetap berlaku”.

Hal ini untuk menghilangkan kekhawatiran penggarap tidak memiliki alat-alat produksi

seperti pemilik. Achirnja tentang organisasi-organisasi jang diikut sertakan soal-soal penjelesaian perselisihan, apakah tidak perlu organisasi-organisasi nelajan/tani diikutsertakan sepenuhnja.

Anggota Semanhadi Sastrowidjojo. Menghendaki supaja definisi nelajan atau pemilik ditetapkan sesuai dengan ketetapan MPRS.

Apakah itu merupakan perseorangan atau organisasi, hal itu nanti bisa diatur Peraturan Pemerintah. Dalam definisi nelajan itu supaja termasuk seBab kalau tani diikutsertakan, maka akan bisa melakukan social.

Kemudian tentang soal Warga Negara dalam bidang perikanan ini bitjara menjatakan bahwa di Labuan Batu, Tandjung Balai kebanjakan Warga Negara asing jang mengusahakan, sedangkan orang-orang Indanesia kurang lebih 20%. Tambak-tambak didaerah itupun dikuasai mereka.

Mengenai soal penjaluran ikan, pembitjara menjarankan supaja Pemerintah ikut serta dalam penjaluran itu, ialah dalam marketingnja supaja penentuan harga ikan itu tidak ditentukan sendiri oleh jang hanja mau mentjari untung sendiri sebanjak-banjaknja. Kenjataan sekarang ini perbedaan harga ikan itu, rnisalnja dari Pasar Ikan sampai ke pasar-pasar, djauh sekali selisihnja. Oleh karena itu marketing perlu mendapat perhatian Pemerintah.

Selandjutnja dikemukakan oleh pembitjara bahwa maksud daripada Undang-undang ini adalah untuk memperbesar produksi dan menghapuskan penghisapan. Untuk menghindari penghisapan, maka supaja diadakan koperasi-koperasi jang kuat bersama jang lemah. Dalam hal ini ialah koperasi perikanan jang benar-benar dapat menguntungkan kedua belah pihak.

Mengenai soal kesedjahteraan, maka supaja Pemerintah mengadakan Undang-undang perlindungan keselamatan kerdja nelajan. Djuga supaja ada definisi karjawan jang dimaksud dalam Undang-undang ini.

Mengenai soal fasilitas untuk pembuatan perahu-perahu, hendaknja supaja dikoordinir, misalnja soal kaju djati, bambu dan sebagainja. Djadi dalam memenuhi alat-alat pembuatan perahu kepada perusahaan-perusahaan itu supaja ada koordinasi, seBab sekarang ini banjak perusahaan-perusahan kaju

Page 35: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

57 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN jang rnati karenatidak ada koordinasi dalam memberikan fasilitas itu. Kemudian supaja diutamakan pemberian fasilitas itu kepada perusahaan-perusahaan perahu jang ketjil.

Jang terachir disarankan oleh pembitjara supaja dalam soal kesedjahteraan nelajan itu ada gotong rojang antara Pemerintah dengan nelajan, dalam hal ini ialah supaja ada Peraturan Pemerintah jang berwudjud asuransi keselamatan kerdja nelajan.

Selain daripada itu supaja diadakan pendidikan bagi anak atau keluarga nelajan tentang morse dengan obor dan sebagainja, untuk mengatakan kesulitan sewaktu-waktu ada keperluan antara keluarga nelajan dengan nelajannja jang sedang dilautan.

Anggota Kasim. Mengusulkan supaja konsiderans bagian menimbang ajat a dirubah. keterangannja ialah, untuk

menghilangkan kekeliruan pengertian tentang dua tahap revolusi Indanesia, maka isi konsiderans diusulkan seperti isi konsiderans PBH Pertanian (Undang-undang No.2 tahun 1960) sebagainja bunjinja sebagai berikut :

Menimbang: a. Bahwa untuk meningkatkan taraf hidup para nelajan dan penggarap tambak dan untuk memperbesar produksi ikan, maka perlu diadakan Undang-undang jang mengatur perdjandjian pengusaha perikanan dengan tjara bagi hasil, baik perikanan laut maupun darat dimana pembagian hasil antara pemilik dan nelajan dan penggarap dilakukan atas dasar jang adil.

Mengenai konsiderans menimbang ajat b, diusulkan supaja sesudah perkataan “koperasi perikanan” diselipkan kata-kata “atas dasar prinsip-prinsip sekarela dan demokratis”.

kemudian kata-kata “turut serta” supaja diganti dengan kata-kata “setjara langsung melaksanakan pekerdjaan pokok”, sehingga bunji konsiderans :

ajat b sepenuhnja mendjadi sbb: b bahwa selain perbaikan daripada sjarat-sjarat perdjandjian bagi hasil sebagai jang dimaksud

diatas, perlu pula lebih dipergiat usaha pembentukan koperasi-koperasi perikanan atas dasar prinsip-prinsip sukarela dan demokratis jang Anggota-Anggotanja terdiri dari semua orang jang langsung melaksanakan pekerdjaan pokok dalam usaha perikanan itu.

Selandjutnja pembitjara mengadjukan saran dan amandemen-amandemen sbb. :

Bab IV. Djangka waktu perdjandjian. Pasal 7. Ajat (4) sub b, perkataan “dengan idzin kepala desa” supaja dihapus dan diganti dengan perkataan “persetudjuan Panitia Landreform Desa”. Kemudian dibelakang perkataan “sebagaimana mestinja” supaja ditambahkan kalimat “dengan ketentuan bahwa sebelum ada persetudjuan Panitia Landreform Desa jang bersangkutan, sekalipun ada tuntutan pemilik, perdjandjian berdjalan terus”; sehingga bunji Pasal 7 ajat 4 b adalah sbb:

“dengan persetudjuan Panitia Landreform Desa atas tuntutan pemilik, djika nelajan atau penggarap jang bersangkutan tidak memenuhi kewadjibannja sebagaimana mestinja, dengan ketentuan bahwa sebelum ada persetudjuan Panitia Landreform Desa jang bersangkutan, sekalipun ada tuntutan pemilik, perdjandjian berdjalan terus”. Selandjutnja ajat 4 sub c perkataan “idzin” supaja diganti dengan kata “persetudjuan”,dan

kemudian dibelakang perkataan “pemilik” disisipkan perkataan “atau tanpa alasan-alasan jang wadjar seperti sakil dll”, sehingga kalimat sepenuhnja mendjadi sbb:

“djika penggarap tanpa persetudjuan pemilik atau tanpa alasan-alasan jang wadjar seperti sakit dll, menjerahkan pengusahaan tambak jang bersangkutan kepada orang lain”.

Bab VI. Usaha perikanan atas dasar upah dan sewa. Pasal 10. Mengenai Bab VI Pasal 10, diusulkan amandemen sbb: Ajat (1) Dibelakang kata-kata “Menteri Perikanan dan Agraria” supaja (tidak djelas) bahkan kata “dan

organisasi buruh, tani dan nelajan”. Ajat (2) Kata-kata “djika dianggap perlu” dibelakang kata ”maka” supaja dihapus, dan selandjutnja kata

“dapat” dibelakang kata-kata “Pemerintah Daerah Tingkat I” djuga supaja dihapus. Ajat (4) Dibelakang kata-kata “Menteri Pertanian dan Agraria” supaja (tidak djelas) bahkan kata-kata “

setelah mendengar organisasi buruh, tani dan nelajan”. Bab VII. Ketentuan untuk menjempurnakan dan kelangsungan usaha (tidak djelas) Pasal 11. Perkataan “mereka jang menjelenggarakan” supaja diganti dengan perkataan “pemilik”. Pasal 12. Perkataan “semua karjawan perikanan” supaja diganti dengan perkataan “semua wakil-wakil

organisasi-organisasi tani, nelajan dan penggarap”. Pasal 13. ajat (1). Kata-kata “koperasi perikanan” supaja diganti (tidak djelas) “koperasi nelajan”.

Page 36: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

58 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN Selandjutnja antara perkataan “setjara sewa beli” dan “untuk dipergunakan” disisipkan kata-kata

“dengan pemilik jang bersangkutan”, sehingga bunjinja sbb: “setjara sewa beli pemilik jang bersangkutan untuk dipergunakan” dan seterusnja……

Pasal 13. ajat (2). Antara perkataan “organisasi-organisasi nelajan” dan “(tidak djelas)” supaja diselipkan kata “dan tani”, kemudian kata-kata mempunjai pengaruh terbesar supaja dihapus dan diganti degan kata-kata “mentjerminkan aliran nasakom”, sehingga bunjinja “organisasi-organisasi nelajan dan tani setempat, jang mentjerminkan aliran Nasakom: dan seterusnja

Achirnja pembitjara mengharapkan supaja tentang soal zakat hendaknja mempertimbangkan,

kepada siapa dibebankan zakat itu. Djadi hendaknja setelah dibagi hasil antara pemilik dan penggarap, baru dipersoalkan (tidak djelas).

Anggota Suharno. Mengemukakan supaja dalam Undang-undang ini ada ketentuan tentang imbangan pembagian

hasil diantara nelajan sendiri. Kemudian mengenai Pasal 16 ajat 3, karena Pemerintah akan mengadakan Undang-undang Keselamatan kerdja, maka hendaknja soal itu bisa dimasukkan dalam Pasal ajat 3 itu.

Dikatakan selandjutnja oleh pembitjara bahwa Undand-undang ini tidak lepas daripada soal landreform. Oleh karena itu hendaknja Komisi D (tidak djelas) kepada Pimpinan DPR-GR supaja membentuk standing committee jang membahas Undang-undang tentang Pengadilan Landreform. Dengan demikian maka tentang Peradilan Landreform jang disiapkan Pemerintah bisa segera dibahas oleh standing committee sebelum setjara resmi disampaikan kepada DPRGR.

Kemudian mengenai production sharing dibidang perikanan. apakah Undang-undang ini djuga berlaku bagi projek tersebut?

Ketua. Mengutjapkan terima kasih kepada para Anggota jang telah mengemukakan pendapat-pendapat

dan pertanjaan-pertanjaan. Kemudian terserah kepada J.M. Menteri untuk memberikan djawabannja. Menteri Pertanian dan Agraria. Mengatakan akan berkonsultasi lebih dahulu dengan stafnja sebelum memberikan djawabannja.

Karena itu diminta supaja rapat ini dischors lebih dulu. Ketua. Menerima baik pemintaan Menteri, dan rapat dischors selama -/+ 15 menit. Selandjutnja setelah rapat dibuka kembali, maka Ketua mempersilakan Menteri untuk memberikan

djawaban-djawabannja. Menteri Pertanian dan Agraria. Mengatakan bahwa dalam membahas RUU ini ternjata banjak Anggota jang telah menjelidiki

setjara serious, sehingga dari persoalan-persoalan jang telah dikemukakan oleh para Anggota itu banjak peladjaran dan bahan-bahan jang didapat oleh Menteri dan pedjabat-pedjabatnja.

Dalam mendjawab Persoalan-persoalan jang dikemukanan oleh para Anggota maka Menteri

membatasi pada soal-soal jang umum lebih dahulu dan selandjutnja Nanti jang mengenai redaksionil dan sistimetik dari RUU ini, Pemerintah tentunja akan bisa “take and give”.

Mendjawab pertanjaan Anggota Herman Mu’tasim tentang soal sedekah jang tyersebut dalam

RUU ini, Menteri menerangkan bahwa sedekah disini bukanlah zakat. Djadi sedekah ini merupakan kebiasaan dari pada nelajan jang dilakukan tiap tahun untuk “zeefeest”. Ongkos-ongkos untuk keperluan itu jang besar ditanggung oleh para pemilik, sedangkan para nelajan sendiri menjokong menurut kerelaan dan sesuai dengan tradisi.

Apakah tradisi ini perlu dirubah, padahal ini adalah untuk mengerakan kegembiraan bekerdja. Kemudian pertanjaan tentang penjerahan wewang pada Daerah tk.II dalam hal menerapkan bagi hasil jang menjimpang dari pada RUU ini, Menteri mengatakan bahwa menurut Pasal 5 ajat 2 kalau perlu ada penjimpangan dari pada soal jang dimaksud dalam Pasal 3 mengenai pembagian hasil, maka wewenang itu diberikan kepada Daerah Tingkat I. Pemerintah memandang praktis kalau wewenang itu ada pada Daerah tingkat I dilihat dari segi pengawasan dan kelantjaran.

Pertanjaan Anggota Brodjotaruno mengenai soal bibit, Menteri menerangkan bahwa menurut Pasal 4 ajat 2 a, bibit itu ditanggung bersama antara pemilik dan ppenggarap karena harga bibit sekarang telah naik, sehingga bibit untuk 1 ha memerlukan biaja Rp.30.000.- karena Pemerintah memandang bahwa pemilik sudah dibebani pengeluaran-pengeluaran lain jang berat, maka ditetapkan supaja mengenai bibit itu ditanggung bersama antara pemilik dan penggarap.

Page 37: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

59 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Selandjutnja usul perubahan mengenai prosentasi pembagian tidak seperti tersebut dalam Pasal 3, kalau disuatu daerah terdapat ikan jang lain daripada jang disebut dalam Pasal itu, maka menurut Menteri kalau menguntungkan nelajan boleh-boleh sadja. Djadi kalau sudah ada persetudjuan atau tradisi disuatu daerah jang menjimpang dari ketentuan Pasal 3 itu tetapi tradisi jang mengubah UU ini menguntungkan nelajan, maka itu boleh sadja, seBab Pemerintah dengan Undang-undang ini akan melindungi kaum nelajan.

Tentang persoalan-persoalan jang dikemukakan Anggota Abdullah banjak jang mengenai perubahan redaksionil, dan soal ini nanti dapat dibitjarakan dalam membahas Pasal demi Pasal.

Menteri menjatakan tidak berkeberatan mengenai usul terhadap diktum konsideran dari Anggota Abdullah dan djuga dari Anggota Kasim, soal ini nanti kita bitjarakan. Kemudian Menteri djuga menanjakan bisa mempertimbangkan saran Anggota Semanhadi mengenai perlunja ada definisi nelajan.

Mengenai angka-angka perimbangan jang dikemukakan Anggota Abdullah dan Amung Amran (Golongan Karya) ialah perimbangan jang lain dari pada Undang-undang ini, maka Menteri menerangkan bahwa persoalan itu menjangkut tentang beban-beban bersama, beban pemilik dan penggarap jang telah terperintji dalam Pasal 4.

Dengan meningkatnja beban-beban pada pemilik maka angka 40% itu sudah tepat. SeBabnja ialah beban dari pemilik itu meliputi ongkos pemeliharaan dan persoalan perahu atau kapal serta alat-alat lain jang diperlukan sebagaimana tersebut dalam pasal 4, sedangkan jang mendjadi tanggungan nelajan ialah biaja perbekalan mereka selama dilaut sadja. Kalau kita bandingkan lagi maka sekarang ini harga-harga untuk biaja expoitasi jang dibebankan kepada pemilik sudah naik. Angka-angka kenaikan harga itu sedemikian rupa, sehingga dichawatirkan mereka tidak akan bisa membajarnja. Karena kenaikan-kenaikan harga jang sudah mengchawatirkan itu, maka angka perimbangan 40% itu sudahlah tepat. Kemudian tentang soal supaja ada perbedaan ongkos investasi modal kerdja, oleh Menteri diterangkan bahwa modal kerdja itu sebagian besar ditanggung oleh pemilik. Menteri selandjutnja menjatakan tidak berkeberatan untuk menghilangkan kata-kata tambahan dalam pasal 3 angka 2 ialah mengenai kata-kata “dengan ketentuan, dst. Sampai sedang”. Tentang pasal 4, sebetulnja pasal ini mengatur mengenai hak dan kewadjiban ialah jang meliputi beban bersama, beban pemilik dan nelajan. Soal ini bukan merupakan soal prinsip. Pengeluaran-pengeluaran jang berat mengenai alat-alat jang berat dibeli bersama-sama. Mengenai soal Warga Negara dalam Undang-undang ini supaja seperti UU pokok Agraria sebagaimana dikemukakan oleh Anggota Abdullah, menerangkan bahwa penjebutan Warga Negara Indonesia disini adalah menjatakan bahwa nelajan disini adalah bangsa kita dan bukan bangsa asing. Dan lagi pula bagi hasil itu bukanlah production snaring. Maksud Anggota Abdullah supaja kata “Warga Negara Indonesia” Undang-undang ini pasal 6 dihapuskan untuk menghilangkan unsur-unsur rasialisme dan sebagainja, maka persoalannja nanti bisa didjelaskan dalam pendjelasan Undang-undang ini. Menteri menambahkan bahwa malahan maksud dari pada kata-kata “Warga Negara” disini adalah sebagai penegasan dan penjempurnaan dari pada Undang-undang Bagi Hasil Pertanian. Selandjutnja mengenai soal djangka waktu perdjandjian jang disebut dalam pasal 7 supaja diperbaharui dan diperpandjang waktunja. Menteri pada prinsipnja dapat menjetudjui. Tetapi ada unsur-unsur jang harus mendapat perhatian ialah adanja unsur-unsur atau team-team dilakangan mereka (tidak djelas) memimpin berganti-ganti. Dengan adanja pergantian team-team itu dalam musim maka nelajan itu bisa membangun tjara bekerdja jang lebih baik. Dalam pada itu jang perlu diperhatikan dan dihindari ialah (tidak djelas) kontrak itu oleh pemilik tidak ditjabut sewaktu-waktu dan diberikan kepada orang lain. Djadi persoalannja sekarang ialah supaja diadakan djaminan dalam suatu pasal jang menjatakan, kalau ada pembaharuan perdjandjian supaja diberikan lagi kepada orang-orang atau kelompok jang lama, dan tidak ditjabut diberikan kepada orang lain. Tentang soal gubug kita berpendapat sama, ialah kalau akan (tidak djelas) untuk tempat tinggal maka disediakan oleh pemilik, dan kalau guna untuk pemeliharaan, jang menjediakan penggarap. Memang kadang-kadang ada pemilik jang menjediakan gubug jang tidak memenuhi sjarat-sjarat kesehatan dan sebagainja, tetapi inipun tidak semua.

Persoalan supaja organisasi-organisasi tani dan nelajan diikutsertakan dalam sidang-sidang penetapan upah, dan supaja diminta pertimbangannja, maka mereka dapat menerima saran ini. Mendjawab saran-saran dan pertanjaan Anggota Samanhadi supaja ada definisi tentang nelajan, (saran ini sama dengan Anggota abdullah), menteri dapat menjetudjui. Tentang soal mempertinggi produksi ikan ini bergantung pada nelajan dan penggarap disamping perlunja alat-alat jang baik. Menteri marketing memang soalnja penting dalam hubungannja dengan peningkatan produksi. Dalam hal meningkatkan produksi haruslah ada kegembiraan kerdja, harus ada perangsang misalnja dengan marketing jang baik dan pada hasil produksi itu. Kemudian menteri menanjakan apakah soal marketing perlu dimasukkan dalam undang-undang ini atau dalam undang-undang pokok perikanan laut.

Page 38: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

60 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN Menurut menteri undang-undang pokok perikanan laut itu sudah disampaikan kepada Presiden dan karena belum disampaikan kepada DPRGR, maka menteri setjara informil dapat menjampaikan kepada komisi D. djadi menteri mengharapkan supaja dalam membahas UU tentang bagi hasil perikanan ini supaja dibatja djuga undang-undang pokok perikanan. Dalam undang-undang pokok perikanan laut itu misalnja dalam pasal 4, terdjantum tentang perlindungan dan soal marketing. Mengenai soal warga negara keturunan asing Tiongkoe jang disinggung oleh Anggota samanhadi apakah itu diskriminasi atau tidak jang menjangkut bidang ekonomi, menteri menjatakan bahwa dalam undang-undang pokok agraria disebut ada warga negara jang ekonominja kuat dan warga negara jang ekonominja lemah. Djadi disini tidak ada diskriminasi, tetapi ada istilah kuat dan lemah. Demikian djuga halnja dalam undang-undang tentang bagi hasil perikanan ini. Soal marketing supaja diserahkan kepada koperasi, njatanja koperasi itu belum mampu, karena persoalan ini ada hubungannja dengan kredit. Kalau kredit itu belum tjukup dan keahlian belum ada, maka akibatnja malah djadi permainan tengkulak2. Djadi dalam soal perikanan ini memang masih ditentukan oleh warganegara-warganegara jang ekonominja kuat.

Selandjutnja tentang Undang-undang Keselamatan Kerdja Nelajan, memang sangat dirasakan perlunja, terutama oleh nelajan sendiri. Soal itu sekarang oleh Departemen Pertanian/Agraria sedang diadakan perumusan. Tetapi karena dulu oleh Menteri Perburuhan sudah disanggupi, maka sekarang jang mengambil inisiatif mengenai Undang-undang Keselamatan kerdja itu ialah Departemen Perburuhan. Tentang fasilitas supaja dapat diberikan kepada nelajan, misalnja dalam pembuatan perahu-perahu, Menteri menjatakan bahwa fasilitas itu memang diberikan misalnja mengenai keju, tetapi ini belum berarti sampai gratis.

Body daripada perahu-perahu itu dibuat didalam negeri, dan soal memperbanjak pembuatan perahu-perahu itu bergantung kepada kapasitas. Adapun kapasitas rata-rata dalam satu tahun ialah 100 perahu, dan ini bergantung pula kepada musim. Menteri menerangkan selandjutnja bahwa sekarang ini kita mendapat dari pampasan Djepang 200 motor perahu, tetapi sajang datangnja berselisihan, karena ada perubahan tentang bentuk, maka karoserinja pun belum sempurna. Mengenai assuransi terhadap nelajan, sudah dimulai misalnja assuransi ketjelakaan. Mendjawab pertanjaan2 dan usul2 Anggota Kasim, Menteri mengatakan bahwa banjak persoalan2 jang dikemukakan oleh Anggota Kasim jang menjangkut Pasal-pasal, dan karena itu nanti bisa dibitjarakan dalam pasal demi pasal. Usul jang mengenai konsideran pada pokoknja dapat diterima. Tentang Bab IV ajat 4 b mengenai soal idzin dimana diusulkan supaja “Idzin Kepala Desa” diganti dengan “Panitia Landreform Desa”, Menteri menjatakan bahwa berdasarkan keahlianja, apabila Panitia itu terdiri dari tani/nelajan ini bisa sadja. Tetapi apa bila Panitia Landreform apakah itu bisa? Menteri selandjutnja dapat menerima saran supaja dalam soal upah seperti tersebut dalam pasal 10, didengar pula organisasi buruh/tani/nelajan. Usul mengenai perubahan nama karyawan dalam pasal 12 mendjadi nelajan djuga dapat disetudjui. Mengenai saran penggantian nama “Koperasi perikanan” dengan “Koperasi nelajan” dalam pasal 13 x dapat diterima, dalam mana koperasi nelajan itu termasuk djuga pemilik. Selandjutnja Menteri mengatakan bahwa saran Anggota Suharno tentang pembagian diutararakan nelajan sendiri, maka ada baiknja soal itu ditjantumkan dalam satu pasal supaja ada imbangan baik antara nelajan sendiri. Pertanjaan tentang pasal 16 ajat 3 oleh Menteri diterangkan bahwa disini jang diatur ialah jang meliputi kesedjahteraan, jang mengenai keselamatan kerdja pada umumnja, maka Departemen Perburuhanlah jang menjiapkan Undang-undangnja ialah mengenai keselamatan nelajan itu.

Djadi setjara umum tentang keselamatan kerdja itu akan dituangkan dalam Undang-undang Keselaraatan kerdja dari Departemen Perburuhan, tetapi menjangkut kaum nelajan maka untuk staff-nja ditjantumkan dalam undang-undang ini, sambil kita menunggu Undang-undang jang dikeluarkan oleh Departemen Perburuhan.

Mengenai soal Peradilan, seperti tersebut dalam Bab IX, akan dilakukan oleh Panitia landreform dengan tjara musjawarah. Selandjutnja apakah untuk mengatasi perselisihan itu kita pergunakan Panitia Landreform atau Panitia tersendiri, maka kita tjari djalan mana jang baik.

Saran supaja RUU Peradilan londreform itu segera dibitjarakan dalam Komisi D, hal itu akan diusahakan. Menurut Menteri soal Peradilan landreform itu setjara formil dibitjarakan dalam DPRGR, maka bis dibitjarakan dulu dalam Komisi atau standing seperti jang disarankan oleh Anggota Suharno. Dalam Peradilan Landreform ini Menteri Kehakiman tjempur tangan. Karena itu perlu nanti supaja hal ini dibitjarakan bersama Komisi D.

Tentang projek production sharing. Menteri menerangkan (tidak djelas) bahas dalam Undang-

undang ini karena jang dipersoalkan disini ialah hasil antara warga negara sendiri dan bukan dengan bangsa asing.

Selandjutnja mengenai angka-angka perimbangan pengeluaran jang termaksud dalam Undang-undang ini ialah jang mendjadi beban pemilik, mereka mengatakan akan disampaikan setjara tertulis.

Page 39: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

61 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN Dalam perhitungan angka-angka itu supaja tidak merugikan kedua belah pihak maka supaja Pertimbangan itu nanti akan berkembang.

Seperti djuga dalam Undang-undang Bagi Hasil Pertanian, maka akan ada sanksi-sanksinja. Menteri kemudian mengulangi lagi supaja perimbangan jang diadakan kepada pemilik itu sifatnja

zakolijk dan redelijk, karena kita akan mengetahui bahwa pemilik-pemilik kapal di Indonesia ini bukan pemilik-pemiliki jang besar, bukan shiplord. Pada umumnja perahu-perahu jang mereka miliki itu lajarnja tambalan, motornja dari pandai-besi dan tidak mewah.

Demikian a.l. djawaban dan keterangan-keterangan Menteri Pertanian/Agraria. Ketua. Setelah mendengarkan djawaban dan keterangan-keterangan Menteri mengatakan bahwa rupanja

banjak saran-saran jang dikemukakan oleh Anggota-Anggota bisa mengambil oper oleh Pemerintah. Selandjjutnja oleh karena pembitjaraan bersifat informatoris ini sudah tjukup, kiranja tidak perlu diadakan babak kedua. Adapun tentang Pasal demi Pasal, karena besok masih ada waktu, maka bisa dibitjarakan menjusul. Apalagi karena mengenai pasal demi pasal itu banjak saran-saran jang diadjukan setjara konkrit, djadi nanti tinggal Pemerintah menampungnja dengan rumusan- rumusan. Untuk itu tentunja Pemerintah membutuhkan waktu, dan tentang waktu itu terserah kepada Pemerintah.

Menteri Pertanian dan Agraria menjetudjui pendapat Ketua. Setelah mendengarkan Pendapat-pendapat dan saran-saran dari para Anggota mengenai Pasal demi pasal, maka Pemerintah nanti akan mengadjukah redaksi baru, bukan (tidak djelas) baru, tetapi untuk diadjukan besok atau nanti malam, tentunja kurang tjukup waktu untuk menjusun. Berhubung dengan itu maka supaja disediakan waktu jang tjukup untuk merumuskannja.

Ketua. Menerangkan bahwa menurut susunan atjara DPR-GR, minggu depan ialah hari Selasa dan Rabu

disediakan waktu untuk rapat-rapat Komisi untuk masuk rapat kerdja. Menteri Pertanian dan Agraria menjatakan bersedia untuk melandjutkan rapat kerdja ini pada hari

Selasa dan Rabu minggu depan. Ketua. Menegaskan, bahwa dengan demikian dapatlah ditetapkan sekarang rapat kerdja untuk

melandjutkan pembitjaraan RUU tentang bagi hasil perikanan itu ialah pada hari Selasa dan Rabu tanggal 14-15/4 jang akan datang.

Sebelum rapat ditutup, Ketua mengutjapkan terima kasih kepada Menteri jang telah bisa

memahami dan bersedia menampung saran-saran dari para Anggota. Mudah-mudahan rumusan jang akan disampaikan oleh Pemerintah jang akan datang, akan bisa mentjakup saran-saran itu.

RAPAT DITUTUP PADA DJAM 13.30 Djakarta, April 1964 Panitera Komisi D, ttd. Abdul Aziz.

Page 40: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

62 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Djawaban atau keterangan J.M. Menteri Pertanian Agraria

dalam rapat kerdja dengan Komisi D DPRGR pada tanggal. 9 April 1964.

Menteri Pertanian dan Agraria. Mengatakan bahwa dalam membahas RUU ini ternjata banjak Anggota jang telah menjelidiki

setjara serious, sehingga dari persoalan-persoalan jang telah dikemukakan oleh para Anggota itu banjak peladjaran dan bahan-bahan jang didapat oleh Menteri dan pedjabat-pedjabatnja.

Dalam mendjawab Persoalan-persoalan jang dikemukanan oleh para Anggota maka Menteri membatasi pada soal-soal jang umum lebih dahulu dan selandjutnja Nanti jang mengenai redaksionil dan sistimetik dari RUU ini, Pemerintah tentunja akan bisa “take and give”.

Mendjawab pertanjaan Anggota Herman Mu’tasim tentang soal sedekah jang tyersebut dalam

RUU ini, Menteri menerangkan bahwa sedekah disini bukanlah zakat. Djadi sedekah ini merupakan kebiasaan dari pada nelajan jang dilakukan tiap tahun untuk “zeefeest”. Ongkos-ongkos untuk keperluan itu jang besar ditanggung oleh para pemilik, sedangkan para nelajan sendiri menjokong menurut kerelaan dan sesuai dengan tradisi.

Apakah tradisi ini perlu dirubah, padahal ini adalah untuk mengerakan kegembiraan bekerdja. Kemudian pertanjaan tentang penjerahan wewang pada Daerah tk.II dalam hal menerapkan bagi hasil jang menjimpang dari pada RUU ini, Menteri mengatakan bahwa menurut Pasal 5 ajat 2 kalau perlu ada penjimpangan dari pada soal jang dimaksud dalam Pasal 3 mengenai pembagian hasil, maka wewenang itu diberikan kepada Daerah Tingkat I.

Pemerintah memandang praktis kalau wewenang itu ada pada Daerah tingkat I dilihat dari segi pengawasan dan kelantjaran.

Pertanjaan Anggota Brodjotaruno mengenai soal bibit, Menteri menerangkan bahwa menurut

Pasal 4 ajat 2 a, bibit itu ditanggung bersama antara pemilik dan ppenggarap karena harga bibit sekarang telah naik, sehingga bibit untuk 1 ha memerlukan biaja Rp.30.000.- karena Pemerintah memandang bahwa pemilik sudah dibebani pengeluaran-pengeluaran lain jang berat, maka ditetapkan supaja mengenai bibit itu ditanggung bersama antara pemilik dan penggarap.

Selandjutnja usul perubahan mengenai prosentasi pembagian tidak seperti tersebut dalam Pasal

3, kalau disuatu daerah terdapat ikan jang lain daripada jang disebut dalam Pasal itu, maka menurut Menteri kalau menguntungkan nelajan boleh-boleh sadja. Djadi kalau sudah ada persetudjuan atau tradisi disuatu daerah jang menjimpang dari ketentuan Pasal 3 itu tetapi tradisi jang mengubah UU ini menguntungkan nelajan, maka itu boleh sadja, seBab Pemerintah dengan Undang-undang ini akan melindungi kaum nelajan.

Tentang persoalan-persoalan jang dikemukakan Anggota Abdullah banjak jang mengenai

perubahan redaksionil, dan soal ini nanti dapat dibitjarakan dalam membahas Pasal demi Pasal. Menteri menjatakan tidak berkeberatan mengenai usul terhadap diktum konsideran dari Anggota

Abdullah dan djuga dari Anggota Kasim, soal ini nanti kita bitjarakan. Kemudian Menteri djuga menanjakan bisa mempertimbangkan saran Anggota Semanhadi mengenai perlunja ada definisi nelajan.

Mengenai angka-angka perimbangan jang dikemukakan Anggota Abdullah dan Amung Amran

(Golongan Karya) ialah perimbangan jang lain dari pada Undang-undang ini, maka Menteri menerangkan bahwa persoalan itu menjangkut tentang beban-beban bersama, beban pemilik dan penggarap jang telah terperintji dalam Pasal 4.

Dengan meningkatnja beban-beban pada pemilik maka angka 40% itu sudah tepat. SeBabnja

ialah beban dari pemilik itu meliputi ongkos pemeliharaan dan persoalan perahu atau kapal serta alat-alat lain jang diperlukan sebagaimana tersebut dalam pasal 4, sedangkan jang mendjadi tanggungan nelajan ialah biaja perbekalan mereka selama dilaut sadja.

Kalau kita bandingkan lagi maka sekarang ini harga-harga untuk biaja expoitasi jang dibebankan kepada pemilik sudah naik. Angka-angka kenaikan harga itu sedemikian rupa, sehingga dichawatirkan mereka tidak akan bisa membajarnja. Karena kenaikan-kenaikan harga jang sudah mengchawatirkan itu, maka angka perimbangan 40% itu sudahlah tepat.

Kemudian tentang soal supaja ada perbedaan ongkos investasi modal kerdja, oleh Menteri diterangkan bahwa modal kerdja itu sebagian besar ditanggung oleh pemilik.

Page 41: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

63 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN Menteri selandjutnja menjatakan tidak berkeberatan untuk menghilangkan kata-kata tambahan dalam pasal 3 angka 2 ialah mengenai kata-kata “dengan ketentuan, dst. Sampai sedang”.

Tentang pasal 4, sebetulnja pasal ini mengatur mengenai hak dan kewadjiban ialah jang meliputi beban bersama, beban pemilik dan nelajan. Soal ini bukan merupakan soal prinsip.

Pengeluaran-pengeluaran jang berat mengenai alat-alat jang berat dibeli bersama-sama. Mengenai soal Warga Negara dalam Undang-undang ini supaja seperti UU pokok Agraria sebagaimana dikemukakan oleh Anggota Abdullah, menerangkan bahwa penjebutan Warga Negara Indonesia disini adalah menjatakan bahwa nelajan disini adalah bangsa kita dan bukan bangsa asing. Dan lagi pula bagi hasil itu bukanlah production snaring. Maksud Anggota Abdullah supaja kata “Warga Negara Indonesia” Undang-undang ini pasal 6 dihapuskan untuk menghilangkan unsur-unsur rasialisme dan sebagainja, maka persoalannja nanti bisa didjelaskan dalam pendjelasan Undang-undang ini. Menteri menambahkan bahwa malahan maksud dari pada kata-kata “Warga Negara” disini adalah sebagai penegasan dan penjempurnaan dari pada Undang-undang Bagi Hasil Pertanian. Selandjutnja mengenai soal djangka waktu perdjandjian jang disebut dalam pasal 7 supaja diperbaharui dan diperpandjang waktunja. Menteri pada prinsipnja dapat menjetudjui. Tetapi ada unsur-unsur jang harus mendapat perhatian ialah adanja unsur-unsur atau team-team dilakangan mereka (tidak djelas) memimpin berganti-ganti. Dengan adanja pergantian team-team itu dalam musim maka nelajan itu bisa membangun tjara bekerdja jang lebih baik. Dalam pada itu jang perlu diperhatikan dan dihindari ialah (tidak djelas) kontrak itu oleh pemilik tidak ditjabut sewaktu-waktu dan diberikan kepada orang lain.

Djadi persoalannja sekarang ialah supaja diadakan djaminan dalam suatu pasal jang menjatakan, kalau ada pembaharuan perdjandjian supaja diberikan lagi kepada orang-orang atau kelompok jang lama, dan tidak ditjabut diberikan kepada orang lain.

Tentang soal gubug kita berpendapat sama, ialah kalau akan (tidak djelas) untuk tempat tinggal maka disediakan oleh pemilik, dan kalau guna untuk pemeliharaan, jang menjediakan penggarap. Memang kadang-kadang ada pemilik jang menjediakan gubug jang tidak memenuhi sjarat-sjarat kesehatan dan sebagainja, tetapi inipun tidak semua.

Persoalan supaja organisasi-organisasi tani dan nelajan diikutsertakan dalam sidang-sidang penetapan upah, dan supaja diminta pertimbangannja, maka mereka dapat menerima saran ini.

Mendjawab saran-saran dan pertanjaan Anggota Samanhadi supaja ada definisi tentang nelajan, (saran ini sama dengan Anggota abdullah), menteri dapat menjetudjui.

Tentang soal mempertinggi produksi ikan ini bergantung pada nelajan dan penggarap disamping perlunja alat-alat jang baik. Menteri marketing memang soalnja penting dalam hubungannja dengan peningkatan produksi. Dalam hal meningkatkan produksi haruslah ada kegembiraan kerdja, harus ada perangsang misalnja dengan marketing jang baik dan pada hasil produksi itu.

Kemudian menteri menanjakan apakah soal marketing perlu dimasukkan dalam undang-undang ini atau dalam undang-undang pokok perikanan laut. Menurut menteri undang-undang pokok perikanan laut itu sudah disampaikan kepada Presiden dan karena belum disampaikan kepada DPRGR, maka menteri setjara informil dapat menjampaikan kepada komisi D. djadi menteri mengharapkan supaja dalam membahas UU tentang bagi hasil perikanan ini supaja dibatja djuga undang-undang pokok perikanan. Dalam undang-undang pokok perikanan laut itu misalnja dalam pasal 4, terdjantum tentang perlindungan dan soal marketing.

Mengenai soal warga negara keturunan asing Tiongkoe jang disinggung oleh Anggota samanhadi

apakah itu diskriminasi atau tidak jang menjangkut bidang ekonomi, menteri menjatakan bahwa dalam undang-undang pokok agraria disebut ada warga negara jang ekonominja kuat dan warga negara jang ekonominja lemah. Djadi disini tidak ada diskriminasi, tetapi ada istilah kuat dan lemah. Demikian djuga halnja dalam undang-undang tentang bagi hasil perikanan ini.

Page 42: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

64 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN Soal marketing supaja diserahkan kepada koperasi, njatanja koperasi itu belum mampu, karena persoalan ini ada hubungannja dengan kredit. Kalau kredit itu belum tjukup dan keahlian belum ada, maka akibatnja malah djadi permainan tengkulak-tengkulak. Djadi dalam soal perikanan ini memang masih ditentukan oleh warganegara-warganegara jang ekonominja kuat.

Selandjutnja tentang Undang-undang Keselamatan Kerdja Nelajan, memang sangat dirasakan perlunja, terutama oleh nelajan sendiri.

Soal itu sekarang oleh Departemen Pertanian/Agraria sedang diadakan perumusan. Tetapi karena dulu oleh Menteri Perburuhan sudah disanggupi, maka sekarang jang mengambil inisiatif mengenai Undang-undang Keselamatan kerdja itu ialah Departemen Perburuhan.

Tentang fasilitas supaja dapat diberikan kepada nelajan, misalnja dalam pembuatan perahu-perahu, Menteri menjatakan bahwa fasilitas itu memang diberikan misalnja mengenai keju, tetapi ini belum berarti sampai gratis.

Body daripada perahu-perahu itu dibuat didalam negeri, dan soal memperbanjak pembuatan perahu-perahu itu bergantung kepada kapasitas. Adapun kapasitas rata-rata dalam satu tahun ialah 100 perahu, dan ini bergantung pula kepada musim.

Menteri menerangkan selandjutnja bahwa sekarang ini kita mendapat dari pampasan Djepang 200 motor perahu, tetapi sajang datangnja berselisihan, karena ada perubahan tentang bentuk, maka karoserinja pun belum sempurna.

Mengenai assuransi terhadap nelajan, sudah dimulai misalnja assuransi ketjelakaan.

Mendjawab pertanjaan2 dan usul2 Anggota Kasim, Menteri mengatakan bahwa banjak persoalan2 jang dikemukakan oleh Anggota Kasim jang menjangkut Pasal-pasal, dan karena itu nanti bisa dibitjarakan dalam pasal demi pasal. Usul jang mengenai konsideran pada pokoknja dapat diterima.

Tentang Bab IV ajat 4 b mengenai soal idzin dimana diusulkan supaja “Idzin Kepala Desa” diganti dengan “Panitia Landreform Desa”, Menteri menjatakan bahwa berdasarkan keahlianja, apabila Panitia itu terdiri dari tani/nelajan ini bisa sadja. Tetapi apa bila Panitia Landreform apakah itu bisa? Menteri selandjutnja dapat menerima saran supaja dalam soal upah seperti tersebut dalam pasal 10, didengar pula organisasi buruh/tani/nelajan. Usul mengenai perubahan nama karyawan dalam pasal 12 mendjadi nelajan djuga dapat disetudjui.

Mengenai saran penggantian nama “Koperasi perikanan” dengan “Koperasi nelajan” dalam pasal 13 x dapat diterima, dalam mana koperasi nelajan itu termasuk djuga pemilik.

Selandjutnja Menteri mengatakan bahwa saran Anggota Suharno tentang pembagian diutararakan nelajan sendiri, maka ada baiknja soal itu ditjantumkan dalam satu pasal supaja ada imbangan baik antara nelajan sendiri.

Pertanjaan tentang pasal 16 ajat 3 oleh Menteri diterangkan bahwa disini jang diatur ialah jang meliputi kesedjahteraan, jang mengenai keselamatan kerdja pada umumnja, maka Departemen Perburuhanlah jang menjiapkan Undang-undangnja ialah mengenai keselamatan nelajan itu.

Djadi setjara umum tentang keselamatan kerdja itu akan dituangkan dalam Undang-undang

Keselaraatan kerdja dari Departemen Perburuhan, tetapi menjangkut kaum nelajan maka untuk staff-nja ditjantumkan dalam undang-undang ini, sambil kita menunggu Undang-undang jang dikeluarkan oleh Departemen Perburuhan.

Mengenai soal Peradilan, seperti tersebut dalam Bab IX, akan dilakukan oleh Panitia landreform

dengan tjara musjawarah. Selandjutnja apakah untuk mengatasi perselisihan itu kita pergunakan Panitia Landreform atau Panitia tersendiri, maka kita tjari djalan mana jang baik.

Saran supaja RUU Peradilan londreform itu segera dibitjarakan dalam Komisi D, hal itu akan

diusahakan. Menurut Menteri soal Peradilan landreform itu setjara formil dibitjarakan dalam DPRGR, maka bis dibitjarakan dulu dalam Komisi atau standing seperti jang disarankan oleh Anggota Suharno. Dalam Peradilan Landreform ini Menteri Kehakiman tjempur tangan. Karena itu perlu nanti supaja hal ini dibitjarakan bersama Komisi D (tidak djelas).

Tentang projek production sharing. Menteri menerangkan (tidak djelas) bahas dalam Undang-

undang ini karena jang dipersoalkan disini ialah hasil antara warga negara sendiri dan bukan dengan

Page 43: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

65 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN bangsa asing.

Selandjutnja mengenai angka-angka perimbangan pengeluaran jang termaksud dalam Undang-

undang ini ialah jang mendjadi beban pemilik, mereka mengatakan akan disampaikan setjara tertulis. Dalam perhitungan angka-angka itu supaja tidak merugikan kedua belah pihak maka supaja Pertimbangan itu nanti akan berkembang.

Seperti djuga dalam Undang-undang Bagi Hasil Pertanian, maka akan ada sanksi-sanksinja. Menteri kemudian mengulangi lagi supaja perimbangan jang diadakan kepada pemilik itu sifatnja

zakolijk dan redelijk, karena kita akan mengetahui bahwa pemilik-pemilik kapal di Indonesia ini bukan pemilik-pemiliki jang besar, bukan shiplord. Pada umumnja perahu-perahu jang mereka miliki itu lajarnja tambalan, motornja dari pandai-besi dan tidak mewah.

Demikian a.l. djawaban dan keterangan-keterangan Menteri Pertanian/Agraria.

Page 44: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

66 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG Djakarta, 10 April 1964. No. : C2.02/K/1081/DPRGR/1964. Lampiran : Kepada Perihal : UNDANGAN RAPAT Jth. Para Anggota Komisi “D”

(Kopartimen Pembangunan) DPR-GR

di Djakarta.-

Amat segera.

Dengan ini kami beritahukan dengan hormat berdasarkan putusan rapat kerdja Komisi D DPR-GR tgl.9 April 1964, maka Komisi tersebut akan melandjutkan rapat kerdja dengan J.M. menteri Pertanian/Agraria pada hari selasa dan rabu tgl. 14 dan 15 April 1964, mulai djam 09.00 bertempat diruang Komisi D.

Atjara rapat ialah : Melandjutkan pemeriksaan persiapan mengenai RUU tentang bagi hasil perikanan.

Berhubung dengan itu kami mengharap kedatangan Saudara dalam rapat-rapat kerdja tersebut. Pada hari senin tgl.13 April 1964 Komisi D tidak mengadakan rapat berhubung dengan adanja

appel besar Gerakan Sukarelawan pada hari tersebut.

Sekertariat DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG ttd ( Dr. Mohd. Ali Boy )

Page 45: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

67 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Disampaikan dengan hormat kepada para Anggota Komisi “D” untuk rnendapat koreksi seperlunja. Bila ada perubahan-perubahan, diharap seIekas mungkin disampaikan kepada

Sekertariat Komisi “D”.

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJANG

TJATATAN SINGKAT

KOMISI : “D”

( Kompartimen Pembangunan )

Rapat ke : 13/Persidangan ke-III 1963/1964. Rapat kerdja ke : 4 dengan J.M. Menteri Pertanian/Agraria dan Stafnja. pada hari selasa tanggal 14 April 1964. dimulai pada djam 09.00 dan diachiri pada djam 14.30.

PIMPINAN RAPAT : Kasim. Panitera : Abdul Aziz dan Mochtar Subekti. Atjara : Pemeriksaan persiapan mengenai RUU tentang bagi hasil perikanan. Hadir : 33 dari 46 orang Anggota, ialah Anggota-Anggota :

1. Achmad Soemadi, Kol (U) 18. Manuaba, I.B.P. 2. Notosukardjo 19. Mooy, Chr. J. 3. Nunung Kusnadi, A 20. Djono 4. Kasim 21. Noor Abdulgani, Moch. 5. Abdullah 22. Nurddin Lubis, H. 6. Amung Amran 23. Ridwan Sjahrani, H. 7. Andi Mattalata, Kolonel 24. Runturambi, F. 8. Asmu 25. Semanhadi Sastrowidjojo 9. Asmuransjah 26. Soebagio Reksodipoero SH. 10. Bili, S.D. 27. Seoharno 11. Brodjotruno, M. 28. Soesilo Prawiroatmodjo 12. Busroh, Lt I (U) Moch. 29. Sudarman Nj.S.M. 13. Djadi Wirosubroto 30. Sulmaimi Rachman 14. Hartojo Prawirosudarmo 31. Suriapranata,O. 15. Hasan Kasim, Kolonel 32. Thaher S.M. 16. Herman Mu’tashim 33. Tuti Noer Bandijah, Nj. 17. Husien Kartasasmita

WAKIL PEMERINTAH : 1. Sadjarwo SH. - Menteri Pertanian/Agraria 2. Soeparso - BPU Pertani 3. Amin Katamsi - Djaw. Perikanan Darat 4. Boedi Harsono SH. - Dir. Hukum 5. Soemarsono - Dir. Hukum

Rapat dibuka pada djam 09.50. KETUA. Menerangkan bahwa sebelum kita memasuki pembitjaraan tentang jang kita hadapi sekarang ini,

kiranja perlu didjelaskan disini bahwa pihak telah mengadakan penjempurnaan atas teks dari pada RUU tentang bagi hasil pada jang lalu. Disamping itu oleh Pemerintah telah pula disampaikan kepada kita hitungan dari pada ongkos-ongkos kapal dengan hasil baginja dan ongkos-ongkos lainnja.

Pada rapat kerdja sekarang ini, Pemerintah lebih dahulu akan memberikan tentang penjempurnaan dari pada teks RUU itu, dan setelah itu kepada para Anggota persilahkan untuk mengadjukan pertanjaan-pertanjaan atas keterangan-keterangan jang kiranja belum

Selandjutnja Ketua mempersilakan kepada Menteri untuk memberikan keterangan.

Page 46: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

68 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

MENTERI PERTANIAN/AGRARIA. Mengatakan, karena kesibukan-kesibukan jang dihadapi ini, maka barulah pagi ini teks dari

penjempurnaan RUU tentang bagi hasil pertanian disampaikan kepada Komisi bersama-sama dengan angka-angka perhitungan tentang ongkos-ongkos. Dengan demikian maka bagi para Anggota tentunja belum sempat untuk mempeladjari itu, baik mengenai perubahan- perubahan penjempurnaan dari pada RUU itu, maupun tentang perhitungan ongkos-ongkos.

Berhubung dengan itu, apakah tidak sebaiknja kepada para Anggota jang diberikan kesempatan mempeladjarinja dulu sekedar beberapa menit, untuk mendengar pembitjaraan-pembitjaraan nanti?

KETUA. Mengatakan sependapat dengan Menteri, dan atas persetudjuan Anggota, kemudian rapat

dischors selama 15 menit untuk memberikan kesempatan para Anggota mempeladjari bahan-bahan jang disampaikan oleh Pemerintah pagi ini.

Selandjutnja setelah selesai dischors, kemudian rapat dibuka kembali oleh Kepada J.M. Menteri dipersilahkan untuk memberikan keterangan-keterangannja.

MENTERI PERTANIAN/AGRARIA. Menerangkan bahwa setelah memperhatikan pendapat saran-saran dan pertanjaan-pertanjaan

baik dari Golongan-golongan maupun dari Anggota-Anggota Komisi “D”, dapatlah Pemerintah sekarang mengadjukan beberapa penjempurnaan atas RUU tentang bagi hasil perikanan sebagai berikut :

KONSIDERANS huruf a, disempurnakan mendjadi: bahwa sebagai salah satu untuk menudju

kearah perwudjudan masjarakat sosialis Indonesia pada umumnja, chususnja untuk meningkatkan taraf hidup para nelajan dan penggarap tambak serta menperbesar produksi ikan pengusahaan perikanan setjara bagi hasil, baik perikanan maupun perikanan darat, harus diatur hingga dihilangkan jang bersifat pemerasan dan semua fihak jang turut serta mendapat bagian jang adil dari hasil usaha itu.

KONSIDERANS huruf b : tetap.

Pasal 1 huruf b diubah mendjadi: nelajan-pemilik ialah orang atau jang dengan hak apapun berkuasa atas suatu perahu/kapal pergunakan dalam usaha penangkapan ikan dan alat-alat penangkapan.

Pasal 1 huruf c perkataan “nelajan” diubah mendjadi “nelajan-pemilik”. Pasal 1 sesudah huruf c : ditambah huruf d baru jang berbunji: pemilik tambak ialah orang atau badan

hukum jang dengan hak apapun kuasa atas suatu tambak. . .: Pasal 1 huruf d s/d h lama mendjadi c s/d i baru. Pasal 1 huruf d (lama) atau c (baru): perkataan “penggarap” diubah mendjadi “penggarap tambak”.

Pasal 1 huruf f (lama) atau g (baru) : disempurnakan mendjadi :

Hasil bersih ialah : - bagi perikanan laut : hasil ikan jang diperoleh dari penangkapan jang setelah diambil sebagian

untuk “lawuhan” para nelajan-penggarap menurut kebiasaan setempat, dikurangi dengan beban-beban jang mendjadi tanggungan bersama dari nelajan-pemilik dan para nelajan-penggarap, sebagai jang ditetapkan didalam Pasal 4 angka 1 huruf a.

- bagi perikanan darat : sepandjang mengenai ikan pemeliharaan, hasil ikan pemeliharaan jang diperoleh dari usaha tambak jang bersangkutan dikurangi dengan beban-beban jang mendjadi tanggungan bersama dari pemilik tambak dan penggarap tambak, sebagai jang ditetapkan. Didalam Pasal 4 angka 2 huruf a.

Pasal 2 disempurnakan mendjadi : Usaha perikanan laut maupun darat atas dasar perdjandjian bagi hasil

harus diselenggarakan berdasarkan kepentingan bersama dari nelajan-pemilik dan nelajan-penggarap serta pemilik tambak dan penggarap tambak jang bersangkutan, hingga mereka masing-masing menerima bagian dari hasil usaha itu sesuai dengan djasa jang diberikannja.

Pasal 3 angka 2: kata-kata: “dengan ketentuan………..sedang” dihapuskan.

Page 47: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

69 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN Pasal 3 ditambah dengan satu ajat baru, jaitu ajat 2 jajag berbunji:

Pembagian hasil diantara para nelajan-penggarap dari bagian jang mereka terima menurut ketentuan dalam ajat 1 Pasal ini diatur oleh mereka sendiri, dengan diawasi oleh Pemerintah Daerah Tingkat II, jang bersangkutan untuk menghindarkan terdjadinja pemerasan, dengan ketentuan, bahwa perbandingan antara bagian jang terbanjak dan jang paling sedikit tidak boleh lebih dari 3 lawan 1.

Pasal 4 angka 1 huruf a disempurnakan mendjadi: beban-beban jang mendjadi tanggungan bersama dari

nelajan-pemilik dan fihak nelajan-penggarap : ongkos lelang, uang rokok/djadjan untuk para nelajan-penggarap selama dilaut, biaja untuk sedekah laut (selamatan-bersama) serta iuran-iuran jang disahkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II jang bersangkutan seperti untuk koperasi, dana pembangunan perahu/kapal, dana kesedjahteraan, dana ketjelakaan, dana kematian dan Iain-lainnja.

Pasal 4 angka 2: huruf a : kata-kata, “perbaikan pada pintu air” diubah mendjadi “perawatan pada pintu air”.

Huruf b : kata-kata, “mengganti pintu air” diubah mendjadi “memperbaiki dan mengganti pintu air”. Huruf c : disempurnakan mendjadi: beban-beban jang mendjadi tanggungan penggarap tambak:

biaja untuk menjelenggarakan pekerdjaan sehari-hari jang berhubungan dengan pemeliharaan ikan didalam tambak dan penangkapannja pada waktu panen.

Keterangan: Didalam Pendjelasan akan ditambahkan pendjelasan bahwa untuk melaksanakan kewadjiban

itu penggarap tambak menurut kebiasaan menjediakan sendiri alat-alat jang diperlukannja. Djika untuk itu perlu dibeli alat-alat baru, maka berhubung dengan mahalnja harga-harga alat-alat tersebut sekarang ini, pembeliannja dapat dilakukan bersama-sama pemilik tambak dan penggarap tambak. Djika dikemudian hari penggarap tambak jang bersangkutan maka akan diadakan perhitungan.

Pasal 7 ajat 1 disempurnakan mendjadi : Perdjandjian bagi-hasil diadakan untuk waktu paling sedikit 1

(satu) musim, jaitu antara 3 (tiga) bulan sampai 6 (enam) bulan berturut-turut bagi perikanan laut dan paling sedikit 4 (empat) musim, jaitu 2 (dua) tahun berturut-turut bagi perikanan darat, dengan ketentuan, bahwa djika setelah djangka waktu itu berachir diadakan pembaharuan perdjandjian maka para nelajan-penggarap dan panggarap-tambak jang lamalah jang diutamakan.

pasal 7 ajat 4 huruf b: kata-kata “Kepala Desa” diubah mendjadi : “Panitia Landreform Desa djika

mengenai perikanan darat atau suatu Panitia Desa jang akan dibentuk, djika mengenai perikanan laut”.

Pasal 7 ajat 4 huruf c: perkataan “iz-in” diganti dengan persetudjuan”. Pasal 7 sesudah ajat 4 ditambah dengan ajat 5 (baru) : Pada berachirnja perdjandjian bagi hasil, baik

karena berachirnja djangka waktu perdjandjian karena salah satu sebab tersebut pada ajat 4 Pasal ini, nelajan dan penggarap tambak wadjib menjerahkan kembali kapal/perahu, alat penangkapan ikan dan tambak jang bersangkutan kepada nalajan-pemilik tambak dalam keadaan baik.

Pasal 8 ajat 2 disempurnakan mendjadi: Pelanggaran terhadap larangan tersebut ajat 1 Pasal ini mengakibatkan, bahwa uang atau harga benda jang akan itu dikurangkan pada bagian nelajan-pemilik atau pemilik tambak, hasil usaha perikanan jang bersangkutan dan dikembalikan kepada penggarap atau penggarap tambak jang memberikannja.

Pasal 10 ajat 1 dibelakang perkataan “Agraria” ditambahkan : “dan organisasi nelajan dan buruh jang

mendjadi Anggota Front Nasional”. Pasal 10 ajat 2 : kata-kata “djika dianggapnja perlu” dan “dapat” dihapuskan. Pasal 10 ajat 4 : setelah perkataan “Agraria” ditambahkan” setelah mendengar organisasi-organisasi

tani, nelajan dan buruh jang mendjadi Anggota Front Nasional.

Pasal 11 : kata-kata “mereka jang menjelenggarakan usaha perikanan tambak” diganti dengan “pemilik tambak”.

Pasal 12 : kata-kata “karjawan perikanan jang bersangkutan” diganti dengan “wakil organisasi-organisasi tani dan nelajan jang ditundjuk oleh Front Nasional”.

Pasal 13 ajat 1 : antara kata-kata “sewa-beli” dan “untuk dipergunakan” disisipkan “dengan nelajan-

Page 48: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

70 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

pemilik”. Pasal 13 ajat 2 : kata-kata “organisasi-organisasi nelajan setempat jang…………. Front Nasional diganti

dengan “organisasi-organisasi tani dan nelajan jang mendjadi Anggota Front Nasional setempat”.

KEPALA dari Bab VIII diganti mendjadi : KESEDJAHTERAAN NELAJAN-PENGGARAP, PENGGARAP TAMBAK DAN BURUH PERIKANAN.

Pasal 15 ajat 2 : kata-kata “para karjawan perikanan” diganti dengan “Anggota-Anggota”. Pasal 16 ajat 1 dan 2 : kata-kata “usaha perikanan laut” diganti dengan “nelajan-penggarap”. Pasal 17 ajat 2 : kata-kata “karjawan perikan……Nasional” diganti dengan “nelajan jang mendjadi

Anggota Front Nasional setempat”. Pasal 18 ajat 1 : kata-kata “Kepala Desa” diganti dengan “Panitia Landrefom Desa” mengenai perikanan

darat atau suatu Panitia jang akan dibentuk mengenai perikanan laut. Pasal 18 ajat 2 : sebelum kata-kata “untuk mendapat keputusan” disisipkan “djika perikanan darat atau

suatu Panitia Ketjamatan jang akan dibetuk mengenai perikanan laut”. Pasal 18 ajat 3 : disempurnakan hingga mendjadi : Terhadap keputusan Panitia itu pada ajat 2 Pasal ini

dapat dimintakan banding kepada Panitia Daerah Tingkat II jang bersangkutan djika mengenai perikanan darat suatu Panitia Daerah Tingkat II jang akan dibentuk, djika mengenai perikanan laut.

Pasal 18 ajat 4 : kata-kata “karjawan perikanan…………….Ketua Panitia “diganti dengan tani dan

nelajan jang ditundjuk oleh Front Nasional setempat”. Pasal 19 huruf a : Perkataan “menjimpang” diganti dengan “mengurangi”. PASAL 19 ditambah dengan huruf d : barang siapa mendjadi perantara antara pemilik dan nelajan

penggarap atau pemilik tambak dan penggarap. dengan maksud untuk memperoleh keuntungan bagi dirinja sendiri.

TJATATAN : Berhubung dengan dipergunakannja istilah “nelajan-pemilik, nelajan-penggarap, pemilik tambak dan penggarap tambak”, maka kata-kata “pemilik” “nelajan” didalam Pasal-pasal jang belum disebut diatas, harus diubah sehingga sesuai dengan penggunaan istilah-istilah jang baru itu.

Demikianlah keterangan-keterangan dari Menteri Pertanian dan Agraria. (Tentang schema

keuntungan biaja exploitasi dan sebagainja, lihat lampiran).

Ketua. Mengutjapkan terima kasih atas keterangan-keterangan jang telah diberikan oleh J.M. Menteri

Pertanian/Agraria. Kemudian dipersilakan kepada anggoto-Anggota jang ingin mengadjukan pertanjaan-pertanjaan.

(tertjatat Anggota-Anggota jang akan berbitjara, ialah : 1. M. Brodjotruno 2. Chr.J. Mooy 3. Kol. Hasan Kasim 4. Abdullah 5. Djadi Wirosubroto 6. Amung Amran 7. Soesilo Prawiroatmodjo 8. semanhadi Sastrowidjojo dan 9. Hartojo)

Anggota Chr. J. Mooy. Minta pendjelasan tentang definisi dari hasil laut, misalnja mutiara jang bukan termasuk ikan. Apakah RUU ini mentjakup djuga hasil mutiara itu? Andaikata RUU tidak mentjakup hasil laut

selain ikan, maka hendaknja ada satu pasal jang menjatakan bahwa RUU ini hanja untuk mengatur bagi hasil sadja.

Anggota M. Brodjotruno. Mengusulkan mengenai ketentuan pada Pasal (tdk jls) ajat 4,ialah supaja wakil-wakil daripara

nelajan bisa diikutsertakan soal pidana tersebut pada Pasal 19 huruf a, supaja kata “mengurangi” diganti dengan kata “bertentangan”. Djadi dengan demikian maka supaja tegas jang “bertentangan” bukan jang "mengurangi".

Anggota Kol. Hasan Kasim.

Page 49: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

71 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Menanjakan apakah Panitia Landreform itu akan berdjalan terus sesudah Peraturan-peraturan landreform itu terlaksana semua? Menurut pembitjara pada suatu saat landreform itu akan selesai dan panitianja tidak diperlukan lagi. Djadi bagaimanakah sengketa jang tersebut dalam RUU ini akan diselesaikan oleh Panitia landreform, kalau Panitianja itu nanti sudah tidak ada? Oleh karena itu supaja ada ketentuan didalam RUU ini kalau Panitia landreform sudah selesai tugasnja, maka akan diganti oleh sebuah Panitia jang mau menampung soal sengketa bagi hasil perikanan itu.

Selandjutnja mengenai soal perkiraan ongkos-ongkos, diminta keterangan tentang penjusutan kapal 10% dari harga sekarang. Mengingat nilai uang kita merosot, maka apakah dengan perkiraan penjusutan itu nanti bisa untuk membeli kapal jang baru? Hendaknja dalam perkiraan penjusutan itu diperhitungkan supaja nanti bisa untuk membeli kapal jang serupa.

Anggota Abdullah. Menjatakan terima kasih kepada J.M. Menteri karena ada usul-usulnja jang sudah ditampung

oleh Pemerintah, tetapi disamping itu ada djuga jang belum. Karena itu dalam rapat ini pembitjara ingin sekali lagi mengemukakan soal-soal dan ingin mendapat pendjelasan lebih landjut dari Menteri.

Pertama-tama mengenai konsiderans huruf a. Kenjataannja memang ada pemerasan atau penghisapan, tetapi apakah benar ini bisa dihilangkan? Apakah disini tidak sebaiknja kita menggunakan perkataan “dibatasi” sadja?

Kemudian konsiderans huruf b tentang prinsip koperasi jang sukarela tidak dipaksa. Sekarang ini

keadaannja dipaksa dari atas. Apakah ini akan kita biarkan, ataukah akan ditjegah? Menurut pembitjara sesuai dengan Undang-undang Koperasi, maka disini supaja ada prinsip sukarela dan demokrasi.

Selandjutnja tentang Pasal demi Pasal, pembitjara mengemukakan sebagai berikut: Pasal 1 huruf b, dapat menjetudjui istilah ini, tetapi perlu diingat bahwa ada pemilik jang tidak

bekerdja. Memang ada nelajan pemilik tetapi ada nelajan jang bukan pemilik. Djasi kalau demikian maka undang-undang ini tidak mengatur perahu-perahu milik djuragan jang njatanja ada. Oleh karena itu hendaknja digunakan kata djuragan sadja.

Page 50: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

72 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Pasal 3 supaja ditambah dengan satu ajat baru lagi, ialah tentang soal musjawarah. Maksudnja supaja ada musjawarah diantara mereka kaum nelajan sendiri untuk mengatur bagi hasilnja.

Kemudian tentang pengawasan oleh Daerah Tingkat II, apakah ini tidak akan mempersulit? Andaikata ada kesukaran-kesukaran hendaknja persoalannja diadjukan sadja kepada Panitia Desa.

Pasal 4 ajat 1 tentang beban tanggungan bersama, hendaknja soal sedekah ini supaja mendjadi

tanggungan pemilik. Kemudian tentang iuran untuk koperasi keAnggotaan koperasi itu adalah perorangan dan bukan rombongan, maka kala iuran per rombongan tidaklah tepat. Mengenai dana pembangunan perahu, supaja ditanggung oleh pemilik.

Selandjutnja, keterangan didalam Pendjelasan jang akan ditambahkan, ada jang masih meragukan. Diusulkan oleh pembitjara supaja ditegaskan disitu, jang menjediakan alat-alat untuk melaksanakan kewadjiban ialah pertama-tama pemilik, kemudian djika penggarap menghendaki…..dan seterusnja. Djadi jang pertama-tama penanggung disini ialah pemilik.

Pasal 7 ajat 1. Penjempurnaan dalam Pasal ini mendekati keinginan pembitjaraa memang

perpandjangan waktu dalam perdjandjian bagi hasil perikanan laut lebih. Untuk perikanan darat, perlu diketahui bahwa tarnbak itu makin dikrdjakan makin baik. Kalau

pendek djangka waktunja untuk perdjandjian bagi hasilnja, kerdja penggarap akan kurang sempurna. Djadi oleh karena itu hendaknja djangka waktu perdjandjian bagi hasil perikanan darat supaja pandjang agar lebih sempurna hasilnja. Dalam pada tidak dichawatirkan kalau djangka waktu perdjandjian jang pandjang itu akan berakibat penjerimpungan bagi pemilik, karena ada penggarap sampai 35 tahun mendjadi penggarap sampai turun kepada tjutjul Djadi pada pokoknja dalam Pasal ini supaja ada kalimat agar penggarap itu tidak mudah diusir dari tempat garapannja. Pasal 7 ajat 5 baru. Kata-kata “dalam keadaan baik-baik disini adalah realatif, oleh karena itu supaja kata itu dihilangkan sadja”.

Pada achirnja pembitjara berpendapat bahwa angka-angka jang disampaikan tertulis oleh Pemerintah tentang perhitungan ongkos-ongkos adalah berat sebelah, karena pemilik tidak memperoleh hasil banjak mengingat ongkos-ongkos jang mereka keluarkan.

Anggota Djadi Wirosubroto. Mengatakan bahwa dalam membitjarakan RUU ini ingat pada UUBH, dimana terang disitu jang

mendjadi sasarannja ialah. Oleh karena itu hendaknja Undang-undang bagi hasil perikanan jang dikeluarkan djuga terang jang mendjadi sasarannja, siapa jang akan dibatasi dan siapa jang dilindungi. Kalau dalam UUBH itu jang dilindungi ialah kaum tani, maka RUU ini ialah mereka kaum nelajan. Dikemukakan oleh pembitjara bahwa dikalau nelajan itu ada djuragan, dan djuragan inilah jang perlu kita batasi atau jang djadi sasaran RUU ini, demikian pula tengkulak.

Soal jang kedua ialah tentang tanggungan bersama. Hendaknja diperhatikan pembagian itu

tentang hak jang sama dari nelajan dan djuragan terhadap kekajaan lautan. Djadi kalau misalnja ada 20 orang nelajan dan 1 djuragan, maka nelajan itu 20 dan djuragan 1 bagian.

Kemudian dalam soal penjusutan barang, apakah nelajan disini tidak mempunjai hak? Menurut

pembitjara hak disini supaja tidak semuanja ada pada pemilik, djuga supaja nelajan memilikinja. Jang ketiga ialah mengenai keachlian para nelajan. Kita mengetahui nelajan itu ada jang ahli

dalam djurumudi, perbintangan dan sebagainja. Oleh itu keachliannja ini hendaknja dihargai. Djuga resiko dilaut jang besar biaja nelajan, supaja diperhitungkan djuga dalam bagi hasil. memang para nelajan djuga mempunjai modal uang, tetapi mereka mempunjai keachlian dan djuga dalam melakukan tugas menghadapi bahaja dilautan. Hal-hal ini hendaknja ada imbangannja tentang bagi hasil.

Anggota Amung Amran. sebagai pelapor dari Golongan Karya mengutjapkan terima kasih kepada J.M. Menteri karena

banjak usul-usul GoIongan Karya jang bisa ditanjakan oleh Pemerintah. Selandjutnja setjara pribadi pembitjara ingin lagi mendapat pendjelasan tentang tanggungan bersama supaja djelas siapa jang dilindungi. Maka disini kita djangan menjebelah pada nelajan sadja, sebab pemilik djuga faktor jang perlu diperhatikan, sujaja meraka ini tidak mengundurkan diri dari lapangan perikanan.

Pembitjara menjatakan setudju supaja dana pembangunan kapal baru ditanggung bersama, tetapi untuk kepala-kepala jang sudah ada supaja mendjadi tanggungan pemilik.

Soesilo Prawiroatmodjo. Menjatakan sependapat dengan Anggota Djadi supaja sasaran dari Undang-undang ini harus

njata, ialah terhadap djuragan atau (tdk jls) jang djahat. Djuga perlu diperhatikan tentang akal-akalan ketjurangan-ketjurangan dan penghisapan-penghisapan jang dilakukan oleh pemilik tambak terhadap penggarap, misalnja jang dilakukan dengan pemotongan-pemotongan terhadap penghasilan penggarap,

Page 51: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

73 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN dan sistim idjon.

Tentang pembelian nener jang tidak ada pembukuannja pada djuragan-djuragan perlu mendapat

pengawasan supaja ada management terbuka. Demikian pula dalam soal penangkapan ikan bersama, supaja penggarap bisa ikut tjampur tangan.

Pemerintah perlu mengawasi itu dengan sjarat supaja pemilik melakukan pembukuan jang

sewaktu-waktu bisa diperiksa. Djuga pengeluaran-pengeluaran modal kerdja dan soal pemasaran hasilnja supaja dibitjarakan

bersama. Dengan demikian kita mendidik mereka kearah perbaikan jang lebih tinggi. Mengenai soal koperasi supaja koperasi itu dibentuk dari bawah supaja demokratis dan djangan

ada tekanan-tekanan. Djadi dalam membentuk Koperasi nelajan supaja soal ini diperhatikan, dan djangan sampai pemilik-pemilik dan djuragan-djuragan sadja jang mnedapat keuntungan.

Anggota Semanhadi. Mengutjapkan terima kasih karena beberapa saran jang diadjukan dalam rapat jang lalu, bisa

dirumuskan dalam RUU ini. Tentang konsiderans huruf a. supaja kita tegas-tegas sadja berlandaskan pada Undang-undang

pasal 33. Tiap-tiap unsur jang menghisap harus kita tolak. Kalau hanja akan dibatasi sadja, maka pembitjara tidak dapat menerimanja, sebab kalau penghisap itu hanja akan dibatasi sadja, maka berarti masih boleh ada penghisapan.

Mengenai definisi nelajan, pembitjara sependapat dengan Pemerintah dengan mengunakan istilah

“nelajan penggarap” dan “nelajan pemilik”. Hal ini mengingatkan bahwa di Indonesia ini ada pemilik ketjil. pembitjara menegaskan lagi seperlunja ada marketing dalam soal pendjualan ikan, supaja

keuntungan tidak djatuh pada tengkulak-tengkulak sadja. Tentang bentuk koperasi sebetulnja sudah ada ketetapan MPRS dimana dinjatakan bahwa

koperasi adalah untuk sendi perekonomian bangsa. Djadi apabila ada koperasi jang menjimpang dari situ, supaja Pemerintah menertibkan. Dalam koperasi nelajan ini supaja ada unsur pemilik bersama dengan tenaga kerdja untuk meningkatkan produksi. Kalau ada penjelewangan dari itu, maka wewenang Dep. Koperasi (tdk jls) menertibkannja.

Tentang prosendase pembagian, maka perlu diperhatikan djangan sampai kedua belah pihak ada

jang dirugukan. Sebab kalau ada pihak jang dirugikan, maka akan dapat menimbulkan stagnasi. Selandjutnja pembitjara mengemukakan perlunja diberikan subsidi kepada nelajan, misalnja soal

djala, lajar dan lainnja, sebab buruh-buruh pabrik djuga menerima subsidi. Untuk adilnja maka kaum nelajan pun harus menerima subsidi itu.

Sebagai tjontoh di Djakarta ini Pemerintah menerima padjak pendjualan ikan Rp.150.-ribu sehari,

tetapi apa jang diberikan kepada nelajan sebagai tenaga kerdjanja? Djadi didalam bagi hasil itu supaja kita melihat djuga kepada persoalan ini jang mnejangkut

mereka, dan supaja Pemerintah menertibkannja. Dengan demikian supaja bisa ditjari penjelesaian bagi hasil jang baik.

Mengenai soal selamatan atau sedekah, soalnja masih menjangkut pada kepertjajaan nelajan. Mereka dengan sukarela memang mau memberikan andil dalam selamatan itu. Djadi selain selamatan itu mendjadi tanggungan pemilik, maka mereka dengan sukarela djuga mau memberikan sokongannja.

Achirnja tentang soal sanksi, maka dalam RUU ini memeng perlu diatur tentang saksi-saksi itu,

antara lain untuk menimbulkan kegairahan kerdja. Anggota Hartojo. Mengemukakan pendapatnja tentang konsiderans dari pada RUU ini. Menurut pembitjara setudju

atau tidak setudju, kita melihat bahwa penghisapan itu ada. Inilah jang perlu kita rumuskan dalam konsiderans bagaimana mentjegahnja. Pertama penghisapan itu perlu kita batasi, dan selandjutnja nanti dengan perkembangan kita menghapuskan.

Selandjutnja pembitjara mengemukakan persoalan jang dianggapnja essensiil ialah; pertama soal sasaran dari pada Undang-undang ini. Kita mengetahui bahwa sasaran dari pada Undang-undang ini ialah mengenai bagi hasil antara nelajan dengan djuragan. Djadi bagi hasil disini ialah antara djuragan dengan nelajan, dan bukan antara nelajan pemilik dengan nelajan. Karena itu pembitjara tjondong supaja kata

Page 52: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

74 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN “nelajan pemilik” diganti sadja dengan perkataan “djuragan”, sebab kalau tidak maka nelajan pemilik jang ketjil akan terkena mendjadi sasaran, dan hal ini akan merugikan mereka.

Diterangkan lebih landjut, bahwa ada perbedaan prinsip antara djuragan dengan nelajan pemilik

dalam tjara hidupnja. Djuragan hidup sepenuhnja dari hasil nelajan, tetapi nelajan pemilik supaja ikut dalarn

penghidupan mentjari ikan. Inilah perbedaan jang pokok. Berhubung dengan itu diusulkan setjara konkrit supaja dalam Pasal 1 ini “nelajan pemilik” diganti

sadja dengan “djuragan”. Kemudian tentang soal pengertian djasa, hendaknja dirumuskan supaja djasa-djasa jang berasal

dari alat produksi dan tenaga kerdja itu kita nilai sama. Oleh karena itu pembitjara menjetudjui kalau pembagian prosentase dalam Pasal 3 itu didjadikan 50% untuk nelajan, karena nelajan disamping mengeluarkan tenaga kerdja djuga memikul resiko rnaut dilautan. Ditambah oleh pembitjara bahwa perhitungan angka-angka jang disampaikan oleh Pemerintah dinjatakan, se-akan-akan kalau tidak dengan prosentase 60%-40% maka pemilik rugi. Mengapa segi kerugian pemilik sadja jang dikemukakan, tetapi tidah diadjukan resiko nelajan sebagai imbangan?

Oleh pembitjara diusulkan supaja nilai alat produksi dengan tenaga kerdja itu kita buat sama

seperti halnja didalam UUBH antara tuan tanah kaum tani. Djadi didalam bagi hasil perikanan disini kita mengambil pokok kepada bagi hasil jang sama

supaja redelijk. Ketua. Menanjakan kepada J.M. Menteri apakeh pertanjaan-pertanjaan dan itu akan didjawab sekarang ?

' . Menteri Pertanian/Agraria. Menjatakan ingin sekali mendjawab pertanjaan-pertanjaan saran-saran para Anggota itu dalam

rapat sekarang. Tetapi Menteri minta supaja rapat ini discors lebih dahulu beberapa menit, agar Pemerintah bisa menjusun djawaban-djawaban itu.

Ketua. menjetudjui permintaan itu, dan kemudian rapat dishcors selama 15 menit. Setelah selesai dischors, rapat dibuka kembali dan selandjutnja Ketua mempersilahkan kepada

Menteri Pertanian/Agraria untuk memberikan keterangannja. Menteri Pertanian/Agraria. Mengatakan, bahwa pertanjaan-pertanjaan dan usul-usul jang dikemukakan para Anggota

sebetulnja tidak banjak lagi, hanja ada penekanan-penekanan Ada pertanjaan-pertanjaan jang lalu, tetapi disamping itu memang ada jang mengingini perobahan

prinsip. pertanjaan Anggota Mooy, apakah dalam Undang-undang ini termasuk djuga hasil-hasil laut

lainnja selain ikan, oleh Menteri didjawab bahwa dalam Undang-undang bagi hasil perikanan ini selain ikan djuga termasuk hasil-hasil lainnja, ketjuali mutiara. Untuk mengambil mutiara dari laut perlu ada idzin.

Untuk menampung soal jang dikemukakan oleh Anggota Mooy itu, maka Pemerintah tidak

berkeberatan menerangkan dalam Pendjelasan nanti bahwa selain hasil ikan maka hasil-hasil lainnja dari laut masuk dalam UU Bagi hasil perikanan ini ketjuali mutiara.

Selandjutnja mengenai saran Anggota Brodjotruno pasal 7 ajat 4 tentang Panitia Desa, supaja

wakil-wakil nelajan diikutsertakan, maka saran itu bisa diterima oleh Menteri. Selandjutnja unsur-unsur pidana jang tersebut dalam Pasal 19, supaja kata “mengurangi” diganti

dengan kata “bertentangan” tetapi menguntungkan nelajan, maka itu tidak dipidana. Dalam Undang-undang ini supaja djelas sanksinja.

Kalau dengan kata “bertentangan” belum tentu maksudnja tertjapai. Oleh karena itu menurut Menteri kata “mengurangi” dalam pasal 19 jang mengenai sansi ini lebih

tegas daripada kata “bertentangan”.

Menteri selandjutnja dapat menerima saran Anggota Kol. Hasan Kasim supaja ada ketentuan bahwa setelah panitia landreform selesai tugasnja karena selesainja pelaksanaan landreform, maka penjelesaian perselisihan jang dimaksud dalam pasal 18 itu dilakukan oleh sebuah panitia jang

Page 53: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

75 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN menggantinja. Menurut Menteri panitia landreform itu adalah dalam masa peralihan, dan andaikata nanti telah selesai tugasnja, maka diganti oleh sebuah panitia. Soal ini nanti bisa kita tjari way outnja.

Soal perkiraan penjusutan kapal 10% memang tidak sesuai dengan harga-harga sekarang dalam

keadaan inflasi. Penjusutan jang dimaksud disini ialah untuk perahu-perahu baru. Mendjawab usul Anggota Abdullah agar dalam konsiderans huruf a kata “dihilangkan unsur-unsur

pemerasan” diganti dengan kata “dibatasi” maka menurut Menteri dengan mengunakan kata “dihilangkan” sadja masih ada penghisapan itu, apalagi dengan kata “dibatasi”.

Djadi soalnja disini konstatering sama tetapi ada beda rumusan. Mengenai prinsip koperasi, menteri menerangkan bahwa sebetulnja kalau kita mendjalankan

Undang-undang No.60, maka koperasi pasti akan demokratis. Karena itu apakah soal demokratis itu jang sudah mendjadi ketentuan dalam Undang-undang Koperasi masih perlu djuga ditjantumkan lagi dalam Undang-undang ini?

Menteri memandang bahwa kata-kata sukarela dan demokrasi atau musjawarah tidak perlu lagi

dimasukkan disini, (pasal 15), karena soalnja ialah pelaksanaannja jang penting. Kemudian jang perlu dirumuskan disini ialah siapa jang mendjadi Anggota-Anggota koperasi itu.

Menurut Menteri Anggota-Anggota koperasi disini ialah terdiri dari nelajan dan pemilik-pemilik kapal. Apakah kalau pemilik itu tidak bekerdja dilaut mendjadi Anggota atau tidak, maka Pemerintah berpendapat bahwa pemilik-pemilik itu djuga mendjadi Anggota meskipun tidak langsung bekerdja dilaut.

Tentang kata “djuragan” dalam hubungan pasal 1 jang dikemukakan oleh Anggota Abdullah,

menteri menerangkan bahwa istilah “djuragan” itu diartikan didaerah-daerah, misalnja di Indonesia bagian Timur, dengan arti djurumudi. Djadi apabila istilah itu dipakai, maka akan bisa salah sasaran. Karena itu Pemerintah mengunakan istilah jang netral, ialah “nelajan pemilik” jang sasarannja ditudjukan kepada pemilik, dan “nelajan penggarap” jang sasarannja pada penggarap diminta oleh Menteri supaja mengenai pasal 1 itu tetap seperti jang dirumuskan oleh pemerintah. Permintaan supaja ada tambahan pada pasal 3 dengan satu ajat lagi ialah mengenai soal musjawarah ,memang menurut Menteri musjawarah itu mendjadi prinsip disini. Djuga antara nelajan dengan nelajan sendiri harus ada musjawarah. Menteri menjatahkan tidak berkeberatan adaja tambahan itu pada pasal 3. Selandjutnja Menteri dapat menerima soal jang dikemukakan oleh anggota Samanhadi jang mengenai tanggungan bersama (pasal 4). Kalau dana untuk kapal lama maka tanggungan oleh pemilik dan apabila dana itu untuk membeli kapal baru, maka ikut dibajar oleh penggarap dengan maksud supaja nanti bisa dimiliki oleh penggarap. Adapun jang menjakut soal koperasi, ialah tentang anggota jang sudah keluar apakah dananja dibajar terus, dan tentang simpanan anggota jang sudah keluar djelas. Soal itu sebetulnja masuk dalam rumah tangga koperasi. Mengenai pasal 4 huruf o, itu adalah mendjadi tanggungan penggarap, dan kewadjiban ini di tengaskan untuk penjelenggaraan pekerdjaan sehari-hari. Alat2 diwadjibkan pada pemilik untuk membelinja, tetapi kalau diserahkan kepada pemilik sadja, dichawatirkan akan mengurangi produksi. Djadi alat2 baru, ditanggung bersama supaya penggarap djuga bisa memiliki. Dalam pada itu kalau pemilik bersedia membelikan, maka itu boleh sadja. Tentang pasal 7, ialah jang mengenai soal djangka waktu perdjanjian, untuk perikanan laut Menteri dapat menjetudjui 1 tahun dan djangka waktu perdjandjian untuk perikanan darat karena sifatnja lain, bisa didjadikan 3 tahun. Kemudian saran mengenai pasal 7 ajat 4 jang di kemukakan oleh anggota abdullah supaja kata ”dalam keadaan baik” dihilangkan sadja, Menteri mengatakan bahwa memang kata “dalam keadaan baik” itu relatife dan selalu mendjadi sengketa, sebagaimana dalam pelaksanaan undang2 bagi hasil pertanian. Berhubung dengan itu Pemerintah akan mentjari suatu rumusan jang mengandung “dalam

Page 54: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

76 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

keadaan baik jang tidak rusak”. Mengenai ongkos2 perongkosan garapan tambak jang dikemukakan oleh Pemerintah, bukanlah maksud Pemerintah akan berat sebelah disini. Dalam mengemukakan perhitungan angka2 itu Pemerintah ingin menundjukan baik nelajan maupun pemiliknja akan bisa bekerdja terus. Apabila para nelajar harus ada kegairahan kerdja maka djuga untuk para pemilik tidak sadja pemilik jang lama, malahan djuga supaja bisa menarik pemilik baru dengan investasi modal mereka dalam bidang perikanan supaja lapangan perikanan kita ini bisa diperbesar. Sebab kita mengetahui kapal2 perikanan kita sekarang ini adalah rongsokan2 dengan lajarnja jang tambalan. Perlu djuga diingat bahwa mereka para pemilik itu rata2 menerima 5 % keuntungan dari modalnja jang di tanam, sedangkan dilain2 tempat swasta bisa memperoleh 10%. Selandjutnja terhadap pendapat2 jang dikemukakan oleh anggota Hartojo dan Djadiwirosubroto mengenai perhitungan ongkos2, keahlian dan resiko para nelajan Pemerintah menjatakan tidak ada perbedaan pendapat. Tetapi angka2 jang dikemukakan oleh Pemerintah itu adalah berdasarkan perhitungan seperti jang diuraikan atas. Memang kita tidak ada perbedaan pendapat untuk menolong nelajan, tetapi samping itu haruslah diingat djuga supaja ada investasi lagi dalam perikanan Indonesia.

Usul anggota. Djadi tentang “djurangan“, djawabanja sama seperti dikemukakan terhadap usul anggota Abdullah tersebut diatas.

Memang kita harus bertindak adil terhadap nelajan dan pemilik dalam mengusahakan lautan, ialah dalam memperhitungan pembagian. Tetapi dalam memperhitungkan itu perlu diingat bahwa nelajan membutuhakn perahu motor dan sebaliknya pemilikpun membutuhkan tenaga nelajan. Semua saling membutuhkan, karena itu harus gotong-rojong. Djadi oleh karena itu, didalam memperhitungkan angka2 pembagian itu harus dipegang norma2 jang bias meliputi kepentingan nelajan dan djuga pemilik. Dalam menentukan angka2 itu sudah berisi banjak, misalnja meliputi kepentingan keahlian nelajan, resiko dan djuga modal pemilik, mesin dan alat penangkapan. Menteri menjatakan bahwa Pemerintah dengan angka2 itu tidak bermaksud menondjolkan kepentingan pemilik, tetapi mengingat djuga djasa dan tenaga nelajan. Mendjawab saran anggota Amung Amran tentang dana pembangunan kapal supaja ditanggung bersama, kalau ada pertimbangan2 lain jang redelijk bisa nanti dirumuskan. Redelijk dalam arti kita tidak memukul nelajan, tetapi djuga tdak merugikan pemilik, bisa ditrima oleh menteri. Jang mendjadi tanggungan bersama. Menteri selandjutnya menjatakan dapat mengikuti pikiran anggota Soesilo jang menghendaki supaja djelas jang mendjadi sasaran Undang2 ini, agar tidak timbal interpetasi lain daripada para petugas, tetapi disamping itu djuga supaja tidak ada tafsiran lain dari organsasi. Djadi pokoknja kita sependapat supaja tegas2 bahwa pemerasan dan penghisapan itu tidak termasuk dalam katagori kita untuk dilindungi. Mengenai soal koperasi memang harua tumbuh dari bawah dan tidak dipaksakan dari atas. Bahwa koperasi memang demokratis sifatnja, Menteri menjatakan sependapat. Tetapi mengenai koperasi nelajan itu bukan dari golongan nelajan sendiri, hal itu kita akui karena memang sendiri belum mampu atau tidak ada waktu untuk mengurusnja. Djadi sementara kelam ada pemimpin2 dari nelajar sendiri, maka jang memimpin koperasi meraka ialah dari peminat2 atau pedjoang2 jang berminat pada perbaikan nasib para nelajan. Selandjutnja kalau koperasi itu hanja untuk berdagang sadja, maka tentunja akan diambil tindakan preventif untuk mentjegahnja. Tentang adanja akal2an / ketjurangan2 jang dilakukan oleh pemilik, tentunja ada sadja, tetapi pun dari pihak nelajan ada djuga demikian. Soalnja sekarang ialah bagaimana kita harus menertibkan dan

Page 55: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

77 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

mengawasi soal itu. Memang diakui bahwa Pemerintah kurang dapat mengawasinja, karena itu perlu diatur adanja social, controle, misalnja terhadap soal idjon, pemantjingan2 ikan oleh penggarap, kerusakan2 tambak dan lainnya. Mengenai sistim idjon itu sendiri telah tegas dikarenakan sanksi oleh Undang2 ini. Kemudian tentang potongan2 terhadap penghasilan penggarap oleh pemilik, hal itu tidak lagi dilakukan selain daripada jang ditentukan dalam Undang2 ini. Selandjutnja mendjawab saran pertanjaan2 anggota Semanhadi, jang pertama mengenai konsiderans. Menteri menjatakan sependapat dengan apa jang dikemukakan oleh anggota tersebut jang pokoknja bahwa penghisapan tidak tjukup dibatasi, tetapi harus dihilangkan. Soal definici nelajan, Menteri menganggap sementara ini bisa seperti jang telah dirumuskan oleh Pemerintah. Dan sementara itu kita fikirkan rumusan jang tegas mengenai sasaranja. Jang perlu lagi diterangkan ialah soal marketing dan pelelangan. Dalam soal marketing itu maka jang kita ambil prinsip ialah supaja kedua belah pihak jang menentukan. Sekarang soal itu sudah dimasukkan dalam Pendjelasan, tetapi nanti bisa didalam suatu pasal. Tentang pelelangan, menurut Menteri sekarang masih mendjadi alat pedagang2 besar dan belum mendjadi alat koperasi. Jang kita tudju ialah supaja / hasilnja nanti bisa dimasukkan untuk kesejahteraan koperasi itu.

