22

35
Poliomyelitis pada Kasus Anak Laki-laki tidak dapat Menggerakan Kaki dengan Bagian Simetris Giyanti anshela 102011225 Mahasiswi fakultas kedokteran universitas Kristen krida wacana Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510.No. Telp (021) 5694-2061, e-mail: [email protected] Pendahuluan Indonesia termasuk Negara berkembang yang berpenghuni dengan banyak anak yang masih menderita penyakit poliomielitis. Pengetahuan yang kurang dan ketersediannya imunisasi untuk anak masih kurang dan penyuluhan sebagai pentingnya imunisasi lengkap pada anak untuk menghindarkan anak dari penyakit yang dapat diatasi dengan imunisasi atau pemberian vaksin. Tapi terkadang banyak orang tua yang mengabaikan kesahatan dan imunisasi pada anak karena pengetahuan yang kurang akan pentingnya kesehatan pada anak jika diberikan imunisasi dengan lengkap sesuai umur anak. Adapun kebersihan yang kurang dikontrol pada anak sehingga rentan terhadap virus dan bakteri. Seperti, salah satu penyebaran pada kasus yang dibahas anak dapat tertular virus yang menyebabkan poliomielitis yaitu enterovirus, terlebih lagi anak tidak mendapatkan imunisasi untuk virus tersebut, sehingga rentan untuk terkena poliomielitis. Poliomielitis dapat

description

adffadf

Transcript of 22

Page 1: 22

Poliomyelitis pada Kasus Anak Laki-laki tidak dapat Menggerakan Kaki dengan

Bagian Simetris

Giyanti anshela

102011225

Mahasiswi fakultas kedokteran universitas Kristen krida wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510.No. Telp (021) 5694-2061,

e-mail: [email protected]

Pendahuluan

Indonesia termasuk Negara berkembang yang berpenghuni dengan banyak anak yang

masih menderita penyakit poliomielitis. Pengetahuan yang kurang dan ketersediannya

imunisasi untuk anak masih kurang dan penyuluhan sebagai pentingnya imunisasi lengkap

pada anak untuk menghindarkan anak dari penyakit yang dapat diatasi dengan imunisasi atau

pemberian vaksin. Tapi terkadang banyak orang tua yang mengabaikan kesahatan dan

imunisasi pada anak karena pengetahuan yang kurang akan pentingnya kesehatan pada anak

jika diberikan imunisasi dengan lengkap sesuai umur anak.

Adapun kebersihan yang kurang dikontrol pada anak sehingga rentan terhadap virus

dan bakteri. Seperti, salah satu penyebaran pada kasus yang dibahas anak dapat tertular virus

yang menyebabkan poliomielitis yaitu enterovirus, terlebih lagi anak tidak mendapatkan

imunisasi untuk virus tersebut, sehingga rentan untuk terkena poliomielitis. Poliomielitis

dapat menyebabkan salah satu gejalanya yaitu kelumpuhan pada kaki anak, namun tidak

menyingkirkan penyakit lain yang mempunyai gejala yang sama seperti GBS dan miastenia

gravis. Biasanya anak mengeluhkan kaki tidak dapat digerakkan pada bagian simetris atau

gejala tersebut didapatkan dari keterangan orang tua atau orang terdekat pasien. Maka dari

pentingnya penyakit poliomyelitis pada anak, makalah ini akan membahas secara lebih detail

perjalanan penyakit poliomyelitis.

Page 2: 22

Pembahasan

Anamnesis

Anamnesis dapat dilakukan dengan cara autoanamnesis dan alloanamnesis. Auto

anamnesis dilakukan jika pasien dalam keadaan sadar dan dalam keadaan dapat di anamnesis

dengan baik, sedangkan alloanamnesis dapat dilakukan jika pasien dalam keadaan tidak sadar

atau anak-anak yang belum dapat dianamnesis sehingga dapat dilakukan anamnesis kerabat

atau orang-orang terdekat pasien yang mengetahui riwayat perjalanan penyakit pasien.

Keluhan utama merupakan bagian paling penting dari anamnesis dan pemeriksaan

fisik.Anamnesis ini biasanya memberikan informasi terpenting untuk mencapai diagnosis

banding, dan memberikan wawasan vital mengenai gambaran keluhan yang menurut pasien

paling penting.Anamnesis ini sebaiknya mencakup sebagian besar waktu

konsultasi.Anamnesis yang di dapat harus di catat dan disajikan dengan kata-kata pasien

sendiri, dan tidak boleh disamarkan dengan istilah medis yang bisa mengaburkan sifat asli

keluhan dan nuansa yang penting1.

Keluhan utama didapat dengan membiarkan pasien berbicara tanpa dipotong.Setelah

ini, harus diajukan pertanyaan terbuka untuk mengungkap rincian yang lebih lanjut mengenai

aspek tertentu dari anamnesis. Sebagian pasien akan memberikan banyak perhatian pada

berbagai aspek penyakit yang tidak membantu menegakkan diagnosis atau memahami pasien

dan masalahnya. Terkadang mungkin ada daftar keluhan berbeda yang sangat panjang

sehingga pasien harus diminta untuk memfokuskan pada salah satu saja setiap kali

menjelaskan.Selalu ingat masalah utama dan arahkan anamnesis sesuai dengan masalah

tersebut1.