Menteri menerangkan selandjutnja bahwa soal prosentase pembagian dalam Undang2 ini bukanlah mutlak, tetapi angka2 jang minimum. Oleh karena itu masih ada peluang untuk diperdjoangkan oleh organisasi2.

Tentang subsidi jang berupa fasilitas djala, lajar dan lainnja, maka subsidi ini diberikan kepada pemilik dan se-akan2 nelajan tidak menerima apa2. Djadi semestinja subsidi itu diberikan kepada koperasi jang dimiliki oleh pemilik dan nelajan. Dalam pada itu kalau fasilitas itu diberikan kepada nelajan, maka nelajan tidak bisa membajarnja. Soal ini perlu djuga mendapat perhatian. Kembali mengenai soal slametan (sedekah), sebagaimana telah diterangkan, maka sokongan dari nelajan itu sifatnja sukarela dan jang menanggung sebagian besar adalah pemilik, bagi nelajar sendiri rupanja kalau tidak ikut menjokong merasa chawatir mendapat bahaja. Karena itu kita usahakan supaja menghilangkan rasa chawatir itu.

- pelelanangan ikan menjadi alat koperasi Perikanan sehingga. Selandjutnja Menteri menjambut adanja keinginan2 jang baik dari anggorta Hartojo, misalnja supaja ada sasaran jang tegas dari pada undang-undang ini. Tetapi sebagaimana telah diterangkan kalau kita menggunakan terminologi “ djuragan “ dalam sasaran Undang2 ini, maka akan bisa timbul salah mengerti, misalnja untuk daerah Sulawesi dan Maluku. Tentang imbangan angka 40% supaja mendjadi 50%, Menteri mendjawab bahwa angka 40% itu adalah angka minimum. Kalau sekarang ditetapkan angka 40%, maka itu dimaksudkan untuk menarik modal swasta jang nasional progresif supaja bisa menanam modalnja dibidang perikanan. Menteri achirnya menjatahkan, bahwa Pemerintah mengusulkan suapaja Pemerintah bisa menjusun final draft dari R.U.U ini jang nantinja akan disampaikan kepada para anggota dan selanjutnya terserah kepada para anggota. Menteri menganggap tjukup bahan2 jang dapat dari pembitjaraan ini. Dengan bahan2 itu Menteri bisa menampung jang pokok2, demikian antara lain keterangan Menteri Pertanian. KETUA : setelah mendengarkan djawaban dan keterangan2 Pemerintah itu berpendapat, bahwa kiranja kita tidak perlu lagi mengadakan rapat kerdja dengan Pemerintah. Sekarang ini kita menunggu final draft dari pada RUU itu jang akan disampaikan oleh Pemerintah dalam waktu2 jang akan datang. Setelah nanti kita melihat bahwa dalam final draft dari RUU masih ada djuga perbedaan pendapat, maka soal itu akan kita petjahkan sendiri, dan kemudian akan kita laporkan hasilnja kepada Pimpinan

Page 56: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

78 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

DPR-GR. Para pelapor diminta supaja menyusun laporannja untuk disampaikan kepada Pimpinan DPR-GR atas hasil pemeriksaan RUU itu sampai saat ini. Dalam pada itu kita menunggu final draft dari pada RUU itu jang akan disampaikan oleh Pemerintah. Kepada Pemerintahan Ketua mengutjapkan terima kasih, dan kemudian rapat ditutup pada djam 14.20.

Djakarta, April 1964. Panitera komisi D. Ttd Abdul aziz.

Page 57: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

79 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Lampiran keterangan J.M.Menteri

Pertanian /Agraria. -------------------------------------------

SCHEMA PERHITUNGAN BEAJA EXPLOTASI DAN PEMBAGIAN HASIL BAGI KAPAL MAJANG

BERMOTOR DI DJAKARATA ATAS DASAR HARGA2 BULAN APRIL 1964. KAPAL BERUKURAN 8-10 TON DENGAN MESIN 35 – 45 PK .

HARGA + RP.10.000.000.- ALAT PAJANG DENGAN HARGA + RP. 200.000.-

I. Kapal ini djadi tjontoh karena pada saat ini di Djawa sebagian besar dari kapal prikanan jang bermotor

adalah djenis kapal ini. Kapal majang beroprasi di laut djawa . Tiap trip operasi berlangsung antara 3 – 5 hari , dan dalam 1 tahun dilakukan + 50 trip dengan djumlah +200 hari penangkapan /pelajaran.

II. Beaja langsung tiap trip.

Untuk tiap trip : Bahan bakar : a. solar 400 1 a Rp . 3,- = Rp.1.200,-

b. smeerolie 20 1 a Rp. 250,- = Rp. 5.000,- c. lain2 (gemuk,minyak tanah dll) = Rp. 1.000,- Rp. 7.200,-

Bahan lain : Es 2 ton a Rp.12.000,- = Rp. 24.000,- Rumpon rata2 6 buah a Rp.1.500,- = Rp. 9.000,-

Djumlah rata2 Rp. 40.200,- Dalam 1 tahun dilakukan 50 trip=50 x Rp. 40.200 Rp. 2.010.000,-

III. Beaja perawatan / perbaikan2 dalam 1 tahun. a. Perawatan kapal : 2 sampai 4 kali dokking, penambalan,

pengentjatan, revisi dan respirasi mesin,zwem vesten, tali – menali Rp. 500.000,- b. Perawatan / perbaikkan2 alat2 : djaring, tenda,

maningi……………………… Rp. 100.000,-

IV. Beaja tidak langsung dalam 1 tahun. Penjusutan kapal 10% dari harga Rp. 10.000.000,- ( disusut dalam 1 tahun ). Penjusutan alat2 50% dari harga Rp. 200.000,- (disusut dalam 2 tahun ). Rp. 100.000, RP.1.100.000,- V. Lain2 tak terduga (termasuk sedekah laut dsb). RP. 40.000,- Djumlah Rp. 3.750.000,- VI. Harga ikan di Djakarta berkisaran antara Rp. 125, sampai Rp. 175,-

Di Djakatrta ( disini diambil rata2 Rp. 150,- per Kg. Rp. 150.000,- per ton ).

Dari harga rata2 Rp. 150.000,- per ton, Dipotong 5% ongkos lelang = Rp. 7.500,-

Sisa jang dibagi = Rp. 150.000,- - Rp. 7.500,- =Rp. 142.500,- dari harga tiap ton ikan. Pemilik dapat 60% x Rp. 142.500,- = Rp. 85.500,- Nelajan dapat 40% x Rp. 142.500,- = Rp. 57.000,- VII. Beaja tetap jang mendjadi tanggungan pemilik = Rp. 3.750.000,-

Page 58: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

80 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Hal ini berarti bahwa pemilik paling sedikit harus mendapat bagian seharga Rp. 3.750.000,- atau Rp. 3.750.000,- per ton = + 27 ton ;dengan Rp. 142.500,- Dengan demikian kapal harus menghasilkan 10/6 x 27 ton = + 45 ton, dari mana nelajan mendapat + 18 ton atau + Rp. 2.565.000,-

VIII. Jang ditjapai sebagai hasil penangkapan oleh kapal2 djenis majang saat ini adalah hasil penangkapan

antara 30 – 50 ton setahun, sehingga dengan demikian kapal tidak tentu mendapat keuntungan dari usahanja. Hasil penangkapan jang kurang dari 45 ton berarti kerugian bagi pemilik.

IX. Dalam keadaan minimal seperti diatas, dengan hasil 45 ton setahun, nelajan masih dapat hasil bruto

Rp. 2.565.000,- Hasil netto setelah diperhitungkan dengan beaja makan ada -+ Rp. 2.000.000,- dengan pembagian sbb : Rp. 2.000.000,- dibagi dalam 20 bagen a Rp. 100.000,- Djuru mudi 1 orang dapat a 2 bagian = 2 x Rp. 100.000,- Rp. 200.000,- Wk.djurumudi 1 orang dapat a 1 ½ bag. = 1 ½ x Rp.100.000,- Rp. 150.000.- Motoris 2 orng dapat a 1 ½ bag = 2 x 1 ½ x Rp.100.000,- Rp. 300.000,- Tarik rumpon 3 orang dapat a 1 ½ bag. = 3x 1 ½ x Rp. 100.000,- Rp. 450.000,- Pendega 9 orang dapat a 1 bagen = 9 x Rp. 100.000,- Rp. 900.000,- ___________ Rp. 2.000.000,-

N.B. Nelajan jang berpangkat tertintgggi dapat Rp. 200.000,-setahun (=+- Rp. 17.000,- sebulan ). Nelajan jang berpangkat terendah dapat Rp. 100.000,-setahun (=+-Rp. 8.000,- sebulan ).

Page 59: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

81 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

SCHEMA: PEMBAGIAN HASIL PENANGKAPAN KAPAL MAJANG DENGAN UNTUNG-RUGI PEMILIK DENGAN BAGIAN 60 % UNTUK PEMILIK DAN 40 % BAGI NELAJAN DASAR PERHITUNGAN

BULAN APRIL 1964.

Hasil ikan penangkapan ton

Harga dg dasar Rp. 150.000,- per ton

Ongkos lelang 5 %

Hasil bersih

Biaja tanggungan pemilik

Bagian nelajan 40 %

Bagian pemilik 60 %

Untung Rugi Pemilik

30

4.500.000 225.000 4.275.000 3.750.000 1.710.000 2.565.000 1.185.00

35

5.250.000 262.000 4.997.000 3.750.000 1.999.000 2.998.000 751.500

40

6.000.000 300.000 5.700.000 3.750.000 2.280.000 3.420.000 330.000

45

6.750.000 337.500 6.312.000 3.750.000 2.525.000 3.787.000 37.500

50

7.500.000 375.000 7.125.000 3.750.000 2.850.000 4.275.000 525.000

Page 60: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

82 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

I. BEAJA JANG MENDJADI TANGGUNGAN BERSAMA DALAM WAKTU 1TAHUN UNTUK 1 HA. 1. Harga benih : 2x3.000xRp.2,50 = Rp. 15.000.-

(5.000) (25.000) 2. Pengedukan tjaren : ditaksir = Rp. 2.500,- 3. Biaja pemupukan : “ = Rp. 2.250.- 4. Perawatn pintu air : “ = Rp. 500.- 5. Lain2 pengeluaran : “ = Rp. 500.-

------------------------ Rp. 20.000,- ( 30.750,- )

II. BIAJA JANG MENDJADI TANGGUNGAN PEMILIK : 1. Penjusutan harga pintu air : 1/3 x Rp. 15.000,- = Rp. 5.000,-

( 25.000,-) = Rp. 8.000,- 2. Perawatan saluran jang menudju ketambak

Dan perawatan tanggul sepandjang saluran ini. = Rp. 5.000.- 3. Biaja tambal- sulam pada tempat tinggal ditambak Dan pembajaran padjak. = Rp. 2.500,- -------------------- Rp. 12.500,- ( 15.500,- ) 4. Biaja perbaikan berat pada tambak. p.m.

III. BIAJA JANG MENDJADI TANGGUNGAN PENGGARAP.

1. Penjusutan harga alat2 kere, prajang, bubu dsb : 1/3 x Rp. 15.000,- = Rp. 5.000,-

2. Biaja pembikinan gubuk pendjagaan. p.m

HASIL TAMBAK SEDANG. 1. Bandeng : Rp.180 kg a Rp. 200,- Rp. 36.000,-

Dipotong pengeluaran bersama Rp. 20.750,- ----------------- Rp. 15.250.- Bagian pemilik. 60 % x Rp. 15.250= Rp.9.150,-

2. Udang: 150 kg a Rp. 150 = 22.500.- 40 % x Rp. 22.500= Rp.9.000,- 3. Liar : 150 kg a Rp. 150 = 22.500.- 40 % x Rp. 22.500= Rp. 9.000,-

------------------------------- Rp. 27.150,-

Bagian Penggarap. = Rp. 6.100,- = Rp. 13.500,- = Rp. 13.500,-

------------------- Rp. 33.100,-

Penghasilan Pemilik : Rp. 27.150,- Dipotong : Rp. 12.500,- ----------------

Page 61: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

83 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Rp. 14.650,- Penghasilan Penggarapan : Rp. 33.100,- Dipotong : Rp. 5.000,- ---------------- Rp. 28.100.-

HASIL TAMBAK SUBUR : 1.Bandeng : 360 Kg a Rp. 200,- =Rp. 72.000,- Dipotong pengeluaran bersama =Rp. 30.750,- =Rp. 41.250,- Bagian pemilik: 2. Udang : 150 Kg a Rp. 150,- Rp. 22.500,-; 40% x Rp. 22.500,=Rp. 24.750,- 3. Lain : 150 Kg a Rp. 150,- Rp. 22.500,-; 40% x Rp. 22.500,-=Rp. 9.000,- =Rp. 42.750,- Bagian penggarap : Rp. 16.500,- Rp. 13.500,- Rp. 13.500,- Rp. 43.500,- Penghasilan : Pemilik :Rp. 42.750,- Dipotong :Rp. 15.500,- Rp. 27.250,- Penggarap :Rp. 43.500,- Dipotong :Rp. 5.000,- Rp. 38.500,-

DJAKARTA,13 APRIL 1964.- DJAWATAN PERIKANAN DARAT,

K e p a l a,

( AMIN KATAMSIH ).

Page 62: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

84 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Djawaban/keterangan J.M. Menteri Pertanian/ Agraria Dalam rapat kerdja dengan Komisi DPR – GR tgl. 14 April 1964.

Menteri Pertanian/Agraria mengatakan, bahwa pertanjaan2 dan usul2 jang dikemukakan para

anggota sebentulnja tidak banjak lagi, hanja ada penekanan2 ada pertanjaan2 jang lalu, tetapi disamping itu memang ada jang mengingini perobahan prinsip.

Pertanjaan anggota Mooy, apakah dalam Undang2 ini termasuk djuga hasil2 laut lainnja selain ikan, oleh Menteri didjawab bahwa dalam Undang2 bagi hasil perikanan ini selain ikan djuga termasuk hasil2 lainnja, ketjuali mutiara. Untuk mengambil mutiara dari laut perlu ada idzin. Untuk menampung soal2 jang di kemukakan oleh anggota mooy itu, maka Pemerintah tidak berkeberatan menerangkan dalam pendjelasan nanti bahwa selain hasil ikan maka hasil2 lain dari laut akan masuk U.U.bagi hasil perikanan ini, kecualai mutiara. Selandjutnja mengenai saran anggota Brodjotruno pasal 7 ajat 4 tentang panitia Desa, supaja wakil2 nelajan diikutsertakan, maka saran itu bisa di terima oleh Menteri. Tentang unsur2 pidana jang tersebut dalam pasal 19, supaja kata ”mengurangi” diganti dengan kat “bertentangan” , Menteri mengatakan bahwa kalau dengan kata “pertentangan” tetapi menguntungkan nelajan, maka itu tidak dipidana. Dalam Undang2 ini supaja jelas djelas sanksi2nja. Kalau dengan kata “bertentangan” belum tentu maksunja tertjapai. Oleh karena itu menurut Menteri kata “mengurangi” dalam pasal 19 jang mengenai sanksi ini lebih tegas daripada kata “bertentangan”. Menteri selandjutnja dapat menerima saran anggota Kol. Hasan Kasim supaja ada ketentuan bahwa setelah panitia landre from selesai tugasnja karena selesainja pelaksanaan landrefrom, maka penjelasan perselisihan jang dimaksud dalam pasal 18 itu dilakukan oleh sebuah panitia jang menggantinja. Menurut Menteri Panitia landreform itu adalah dalam masa peralihan, dan andai kata nanti telah selesai tugasnja, maka diganti oleh sebuah Panitia. Soal ini nanti bisa kita tjari way outnja. Soal perkiraan penjusutan kapal 10% memang tidak sesuai dengan harga2 sekarang dalam keadaan inflasi. Penjusutan jang dimaksud di sini ialah perahu2 baru. Menjawab usul anggota Abdullah agar dalam konsiderans huruf a kata “ dihilangkan unsur2 pemerasan “ diganti dengan kata “dibatasi” maka menurut Mentri dengan mengunakan kata “dihilangkan “ sadja masih ada penghisapan itu, apalagi dengan kata “dibatasi”.

Djadi soalnja disini konstatering sama tetapi ada beda rumusan. Mengenai prinsip koprasi, Menteri menerangkan bahwa sebetulnya kalau kita mendjalankan undang2 no 60, maka koprasi pasti akan demokratis. Karena itu apakah soal demokrasi itu jang sudah mendjadi ketentuan dalam undang2 koperasi masih perlu juga ditjantumkan lagi undang2 ini ? Menteri mamandang bahwa kata2 sukarela dan demokrasi atau musjawarah tidak perlu lagi dimasukan disini, (pasal 15), karena soalnja ialah pelaksanaanja jang penting. Kemudian jang perlu dirumuskan di sini siapa jang ialah menjadi anggota2 koperasi itu. Menurut Menteri anggota2 koperasi di sini aialah terdiri dari nelajan dan pemilik2 kapal. Apakah kalau pemilik itu tidak bekerdja dilaut mendjadi anggota atau tidak, maka Pemerintah berpendapat bahwa pemilik2 itu djuga menjdadi anggota meskipun tidak langsung bekerdja di laut. Tentang kata “ djuragan”dalam hubungan pasal 1 jang dikemukakan oleh anggota Abdullah, Menteri menerangkan bahwa istilah “djuragan “ itu diartikan didaerah – daerah, misalnja di Indonesia bagian Timur, dengan arti djurumudi. Djadi apabila istilah itu di pakai, maka akan bisa salah sasaran.

Page 63: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

85 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Karena itu Pemerintah menggunakan istilah jang netral, ialah “nelajan pemilik” jang sasaranja ditudjukan kepada pemilik, dan “nelajan penggarap” jang sasaranja pada penggarap.

Di minta oleh Mentri supaja mengenai pasal 1 itu supaja tetap seperti jang dirumuskan oleh Pemerintah.

Permintaan supaja ada tambahan pada pasal 3 dengan satu ajat lagi ialah mengenai soal musjawarah, memang menurut Menteri musjawarah menjatakan tidak berkeberatan adanja tambahan itupada pasal 3. Selanjutnja mentri dapat menerima soal jang di kemukakan oleh anggota Samanahadi jang mengenai tanggungan bersama (pasal 4). Kalau dana untuk kapal lama maka di tanggung oleh pemilikdan apabila dana itu untuk membeli kapal baru, maka ikut dibajar oleh penggarap dengan maksud supaja nanti bisa dimiliki oleh penggarap. Adapun jang menjangkut soal koperasi, ialah tentang anggota2 jang sudah keluar apakan dananja dijabar terus, dan tentang simpanan anggota jang sudah keluar Dananja harus diperhitungkan da sebagainja , hal itu bias ditampung dalam pendjelasan. Soal itu sebetulnja masuk dalam Rumah Tangga Koperasi . Mengenai pasai 4 hufuf c, itu adalah menjadi tanggungan penggarap,dan kewadjiban ini tegaskan untuk penjelenggaran pekerdjaan sehari-hari.

Alat2 diwajibkan pada pemilik untuk membelinja , tetapi kalau diserahkan kepada pemilik sadja, maka dichawatirkan akan mengurangi produksi Djadi alat2 Baru, ditanggung bersama supaja penggarapan djuga bisa memiliki. Dalam pada itu kalau pemilik bersedia membelikan, maka itu boleh sadja.

Tentang pasal 7 ,ialah jang mengenai soal djangka waktu perdjandjian untuk perikanan laut Menteri dapat menjetujui 1 tahun dan jangka waktu perdjandjian untuk perikanan darat karena sifatnja lain ,bisa didjadikan 3 tahun. Kemudian saran mengenai pasal 7 ajat 4 yang dikemukakan oleh anggota abdullah supaja kata ”dalam keadaan baik”dihilangkan sadja, menteri mengatakan bahwa kata “ dalam keadaan baik” itu relatif dan selalu menjadi sengketa, sebagaimana dalam undang2 bagi hasil pertanian . Berhubngan dengan itu pemerintahan akan mentjari suatu rumusan jang mengandung“ dalam keadaan baik jang tidak rusak”. Mengenai ongkos2 perongkosan garapan tambak jang dikemukakan oleh pemerintah, bukanlah maksud pemerintah, akan berat sebelah disini. Dalam mengemukakan perhitungan angka2 itu pemerintah ingin menundjukkan baik nelajan maupun pemiliknja akan bisa bekerdja terus. Apabila nelajan harus ada kegairahan kerdja, maka djuga para pemilik tidak sadja pemilik jang lama, malahan djuga bisa menarik pemilik yang baru dengan investasi modal mereka dalam bidang perikanan, supaja lapangan perikanan kita ini bisa diperbesar . Sebab kita mengetahui kapal2 perikanan kita sekarang ini adalah rongsokan lajarnja jang tambalan. Perlu juga diingat bahwa mereka para pemilik itu rata2 menerima 5 % keuntungan dari modalnja jang di tanam , sedangkan dilain2 tempat swasta bisa memperoleh 10 %. Selanjutnja terhadap pendapat2 jang dikemukakan oleh anggota Hartojo dan Djadiwirosubroto mengenai perhitungan ongkos2, keahlian da resiko para nelajann Pemerintah menjatakan tidak ada perbedaan pendapat .Tetapi angka2 jang dikemukakan oleh Pemerintah itu adalah brdasarkanperhitungan seperti jang diuraikan diatas.

Memang kita ada perbedaan pendapat untuk menolong nelajan, tetapi disamping haruslah diingat djuga supaja ada investasi lagi dalam bidang perikanan Indonesia.

Usul anggota djadi tentang “Djuragan”, djawabanja sama seperti dikemukakan terhadap usul

Page 64: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

86 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

anggota Abdullah tersebut diatas. Memang kita harus bertindak adil terhadap nelajan dan pemilik dalam mengusahakan lautan, ialah dalam memperhitungakn pembagian. Tetapi dalam memperhitungkan itu perlu di ingat bahwa nelajan membutuhkan nelajan. Semuanja saling membutuhkan, karena itu harus saling gotong-rojong. Djadi oleh karena itu didalam memperhitungkan angka2 itu sudah berisi banjaknja meliputi keahlian nelajan, resiko dan djuga djasa modal pemilik, mesin dan alat perlengkapan. Menteri mrnjatahkan bahwa pemerintah dengan angka2 itu tidak bermaksud menonjolkan kepentungan pemilik, tetapi mengingat djuga djasa dan tenaga nelajan. Menjawab saran anggota Amung Amran tentang dana pembangunan kapal baru supajadi tanggung bersama, kalau ada pertimbangan2 lain jang redelijk bisa nanti merumuskan. Redelijk dalam arti kita tidak memukul nelajan, tetapi djuga tidak merugikan pemilik . Bisa diterima oleh Menteri. Jang mendjadi tanggungan bersama, Menteri selandjutnja menjatakan dapat mengikuti pikiran anggota Soesilo jang menghendaki supaja djelas jang menjadi sasaran Undang2 ini, agar tidak timbul interpetasi lain dari pada para petugas, tetapi disamping itu djuga supaja tidak ada tafsiran lain dari organisasi. Djadi pokoknja kita sependapat supaja tegas2 bahwa pemerasan dan penghisapan itu tidak termasuk dalam katagori kita untuk dilindungi. Mengenai soal koperasi memang harus tumbuh dari bawah dan tidak dipaksakan dari atas .bahwa koperasi itu harus demokratis sifatnja. Menteri menjatakan sependapat. Tetapi mengenai koperasi nelajan itu bukan dari golongan nelajan sendiri, hal itu kita akui karena memang sendiri belum mampu atau tidak ada waktu untuk mengurusnja. Selandjutnja kalau koperasi itu hanja untuk berdagang sadja, maka tentunja akan diambil tindakan preventif untuk menjegahnja.

Tentang adanja akal2an/ketjurangan2 jang dilakukan oleh pemilik, tentunja ada sadja, tetapi pun dari pihak nelajan ada djuga demikian. Soalnja sekarang ialah bagaimana kita harus menertibkan dan mengawasi soal itu. Memang diakui bahwa Pemerintah kurang dapat mengawasinja ,karma itu perlu diatur adanja social, controle, misalnja terhadap soal idjon, pemantjingan2 ikan oleh penggarap, kerusakan2 tambak dan lainnja.

Mengenai sistim idjon itu sendiri telah tegas dikenakan sanksi oleh Undang2 ini. Kemudian tentang potongan2 terhadap penghasilan penggarap oleh pemilik, hal itu tidak boleh lagi dilakukan lagi selain daripada jang ditentukan dalam Undang2 ini.

Selanjudnja menjawab saran pertanjaan2 anggota Semanhadi, jang pertama mengenai konsiderans. Menteri menjatakan sependapat dengan apa jang dikemukakan oleh anggota tersebut jang pokoknja bahwa penghisapan tidak tjukup dibatasi ,tetapi harus dihilangkan.

Soal difinisi nelajan, Menteri menganggap sementara ini bisa seperti jang telah dirumuskan oleh

Pemerintah. Dan sementara itu kita fikirkan rumusan jang tegas mengenai sasarannja . Jang perlu lagi diterangkan lagi ialah soal marketing dan pelelangan .

Dalam soal marketing itu maka jang kita ambil prinsip ialah supaja kedua belah pihak jang menentukan. Sekarang soal itu sudah dimasukan dalam pendjelasan, tetapi nanti bisa didalam suatu pasal. Tentang pelelangan, menurut Menteri sekarang masih masih menjadi alat pedagang2 besar dan belum menjadi alat koperasi. Jang kita tudju ialah supaja pelelangan itu mendjadi alat koperasi Perikanan sehingga hasilnja nanti bisa dimasukan untuk kesedjrahaan koperasi itu. Menteri menerangkan selandjutnja bahwa soal prosentase pembagian dalam Undang2 ini bukan lah mutlak, tetapi angka2 jang minimum. Oleh karena itu masih ada peluang untuk diperdjoangkan oleh organisasi2.

Page 65: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

87 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Tentang subsidi jang berupa fasilitas djala, lajar dan lainnja , maka subsidi ini diberikan oleh pemilik dan se-akan2 nelajan tidak menerima apa2. Djadi semestinja subsidi itu diberikan kepada koperasi jang dimiliki oleh pemilik dan nelajan. Dalam pada itu kalau fasilitas itu diberikan kepada nelajan, maka nelajan tidak bisa membajarnja. Soal ini perlu djuga mendapat perhatian. Kembali mengenai soal slametan (sedekah), sebagaimana telah diterangkan, maka sokongan dari nelajan itu sifatnja sukarela dan jang menanggung sebagian besar adalah pemilik, bagi nelajan sendiri rupanja kalau tidak ikut menjokong merasa chawatir mendapat bahaja. Karena itu kita usahakan supaja menghilangkan rasa chawatir itu. Selanjutnja Menteri menjabut adanja keinginan2 jang baik dari anggota Hartojo, misalnja supaja ada sasaran jang tegas daripadaundang-undang ini. Tetapi sebagaimana telah diterangkan kalau kita menggunakan terminology “Djuragan” dalam sasaran undang2 ini, maka akan bisa timbul salah mengerti, misalnja untuk daerah Sulawesi dan Maluku. Tentang imbangan angka 40% supaja menjadi 50%, Menteri mendjawab bahwa angka 40% itu adalah angka minimum. Kalau sekarang ditetapkan angka 40%, maka itu di maksudkan untuk menarik modalswasta jang nasional progresif supaja bisa menanam modalnja dibidang perikanan. Menteri achirnja menjatakan, bahwa Pemerintahan mengusulkan supaja Pemerintah bisa menjusun final draft dari pada R.U.U.ini jang nantinjan akan disampaikan kepada para anggota, dan selandjutnja serah kepada para anggota. Menteri menganggap tjukup bahan2 jang didapat dari pembitjaraan ini. Dengan bahan2 itu Menteri Pertanian/Agaria.

______________ 000 _____________

Page 66: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

88 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

LAPORAN KOMISI D DPR-GR MENGENAI PEMERIKSAAN PERSIAPAN

RUU TENTANG BAGI HASIL PERIKANAN. I. Pendahuluan.

Pemeriksaan persiapan terhadap RUU bagi hasil Perikanan telah dilakukan oleh komisi D dalam dua kali rapat – kerdja dengan J.M. Menteri Pertanian Agreria pada tgl. 9 dan 14 April 1964.

Karena Pemerintahan telah memberikan keterangan tambahan dan mendjawab pertanjaan2 para anggota dalam rapat gabungan golongan, maka pada rapat – kerdja jang pertama tgl. 9 April 1964 para anggota langsung menjampaikan pandangan umum dan pertanjaan2 serta amandemen2 tertulis.

Pada rapat kerdja jang kodua tgl. 14 April 1964 Pemerintah memberikan pendjelasan dan setjara

tertulis mengadjukan perobahan2 terhadab beberapa pasal2 jang menampung sebagian dari usul para anggota jang dapat diterima oleh Pemerintahan. Setelah para anggota menjatakan pendapatnja dan mengadjukan usul2 jang belum ditampung didalam perobahan2 ts., Pemerintah sudah memberikan djawaban, menjatakan pendapatnja bahwa pembitjararaan telah selesai dan fihak Pemerintah telah menjapaikan pendiriannja jang terachir. Berhubung dengan itu Pemerintahan akan menjampaikan teks baru dari RUU Bagi-hasil Perikanan. Terhadap beberapa soal jang belum mendapat persesuaian. Pemerintah menjatakan akan diserahkan kepada Pimpinan DPRGR. Sedang mengenai istilah Djuragan, penjebutan bagi pemilik jang tidak ambil bagian dalam pekerdjaan pokok produksi seperti jang dikemukakan oleh sementara anggota, dinjatakan bahwa karna diberbagai tempat jang dimaksud dengan djuragan itu adalah djurumudi, Pemerintahan bersedia menerima usul istilah jang lebih kena, Sedang sementara itu sebelum ada usul terhadap tetap digunakan istilah nelajan pemilik.

II. Pokok2 pembitjaraan.

1. Terhadap usul agar rumusan konsideran digunakan sadja rumusan2 seperti dalam konsideran

digunakan sadja UUPBE (Undang2 No.2 th.1960), untuk menghilangkan kekisruhan pengertian tentang dua tahap Revolusi, berhubung dengan digunakanja istilah2 dalam konsideran RUU seperti “menudju kearah perwudjuadan masjarakat sosialis Indonesia”, “dihilangkan unsur2nja jang bersifat penghisapan”, Pemerintah mendjelaskan bahwa agar lebih tegasapa yang mendjadi tudjuan kita ,lebih baik menggunakan rumusan jang ada dalam RUU.

2. Terhadap usul agar pemakaian istilah kariawan dalam RUU diganti sadja dengan sebutan2 jang

lazim dan langsung pada sasaranja, jaitu nelajan dan penggarap Pemerintah dapat menjetujuinja. 3. Sementara anggota mengusulkan agar dibelakang kalimat2 jang menjebut pembentukan koperasi,

seperti terdapat dalam konsideran huruf b. dan pasal 15, ditambah kalimat penegasan “atas dasar perinsip2 sukarela dan demokratis”, sedang dalam hal membolehkan pemilik menjadi anggota koperasi bersama –sama dengan kau nelajan /penggarap, supaja ditegaskan pemilik jang ambil bagian dalam pekerjaan pokok produksi, mentjegah tjara2 paksaan dalam pembentukan koperasi2 perikanan dan dikuasainja koperasi2 tsb. Oleh kaum penghisap, jang bisa merugikan nelajan /penggarap dan produksi ikan, Pemerintah berpendapat tambahan sematjam itu tidak di perlukan, karena petugas2 jang bersangkutan. Pemerintah berpendapat pemilik dan nelajan/penggarap harus dipersatukan dalam koperasi2 perikanan. Karena nelajan sendiri tidak mempunjai tjukup waktu, maka Menteri setudju dengan apa jang dinjatakan oleh Menteri Achmad pengrus koperasi terdiri dari peminat2 dan pendjuangh2 baagi nasib nelajan.

4. Terhadap pendapat untuk memperbaiki tingkat hidup para nelajan /penggarap dan mempertinggi

daja produksi mereka, Diusulkan agar imbangan bagi hasil bagi nelajan jang menggunakan kapal motor dari paling sedikit 40% dirobah menjadi 50% dan bagi penggarap tambak dari paling sedikit 40% atas hasil ikan peliharaan dan dirobah menjadi 50% dan 60% atas hasil ikan liar dirobah menjadi 75%, Pemerintah berpendapat bahwa dengan imbangan jang telah ditetapkan dalam R.U.U., bagian jang diterima pemilik sudah sangat mepet (sempit) untuk menutup biaja jang harus dikeluarkan. Untuk mendorong investasi para pemilik, perlu mereka memperoleh bagian jang

Page 67: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

89 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

lajak. Untuk memperdjelas bahwa apa jang diterima nelajan /penggarap itu miniimum, kalimat paling sedikit diganti dengan minimum.

5. Terhadap usul jang mengmukakan alasan2 bahwa banjak hal2 jang membuat tanggunan bersama

(Pasal 4)sesungguhnja harus menjadi tanggungan pemilik dan apa jang termuat dalam tanggungan nelajan dan penggarap terlampau memberatkan mereka, diadjukkan untuk merobah pasal4 dan menjempurnakan perumusan hasil bersih (pasal 1 huruf f.) dengan memasukan sebagian dari hal2 jang termuat dalam tanggungan bersama dan sebagian dari tanggungan nelajan /penggarap (Pasal 4 ajat 1 dan 2), beberapa hal selebihnja dimasukkan kedalam beban pemilik, sehingga pemilik memikul beban2 dalam hal:

1). Perikanan laut : perbekalan makan dan uang rokok / djadjan untuk para nelajan

selama dilaut, ongkos mendjaga perahu/pada waktu dipantai setelah selesai dipergunakan, biaja untuk sedekah serta iuran2 jang di sahkan oleh Pemerintah Tingkat II jang bersangkutan, seperti untuk dana pembangunan perahu / kapal, dana kesedjakteraan, dana ketjelakaan, dana kematian, ongkos pemeliharaan dan perbaikan perahu kapal serta alat2 lain jang dipergunakan, seperti untuk membeli solar, minjak, es dan lain sebagainja.

2). Perikanaan darat : disediakannja tamabk dengan pintu air dan dalam keadaan jang

mentjukupi kebutuhan, gubuk pendjagaan, alat2 untuk memeliharan tambak dan penangkapan ikan, biaja untuk mengganti pintu air jang tidak dapat dipakai lagi serta pembajaran padjak tanah jang bersangkutan.

Pemerintahaan berpendapat bahwa memindahkan rumusan2 tanggungan bersama dalam perumusan hasil bersih adalah soal tehnis jang merobah sistimatik R.U.U., Pemerintahan tidak dapat menjetudjui sedang mengenai isi tanggungan bersama, tanggungan pemilik dan tanggungan nelajan/penggarap, Pemerintahan mengadjukan rumusan2 penjempurnaan jang menampung sebagian usulan anggota. Terhadap rumusan baru pemerintahaan tsb. Sementara anggota masih merasa kurang puas, dengan mengemukaan alasaan bahwa dalam tanggungan bersama rumusaan baru masih dijuga dimasukan hal2 jang menurut pendapatnja seharusnja masih tanggungan pemilik. Jaitu seperti kewadjiban kepada koprasi, dana pembangunan kapal /perahu, dana2 kesedjakteraan, ketjelakaan, kematiaan, dan lain-lain. Pembelian alat2 untuk memelihara tambak dan penangkapan ikan belum ditegaskan pertama2 tanggungan pemilik. Sementara anggota lainnja berpendapat bahwa tidak seharusnja dipungut dana pembangunan perahu/kapal baru.Terhadap bahwa gubuk sejogijanja menjadi tanggungan pemilik pemerintahan menegaskan memenag gubuk adalah mendjadi beban pemilik.

6. Terhadap usalan jang menghendaki agar djangka waktu perdjandjian bagi hasil dari paling sedikit 1

musim, jaitu 3 bulan berturut2 bagi perikanana laut dirobah mendjadi paling sedikit 2 tahun berturut2, dan paling sedikit 4 musim jaitu 2 tahun berturut2 bagi perikanan darat dirobah mendjadi paling sedikit 5 tahun dan agar sesuai dengan perdjandjian habis, nelajan/pengarap jang bersangkutan terdjamin dapat terus menggarap dengan perdjandjian baru.

Pemerintah dapat menerima usul tersebut dengan merobah djangka waktu paling sedikit musim,

jaitu 3 bulan berturut-turut bagi perikanan laut dirobah mendjadi paling sedikit 2 musim, jaitu i tahun berturut2 bagi perikanan laut, dan paling sediit 4 musim, jaitu 2 tahun berturut2 bagi perikanan dari dirobah mendjadi paling sedkit 6 musim, jaitu 3 tahun berturt2 bagi perikanan darat, dengan ketentuan, bahwa djika setealh djangka waktu itu berachir diadakan pembaharuan perdjandjian maka para nelajan penggarap dan penggarap-tambak jang lamanja jang diutamakan. Terhadap rumusan baru Pemerintah tsb, sementara anggota mengadjuakan pndapat bahawa kalimat jang menjebut penggarap jabng lamanja jang diutamakan “ masih lemah dan bisa disalah tafsirkan untuk tidak memberikan hak garap kepada penggarap lama. Diusulkan untuk ditetgaskan “diadakan perdjandjian baru dengan penggarap lama, ketjuali djika penggarap jang bersangkutan tidak menghendaki “.

7. Terhadap usul agar fihak ketiga ditingkat dewsa dalam pendjelasaian perselisihan antara pemilik

dengan penggarap/nelajan hendaknja bukan perseorangan Kepala Desa (pasal 18 ajat 4), tetapi

Page 68: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

90 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Panitia landreform Desa jang lebih bersifata demokratis, Pemerintah dapat menjetujui dan mengemukakan rumusan baru, mengganti kata2 Kepala Desa diubah mendjadi : “ Panitia Landreform Desa djika mengenai perikanan darat atau suatu Panitia jang akan dibentuk djika mengenai perikanan laut”.

Terhadap usul agar persetudjuan Mneteri Perburuahan terhadap penetapan besarnja upah bagi nelajan oleh perusahaan perikanan laut, bukan sadja setelah mendengar menteri pwertanian dan Agraria (pasal 10), tetapi supaja djuga setelah emngengar organisasi2 tani, nelajan dan buruh, Pemerintah dapat menjetudjuinja.

8. Terhadap beberaa soal janag dikemukakan oleh anggota bahwa dengan berbagai djlan pemilik

memberikan penggarapan, misalnja mengidjonkan iken ditambak jang masih ketjil2- sedang pengidjonnja adalah pemilik sendiri atau atas nama orangnja, membebankan semua kerugian akibat bandjir kepada panon berikutnja sebaai beban bersama, tak ada pembukuan/pentjatjan jang terbuka terhadap ongkos2 jang kemudian dipotong pada hasil kotor dan pemasaran hasil ikan hanja dilakukan sendiri oleh pemilk, disamping itu terdapat bermatjam2 pungutan, Pemerintah sependapat bahwa unsur idjon dilarang, kerugaian2 akibat bandjir tidak boleh dibebankan pada hasil panen berikutnja, djuga pemasaran kedua belah fihaklah jang menentukan. Pungutan2 diluar jang sudah ditentukan tidak boleh lagi diadakan.

9. Terhadap beberapa soal jang dikemukakan oleh Anggota bahwa dengan berbagai djalan pemilk

memberatkan penggarap, misalnja mengidjonkan ikan ditambak jang masih ketjil2-sedang pengidjonnja adalah pemilik sendiri atau atas nama orangnja, membebankan semua kerugian akibat bandjir kepada panon berikutnja sebagai beban bersama, tak ada pembukuan/pentjatatan jang terbuka terhadap ongkos2 jang kemudian dipotongkan pada hasil kotor dan pemasaran hasil ikan hanja dilakukan sendiri oleh pemilik, disamping itu terdapat bermatjam2 pungutan, Pemerintah sependapat bahwa unsur2 idjon dilarang, kerugain2 akibat bandjir tidak boleh dibebankan pada hasil panen berikutnja, djuga pemasaran kedua belah fihaknja jang menentukan. Pungutan2 diluar jang sudah ditentukan tidak boleh lagi diadakan.

10. Terhadap usul agar ada djaminan keselamatan kerdja baagi para nekajan, Pemerintah mendjelaskan bahwa Menteri Perburuhan telah menjanggupkan untuk mempersiapkan R.U.U. tentang hal itu. Sedang mengenai berbagai soal lainnja jang diadjukan oleh para Anggota antaranja tentang asuransi bagi nelajan, pemberian kredit dan fasilitet kepada mereka dll. Pemerintah menjatakan bahwa hal2 itu akan dibitjarakan lebih landjut dalam membahs R.U.U pokok perikana jang telah siap dan kini masih ditangan Kabinet.

Mengetahui : Djakarta, 20 April 1964. Pimpinan Komisi D. Pelapor2 Wk. Ketua, 1. ttd. Ttd. Kasim Herman Mu”tashim 2. ttd.

Amung Amran.-

3. ttd.

Abdullah.-

Page 69: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

91 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Page 70: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

92 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

R a l a t a t a s

LAPORAN KOMISI D DPR-GR MENGENAI PEMERIKSAAN PERSIAPAN R.U.U. TENTANG BAGI HASIL PERIKANAN. 1. Pada halaman 1 bab II angka 3, kalimatnja seharusnja berbunji sbb :

3 Sementara anggota mengusulkan agar dibelakang kalimat2 jang menjebut pembentukan koperasi,

seperti terdapat dalam konsideran huruf b dan pasal 15, ditambah kalimat penegasan “atas dasar perinsip2 sukarela dan demokratis”, sedang dalam hal membolehkan pemilik menjadi anggota koperasi bersama –sama dengan kaum nelajan /penggarap, supaja ditegaskan pemilik jang ambil bagian dalam pekerjaan pokok produksi, untuk mentjegah tjara2 paksaan dalam pembentukan koperasi2 perikanan dan dikuasainja koperasi2 tsb. Oleh kaum penghisap, jang bisa merugikan nelajan/penggarap dan produksi ikan, Pemerintah berpendapat tambahan sematjam itu tidak di perlukan, karena hal itu adalah fungsi dari Undang-undang Koperasi dan paksaan2 jang terdjadi seperti misalnja koperasi kopra, petugas2 jang bersangkutan .perintah berpendapat pemilik dan nelajan/penggarap harus dipersatukan dalam koperasi2 perikanan. Karena nelajan sendiri tidak mempunjai tjukup waktu,maka menteri setudju dengan apa jang dinjatakan oleh menteri Achmadi pengurus koperasi terdiri dari peminat2 dan penjuang2 bagi nasib nelajan.

2. Pada halaman 3 baris ke-5 dari atas, perkataan perikanan dari seharusnja berbuji perikananan darat.

------------------000-------------

Page 71: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

93 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Salinan.

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG ------------------------------------ Djakarta, 21 April 1964 .- No.C2.02/k/1191/DPRGR/1964.- Lampiran : - . - K e p a d a Perihal : Undangan rapat ko – Jth. Para Anggota Komisi “D” Misi “D” tgl. 22 A – ( Kompartimen Pembangunan ) pril 1964.- D.P.R.-G.R. di D j a k a r t a.- AMAT SEGERA. Berdasarkan keputusan rapat pimpinan DPRGR tanggal : 21 April 1964, maka dengan ini kami

dengan hormat mengundang Saudara untuk hadir rapat komisi “D” pada hari Rabu tanggal 22 April mulai djam 09.00, bertempat diruangan Komisi tersebut.- Atjara rapat ialah : Melanjutkan pembitjaraan mengenai :

a. Perpu No.5 tahun 1963 tentang Surat Hutang Landrefrom.

b. R.U.U. tentang bagi hasil perikanan.-

SEKERTARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG;

Sekertaris Bidang III

t.t.d

( Dr. Moh. Ali Bey ).-

Page 72: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

94 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Salinan.

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG ------------------------------------ Djakarta, 21 April 1964 .- No.C2.02/K/1192/DPRGR/1964 .- Lampiran : - . - K e p a d a Perihal : Undangan rapat ko – J.M. MENTERI/WAKIL KETUA KOMODOR Misi “D” LAUT M O E R S A L I N --------

----------------- di D j a k a r t a.- AMAT SEGERA.

Berdasarkan keputusan rapat pimpinan DPRGR pada hari Selasa tgl 21 April 1964, dengan ini kami memohon dengan hormat kedatangan J.M. pada rapat komisi “D” (Kompartimen Pembangunan) DPR-GR jang akan diadakan pada hari Rabu tanggal 22 April 1964, mulai djam 09.00, bertempat diruangan komisi tsb. gedung DPR-GR. Atjara rapat : Melanjutkan pembitjaraan mengenai :

a. Perpu No.5 tahun 1963 tentang surat hutang Landreform. b. R.U.U. tentang bagi hasil perikanan.-

SEKERTARIAT

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG; Sekertaris Bidang III, t.t.d ( Dr. Moh. Ali Bey ),-

Page 73: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

95 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Salinan.

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG -------------------------------------------

Djakarta, 22 April 1964.- No.02.02/k/1208/DPRGR/1964 .- Lampiran : - . - K e p a d a Perihal : Undangan rapat Gabungan 1. J.M. Pimpinan D.P.R.-G.R.

Tgl. 25 April 1964.- 2. Jth. Pimpinan Golongan2 -------------------------------------- 3. Jth. Pimpinan Komisi “D”

di D j a k a r t a

AMAT SEGERA

Atas permintaan Pimpinan DPR-GR pada tgl 22 April 1964, dengan ini kami memohon dengan hormat kedatangan J.M./Sdr. pada rapat Gabungan antara Pimpinan DPR-GR, Pimpinan Golongan2, Pimpinan komisi “D” (Kompartemen Pembangunan) dan Pemerintahan jang akan diadakan pada hari Saptu tgl. 25 April 1964, mulai djam 09.00, bertempat diruangan komisi “D” tsb. gedung DPR-GR atjara rapat : Melanjutkan pembitjaraan mengenai : a. Perpu No.5 tahun 1963 tentang surat Hutang Landrefrom. b. R.U.U. tentang bagi hasil perikanan.

SEKERTARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG;

Sekertaris Bidang III

Ttd.

( Dr. Moh. Ali Bey )

Page 74: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

96 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Page 75: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

97 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Salinan

Djakarta, 22 April 1964. No.C2.02/K/1209/DPRGR/1964. Lampiran : - . - K e p a d a Perihal : Undangan rapat gabungan JANG MULIA MENTERI PERTANIAN/AGRARIA

Tgl. 25 April 1964.- di ----------------------------------- D j a k a r t a

AMAT SEGERA.

Atas permintaan Pimpinan DPR-GR pada tgl. 22 April 1964, dengan ini kami mohon dengan hormat kesediaan Jang Mulia atau Wakil Jang Mulia untuk menghadiri rapat gabungan antara Pimpinan DPR-GR, Pimpinan Golongan2, Pimpinan komisi “D” dan Pemerintahan jang akan diadakan pada hari Saptu tgl. 25 April 1964, mulai djam 09.00, bertempat diruangan Komisi D gedung DPR-GR Atjara rapat : Melanjutkan pembitjaraan mengenai :

a. Perpu No.5 th 1963 tentang Surat Hutang Landrefrom. b. R.U.U. tentang Bagi Hasil Perikanan.-

Selandjutnja kami mengharapkan pula kesediaan Jang Mulia untuk mengirim kepada DPR-GR jang

terbaru dari kedua R.U.U. tersebut.

P I M P I N A N DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG; u.b.: Sekertaris Umum,

t.t.d

( Djoko Soemarjono S.H. ) Tembusan 1. J.M. Menteri Penghubung DPR/MPR 2. Para penghubung Dept. Pertanian/Agraria.-

Page 76: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

98 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Salinan DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG --------------------------------------------

Djakarta, 24 April 1964. No.C2.02/K/1220/DPRGR/1964. Lampiran : - . - K e p a d a Perihal : Undangan rapat Gabungan Jth. Pimpinan Golongan2 DPR-GR

Tgl. 25 April 1964. di ------------------------------------ D j a k a r t a.-

AMAT SEGERA.

Menjusuli surat kami tgl. 22 April No.C2.02/K/1208/DPRGR/1964, perihal tersebut pokok surat ini, kami maka di minta dengan hormat agar untuk menghadiri rapat Gabungan tgl. 25 April 1964, dari masing2 Golongan supaja diikutsertakan pula djurubitjara2nja jang akan mengemukakan stemmotievering dalam rapat paripurna DPR-GR j.a.d. mengenai Perpu No. 5 th. 1963 tentang Surat Hutang Landrefrom dan R.U.U. tentang bagi hasil perikanan.-

SEKERTARIAT

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG; Sekertaris Bidang III,

t.t.d

( Dr. Moh. Ali Bey ).

Page 77: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

99 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Salinan.

Djakarta, 27 April 1964.

No.C2.02/K/1238/DPRGR/1964. Lampiran : - . - K e p a d a Perihal : Undangan rapat J.M. MENTERI PERTANIAN/AGRARIA

di D j a k a r t a.

AMAT SEGERA.

Dengan ini kami mengundang Jang Mulia untuk menghadiri rapat gabungan antara Pimpinan DPR-GR, Pimpinan Golongan2 dalam DPR-GR, Pimpinan komisi “D” dengan fihak Pemerintah, pada hari Selasa tgl. 28 April 1964, mulai djam 09.00 bertempat diruang komisi “D” DPR-GR.

Atjara rapat : Melanjutkan pembitjaraan mengenai :

1. Perpu No.5 thn. 1963 tentang Surat Hutang Landrefrom. 2. R.U.U. tentang bagi Hasil Perikanan.

Selandjutnja kami mengharapkan agar naskah jang baru dari kedua R.U.U. tsb, dapat disampaikan

kepada DPR-GR, sebelum rapat gabungan tsb, diatas dimulai. Atas perhatian Jang Mulia kami mengutjapkan terima kasih.

P I M P I N A N

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG; u.b.: Sekertaris umum;

t.t.d.

( Djoko Soemarjono S.H. ).-

Tembusan: 1. J.M. Menteri Penghubung DPR/MPR/DPA 2. Penghubung DPR-GR dari Dep. Pertanian/Agraria.

Page 78: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

100 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Salinan.

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG ------------------------------------------

Djakarta, 27 April 1964. No.C2.02/K/1239/DPRGR/1964 .- Lampiran : - . - K e p a d a Perihal : Undangan rapat gabungan 1. J.M. Pimpinan D.P.R.-G.R. Tgl. 28 – 4 – 1964.- 2. Jth. Pimpinan Golongan2 dalam DPRGR

3. Jth. Pimpinan Komisi “D” D.P.R.G.R. Di

D j a k a r t a.

AMAT SEGERA. Sebagai kelandjutan daripada rapat Gabungan pada hari Saptu tgl. 25 April 1964 jang lalu, maka

dengan ini Pimpinan D.P.R.G.R. mengundang Jang Mulia/Saudara untuk menghadiri rapat Gabungan antara Pimpinan DPR-GR, Pimpinan Golongan2 dalam DPRGR, Pimpinan komisi “D” dan pihak Pemerintah jang akan diadakan pada hari Selasa tgl. 28 April 1964, mulai djam 09.00, bertempat diruangan Komisi “D”.

Atjara rapat : Melanjutkan pembitjaraan mengenai : 1. Perpu No.5 tahun 1963 tentang Surat Hutang Landrefrom. 2. R.U.U. tentang bagi hasil perikanan.

Sekertariat

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG; Sekertaris Bidang III;

t.t.d.

( Dr. Moh. Ali Boy ) \

Page 79: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

101 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Bahan rapat kerdja Komisi D DPR-GR dengan J.M.Menko Pembangunan Pertanian/Agraria dan/atau J.M.Menteri Perikanan tentang RUU bagi hasil perikanan (Teks baru).

Anggota Kasim mengemukakan beberapa soal sbb :

1. Diminta supaja istilah nelajan pemilik dalam teks R.U.U. baru diganti seperti jang tersebut dalam teks

lama ialah dengamn nama pemilik sadja. Kemudian karena dalam teks baru ada istilah pemilik tambak, maka supaja kata nelajan-pemilik

kapal/perahu diubah dengan pemilik kapal/perahu. 2. Anggota Koperasi supaja dibatasi pada para nelaja sadja dan pemilik-2 jang bekerdja melakukan

penangkapan ikan, pemilik jang tidak bkerdja melakukan penangkapan ikan, supaja membuat organisasi sendiri.

Djadi koperasi disini anggota2nja terdiri dari para nelajan dan pemilik jang bekerdja menangkap ikan. 3. Beban pembiajaan perbekalan selama dilaut dinjatakan dalam RUU ini ditanggung oleh nelajan.

Diusulkan supaja beban itu mendjadi ditanggung pemilik. 4. Diusulkan agar bagi hasil tersebut dalam pasal 3 ialah 75% - 40% - 40% - 60% diubah mendjadi

75% - 50% - 50% - 75%. Anggota Hartojo : Mengharapkan agar supaja diteliti soal2 jang belum tertampung dalam R.U.U. baru ini, misalnja tentang djuragan sero jang kenjataanja ada disumatera dan Banjuwangi dan kedjam dalam melakukan bagi hasil. Dalam hal ini supaja Pemerintah menetapkan ketentuan bagi hasilnja. Kemudian supaja ada larangan menggunakan dinamit dilaut didalam penangkapan ikan, supaja tidak mematikan bibit2 ikan, dan juga supaja kaum nelajan bisa memperoleh ikan. Soal2 tersebut supaja bisa ditampung dalam R.U.U. jang baru. Anggota Among Amran : Berpendapat supaja istilah nelajan pemilik dan nelajan penggarap itu tetap seperti tersebut dalam R.U.U. teks baru. Kemudian jang belum tertampung dalam R.U.U. ini dan jang sudah mendapat persetudjuan Pemerintah dalam soal perikanan darat, ialah tentang tempat tinggal bagi Penggarap, jang ditanggung oleh pemilik. Soal itu dalam rumusan R.U.U. teks baru dan djuga dalam pendjelasannja belum dimasukan. Berhubung dengan itu diminta perhatian pemerintah tentang hal ini. Selandjutnja tentang soal dana kapal baru jang belum dirumuskan dalam R.U.U. ini supaja djuga mendapat penampunganja .

Anggota M.Brodjotruno : Mengumumkan pendapat dan pertanjaan2 sbb: 1. Pasal 1 huruf b hanja chusus ditudjukan pada alat2 penangkapan ikan laut bukan untuk ikan dan darat.

Pada penjelasan pasal 1 huruf b itu terikat kata2 tambak jang penguasaanja didapat dengan hak persewaan, bukan hak milik sadja. Sedangkan menurut pasal 9 ajat 2 ditentukan bahwa mulai berlakunja Undang2 ini, maka hak sewa menjewa dihentikan, dan hanya menunggu selesainja panen ikan bagi jang masih ada ikannja.

Ditanjakan, bagimanakah sebenarnja hal ini? 2. Pasal 3 ajat 2. Pembagian hasil antara para nelajan penggarap jang terdiri dari beberapa Orang,

jang mungkin ada kepalanja jang akan mengatur bagiannja sebagaimana tersebut pada pasal 3 ajat 1 itu diantaranja merekan sendiri, diserahkan kepada mereka sendiri dan herus diawasi oleh Pemerintah Daerah Tingkat II dengan diberi pedoman imbangan tidah boleh dari 3 lawan 1 . diminta tambahan pendjelasan mengenai hal jang demikian itu, sebab pada pendjelasan umum tidak ada.

Page 80: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

102 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

3. Pasal 4 ayat 2. A. Tentang beban bersama diantara pemilik tambak dan penggarapnja jaitu biaja pembelian benih ( bibit ikan) mendjadi tanggungan bersama. Apabila disesuatu Daerah biaja pembelian bibit ikan atau benih itu bisa mendjadi tanggung jawab sipemilik sendiri seruluhnja sudah tentu dengan adanja Undang2 ini mulai berlaku, pasti janga tidak sesuai itu harus disesuaikan, apabila dapat. Tetapi apabila penggarap tidak suka,maka berarti sukar untuk disesuaikan, dan menurut pasal 5 ajat (3) Pemerintah Daerah Tingkat I berhak mengatur l;ain tentang pembagian hasilnja jang menjimpang dari ketentuan pasal 3 ajat (2) (a.b.) itu.

Apakah untuk menentukan lain itu ada kekuasaan mutlak bagi Pemerintah Daerah Tingkat I setempat ? Apakah tidak sebaiknja dilakukan musjawarah diantara mereka lebih dahulu, dan hasil musjawarah itu barau kemudian ditentukan dalam Peraturan Daerah Tingkat I harus disahkan oleh Menteri Pertanian/Agraria ?

Anggota Djadi Wirosubroto : Mengatakan bahwa perundingan R.U.U. tentang bagi hasil

Perikanan sudah berlaku sampai tinfgakt terachir sudah banjak anggota2 komisi D mengadjukan pendapatnja dan mengadjukan perubahan baik mengenai istilah maupun dalam isi pasal2nja.

Menurut hemat pembitjara masih ada beberapa masalah jang perlu diselesaikan dan adanja

persetudjuan dari Pemerintah. 1. Mengenai istilahnelajan pemilik oleh Pemerintah disanggupi untuk menggantikan, akan

tetapi berhubung belum terdapat istilah jang tepat, soal ini diserahkan oleh kita semua untuk dapat diganti. Kata “djurumudi ” untuk daerah Maluku atau beberapa daerah lainnja. Anggota tsb. Berpendapat bahwa istilah “ Nelajan Pemilik “ perlu diganti dengan maksud supaja ada pemisahan atau penggntian janag djelas antara pihak jang membagi hasilkan dan memadjang mendapat bagi hasil itu. Djelasnja mana madjikan dan para buruhnja. Dalam hal ini lebih tepat apabila disebut sadja “ pemilik perahu “ sedang “ nelajan penggarap “ tjukup disebut “ nelajan “ sadja. Adapun jang mengenai tambak dapat diterima istilah jaitu “ pemilik tambak dan penggarap “.

2. Tentang bagi hasil tgersebut dalam pasal 3, beberapa anggota mengadjukan perubahan angka berturut-turut sbb : (1). a. Setudju

b. 40 % mendjadi 50 % (2). a. 40 % mendjadi 50 %

b. 60 % mendjadi 75 %

Alasan jang telah diadjukan, rupanja oleh Pemerintah mendapat perhatian djuga. Tetapi baiklah ditambah disini alasan mengapa pembagian bnagi nelajan dan penggarap perlu ditingkatkan, setidak-tidaknja seperti tersebut diatas. a. Menurut kalkulasi seperti jang telah diadjukan oleh beberapa anggota, ternjata

pemabgian hasil nelajan dan penggarap adalah sangat sedikit ditambah masih menanggung beban2 pemabjaran tjukai, pebekelan, pemeliharaan, perahu alat2, dan kesedjahteraan.

Pembagian jang didapat oleh pemilik adalah tjukup besar, ditambah lagi dia mendapat pasilitas jang memberi bertambahnja keuntungan.

b. Dengan bertudjuan bertudjuan akan kenaikan produksi ikan, maka perlu memberikan

kegairahan dan tingkat hidup kepada pekerdja nelajan sepantasnja. c. Beberapa masalah telah diadjukan oleh beberapa anggota tentang pentingja peranan

dan djasa2 bagi para nelajan dan penggarap tambak, seperti pekerdjaan nelajan adalah merupakan keahlian jang selalu menghadapi bahaja dan kerdja berat, sedangkan penghasilnja tidak mentjukupi untuk memenuhi tugasnja jang seberat itu.

Page 81: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

103 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

3. Mengenai pasal 4 angka 1 c dinjatakan tentang beban2 jang mendjadi tanggungan nelajan

penggarap ; biaja diperbekalan mereka selama di laut. Tentang tanggungan nelajan penggarap,biaja dibekalan selama dia dilaut menjadi

tanggungannja. Itu sangat berat dan akan berakibat kurang giatnya bekerdja oleh karma itu “biaja bekalan selama dilaut” supaja dibebankan kepada pemilik kapal bekal selama dilaut. Adalah bidjaksana sebab :

a. Karena kemiskinan para nelajan,bekal jang dibawa di laut tetntu barang jang kurang

mentjukupi untuk memikul pekerdjaan yang berat,berbahaja dan dalam waktu jang lama. b. Kenjateraan sekarang,pada umumnja perbekalan itu ditanggung bersama.Tetapi

barang2nja di sediakan oleh pemilik.dengan dihargai sangat tinggi san terus dalam membagi hasil ikan.Tidak djarang para nelajan setelah menerima hasil nelajan itu hanja menerima hasil jang sangat sedikit.untuk mendjaga penghisapan jang begitu rupa dan sehirja toh berakibat memerosotkan produksi ikan,maka bidjaksanalah apabila perbekalanitu ditanggung oleh pemilik perahu.

4. Pasal 15 untuk meningkatkan penghidupanpenghidupan para nelajan, meningkatkan

produksi ikan,meratakan pemberianbantuan pemerintah kepada para nelajan dan memperbaiki koperasi dikalangan nelajan,diusulkan supaja kenggotaan koperasi nelajan itu terdiri atas para pekerdja nelajan,djadi tidak termasuk pemilik perahu jang tidak ikut serta dalam kerdja nelajan.

Dengan demikian pasal 15 angka (1) kalimat terakhir “pemilik tambak dan nelajan –pemilik” dihapus. Dihapuskanja kalimat tersebut itu.maka pemilik prahu dan pemilik tambak jang ikut dalam kegiatan kerdja langsung dengan para nelajan dan penggrap tambak, termasuk dalam anggota koperasi nelajan.kemudian dalamusaha mendirikan koperasi pekerdja nelajan hendaknja dengan sukarela.

------------000---------

Page 82: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

104 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Salinan

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG Djakarta, 6 April 1964 No. C1.09/K/1270/DPRGR/1964 Lampiran : 2 (dua) Perihal : RUU tentang Bagi Kepada

Hasil Perikanan Jth. Para Anggota Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong

di Djakarta

AMAT SEGERA

Bersama ini disampaikan dengan hormat surat-surat perundingan mengenai rantjangan Undang-Undang Bagi Hasil Perikanan (Sid 1963/1964 P.416) terdiri dari :

1. Rantjangan Undang-undang (teks baru S.4), 2. Memori pendjelasan (teks baru S.5)

Untuk dipergunakan sebagai bahan pembitjaraan dalam rapat Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong

a.n. PIMPINAN

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG u.b.

Sekretaris Umum

t.t.d.

(Djoko Soemarjono, S.H.)

Page 83: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

105 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

NASKAH 27 APRIL 1964 RANTJANGAN UNDANG UNDANG NO TAHUN 1960

TENTANG BAGI HASIL PERIKANAN

______________________

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa sebagai salah satu usaha untuk menudju kearah perwudjudan masjarakat sosialis Indonesia pada umumnja, chususnja untuk meningkatkan taraf hidup para nelajan penggarap dan penggarap tambak serta memperbesar produk si ikan, maka pengusaha perikanan setjara bagi-hasil, baik perikanan laut maupun perikanan darat, harus diatur hingga dihilangkan unsure-unsurnja jang bersifat pemerasan dan semua fihak jang turut serta masing2 mendapat bagian jang adil dari usaha itu;

b. bahwa selain perbaikan daripada sjarat2 perdjandjian bagi-hasil sebagai jang

dimaksudkan diatas perlu pula lebih dipergiat usaha pembentukan koperasi-2 perikanan, jang anggota2nja terdiri dari semua orang jang turut serta dalam usaha perikanan itu,

Mengingat : a. Pasal 5 ajat 1 jo pasal 20 ajat 1 serta pasal 27 ajat 2 dan pasal 33 Undang-Undang

Dasar ; b. Undang-Undang no 5 tahun 1960 (Lembaran negara tahun 1960 no 104); c. Ketetapan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Gotong-Rojong,

M e m u t u s k a n:

Menetapkan : UNDANG UNDANG TENTANG BAGI HASIL PERIKANAN .

B A B I ARTI BEBERAPA ISTILAH

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini jang dimaksudkan dengan:

a. perdjandjian bagi-hasil ialah perdjandjian jang diadakan dalam usaha penangkapan atau pemeliharaan ikan antara nelajan-pemilik dan nelajan penggarap atau pemilik tambak, menurut perdjandjian mana merekan masing-mansing menerima bagian dari hasil usah tersebut menurut timbanganjang telah disetudjui sebelumnja.

b. nelajan pemilik ialah semua orang atau badan hukum jang dengan hak apapun berkuasa atas suatu kapal perahu jang dipergunakan dalam usaha penangkapan ikan.

c. nelajan penggarap ialah semua orang jang sebagai kesatuan dengan menjadikan tenaganja urut serta dalam usaha penangkapan ikan laut.

d. pemilik tambak ialah orang atau badan hokum jang dengan hak apapun berkuasa atas suatu tambak . e. penggarap tambak ialah orang jang sejara njata ,aktif menjediakan tenaganja dalam usaha

pemeliharaan ikan darat atas dasar perdjandjian bagi hasil jang diadakan dengan pemilik tambak. f. tambak ialah genangan air jang dibuat oleh orng sepandjang pantai untuk pemeliharaan ikan dengan

mendapat pengairan jang teratur. g. hasil bersiah ialah:

- bagi perikanan laut : hasil ikan jang diperoleh dari penangkapan ,jang setelah diambil sebagian untuk “lawuhan” para nelajan penggarap menurut kebiasaan setempat dikurangi dengan beban2 mendjadi tangungan bersama dari nelajan-pemilik dan para nelajan-penggarap sebagai ditetapkan didalam pasal 4 angka 1 huruf a;

- bagi perikanan darat : sepandjang mengenai ikan pemeliharaan jang diperoleh dari usaha tambak jang bersangkutan dikurangi dengan beban2 jang mendjadi tanggungan bersama dari pemilik tambak dan penggarap tambak, sebagai jang ditetapkan didalam pasal 4 angka 2 huruf a.

Page 84: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

106 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

h. Ikan pemeliharaan jalah akan jang sengajda dipelihara dan benihnja pada umumnja diperoleh dengan djalan membeli;

i. Ikan liar ialah jang terdapat didalam tambak dan tidak tergolong ikan pemeliharaan.

B A B II.

PEMBAGIAN HASIL USAHA PASAL 2.

Usaha perikanan laut maupun darat atas dasar perdjanddjian bagi hasil harus diselenggarakan berdasarkan kepentingan bersama dari nelajan-pemilik dan nelajan penggarap serta pemilik tambak dan penggarap tambak jang bersangkutan, hingga mereka masing2 menerima bagian dari hasil usaha itu sesuai dengan djasa jang diberikan;

PASAL 3.

(1). Djika suatu usaha perikanan diselenggarakan atas dasar perdjandjian bagi-hasil, maka Dari hasil usaha itu kepada fihak nelajan dan penggarap paling sedikit harus diberikan bagian sebagai

berikut : 1. Perikanan- laut : a. djika dipergunakan perahu lajar minimum 75 (Tudju puluh lima % lima) % dari hasil bersih;

b Djika dipergunakan kapal motor : minimum 40 (empat puluh ) % dari hasil bersih;

2. Perikanan darat : a. mengenai hasil ikan peliharaan minimum 40% (empat puluh) % dari hasil bersih; b. mengenai hasil ikan liar : minimum 60 % (enam puluh) % dari hasil kotor;

(2). Pembagian hasil antara para nelajan penggarap dari bagian jang mereka terima menurut k ketentuan dalam ajat 1 passl ini diatur oleh mereka sendiri, dengan diawasi Pemerintah Daerah Tingkat II jang bersangkutan untuk menghindarkan terdjadinja pemerasan, dengan ketentuan, bahwa perbandingan antara bagian jang terbanjak dan jang paling sedikit tidak boleh lebih dari 3 lawan 1.

PASAL 4.

Angka bagian fihak nelajan dan penggarap tambak sebagai jang terjantum dalam pasal 3 ditetapkan dengan ketentuan, bahwa beban-beban jang bersangkutan dengan usaha perikanan itu harus dibagi sebagai berikut : 1. perikanan laut :

a. beban-beban jang menjadi tanggungan bersama dari nelajan pemilik dan fihak nelajan penggarap : ongkos lelang, uang Rokok/djadjan untuk para nelajan penggarap selama dilaut biaja

untuk sedekah laut (selamatan bersama) serta iuran2 jang disarankan Pemerintah Daerah Tingkat II jang bersangkutan seperti untuk koperasi, dana pembangunan parahu/kapal, dana kesedjateraan, dana ketjelakaan, dana kematian dan lainnja.

b. beban-beban jang mendjadi tanggungan nelajan pemilik: ongkos pemeliharaan dan perbaikan perahu/kapal serta alat lain jang dipergunakan penjusutan dan biaja eksploitasi usaha dan penangkapan , seperti untuk membelian solar, minjak, es dan lain sebagainja;

c. beban2 jang mendjadi tanggungan nelajan : penggarap : biaja dibekalan mereka selama dilaut .

2. Perikanan darat : a. beban2 jang mendjadi tanggungan bersama dari pemilik tambak dan penggarap tambak : uang

pembeli benih ikan pemeliharaan, biaja untuk mengeduk saluran (“tjaren”) biaja2 untuk pemupukan tambak dan perawatan pada pintu-air serta saluran, jang mengairi tambak jang diusahakan itu ;

b. beban2 jang menjadi tanggungan pemilik tambak : disediakannja tambak dengan pintu-air dalam keadaan jang mentjukupi kebutuhan, biaja untuk memperbaiki dan mengganti pintu-air jang tidak dapat dipakai lagi serta pembajaran padjak tanah jang berasangkutan;

Page 85: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

107 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

c. beban2 jang menjadi tanggungan penggarap tambak : biaja untuk menjelenggarakan pekerdjaan sehari2 jang berhubungan dengan pemeliharaan ikan didalam tambak , dan penangkapanja pada waktu panen.

PASAL 5.

(1). Jika menurut kebiasaan setempat pembagian beban2 jang bersangkutan dengan usaha perikanan itu

telah diatur menurut ketentuan dalam pasal 4, sedang bagian jang diterima oleh fihak nelajan penggarap atau penggarap tambak lebih besar dari pada jang ditetapkan dalam pasal 3, maka aturan jang lebih menguntungkan fihak nelajan penggarap atau penggarap tambak itulah jang harus dipakai.

(2). Dengan tidak mengurangi apa jang ditentukan dalam ajat 1 pasal ini, maka djika disesuatu daerah

didalam membagi bahan2 itu berlaku kebiasan jang lain dari pada jang dimaksudkan dalam pasal 4, jang menurut Pemerintahan Daerah Tingkat I jang bersangkutan sukar untuk disesuaikan dengan ketentuan dalam pasal tersebut, maka Pemerintahan Daerah Tingkat I itu dapat menetapkan angka bagian lain untuk fihak nelajan penggarap atau penggarap tambak dari pada jang ditetapkan dalam pasal 3, asalkan dengan demikian bagian jang diberikan pada nelajan penggarap atau penggarap tambak itu tidak kurang dari pada djika pembagian hasil usaha perikanan jang bersangkutan diatur menurut ketentuan pasal 3 dan 4 tersebut diatas. Penetapan Pemerintah Daerah Tingkat I itu memerlukan pengesahan Menteri Pertanian dan Agraria.

B A B III. SJARAT-SJARAT BAGI PENGGARAP TAMBAK.

PASAL 6. Jang diperbolehkan mendjadi penggarap tambak hanjalah orang2 warga negara Indonesia jang setjara njata aktip menjediakan tenaganja dalam usaha pemeliharaan ikan darat dan jang tambak garapannja, baik jang dimilikinja sendiri atau keluarganja maupun jang diperolehnja dengan perdjandjian bagi hasil, luasnja tidak akan melebihi batas maksimum sebagai jang ditetapkan menurut ketentuan Undang2 No. 56 Prp.1960 (L.N. 1960/174).

B A B IV. DJANGKA WAKTU PERDJANDJIAN.

PASAL 7. (1). Perdjandjian bagi hasil diadakan untuk waktu paling sedikit 2 (dua) musim, jaitu 1 (satu) tahun

berturut-turut bagi perikanan laut dan paling sedikit 6 (enam) musim, jaitu 3 (tiga) tahun berturut-turut bagi perikanan darat, dengan ketentuan bahwa djika telah djangka waktu itu berachir diadakan pembaharuan2 perdjandjian maka para nelajan penggarap dan penggarap tambak jang lamalahjang diutamakan.

(2). Perdjandjian bagi haril tidak terputus karena pemindahan hak atas perahu/kapal, alat2 penangkapan ikan atau tambak jangbersangkutan kepada orang lain. Didalam hal jang demikian semua hak dan kewadjiban pemiliknja jang lama beralih kepada pemilik jang baru.

((3) Dika seorang nelajan-penggarap atau penggarap tambak meninggal dunia, maka ahliwarisnja jang sanggup dan dapat mendjadi nelajan-penggarap atau penggarap tambak dan menghendakinja, berhak untuk melandjutkan perdjandjian bagi hasil jang bersangkutan, dengan hak dan kewadjiban jang sama hingga jang waktunja berachir.

(4) Penghentian perdjandjian bagi hasil sebelum berachirnja djangka waktu pedjandjian hanja mungkin didalam hal-hal dan menurut ketentuan-ketentuan dibawah ini:

a. atas persetudjuan kedua belah fihak jang bersangkutan; b. dengan izin Panitia Landreform Desa djika mengenai perikanan darat atau suatu Panitia Desa jang

akan dibentuk djika mengenai perikanan laut, atas tuntutan pemilik, djika nelajan-penggarap atau penggarap tambak jang bersangkutan tidak memenuhi kewadjibannja sebagaimana mestinja;

c. djika penggarap tambak tanpa, persetudjuan pemilik tambak menjerahkan pegusahaan tambaknja kepada orang lain.

(5) Pada berachirnja perdjadjian bagi-hasil, baik karena berachirnja djangka waktu perdjandjian maupun karena salah satu sebab tersebut pada ajat 4 pasal ini, nelajan penggarap dan penggarap tambak wadjib menjerahkan kembali kapal/perahu, alat-alat penangkapan ikan dan tambak jang bersangkutan

Page 86: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

108 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

kepada nelajan pemilik dan pemilik tambak dalam keadaan baik.

BAB V

LARANGAN-LARANGAN Pasal 8

(1) Pembajaran uang atau pemberian benda apapun djuga kepada seorang nelajan atau pemilik tambak,

jang dimaksudkan untuk diterima sebagai nelajan penggarap atau penggarap tambak dilarang. (2) Pelanggaran terhadap larangan tersebut pada ajat 1 pasal ini mengakibatkan, bahwa uang atau harga

benda jang diberikan itu dikurangkan pada bagian nelajan pemilik atau pemilik tambak dari hasil usaha perikanan jang bersangkutan dan dikembalikan kepada nelajan penggarap atau penggarap tambak jang memberikannja.

(3) Pembajaran oleh siapapun kepada nelajan pemilik, pemilik tambak ataupun nelajan penggarap dan penggarap tambak dalam bentuk apapun djuga jang menpunjai unsur idjon, dilarang.

(4) Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana dalam pasal 20, maka apa jang dibajar tersebut pada ajat 3 pasal ini tidak dapat dituntut kembali dalam bentuk apapun.

Pasal 9

(1) Sewa-menjewa dan gadai-menggadai tambak dilarang, ketjuali untuk keperluan jang sangat mendesak

selama djangkai waktu jang terbatas ataupun keperluan pegaraman rakjat, setelah ada izin chusus dari Asisten Wedana/Kepala Ketjamatan jang bersangkutan.

(2) Perdjandjian sewa-menjewa tambak jang ada pada waktu mulai berlakunja Undang-undang ini harus dihentikan setelah ikan jang dipelihara sekarang ini selesai dipanen.

(3) Mengenai gadai-menggadai tambak jang ada pada waktu mulai berlakunja Undang-undang ini berlaku ketentuan dalam pasal 7 Undang-undang No.56 Prp tahun 1960 (Lembaran Negara tahun 1960 No.174).

BAB VI

USAHA PERIKANAN ATAS DASAR UPAH DAN SEWA Pasal 10

(1) Djika suatu usaha perikanan laut diselenggarakan oleh suatu perusahaan jang berbentuk badan

hukum dengan memberi upah tertentu kepada para buruh nelajan, maka penetapan besarnja upah tersebut dilakukan dengan persetudjuan Menteri Perburuhan, setelah mendengar Menteri Pertanian dan Agraria dan organisasi-organisasi tani, nelajan dan buruh jang mendjadi Anggota Front Nasional.

(2) Djika suatu usaha perikanan jang tidak termasuk, golongan jang dimaksudkan dalam ajat 1 pasal ini diselenggarakan sendiri oleh nelajan-pemilik atau pemilik tambak dengan memberi upah tertentu kepada fihak buruh nelajan atau buruh tambak, oleh Pemerintah Daerah Tingkat I diadakan peraturan tentang penetapan upah tersebut.

(3) Pemerintah Daerah Tingkat I dapat pula mengadakan peraturan tentang perahu/kapal dan alat-alat penangkapan ikan.

(4) Didalam membuat peraturan jang dimaksudkan dalam ajat 2 dan 3 pasal ini harus diindahkan podoman-pedoman jang diberikan oleh Menteri Perburuhan dan Menteri Pertanian dan Agraria, setelah mendengar organisasi-organisasi tani, nelajan dan buruh jang mendjadi Anggota Front Nasional.

BAB VII

KETENTUAN UNTUK PENJEMPURNAAN DAN KELANGSUNGAN USAHA PERIKANAN

Pasal 11

Oleh Pemerintah Daerah Tingkat I dapat, diadakan peraturan jang mewadjibkan pemilik tambak untuk memelihara dan memperbaiki susunan pengairan pertambakan, disamping saluran-saluran dan tanggul-tanggul jang ada didaerah pertambakan itu sendiri, jang semata-mata dipergunakan untuk kepentingan pertambakan.

Pasal 12

Oleh Pemerintah diadakan peraturan tentang pembentukan dan penjelenggaraan dana-dana jang

bertudjuan untuk mendjamin berlangsungnja usaha perikanan, baik perikanan laut maupun perikanan darat serta untuk memperbesar dan mempertinggi mutu produksi, dalam mana diikutsertakan wakil-wakil organisasi-organisasi tani dan nelajan jang ditundjuk oleh Front Nasional.

Pasal 13

Page 87: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

109 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Djika seorang nelajan-pemilik perahu/kapal atau Iain-lain alat penangkapan ikan, jang biasanja

dipakai untuk usaha perikanan dengan perdjandjian bagi-hasil, tidak bersedia menjediakan kapal/perahu atau alat-alat itu menurut ketentuan-ketentuan peraturan jang dimaksudkan dalam pasal 3 dan 4 atau 5 dan dengan sengadja membiarkannja tidak digunakan, maka Bupati/Walikota/Kepala Daerah Tingkat II jang bersangkutan atau pendjabat jang ditundjuknja berwenang untuk menjerahkannja kepada koperasi perikanan setempat setjara sewa-beli dengan nelajan-pemilik untuk dipergunakan dan usaha penangkapan ikan.

Sjarat-sjarat sewa-beli tersebut pada ajat 1 pasal ini ditetapkan setjara musjawarah dengan

nelajan-pemilik jang bersangkutan. Djika tjara tersebut tidak membawa hasil, maka sjarat-sjaratnja ditetapkan oleh Bupati/Walikota/Kepala Daerah Tingkat II, setelah mendengar pertimbangan Dinas Perikanan Laut dan organisasi-organisasi tani dan nelajan jang mendjadi Anggota Front Nasional setempat. Terhadap ketetapan Bupati/Walikota/Kepala Daerah Tingkat II tersebut dapat dimintakan banding kepada Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I jang bersangkutan, jang memberikan keputusan jang mengikat kedua belah fihak. Djika nelajan-pemilik kapal/perahu dan alat-alat penangkapan ikan itu tidak bersedia menerima uang persewaan sebagai jang ditetapkan oleh Bupati/Walikota/Kepala Daerah atau Gubemur/Kepala Daerah tersebut pada ajat 2 pasal ini, maka oleh koperasi tani jang bersangkutan uang itu disimpan pada Bank Koperasi Tani dan nelajan setempat atas nama dan biaja nelajan-pemilik tersebut.

Page 88: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

110 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Pasal 14 Djika seorang pemilik tambak jang biasanja diusahakan dengan perdjandjian bagi-hasil dengan sengadja tidak bersedia menjediakan tambaknja itu menurut ketentuan-ketentuan peraturan jang dimaksudkan dalam pasal 3 dan 4 atau 5 dan membiarkannja tidak diusahakan setjara lain, maka Asisten Wedana/Kepala Ketjamatan jang bersangkutan berwenang untuk menjerahkannja kepada seorang atau beberapa orang penggarap tambak dengan perdjandjian bagi-hasil. Didalam hal ini maka pada asasnja mereka jang biasa menggarap tambak tersebut akan diutamakan. Djika pemilik tambak tersebut pada ajat 1 pasal ini tidak bersedia untuk menerima bagiannja sebagai jang ditetapkan menurut ketentuan dalam peraturan jang dimaksudkan dalam pasal 3 dan 4 atau 5, maka setelah dikurangi dengan biaja-biaja jang mendjadi beban pemilik, sisa bagian pemilik tambak itu oleh penggarap tambak disimpan pada Bank Koperasi Tani dan Nelajan setempat atas nama dan biaja pemilik tersebut.

BAB VIII KESEDJAHTERAAN NELAJAN PENGGARAP, PENGGARAP TAMBAK

DAN BURUH PERIKANAN Pasal 15

Didaerah-daerah dimana terdapat usaha-usaha perikanan baik perikanan laut maupun perikanan darat, harus diusahakan berdirinja koperasi-koperasi perikanan jang Anggota-anggotanja terdiri dari nelajan-penggarap, penggarap tambak, buruh perikanan, pemilik tambak dan nelajan-pemilik. koperasi-koperasi perikanan tersebut pada ajat 1 pasal ini bertudjuan untuk memperbaiki taraf hidup para Anggotanja dengan menjelenggarakan usaha-usaha jang meliputi baik bidang produksi maupun jang langsung berhubungan dengan kesedjahteraan para serta Anggota serta keluarganja.

Pasal 16

(1) Tiap nelajan pemilik wadjib memberi perawatan dan tundjangan kepada para penggarap jang menderita sakit, jang disebabkan karena melakukan tugasnja atau mendapat ketjelakaan didalam melakukan tugasnja.

(2) Djika kedjadian jang dimaksudkan pada ajat 1 pasal ini mengakibatkan (tdk jls) maka nelajan-pemilik jang bersangkutan wadjib memberi tundjangan jang lajak kepada keluarga jang ditinggalkannja.

(3) Oleh Pemerintah diadakan peraturan tentang penjelenggaraan ketentuan pasal ini.

BAB IX PEMASARAN HASIL USAHA PERIKANAN

Pasal 17

Pemasaran hasil usaha penangkapan dan pemeliharaan ikan, baik perikanan laut ataupun perikanan darat dilakukan menurut tjara dan dengan harga jang disetudjui bersama oleh nelajan pemilik/pemilik tambak dan nelajan penggarap/penggarap tambak.

BAB X

PENGAWASAN DAN PENJELESAIAN PERSELISIHAN Pasal 18

(1) Oleh Menteri Pertanian dan Agraria diadakan ketentuan-ketentuan lebih landjut tentang

penjelengaraan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini dan tjara-tjara pelaksanaan pengawasannja. (2) Didalam menjelenggarakan pengawasan jang dimaksudkan dalam ajat 1 pasal ini di-ikutsertakan pula

organisasi-organisasi tani dan nelajan jang mendjadi Anggota Front Nasional setempat.

Pasal 19

(1) Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam pasal 13, maka perselisihan-perselisihan jang timbul didalam melaksanakan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini dan peraturan-peraturan pelaksanaan diselesaikan setjara musjawarah oleh fihak-fihak jang berselisih bersama-sama dengan Panitia Landreform Desa djika mengenai perikanan darat atau suatu Panitia jang akan dibentuk djika mengenai perikanan laut.

(2) Djika dengan tjara demikian tidak dapat diperoleh penjelesaian, maka soal diadjukan kepada Panitia Landreform Ketjamatan djika mengenai perikanan atau suatu Panitia Ketjamatan jang akan dibentuk djika mengenai perikanan untuk mendapat keputusan.

(3) Terhadap keputusan Panitia tersebut pada ajat 2 pasal ini dapat dimitakan banding kepada Panitia Landreform Daerah Tingkat II jang bersangkutan, djika mengenai perikanan darat atau suatu Panitia Daerah Tingkat II jang akan diberikan mengenai perikanan laut.

Page 89: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

111 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN (4) Chusus untuk keperluan penjelesaian perselisihan sebagai jang dimaksudkan dalam ajat 2 dan 3

pasal ini keAnggotaan Panitia Landreform ditambah dengan (tdk jls) dari Dinas Perikanan Darat jang bersangkutan dan paling banjak 3 orang wakil organisasi-organisasi tani dan nelajan jang ditundjuk oleh Front Nasional setempat, mereka itu dalam susunan Panitia sekarang ini belum mendjadi Anggota tetap.

BAB XI

KETENTUAN PIDANA DAN LAIN-LAIN Pasal 20

Dipidana dengan hukuman kurungan selama-lamanja 3 (tiga) bulan dan atau sebanjak-banjaknja

Rp.10.000.- (sepuluh ribu rupiah) karena melakukan pelanggaran. a. nelajan pemilik atau pemilik tambak jang mengadakan perdjandjian dengan sjarat-sjarat jang

mengurangi ketentuan dalam pasal 3 dan 4 atau penetapan Pemerintah Daerah jang dimaksudkan dalam pasal 5;

b. barang siapa melanggar larangan jang dimaksudkan dalam pasal 8 ajat 3; c. nelajan pemilik atau pemilik tambak jang melangggar larangan jang dimaksud dalam pasal 9 ajat 1; d. barang siapa mendjadi perantara antara nelajan pemilik dan nelajan penggarap atau pemilik tambak

dan penggarap tambak, dengan maksud untuk memperoleh keuntungan bagi dirinja sendiri.

Pasal 21 (1) Undang-undang ini dapat disebut “Undang-undang bagi-hasil perikanan”. (2) Undang-undang ini mulai berlaku pada hari diundangkan.

Agar supaja Setiap orang dapat mengetahuinja memerintahkan pengundangan Undang-undang ini

dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Djakarta pada tanggal…………... PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (SUKARNO) diundangkan di Djakarta pada tangggal……………. MENTERI/SEKRETARIS NEGARA, (MOCH. ICHSAN)

Page 90: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

112 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN NASKAH 27 APRIL 1964

PENDJELASAN UNDANG UNDANG NO…… TAHUN 1960 TENTANG BAGI HASIL PERIKANAN

________________________________________________ PENDJELASAN UMUM

I. TUDJUAN UNDANG UNDANG BAGI HASIL PERIKANAN 1. Sebagai salah satu usaha menudju kearah terwudjudnja masjarakat sosialis Indonesia pada umumnja,

chususnja untuk meningkatkan taraf hidup para nelajan penggarap dan penggarap tambak serta memperbesar produksi ikan, Madjelis permusjawaratan Rakjat Sementara didalam Ketetapannja No.II/MPRS/1960 dan Resolusinja No.I/MPRS/1963 memerintahkan, supaja diadakan Undang-undang jang mengatur soal usaha perikanan jang diselenggarakan dengan perdjandjian bagi-hasil. Undang-undang ini merupakan realisasi daripada perintah MPRS tersebut.

2. Sebagaimana ditentukan dalam pasal 12 ajat 1 Undang-undang Pokok Agraria segala usaha bersama

dalam lapangan Agraria, djadi termasuk djuga usaha perikanan, baik perikanan laut maupun perikanan darat, haruslah diselenggarakan berdasarkan kepentingan bersama dari semua fihak jang turut serta, jaitu baik nelajan pemilik dan pemilik tambak jang menjediakan kapal/perahu, alat-alat penangkapan ikan dan tambak maupun para nelajan penggarap dan penggarap tambak jang menjumbangkan tenaganja, hingga mereka masing-masing menerima bagian jang adil dari hasil usaha tersebut.