Riwayat penyakit sekarang meliputi pertanyaan yang diajukan untuk menyingkirkan

beberapa penyakit diagnosis yang ada, pertanyaan seperti berikut2:

Lama serangan (misalnya, beberapa jam sampai beberapa hari, atau beberapa minggu

bahkan bulan)

Perkembangan penyakit (misalnya ascending paralysis)

Adakah gangguan fungsi sensorik (baal, kehilangan keseimbangan terutama dalam

gelap, nyeri/rasa terbakar)

Adakah gangguan bulbar (perubahan suara/menelan)

Page 3: 22

Apakah terjadi kelemahan nervus fasialis (gangguan mengunyah, menghisap, dan

meniup)

Apakah terjadi kelemahan otot ekstraokular

Adakah gangguan pernafasan

Adakah gangguan kandung kemih atau gangguan gastrointestinal

Adakah gangguan system otonon (retensi urin, diare, pusing)

Adakah gejala sistemik (demam, penurunan berat badan, ruam dan nyeri sendi)

Adakah nyeri yang baru didapat atau setelah imunisasi (diare, infeksi saluran

pernapasan atas, atau vaksin polio oral)

Riwayat penyakit dahulu adalah bagian penting dari anamnesis.Penting untuk

mencatat secara rinci semua masalah medis yang pernah timbul sebelumnya dan terapi yang

pernah diberikan.

Riwayat pengobatan

Obat apa yang sedang dikonsumsi oleh pasien?

Bagaimana kemungkinan kepatuhan pasien dalam konsumsi obat.

Pertimbangkan terapi gangguan neurologis dan pengobatan yang mungkin merupakan

penyebab timbulnya gejala

Riwayat kehamilan dan persalinan

Penting ditanyakan pada ibu, untuk mengetahui apakah pada saat kehamilan pernah

mengalami infeksi yang dapat secara langsung atau tidak mempengaruhi janin ibu, dan

persalinan apakah adanya trauma lahir.

Riwayat imunisasi

Dengan kasus anak wajib ditanyakan imunisasi lengkap atau tidak pada anak, karena

anak yang tidak di beri imunisasi lengkap rentan terhadap infeksi.

Riwayat keluarga

Penting untuk mencari penyakit yang pernah diderita oleh kerabat pasien karena

terdapat konstribusi genetic yang kuat pada berbagai penyakit.

Page 4: 22

Riwayat social

Ketidakmampuan apa saja yang dimiliki pasien?

Mengapa pasien tak dapat melakukan apa yang ia ingin lakukan?

Pemeriksaan fisik

Jelaskan pada pasien apa yang akan anda lakukan. Pastikan pasien merasa nyaman,

hangat, dan ada privasi. Gunakan semua indera yang anda miliki: pengelihatan, pendengaran,

penciuman, dan perabaan.

Observasi tanda vital langsung seperti denyut nadi, tekanan darah, suhu, laju

pernapasan, dan tingkat kesadaran merupakan hal yang esensial dalam menilai pasien.

Kesadaran

Seseorang disebut sadar bila ia sadar terhadap diri sendiri dan lingkungan disekitar.

Orang normal dapat berada dalam keadaan: sadar, mengantuk atau tidur. Bila ia tidur, ia dapat

disadarkan oleh rangsang, misalnya rangsang nyeri, bunyi atau gerak. Rangsang ini

disampaikan pada system aktivasi retikuler, yang berfungsi mempertahankan kesadaran.

Dalam memeriksa tingkat kesadaran, seorang dokter melakukan inspeksi, konversasi dan bila

perlu memberikan rangsang nyeri3.

1. Inspeksi, perhatikan apakah pasien berespon secara wajar terhadap stimulus visual,

auditoar dan taktil yang ada disekitarnya.

2. Konversasi, apakah pasien member reaksi wajar terhadap suara konversasi, atau dapat

dibangunkan oleh suruhan atau pertanyaan yang disampaikan dengan suara yang kuat.

3. Nyeri, bagaimana respon pasien terhadap rangsang nyeri.

Perubahan patologis tingkat kesadaran

Delirium, penderita delirium menunjukkan penurunan kesadaran disertai peningkatan

yang abnormal dari aktivasi psikomotor dan siklus tidur-bangun yang terganggu. Pada

keadaan ini pasien tampak gaduh-gelisah, kacau,disorientasi, aktivitas motorik

meningkat.

Somnolen, keadaan mengantuk. Kesadaran dapat pulih penuh bila dirangsang.

Page 5: 22

Sopor, kantuk yang dalam. Penderita masih dapat dibangunkan dengan rangsang yang

kuat, namun kesadarannya segera menurun lagi.

Koma-ringan, pada keadaan ini, tidak ada respon terhapa rangsang verbal. Reflex

korne, pupil, dan sebagainya masih baik.

Koma dalam, tidak ada gerakan spontan, tidak ada jawaban sama sekali terhadap

rangsang nyeri yang bagaimanapun kuatnya.