Pengusahaan perikanan atas dasar bagi hasil dewasa ini masih diselenggarakan menurut ketentuan-ketentuan hukum adat setempat, jang menurut ukuran sosialisme Indonesia belum memberikan dan mendjamin bagian jang lajak bagi para nelajan penggarap dan penggarap tambak. Berhubung dengan itu maka pertama-tama perlu diadakan ketentuan untuk menghilangkan unsur-unsur perdjandjian bagi-hasil jang bersifat pemerasan, hingga dengan demikian semua fihak jang turut serta dalam usaha itu mendapat bagian jang sesuai dengan djasa jang disumbangkannja. Dengan memberikan djaminan jang demikian itu maka disamping perbaikan taraf hidup para nelajan penggarap dan penggarap tambak jang bersangkutan, deharapkan pula timbulnja perangsang jang lebih besar didalam meningkatkan prosukdi ikan.

Dalam pada itu hal tersebut tidaklah berarti, bahwa kepentingan dari para pemilik kapal/perahu, alat-alat penangkapan ikan dan tambak akan diabaikan. Usaha perikanan, terutama perikanan laut, memerlukan pemakaian alat-alat jang memerlukan biaja pemeliharaan serta perbaikan dan jang pada waktunja bahkan harus diganti dengan jang baru. Menetapkan imbangan bagian jang terlalu ketjil bagi golongan pemilik itu bisa berakibat, bahwa soal pemeliharaan dan perbaikan serta pergantian alat-alat tersebut akan kurang mendapat perhatian atau diabaikan sama sekali. Hal jang demikian itu para pemilik tersebut harus pula mendapat bagian jang lajak, dengan pengertian, bahwa dengan demikian ia berkewadjiban pula untuk menjelenggarakan pemeliharaan dan perbaikan sebagaimana mestinja.

3. dalam pada itu perbaikan taraf hidup para nelajan penggarap dan penggarap tambak tidak akan dapat

tertjapai hanja dengan memperbaiki sjarat-sjarat perdjandjian bagi hasil sadja. Untuk itu usaha pembentukan koperasi-koperasi perikanan perlu dipergiat dan lapangan usaha serta keAnggotaannja perlu pula diperluas. KeAnggotaan koperasi tersebut harus meliputi semua orang jang turut serta dalam usaha perikanan itu, djadi baik para nelajan penggarap, penggarap tambak, buruh perikanan mauun nelajan pemilik dan pemilik tambak. Lapangan usaha koperasi perikanan hendaknja tidak terbatas pada soal produksi sadja, jaitu pemeliharaan, penangkapan dan pengolahan ikan serta pemasarannja, tetapi harus djuga meliputi soal kredit serta hal-hal jang menjangkut kesedjahteraan para Anggota dan keluarganja. Misalnja usaha untuk mentjukupi keperluan sehari-hari, menjelenggarakan dana ketjelakaan, kematian dan lain-lainnja.

Dengan demikian maka mereka itu dapatlah dilepaskan dan dihindarkan dari praktek-praktek para pelepas uang, tengkulak dan lain-lainnja, jang dewasa ini sangat meradjalela dikalangan usaha perikanan, terutama perikanan laut.

II. PENGATURANNJA.

1. Menurut hukum adat jang berlaku sekarang ini tidak terdapat keseragaman mengenai imbangan besarnja bagian pemilik pada satu fihak dan para nelajan penggarap serta penggarap tambak pada lain fihak. Perbedaan itu disebabkan, selain oleh imbangan antara banjaknja nelajan penggarap dan penggarap tambak pada satu fihak serta kapal/perahu dan tambak jang akan dibagi-hasilkan pada lain fihak, djuga oleh rupa-rupa faktor lainnja (tdk jls) ialah penentuan tentang biaja-biaja apa sadja jang mendjadi beban bersama jang dipikul oleh mereka masing-masing. Mengenai perikanan darat ditambak luas dan keadaan kesuburan tambaknja serta djenis ikan jang dihasilkan merupakan faktor pula jang menentukan imbangan bagian jang dimaksudkan pemilik tambak jang kurang subur.

Page 91: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

113 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Mengenai perikanan laut, matjam kapal dan alat-alat serta tjara-tjara penangkapan jang dipergunakan merupakan pula jang turut menentukan besarnja imbangan itu. Bagian seorang pemilik kapal motor misalnja, adalah lebih besar imbangan persentagenja, djika dibandingkan dengan bagian seorang pemilik perahu lajar. Hal itu disebabkan, karena biaja eksploitasi jang harus dikeluarkan oleh pemilik kapal motor itu lebih besar lagi pula hasil penangkapan seluruhnja lebih besar, hingga biarpun imbangan persentage bagi para nelajan lebih ketjil, tetapi hasil jang diterima sebenarnja oleh mereka masing-masing adalah lebih besar djika dibandingkan dengan hasil para pelajar jang mempergunakan kapal lajar.

2. Berhubung dengan itu didalam Undang-undang ini bagian jang harus diberikan kepada para nelajan

dan penggarap sebagai jang tertjantum didalam pasal 3, ditetapkan atas dasar imbangan didalam pembagian beban-beban dan biaja-biaja usaha, sebagai jang tertjantum didalam pasal 4.

Didaerah-daerah di mana pembagian beban-beban dan biaja-biaja sudah sesuai dengan apa jang ditentukan didalam pasal 4, maka tinggal peraturan tentang pembagian hasil sedjalah jang harus disesuaikan jaitu djika menurut kebiasaan setempat bagian para nelajan masih kurang dari pada jang ditetapkan dalam pasal 3. Djika bagian mereka sudah lebih besar dari pada jang ditetapkan didalam pasal 3, maka aturan jang lebih menguntungkan fihak nelajan atau penggarap itulah jang harus dipakai pasal 5 ajat (1).

3. Dengan pengaturan jang demikian itu maka ketentuan-ketentuan tentang bagi hasil jang dimuat

didalam Undang-undang ini dapat segera didjalankan setelah Undang-undang ini mulai berlaku, dengan tidak menutup sama sekali kemungkinan untuk mengadakan penjesuaian dengan keadaan daerah, djika hal itu memang sungguh-sungguh perlu (pasal 5 ajat 2).

4. Mengenai perikanan darat hanja diberi ketentuan-ketentuan tentang penjelenggaraan bagi hasil

tambak, jaitu genangan air jang dibuat oleh orang sepandjang pantai untuk pemeliharaan ikan, dengan mendapat pengairan jang teratur. Usaha pemeliharaan ikan darat diempang-empang air tawar dan lain-lainnja tidak terkena Undang-undang ini, oleh karena umumnja tidak dilakukan setjara bagi hasil, tetapi dikerdjakan sendiri oleh pemiliknja. Kalau ada pemeliharaan jang dilakukan setjara bagi hasil, maka hal itu hanja mengenai kolam-kolam jang tidak luas. Kalau ada sawah jang dibagi-hasilkan dan selain ditanami padi djuga diadakan usaha pemeliharaan ikan, maka soalnja diatur menurut Undang-undang No. 2 tahun 1960 tentang Bagi Hasil Pertanian.

PENDJELASAN PASAL DEMI PASAL. Pasal 1.

Huruf a. Dalam pengertian ikan termasuk hasil laut lainnja, ketjuali mutiara, jang pengambilannja

memerlukan izin chusus dari Menteri Pertanian dan Agraria. Huruf b. kapal/perahu, alat-alat penangkapan ikan lainnja dan tambak jang dibagi-hasilkan tidak perlu

dikuasai oleh nelajan-pemilik dan pemilik tambak dengan hak milik. Penguasaan itu dapat pula didasarkan atas hak persewaan atau hak guna-usaha. Sero dan kelong (djermal) jang dipergunakan untuk menangkap ikan termasuk dalam pengertian “alat penangkapan ikan”.

Huruf c. Orang-orang jang menjediakan tenaganja dalam usaha penangkapan ikan laut sebagai suatu

kesatuan (“unit”) disebut “nelajan penggarap”, jang sebagai kesatuan pula akan membagi hasil dari usaha itu dengan nelajan pemilik. Berapa orang jang turut serta sebagai satu kesatuan itu tergantung pada matjam kapal/perahu dan alat-alat serta tjara-tjara penangkapan jang dipergunakan. Ada kalanja hanja 2 a 3 orang, adakalanja sampai 20 orang.

Huruf e. Hubungan dengan sjarat-sjarat jang ditentukan didalam pasal 6. Huruf f. Tambak harus mendapat pengairan jang teratur. Ini mengandung arti, bahwa pada waktu-waktu

tertentu menurut kehendak pengusahanja air dari saluran dapat dimasukkan kedalam atau dikeluarkan dari tambak, sehingga pintu air jang tjukup rapat dan kuat merupakan bagian jang mutlak dari tambak. Oleh karenanja maka pemilik tambak dan penggarap tambak pada waktu memulai dan mengachiri perdjandjian bagi-hasil berkewadjiban untuk menjerahkan tambak jang bersangkutan dengan pintu airnja dalam keadaan jang mentjukupi untuk keperluannja.

Huruf i. Dalam golongan ini termasuk djuga udang, ketjuali kalau udang itu memang sengadja dipelihara

dan benihnja dibeli. Didalam hal jang demikian udang digolongan sebagai ikan pemeliharaan. PASAL 3 s/d 5.

Sudah didjelaskan didalam Pendjelasan Umum.

Page 92: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

114 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Mengenai ketentuan dalam pasal 4 angka 2 huruf c dapat ditambahkan pendjelasan, bahwa pada umumnja untuk melaksanakan kewadjibannja itu penggarap tambak biasanja menjediakan sendiri alat-alat jang diperlukannja. Djika untuk itu perlu dibeli alat-alat baru, maka berhubung dengan mahalnja harga alat-alat tersebut sekarang ini, pembeliannja dapat dilakukan bersama-sama dengan pemilik tambak. Djika dikemudian hari penggarap tambak itu tidak lagi menggarap tambak jang bersangkutan, maka akan diadakan perhitungan.

Pasal 6. Pensjaratan sebagai jang ditetapkan didalam pasal ini dimaksudkan agar manfaat jang

diperolehnja dari ketentuan Undang-undang ini benar2 akan djatuh pada para penggarap jang sebenarnja dan bukan kepada orang-orang jang bertindak sebagai perantara antara pemilik tambak dan penggarap, sedang pada kenjataannja tidak menggarap sendiri tambak jang bersangkutan. Pembatasan luas tambak garapan dimaksudkan, selain untuk mentjegah mentjegah timbulnja golongan perantara, djuga untuk memberi kesempatan kepada orang-orang lain agar djuga bisa mendjadi penggarap tambak.

Pasal 7. ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan djaminan kepada para nelajan penggarap dan

penggarap tambak bahwa mereka akan dapat membagi hasil selama waktu jang tjukup lama dan kemudian setelah djangka waktu jang tjukup lama dan kemudian setelah djangka waktu perdjandjiannja berachir akan kembali mendjadi nelajan penggarap dan penggarap tambak dan tidak akan terdesak oleh orang lain.

: terhadap ketentuan pasal 19. Kiranja sukar untuk merumuskan dengan tegas apa jang dimaksudkan dengan pengertian

“keadaan baik” jang ditentukan dalam pasal 5. tetapi pada umumnja dapatlah dikatakan, bahwa kapal/perahu, alat-alat penangkapan ikan dan tambak itu harus dikembalikan kepada nelajan pemilik dan pemilik tambak dalam keadaan jang tidak merugikan mereka, tidak terdjadinja kerusakan-kerusakan jang disebabkan karena kelalaian atau sengadja ditimbulkan oleh nelajan penggarap atau penggarap tambak. Dalam konkretnja hal itu tergantung pada keadaan dan ukuran setempat. Djika tentang hal ini terdjadi perselisihan maka berlakulah ketentuan pasal 19.

Pasal 8. Dibeberapa daerah berlaku kebiasaan, bahwa untuk memperoleh kesempatan mengusahakan

tambak dengan perdjandjian bagi hasil, tjalon-tjalon penggarapnja diharuskan membajar uang atau memberikan benda tertentu kepada pemilik tambak. Djumlah uang atau harga barang itu ada kalanja sangat tinggi. Oleh karena hal itu tidak hanja merupakan suatu beban tambahan bagi penggarap tambak, melainkan lebih-lebih merupakan bentuk pemerasan terhadap golongan jang ekonominja lemah, maka pemberian sematjam itu dilarang.

Jang dimaksudkan dengan “unsur-unsur idjon” dalam ajat 3 adalah : a. pembajarannja dilakukan sebelum penangkapan ikan lautnja selesai atau sebelum

tambaknja dapat dipanen dan. b. bunganja sangat tinggi.

Dalam pada itu perlu kiranja ditegaskan, bahwa ketentuan dalam pasal 18 ajat 3 dan 4 ini tidak mengurangi kemungkinan diadakannja utang piutang setjara wadjar dengan bunga jang lajak. Pembelian ikan ditengah laut ( “mengadang” ), selain dilarang menurut peraturan, seringkali disertai djuga sistim idjon.

Pasal 9. Dalam undang-undang pokok Agraria telah ditentukan, bahwa hak sewa dan gadai atas tanah

pertanian adalah merupakan hak jang bersifat sementara dan harus diusahakan hapusnja dalam waktu singkat. Menurut kenjataannja sewa-menjewa dan gadai-mengadai tambak itu djarang sekali terdjadi. Berhubung dengan itu maka sepandjang mengenai tambak ketentuan Undang-undang Pokok Agraria tersebut dapat direalisasikan sekarang, dengan mengadakan larangan sebagai ditentukan dalam pasal ini. Dalam pada itu untuk keperluan-keperluan jang sangat mendesak, misaInja memerlukan uang untuk biaja memenuhi rukun Islam jang kelima sewa-menjewa atau gadai-mengadai tambak itu masih diperbolehkan, tetapi hanja untuk waktu jang terbatas (misalnja 2 atau 3 tahun).

Ketentuan dalam ajat 2 dan 3 diperlukan untuk melindungi penjewa tambak, pun untuk tidak terlalu merugikan setjara langsung fihak jang mengadai tambak pada waktu Undang-undang ini mulai berlaku.

Pasal 10. Untuk menampung kemungkinan adanja usaha-usaha jang hendak menghindarkan diri dari

ketentuan tentang tjara bagi-hasil jang diatur didalam Undang-undang ini dan untuk menjalurkan

Page 93: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

115 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

para nelajan dan penggrap tambak untuk berusaha setjara wadjar demi peningkatan produksi perikanan, maka diadakanlah ketentuan dalam pasal ini, hingga mereka tidak perlu digunakan tjara-tjara jang terlarang.

Pasal 11. Tidak memerlukan pendjelasan. Pasal 12. Tidak memerlukan pendjelasan. Pasal 13 dan 14 : Menurut pengertian sosialisme Indonesia maka setiap “pemilikan” mempunjai, funksi

sosial. Mengenai tanah hal itu ditegaskan dalam pada pasal 6 Undang-undang Pokok Agraria. Menurut pengertian itu maka setiap alat jang dapat dipergunakan dalam bidang produksi, tidak boleh sengadja dibiarkan tidak terpakai hingga mendjadi tidak produktif. Pengertian tersebut berlaku djuga terhadap kapal/perahu, alat-alat penangkapan ikan dan tambak. Jang harus diabdikan pula bagi kepentingan masjarakat.

Pasal 15. Sudah didjelaskan didaIam Pendjelasan Umum. Pasal 16. Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan djaminan-djaminan sosial jang lajak bagi para

nelajan penggarap, jang karena sifat pekerdjaannja sering menghadapi bahaja. Pasal 17. Ketentuan ini dimaksudkan agar supaja masing-masing fihak tidak dirugikan. Usaha

penangkapan dan pemeliharaana ikan itu adalah suatu usaha bersama jang didasarkan atas kepentingan bersama, demikian pasal 2. soal pemasaran hasil ikan adalah hal jang sangat penting, oleh karenanja harus diselenggarakan atas dasar persetudjuan keduabelah fihak.

Pasal 18. Pengawasan atas pelaksanaan ketentuan Undang-undang ini, baik jang bersifat preventip

maupun represip dapat diserahkan kepada para pedjabat setempat, terutama Dinas Perikanan Laut dan Darat, djuga kepada koperasi-koperasi perikanan, organisasi-organisasi tani dan nelajan setempat dan lain-lain instansi jang dipandang perlu

Pasal 19. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mempertjepat dan menjederhanakan penjelesaian

perselisihan-perselisihan jang timbul didalam melaksanakan Undang-undang ini.

Pasal 20. Tidak memerlukan pendjelasan. Pasal 21. Dengan berlakunja Undang-undang ini, jang dapat disebut Undang-undang Bagi Hasil Pertanian,

maka Undang-undang No.2 Tahun 1960 tentang Perdjandjian Bagi Hasil sebaiknja disebut “Undang-undang Bagi Hasil Pertanian”.

Page 94: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

116 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJANG Djakarta, 29 April 1964. No C1.09/K/1277/DPR-GR/1964. Lampiran : 2 (dua). Kepada Perihal : 1. RUU tentang Bagi Jth. Para Anggota Dewan Perwakilan Hasil Perikanan Rakjat Gotong Rojang

2. Perpu No.5 th. 1963 di tentang Surat Hutang DJAKARTA. Landreform. ---------------------------------

Amat segera. Bersama ini kami sampaikan dengan hormat :

1. ralat mengenai RUU tentang Bagi Hasil Perikanan (P. 416. Sid. 1963/1964). 2. nota perubahan mengenai RUU tentang penetapan Perpu No.5 th. 1963 tentang Surat

Hutang Landreform mendjadi Undang-undang, (P. 329 Sid. 1962/1963).

Untuk diketahui dan dipergunakan seperlunja.

a.n. PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJANG Sekretaris Umum ( Djoko Soemarjono SH. )

Page 95: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

117 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN Naskah 27 April 1964.

RALAT RANTJANGAN UNDANG-UNDANG NO……….1964.

TENTANG BAGI HASIL PERIKANAN

------------

1. Dalam pasal 3 ajat (1) kata-kata “nelajan dan penggarap” seharusnja dibatja “nelajang penggarap dan penggarap tambak”.

2. Dalam pasal 4 kalimat pertama kata “nelajan” seharusnja dibatja “nelajan penggarap”. 3. Dalam pasal 4 angka 1 huruf c, kata-kata “biaja dibekalan” seharusnja dibatja “biaja perbekalan”. DEPARTEMEN PERTANIAN DAN AGRARIA.

Page 96: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

118 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN NOTA PERUBAHAN MENGENAI RANTJANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NO.5 TAHUN 1963 TENTANG SURAT-HUTANG-LANDREFORM MENDJADI UNDANG-UNDANG.

------------------------------

Pada naskah Rantjangan Undang-undang jang disampaikan kepada DPRGR tanggal 28 April 1964 (naskah tanggal 27 April 1964) diadakan perubahan-perubahan sebagai berikut :

1. Kata-kata : “6% (emam persen)” dalam pasal 2 ajat 1 diubah mendjadi “5% (lima persen)”. 2. Pada pendjelasan pasal demi pasal :

a. Pasal 1 s/d 4 huruf b sesudah kalimat kedua, ditambahkan kata-kata “(objek spekulasi)”. b. Pasal 1 s/d 4 huruf b sesudah kalimat kedua dari bawah pada halaman 1, ditambahkan

kalimat “uang tunai itu dapat diberikan djuga untuk menjelesaikan usaha pembangunan industri jang sedang dibangun”.

c. Pasal 1 s/d 4 huruf c alinea kedua kalimat terachir, diantara kata-kata “keperluan-keperluan” dan “ jang” dibubuhkan kata-kata : “untuk membangun usaha industri didaerah jang bersangkutan”.

d. Pasal 1 s/d 4 huruf c alinea ketiga kalimat pertama dan kalimat terachir, angka “6%” diganti “5%”.

Djakarta, 29 April 1964. MENTERI PERTANIAN DAN AGRARIA ttd ( Sadjarwo SH. )

Page 97: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

119 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJANG Djakarta, 6 Djuni 1964. No C2.02/K/1574/DPRGR/1964. Lampiran : Kepada Perihal : Undangan rapat kerdja Jth. Para Anggota Komisi “D” Tgl. 8-6-1964. ( Kompartimen Pembangunan ) ------------------------------ DPRGR di

DJAKARTA.

Amat segera.

Sesuai dengan susunan atjara rapat-rapat DPR-GR jang telah ditetapkan oleh Pimpinan DPR-GR pada tgl. 4-6-1964, maka dengan hormat kami mengundang Saudara untuk menghadiri rapat kerdja komisi “D” DPR-GR dengan J.M. Menko Kompartimen Pembangunan, Pertanian dan J.M. Menteri Perikanan pada hari senin tgl. 8 Djuni 1964 mulai djam 09.00 bertempat diruangan Komisi “D”.

Atjara rapat ialah :

- landjutan pemeriksaan persiapan mengenai RUU tentang bagi-hasil perikanan.

P.S. apabila tidak ada rapat Sekertariat Kerdja, akan dilangsungkan DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJANG Rapat Komisi biasa. Sekretaris Bidang III ( Dr. Mohd. Ali Bey )

Page 98: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

120 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Jakarta, 6 Djuni 1964 No C2.02/K/1574 Lampiran : Kepada Perihal : Undangan rapat kerdja 1. J.M. Menko Kompartimen pembangunan Pertanian Tgl. 8-6-1964. 2. J.M. Menteri Perikanan ------------------------------ di

DJAKARTA.

Amat segera.

Sesuai dengan susunan atjara rapat-rapat DPR-GR jang telah ditetapkan oleh Pimpinan DPR-GR pada tgl. 4-6-1964, maka dengan hormat kami memberitahukan Ketua Komisi “D” (Kompartimen Pembangunan) DPR-GR akan mengadakan rapat kerdja dengan J.M. Menko Kompartimen Pembangunan dan J.M. Menteri Perikanan, pada hari senin tgl. 8 Djuni 1964 mulai djam 09.00, bertempat diruangan Komisi “D”.

Atjara rapat ialah : Landjutan pemeriksaan persiapan mengenai RUU tentang bagi

hasil perikanan.

Berhubung dengan itu kami mengharap kesediaan Jang Mulia untuk menghadiri rapat kerdja tersebut.

Atas kesediaan Jang Mulia kami mengutjapkan terima kasih.

PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJANG u.b. Sekretaris Umum ttd ( Dr. Mohd. Ali Bey ) Disampaikan kepada : 1. Menteri penghubung DPR/MPR/DPA. 2. Penghubung DPR dari J.M. Menko Kopartimen Pembangunan Pertanian. 3. Penghubung DPR dari Dep. Perikanana. Di Djakarta

Page 99: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

121 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJANG -------------------------------------------- Sidang ke-17/Persidangan-IV Tahun Sidang 1963/1964.

LAPORAN SINGKAT RAPAT KOMISI “D”

( KOMPARTIMEN PEMBANGUNAN )

Rapat ke-17 Persidangan ke-IV, tahun sidang 1963/1964. Pada hari senin tanggal 8-6-1964. Djam panggilan : 09.00 Dimulai djam : 09.00 sampai djam 12.00 Ketua : Kol. (U) Achmad Sumadi. Panitera 2 : Abdul Aziz, Mochtar Subekti Hadir : 30 dari 46 orang Anggota. Atjara : 1. Pemeriksaan persiapan mengenai RUU Bagi Hasil Perikanan (Sid. 1963.1964

P.416).

KEPUTUSAN (kesimpulan pembitjaraan dalam rapat)

I. Rapat-kerdja dengan JM Menko Kompartimen Pembangunan, Pertanian/Agraria dan atau

JM Menteri Perikanan jang sedianja akan diadakan hari ini, untuk membahas RUU tentang Bagi Hasil Perikanan, tidak dapat dilangsungkan karena JM Menko berhalangan hadir berhubung sedang diadakan timbang-terima Departemen. Berhubung dengan itu maka rapat-kerdja tsb, ditunda sampai hari djum’at tgl.12 djuni 1964 dengan atjara : 1. Perkenalan dengan Menteri-menteri baru dalam Kompartimen Pertanian/Agraria. 2. Pembahasan RUU Bagi Hasil Perikanan.

II. Komisi hari ini mengadakan rapat komisi biasa dan dalam rapat ini beberapa Anggota

mengemukakan pendapat-pendapat, saran-saran dan pertanjaan-pertanjaan tentang RUU Bagi Hasil Perikanan untuk diteruskan kepada Pemerintah sebagai bahan rapat-kerdja jang akan datang.

III. Selandjutnja Komisi telah menindjau tentang tata-kerdja Komisi baik dalam hubungannja dengan Pemerintah, maupun dalam Komisi sendiri. Sambil menunggu perkembangan, maka sementara ini Komisi D tetap tidak dipetjah dalam menghadapi Kompartimen Pembangunan dan Kompartimen Pertanian/Agraria.

Djakarta, 9-6-1964. Panitera Komisi “D”, a/n ttd Mochtar Subekti

Page 100: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

122 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Salinan. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJANG Djakarta, 8 Djuni 1964. No C2.02/K/1599/DPRGR/1964. Lampiran : -.- Kepada Perihal : Undangan rapat kerdja 1. JM Menko Kompertimen Pertanian Dan Agraria Komisi D Tgl. 12-6-1964. 2. JM Menteri Perikanan ------------------------------ 3. JM Menteri Kehutanan 4. JM Menteri Perkebunan 5. JM Menteri Agraria di

DJAKARTA.

Amat segera.

Berdasarkan keputusan rapat Komisi “D” DPR-GR pada tgl. 8 Djuni 1964, mak bersama ini kami dengan hormat mengharap kedatangan Jang Mulia pada rapat kerdja Komisi “D” dengan Pemerintah/rapat perkenalan dengan para JM Menteri-menteri baru jang akan diselenggarakan diruang Komisi “D” Gedung DPR-GR dengan atjara :

1. Perkenalan. 2. Landjutan pemeriksaan persiapan mengenai RUU tentang bagi hasil perikanan.

PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJANG u.b. Sekretaris Umum ttd ( Djoko Soemarjono SH. ) Tembusan :

1. JM penghubung DPR/MPR/DPA. 2. Penghubung Dept. Pertanian. 3. Penghubung Dept. Perkebunan. 4. Penghubung Dept. Kehutanan. 5. Penghubung Dept. Perikanan. 6. Penghubung Dept. Agraria.

Page 101: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

123 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Salinan. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJANG Djakarta, 8 Djuni 1964. No C2.02/K/1613/DPRGR/1964. Lampiran : -.- Kepada Perihal : Undangan rapat kerdja Jth. Sdr. Para Anggota Komisi “D” Komisi “D” Tgl. 12-6-1964. ( Kompartimen Pembangunan ) ------------------------------ di

DJAKARTA.

Amat segera.

Berdasarkan keputusan rapat Komisi “D” ( Kompartimen Pembangunan ) DPR-GR pada tgl. 8 Djuni 1964, bersama ini kami dengan hormat mengharap kedatangan Saudara pada rapat kerdja Komisi “D” dengan Pemerintah/rapat perkenalan dengan para JM Menteri-menteri baru jang akan diadakan pada hari Djum’at tgl. 12 Djuni 1964, mulai djam 08.30 bertempat diruang Komisi “D” Gedung DPR-GR dengan atjara :

1. Perkenalan. 2. Landjutan pemeriksaan persiapan mengenai RUU tentang bagi hasil perikanan.

Sekretariat DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJANG Sekretaris Bidang III ttd ( Dr. Mohd. Ali Bey )

Page 102: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

124 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Salinan. Djakarta, 15 Djuni 1964. No C2.02/K/1702/DPRGR/1964. Lampiran : 1 (satu) Kepada Perihal : Bahan untuk rapat kerdja 1. JM Menko Kompertimen Pembangunan Pertanian/Agraria ------------------------------ 2. JM Menteri Perikanan di

DJAKARTA.

Amat segera.

Untuk melantjarkan pembahasan RUU tentang bagi hasil perikanan dalam rapat kerdja jang akan datang antara Jang Mulia dengan komisi “D” DPR-GR, maka bersama ini dengan hormat kami sampaikan beberapa pendapat, saran-saran dan pertanjaan-pertanjaan Anggota-anggota komisi tersebut untuk mendapatkan perhatian Jang Mulia.

PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJANG u.b. Sekretaris Umum ttd ( Djoko Soemarjono SH. ) Tembusan, disampaikan kepada : JM Penghubung DPR/MPR/DPA. Penghubung Kompartimen Pembangunan. Pertanian Agraria. Penghubung Dept. Perikanan. Di Djakarta.

Page 103: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

125 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Salinan. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJANG Djakarta, 23 Djuni 1964. -------------- No C2.02/K/1829/DPRGR/1964. Lampiran : -.- Kepada Perihal : Undangan rapat Komisi “D” Jth. Sdr. Para Anggota Komisi “D” Dengan Pemerintah DPR-GR Tgl. 12-6-1964. di

------------------------------------ DJAKARTA.

Amat segera.

Sesuai dengan susunan atjara rapat-rapat jang telah ditetapkan oleh Pimpinan DPR-GR tgl. 18-6-1964 dan berdasarkan keputusan rapat Komisi “D” Kompartimen Pembangunan DPR-GR pada tgl. 8-6-1964, bersama ini kami dengan hormat mengharap kedatangan Saudara pada rapat kerdja Komisi “D” dengan Pemerintah dan rapat perkenalan dengan para JM Menteri-menteri baru, jang akan diselenggarakan pada hari Senin tgl. 29-6-1964, mulai djam 09.00 bertempat diruang Komisi “D” Gedung DPR-GR dengan atjara :

1. Perkenalan. 2. Landjutan pemeriksaan persiapan mengenai RUU tentang bagi hasil perikanan.

Sekretariat DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJANG Sekretaris Bidang III ttd ( Dr. Mohd. Ali Bey )

Page 104: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

126 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Salinan. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJANG Djakarta, 23 Djuni 1964. No C2.02/K/1837/DPRGR/1964. Lampiran : -.- Kepada Perihal : Undangan rapat kerdja 1. JM Menko Kompertimen Pembangunan Komisi “D” dengan Pertanian Dan Agraria Pemerintah Tgl. 12-6-1964. 2. JM Menteri Perikanan ------------------------------ 3. JM Menteri Agraria 4. JM Menteri Kehutanan 5. JM Menteri Perkebunan di

DJAKARTA.

Amat segera.

Sesuai dengan susunan atjara rapat-rapat jang telah ditetapkan oleh Pimpinan DPR-GR tanggal 18-6-1964 dan berdasarkan keputusan rapat Komisi “D” (Kompartemen Pembangunan) DPR-GR, pada tanggal 8-6-1964 serta kesediaan jang Mulia, maka bersama ini kami dengan hormat mengharap kedatangan Jang Mulia pada rapat kerdja Komisi “D” dengan Pemerintah dan rapat perkenalan dengan para J.M. Menteri-menteri baru jang akan diselenggarakan pada hari senin tanggal 29 Djuni 1964, mulai djam 09.00 bertempat di ruang komisi “D” gedung DPR-GR dengan atjara :

1. Perkenalan. 2. Landjutan pemeriksaan persiapan mengenai RUU tentang bagi hasil perikanan.

PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJANG u.b. Sekretaris Umum ttd ( Djoko Soemarjono SH. ) Tembusan :

1. JM penghubung DPR/MPR/DPA. 2. Penghubung Dept. Pertanian. 3. Penghubung Dept. Perkebunan. 4. Penghubung Dept. Kehutanan. 5. Penghubung Dept. Perikanan. 6. Penghubung Dept. Agraria.

Page 105: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

127 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Disampaikan dengan hormat kepada para Anggota Komisi D untuk mendapat koreksi seperlunja. Bila ada perubahan, diharap seIekas mungkin disampaikan kepada Sekertariat

Komisi “D”.

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJANG TJATATAN SINGKAT

KOMISI : “D” (Kompartimen Pembangunan).

---------- Rapat ke - 23/Persidangan ke-IV 1963/1964 Rapat kerdja ke – 5 dengan J.M. Menko Kompartimen Pembangunan Pertanian dan Agraria, J.M. Menteri-menteri dalam Kompartimen tsb. Serta Stafnja.pada hari Senin tanggal 29 Djuni 1964 dimulai pada djam 09.30 dan diachiri pada djam 13.30. ----------------------------------------------------------------------------

PIMPINAN RAPAT : Kolonel (U) Achmad Soemadi. Panitera : Abdul Aziz, Mochtar Subekti, Usman Effendi dan Muljanto. Atjara : 1. Perkenalan 2. Melandjutkan pemeriksaan persiapan mengenai RUU tentang bagi hasil perikanan. Hadir : 24 dari 47 orang Anggota, ialah :

1. Achmad Soemadi, Kol (U) 13. Herman Mu’tashim 2. Kasim 14. Husien Kartasasmita 3. Sutarno Djatikusumo 15. Idham 4. Abdullah 16. Josotaruno Ichsan Noor 5. Amung Amran 17. Masjkur KH. 6. Andi Mattalata, Kolonel 18. Ridwan Sjahroni, H. 7. Bachtiar Salim Haloho 19. Soesilo Prawiroatmodjo, R.M. 8. Bili, S.D. 20. Sudarman, Nj.S.M. 9. Brodjotruno, M 21. Suhaimi Rachman 10. Busroh, Lt I (U) Moch. 22. Thaher S.M. 11. Hartojo Prawirosudarmo 23. Pulung Djunidi 12. Hasan Kasim, Kolonel 24. Mooy. Chr. J.

WAKIL PEMERINTAH : 1. Sadjarwo SH. - Menteri Kompartimen Pembangunan Pertanian dan Agraria/ Menteri Pertanian 2. Drs. Frans Seda - Menteri Perikanan 3. Komandan Laut Hamzah A. - Menteri Perikanan 4. Sudjarwo - Menteri Kehutanan 5. Hermanses SH. - Menteri Agraria 6. Staf Menteri. Rapat dibuka pada djam 09.30. Ketua.

Mengutjapkan banjak terima kasih kepada J.M. Menko dan J.M. Menteri serta stafnja, dan para Anggota Komisi jang telah menghadiri rapat kerdja hari

Diterangkan oleh Ketua bahwa atjara rapat kerdja ini ialah pertama-tama perkenaan Anggota Komisi D dengan J.M para Menteri-menteri jang baru, dan setelah itu akan mendengarkan keterangan-keterangan dari J.M. Menko dan Menteri-menteri jang baru tentang Kompartemen Pertanian dan Agraria. ….. telah selesai dengan atjara pertama dan istirahat, kemudian menurut rentjana melandjutkan dengan pembahasan RUU tentang bagi hasil perikanan.

Sebagai perkenalan Ketua memberitahukan kepada Menteri-menteri jang baru, bahwa Komisi D dipimpin oleh 5 orang ialah :

1. Achmad Soemadi, Kol (U) dari Golongan Karya sebagai ketua. 2. Notosukardjo dari Golongan Nasionalis sebagai Wakil Ketua. 3. H. Nunung Kusnadi dari Golongan Islam sebagai Wakil Ketua. 4. Kasim dari Golongan Komunis sebagai Wakil Ketua. 5. Sutarno Djatikusumo dari Golongan Karya sebagai Wakil Ketua.

Page 106: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

128 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Dalam komisi D ada empat Kelompok, ialah : a. Kelompok I meliputi tugas-tugas dan Perdatam dan Deperindra. b. Kelompok II meliputi tugas-tugas Dep. Pertanian/Agraria (sebelum ada Kompartimen

Pembangunan, Pertanian/Agraria) c. Kelompok III meliputi tugas-tugas Dep. P.U.T. dan Dep. Perburuhan. d. Kelompok IV meliputi tugus-tugas Dep. Recourrces Nasional, Dep. Ur. Veteran dan

Demobilisan dan Bappenas.

Selandjutnja setelah Ketua memperkenalkan para Anggota Komisi D kepada Menteri-menteri baru, kemudian mempersilakan J.M. Menko Kompartemen Pembangunan dan Agraria untuk memberikan keterangan-keterangannja.

J.M. Menko Kompartemen Pembangunan Pertanian dan Agraria mengutjapkan ……….., dan djuga terima kasih atas nama rekan-rekannja jang pada hari ini setjara ……. Diundang untuk mengadakan perkenalan dengan Komisi D.

Kemudian kepada Komisi D diperkenalkan oleh J.M. Menko, Menteri-menteri baru …..duk dalam Kompartemen Pembangunan Pertanian dan Agraria sebagai berikut :

1. Sadjarwo SH. sebagai Menko Komppag/Menteri Pertanian. 2. Drs. Frans Seda sebagai Menteri Perikanan 3. Komandan Laut Hamzah A. sebagai Menteri Perikanan 4. Sudjarwo sebagai Menteri Kehutanan 5. Hermanses SH. sebagai Menteri Agraria

Setelah selesai memperkenalkan para J.M. Menteri-menteri baru dikemudian J.M. Menko

memberikan keterangan, jang lengkapnja adalah sebagai berikut :

Saudara Ketua jang terhormat, perkenankanlah saja pada kesempatan pertama rapat dengan Komisi “D”, setelah ada perobahan Kabinet, dan setelah memperkenalkan para Menteri-menteri baru, memperkenalkan Kompartimen Baru jang disebut : Kompartemen Pembangunan Pertanian dan Agraria (Kompag).

Sesuai dengan Amanat PJM Presiden dalam pelantikan para Kompartimen Pembangunan Pertanian dan Agraria, maka garis kebidjaksanaan Kompag ditudjukan memperbesar, mempertjepat serta mengintensifkan pembangunan dibidang Pertanian dan Agraria chususnja pangan, dalam rangka kebidjaksanaan umum dari Pemerintah ini berarti mentjari efficiensy baik dalam specialisasi dan deconsentrasi maupun dalam pembinaan tenaga-tenaga produktip dan penjempurnaan aparat/organisasi Pembangunan Pertanian dan Agraria ditudjukan untuk mempervedar produksi pangan, sehingga dengan Pemerintah PJM Presiden, tahun 1965 ini dibidang pangan kita sudah dapat berswasembada, berdiri atas kaki kita sendiri dan menjetop import. Bersamaan itu produksi bahan-bahan ekspor pertanian, bahan-bahan sandang dan bahan-bahan industri Pertanian diperbesar djuga; pelaksanaan Landreform harus diperhebat. Volume ekspor, kwantitatip maupun kwalitatip harus dinaikkan. Dalam rangka konfrontasi “Malaysia” jang makin meningkat, rnaka kita telah dapat memberikan economic tamparan ekonomi, baik jang berupa usaha upgrading hasil-hasil ekspor di Indonesia sendiri dengan meninggalkan pasaran Singapur, maupun penguasaan-penguasaan Perusahaan.

Saudara Ketua jth. Disamping usaha-usaha peningkatan produksi dan ekspor sifat intensifikasi,

maka penggunaan recourrces/sumber-sumber kekajaan alam baru perhatian jang chusus, jaitu chususnja dibidang perikanan dan bidang kehutanan. Sedang pembukaan tanah-tanah baru untuk pertanian dan peternakan dilandjutkan untuk mendjamin produksi pangan setjara continu dan produksi bahan-bahan perdagangan. dalam pelaksanaan production-drive, maka selain memperhatikan perlengkapan-perlengkapannja, seperti pupuk, obat-obat pemberantasan hama, penjediaan alat-alat, perbaikan kredit, djuga diusahakan memberikan perangkang jang lajak kepada buruh dan tani sebagai tenaga-tenaga produksi, baik dalam bentuk djasa-djasa produksi maupun dalam bentuk jang tjukup redelijk dan seimbang dengan harga-harga lain.

Dalam hal ini, kami dapat kemukakan, bahwa hasil-hasil Musjawarah Dewan-dewan PN PERTANI, disusul dengan Munas Dewan-dewan Perusahaan-perusahaan Gula dan PPN2 lainnja, telah memberikan bahan-bahan dan sumbangan jang sangat berharga untuk memperbaiki Management dan memperbesar produksi.

Saudara Ketua Jth. Dibidang produksi pangan, jang penting ialah adanja bahan manu rakjat dari beras keberas dan djagung dll. bahan makanan carbohydrate. Perobahan menu rakjat itu membawa konsekwensi perobahan production-pattern. Target produksi, setelah diadakan perobahan production-pattern. Tsb. adalah sbb:

Page 107: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

129 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

1964 : Padi – 18 djuta ton

Djagung – 4 djuta ton Ubi-ubian – 15 djuta ton 1965 : Padi – 20 djuta ton Djagung – 6 djuta ton Ubi-ubian – 15 djuta ton Dengan djumlah-djumlah produksi diatas, dan penduduk tahun 1965 sebesar 105 djuta orang

dengan dasar pola makanan rakjat 160 kg carbohydrat/capita 1 tahun, maka djumlah produksi tsb. sudah dapat mentjukupi. Apakah produksi itu dapat merata, sangat bergantung pada daja-beli rakjat dan distribusi dalam arti luas. Dibidang kebutuhan makanan asal dari protein caweni (daging dan ikan) dengan produksi;

1963 perikanan darat -/+ 400.000 ton. perikanan laut -/+ 420.000 ton. masih belum tjukup; sedangkan keadaan nelajan dan alat-alatnja masih sangat sederhana, jang perlu ditingkatkan. Dalam rangka peningkatan produksi, chususnja produksi pangan, pula dalam pelaksanaan prinsip “tanah untuk tani” maka Landreform harus diperhebat. Pada saat kami menjerahkan Pimpinan Departemen Agraria kepada Saudara Menteri baru, maka redistribusi tanah telah selesai 274.600 ha, sedangkan Bagi Hasil dengan sanctie baru jang telah kami keluarkan (Peraturan Menteri Pertanian dan Agraria No.4/1964), pasti akan dapat diselesaikan pada waktunja.

Dalam pelaksanaan Landreform jang begitu sulit ini saja hanja minta pengertian dari Saudara sekalian jth. Saja jakin dengan setjara Musjawarah dan gotong rojang antara aparat Pemerintah dan Organisasi Masjarakat pasti pelaksanaan Landreform dan Undang-undang Bagi-Hasil dapat diperdebat. Saudara Ketua Jth. Pada kesempatan ini, saja ingin kemukakan bahwa Dewan Produksi National, jang telah dibentuk dan dimana Saudara-saudara Ketua-ketua Komisi D ini duduk djuga didalamnja, sekarang sedang sibuk dalam pembentukan Badan-badan Produksi didaerah-daerah dan di Pusat sendiri oleh Komisi sedang disiapkan perentjanaan dibidang production-Drive dan gerakan-gerakan masa jang akan dirapatkan pleno pada tanggal 7 Djuli jang akan datang ini.

Saudara Ketua Jth. Dibidang-bidang Perkebunan, Kehutanan, Perikanan dan Agraria akan diuraikan oleh Saudara-saudara Menteri-menteri jbs. Pada kesempatan ini kami mengharapkan kerdjasama jang seerat-eratnja dan bantuan jang sebesar-besarnja dengan Komisi D DPRGR. Kami membuka pintu jang se-lebar-lebarnja untuk itu, dan bersedia untuk mengadakan musjawarah-musjawarah untuk mendapatkan kebulatan dan kekompakan sesuai dengan nama Kompartemen ini. Sekian. JM Menteri Perkebunan. Drs. F.X. Frans Seda.

Terlebih dulu mengharapkan pengertian para Anggota jang terhomat, bahwa apa-apa jang akan dikemukakannja baru sekedar informasi dan belum merupakan keterangan-keterangan jang pasti. Karena beliau sendiri sebagai seorang Menteri baru jang harus memimpin suatu Departemen jang baru pula, memerlukan pemikiran-pemikiran mengenai persoalan-persoalan dibidang perke….. jang dapat dan masih perlu dimusjawarahkan lebih landjut. Ditegaskan lebih landjut, bahwa apa jang akan dikemukakan hanjalah pokok-pokok setjara garis-besar, san….. mengenai angka-angka jang eksak dan panning dibidang perkebunan baru dapat disampaikan sesudah beliau selesai mengadakan penindjauan kedaerah-daerah dalam beberapa waktu jang akan datang ini. Beliau mendjelaskan, bahwa jang termasuk wewenang bidang Departemen Perkebunan ialah semua urusan jang dulu dilakukon oleh Djawatan-djawatan dan Direktorat-direktorat Perkebunan, ialah pengurusan baik perkebunan negara maupun swasta nasional/asing. Mengenai garis kebidjaksanaan dibidang perkebunan pada pokoknja, ialah untuk mentjapai effisiensi dan meningkatkan produksi sesuai dengan garis export-drive dan Production-drive dalam rangka usaha a.l. untuk mendapatkan dan meningkatkan hasil devisa. Maka dengan demikian dapatlah kita berdiri diatas kaki sendiri. Dalam hubungan dengan Export-drive dan Production-drive, beliau mendjelaskan, bahwa banjak dihadapi kesulitan-kesulitan jang tentunja harus diselesaikan dengan sungguh-sungguh. Kesulitan-kesulitan itu timbul karena adanja unsur-unsur extern dan intern. Unsur-unsur tersebut jang mempengaruhi bidang export dan production-drive untuk djelasnja dapat dikemukakan antara lain sebagai berikut:

1. Unsur extern dibidang Produksi : Soal spare-parts; bahan baku; pupuk; beras sebagai tjatu bagi buruh

(jg. pada perus. perkebunan swasta 1 kg beras dinilai sama dg. 1 kg. karet keting); bahan-bahan ini semua dianggap extera, sebab harus diimport sbg. besarnja finan-tiering hutang-hutang pada masa-masa j.l. jang kini mendjadi beban; soal alam jg. harus dapat dikuasai.

dibidang Export : timbulnja negara-negara baru jang djuga mensupply bahan-bahan jang sama dengan Indonesia (Mis. dibidang teh India sudah mulai aktip).

2. Unsur intern

dibidang Produksi : Soal iklim “human relation” jg. banjak menimbulkan kesulitan-kesulitan, (maka dalam hal ini fungsi Dewan-dewan Perusahaan akan merupakan organisasi jang dapat mengembalikan iklim jang baik); djuga soal inflasi jang dapat meningkatkan ongkos produksi.

dibidang Export : Pengorganisasian dalam soal marketing (diusahakan supaja lebih

Page 108: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

130 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

effisien dan baik daripada jang sudah-sudah). Tentang soal ini sepandjang jang beliau ketahui telah ada dalam pemikiran-pemikiran dikalangan DPRGR.

Dalam hubungan itu, JM Menteri menegaskan, bahwa dalam rangka menambah kwantitas

produksi dan ekspor akan dititik beratkan soal penelitian pemasarannja disamping meluaskan pasar-pasar jang sudah ada diluar negeri; dan untuk meninggikan mutu bahan-bahan akan diintensipkan penelitian dan lembaga-lembaganja akan lebih diintensipkan daripada jang sudah-sudah.

Mengenai struktur perkebunan beliau menerangkan sbb.: 1. Perkebunan Negara. 2. Perkebunan Swasta Nasional. 3. Perkebunan (swasta) Asing.

Chusus mengenai perkebunan asing milik Inggeris pengawasan dan pengurusannja dilakukan setjara chusus (tersendiri) dan lebih konkrit dalam rangka pelaksanaan Dwikora. Sedang mengenai perkebunan asing lainnja pada dwasa ini prinsip nasionalisasi akan dilandjutkan. Djadi letak perbedaan sikap-kebidjaksanaan terhadap perkebunan milik asing dan asing Inggeris hanjalah dalam taraf pelaksanaanja.

Terhadap perkebunan milik swasta nasional oleh Pemerintah perlu diberikan bimbingan dan bantuan jang pelaksanaannja disalurkan melalui GPS. Perkebunan-perkebunan ini adalah merupakan unsur komplementer.

Mengenai perkebunan Negara (PPN) pengorganisasiannja telah dilakukan sedjak bulan Oktober tahun jang lalu, dalam hal ini telah dibentuk BPU-2 tersendiri masing-masing meliputi Karet, Tembakau, Gula, dan Aneka tanaman jang pada umumnja menampung pengurusan tanaman-tanaman jang tidak termasuk pada salah satu dari ketiga BPU tsb. sebagai spesialisasi dibentuk pula PN-2 (didaerah-daerah) dalam lingkungan BPU-nja masing-masing jang mengurus kebun-kebun didaerah. sedang pemasarannja pada umumnja dilakukan oleh BPU, dilingkungan BPU Aneka Tanaman telah dibentuk: PN serat sebagai proses pemetjahan dan spesialisasi jang disamping mengurus:

a. perkebunan serat kota Blitar. b. Projek Rami “Purworedjo”. c. Projek Kapas “Assembagus”. d. Projek Kapas “Sumbawa”

Djuga mengurus : a. Perkebunan Sisal “Laras”. b. Perkebunan Sisal dan Manila “Dolok Ilir”.

Lebih landjut JM Menteri mengemukakan pemikiran-pemikiran garis kebidjaksanaan chususnja

dilingkungan PPN untukmentjoba melaksanakan pokok-pokok pikiran jang pernah diusulkan oleh DPR-GR, ialah tentang djaminan keuangan (rupiah), djaminan ongkos produksi dan pemberian incentive serta upah jang lajak; agar dengan demikian para petani dan buruh dapat bekerdja dengan tenang. Akan ditjoba pula penambahan hasil bahan ekspor untuk meningkatkan hasil devisa Negara.

Dalam hubungan itu Beliau mengakui pula adanja hasil-hasil (bahan ekspor) jang didjual setjara lokal, pendjualan lokal ini memang ada unsur-unsur jang mengharuskan/memaksa, a.l. berhubung dengan Peraturan “26 Mei” (tdk jls) ongkos-ongkos mendjadi meningkat, kesulitan-kesulitan transport dsb. Dengan adanja djaminan keuangan tersebut diharapakan pendjualan-pendjualan setjara lokal itu akan dapat diminimalisir, dan dengan demikian volume ekspor dapat ditingkatkan.

Achirnja sekali lagi beliau menekankan, bahwa apa-apa jang dikemukakannja itu hanjalah sekedar informasi dari pemikiran-pemikirannja jang masih perlu dirumuskan lebih landjut.

JM Menteri Perikanan Komandan laut Hamzah

Menjatakan bahwa Departemen Perikanan ini masih baru baginja, dan oleh karenanja pada kesempatan ini belum dapat mendjandjikan angka-angka dan soal-soal sampai detail. Sebagaimana djuga dengan rekan Menteri Perkebunan, maka beliau pada rapat ini hanja akan menjampaikan informasi sadja.

Diterangkan oleh beliau, bahwa maksud pembentukan Departemen Perikanan ini ialah untuk mempertinggi produksi ikan dan protein rakjat, dan ini sesuai dengan ketetapan MPRS mengenai bidang perikanan Laut dan Perikanan Darat.

Setelah beliau mengadakan perdjalaaan ke Djawa Timur, maka sedikit banjak mempunjai overzicht tentang bidang perikanan ini.

Kesulitan tentang perikanan ini, terutama jang menjangkut para nelajan, ada jang soalnja terletak diluar kekuasaan Departemen perikanan, misalnja mengenai minjak dan spare-parts lainnja, jang semuanja akan mempengaruhi produksi ikan.

Memang sulit pekerdjaan nelajan itu, karena setelah mereka dapat menangkap ikan, timbul kesulitan dalam mendjualnja, ialah dalam mengangkut hasil penangkapannja ketempat-tempat pendjualan. Karena itu diperlukan kerdjasama dengan Departemen Perhubungan Laut untuk mengangkut Hasil penangkapan ikan itu dengan kapal-kapal.

Mengenai perikanan darat memang masih perlu diberikan penerangan-penerangan, karena sebetulnja dalam musim panen padi mereka bisa panen ikan dua kali. Sekarang ini hasil perikanan mereka hanja tjukup untuk dimakan sadja. Perlulah diberikan perorangan supaja sambil menanam padi mereka

Page 109: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

131 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN memelihara ikan.

Selandjutnja diterangkan Oleh JM Menteri, bahwa dengan adanja production sharing dibidang perikanan, maka mudah-mudahan baik perikanan kita akan naik, dan supaja nanti bisa untuk mengganti padi sebagaimana halnja diluar negeri dimana ikan telah didjadikan hoofvoedsol.

Tentang tambak-tambak didaerah-daerah perlu diperbaiki, Djuga soal nener perlu mendapat perhatian, umpamanja untuk mengangkut nener dari daerah-daerah banjuwangi, Madura dilaut Djawa ketempat-tempat lain.

Tambak-tambak di Atjeh memerlukan nener dari Djawa sekarang ini (tdk jls) lidikan belum mampu untuk membikin nener didarat. Djadi persoalan jang perlu dipetjahkan dalam soal nener ini ialah pengangkutannja.

Mengenai perikanan laut misalnja jang ada di Bagan Si- Api-api, tempat-tempat Iainnja,perlulah kita mengusahakan penjempurnaan alat-alat misalnja lampu, djaringan, kain lajar dan sebagainja. Semuanja perlu dibiajai. dan para nelajan pada umumnja tidak mampu;sedang mentjari ikan untuk konsumsi sadja sudah sukar. Maka dalam hal ini kerdjasama dengan BKTN adalah penting.

Dalam hubungan itu menurut beliau mungkin kita akan mengadakan industri lajar sendiri untuk mengurangi pengeluaran devisa.

Selandjutnja diterangkan, bahwa kita akan menudju keperikanan laut jang modern, sesuai dengan ketetapan MPRS. Dalam hal ini akan diadakan kerdjesama dengan negara-negara konsumen, mengadakan production sharing agar bisa dibangun perikanan di Indonesia misalnja disekitar Ambon dan Biak. Djadi sorotan kita ditudjukan kearah itu.

Dalam production-sharing itu kita memerlukan kapal-kapal, (tdk jls) mengadakan workshop, pabrik es dan listrik serta scheepshelling perahu-perahu atau kapal-kapal nelajan. Djuga diperlukan keahllan dan ahli-ahli (tdk jls) Karenanja kita perlu djuga mengadakan pendidikan dibidang itu, daripada production-sharing itu nanti bisa untuk devisa dan untuk konsumsi rakjat. Selandjutnja dibidang perikanan laut itu perlu dipikirkan kapal-kapal pengangkut.

Dengan production-sharing, mudah-mudahan kita akan bisa (tdk jls) si pabrik-pabrik es untuk mendjaga (memelihara) overproduksi ikan kita. Kemudian tentang soal funds and forces dengan adanja Bamunas, maka disini bisa untuk financiering rupiahnja. Mengenai solan tempat-tempat untuk penangkapan-penangkapan ikan dalam rangka production sharing itu, tentu kita akan memperhatikan kepentingan-kepentingan dari Angkatan Laut.

Demikianlah antara lain keterangan-keterangan dari JM Menteri Perikanan dan pada penutupnja beliau mengharapkan adanja kerdjasama dengan Komisi D.

J.M. Menteri Kehutanan, Sudjarwo. Pertama-pertama menjampaikan terima kasih atas nama Korps Kehutanan atau korps Rimbawan,

karena (tdk jelas) diberi kepertjajaan untuk memanfaatkan hutan untuk kepentingan (tidak jelas) jang akan digali dari hutan-hutan negara. Beliau jakin tentang bagaimana (tdk jelas) jarajanja negara Indonesia ini jang mempunjai potensi jang (tdk jelas).soalnja sekarang ialah, bagaimana kita akan memanfaatkan kekajaan (tdk jelas) itu untuk masjarakat. Dengan penggalian hutan-hutan negara itu, maka (tdk jelas) arti keuangan negara akan bertambah besar, dan penggalian itu (tdk jelas) bisa diintegrasikan pasa masjarakat.

Selanjutnja beliau menerangkan a.l. sebagai berikut: 1. Hutan diluar Djawa.

Hutan-hutan diluar Djawa ada kira2 60% - 90% dari luas daerah, (tdk jelas) Djawa, Pemerintah akan mengadakan eksploitasi hutan dengan kejakinan mengadakan pembangunan industri. Eksploitasi diluar Djawa dilakukan pada waktu ini dengan produktion sharing diantaranja (tdk jelas) Djepang. selandjutnja nanti bisa diusulkan lebih landjut apakah Pemerlntah sendiri ataukah dengan kerdjasama dengan pihak asing (tdk jelas) membutuhkan hasil hutan kita. Menurut beliau berdasarkan pengetahuan jang sedang berdjalan sekarang, maka eksploitasi2 jang sedang didjalankan sekarang ini, diharapkan akan bisa memenuhi target menghasilkan sebanjak 52% djuta dollar A.S. 2. Hutan di Djawa.

Di Djawa ini terkenal dengan hutan djatinja untuk ekspor (tdk jelas). Sekarang sedang diusahakan mengadakan survey pemasaran di luar (tdk jelas). Ekspor sudah dimulai tetapi belum seimbang dengan keadaan produksi Dalam pada itu perlu djuga adanja intensifikasi dari penggunaan kaju itu untuk keperluan Industri.

Bidang selandjutnja jang perlu mendapat perhatian ialah sandang jang berupa rayon, sutra alam dan untuk kertas industri jang dari kaju-kajuan. Sekarang sedang dilakukan pembangunan rayon pulp itu; misalnja di Sumatera, Sulawesi, Noto dan tempat-tempat lain. Dalam mengusahakan pulp dan rayon diadakan kerdjasama dengan Dept. perindustrian Dasar dan pertambangan, sedangkan untuk paper diadakan kerdjasama dengan Deperindra. Untuk memenuhi target pola diperlukan kerdjasama keras. Kemudian perlu dikemukakan tentang memungkinkan diadakan projek sutra alam.

Selandjutnja dalam memanfaatkan tanah-tanah hutan ini, perlu djuga memanfaatkan tanah-tanah gundul didaerah-daerah jang penduduknja mengalami hangeroedeen. Disini perlu diusahakan hutan itu setjara intensif serba guna diintegrasikan dalam sosial ekonomi rakjat untuk keperluan masjarakat.

Page 110: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

132 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Djuga projek sutra alam akan dapat berhasil baik, mengingat di Djepang jang alamnja kurang baik dapat menghasilkan sampai 50 djuta dollar tiap tahun untuk ekspor. Di djawa perojrk ini perlu mendapat perhatian, terutama untuk menampung para penggangur dalam daerah-daerah jang berpenduduk amat padat.

J.M. Menteri selandjutnja mengemukakan perluasan aneka industri dari bahan-bahan hutan. Tanah-tanah gundul jang ada dalam wilajah kehutanan akan dibangun dengan projek-projek industri misalnja pulp dan lainnja. Adapun tanah-tanah gundul diluar kehutanan jang berupa tegalan akan dihudjaukan dengan tjara multipurpose. Sekarang untuk penghidjauan itu sudah ada panitianja, ialah panitia penjelamatan Tanah Air. Kita maklum, bahwa penghidjauan setjara klasik oleh rakjat kurang dimengerti manfaatnja. Tetapi kalau kita didalam menghidjaukan tanah itu menanam tanaman-tanaman jang bernilai tinggi misalnja karet, tjengkeh, kopi dll. Jang djuga memenuhi fungsi hutan untuk menahan erosi, dan djuga mendjadi lapangan kerdja rakjat, maka akan lebih menambah inkomen bagi masjarakat.

Selain dari pada itu akan ditanam tanaman makanan ternak karena terasa adanja kekurangan makanan ternak itu. Dengan demikian setjara teratur akan dapat diatasi kesulitan makanan ternak.

Soal lain jang mendjadi perhatian. Dep. Kehutanan ialah djalan trans Sumatera jang masuk dalam bidang Kehutanan. Demikian djuga bidang tourisme untuk membuka mata dunia pada keindahan alam dan satwa kita.

demikianlah setjara sepintas lalu persoalan-persoalan jang akan dikerdjakan dan mendapat perhatian Dep. Kehutanan untuk melaksanakan amanat Presiden. Dalam waktu jang singkat Departemen akan memobilisir tenaga membuat landasan pekerdjaannja.

selandjutnja dapat ditambahkan soal export-drive kaju djati, jang mendjadi bottle neck dalam hal ini ialah masalah kesulitan transport, karena kaju ini memakan ruangan. sebagaimana tadi diterangkan Pemerintah sedang mengadakan survey pemasaran, dan disamping itu akan menjerahkan funds and forces dalam Negeri. Salah satu usaha Pemerintah memanfaatkan hutan itu ialah dengan mengadakan productions sharing. Menurut rentjana dalam waktu jang pendek akan diatasi kesulitan financieeringnja, baik oleh Pemerintah maupun dengan mas jara kat (melalui Bamunas dan Kredit).

Menteri mengulangi bahwa jang distress dalam waktu jang akan datang ini ialah soal survey dan soal keuangan serta biaja-biaja untuk industri.

Kemudian dibidang keamaaan, Menteri menerangkan bahwa hutan-hutan Negara kita dipulau Djawa umumnja dilingkungi oleh tegalan-tegalan, jang pertanian penduduknja disitu adalah pertanian tegalan. Karena mundurnja produksi disitu akibat dari erosi dan bertambahnja penduduk, maka dua faktor inilah jang menjebabkan hutan-hutan negara diganjang. Djadi untuk mengatasi itu perlu dibangun industri-industri kehutanan. Bersama-sama dengan itu maka supaja diatas tanah-tanah tegalan itu dibangun industri-industri rakjat jang diintegrasikan dalam projek-projek penghidjauan. selandjutnja supaja potensi rakjat di Djawa dialihkan ke industri-industri. Dengan demikian maka keamanan hutan dapat diatasi, dan kita tidak selalu akan “berkonfrontasi” dengan rakjat disitu.

Memang kitapun maklum ada pentjuri-pentjuri beroep jang mentjuri hasil hutan. Untuk menghadapi

itu sudah ada polisi Kehutanan jang perlu disempurnakan. Demikianlah beberapa pokok persoalan jang akan mendapat sorotan dari Dep. Kehutanan. Dalam

hal ini diharapkan pengertian dari Komisi karena pada kesempatan ini belum dapat memberikan soal-soal dengan deretan angka-angka. JM Menteri Agraria. R. Hermanses SH.

Menerangkan bahwa (tdk jls) departemen agraria, dalam waktu jang dekat ini ada tugas-tugas jang chusus akan mendapat perhatiannja, ialah:

I. BIDANG LANDREFORM.

1. Dengan mengerahkan segala funds and forces akan menjelesaikan redistribusi tanah-tanah pertanian atau kelebihan.

2. Setiap perdjandjian bagi-hasil supaja dilakukan menurut ketentuan-ketentuan didalam U.U.P.B.H.

3. Menjempurnakan peraturan-peraturan pelaksanaan Landreform: a. Jang sekarang masih berupa rentjana, ialah pelaksanaan Landreform atas tanah-

tanah untuk keperluan bagunan, terutama kota-kota. b. Membuat peraturan-peraturan pelaksanaan Landreform mengenai tanah pertanian.

4. Mengintensifkan dan mendorong usaha-usaha jang berupa pelengkap dari Landreform; misalnja : a. Pembentukan Pengadilan Landreform. b. Pembentukan-pembentukan Koperasi Pertanian (Koperta2). c. Usaha-usaha jang berhubungan dengan P.M.D. d. Usaha-usaha jang berhubungan dengan Perindustrian.

Page 111: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

133 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

II. BIDANG PERUNDANG-UNDANGAN. Dibidang perundang-undangan agraria, jang memerlukan follow-(tdk jls) jang sebelumnja belum ada peraturannja ialah bahwa dalam waktu singkat akan lebih diintensifkan pembuatan peraturan-peraturan agraria terutama jang menjangkut massa-tani dan buruh-tani, misalnja peraturan tentang sewa tanah pertanian.

III. BIDANG LAND – USE. Bidang Land-Use sementara ini masih menggontjong pada Landreform pada saat ini perkembangan pelaksanaan Landreform sudah meningkat sedemikian rupa, sehingga dianggap perlu untuk memberikan perhatian setjara intensif pada bidang land-use. Diantaranja dengan menjerahkan aparat-aparat dari land-use. Menurut Menteri Agraria, soal land-use ini perlu segera diatur mengingat bahwa sekarang ini ada lima orang menteri jang tugasnja menjangkut tanah. Dalam hubungan ini maka dibentuklah direktorat land-use pada Departemen Agraria, dan akan dibentuk Panitia-panitia Negara Land-Use planning ditingkat pusat dan daswati.

IV. SOAL PENJEMPURNAAN ADMINISTRASI DARIPADA TANAH :

Tentang administrasi-tanah sebenarnja sudah ada aparat-aparatnja, (tdk jls) jang penting ialah soal biajanja, jang ini perlu mendapat persetudjuan bersama, terutama dari Komisi D ini nanti pada waktu membitjarakan Anggaran-Belandja. Diharapkan oleh Menteri, perhatian DPR-GR dalam perentjanaan Anggaran Belandja j.a.d oleh karena, meskipun soalnja adalah administrasi, tetapi ini menjangkut pada tugas-tugas pelaksanaan Landreform dan agraria lainnja. (tdk jls) memaklumi, bahwa tugas Landreform adalah berat dan sulit. Dalam hal ini Menteri mengulangi lagi permintaan JM Menko Kompartemen Pembangunan Pertanian dan Agraria supaja ada kerdja sama antara Departemen Agraria dengan masjarakat, agar bisa mengatasi kesulitan-kesulitan jang dihadapi, dengan suskes. Achirnja Menteri menjatakan, tentang Organisasi Departemen Agraria akan segera disampaikan pada Komisi D DPR-GR. Demikian pula mengenai detailiring angka-angka redistribusi tanah-tanah kelebihan akan disampaikan pada Komisi D, pada kesempatan mengadjukan pertanjaan-pertanjaan.

Ketua. Mengutjapkan terima kasih kepada JM Menko dan Menteri-menteri jang telah memberikan

keterangan-keterangan pada rapat kerdja ini, setelah kita mendengarkan keterangan-keterangan itu, maka sekarang tiba giliran para Anggota untuk diberikan kesempatan mengadjukan pertanjaan-pertanjaan.

JM Menko Kompartemen Pembanguan Pertanian Dan Agraria. Mengatakan bahwa setelah berunding dengan Menteri-menteri, maka diharapkan supaja rapat hari

ini hanja dipergunakan untuk perkenalan sadja. Djadi pertanjaan-pertanjaan jang akan diadjukan para Anggota hendaknja disampaikan pada kesempatan lain, supaja Menteri-menteri baru lebih menguasai keadaan dan bahan-bahannja, sehingga waktu jang akan datang itu para menteri bisa memberikan pendjelasan-pendjelasan lebih dahulu untuk membatjanja.

Kemudian apabila rapat ini akan dibuat notulennja, maka diminta supaja sebelum diselesaikan (diperbanjak), maka para menteri bisa diberi kesempatan lebih dahulu untuk mebatjanja.

Ketua. Menerima baik apa jang diharapkan oleh jm menko jadi soal –djawab mengenai keterangan-

keterangan Pemerintah itu akan diadakan ada kesempatan rapat kerdja lain. Tentang notulen rapat ini, maka sebelum dilipatgandakan akan diberikan kesempatan lebih dahulu kepada Menteri-menteri untuk mengoreksinja.

Anggota M. Brodjotruno. Mengatakan bahwa meskipun rapat hari ini sifatnja adalah perkenalan, tetapi ada baiknja supaja

kesempatan ini sifatnja adalah perkenalan, tetapi ada baiknja supaja kesempatan ini kita pergunakan untuk saling pengertian. Djadi setelah kita mendengarkan keterangan-keterangan dari pihak Pemerintah, maka hendaknja kita diberi kesempatan untuk memberikan sambutan dengan saran-saran dan sebagainja, jang tidak memerlukan djawaban Pemerintah pada rapat kedja sekarang ini, tetapi bisa diberikan djawabannja pada kesempatan rapat kerdja lain.

Anggota Hartojo. Sependapat dengan Anggota brodjotruno. Ditambahkan oleh pembitjara, kalau nanti kita akan

mengadakan rapat kerdja lagi untuk itu, maka hendaknja rapat kedja itu dapat diadakan dalam masa sidang ini.

Page 112: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

134 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Ketua. Menerangkan, bahwa dari Anggota-anggota ada keinginan untuk memberikan saran-saran pada

rapat kerdja ini setelah mendengar keterangan-keterangan dari Pemerintah. Memang para Anggota komisi d mempunjai minat terutama tentang kegiatan-kegiatan dibidang pertanian dan agraria. Oleh karena itu apakah Pemerintah dapat menjetudjui keinginan para Anggota untuk memberikan saran-saran itu jang tidak memerlukan djawaban pada rapat kedja ini.

JM Menko Kompartemen Pembangunan Pertanian Dan Agraria, dapat menjetudjui. Ketua. Mengatakan, kalau demikian maka kepada para Anggota jang akan memberikan saran-saran

supaja mentjtatakan lebih dahulu nama Anggotanja: Anggota Bachtiar Salim Maloho. Berpendapat bahwa meskipun saran dari Anggota brodjotruno itu baik, tetapi sebetulnja antara

semua pertanjaan itu hampir sama sadja. Oleh karena itu hendaknja setelah kita mendengarkan keterangan-keterangan dari Pemerintah, kita peladjari lebih dahulu keterangan-keterangan itu, dan setelah itu barulah kita memberikan saran-saran kepada Pemerintah pada kesempatan rapat kerdja lain.

Ketua. Mengatakan, bahwa Pimpinan tidak akan mengurangi () para Anggota jang akan berbitjara dalam

rapat ini sesuai dengan tata tertib. Djadi oleh karena itu kepada Anggota jang akan berbitjara dalam hal ini jang akan memberikan saran-saran, dipersilakan untuk mengadjukan namanja:

Tertjatat Anggota-anggota jang akan berbitjara ialah: 1. M. Brodjotruno. 5. Abdullah. 2. Husein Kartasasmita. 6. Nj. Sudarman. 3. S.D.Bili. 7. Sutarno. 4. Chr. J. Mooy. 8. S. Pulung Djunaidi.

Anggota M. Brodjotruno. Terlebih dahulu mengemukakan pendapatnja tentang pembentukan Kompartimen Pembangunan

Pertanian dan Agraria sebagai suatu hal jang sangat tepat, terutama dalam rangka meningkatkan National Incomo. Selandjutnja pembitjara mengemukakan saran-sarannja sbb:

1) Bidang Kehutanan. - dalam rangka Swa-sembada pangan, supaja ada perbaikan dalam pembukaan area-area

baru dari pada waktu jang sudah-sudah, dan dapat pula memberikan kesempatan untuk area-area pertanian. Dalam rangka ini supaja ada koordinasi/hubungan dengan Departemen Transkopemade.

- Keamanan. Supaja dapat ditanggulangi dikuasai terutama parabawahan dilingkungan Departemen Kehutanan sendiri. Sering didengar/diketahui, bahwa bila terdjadi gangguan atau ketidakamanan mengenai hasil-hasil hutan, para petanilah jang disalahkan, padahal sebetulnja para oknum dilingkungan Djawatan kehutanan sendiri jang telah mengeluarkan “kaju-kaju hasil hutan” itu setjara illegal untuk alat-alat rumahtangga.

2) Bidang agraria. - mengharapkan adanja suatu Rapat-kerdja chusus dengan J.M. Agraria terutama dalam

rangka pelaksanaan Landreform.

3) Bidang Perikanan. - RUU Bagi Hasil Perikanan sebetulnja sudah hampir pada penjelesaiannja, tetapi kini ter-

katung-katung lagi. Karenanja diharapkan dapat segera diadakan suatu Rapat-Kerdja untuk menjelaskan R.U.U. tsb.

- Diharapkan dan kiranja dapat perhatian adanja modernisasi memberikan, misalnja pengalengan pengawetan.

- Diharapkan adanja perhatian tentang motorisasi perahu-perahu pengkapan ikan (perahu-perahu nelajan).

- Diharapkan perhatian tentang praktek-praktek Koperasi Perikanan (Koperasi Nelajan) jang sering tidak sesuai dengan Undang-undang Kooperasi dimana bukan nelajan (buruh) jang mengetjap (tdk jelas) sebaliknja para tauko2/djuragan2-lah jang telah mengambil keberuntungan se-banjak-banjaknja.

Hal-hal tsb. dapat kiranja ditanggulangi/ditampung dalam RUU termaksud.

Page 113: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

135 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Anggota Husein Kartasasmita : Dalam sambutannja atas keterangan – keterangan A.M Menko

dan para JM Menteri lebih banjak mengadjukan pertanjaan – pertanjaan jang diharapkan dapat di djawab dalam salah satu kesempatan rapat kerdja ialah sebagai berikut : 1. BIDANG PERKEBUNAN : - Mengenai PPN Gula, menurut keterangan tidak termasuk kompetensi Departemen Perkebunan.

Diharapkan pendjelasan2. - Export drive : Sampai dimana usaha Pemerintah mengenai upgrading hasil bahan2 export. - Production drive : Pohon2 Karet, Kelapa dan sebagainja banjak jang sudah tua, sampai berapa %

telah dilakukan usaha peremadjaannja ? - Menurut keterangan pupuk di Palembang (hasil produksi Pabrik pupuk Sriwidjaja) banjak tertumpuk2.

Diharap dapat diberikan pendjelasan, berapa % (persen) jang sudah dikonsumir, dan berapa besarkah sebetulnja jang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan/atau berapa persenkah sebetulnja kekurangan jang masih diperlukan ?

- Ada pemikiran untuk memperbesar eksport, misalnja karet. Di tanjakan berapa persenkah jang dapat disediakan untuk keperluan lokal ?

- Mengenai usaha swasta, jang menurut kenjataannja tidak/kurang mendapat hasil, apakah tidak bidjaksana djika kepada mereka diberikan suatu “porsi” (prosentasi) untuk dapat mereka ekspor sendiri?

2. BIDANG PERIKANAN : - Dapat kiranja diberikan angka2 luas area jang sudah digunakan untuk Perikanan darat dan rentjana

untuk tahun 1965. - Merasa tertarik atas keterangan J.M Menteri tentang rentjana penanaman padi berbarengan

(bersama2) dengan penjebaran ikan. - Menurut pengalaman pembitjara sendiri, tjara demikian lebih banjak merugikan daripada segi2 positif

jang menguntungkan, karena akan bertambah banjaknja hama tikus. - Usaha production sharing Dengan negera mana sadja jang sudah dan akan diadakan ? - Tentang Fish Cannon Factory. Apakah masuk wewenang bidang Departemen Perikanan atau

Departemen Perindustrian Rakjat ? - Mengenai penangkapan. Apakah dilakukan setjara kerdjasama dengan Negara2 lain dan dengan

negara mana sadja. Ataukah dilakukan sendiri ? 3. BIDANG KEHUTANAN : - Diminta perhatian, bagaimanakah tjara untuk memetjahkan soal doubleros. Dalam hal ini,

sebagaimana diterangkan, kehutanan (hutan2) dikuasai atau dibawah wewenang Menteri Kehutanan, tetapi dibidang perminjakan dibawah wewenang Menteri Perdatam. Tegasnja bagaimanakah dengan area (kehutanan) jang djuga merupakan area perminjakan ? Apakah hal tersebut tidak akan mengakibatkan melesetnja perhitungan budget dalam mendapatkan devisa ?

- Menurut keterangan mengenai penebangan kaju sudah ada contractorship dengan pihak luar negeri. Ingin mendapat pendjelasan, dengan negara mana sadja, dan daerah2 mana.

4. BIDANG AGRARIA : - Ingin mendapat pendjelasan tentang apa jang merupakan “bottle neck” dalam pelaksanaan Landreform

dibeberapa daerah, jakni adanja kekurang lantjaran/kematjetan. 5. BIDANG PERTANIAN : - Langkah2 konkrit apa jang akan dilaksanakan dalam rangka swasembada beras ?

Ketua : Sebelum memberikan kesempatan lebih landjut kepada para Anggota, sekali lagi menekankan

bahwa saran2 dan pertanjaan jang dikemukakan para Anggota tidak didjawab sekarang, tetapi kesempatan rapat kerdja pada waktu jang akan datang.

Page 114: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

136 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

ANGGOTA (S.D SILLI) : Terlebih dulu menjambut baik dan merasa gembira dengan dibentuknja Kompartemen baru,

terutama dengan diangkatnja beberapa orang Menteri baru dari putera2 daerah. Dengan dapat diharapkan adanja perhatian dan pengertian jang lebih luas lagi terhadap kepentingan2 dan keadaan2 didaerah jang djauh dari Pusat. Kepada J.M. Menteri Perkebunan diutjapkan terima kasih, karena keterangan2 jang dikemukakan beliau telah lebih menitikberatkan bidjaksanaannja dibidang pangan. Mengenai saran2/pertanjaan2 tjara mengadjukan sbb : 1. BIDANG AGRARIA :

- Dalam rangka pelaksanaan Landreform, terutama didaerah negara dimana komunikasi masih kurang lantjar (sulit) dan transpor sangat sukar kurang, maka diusulkan agar selain kendaraan2 bermotor, kepada panitia2 Landreform diberikan kendaraan kuda, untuk sekedar memenuhi/menampung kebutuhan minima alat2 transport. Karena menurut apa jang diketahui mengusul, Panitia2 tersebut tidak mempunjai sebuah Jeeppun.

- Dalam rangka Landreform, agar pelaksanaan pembagiannja antara tanah2 jang masih kosong dengan tanah2 jang sudah dikerdjakan dan ternjata tanah ini subur tidak disamakan sadja karena tanah2 subur jang sudah dikerdjakan itu mendjadi bahan perselisihan. Disarankan melalui instruksi kepada Panitia2 Daerah setempat, agar tanah2 ini diberikan kepada para penggarap jbs. Sedang tanah2 kosong lainnja sadja diberikan kepada penduduk/rakjat lainnja didaerah tempat jbs bukan pendatang, termasuk pula tanah2 kosong jang subur

- Diminta perhatian tentang tjara2 atau sering terdjadinja lalu lintas dan pengiriman hasil2 daerah, misalnja diwilayah Nuso Tenggara, hasil2 daerah surplus banjak dikirim ke Surabaja misaInja, kemudian dikirimkan kembali ke daerah minus dilingkungan wilajah Nusa Tenggara. Menurut pengusul, tjara seperti ini tidak wadjar, sebaiknja hasil2 daerah surplus tsb diberikan langsung kepada daerah daerah2 dilingkungan wilajah daerah jbs.

2. BIDANG KEHUTANAN :

Dalam rangka penghidjauan kembali hutan2, supaja mendapat perhatian tentang tanaman2 jang dapat membahajakan hutan2 tsb karena sistem penghidjauan jang tidak baik (tidak efektif).

ANGGOTA CHR. MOOY : Terlebih dulu menjatakan, bahwa apa jang dikemukakan oleh para JM. Menteri itu djika dapat

dilaksanakan dengan konsekuen, akan merupakan suatu kemadjuan. Mengenai saran2 dan pertanjaan2nja, a.l diadjukan sbb : 1. BIDANG AGRARIA : - Tentang soal administrasi pendaftaran tanah.

Diharapkan perhatian dengan sungguh2, karena banjak tanah2 jang belum didaftarkan tetapi ternjata sudah dimiliki oleh para petani.

2. BIDANG PERKEBUNAN : - Diharapkan perhatian tentang mutu bahan2 exsport. Untuk selandjutnja supaja lebih dipertinggi lagi.

Karena apa jang telah didjalankan selama ini, kita hanja mengekspor bahan2 mentah jang masih belum tinggi mutunja, sebagaimana ternjata pada waktu sebelum konfrontasi terhadap Malaysia dengan melalui Singapura, bahan2 itu harus diolah lagi oleh konsumen.

ANGGOTA ABDULLAH : Menjambut gembira dengan dibentuknja kompag, dengan demikian diharapkan akan dapat

bekerdja lebih effektip lagi. Pembitjara merasa gembira atas keterangan J.M Menteri Perkebunan akan memperhatikan saran2

DPR GR seperti jang telah dirumuskan oleh Panitia Kerdja j.l. Sehubungan dengan ini pembitjarapun mengharapkan dan pertjaja bahwa saran2 DPR GR itu akan mendapatkan perhatian pula dari para Menteri atau Kompartemen lainnja.

Pembitjara selanjutnja dalam menjambut keterangan2 para J.M Menteri berpendapat, bahwa Kompartemen baru itu meliputi pula para nelajan, tegasnja tani dan nelajan. Dalam hal ini menurut pembitjara sangat perlu adanja integrasi antara tani/nelajan dengan Pemerintah. Karena dengan adanja integrasi dan kontrol dari mereka, maka segala usaha akan dapat berhasil dengan baik.

Page 115: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

137 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Pembitjara menjambut adanja Dewan2 Perusahaan jang diharapkan akan dapat mensukseskan segala rentjana produksi, Oleh pembitjara selandjutnja diadjukan hal2 sbb : 1. BIDANG PERKEBUNAN : - Mengenai peranan Perkebunan rakjat, misalnja karet rakjat merupakan hasil bahan eksport terbesar

dibidang produksi karet. Diharapkan perhatian dan bantuan Pemerintah dengan memberikan dorongan konkrit dalam rangka mempertinggi produksi.

- Dalam hubungan ini pelaksanaan bagi hasil mengenai hasil2 perkebunan (tanaman keras) ternjata masih belum memuaskan, bahkan dilain pihak, adanja tengkulak2 telah memerosotkan hasil produksi. Dalam keadaan ini, mereka malah banjak mendapat keuntungan.

- Djuga adanja koperasi2 jang dipaksakan bukan memperlantjar dan meningkatkan produksi, tapi sebaliknja telah memerosotkan produksi. misalnja Koperasi Kopra. Demikian djuga dibidang karet.

- Hal ini a.l karena adanja sistem idjon didalam tubuh koperasi sendiri. Pembitjara mengharapkan perhatian dari Pemerintah tentang hal2 tsb. Demikian djuga mengenai export drive supaja ada dorongan.

2. BIDANG PERIKANAN : - Diusulkan supaja disusun suatu planning jang menguntungkan dan dapat mendorong kaum nelajan,

terutama Perikanan darat, dimana Potensi rakjat sangat besar. Disamping itu permodalannjapun diharapkan mendapat perhatian Pemerintah. Antara lain tentang pemberian kredit kepada kaum nelajan.

- Tentang bagi hasil supaja betul2 menurut pembagian jang lajak dan adil. Dalam hal ini harus pula diperhatikan adanja praktek2 sistim idjon dan kaum tengkulak jang mengeruk keuntungan di satu pihak atas kerugian kaum nelajan di lain pihak.

- Diusulkan agar mendjadi bahan pemikiran Pemerintah tentang adanja suatu badan jang mengikutsertakan kaum nelajan dalam rangka pelaksanaan bagi hasil. Hal ini ialah untuk dapat meningkatkan produksi.

3. BIDANG KEHUTANAN : - Tentang Penghidjauan.

Seringnja timbul sengketa2 dengan kaum tani oleh karena kurang/tidak adanja saling pengertian. Segala rentjana penghidjauan hanja akan berhasil, bergantung kepada adanja kerdjasama antara Pemerintah (Departemen) dengan kaum tani. Diharapkan perhatian Pemerintah tentang hal ini.

4. BIDANG AGRARIA : - Landreform merupakan dorongan bagi kaum tani dan merupakan gerak dalam rangka meningkatkan

produksi. Berhasil tidaknja Landreform akan sangat mempengaruhi terhadap rentjana2 di bidang lain. Terdjadinja sabotase2 dan kematjetan2 dalam pelaksanaan Landreform karena kurang adanja dorongan2 dan penelitian jang sungguh2 Maka dalam hubungan ini, pembentukan pengadilan Landreform di tiap2 Daerah supaja disegerakan dan dikonkritkan dengan mengikutsertakan rakjat (kaum tani), agar pelaksanaan Landreform diawasi dan dilakukan dengan sungguh2.

- PerIu ada dukungan dari masjarakat terhadap panitia2 Landreform. Karenanja perlu ada penelitian/penindjauan kembali terhadap komposisi dan personalia panitia2 jbs. Djika perlu mengadakan bahan2 dan pemeriksaan2 terhadap anggota2 jang dapat mematjetkan pelaksanaan Landreform. Menurut pembitjara, Ketua/Pimpinan Panitia2 Landreform jang didjabat oleh Kepala Daerah setempat jang sudah terlalu banjak memegang djabatan2/tugas2 lainnja, adalah salah satu faktor mengapa Panitia2 tsb, kurang lantjar kerdjanja.

- Tentang Administrasi pendaftaran. Diminta perhatian Pemerintah supaja tidak memberatkan kaum tani (rakjat).

- Tentang menentukan sewa dan buruh tani. Perlu sekali didengar daripada rakjat sebagai pemilik (tanah) dan buruh tani.Tegasnja supaja ada musjawarah dalam menentukan tarif sewa.

Page 116: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

138 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

ANGGOTA Nj. SUDARMAN : Setelah menjambut dengan gembira pembentukan Kompartemen baru tsb, mengadjukan saran2

sbb : 1. BIDANG AGRARIA : - Tentang Landreform dan Landuse. Penting sekali di rapat kerdjakan dalam mana diharapkan supaja

Pemerintah membeberkan dengan terus terang segala kesulitan2 jang dihadapi dalam pelaksahaannja. Dalam hubungan itu, untuk mengatasi kesulitan2 perlu mengadakan musjawarah dengan masjarakat setempat, dengan demikian dapat dipetjahkan/diselesaikan bersama kesulitan2 itu.

- Diharapkan perhatian Pemerintah tentang organisasi, susunan dan kompesiasi Panitia2 Landreform di tiap2 daerah pembentukannja supaja disegerakan didaerah2 jang belum ada.

- Mengenai Landuse supaja ada planning jang betul2 diperhitungkan, agar djangan terdjadi “surplus” (disesuatu daerah, misalnja) jang dapat mempengaruhi segi ekonomis. Sebagai tjontoh : di Purworedjo pernah terdjadi kelebihan singkong jang terlalu banjak, hingga tidak berharga lagi.

2. BIDANG PERKEBUNAN : - Diharapkan perhatian Pemerintah, agar tidak terdjadi praktek2 sebagai sisa2 peninggalan kolonial, ialah

praktek2 sematjam cultuure stelsel. Karena praktek2 sematjam itu akan digunakan oleh masing2 subversif untuk mengatjaukan keadaan.

3. BIDANG PERIKANAN. - Saran2 jang telah dikemukakan oleh Komisi D diharapkan supaja mendapatkan perhatian Pemerintah. 4. BIDANG KEHUTANAN : - Tentang soal pengamanan hutan, sering terdjadi pentjurian2 dan pengrusakan jang tidak disadari

akibatnja. Hal ini terdjadi karena kurang adanja pengertian daripada rakjat tentang kegunaan hutan. Karenanja, disarankan supaja oleh Pemerintah (para Pedjabat jbs) sering diadakan musjawarah dengan wakil2 rakjat, dan kepada mereka diberikan pengertian2.

- Tentang aparatur pengamanan. Apakah dengan bantuan dari pihak Angkatan Kepolisiain ataukah dilaksanakan tersendiri, misalnja sematjam “Polisi Kehutanan”. Hal ini supaja dikonkritkan perumusan bentuknja.

5. BIDANG PERTANIAN : - Saran2 Komisi D jang telah diadjukan, mendapat perhatian Pemerintah. Sedangkan hal2 jang belum

dilaksanakan, dan nampaknja menghadapi kesulitan2, disarankan supaja dikemukakan kepada Komisi agar dapat dimusjawarahkan bersama.

- Tentang soal transmigrasi dalam hubungannja dengan Landuse. Bagaimanakah kesulitan2 jang dihadapi?

ANGGOTA SUTARNO : Dalam menjambut keterangan2 para J.M Menteri serasa gembira dapat mendengar garis2

kebidjaksanaan masing2 Menteri, sungguhpun masih setjara pokok dan hanja sebagai informasi. Dalam hubungan ini, pembitjara berpendapat, bahwa pikiran2 jang hidup dikalangan DPR GR jang kemudian dirumuskan dalam bentuk saran2 oleh Panitia Kerdja DPR GR j.l, sebetulnja sudah tjukup untuk digunakan sebagai bekal. Jang penting dalam hal ini tinggallah pelaksanaannja setjara djudjur dan konsekwen. Hal ini supaja dapat tertjermin dalam peraturan2 follow-up pengganti peraturan 26 Mei, terutama dibidang perkebunan. 1. BIDANG PERKEBUNAN : - Untuk lebih mendjamin adanja intergrasi buruh dengan perusahaan, penting sekali untuk sering

mengadakan musjawarah dengan pihak buruh. Disamping itu Dewan2 Perusahaan harus betul2 mentjerminkan kenjataan2 jang hidup.

2. BIDANG PERIKANAN : - Persoalan perikanan di Riau, diharapkan mendapat perhatian sepenuhnja.

Page 117: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

139 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Para nelajan, baik kebutuhan2 pokok sehari2, kebutuhan2 peralatan penangkapan, maupun hasil penangkapannja harus betul2 mendapat penampungan jang konkrit. Dalam hubungan ini, BXTN tentunja akan sangat berdjasa terutama mengenai masalah pemberian kredit terhadap mereka.

- Masalah production sharing memang penting, tetapi djuga domestic perlu mendapat perhatian dan tidak kurang pentingnja.

- Masalah pengalengan ikan, pengawetan, terutama hasil penangkapan ikan laut disekitar Bali, Ambon, jang banjak sekali diharapkan mendapat perhatian Pemerintah untuk dapat dikonkritkan pelaksanaannja.

ANGGOTA PULUNG DJUNAEDI : Menjambut gembira dengan dibentuknja Kompartemen Pembangunan Pertanian dan Agraria.

Menjambut keterangan2 para J.M. Menteri pembitjara menjatakan, bahwa banjak pikiran2 baru dan ide2 jang baik juga perlu mendapat sambutan. Tetapi dalam hubungan ini, dalam pengalaman jang sudah2 pembitjara sering melihat dan merasakan dan fikiran2 jang baik itu sering kurang dapat dirasakan oelh rakjat. Karena memang konsepsi jang baik tanpa pelaksanaan adalah tidak berarti apa2.

Sesuai dengan Amanat P.J.M Presiden tentang pembangunan Masjarakat Desa, maka pembitjara menekankan agar desa betul2 mendapat penjorotan dan perhatian, jakni agar setiap pelaksanaan konsepsi/planning betul2 bisa sampai ke desa.

Tentang Swasembada pangan, menurut rentjana sudahkah dapat dilaksanakan pada bulan Agustus 1965, chususnja mengenai beras, bahkan plannting itu sudah ada sedjak tahun 1963. Dalam hal ini pembitjara berpendapat, apakah mungkin sudah dapat ditjapai pada tahun 1965, apabila sjarat2nja walau ada, tetapi tidak dilaksanakan, dikerdjakan dengan baik dan konsekwen. Sebagai tjontoh dikemukanan bahwa di suatu daerah, fihak swasta (Perusahaan swasta) menanami tanah (wewenangnja) dengan pohon2 djarak, tentunja sebagai bahan ekspor, padahal pohon2 djarak itu bisa sadja ditanam setjara selingan disela2 tanaman lain jang penting sebetulnja tanah tsb harus ditanami bahan2 pangan untuk mentjapai Swasembnda pangan. 1. BIDANG KEHUTANAN : - Tentang penghidjauan. Diminta perhatian Pemerintah supaja dalam pelaksanaannja tidak membawa

akibat kerugian pangan dan keketjewaan terhadap kaum tani (rakjat). Sebagai tjontoh misalnja di Tjiwaringin, tanah2 jang sudah ditanami oleh rakjat dengan tanaman untuk kemudian dibongkar dan dihidjaukan oleh instansi jbs. Tjara seperti ini tentu mengetjewakan rakjat. Sebaliknja ada tanah jang gundul malah tidak dihidjaukan jang luasnja lk. 300.000 ha. Hal2 seperti ini terdjadi karena tidak adanja planning.

2. BIDANG AGRARIA : - Sedjak adanja UU Pokok Agraria, pelaksanaan Landreform baru meliputi 274.600 ha (jang sudah

dibagikan) ialah antara 20 – 28%. Diminta perhatian Pemerintah, agar pelaksanaannja diperhebat dan digiatkan. Karena peraturan2 jang sudah ada, djika dilaksanakan dengan konsekwen, maka hal itu sudah merupakan suatu kemadjuan jang baik.

- Supaja ada penelitian dan pengawasan terhadap usaha2 praktek2 penjelewengan dan sabotase dalam pelaksanaan Landreform dan Bagi Hasil. Tegasnja, supaja ada tindakan konkrit dan tegas terhadap mereka. Dalam hal ini termasuk pula djika ada usaha2 penjelewengan dari (Anggota) Panitia Landreform, djika perlu diganti dan di retool siapapun djuga, tanpa pilih bulu. Sedang terhadap orang2/petugas2 jang sudah berdjasa, djika perlu supaja diberi penghargaan. Sebagai dorongan bagi mereka untuk mensukseskan Landreform dan Bagi Hasil.

3. BIDANG PERKEBUNAN : - Dimintakan perhatian, agar dibidang perkebunan dapat sering2 diadakan hubungan dengan organisasi2

massa. Begitu djuga diharapkan demikian dari Departemen2 lain.

KETUA : Menegaskan, bahwa segala saran2 dan usul2 itu tidak perlu disambut/didjawab pada rapat hari ini,

tetapi diharapkan akan dapat dibitjarakan pada salah satu kesempatan rapat kerdja berikutnja. Mengenai PUU Bagi Hasil Perikanan, sebetulnja pembitjarakannja sudah mendekati taraf

penjelesaian. Maka dalam hubungan ini, beliau menanjakan kepada rapat terutama diminta pendapat

Page 118: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

140 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Pemerintah, apakah akan dibitjarakan dalam rapat hari ini djuga, atau perlu ditunda sampai rapat berikutnja.

Perlu ditjatat, bahwa dari Pimpinan DPR GR didapat keterangan, agar RUU itu sudah dapat diadjukan kepada sidang Paripurna dalam masa persidangan sekarang ini.

J.M Menko : Mengusulkan agar pembitjaraannja ditunda, karena pembitjaraannja memerlukan waktu jang agak

luas, dengan tjatatan, bahwa RUU akan dapat dibitjarakan dalam sidang paripurna pada masa persidangan DPR sekarang ini djuga.

WAKIL KETUA : Kom. laut Mursalin D.M, memberikan pendjelasan, bahwa djika diperlukan waktu jang agak

segera, maka pada tanggal 3-7-64 dapat sadja disediakan untuk rapat kerdja jang dimaksud itu. Tetapi apakah hal ini tidak akan bersamaan dengan rentjana kepulangan misal USSR, dimana para Menko, Menteri dan pendjabatan2 lainnja, tentunja akan mengantarkan keberangkat itu.

Djika menurut rantjangan susunan rapat2 untuk minggu jang akan datang, tanggal 6/7 disediakan bagi Paripurna, tanggal 8/7 bagi rapat gabungan golongan, sedangkan tanggal 8/7 disediakan bagi rapat2 Komisi2. Djadi kesempetan untuk mengadakan rapat kerdja guna mengadakan Pemeriksaan persiapan terhadap PUU tsb, dapat diadakan pada tanggal 8/7 – 64.

J.M MENKO : Menjerahkan, agar tanggal 3/7-64 disediakan sebagai antjer2 sadja, djika keadaan mengizinkan,

sedangkan kepastiannja djika tanggal tsb, tidak mungkin dilangsungkan pada tanggal 8/7-64.

--------------------------------------------------------------------------- Saran tersebut dapat disetudjui oleh rapat. Rapat kerdja tentang pemeriksaan persiapan atas RUU Bagi Hasil Perikanan akan diadakan pada tanggal 3/7 atau 8/7-64.

--------------------------------------------------------------------------- KETUA : Mengutjapkan terima kasih kepada Pemerintah dan para anggota, jang pada hari ini dengan saling

pengertian telah dapat menjelesaikan atjara jang pertama. meskipun atjara itu berupa perkenalan, tetapi kita telah mendengar banjak keterangan2 dari Pemerintah sekitar tugas Kompartemen jang baru, dan dalam pada itu dari pihak Anggota2 telah pula mengadjukan beberapa saran2 dan pendapatnja. Dikatakan oleh Ketua, bahwa Kompartemen jang baru itu, ialah Kompartemen Pembangunan Pertanian dan Agraria, maka Komisi D menghadapi tugas jang berat, karena bertambahnja Departemen jang dihadapi, ialah mendjadi 12 Departemen. Tetapi meskipun demikian dengan tjara musjawarah kita akan dapat menjelesaikan tugas2 kita.

Rapat ditutup pada djam 13.30

Djakarta, Djuli 1964 Panitera Komisi D

ttd

ABDUL AZIZ

Page 119: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

141 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Salinan

Djakarta, 3 Djuli 1964 No. : 02.02/K/1945/DPR GR/1964 Kepada Sifat : - . - Jth. Saudara Pimpinan Hal : Undangan Rapat Komisi D Di Djakarta AMAT SEGERA Atas permintaan Pimpinan DPR GR, maka ini kami dengan hormat mengharap kedatangan Saudara pada rapat Komisi D dengan Pimpinan DPR GR jang akan diselenggarakan pada hari Senin tgl. 6 Djuli 1964, mulai djam 12.00, bertempat diruang kerdja J.M Menteri Wakil Ketua H. Achmad Sjaichu, gedung DPR GR dengan atjara :

- Membitjarakan masalah mengenai RUU tentang Bagi Hasil Perikanan.

SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROYONG

Sekretaris Bidang III,

ttd

(DR. Moh. Ali Bey)

Page 120: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

142 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

LAPORAN KOMISI D DPR GR MENGENAI PEMERIKSAAN PERSIAPAN RUU

TENTANG BAGI HASIL PERIKANAN (NASKAH BARU)

===================================================================== I . PENDAHULUAN

Sebagaimana telah disebutkan dalam laporan Komisi D DPR GR tgl. 20 April 1964 mengenai hasil pemeriksaan persiapan atas RUU tentang Bagi Hasil Perikanan, Pemerintah akan menjampaikan teks baru dari RUU tersebut, setelah menerima saran2, usul2 amandemen dan pendapat2 serta pertanjaan2 dari para Anggota Komisi D.

Teks atau naskah baru dari RUU tsb telah disampaikan oleh Pemerintah kepada Komisi D DPR GR sebelum reses masa sidang jang lalu, ialah pada tgl. 27 April 1964.

Berhubung dengan sempitnja waktu padawaktu itu dengan dekat waktu reses masa sidang ketiga, maka RUU itu tidak dapat disampaikan dan ditunda sampai sehabis masa reses. Kemudian dengan adanja perkembangan pembentukan Kompartemen Pembangunan Pertanian dan Agraria, dan kesibukan2 Menteri jang bersangkutan, maka RUU naskah baru itu baru dapat dibitjarakan dalam rapat kerdja Komisi D dengan Pemerintah pada hari Djum’at malam tgl. 10 Djuli 1964.

Selandjutnja dapat pula ditambahkan disini bahwa sebelum rapat kerdja tersebut, telah dilakukan approach2 setjara informil antara Pemerintah dengan Pimpinan DPR GR dan antara Pimpinan DPR GR dengan Pimpinan Komisi D untuk mentjari persesuaian pendapat mengenai berapa soal jang terdapat dalam RUU tsb. II. POKOK2 PERSOALAN Dalam menghadapi naskah baru dari RUU tentang Bagi Hasil Perikanan itu, masih ada persoalan2 jang perlu ditjarikan persesuaian pendapat jang berkisar pada : 1. Istilah nelajan pemilik, 2. Keanggotaan Koperasi, 3. Beban selama dilaut, 4. Imbangan bagi hasil. Berkat adanja saling pengertian antara Pihak Pemerintah dan Anggota Komisi D jang bersangkutan, maka perbedaan pendapat jang semula ada mengenai persoalan telah dapat diatasi dan diselesaikan dalam rapat kerdja tsb.

1. Mengenai istilah nelajan pemilik : Terhadap usul supaja istilah nelajan pemilik itu diganti pemilik sadja, maka Pemerintah memberikan djawaban bahwa sebaiknja istilah nelajan pemilik itu supaja seterusnja tetap dipakai, djustru untuk menghindarkan adanja salah penafsiran. Baik mengenai nelajan pemilik maupun nelajan penggarap pada hakekatnja mereka bersama-sama usaha dibidang perikanan, dan bahkan mereka harus diintegrasikan dalam rangka usaha meningkatkan produksi ikan, sehingga merekapun semuanja adalah nelajan. Diadakannja perbedaan setjara tegas terhadap dua golongan ini kiranja hanja akan menimbulkan akibat jang negarif dibidang produksi. jang perlu diatur disini djustru usaha untuk memperbaiki segi sosial/ekonomi nelajan penggarap, dengan sekali…. meningkatkan produksi ikan, dengan menghilangkan unsur2 jang berbau pemerasan. Sedangkan kalangan Anggota jang mempertahankan usul agar dipakai istilah pemilik sadja mengemukakan alasan bahwa kenjataan disamping pemilik jang djuga mendjadi nelajan terdapat pemilik2 jang bukan nelajan (tidak ikut bekerdja ke laut). Kalau perlu larangan tentang berbagai matjam pemerasan itu diatur dalam peraturan2 pelaksanaan.

2. Soal Keanggotaan Koperasi Mengenai saran supaja anggota koperasi itu dibatasi pada para nelajan sadja dan pemilik2 jang bekerdja melakukan pengkapan ikan, maka menurut Pemerintah soal keanggotaan koperasi itu sudah didjelaskan dalam Pendjelasan Umum angka 3. Keanggotaan koperasi harus nelajan dan semua orang jang turut dalam usaha perikanan itu, djadi baik pemilik, nelajan penggarap, penggarap tambak, buruh perikanan maupun nelajan pemilik dan pemilik tambak. Koperasi2 ini disamping mempunjai tudjuan sosial ekonomi bagi nelajan beserta keluarganja djuga bergerak

Page 121: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

143 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

dibidang pemasaran dan pengolahan industry ikan. Tentang kechawatiran bahwa adanja koperasi antara nelajan pemilik jang bermodal dengan nelajan penggarap itu akan bisa mengaburkan Undang2 ini untuk bagi hasil, maka Pemerintah menerangkan bahwa koperasi disini djustru untuk menghilangkan kelemahan2, menghindarkan pemilik membeli murah kepada nelajan dan mendjual mahal dipasaran. koperasi disini dimaksudkan untuk bergerak aktif dibidang pemasaran, membentuk modal bersama, memiliki kapal bersama dsb, dan semuanja itu tidak akan merubah bagi hasil jang dimaksud oleh Undang2 ini.

3. Beban selama di laut Terhadap usul supaja selama beban di laut itu mendjadi tanggungan pemilik, Pemerintah menjatakan bahwa sebenarnja pembebanan itu sudah diperhitungkan dalam kalkulasi, sehingga memberikan hasil imbangan sebagaimana tersebut dalam Pasal 3 ajat 1 huruf 1. Sebenarnja hal ini dalam kenjataannja telah mendjadi beban bersama. Djika memang dikehendaki akan dibebankan kepada nelajan pemilik, maka sebaiknja diberikan kompensasi dengan membebaskakn “biaja uang rokok/djadjan untuk para nelajan penggarap, djadi bukan beban bersama, demikian keterangan Pemerintah. Tetapi kemudian dengan musjawarah achirnja beban kedua-duanja ditetapkan mendjadi beban bersama.

4. Soal imbangan bagi hasil Mengenai usul perubahan imbangan bagi hasil jang tersebut dalam Pasal 3, ialah 75% - 40% untuk perikanan laut dan 40% - 60% untuk perikanan darat supaja mendjadi 75% - 50% untuk perikanan laut dan 50% - 75% untuk perikanan darat, maka Pemerintah mendjawab sebagaimana telah diuraikan dalam daftar kalkulasi, imbangan tersebut dalam Pasal 3 itu sebenarnja sudah mepet sekali, dengan membuat kalkulasi setjara terperintji. Djika diadakan perubahan lagi, dichawatirkan bahwa para nelajan pemilik/pemilik tambak akan mengusahakan sendiri atau akan mengurangi djumlah penggarapnja, ataupun malahan akan membiarkan tidak mengadakan perbaikan2 terhadap perahu/kapal, alat2 penangkapan ikan maupun tambaknja. Terhadap harapan2 supaja imbangan itu bisa hidup dan ditjantumkan dalam Pendjelasan, Pemerintah bisa menerimanja dengan mengingat kalau ada perkembangan2, maka imbangan jang minimum itu bisa berkembang.

5. Penutup Dengan selesainja pembahasan RUU tentang Bagi Hasil Perikanan dalam Komisi D DPR GR pada tgl. 10 Djuli 1964 itu, maka RUU ini kiranja bisa dibawa ke sidang Paripurna DPR GR untuk disahkan mendjadi Undang-undang sebelum reses masa sidang keempat ini.

Djakarta. 13 Djuli 1964

Pelapor2, Mengetahui : 1. ttd Pimpinan Komisi D Wakil Ketua Herman Mu’tashim ttd 2. ttd

Soetarno Amung Amran

3. ttd

Abdullah

Page 122: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

144 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

2103/1039/Komisi D/016

LAPORAN KOMISI D DPR GR MENGENAI PEMERIKSAAN PERSIAPAN RUUTENTANG BAGI HASIL PERIKANAN

_______________________________________________________________

I. Pendahuluan Pemeriksaan persiapan terhadap RUU Bagi Hasil Perikanan dilakukan oleh Komisi D dalam dua kali rapat kerdja dengan Menteri Pertanian Agraria pada tgl. 9 dan 14 April 1964. Karena Pemerintah telah memberikan keterangan tambahan dengan mendjawab pertanjaan2 para anggota dalam rapat gabungan golongan, maka pada rapat kerdja jang pertama tgl. 9 April 1964 para anggota langsung menjampaikan pandangan umum dan pertanjaan2 amandemen tertulis. Pada rapat kerdja jang kedua tgl. 14 April 1964, Pemerintah memberikan pendjelasan dan setjara tertulis mengadjukan perubahan2 terhadap beberapa Pasal2 jang menampung sebagian dari usul para anggota jang dapat diterima oleh Pemerintah. Setellah anggota menjatakan pendapatnja dan mengadjukan usul2 jang bisa ditampung dalam perubahan2 tsb. Pemerintah sesudah memberikan djawaban, menjatakan pendapatnja bahwa pembitjaraan telah selesai dan pihak Pemerintah telah menjampaikan pendiriannja jang terachir. Berhubung dengan itu, Pemerintah akan menjampaikan teks naskah baru dari RUU Bagi Hasil Perikanan. Terhadap beberapa soal jang belum mendapat persesuaian, Pemerintah menjatakan akan diserahkan kepada Pimpinan DPR GR. Sedangkan mengenai istilah djuragan penjebutan bagi pemilik jang tidak ambil bagian dalam pekerdjaan pokok produksi, seperti jang dikemukakan oleh sementara anggota dinjatakan bahwa karena diberbagai tempat jang dimaksud dengan djuragan itu adalah djuru mudi. Pemerintah bersedia menerima istilah jang lebih kena, sedangkan sementara itu ada usul terhadap tetap digunakan istilah nelajan pemilik.

II. Pokok2 Pembitjaraan 1. Terhadap usul agar rumusan konsideran digunakan sadja rumusan2 seperti dalam

konsideran UU PBK (Undang2 No. 2 Th. 1960) untuk menghilangkan kekisruhan pengertian tentang dua tahap Revolusi, berhubung dengan digunakannja istilah2 dalam konsideran RUU seperti “menudju ke arah perwudjudan masjarakat sosialis Indonesia”, “dihilangkan unsur2nja jang bersifat penghisapan”, Pemerintah mendjelaskan bahwa agar lebih tegas apa jang mendjadi tudjuan kita, lebih baik menggunakan rumusan jang dalam RUU.

2. Terhadap usul agar pemakaian istilah kariawan dalam RUU diganti sadja dengan sebutan2 jang lazim dan langsung sasarannja, jaitu nelajan dan penggarap, Pemerintah dapat menjetudjuinja.

3. Sementara anggota mengusulkan agar dibelakang kalimat2 jang menjebutkan pembentukan koperasi, seperti terdapat dalam konsideran huruf “b”, dan Pasal 15, ditambah kalimat penegasan “atas dasar prinsip2 sukarela dan demokratis”, sedangkan dalam hal membolehkan pemilik mendjadi anggota koperasi bersama-sama dengan kaum nelajan/penggarap, supaja ditegaskan pemilik jang ambil bagian dalam pekerdjaan pokok produksi, untuk mentjegah tjara2 paksaan dalam pembentukkan koperasi2 perikanan dan dikuasainja koperasi tsb oleh kaum penghisap, jang akan merugikan nelajan/penggarap dan produksi ikan. Pemerintah berpendapat tambahan sematjam itu tidak diperlukan, karena petugas2 jang bersangkutan. Pemerintah berpendapat pemilik dan nelajan/penggarap harus dipersatukan dalam koperasi perikanan. Karena nelajan sendiri tidak mempunjai tjukup modal, maka Menteri setudju dengan apa jang dinjatakan oleh Menteri Achmadi pengurus Koperasi terdiri dari peminat2 dan pedjabat bagi nasib nelajan.

4. Terhadap pendapat untuk memperbaiki tingkat hidup para nelajan/penggarap dan mempertinggi daja produksi mereka diusulkan agar imbangan bagi hasil nelajan jang menggunakan kapal motor dari paling sedikit 40% dirubah mendjadi 50% dan bagi penggarap tambak dari paling sedikit 50% dan 60% atas hasil ikan liar dirubah mendjadi 75%. Pemerintah berpendapat bahwa dengan imbangan jang telah ditetapkan dalam RUU bagian jang diterima pemilik sudah sangat mepet (sempit) untuk menutup biaja jang harus dikeluarkan. Untuk mendorong investasi kepada pemilik, perlu mereka memperoleh bagian jang lajak. Untuk memperdjelas bahwa apa jang diterima nelajan/penggarap itu adalah

Page 123: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

145 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

minimum, kalimat paling sedikit diganti dengan minimum. 5. Terhadap usul jang mengemukakan alasan2 bahwa banjak hal2 jang memuat dalam

tanggungan bersama (Pasal 4) sesungguhnja harus mendjadi tanggungan pemilik dan apa jang termuat dalam tanggungan nelajan dan penggarap terlampau memberatkan mereka, diadjukan untuk merubah Pasal 4 dan menjempurnakan perumusan hasil bersih (Pasal 1 huruf f), dengan memasukkan sebagian dari hal2 jang memuat dalam tanggungan bersama dan sebagian tanggungan nelajan/penggarap (Pasal 4 Ajat 1 dan 2), beberap hal selebihnja dimasukkan kedalam beban pemilik, sehingga pemilik memikul beban2 hal : 1). Perikanan laut :

Perbekalan makan dan uang rokok/djadjan untuk para nelajan selama di laut, ongkos mendjaga perahu/kapal pada waktu di pantai setelah selesai dipergunakan, biaja untuk sedekah serta iuran2 jang disahkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II jang bersangkutan, seperti untuk dana pembangunan perahu/kapal, dana kesedjahteraan, dana ketjelakaan, dana kematian, ongkos pemeliharaan dan perbaikan perahu/kapal serta alat2 lain jang dipergunakan, penjusutan, dan biaja eksploitasi usaha penangkapan, seperti untuk pembelian solar, minjak, es dan lain sebagainja.

2). Perikanan darat : Disediakannja tambak dengan pintu air dalam keadaan jang mentjukupi kebutuhan, gubuk pendjagaan, alat2 untuk memelihara tambak dan menangkap ikan, biaja untuk mengganti pintu air jang tidak dapat dipakai lagi serta pembajaran padjak tanah jang bersangkutan.

Pemerintah berpendapat bahwa memindahkan rumusan2 tanggungan bersama ke dalam perumusan hasil adalah soal tehnis jang merubah sistimatuk RUU. Pemerintah tidak dapat menjetujdui. Sedang mengenai isi tanggungan bersama, tanggungan pemilik dan tanggungan nelajan/penggarap, Pemerintah mengadjukan rumusan2 penjempurnaan jang menampung sebagian usul anggota. Terhadap rumusan baru Pemerintah tsb sementara anggota masih kurang puas, dengan mengemukakan alasan bahwa tanggungan bersama rumusan baru, masih djuga dimasukkan hal2 jang menurut pendapatnja seharusnja mendjadi tanggungan pemilik, jaitu seperti kewadjiban kepada koperasi, dana pembangunan perahu/kapal, dana2 kesedjahteraan, kematian dan lain2. Pembelian alat2 untuk memelihara tambak dan menangkap ikan belum ditegaskan pertama2 tanggungan pemilik. sementara anggota lainnja berpendapat bahwa tidak seharusnja dipungut dana pembangunan perahu jang lama, tetapi memang harus dipungut dana untuk pembangunan perahu/kapal baru. Terhadap pendapat bahwa gubuk sejogjanja mendjadi tanggungan pemilik, Pemerintah menegaskan memang gubuk adalah mendjadi beban pemilik.

6. Terhadap usul jang menghendaki agar djangka waktu perdjandjian bagi hasil dari paling sedikit 1 musim, jaitu 3 bulan berturut2 bagi perikanan laut dirubah mendjadi paling sedikit mendjadi 2 tahun berturut2, dan paling sedikit 4 musim, jaitu 2 tahun berturut2 bagi perikanan darat dirubah mendjadi paling sedikit 5 tahun, dan agar sesudah perdjandjian habis, nelajan/penggarap jang bersangkutan terdjamin dapat terus menggarap dengan perdjandjian baru. Pemerintah dapat menerima usul tersebut dengan merubah djangka paling sedikit 1 musim, jaitu 3 bulan berturut-turut bagi perikanan laut dirubah mendjadi paling sedikit 2 musim, jaitu 1 tahun berturut-turut bagi perikanan laut, dan paling sedikit 4 musim, jaitu berturut-turut bagi perikanan dari dirubah mendjadi paling sedikit 6 musim, jaitu 3 tahun berturut-turut bagi perikanan darat, dengan ketentuan bahwa djika setelah djangka waktu itu berachir diadakan pembaharuan perdjandjian maka para nelajan/penggarap dan penggarap tambak jang lamalah jang diutamakan. Terhadap rumusan baru Pemerintah tsb, sementara anggota mengadjukan pendapat bahwa kalimat jang menjebut “penggarap jang lamalah jang diutamakan” masih lemah dan bisa disalah tafsirkan untuk tidak memberikan hak garap kepada penggarap lama. Diusulkan untuk ditegaskan “diadakan perdjandjian baru dan para penggarap lama, ketjuali djika penggarap jang bersangkutan tidak menghendaki”.

7. Terhadap usul agar pihak ketiga ditingkat desa dalam hal penjelesaian perselisihan antara pemilik dengan penggarap/nelajan hendaknja bukan perseorangan Kepala Desa (Pasal 18 Ajat 4), tetapi Panitia Landreform Desa jang lebih bersifat demokratis, Pemerintah dapat

Page 124: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

146 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

menjetudjuinja dan mengemukakan rumusan baru, mengganti kata2 “Kepala Desa” diubah mendjadi “Panitia Landreform Desa djika mengenai perikanan darat atau suatu Panitia jang akan dibentuk djika mengenai perikanan laut”.

8. Terhadap usul agar persetudjuan Menteri Perburuhan terhadap penetapan besarnja upah bagi nelajan oleh perusahaan perikanan bukan hanja setelah mendengar Menteri Pertanian dan Agraria (Pasal 10), tetapi supaja djuga mendengar organisasi2 tani, nelajan dan buruh. Pemerintah dapat menjetudjuinja.

9. Terhadap beberapa soal jang dikemukakan oleh Anggota bahwa dengan berbagai djalan pemilik memberatkan penggarap, misalnja mengidjonkan ikan ditambak jang masih ketjil2, sedangkan pengidjonnja adalah pemilik sendiri atau atas nama orangnja, membebankan semua kerugian akibat bandjir kepada panen berikutnja sebagai beban bersama, tidak ada pembukuan/pentjatatan jang terbuka terhadap ongkos2 jang kemudian dipotongkan pada hasil kotor dan pemasaran hasil ikan jang dilakukan sendiri oleh pemilik, disamping itu terdapat berbagai matjam pungutan, Pemerintah sependapat bahwa unsur2 idjon dilarang, bagian2 akibat bandjir tidak boleh dibebankan pada hasil panen berikutnja, djuga pemasaran kedua belah pihaklah jang menentukan. Pengutan2 diluar jang sudah ditentukan tidak boleh lagi diadakan.

10. Terhadap usul agar ada djaminan keselamatan kerdja bagi para nelajan, Pemerintah mendjelaskan bahwa Menteri Perburuhan telah menjanggupkan untuk mempersiapkan RUU tentang hal itu. Sedangkan mengenai berbagai soal lainnja jang diadjukan oleh para anggota antaranja tentang asuransi bagi nelajan, pemberian kredit dan fasilitasi kepada mereka dll, Pemerintah menjatakan bahwa hal2 itu akan dibitjarakan lebih landjut dalam membahas RUU Pokok Perikanan jang telah siap dan kini masih ditangan Kabinet.

Djakarta, 20 April 1964 Pelapor2

Mengetahui : 1. ttd Pimpinan Komisi D Herman Mu’tashim Wakil Ketua,

2. ttd ttd Amung Amran

KASIM 3. ttd Abdullah

Page 125: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

147 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Salinan.

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG

Djakarta, 4 Djuli 1964

No. C1.O7/K/1951/DPR GR/1964 Lampiran : 4 Kepada Perihal : Bahan2 tentang RUU J.M Menteri/Wakil Ketua DPRGR

Bagi hasil perikanan H. A Sjaichu Di Djakarta AMAT SEGERA

Bersama ini kami sampaikan dengan hormat bahan2 tentang bagi hasil perikanan untuk dipergunakan seperlunja dalam rapat hari Senin tgl. 6 Djuli 1964 antara Jang Mulia dengan Pimpinan Komisi D.

Bahan2 tersebut ialah : I. RUU tentang Bagi hasil perikanan (teks lama) II. Laporan Komisi D DPR GR mengenai pemeriksaan persiapan RUU tentang Bagi

Hasil Perikanan III. RUU tentang Bagi Hasil Perikanan IV. Pendapat2, saran2 dan pertanjaan2 beberapa orang anggota Komisi D mengenai

RUU tentang Bagi hasil perikanan (teks baru).

Sekretariat

Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong Sekretaris Bidang III

Ttd

(Dr. Moh. Ali Bey)

Page 126: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

148 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Salinan. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT

GOTONG ROJONG

Djakarta, 4 Djuli 1964 No. 02.02/K/1956/DPR GR/1964 Lampiran : - Kepada Perihal : Undangan rapat 1. J.M Menteri Koordinator Kompartemen

Pembangunan Pertanian dan Agraria 2. J.M Menteri Perikanan

Di Djakarta AMAT SEGERA

Sesuai dengan susunan atjara rapat2 jang telah ditetapkan oleh Pimpinan DPR GR tgl. 2 Djuli 1964, dan berdasarkan keputusan rapat komisi D (Kompartemen Pembangunan) DPR GR pada tgl. 29 Djuni 1964, maka bersama ini kami dengan hormat mengharapkan kedatangan Jang Mulia pada rapat kerdja Komisi D dengan Pemerintah jang akan diselenggarakan pada hari Rabu, tgl. 8 Djuli 1964, mulai djam 09.00 bertempat diruang Komisi D gedung DPR GR denga atjara :

Melandjutkan pemeriksaan persiapan RUU tentang bagi hasil perikanan.

PIMPINAN

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG

u.b Sekretaris Umum

Ttd

(DJOKO SOEMARJONO, SH) Tembusan : 1. Menteri Penghubung DPR/MPR/DPA; 2. Penghubung Dep. Pertanian; 3. Penghubung Dep. Perikanan.

Page 127: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

149 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Salinan. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT

GOTONG ROJONG

Djakarta, 6 Djuli 1964 No. C2.02/K/1961/DPR GR/1964 Lampiran : - Kepada Perihal : Undangan rapat kerdja Jth. Sdr. Para Anggota Komisi D

Bagi hasil perikanan DPR GR Di Djakarta AMAT SEGERA

Sesuai dengan susunan atjara rapat2 jang telah ditetapkan oleh Pimpinan DPR GR tgl. 2-7-1964 dan berdasarkan keputasan rapat Komisi D (Kompartemen Pembangunan) DPR GR pada tgl. 29 Djuni I964, maka bersama ini kami dengan hormat mengharap kedatangan Saudara pada rapat kerdja Komisi D dengan Pemerintah jang akan diselenggarakan pada hari Rabu tgl. 8 - 7 – 1964, mulai djam 09.00 bertempat diruang Komisi D gedung DPR GR dengan atjara :

- Melandjutkan pemeriksaan persiapan RUU tentang bagi hasil perikanan. - J.M Menko Kompartemen Pembangunan Pertanian dan Agraria dan J.M. Menteri Perikanan

Sekertariat DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG

Sekretaris Bidang III,

(Dr. Mohd. Ali Bey)

Page 128: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

150 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

1351/Komisi D/04 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT Rapat ke 26/Persidangan IV GOTONG ROJONG Masa Sidang : 1963/1964

LAPORAN SINGKAT RAPAT KOMISI D

(Kompartemen Pembangunan)

Rapat ke 26/Persidangan ke IV 1963/1964. Rapat Kerdja ke …… dengan J.M Menteri Perikanan Pada hari : Rabu, tanggal 8 Djuli 1964 Dimulai pada djam 09.00 dan diachiri pada djam 10.30

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Ketua Rapat : Noto Sukardjo Panitera Komisi : Abdul Aziz, Muchtar S, Moeljanto Atjara : Pemeriksaan persiapan atas RUU tentang bagi hasil perikanan

KEPUTUSAN/KESIMPULAN :

1. Rapat kerdja Komisi D dengan J.M Menteri Perikanan untuk membitjarakan RUU tentang bagi hasil perikanan jang sedianja akan diadakan hari ini tidak dapat dilangsungkan karena J.M Menteri Perikanan pergi ke Luar Negeri bersama-sama dengan missi Dr. Subandrio.

2. Berhubung dengan itu maka rapat hari ini diganti dengan rapat kelompok2 untuk merumuskan bahan rapat kerdja dengan Pemerintah.

3. Komisi memutuskan untuk mengadakan rapat kerdja dengan Pemerintah minggu depan urut2an waktu sebagai berikut :

a. Hari Selasa, tgl. 14-7-1964 rapat kerdja dengan J.M Menteri Perhubungan untuk melandjutkan pembitjaraan RUU tentang Pemutusan Hubungan Kerdja.

b. Hari Rabu, tgl. 15-7-1964 rapat kerdja dengan J.M Menteri Pembangunan beserta J.M Menteri2 dalam Kompartemen tersebut, untuk membitjarakan rumusan surat2 masuk dan hasil2 penindjauan.

c. Hari Kamis, tgl. 16-7-1964 rapat kerdja dengan J.M Menko Pembangunan Pertanian dan Agraria beserta J.M Menteri2 dalam Kompartemen tersebut untuk membitjarakan rumusan surat2 masuk dan hasil2 penindjauan.

Djakarta, 9 Djuli 1964 Panitera Komisi tsb,

Ttd

(Muchtar S)

Page 129: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

151 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT Djakarta, 8 Djuli 1964 GOTONG ROJONG

No. C2.02./K/1988/DPR GR/1964 Lampiran : - Kepada Perihal : Undangan rapat kerdja Jth. Sdr. Para Anggota Komisi D

Komisi D tgl. 10-7-1964 Di Djakarta AMAT SEGERA

Sesuai dengan susunan atjara rapat2 jang telah ditetapkan oleh Pimpinan DPR GR tgl. 2-7-1964 dan berdasarkan keputusan rapat Komisi D" (Kompartemen Pembangunan) DPR GR pada tgl. 8-7-1964, maka bersama ini dengan hormat mengharap kedatangan Saudara pada rapat kerdja Komisi D dengan Pemerintah (J.M. Menko/Menteri Pertanian dan J.M. Menteri Perburuhan) jang akan diselenggarakan pada hari Djum’at pagi dan malam tanggal 10-7-I964, mulai djam 08.30 dan 17.30 bertempat diruang Komisi D gedung DPR GR dengan atjara :

1. Melandjutkan pemeriksaan persiapan mengenai RUU tentang pengawasan pemutusan hubungan kerdja.

2. Melandjutkan pemeriksaan persiapan RUU tentang bagi hasil perikanan.

Perlu kiranja diberitahukan disini bahwa rapat kerdja Komisi D dengan Pemerintah terpaksa diadakan siang dan malam karena semua RUU jang sudah ada dapat kiranja diselesaikan sebelum reses jang akan datang ini.

Sekretariat DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG R0JONG

Sekretaris Bidang III,

(Dr. Mohd. Ali Bey)

Page 130: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

152 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Salinan

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT Djakarta, 8 Djuli 1964 GOTONG ROJONG

No. C2.02/K/1991/DPR GR/1964 Lampiran : - Kepada Perihal : Undangan rapat kerdja J.M Menko/Menteri Pertanian

Komisi D Tgl. 10-7-1964 Di Djakarta AMAT SEGERA

Sesuai dengan susunan atjara rapat2 jang telah ditetapkan oleh Pimpinan DPR GR tgl. 2-7-1964 dan berdasarkan keputusan rapat Komisi D" (Kompartemen Pembangunan) DPR GR pada tgl. 8-7-1964, maka bersama ini dengan hormat mengharap kedatangan Saudara pada rapat kerdja Komisi D dengan Pemerintah (J.M. Menko/Menteri Pertanian dan J.M. Menteri Perburuhan) jang akan diselenggarakan pada hari Djum’at malam tanggal 10-7-I964, mulai djam 19.30 bertempat diruang Komisi D gedung DPR GR dengan atjara : - Melandjutkan pemeriksaan persiapan RUU tentang bagi hasil perikanan. –

PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN RAKJAT

GOTONG ROJONG u.b. Sekretaris Umum,

ttd

(Djoko Soemarjono, SH) SALINAN : 1. J.M Menteri Penghubung DPR/MPR/DPA; 2. Penghubung Dep. Pertanian; 3. Penghubung Dep. Perikanan.

Page 131: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

153 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

2093/1851/Komisi D/04 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT Rapat ke 27/Persidangan IV GOTONG ROJONG Masa Sidang : 1963/1964

LAPORAN SINGKAT RAPAT KOMISI D

(Kompartemen Pembangunan)

Rapat ke 27/Persidangan ke IV 1963/1964. Pada hari : Djum’at, tanggal 10 Djuli 1964 Dimulai pada djam 09.15 dan diachiri pada djam 09.25

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Ketua Rapat : A. Sutarno Djatikusumo Panitera Komisi : Abdul Aziz, Muchtar S, Moeljanto Atjara : 1. Surat2 masuk

2. Kemungkinan mengadakan rapat kerdja

KEPUTUSAN/KESIMPULAN :

1. Rapat dapat menjetudjui rumusan2 Kelompok2 jang akan diadjukan dalam rapat kerdja dengan Pemerintah pada minggu depan.

2. Diumumkan kepada para anggota bahwa atas permintaan pihak Pemerintah maka pada hari Djum’at malam tanggal 10 Djuli 1964 akan diadakan rapat kerdja Komisi D dengan J.M Menko Kompartemen Pembangunan, Pertanian dan Agraria untuk melandjutkan pembitjaraan mengenai RUU tentang Bagi Hasil Perikanan.

Djakarta, 11 Djuli 1964 Panitera Komisi tsb,

Ttd

(Muchtar S)

Page 132: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

154 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

2093/1351/Komisi D/04 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT Rapat ke 28/Persidangan IV GOTONG ROJONG Masa Sidang : 1963/1964

LAPORAN SINGKAT RAPAT KOMISI D

(Kompartemen Pembangunan)

Rapat ke 28 Persidangan ke IV, tahun sidang1963/1964. Pada hari : Djum’at, tanggal 10 Djuli 1964 Djam panggilan : 19.30 Dimulai pada djam : 20.00 sampai djam 21.10 Ketua Rapat : A Soetarno Djatikusumo Panitera Komisi : Abdul Aziz, Muchtar Subekti Hadir : 24 dari 47 orang anggota Atjara : Pemeriksaan persiapan atas RUU tentang bagi hasil perikanan

(Sid. 1963/1964 P.416)

KEPUTUSAN2 (Kesimpulan dalam pembitjaraan)

1. J.M Menko Pembangunan, Pertanian dan Agraria dalam rapat kerdja ini telah memberikan

djawaban dan keterangan2 terhadap pertanjaan2 dan usul2 anggota2 Komisi D sekitar istilah nelajan pemilik, soal2 keanggotaan koperasi, beban selama di laut dan imbangan bagi hasil, jang terdapat pada naskah baru dari RUU tentang Bagi Hasil Perikanan. Setelah diadakan tanja djawab dan musjawarah mengenai persoalan2 tersebut diatas, achirnja dapat diatasi perbedaan pendapat antara Pemerintah dengan anggota2 jang bersangkutan.

2. Komisi D menganggap bahwa pemeriksaan persiapan mengenai RUU tentang Bagi Hasil Perikanan itu telah selesai, dan kepada Pimpinan DPR GR akan diminta supaja RUU ini dapat disahkan oleh DPR GR sebelum reses masa sidang keempat tahun ini.

Djakarta, 11 Djuli 1964 Panitera Komisi tsb,

Ttd

(Muchtar S)

Page 133: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

155 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

1958/1958/1742/AE DEWAN PERWAKILAN RAKJAT Djakarta, 10 Djuli 1964

GOTONG ROJONG

No. 02.02/K/2018/DPR GR/1964 Lampiran : - Kepada Perihal : Undangan rapat kerdja Jth. Sdr. Para Anggota Komisi D

Komisi D tgl. 10-7-1964 Di Djakarta AMAT SEGERA

Sesuai dengan susunan atjara rapat2 jang telah ditetapkan oleh Pimpinan DPR GR tgl. 2-7-1964 dan berdasarkan keputusan rapat Komisi D" (Kompartemen Pembangunan) DPR GR pada tgl. 8-7-1964, maka bersama ini dengan hormat mengharap kedatangan Saudara pada rapat kerdja Komisi D dengan Pemerintah (J.M. Menko/Menteri Pertanian) jang akan diselenggarakan pada hari Djum’at malam tanggal 10-7-I964, mulai djam 19.30 bertempat diruang Komisi D gedung DPR GR dengan atjara :

- Melandjutkan pemeriksaan persiapan RUU tentang bagi hasil perikanan. -

Sekretariat DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG R0JONG

Sekretaris Bidang III,

(Dr. Mohd. Ali Bey)

Page 134: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

156 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Salinan DEWAN PERWAKILAN RAKJAT Djakarta, 11 Djuli 1964

GOTONG ROJONG No. 02.02/K/2039/DPR GR/1964 Lampiran : - Kepada Perihal : Undangan rapat paripurna Jth. Para Anggota DPR GR

tgl. 18-7-1964 Di Djakarta AMAT SEGERA

Sesuai dengan susunan atjara rapat2 jang telah ditetapkan oleh Pimpinan DPR GR tgl. 2 Djuli 1964 dan berdasarkan keputusan rapat Komisi D" (Kompartemen Pembangunan) DPR GR pada tgl. 10 Djuli 1964, maka bersama ini dengan hormat mengharap kedatangan Saudara pada rapat paripurna jang akan diselenggarakan pada hari Sabtu tanggal 18 Djuli I964, mulai djam 09.00 bertempat diruangan Pleno gedung DPR GR dengan atjara :

- Membitjarakan RUU tentang bagi hasil perikanan. -

Sekretariat DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG R0JONG

Sekretaris Bidang III,

(Dr. Mohd. Ali Bey)

Page 135: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

157 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

2005/1773/Komisi D/08

LAPORAN KOMISI D DPR GR MENGENAI PEMERIKSAAN PERSIAPAN RUU TENTANG BAGI HASIL PERIKANAN (NASKAH BARU)

_____________________________________________________________

I. Pendahuluan Sebagaimana telah disebutkan laporan KomisiD DPR GR pada tgl. 20 April 1964 mengenai hasil pemeriksaan persiapan atas RUU tentang bagi hasil perikanan, Pemerintah akan menjampaikan teks baru dari RUU tersebut setelah menerima saran2, usul2 amandemen dan pendapat2 serta pertanjaan2 dari para anggota Komisi D. Teks atau naskah baru daripada RUU tsb telah disampaikan oleh Pemerintah kepada Komisi D DPR GR sebelum reses masa sidang yang lalu ialah tgl. 27 April 1964. berhubung dengan sempitnja waktu pada waktu itu dengan dekatnja waktu reses masa sidang ketiga, maka RUU itu tidak dapat dibahasdan ditunda sampai sehabis reses. Kemudian dengan adanja perkembangan pembentukan Kompartemen Pembangunan Pertanian dan Agraria, dan kesibukkan2 menteri jang bersangkutan, maka RUU naskah baru itu baru dapat dibitjarakan dalam rapat kerdja Komisi D dengan Pemerintah pada hari Djum’at malam tgl. 10 Djuli 1964. Selandjutnja dapat pula ditambahkan disini bahwa sebelum rapat kerdja tersebut, telah dilakukan approach2 setjara informil antara Pemerintah dengan Pimpinan DPR GR dan antara Pimpinan DPR GR dengan Pimpinan Komisi D untuk mentjari persesuaian pendapat mengenai beberapa soal jang terdapat dalam RUU tsb.

II. Pokok2 Persoalan Dalam menghadapi naskah baru dari RUU tentang Bagi Hasil Perikanan itu, masih ada persoalan2 jang perlu ditjarikan persesuaian pendapat jang berkisar pada 1. Istilah nelajan pemilik, 2. Keanggotaan koperasi, 3. Beban selama di laut, dan 4. Imbangan bagi hasil. Berkat adanja saling pengertian antara Pihak Pemerintah dan Anggota Komisi D jang bersangkutan, maka perbedaan pendapat jang semula ada mengenai persoalan2 itu, telah dapat diatasi dan diselesaikan dalam rapat kerdja tsb.

1. Mengenai Istilah nelajan pemilik Terhadap usul supaja istilah nelajan pemilik itu diganti dengan pemilik sadja, maka Pemerintah memberikan djawaban bahwa sebaiknja istilah nelajan pemilik itu supaja seterusnja tetap dipakai, djustru untuk menghindarkan adanja salah penafsiran. Baik mengenai nelajan pemilik maupun nelajan penggarap pada hakekatnja mereka bersama2 berusaha dibidang perikanan, dan bahkan mereka harus diintegrasikan dalam rangka usaha menaikkan produksi ikan, sehingga merekapun semuanja adalah nelajan. Diadakannja perbedaan setjara tegas terhadap kedua golongan ini kiranja hanja akan menimbulkan akibat jang negatif dibindang produksi. Jang perlu diatur disini djustru usaha untuk memperbaiki segi sosial/ekonomi nelajan penggarap, dengan sekaligus meningkatkan produksi ikan, dengan menghilangkan unsur2 jang bersifat pemerasan. Sedangkan kalangan anggota jang mempertahankan usul agar memakai istilah pemilik sadja mengemukakan alasan bahwa kenjataan disamping pemilik jang djuga mendjadi nelajan terdapat pemilik2 perahu jang bukan nelajan (tidak ikut bekerdja ke laut). Kalau perlu larangan tentang berbagai matjam pemerasan itu diatur dalam Peraturan2 Pelaksanaan.

2. Soal Keanggotaan Koperasi Mengenai saran supaja anggota koperasi itu dibatasi pada para nelajan sadja dan pemilik2 jang bekerdja melakukan penangkapan ikan, maka menurut Pemerintah soal keanggotaan koperasi itu sudah djelas dalam Pendjelasan Umum angka 3. Keanggotaan Koperasi harus meliputi semua orang jang turut dalam usaha perikanan itu, djadi baik para nelajan penggarap, penggarap tambak, buruh perikanan maupun nelajan pemilik dan pemilik tambak. Koperasi2 ini disamping mempunjai tudjuan sosial ekonomi bagi nelajan beserta keluarganja, djuga bergerak dibidang pemasaran dan pengolahan produksi ikan. Tentang kechawatiran bahwa adanja koperasi antara nelajan pemilik jang bermodal dengan nelajan penggarap itu akan bisa mengaburkan Undang2 ini untuk bagi hasil, maka Pemerintah

Page 136: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

158 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

menerangkan koperasi disini djustru untuk menghilangkan kelemahan2, menghindarkan pemilik membeli murah kepada nelajan dan mendjual mahal dipasaran. Koperasi disini dimaksudkan untuk bergerak aktif dibidang pemasaran, membentuk modal bersama, memiliki kapal bersama dsb, dan semuanja itu tidak akan merubah bagi hasil jang dimaksud oleh Undang2 ini.

3. Beban selama dilaut : Terhadap usul supaja beban selama dilaut itu mendjadi tanggungan pemilik. Pemerintah menjatakan bahwa sebenarnja pembebanan itu sudah diperhitungkan dalam kalkulasi, sehingga memberikan hasil imbangan sebagaimana tersebut dalam Pasal 3 ajat 1 huruf 1. Sebenarnja hal ini dalam kenjataannja telah mendjadi beban bersama. Djika memang dikehendaki akan dibebankan kepada nelajan pemilik, maka sebaiknja diberikan kompensasi dengan membebaskan “biaja uang rokok/djadjan untuk para nelajan penggarap selama di laut” kepada nelajan penggarap, djadi bukan beban bersama, demikian keterangan Pemerintah. Tetapi kemudian dengan musjawarah achirnja beban kedua2nja ditetapkan mendjadi beban bersama.

4. Soal Imbangan Bagi Hasil : Mengenai usul perubahan imbangan bagi hasil jang tersebut dalam Pasal 3, ialah angka 75% - 40% untuk perikanan laut dan angka 40%-60% untuk perikanan darat supaja mendjadi 75% - 50% untuk perikanan laut dan 50% - 75% untuk perikanan darat, maka Pemerintah mendjawab bahwa sebagaimana telah diuraikan dalam daftar kalkulasi, imbangan tersebut dalam Pasal 3 itu sebenarnja sudah mepet sekali, dengan membuat kalkulasi setjara terperintji. Djika diadakan perubahan lagi, dichawatirkan bahwa para nelajan pemilik/pemilik tambak akan mengusahakan sendiri atau akan mengurangi djumlah penggarapnja, ataupun malahan membiarkan tidak mengadakan perbaikan2 terhadap perahu/kapal, alat2 penangkapan ikan maupun tambaknja. Terhadap harapan2 supaja imbangan itu bisa hidup dan ditjamtunkan dalam Pendjelasan, Pemerintah bisa menerimanja dengan mengingat kalau ada perkembangan2, maka jang minimum itu bisa berkembang.

III. Penutup

Dengan selesainja pembahasan RUU tentang bagi hasil perikanan dalam Komisi D DPR GR pada tgl. 10 Djuli 1964 itu, maka RUU ini kiranja bisa dibawa ke sidang paripurna DPR GR untuk disahkan mendjadi Undang2, sebelum reses masa sidang keempat ini.

Djakarta, 13 Djuli 1964 Pelapor2,

Mengetahui, 1. ttd Pimpinan Komisi D Wakil Ketua Herman Mu’tashim 2. ttd Ttd Amung Amran

Soetarno 3. ttd

Abdullah

Page 137: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

159 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Salinan DEWAN PERWAKILAN RAKJAT Djakarta, 14 Djuli 1964

GOTONG ROJONG No. C2.02/K/2071/DPR GR/1964 Lampiran : - Kepada Perihal : Undangan rapat paripurna 1. J.M. Menko/Menteri Pertanian

tgl. 18 – 7 - 1964 2. J.M. Menteri Perikanan Di

Djakarta AMAT SEGERA

Sesuai dengan susunan atjara rapat2 jang telah ditetapkan oleh Pimpinan DPR GR tgl. 2 Djuli 1964 dan berdasarkan keputusan rapat Komisi D" (Kompartemen Pembangunan) DPR GR pada tgl. 10 Djuli 1964, serta sesuai pula dengan kesediaan Jang Mulia maka bersama ini kami dengan hormat mengharap kedatangan Jang Mulia pada rapat paripurna DPR GR jang akan diselenggarakan pada hari Sabtu tanggal 18 Djuli I964, mulai djam 09.00, dengan atjara :

- Membitjarakan RUU tentang Bagi Hasil Perikanan. -

PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN RAKJAT

GOTONG R0JONG u.b Sekretaris Umum,

ttd

(Djoko Soemarjono, SH)

SALINAN : 1. J.M Menteri Penghubung DPR/MPR/DPA; 2. Penghubung Dep. Pertanian; 3. Penghubung Dep. Perikanan.

Page 138: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

160 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

2041/1802/AE DEWAN PERWAKILAN RAKJAT Djakarta, 15 Djuli 1964

GOTONG ROJONG No. 01.09/K/2099/DPR GR/1964 Lampiran : - Kepada Perihal : RUU tentang Bagi Hasil Para Anggota DPR GR

Perikanan (Sid. 1963/1964 P. 416) Di

Djakarta AMAT SEGERA

Bersama ini kami sampaikan dengan hormat Naskah terachir mengenai Rantjangan Undang-undang tentang Bagi Hasil Perikanan beserta memori Pendjelasannja dan ralat, untuk dipergunakan sebagai bahan pembitjaraan dalam rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong.

A.n PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN RAKJAT

GOTONG R0JONG Sekretaris Umum,

ttd

(Djoko Soemarjono, SH)

SALINAN : 1. Para J.M Pimpinan DPR GR; 2. Kepala Biro II; 3. Sekretaris Bidang III.

Page 139: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

161 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

RANTJANGAN UNDANG UNDANG NO…………. TAHUN 1964

TENTANG BAGI HASIL PERIKANAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa sebagai salah satu usaha untuk menudju kearah perwudjudan masjarakat

sosialis Indonesia pada umumnja,chususnja untuk meningkatkan taraf hidup para nelajan penggarap dan penggarap tambak serta memperbesar produks ikan,maka pengusahaan perikanan setjara bagi hasil,baik perikanan laut maupun perikanan darat,harus diatur hingga dihilangkan unsure-unsurnja jang bersifat pemerasan dan semua fihak jang turut serta masing2 mendapat bagian jang adil dari usaha itu;

b. bahwa selain perbaikan daripada sjarat2 perdjanjian bagi hasil sebagai jang dimaksudkan diatas perlu pula lebih dipergiat usaha pembentukan koperasi2 perikanan, jang anggota2nja terdiri dari semua orang jang turut serta dalam usaha perikanan itu;

Mengingat : a. pasal 5 ajat 1 jo pasal 20 ajat 1 serta pasal 27 ajat 2 dan pasal 33 Undang-undang Dasar;

b. Undang-undang No. 5 tahun 1960 ( Lembaran Negara tahun 1960 No. 104); c. Ketetapan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara No. II/MPRS/1960 jo Resolusi

No. I/MPRS/1963; Dengan persetudjuan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG BAGI HASIL PERIKANAN

BAB I ARTI BEBERAPA ISTILAH

PASAL 1

Dalam Undang Undang ini jang dimaksudkan dengan : a. Perdjandjian bagi hasil ialah perdjandjian jang diadakan dalam usaha penangkapan atau pemeliharaan

ikan antara nelajan pemilik dan nelajan penggarap atau pemilik tambak dan penggarap tambak, menurut perdjandjian mana menurut masing-masing menerima bagian dari hasil usaha tersebut menurut perkembangan jang telah disetudjui sebelumnja.

b. Nelajan pemilik ialah orang atau badan hukum jang dengan hak apapun berberkuasa atas suatu kapal/perahu jang dipergunakan dalam usaha penangkapan ikan dan alat2 penangkapan ikan

c. Nelajan penggarap ialah semua orang jang sebagai kesatuan dengan mendjadikan tenaganja turut serta dalam usaha penangkapan laut.

d. Pemilik tambak ialah orang atau badan hukum jang dengan hak apapun berkuasa atas suatu tambak. e. Penggarap tambak ialah orang jang setjara njata, aktif menjediakan tenaga dalam usaha pemelihara

ikan darat atas dasar perdjandjian bagi hasil jang diadakan dengan pemilik tambak. f. Tambak ialah genangan air jang dibuat oleh orang sepandjang pantai untuk memelihara ikan dengan

pengairan jang teratur. g. Hasil bersih ialah :

- Bagi perikanan laut : hasil ikan jang diperoleh dari penangkapan, jang setelah diambil sebagian untuk “lawuhan” para nelajan penggarap menurut kebiasaan setempat, dikurangi dengan beban2 jang mendjadi tanggungan bersama dari nelajan pemilik dan para nelajan penggarap, sebagai jang ditetapkan didalam Pasal 4 Angka 1 huruf a;

- Bagi perikanan darat : sepandjang mengenai ikan pemeliharaan jang diperoleh dari usaha tambak jang bersangkutan dikurangi dengan beban2 jang mendjadi tanggungan bersama dari pemilik tambak dan penggarap tambak, sebagai jang ditetapkan didalm Pasal 4 Angka 2 huruf a.

h. Ikan pemeliharaan ialah ikan jang sengadja dipelihara dari benih jang pada umumnja diperoleh dengan djalan membeli;

Page 140: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

162 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

i. Ikan liar ialah ikan jang terdapat didalam tambak dan tidak tergolong ikan pemeliharaan.

BAB II PEMBAGIAN HASIL USAHA

Pasal 2

Usaha perikanan laut maupun darat atas dasar perdjandjian bagi hasil perikanan diselenggarakan berdasarkan kepentingan bersama dari nelajan penggarap, nelajan pemilik serta pemilik tambak dan penggarap tambak jang bersangkutan, hingga mereka masing2 menerima bagian dari hasil usaha itu sesuai dengan djasa jang diberikannja,

Pasal 3 (1). Djika suatu usaha perikanan diselenggarakan atas dasar perdjandjian bagi hasil, maka dari hasil

usaha itu kepada fihak nelajan penggarap dan penggarap tambak paling sedikit harus diberikan bagian sebagai berikut : 1. Perikanan laut : a. djika dipergunakan perahu lajar : minimum 75% (tudjuh lima perseratus) dari

hasil bersih b. djika dipergunakan kapal motor : minimum 40% (empat puluh perseratus)

dari hasil bersih 2. Perikanan darat : a. mengenai hasil ikan pemeliharaan : minimum 40% (empat puluh perseratus) b. mengenai hasil ikan liar : minimum 60% (enam puluh perseratus) dari hasil

kotor (2). Pembagian hasil diantara para nelajan penggarap dari bagian jang mereka terima menurut ketentuan dalam Ajat 1 Pasal ini diatur oleh mereka sendiri, dengan diawasi oleh Pemerintah Daerah bersangkutan untuk menghindarkan terdjadinja pemerasan, dengan ketentuan, bahwa perbandingan antara bagian jang terbanjak dan jang paling sedikit tidak boleh lebih dari 3 (tiga) lawan 1 (satu).

Pasal 4 Angka bagian fihak nelajan penggarap dan penggarap tambak sebagai jang tertjantum dalam Pasal 3 ditetapkan dengan ketentuan, bahwa beban beban jang bersangkutan dengan usaha perikanan itu harus dibagi sebagai berikut : 1. Perikanan laut :

a. beban-beban jang mendjadi tanggungan bersama dari nelajan pemilik dan fihak nelajan penggarap : ongkos lelang, uang rokok/djadjan, biaja perbekalan untuk para nelajan penggarap selama dilaut biaja untuk sedekah laut (selamatan bersama) serta iuran2 jang jang disjahkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II jang bersangkutan seperti untuk koperasi, dan pembangunan perahu/kapal, dana kesedjahteraan dana kematian dan lain-lainnja.

b. beban-beban jang mendjadi tanggungan nelajan pemilik : ongkos pemeliharaan dan perbaikan perahu/kapal serta alat2 lain jang dipergunakan, penjusutan dan biaja eksplotasi usaha penangkapan, seperti untuk pembelian solar, minjak es dan lain sebagainja;

2. Perikanan darat ;

a. Bahan2 jang mendjadi tanggungan bersama dari pemilik tambak dan penggarap tambak : uang pembeli benih ikan pemeliharaan, biaja untuk pengeduk saluran (tjaren) biaja2 untuk pemupukan tambak dan perawatan pada pintu air dan serta saluran, jang mengairi tambak jang diusahakan itu;

b. Bahan jang mendjadi tanggungan pemilik tambak : disediakannja tambak dengan pintu air dalam keadaan jang mentjukupi kebutuhan, biaja untuk memperbaiki dan mengganti pintu air jang tidak dipakai lagi serta pembajaran padjak tanah jang bersangkutan;

c. Bahan2 jang mendjadi tanggungan penggarap tambak : biaja untuk menjelenggarakan pekerdjaan sehari2 jang berhubungan dengan pemeliharaan ikan didalam tambak, dan penangkapannja pada waktu panen.

Page 141: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

163 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Pasal 5 1. Djika menurut kebiasaan setempat pembagian beban2 jang bersangkutan dengan usaha perikanan itu

telah diatur menurut ketentuan dalam Pasal 4, sedang bagian jang diterima oleh fihak nelajan penggarap atau penggarap tambak lebih besar daripada jang ditetapkan dalam Pasal 3, maka aturan jang lebih menguntungkan fihak nelajan penggarap atau penggarap tambak itulah jang harus dipakai.

2. Dengan tidak mengurangi apa jang ditentukan dalam ajat 1 Pasal ini, maka djika disesuatu daerah didalam membagi beban2 itu berlaku kebiasaan jang lain daripada jang dimaksudkan dalam Pasal 4, jang menurut Pemerintah Daerah Tingkat I jang bersangkutan sukar untuk disesuaikan dengan ketentuan dalam Pasal tersebut, maka Pemerintah Daerah Tingkat I itu dapat menetapkan angka bagian lain untuk fihak nelajan penggarap atau penggarap tambak dari pada jang ditetapkan dalam Pasal 3, asalkan dengan demikian bagian jang diberikan kepada nelajan penggarap atau penggarap tambak itu tidak kurang daripada djika pembagian hasil usaha perikanan jang bersangkutan diatur menurut ketentuan Pasal 3 dan 4 tersebut diatas Penetapan Pemerintah Daerah Tk. I itu memerlukan persetudjuan dan Menteri Perikanan.

BAB III

SJARAT-SJARAT BAGI PENGGARAP TAMBAK Pasal 6

Jang diperbolehkan mendjadi penggarap tambak hanjalah orang2 warga negara Indonesia jang setjara njata menjediakan tenaganja dalam usaha pemeliharaan ikan darat dan jang tambak garapannja, baik jang dimilikinja sendiri atau keluarganja maupun jang diperolehnja dengan perdjandjian bagi hasil, luasnja tidak akan melebihi batas maksimum, sebagaimana jang ditetapkan menurut ketentuan Undang2 No. 56 Prp. 1960 (LN. 1960/174)

BAB IV DJANGKA WAKTU PERDJANDJIAN

Pasal 7 (1) Perdjandjian bagi hasil diadakan untuk waktu paling sedikit 2 (dua) musim, jaitu 1 (satu) tahun

bnerturut-turut bagi perikanan laut dan paling sedikit 6 (enam) musim, jaitu 3 (tiga) tahun berturut-turut bagi perikanan darat, dengan ketentuan bahwa djika setelah djangka waktu itu berachir diadakan pembaharuan perdjandjian maka para nelajan penggarap dan penggarap tambak jang lamalah jang diutamakan.

(2) Perdjandjian bagi hasil tidak terputus karena pemindahan hak atas perahu/kapal, alat2 penangkapan ikan atau tambak jang bersangkutan kepada orang lain. Didalam hal jang demikian maka semua hak dan kewadjiban pemiliknja jang lama beralih kepada pemilik jang baru.

(3) Djika seorang nelajan penggarap atau penggarap tambak meninggal dunia, maka ahli warisnja jang sanggup dan dapat mendjadi nelajan penggarap atau penggarap tambak dan menghendakinja, berhak untuk melandjutkan perdjandjian bagi hasil jang bersangkutan, dengan hak dan kewadjiban jang sama hingga djangka waktunja berachir.

(4) Penghentian perdjandjian bagi hasil sebelum berachirnja djankga waktu perdjandjian hanja mungkin didalam hal2 dan menurut ketentuan2 dibawah ini : a. Atas persetudjuan kedua belah fihak jang bersangkutan; b. Dengan izin Panitya Landreform Desa djika mengenai perikanan darat atau suatu Panitya Desa

jang akan dibentuk djika mengenai perikanan laut, atas tuntutan pemilik, djika nelajan penggarap atau penggarap tambak jang bersangkutan tidak memenuhi kewadjibannja sebagaimana mestinja;

c. Djika penggarap tambak tanpa persetudjuan pemilik tambak menjerahkan penguasaan tambaknja kepada orang lain.

(5) Pada berachirnja perdjandjian bagi hasil baik karena berachirnja djangka waktu perdjandjian maupun karena salah satu sebab tersebut pada Ajat 4 Pasal ini, nelajan penggarap dan penggarap tambak wadjib menjerahkan kembali kapal/perahu, alat2 pengkapan ikan dan tambak jang bersangkutan kepada nelajan pemilik dan pemilik tambak dalam keadaan baik.

Page 142: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

164 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

BAB V LARANGAN-LARANGAN

Pasal 8

(1) Pembajaran uang atau pemberian benda apapun djuga kepada seorang nelajan pemilik, pemilik tambak, jang dimaksudkan untuk diterima sebagai nelajan penggarap atau penggarap tambak, dilarang.

(2) Pelanggaran terhadap larangan tersebut pada Ajat 1 Pasal ini mengakibatkan bahwa uang atau harga benda jang diberikan itu dikurangkan pada bagian nelajan pemilik atau pemilik tambak dari hasil usaha perikanan jang bersangkutan dan dikembalikan kepada nelajan penggarap dan penggarap tambak jang membarikannja

(3) Pembajaran oleh siapapun kepada nelajan pemilik, pemilik tambak ataupun nelajan penggarap dan penggarap tambak dalam bentuk apapun djuga jang mempunjai unsur jang dilarang.

(4) Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana dalam Pasal 20 maka apa jang dibajarkan tersebut pada Ajat 3 Pasal ini tidak dapat dituntut kembali dalam bentuk apapun.

Pasal 9

(1) Sewa menjewa dan gadai menggadai tambak dilarang, ketjuali untuk keperluan jang sangat

mendesak selama djangka waktu jang terbatas ataupun keperluan pegaraman rakjat setelah ada izin chusus dari Asisten Wedana/Kepala Ketjamatan jang bersangkutan.

(2) Perdjandjian sewa menjewa tambak jang ada pada waktu mulai berlakunja Undang2 ini harus ketentuan dalam Pasal 7 Undang-undang No. 56 Prp. tahun 1960 (Lembaran Negara tahun 1960 No. 174).

BAB VI

USAHA ATAS DASAR UPAH DAN SEWA Pasal 10

(1) Djika suatu usaha perikanan laut diselenggarakan oleh suatu perusahaan jang berbentuk badan

hukum, dengan memberi upah tertentu kepada para buruh nelajan, maka penetapan besarnja upah tersebut dilakukan dengan persetudjuan Menteri Perburuhan, setelah mendengar Menteri Perikanan dan organisasi2 tani, nelajan dan buruh jang mendjadi anggota Front Nasional.

(2) Djika suatu usaha perikanan jang tidak termasuk golongan jang dimaksudkan dalam ajat 1 Pasal ini diselenggarakan sendiri oleh nelajan atau buruh tambak, maka oleh Pemeritah Daerah Tk. I diadakan peraturan tentang penetapan upah tersebut.

(3) Pemerintah Daerah Tk. I dapat pula mengadakan peraturan tentang persewaan perahu/kapal dan alat2 penangkapan ikan.

(4) Didalam membuat peraturan jang dimaksudkan dalam ajat 2 dan 3 Pasal ini harus diindahkan pedoman2 jang diberikan oleh Menteri Perburuhan dan Menteri Perikanan serta dengar organisasi tani, nelajan dan buruh jang mendjadi anggota Front Nasional.

BAB VII

KETENTUAN UNTUK PENJEMPURNAAN DAN KELANGSUNGAN USAHA PERIKANAN Pasal 11

Oleh Pemerintah Daerah Tingkat I dapat diadakan peraturan jang mewakili pemilik tambak untuk

memelihara dan memperbaiki susunan pengairan tambakan, disamping saluran2 dan tanggul2 jang ada didaerah pertambakan itu sendiri, jang semata2 dipergunakan untuk kepentingan pertambakan.

Pasal 12

Oleh Pemerintah didakan peraturan tentang pembentukan dan penjelenggaraan dana2 jang

bertudjuan untuk mendjamin berlangsungnja usaha perikanan baik perikanan laut maupun perikanan darat serta untuk memperbesar dan mempertinggi mutu produksinja dalam mana diikutsertakan wakil2 organisasi2 tani dan nelajan jang ditundjuk oleh Fron Nasional.

Page 143: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

165 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Pasal 13

(1) Djika seorang nelajan pemilik perahu/kapal atau lain2 alat penangkapan ikan, jang biasanja dipakai untuk usaha perikanan dengan perdjandjian bagi hasil, tidak bersedia menjediakan kapal/perahu atau alat2 penangkapan menurut ketentuan2 peraturan jang dimaksudkan dalam Pasal 3 dan 4 atau 5 dengan sengadja tidak digunakan, maka Bupati/Walikota/Kepala Daerah Tingkat II jang bersangkutan atau pendjabat jang ditundjuknja berwenang untuk menjerahkannja kepada koperasi perikanan setempat setjara sewa beli dengan nelajan pemilik untuk dipergunakan dalam usaha penangkapan ikan.

(2) Sjarat2 sewa beli tersebut pada Ajat 1 Pasal ini ditetapkan setjara musjawarah dengan nelajan pemilik jang bersangkutan. Djika tjara tersebut tidak membawa hasil, maka sjarat2nja ditetapkan oleh Bupati/Walikota/Kepala Daerah Tingkat II, setelah mendengar pertimbangan Dinas Perikanan Laut dan organisasi2 tani dan nelajan jang mendjadi anggota Front Nasional setempat. Terhadap ketetapan Bupati/Walikota/Kepala Daerah Tingkat II tersebut dapat dimintakan banding kepada Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I jang bersangkutan, jang memberikan keputusan jang mengikat kedua belah fihak.

(3) Djika nelajan pemilik perahu/kapal dan alat2 penangkapan ikan itu tidak bersedia menerima uang persewaan sebagai jang ditetapkan oleh Bupati/Walikota/Kepala Daerah Tingkat II atau Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I tersebut pada Ajat 2 Pasal ini, maka oleh koperasi jang bersangkutan uang itu disimpan pada Bank Koperasi Tani dan Nelajan setempat atas nama dan biaja nelajan pemilik tersebut.

Pasal 14

(1) Djika seorang pemilik tambak jang biasanja diusahakan dengan perdjandjian bagi hasil dengan

sengadja tidak bersedia menjediakan tambaknja itu menurut ketentuan2 peraturan jang dimaksudkan dalam Pasal 3 dan 4 atau 5 dan membiarkannja tidak diusahakan setjara lain, maka Asisten Wedana/Kepala Ketjamatan jang bersangkutan berwenang untuk menjerahkannja kepada seorang atau beberapa orang penggarap tambak dengan perdjandjian bagi hasil. Didalam hal ini maka pada azasnja mereka jang biasa menggarap tambak tersebut akan diutamakan.

(2) Djika pemilik tambak tersebut pada Ajat 1 Pasal ini tidak bersedia untuk menerima bagiannja sebagai jang ditetapkan menurut ketentuan dalam peraturan jang dimaksudkan dalam Pasal 3 dan 4 atau 5, maka setelah dikurangi dengan biaja2 jang mendjadi beban pemilik, sisa bagian pemilik tambak itu oleh penggarap tambak disimpan pada Bank Koperasi Tani dan Nelajan setempat atas nama dan biaja pemilik tersebut.

BAB VIII

KESEDJAHTERAAN NELAJAN PENGGARAP, PENGGARAP TAMBAK DAN BURUH PERIKANAN Pasal 15

(1) Didaerah2 dimana terdapat usaha2 perikanan, baik perikanan laut maupun perikanan darat, harus

diusahakan berdirinja koperasi2 perikanan jang anggota2nja terdiri dari para nelajan penggarap, penggarap tambak, buruh perikanan, pemilik tambak dan nelajan pemilik.

(2) Koperasi2 perikanan tersebut pada Ajat 1 Pasal ini bertudjuan untuk memperbaiki taraf hidup para anggotanja dengan menjelenggarakan usaha2 jang meliputi bidang produksi maupun jang langsung berhubungan dengan kesedjahteraan para anggota serta keluarganja.

Pasal 16

(1) Tiap nelajan pemilik wadjib memberi perawatan dan tundjangan kepada para nelajan penggarap jang

menderita sakit, jang disebabkan karena melakukan tugasnja dilaut atau mendapat ketjelakaan didalam melakukan tugasnja.

(2) Djika kedjadian jang dimaksudkan pada Ajat 1 Pasal ini mengakibatkan kematian, maka nelajan pemilik jang bersangkutan wadjib memberikan tundjangan jang lajak kepada keluarga jang ditinggalkannja.

(3) Oleh Pemerintah diadakan peraturan tentang penjelenggaraan ketentuan2 dalam Pasal ini.

Page 144: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

166 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

BAB IX PEMASARAN HASIL USAHA PERIKANAN

Pasal 17

Pemasaran hasil usaha penangkapan dan pemeliharaan ikan, baik perikanan laut maupun perikanan darat dilakukan menurut tjara dan dengan harga jang disetudjui bersama oleh nelajan pemilik/pemilik tambak dan nelajan penggarap/penggarap tambak.

BAB X PENGAWASAN DAN PENJELESAIAN PERSELISIHAN

Pasal 18

(1) Oleh Menteri Perikanan diadakan ketentuan2 lebih landjut tentang penjelenggaraan ketentuan2 undang2 ini dan tjara2 pelaksanaan pengawasannja.

(2) Didalam menjelenggarakan pengawasan jang dimaksudkan dalam Ajat 1 Pasal ini diikutsertakan pula organisasi2 tani dan nelajan jang mendjadi anggota Front Nasional setempat.

Pasal 19

(1) Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam Pasal 13, maka perselisihan jang timbul didalam

melaksanakan ketentuan2 Undang2 ini dan peraturan2 pelaksanaannja diselesaikan setjara musjawarah oleh fihak jang berselisih bersama2 dengan Panitia Landreform Desa djika mengenai perikanan darat atau suatu Panitia Desa jang akan dibentuk djika mengenai perikanan laut.

(2) Djika dengan tjara demikian tidak dapat diperoleh penjelesaian, maka soalnja diadjukan depan Panitia Landreform Ketjamatan djika mengenai perikanan laut, untuk mendapat keputusan.

(3) Terhadap keputusan Panitia tersebut pada Ajat 2 Pasal ini dapat dimintakan banding kepada Panitia Landreform Daerah Tingkat II jang bersangkutan, djika mengenai perikanan darat atau suatu Panitia Daerah Tingkat II jang akan dibentuk djika mengenai perikanan laut.

(4) Chusus untuk keperluan penjelesaian perselisihan sebagai jang dimaksudkan dalam Ajat 2 dan 3 Pasal ini keanggotaan Panitia Landreform ditambah dengan pendjabat dari Dinas Perikanan Darat jang bersangkutan dan paling banjak 3 orang wakil organisasi2 tani dan nelajan jang ditundjuk oleh Front Nasional setempat, djika mereka itu dalam susunan Panitia sekarang ini belum mendjadi anggota tetap.

BAB XI

KETENTUAN PIDANA DAN LAIN – LAIN Pasal 20

Dipidana dengan hukuman selama-lamanja 3 (tiga) bulan dan atau denda sebanjak-banjaknja Rp.

10.000,- (sepuluh ribu rupiah) karena melakukan pelanggaran ini : a. Nelajan pemilik atau pemilik tambak jang mengadakan perdjandjian bagi hasil dengan sjarat2 jang

mengurangi ketentuan dalam pasal 3 dan 4 atau penetapan Pemerintah Daerah jang dimaksudkan dalam Pasal 5.

b. Barang siapa melanggar larangan jang dimaksudkan dalam Pasal 8 ajat 3. c. Nelajan pemilik atau pemilik tambak jang melanggar larangan jang dimaksudkan dalam Pasal 9 Ajat 1; d. Barang siapa mendjadi perantara antara nelajan pemilik dan nelajan penggarap pemilik tambak dan

penggarap tambak, dengan maksud untuk memperoleh keuntungan bagi dirinja sendiri.

Page 145: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

167 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Pasal 21

Undang-undang ini dapat disebut “Undang-undang bagi hasil Perikanan”. (1) Undang-undang ini mulai berlaku pada hari diundangkan. (2) Agar supaja setiap orang dapat mengetahuinja memerintahkan pengundangan Undang-undang ini

dengan penetapan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Djakarta pada tanggal ……… PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

(SOEKARNO) Diundangkan di Djakarta Pada tanggal ……………… MENTERI SEKRETARIS NEGARA,

(MOCH. ICHSAN)

Page 146: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

168 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

PENDJELASAN UMUM

UNDANG UNDANG NO. TAHUN 1960 TENTANG

BAGI HASIL PERIKANAN _____________________________________________

PENDJELASAN UMUM I. TUDJUAN UNDANG2 BAGI HASIL PERIKANAN.

1. Sebagai salah satu usaha menudju kearah terwudjudnja masjarakat sosialis Indonesia pada umumnja chususnja untuk meningkatkan taraf hidup para nelajan penggarap dan penggarap tambak serta memperbesar produksi ikan, Madjelis Permusjawaratan Rakjat sementara didalam Ketetapannja No. II/MPRS/1960 dan Resolusinja No. I/MPRS/1963 memerintahkan supaja diadakan undang2 jang mengatur soal usaha perikanan jang diselenggarakan dengan perdjandjian bagi hasil. Undang-undang ini merupakan realisasi daripada perintah MPRS tersebut.

2. Sebagaimana ditentukan dalam Pasal 12 Ajat 1 Undang-undang Pokok Agraria segala usaha bersama dalam lapangan agraria, djadi termasuk djuga usaha perikanan, baik perikanan laut maupun perikanan darat, haruslah diselenggarakan berdasarkan kepentingan bersama dari semua fihak jang menjediakan kapal/perahu, alat2 penangkapan ikan dan tambak maupun para nelajan penggarap dan penggarap tambak jang menjumbangkan tenaganja, hingga mereka masing2 menerima bagian jang adil dari hasil usaha tersebut. Pengusahaan perikanan atas dasar bagi hasil dewasa ini masih diselenggarakan menurut ketentuan2 hukum adat setempat, jang menurut ukuran sosialisme Indonesia belum memberikan dan mendjamin bagian jang lajak bagi para nelajan penggarap dan penggarap tambak. Berhubung dengan itu maka pertama2 perlu diadakan ketentuan untuk menghilangkan unsur2 perdjandjian bagi hasil jang bersifat pemerasan, hingga dengan demikian semua fihak jang turut serta dalam usaha itu mendapat bagian jang sesuai dengan djasa jang disumbangkannja. Dengan memberikan djaminan jang demikian itu maka disamping perbaikan taraf hidup para nelajan penggarap dan penggarap tambak jang bersangkutan, diharapkan pula timbulnja perangsang jang lebih besar didalam meningkatkan produksi ikan. Dalam pada itu hal tersebut tidaklah berarti, bahwa kepentingan daripada para pemilik kapal/perahu, alat2 penangkapan ikan dan tambak akan diabaikan. Usaha perikanan, terutama perikanan laut, memerlukan pemakaian alat2 jang memerlukan biaja pemeliharaan serta perbaikan dan jang pada waktunja bahkan harus diganti dengan jang baru. Menetapkan imbangan bagian jang jang terlalu ketjil bagi golongan pemilik biasa berakibat, bahwa soal pemeliharaan dan perbaikan serta penggantian alat2 tersebut akan kurang mendapat perhatian atau diabaikan sama sekali. Hal jang demikian itu selain akan merugikan fihak2 jang bersangkutan sendiri, akan pula berpengaruh tidak baik terhadap produksi ikan pada umumnja. Berhubung dengan itu para pemilik tersebut harus pula mendapat bagian jang lajak, dengan pengertian, bahwa dengan demikian ia berkewadjiban pula untuk menjelenggarakan pemeliharaan dan perbaikan sebagaimana mestinja.

3. Dalam pada itu perbaikan taraf hidup para nelajan penggarap dan penggarap tambak tidak akan dapat tertjapai hanja dengan memperbaiki sjarat2 perdjandjian bagi hasil sadja. Untuk itu usaha pembentukkan koperasi2 perikanan perlu dipergiat dan lapangan usaha serta keanggotaannja perlu diperluas. Keanggotaan koperasi tersebut harus meliputi semua orang jang turut serta dalam usaha perikanan itu, djadi baik para nelajan penggarap, penggarap tambak, buruh perikanan maupun nelajan pemilik dan pemilik tambak. Lapangan usaha koperasi perikanan hendaknja tidak terbatas pada soal produksi sadja, misalnja pembelian kapal2/perahu2 dan alat2 penangkapan ikan, pengolahan hasil ikan serta pemasarannja, tetapi djuga meliputi soal kredit serta hal2 jang menjangkut kesedjahteraan para anggota dan keluarganja. Misalnja usaha untuk mentjukupi keperluan sehari2, menjelenggarakan dana ketjelakaan, kematian dan lain2nja. Dengan demikian maka mereka itu dapatlah dilepaskan dan dihindarkan dari praktek2 para pelepas uang, tengkulak dan lain2nja, jang dewasa ini sangat meradjarela dikalangan usaha perikanan, terutama perikanan laut.

Page 147: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

169 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

II. PENGATURANNJA 1. Menurut hukum adat jang berlaku sekarang ini tidak terdapat keseragaman mengenai imbangan

besarnja bagian pemilik pada satu fihak dan para nelajan penggarap serta penggarap tambak pada lain fihak. Perbedaan itu disebabkan, selain oleh imbangan antara banjaknja nelajan penggarap dan penggarap tambak pada satu fihak serta kapal/perahu dan tambak jang akan dibagi hasilkan pada lain fihak, djuga oleh rupa2 faktor lainnja. Diantaranja ialah penentuan tentang biaja2 apa sadja jang mendjadi beban bersama dan apa jang dipikul oleh mereka masing2. Mengenai perikanan darat ditambak letak, luas dan keadaan kesuburan tambaknja serta ikan jang dihasilkan merupakan faktor pula jang menentukan imbangannja lebih besar daripada bagian pemilik tambak jang kurang subur. Mengenai perikanan laut, matjam kapal/perahu dan alat2 serta tjara2 penangkapan jang dipergunakan merupakan faktor jang turut menentukan besarnja imbangan itu. Bagian seorang pemilik kapal motor misalnja adalah lebih besar imbangan persentasinja, djika dibandingkan dengan bagian seorang pemilik perahu lajar. Hal ini disebabkan karena biaja eksploitasi jang harus dikeluarkan oleh pemilik motor itu lebih besar lagi pula hasil penangkapan seluruhnja lebih besar, hingga biarpun imbangan persentasi bagi para nelajan penggarap lebih ketjil, tetapi hasil jang diterima sebenarnja oleh mereka masing2 adalah lebih besar djika dibandingkan dengan hasil para nelajan penggarap jang menggunakan kapal/perahu lajar.

2. Berhubung dengan itu didalam Undang ini bagian jang harus diberikan kepada para nelajan penggarap dan penggarap tambak sebagai jang tertjantum didalam Pasal 3, ditetapkan atas dasar imbangan didalam pembagian beban2 dan biaja2 usaha sebagai jang tertjantum dalam Pasal 4. Di daerah2 dimana pembagian beban2 dan biaja2 itu sudah sesuai dengan apa jang ditentukan didalam Pasal 4, maka tinggal peraturan tentang pembagian hasil sadjalah jang harus disesuaikan, jaitu djika menurut kebiasaan setempat bagian para nelajan penggarap atau penggarap tambak masih kurang dari apa jang ditetapkan dalam Pasal 3. Djika bagian mereka sudah lebih besar daripada jang ditetapkan dalam Pasal 3, maka aturan jang lebih menguntungkan fihak nelajan penggarap atau penggarap tambak itulah jang harus dipakai (Pasal 5 Ajat 1).

3. Dengan pengaturan jang demikian itu maka ketentuan2 tentang bagi hasil jang dimuat dalam Undang2 ini dapat segera didjalankan setelah Undang2 ini mulai berlaku, dengan tidak menutup sama sekali kemungkinan untuk mengadakan penjesuaian dengan keadaan daerah, djika hal itu memang sungguh2 perlu (Pasal 5 Ajat 2).

4. Mengenai perikanan darat hanja diberi ketentuan2 tentang penjelenggaraan bagi hasil tambak, jaitu genangan air jang dibuat oleh orang sepandjang pantai untuk pemeliharaan ikan, dengan mendapat pengairan jang teratur. Usaha pemeliharaan ikan diempang2 air tawar dan lainnja tidak terkena Undang2 ini oleh karena itu umumnja tidak dilakukan setjara bagi hasil, tetapi dikerdjakan sendiri oleh pemiliknja. Kalau ada pemeliharaan jang dilakukan setjara bagi hasil maka hal itu hanja mengenai kolam2 jang tidak luas. Kalau ada sawah jang dibagi hasilkan dan selain ditanami padi djuga diadakan usaha pemeliharaan ikan, maka soalnja diatur menurut Undang2 No. 2 tahun 1960 tentang Perdjandjian Bagi Hasil Pertanian.

III. PENDJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Huruf a : Dalam pengertian ikan termasuk hasil laut lainnja, ketjuali mutiara, jang

pengambilannja memerlukan izin chusus dari Menteri Pertanian dan Agraria. Huruf b : Kapal/perahu, alat2 penangkapan ikan lainnja dan tambak jang dibagi hasilkan tidak

perlu dikuasi oleh nelajan pemilik dan pemilik tambak dengan hak milik, penguasaan itu dapat pula berdasarkan atas hak persewaan atau hak guna usaha. Sero dan kelong (djermal) jang dipergunakan untuk menangkap ikan termasuk dalam pengertian “alat penangkapan ikan”.

Huruf c : Orang2 jang menjediakan tenaganja dalam usaha penangkapan ikan laut sebagai suatu kesatuan (unit) disebut nelajan penggarap, jang sebagai kesatuan pula akan membagi hasil dari usah itu dengan nelajan pemilik. Berapa orang jang turut serta sebagai satu kesatuan itu tergantung pada matjam kapal/perahu dan alat2 serta tjara2 penangkapan jang dipergunakan. Ada kalanja hanja 2 atau 3 orang, ada kalanja sampai 20 orang.

Page 148: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

170 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Seringkali seorang nelajan pemilik turut serta ke laut sebagai djuru mudi. Didalam hal jang demikian nelajan pemilik itu djuga termasuk dalam golongan nelajan penggarap. Ia akan menerima bagian dari hasil usaha itu baik sebagai nelajan pemilik maupun sebagai salah seorang nelajan penggarap.

Huruf e : Hubungan dengan sjarat2 jang ditentukan didalam Pasal 6. Huruf f : Tambak harus mendapat pengairan jang teratur. Ini mengandung arti, bahwa pada

waktu2 tertentu menurut kehendak pengusahanja air dari saluran dapat dimasukkan ke dalam atau dikeluarkan dari tambak, sehingga pintu air jang tjukup rapat dan kuat merupakan bagian jang mutlak dari tambak. Oleh karenanja maka pemilik tambak dan penggarap tambak pada waktu memulai dan mengachiri perdjandjian bagi hasil berkewadjiban untuk menjerahkan tambak jang bersangkutan dengan pintu airnja dalam keadaan jang mentjukupi untuk keperluannja.

Huruf I : Dalam golongan ini termasuk udang, ketjuali kalau udang itu memang sengadja diperlihara dan benihnja dibeli. Didalam hal jang demikian udang digolongkan sebagai ikan pemeliharaan.

Pasal 3 s/d 5 Sudah didjelaskan didalam Pendjelasan Umum. Mengenai ketentuan dalam Pasal 4 Angka 2 huruf b perlu ditambahkan bahwa

rumah/tempat tinggal penggarap tambak jang dipergunakan sebagai tempat pendjagaan, adalah mendjadi beban pemilik tambak, sedang mengenai ketentuan dalam Pasal 4 Angka 2 huruf c perlu ditambahkan pendjelasan, bahwa pada umumnja untuk melaksanakan kewadjibannja itu penggarap tambak biasanja menjediakan sendiri alat2 baru, maka berhubung dengan mahalnja harga alat2 tersebutsekarang ini pembeliannja dapat dilakukan bersama-sama dengan pemilik tambak. Djika kemudian hari penggarap itu tidak lagi menggarap tambak jang bersangkutan, maka akan diadakan perhitungan.

Pasal 6 : Pensjaratan sebagai jang ditetapkan didalam Pasal ini dimaksudkan agar manfaat

jang diperoleh dari ketentuan Undang2 ini benar2 akan djatuh kepada para penggarap tambak jang sebenarnja dan bukan kepada orang2 jang bertindak sebagai perantara antara pemilik tambak dan penggarap, sedang pada kenjataannja tidak menggarap sendiri tambak jang bersangkutan. Pembatasan luas tambak garapan dimaksudkan, selain untuk mentjegah timbulnja golongan perantara, djuga untuk memberi kesempatan kepada orang2 lain agar djuga bisa mendjadi penggarap tambak.

Pasal 7 : Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan djaminan kepada nelajan penggarap

dan penggarap tambak bahwa mereka akan dapat membagi hasil selang waktu jang tjukup lama dan kemudian setelah djangka waktu perdjandjiannja berachir akan kembali mendjadi nelajan penggarap dan penggarap tambak dan tidak akan terdesak oleh orang lain.

Didalam Panitia jang dimaksudkan dalam Ajat 4 huruf b akan diikutsertakan wakil2 dari organisasi2 tani dan nelajan jang ditundjuk oleh Front Nasional setempat. Pendjelasan ini berlaku djuga terhadap ketentuan Pasal 19.

Kiranja sukar untuk merumuskan dengan tegas apa jang dimaksud dengan pengertian “keadaan baik” jang ditentuan dalam ajat 5. Tetapi pada umumnja dapatlah dikatakan, bahwa kapal/perahu penangkapan ikan dan tambak itu harus dikembalikan kepada nelajan pemilik dan pemilik tambak dalam keadaan jang tidak merugikan mereka, tidak terdjadi kerusakan2 jang disebabkan karena kelalaian atau sengadja ditimbulkan oleh nelajan penggarap atau penggarap tambak. Dalam konkrotonja hal itu tergantung pada keadaan dan ukuran setempat. Djika tentang hal ini terdjadi perselisihan, maka berlakulah ketentuan Pasal 19.

Pasal 8 : Dibeberap daerah berlaku kebiasaan, bahwa untuk memperoleh kesempatan

mengusahakan tambak dengan perdjandjian bagi hasil, tjalon penggarapnja diharuskan membajar uang atau memberikan barang/benda tertentu kepada pemilik

Page 149: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

171 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

tambak. Djumlah uang atau benda/barang itu ada kalanja sangat tinggi. Oleh karena hal itu tidak hanja merupakan beban tambahan bagi penggarap tambak, melainkan lebih2 merupakan bentuk pemerasan terhadap golongan jang ekonominja lemah, maka pemberian sematjam itu dilarang.

Jang dimaksudkan dengan “unsur2 idjon” dalam Ajat 3 adalah : a. Pembajarannja dilakukan sebelum penangkapan ikan lautnja selesai atau

sebelum tambaknja dapat dipanen dan b. Bunganja sangat tinggi. Dalam pada itu perlu ditegaskan, bahwa ketentuan dalam Pasal 8 Ajat 3 dan 4 ini tidak mengurangi kemungkinan diadakannja utang piutang setjara jang wadjar dengan bunga jang lajak. Pembelian ikan ditengah laut (“mengadang”), selain dilarang menurut peraturan, sering kali disertai djuga sistem idjon.

Pasal 9 : Dalam Undang2 Pokok Agraria telah ditentukan, bahwa hak sewa dan gadai atas tanah pertanian merupakan hak jang bersifat sementara dan harus diusahakan hapusnja dalam waktu singkat. Menurut kenjataannja sewa menjewa dan gadai menggadai tambak itu sering sekali terdjadi. Berhubung dengan itu maka sepandjang mengenai tambak ketentuan Undang2 Pokok Agraria tersebut dapat direalisasikan sekarang, dengan mengadakan larangan sebagai ditentukan dalam Pasal ini. Dalam pada itu untuk keperluan2 jang sangat mendesak, misalnja memerlukan uang untuk biaja memenuhi rukun Islam jang kelima, sewa menjewa atau gadai menggadai tambak masih diperbolehkan, tetapi hanja untuk waktu jang terbatas (misalnja 2 atau 3 tahun).

Ketentuan dalam Ajat 2 dan 3 diperlukan untuk melindungi penjewa tambak, pun untuk tidak terlalu merugikan setjara langsung fihak jang menggadai tambak pada waktu Undang2 ini mulai berlaku.

Pasal 10 : Untuk menampung kemungkinan adanja usaha2 jang hendak menghindarkan diri

dari ketentuan tentang tjara bagi hasil jang diatur didalam Undang2 ini dan untuk menjalurkan para nelajan penggarap dan penggarap tambak untuk berusaha setjara wadjar demi peningkatan produksi perikanan, diadakanlah ketentuan dalam Pasal ini, hingga tidak perlu digunakan tjara2 jang dilarang.

Pasal 11 : Tidak memerlukan pendjelasan. Pasal 12 : Tidak memerlukan pendjelasan. Pasal 13 dan 14 : Menurut pengertian sosialisme Indonesia maka setiap “pemilikan” mempunjai fungsi

sosial. Mengenai tanah hal itu ditegaskan dalam Pasal 6 Undang2 Pokok Agraria. Menurut pengertian itu maka setiap alat jang dapat dipergunakan dalam bidang produksi tidak boleh sengadja dibiarkan tidak terpakai hingga mendjadi tidak produktif.

Pengertian tersebut berlaku djuga terhadap kapal/perahu, alat2 penangkapan ikan dan tambak. Jang harus diabdikan pula bagi ..

Pasal 15 : Sudah didjelaskan didalam Pendjelasan Umum. Pasal 16 : Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan djaminan2 sosial jang lajak bagi para

nelajan penggarap, jang karena sifat pekerdjaannja di laut sering menghadapi bahaja.

Pasal 17 : Ketentuan ini dimaksudkan agar supaja masing2 fihak tidak dirugikan. Usaha

penangkapan dan pemeliharaan ikan itu adalah suatu usaha bersama jang didasarkan atas kepentingan bersama, demikian Pasal 2. Soal pemasaran hasil ikan adalah hal jang sangat penting, oleh karenanja harus diselenggarakan atas dasar

Page 150: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

172 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

persetudjuan kedua belah fihak. Pasal 18 : Pengawasan atas pelaksanaan ketentuan Undang2 ini, baik jang bersifat preventip

maupun represip dapat diserahkan kepada para pendjabat setempat, terutama Dinas Perikanan Laut dan Darat, djuga kepada Koperasi2 Perikanan, organisasi tani dan nelajan setempat dan lain2 instansi jang dipandang perlu.

Pasal 19 : Ketentuan ini dimaksudkan untuk mempertjepat dan menjederhanakan penjelesaian

perselisihan2 jang timbul didalam melaksanakan Undang-undang ini. Pasal 20 : Tidak memerlukan pendjelasan. Pasal 21 : Dengan berlakunja Undang2 ini, jang dapat disebut Undang2 Bagi Hasil Perikanan,

maka Undang2 No. 2 Tahun 1960 tentang Perdjandjian Bagi Hasil sebaiknja disebut “Undang2 Bagi Hasil Perikanan”.

Page 151: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

173 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

RALAT RANJANGAN UNDANG UNDANG

NO TAHUN 1964 TENTANG

BAGI HASIL PERIKANAN __________________________________

1. Dalam Pasal 1 huruf C, seharusnja dibatja ……………… dalam usaha penangkapan ikan laut.

2. Dalam Pasal 3 Ajat 1 angka 1 huruf A, seharusnja dibatja : ……………. (tudjuh puluh lima perseratus).

3. Dalam Pasal 20 huruf D, seharusnja dibatja : barang siapa mendjadi perantara antara nelajan pemilik

dan nelajan penggarap atau pemilik tambak dan penggarap tambak, dengan maksud untuk memperoleh keuntungan bagi dirinja sendiri.

Pendjelasan Pasal demi Pasal. Pasal 1 huruf a : Menteri Pertanian dan Agraria seharusnja dibatja “Menteri Perikanan”.

---------------------------------------------------------------------------

Page 152: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

174 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

RUMUSAN PIMPINAN DPR GR NO. 11/1963-1664

MENGENAI PEMERIKSAAN PERSIAPAN atas

RANTJANGAN UNDANG UNDANG tentang

BAGI HASIL PERIKANAN (SID. 1963/1964 P.416)

I. Pendahuluan :

RUU tentang Bagi Hasil Perikanan ini disampaikan kepada DPR GR dengan Amanat Presiden No. 2212/HK/63 untuk dibitjarakan dalam sidang DPR GR guna mendapat persetudjuannja.

Pemeriksaan persiapan terhadap RUU tentang Bagi Hasil Perikanan ini telah dilakukan oleh Komisi D dalam 3 kali rapat kerdja dengan J.M Menteri Pertanian dan Agraria pada tanggal 9 dan 14 April dan 10 Djuli 1964.

Karena Pemerintah telah memberikan keterangan tambahan dan mendjawab pertanjaan2 para anggota dalam rapat gabungan golongan pada tanggal 31 November 1963, maka pada rapat kerdja jang pertama tanggal 9 November 1964, para anggota langsung menjampaikan pandangan umum dan pertanjaan2 serta amandemen2 tertulis.

Pada rapat kerdja kedua tgl. 14 april 1964 Pemerintah memberikan pendjelasan dan setjara tertulis mengadjukan perobahan2 terhadap beberapa Pasal2 jang menampung sebagian dari usul para anggota jang dapat diterima oleh Pemerintah. Setelah para anggota menjatakan pendapatnja dan mengadjukan usul2 jang belum ditampung dalam perobahan2 tsb, Pemerintah sesudah memberikan djawaban, menjatakan pendapatnja bahwa pembitjaraan telah selesai dan fihak Pemerintah telah menjampaikan pendiriannja jang terachir.

Berhubung dengan itu Pemerintah akan menjampaikan naskah baru dari RUU tentang bagi hasil Perikanan. Terhadap beberapa soal jang belum mendapat persesuaian, Pemerintah menjatakan akan menjerahkan kepada Pimpinan DPR GR.

Rapat Gabungan antara Pimpinan DPR GR, Pimpinan Golongan dan Pimpinan Komisi D jang diadakan pada tgl. 28 April 1964 menetapkan supaja RUU tentang bagi hasil perikanan dibitjarakan lagi sesudah reses dan sebab itu belum dapat diplenokan.

Setelah DPR GR bersidang kembali, maka Pimpinan DPR GR mengadakan suatu rapat dengan Pimpinan Komisi D pada tgl. 6 Djuli 1964 untuk mentjari kata mufakat dalam beberapa masalah jang belum selesai dibitjarakan.

Dalam menghadapi naskah baru dari RUU tentang bagi hasil perikanan itu, masih ada persoalan2 jang perlu ditjarikan persesuaian pendapat jang berkisar pada : 1. Istilah nelajan pemilik, 2. keanggotaan koperasi, 3. Beban selam di laut, dan 4. Imbangan bagi hasil.

berkat adanja saling pengertian antara fihak Pemerintah dan anggota2 Komisi D jang bersangkutan, maka perbedaan pendapat jang semula ada mengenai persoalan2 itu, telah dapat diatasi dan diselesaikan dalam rapat kerdja ketiga tgl. 10 Djuli 1964.

Achirnja disepakati untuk membawa RUU tsb ke dalam sidang pleno pada hari Sabtu tgl. 18 Djuli 1964.

Sedang mengenai istilah djuragan, penjebutan bagi peilik jang tidak ambil bagian dalam pekerdjaan pokok produksi seperti jang dikemukakan oleh sementara anggota, dinjatakan bahwa karena diberbagai temapat jang dimaksud dengan djuragan itu adalah djuru mudi, Pemerintah bersedia menerima usul istilah jang lebih kena, sedang sementara itu sebelum ada usul terhadap hal itu tetap digunakan istilah nelajan pemilik.

II. Pokok2 Persoalan.

1. Terhadap usul agar rumusan konsideran digunakan sadja rumusan2 seperti dalam konsideran UUDRK (Undang2 No. 2 tahun 1960) menghilangkan kekeliruan pengertian tentang dua tahap revolusi berhubung dengan digunakannja istilah 2 dalam konsideran RUU seperti menudju ke arah perwudjudan masjarakat sosialis Indonesia dihilangkan unsur2nja jang bersifat penghisapan. Pemerintah mendjelaskan bahwa agar lebih tegas apa jang mendjadi tudjuan kita lebih baik menggunakan rumusan jang ada dalam RUU.

Page 153: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

175 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

2. Terhadap usul agar pemakaian istilah karjawan dalam RUU diganti sadja dengan sebutan2 jang lazim dan langsung pada sasarannja, jaitu nelajan dan penggarap. Pemerintah dapat menjetudjuinja.

3. Mengenai saran supaja anggota koperasi itu dibatasi pada para nelajan sadja dan pemilik2 jang bekerdja melakukan penangkapan ikan, maka menurut Pemerintah soal keanggotaan koperasi itu sudah djelas dalam Pendjelasan Umum angka 3, Keanggotaan koperasi harus meliputi semua orang jang turut dalam usaha perikanan itu, djadi baik para nelajan penggarap, penggarap tambak, buruh perikanan maupun nelajan pemilik dan pemilik tambak. Koperasi ini disamping mempunjai tudjuan sosial ekonomi bagi nelajan beserta keluarganja, djuga bergerak dibidang pemasaran dan pengolahan produksi ikan. Tentang kechawatiran bahwa adanja koperasi antara nelajan pemilik jang bermodal dengan nelajan penggarap itu akan bisa mengaburkan Undang2 ini untuk bagi hasil, maka Pemerintah menerangkan bahwa koperasi disini djustru untuk menghilangkan kelemahan2, menghindarkan pemilik membeli murah kepada nelajan dan mendjual mahal dipasaran. Koperasi disini dimaksudkan untuk bergerak aktif dibidang pemasaran, membentuk modal bersama, memiliki kapal bersama dsb, dan semuanja itu tidak akan merobah bagi hasil jang dimaksud oleh Undang2 ini.

4. Terhadap usul supaja beban selam di laut itu mendjadi tanggungan pemilik, Pemerintah menjatakan bahwa sebenarnja pembebasan itu sudah diperhitungkan dalam kalkulasi, sehingga memberikan hasil imbangan sebagaimana tersebut dalam Pasal 3 ajat 1 huruf 1. Sebenarnja hal ini dalam kenjataannja telah mendjadi beban bersama. Djika memang dikehendaki akan dibebankan kepada nelajan pemilik, maka sebaiknja diberikan konpensasi dengan membebankan “biaja uang rokok/djadjan untuk para nelajan penggarap di laut” kepada nelajan penggarap, djadi bukan beban bersama demikian keterangan Pemerintah. Tetapi kemudian dengan musjawarah achirnja beban kedua2nja ditetapkan mendjadi beban bersama.

5. Mengenai usul perobahan imbangan bagi hasil jang tersebut dalam Pasal 3, ialah 75% - 40% untuk perikanan laut dan angka 40% - 60% untuk perikanan darat supaja mendjadi 75% - 50% untuk perikanan laut dan 50% - 75% untuk perikanan darat, maka Pemerintah mendjawab bahwa sebagaimana telah diuraikan dalam daftar kalkulasi, imbangan tersebut dalam Pasal 3 itu sebenarnja sudah mepet sekali, dengan membuat kalkulasi setjara terperintji. Djika diadakan perobahan lagi, dichawatirkan bahwa para nelajan pemilik/pemilik tambak akan mengusahakan sendiri atau akan mengurangi djumlah penggarapnja, ataupun malahan membiarkan tidak mengadakan perbaikan2 terhadap perahu/kapal, alat penangkapan ikan maupun tambaknja. Terhadap harapan2 supaja imbangan itu bisa hidup dan ditjantumkan dalam Pendjelasan, Pemerintah bisa menerimanja dengan mengingat kalau ada perkembangan2, maka imbangan jang minimum itu bisa berkembang.

6. Terhadap usul supaja istilah nelajan pemilik itu diganti dengan pemilik sadja, maka Pemerintah memberikan djawaban bahwa sebaiknja istilah nelajan pemilik itu supaja seterusnja tetap dipakai, djustru untuk menghindarkan adanja salah penafsiran. Baik mengenai nelajan pemilik maupun nelajan penggarap pada hakekatnja mereka bersama2 berusaha dibidang perikanan, dan bahkan mereka harus diintegrasikan dalam rangka usaha menaikkan produksi ikan, sehingga merekapun semuanja adalah nelajan. Diadakannja perbedaan setjara tegas terhadap kedua golongan ini kiranja hanja akan menimbulkan akibat negatif dibidang produksi. Jang perlu diatur disini djustru usaha untuk memperbaiki segi sosial/ekonomi nalajan penggarap, dengan sekaligus meningkatkan produksi ikan, dengan menghilangkan unsur2 jang bersifat pemerasan. Sedang kalangan anggota jang mempertahankan usul agar dipakai istilah pemilik sadja. Kalau perlu larangan tentang berbagai matjam pemerasan itu diatur dalam Peraturan 2 Pelaksanaan.

7. Terhadap usul jang menghendaki agar djangka waktu perdjandjian bagi hasil dari paling sedikit 1 musim, jaitu 3 bulan berturut2 bagi Perikanan laut berobah mendjadi paling sedikit 2 tahun berturut2, dan paling sedikit 4 musim, jaitu 2 tahun berturut2 bagi Perikanan darat dirobah mendjadi paling sedikit 5 tahun, dan agar sesudah perdjandjian habis, nelajan penggarap jang bersangkutan terdjamin dapat terus menggarap dengan perdjandjian baru, Pemerintah dapat menerima usul tersebut dengan merobah djangka waktu paling sedikit 1 musim, jaitu 3 bulan berturut-turut bagi perikanan laut dirobah mendjadi paling sedikit 2 musim, jaitu 1 tahun berturut2 bagi perikanan darat dirobah mendjadi paling sedikit 6 musim, jaitu 3 tahun berturut2 bagi

Page 154: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

176 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

perikanan darat, dengan ketentuan, bahwa djika setelah djangka waktu itu berachir diadakan pembaharuan perdjandjian maka para nelajan penggarap dan penggarap tambak jang lamalah jang diutamakan. Terhadap rumusan baru Pemerintah tsb, sementara anggota mengadjukan pendapat bahwa kalimat jang menjebutkan “penggarap jang lamalah jang diutamakan” masih lemah dan bisa dislah tafsirkan untuk tidak memberikan hak garap kepada penggarap lama. Diusulkan untuk ditegaskan “diadakan perdjandjian baru dengan penggarap lama, ketjuali djika penggarap jang bersangkutan tidak menghendaki”.

8. Terhadap usul agar pihak ketiga di tingkat desa dalam penjelesaian perselisihan antara pemilik dengan penggarap/nelajan hendaknja bukan perseorangan Kepala Desa (Pasal 18 Ajat 4), tetapi Panitia Landreform Desa jang lebih bersifat demokratis, Pemerintah dapat menjetudjui dan mengemukakan rumusan baru, mengganti kata2 “Kepala Desa” diubah mendjadi “Panitia Landreform Desa djika mengenai perikanan darat atau suatu Panitia jang akan dibentuk djika mengenai perikanan laut”.

9. Terhadap usul agar persetudjuan Menteri Perburuhan terhadap penetapan besarnja upah bagi nelajan oleh Perusahaan Perikanan laut, bukan hanja setelah mendengar Menteri Pertanian dan Agraria (Pasal 10), tetapi supaja djuga setelah mendengar organisasi2 tani, nelajan dan buruh, Pemerintah dapat menjetudjuinja.

10. Terhadap beberapa soal jang dikemukakan oleh anggota bahwa dengan berbagai djalan pemilik memberatkan penggarap, misalnja mengidjonkan ikan di tambak jang masih ketjil2 sedang pengidjonnja adalah pemilik sendiri atau atas nama orangnja, membedakan serta semua kerugian akibat bandjir kepada panen berikutnja sebagai beban bersama, tak ada pembukuan/pentjatatan jang terbuka terhadap ongkos2 jang kemudian dipotongkan pada hasil kotor dan pemasaran hasil ikan hanja dilakukan sendiri oleh pemilik, disamping itu terdapat bermatjam-matjam pungutan, Pemerintah sependapat bahwa unsur2 idjon dilarang, kerugian2 akibat bandjir tidak boleh dibebankan pada hasil panen berikutnja, djuga pemasaran kedua belah fihaklah jang menentukan. Pungutan2 di luar jang sudah ditentukan tidak boleh lagi diadakan.

11. Terhadap usul agar ada djaminan keselamatan kerdja bagi nelajan, Pemerintah mendjelaskan bahwa Menteri Perburuhan telah menjanggupkan untuk mempersiapkan RUU tentang hal itu. Sedang mengenai berbagai soal lainnja jang diadjukan oleh para anggota antaranja tentang asuransi bagi nelajan, pemberian kredit dan fasilitat kepada mereka dll, Pemerintah menjatakan bahwa hal2 itu akan dibitjarakan lebih landjut dalam membahas RUU Pokok Perikanan jang telah siap dan kini masih di tangan Kabinet. Ditindjau setjara keseluruhannja RUU tentang Bagi Hasil Perikanan dalam wadjah baru ini memberikan gambaran bahwa perbedaan2 pendirian atas beberapa pokok2 persoalan seperti dikemukakan atas sudah tidak ada lagi. untuk ini baiklah kita saksikan perobahan2 Pasal demi pasal.

III. Pasal demi Pasal. Dalam rapat2 kerdja antara Pemerintah dan Komisi D dan rapat gabungan telah disetudjui

untuk mengadakan perobahan2 dalam RUU tentang Bagi Hasil Perikanan sbb : 1. KONSIDERAN huruf a disempurnakan mendjadi : bahwa sebagai salah satu usaha untuk menudju

ke arah perwudjudan masjarakat sosialis Indonesia pada umumnja, chususnja untuk meningkatkan taraf hidup para nelajan penggarap tambak serta memperbesar produksi ikan, maka pengusahaan perikanan setjara bagi hasil baik perikanan laut maupun perikanan darat, harus (exploitasi) diatur hingga dihilangkan unsur2 jang bersifat pemerasan dan semua pihak jang turut serta masing2 mendapat bagian jang adil dari hasil usaha itu.

2. KONSIDERAN huruf b tetap. 3. Pasal 1 huruf b diubah mendjadi : nelajan pemilik ialah orang atau badan hukum jang dengan hak

apapun berkuasa atas suatu perahu/kapal jang dipergunakan dalam usaha penangkapan ikan dan alat2 penangkapan ikan.

4. Pasal 1 huruf c sesudah perkataan “nelajan” diubah mendjadi “nelajan penggarap”. 5. Pasal 1 sesudah huruf c ditambahkan huruf d baru jang berbunji pemilik tambak ialah orang atau

badan hukum jang dengan hak apapun berkuasa atas suatu tambak. 6. Pasal 1 huruf d s/d h) lama mendjadi e s/d I baru. 7. Pasal 1 huruf d (lama) atau c (baru) : perkataan “penggarap” diubah mendjadi “penggarap

tambak”.

Page 155: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

177 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

8. Pasal 1 huruf f (lama) atau g (baru) : disempurnakan mendjadi hasil bersih ialah : - bagi perikanan laut : hasil ikan jang diperoleh dari penangkapan, jang setelah

diambil sebagian untuk “lawan” para nelajan penggarap, menurut kebiasaan setempat, dikurangi dengan beban2 jang mendjadi tanggungan bersama dari nelajan pemilik dan nelajan penggarap , sebagai jang ditetapkan didalam Pasal 4 angka 1 huruf a.

- bagi perikanan darat : sepandjang mengenai ikan pemeliharaan, hasil ikan pemeliharaan jang diperoleh dari usaha tambak jang bersangkutan dikurangi dengan beban2 jang mendjadi tanggungan bersama dari pemilik tambak dan penggarap tambak, sebagai jang ditetapkan didalam Pasal 4 Angka 2 huruf a.

9. Pasal 2 disempurnakan mendjadi : Usaha Perikanan laut maupun darat atas dasar perdjandjian bagi hasil harus diselenggarakan berdasarkan kepentingan bersama dari nelajan pemilik dan nelajan penggarap serta pemilik tambak dan penggarap tambak jang bersangkutan, hingga mereka masing2 menerima bagian dari hasil usaha itu sesuai dengan djasa jang diberikannja.

10. Pasal 3 angka 2 : kata2 “dengan ketentuan ….. sedang’ dihapuskan. 11. Pasal 3 ditambah dengan satu ajat baru, jaitu ajat 2 jang berbunji : pembagian hasil diantara para

nelajan penggarap dari bagian jang mereka terima menurut ketentuan dalam ajat 1 Pasal ini diatur oleh mereka sendiri, dengan diawasi oleh Pemerintah Dearah Tingkat II jang bersangkutan untuk menghindarkan terdjadinja pemerasan, dengan ketentuan, bahwa perbandingan antara bagian jang banjak dan jang paling sedikit tidak boleh lebih dari 3 lawan 1.

12. Pasal 4 angka 1 huruf a disempurnakan mendjadi : beban2 jang mendjadi tanggungan bersama dari nelajan pemilik dan fihak nelajan penggarap : ongkos lelang, uang rokok/djadjan untuk para nelajan penggarap selama di laut, biaja untuk sedekah laut (selamatan bersama), serta iuran2 jang disahkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat I jang bersangkutan seperti untuk koperasi, dana pembangunan perahu/kapal, dana kesedjahteraan, dana ketjelakaan,dana kematian dan lain2nja.

13. Pasal 4 angka 2 huruf a : kata2 “perbaikan pada pintu air” diubah mendjadi “perawatan pada pintu air”.

huruf b : kata2 “mengganti pintu air” diubah mendjadi “memperbaiki dan mengganti pintu air”. huruf c disempurnakan mendjadi :beban2 jang mendjadi tanggungan penggarap tambak : biaja untuk

menjelenggarakan pekerdjaan sehari2 jang berhubungan dengan pemeliharaan ikan didalam tambak dan penangkapannja pada waktu panen.

14. Pasal 7 ajat 1 disempurnakan mendjadi : perdjandjian bagi hasil diadakan untuk waktu paling sedikit 1 (satu) musim, jaitu antara 3 (tiga) bulan sampai 6 (enam) bulan berturut2 bagi perikanan laut dan paling sedikit 4 (empat) musim, jaitu 2 (dua) tahun berturut2 bagi perikanan darat, dengan ketentuan, bahwa djika setelah djangka waktu itu berachir diadakan pembaharuan perdjandjian maka para nelajan penggarap dan penggarap tambak jang lamalah jang diutamakan.

15. Pasal 7 ajat 4 huruf b : kata2 “Kepala Desa” diubah mendjadi “ Panitia Landreform Desa djika mengenai perikanan darat atau suatu Panitia desa jang akan dibentuk, djika mengenai perikanan laut”.

16. Pasal 7 ajat 4 huruf c : perkataan “izin” diganti dengan “persetudjuan” 17. Pasal 7 sesudah ajat 4 ditambah dengan ajat 5 (baru) : Pada berachirnja perdjandjian bagi hasil,

baik karena berachirnja djangka waktu maupun karena salah satu sebab tersebut pada ajat 4 Pasal ini, nelajan penggarap dan penggarap tambak wadjib menjerahkan kembali kapal/perahu, alat2 penangkapan ikan dan tambak jang bersangkutan kepada nelajan pemilik dan pemilik tambak dalam keadaan baik.

18. Pasal 8 ajat 2 disempurnakan mendjadi : Pelanggaran terhadap larangan tersebut pada ajat 1 Pasal ini mengakibatkan, bahwa uang atau harga benda jang diberikan itu dikurangkan pada bagian nelajan pemilik atau pemilik tambak dari hasil usaha perikanan jang bersangkutan dan dikembalikan kepada nelajan pemilik dan pemilik tambak dalam keadaan baik.

19. Pasal 10 ajat 1 : dibelakang perkataan : “Agraria” ditambahkan “ dan organisasi tani, nelajan dan buruh jang mendjadi anggota Front Nasional”.

20. Pasal 10 ajat 2 : kata2 “djika dianggapnja perlu” dan “ dapat” dihapuskan.

Page 156: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

178 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

21. Pasal 10 ajat 4 : setelah perkataan “Agraria” ditambahkan “setelah mendengar organisasi tani, nelajan dan buruh jang mendjadi anggota Front Nasional”.

22. Pasal 11 : kata2 “mereka jang menjelenggarakan usaha perikanan tambak” diganti mendjadi “pemilik tambak”.

23. Pasal 12 : kata2 ‘karjawan perikanan jang bersangkutan” diganti dengan “wakil2 organisasi tani dan nelajan jang ditundjuk oleh Front Nasional”

24. Pasal 13 ajat 1 : antara kata2 “sewa beli” dan “untuk dipergunakan” disisipkan kata2 “dengan nelajan pemilik”

25. Pasal 13 ajat 2 : kata2 “organisasi2 nelajan setempat jang ….. Front Nasional” diganti mendjadi “organisasi2 tani dan nelajan jang mendjadi anggota Front Nasional”.

26. Kepala dari BAB VIII diganti mendjadi : KESEDJAHTERAAN NELAJAN PENGGARAP, PENGGARAP TAMBAK DAN BURUH PERIKANAN.

27. Pasal 15 ajat 2 : kata2 “para karjawan perikanan” diganti dengan “anggota-anggotanja”. 28. Pasal 16 ajat 1 dan 2 : kata2 “usaha perikanan laut” diganti dengan “nelajan pemilik”. 29. Pasal 17 ajat 2 : kata2 “karjawan perikanan ……. Nasional” diganti dengan “tani dan nelajan jang

mendjadi anggota Front Nasional setempat”. 30. Pasal 18 ajat 1 : kata2 “Kepala Desa” diganti dengan “Panitia Landreform Desa djika mengenai

perikanan darat atau suatu panitia jang akan dibentuk djika mengenai perikanan laut”.

31. Pasal 18 ajat 2 : sebelum kata2 “untuk mendapat keputusan’ disisipkan “djika mengenai perikanan darat atau suatu panitia Ketjamatan jang akan dibentuk djika mengenai perikanan laut”.

32. Pasal 18 ajat 3 disempurnakan hingga mendjadi : Terhadap keputusan Panitia tersebut pada ajat 2 pasal ini dapat dimintakan banding kepada panitia Landreform Daerah tingkat II jang bersangkutan djikan mengenai perikanan darat atau suatu panitia daerah tingkat II jang akan dibentuk, djika mengenai perikanan laut.

33. Pasal 18 ajat 4 : kata2 “karjawan perikanan ……. Ketua Panitia” diganti dengan “tani dan nelajan jang ditundjuk oleh Front Nasional setempat”.

34. Pasal 19 huruf c : Perkataan “menjimpang” diganti dengan “mengurangi”. 35. Pasal 19 ditambah dengan huruf d : barang siapa mendjadi perantara antara nelajan pemilik dan

nelajan penggarap atau pemilik tambak dan penggarap tambak, dengan maksud untuk memperoleh keuntungan bagi dirinja sendiri”.

IV. Penutup

Berkat kerdja sama dan pengertian jang baik antara Pemerintah dan Komisi D sebagaimana telah dikemukakan diatas tertjapainja persesuaian pendapat dalam pembahasan2 jang diadakan pada rapat kerdja Komisi D dengan Pemerintah pada tanggal 10 Djuli 1964, maka achirnja dapatlah tersusun sebuah RUU tentang bagi hasil perikanan jang terachir. Maka tibalah saatnja sekarang untuk membawa RUU itu ke dalam sidang paripurna DPR GR hari ini untuk mendapat persetudjuan.

Untuk memudahkan pembitjaraan Pemerintah telah menjusun naskah terachir disertai rantjangan pendjelasan, jang memuat persoalan2 seperti diuraikan diatas. naskah baru ini beserta rantjangan pendjelasannja telah disampaikan kepada para anggota sekalian.

Djakarta, 18 Djuli 1964 A.n Pimpinan

Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong

Wakil Ketua,

ttd

H. A Sjaichu

Page 157: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

179 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT

GOTONG ROJONG

Risalah Resmi

Persidangan IV Rapat 27

Hari Sabtu, 18 Djuli 1964 (djam panggilan : 09.00)

Atjara : Membitjaraka rantjangan Undang-undang tentang Bagi Hasil Perikanan

(Sid. 1963/1964 – P.416) Ketua : Jang Mulia Menteri/Wakil Ketua H. Achmad Sjaichu didampingi para Jang Mulia Menteri/Wk.

Ketua I G.G Subamia, Jang Mulia Menteri/Wk. Ketua M. H Lukman dan Jang Mulia Menteri/Wk. Ketua Komodor (P) D.M Moersalin

Sekretaris : Dr. Ali Bey Jang hadir 188 anggota dari djumlah 286 anggota sidang. Djumhur Hakim, Steven Latuihamallo, I.S Handokowidjojo, Rh. Koesman, Lie Po Yoe, E. Moch. Mansjur, Munadir, Moersid Idris, Notosoekardjo, R. Poeger, B.J Rambitan, R. Darsono, Pamudji, Selamat Ginting, S.D Bili, Dr. R. Soetmadji, Soebagio Reksodipoero SH, Sudrasman, Soelardi, R.M Soesilo Prawirosoesanto, Sutojo Mertodimuljo, Soetoko Djojosoebroto, Soewono, I G G Subamia, Sutjipto, S. Danoesoegito, Wasis, Rs. Wirjoseputro, Rd. Wachju Mh. Enoch, Parenrengi Tanri, Achmad Soekarmadidjaja, KH. Masjkur, Hadji Nudin Lubis, H. Djen Moch Surjopranoto, H. Achmad Sjaichu, Abdul Aziz Dijar, H. A Chamid Widjaja, R. Abdullah Afandi, Nadjib Abdulwahab Chasbullah, Machamad, Nj. Mahmudah Mawardi, Mahfud Sjamsulhadi, Ajib Muchamad Dzukhri, Ridwan Sjahrani, Husein Saleh Assegaff, Josotaruno Ichsan Noer, KH. A. Mursjidi, Soelaeman Widjojosoebroto, H. Zain Al Habsji, Maniudin Brodjotruno, KH. Moch. Saifuddin Makasar, H. Mudawari, Kandjun Koenomihardjo, Nj. S Marijamah Djoenaedie, M. Umar Burhan, Nj. Asmah Sjachrunie, H. Mahbub Djunaidi, H. Harsono Tjokroaminoto, Z. Imban, A Nunung Kusnadi, Nja’ Diwan, Drs. J Piry, Nungtjik A.R, R.P.R Situmeang, Nj. Sundari Abdulrachman, Sudoko, M. H Lukman, Suratno, Hanapi, Sudjito, Suhaimi Rachman, Nj Suharti Suwarto, Nj. Ch. Salawati, Kasim, Anwar Kadir, Djadi Wirosubroto, Siswojo, Nj. Moedikdio, Peris Pardede, Nj. D Walandouw, W.L Tambing, M Caley, V.B Saka, Drs. D.S Matakupan, R.H Soetarto Hadisoedibjo, F.C Palaunsoeka, L Jouwe, Kol. Inf. A. Gani, Brig. Djend. Abdul Latief Hendraningrat, Kol. C.A.D Soebijono, Kol. Sugandi, Kol. Hasan Kasim, Kol. Andi Mattalatta, Brig. Djend. Dr. Wonojudo, Let. Kol Muamil Effendi, Let. Kol Muluk Lubis, Major Sumandi, Let. Kol Soepardjo, Kol. (A) Mohammad Sofjan Anrazad, Kamal, Let. Kol. Laut Soedarsono, Komodor (P) D.M Moersalin, Kol. (T) R.O Darja Atmaka, Komodor Udara Soetojo Adipoetro, Kol. Udara Achmad Soemadi, Let. Kol. Udara Soerjo Argawisastra, Let. Kol. Udara Soedomo Yahudihardja, Letnan Udara I Manckin, Letnan Udara I Muhamad Boesroh, Kom. Bes. Pol. Abdulrachman Setjowibowo, Adj. Kom. Bes. Pol. Teuku Soelaiman Mahmoed, Adj. Kom. Bes. Pol. Drs. Soedijono, Adj. Kom. Bes. Pol. Drs. Sugiarto Ruslan, Soepratiknjo SH, Obay Suhantaatmadja, Let. Kol. Subroto Aryo Mataram, KH. Achmad Ghozaly, KH. Husin Hifni, KH. Rachmatullah, KH. Asjmawi, KH. Achmad Aini Chatib, KH. Gozali, OKH Abdul Aziz, KH. Ibrahim Husni, Let. Kol. H. Sullam Sjamsun, M. Thaha Ma’roef, KH. Sahlan Ridwan, Dahlan Kahar, Sjech Marhaban, Sardjono, Junus Anis, Ds. R.H Rompas M. Th, Ds. M. Sondakh, Bagus Putu Mastra, Aminuddin Azis, Dahlan Ranuwihardja, Achmad, N. Yusda, Ido Garnida, M. Said Budairy, Nj. S.A Wahid Hasjim, Nj. Umi Sardjono, Nj. S.M Sudarman, Nj. Fransisca, Fanggidaej, Nj. Titi Memet Tanuwidjaja, Nj. Maemunah Bahrok, Dr. H.L Tobing, Dr. Suprapto SH, Abdoellah Soetan Bandaharo Pandjang, Mohamad Ibnu Sajuti alias Sajuti Melik, Sidik Kertapati, Amung Amran, Ismangoen Poedjowidagdho, Asjro Effendi, Soeharno, Achmad Dasuki Siradj, H. Abubakar Jusuf, Djamhari, Hartojo

Dengan Ketentuan Pasal 95 Peraturan Tata Tertib para pembitjara diminta menjerahkan koreksian kepada Seksi …….. Risalah Resmi Sekretariat ……. DPR GR dalam waktu 4 hari.

Page 158: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

180 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Prawirosudarmo, Ir. Surachman, Sunarjo, Jagoes, Soesilo Prawiroatmodjo, Abdullah, Asmuransjah, C Mongan, S. Soedjono, Trimo, Pulung Djunaedi, Ali Marhaban, Harsono Sumantri, Sudhali Atmohudiono, Herman Mustashim, Sastrodikoro, asmu, Nj. Kartinah Kurdi, Rasjid Sutan Radja Emas, Soekamsi Djojoadiprodjo, Semanhadi Satrowidjojo, Murtadji Bisri, Sudjarwo Haryowisatro, F. Runturambi, K. Werdjojo, Bachtiar Salim Haloho, Agus Sudono Darmohusodo, Wartomo Dwidjojuwono, Sjaharuddin Sutan Pamuntjak, Moch. Hartono BA, Soemardi Jatmosoemarto, Mochari Hadisardjono, Gde Poeger, H.L Rumaseuw. Wakil Pemerintah :

1. J.M Menteri Agraria, Redolf Hermanses, SH jang mewakili J.M Menteri Perikanan darat/Laut; 2. J.M Menteri Perhubungan DPR/MPR/DPA/Depernas, Ds. W.J Rumambi; 3. J.M Menteri Urusan Veteran dan Demobilisan, Brig. Djen. Sambas Atmadinata.

Ketua : Saudara-saudara, sidang Paripurna hari ini saja buka. Atjara dalam sidang ini adalah pengesjahan rantjangan Undang-undang tentang bagi hasil perikanan. Walaupun sekarang hari sabtu, namun jang hadir adalah 151 orang anggota. Saja tidak tahu apakah mereka hadir semunja dalam sidang sekarang ini.

Saudara-saudara untuk selandjutnja kita memasuki pembitjaraan mengenai rantjangan Undang-undang tentang Bagi hasil perikanan ini jang dibahas berkali-kali. Baiklah saja uraikan tentang perkembangan pembahasan sebagai berikut.

Rantjangan Undang-undang Hasil Perikanan tahun 1963 telah disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong dengan amanat Paduka Jang Mulia Presiden No. 2212/HK/1963 tanggal 27 November 1963 untuk dibitjarakan dalam sidang Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong guna mendapat persetudjuan. Rantjangan Undang-undang tersebut kemudian diteruskan kepada para anggota untuk dipeladjari dan digunakan sebagai bahan pembitjaraan dalam rapat-rapat Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong.

Dalam rapat gabungan golongan-golongan pada tanggal 30 November 1963, Pemerintah dalam hal ini Jang Mulia Menteri Pertanian dan agraria, berkenan memberikan pendjelasan tambahan mengenai rantjangan Undang-undang tentang Bagi Hasil Perikanan tersebut.

Komisi D jang diserahi tugas untuk mengadakan pemeriksaan persiapan terhadap rantjangan Undang-undang tersebut, telah menjelenggarakan rapat-rapatnja. Komisi D telah melakukan pemeriksaan persiapan terhadap rantjangan Undang-undang tersebut dalam tiga kali rapat kerdja dengan Jang Mulia Menteri Pertanian dan Agraria pada tanggal 9 dan 14 April 1964 serta 10 Djuli 1964.

Pada rapat kerdja pertama tanggal 9 April 1964 para anggota langsung menjampaikan pandangan umumnja dan pertanjaan2 serta amandemen2 tertulis terhadap rantjangan Undang-undang itu.

Pada rapat kerdja kedua tanggal 14 April 1964 Pemerintah memberikan pendjelasan dan setjara tertulis mengadjukan perobahan-perobahan redaksionil terhadap beberapa pasal dari rantjangan Undang-undang tersebut untuk menampung sebagian usul dan pendapat para anggota.

Setelah mendengarkan pendapat-pendapat para anggota, maka Pemerintah kemudian menjatakan pendiriannja jang terachir, bahwa pembitjaraan mengenai rantjangan Undang-undang tentang Bagi Hasil Perikanan dianggap telah selesai dan naskah baru rantjangan Undang-undang itu akan disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong.

Djika sekiranja masih ada beberapa soal jang belum mendapat persesuaian faham dan kata mufakat antara Pemerintah dan para anggota, maka Pemerintah akan menjerahkan hal itu kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong untuk mentjari persesuaisn faham dan kata mufakat.

Setelah mendengar keputusan rapat dari Komisi D pada tanggal 22 April 1964, maka Pimpinan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong mengadakan suatu rapat gabungan antara Pimpinan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong, Pimpinan Golongan-golongan, Pimpinan Komisi D dan Pemerintah pada tanggal 28 April 1964 untuk mentjari persesuaian paham dan kata mufakat mengenai beberapa soal dari rantjangan Undang-undang tersebut diatas.

Achirnja disetudjui supaja rantjangan Undang-undang tentang Bagi Hasil Perikanan tersebut dibitjarakan lagi sesudah reses nanti. Setelah Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong bersidang kembali, artinja masa sidang sekarang ini, maka Pimpinan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong mengadakan suatu rapat dengan Pimpinan Komisi D pada tanggal 6 Djuli 1964 untuk mentjari kata mufakat dalam beberapa masalah jang belum selesai dibitjarakan. Pada rapat kerdja Komisi D dengan Pemerintah, dalam hal ini Jang Mulia Menko/Menteri Pembangunan Pertanian, karena jajng Mulia Menteri Perikanan jang baru berada di luar negeri, pada tanggal 10 Djuli 1964 telah terdapat kebulatan kata dan persesuaian faham, sehingga rantjangan Undang-undang tersebut dapat diterima baik dan siap untuk diplenokan pada hari

Page 159: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

181 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Sabtu tanggal 18 sekarang ini. Sekarang Pemerintah telah menjusun naskah Undang-undang baru jang terachir beserta

pendjelasannja dan telah disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong. Pada achirnja tertjapailah pula kata sepakat mengenai rantjangan Undang-undang tentang Bagi Hasil Perikanan segera dapat dibawa ke sidang peripurna hari ini untuk dibitjarakan guna mendapatkan persetudjuannja.

Demikian Saudara-saudara, tjatatan dari pada sekretaris tentang perkembangan dari pembahasan dan pembitjaraan rantjangan Undang-undang jang sedang kita hadapi sekarang ini dan menunggu pengesjahannja.

Selandjutnja kami persilakan Pimpinan Komisi D, dalam hal ini Saudara Notosukardjo untuk membatjakan Rumusan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong tentang rantjangan Undang-undang tentang Bagi Hasil Perikanan sekarang ini. Saja persilakan.

Notosoekardjo : Saudara Ketua Jang Mulia, sesuai dengan permintaan Saudara Ketua, maka

idjinkan saja membatjakan Rumusan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong No. 11/1963-1964 mengenai pemeriksaan persiapan atas rantjangan Undang-undang tentang Bagi Hasil Perikanan.

I. Pendahuluan. Rantjangan Undang-undang tentang Bagi Hasil Perikanan ini disampaikan kepada Pimpinan

Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong dengan Amanat Presiden No. 2212/HK/63 untuk dibitjarakan dalam sidang Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong guna mendapatkan persetudjuannja.

Pemeriksaan persiapan terhadap rantjangan Undang-undang Bagi Hasil Perikanan ini telah dilakukan oleh Komisi D dalam 3 kali rapat kerdja dengan jang Mulia Menteri Pertanian dan Agraria pada tanggal 9 dan 14 April dan 10 Djuli 1964.

Karena Pemerintah telah memberikan keterangan tambahan dan mendjawab pertanjaan-pertanjaan para anggota dalam rapat gabungan golongan pada tanggal 31 November 1964, maka pada rapat kerdja jang pertama tanggal 9 April 1964, para anggota langsung menjampaikan pandangan umum dan pertanjaan-pertanjaan serta amandemen-amandemen tertulis.

Pada rapat kerdja kedua tanggal 14 April 1964 Pemerintah memberikan pendjelasan dan setjara tertulis mengadjukan perobahan-perobahan terhadap beberapa pasal-pasal jang menampung sebagian dari usul para anggota jang dapat diterima oleh Pemerintah. Setelah para anggota menjatakan pendapatnja dan mengadjukan usul-usul jang belum ditampung dalam perobahan-perobahan tersebut, Pemerintah sesudah memberikan djawaban, menjatakan pendapatnja bahwa pembitjaraan telah selesai dan fihak Pemerintah telah menjampaikan pendiriannja jang terachir.

Berhubung dengan itu Pemerintah akan menjampaikan naskah baru dari rantjangan Undang-undang tentang Bagi Hasil Perikanan. Terhadap beberapa soal jang belum mendapat persesuaian, Pemerintah menjatakan akan diserahkan keapada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong.

Rapat Gabungan antara Pimpinan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong, Pimpinan Golongan dan Pimpinan Komisi D jang diadakan pada tanggal 28 April 1964 menetapkan supaja rantjangan Undang-undang tentang Bagi Hasil Perikanan dibitjarakan lagi sesudah reses dan sebab itu belum dapat diplenokan.

Setelah Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong bersidang kembali, maka Pimpinan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong mengadakan suatu rapat dengan Pimpinan Komisi D pada tanggal 6 Djuli 1964 untuk mentjari kata mufakat dalam beberapa masalah jang belum selesai dibitjarakan.

Dalam menghadapi naskah baru dari rantjangan Undang-undang Bagi Hasil Perikanan itu, masih ada persoalan-persoalan jang perlu ditjarikan persesuaian pendapat jang berkisar pada :

1. Istilah nelajan pemilik; 2. Keanggotaan koperasi; 3. Beban selama di laut; 4. Imbangan Bagi Hasil.

Berkat adanja saling pengertian antara fihak Pemerintah dan anggota-anggota Komisi D jang bersangkutan, maka perbedaan pendapat jang semula ada mengenai persoalan-persoalan itu, telah dapat diatasi dan diselesaikan dalam rapat kerdja ketiga tanggal 10 Djuli 1964.

Achirnja disepakati untuk membawa rantjangan Undang-undang tersebut ke dalam sidang pleno pada hari Sabtu tanggal 18 Djuli 1964.

Sedang mengenai istilah djuragan, penjebutan bagi pemilik jang tidak ambil bagian dalam pekerdjaan pokok produksi seperti jang dikemukakan oleh sementara anggota, dinjatakan bahwa karena diberbagai temapat jang dimaksud dengan djuragan itu adalah djuru mudi, Pemerintah bersedia menerima

Page 160: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

182 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

usul istilah jang lebih kena, sedang sementar itu sebelum ada usul terhadap hal itu tetap digunakan istilah nelajan pemilik.

II. Pokok2 Persoalan.

1. Terhadap usul agar rumusan konsideran digunakan sadja rumusan2 seperti dalam konsideran UUDRK (Undang2 No. 2 tahun 1960) menghilangkan kekeliruan pengertian tentang dua tahap revolusi berhubung dengan digunakannja istilah 2 dalam konsideran RUU seperti menudju ke arah perwudjudan masjarakat sosialis Indonesia dihilangkan unsur2nja jang bersifat penghisapan. Pemerintah mendjelaskan bahwa agar lebih tegas apa jang mendjadi tudjuan kita lebih baik menggunakan rumusan jang ada dalam RUU.

2. Terhadap usul agar pemakaian istilah karjawan dalam RUU diganti sadja dengan sebutan2 jang lazim dan langsung pada sasarannja, jaitu nelajan dan penggarap. Pemerintah dapat menjetudjuinja.

3. Mengenai saran supaja anggota koperasi itu dibatasi pada para nelajan sadja dan pemilik2 jang bekerdja melakukan penangkapan ikan, maka menurut Pemerintah soal keanggotaan koperasi itu sudah djelas dalam Pendjelasan Umum angka 3, Keanggotaan koperasi harus meliputi semua orang jang turut dalam usaha perikanan itu, djadi baik para nelajan penggarap, penggarap tambak, buruh perikanan maupun nelajan pemilik dan pemilik tambak. Koperasi ini disamping mempunjai tudjuan sosial ekonomi bagi nelajan beserta keluarganja, djuga bergerak dibidang pemasaran dan pengolahan produksi ikan. Tentang kechawatiran bahwa adanja koperasi antara nelajan pemilik jang bermodal dengan nelajan penggarap itu akan bisa mengaburkan Undang2 ini untuk bagi hasil, maka Pemerintah menerangkan bahwa koperasi disini djustru untuk menghilangkan kelemahan2, menghindarkan pemilik membeli murah kepada nelajan dan mendjual mahal dipasaran. Koperasi disini dimaksudkan untuk bergerak aktif dibidang pemasaran, membentuk modal bersama, memiliki kapal bersama dsb, dan semuanja itu tidak akan merobah bagi hasil jang dimaksud oleh Undang2 ini.

4. Terhadap usul supaja beban selam di laut itu mendjadi tanggungan pemilik, Pemerintah menjatakan bahwa sebenarnja pembebasan itu sudah diperhitungkan dalam kalkulasi, sehingga memberikan hasil imbangan sebagaimana tersebut dalam Pasal 3 ajat 1 huruf 1. Sebenarnja hal ini dalam kenjataannja telah mendjadi beban bersama. Djika memang dikehendaki akan dibebankan kepada nelajan pemilik, maka sebaiknja diberikan konpensasi dengan membebankan “biaja uang rokok/djadjan untuk para nelajan penggarap di laut” kepada nelajan penggarap, djadi bukan beban bersama demikian keterangan Pemerintah. Tetapi kemudian dengan musjawarah achirnja beban kedua2nja ditetapkan mendjadi beban bersama.

5. Mengenai usul perobahan imbangan bagi hasil jang tersebut dalam Pasal 3, ialah 75% - 40% untuk perikanan laut dan angka 40% - 60% untuk perikanan darat supaja mendjadi 75% - 50% untuk perikanan laut dan 50% - 75% untuk perikanan darat, maka Pemerintah mendjawab bahwa sebagaimana telah diuraikan dalam daftar kalkulasi, imbangan tersebut dalam Pasal 3 itu sebenarnja sudah mepet sekali, dengan membuat kalkulasi setjara terperintji. Djika diadakan perobahan lagi, dichawatirkan bahwa para nelajan pemilik/pemilik tambak akan mengusahakan sendiri atau akan mengurangi djumlah penggarapnja, ataupun malahan membiarkan tidak mengadakan perbaikan2 terhadap perahu/kapal, alat penangkapan ikan maupun tambaknja. Terhadap harapan2 supaja imbangan itu bisa hidup dan ditjantumkan dalam Pendjelasan, Pemerintah bisa menerimanja dengan mengingat kalau ada perkembangan2, maka imbangan jang minimum itu bisa berkembang.

6. Terhadap usul supaja istilah nelajan pemilik itu diganti dengan pemilik sadja, maka Pemerintah memberikan djawaban bahwa sebaiknja istilah nelajan pemilik itu supaja seterusnja tetap dipakai, djustru untuk menghindarkan adanja salah penafsiran. Baik mengenai nelajan pemilik maupun nelajan penggarap pada hakekatnja mereka bersama2 berusaha dibidang perikanan, dan bahkan mereka harus diintegrasikan dalam rangka usaha menaikkan produksi ikan, sehingga merekapun semuanja adalah nelajan. Diadakannja perbedaan setjara tegas terhadap kedua golongan ini kiranja hanja akan menimbulkan akibat negatif dibidang produksi. Jang perlu diatur disini djustru usaha untuk memperbaiki segi sosial/ekonomi nalajan penggarap, dengan sekaligus meningkatkan produksi ikan, dengan menghilangkan unsur2 jang bersifat pemerasan. Sedang kalangan anggota jang mempertahankan usul agar dipakai istilah pemilik sadja. Kalau perlu larangan tentang berbagai matjam pemerasan itu diatur dalam Peraturan 2 Pelaksanaan.

Page 161: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

183 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

7. Terhadap usul jang menghendaki agar djangka waktu perdjandjian bagi hasil dari paling sedikit 1 musim, jaitu 3 bulan berturut2 bagi Perikanan laut berobah mendjadi paling sedikit 2 tahun berturut2, dan paling sedikit 4 musim, jaitu 2 tahun berturut2 bagi Perikanan darat dirobah mendjadi paling sedikit 5 tahun, dan agar sesudah perdjandjian habis, nelajan penggarap jang bersangkutan terdjamin dapat terus menggarap dengan perdjandjian baru, Pemerintah dapat menerima usul tersebut dengan merobah djangka waktu paling sedikit 1 musim, jaitu 3 bulan berturut-turut bagi perikanan laut dirobah mendjadi paling sedikit 2 musim, jaitu 1 tahun berturut2 bagi perikanan darat dirobah mendjadi paling sedikit 6 musim, jaitu 3 tahun berturut2 bagi perikanan darat, dengan ketentuan, bahwa djika setelah djangka waktu itu berachir diadakan pembaharuan perdjandjian maka para nelajan penggarap dan penggarap tambak jang lamalah jang diutamakan. Terhadap rumusan baru Pemerintah tsb, sementara anggota mengadjukan pendapat bahwa kalimat jang menjebutkan “penggarap jang lamalah jang diutamakan” masih lemah dan bisa dislah tafsirkan untuk tidak memberikan hak garap kepada penggarap lama. Diusulkan untuk ditegaskan “diadakan perdjandjian baru dengan penggarap lama, ketjuali djika penggarap jang bersangkutan tidak menghendaki”.

8. Terhadap usul agar pihak ketiga di tingkat desa dalam penjelesaian perselisihan antara pemilik dengan penggarap/nelajan hendaknja bukan perseorangan Kepala Desa (Pasal 18 Ajat 4), tetapi Panitia Landreform Desa jang lebih bersifat demokratis, Pemerintah dapat menjetudjui dan mengemukakan rumusan baru, mengganti kata2 “Kepala Desa” diubah mendjadi “Panitia Landreform Desa djika mengenai perikanan darat atau suatu Panitia jang akan dibentuk djika mengenai perikanan laut”.

9. Terhadap usul agar persetudjuan Menteri Perburuhan terhadap penetapan besarnja upah bagi nelajan oleh Perusahaan Perikanan laut, bukan hanja setelah mendengar Menteri Pertanian dan Agraria (Pasal 10), tetapi supaja djuga setelah mendengar organisasi2 tani, nelajan dan buruh, Pemerintah dapat menjetudjuinja.

10. Terhadap beberapa soal jang dikemukakan oleh anggota bahwa dengan berbagai djalan pemilik memberatkan penggarap, misalnja mengidjonkan ikan di tambak jang masih ketjil2 sedang pengidjonnja adalah pemilik sendiri atau atas nama orangnja, membedakan serta semua kerugian akibat bandjir kepada panen berikutnja sebagai beban bersama, tak ada pembukuan/pentjatatan jang terbuka terhadap ongkos2 jang kemudian dipotongkan pada hasil kotor dan pemasaran hasil ikan hanja dilakukan sendiri oleh pemilik, disamping itu terdapat bermatjam-matjam pungutan, Pemerintah sependapat bahwa unsur2 idjon dilarang, kerugian2 akibat bandjir tidak boleh dibebankan pada hasil panen berikutnja, djuga pemasaran kedua belah fihaklah jang menentukan. Pungutan2 di luar jang sudah ditentukan tidak boleh lagi diadakan.

11. Terhadap usul agar ada djaminan keselamatan kerdja bagi nelajan, Pemerintah mendjelaskan bahwa Menteri Perburuhan telah menjanggupkan untuk mempersiapkan RUU tentang hal itu. Sedang mengenai berbagai soal lainnja jang diadjukan oleh para anggota antaranja tentang asuransi bagi nelajan, pemberian kredit dan fasilitat kepada mereka dll, Pemerintah menjatakan bahwa hal2 itu akan dibitjarakan lebih landjut dalam membahas RUU Pokok Perikanan jang telah siap dan kini masih di tangan Kabinet. Ditindjau setjara keseluruhannja RUU tentang Bagi Hasil Perikanan dalam wadjah baru ini memberikan gambaran bahwa perbedaan2 pendirian atas beberapa pokok2 persoalan seperti dikemukakan atas sudah tidak ada lagi. untuk ini baiklah kita saksikan perobahan2 Pasal demi pasal.

V. Pasal demi Pasal.

Dalam rapat2 kerdja antara Pemerintah dan Komisi D dan rapat gabungan telah disetudjui untuk mengadakan perobahan2 dalam RUU tentang Bagi Hasil Perikanan sbb : 1. KONSIDERAN huruf a disempurnakan mendjadi : bahwa sebagai salah satu usaha untuk

menudju ke arah perwudjudan masjarakat sosialis Indonesia pada umumnja, chususnja untuk meningkatkan taraf hidup para nelajan penggarap tambak serta memperbesar produksi ikan, maka pengusahaan perikanan setjara bagi hasil baik perikanan laut maupun perikanan darat, harus (exploitasi) diatur hingga dihilangkan unsur2 jang bersifat pemerasan dan semua pihak jang turut serta masing2 mendapat bagian jang adil dari hasil usaha itu.

2. KONSIDERAN huruf b tetap.

Page 162: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

184 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

3. Pasal 1 huruf b diubah mendjadi : nelajan pemilik ialah orang atau badan hukum jang dengan hak apapun berkuasa atas suatu perahu/kapal jang dipergunakan dalam usaha penangkapan ikan dan alat2 penangkapan ikan.

4. Pasal 1 huruf c sesudah perkataan “nelajan” diubah mendjadi “nelajan penggarap”. 5. Pasal 1 sesudah huruf c ditambahkan huruf d baru jang berbunji pemilik tambak ialah orang atau

badan hukum jang dengan hak apapun berkuasa atas suatu tambak. 6. Pasal 1 huruf d s/d h) lama mendjadi e s/d I baru. 7. Pasal 1 huruf d (lama) atau c (baru) : perkataan “penggarap” diubah mendjadi “penggarap

tambak”. 8. Pasal 1 huruf f (lama) atau g (baru) : disempurnakan mendjadi hasil bersih ialah : - bagi perikanan laut : hasil ikan jang diperoleh dari penangkapan, jang setelah diambil sebagian

untuk “lawan” para nelajan penggarap, menurut kebiasaan setempat, dikurangi dengan beban2 jang mendjadi tanggungan bersama dari nelajan pemilik dan nelajan penggarap , sebagai jang ditetapkan didalam Pasal 4 angka 1 huruf a.

- bagi perikanan darat : sepandjang mengenai ikan pemeliharaan, hasil ikan pemeliharaan jang diperoleh dari usaha tambak jang bersangkutan dikurangi dengan beban2 jang mendjadi tanggungan bersama dari pemilik tambak dan penggarap tambak, sebagai jang ditetapkan didalam Pasal 4 Angka 2 huruf a.

9. Pasal 2 disempurnakan mendjadi : Usaha Perikanan laut maupun darat atas dasar perdjandjian bagi hasil harus diselenggarakan berdasarkan kepentingan bersama dari nelajan pemilik dan nelajan penggarap serta pemilik tambak dan penggarap tambak jang bersangkutan, hingga mereka masing2 menerima bagian dari hasil usaha itu sesuai dengan djasa jang diberikannja.

10. Pasal 3 angka 2 : kata2 “dengan ketentuan ….. sedang’ dihapuskan. 11. Pasal 3 ditambah dengan satu ajat baru, jaitu ajat 2 jang berbunji : pembagian hasil diantara para

nelajan penggarap dari bagian jang mereka terima menurut ketentuan dalam ajat 1 Pasal ini diatur oleh mereka sendiri, dengan diawasi oleh Pemerintah Dearah Tingkat II jang bersangkutan untuk menghindarkan terdjadinja pemerasan, dengan ketentuan, bahwa perbandingan antara bagian jang banjak dan jang paling sedikit tidak boleh lebih dari 3 lawan 1.

12. Pasal 4 angka 1 huruf a disempurnakan mendjadi : beban2 jang mendjadi tanggungan bersama dari nelajan pemilik dan fihak nelajan penggarap : ongkos lelang, uang rokok/djadjan untuk para nelajan penggarap selama di laut, biaja untuk sedekah laut (selamatan bersama), serta iuran2 jang disahkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat I jang bersangkutan seperti untuk koperasi, dana pembangunan perahu/kapal, dana kesedjahteraan, dana ketjelakaan,dana kematian dan lain2nja.

13. Pasal 4 angka 2 huruf a : kata2 “perbaikan pada pintu air” diubah mendjadi “perawatan pada pintu air”.

huruf b : kata2 “mengganti pintu air” diubah mendjadi “memperbaiki dan mengganti pintu air”. huruf c disempurnakan mendjadi :beban2 jang mendjadi tanggungan penggarap tambak : biaja

untuk menjelenggarakan pekerdjaan sehari2 jang berhubungan dengan pemeliharaan ikan didalam tambak dan penangkapannja pada waktu panen.

14. Pasal 7 ajat 1 disempurnakan mendjadi : perdjandjian bagi hasil diadakan untuk waktu paling sedikit 1 (satu) musim, jaitu antara 3 (tiga) bulan sampai 6 (enam) bulan berturut2 bagi perikanan laut dan paling sedikit 4 (empat) musim, jaitu 2 (dua) tahun berturut2 bagi perikanan darat, dengan ketentuan, bahwa djika setelah djangka waktu itu berachir diadakan pembaharuan perdjandjian maka para nelajan penggarap dan penggarap tambak jang lamalah jang diutamakan.

15. Pasal 7 ajat 4 huruf b : kata2 “Kepala Desa” diubah mendjadi “ Panitia Landreform Desa djika mengenai perikanan darat atau suatu Panitia desa jang akan dibentuk, djika mengenai perikanan laut”.

16. Pasal 7 ajat 4 huruf c : perkataan “izin” diganti dengan “persetudjuan” 17. Pasal 7 sesudah ajat 4 ditambah dengan ajat 5 (baru) : Pada berachirnja perdjandjian bagi hasil,

baik karena berachirnja djangka waktu maupun karena salah satu sebab tersebut pada ajat 4 Pasal ini, nelajan penggarap dan penggarap tambak wadjib menjerahkan kembali kapal/perahu, alat2 penangkapan ikan dan tambak jang bersangkutan kepada nelajan pemilik dan pemilik tambak dalam keadaan baik.

18. Pasal 8 ajat 2 disempurnakan mendjadi : Pelanggaran terhadap larangan tersebut pada ajat 1 Pasal ini mengakibatkan, bahwa uang atau harga benda jang diberikan itu dikurangkan pada

Page 163: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

185 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

bagian nelajan pemilik atau pemilik tambak dari hasil usaha perikanan jang bersangkutan dan dikembalikan kepada nelajan pemilik dan pemilik tambak dalam keadaan baik.

19. Pasal 10 ajat 1 : dibelakang perkataan : “Agraria” ditambahkan “ dan organisasi tani, nelajan dan buruh jang mendjadi anggota Front Nasional”.

20. Pasal 10 ajat 2 : kata2 “djika dianggapnja perlu” dan “ dapat” dihapuskan. 21. Pasal 10 ajat 4 : setelah perkataan “Agraria” ditambahkan “setelah mendengar organisasi tani,

nelajan dan buruh jang mendjadi anggota Front Nasional”. 22. Pasal 11 : kata2 “mereka jang menjelenggarakan usaha perikanan tambak” diganti mendjadi

“pemilik tambak”. 23. Pasal 12 : kata2 ‘karjawan perikanan jang bersangkutan” diganti dengan “wakil2 organisasi tani

dan nelajan jang ditundjuk oleh Front Nasional” 24 Pasal 13 ajat 1: antara kata-kata “sewa-beli” dan “untuk dipergunakan" disisipkan kata-kata

,,dengan nelajan pemilik". 25. Pasal 13 ajat 2: kata-kata organisasi-organisasi nelajan setempat jang Front Nasional" diganti

dengan ,,Organisasi-organi-sasi tani dan nelajan jang mendjadi anggota Front Nasional setempat".

26. Kepala dari bab VIII diganti mendjadi: Kesedjahteraan Nelajan-penggarap, Penggarap Tambak dan Buruh Perikanan.

27. Pasal 15 ajat 2: kata-kata ,,para karjawan perikanan" diganti dengan ,,anggota-anggotanja". 28. Pasal 16 ajat 1 dan 2: kata-kata ,,usaha Perikanan laut" diganti dengan ,,nelajan pemilik” 29. Pasal 17 ajat 2: kata-kata ,,karjawan perikanan.........Nasional" diganti dengan ,,tani dan nelajan

jang mendjadi anggota Front Nasional setempat". 30. Pasal 18 ajat 1: kata-kata ,,Kepala Desa" diganti dengan ,,Panitiia Landreform Desa djika

mengenai perikanan darat atau suatu panitia jang akan diibentuk djika mengenai perikanan laut".

32. Pasal 18 ajat 2: sebelum kata-kata,,untuk mendapat keputusan" disisipkan ,,djika mengenai, perikanan darat atau suatu Paniltia Ketjamatan jang akan dibentuk djika mengenai perikanan laut".

33. Pasal. 18 ajat 3 disempurnakan. Hingga mendjadi: Terhadap keputusan Panitia tersebut pada ajat 2 pasal ini dapat dimintakan banding kepada Panitia Landreform. Daerah Tingkat II jang bersangkutan djika mengenai perikanan darat atau suatu Panitia Daerah Tingka,t II jang akan dibentuk, djika mengenai perikanan laut.

34. Pasal 18 ajat 4 : kata-kata ,,karyawan perikanan Ketua Panitia" diganti dengan ,,tani dan nelajan jang ditundjuk oleh Front Nasional setempat".

35. Pasal 19 huruf a: Perkataan ,,menjimpang" diganti dengan ,,mengurangi". 36. Pasal 19 ditambah dengan huruf d:

,,barangsiapa mendjadi perantara antara nelajan-pemilik dan nelajan penggarap atau pemilik tambak dan penggarap tambak, dengan maksud untuk memperoleh keuntungan bagi dirinja sendiri".

IV. Penutup. Berkat kerdja sama dan pengertian jang baik antara Pemerintah dan Komisi D sebagaimana telah

dikemukakan diatas tertjapainja persesuaian pendapat dalam pembahasan-pembahasan jang diadakan pada rapat kerdja Komisi D dengan Pemerintah pada tanggal 10 D juli 1964, maka achirnja dapatlah tersusun sebuah rantjangan Undang-undang tentang Bagi Hasil Perikanan jang terachir. Maka tibalah saatnja sekarang untuk membawa rantjangan Undang-undang kedalam sidang paripurna Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong hari ini untuk mendapat persetudjuan.

Untuk memudahkan pembitjaraan Pemerintah telah menjusun naskah terachir disertai rantjangan pendjelasan, jang memuat perubahan-perubahan seperti diuraikan diatas. Naskah baru ini beserta rantjangan pendjelasannja telah disampaikan kepada para anggota sekalian.

Djakarta, 18 Djuli 1964. A.n. Pimpinan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong; Wakil Ketua, H.A. SJAICHU.

Page 164: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

186 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Demikian, Saudara Ketua, pembatjaan laporan selesai. Terima kasih. Ketua: Terima kasih kepada Saudara Noto- sukardjo jang telah membatjakan rumusan jang agak

pandjang. Saudara-saudara, sesudah kita mendengarkan rumusan Pimpinan, maka sebagaimana lazimnja kami akan

mempersilakan djurubitjara-djurubitjara dari pada golongan-golongan untuk mengemukakan kata terachirnja tentang pengesahan atas rantjangan Undang-undang ini.

Dimedja Pimpinan ada tertjatat pembitjara- pembitjara dari berbagai golongan sebagai berikut: Golongan Nasionalis Saudara S. D. Bili. Golongan Islam Saudara Brodjotruno. Golongan Komunis Saudara Djadi Wiro-subroto. Golongan Kristen/Katholik Saudara Tambing dan Golongan Karya Saudara Aiming Amran. Saja persilakan Saudara S. D. Bili dari Golongan Nasionalis. S.D. Bili: Saudara Ketua jang mulia, para Menteri jang mulia dan Stafnja jang terhormat, rantjangan

Undang-undang tentang Bagi Hasil Perikanan ini adalah kawan sedjoli dari pada rantjangan Undang-undang Surat Hutang Landreform jang sebenarnja didalam masa sidang ke-II jang lalu telah dapat diselesaikan. Sebenarnja didalam hati ketjil, timbul suatu rasa penjesalan karena rantjangan Undahg-undang ini jang sebenarnja amat penting, ketinggalan pada masa sidang jang lampau. Tetapi djikalau pada hari ini telah berhasil dimana rantjangan Undang-undang ini dapatlah dihadapkan pada rapat paripurna pada ini hari dimana dengan ini telah merupakan satu pernjataan bahwa rantjangan Undang-undang jang maha penting ini, jang sebenarnja telah lama dinantikan oleh masjarakat chususnja masjarakat nelajan, maka saja kira mendjelang reses jang tidak lama akan berlangsung ini ada tepatpun djikalau saja katakan sebenarnja Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong ini gembira, gembira menjambut penjelesaian rantjangan Undang-undang ini. Sebenarnja kursi-kursi ini penuh akan menerima, turut menjaksikan, turut mengesahkan rantjangan Undang-undang ini, jang sebenarnja adalah sebagai amanat, penderitaan rakjat jang dibebankan kepada tiap-tiap wakil rakjat jang ada didalam. Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong ini.

Saudara Ketua jang mulia, pada kesempatan ini izinkanlah kami atas nama Golongan Nasionalis jang kami wakili untuk menjampaikan selamat atas keangkatan Jang Mulia Menteri Sadjarwo S. H. dengan terbentuknja sebuah Kompartimen baru, jaitu Kompartimen Pembangunan Pertaniah dan Agraria. Menurut hemat kami, dengan keangkatan beliau pada Kompartimen baru ini, adalah menundjukkan. suatu kenjataan betapa "besarnja kepertjajaan P.J.Mj Presiden kepada Jang Mulia Menko Sadjarwo S. H. dan sekaligus merupakan suatu pengakuan atas kebenaran beleid politiknja jang selama ini digariskan oleh Jang Mulia Menteri Sadjarwo S. H.

Dengan terbentuknja Kompartimen Pembangunan Pertanian dan Agraria ini, menundjukkan betapa pentingnja persoalan-persoalan jang terdapat didalam Kompartimen tersebut, persoalan-persoalan mana harus dengan sungguh-sungguh dihadapi dan diselesaikan dengan sebaik-baiknja setjara tjepat, tjermat dan tepat. Didalam situasi ekonomi jang akibat peninggalan pendjadjahan masih berat sebelah dan masih bersifat agraris ini, maka Kompartimen Pembangunan Pertanian dan Agraria memang mempunjai arti dan kedudukan jang sangat penting.

Dalam rangka membongkar sisa-sisa kolonialisme dan feodalisme serta mentjegah adanja pemerasan dan penindasan dikalangan masjarakat tani, selama Jang Mulia Menteri Sadjarwo mendjabat Menteri Agraria, kemudiaan Menteri Pertaniain dan Agraria, banjaklah sudah karya legislatif jang berupa peraturan perundang-undangan jang dapat diselesaikan oleh Pemerintah bersama-sama Dewan Perwakilan

Rakjat Gotong Rojong ini. Diantaranja terdapat perundang-undangan jang mempunjai arti jang sangat penting dan merupakan bahagian jang sangat vital didalam penjelesaian Revolusi kita menudju kepada terwudjudnja masjarakat adil dan makmur, masjarakat sosialis Indonesia berlandaskan Pantja Sila, jaitu Undang-undang Perdjandjian Bagi Hasil, Undang-undang Pokok Agraria dan Peraturan/ Perundang-undangan Landreform.

Saudara Ketua jang mulia, sjukur, dalam rapat Parapurna Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong pada hari ini, berhasil dimasukkan didalam atjara untuk dibitjarakan dan untuk disahkan sebuah rantjangan Undang-undang baru jang mempunjai arti jang tjukup penting jaitu Rantjangan Undang-undang Bagi Hasil Perikanan.

Rantjangan Undang-undang Bagi Hasil Perikanan ini, telah lama ditunggu-tunggu oleh masjarakat, terutama masjarakat nelajan. Untuk mentjapai suatu rantjangan Undang-undang tentang Bagi Hasil Perikanan semoga jang dapat mendjaminkan keamanan dan kebahagiaan dilapangan pernelajanan dalam arti jang sebaik-baiknja didalam waktu jang tidak lama, maka atas kebidjaksanaan Jang Mulia Menteri telah dibentuknja suatu panitia dimana beberapa anggota dari Komisi D jang mewakili beberapa golongan diikut-sertakan.

Langkah jang non-konvensionil dan progresip madju ini adalah suatu tindak-tanduk jang njata didalam rangka pengintegrasian, dan ternjata sudah menundjukkan suatu hasil jang gemilang, jaitu dalam waktu singkat telah dapat merumuskan suatu rantjangan Undang-undang jang tjukup penting, dimana oleh karenanja pembitjaraannja di Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong dalam hal ini Komisi D, berdjalan sangat lantjar, suasana musjawarah antara Komisi D dengan Pemerintah, antara anggota- anggota Komisi D jang mewakdli semua golongan dalam

Page 165: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

187 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong dengan Pemerintah, dalam hal ini Jang Mulia Menko Sadjarwo S.H., diliputi dengan perasaan gembira, karena keinginan dan harapan dari semua wakil-wakil golongan, dapat tertampung didalam rantjangan Undang-undang Bagi Hasil Perikanan, jang kita hadapi sekarang ini sehingga achirnja telah diambil kata sepakat, agar rantjangan Undang-undang Bagi Hasil Perikanan ini dapat dirapat-paripurnakan dan disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong sebelum reses. Itulah sebabnja, Saudara Ketua jang mulia, maka saja mengatakan sjukur, bahwa pada hari ini rantjangan Undang-undang Bagi Hasil Perikanan ini telah dapat dibitjarakan dan untuk disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong jang terhormat ini.

Atas kebidjaksanaan Jang Mulia Menko Sadjarwo S.H. dalam membentuk sesuatu Panitia jang mengikut-sertakan senlua wakil-wakil Golongan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong didalam Komisi D maupun langkah-langkah kebidjaksanaan jang diambil didalam rapat-rapat Komisi D jang njatanja adalah sangat menguntungkan untuk menjelesaikan sesuatu rantjangan Undang-undang jang dihadapi sebagai tersebut pada keterangan diatas, maka saja atas nama Golongan Nasionalis jang saja wakili, dari mimbar ini saja menjatakan dan menjampaikan penghargaan jang setinggi-tingginja dan jang sebesar-besarnja.

Disamping itu kami harapkan, semoga tjara atau procedure non-konvensionil progresip ini dapat dikembangkan mendjadi suatu tradisi didalam melaksanakan tjara kerdja bergotong-rojong setjara positip, bukan sadja dalam lingkungan Kompartimen Pembangunan Pertanian dan Agraria, tetapi djuga di Kompartimen-kompartimen jang lain.

Saudara Ketua jang mulia, kami katakan rantjangan Undang-undang Bagi Hasil Perikanan mempunjai arti

jang tjukup penting, karena: . 1. Sosiologis rantjangan Undang-undang ini mengandung unsur-unsur jang positip, merupakan garis tegas untuk

mentjegah terdjadinja penindasan dan pemerasan didalam kehidupan para nelajan. Rantjangan Undang-undang ini tjukup memberikan landasan jang kokoh dan untuk memberikan dorongan jang kilat untuk mentjiptakan kehidupan kegotong-rojongan setjara revolusioner dikalangan para nelajan. Bagi para nelajan jang kedudukannja ekonomis lemah, maka rantjangan Undang-undang ini tjukup memberikan perlindungan dan dorongan untuk berusaha lebih giat dalam usahanja mentjapai penghidupan jang lebih baik, materiil maupun spirituil. Maka dapatlah kami kemukakan disini, bahwa rantjangan Undang-undang ini akan membawa tata-kehidupan baru (sosialisasi) dikalangan para nelajan, menudju kearah pembentukan masjarakat nelajan jang lebih madju dan lebih baik.

2. Ekonomis rantjangan Undang-undang ini dengan ketentuan perangkaan pembagian hasil jang tjukup progresip itu akan mendorong tertjiptanja kegiatan-kegiatan jang lebih dikalangan para nelajan untuk dapat mentjapai hasil (menangkap ikan) jang sebesar-besarnja. Dengan demikian diharapkan produksi ikan setjara nasional akan naik. Ini berarti bukan sadja penghasilan para nelajan akan lebih baik, tetapi djuga kebutuhan kaum konsumen akan dapat lebih ditjukupi dan sekaligus mutu gizi kita akan kebutuhan protein chewani dapat dipertinggi. Ditindjau dari sudut gerakan swasembada bahan makanan, maka rantjangan Undang-undang ini tjukup mempunjai arti jang penting.

3. Juridis rantjangan Undang-undang ini memberi landasan hukum jang positip untuk menetapkan hubungan kerdja jang hidup dikalangan para nelajan dan memberi saluran dan dasar-dasar jang pasti didalam menjelesaikan sengketa jang mungkin timbul dikalangan mereka.

Saudara Ketua jang mulia, didalam sidang paripurna ini kami merasa kurang perlu kiranja mengemukakan

argumentasi dan pandangan setjara pasal demi pasal terhadap rantjangan Undang-undang Bagi Hasil Perikanan, karena kami rasa telah tjukup kiranja apa jang kami telah kemukakan didalam rapat-rapat Komisi selama kami melakukan pemeriksaan persiapan.

Hanja kami ingin mempergunakan kesem-patan ini untuk mengemukakan saran-saran dan harapan- harapan Golongan Nasionalis kepada Pemerintah, dalam hal ini kepada Jang Mulia Menko Pembangunan Pertanian dan Agraria jang tentunja disekitar hal-hal jang berhubungan dengan rantjangan Undang-undang Bagi Hasil Perikanan ini, ialah: 1. Disamping adanja rantjangan Undang-undang jang telah madju ini, maka masalah perlengkapan/peralatan

adalah merupakan salah suatu faktor jang menentukan pula untuk perbaikan nasib para nelajan. Hanja dengan perlengkapan/ peralatan jang baik dan dalam djumlah jang tjukuplah akan dapat ditangkap/dihasilkan ikan jang sebanjak-banjak-nja, karena dengan hasil penangkapan ikan inilah jang dapat menentukan nasib para nelajan. Harapan inilah jang kami sarankan kiranja Pemerintah benar-benar berusaha membantu para nelajan untuk dapat memiliki peralatan/ perlengkapan jang tjukup dan sesuai dengan kemadjuan tehnik untuk dapat menangkap ikan sebanjak-banjaknja. Mengusahakan adanja barang-barang jang dibutuhkan dengan harga jang serendah-rendahnja dan penjediaan kredit jang progresip untuk pembelian alat-alat tersebut adalah suatu hal mutlak jang amat perlu diperhatikan. Selain dari pada itu, maka disamping itu perlu adanja penertiban terhadap adanja penjelewengan- penjelewengan jang dilakukan oleh para nelajan pemilik jang mendjual-belikan/memperdagangkan bahan perlengkapan jang diterima sebagai bantuan dari Pemerintah diantaranja benang-benang untuk tali pantjing,

Page 166: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

188 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

lajar-lajar perahu dan lain-lainnja lagi. Praktek-praktek jang demikian ini bukan sadja mengakibatkan maksud baik dari Pemerintah tidak tertjapai setjara tidak langsung djuga merugikan para nelajan penggarap.

2. Bimbingan dan pendidikan kepada para nelajan dalam mempergunakan alat-alat baru/modern dan petundjuk-petundjuk-untuk mempertinggi pengetahuan mereka tentang tehnik menangkap ikan sangat perlu untuk diadakan. Petugas-petugas chusus untuk mengadakan kursus - kursus kepada mereka adalah djalan jang sebaik-baiknja jang perlu segera ditempuh.

3. Masalah pemasaran dan harga tidak kurang pentingnja. Walaupun pasal 17 telah memberi rumusan tjara menetapkan harga dan pendjualan hasil penangkapan ikan, tetapi faktor diluar kaum nelajan jang terdapat didalam pasaran adalah sangat menentukan terhadap perkembangan harga ikan dan nasib para nelajan. Sebagaimana jang kita sering djumpai sekarang, maka pendjualan ikan tersebut adalah dengan setjara lelangan, misalnja jang terdjadi dipasar ikan. Rupanja dipasaran ikan ini ada gedjala-gedjala jang harga ini akan ditentukan oleh beberapa djuragan/tengkulak tertentu sadja. Setelah ada penawaran harga dari bebera-pa tengkulak tertentu, maka harga mandeg dan tak ada lagi orang jang mau/berani memberi tawaran-tawaran harga jang lebih tinggi. Menurut chabar berita jang sampai kepada kami, beberapa djuragan/tengkulak tertentu jang kuat telah menjusun suatu persekutuan dan mempunjai tukang-tukang pukul. Kepada para pedagang lain diluar lingkungannja jang hendak memberi tawaran-tawaran lebih, diantjam oleh tukang-tukang pukul mereka. Maka dengan demikian mereka berusaha menekan harga ikan itu semurah-murahnja, jang berarti suatu pukulan jang hebat bagi para nelajan. Dipihak lain djuga harga pendjualan kepada konsumen, merekalah jang menentukan, sehingga dengan tjara ini mereka dapat mengambil keuntungan jang sebesar-besarnja. Dalam hal ini nelajan produsen maupun chalajak ramai sebagai konsumen sangat dirugikan. Djika hal ini benar, maka sangat diharapkan perhatian dari pihak Pemerintah dan selandjutnja untuk diambil langkah-langkah tegas untuk mengachiri praktek-praktek kedji serupa itu jang tentunja tak dapat dibenarkan itu.

4. Sesuai dengan ketentuan pasal 15 rantjangan Undang-undang Bagi Hasil Perikanan ini jang menjangkut masalah koperasi, Golongan Nasionalis berpendapat, bahwa untuk kesedjahteraan kaum nelajan organisasi koperasi adalah merupakan suatu organisasi jang mutlak harus dikemlbangkan setjepat-tjepatnja. Adanja suatu peraturan/perundang-undangan dengan koperasi nelajan setjara chusus dirasa perlu segera diadakan. Kerdja-sama jang sebaik-baiknja antara Departemen Perikanan dan Departemen Transkopemada dalam hal ini perlu segera dilaksanakan. Organisasi koperasi dalam hal ini mempunjai arti dan daja guna jang sangat luas. Idiologi koperasi adalah progresip revolusioner, anti kapitalisme dan penuh dengan sifat kegotong-rojongan jang dinamis, sangat tjotjok untuk didjadikan landasan bagi para nelajan didalam perdjuangannja menggajuh kesedjahteraan mentjapai perbaikan nasibnja.

Saudara Ketua jang mulia, Golongan Nasionalis berharap semoga rantjangan Undang-undang jang baik

dan penting ini akan dapat dilaksanakan nanti sebaik-baiknja sekedar dari sedikit demi sedikit mendjawab amanat penderitaan rakjat, sehinga manfaat jang sebesar-besarnja akan dapat dinikmati oleh masjarakat bahkan oleh kita bersama.

Jah! Untuk mensukeskan Undang-undang Bagi Hasil Perikanan ini nanti didalam pelaksanaannja tentunja tidaklah sepenuhnja tergantung hanja, kepada petugs-petugas dari Kompartimen Pembangunan Pertanian dan Agraria sadja, sebagaimana djuga menurut pengalaman didalam melakanakan Undang-undang Perdjandjian Bagi Hasil, Undang-undang Pokok Agraria dan Pelaksanakan Landreform, tetapi djusteru petugas-petugas dari Kompartimen lainnja memegang peranan jang penting dan sangat menentukan didalam pelaksanaannja.

Penerangan untuk mempopulerkan adanja Undang-undang jang menjangkut masjarakat jang luas itu adalah sangat penting, dalam hal ini chususnja masjarakat nelajan.

Menanam pengertian jang mendalam akan maksud-maksud baik adanja Undang-undang itu harus selalu diberikan setjara teratur. Kesadaran petugas-petugas jang bersangkutan sebagaimana tertjantum dalam Undang-undang tersebut, dan semangat untuk melaksanakan Undang-undang itu sebaik-baiknja haruslah benar-benar dimiliki oleh alat-alat negara jang bersangkutan disamping adanja social control dan social support jang kuat dari golongan dan aliran-aliran jang ada didalam masjarakat, akan barulah dapat diharapkan bahwa Undang-undang jang baik itu dapat dilaksanakan sebagaimana mestinja untuk dapat dirasakan manfaatnja.

Garis kerdja jang mendjurus adanja kesatuan gerak antara Departemen-departemen jang bersangkutan untuk mensukseskan sesuatu Undang-undang itu harus diadakan.

Saudara Ketua jang mulia, adanja Departemen Perikanan didalam lingkungan Kompartimen Pembangunan Pertanian dan Agraria memberi harapan jang menggembirakan dikalangan Golongan Nasionalis. Dengan adanja Departemen ini dapat diharapkan, bahwa perhatian jang mendalam untuk mengeduk kekajaan ikan dan sebangsanja jang terdapat dilautan luas kita ini akan dapat diintensipkan, sehingga benar-benar bangsa Indonesia akan dapat menikmatinja. Rantjangan Undang-undang tentang ketentuan-ketentuan pokok perikanan laut telah masuk di Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong dan kiranja akan dapat dibahas dalam masa-masa persidangan jang akan datang, dan dengan demikian maka perhatian bangsa Indonesia terhadap penggalian kekajaan “sumber hajati” perairan akan mempunjai daerah hukum dengan arahnja jang pasti.

Saudara Ketua jang mulia, achirnja atas nama Golongan Nasionalis jang saja wakili, ingin kami sampaikan

Page 167: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

189 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

utjapan terima kasih kami kepada Pemerintah dalam hal ini Jang Mulia Menko Sadjarwo S.H. jang didalam membitjarakan rantjangan Undang-undang Bagi Hasil Perikanan ini telah dapat menerima usul-usul dan saran-saran kami jang telah dimadjukan oleh Golongan Nasionalis demikian pula dari Golongan-golongan lainnja jang telah da-pat menjetudjui pendapat-pendapat jang dimadjukan oleh Golongan Nasionalis.

Sekali lagi terima kasih. Dan sebagai penutup, Golongan Nasionalis jang saja wakili dengan ini menjatakan dengan tegas dapat

menjetudjui sepenuhnja rantjangan Undang-undang ini untuk disjahkan mendjadi Undang-undang, diiringi harapan jang besar semoga saran-saran dan harapan-harapan Golongan Nasionalis jang telah saja kemukakan diatas tadi akan mendapat perhatian dari pada Pemerintah demi untuk kepentingan kita bersama.

Sekian dan terima kasih. Ketua: Terima kasih kepada Saudara S. D. Bili. Selandjutnja saja persilakan kepada Saudara Brodjotruno sebagai pembitjara dari Golongan Islam. Brodjotruno: Saudara Ketua jang kami muliakan dan Saudara-saudara hadirin jang terhormat. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Sebagaimana kita semua telah maklum bahwa masjarakat terutama masjarakat nelajan dan penggarap

tambak, telah lama sekali menanti-nanti adanja perundang-undangan jang mengatur bagi hasil dari perusahaan perikanan diantara para buruh atau nelajan dan nelajan pemilik dalam bidang ikan laut dan dalam bidang ikan tambak diantara penggarap dan pemilik tambak, sebab keadaan imbangan bagi hasil jang telah lama sedjak dahulu kala berlaku merupakan pembagian jang tidak adil dan banjak merupakan adanja unsur-unsur pemerasan dan dan tekanan oleh manusia atas manusia, hal mana sudah tidak harus ada didalam negara jang merdeka terutama chususnja Negara kita jang berdasarkan Pantja Sila menudju kepada terwudjudnja Sosialisme Indonesia atau adil dan makmur jang diridoi oleh Tuhan Jang Maha Esa.

Kami selaku wakil dari Golongan Islam, sangat bersjukur kepada Tuhan Jang Maha Esa bahwa Undang-undang jang amat dibutuhkan oleh masjarakat nelajan dan penggarap tambak, hari ini sudah masuk keruang gelanggang persidangan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong untuk dibitjarakan dan disahkan bersama, jang pada hari inilah merupakan kata terachir dari semua golongan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong jang sudah sepakat untuk memberikan persetudjuannja.

Mengapa kami bersjukur diantara lain sebabnja sebagai berikut: 1. Undang-undang jang dimaksudkan itu sedjak achirnja sidang Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara

tahun 1960 telah tertjantum dalam Surat Ketetapannja No. II/MPRS/60 dan diulangi lagi dalam siding Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara tahun 1963 tertjantum pula dalam Resolusinja No. l/MPRS/1963 jang telah dengan djelas memerintahkan supaja diadakan undang-undang jang mengatur soal usaha perikanan jang diselenggarakan dengan tjara bagi hasil, maka undang-undang jang kita bahas sekarang ini telah djelas akan mendjadi realisasi dari pada Ketetapan dan Keputusan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara tersebut diatas itu.

2. Sudah djelas pula djika pelaksanaan jang diatur dalam undang-undang ini dapat mentjapai sebaik- baiknja, maka penghisapan, dan penin- dasan serta tekanan jang telah lama diderita oleh masjarakat nelajan dan penggarap tambak akan dengan sendirinja lenjap sehingga dengan demikian semua fihak jang sama turut serta dalam usaha itu mendapat pembagian jang lajak sesuai dengan djasa jang mereka sumbangkan.

3. Keadaan demikian itu sudah terang merupakan daja penarik atau perangsang bagi mereka kedua belah pihak karena adanja pembagian jang adil dan lajak itu, kegiatan mereka bertambah, serta perasaan kelesuanpun akan lenjap sendirinja, jang pasti akan lebih membawa akibat kepada peningkatan produksinja.

Kesemuanja itu sesuai dengan maksud lebih meningkatkan ketahanan Revolusi kita memperkuat home-

front dalam bidang produksi ikan. Saudara Ketua jang mulia, meskipun kami mempunjai pendirian dan sikap jang

optimistis, apabila nanti setelah benar-benar dilaksanakannja undang-undang ini setjara baik dan sukses, tetapi masih perlu kami meminta perhatian Pemerintah setjara serius untuk tertjapainja perbaikan taraf hidup kaum nelajan dan penggarap jang dimaksud dalam Undang-undang ini, ialah supaja Pemerintah memperhatikan soal pembentukan Koperasi-koperasi jang telah ada ditindjau lagi dan jang akan terbentuk djuga, supaja benar-benar sesuai dengan maksud usaha memperbaiki taraf hidup kaum nelajan dan penggarap tambak, tidak hanja merupakan kedok sadja tetapi tidak diberikan hak sewadjarnja kepada para anggota nelajan atau penggarap tam-bak. Misalnja dalam menentukan harga atau pemasaran ikan. Demikian djuka sebagai anggota koperasi mereka djuga harus ikut serta memberi suaranja dalam hal menentukan harga barang-barang jang akan dibeli untuk kepentingan perusahaan misalnja akan membeli kapal bermotor/ perahu-perahu dan alat-alat lainnja.

Demikian djuga perhatian, terhadap kebutuhan sosial bagi para ianggotanja dimana perlu djuga tidak dilupakan kebutuhan sehari-hari mereka, bisa djuga terurus oleh koperasinja.

Dengan tjara dan djalan demikian, maka tipis sekali kemungkinan bagi mereka akan terlibat kedalam perangkapnja pelepas uang (woeker).

Page 168: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

190 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Saudara Ketua, sebenarnja untuk dapat membuat undang-undang jang sesuai dengan tuntutan faktor-faktor tersebut itu, memang amat sulit sekali lebih-lebih pula mengingat kepada keadaan didaerah-daerah setempat, tjara pembagian hasil serta beban-beban jang mendjadi tanggungannja banjak berlainan satu dengan lainnja, maka Pemerintah mengambil kebidjaksanaan membentuk Panitia.

Panitia Perantjang jang statusnja merupakan Panitia Negara jang anggotanja terdiri dari pada orang ,,Ahli dan anggota Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong dari pada Komisi D jang mewakili golongan poros Nasakom, dimana kami sebagai wakil Golongan Islam duduk didalamnja.

Panitia tersebut telah berusaha mengumpulkan bahan-bahan jang didapat dari daerah-daerah dipergunakan untuk bahan pertimbangan mengolah rantjangan Undang-undang ini, dalam waktu lamanja sudah hampir dua tahun bekerdja achirnja baharulah menghasilkan suatu rantjangan Undang-undang jang diadjukan kepada Pemerintah sampai dapat berlangsung Undang-undang jang diadjukan kepada Pemerintah sampai dapat berlangsung djuga kepada Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong.

Maka rantjangan Undang-undang itu setelah dibahas dalam golongan-golongan dan komisi pada kenjataannja masih memerlukan lagi banjak perubahan dan perbaikan, jang sudah tentu dimaksudkan untuk lebih menjempurnakan, dan achirnja tertjapai djuga suatu rantjangan Undang-undang jang terachir jaitu sebagai Naskah 27 April 1964 itu sudah merupakan hasil jang maksimal dalam perundingan diantara Pemerintah dan Komisi D sebagaimana jang telah dilaporkan oleh Pimpinan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong jang dibatjakan Ketua Komisi D jang sungguh-sungguh sudah tertjapai saling pengertian dan toleransi meskipun tidak amat memuaskan tetapi dapat sudah dikatakan memuaskan para pembahas undang-undang itu.

Kami dari golongan Islam dari sedjak semula sebagai anggauta Panitia Negara dan selandjutnja dalam Komisi D sudah tjukup terus menerus mengikuti pembahasan dan perundingan dan banjak pula mengadjukan saran-saran, usul-usul dan pertimbangan jang sebagian banjak sudah tertampung dalam rantjangan Undang-undang ini, maka atas kebidjaksanaan Pemerintah dengan hubungan ini Jang Mulia Menteri Pertanian Agraria Sadjarwo S.H. jang sekarang telah meningkat mendjadi Menko Kompartimen Pembangunan Pertanian dan Agraria (KONPAG) mengutjapkan terima kasih serta penghargaan setinggi-tingginja dengan mendoakan kerdja sama jang baik demikian itu, dapat berlangsung terus sehingga banjak memberikan manfaat bagi kebahagiaan bangsa dan tanah air kita bersama.

Saudara Ketua jang mulia, berdasarkan kepada pembahasan rantjangan Undang-undang ini telah kami alami sedalam-dalamnja dari permulaan sampai kepada achirnja, maka dari mimbar ini kami merasa kurang perlunja lagi untuk membentangkan atau menguraikan pasal demi pasal pendapat dan pertimbangan kami, tetapi hanja jang penting-penting sadja sebagai urat nadinja Undang-undang ini akan kami uraikan seperlunja sebagai berikut:

Pertama : Usaha jang dimaksudkan untuk lebih meningkatkan taraf hidup para nelajan dan penggarap tambak, dengan setjara tegas-tegas mengadakan perubahan atau perombakan adat tjara lama diganti dengan tjara baharu, sudah terlaksana dan tertera pada pasal 3 ajat (1) dan ajat (2) kami kutip :

Pasal 3 ajat (1). Djika suatu usaha perikanan diselenggarakan atas dasar perdjandjian bagi hasil, maka dari hasil usaha itu kepada pihak nelajan penggarap dan penggarap tambak, paling sedikit harus diberikan bagian sebagai berikut :

1. Perikanan Laut : a. djika dipergunakan perahu La jar : minimum 75% dari hasil bersih; b. djika dipergunakan kapal bermotdr: mini mum 40% dari hasil bersih.

2. Perikanan Darat : a. mengenai hasil ikan pemeliharaan minimum 40% dari hasil bersih; b.. mengenai hasil ikan liar minimum 60% dari hasil kotor

Ini sudah merupakan perbaikan jang amai banjak menguntungkan bagi para nelajan dan penggarap, tetapi toch djuga tidak berarti akan menimbulkan perasaan kelesuan bagi para nelajan pemilik atau pemilik tambak perikanan.

Kedua. Memang disesuatu perusahaan diantara para nelajan penggarap jang banjak itu biasanja ada jang merigatur tjara pembagian jang didapat dari hasil pembagian dimaksudkan diatas itu untuk ditentukan bagian diantara mereka masing-masing, hal ini djuga telah tertampung dalam ajat (2) pasal 3 tersebut itu demikian kami kutip:

(2) Pembagian hasil diantara para nelajan penggarap dari bagian jang mereka terima menurut ketentuan dalam ajat (1) pasal ini, diatur oleh mereka sendiri, dengan diawasi oleh Pemerintah Daerah tingkat II setempat untuk menghindarkan terdjadinja pemerasan, dengan ketentuan bahwa perbandingan antara bagian jang terbanjak dan jang paling sedikit tidak boleh lebih dari 3 (tiga) lawan 1 (satu).

Dengan adanja ajat (2) pasal 3 ini sudah terdjamin bahwa hasil pembagian jang didapat dari ketentuan pelaksanaan undang-undang ini bagi para nelajan, akan didapat pembagiannja bagi mereka masing-masing jang terawasi tidak kuatir adanja sewenang-wenang. Dan apabila Pemerintah menganggap perlu diadakan peraturan chusus untuk itu, guna merealisir pengawasan Pemerintah Daerah tingkat II setempat dapat diadakan peraturan tersendiri untuk itu jang hanja berlaku untuk pembagian diantara para nelajan jang diatur oleh kepalanja atau pemimpin mereka sendiri.

Ketiga: Tentang ketentuan beban-beban jang mendjadi tanggungan bersama diantara pemilik dan nelajan penggarap dan, ada pula jang chusus mendjadi bebannja pemilik sendiri, dimana nelajan penggarap tidak usah ikut

Page 169: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

191 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

mendjamin, dan ada pula beban-beban jang ditanggung oleh para nelajan sendiri, ini merupakan beban jang amat ringan dan logis. Kesemuanja itu telah tertampung dalam pasal 4 ajat (1) a dan b serta ajat (2) a, b dan c.

Keempat: Pada pasal 5 ajat (2) telah djelas ditentukan bahwa Pemerintah Daerah tingkat I berhak mengadakan peraturan lain dari pada ketentuan tersebut dalam pasal 3 tentang pembagian bagi hasil, djikalau didaerahnja itu memang terdapat unsur-unsur lain jang sukar untuk dapat disesuaikan dengan ketentuan pasal 3 Undang-undang ini, dengan ketentuan bahwa peraturan Daerah itu harus mendapat persetudjuan dari Menteri Perikanan.

Saudara Ketua jang mulia, semua empat faktor penting jang kami sebut diatas itulah jang amat memerlukan perhatian dalam pelaksanaannja, karena djikalau dengan adanja undang-undang baru ini tidak dapat sesuai dalam pelaksanaannja berarti masih terus berlangsungnja pemerasan dan penghisapan diantara manusia satu terhadap manusia Iain-lain (diantara nelajan pemilik dan nelajan penggarap).

Mendjadi bagi kami sebenarnja jang amat penting untuk selandjutnja sesudah Undang-undang ini diperlakukan, pihak Pemerintah supaja setjara serius pula melakukan pengawasan, agar supaja pelaksanaan Undang-undang ini tidak mengalami kematjetan sebagaimana nasibnja Undang-undang Bagi Hasil Pertanian jaitu Undang-undang No. 2 tahun 1960, jang hingga sekarang ini masih harus terus memerlukan perhatian jang chusus untuk itu.

Dalam hal memperhatikan nasib Undang-undang Bagi Hasil Pertanian itu, sangat kami harapkan kepada perhatian Pemerintah untuk dapat mengambil ketentuan jang pasti apakah sebabnja kematjetan itu, apakah Undang-undangnja jang perlu mendapat perubahan atau perbaikan, apakah alat-alat pelaksananja jang sengadja melumpuhkan kekuatan Undang-undang itu. Maka tidak bedanja dengan Undang-undang Bagi Hasil Perikanan ini nanti djikalau telah diundangkan, agar dapat sambutan jang baik dan terlaksana sebagaimana mestinja oleh para pelaksana didaerah-daerah masing-masing.

Sebagaimana achir kata dari pada Golongan Islam jang kami wakili setelah banjak mengadjukan saran-saran sebagai tersebut diatas maka kami dapat menjetudjui serta mendukung sepenuhnja rantjangan Undang-undang terachir ini disahkan sebagai Undang-undang Bagi Hasil Perikanan dengan sekali lagi tekanan saran kami upaja dalam pelaksanaannja diawasi setjara kesungguhan agar tidak sampai mengalami kematjetan.

Sekian, Saudara Ketua. Kepada Saudara Ketua terima kasih kami utjapkan dan kami tutup uraian kami ini dengan kata wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ketua: Terima kasih kepada djuru-bitjara dari Golongan Islam. Selandjutnja kami persilakan Saudara Djadi

Wirosutoroto dari Golongan Komunis. Djadi Wirosubroto: Jang mulia Saudara Ketua, hari ini akan disahkan rantjangan Undang-undang Bagi

Hasil Perikanan mendjadi Undang-undang. Telah lama dinanti-nantikan oleh bagian terbanjak rakjat chususnja kaum nelajan terudjutnja Ketetapan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara No. II/MPRS/1960 dan resolusinja No. I/MPRS/1963, baru sekarang akan dapat dilahirkan/disahkan sebagai Undang-undang setelah beberapa kali dibahas di Komisi D. Meskipun agak terlambat terudjutnja Undang-undang Bagi Hasil Perikanan ini, mengingat kelahirannja dalam kantjah gelombang pasangnja semangat Dwikora mengganjang neo-kolonialisme Malaysia boneka imperalis Inggeris, Undang-undang ini akan disambut oleh kaum nelajan dan penggarap tambak dengan semangat Dwikora dalam melaksanakan Undang-undang, baik tentang terudjudnja perdjandjian hubungah kerdja maupun dalam usaha menambah produksi ikan serta tata-tertib dipermukaan laut dan pertambakkan. Mengingat djumlah tenaga nelajan aktip lebih dari 3 djuta dan djumlah armadanja lebih dari satu setengah djuta jang membentengi sepandjang pantai Indonesia dan beroperasi mendjeladjah permukaan laut, membentang dari Sabang sampai Merauke ditambah beribu-ribu ha tanah dan air, serta para penggarap tambak jang memageri pantai beratus-ratus km pandjangnja dibeberapa pulau, besarlah artinja apabila Undang-undang ini dapat memberi perangsang dan perlindungan kepada kaum nelajan dan penggarap tambak sebagai kekuatan revolusi sedjadjar dengan soko guru revolusi buruh dan tani.

Maksud Undang-undang ini untuk merombak tjara-tjara bagi hasil perikanan, menurut hukum adat feodal, dimana fihak pemilik perahu, alat penangkap dan tambak leluasa melakukan pemerasan kepada kaum nelajan dan penggarap tambak, sehingga nasib mereka itu senantiasa hidup dalam kemiskinan dan tidak berdaja, melepaskan kesengsaraannja dari tjengkereman djuragan-djuragan sero dan pemilik tambak disebabkan ketjilnja pembagian hasil, bertumpuknja hutang dan meradjalelanja sistim idjon dikalangan perikanan.

Tudjuan undang-undang dimana ditjantumkan dalam komsidaraas jang menjatakan bahwa: a. sebagai salah satu usaha untuk menudju kearah perwudjudan masjarakat "sosialis Indonesia pada umumnja,

chususnja untuk meningkatkan taraf hidup para nelajan penggarap dan penggarap tambak serta memperbesar produksi ikan, maka pengusahaan perikanan setjara bagi hasil, baik perikanan laut maupun perikanan darat, harus diatur hingga dihilangkan unsur-usurnja jang bersifat pemerasan dan semua fihak jang turut serta masing-masing mendapat bagian jang adil dari usaha itu;

b. selain perbaikan daripada sjarat-sjarat perdjandjian bagi-hasil sebagai jang dimaksudkan diatas perlu pula lebih dipergiat usaha pembentukan kcperasi-koperasi perikanan jang anggota-anggota terdiri dari semua orang jang turut-serta dalam usaha perikanan itu.

Page 170: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

192 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Tudjuan jang dinjatakan diatas tidak dapat diartikan lain daripada sebagai berikut: 1. Untuk melaksanakan seperti tersebut huruf a jang mendjadi sandaran pokok tidak lain daripada nelajan

penggarap dan penggarap tambak. karena mereka itu merupakan djumlah besar dan memiliki modal jang hidup berupa: tenaga kerdja aktip, pengalaman/keahlian dan eratnja kegotong-rojongan kerdja.

2. Untuk lebih mempergiat usaha pembentukan koperasi-koperasi perikanan jang sehat dan demokratis sandaran pokok tidak lain para, nelajan penggarap dan penggarap tambak djuga, karena: koperasi adalah terdiri dari orang banjak, kehidupan kaum nelajan penggarap lebih terlatih kegotong-rojongannja pada waktu bekerdja dan menghadapi bahaja dilaut, sedang rumahnja jang himpit-menghimpit itu merupakan sarat mudahnja berkoperasi; soalnja, mendapat kebebasan dan bantuan serta perlindungan.

3. Langkah kongkrit mengenai pelaksanaan Undang-undang Bagi Hasil Perikanan pada tingkat sekarang ialah: satu fihak membatasi penghisapan jang dilakukan oleh nelajan pemilik dan pemilik tambak, dipihak lain member perangsang dan perlindungan kepada nelajan penggarap dan penggarap tambak. Hendaknja segala sesuatu selalu tjederung kepada nelajan penggarap dan penggarap tambak. Tindakan ini bukan berarti menindas terhadap nelajan pemilik dan pemilik tambak, hanja membatasi, sesuai dengan tudjuan undang-undang ini.

Kaum nelajan penggarap jang mendjeladjah pantai dan laut, bergulat dengan ombak serta angin sehari-hari tidak diragukan Iagi kiranja tentang djiwa patriotnja. Dalam alam revolusi dan memikul tugas Dwikora mempunjai fungsi jang menguntung, jaitu dapat merupakan penghubung lalu-lintas laut antar pulau dan mendjaga keamanan laut. Sekaligus dapat sebagai sukarelawan dan berproduksi.

Berhubung dengan ketentuan-ketentuan tersebut diatas, perlu ada perhatian mengenai beberapa soal, pada waktu melaksanakan undang-undang ini misalnja sebagai berikut : 1. Mengenai istilah tersebut pada Bab I Pasal 1.

Sebenarnja kami lebih tjondong kalau nelajan pemilik itu disebut sadja: ,,djuragan atau pemilik" dan nelajan penggarap hanja disebut ,,nelaian". Perlunja supaja ada garis djelas antara jang akan dibatasi dan fihak jang akan dilindungi, atau dengan perkataan lain supaja djelas sasaran daripada undang-undang, ini. Tetapi oleh Pemerintah didjelaskan, bahwa jang penting adalah mengikis pemerasannja, sedang nama jang demikian itu telah menundjukkan perbedaan jang tadjam; untuk mengganti nama baru, masih sulit, perkataan djuragan bisa keliru artinja dengan diuragan jang berarti djuru mudi didaerah Maluku dan sekitarnja. Istilah ini perlu didielaskan, untuk mendjaga djangan sampai mengaburkan sasaran.

2. Mengenai imbangan bagi hasil seperti tersebut pada pasal 3, semula kami mengusulkan perubahan imbangan bagian supaja pihak nelaian penggarap dan penggarap tambak dinaikkan bagiannja, jaitu : a. bagi perikanan laut," djika dipergunakan kapal motor: minimum 40% dari hasil bersih untuk nelaian

nenggarap, hendaknja dirubah mendjadi 50%; b. bagi roerikanan darat, mengenai hasil ikan pemeliharaan, minimum 40% dari hasil bersih untuk penggarap

tambak, hendaknja dirubah mendjadi 50%; bagi hasil ikan liar, minimum 60 % dari hasil bersih, hendaknja dirubah mendjadi 75%.

Berdasar bahan-bahan jang diperoleh Pemerintah untuk menaikkan imbangan bagi nelajan penggarap dan penggarap tambak sudah sangat mewet atau maksimal. Kalau bagian, bagi pemilik dikurangi akan menimbulkan ke-sukaran jaitu: tidak dapat memelihara alat-alat produksi-setjara baik jang mengakibatkan turunnja produksi dan kemungkinan oleh pemilik diterlantarkan alat-alat tersebut. Ini alasan Pemerintah. Sebenarnja kedjadian jang demikian rupa tidak perlu dichawatirkan, karena sudah ada pasal untuk mengatasinja jaitu pasal 13 bagi perikanan dilaut dan pasal 14 bagi perikanan ditambak, jang bermaksud Bupati/Walikota/Kepala Daerah tingkat II jang bersangkutan atau pedjabat jang ditundjuknja berwenang untuk menjerahkan alat produksi dari sipemilik kepada koperasi perikanan setempat setjara sewa-beli dengan nelajan-pemilik untuk dipergunakan dan usaha penangkpan ikan. Bagi- perikanan tambak diserahkan alat-alat produksi dan tambak: pada asasnja mereka jang biasa menggarap tambak tersebut akan diutamakan. Bahan-bahan jang didapat sekarang, baik oleh Pemerintah maupun oleh organisasi-organisasi mengenai hasil produksi ikan masih relatief, selalu berubah-berubah angkanja. Mengingat angka penghasilan ikan selalu beruba jang disebabkan hasil kegiatannja nelajan penggarap dan penggarap tembak, maka ketentuan bahwa angka-angka itu adalah angka minimum bagi nelajan dan penggarap, harus hidup. Jaitu apabila hasil dari penangkapan lebih banjak dari pada hasil rata-rata pada hari-hari kebiasaan, nelajan penggarap dan penggarap tambak mempunjai hak untuk mengadjukan kenaikan bagiannja. Banjak kenaikan berdasar atas permusjawaratan kedua pihak, atas dasar kenaikan itu diperolehlah karena djerih petjahnja para nelajan penggarap dan penggarap tambak.

3. Mengenai tanggungan nelajan penggarap, jang semula diharuskan menanggung semua biaja perfoekalan dilaut, tetapi teks jang terachir telah dirubah mendjadi tanggungan bersama. Dengan perubahan ini merupakan tindakan jang lebih madju tetapil lebih baik lagi kalau semuanja dibebankan kepada nelajan pemilik, karena pada umumnja perbekalan itu tidak dapat disiapkan sendiri oleh para nelajan penggarap. Biasanja disediakan oleh nelajan pemilik diperhitungkan dengan hutang atau penghidjauan ikan hasil bagiannja. Sangat berat lagi bagi nelajan jang menangkap ditengah laut sampai berhari-hari atau berbulan-bulan. Tidak djarang bagian nelajan penggarap itu setelah sampai didarat tinggal sedikit karena dipotang hutangnja.

Page 171: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

193 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Achirnja tumpukan hutang mendjadi bertimbun, nasib mereka selalu tergantung kepada pemilik. Perbekalan dengan ditanggung bersama, telah memberi keringanan sementara dan memberi sekedar perangsang menambah hasil ikan, sedang bagi nelajan pemilik sendiri akan bertambah pula bagiannja berkat tambahnja kegiatan kerdja dari kaum nelajan penggarap.

4. Tentang koperasi perikanan. Diatas telah kami sarankan bahwa koperasi perikanan, sandaran pokoknja ialah : nelajan penggarap bagi koperasi perikanan laut dan penggarap tambak bagi koperasi perikanan darat atau tambak. Djadi anggota-anggotanja koperasi pada pokoknja terdiri dari nelajan penggarap dan penggarap tambak dimana diikut sertakan nelajan pemilik tambak jang ikut langsung kerdja badan usaha perikanan. Nelajan pemilik penuh jang biasanja merangkap mendjadi lintah darat, tukang idjon dan tengkulak ikan serta menguasai pasaran ikan tetapi djumlahnja ketjil sadja, tidak sewadjarnja ikut serta mendjadi anggota, serta memimpin koperasi perikanan. Kepentingan mereka itu hanja ingin selamat dan langsung modalnja supaja lebih berkembang dengan mendjalankan penghisapan. Baiknja orang-orang jang demikian keadaannja ditampung kedalam organisasi pengusaha jang progresip. disitu mereka dapat naik setingkat mengekploitasi modalnja setjara lebih baik (progresip).

Pasal 15 Undang-undang ini menentukan bahwa keanggotaan koperasi perikanan terdiri dari para nelajan penggarap, penggarap tambak, buruh perikanan, pemilik-pemilik tambak dan nelajan pemilik.

Maksud Pemerintah memasukkan nelajan pemilik dan pemilik tambak (termasuk pemilik-pemilik) penuh tanpa ikut kerdja badan kekoperasi, supaja ada kegotong-rojongan antara pihak jang biasa memeras dengan pihak jang diperas, disatukan mendjadi satu organisasi agar menimbulkan kerdja sama jang serasi, dapat mengurangi djalannja pemerasan dan menambah kegairahan kerdja kepada pihak nelajan pekerdja. Maksud baik ini perlu mendapat penghargaan, tetapi dalam kenjataan, pengalaman telah menundjukkan sukar bisa dilaksanakan. Koperasi perikanan jang ada sekarang ini terdapat beberapa buah (mungkin banjak), anggotanja djuga, banjak tjampuran, prakteknja koperasinja itu hanja didjadikan mantel sadja, segala-segalanja dikuasai oleh pimpinan koperasi jang terdiri dari nelajan-nelajan pemilik (djuragan-djuragan). Bantuan alat-alat, kredit dari Pemerintah dan bank dipergunakan untuk meng-ekploitasi nelajan-nelajan penggarap atau nelajan buruh.

Golongan Komunis tidak menjetudjui penjampur-adukan antara jang meng-ekploitasi dan jang di-ekploitasi dalam koperasi tetap sandaran pokok koperasi perikanan, kepada nelajan penggarap dan penggarap tambak, dalam keanggotaannja dalam satu unit koperasi harus matjoritas nelajan penggarap dan penggarap tambak. Begitu pula pimpinan harus majoritas dipegangnja. Sedang anggota-anggota dan anggota pimpinan lainnja ialah nelajan pemilik dan pemilik tambak jang langsung ikut kerdja dalam usaha perikanan jang biasanja disebut nelajan hutang dan nelajan miskin.

Berkenaan dengan adanja koperasi perikanan Pemerintah menegaskan bahwa pada dasarnja koperasi perikanan ini jang penting dalam mengatasi pasaran ikan. Keterangan Pemerintah ini memang benar, akan tetapi koperasi pada azasnja mengurus kebutuhan anggota sehari-hari, bagi koperasi nelajan tentu akan mengurus usaha-usaha penjempurnaan usaha perikanan, misalnja tentang kredit, modernisasi dan seterusnja. Untuk tingkat sekarang memang masalah pasaran itu harus segera dibereskan. Djalan membereskan pasaran ikan, kembali pada sumbernja, jaitu masih berlakunja pemerasan dari pemilik-pemilik perahu, tengkulak-tengkulak, koperasi-koperasi palsu dan sebagainja. Pasaran ikan itu pada umumnja dikuasai oleh tengkulak-tengkulak ikan jang terdiri dari pemilik-pemilik perahu atau tokoh-tokoh koperasi perikanan. Dengan melalui koperasi mereka-mereka ini dapat memonopoli dan menekan harga ikan dipasaran ikan. .Har-ganja sangat rendah. Sepintas lalu tampaknja harga itu adil, semua penghasil ikan dipukul rata harga ditekan rendah (bagian pemilik ikut didjual disitu). Dengan dalih untuk kepentingan Rakjat harga ditekan murah, semua dilelang, djatuh kembali ditangannja. Sekarang ganti babak, ikan telah mendjadi barang dagangan, harga boleh naik, setinggi mungkin. Perbedaan harga lelang dan harga luar sangat menjolok, dipasar lelang harga Rp. 15 diluar dapat laku sampai 100,— per kg nja. Siapakah jang kena pukul sebenarnja ? Anggota koperasi pula jang terdiri dari nelajan penggarap dan penggarap tambak termasuk nelajan pemilik miskin dan sedang.

Masalah pasaran ikan tersebut supaja mendjadi perhatian, agar digunakan bahan dalam meniempurnakan pembentukan koperasi perikanan, tidak lupa akan sandaran pokoknja.

Jang mulia Saudara Ketua, setelah rantjangan Undang-undang Bagi Hasil Perikanan disahkan, seharusnja sgera dilaksanakan sebaik-baiknja, supaja dapat dilihat sampai beberapa djasanja menambah produksi pangan jang banjak mengandung protein mentjukupi kebutuhan dalam negeri tanpa import dan berapa djauh dapat memperkuat barisan mengganjang neo-kolonialisme Malaysia jang mengantjam kemerdekaan Indonesia.

Langkah jang demikian itu adalah perlu ditjoba, mengingat pengalaman kita bersama dalam mengikuti pelaksanaan Undang-undang Perdjandjian Bagi Hasil Pertanian, ternjata tidak semudah seperti jang dikira-kirakan. Umumnja orang berprasangka lantjar djalannja, tahu-tahu berbelit-belit gajanja, banjak rintangan dan tidak dapat memenuhi djangka waktu jang direntjanakan. Pengalaman pahit jang menimbulkan persengketaan-persengketaan dan pengorbanan-pengorbanan dikalangan kaum tani harus ditjegah terulanganja dalam melaksanakan" Undang-undang Bagi Hasil Perikanan ini. Segera saja perlu mengadakan persiapan-persiapan, terutama menganai: a. Rentjana penerangan jang luas dan mendalam kepada petugas-petugas Pemerintah dan kepada para nelajan

pemilik serta nelajan penggarap, pemilik tambak dan penggarap tambak.

Page 172: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

194 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

b. Segera dibentuk Badan Pengawas seperti jang dimaksud pasal, 18 dimana anggotanja diikut sertakan organisasi-organisasi tani dan nelajan jang mendjadi anggota F. N. setempat, mengawasi ketentuan Undang-undang; baik bersifat preventip maupun represip.

c. Segera ditambahkannja anggota Panitya landreform jang akan diberi tugas memimpin pelaksanaan Undang-undang B'agi Hasil Perikanan seperti dimaksud pasal 19 dimana keanggotanja dilengkapi dengan pendjabat Perikanan darat jang bersangkutan dan 3 orang wakil organisasi-organisasi tani dan nelajan jang ber-sangkutan, anggota F.N. setempat, dimana mereka itu sekarang belum. djadi anggota tetap. Pengalaman menundjukkan pula, meskipun Undang-undang Pokok Bagi Hasil Pertanian merupakan Undang-undang jang madju, memberi perlindungan kepada kaum tani penggarap tanah, tidak mudah terlaksana tanpa diikuti perdjuangan kaum tani sendiri. Begitu pula mengenai Undang-undang Bagi Hasil Perikanan jang dapat memberi dasar bagi para nelajan penggarap dan penggarap tambak memper- baiki taraf hidupnja serta menambah produksi ikan tidak akan mudah dilaksanakan, apabila kaum nelajan penggarap dan penggarap tambak tidak berdjuang dengan gigih dan ulet.

Dengan pertjaja atas keuletan dan militansi perdjuangan kaum nelajan tertindas dan pertjaja atas dukungan dari golongan Manipolis segi-segi positif dari Undang-undang ini akan terudjud dan lantjar djalannja.

Achirnja berdasarkan ulasan kami jang merupakan pengharapan dan saran-saran dapatlah kiranja menambah isi serta kemantapan rantjangan Undang-undang jang akan disah-kato ini.

Dengan demikian kami dari Golongan Komunis dapat menjetudjui disahkannja Undang-undang ini. Sekian terima kasih. Ketua: Terima kasih kepada Saudara Djadi Wdrosubroto dari Golongan Komunis. Sekarang kami

persilakan Saudara Tambing dari Golongan Kristen dan Katholik. W.L. Tambing: Jang mulia Saudara Ketua, hari ini Dewan Perakilan Rakjat Gotong Rojong hendak

mengesjahkan lagi satu Undang-undang Bagi Hasil. Beberapa tahun jang lalu kita telah menerima Undang-undang Bagi Hasil Pertanian. Bagaimana nasib dari Undang-undang Bagi Hasil Pertanian itu kita semua mengetahuinja.

Pada waktu-waktu jang achir ini, sering kita mendengar keluhan dan omelan bahwa Undang-undang Bagi Hasil Pertanian tidak didjalankan setjara konsekwen. Hampir dalam semua Konperensi - konperensi jang mempunjai sangkut-paut dengan pertanian, hal ini senantiasa dikemukakan.

Kalau kita pikir dimana letaknja "bottleneck" dari ketidak lantjarnja pelaksanaan Undang-undang Bagi Hasil Pertanian itu, maka menurut hemat kami ada beberapa hal jang turut mendjadi sebab, antara lain: I. Ada gedjala-gedjala bahwa Undang-undang tersebut tidak memuaskan bagi satu golongan ketiil jang

berkepentlngan, tetapi walaupun satu golongan ketjil sadja, tjukup menghambat kelantjaran pelaksanaan Un-dang-undang tersebut.

II. Sebahagian besar dari masjarakat belum mengetahui apa isi Undang-undang itu. Mereka hanja mendengar alamatnja dan mungkin bunjinja sadja, sebab banjak kali disebut-sebut dalam pidato-pidato, akan tetapi sama sekali tidak mengerti apa sebenarnja isi dari Undang-undang itu. Maklumlah, Saudara Ketua, orang desa jang tidak atau djarang membatja surat kabar, apaliagi stensilan jang memuat Undang-undang jang mengatur penghidupan mereka sehari-hari.

III. Mereka jang lebih senang memakai kebiasaan bagi-hasil jang telah dipergunakan diantara mereka selama ini. Jang penting bagi mereka. ialah ,,sama-sama puas".

Saudara Ketua, ini sekedar beberapa sorotan dari hal-hal jang kami lihat dalam pelaksanaan salah satu

Undang-undang kita, satu Undang-undang jang mengatur kepentingan rakjat petani didesa-desa, jang merupakan bahagian terbesar dari bangsa kita.

Tetapi bagaimanapun djuga, tiap-tiap Undang- undang jang sudah dikeluarkan, hendaknja didjalankan dengan konsekwen.

Demikian pula dengan Undang-undang Bagi Hasil Perikanan jang dibitjarakan sekarang ini. Nelajan-nelajan kebanjakan terdiri dari rakjat biasa dan sering berdiam terpentjil didesa-desa disepandjang pesisir kepulauan Indonesia jang begitu terpentjar dan luas. Rasa-rasanja tidak tjukup untuk menganggap bahwa rakjat setjara otomatis telah mengetahui Undang-undang ini, terutama mereka jang berkepentingan, dalam hal ini para nelajan, bila dinjatakan bahwa Undang-undang ini telah ditempatkan dalam Lembaran-Negara, kemudian disiarkan melalui Radio Republik Indonesia, atau dimuat dalam surat-surat kabar.

Kami sarankan, Saudara Ketua, bila kita mau berhasil, hendaknja Undang-undang ini sebentar diterangkan setjara intensip dan setjara luas kepada mereka jang bersangkutan dan berkepentingan dan dimana perlu, pelaksanaan Undang-undang ini didjalankan dengan tegas tanpa ragu-ragu, djangan kiranja mengalami lagi sedjarah jang sama dengan Undang-undang Bagi Hasil Pertanian.

Sesungguhnja lautan dan perairan kita tjukup luas dan kaja, dapat memberi hasil dengan limpahnja. Kiranja tidak ada satu negarapun didunia ini jang seindah, seluas dan sekaja perairannja seperti perairan Indonesia. Terserahlah kepada kita sendiri, bagaianana kita dapat mempergunakan anugerah Tuhan ini, agar dapat memberi kebahagian jang sebesar-besarnja kepada Bangsa Indonesia sendiri.

Saudara Ketua, dalam hubungannja dengan perbaikan nasib dari nelajan kita, kiranja kami dapat

Page 173: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

195 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

menjarankan kepada Pemerintah, agar Pemerintah lebih banjak lagi mendidik kader-kader kedjudjuran dalam segala tingkat dan disamping itu memberi kursus-kursus jang praktis kepada nelajan-nelajan jang telah ada.

Lautan dan perairan kita dapat mendjadi satu lapangan pekerdjaan jang luas sekali bagi rakjat kita, asal sadja diadakan pengawasan jang baik dan penangkapan ikan dilakukan setjara teratur dan wadjar. Dengan demikian hasil dari lautan dan perairan kita tidak akan habis-habisnja serta dapat pula mendjadi sumber Devisen Negara sesuai dengan jang dikehendaki oleh Keputusan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara pula.

Kami katakan setjara teratur dan wadjar, Saudara Ketua, oleh karena didaerah-daerah sering diadakan penangkapan ikan dengan tjara-tjara jang tidak dapat dipertanggung-djawabkan, dengan menggunakan dinamit, granat tangan atau pelor-pelor mortier. Diketahui bahwa hal sedemikian merusak berkembang biaknja ikan-ikan, baik dilautan maupun diperairan-perairan tawar. Kami andjurkan dengan amat sangat agar diadakan pengawasan jang lebih baik, bila perlu dengan tekanan sanksi-sanksi jang berat bagi mereka jang memakai alat-alat jang merusak itu untuk penangkapan ikan.

Selain dari menghantjurkan bibit-bibit ikan sering kali terdjadi ketjelakaan-ketjelakaan dengan adanja penggunaan alat-alat peledak itu.

Saudara Ketua, dewasa ini ada desas-desus didengar bahwa ada orang-orang asing dalam hubungan production-sharing, hendak mendirikan pabrik pupuk jang bahannja sebahagian diambil dari ikan-ikan laut dan ikan-ikan tawar kiranja hal ini, kalau benar, ditindjau baik-baik djangan sampai mengganggu penggunaan ikan sebagai makanan sehari-han bagi rakjat karena ada sadja kemungkinan bahwa pengusaha-pengusaha pabrik pupuk itu akan menerima lebih banjak ikan dari pada jang diperlukan untuk makanan rakjat sendiri karena dapat membajar harga jang lebih tinggi. Sekali lagi kami mintakan "perhatiian chusus dari Pemerintah terhadap soal ini.

Saudara Ketua jang mulia, sesudah menjampaikan beberapa saran untuk dipertimbangkan kepada Pemerintah, golongan kami Golongan Kristen dan Katholik mengharapkan, kiranja dengan dikeluarkannja Undang-undang ini akan diperoleh hubungan- hubungan kerdja jang lebih lantjar dan lebih seirama antara semua pihak jang berkepentingan dalam usaha-usaha perikanan, benar-benar lepas dari pemerasan dan pengisapan nelajan penggarap dan penggarap tambak, sebagaimana jang mendjadi tudjuan utama dari Undang-undang ini.

Dengan tidak memasuki lagi materi dari rantjangan Undang-undang ini pasal demi pasal jang sudah dibit jarakan setjara mendalam dalam Komisi D, kami mengachiri sambutan kami ini dengan menjatakan bahwa golongan kami, Golongan Kristen dan Katholik dapat menerima rantjangan Undang-undang Bagi Hasil Perikanan ini untuk disjahkan mendjadi Undang-undang disertai dengan harapan kiranja dengan adanja Undang-undang ini, bertambahlah kegembiraan bekerdja dan bertambah meningkatlah produksi dibidang perikanan, sesuai dengan motto Angkatan Laut kita: ,,Djusteru Dilaut Kita Djaja" dan disamping itu, Saudara Ketua Didarat Kita Kaja.

Sekian, Saudara Ketua, terima kasih. Ketua : Terima kasih kepada Saudara Tambing. Selandjutnja saja persilakan Saudara Amung Amran

sebagai djuru bitjara Golongan Karya. Amung Amran : Saudara Ketua jang mulia. Para Menteri jang mulia, sidang jang terhormat, dalam

membitjarakan rantjangan Undang-undang Bagi Hasil Perikanan agar didjadikan Undang-undang pada hari ini, maka seluruh Golongan Karya jang terbesar djumlahnja dari keanggotaan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong jang terhormat, telah memberikan tugas kepada saja untuk mewakili Golongan Karya Besar, sebagai djuru bitjara untuk mengemukakan stemmotieviringnja di-dalam sidang paripurna sekarang ini.

Meskipun dari golongan-golongan lainnja telah banjak alasan-alasan jang dikemukakan, namun saja ingin mentjoba memberikan ulasan dari pada-pokok dan tudjuan rantjangan Undang-undang Bagi Hasil Perikanan ini, dan mengemukakan sikapnja Golongan Karya terhadap rantjangan Undang-undang ini. 1) Didalam Ketetapan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara No. II/MPRS/1960 dan resolusinja No.

I/MPRS/1963, mengharuskan adanja Undang-undang jang mengatur soal-soal usaha, Perikanan, baik dilaut maupun didarat dengan perdjandjian Bagi Hasil.

2) Menurut ketentuan pasal 47 Undang-undang Pokok Agraria 1960 : a. sebenarnja mengenai Perikanan tjukup dapat diatur oleh Pemerintah dengan peraturan Pemerintah sadja; b. pasaV 12 didjelaskan bahwa segala usaha bersama dilapangan agraria, djadi termasuk djuga usaha

perikanan, baik perikanan dilaut maupun perikanan didarat harus diselenggarakan setjara gotong-rojong atas dasar kepentingan bersama dari semua pihak jang turut serta. Baik mereka jang menjediakan alat seperti kapal, perahu atau alat-alat lainnja untuk dilaut ataupun menjediakan tambak untuk didarat, maupun mereka jang menjumbangkan tenaganja sebagai nelajan atau penggarap tambak.

3) Kebiasaan dan ketentuan-ketentuan hukum adat setempat, meskipun telah ada pengusahaan perikanan, baik dilaut maupun didarat atas dasar perdjandjian bagi hasil, pada dewasa ini tidak ada keseragaman dan masih belum memberikan dan mendjamin bagian jang lajak bagi para nelajan- nelajan dan pengarap-penggarap, jang hanja menjediakan tenaganja didalam usaha itu.

4) Maka sehubungan dengan itu penetapan- penetapan imbangan bagi hasil jang termaktub dalam pasal 3 rantjangan Undang-undang ini untuk- menjesuaikan perkembangan masa sekarang ini dapat dikatakan sudah lajak, mengingat pembagian bagi para nelajan dan penggarap adalah bagian jang minimum jang artinja djika

Page 174: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

196 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

memang ada ke mungkinan, pembagian ini dapat ditingkatkan lagi. 5) Disamping memikirkan soal para nelajan serta penggarap, djuga kepentingan dari para, pemilik kapal/perahu

dan alat-alat lainnja serta pemilik tambakpun tidak diabaikan, oleh karena usaha perikanan terutama dilaut, memerlukan pemakaian alat-alat jang memerlukan biaja pemeliharaan serta perbaikan dan jang pada waktunja bahkan harus diganti dengan jang baru.

6) Menetapkan imbangan, djika bagian terlalu ketjil bagi golongan pemilik alat-alat usaha perikanan, bisa terdjadi soal pemeliharaan dan perbaikan serta penggantian alat-alat akan kurang dapat perhatian atau diabaikan dan ini akan berakibat merugikan fihak-fihak jang bersangkutan sendiri dan, djuga akan berpengaruh tidak baik terhadap produksi ikan pada umumnja.

Jang mulia Saudara Ketua, sebagai djuru bitjara Golongan Karya pada tempatnja djika saja menguraikan

sumbangan. apa jang telah diberikan oleh Golongan Karya dalam mentjiptakan Undang-undang Bagi Hasil Perikanan ini.

Peristiwa tertjiptanja Undang-undang Bagi Hasil Perikanan ini bukanlah sekedar kedjadian biasa jang sederhana, tetapi adalah suatu peristiwa jang penting jang mempunjai arti sedjarah, karena dengan dilaksanakannja setjara sungguh-sungguh ketentuan- ketentuan jang termuat dalam rantjangan Undang-undang ini, maka paling tidak hubungan kerdja antara nelajan pemilik jaitu pemilik-pemilik perahu/alat-alat penangkap ikan dan pemilik tambak dengain nelajan dan penggarap jang selama ini hubungan kerdja atau Bagi Hasil dilakukan setjara tidak zakelijk atau dibawah tangan tanpa perlindungan hukum, maka dengan ini mendjadi diatur setjara zakelijk dan dilindungi oleh Undang-undang. Ini berarti mengangkat deradjat dan pendidikan bagi massa nelajan dan penggarap tambak untuk menempuh tjara-tjara modern jang zakelijk, melakukan perundingan-perundingan jang terhormat dan membuat perdjandjian-perdjandjian tertulis.

Lebih dari pada dtu bagi daerah-daerah/dimana sekarang berlaku imbangan Bagi Hasil dibawah ketentuan Pasal 3 rantjangan Undang-undang ini para nelajan dan para penggarap tambak akan memperoleh perbaikan nasib jang langsung bisa dirasakannja, djika rantjangan Undang-undang ini sudah terwudjud pelaksanaannja. . .

Jang mulia Saudara Ketua, itulah sebabnja Golongan Karya dalam Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong dimana tergabung unsur-unsur NASAKOM didalamnja, memberikan perhatiian jang penuh dan sumbangan jang tidak sedikit dalam 'membahas, rantjangan, Undang-undang ini disidang- sidang Golongan dan Komisd. Berkat sumbangan jang berwudjud usul-usul amandemen jang positif dari semua Golongan dalam Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong termasuk Golongan Karya dan toleransi dari fihak Pemerintah dalam hal ini Jang Mulia Menko Pembangunan Pertanian Agraria, maka rantjangan Undang-undang sebagaimana adanja sekarang banjak berobah — dalam arti lebih madju, djika dibanding dengan rantjangan- Undang-undang semula.

Beberapa sumbangan itu antara lain adalah ditetapkannja Panitia Landreform Desa dan Ketjamatan ditambah dengan organisasi-organisasi nelajan sebagai badan jang akan menjelaskan perselisihan jang timbul antara pemilik dan nelajan, atau penggarap dalam melaksanakan perundingan-perundingan Bagi Hasil. Ini berarti bahwa setiap perselisihan diselesaikan dengan djalan musjawarah oleh semua golongan jang umumnja sudah tertjermin dalam komposisi Panitda Landreform. Djuga dalam hal menentukan peraturan upah bagi buruh nelajan jang bekerdja pada perusahaan-perusahaan, perikanan, rantjangan Undang-undang ini menetapkan bahwa Menteri Perburuhan sebelumnja harus mendengar terlebih dulu Menteri Perikanan, Organisasi-organisasi Nelajan, Tani dan Buruh anggota Front Nasional. Djuga djangka waktu berlakunja perdjandjian atas usul kalangan Golongan Karya mendjadi lebih diperbaiki.

Dalam rangka berusaha untuk perbaikan nasib para nelajan dan para penggarap serta. mendjamin peningkatan produksi ikan, terdjadi diskusi jang tjukup bersungguh-sungguh dan serius dalam menetapkan imbangan Bagi Hasil dan beban-beban jang mendjadi tanggungan pemilik, tanggungan nelajan/penggarap, dan tanggungan bersama pemilik dan nelajan/ penggarap. Dalam hal ini usul-usul Golongan Karya telah lebih memperbaiki ketentuan-ketentuan dalam rantjangan Undang-undang semula, walaupun tidak semua pendapat dan usul-usul dari Golongan Karya bisa ditampung.

Dengan mengatur hubungan bagi hasil sadja, memang tidaklah mungkin mendatangkan perbaikan nasib jang memuaskan bagi nelajan dan penggarap. Karena itu dalam rantjangan Undang-undang ini ditjantumkan. djuga ketentuan-ketentuan tentang perlunja membangun koperasi-koperasi nelajan. Demikian besar perhatian Golongan Karya pada usaha perbaikan nasib nelajan pekerdja/penggarap dan mendjaga djangan sampai mereka dengan ko-perasi masih djuga terdjerumus dalam tjengkeraman kaum penghisap, dari kalangan Golongan Karya timibul usul agar keanggotaan koperasi dibatasi pada nelajan dan pemilik jang ambil bagian dalam pekerdjaan produksi. Sementara iltu ada pula pendapat kalangan Golongan Karya jang mejakini bahwa dengan koperasi itu djusteru pemilik dan nelajan/penggarap harus dipersatukan dan dengan djalan ini maka unsur-unsur penghisapan dihapuskan. Dalam hal ini semua fihak sependapat bahwa persoalan tersebut pembitjaraannja setjara mendalam adalah ketika membitjarakan Undang-undang Koperasi.

Demikianlah, Saudara Ketua jang mulia, bagaimana segenap Golongan Karya setjara serius menghadapi rantjangan Undang-undang jang menjangkut nasib djutaan kaum nelajan Indonesia, jang kini sebagian besar menghadapi berbagai penghisapan oleh kaum tengkulak, lintah darat dan lain sebagainja. Seperti pernah dikatakan oleh Jang Mulia, Menko Sadjarwo S.H. mengehai Undahg-undang Pokok Agraria dan Undang-undang Perdjandjian Bagi Hasil Pertanian, bahwa adanja Undang-undang sadja tidaklah lantas mendatangkan perobahan

Page 175: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

197 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

dan manfaat bagi kaum tani, djika kaum tani sendiri tidak bergerak membantu Pemerintah untuk melaksanakannja. Saja kira demikian djuga halnja dengan Undang-undang Bagi Hasil Perikanan ini; adanja Undang-undang ini sadja tidaklah mungkin lantas mendatangkan perobahan perbaikan nasib bagi kaum nelajan dan penggarap tambak, djika kaum nelajan dan penggarap tambak tidak aktif mendukung dan bersama Pemerintah untuk melaksanakannja.

Saudara Ketua jang mulia, adapun mengenai tudjuan rantjangan "Undang-undang ini adalah sebagai berikut: 1) Dengan diadjukan: rantjangan Undang-undang ini kapada Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong jaitu

Pemerintah dalam hal ini Jang Mulia Menko Pertanian dan Agraria telah melaksanakan Ketetapan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara.

2) Rantjangan Undang-undang Bagi Hasil Perikanan ini, adalah sebagai salah satu usaha untuk menudju kearah terwudjudnja masjarakat sosialis Indonesia jang berlandaskan Pantja Sila guna mentjapai masjarakat adil dan makmur, jang tidak mengenai exploitation de l'homme par l'homme.

3) Sekalipun dalam Undang-undang Pokok Agraria bahwa pengaturan perikanan baik, dilaut maupun didarat dapat diatur dengan Peraturan Pemerintah, akan tetapi mengingat pentingnja persoalan tersebut Pemerintah telah berusaha bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong ini, membuat pengaturannja dalam bentuk Undang-undang bahkan dalam menjusun/ mempersiapkan rantjangan Undang-undangnja sendiri- pun telah mengikut-sertakan dari para anggota Komisi D Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong jang berporoskan Nasakom. Dalam hal ini seluruh Golongan Karya mengutjapkan saluut kepada Pemerintah, dan kerdja-sama jang baik itu sangat memuaskan.

4) Rantjangan Undang-undang Bagi Hasil Perikanan ini, djuga bertudjuan untuk menghilangkan, sedikitnja mengurangi, unsur-unsur perdjandjian bagi hasil jang setjara hukum adat jang masih bersifat pemerasan.

5) Rantjangan Undang-undang ini djuga mengatur terhadap semua pihak jang turut serta dalam usaha itu mendapat bagian jang sesuai atau lajak dengan djasa jang disumbangkannja. Maka dengan memberikan djaminan jang sedemikian itu, disamping bertudjuan terhadap perbaikan taraf hidup para nelajan-nelajan dan penggarap-penggarap jang bersangkutan djuga diharapkan timbulnja kegairahan kerdja untuk lebiih besar dalam meningkatkan produksi ikan.

6) Demikianlah, Saudara Ketua jang mulia, diantaranja pendapat dari pada Golorigan Karya mengenai pokok-pokdk dan tudjuan dari pada rantjangan Undang-undang Bagi Hasiil Perikanan ini.

Maka achirnja, Saudara Ketua jang mulia, dengan alasan-alasan jang saja utarakan diatas tadi, saja ingin mengemukakan, bahwa pada rapat Golpngan-golongan pada tanggal 16 Djuli 1964 seluruh Golongan Karya telah memutuskan jaitu dapat menjetudjui dan menerima sepenuhnja rantjangan Undang-undang Bagi Hasil Perikanan ini mendjadi Undang-undang Bagi Hasil Perikanan.

Perlu kami tambahkan disini, bahwa seluruh Golongan Karya menjambut baik atas pendjelasan pasal 18 dan 19 dalam soal pengawasan jang mana tidak sadja oleh instansi Pemerintah, djuga organisasi-organisasi massa tani dan nelajan diberi keleluasaan untuk ikut mengawasi pelaksanaan ketentuan Undang-undang ini, baik jang bersifat preventif maupun represif.

Dengan demikian maksud untuk mempertjepat dan menjederhanakan penjelesaian perselisihan-perselisihan jang timbul didalam melakukan Undang-undang ini dapat tertjapai.

Oleh karena pendjelasan-pendjelasan tersebut, kiranja telah memenuhi harapan-harapan dan saran-saran jang telah diadjukan oleh Golongan Karya diwaktu rapat-rapat dengan Pemerintah.

Dan karena itu pula sekali lagi saja utjapkan banjak-banjak terima kasih. Sekian. Ketua : Saudara-saudara sekalian, kita telah mendengar kata terachir dari wakil-wakil atau djuru-djuru

bitjara golongan-golongan jang pada umumnja menjetudjui dan menjokong disjahkannja rantjangan Undang-undang ini sebagai Undang-undang.

Untuk memenuhi ketentuan formeel maka saja ingin membatjakan seluruh pokok-pokok dari rantjangan Undang-undang ini, dan kemudian saja tanjakan dapat tidaknja rantjangan Undang-undang ini disetudjui, jakni rantjangan Undang-undang tentang Bagi Hasil Perikanan ini dari Konsideransnja jang mempunjai Bab I Pasal 1, tentang arti beberapa istilah. Bab II soal pembagian hasil usaha jang mempunjai lima pasal. Kemudian Bab III tentang sjarat-sjarat sebagai penggarap tambak, terdiri hanja Satu pasal. Bab IV tentang djangka waktu perdjandjian jang meliputi pasal 7 sadja. Bab V tentang larangan-larangan, meliputi pasal 8 dan 9. Bab VI Usaha Perikanan atas dasar upah dan sewa, meliputi pasal 10. Bab VII tentang ketentuan untuk penjempurnaan dan kelangsungan usaha perikanan, meliputi pasal 11, 12, 13 dan 14. Bab VIII tentang kesedjahteraan nelajan penggarap-penggarap tambak dan buruh perikanan, meliputi pasal 1`5 dan 16. Bab IX tentang pemasaran hasil usaha perikanan, hanja meliputi pasal 18 dan 19. Bab XI tentang ketentuan pidana dan lain-lain, meliputi pasal 20 dan 21.

Saudara-saudara, apakah keseluruhan dari pada rantjangan Undang-undang ini, jang pokok-pokoknja, Bab-bab dan Pasal-pasalnja saja batjakan dapat disetudjui ?

( R a p a t : Setudju.)

Page 176: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

198 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Dengan demikian rantjangan Undang-undang tentang Bagi Hasil Perikanan ini, dapat disetudjui dan sah

mendjadi Undang-undang. Saudara-saudara, sekarang saja ingin persilahkan Wakil Pemerintah, dalam hal ini Menko Pembangunan

Pertanian, jang diwakili oleh Jang Mulia Menteri Agratia. Kami persilahkan. R. Hermanses S.H., Menteri Agraria (wakil Menteri Koordinator Kompartimen Pembangunan Pertanian dan

Agraria) : Jang mulia Saudara Ketua, oleh karena Jang Mulia Menteri Menteri Koordinator Kompartimen Pembangunan Pertanian dan Agraria, jang sedianja akan menghadiri sidang paripurna pagi ini, harus menghadap Paduka Jang Mulia Presiden, maka kami diminta Beliau mewakili Pemerintah untuk menjambut pemberian persetudjuan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong jang terhormat.

Jang MUlia Saudara Ketua, setelah melampaui pembitjaraan didalam sidang Gabungan Golongan-golongan dan pembahasan jang seksama didalam berbagai sidang Komisi “D”. maka sjukur Alhamdulillah pada hari ini Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong telah berhasil untuk membawa rantjangan Undang-undang tentang Bagi Hasil Perikanan jang telah lama dinanti-nantikan oleh masjarakat, kepada sidang paripurna Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong jang baru sadja telah memperoleh persetudjuan bulat dari sidang.

Berhubung dengan itu maka perkenankanlah kiranja Pemerintah dengan ini pertama-tama mengutjapkan terima kasih dan penghargaan kepada Pimpinan dan para jang terhormat anggota Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong, terutama para anggota Komisi D, jang dengan penuh pengertian, kesabaran dan toleransi telah memusjawarahkan rantjangan Undang-undang tersebut bersama-sama dengan pemerintah, hingga naskah rantjangan Undang-undang jang baru, jang telah disetudjui oleh sidang jang terhormat ini, benar-benar dapat dipandang sebagai hasil usaha gotong-rojong antara pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong.

Jang mulia Saudara Ketua, dengan disetudjuinja rantjangan Undang-undang ini oleh Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong dan disahkannja oleh Paduka Jang Mulia Presiden, maka bangsa Indonesia diperkaja lagi dengan tambahan alat untuk menjelesaikan Revolusi Nasionalnja,berupa suatu Undang-undang jang mendjamin bagian jang adil bagi para nelajan penggarap dan penggarap tambak dari hasil djerih pajahnja, suatu Undang-undang jang akan menghilangkan unsure-unsur bagi hasil perikanan jang bersifat pemerasan, suatu Undang-undang jang karena itu akan meningkatkan taraf hidup para nelajan penggarap dan penggarap tambak sebagai salah satu golongan tenaga produksi jang penting didalam perdjuangan bangsa dewasa ini.

Dengan disahkannja rantjangan Undang-undang ini nanti mendjadi Undang-undang , maka telah terpenuhi pula keputusan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara didalam Ketetapannja No. II/MPRS/1960 dan resolusinja No. I/MPRS/1963, jang memerintahkan supaja diadakan Undang-undang jang mengatur soal bagi hasil perikanan. Dan dengan demikian kita akan madju selangkah lagi kearah perwudjudan masjarakat Sosialis Indonesia jang kita tjita-tjitakan.

Jang mulia Saudara Ketua, pengusahaan perikanan atas dasar bagi hasil, baik perikanan laut maupun perikanan darat, dewasa ini masih diselenggarakan menurut ketentuan-ketentuan hukum adat setempat jang belum memberikan bagian jang adil dan lajak kepada para nelajan penggarap dan penggarap tambak. Berhubung dengan itu, maka didalam Undang-undang ini dimuat ketentuan-ketentuan jang menghilangkan unsure-unsur perdjandjian bagi hasil itu jang bersifat pemerasan, hingga terdjaminlah bagi fihak-fihak jang turut serta didalam usaha itu bagian jang sesuai dengan djasa jang disumbangkannja. Dengan memberikan djaminan jang demikian itu maka disamping perbaikan taraf hidup para nelajan penggarap dan penggarap tambak, diharapkan pula timbulnja perangsang jang lebih besar untuk meningkatkan produksi ikan.

Demikianlah maka ditetapkan didalam pasal 3, bahwa untuk perikanan laut bagian para nelajan penggarap haruslah paling sedikit 75% dari hasil bersih, djika dipergunakan perahu lajar, dan paling sedikit 40% djika dipergunakan kapla motor. Untuk perikanan darat maka bagian penggarap tambak ditetapkan paling sedikit 40% dari hasil ikan pemeliharaan dan 60% minimal dari hasil kotor ikan liar. Perlu kiranja ditegaskan,bahwa angka-angka tersebut adalah bagian jang minimal harus diberikan kepada nelajan penggarap dan penggarap tambak. Ini berarti, bahwa djika menurut kebiasaan setempat bagian mereka sudah lebih besar, maka aturan jang lebih menguntungkan pihak nelajan penggarap dan penggarap tambak itulah jang harus dipakai. Ketentuan itupun berarti, bahwa didalam pelaksanaan Undang-undang ini nanti para nelajan penggarap dan penggarap tambak masih ada kesempatan untuk memperdjuangkan bagian jang lebih besar dari apa jang ditetapkan didalam pasal 3 tersebut.

Apa jang diuraikan diatas tidaklah berarti, bahwa kepentingan para nelajan pemilik kapal dan pemilik tambak tidak mendapat perhatian didalam Undang-undang ini. Usaha perikanan, terutama

Page 177: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

199 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

perikanan laut, memerlukan pemakaian alat-alat jang membutuhkan biaja pemeliharaan serta perbaikan dan jang pada waktunja bahkan harus diganti dengan jang baru. Oleh karena itu para pemilik tersebut harus pula mendapat bagian jang lajak, hal mana telah diperhitungkan didalam menentukan angka-angka pembagian didalam pasal 3 itu, dengan pengertian bahwa dengan demikian ia berkewajiban pula untuk menjelenggarakan pemeliharaan dan pebaikan-perbaikan sebagaimana mestinja.

Jang mulia Saudara Ketua, selain diadakan ketentuan tentang besarnja bagian jang harus diberikan kepada para nelajan penggarap dan penggarap tambak, maka diadakan pula ketentuan untuk mendjamin, bahwa mereka itu akan dapat membgai hasil selama waktu jang tjukup lama dan kemudian setelah djangka waktu perdjandjiannja berachir,akan dapat kembali mendjadi nelajan penggarap dan penggarap tambak dan tidak akan terdesak oleh orang lain. Di dalam pasal 7 ditentukan, bahwa perdjanjian bagi hasil itu harus diadakan untuk waktu paling sedikit 2 musim, jaitu 1 tahun berturut-turut bagi perikanan laut dan paling sedikit 6 musim,jaitu 3 tahun berturut-turut bagi perikanan darat, dengan ketentuan, bahwa djika setelah djangka waktu itu berachir diadakan pembaharuan perdjanjian, maka para nelajan penggarap dan penggarap tambak jang lamalah jang diutamakan.

Jang mulia Saudara Ketua, untuk memperbaiki taraf hidup para nelajan dan penggarap tambak teranglah tidak tjukup dengan memperbaiki sjarat-sjarat perdjanjian bagi hasil sadja. Mengingat keadaan mereka jang masih serba kurang dan lemah, maka perbaikan sjarat-sjarat perdjanjian bagi hasil itu haruslah disertai dengan mempergiat pembentukan koperasi-koperasi perikanan jang anggota-anggotanja harus terdiri atas semua orang jang turut serta didalam usaha perikanan itu. Lapangan usaha koperasi-koperasi perikanan itupun harus diperluas, hingga terbatas pada soal produksi dan pemasaran hasilnja sadja, tetapi djuga meliputi soal kredit dan hal-hal jang menjangkut kesedjahteraan para anggota dan keluarganja. Misalnja usaha untuk mentjukupi keperluan sehari-hari, menjelenggarakan dana-dana ketjelakaan, kematian dan lain sebagainja.

Dengan usaha-usaha koperasi jang demikian itu,maka dapatlah para nelajan penggarap dan penggarap tambak dilepaskan dan dihindarkan daripraktek-praktek para pelepas uang, tengkulak dan lain-lainnja, jang dewasa ini sangat meradjalela dikalangan usaha perikanan, terutama perikanan laut.

Dengan demikian maka usaha koperasi dan perbaikan-perbaikan jang diadakan dengan Undang-undang ini akan saling isi-mengisi dan saling melengkapi, hingga dapatlah tertjapai tudjuan kita untuk meningkatkan taraf hidup para nelajan dan penggarap tambak dan sekaligus menghilangkan unsur-unsur pemerasan didalam usaha-usaha perikanan, baik perikanan laut maupun perikanan darat, dengan memperhitungkan djuga penambahan produksinja.

Jang mulia Saudara Ketua, saran-saran, pertimbangan-pertimbangan dan harapan-harapan dari para anggota jang terhormat akan diperhatikan oleh pemerintah didalam didalam melaksanakan Undang-undang ini nanti.

Jang mulia Saudara Ketua, sekianlah sambutan Pemerintah mengenai rantjangan Undang-undang tentang Bagi Hasil Perikanan jang telah disetudjui sidang paripurna Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong jang terhormat ini.

Terima kasih. KETUA : Terima kasih atas sambutan pemerintah jang diutjapkan oleh Jang Mulia Menteri Agraria,

sesudah rantjangan Undang-undang bagi hasil perikanan ini disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong semoga harapan-harapan, saran-saran dan usul-usul dari pada para anggota serta kesediaan Pemerintah untuk memperhatikan sedjauh mungkin dapat menambah perbendaharaan Undang-undang Negara kita dalam melantjarkan djalannja Revolusi.

Saudara-saudara, sebelum sidang pada siang ini saja tunda hingga nanti malam, saja ingin mengingatkan lagi kepada para anggota bahwa sidang kita akan dilandjutkan nanti malam dengan atjara :

1. Membitjarakan usul rantjangan resolusi menjambut appeal Parlemen Kambodja tentang perdjoangan Negara Kambodja, jang dalam hal ini nanti dari pihak pemerintah akan diwakili oleh Menteri Luar Negeri ad interim jaitu Pak Leimena dan kemudian sesudah atjara itu, akan diadakan pidato penutupan masa sidang 1963/1964. Oleh karena itu maka saja harapkan Saudara-saudara sekalian untuk dapat hadir sepenuhnja pada sidang penutupan nanti malam.

Demikian, Saudara-saudara sidang saja tunda hingga nanti malam.

Rapat ditunda pada djam 12.10.

Page 178: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

200 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

SALINAN

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG

NO.20/DPR-GR IV/1963-64.

Tentang Rantjangan Undang-undang tentang bagi hasil perikanan.

( Sid. 1963-1964, P.4116 ) -------------------------------

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG

dalam rapat paripurna terbuka ke 27 pada tanggal 18 Djuli 1964 di Djakarta : Setelah membatja :

Amanat Presiden No. 2212/HX/63 tanggal 27 Nopember 1963 tentang bagi hasil perikanan untuk dibitjarakan dalam sidang DPR GR guna mendapat persetudjuan;

Setelah membitjarakan : a. Naskah Rantjangan Undang-undang tentang bagi hasil perikanan; b. Perubahan-perubahannja jang diadakan oleh pemerintah atas usul Komisi D; c. Rantjangan Undang-undang tentang bagi hasil perikanan sebagai hasil karya antara

pemerintah dan Komisi D. ( Kompertimen Pembangunan ) DPR GR. Menimbang :

Bahwa naskah Rantjangan Undang-undang tentang bagi hasil perikanan tersebut dapat disetudjui setelah diadakan perubahan-perubahan dan dengan penjempurnaan redaksi jang bersifat tehnis perundang-undangan jang dikemukakan oleh Ketua;

Mengingat : a. Pasal-pasal 5 ajat 1 dan 20 ajat 1 Undang-undang dasar; b. Pasal 1 dan 5 Peraturan Tatatertib DPR-GR;

MEMUTUSKAN :

Menjetudjui Rantjangan Undang-undang tentang bagi hasil perikanan mendjadi Undang-undang setelah diadakan perubahan-perubahan dan dengan penjempurnaan redaksi jang bersifat tehnis perundang-undangan jang dikemukakan oleh Ketua, sehingga berbunji seperti termaktub dalam lampiran surat keputusan ini.

PIMPINAN

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG; Menteri/Wakil Ketua;

Sekretaris rapat, t.t.d. t.t.d. Dr. MOHD. ALI BEY H.A. SJAICHU,- -----------------

Sesuai dengan aslinja Kepala Bagian Tata usaha

Perundang-undangan

( R. Oerip Soetidjo )

Page 179: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

201 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

RANTJANGAN UNDANG-UNDANG NO….. TAHUN 1964 TENTANG

BAGI HASIL PERIKANAN -------------------------------

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa sebagai salah satu usaha untuk menudju kearah perwudjudan masjarakat sosialis Indonesia pada umumnja,chususnja untuk meningkatkan taraf hidup para nelajan penggarap dan penggarap tambak serta memperbesar produks ikan,maka pengusahaan perikanan setjara bagi hasil,baik perikanan laut maupun perikanan darat,harus diatur hingga dihilangkan unsure-unsurnja jang bersifat pemerasan dan semua fihak jang turut serta masing2 mendapat bagian jang adil dari usaha itu;

b. bahwa selain perbaikan daripada sjarat2 perdjanjian bagi hasil sebagai jang dimaksudkan diatas perlu pula lebih dipergiat usaha pembentukan koperasi2 perikanan, jang anggota2nja terdiri dari semua orang jang turut serta dalam usaha perikanan itu;

Mengingat : a. pasal 5 ajat 1 jo pasal 20 ajat 1 serta pasal 27 ajat 2 dan pasal 33 Undang-undang Dasar;

b. Undang-undang No. 5 tahun 1960 ( Lembaran Negara tahun 1960 No. 104); c. Ketetapan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara No. II/MPRS/1960 jo Resolusi

No. I/MPRS/1963; Dengan persetudjuan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG BAGI HASIL PERIKANAN

BAB I ARTI BEBERAPA ISTILAH

PASAL 1 Dalam Undang-undang ini jang dimaksudkan dengan :

a. Perdjanjian bagi hasil ialah perdjanjian jang diadakan dalam usaha penangkapan atau pemeliharaan ikan antara nelajan-pemilik dan nelajan penggarap atau pemilik tambak dan penggarap tambak, menurut perdjanjian dimana mereka masing-masing menerima bagian dari hasil usaha tersebut menurut imbangan jang telah disetudjui sebelumnja.

b. Nelajan pemilik ialah orang atau badan hukum jang dengan hak apapun jasa atas suatu kapal/perahu jang dipergunakan dalam usaha penangkapan ikan dan alat2 penangkapan ikan.

c. Nelajan penggarap ialah semua orang jang sebagai kesatuan dengan mereka namakan tenaganja turut serta dalam usaha penangkapan ikan laut.

d. Pemilik tambak ialah orang atau badan hukum jang dengan hak apapun masa atas suatu tambak. e. Penggarap tambak ialah orang jang setjara njata aktif menjediakan tenaganja dalam usaha

pemeliharaan ikan darat atas dasar perdjanjian bagi hasil jang diadakan dengan pemilik tambak. f. Tambak ialah genangan air jang dibuat oleh orang sepandjang pantai untuk pemeliharaan ikan dengan

mendapat penggairan jang teratur. g. Hasil bersih ialah :

- Bagi perikanan laut : hasil ikan jang diperoleh dari penangkapan jang setelah diambil sebagian untuk “lawuhan” para nelajan penggarap mempunjai kebiasaan setempat, dikurangi dengan beban2 jang mendjadi tanggungan bersama dari nelajan pemilik dan para nelajan-penggarap, sebagai jang ditetapkan didalam pasal 4 angka 1 huruf a;

- Bagi perikanan darat : sepandjang mengenai ikan pemeliharaan jang di peroleh dari usaha tambak jang bersangkutan dikurangi dengan beban2 jang mendjadi tanggungan bersama dari pemilik tambak dan penggarap tambak, sebagai jang ditetapkan didalam pasal 4 angka 2 huruf a.

h. ikan pemeliharaan ialah ikan jang sengadja dipelihara dari benih jang pada umumnja diperoleh dengan djalan membeli;

Page 180: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

202 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

i. ikan liar ialah ikan jang terdapat didalam tambak dan tidak tergolong ikan pemeliharaan.

BAB II PEMBAGIAN HASIL USAHA

Pasal 2

Usaha perikanan laut maupun darat atas dasar perdjanjian bagi hasil diselenggarakan berdasarkan kepentingan bersama dari nelajan pemilik dan nelajan penggarap serta pemilik tambak dan penggarap tambak jang bersangkutan hingga mereka masing2 menerima bagian dari hasil usaha itu secara dengan djasa jang diberikannja.

Pasal 3

(1) Djika suatu usaha perikanan diselenggarakan atas dasar perdjanjian bagi hasil maka dari hasil usaha

itu kepada fihak nelajan penggarap dan penggarap tambak paling sedikit harus diberikan bagian sebagai berikut : 1. Perikanan laut : a. djika dipergunakan perahu lajar : minimum 75% ( tudjuh puluh lima

perseratus ) dari hasil bersih; b. Djika dipergunakan kapal motor : minimum 40% ( empat puluh perseratus)

dari hasil bersih. 2. Perikanan darat : a. mengenai hasil ikan pemeliharaan : minimum 40% ( empat puluh perseratus)

dari hasil bersih; b. mengenai hasil ikan liar : minimum 60% ( enam puluh perseratus ) dari hasil

kotor;

(2). Pembagian hasil diantara para nelajan penggarap dari bagian jang mereka terima menurut ketentuan dalam ajat 1 pasal ini diatur oleh mereka sendiri, dengan diawasi oleh pemerintah daearah tingkat II jang bersangkutan untuk menghindarkan terdjadinja pemerasan dengan ketentuan bahwa perbandingan antara bagian jang terbajak dan jang paling sedikit tidak boleh lebih dari 3( tiga) lawan 1 (satu ).

Pasal 4

Angka bagian nelajan penggarap dan penggarap tambak sebagai jang tertjantum dalam pasal 3

ditetapkan dengan ketentuan bahwa beban-beban jang bersangkutan dengan usaha perikanan itu harus dibagi sebagai berikut : 1. Perikanan Laut :

a. Beban-beban jang mendjadi tanggungan bersama dari nelajan pemilik dan fihak nelajan penggarap: ongkos lelang, uang rokok/djadjan dan biaja perbekalan untuk para nelajan penggarap selama dilaut biaja untuk sedekah laut ( selamatan bersama ) serta iuran2 jang sjahkan oleh pemerintah daerah tingkat II jang bersangkutan seperti untuk koperasi, dan pembangunan perahu/kapal, dana kesedjahteraan dana kematian dan lain-lainnja.

b. Beban-beban jang mendjadi tanggungan nelajan pemilik : ongkos pemeliharaan dan perbaikan perahu/kapal serta alat2 lain jang dipergunakan, penjusutan dan biaja eksploitasi usaha penangkapan seperti untuk pembelian solar, minjak, es dan lain sebagainja.

2. Perikanan darat : a. Bahan-bahan jang mendjadi tanggungan bersama dari pemilik tambak dan pengagrap tambak uang

pembeli benih ikan pemeliharaan, biaja dan pengeduk saluran (Tjaren ) biaja2 untuk pemupukan tambak dan perawatan pada pintu air serta saluran jang mengairi tambak jang diusahakan itu;.

b. Bahan-bahan jang mendjadi tanggungan pemilik tambak: disediakannja tambak dengan pintu air dalam keadaan jang mentjukupi kebutuhan biaja untuk memperbaiki dan mengganti pintu air jang tidak dapat dipakai lagi serta pembajaran padjak tanah jang bersangkutan,

c. bahan-bahan jang mendjadi tanggungan penggarap tambak: biaja untuk menjelenggarakan pekerdjaan sehari-hari jang berhubungan dengan pemeliharaan ikan didalam tambak, dan penangkapannja pada waktu panen.

Page 181: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

203 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Pasal 5

(1) Jika menurut kebiasaan setempat pembagian bahan-bahan jang bersangkutan dengan usaha perikanan itu telah diatur menurut ketentuan dalam pasal 4, sedang bagian jang diterima oleh fihak nelajan penggarap atau penggarap tambak lebih besar daripada jang ditetapkan dalam pasal 3, maka aturan jang lebih menguntungkan fihak nelajan penggarap atau penggarap tambak itulah jang harus dipakai.

(2) Dengan tidak mengurangi apa jang ditentukan dalam ajat 1 pasal ini maka djika disesuatu daerah didalam membagi bahan2 itu berlaku kebiasaan jang lain daripada jang dimaksudkan dalam pasal 4, jang menurut pemerintah Daerah Tingkat I jang bersangkutan sukar untuk disesuaikan dengan ketentuan dalam pasal tersebut, maka pemerintah Daerah Tingkat I itu dapat menetapkan angka bagian lain untuk fihak nelajan penggarap atau penggarap tambak daripada jang ditetapkan dalam pasal 3, asalkan dengan demikian bagian jang diberikan kepada nelajan penggarap atau penggarap tambak itu tidak kurang daripada djika pembagian hasil usaha perikanan jang bersangkutan diatur menurut ketentuan pasal 3 dan 4 tersebut diatas. Penetapan Pemerintah Daerah TK.I itu memerlukan persetudjuan dan Menteri Perikanan.

BAB III

SJARAT-SJARAT BAGI PENGGARAP TAMBAK. Pasal 6

Jang diperbolehkan mendjadi penggarap tambak hanjalah orang-orang warga Negara Indonesia

jang setjara njata aktip menjediakan tenaganja dalam pemeliharaan ikan darat dan jang tambak garapannja baik jang dirinja sendiri atau keluarganja maupun jang diperbolehkannja dengan perdjanjian bagi hasil, luasnja tidak akan melebihi atas maksimum, sebagai ditetapakan menurut ketentuan Undang-undang No. 56 Prp.1960 ( L.N. 1960/174)

BAB IV

DJANGKA WAKTU PERDJANJIAN Pasal 7

(1) Perdjanjian bagi hasil diadakan untuk waktu paling sedikit 2 ( dua ) musim, jaitu 1 ( satu ) tahun

berturut-turut bagi perikanan laut dan paling sedikit 6 ( enam ) musim, jaitu 3 ( tiga ) tahun berturut-turut bagi perikanan darat, dengan ketentuan bahwa djika setelah djangka waktu itu berachir diadakan pembaharuan perdjanjian maka para nelajan penggarap dan penggarap tambak jang lamalah jang diutamakan.

(2) Perdjanjian bagi hasil tidak terputus karena pemindahan hak atas perahu/kapal, alat2 penangkapan ikan atau tambak jang bersangkutan kepada orang lain. Didalam hal jang demikian maka semua hak dan kewadjiban pemiliknja jang lama beralih kepada pemilik jang baru.

(3) Djika seorang nelajan penggarap atau penggarap tambak meninggal dunia, maka ahli warisnja jang sanggup dan dapat mendjadi nelajan penggarap dan penggarap tambak dan menghendakinja, berhak untuk melandjutkan perdjanjian bagi hasil jang bersangkutan, dengan hak dan kewadjiban jang sama hingga djangka waktunja berachir.

(4) Penghentian perdjanjian bagi hasil sebelum berachirnja djangka waktu perdjanjian hanja mungkin didalam hal2 dan menurut ketentuan dibawah ini : a. atas persetudjuan kedua belah fihak jang bersangkutan b. dengan izin Panitya Landreform Desa djika mengenai perikanan darat atau suatu Panitya Desa

jang akan dibentuk djika mengenai perikanan laut atas tuntutan pemilik djika nelajan penggarap atau penggarap tambak jang bersangkutan tidak memenuhi kewadjibannja sebagaimana mestinja.

c. djika penggarap tambak tanpa persetudjuan pemilik tambak mendjadikan pengusaha tambaknja kepada orang lain.

(5) Pada berachirnja perdjanjian bagi hasil baik karena berachirnja djangka waktu perdjanjian maupun karena salah satu sebab tersebut pada ajat 4 pasal ini, nelajan penggarap dan penggarap dan

Page 182: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

204 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

penggarap tambak wadjib menjerahkan kembali kapal/perahu,alat-alat penangkapan ikan dan tambak jang bersangkutan kepada nelajan pemilik dan pemilik tambak dan dalam keadaan baik.

BAB V

LARANGAN-LARANGAN Pasal 8

(1) Pembajaran uang atau pemberian benda apapun djuga kepada seorang nelajan pemilik atau pemilik

tambak, jang dimaksudkan untuk diterima sebagai nelajan penggarap atau penggarap tambak dilarang.

(2) Pelanggaran terhadap larangan tersebut pada ajat 1 pasal ini mengakibatkan bahwa uang atau harga benda jang diberikan itu dikurang pada bagian nelajan pemilik atau pemilik tambak dari hasil usaha perikanan jang bersangkutan dan dikembalikan kepada nelajan penggarap atau penggarap tambak jang memberikannja.

(3) Pembajaran oleh siapapun kepada nelajan pemilik, pemilik tambak pun para nelajan penggarap dan penggarap tambak dalam bentuk apapun djuga jang mempunjai unsure idjon, dilarang.

(4) Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana dalam pasal 20 maka apa jang dibajarkan tersebut pada ajat 3 pasal ini tidak dapat dituntut kembali dalam bentuk apapun.

Pasal 9

(1) Sewa menjewa dan gadai menggadai tambak dilarang, ketjuali untuk keperluan jang sangat

mendesak selama djangka waktu jang terbatas ataupun keperluan penggaraman rakjat, setelah ada izin chusus dari Asisten Wedana/Kepala Ketjamatan jang bersangkutan.

(2) Perdjanjian sewa menjewa tambak jang ada pada waktu mulai berlakunja Undang-undang ini harus dihentikan setelah ikan jang dipelihara sekarang ini selesai dipanen.

(3) Mengenai gadai menggadai tambak jang ada pada waktu mulai berlakunja Undang-undang ini berlaku ketentuan dalam pasal 7 Undang-undang Prp. Tahun 1960 ( Lembaran Negara Tahun 1960 No. 174).

BAB VI

USAHA PERIKANAN ATAS DASAR UPAH DAN SEWA Pasal 10

(1) Djika suatu usaha perikanan laut diselenggarakan oleh suatu perusahaan jang berbentuk badan

hukum, dengan member upah tertentu pada para buruh nelajan, maka penetapan besarnja upah tersebut dilakukan dengan persetudjuan Menteri Perburuhan, setelah mendengar Menteri Perikanan dan organisasi2 tani, nelajan dan buruh jang mendjadi anggota Front Nasional.

(2) Djika suatu usaha perikanan jang tidak termasuk golongan jang dimaksudkan dalam ajat 1 pasal ini diselenggarakan sendiri oleh nelajan pemilik atau pemilik tambak dengan member upah tertentu kepada fihak buruh nelajan atau buruh tambak, maka oleh pemerintah daerah TK.I diadakan peraturan tentang penetapan upah tersebut.

(3) Pemerintah Daerah TK.I dapat pula mengadakan peraturan tentang perahu/kapal dan alat2 penangkapan ikan.

(4) Didalam membuat peraturan jang dimaksudkan dalam ajat 2 dan 3 pasal ini harus diindahkan pedoman2 jang diberikan oleh Menteri Perburuhan dan Menteri Perikanan setelah mendengar organisasi2 tani, nelajan dan buruh jang mendjadi anggota Front Nasional.

BAB VII

KETENTUAN UNTUK PENJEMPURNAAN DAN KELANGSUNGAN USAHA PERIKANAN Pasal 11

Oleh Pemerintah Daerah Tingkat I dapat diadakan peraturan jang merupakan pemilik tambak

untuk memelihara dan memperbaiki susunan pengusaha pertambakan, disamping saluran2 dan tanggul2 jang ada didaerah pertambakan itu sendiri, jang semata2 dipergunakan untuk kepentingan pertambakan.

Page 183: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

205 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Pasal 12

Oleh Pemerintah diadakan peraturan tentang pembentukan dan penjelasan dana2 jang bertudjuan

untuk mendjamin berlangsungnja usaha perikanan, baik perikanan laut maupun perikanan darat serta untuk memperbesar dan mempertinggi mutu produksinja, dalam mana diikutsertakan 2 organisasi2 tani dan nelajan jang ditundjuk oleh Front Nasional.

Pasal 13

(1) Djika seorang nelajan pemilik perahu/kapal atau lain2 alat penangkapan ikan, jang biasanja dipakai

untuk usaha perikanan dengan perdjanjian bagi hasil, tidak bersedia menjediakan kapal/perahu atau alat2 itu menurut ketentuan2 peraturan jang dimaksudkan dalam pasal 3 dan 4 atau 5 dan dengan sengadja membiarkannja tidak digunakan,maka Bupati/Wakil Kota/Kepala Daerah Tingkat II jang bersangkutan atau pedjabat jang ditundjuknja berwenang untuk menjarahkannja kepada koperasi perikanan setempat setjara sewa-beli dengan nelajan pemilik untuk dipergunakan dalam usaha penangkapan ikan.

(2) Sjarat2 sewa beli tersebut pada ajat 1 pasal ini ditetapkan setjara musjawarah dengan nelajan pemilik jang bersangkutan. Djika tjara tersebut tidak membawa hasil, maka sjarat2nja ditetapkan oleh Bupati/Walikota/Kepala Daerah Tingkat II, setelah mendengar pertimbangan Dinas Perikanan Laut dan Organisasi2 tani dan nelajan jang mendjadi anggota Front Nasional setempat. Terhadap ketetapan Bupati Walikota/Kepala Daerah Tingkat II tersebut dapat dimintakan banding kepada Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I jang bersangkutan, jang memberikan keputusan jang mengikat kedua belah fihak.

(3) Djika nelajan pemilik kapal/perahu dan alat2 penangkapan ikan itu tidak bersedia menerima uang persewaan sebagai jang ditetapkan oleh Bupati/Walikota/Kepala Daerah Tingkat II atau GUbernur/Kepala Daerah Tingkat I tersebut pada ajat 2 pasal ini, maka oleh koperasi jang bersangkutan uang itu disimpan pada Bank Koperasi Tani dan nelajan-nelajan setempat atas nama dan biaja nelajan pemilik tersebut.

Pasal 14

(1) Djika seorang pemilik tambak jang biasanja diusahakan dengan perdjanjian bagi hasil dengan

sengadja tidak bersedia menjediakan tambaknja itu menurut ketentuan2 peraturan jang dimaksudkan dalam pasal 3 dan 4 atau 5 dan membiarkannja tidak diusahakan setjara lain, maka Asisten Wedana/Kepala Ketjaman jang bersangkutan berwenang untuk Pendjerahkannja kepada seorang atau beberapa orang penggarap tambak dengan perdjanjian bagi hasil. Didalam hal ini maka pada azasnja mereka jang biasa menggarap tambak tersebut akan diutamakan.

(2) Djika pemilik tambak tersebut pada ajat 1 pasal ini tidak bersedia untuk menerima bagiannja sebagai jang ditetapkan menurut ketentuan dalam peraturan jang dimaksudkan dalam pasal 3 dan 4 atau 5, maka setelah dikurangi dengan biaja2 jang mendjadi beban pemilik,bagian pemilik tambak itu oleh penggarap tambak disimpan pada Koperasi Tani dan Nelajan setempat atas nama dan biaja pemilik tersebut.

BAB VIII

KESEDJAHTERAAN NELAJAN PENGGARAP, PENGGARAP TAMBAK DAN BURUH PERIKANAN Pasal 15

(1) Di daerah2 dimana terdapat usaha2 perikanan, baik perikanan laut maupun perikanan darat, harus

diusahakan berdirinja koperasi2 perikanan jang anggota2nja terdiri dari para nelajan penggarap,penggarap tambak,buruh perikanan,pemilik tambak dan nelajan pemilik.

(2) Koperasi2 perikanan tersebut pada ajat 1 pasal ini bertudjuan untuk memperbaiki taraf hidup para anggotanja dengan menjelenggarakan usaha2 jang meliputi baik bidang produksi maupun jang langsung berhubungan dengan kesedjahteraan para anggota serta keluarganja.

Page 184: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

206 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Pasal 16

(1) Tiap nelajan pemilik wadjib member perawatan dan tundjangan kepada para nelajan penggarap jang menderita sakit, jang disebabkan melakukan tugasnja dilaut atau mendapat ketjelakaan di dalam melakukan tugasnja.

(2) Djika kedjadian jang dimaksudkan pada ajat 1 pasal ini mengakibatkan kematian, maka nelajan pemilik jang bersangkutan wadjib memberi tundjangan jang lajak kepada keluarga jang ditinggalkannja.

(3) Oleh pemerintah diadakannja peraturan tentang penjelenggaraan ketentuan2 dalam pasal ini.

BAB IX PEMASARAN HASIL USAHA PERIKANAN

Pasal 17 Pemasaran hasil usaha penangkapan dan pemeliharaan ikan, baik perikanan laut maupun

perikanan darat dilakukan menurut tjara dan dengan harga jang disetudjui bersama oleh nelajan pemilik/pemilik tambak dan nelajan penggarap /penggarap tambak.

BAB X

PENGAWASAN DAN PENJELESAIAN PERSELISIHAN Pasal 18

(1) Oleh Menteri Perikanan diadakan ketentuan2 lebih landjut tentang penjelenggaraan ketentuan2

undang2 ini dan tjara2 pelaksanaan pengawasannja. (2) Di dalam menjelenggarakan pengawasan jang dimaksudkan dalam ajat 1 pasal ini di ikutsertakan pula

organisasi2 tani dan nelajan jang mendjadi anggota Front Nasional setempat.

Pasal 19

(1) Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam pasal 13, maka perselisihan2 jang timbul didalam melaksanakan ketentuan2 Undang-undang ini dan peraturan2 pelaksanaannja diselesaikan setjara musjawarah oleh fihak2 jang berselisih bersama2 dengan Panitia Landform Desa mengenai perikanan darat atau suatu Panitia Desa jang akan dibentuk djika mengenai perikanan laut.

(2) Djika dengan tjara demikian tidak dapat diperoleh penjelesaian,maka soalnja diadjukan depan Panitia Landform Ketjamatan djika mengenai perikanan laut, untuk mendapat kepuasan.

(3) Terhadap keputusan Panitia tersebut pada ajat 2 pasal ini dapat dikatakan banding kepada Panitia Landform Daerah Tingkat II jang bersangkutan, djika mengenai perikanan darat atau suatu Panitia Daerah Tingkat II jang akan dibentuk djika mengenai Perikanan Laut.

(4) Chusus untuk keperluan penjelesaian perselisihan sebagai jang di tambah dengan pendjabat dari Dinas Perikanan Darat jang bersangkutan dan paling banjak 3 orang wakil organisasi2 tani dan nelajan jang ditundjuk oleh Front Nasional setempat, djika mereka itu dalam susunan Panitia sekarang ini belum mendjadi anggota tetap.

BAB XI

KETENTUAN PIDANA DAN LAIN-LAIN Pasal 20

Dipidana dengan hukuman kurungan selama-lamanja 3 (tiga) bulan dan denda sebanjak-banjaknja

Rp. 10.000,- ( sepuluh ribu rupiah ) karena akan pelanggaran. a. Nelajan pemilik atau pemilik tambak jang mengadakan perdjanjian bagi hasil dengan sjarat2 jang

mengurangi ketentuan dalam pasal 3 dan 4 penetapan Pemerintah daerah jang dimaksudkan dalam pasal 5,

b. barangsiapa melanggar larangan jang dimaksudkan dalam pasal 8 ajat 3, c. nelajan pemilik atau pemilik tambak jang melanggar larangan jang dimaksudkan dalam pasal 19 ajat 1. d. Barang siapa mendjadi perantara antara nelajan pemilik dan nelajan penggarap atau pemilik tambak

Page 185: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

207 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

dan penggarap tambak, dengan maksud untuk memperoleh keuntungan bagi dirinja sendiri.

Pasal 21

(1) Undang-undang ini dapat disebut “Undang-undang bagi hasil perikanan”. (2) Undang-undang ini mulai berlaku pada hari diundangkan. (3)

Agar supaja setiap orang dapat mengetahuinja memerintahkan pengundang Undang-undang ini dengan penetapan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Djakarta,

Pada tanggal………………… PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

(SUKARNO )

Diundangkan di Djakarta Tanggal…………….. MENTERI/SEKRETARIS NEGARA ( MOCH. ICHSAN )

Lembaran Negara Tahun……………No….. RUU termaktub diatas disetudjui oleh DPR GR Dalam rapat paripurna terbuka ke-27 pada hari Sabtu tanggal 18 Djuli 1964 di Djakarta,-

Pimpinan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong

Menteri/wakil Ketua Ttd

(H.A. Sjaichu)

Sekretaris Rapat ttd Dr. Mohd Ali Boy)

Page 186: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

208 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

PENDJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG NO….. TAHUN 1960 TENTANG BAGI HASIL PERIKANAN

_______________________________________________________

PENJELASAN UMUM I. TUDJUAN UNDANG2 BAGI HASIL PERIKANAN

1. Sebagai salah satu usaha menudju kearah terwudjudnja masjarakat sosialis Indonesia pada umumnja chususnja untuk meningkatkan taraf hidup para nelajan penggarap dan penggarap tambak serta memperbesar produksi ikan, Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara didalam Ketetapannja No. III/MPRS/1960 dan Resolusinja No. I/MPRS/1963 memerintahkan supaja diadakan Undang-undang jang mengatur soal usaha perikanan jang diselenggarakan dengan perdjanjian bagi hasil. Undang-undang ini merupakan realisasi daripada pemerintah MPRS tersebut.

2. Sebagaimana ditentukan dalam pasal 12 ajat 1 Undang-undang pokok Agraria segala usaha bersama dalam lapangan agrarian, djadi termasuk djuga usaha perikanan, baik perikanan laut maupun perikanan darat, haruslah diselenggarakan berdasarkan kepentingan bersama dari semua fihak jang turut serta, jaitu baik nelajan pemilik dan pemilik tambak jang menjediakan kapal/perahu, alat2 penangkapan ikan dan tambak maupun para nelajan penggarap dan penggarap tambak jang menjumbangkan tenaganja, hingga mereka masing-masing menerima bagian jang adil dari hasil usaha tersebut. Pengusahaan perikanan atas dasar bagi hasil dewasa ini masih diselenggarakan menurut ketentuan2 hukum adat setempat,jang menurut ukuran sosialisme Indonesia belum memberikan dan mendjamin bagian jang lajak bagi para nelajan penggarap dan penggarap tambak. Berhubung dengan itu, maka pertama-tama perlu diadakan ketentuan untuk menghilangkan unsure-unsur perdjanjian bagi hasil jang bersifat pemerasan, hingga dengan demikian semua fihak jang turut serta dalam usaha itu mendapat bagian jang sesuai dengan djasa jang disumbangkannja. Dengan memberikan djaminan jang demikian itu, maka disamping perbaikan taraf hidup para nelajan penggarap dan penggarap tambak jang bersangkutan, diharapkan pula timbulnja perangsang jang lebih besar didalam meningkatkan produksi ikan. Dalam pada itu hal tersebut tidaklah berarti, bahwa kepentingan dari para pemilik kapal/perahu, alat2 penangkapan ikan dan tambak akan diabaikan.Usaha perikanan, terutama perikanan laut, memerlukan pemakaian alat2 jang memerlukan biaja pemeliharaan serta perbaikan danjang pada waktunja bahkan harus diganti dengan jang baru. Menetapkan imbangan bagian jang terlalu ketjil bagi golongan pemilik biasa berakibat, bahwa soal pemeliharaan dan perbaikan serta penggantian alat-alat tersebut akan kurang mendapat perhatian atau diabaikan sama sekali. Hal jang demikian pula berpengaruh tidak baik terahdap produksi ikan pada umumnja. Berhubung dengan itu para pemilik tersebut harus pula mendapat bagian jang lajak, dengan pengertian bahwa dengan demikian ia berkewadjiban pula untuk menjelenggarakan pemeliharaan dan perbaikan sebagaimana mestinja.

3. Dalam pada itu perbaikan taraf hidup para nelajan penggarap dan penggarap tambak tidak akan dapat tertjapai hanja dengan memperbaiki sjarat2 perdjanjian bagi hasil sadja. Untuk itu usaha pembentukan koperasi2 perikanan perlu dipergiat dan lapangan usaha serta keanggotaannja perlu pula diperluas. Keanggotaan koperasi tersebut harus meliputi semua orang jang turut serta dalam usaha usaha perikanan itu, djadi baik para nelajan penggarap,penggarap tambak,buruh perikanan maupun nelajan pemilik dan pemilik tambak. Lapangan usaha koperasi perikanan hendaknja tidak terbatas pada soal produksi sadja, misalnja pembelian kapal-kapal/perahu2 dan alat-alat penangkapan ikan, pengolahan hasil ikan serta pemasarannja, tetapi harus djuga meliputi soal kredit serta hal2 jang menjangkut kesedjahteraan para anggota dan keluarganja. Misalnja usaha untuk mentjukupi keperluan sehari2, menjelenggarakan dana ketjelakaan,kematian dan lain2nja. Dengan demikian maka mereka itu dapatlah dilepaskan dan dihindarkan dari praktek2 para pelepas uang, tengkulak dan lain2nja jang dewasa ini sangat meradjalela dikalangan usaha perikanan terutama perikanan laut.

II. PENGATURANNJA

1. Menurut hukum adat jang berlaku sekarang ini tidak terdapat keseragaman mengenai imbangan besarnja bagian pemilik pada satu fihak dan para nelajan penggarap serta penggarap tambak pada satu fihak serta kapal /perahu dan tambak jang akan dibagi hasilkan pada lain di hak, djuga oleh rupa2 faktor lainnja. Diantaranja ialah penentuan tentang biaja2 apa sadja jang mendjadi beban

Page 187: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

209 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

bersama dan apa jang dipikul oleh mereka masing2.mengenai perikanan darat ditambak, letak,luas dan keadaan kesuburan tambaknja serta djenis ikan jang dihasilkan merupakan factor pula jang menentukan imbangan bagian jang dimaksudkan itu. Djika tambaknja subur maka bagian pemiliknja lebih besar daripada bagian pemilik tambak jang kurang subur. Mengenai perikanan laut, matjam kapal/perahu dan alat2 serta tjara penangkapan jang dipergunakan merupakan pula factor jang turut menentukan besarnja imbangan itu. Bagian seorang pemilik kapal motor misalnja, adalah lebih besar imbangan persentasinja, djika dibandingkan dengan seorang pemilik perahu lajar. Hal itu disebabkan karena biaja eksploitasi jang harus dikeluarkan oleh pemilik motor itu lebih besar lagi pula hasil penangkapan seluruhnja lebih besar, hingga biarpun imbangan persentasi bagi para nelajan penggarap lebih ketjil, tetapi hasil jang diterima sebenarnja oleh mereka masing2 adalah lebih besar djika dibandingkan dengan hasil para nelajan penggarap jang mempergunakan kapal/perahu lajar.

2. Berhubung dengan itu didalam Undang-undang ini bagian jang harus diberikan kepada para nelajan penggarap dan penggarap tambak sebagai jang tertjantum padal 3, ditetapkan atas dasar imbangan didalam pembagian beban2 dan biaja2 usaha sebagai jang tertjantum dalam pasal 4. Didaerah2 dimana pembagian beban2 dan biaja2 itu sudah sesuai dengan apa jang ditentukan didalam pasal 4, maka tinggal peraturan tentang pembagian hasil sadjalah jang harus disesuaikan, jaitu djika menurut kebiasaan setempat bagian para nelajan penggarap atau penggarap tambak masih kurang dari apa jang ditetapkan dalam pasal 3. Djika bagian mereka sudah lebih besar dari pada jang ditetapkan dalam pasal 3,maka aturan jang lebih menguntungkan fihak nelajan penggarap atau penggarap tambak itulah jang harus dipakai ( pasal 5 ajat 1 ).

3. Dengan pengaturan jang demikian itu maka ketentuan2 tentang bagi hasil jang dimuat dalam Undang-undang ini dapat segera didjalankan setelah Undang-undang ini mulai berlaku, dengan tidak menutup sama sekali kemungkinan untuk mengadakan penjesuaian dengan keadaan daerah, djika hal itu memang sungguh2 perlu ( pasal 5 ajat 2 ).

4. Mengenai perikanan daerah hanja diberi ketentuan2 tentang penjelenggaraan bagi hasil tambak, jaitu genangan air jang dibuat oleh orang sepandjang pantai untuk memeliharaan ikan, dengan mendapat pengairan jang teratur. Usaha pemeliharaan ikan diempang2 air tawar dan lainnja tidak terkena Undang-undang ini oleh karena umumnja tidak dilakukan setjara bagi hasil, tetapi dikerdjakan sendiri oleh pemiliknja. Kalau ada pemeliharaan jang dilakukan setjara bagi hasil, maka hal itu hanja mengenai kolam2 jang tidak luas. Kalau ada sawah jang dibagi hasilkan dan selain ditanami padi djuga diadakan usaha pemeliharaan ikan, maka soalnja diatur menurut Undang-undang No. 2 tahun 1960 tentang Perdjanjian Bagi Hasil Pertanian.

PENDJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 huruf a : Dalam pengertian ikan termasuk laut lainnja, ketjuali mutiara jang pengambilannja

memerlukan izin chusus dari Menteri Perikanan. huruf b : Kapal/perahu, alat2 penangkapan ikan lainnja dan tambak jang dibagi hasilkan tidak perlu

dikuasai oleh nelajan pemilik dan pemilik tambak dengan hak milik, Penguasaan itu dapat pula didasarkan atas hak persewaan atau hak guna usaha. Sero dan kelong (djermal) jang dipergunakan untuk menangkap ikan termasuk dalam pengertian “alat penangkapan ikan”.

huruf c : Orang2 jang menjediakan tenaganja dalam usaha penangkapan ikan laut sebagai suatu kesatuan ( “unit”) disebut “nelajan penggarap”, jang sebagai kesatuan pula akan membagi hasil dari usaha itu dengan nelajan pemilik. Berapa orang jang turut serta sebagai satu kesatuan itu tergantung pada matjam kapal/perahu dan alat2 serta tjara2 penangkapan jang dipergunakan. Ada kalanja hanja 2 atau 3 orang, ada kalanja samapi 20 orang.

Seringkali seorang nelajan pemilik turut serta kelaut sebagai djurumudi, didalam hal jang demikian nelajan pemilik itu djuga termasuk dalam golongan nelajan penggarap. Ia akan menerima bagian dari hasil usaha itu baik sebagai nelajan pemilik maupun sebagai salah seorang nelajan penggarap.

huruf e : Hubungan dengan sjarat2 jang ditentukan didalam pasal 6 : huruf f : Tambak harus mendapat pengairan jang teratur. Ini mengandung arti, bahwa pada waktu2

tertentu menurut kehendak pengusahaannja air dari saluran dapat dimasukkan kedalam

Page 188: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

210 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

atau dikeluarkan dari tambak, sehingga pintu air jang tjukup rapat dan kuat merupakan bagian jang mutlak dari tambak. Oleh karenanja maka pemilik tambak dan penggarap tambak pada waktu memulai dan mengachiri perdjanjian bagi hasil berkewadjiban untuk menjerahkan tambak jang bersangkutan dengan pintu airnja dalam keadaan jang mentjukupi untuk keperluannja.

huruf i : Dalam golongan ini termasuk udang, ketjuali kalau udang itu memang sengadja dipelihara danbenihnja dibeli. Didalam hal jang demikian udang digolongkan sebagai ikan pemeliharaan.

Pasal 3 s/d 5 Beaja perbekalan untuk para penggarap selama dilaut jang mendjadi tanggungan bersama, adalah mengenai kapal motor . Mengenai ketentuan dalam pasal 4a angka 2 huruf b perlu ditambahkan bahwa rumah/tempat tinggal penggarap tambak jang dipergunakan sebagai tempat pendjagaan, adalah mendjadi beban pemilik tambak, sedang mengenai ketentuan dalam pasal 4 angka 2 huruf c perlu ditambahkan pendjelasan, bahwa pada umumnja untuk melaksanakan kewadjibannja itu penggarap tambak biasanja menjediakan sendiri alat2 baru, maka berhubung dengan mahalnja harga alat2 tersebut sekarang ini, pembeliannja dapat dilakukan bersama-sama dengan pemilik tambak. Djika dikemudian hari penggarap tambak itu tidak lagi menggarap tambak jang bersangkutan,maka akan diadakan perhitungan.

Pasal 6 : Pensjaratan sebagai jang ditetapkan didalam pasal ini dimaksudkan agar manfaat jang diperoleh dari ketentuan Undang-undang ini benar2 akan djatuh kepada para penggarap tambak jang sebenarnja dan bukan kepada orang-orang jang bertindak sebagai perantara antara pemilik tambak dan penggarap, sedang pada kenjataannja tidak menggarap sendiri tambak jang bersangkutan. Pembatasan luas tambak garapan dimaksudkan, selain untuk mentjaga masuknja golongan perantara, djuga untuk member kesempatan kepada orang-orang lain agar djuga bisa mendjadi penggarap tambak.

Pasal 7 : Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan djaminan kepada para nelajan penggarap dan penggarap tambak bahwa mereka dapat membagi hasil selama waktu jang tjukup lama dan kemudian setelah djangka waktu perdjanjiannja berachir akan kembali menjadi nelajan penggarap dan penggarap tambak dan akan terdesak oleh orang lain.

Didalam Panitia jang dimaksudkan dalam ajat 4 huruf b akan diikut sertakan wakil-wakil dari organisasi2 tani dan nelajan jang ditundjuk oleh Front Nasional setempat. Pendjelasan berlaku djuga terhadap ketentuan pasal 19.

Kiranja sukar untuk merumuskan dengan tegas apa jang dimaksudkan dengan pengertian “keadaan baik” jang ditentukan dalam ajat 5. Tetapi pada umumnja dapatlah dikatakan bahwa kapal/perahu, alat2 penangkapan ikan dan tambak itu harus dikembalikan kepada nelajan pemilik dan pemilik tambak dengan keadaan jang tidak merugikan meraka, tidak terdjadi kerusakan2 jang disebabkan karena kelalaian atau sengadja ditimbulkan oleh nelajan penggarap atau penggarap tambak. Dalam konkretnja hal itu tergantung pada keadaan dan ukuran setempat. Djika tentang hal ini terdjadji perselisihan maka berlakulah ketentuan pasal 19.

Pasal 8 : Dibeberapa daerah berlaku kebiasaan, bahwa untuk memperoleh kesempatan mengusahakan tambak dengan perdjanjian bagi hasil, tjalon penggarapnja diharuskan membajar uang atau memberikan benda tertentu kepada pemilik tambak. Djumlah uang atau harga barang itu ada kalanja sangat tinggi. Oleh karena hal itu tidak hanja merupakan beban tambahan bagi penggarap tambak, melainkan lebih2 merupakan bentuk pemerintah terhadap golongan jang ekonominja lemah, maka pemberian sematjam itu dilarang. Jang dimaksudkan dengan “unsur2 idjon” dalam ajat 3 adalah : a. Pembajarannja dilakukan sebelum penangkapan ikan lautnja selesai atau sebelum

tambaknja dapat dipanen dan b. Bunganja sangat tinggi.

Page 189: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

211 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Dalam pada itu perlu ditegaskan,bahwa ketentuan dalam pasal 8 ajat 3 dan 4 ini tidak mengurangi kemungkinan diadakan utang-piutang setjara jang wadjar dengan bunga jang lajak. Pembelian ikan ditengah laut ( “menghadang”), selain dilarang menurut peraturan, seringkali disertai djuga sisitim idjon.

Pasal 9 : Dalam Undang-undang Pokok Agraria telah ditentukan, bahwa hak sewa dan gadai atas tanah pertanian merupakan hak jang bersih, sementara dan harus diusahakan hapusnja dalam waktu singkat. Menurut kenjataannja sewa menjewa dan gadai menggadai tambah itu djarang sekali terdjadi. Berhubung dengan itu maka sepandjang mengenai tambak ketentuan undang-undang poko Agraria tersebut dapat direalisasikan sekarang, dengan mengadakan larangan sebagai ditentukan dalam pasal ini. Dalam pada itu untuk biaja memenuhi rukun islam jang kelima sewa menjewa atau gadai menggadai tambak itu masih diperbolehkan, tetapi untuk waktu jang terbatas ( misalnja 2 atau 3 tahun ).

Ketentuan dalam ajat 2 dan 3 diperlukan untuk melindungi penjewa tambak, pun untuk tidak terlalu merugikan setjara langsung fihak jang menggadai tambak pada waktu Undang-undang ini mulai berlaku.

Pasal 10 : Untuk menampung kemungkinan dan usaha2 jang hendaknja menghindarkan diri kita dari ketentuan tentang tjara bagi hasil jang diatur didalam Undang-undang ini dan untuk menjalurkan para nelajan dan penggarap tambak untuk berusaha setjara wadjar demi peningkatan produksi perikanan, diadakanlah ketentuan dalam pasal ini, hingga tidak perlu digunakan tjara2 jang terlarang.

Pasal 11 : Tidak memerlukan pendjelasan. Pasal 12 : Tidak memerlukan pendjelasan. Pasal 13 dan 14 : Menurut pengertian sosialisme Indonesia maka setiap “pemilikan” mempunjai funksi

social. Mengenai tanah hal itu ditegaskan dalam pasl 6 Undang-undang Pokok Agraris. Menurut pengertian itu maka setiap alat jang dapat dipergunakan dalam bidang produksi tidak boleh sengadja dibiarkan tidak terpakai hingga mendjadi tidak produktip. Pengertian tersebut berlaku djuga terhadap kapal/perhau, alat2 penangkapan ikan dan tambak, jang harus diabdikan pula bagi hasil.

Pasal 15 : Sudah didjelaskan didalam Pendjelasan Umum. Pasal 16 : Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan djaminan2 sosial jang lajak bagi para nelajan

penggarap,jang karena sifat pekerdjaannja dilaut sering menghadapi bahaja. Pasal 17 : Ketentuan ini dikamksudkan agar supaja masing2 fihak tidak dirugikan. Usaha penangkapan

dan pemeliharaan ikan itu adalah suatu usaha bersama jang didasarkan atas kepentingan bersama, demikian pasal 2. Soal pemasaran hasil ikan adalah jang sangat penting, oleh karenja harus diselenggarakan atas dasar persetudjuan kedua belah pihak.

Pasal 18 : Pengawasan atas pelaksanaan ketentuan Undang-undang ini, baik jang bersifat preventif maupun represip dapat diserahkan kepada para pedjabat setempat, terutama Dinas Perikanan Laut dan darat, djuga kepada koperasi2 perikanan, organisasi tani dan nelajan setempat dan lain2 instansi jang dipandang perlu.

Pasal 19 : KEtentuan ini dimaksudkan untuk mempertjepat dan menjederhanakan penjelesaian perselisihan2 jang timbul didalam melaksanakan Undang-undang ini.

Pasal 20 : Tidak memerlukan pendjelasan.

Page 190: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

212 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Pasal 21 : Dengan berlakunja Undang-undang ini, jang dapat disebut Undang-undang bagi hasil

perikanan, maka Undang-unadng No. 2 tahun 1960 tentang Perdjanjian Bagi Hasil sebaiknja disebut “Undang-undang Bagi Hasil pertanian.

Tambahan Lembaran Negara Tahun………………..No. ………………………….. Sekretaris rapat Mengetahui

Menteri/Wakil Ketua

ttd DPR GR ttd ( Dr. Mohd. Ali boy ) ( H.A. Sjaichu )

Page 191: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

213 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Salinan

Djakarta, 11 Agustus 1964

No. A1.01/K/2339/DPR GR/1964 Lampiran: 2 ( dua) exemplr. KEPADA Perihal : Pengesahan Ratjangan Undang-undang P.J.M. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

di DJAKARTA AMAT SEGERA

Dengan menudjuk kepada surat amanat Presiden No. 2212/HK/63 tgl 27 Nopember 1963, dengan ini diberitahukan dengan hormat bahwa Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong dalam rapat paripurna terbuka ke-27 pada hari Sabtu tgl. 18 Djuli 1964 di Djakarta telah menjetujui :

- Rantjangan Undang-undang tentang bagi hasil perikanan mendjadi Undang-undang

setelah diadakan perubahan2.

Naskah Rantjangan Undang-undang termaksud sebagaimana telah disetudjui oleh Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong kami kirimkan bersama ini untuk disahkan.

PIMPINAN

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG

MENTERI/WAKIL KETUA t.t.d.

( H. A. SJAICHU ) Tembusan :

1. Kabi II 2. Kaba Tuper 3. Sek Bidang III 4. Komisi D

Page 192: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

214 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

RANTJANGAN UNDANG-UNDANG NO. TAHUN 1964 TENTANG

BAGI HASIL PERIKANAN ________________________________________________

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa sebagai salah satu usaha untuk menudju kearah perwudjudan masjarakat

sosialis Indonesia pada umumnja,chususnja untuk meningkatkan taraf hidup para nelajan penggarap dan penggarap tambak serta memperbesar produks ikan,maka pengusahaan perikanan setjara bagi hasil,baik perikanan laut maupun perikanan darat,harus diatur hingga dihilangkan unsure-unsurnja jang bersifat pemerasan dan semua fihak jang turut serta masing2 mendapat bagian jang adil dari usaha itu;

b. bahwa selain perbaikan daripada sjarat2 perdjanjian bagi hasil sebagai jang dimaksudkan diatas perlu pula lebih dipergiat usaha pembentukan koperasi2 perikanan, jang anggota2nja terdiri dari semua orang jang turut serta dalam usaha perikanan itu;

Mengingat : a. pasal 5 ajat 1 jo pasal 20 ajat 1 serta pasal 27 ajat 2 dan pasal 33 Undang-undang Dasar;

b. Undang-undang No. 5 tahun 1960 ( Lembaran Negara tahun 1960 No. 104); c. Ketetapan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara No. II/MPRS/1960 jo Resolusi

No. I/MPRS/1963; Dengan persetudjuan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG BAGI HASIL PERIKANAN

BAB I ARTI BEBERAPA ISTILAH

PASAL 1 Dalam Undang-undang ini jang dimaksudkan dengan :

a. Perdjanjian bagi hasil ialah perdjanjian jang diadakan dalam usaha penangkapan atau pemeliharaan ikan antara nelajan-pemilik dan nelajan penggarap atau pemilik tambak dan penggarap tambak, menurut perdjanjian dimana mereka masing-masing menerima bagian dari hasil usaha tersebut menurut imbangan jang telah disetudjui sebelumnja.

b. Nelajan pemilik ialah orang atau badan hukum jang dengan hak apapun jasa atas suatu kapal/perahu jang dipergunakan dalam usaha penangkapan ikan dan alat2 penangkapan ikan.

c. Nelajan penggarap ialah semua orang jang sebagai kesatuan dengan mereka namakan tenaganja turut serta dalam usaha penangkapan ikan laut.

d. Pemilik tambak ialah orang atau badan hukum jang dengan hak apapun masa atas suatu tambak. e. Penggarap tambak ialah orang jang setjara njata aktif menjediakan tenaganja dalam usaha

pemeliharaan ikan darat atas dasar perdjanjian bagi hasil jang diadakan dengan pemilik tambak. f. Tambak ialah genangan air jang dibuat oleh orang sepandjang pantai untuk pemeliharaan ikan dengan

mendapat penggairan jang teratur. g. Hasil bersih ialah :

- Bagi perikanan laut : hasil ikan jang diperoleh dari penangkapan jang setelah diambil sebagian untuk “lawuhan” para nelajan penggarap mempunjai kebiasaan setempat, dikurangi dengan beban2 jang mendjadi tanggungan bersama dari nelajan pemilik dan para nelajan-penggarap, sebagai jang ditetapkan didalam pasal 4 angka 1 huruf a;

- Bagi perikanan darat : sepandjang mengenai ikan pemeliharaan jang di peroleh dari usaha tambak jang bersangkutan dikurangi dengan beban2 jang mendjadi tanggungan bersama dari pemilik

Page 193: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

215 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

tambak dan penggarap tambak, sebagai jang ditetapkan didalam pasal 4 angka 2 huruf a. h. ikan pemeliharaan ialah ikan jang sengadja dipelihara dari benih jang pada umumnja diperoleh dengan

djalan membeli; i. ikan liar ialah ikan jang terdapat didalam tambak dan tidak tergolong ikan pemeliharaan.

BAB II

PEMBAGIAN HASIL USAHA Pasal 2

Usaha perikanan laut maupun darat atas dasar perdjanjian bagi hasil diselenggarakan

berdasarkan kepentingan bersama dari nelajan pemilik dan nelajan penggarap serta pemilik tambak dan penggarap tambak jang bersangkutan hingga mereka masing2 menerima bagian dari hasil usaha itu secara dengan djasa jang diberikannja.

Pasal 3

(1) Djika suatu usaha perikanan diselenggarakan atas dasar perdjanjian bagi hasil maka dari hasil usaha

itu kepada fihak nelajan penggarap dan penggarap tambak paling sedikit harus diberikan bagian sebagai berikut : 1. Perikanan laut : a. djika dipergunakan perahu lajar : minimum 75% (tudjuh puluh lima

perseratus) dari hasil bersih; b. Djika dipergunakan kapal motor : minimum 40% ( empat puluh perseratus)

dari hasil bersih. 2. Perikanan darat : a. mengenai hasil ikan pemeliharaan : minimum 40% ( empat puluh perseratus)

dari hasil bersih; b. mengenai hasil ikan liar : minimum 60% ( enam puluh perseratus ) dari hasil

kotor;

(2). Pembagian hasil diantara para nelajan penggarap dari bagian jang mereka terima menurut ketentuan dalam ajat 1 pasal ini diatur oleh mereka sendiri, dengan diawasi oleh pemerintah daearah tingkat II jang bersangkutan untuk menghindarkan terdjadinja pemerasan dengan ketentuan bahwa perbandingan antara bagian jang terbajak dan jang paling sedikit tidak boleh lebih dari 3( tiga) lawan 1 (satu ).

Pasal 4

Angka bagian nelajan penggarap dan penggarap tambak sebagai jang tertjantum dalam pasal 3

ditetapkan dengan ketentuan bahwa beban-beban jang bersangkutan dengan usaha perikanan itu harus dibagi sebagai berikut : 1. Perikanan Laut : a. Beban-beban jang mendjadi tanggungan bersama dari nelajan pemilik dan fihak nelajan penggarap:

ongkos lelang, uang rokok/djadjan dan biaja perbekalan untuk para nelajan penggarap selama dilaut biaja untuk sedekah laut ( selamatan bersama ) serta iuran2 jang sjahkan oleh pemerintah daerah tingkat II jang bersangkutan seperti untuk koperasi, dan pembangunan perahu/kapal, dana kesedjahteraan dana kematian dan lain-lainnja.

b. Beban-beban jang mendjadi tanggungan nelajan pemilik : ongkos pemeliharaan dan perbaikan perahu/kapal serta alat2 lain jang dipergunakan, penjusutan dan biaja eksploitasi usaha penangkapan seperti untuk pembelian solar, minjak, es dan lain sebagainja.

2. Perikanan darat : a. Bahan-bahan jang mendjadi tanggungan bersama dari pemilik tambak dan pengagrap tambak uang

pembeli benih ikan pemeliharaan, biaja dan pengeduk saluran (Tjaren ) biaja2 untuk pemupukan tambak dan perawatan pada pintu air serta saluran jang mengairi tambak jang diusahakan itu;.

b. Bahan-bahan jang mendjadi tanggungan pemilik tambak: disediakannja tambak dengan pintu air dalam keadaan jang mentjukupi kebutuhan biaja untuk memperbaiki dan mengganti pintu air jang tidak dapat dipakai lagi serta pembajaran padjak tanah jang bersangkutan,

Page 194: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

216 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

c. bahan-bahan jang mendjadi tanggungan penggarap tambak: biaja untuk menjelenggarakan pekerdjaan sehari-hari jang berhubungan dengan pemeliharaan ikan didalam tambak, dan penangkapannja pada waktu panen.

Pasal 5

(1) Jika menurut kebiasaan setempat pembagian bahan-bahan jang bersangkutan dengan usaha

perikanan itu telah diatur menurut ketentuan dalam pasal 4, sedang bagian jang diterima oleh fihak nelajan penggarap atau penggarap tambak lebih besar daripada jang ditetapkan dalam pasal 3, maka aturan jang lebih menguntungkan fihak nelajan penggarap atau penggarap tambak itulah jang harus dipakai.

(2) Dengan tidak mengurangi apa jang ditentukan dalam ajat 1 pasal ini maka djika disesuatu daerah didalam membagi bahan2 itu berlaku kebiasaan jang lain daripada jang dimaksudkan dalam pasal 4, jang menurut pemerintah Daerah Tingkat I jang bersangkutan sukar untuk disesuaikan dengan ketentuan dalam pasal tersebut, maka pemerintah Daerah Tingkat I itu dapat menetapkan angka bagian lain untuk fihak nelajan penggarap atau penggarap tambak daripada jang ditetapkan dalam pasal 3, asalkan dengan demikian bagian jang diberikan kepada nelajan penggarap atau penggarap tambak itu tidak kurang daripada djika pembagian hasil usaha perikanan jang bersangkutan diatur menurut ketentuan pasal 3 dan 4 tersebut diatas. Penetapan Pemerintah Daerah TK.I itu memerlukan persetudjuan dan Menteri Perikanan.

BAB III

SJARAT-SJARAT BAGI PENGGARAP TAMBAK. Pasal 6

Jang diperbolehkan mendjadi penggarap tambak hanjalah orang-orang warga Negara Indonesia

jang setjara njata aktip menjediakan tenaganja dalam pemeliharaan ikan darat dan jang tambak garapannja baik jang dirinja sendiri atau keluarganja maupun jang diperbolehkannja dengan perdjanjian bagi hasil, luasnja tidak akan melebihi atas maksimum, sebagai ditetapakan menurut ketentuan Undang-undang No. 56 Prp.1960 ( L.N. 1960/174)

BAB IV

DJANGKA WAKTU PERDJANJIAN Pasal 7

(1) Perdjanjian bagi hasil diadakan untuk waktu paling sedikit 2 ( dua ) musim, jaitu 1 ( satu ) tahun

berturut-turut bagi perikanan laut dan paling sedikit 6 ( enam ) musim, jaitu 3 ( tiga ) tahun berturut-turut bagi perikanan darat, dengan ketentuan bahwa djika setelah djangka waktu itu berachir diadakan pembaharuan perdjanjian maka para nelajan penggarap dan penggarap tambak jang lamalah jang diutamakan.

(2) Perdjanjian bagi hasil tidak terputus karena pemindahan hak atas perahu/kapal, alat2 penangkapan ikan atau tambak jang bersangkutan kepada orang lain. Didalam hal jang demikian maka semua hak dan kewadjiban pemiliknja jang lama beralih kepada pemilik jang baru.

(3) Djika seorang nelajan penggarap atau penggarap tambak meninggal dunia, maka ahli warisnja jang sanggup dan dapat mendjadi nelajan penggarap dan penggarap tambak dan menghendakinja, berhak untuk melandjutkan perdjanjian bagi hasil jang bersangkutan, dengan hak dan kewadjiban jang sama hingga djangka waktunja berachir.

(4) Penghentian perdjanjian bagi hasil sebelum berachirnja djangka waktu perdjanjian hanja mungkin didalam hal2 dan menurut ketentuan dibawah ini : a. atas persetudjuan kedua belah fihak jang bersangkutan b. dengan izin Panitya Landreform Desa djika mengenai perikanan darat atau suatu Panitya Desa

jang akan dibentuk djika mengenai perikanan laut atas tuntutan pemilik djika nelajan penggarap atau penggarap tambak jang bersangkutan tidak memenuhi kewadjibannja sebagaimana mestinja.

Page 195: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

217 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

c. djika penggarap tambak tanpa persetudjuan pemilik tambak mendjadikan pengusaha tambaknja kepada orang lain.

(5) Pada berachirnja perdjanjian bagi hasil baik karena berachirnja djangka waktu perdjanjian maupun karena salah satu sebab tersebut pada ajat 4 pasal ini, nelajan penggarap dan penggarap dan penggarap tambak wadjib menjerahkan kembali kapal/perahu,alat-alat penangkapan ikan dan tambak jang bersangkutan kepada nelajan pemilik dan pemilik tambak dan dalam keadaan baik.

BAB V

LARANGAN-LARANGAN Pasal 8

(1) Pembajaran uang atau pemberian benda apapun djuga kepada seorang nelajan pemilik atau pemilik

tambak, jang dimaksudkan untuk diterima sebagai nelajan penggarap atau penggarap tambak dilarang.

(2) Pelanggaran terhadap larangan tersebut pada ajat 1 pasal ini mengakibatkan bahwa uang atau harga benda jang diberikan itu dikurang pada bagian nelajan pemilik atau pemilik tambak dari hasil usaha perikanan jang bersangkutan dan dikembalikan kepada nelajan penggarap atau penggarap tambak jang memberikannja.

(3) Pembajaran oleh siapapun kepada nelajan pemilik, pemilik tambak pun para nelajan penggarap dan penggarap tambak dalam bentuk apapun djuga jang mempunjai unsure idjon, dilarang.

(4) Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana dalam pasal 20 maka apa jang dibajarkan tersebut pada ajat 3 pasal ini tidak dapat dituntut kembali dalam bentuk apapun.

Pasal 9

(1) Sewa menjewa dan gadai menggadai tambak dilarang, ketjuali untuk keperluan jang sangat

mendesak selama djangka waktu jang terbatas ataupun keperluan penggaraman rakjat, setelah ada izin chusus dari Asisten Wedana/Kepala Ketjamatan jang bersangkutan.

(2) Perdjanjian sewa menjewa tambak jang ada pada waktu mulai berlakunja Undang-undang ini harus dihentikan setelah ikan jang dipelihara sekarang ini selesai dipanen.

(3) Mengenai gadai menggadai tambak jang ada pada waktu mulai berlakunja Undang-undang ini berlaku ketentuan dalam pasal 7 Undang-undang Prp. Tahun 1960 ( Lembaran Negara Tahun 1960 No. 174).

BAB VI

USAHA PERIKANAN ATAS DASAR UPAH DAN SEWA Pasal 10

(1) Djika suatu usaha perikanan laut diselenggarakan oleh suatu perusahaan jang berbentuk badan

hukum, dengan member upah tertentu pada para buruh nelajan, maka penetapan besarnja upah tersebut dilakukan dengan persetudjuan Menteri Perburuhan, setelah mendengar Menteri Perikanan dan organisasi2 tani, nelajan dan buruh jang mendjadi anggota Front Nasional.

(2) Djika suatu usaha perikanan jang tidak termasuk golongan jang dimaksudkan dalam ajat 1 pasal ini diselenggarakan sendiri oleh nelajan pemilik atau pemilik tambak dengan member upah tertentu kepada fihak buruh nelajan atau buruh tambak, maka oleh pemerintah daerah TK.I diadakan peraturan tentang penetapan upah tersebut.

(3) Pemerintah Daerah TK.I dapat pula mengadakan peraturan tentang perahu/kapal dan alat2 penangkapan ikan.

(4) Didalam membuat peraturan jang dimaksudkan dalam ajat 2 dan 3 pasal ini harus diindahkan pedoman2 jang diberikan oleh Menteri Perburuhan dan Menteri Perikanan setelah mendengar organisasi2 tani, nelajan dan buruh jang mendjadi anggota Front Nasional.

Page 196: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

218 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

BAB VII KETENTUAN UNTUK PENJEMPURNAAN DAN KELANGSUNGAN USAHA PERIKANAN

Pasal 11

Oleh Pemerintah Daerah Tingkat I dapat diadakan peraturan jang merupakan pemilik tambak untuk memelihara dan memperbaiki susunan pengusaha pertambakan, disamping saluran2 dan tanggul2 jang ada didaerah pertambakan itu sendiri, jang semata2 dipergunakan untuk kepentingan pertambakan.

Pasal 12

Oleh Pemerintah diadakan peraturan tentang pembentukan dan penjelasan dana2 jang bertudjuan untuk mendjamin berlangsungnja usaha perikanan, baik perikanan laut maupun perikanan darat serta untuk memperbesar dan mempertinggi mutu produksinja, dalam mana diikutsertakan 2 organisasi2 tani dan nelajan jang ditundjuk oleh Front Nasional.

Pasal 13

(1) Djika seorang nelajan pemilik perahu/kapal atau lain2 alat penangkapan ikan, jang biasanja dipakai

untuk usaha perikanan dengan perdjanjian bagi hasil, tidak bersedia menjediakan kapal/perahu atau alat2 itu menurut ketentuan2 peraturan jang dimaksudkan dalam pasal 3 dan 4 atau 5 dan dengan sengadja membiarkannja tidak digunakan,maka Bupati/Wakil Kota/Kepala Daerah Tingkat II jang bersangkutan atau pedjabat jang ditundjuknja berwenang untuk menjarahkannja kepada koperasi perikanan setempat setjara sewa-beli dengan nelajan pemilik untuk dipergunakan dalam usaha penangkapan ikan.

(2) Sjarat2 sewa beli tersebut pada ajat 1 pasal ini ditetapkan setjara musjawarah dengan nelajan pemilik jang bersangkutan. Djika tjara tersebut tidak membawa hasil, maka sjarat2nja ditetapkan oleh Bupati/Walikota/Kepala Daerah Tingkat II, setelah mendengar pertimbangan Dinas Perikanan Laut dan Organisasi2 tani dan nelajan jang mendjadi anggota Front Nasional setempat. Terhadap ketetapan Bupati Walikota/Kepala Daerah Tingkat II tersebut dapat dimintakan banding kepada Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I jang bersangkutan, jang memberikan keputusan jang mengikat kedua belah fihak.

(3) Djika nelajan pemilik kapal/perahu dan alat2 penangkapan ikan itu tidak bersedia menerima uang persewaan sebagai jang ditetapkan oleh Bupati/Walikota/Kepala Daerah Tingkat II atau GUbernur/Kepala Daerah Tingkat I tersebut pada ajat 2 pasal ini, maka oleh koperasi jang bersangkutan uang itu disimpan pada Bank Koperasi Tani dan nelajan-nelajan setempat atas nama dan biaja nelajan pemilik tersebut.

Pasal 14

(1) Djika seorang pemilik tambak jang biasanja diusahakan dengan perdjanjian bagi hasil dengan

sengadja tidak bersedia menjediakan tambaknja itu menurut ketentuan2 peraturan jang dimaksudkan dalam pasal 3 dan 4 atau 5 dan membiarkannja tidak diusahakan setjara lain, maka Asisten Wedana/Kepala Ketjaman jang bersangkutan berwenang untuk Pendjerahkannja kepada seorang atau beberapa orang penggarap tambak dengan perdjanjian bagi hasil. Didalam hal ini maka pada azasnja mereka jang biasa menggarap tambak tersebut akan diutamakan.

(2) Djika pemilik tambak tersebut pada ajat 1 pasal ini tidak bersedia untuk menerima bagiannja sebagai jang ditetapkan menurut ketentuan dalam peraturan jang dimaksudkan dalam pasal 3 dan 4 atau 5, maka setelah dikurangi dengan biaja2 jang mendjadi beban pemilik,bagian pemilik tambak itu oleh penggarap tambak disimpan pada Koperasi Tani dan Nelajan setempat atas nama dan biaja pemilik tersebut.

Page 197: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

219 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

BAB VIII KESEDJAHTERAAN NELAJAN PENGGARAP, PENGGARAP TAMBAK DAN BURUH PERIKANAN

Pasal 15

(1) Di daerah2 dimana terdapat usaha2 perikanan, baik perikanan laut maupun perikanan darat, harus diusahakan berdirinja koperasi2 perikanan jang anggota2nja terdiri dari para nelajan penggarap,penggarap tambak,buruh perikanan,pemilik tambak dan nelajan pemilik.

(2) Koperasi2 perikanan tersebut pada ajat 1 pasal ini bertudjuan untuk memperbaiki taraf hidup para anggotanja dengan menjelenggarakan usaha2 jang meliputi baik bidang produksi maupun jang langsung berhubungan dengan kesedjahteraan para anggota serta keluarganja.

Pasal 16

(1) Tiap nelajan pemilik wadjib member perawatan dan tundjangan kepada para nelajan penggarap jang

menderita sakit, jang disebabkan melakukan tugasnja dilaut atau mendapat ketjelakaan di dalam melakukan tugasnja.

(2) Djika kedjadian jang dimaksudkan pada ajat 1 pasal ini mengakibatkan kematian, maka nelajan pemilik jang bersangkutan wadjib memberi tundjangan jang lajak kepada keluarga jang ditinggalkannja.

(3) Oleh pemerintah diadakannja peraturan tentang penjelenggaraan ketentuan2 dalam pasal ini.

BAB IX PEMASARAN HASIL USAHA PERIKANAN

Pasal 17 Pemasaran hasil usaha penangkapan dan pemeliharaan ikan, baik perikanan laut maupun

perikanan darat dilakukan menurut tjara dan dengan harga jang disetudjui bersama oleh nelajan pemilik/pemilik tambak dan nelajan penggarap /penggarap tambak.

BAB X

PENGAWASAN DAN PENJELESAIAN PERSELISIHAN Pasal 18

(1) Oleh Menteri Perikanan diadakan ketentuan2 lebih landjut tentang penjelenggaraan ketentuan2

undang2 ini dan tjara2 pelaksanaan pengawasannja. (2) Di dalam menjelenggarakan pengawasan jang dimaksudkan dalam ajat 1 pasal ini di ikutsertakan pula

organisasi2 tani dan nelajan jang mendjadi anggota Front Nasional setempat.

Pasal 19

(1) Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam pasal 13, maka perselisihan2 jang timbul didalam melaksanakan ketentuan2 Undang-undang ini dan peraturan2 pelaksanaannja diselesaikan setjara musjawarah oleh fihak2 jang berselisih bersama2 dengan Panitia Landform Desa mengenai perikanan darat atau suatu Panitia Desa jang akan dibentuk djika mengenai perikanan laut.

(2) Djika dengan tjara demikian tidak dapat diperoleh penjelesaian,maka soalnja diadjukan depan Panitia Landform Ketjamatan djika mengenai perikanan laut, untuk mendapat kepuasan.

(3) Terhadap keputusan Panitia tersebut pada ajat 2 pasal ini dapat dikatakan banding kepada Panitia Landform Daerah Tingkat II jang bersangkutan, djika mengenai perikanan darat atau suatu Panitia Daerah Tingkat II jang akan dibentuk djika mengenai Perikanan Laut.

(4) Chusus untuk keperluan penjelesaian perselisihan sebagai jang di tambah dengan pendjabat dari Dinas Perikanan Darat jang bersangkutan dan paling banjak 3 orang wakil organisasi2 tani dan nelajan jang ditundjuk oleh Front Nasional setempat, djika mereka itu dalam susunan Panitia sekarang ini belum mendjadi anggota tetap.

Page 198: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

220 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

BAB XI KETENTUAN PIDANA DAN LAIN-LAIN

Pasal 20

Dipidana dengan hukuman kurungan selama-lamanja 3 (tiga) bulan dan denda sebanjak-banjaknja Rp. 10.000,- ( sepuluh ribu rupiah ) karena akan pelanggaran. a. Nelajan pemilik atau pemilik tambak jang mengadakan perdjanjian bagi hasil dengan sjarat2 jang

mengurangi ketentuan dalam pasal 3 dan 4 penetapan Pemerintah daerah jang dimaksudkan dalam pasal 5,

b. barangsiapa melanggar larangan jang dimaksudkan dalam pasal 8 ajat 3, c. nelajan pemilik atau pemilik tambak jang melanggar larangan jang dimaksudkan dalam pasal 19 ajat 1. d. Barang siapa mendjadi perantara antara nelajan pemilik dan nelajan penggarap atau pemilik tambak

dan penggarap tambak, dengan maksud untuk memperoleh keuntungan bagi dirinja sendiri.

Pasal 21

(1) Undang-undang ini dapat disebut “Undang-undang bagi hasil perikanan”. (2) Undang-undang ini mulai berlaku pada hari diundangkan.

Agar supaja setiap orang dapat mengetahuinja memerintahkan pengundang Undang-undang ini

dengan penetapan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Djakarta, Pada tanggal…………………

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

(SUKARNO )

Diundangkan di Djakarta Tanggal…………….. MENTERI/SEKRETARIS NEGARA ( MOCH. ICHSAN )

Lembaran Negara Tahun……………No….. RUU termaktub diatas disetudjui oleh DPR GR Dalam rapat paripurna terbuka ke-27 pada hari Sabtu tanggal 18 Djuli 1964 di Djakarta,-

Pimpinan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong

Menteri/wakil Ketua

(H.A. Sjaichu)

Sekretaris Rapat Dr. Mohd Ali Boy)

Page 199: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

221 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

PENDJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG NO….. TAHUN 1960 TENTANG BAGI HASIL PERIKANAN

_______________________________________________________

PENJELASAN UMUM I. TUDJUAN UNDANG2 BAGI HASIL PERIKANAN

1. Sebagai salah satu usaha menudju kearah terwudjudnja masjarakat sosialis Indonesia pada umumnja chususnja untuk meningkatkan taraf hidup para nelajan penggarap dan penggarap tambak serta memperbesar produksi ikan, Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara didalam Ketetapannja No. III/MPRS/1960 dan Resolusinja No. I/MPRS/1963 memerintahkan supaja diadakan Undang-undang jang mengatur soal usaha perikanan jang diselenggarakan dengan perdjanjian bagi hasil. Undang-undang ini merupakan realisasi daripada pemerintah MPRS tersebut.

2. Sebagaimana ditentukan dalam pasal 12 ajat 1 Undang-undang pokok Agraria segala usaha bersama dalam lapangan agrarian, djadi termasuk djuga usaha perikanan, baik perikanan laut maupun perikanan darat, haruslah diselenggarakan berdasarkan kepentingan bersama dari semua fihak jang turut serta, jaitu baik nelajan pemilik dan pemilik tambak jang menjediakan kapal/perahu, alat2 penangkapan ikan dan tambak maupun para nelajan penggarap dan penggarap tambak jang menjumbangkan tenaganja, hingga mereka masing-masing menerima bagian jang adil dari hasil usaha tersebut. Pengusahaan perikanan atas dasar bagi hasil dewasa ini masih diselenggarakan menurut ketentuan2 hukum adat setempat,jang menurut ukuran sosialisme Indonesia belum memberikan dan mendjamin bagian jang lajak bagi para nelajan penggarap dan penggarap tambak. Berhubung dengan itu, maka pertama-tama perlu diadakan ketentuan untuk menghilangkan unsure-unsur perdjanjian bagi hasil jang bersifat pemerasan, hingga dengan demikian semua fihak jang turut serta dalam usaha itu mendapat bagian jang sesuai dengan djasa jang disumbangkannja. Dengan memberikan djaminan jang demikian itu, maka disamping perbaikan taraf hidup para nelajan penggarap dan penggarap tambak jang bersangkutan, diharapkan pula timbulnja perangsang jang lebih besar didalam meningkatkan produksi ikan. Dalam pada itu hal tersebut tidaklah berarti, bahwa kepentingan dari para pemilik kapal/perahu, alat2 penangkapan ikan dan tambak akan diabaikan.Usaha perikanan, terutama perikanan laut, memerlukan pemakaian alat2 jang memerlukan biaja pemeliharaan serta perbaikan danjang pada waktunja bahkan harus diganti dengan jang baru. Menetapkan imbangan bagian jang terlalu ketjil bagi golongan pemilik biasa berakibat, bahwa soal pemeliharaan dan perbaikan serta penggantian alat-alat tersebut akan kurang mendapat perhatian atau diabaikan sama sekali. Hal jang demikian pula berpengaruh tidak baik terahdap produksi ikan pada umumnja. Berhubung dengan itu para pemilik tersebut harus pula mendapat bagian jang lajak, dengan pengertian bahwa dengan demikian ia berkewadjiban pula untuk menjelenggarakan pemeliharaan dan perbaikan sebagaimana mestinja.

3. Dalam pada itu perbaikan taraf hidup para nelajan penggarap dan penggarap tambak tidak akan dapat tertjapai hanja dengan memperbaiki sjarat2 perdjanjian bagi hasil sadja. Untuk itu usaha pembentukan koperasi2 perikanan perlu dipergiat dan lapangan usaha serta keanggotaannja perlu pula diperluas. Keanggotaan koperasi tersebut harus meliputi semua orang jang turut serta dalam usaha usaha perikanan itu, djadi baik para nelajan penggarap,penggarap tambak,buruh perikanan maupun nelajan pemilik dan pemilik tambak. Lapangan usaha koperasi perikanan hendaknja tidak terbatas pada soal produksi sadja, misalnja pembelian kapal-kapal/perahu2 dan alat-alat penangkapan ikan, pengolahan hasil ikan serta pemasarannja, tetapi harus djuga meliputi soal kredit serta hal2 jang menjangkut kesedjahteraan para anggota dan keluarganja. Misalnja usaha untuk mentjukupi keperluan sehari2, menjelenggarakan dana ketjelakaan,kematian dan lain2nja. Dengan demikian maka mereka itu dapatlah dilepaskan dan dihindarkan dari praktek2 para pelepas uang, tengkulak dan lain2nja jang dewasa ini sangat meradjalela dikalangan usaha perikanan terutama perikanan laut.

II. PENGATURANNJA 1. Menurut hukum adat jang berlaku sekarang ini tidak terdapat keseragaman mengenai imbangan

besarnja bagian pemilik pada satu fihak dan para nelajan penggarap serta penggarap tambak pada satu fihak serta kapal /perahu dan tambak jang akan dibagi hasilkan pada lain di hak, djuga oleh rupa2 faktor lainnja. Diantaranja ialah penentuan tentang biaja2 apa sadja jang mendjadi beban

Page 200: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

222 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

bersama dan apa jang dipikul oleh mereka masing2.mengenai perikanan darat ditambak, letak,luas dan keadaan kesuburan tambaknja serta djenis ikan jang dihasilkan merupakan factor pula jang menentukan imbangan bagian jang dimaksudkan itu. Djika tambaknja subur maka bagian pemiliknja lebih besar daripada bagian pemilik tambak jang kurang subur. Mengenai perikanan laut, matjam kapal/perahu dan alat2 serta tjara penangkapan jang dipergunakan merupakan pula factor jang turut menentukan besarnja imbangan itu. Bagian seorang pemilik kapal motor misalnja, adalah lebih besar imbangan persentasinja, djika dibandingkan dengan seorang pemilik perahu lajar. Hal itu disebabkan karena biaja eksploitasi jang harus dikeluarkan oleh pemilik motor itu lebih besar lagi pula hasil penangkapan seluruhnja lebih besar, hingga biarpun imbangan persentasi bagi para nelajan penggarap lebih ketjil, tetapi hasil jang diterima sebenarnja oleh mereka masing2 adalah lebih besar djika dibandingkan dengan hasil para nelajan penggarap jang mempergunakan kapal/perahu lajar.

2. Berhubung dengan itu didalam Undang-undang ini bagian jang harus diberikan kepada para nelajan penggarap dan penggarap tambak sebagai jang tertjantum padal 3, ditetapkan atas dasar imbangan didalam pembagian beban2 dan biaja2 usaha sebagai jang tertjantum dalam pasal 4. Didaerah2 dimana pembagian beban2 dan biaja2 itu sudah sesuai dengan apa jang ditentukan didalam pasal 4, maka tinggal peraturan tentang pembagian hasil sadjalah jang harus disesuaikan, jaitu djika menurut kebiasaan setempat bagian para nelajan penggarap atau penggarap tambak masih kurang dari apa jang ditetapkan dalam pasal 3. Djika bagian mereka sudah lebih besar dari pada jang ditetapkan dalam pasal 3,maka aturan jang lebih menguntungkan fihak nelajan penggarap atau penggarap tambak itulah jang harus dipakai ( pasal 5 ajat 1 ).

3. Dengan pengaturan jang demikian itu maka ketentuan2 tentang bagi hasil jang dimuat dalam Undang-undang ini dapat segera didjalankan setelah Undang-undang ini mulai berlaku, dengan tidak menutup sama sekali kemungkinan untuk mengadakan penjesuaian dengan keadaan daerah, djika hal itu memang sungguh2 perlu ( pasal 5 ajat 2 ).

4. Mengenai perikanan daerah hanja diberi ketentuan2 tentang penjelenggaraan bagi hasil tambak, jaitu genangan air jang dibuat oleh orang sepandjang pantai untuk memeliharaan ikan, dengan mendapat pengairan jang teratur. Usaha pemeliharaan ikan diempang2 air tawar dan lainnja tidak terkena Undang-undang ini oleh karena umumnja tidak dilakukan setjara bagi hasil, tetapi dikerdjakan sendiri oleh pemiliknja. Kalau ada pemeliharaan jang dilakukan setjara bagi hasil, maka hal itu hanja mengenai kolam2 jang tidak luas. Kalau ada sawah jang dibagi hasilkan dan selain ditanami padi djuga diadakan usaha pemeliharaan ikan, maka soalnja diatur menurut Undang-undang No. 2 tahun 1960 tentang Perdjanjian Bagi Hasil Pertanian.

PENDJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 huruf a : Dalam pengertian ikan termasuk laut lainnja, ketjuali mutiara jang pengambilannja

memerlukan izin chusus dari Menteri Perikanan. huruf b : Kapal/perahu, alat2 penangkapan ikan lainnja dan tambak jang dibagi hasilkan tidak perlu

dikuasai oleh nelajan pemilik dan pemilik tambak dengan hak milik, Penguasaan itu dapat pula didasarkan atas hak persewaan atau hak guna usaha. Sero dan kelong (djermal) jang dipergunakan untuk menangkap ikan termasuk dalam pengertian “alat penangkapan ikan”.

huruf c : Orang2 jang menjediakan tenaganja dalam usaha penangkapan ikan laut sebagai suatu kesatuan ( “unit”) disebut “nelajan penggarap”, jang sebagai kesatuan pula akan membagi hasil dari usaha itu dengan nelajan pemilik. Berapa orang jang turut serta sebagai satu kesatuan itu tergantung pada matjam kapal/perahu dan alat2 serta tjara2 penangkapan jang dipergunakan. Ada kalanja hanja 2 atau 3 orang, ada kalanja samapi 20 orang.

Seringkali seorang nelajan pemilik turut serta kelaut sebagai djurumudi, didalam hal jang demikian nelajan pemilik itu djuga termasuk dalam golongan nelajan penggarap. Ia akan menerima bagian dari hasil usaha itu baik sebagai nelajan pemilik maupun sebagai salah seorang nelajan penggarap.

huruf e : Hubungan dengan sjarat2 jang ditentukan didalam pasal 6 : huruf f : Tambak harus mendapat pengairan jang teratur. Ini mengandung arti, bahwa pada waktu2

tertentu menurut kehendak pengusahaannja air dari saluran dapat dimasukkan kedalam

Page 201: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

223 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

atau dikeluarkan dari tambak, sehingga pintu air jang tjukup rapat dan kuat merupakan bagian jang mutlak dari tambak. Oleh karenanja maka pemilik tambak dan penggarap tambak pada waktu memulai dan mengachiri perdjanjian bagi hasil berkewadjiban untuk menjerahkan tambak jang bersangkutan dengan pintu airnja dalam keadaan jang mentjukupi untuk keperluannja.

huruf i : Dalam golongan ini termasuk udang, ketjuali kalau udang itu memang sengadja dipelihara danbenihnja dibeli. Didalam hal jang demikian udang digolongkan sebagai ikan pemeliharaan.

Pasal 3 s/d 5 Beaja perbekalan untuk para penggarap selama dilaut jang mendjadi tanggungan bersama, adalah mengenai kapal motor . Mengenai ketentuan dalam pasal 4a angka 2 huruf b perlu ditambahkan bahwa rumah/tempat tinggal penggarap tambak jang dipergunakan sebagai tempat pendjagaan, adalah mendjadi beban pemilik tambak, sedang mengenai ketentuan dalam pasal 4 angka 2 huruf c perlu ditambahkan pendjelasan, bahwa pada umumnja untuk melaksanakan kewadjibannja itu penggarap tambak biasanja menjediakan sendiri alat2 baru, maka berhubung dengan mahalnja harga alat2 tersebut sekarang ini, pembeliannja dapat dilakukan bersama-sama dengan pemilik tambak. Djika dikemudian hari penggarap tambak itu tidak lagi menggarap tambak jang bersangkutan,maka akan diadakan perhitungan.

Pasal 6 : Pensjaratan sebagai jang ditetapkan didalam pasal ini dimaksudkan agar manfaat jang diperoleh dari ketentuan Undang-undang ini benar2 akan djatuh kepada para penggarap tambak jang sebenarnja dan bukan kepada orang-orang jang bertindak sebagai perantara antara pemilik tambak dan penggarap, sedang pada kenjataannja tidak menggarap sendiri tambak jang bersangkutan. Pembatasan luas tambak garapan dimaksudkan, selain untuk mentjaga masuknja golongan perantara, djuga untuk member kesempatan kepada orang-orang lain agar djuga bisa mendjadi penggarap tambak.

Pasal 7 : Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan djaminan kepada para nelajan penggarap dan penggarap tambak bahwa mereka dapat membagi hasil selama waktu jang tjukup lama dan kemudian setelah djangka waktu perdjanjiannja berachir akan kembali menjadi nelajan penggarap dan penggarap tambak dan akan terdesak oleh orang lain.

Didalam Panitia jang dimaksudkan dalam ajat 4 huruf b akan diikut sertakan wakil-wakil dari organisasi2 tani dan nelajan jang ditundjuk oleh Front Nasional setempat. Pendjelasan berlaku djuga terhadap ketentuan pasal 19.

Kiranja sukar untuk merumuskan dengan tegas apa jang dimaksudkan dengan pengertian “keadaan baik” jang ditentukan dalam ajat 5. Tetapi pada umumnja dapatlah dikatakan bahwa kapal/perahu, alat2 penangkapan ikan dan tambak itu harus dikembalikan kepada nelajan pemilik dan pemilik tambak dengan keadaan jang tidak merugikan meraka, tidak terdjadi kerusakan2 jang disebabkan karena kelalaian atau sengadja ditimbulkan oleh nelajan penggarap atau penggarap tambak. Dalam konkretnja hal itu tergantung pada keadaan dan ukuran setempat. Djika tentang hal ini terdjadji perselisihan maka berlakulah ketentuan pasal 19.

Pasal 8 : Dibeberapa daerah berlaku kebiasaan, bahwa untuk memperoleh kesempatan mengusahakan tambak dengan perdjanjian bagi hasil, tjalon penggarapnja diharuskan membajar uang atau memberikan benda tertentu kepada pemilik tambak. Djumlah uang atau harga barang itu ada kalanja sangat tinggi. Oleh karena hal itu tidak hanja merupakan beban tambahan bagi penggarap tambak, melainkan lebih2 merupakan bentuk pemerintah terhadap golongan jang ekonominja lemah, maka pemberian sematjam itu dilarang. Jang dimaksudkan dengan “unsur2 idjon” dalam ajat 3 adalah : c. Pembajarannja dilakukan sebelum penangkapan ikan lautnja selesai atau sebelum

tambaknja dapat dipanen dan d. Bunganja sangat tinggi.

Page 202: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

224 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Dalam pada itu perlu ditegaskan,bahwa ketentuan dalam pasal 8 ajat 3 dan 4 ini tidak mengurangi kemungkinan diadakan utang-piutang setjara jang wadjar dengan bunga jang lajak. Pembelian ikan ditengah laut ( “menghadang”), selain dilarang menurut peraturan, seringkali disertai djuga sisitim idjon.

Pasal 9 : Dalam Undang-undang Pokok Agraria telah ditentukan, bahwa hak sewa dan gadai atas tanah pertanian merupakan hak jang bersih, sementara dan harus diusahakan hapusnja dalam waktu singkat. Menurut kenjataannja sewa menjewa dan gadai menggadai tambah itu djarang sekali terdjadi. Berhubung dengan itu maka sepandjang mengenai tambak ketentuan undang-undang poko Agraria tersebut dapat direalisasikan sekarang, dengan mengadakan larangan sebagai ditentukan dalam pasal ini. Dalam pada itu untuk biaja memenuhi rukun islam jang kelima sewa menjewa atau gadai menggadai tambak itu masih diperbolehkan, tetapi untuk waktu jang terbatas ( misalnja 2 atau 3 tahun ).

Ketentuan dalam ajat 2 dan 3 diperlukan untuk melindungi penjewa tambak, pun untuk tidak terlalu merugikan setjara langsung fihak jang menggadai tambak pada waktu Undang-undang ini mulai berlaku.

Pasal 10 : Untuk menampung kemungkinan dan usaha2 jang hendaknja menghindarkan diri kita dari ketentuan tentang tjara bagi hasil jang diatur didalam Undang-undang ini dan untuk menjalurkan para nelajan dan penggarap tambak untuk berusaha setjara wadjar demi peningkatan produksi perikanan, diadakanlah ketentuan dalam pasal ini, hingga tidak perlu digunakan tjara2 jang terlarang.

Pasal 11 : Tidak memerlukan pendjelasan. Pasal 12 : Tidak memerlukan pendjelasan. Pasal 13 dan 14 : Menurut pengertian sosialisme Indonesia maka setiap “pemilikan” mempunjai funksi

social. Mengenai tanah hal itu ditegaskan dalam pasl 6 Undang-undang Pokok Agraris. Menurut pengertian itu maka setiap alat jang dapat dipergunakan dalam bidang produksi tidak boleh sengadja dibiarkan tidak terpakai hingga mendjadi tidak produktip. Pengertian tersebut berlaku djuga terhadap kapal/perhau, alat2 penangkapan ikan dan tambak, jang harus diabdikan pula bagi hasil.

Pasal 15 : Sudah didjelaskan didalam Pendjelasan Umum. Pasal 16 : Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan djaminan2 sosial jang lajak bagi para nelajan

penggarap,jang karena sifat pekerdjaannja dilaut sering menghadapi bahaja. Pasal 17 : Ketentuan ini dikamksudkan agar supaja masing2 fihak tidak dirugikan. Usaha penangkapan

dan pemeliharaan ikan itu adalah suatu usaha bersama jang didasarkan atas kepentingan bersama, demikian pasal 2. Soal pemasaran hasil ikan adalah jang sangat penting, oleh karenja harus diselenggarakan atas dasar persetudjuan kedua belah pihak.

Pasal 18 : Pengawasan atas pelaksanaan ketentuan Undang-undang ini, baik jang bersifat preventif maupun represip dapat diserahkan kepada para pedjabat setempat, terutama Dinas Perikanan Laut dan darat, djuga kepada koperasi2 perikanan, organisasi tani dan nelajan setempat dan lain2 instansi jang dipandang perlu.

Pasal 19 : KEtentuan ini dimaksudkan untuk mempertjepat dan menjederhanakan penjelesaian perselisihan2 jang timbul didalam melaksanakan Undang-undang ini.

Pasal 20 : Tidak memerlukan pendjelasan.

Page 203: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

225 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Pasal 21 : Dengan berlakunja Undang-undang ini, jang dapat disebut Undang-undang bagi hasil

perikanan, maka Undang-unadng No. 2 tahun 1960 tentang Perdjanjian Bagi Hasil sebaiknja disebut “Undang-undang Bagi Hasil pertanian.

Tambahan Lembaran Negara Tahun………………..No. ………………………….. Sekretaris rapat Mengetahui

Menteri/Wakil Ketua

DPR GR, ( Dr. Mohd. Ali boy ) ( H.A. Sjaichu)

Page 204: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

226 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Salinan

Nomor : 01/2340/DPRGR/1964 Djakarta, 11 Agustus 1964 Lamp : 3 (tiga) Exempl. Hal : Pengesahan Rantjangan

Undang-undang. K e p a d a. 1. J.M. Wakil Perdana Menteri I 2. J.M. Wakil Perdana Menteri II 3. J.M. Wakil Perdana Menteri III 4. J.M. Menko Kompartemen Pembangunan 5. J.M. Menko Komp. Pembangunan/Pertanian dan

Agraria. 6. J.M. Menteri Perikanan Darat/Laut 7. J.M. Menteri Penghubung MPR/DPR/DPA di.

J A K A R T A

AMAT SEGERA

Bersama ini disampaikan dengan hormat untuk diketahui dan/atau dipergunakan seperlunja salinan surat kami kepada P.J.M. Presiden No.A1.01/K/2339/1964 tanggal 11 Agustus 1964 beserta lampirannja tentang pengesahan :

Rantjangan Undang-undang tentang bagi hasil perikanan mendjadi Undang-undang, setelah diadakan perubahan-perubahan.

P I M P I N A N

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG MENTERI/WAKIL KETUA;

Ttd.

H.A. Sjaichu

Tembusan : 1. Kabi II 2. Kaba Tuper 3. Sek Bidang III 4. Komisi D

Page 205: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

227 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Salinan

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT Diterima tgl 9-9-64 GOTONG ROJONG Agno.1279 Nomor : 03/K/2624/DPRGR/1964 Jakarta, 8 September 1964 Lamp : 3 (tiga) Exempl. Hal : Pengesahan Rantjangan

Undang-undang. K e p a d a. 1. J.M. Wakil Perdana Menteri I 2. J.M. Wakil Perdana Menteri II 3. J.M. Wakil Perdana Menteri III 4. J.M. Menko Kompartemen Pembangunan 5. J.M. Menko Komp. Pembangunan/Pertanian dan

Agraria. 6. J.M. Menteri Perikanan Darat/Laut 7. J.M. Menteri Penghubung MPR/DPR/DPA di.

J A K A R T A

AMAT SEGERA

Bersama ini kami sampaikan dengan hormat tjatatan singkat rapat rapat Komisi “p” (Kompartimen Pembangunan) untuk diketahui dan dipergunakan sebagai bahan pembirjtaraan dalam rapat-rapat kerdja dengan Komisi “I” (Kompartemen Pembangunan Pertanian & Agraria) jang akan datang.

Perlu kiranja diterangkan, bahwa J.M. Menko dan para Menteri lainnja dalam rapat kerdja Komisi “p” pada waktu itu dan mendjandjikan akan memberikan djawaban atas pertanjaan-pertanjaan tersebut dalam rapat-rapat kerja jang akan datang.

Selandjutnja kami mengharap dengan hormat kesediaan Jang Mulia untuk mengirimkan kembali keadaan Sekretariat DPR-GR satu lembar tjatatan singkat tsb. Setelah diadakan koreksi jang dianggap perlu.

P I M P I N A N DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG;

u.b; Sekretaris Umum

t.t.d. (Djoko Soemarjono S.H)

TEMBUSAN : Dengan lampiran 1 (satu) Disampaikan kepada :

1 Menteri Penghubung MPR/DPR/DPA 2 Penghubung Menko Komp. Pembangunan 3 Penghubung Dep. Pertanian 4 Penghubung Dep. Agraria 5 Penghubung Dep. Perkebunan 6 Penghubung Dep. Kehutanan 7 Penghubung Dep. Perikanan

Page 206: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

228 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Disampaikan dengan hormat kepada para Anggota Komisi D untuk mendapat koreksi seperlunja. Bila ada perubahan,

di harap selekas mungkin disampaikan kepada Sekretariat Komisi D. -----------------------------------------------------------------------------------------

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG TJATATAN SINGKAT

KOMISI D (KOMPARTEMEN PEMBANGUNAN)

Rapat ke-23/Persidangan ke-IV th. 1963/1964 Rapat Kerdja ke-5. Dengan J.M. Menko Kompartemen Pembangunan Pertanian dan

Agraria J.M. Menteri-Menteri dalam Kompartemen tersebut serta sifat. Stafnja. Pada hari Senen tanggal 29 Djuni 1964 dimulai djam 09.30 dan diachiri djam 13.30.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ PIMPINAN RAPAT : Kolonel (U) Achmad Soemadi PANITERA : Abdul Aziz, Mochtar Subekti, Usman Effendi dan Muljanto. A T J A R A : 1. Perkenalan. 2. Melandjutkan pemeriksaan persiapan mengenai R.U.U. tentang bagi hasil perikanan. H A D I R : 24 dari 47 orang anggota ialah;

WAKIL PEMERINTAH :

1. Sadjarwo S.H. Menko Kompartemen Pembangunan dan Agraria/Menteri Pertanian

2. Drs. Frans Seda Menteri Perkebunan 3. Komodor Laut Hamzah A. Menteri Perikanan 4. Sudjarwo Menteri Kehutanan 5. Hermanses S.H. Menteri Agraria 6. Staf Menteri

Rapat dibuka pada djam 09.30

Ketua : mengutjapkan banjak terima kepada J.M. Menko dan para J.M. Menteri baru serta stafnja,

dan para anggota Komisi jang telah menghadiri rapat kerdja hari ini. Diterangkan oleh Ketua bahwa atjara rapat kerdja ini ialah pertama-tama perkenankan antara para

anggota Komisi D dengan J.M. para Menteri2 jang baru, dan setelah itu Komisi akan mendengarkan keterangan2 dari J.M. Menko dan Menteri2 jang baru tentang Kompartemen Pembangunan Pertanian dan Agraria.

Setelah selesai dengan atjara pertama dan istirahat, kemudian menurut rentjana akan dilandjutkan dengan pembahasan R.U.U. tentang bagi hasil Pertanian.

1. Achmad Soemadi, Kol (U) 13. Herman Mu’tashim 2. K a s i m 14. Husein Kartasasmita 3. Sutarno Djatikusumo 15. I d h a m 4. Abdullah 16. Josotaruno Ichsan Noor 5. Amung Amran 17. Masjkur, K.H. 6. Andi Mattalata, Kolonel 18. Ridwan Sjahroni, H 7. Bachtiar Salim Haloho 19. Soesilo Prawirosoesanto 8. B i l i, S.D 20. Sudarman, Nj.S.M. 9. Brodjotruno, M 21. Suhaimi Rachman 10. Busroh, Lt.I (U) Moch. 22. Thaher S.M. 11. Hartojo Prawirosudarmo 23. Pulung Djunaidi 12. Hasan Kasim, Kolonel 24. Mooy. Chr. J.

Page 207: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

229 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Sebagai perkenalan, Ketua meberitahukan kepada Menteri2 baru, bahwa Komisi D ini dipimpin oleh 5 orang ialah :

1. Achmad Sumadi, Kol.(U). dari Golongan Karya sebagai Ketua. 2. Notosukardjo, dari Golongan Nasionalis sebagai Wakil Ketua. 3. H. Nunung Kusnadi, dari Golongan Islam sebagai Wakil Ketua. 4. K a s i m, dari Golongan Komunis sebagai Wakil Ketua. 5. Sutarno Djatikusumo dari Golongan Karya sebagai Wakil Ketua.

Dalam Komisi D ada empat Kelompok ialah :

a. Kelompok I meliputi tugas2 Dep. Perdatam dan Deperindra. b. Kelompok II meliputi tugas2 Dep. Pertanian/Agraria (sebelum ada Kompartimen bangunan,

Pertanian/Agraria). c. Kelompok III meliputi tugas2 Dep. P.U.T dan Perburuhan. d. Kelompok IV meliputi tugas2 Dep. Rescarsch Nasional, Dep. Ur. Veteran dan Demobilisan, dan

Bappenas.

Selandjutnja setelah Ketua memperkenalkan para anggota Komisi D kepada Menteri2 baru, kemudian mempersilahkan J.M. Menko Kompartemen Pembangunan dan Agraria untuk meberikan keterangan-keterangannja.

J.M. Menko Kompartemen Pembangunan Pertanian dan Argraria mengutjapkan terima kasih, dan

djuga teima kasih atas nama rekan2nja jang pada hari ini setjara fokus diundang untuk mengadakan perkenalan dengan Komisi D.

Kemudian kepada Komisi D diperkenalkan oleh J.M. Menko, Menteri2 baru jang duduk dalam Komp. Pembangunan Pertanian dan Agraria sebagai berikut:

1. Sadjarwo S.H. sebagai Menko Kompag/Menteri Pertanian. 2. Drs. Frans Seda sebagai Menteri Perkebunan. 3. Kom. Laut Hamzah sebagai Menteri Perikanan. 4. Sudjarwo sebagai Menteri Kehutanan. 5. Hermanses S.H. sebagai Menteri Agraria.

Setelah selesai memperkenalkan para J.M. Menteri2 baru dikemudian J.M. memberikan keterangan,

jang lengkapnja adalah sebagai berikut: Saudara Ketua jang terhormat, perkenalkanlah saja pada kesempatan dapat dengan Komisi “D”,

setelah ada perobahan Kabinet, dan setelah memperkenalkan para Menteri2 baru, memperkenalkan Kompartimen Baru jang disebut : Kompartemen bangunan Pertanian dan Agraria (Kompag).

Sesuai dengan Amanat PJM Presiden dalam pelantikan para Menteri dalam Kompartemen Pembangunan Pertanian dan Agraria, maka garis kebidjaksanaan Kompag.di...meperbesar, mempercepat, serta menintensifkan pembangunan dibidang Pertanian dan Agraria chususnja pangan dalam ranka kebidjaksanaan umum dari Pemerintah. Ini berarti mentjari efficiensy baik dalam specialisasi dan decooonentrasi maupun dalam pembinaan tenaga-tenaga produktip dan penjempurnaan aparat/organisasi. Pembangunan Pertanian dan Agraria ditudjukan untuk mempervedar produksi pangan, sehingga dengan perintah PJM Presiden, tahun 1965 ini dibidang pangan kita sudap dapat swasembada, berdiri atas kaki kita sendiri dan menjetop impor. Bersamaan itu produksi bahan-bahan ekspor pertanian, bahan2 sandang dan bahan2 industri pertanian harus diperbesar djuga; pelaksanaan Landreform harus diperhebat. Volume ekspor, baik kuantitatip harus dinaikkan. Dalam rangka konfrontasi dengan “Malaysia” jang makin meningkat, maka kita telah memberikan economic-black tamparan ekonomi, baik jang berupa usaha upgrading hasil2 ekspor di Indonesia sendiri meninggalkan pasaran Singapur, maupun penguasaan2 Perusahaan “Malaysia”.

Saudara Ketua jth. Disamping usaha2 peningkatan produksi dan ekspor jang sifat intensifikasi, maka penggunaan recourrces/sumber2 kekajaan alam baru mendapat perhatian jang chusus, jaitu chusunja dibidang perikanan dan bidang kehutanan. Sedang pembukaan tanah2 baru untuk pertanian dan peternakan dilandjutkan untuk djamin produksi pangan setjara continu dan produksi bahan2 perdagangan. Dalam melaksanakan production-drive, maka selaim memperhatikan perlengkapan2nja, seperti pupuk, obat2 pemberantasan hama, penjediaan alat2, perbaikan kredit, djuga diusahakan memberikan perangkang jang lajak kepada buruh dan tani sebagai produsen2 tenaga2 produksi, baik dalam bentuk djasa2 produksi maupun dalam bentuk incon jang tjukup redelijk dan seimbang dengan harga2 lain.

Page 208: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

230 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Dalam hal ini, kami dapat kemukakan, bahwa hasil2 Musjawarah Dewan2 Perum. PN PERTANI, disusul dengan Munas Dewan2 Perusahaan-perusahaan Gula dan PPN-2 lainnja, telah memberikan bahan2 dan sumbangan jang sangat berharga untuk memperbaiki Management dan memperbesar produksi.

Saudara Ketua Jth. Dibidang produksi pangan, jang penting ialah adanja penambahan menu rakjat dari beras ke beras dan jagung dll. Bahan makanan carbohydrat. Perobahan menu rakjat itu membawa konsekwensi probahan production pattern dan dan distribution-pattern. Target produksi, setelah diadakan probahan production partern tsb. Adalah :

1964 : padi - 18 djuta ton djagung - 4 “ “ ubi2an - 15 “ “ 1965 : padi - 20 “ “ djagung - 6 “ “ Ubi2an - 15 “ “

Dengan djumlah2 produksi diatas, dan penduduk tahun 1965 sebesar 105 djuta orang dan dengan

dasar pola makan rakjat 160 kg carbohydrat/capita 1 tahun, maka djumlah produksi tsb sudah dapat mentjukupi. Apakah produksi itu dapat merata, sangat bergantung pada daja-beli rakjat dan distribusi dalam arti luas. Dibidang kebutuhan makanan asal dari protein hewani (daging dan ikan) dengan produksi;

1963 perikanan darat - + 400.000 ton. Perikanan laut - + 420.000 ton. Masih djauh belum tjukup; sedangkan keadaan nelajan dan alat2nja masih sangat sederhana, jang perlu ditingkatkan. Dalam rangka peningkatan produksi, chususnja produski pangan, pula dalam pelaksanaan prinsip “tanah untuk tani” maka Landreform harus diperhebat . Pada saat ini kami menjerahkan pimpinan Departemen Agraria kepada Saudara Menteri baru maka, redistribusi tanah telah selesai 274.600 ha, sedangkan Bagi Hasil dengan santice baru jang telah kami keluarkan (Peraturan Menteri Pertanian dan Agraria No.4/1964), pasti akan dapat diselesaikan pada waktunja.

Dalam pelaksanaan Landreform jang begitu sulit ini saja hanja minta pengertian jang wadjar dari Saudara sekalian jth. Saja jakin dengan setjara Musjawarah pasti pelaksanaan gotong rojong antara aparat Pemerintah dan Organisasi Musjawarah pasti pelaksanaan Landreform dan Undang2 Bagi Hasil dapat diperdebat. Saudara Ketua Jth. Pada kesempatan ini, saja ingin kemukakan bahwa Dengan Produksi nasional, jang telah berbentuk dan dimana Saudara2 Ketua2 Komisi D ini duduk djuga didalamnja, sekarang sedang sibuk dalam pembentukan Badan2 Produksi di daerah2 dan di Pusat sendiri oleh 3 Komisi sedang disiapkan perentjanaan dibidang production-drive dan gerakan2 masa jang akan dirapatkan pleno pada tanggal 7 djuli jang akan datang ini.

Saudara Ketua Jth. Dibidang2 Perkebunan, Kehutanan, Perikanan dan Agraria akan diuraikan oleh Saudara2 Menteri2 jbs. Pada kesempatan ini kami mengharapkan kerdjasama jang seerat2nja dan bantuan jang sebesar2nja dengan Komisi D DPRGR. Kami membuka pintu jang se-lebar2 untuk itu, dan bersedia untuk mengadakanmusjawarah2untuk mendapatkan kebulatan dan kekompakan sesuai dengan nama Kompartimen ini. Sekian.

J.M. Menteri Perkebunan Drs. F.X. Frans Seda, terlebih dulu mengharapkan perhatian para Anggota

jang tehormat, bahwa apa2 jang akan dikemukakannja baru sekedar informasi dan belum merupakan keterangan-keterangan jang pasti. Karena beliau sendiri sebagai seorang Menteri baru jang harus memimpin suatu Departemen jang baru pula, tentunja masih memerlukan pemikiran2 mengenai persoalan-persoalan dibidang perkebunan jang dapat dan masih perlu dimusjawarahkan lebih landjut. Ditegaskan lebih landjut, bahwa apa jang akan dikemukakan hanjalah pokok2 setjara garis besar, sedang mengenai angka2 jang eksak dan panning dibidang perkebunan baru dapat disampaikan sesudah beliau selesai mengadakan penindjauan kedaerah2 dalam beberapa waktu jang akan datang ini. Beliau mendjelaskan, bahwa jang termasuk wewenang bidang Departemen Perkebunan ialah semua urusan jang dulu dilakukan oleh Djawatan2 dan Direktorat2 Perkebunan, ialah pengurusan baik perkebunan negara maupun swasta nasional/asing. Mengenai garis kebidjasanaan dibidang perkebunan pada pokoknja, kalah untuk mentjapai effisiensi dan meningkatkan produksi sesuai dengan garis Export-drive dan Production-drive dalam rangka usaha a.l. untuk mendapatkan dan meningkatkan hasil drive. Maka dengan demikian dapatlah kita berdiri diatas kaki sendiri. Dalam hubungan dengan Export dan Production-drive,beliau mendjelaskan, bahwa banjak dihadapi kesulitan2 jang tentunja harus diselesaikan dengan sungguh2. Kesulitan jang tentunja harus diselesaikan dengan sungguh2. Kesulitan2 itu timbul karena adanja unsur2 extrern dan intern.

Page 209: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

231 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Unsur2 tersebut jang mempengaruhi bidang export dan production drive untuk djelasnja dapat dikemukakan antara lain sebagai berikut; 1. Unsur extern

dibidang Produksi : Soal spare parts; bahan baku; pupuk; beras sebagai tjatu bagi buruh (jag pada perus. perkebunan swasta 1 kg beras dinilai sama dg. 1 kg karet kering) bahan2 ini semua dianggap extera, sebab harus diimport sebagai besarnja financiering hutang2 pada masa2 j.l. jang kini menjadi beban; soal alam jg harus dapat dikuasai.

dibidang Export : timbulnja negara2 baru jang djuga mensupply bahan2 jang sama dengan Indonesia (Mis. Dibidang teh India sudah mulai aktip).

2. Unsur intern

dibidang Produksi : Soal iklim “human relation” jg banjak menimbulkan kesulitan2, (maka dalam hal ini fungsi Dewan2 Perusahaan akan merupakan organisasi jang dapat mengembalikan iklim jang baik); juga soal inflasi jang dapat meningkatkan ongkos produksi.

dibidang Export : Pengorganisian dalam soal marketing (diusahakan supaja lebih effisien dan baik daripada jang sudah Tentang soal ini sepandjang jang beliau ketahui telah ada dalam pemikiran2 dikalangan DPRGR.

Dalam hubungan itu, J.M. Menteri menegaskan, bahwa dalam rangka menambah kekhawatiran

produksi dan ekspor akan dititik beratkan soal penelitian dan untuk meninggikan mutu bahan2 akan diintensipkan penelitian dan lembaga2nja akan lebih diintensiipkan daripada jang sudah2.

Mengenai struktur perkebunan beliau menerangkan sbb.; 1. Perkebunan Negara; 2. Perkebunan Swasta Nasional; 3. Perkebunan (swasta) Asing.

Chusus mengenai perkebunan asing milik Inggeris pengawasan dan pengurusan dilakukan secara

chusus (tersendiri) dan lebih konkrit dalam rangka pelaksanaan Dwikora. Sedang mengenai perkebunan asing lainnja pada dewasa ini prinsip nasionalisasi akan dilandjutkan. Djadi letak perbedaan sikap kebidjaksanaan terhadap perkebunan milik asing dan asing Inggris hanyalah dalam taraf pelaksanaannja. Terhadap perkebunan milik swasta nasional oleh Pemerintah perlu diberikan bimbingan dan bantuan jang pelaksanaannja disalurkan melalui OPS. Perkebunan2 ini adalah merupakan unsur komplementer. Mengenai Perkebunan Negara (PPN) pengorganisasian telah dilakukan sedjak bulan Oktober tahun jang lalu, dalam hal ini telah dibentuk SPBU-2 tersendiri masing2 meliputi Karet, Tembakau, gula dan Aneka Tanaman jang pada umumnja menampung pengurusan tanaman2 jang tidak termasuk pada salah satu dari ketiga BPU tsb. Sebagai spesialisasi dibentuk pula PN-2 (didaerah2) dalam lingkungan BPU-nja masing2 jang mengurus kebun2 didaerah. Sedang pemasarannja pada umumnja dilakukan oleh BPU. Dilingkungan BPU Aneka Tanaman telah dibentuk; PN Serat sebagai proses pemetjahan dan spesialisasi jang disamping mengurus:

a. perkebunan serat kota Blitar, b. projek Rami “Purwokerto”, c. projek Kapas “Assembagus,” d. projek Kapas “Sumbawa”.

djuga mengurus : a. perkebunan Sisal “Laras”, b. perkebunan sidal dan Manila “Dolok Ilir”.

Lebih landjut J.M. Menteri mengemukakan pemikiran2 garis kebidjaksanaan chususnja dilingkungan PPN untuk mentjoba melaksanakan pokok2 pikiran jang pernah diusulkan oleh DPR-GR, ialah tentang djaminan keuangan (rupiah), djaminan ongkos produksi dan pemberian incentive serta upah jang lajak; agar dengan demikian para petani dan buruh dapat bekerdja dengan tenang. Akan ditjoba pula penambahan hasil bahan ekspor untuk meningkatkan hasil devisa Negara.

Dalam hubungan itu beliau mengakui pula adanja hasil2 (bahan ekspor) jang didjual setjara lokal. Pendjualan lokal ini memang ada unsur2 jang mengharuskan/memaksa, a.l. berhubung dengan Peraturan “26 Mei” dimana ongkos2 menjadi meningkat, kesulitan2 transport dsb. Dengan adanja djaminan keuangan tersebut diharapkan pendjualan2 setjara lokal itu akan dapat diminimalisir, dan dengan demikian volume

Page 210: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

232 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

ekspor akan dapat ditingkatkan. Achirnja sekali lagi beliau mengemukakan, bahwa apa2 jang dikemukakannja itu hanjalah sekedar

informasi dari pemikiran2nja jang masih perlu dirumuskan lebih landjut. J.M. Menteri Perikanan. Komodor Laut Hamzah, menjatakan bahwa Departemen Perikanan

masih bagu baginja, dan oleh karenanja pada kesempatan ini belum dapat menjadikan angka2 dan soal2 sampai detail, sebagaimana djuga dengan rekan Menteri Perkebunan, maka beliau pada rapat ini hanja akank menjampaikan informasi sadja.

Diterangkan oleh beliau, bahwa maksud pembentukan Departemen perikanan ini ialah untuk mempertinggi produksi ikan dan protein rakjat, dan ini sesuai dengan ketetapan MPRS mengenai bidang perikanan laut dan perikanan darat.

Setelah beliau mengadakan perdjalanan ke Djawa Timur, maka sedikit banjak mempunjai overzicht tentang bidang perikanan ini.

Kesulitan tentan perikanan ini, terutama jang menjangkut para nelajan, ada jang soalnja terletak diluar kekuasaan Departemen Perikanan, misalnja mengenai minjak dan spare-parts lainnja, jang semuanja itu akan mempengaruhi produksi ikan.

Memang sulit pekerdjaan nelajan itu, karena setelah mereka dapat menangkap ikan, timbul kesulitan dalam mendjualnja,ialah dalam mengangkut hasil penangkapannja ketempat2 pendjualan. Karena itu diperlukan kerdjasama dengan Departemen Perhubungan Laut untuk mengangkut hasil penangkapan ikan itu dengan kapal2.

Mengenai perikanan darat memang masih perlu diberikan penerangan2, karena sebetulnja dalam musim panen padi mereka bisa panen ikan dua kali. Sekarang ini hasil perikanan merela hanja tjukup untuk dimakan sadja, perlulah diberikan penerangan supaja sambil menanam pada mereka memelihara ikan.

Selandjunja diterangkan oleh J.M. Menteri, bahwa dengan adanja production sharing dibidang perikanan, maka mudah2an hasil perikanan kita akan naik, dan supaja nanti bisa untuk mengganti padi sebagaimana halnja diluar negeri dimana ikan telah didjadikan hoofvoedsel.

Tentang tambak2 didaerah2 perlu diperbaiki, djuga soal nener perlu mendapat perhatian, umpamanja untuk mengangkut nener dari daerah2 Banjuwangi, Madura dilaut Djawa ketempat2 lain.

Tambak2 di Atjeh memerlukan nener dari Djawa sekarang ini penjelidikan belum mampu untuk membikin nener didarat.Djadi persoalan jang perlu dipetjahkan dalan soal nener ini ialah pengangkutannja.

Mengenai perikanan laut misalnja jang ada di Bagan Si-api2 ditempat2 lainnja2, perlulah kita mengusahakan penjempurnaan alat2 misalnja lampu, djaringan, kain lajar dan sebagainja. Semuanja ini perlu dibiajai. Dan para nelaja pada umumnja tidak mampu;sedangkan tjari ikan untuk konsumsi sadja sudah sukar. Maka dalam hal ini kerdjasama dengan BKTN adalah penting.

Dalam hubungan itu menurut beliau mungkin kita akan mendakan industri lajar sendiri untuk mengurangi pengeluaran devisa.

Selandjutnja diterangkan, bahwa kita akan menudju keperikanan laut jang modern, sesuai dengan ketetapan MPRS. Dalamhal ini akan diadakan kerdja sama dengan negara2 konsumen, mengadakan productif sharing agar bisa dibangun perikanan di Indonesia misalnja disekitar Ambon dan Biak. Djadi sorotan kita ditudjukan kearah itu.

Dalam production sharing itu kita memerlukan kapal2, peralatan mengadakan workshop, pabrik es dan listrik serta scheepshelling perahu2/kapal2 nelajan. Djuga diperlukan keahlian dan ahli2 techologi. Karenanja kita perlu djuga mengadakan pendidikan dibidang itu dari pada production sharing itu nanti bisa untuk devisa dan untuk konsumsi rakjat. Selandjutnja dibidang perikanan laut itu perlu dipikirkan kapal2 pengangkut.

Dengan production-sharing, mudah2an kita akan bisa merehabilitasi pabrik2 es untuk mendjaga (memelihara) overproduksi ikan kita. Kemudian tentang soal funds and forces dengan adanja Bamunas, maka disini bisa untuk financiering rupiahnja. Mengenai soal tempat2 untuk penangkapan2 ikan dalam rangka production sharing itu, tentu kita akan memperhatikan kepentingan2 dari Angkatan Laut.

Demikianlah antara lain keterangan2 dari J.M. Menteri perikanan dan pada penutupnja belau mengharapkan adanja kerdjasama dengan Komisi D.

J.M. Menteri Kehutanan, Sudjarwo, pertama-tama menjampaikan terimakasih atas nama korps

kehutanan atau korps Rimbawan, karena diberi kepertjajaan untuk memanfaatkan hutan untuk kepentingan negara jang akan digali dari hutan2 negara. Beliau jakin tentang bagaimana kajarajanja negara Indonesia ini jang mempunjai potensi jang kuat. Soalnja sekarang ialah, bagaimanakah kita akan memanfaatkan

Page 211: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

233 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

kekajaan itu untuk masjarakat. Dengan penggalian hutan2 negara itu, maka arti keuangan negara akan bertambah besar, dan penggalilan itu bisa diintegrasikan pada masjarakat.

Selandjutnja beliau menerangkan a.l. sebagai berikut: 1. Hutan diluar Djawa.

Hutan2 diluar Djawa ada kira2 60%-90% dari luas daerah Di luar Djawa, Pemerintah akan mengadakan eksploitasi hutan dengan kemungkinan mengadakan pembangunan industri. Eksploitasi diluar Djawa dilakukan pada waktu ini dengan produktion sharing diantaranja dengan Djepang. Selandjutnja nanti bisa diusulkan lebih landjut apakah Pemerintah sendiri ataukah dengan kerdjasama dengan pihak asing jang membutuhkan hasil hutan kita. Menurut beliau berdasarkan pengetahuan jang sedang berdjalan sekarang, maka eksploitasi2 jang sedang didjalankan sekarang ini, diharapkan akan bisa memenuhi target menghasilkan sebanjak 52 % djuta dollar A.S. 2. Hutan di Djawa.

Di Djawa ini terkenal dengan hutan djatinja untuk ekspor dari Sekarang sedang diusahakan mengadakan survey pemasaran diluar negeri Ekspor sudah dimulai tetapi belum seimbang dengan keadaan produksi. Dalam pada itu perlu adanja intensifisikasi dari penggunaan kaju djati untuk keperluan industri.

Bidang selandjutnja jang perlu mendapat perhatian ialah soal sandang jang berupa rayon sutra alam dan untuk kertas industri jang dari kaju2an. Sekarang sedang dilakukan rayon pulp itu; misalnja di Sumatera, Sulawesi, Notog dan tempat2 lain.

Dalam mengusahakan pulp dan rayon diadakan kerdjasama dengan Dept. Perindustrian Dasar, Pertambangan, sedangkan untuk paper diadakan kerdjasama dengan Deperindra. Untuk memenuhi target pola,diperlukan kerdjasama keras. Kemudian perlu dikemukakan tentang kemungkinan djuga diadakan projek sutra alam.

Selandjutnja dalam memanfaatkan tanah2 hutan ini, perlu djuga dimanfaatkan tanah2 gundul didaerah-daerah jang penduduknja mengalami hongeroodeem. Disini perlu diusahakan hutan itu setjara intensif serba guna dan diintegrasikan dalam sosial ekonomi rakjat untuk keperluan masjarakat.

Djuga projek sutra alam akan dapat berhasil baik, mengingat di Djepang jang alamnja kurang baik dapat menghasilkan sampai 50 djuta dollar tiap tahun untuk ekspor. Di Djawa projek ini perlu mendapat perhatian, terutama untuk menampung para penganggur dalam daerah2 jang berpenduduk amat padat.

J.M. Menteri : selandjutnja mengemukakan perluasan aneka industri dari bahan2 hutan. Tanah2

gundul jang ada dalam wilajah kehutanan akan dibangun dengan projek2 industri misalnja pulp dan lainnja. Adapun tanah2 gundul diluar kehutanan jang berupa tegalan akan dihidjaukan dengan tjara multipurpose. Sekarang untuk penghidjauan itu sudah ada panitianja, ialah panitia penjelematan Tanah Air. Kita maklum, bahwa penghidjauan setjara klasik oleh rakjat kurang dimengerti manfaatnja. Tetapi kalau kita didalam menghidjaukan tanah itu, tanah itu menanam tanaman2 jang bernilai tinggi misalnja karet, tjengkeh, kopi dll, jang djuga memenuhi fungsi hutan untuk menahan erosi, dan djuga mendjadi lapangan kerdja rakjat, maka akan lebih menambah inkome bagi masjarakat.

Selain dari pada itu akan ditanaman makanan ternak karena terasa adanja kekurangan makanan ternak itu. Dengan demikian setjara teratur akan dapat diatasi kesulitan makanan ternak.

Soal lain jang mendjadi perhatian Dep. Kehutanan ialah djalan Trans Sumatera jang masuk dalam bidang Kehutanan. Demikian djuga bidang tourisme untuk membuka mata dunia pada keindahan alam dan satwa kita. Demikianlah setjara sepintas lalu persoalan2 jang akan dikerdjakan dan mendapat perhatian Dep. Kehutanan untuk melaksanakan amanat Presiden. Dalam waktu jang singkat Departemen akan memobilisir tenaga membuat landasan pekerdjaannja.

Selandjutnja dapat ditambahkan soal export-drive kaju djati, jang mendjadi betlle nack dalam hal ini ialah masalah kesulitan trans port, karena kaju ini memakan ruangan, sebagaimana tadi diterangkan Pemerintah sedang mengadakan survey pemasaran, dan disamping itu akan mengerahkan fands and forces dalam Negeri. Salah satu usaha Pemerintah untuk memanfaatkan hutan itu ialah dengan mengadakan productions sharing. Menurut rentjana dalam waktu jang pendek akan diatasi kesulitan financieringnja, baik oleh pemerintah maupun dengan masjarakat (melalui Bamunas dan kredit).

Menteri mengulani bahwa jang distress dalam waktu jang akan datang ini ialah soal survey dan soal keuangan serta biaja2 untuk industri.

Kemudian dibidang keamanan, Menteri menerangkan bahwa hutan2 negara kita dipulau Djawa umumnja dilingkungi oleh tegalan2, jang pertanian penduduknja disitu adalah pertanian tegalan. Karena mundunja produksi disitu akibat dari erosi dan bertambahnja penduduk, maka dua faktor inilah jang

Page 212: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

234 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

menjebabkan hutan2 negara diganjang. Bersama2 dengan itu maka supaja diatas tanah2 tegalan itu dibangun industri-industri rakjat jang diintegrasikan dalam projek2 penghidjauan. Selandjutnja supaja potensi rakjat di Djawa dialihkan ke industri2. Dengan demikian maka keamanan hutan dapat diatasi, dan kita tidak selalu akan “berkonfrontasi” dengan rakjat disitu.

Memang kitapun maklum ada pentjuri2 bereep jang mentjuri hasil hutan. Untuk menghadapi itu sudah ada Polisi Kehutanan jang perlu disempurnakan.

Demikianlah beberapa pokok persoalan jang akan mendapat sorotan dari Dep. Kehutanan. Dalam hal ini diharapkan pengertian dari Komisi karena pada kesempatan ini belum dapat memberikan soal2 dengan deret angka.

J.M. Menteri Agraria, R. Hermanses, SH. menerangkan bagi Departemen Agraria, dalam waktu

jang dekat ini ada tugas2 jang setjara chusus akan mendapat perhatiannja,ialah :

I. BIDANG LANDREFORM 1. Dengan mengerahkan segala funds and forces akan menjelesaikan redistribusi tanah-tanah

pertanian/kelebihan. 2. Setiap perdjandjian bagi hasil supaja dilakukan menurut ketentuan didalam U.U.P.R.H. 3. Menjempurnakan peraturan2 pelaksanaan Landreform:

a. Jang sekarang masih berupa rentjana, ialah pelaksanaan Landreform atas tanah2 untuk keperluan bangunan, terutama kota-kota.

b. Membuat Peraturan2 pelaksanaan Landreform mengenai tanah2 pertanian. 4. Mengintensifkan dan mendorong usaha2 jang berupa pelengkap daripada Landreform; misalnja:

a. pembentukan Pengadilan Landreform; b. pembentukan2 Koperasi petanian (Koperta2); c. usaha2 jang berhubungan dengan P.M.D; d. usaha2 jang berhubungan dengan Perindustrian.

II. BIDANG PERUNDANG-UNDANGAN

Dibidang perundang-undangan Agraria, jang memerlukan follow-up jang sebelumnja belum ada pengaturannja ialah bahwa dalam waktu singkat akan lebih dintensifkan pembuatan peraturan2 Agraria terutama jang menjangkut massa. Tapi dan buruh Tani, misalnja:peraturan tentang sewa tanah pertanian.

III. BIDANG LAND-USE Bidang Land-Use sementara ini masih menggontjang jang pada Landreform. Pada saat ini perkembangan pelaksanaan Landreform sudah meninkat sedemikian rupa, sehingga dianggap perlu untuk memberikan perhatian setjara intensif pada bidang Landuse. Diantaranja dengan mengerahkan aparat2 dari Land-use. Menurut Menteri Agraria, soal Land-use ini perlu segera diatur mengingat bahwa sekarang ini ada lima orang Menteri jang tugasnja menjangkut masalah tanah. Dalam hubungan ini maka dibentuk Direktorat Land Use pada Departemen Agraria, dan akan dibentuk panitya2 Negara Land Use Planning ditingkat Pusat dan Daswati.

IV. SOAL PENJEMPURNAAN ADMINITRASI DARIPADA TANAH : Tentang administrasi tanah sebenarnja sudah ada aparat-aparatnja, tetapi jang penting ialah soal beajanja, jang ini perlu mendapat perhatian bersama, terutama dari Komisi D ini nanti pada waktu membitjarakan Anggaran Belandja. Diharapkan oleh Menteri. Perhatian D.P.R.G.R dalam perentjanaan Anggaran Belandja j.a.d Oleh karena, meskipun soalnja adalah administrasi.

Tetapi ini menjangkut pada tugas2 pelaksanaan Landreform dan Agraria lainnja. Kita maklumi, bahwa tugas Landreform adalah berat dan sulit. Dalam hal ini Menteri mengulangi lagi permintaan J.M. Maroko Kompartemen Pembangunan Pertanian dan Agraria supaja ada kerdja sama antara Departemen Agraria dengan masjarakat, agar bisa mengatasi kesulitan2 jang dihadapi, dengan sukses.

Achirnja Menteri menjatakan, tentang Orgnisasi Departemen Agraria akan segera disampaikan pada Komisi D, D.P.R.G.R. Demikian pula mengenai detailiring angka2 redistribusi tanah2 kelebihan akan disampaikan pada Komisi D, pada kesempatan rapat jang lain.

Page 213: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

235 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

K e t u a mengutjapkan terima kasih kepada J.M. Maroko dan Menteri2 jang telah memberikan keterangan2 pada rapat kerdja ini. Setelah kita mendengarkan keterangan2 itu, maka sekarang tiba giliran para anggota untuk diberikan kesempatan mengadjukan pertanjaan2.

J.M. Menko Kompartemen Pembangunan Pertanian dan Agraria mengatakan bahwa setelah

berunding dengan Menteri2, maka diharapkan supaja rapat hari ini hanja dipergunakan untuk perkenalan sadja. Djadi pertanjaan2 jang akan diadjukan para anggota hendaknja disampaikan pada kesempatan lain, supaja Menteri2 baru lebih menguasai keadaan bahan2nja, sehingga waktu jang akan datang itu para Menteri bisa memberikan pendjelasan2 jang lebih memuaskan.

Kemudian apabila rapat ini akan dibuat notulennja, maka diminta supaja sebelum diselesaikan (diperbanjak), maka para Menteri supaja diberi kesempatan lebih dahulu untuk membatjanja.

Ketua menerima baik apa jang diharapkan oleh J.M. Menko Djadi Soal djawab mengenai

keterangan2 Pemerintah itu akan diadakan pada kesempatan rapat kerdja lain. Tentang notulen rapat ini, maka sebelum dilipatgandakan akan diberikan kesempatan lebih dahulu kepada Menteri2 untuk mengoreksinja.

Anggota M. Brodjotruno. mengatakan bahwa meskipun rapat hari ini sifatnja adalah perkenalan,

tetapi ada baiknja supaja kesempatan ini kita pergunakan untuk saling pengertian, maka hendaknja kita diberi kesempatan untuk memberikan sambutan dengan saran2 dan sebagainja, jang tidak memerlukan djawaban Pemerintah pada rapat kerdja sekarang ini, tetapi bisa diberikan djawabannja pada kesempatan rapat kerdja.

Anggota Hartojo sependapat dengan anggota Brodjotruno. Ditambahkan oleh pembitjara, kalau

nanti kita akan mengadapakan rapat kerdja lagi untuk itu maka hendaknja rapat kerdja itu dapat diadakan dalam masa sidang ini.

K e t u a menerangkan, bahwa dari anggota2 ada keinginan untuk memberikan saran2 pada rapat

kerdja ini setelah mendengar keterangan2 dari Pemerintah. Memang para anggota Komisi D mempunjai minat terutama tentang kegiatan2 dibidang pertanian dan agraria. Oleh karena itu apakah Pemerintah dapat menjetudjui keinginan para anggota untuk memberikan saran2 itu jang tidak memerlukan djawaban pada rapat kerdja ini.

J.M. Menko Kompartemen Pembangunan Pertanian dan Agraria dapat menjetudjui. K e t u a mengatakan, kalau demikian maka kepada para anggota jang akan memberikan saran2

supaja mentjatatkan labih dahulu nama2nja. Anggota Bachtiar Salim Haloho berpendapat bahwa meskipun mak...dari anggota Brodjotaruno

itu baik, tetapi sebetulnja antara saran pertanjaan itu hampir sama sadja. Oleh karena itu hendaknja setelah kita mendengarkan kererangan2 dari Pemerintah, kita pelajari lebih dahulu keterangan2 itu, dan setelah itu barulah kita memberikan saran2 kepada Pemerintah pada kesempatan rapat kerdja lain.

K e t u a mengatakan, bahwa Pimpinan tidak akan mengurangi para anggota jang akan berbitjara

dalam rapat ini sesuai dengan tata tertib. Djadi oleh karena itu para anggota jang akan berbitjara dalam hal ini jang akan memberikan saran2, dipersilahkan untuk mentjatatkan namanja.

(Tertjatat anggota2 jang akan berbitjara ialah : 1. M. Brodjotaruno, 2. Husein Kartasasmita, 3. S.D. Bili, 4. Chr. J. Mooy, 5. Abdullah, 6. Nj. Sudarman, 7. Sutarno dan 8. Pulung Djunaidi).

Anggota M. Brodjotruno terlebih dahulu mengemukakan pendapatnja tentang pembentukan

Kompartemen Pembangunan Pertanian Agraria sebagai suatu hal jang sangat tepat, terutama dalam rangka meningkatkan National Income.

Selandjutnja pembitjara mengemukakan saran2nja sbb: 1). Bidang Kehutanan - dalam rangka swa-sembada pangan, supaja ada perbaikan dalam pembukaan area2 baru dari

pada waktu jang sudah2, dan dapat pula diberikan kesempatan untuk area2 pertanian. Dalam rangka ini supaja ada koordinasi/hubungan dengan Departemen Transkopemada.

Page 214: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

236 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

- Keamanan Supaja dapat ditanggulangi/dikuasai terutama para bawahan dilingkungan Departemen Kehutanan sendiri. Sering didengar/diketahui, bahwa bila terdjadi gangguan atau ketidak amanan mengenai hasil2 hutan, para petanilah jang disalahkan, padahal sebetulnja para oknum dilingkungan Djawatan kehutanan sendiri jang telah mengeluarkan kaju2 hasil hutan itu setjara illegal untuk alat2 rumah tangga.

2). Bidang agraria - Mengharapkan adanja suatu Rapat kerdja chusus dengan J.M. Agraria terutama dalam

rangka pelaksanaan Landreform. 3). Bidang Perikanan.

- RUU Bagi Hasil Perikanan sebetulnja sudah hampir pada penjelasaiannya, tetapi kini ter-katung2 lagi. Karenanja diharapkan dapat segera diadakan suatu Rapat kerdja untuk menjelesaikan RUU tsb.

- Diharhapkan dan kiranja dapat perhatian adanja modernisasi hasil ikan, misalnja pengalengan/pengawetan.

- Diharapkan adanja perhatian tentang motorisasi perahu2 penagkapan ikan (perahu2 nelajan). - Diharapkan perhatian tentang praktek2 Koperasi Perikanan (Koperasi Nelajan) jang sering

tidak sesuai dengan Undang2 Kooperasi dimana bukan nelajan (buruh) jang mengetjap manfaatnja, tetapi sebaliknja para touke2/juragan2-lah jang telah mengambil keuntungan sebanjak2nja.

Hal2 tsb dapat kiranja ditanggulangi/ditampung dalam RUU termaksud.

Anggota Husein Kartasasmita dalam sambutannja atas keterangan2 J.M. Menko dan para J.M. Menteri lebih banjak mengadjukan pertanjaan2 jang diharapkan dapat didjawab dalam salah satu kesempatan tapat kerdja, ialah sbb: 1). Bidang Perkebunan. - Mengenai PPN Gula, menurut keterangan tidak masuknja termasuk kompetensi Departemen

Perkebunan. Diharapkan pendjelasan2. - Export-drive sampai dimana usaha pemerintah mengenai up-grading hasil2 bahan2 export. - Menurut keterangan pupuk di Palembang (hasil produksi pabrik Pupuk Sriwidjaja) banjak bertumpuk2.

Diharapkan dapat diberikan pendjelasan, berapa % persen jang sudah dikonsumir, dan berapa besarkah sebetulnja jang diperlukan ?

- Ada pemikiran untuk memperbesar ekspor, misalnja karet. Di tanjakan, berapa persenkah jang dapat disediakan untuk keperluan lokal?

- Mengenai usaha swasta, jang menuruta kenjataanja tidak/kurang mendapat hasil, apakah tidak bedjaksana djika kepada mereka diberikan suatu “porsi” (prosentase) untuk dapat mereka ekspor sendiri?

2). Bidang Perikanan. - Dapat kiranja diberikan angka2 luas area jang sudah digunakan untuk perikanan darat, dan rentjana

untuk tahun 1965. - Merasa tertarik atas keterangan J.M. Menteri tentang rentjana usaha penanaman pada berbarengan

(bersama2) dengan penjebaran ikan. Menurut pengalman pembitjara sendiri, tajara demikian lebih banjak merugikan dari pada segi2 positip jang menguntungkan, karena akan bertambah banjaknja hama tikus.

- Usaha production sharing. Dengan negara mana sadja jang sudah dan akan diadakan?, - Tentang Fish Cannon Factory. Apakah masuk wewenang bidang Departemen Perikanan atau

Departemen Perindustrian Rakjat? - Mengenai penangkapan. Apakah dilakukan setjara kerdjasama dengan negara2 lain; dan dengan negara

mana sadja. Ataukah dilakukan sendiri?. 3). Bidang Kehutanan. - Diminta perhatian, bagaimanakah tjara untuk memetjahkan soal dubleures. Dalam hal ini, sebagaimana

diterangkan, kehutanan (hutan2) dikuasai atau dibawah wewenang Menteri Kehutanan, tetapi dibidang perminjakan dibawah wewenang Menteri Perdatam. Tegtasnja, bagaimanakah denga area (kehutanan) jang djuga merupakan area perminjakan? Apakah hal tersebut tidak akan mengakibatkan melesatnja perhitungan budget dalam mendapatkan devisa?.

- Menurut keterangan mengenai penebangan kaju sudah ada contractership dengan pihak luar negeri.

Page 215: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

237 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Ingin mendapat pendjelasan, dengan negara mana sadja, dan daerah2 mana. 4). Bidang Agraria. - Ingin mendapat pendjelasan tentang apa jang merupakan “botleneel” dalam pelaksanaan Landreform

dibeberapa daerah, jakni adanja kekuranglantjaran kematjetan. 5). Bidang Pertanian. - Langkah2 konkrit apa jang akan dilaksanakan dalam rangka swasembada beras?

Ketua sebelum memberikan kesempatan lebih landjut kepada para Anggota, sekali lagi menekan bahwa saran2 dan pertanjaan2 jang dikemukan para Anggota tidak didjawab sekarang, tetapi pada kesempatan rapat kerdja pada waktu jang akan datang.

Anggota S.D. Dilli terlebih dahulu menjambut baik dan merasa mebira dengan dibentuknja

Kompartimen baru, terutama dengan diangkatnja beberapa orang Menteri baru dari putera2 daerah. Dengan demikian dapat diharapkan adanja perhatian dan pengertian jang lebih luas lagi terhadap kepentingan2 dan keadaan2 didaerah jang djauh dari pu kepada J.M. Menteri Perkebunan diutjapkan terimakasih, karena dalam keterangan2 jang dikemukakan beliau telah lebih menitikberatkan kebidjaksanaannja dibidang pangan. Mengenai saran2, pertanjaan2, pembitjaraan mengadjukan sbb,: 1). Bidang Agraria. - Dalam rangka pelaksanaan Landreform, terutama didaerah Nusa Tenggara dimana komunikasi masih

kurang lantjar (sulit) dan alat transpor sangat sukar kurang, maka diusulkan agar selain kendaraan2 bermotor, kepada Panitia2 Landreform diberikan kendaraan kuda, untuk sekedar memenuhi menampung kebutuhan minimal akan alat2 transpor. Karena menurut apa jang diketahui mengusul, panitia2 tsb. Tidak mempunjai sebuah Jeep-pun.

- Dalam rangka Landreform, agar pelaksanaan pembagiannja antara tanah2 jang masih kosong dengan tanah2 jang sudah digarap (dikerdjakan) dan ternjata tanah ini subur tidak disamakan begitu sadja; karena tanah2 subur jang sudah dikerdjakan itu tentu mendjadi bahan perselisihan. Disarankan melalui instruksi Pusat kepada Panitia2 Daerah setempat, agar tanah2 ini diberikan kepada para penggarap jbs. Sedangkan tanah2 kosong lainnja dapat sadja diberikan kepada penduduk rakjat lainnja didaerahsetempat jbs. Bukan pendatang), termasuk pula tanah2 kosong pegunungan jang subur.

- Diminta perhatian tentang tjara2 atau sering terdjadinja lalu lintas dan pengiriman hasil2 daerah surplus banjak dikirimkan diberangkatkan ke Surabaja missalnja, kemudian dikirimkan kembali kedaerah minus dilingkungan wilajah Nusa Tenggara. Menurut pengusul, tjara seperti tidak wadjar, sebaiknja hasil2 daerah surplus tsb. Diberikan langsung kepada daerah2 minus dilingkungan wilajah daerah jbs.

2. Bidang Kehutanan. - Dalam rangka penghidjauan kembali hutan2, supaja mendapat perhatian tentang tanaman2 jang dapat

membahajakan hutan2 tsb, karena sistim penghidjauan jang tidak baik (tidak effektip). Anggota Chr. Mooy terlebih dulu menjatakan, bahwa jang telah dikemukakan oleh para J.M.

Menteri itu djika dapat dilaksanakan dengan konsekwen, akan merupakan suatu kemadjuan. Mengenai saran2 dan pertanjaan2nja, a.l. diadjukan sbb:

1) Bidang Agraria - Tentang soal administrasi pendaftaran tanah. Diharapkan perhatian sungguh2, karena banjak tanah2

jang belum didaftarkan tetapi ternjata mudah dimiliki oleh para petani. 2) Bidang Perkebunan - Diharapkan perhatian tentang mutu bahan2 exspor. Untuk selandjutnja supaja lebih dipertinggi lagi.

Karena apa jang telah didjalankan selama ini, kita hanja mengekspor bahan2 mentah jang masih belum tinggi mutunja, sebagaimana ternjata pada waktu sebelum konfrensi terhadap “Malaysia” dengan melalui Singapur, bahan2 itu harus diolah lagi oleh konsumen.

Anggota Abdullah menjambut gembira dengan dibentuknja Kompag; dengan demikian

diharapkan akan dapat bekerdja lebih effektip lagi. Pembitjara merasa gembira atas keterangan J.M. Menteri Perkebunan akan memperhatikan

saran2 DPRGR seperti jang telah dirumuskan oleh Panitia Kerdja j.l. Sehubungan dengan ini pembitjaraan mengharapkan dan pertjaja, bahwa saran2 DPRGR itu akan mendapat perhatian pula dari para Menteri atau Kompartemen lainnja.

Pembitjara selandjutnja dalam menjambut keterangan2 para J.M. Menteri berpendapat, bahwa Kompatimen baru itu meliputi pula para nelajan, tegasnja tani dan nelajan. Dalam hal ini menurut pembitjara sangat perlu adanja integritasi antara tani/nelajan dengan Pemerintah. Karena dengan adanja

Page 216: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

238 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

integritasi dan kontrole dari mereka, maka segala usaha akan dapat berhasil dengan baik. Pembitjara menjambut adanja Dewan2 Perusahaan jang diharapkan akan dapat mensukseskan

segala rentjana produksi. Oleh Pembitjara selandjutnja diadjukan hal2 sbb: 1) Bidang Perkebunan.

- Mengenai peranan perkebunan rakjat, misalnja karet rakjat merupakan hasil bahan ekspor terbesar dibidang produksi karet. Diharapkan perhatian dan bantuan Pemerintah dengan memberikan dorongan konkrit dalam rangka mempertinggi produksi. Dalam hubungan ini pelaksanaan bagi hasil mengenai hasil2 perkebunan (tanaman keras) ternjata masih belum memuaskan, bahkan dilain pihak, adanja tengkulak2 telah memerosotkan hasil produksi. Dalam keadaan ini mereka malah banjak mendapat keuntungan. Djuga adanja koperasi2 jang dipaksakan bukan memperlantjar dan meningkatkan produksi, tapi sebaliknja telah memerosotkan produksi, misalnja kooperasi kopra. Demikian djuga dibidang karet. Hal itu a.l. karena adanja sistim idjon didalam tubuh kooperasi sendiri. Pembitjara mengharapkan perhatian dari Pemerintah tentang hal2 tsb. Demikian djuga mengenai export drive supaja ada dorongan.

2) Bidang Perikanan. - Disusulkan supaja disusun suatu planning jang menguntungkan dan dapat mendorong kaum nelajan.

Terutama perikanan darat, dimana potensi rakjat sangat besar. - disamping itu permodalannja pun diharapkan mendapat perhatian Pemerintah. Antara lain tentang

pemberian kredit kepada kaum nelajan. - Tentang Bagi Hasil, supaja betul2 menurut pembagian jang lajak dan adil. Dalam hal ini harus pula

diperhatikan adanja prakterk2 sistim idjon dan kaum tengkulak jang mengeruk keuntungan disatu pihak atas kerugian kaum nelajan dilain pihak.

- Disusulkan agar mendjadi bahan pemikiran Pemerintah tentang adanja suatu badan jang mengikutsertakan kaum nelajan dalam rangka pelaksanaan Bagi Hasil. Hal ini ialah untuk dapat meningkatkan produksi.

3) Bidang Kehutanan. - Tentang penghidjauan.

Seringnja timbul sengketa2 dengan kaum tani oleh karena kurang/tidak adanja saling pengertian. Segala rentjana penghidjauan hanja akan berhasil, tergantung kepada adanja kerdjasama antara Pemerintah (Departemen) dengan kaum tani. Diharapkan perhatian Pemerintah tentang hal ini.

4) Bidang Agraria. - Landreform merupakan dorongan bagi kaum tani dan merupakan penggerak dalam rangka

meningkatkan produksi. Berhasil tidaknja landreform akan sangat mempengaruhi terhadap rentjana2 bidang lain. Terdjadinja subatase2 dan kematjetan2 dalam pelaksanaan Landreform karena kurang adanja dorongan2 dan penelitian jang sungguh Maka dalam hubungan ini pembentukan Pengadilan Landreform ditiap2 daerah supaja disegerakan dan dikonkrtikan dengan mengikut sertakan rakjat (kaum tani), agar pelaksanaan landreform dan diawasi dan dilakukan dengan sungguh2.

- Perlu ada dukungan dari masjarakat terhadap Panitia2 Landreform. Karenanja perlu ada penelitian/penindjauan kembali terhadap komposisi dan personalia Panitia jbs; djika perlu mengadakan pe...bahan2 dan pemeriksaan2 terhadap anggota2 jang dapat mematjetkan pelaksanaan landreform. Menurut pembitjara, Ketua/Pimpinan Panitia2 Landreform jang didjabat oleh Kepala Daerah setempat jang sudah terlalu banjak memegang djabatan2/tugas2 lainnja, adalah salah satu faktor, mengapa Panitia2 tsb. Kurang lantjar kerdjanja.

- Tentang administrasi pendaftaran. Diminta perhatian Pemerintah supaja tidak memberatkan kaum tani (rakjat)

- Tentang menentukan sewa dan buruh tani. Perlu sekali didengar daripada rakjat sebagai pemilik (tanah) dan buruh tani. Tegasnja supaja ada musjawarah dalam menentukan tarip sewa.

Anggota Nj. Sudarman setelah menjambut dengan gembira pembentukan Kompartemen baru tsb, mengadjukan saran2 sbb: 1. Bidang Agraria.

- Tentang Lnadreform dan Landuse. Penting sekali dirapat kerdjakan, dalam mana diharapkan supaja Pemerintah membeberkan dengan terus terang segala kesulitan2 jang dihadapi dalam pelaksanaannja. Dalam hubungan itu, untuk mengatasi kesulitan2 perlu mengadakan musjawarah dengan masjarakat setempat. Dengan demikian dapat dipetjahkan/diselesaikan bersama kesulitan2 itu.

Page 217: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

239 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

- Diharapkan perhatian Pemerintah tentang organisasi, susunan dan kompesiasi Panitia2 Landreform ditiap2 daerah. Pembentukannja supaja disegerakan didaerah2 jang belum ada.

- Mengenai Landuse, Supaja ada planning jang betul2 diperhitungkan, agar djangan terdjadi “surplus” (disesuatu daerah misalnja) jang dapat mempengaruhi segi ekonomi. Sebagai tjontoh di Purworedjo pernah terdjadi kelbihan singkong jang terlalu banjak, hingga tidak berharga lagi.

2. Bidang Perkebunan. - Diharapkan perhatian Pemerintah, agar tidak terdjadi praktek2 sebagai sisa2 peninggal kolonial, ialah

praktek2 sematjam “Cultuur-stelsel”. Karena prkatek2 sematjam itu akan digunakan oleh masing2 subversif untuk mengatjaukan keadaan.

3. Bidang Perikanan. - Saran2 jang telah dikemukan oleh Komisi “D” diharapkan supaja mendapat perhatian Pemerintah.

4. Bidang Kehutanan. - Tentang soal pengamanan hutan. Sering terdjadi pentjurian2 dan pengrusakan jang tidak disadari

akibatnja. Hal itu terdjadi karena kurang adanja pengertian dari pada rakjat tentang kegunaan hutan. Karenanja diserapkan supaja oleh Pemerintah (para pedjabat jbs) sering diadakan musjawarah dengan wakil2 rakjat, dan kepada mereka diberikan pengertian2.

- Tentang aparatur pengamanan. Apakah dengan bantuan dari fihak Angkatan Kepolisian ataukan dilaksanakan tersendiri misalnja sematjam “Polisi Kehutanan”. Hal ini supaja dikonkritkan perumusan bentuknja.

5. Bidang Pertanian. - Barang2 Komisi D jang telah diadjukan, mendapat perhatian pemerintah. Sedang hal2 jang belum

dilaksanakan, dan nampaknja menghadapi kesulitan2, disarankan supaja dikemukan kepada Komisi agar dapat dimusjawarahkan bersama.

- Tentang soal transmigrasi dalam hubungannja dengan Landuse. Bagaimanakah kesulitan2 jang dihadapi?

Anggota Sutarno dalam menjambut keterangan2 para J.M. Menteri merasa gembira dapat mendengar garis2 kebidjaksanaan masing2 Menteri, sungguhpun masih setjara pokok dan hanja sebagai informasi. Dalam hubungan ini pembitjara berpendapat, bahwa pikiran2 jang hidup dikalangan DPRGR jang kemudian dirumuskan dalam bentuk saran2 oleh Panitia Kerja DPR-GR j.l. sebetulnja sudah tjukup untuk digunakan sebagai bekal. Jang penting dalam hal ini tinggalah pelaksanaannja setjara djudjur dan konsekwen. Hal ini supaja dapat tertjermin dalam peraturan2 follow up pengganti “Peraturan 26 Mei”, terutama dibidang perkebunan.

1) Bidang Perkebunan. - Untuk lebih mendjamin adanja integrasi buruh dengan perusahaan, penting sekali untuk sering

mengadakan musjawarah dengan fihak buruh. Disamping itu dalam Dewan2 Perusahaan harus betul2 mentjerminkan kenjataan2 jang hidup.

2) Bidang Perikanan. - Persoalan perikanan di pulau diharapkan mendapat perhatian sepenuhnja. Para nelajan baik

kebutuhan2 pokok se-hari2, kebutuhan akan peralatan penangkapan, maupun hasil penangkapannja baru betul2 mendapat penampungan jang konkrit. Dalam hubungan ini tentunja akan sangat berdjasa terutama mengenai masalah pemberian kredit terhadap mereka.

- Masalah production sharing memang penting, tetapi djuga jang domestic perlu mendapat perhatian dan tidak kurang penting.

- Masalah pengalengan ikan, pengawetan, terutama hasil penangkapan ikan laut disekitar Bali, Ambon, jang banjak sekali diharapkan mendapat perhatian Pemerintah untuk dapat dikonritkan pelaksanaannja. Anggota Pulungan Djunaedi menjambut gembira dengan dibentuknja Kompatimen Pembangunan

Pertanian dan Agraria. Menjambut keterangan2 para J.M. Menteri menjatakan, bahwa banjak pikiran2 baru dan ide2 jang baik

jang perlu mendapat sambutan. Tetapi dalam hubungan ini dalam pengalaman jang sudah2, pembitjara sering melihat dan merasakan bahwa ide dan pikiran2 jang baik itu sering kurang dapat dirasakan oleh rakjat. Karena memang keonsepsi jang baik tanpa pelaksanaan adalah tidak berarti apa2.

Sesuai dengan Amanat P.J.M. Presiden tentang pembangunan Masjarakat Desa, maka pembitjara menekankan agar desa betul2 mendapat penjorotan dan perhatian jakni agar setiap pelaksaan konsepsi planning betul2 bisa sampai kedesa.

Tentang Swa sembada pangan, menurut rentjana sudah akan dapat dilaksanakan pada bulan Agustus

Page 218: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

240 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

1965, chususnja mengenai beras, bahkan planning itu sudah ada sedjak tahun 1963. Dalam hal ini pembitjara berpendapat, apakah mungkin sudah dapat ditjapai pada tahun 1965 apabila sjarat2nja, walau ada, tetapi tidak dilaksanakan dikerdjakan dengan baik dan konsekwen. Sebagai tjontoh dikemukakan bahwa disuatu daerah, pihak swasta pengusaha swasta menanami tanah (wewenangnja dengan pohon2 djarak tentunja sebagai bahan ekspor padahal pohon2 djarak itu bisa sadja ditanam setjara selingan disela2 tanaman lain jang penting sebetulnja tanah tsb, harus ditanami bahan2 pangan untuk mentjapai Swa sembada pohon. 1) Bidang Kehutanan

- Tentang penghidjauan. Diminta perhatian Pemerintah supaja dalam pelaksanaannja tidak membawa akibat kerugian dan keketjewaan terhadap kaum tani (rakjat). Sebagai tjontoh misalnja di Tjiwaringin, tanah2 jang sudah ditanami oleh rakjat dengan tanaman untuk pangan kemudian dibongkar dan dihidjaukan oleh instansi jbs. Tjara seperti ini tentunja mengetjewakan rakjat. Sebaliknja ada tanah jang gundul malah tidak dihidjaukan jang luasnja lk.300.000 ha. Hal2 seperti ini terdjadi karena tidak adanja planning.

2) Bidang Agraria. - Sedjak adanja UU Pokok Agraria, pelaksanaan Lnadreform baru meliputi 274.600 ha (jang sudah

dibagikan ialah antara 20-28 %. Diminta perhatian Pemerintah, agar pelaksanaannja diperhebat dan digiatkan. Karena, peraturan2 jang sudah ada, djika dilaksanakan dengan konsekwen, maka hal itu sudah merupakan suatu kemadjuan jang baik.

- Supaja ada penelitian dan pengawasan terhadap usaha2 dan praktek2 penjelewengan, dan sebatas dalam pelaksanaan Landreform dan Bagi Hasil. Tegasnja supaja ada tindakan konkrit dan tegas terhadap mereka.

- Dalam hal ini termasuk pula djika ada usaha2 penjelewengan dari (anggota) Panitia Landreform, djika perlu diganti dan diretool; siapapun djuga, tanpa pilih bulu. Sedangkan terhadap orang2/petugas2 jang sudah berdjasa, djika perlu supaja diberi penghargaan, sebagai dorongan bagi mereka untuk mensukseskan landreform dan Bagi Hasil.

3) Bidang Perkebunan. - Dimintakan perhatian, agar dibidang perkebunan dapat sering2 diadakan hubungan dengan

organisasi2 massa. Begitu djuga diharapkan demikian dari Departemen2 lain.

K e t u a menegaskan, bahwa segala saran2 dan usul2 itu tidak perlu disambut didjawab pada rapat hari ini, tetapi diharapkan akan dapat dibitjarakan pada salah satu kesempatan rapat kerdja berikutnja.

Mengenai RUU Bagi Hasil Perikanan; sebetulnja pembitjaraannja sudah mendekati taraf penjelesaian. Maka dalam hubungan ini beliau menanjakan kepada rapat terutama diminta pendapat Pemerintah, apakah akan dibitjarakan dalam rapat hari ini djuga, atau perlu ditunda sampai rapat berikutnja.

Perlu ditjatat, bahwa dari Pimpinan DPR-GR didapat keterangan, agar RUU itu sudah dapat diadjukan kepada sidang Paripurna dalam masa persidangan sekarang ini.

J.M. Menko mengusulkan agar pembitjaraannja ditunda, karena pembitjaraannja memerlukan waktu

jang agak luas, dengan tjatatan, persidangan DPR sekarang ini djuga. Wakil Ketua DPR-GR Kom. Laut Mursalin D.M. memberikan pendjelasan, bahwa djika diperlukan

waktu jang agak segera, maka pada tgl 31-7-64 dapat sadja disediakan untuk rapat kerdja jang dimaksud itu. Tetapi apakah hal ini tidak akan bersamaan dengan rentjana kepulauan Misai USSP, dimana para Menko, Menteri dan Pendjabatan2 lainnja tentunja akan mengantarkan keberangkatan itu.

Djika menurut rantjangan susunan rapat2 untuk minggu jang akan datang tgl 6/7 disediakan bagi Paripurna tanggal 7/7 bagi rapat gabungan Golongan2, sedang tgl 8/7 disediakan bagi rapat2Komisi2. Djadi kesempatan untuk mengadakan rapat kerdja guna mengadakan Pemeriksaan persiapan terhadap RUU tsb. Dapat diadakan pada tanggl 8-7-64.

J.M. Menko menjerahkan agar tgl 3-7-64 disediakan sebagai antjer2 sadja, djika keadaan

mengizinkan, sedangkan kepastiaanja djika tgl tsb. Tidak mungkin, dilangsungkan tgl 8-7-64.

Page 219: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

241 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

--------------------------------------------------------------- Saran tersebut dapat disetudjui oleh rapat. Rapat kerdja tentang pemeriksaan persiapan atas RUU Bagi Hasil Perikanan akan diadakan pada -----------------------------------------------------------------

K e t u a mengutjapkan terimakasih kepada Pemerintah dan para anggota, jang pada hari ini dengan saling pengertian telah dapat menjelasaikan atjara jang pertama. Meskipun atjara itu berupa perkenalan, tetapi kita telah mendengar banjak keterangan2 dari Pemerintah sekitar tugas Kompartemen jang baru, dan dalam pada itu dari pihak anggota2 telah pula mengadjukan beberapa saran2 dan pendapatnja. Dikatakan oleh Ketua, bahwa dengan adanja Kompartemen jang baru itu, ialah Kompartemen Pembangunan Pertanian dan Agraria, maka Komisi D menghadapi tugas jang berat, karena bertambahnja Departemen jang dihadapi, ialah mendjadi 12 Departemen. Tetapi meskipun demikian dengan tjara musjawarah kita akan dapat menjelesaikan tugas2 kita.

Rapat ditutup pada djam 13.30 Jakarta, Djuli 1964

Pantera Komisi D; Ttd ABDUL AZIZ

Page 220: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

242 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Salinan

PRESIDEN REPBULIK INDONESIA

Nomor : 1863/HK/1964 Djakarta, 23 September 1964 Lamp : -.- Hal : Pengesahan Rantjangan

Undang-undang. ----------------------------------

KEPADA KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG di

J A K A R T A

Menarik surat Saudara tanggal 11 Agustus 1964 No.A1.01/K/2339/DPRGR/1964, dengan

ini kami memberitahukan bahwa Pemerintah telah mensahkan: Rantjangan Undang-undang tentang Bagi Hasil Perikanan sebagai Undang-undang, pada

tanggal 23-9-1964.

Pd. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Dr. SUBANDRIO

Tembusan : dikirim untuk diketahui kepada : 1. Para Wakil Perdana Menteri, 2. Menko Pertanian/Agraria, 3. Menteri Pertanian, 4. Menteri Perhubungan DPR/DPA/MPR.

Page 221: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

243 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Sts.3379/10/64-300 SEKRETARIAT NEGARA

Salinan

UNDANG-UNDANG NO.16 TAHUN 1964 TENTANG

BAGI HASIL PERIKANAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa sebagai salah satu usaha untuk menudju kearah perwudjudan masjarakat sosialisasi Indonesia pada umumnja, chususnja untuk meningkatkan taraf hiduf para nelajan penggarap dan menggarap tambak serta memperbesar produksi ikan, maka pengusaha perikanan setjara bagi hasil, baik perikanan laut maupun perikanan darat, harus diatur hingga dihilangkan unsur-unsrnja jang bersifat pemerasan dan semua fihak jang turut serta masing-masing mendapat bagian adil dari usaha itu;

b. bahwa selain perbaikan daripada sjarat-sjarat perdjandjian bagi hasil sebagai jang dimaksudkan diatas perlu pula lebih dipergiat usaha pembentukan koperasi-koperasi perikanan, jang anggota-anggotanja terdiri dari semua orang jang turut serta dalam usaha perikanan itu;

Mengingat : 1. Pasal 5 ajat 1 jo pasal 20 ajat 1 serta pasal 27 ajat 2 dan pasal 33 Undang- undang

Dasar; 2. Undang-undang No.5 tahun 1960 (Lembaran Negara tahun 1960 No.104); 3. Ketetapan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara No.II/MPRS/1960 jo Resolusi

Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara No.I/MPRS/1963; 4. Undang-undang No.10 Prp tahun 1960 (Lembaran Negara Tahun 1960 No.31) jo

Keputusan Presiden No.239 tahun 1964; Dengan Persetudjuan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong;

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG BAGI HASIL PERIKANAN

BAB I ARTI BEBERAPA ISTILAH

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini jang dimaksudkan dengan : a. perdjandjian bagi hasil ialah perdjandjian jang diadakan dalam usaha penangkapan atau pemeliharaan

ikan antara nelajan pemilik dan nelajan penggarap atau pemilik tambak dan penggarap tambak, menurut perdjandjian mana mereka masing-masing menerima bagian dari hasil usaha tersebut menurut imbangan jang telah disetudjui sebelumnja;

b. nelajan pemilik ialah orang atau badan hukum jang dengan hak apapun berkuasa atas sesuatu kapal/perahu jang dipergunakan dalam usaha penangkapan ikan dan alat-alat penangkapan ikan;

c. nelajan penggarap ialah semua orang jang sebagai kesatuan dengan menjediakan tenaganja turut serta dalam usaha peangkapan ikan laut;

d. pemilik tambak ialah orang atau badan hukum jang dengan hak apapun berkuasa atas sesuatu tambak; e. penggarap tambak ialah orang jang setjara njata, aktif menjediakan tenaganja dalam usaha

pemeliharaan ikan darat atas dasar perdjandjian bagi hasil jang diadakan dengan pemilik tambak; f. tambak ialah genangan air jang dibuat oleh orang sepandjang pantai untuk pemeliharaan ikan dengan

mendapat pengairan jang teratur; g. hasil bersih ialah :

- bagi perikanan laut; hasil ikan jang diperoleh dari penangkapan, jang setelah diambil sebagian untuk “lawuhan” para

nelajan penggarap menurut kebiasaan setempat, dikurangi dengan beban-beban jang mendjadi

Page 222: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

244 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

tanggungan bersama dari nelajan pemilik dan para nelajan penggarap, sebagai jang ditetapkan didalam pasal 4 angka 1 huruf a;

- bagi perikanan darat; sepandjang mengenai ikan pemeliharaan jang diperoleh dari usaha tambak jang bersangkutan

dikurangi dengan beban-beban jang mendjadi tanggungan bersama dari pemilik tambak dan penggarap tambak, sebagai jang ditetapkan didalam pasal 4 angka 2 huruf a;

h. ikan pemeliharaan ialah ikan jang sengadja dipelihara dari benih jang pada umumnja diperoleh dengan djalan membeli;

i. ikan liar ialah ikan jang terdapat didalam tambak dan tidak tergolong ikan pemeliharaan.

BAB II PEMBAGIAN HASIL USAHA

Pasal 2

Usaha perikanan laut maupun darat atas dasar perdjandjian bagi hasil harus diselenggarakan berdasarkan kepentingan bersama dari nelajan pemilik dan nelajan penggarap serta pemilik tambak dan penggarap tambak jang bersangkutan hingga mereka masing-masing menerima batian dari hasil usaha itu sesuai dengan djasa jang diberikannja.

Pasal 3

(1) Djika suatu usaha perikanan diselenggarakan atas dasar perdjandian bagi hasil, maka dari hasil usaha itu kepada fihak nelajan penggarap dan penggarap tambak paling sedikit harus diberikan sebagai berikut : 1. perikanan laut : a. djika dipergunakan perahu lajar : minimum 75 % (tudjuh puluh lima

perseratus) dari hasil bersih. b. djika dipergunakan kapal motor : minimum 40 % (empat puluh

perseratus) dari hasil bersih; 2. perikanan darat : a. mengenai hasil ikan pemeliharaan : minimum 40 % (empat puluh

perseratus) dari hasil bersih; b. mengenai hasil ikan liar : minimum 60 % (enam puluh perseratus dari

hasil kotor); (2). Pembagian hasil diantara para nelajan penggarap dari bagian jang mereka terima menutur ketentuan

dalam ajat 1 pasal ini diatur oleh mereka sendiri dengan diawasi oleh Pemerintah Daerah Tingkat II jang bersangkutan untuk menghindarkan terdjadinja pemerasan, dengan ketentuan, bahwa perbandingan antara bagian jang terbanjak dan jang paling sedikit tidak boleh lebih dari 3 (tiga) lawan 1 (satu).

Pasal 4

Angka bagian fihak nelajan penggarap dan penggarap tambak sebagai jang tertjantum dalam pasal 3 diterapkan dengan ketentuan, bahwa beban-beban jang bersangkutan dengan usaha perikanan itu harus dibagi sebagai berikut : 1. Perikanan Laut :

a. beban-beban jang mendjadi tanggungan bersama dari nelajan pemilik danfihak nelajanpenggarap : ongkos lelang, uang rokok/djadjan/ dan biaja perbekalan untuk para nelajan penggarap selama dilaut, biaja untuk sedekah laut (selamatan bersama) serta iuaran-iuran jang disjahkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II jang bersangkutan seperti untuk koperasi, dan pembangunan perahu/kapal, dana kesedjahteraan dana kematian dan lain-lainnja.

b. bahan-bahan jang mendjadi tanggungan nelajan pemilik : ongkos pemeliharaan dan perbaikan perahu/kapal serta alat-alat lain jang dipergunakan, penjusutan dan biaja ekploitasi usaha penangkapan, seperti untuk pembelian solar, minjak, es dan lain sebagainja.

2. Perikanan darat : a. bahan-bahan jang mendjadi tanggungan bersama dari pemilik tambak dan penggarap tambak uang

pembeli ikan pemeliharaan, biaja untuk pengeduk saluran (Tjarem) biaja-biaja untuk pemupukan tambak dan perawatan pada pintu air serta saluran, jang mengairi tambak jang diusahakan itu;

b. bahan-bahan jang mendjadi tanggungan pemilik tambak : disediakannja tambak dengan pintu air dalam keadaan jang mentjukupi kebutuhan, biaja untuk memperbaiki dan mengganti pintu air jang tidak dapat dipakai lagi serta pembajaran padjak tanah jang bersangkutan;

Page 223: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

245 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

c. bahan-bahan jang mendjadi tanggungan penggarap tambak : biaja untuk menjelenggarakan pekerdjaan sehari-hari jang berhubungan dengan pemeliharaan ikan didalam tambak, dan penangkapannja pada waktu panen.

Pasal 5

(1) Djika menurut kebiasaan setempat pembagian bahan-bahan jang bersangkutan dengan usaha perikanan itu telah diatur menurut ketentuan dalam pasal 4, sedang bagian jang diterima oleh fihak nelajan penggarap atau penggarap tambak lebih besar dari pada jang ditetapkan dalam pasal 3, maka aturan jang lebih menguntungkan fihak nelajan penggarap atau penggarap tambak itulah jang harus dipakai.

(2). Dengan tidak mengurangi apa jang ditentukan dalam ajat 1 pasal ini, maka djika disesuatu daerah didalam membagi bahan-bahan itu berlaku kebiasaan jang lain dari pada jang dimaksudkan dalam pasal 4, jang menurut Pemerintah Daerah Tingkat I jang bersangkutan sukar untuk disesuaikan dengan ketentuan dalam pasal tersebut, maka Pemerintah Daerah Tingkat I itu dapat ditetapkan angka bagian lain untuk fihak nelajang penggarap atau penggarap tambak dari pada jang ditetapkan dalam pasal 3, asalkan dengan demikian bagian jang diberikan kepada nelajan penggarap atau penggarap tambak itu tidak kurang dari pada djika pembagian hasil usaha perikanan jang bersangkutan diatur menurut ketentuan pasal 3 dan 4 tersebut diatas.Penetapan Pemerintah Daerah Tingkat I itu memerlukan persetudjuan dari Menteri Perikanan.

BAB III

SJARAT-SJARAT BAGI PENGGARAP TAMBAK Pasal 6

Jang diperbolehkan mendjadi penggarap tambak hanjalah orang-orang warga negara Indonesia

jang setjara njata aktif menjediakan tenaganja dalam usaha pemeliharaan ikan darat dan jang tambak garapannja, baik jang dimilikinja sendiri atau keluarganja maupun jang diperoleh dengan perdjandjian bagi hasil, luasnja tidak akan melebihi atas maksimum, sebagai jang ditetapkan menurut ketentuan Undang-undang No.56 Prp tahun 1960 (Lembaran Negara tahun 1960 No.174).

BAB IV

DJANGKA WAKTU PERDJANDJIAN Pasal 7

(1) Perdjandjian bagi hasil diadakan untuk waktu paling sedikit 2 (dua) musim,jaitu 1 (satu) tahun berturut-

turut bagi perikanan laut dan paling sedikit 6 (enam) musim, jaitu 3 (tiga) tahun berturut-turut bagi perikanan darat, dengan ketentuan bahwa djika setelah djangka waktu itu berachir diadakan pembaharuan perdjandjian maka para nelajan penggarap danpenggarap tambak jang lamalah jang ditumakan.

(2) Perdjandjian dan bagi hasil tidak terputus karena pemendahan hak atas perahu/kapal, alat-alat penangkapan ikan atau tambak jang bersangkutan kepada orang lain. Didalam hal jang demikian maka semua hak dan kewadjiban pemiliknja jang lama beralih kepada pemilik jang baru.

(3) Djika seorang nelajan penggarap atau penggarap tambak meninggal dunia, maka ahli warisnja jang sanggup dan dapat mendjadi nelaja penggarap tambak dan menghendakinja, berhak untuk melandjutkan perdjandjian bagi hasil jang bersangkutan, dengan hak dan kewadjiban jang sara hingga djangka waktunja berachir.

(4). Penghentian perdjandjian bagi hasil sebelum berachirnja djangka waktu perdjandjian hanja mungkin didalam hal-hal dan menurut ketentuan dibawah ini : a. atas persetudjuan kedua belah fihak jang bersangkutan; b. dengan izin Panitya Landreform Desa djika mengenai perikanan darat atau suatu Panitya Desa

jang akan dibentuk djika mengenai perikanan laut, atas tuntutan pemilik, djika nelajan penggarap atau penggarap tambak jang bersangkutan tidak memenuhi kewadjibannja sebagaimana mestinja;

c. djika penggarap tambak tanpa persetudjuan pemilik tambak menjerahkan penguasaan tambaknja kepada orang lain.

(5). Pada berachirnja perdjandjian bagi hasil baik karena berachirnja djangka waktu perdjandjian maupun karena salah satu sebab tersebut pada ajat 4 pasal ini, nelajan penggarap dan penggarap tambak

Page 224: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

246 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

wadjib menjerahkan kembali kapal/perahu, alat-alat penangkapan ikan dan tambak jang bersangkutan kepada nelajan pemilik dan pemilik tambak dan dalam keadaan baik.

BAB V

LARANGAN-LARANGAN Pasal 8

(1) Pembajaran uang atau pemberian benda apapun djuga kepada seorang nelajan pemilik atau pemilik

tambak, jang dimaksudkan untuk diterima sebagai nelajan penggarap tambak, dilarang. (2) Pelanggaran terhadap larangan tersebut pada ajat 1 pasal ini mengakibatkan, bahwa uang atau harga

benda jang diberikan itu dikurangkan pada bagian nelajan pemilik atau pemilik tambak dari hasil usaha perikanan jang bersangkutan dan dikembalikan kepada nelajan penggarap atau penggarap tambak jang memberikannja.

(3) Pembajaran oleh siapa kepada nelajan pemilik, pemilik tambak ataupun para nelajan penggarap dan penggarap tambak dalam bentuk apapun djuga jang mempunjai unsur idjon, dilarang.

(4) Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana dalam pasal 20 maka apa jang dibajarkan tersebut pada ajat 3 pasal ini tidak dapat dituntut kembali dalam bentuk apapun.

Pasal 9

(1) Sewa-menjewa dan gadai menggadai tambak dilarang, ketjuali untuk keperluan jang sangat mendesak selama djangka waktu jang terbatas ataupun keperluan penggaraman rakjat, setelah ada izin chusus dari Asisten Wedana/Kepala Ketjamatan jang bersangkutan.

(2) Perdjandjian sewa-menjewa tambak jang ada pada waktu mulai berlakunja Undang-undang ini harus dihentikan setelah ikan jang diperlihara sekarang ini selesai dipanen.

(3) Mengenai gadai menggadai tambak jang ada pada waktu mulai berlakunja Undang-undang ini berlaku ketentuan dalam pasal 7 Undang-undang No.5 Prp tahun 1960 (Lembaran Negara tahun 1960 No.174).

BAB VI USAHA PERIKANAN ATAS DASAR UPAH DAN SEWA

Pasal 10

(1) Djika suatu usaha perikanan laut diselenggarakan oleh suatu perusahaan jang berbentuk badan hukum, dengan memberi upah tertentu kepada para buruh nelajan, maka penetepan besarnja upah tersebut dilakukan dengan persetudjuan Menteri Perburuhan, setelah mendengar Menteri Perikanan dan organisasi-organisasi tani, nelajan dan buruh jang mendjadi anggota Front Nasional.

(2) Djika suatu usaha perikanan jang tidak termasuk golongan jang dimaksudkan dalam ajat 1 pasal ini diselenggarakan sendiri oleh nelajan pemilik tambak dengan memberi upah tertentu kepada fihak buruh nelajan atau buruh tambak, maka oleh Pemerintah Daerah Tingkat I diadakan peraturan tentang penetapan upah tersebut.

(3) Pemerintah Daerah Tingkat I dapat pula mengadakan peraturan tentang persewaan perahu/kapal dan alat-alat penangkapan ikan.

(4) Dalam membuat peraturan jang dimaksud dalam ajat 2 dan 3 pasal ini harus diindahkan pedoman-pedoman jang diberikan oleh Menteri Perburuhan dan Menteri Perikanan setelah mendengar organisasi-organisasi tani, nelajan dan buruh jang mendjadi anggota Front Nasional.

BAB VII KETENTUAN UNTUK MENJEMPURNAKAN DAN KELANGSUNGAN

USAHA PERIKANAN Pasal 11

Oleh Pemerintah Daerah Tingkat I dapat diadakan peraturan jang mewadjibkan pemilik tambak

untuk memelihara dan memperbaiki susunan pengairan pertambahkan, disamping saluran-saluran dan tanggul-tanggul jang ada didaerah pertambakan itu sendiri, jang semata-mata dipergunakan untuk kepentingan pertambahan.

Page 225: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

247 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Pasal 12

Oleh Pemerintah diadakan peraturan tentang pembentukan dan penjelenggaraan dana-dana jang bertudjuan untuk mendjamin berlangsungnja usaha perikanan, baik perikanan laut maupun perikanan darat serta untuk memperbesar dan mempertinggi mutu prosudksinja, dalam mana diikut sertakan wakil-wakil organisasi-organisasi tani dan nelajan jang ditundjuk oleh Front Nasional.

Pasal 13

(1) Djika seorang nelajan pemilik perahu/kapal atau lain-lain alat penangkapan ikan, jang biasanja dipakai

untuk usaha perikanan dengan perdjandjian bagi hasil, tidak bersedia menjediakan kapal/perahu atau alat-alat itu menurut ketentuan-ketentuan peraturan jang dimaksudkan dalam pasal 3 dan 4 atau 5 dan dengan sengaja membiarkannja tidak digunakan, maka Bupati/Wali Kota/Kepala Daerah Tingkat II jang bersangkutan atau pedjabat jang ditundjukanja berwenang untuk menjerahkannja kepada koperasi perikanan setempat setjara sewa beli dengan nelajan pemilik untuk dipergunakan dalam usaha penangkapan ikan.

(2) Sjarat-sajarat sewa-beli tersebut pada ajat 1 pasal ini ditetapkan setjara musjawarah dengan nelajan pemilik jang bersangkutan. Djika tjara tersebut tidak membawa hasil, maka sjarat-sjaratnja ditetapkan oleh Bupati/Walikota/Kepala Daerah Tingkat II, setelah mendengar pertimbangan Dinas Perikanan Laut dan Organisasi-organisasi tani dan nelajan jang mendjadi anggota Front Nasional setempat. Terhadap ketetapan Bupati/Walikota/Kepala Daerah Tingkat II tersebut dapat dimintakan banding kepada Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I jang bersangkutan, memberikan keputusan jang mengikat kedua belah fihak.

(3) Djika nelajan-pemilik kapal/perahu dan alat-alat penangkapan ikan itu tidak bersedia menerima uang persewaan sebagai jang ditetapkan oleh Bupati/Walikota/Kepala Daerah Tingkat II atau Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I tersebut pada ajat 2 pasal ini, maka oleh koperasi jang bersangkutan uang itu disimpan pada Bank Koperasi Tani dan Nelajan setempat atas nama dan biaja nelajan-pemilik, tersebut.

Pasal 14

(1) Djika seorang pemilik tambak jang biasanja diusahakan dengan perdjandjian bagi hasil dengan sengadja tidak bersedia menjediakan tambaknja itu menurut ketentuan-ketentuan peraturan jang dimaksudkan dalam pasal 3 dan 4 atau 5 dan membiarkannja tidak diusahakan setjara lain, maka Asisten Wedana/Kepala Ketjamatan jang bersangkutan berwenang untuk menjerahkannja kepada seorang atau beberapa orang penggarap tambak dengan perdjandjian bagi hasil. Didalam hal ini maka pada azasnja mereka jang biasa menggarap tambak tersebut akan diutamakan.

(2) Djika pemilik tambak tersebut pada ajat 1 pasal ini tidak bersedia untuk menerima baiannja sebagai jang ditetapkan menurut ketentuan dalam peraturan jang dimaksudkan dalam pasal 3 dan 4 atau 5, maka setelah dikurangi dengan biaja-biaja jang mendjadi beban pemilik, sisa bagian pemilik tambak itu oleh penggarap tambak disimpan pada Bank Koperasi Tani dan Nelajan setempat atas nama dan biaja pemilik tersebut.

BAB VIII KESEDJAHTERAAN NELAJAN PENGGARAP, PENGGARAP TAMBAK

DAN BURUH PERIKANAN Pasal 15

(1) Didaerah-daerah dimana terdapat usaha-usaha perikanan, baik perikanan laut maupun perikanan

darat, harus diusahakan berdirinja koperasi-koperasi perikanan jang anggota-anggotanja terdiri dari para nelajan penggarap, penggarap tambak, buruh perikanan, pemilik tambak dan nelajan pemilik.

(2) Koperasi-koperasi perikanan tersebut pada ajat 1 pasal ini bertudjuan untuk memperbaiki taraf hidup para anggotanja dengan menjelenggarakan usaha-usaha jang meliputi baik bidang produksi maupun jang langsung berhubungan dengan kesedjahteraan para anggota serta keluarga.

Page 226: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

248 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

Pasal 16

(1) Tiap nelajan pemilik wadjib memberi perawatan dan tundjangan kepada para nelajan penggarap jang menderita sakit, jang disebabkan karena melakukan tugasnja dilaut atau mendapat ketjelakaan didalam melakukan tugasnja.

(2) Djika kedjadian jang dimaksudkan pada ajat 1 pasal ini mengakibatkan kematian, maka nelajan pemilik jang bersangkutan wadjib memberi tundjangan jang lajak kepada keluarga jang ditinggalkannja.

(3) Oleh Pemerintah diadakannja peraturan tentang penjelenggaraan ketentuan-ketentuan dalam pasal ini.

BAB IX PEMASARAN HASIL USAHA PERIKANAN

Pasal 17

Pemasaran hasil usaha penangkapan dan pemeliharaan ikan, baik perikanan laut maupun perikanan darat dilakukan menurut tjara dan dengan harga jang disetudjui bersama oleh nelajan pemilik/pemilik tambak dan nelajan penggarap/penggarap tambak.

BAB X

PENGAWASAN DAN PENJELESAIAN PERSELISIHAN Pasal 18

(1) Oleh Menteri Perikanan diadakan ketentuan-ketentuan lebih landjut tentang penjelenggaraan

ketentuan-ketentuan Undang-undang ini dan tjara-tjara pelaksanaan pengawasannja. (2) Didalam menjelanggarakan pengawasan jang dimaksudkan dalam ajat 1 pasal ini diikut sertakan pula

organisasi tani dan nelajan jang mendjadi anggota Front Nasional setempat.

Pasal 19

(1) Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam pasal 13, maka perselisihan-perselisihan jang timbul didalam melaksanakan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini dan peraturan-peraturan pelaksanaannja diselesaikan setjara musjawarah oleh fihak-fihak jang berselelisih bersama-sama dengan Panitia Landreform Desa djika mengenai perikanan darat atau suatu Panitia Desa jang akan dibentuk djika mengenai perikanan laut.

(2) Djika dengan tjara demikian tidak dapat diperoleh penjelesaian, maka soalnja diadjukan dengan Panitia Landreform Ketjamatan djika mengenai perikanan laut, untuk mendapat kepuasan.

(3) Terhadap keputusan Panitia tersebut pada ajat 2 pasal ini dapat dimintakan banding kepada Panitia Landreform Daerah Tingkat II jang bersangkutan, djika mengenai perikanan darat atau suatu Panitia Daerah Tingkat II jang akan dibentuk djika mengenai perikanan laut.

(4) Chusus untuk keperluan penjelesaian perselisihan sebagai jang dimaksudkan dalam ajat 2 dan 3 pasal ini keanggotaan Panitia Landreform ditambah dengan pedjabat dari Dinas Perikanan Darat jang bersangkutan dan paling banjak 3 orang wakil organisasi-organisasi tani dan nelajan jang ditundjuk oleh Front Nasional setempat, djika mereka itu dalam susunan Panitia sekarang ini belum mendjadi anggota tetap.

BAB XI

KETENTUAN PIDANA DAN LAIN2 Pasal 20

Dipidana dengan hukuman kurungan selama-lamanja (3) bulan dan atau denda sebanjak-

banjaknja Rp.10.000,- (sepuluh ribu rupiah) karena melakukan pelanggaran. a. nelajan pemilik atau pemilik tambak jang mengadakan perdjandjian bagi hasil dengan sjarat-sjarat jang

mengurangi ketentuan dalam pasal 3 dan 4 atau penetepan Pemerintah Daerah jang dimaksudkan dalam pasal 5

b. barang siapa melanggar larangan jang diamankan dalam pasal 8 ayat 3 c. nelajan pemilik atau pemilik tambak jang melanggar larangan jang dimaksudkan dalam pasal 19 ajat 1

Page 227: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

249 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

d. barang siapa mendjadi perantara antara nelajan pemilik dan nelajan penggarap atau pemilik tambak dan penggarap tambak, dengan maksud untuk memperoleh keuangan bagi dirinja sendiri.

Pasal 21

Undang-undang ini dapat disebut “Undang-undang bagi hasil perikanan dan mulai berlaku pada hari diundangkannja.

Agar supaja setiap orang dapat mengetahuinja memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Djakarta

Pada tanggal 23 September 1964 Pd. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd

Dr. SUBANDRIO Diundangkan di Djakarta

Pada tanggal 23 September 1964 SEKRETARIS NEGARA, ttd. MOHD. ICHSAN

LEMBARAN NEGARA TAHUN 1964 NO.97

Sesuai dengan aslinja. SEKRETARIS NEGARA, MOHD. ICHSAN

Page 228: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

250 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

PENDJELASAN ATAS

UNDANG-UNDANG N0. 16 TAHUN 1964 TENTANG

BAGI HASIL PERIKANAN

PENDJELASAN UMUM I. TUDJUAN UNDANG-UNDANG BAGI HASIL PERIKANAN

1. Sebagai salah satu usaha menudju kearah terwudjudnja masjarakat sosialis Indonesia pada umumnja chususnja untuk meningkatkan taraf hidup para nelajan penggarap dan penggarap tambak serta memperbesar produksi ikan, Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara didalam Ketetapannja No.II/MPRS/1960 dari Resolusinja No.I/MPRS/1963 memerintahkan supaja diadakan Undang-undang jang mengatur soal usaha perikanan jang diselenggarakan dengan perdjandjian bagi hasil. Undang-undang ini merupakan realisasi daripada perintah MPRS tersebut.

2. Sebagaimana ditentukan dalam pasal 12 ajat 1 Undang-undang pokok Agrarian segala usaha bersama dalam lapangan agraria, djadi termasuk djuga usaha perikanan, baik perikanan laut maupun perikanan darat, haruslah diselenggarakan berdasarkan kepentingan bersama dari semua fihak jang turut serta, jaitu baik nelajan pemilik dan pemilik tambak jang menjediakan kapal/perahu, alat-alat penangkapan ikan dan tambak maupun para nelajan penggarap dan penggarap tambak jang menjumbangkan tenaganja, hingga mereka masing menerima bagian jang adil dari hasil usaha tersebut.

Pengusahaan perikanan atas dasar bagi hasil dewasa ini masih diselenggarakan menurut ketentuan-ketentuan hukum adat setempat, jang menurut ukuran sosialisme Indonesia belum memberikan dan menjamin bagian jang lajak bagi para nelajan penggarap dan penggarap tambak.

Berhubung dengan itu maka pertama-tama perlu diadakan ketentuan untuk menghilangkan unsur-unsur perdjandjian bagi hasil jang bersifat pemerasan, hingga dengan demikian semua fihak jang turut serta dalam usaha itu mendapat bagian jang sesuai dengan djasa jang disumbangkannja. Dengan memberikan djaminan jang demikian itu maka disamping perbaikan taraf hidup para nelajan penggarap dan penggarap tambak jang bersangkutan, diharapkan pula timbulnja perangsang jang lebih besar didalam meningkatkan produksi ikan.

Dalam pada itu hal tersebut tidaklah berarti, bahwa kepentingan dari pada pemilik kapal/perahu, alat-alat penangkapan ikan dan tambak akan diabaikan. Usaha perikanan, terutama perikanan laut, memerlukan pemakain alat-alat jang memerlukan pemakaian alat-alat jang memerlukan biaja pemeliharaan serta perbaikan dan jang pada waktunja bahkan harus diganti dengan jang baru. Menetapkan imbangan baian jang terlalu ketjil bagi golongan pemilik biasa berakibat, bahwa soal pemeliharaan dan perbaikan serta penggantian alat-alat tersebut akan kurang mendapat perhatian atau diabaikan sama sekali. Hal jang demikian pula berpengaruh tidak baik terhadap produski ikan pada umumnja. Berhubungan denga itu para pemilik tersebut harus pula mendapat bagian jang lajak, dengan pengertian, bahwa dengan demikian ia berkewadjiban pula untuk menjelenggarakan pemeliharaan dan perbaikan sebagaimana mestinja

3. Dalam pada ituperbaikan taraf hidup para nelajan penggarap dan penggarap tambak tidak akan dapat tertjapai hanja dengan memperbaiki sjarat-sjarat perdjandjian bagi hasil sadja. Untuk itu usaha pembentukan koperasi-koperasi perikanan perlu dipergiat dan lapangan usaha serta keanggotaanja perlu diperluas. Keanggotaan koperasi tersebut harus meliputi semua orang jang turut dalam usaha perikanan itu, djadi baik para nelajan penggarap, penggarap tambak, buruh perikanan maupun nelajan pemilik dan pemilik tambak.

Lapangan usaha koperasi perikanan hendaknja tidak terbatas pada soalproduksi sadja, misalnja pembelian kapal-kapal /perahu-perahu dan alat-alat penangkapan ikan, pengolahan hasil ikan serta pemerasannja, tetapi harus djuga meliputi soal kredit serta hal-hal jang menjangkut kesedjahteraan para anggota dan keluarganja. Misalnja usaha untuk mentjukupi keperluan sehari-hari, menjelenggarakan dana ketjelakaan, kamatian dan lain-lainnja.

Dengan demikian maka mereka itu dapatlah dilepaskan dan dihindarkan dari praktek-praktek para pelepas uang, tengkulak dam lain-lainnja, jang dewasa ini sangat meradjalela dikalangan usaha perikanan, terutama perikanan laut.

Page 229: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

251 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

II. PENGATURANNJA 1. Menurut hukum adat jang berlaku sekarang ini tidak terdapat keseragaman mengenai imbangan

besarnja bagian pemilik pada satu fihak dan para nelajan penggarap serta penggarap tambak pada lain fihak. Perbedaan itu disebabkan, selain oleh imbangan antara banjaknja nelajan penggarap dan penggarap tambak pada satu fihak serta kapal/perahu, dan tambak jang akan dibagi hasilkan pada lain fihak, djuga oleh rupa-rupa faktor lainnja.

Diantaranja ialah penentuan tentang biaja-biaja apa sadja jang mendjadi beban bersama dan apa jang dipikul oleh mereka masing-masing. Mengenai perikanan darat ditambak letak, luas dan keadaan kesuburan tambaknja serta djenis ikan jang dihasilkan merupakan faktor pula jang menentukan imbangan bagian jang dimaksudkan itu . Djika tambaknja subur, maka bagian pemiliknja lebih besar dari pada bagian pemilik tambak jang kurang subur, Mengenai perikanan laut, matjam kapal/perahu dan alat-alat serta tjara-tjara penangkapan jang diepergunakan merupakan pula faktor jang turut menentukan besarnja imbangan itu.

Peresentasinja, djika dibandingkan dengan bagian seorang pemilik perahu lajar. Hal itu disebabkan karena biaja eksploitasi jang harus dikeluarkan oleh pemilik motor itu lebih besar lagi pula hasil penangkapan seluruhnja lebih besar, hingga biarpun imbangan persentasi bagi para nelajan penggarap lebih ketjill, tetapi hasil jang diterima sebenarnja oleh mereka masing-masing adalah lebih besar djika dibandingkan dengan hasil para nelajan penggarap jang mempergunakan kapal/perahu lajar.

2. Berhubung dengan itu didalam Undang-undang ini bagian jang harus diberikan kepada para nelajan penggarap dan penggarap tambak sebagai jang tertjantum didalam pasal 3, ditetapkan atas dasar imbangan didalam pembagian beban-beban dan biaja-biaja usaha sebagai jang tertjantum dalam pasal 4. Didaerah-daerah dimana pembagian beban-beban itu biaja-biaja itu sedah sesuai dengan apa jang ditentukan didalam pasal 4, maka tinggal peraturan tentang pembagian hasil sadjalah jang harus disesuaikan, jaitu djika menurut kebiasaan setempat bagian para nelajan penggarap atau penggarap tambak masih kurang daripada jang ditetapkan dalam pasal 3. Djika bagian mereka sudah lebih besar dari pada jang ditetapkan dalam pasal 3, maka aturan jang lebih menguntungkan fihak nelajan penggarap atau penggarap tambak jang harus dipakai (pasal 5 ajat 1).

3. Dengan pengaturan jang demikian itu maka ketentuan-ketentuan tentang bagi hasil jang dimuat dalam Undang-undang ini dapat segera didjalankan setelah Undang-undang ini mulai berlaku, dengan tidak menutup sama sekali kemungkinan untuk mengadakan penjesuaian dengan keadaan daerah, djika hal itu memang sungguh-sungguh perlu (pasal 5 ajat 2).

4. Mengenai perikanan darat hanja diberi ketentuan-ketentuan tentang penjelenggaraan bagi hasil tambak, jaitu genangan air jang dibuat oleh orang sepandjang pantau untuk memelihara ikan, dengan mendapat pengairan jang teratur. Usaha pemeliharaan ikan diempang-empang air tawar dan lain-lainnja tidak terkena Undang-undang ini oleh karena umumnja tidak dilakukan setjara bagi hasil, tetapi dikerdjakan sendiri oleh pemiliknja. Kalau ada pemeliharaan jang dilakukan setjara bagi hasil maka hal itu hanja mengenai kolam-kolam jang tidak luas. Kalau ada sawah jang dibagi hasilkan dan selain ditanami padi djuga diadakan usaha pemeliharaan ikan, maka soalnja diatur menurut Undang-undang No.2 tahun 1960 tentang Perdjandjian Bagi Hasil pertanian.

PENDJELASAN PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Huruf a : Dalam pengertian ikan termasuk hasil laut lainnja, ketjuali mutiara, jang

pengambilannja memerlukan izin chusus dari Menteri Perikanan. huruf b dan d : Kapal/perahu, alat-alat penangkapan ikan lainnja dan tambak jang dibagi hasilkan tidak

perlu dikuasai oleh nelajan pemilik dan pemilik tambak dengan hak milik, Penguasaan itu dapat pula didasarkan atas hak persewaan atau hak guna usaha. Sero dan kelong (djermal) jang dipergunakan untuk menangkap ikan termasuk dalam pengertian “alat penangkapan ikan”.

huruf c : Orang-orang jang menjediakan tenaganja dalam usaha penangkapan ikan laut sebagai suatu kesatuan (“unit”) disebut “nelajan penggarap”, jang sebagai kesatuan pula akan membagi hasil dari usaha itu dengan nelajan pemilik. Beberapa orang jang turut serta sebagai satu kesatuan itu tergantung pada matjam kapal/perahu dan alat2 serta tjara2 penangkapan jang dipergunakan. Ada kalanja hanja 2 atau 3 orang, ada kalanja sampai 20 orang. Seringkali seorang nelajan pemilik turut serta kelaut sebagai djurumudi, didalam hal jang demikian nelajan pemilik itu djuga termasuk dalam golongan nelajan penggarap. Ia

Page 230: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

252 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

akan menerima bagian dari hasil usaha itu baik sebagai nelajan pemilik walaupun sebagai salah seorang nelajan penggarap.

huruf e : Hubungan dengan sjarat2 jang ditentukan didalam pasal 6. huruf f : Tambak harus mendapat pengairan jang teratur. Ini mengandung arti , bahwa pada waktu-

waktu tertentu menurut kehendak pengusahanja air dari saluran dapat dimasukkan kedalam atau dikeluarkan dari tambak, sehingga pintu air jang tjukup rapat dan kuat merupakan bagian jang mutlak dari tambak. Oleh karenanja maka pemilik tambak dan penggarap tambak pada waktu memulai dan mengachiri perdjandjian bagi hasil berkewadjiban untuk menjerahkan tambak jang bersangkutan dengan pintu airnja dalam keadaan jang mentjukupi untuk keperluannja.

huruf i : Dalam golongan ini termasuk udang, ketjuali kalau udang itu memang sengadja dipelihara dan benihnja dibeli. Didalam hal jang demikian di golongkan sebagai ikan pemeliharaan.

Pasal 3 s/d 5. Beaja perbekalan untuk para penggarap selama dilaut jang mendjadi tanggungan bersama,

adalah mengenai kapal motor. Mengenai ketentuan dalam pasal 4 a angka 2 huruf b perlu ditambahkan bahwa rumah/tempat tinggal penggarap tambak dipergunakan sebagai tempat pendjagaan, adalah mendjadi beban pemilik tambak, sedangkan mengenai ketentuan dalam pasal 4 b angka 2 huruf c perlu ditambahkan pendjelasan, bahwa pada umumnja untuk melaksanakan kewadjibannja itu penggarap tambak biasanja menjediakan sendiri alat-alat jang diperlukannja. Djia untuk itu perlu dibeli alat-alat baru, maka berhubung dengan mahalnja harga alat-alat tersebut sekarang ini, pembeliannja dapat dilakukan bersama-sama dengan pemilik tambak. Djika dikemudian hari penggarap tambak itu tidak lagi menggarap tambak jang bersangkutan, maka akan diadakan perhitungan.

Pasal 6 : Persjaratan sebagai jang ditetapkan didalam pasal ini dimaksudkan agar manfaat jang diperoleh dari ketentuan Undang-undang ini benar-benar akan djatuh kepada para penggarap tambak jang sebenarnja dan bukan kepada orang-orang jang bertindak sebagai perantara antara pemilik tambak dan bukan penggarap, sedang perantara pemilik tambak dan penggarap, sedang pada kenjataannja tidak menggarap sendiri tambak jang bersangkutan. Pembatasan luas tambak garapan dimaksudkan, selain untuk mentjegah tibulnja golongan perantara, djuga untuk memberi kesempatan kepada orang lain agar dapat djuga bisa mendjadi penggarap tambak.

Pasal 7 : Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan djaminan kepada para nelajan penggarap dan penggarap tambak bahwa mereka akan dapat membagi hasil selama waktu jang tjukup lama dan kemudian setelah djangka waktu perdjandjiannja berachir akan kembali mendjadi nelajan penggarap dan penggarap tambak dan tidak akan terdesak oleh orang lain.

Didalam Panitya jang dimaksudkan dalam ajat 4 huruf b akan diikut sertakan wakil-wakil dari organisasi-organisasi tani dan nelajan jang ditundjukoleh Front Nasional setempat.

Pendjelasan ini berlaku djuga terhadap ketentuan pasal 19. Kiranja sukar untuk merumuskan dengan tegas apa jang dimaksudkan dengan pengertian “keadaan baik” jang ditentukan dalam ajat 5. Tetapi pada umumnja dapatlah dikatakan, bahwa kapal/perahu, alat-alat penangkapan dan ikan tambak itu harus dikembalikan kepada nelajan pemilik dan pemilik tambak dalam keadaan jang tidak merugikan mereka, tidak terdjadi kerusakan-kerusakan jang disebabkan karena kelalaian atau sengadja ditimbulkan oleh nelajan penggarap atau penggarap tambak.Dalam konkretnja hal itu tergantung pada keadaan dan ukuran setempat. Djika tentang hal ini terdjadi perselisihan maka berlakukah ketentuan pasal 19.

Pasal 8 : Dibeberapa daerah berlaku kebiasaan, bahwa untuk memperoleh kesempatan mengusahakan tambak dengan perdjandjian bagi hasil, tjalon penggarapnja diharuskan membajar uang atau memberikan benda tertentu kepada pemilik tambak. Djumlah uang atau harga barang itu ada kalanja sangat tinggi. Oleh karena hal itu tidak hanja merupakan beban tambahan bagi penggarap tambak, melainkan lebih-lebih merupakan bentuk pemerasan terhadap golongan jang ekonominja lemah, maka pemberian sematjam itu dilarang. Jang dimaksudkan dengan “unsur-unsur idjon” dalam ajat 3 adalah : a. pembajarannja dilakukan sebelum penangkapan ikan lautnja selesai atau sebelum

tambaknja dapat dipanen dan b. bunganja sangat tinggi. Dalam pada itu perlu ditegaskan, bahwa ketentuan dalam pasal 8 ajat 3 dan 4 ini tidak

Page 231: 23 | RUU BAGI HA SIL PERIKANANberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190326...2019/03/26  · Darat dan Pariwisata, tetapi dengan keputusan PresidenRI No. 94/196 4 tentang regrouping

253 | RUU BAGI HASIL PERIKANAN

mengurangi kemungkinan diadakannja utang piutang setjara jang wadjar dengan bunga jang lajak. Pembelian ikan ditengah laut (“mengundang”), selain dilarang menurut peraturan, sering kali disertai djuga sistim idjon.

Pasal 9 : Dalam Undang-undang Pokok, Agraria telah ditentukan, bahwa hak sewa dan gadai atas pertanian merupakan hak jang bersifat sementara dan harus diusahakan hapusnja dlam waktu singkat. Menurut kenjataannja sewa menjewa dan gadai-menggadai tambak itu djarang sekali terdjadi. Berhubung dengan itu maka sepandjang mengenai tambak ketentuan Undang-undang Pokok Agraria tersebut dapat direalisasikan sekarang dengan mengadakan larangan sebagai ditentukan dalam pasal ini. Dalam pada itu untuk keperluan-keperluan jang sangat mendesak, misalnja memerlukan uang untuk biaja memenuhi rukun islam jang kelima sewa menjewa atau gadai menggadai tambak itu masih diperbolehkan, tetapi hanja untuk waktu jang terbatas (misalnja 2 atau 3 tahun).

Ketentuan dalam ajat 2 dan 3 diperlukan untuk melindungi penjewa tambak, pun untuk tidak terlalu merugikan setjara langsung fihak jang menggadai tambak pada waktu Undang-undang ini mulai berlaku.

Pasal 10 : Untuk menampung kemungkinan dan usaha-usaha jang hendak menghindarkan diri dari ketentuan tentang tjara bagi hasil jang diatur didalam Undang-undang ini dan untuk menjalurkan para nelajan dan penggarap tambak untuk berusaha setajra wadjar demi peningkatan produksi perikanan diadakanlah ketentuan dalam pasal ini, hingga tidak perlu digunakan tjara-tjara terlarang.

Pasal 11 : tidak memerlukan pendjelasan Pasal 12 : tidak memerlukan pendjelasan Pasal 13 dan pasal 14 : Menurut pengertian sosialisme Indonesia maka setiap “pemilikan” mempunjai

funksi sosial. Mengenai tanah hal itu ditegaskan dalam pasal 6 Undang-undang Pokok Agraria. Menurut pengertian itu maka setiap alat jang dapat dipergunakan dalam bidang produksi tidak boleh sengadja dibiarkan tidak terpakai hingga mendjadi tidak produktif. Pengertian tersebut berlaku djuga terhadap kapal/perahu, alat-alat penangkapan ikan dan tambak, jang harus diabdi kan pula bagi hasil.

Pasal 15 : sudah didjelaskan didalam Pendjelasan umum. Pasal 16 : Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan djaminan-djaminan sosial jang lajak bagi para

nelajan penggarap, jang karena sifat pekerdjaannja dilaut sering menghadapi bahaja. Pasal 17 : Ketentuan ini dimaksudkan agar supaja masing-masing fihak tidak dirugikan. Usaha

penangkapan dan pemeliharaan ikan itu adalah suatu usaha bersama jang didasarkan atas kepentingan bersama, demikian pasal 2 Soal pemerasan hasil ikan adalah hal jang sangat penting, oleh karenanja harus diselenggarakan atas dasar persetudjuan kedua belah fihak.

Pasal 18 : Pengawasan atas pelaksanaan ketentuan Undang-undang ini, baik jang bersifat preventif maupun represif dapat diserahkan kepada para pedjabat setempat, terutama Dinas Perikanan Laut dan Darat, djuga kepada koperasi-keperasi perikanan, organisasi tani dan nelajan setempat dan lain-lain instansi jang dipandang perlu.

Pasal 19 : Ketentuan ini dimaksudkan untuk mempertjepat dan menjederhanakan penjelesaian perselisihan-perselisihan jang timbul didalam melaksanakan Undang-undang ini.

Pasal 20 : tidak memerlukan pendjelasan Pasal 21 : Dengan berlakunja Undang-undang ini, jang dapat disebut Undang-undang Bagi Hasil

perikanan, maka Undang-undang No.2 tahun 1960 tentang Perdjandjian Bagi Hasil sebaiknja disebut “Undang-undang Bagi Hasil perikanan”.

------------------------------o0o------------------------------

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA No. 2690