Skala koma glaslow

Untuk mengikuti perkembangan tingkat kesadaran dapat digunakan skala koma

glaslow yang menanggapi respon penderita terhadap rangsang dan memberikan nilai pada

respon tersebut.

Inspeksi

Lihat pasien secara keseluruhan.Pastikan ada pencahayaan yang cukup.Pastikan pasien

terlihat dengan jelas dan berada dalam posisi yang tepat untuk memungkinkan dilakukannya

pemeriksaan fisik lengkap1. (perhatikan adanya pengecilan otot yang jelas, faskulasi,

deformitas, dan perubahan pada kulit)

Palpasi

Mintalah izin pada pasien dan jelaskan apa yang akan anda lakukan. Tanyakan adanya

nyeri.Mulailah pemeriksaan dengan ringan dan lembut, deskripsikan setiap kelainan dengan

teliti, mungkin dengan pengukuran1. (Untuk mengetahui tonus otot anak laki-laki berusia 7

tahun pada kasus)

Rangsang selaput otak

Kaku kuduk

Untuk memeriksa kaku kuduk dapat dilakukan hal berikut: tangan pemeriksa

ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang berbaring. Kemudia kepala di tekukkan dan

diusahakan agar dagu mencapai dada.Selama penekukan ini diperhatikan adanya tahanan.Bila

terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu tidak mencapai dada.Kaku kuduk dapat

bersifat ringan atau berat.Pada kaku kuduk yang berat, kepala tidak dapat ditekuk, malah

sering kepala terkedik kebelakang.Pada keadaan yang ringan, kaku kuduk di nilai dari tahanan

yang dialami waktu menekuk kepala3.

Page 6: 22

Tanda lasegue

Untuk pemeriksaan ini dilakukan hal berikut: pasien yang sedang berbaring diluruskan

(ekstensi) kedua tugkainya. Kemudia satu tungkai diangkat lurus, di bengkokkan (flexi) pada

persendian panggul.Tungkai yang satu lagi lurus.Pada keadaan normal, kita dapat mencapai

sudut 70 derjat sebelum timbul rasa sakit atau tahanan, maka disbut tanda lasegue

positif.Namun demikian, pada pasien yang sudah lanjut usianya diambil Patoka 60 derajat.

Tanda lasegue positip dijumpai pada kelianan berikut: rangsang selaput otak, iritasi pleksus

lumbosacral3.

Tanda kernig

Pada pemeriksaan ini, penderita yang sedang berbaring diflexikan pahanya pada

persendian panggul sampai membuat sudut 90 derajat.Selain itu tungkai bawah diekstensikan

pada persendian lutut.Biasanya dapat melakukan ekstensi ini sampai sudut 135 derajat, Antara

tungkai bawah dan tungkai atas.Bila terdapat tahanan dan rasa nyerri sebelum tercapai sudut

ini, maka dikatakan bahwa kernig positif3.

Tanda brudzinski I

Untuk memeriksa tanda ini dilakukan hal berikut: dengan tangan yang ditempatkan

dibawah kepala pasien yang sedang berbaring, tekukkan kepala sejauh mungkin sampai dagu

mencapai dada. Tangan yang satu lagi sebaiknya ditempatkan didada pasien untuk mencegah

diangkatnya badan.Bila tanda brudzinski positif, maka tindakan ini mengakibatkan flexi

kedua tungkai.Sebelumnya perlu diperhatikan apakah tungkai nya tdak lumpuh.

Tanda brudzinski II

Pada paisen yang sedang berbaring, satu tungkai di flexikan pada persendian panggul,

sedang tungkai yang satu lagi berada dalam keadaan ekstensi.Bila tungkai yang satu ini ikut

pula terflexi, maka disebut tanda brudzinsky II positip.

Reflex

Reflex neurologis bergantung pada suatu lengkungan yang terdiri atas jalur aferen

yang dicetus oleh reseptor dan sistem eferen yang mangaktivasi organ efektor, serta hubungan

antara kedua komponen ini. Misalnya, reflek tendon lutut timbul karena adanya rangsang,

reseptor, serabut aferen, ganglion spinal, neuron perantara, sel neuron motoric, serabut aferen

Page 7: 22

dan efektor. Hal ini dinamakan lengkung reflex. Bila lengkung ini rusak maka reflex akan

hilang.

Selain lengkungan tadi didapatkan pula hubungan dengan pusat-pusat yang lebih

tinggi di otak yang tugasnya memodifikasi reflex tersebut. Bila hubungan dengan pusat yang

lebih tinggi ini terputus, misalnya karena kerusakan pada system pyramidal, hal ini akan

mengakibatkan reflex meninggi.

Jenis reflex

Bila dibandingkan dengan pemeriksaan-pemeriksaan lain, misalnya sensibilitas, maka

pemeriksaan reflex kurang bergantung kepada kooperasi pasien. Ia dapat dilakukan pada

orang yang menurun kesadaran, bayi, anak, orang yang gelisah. Itulah sebabnya pemeriksaan

reflex penting nilainya, karena lebih objektif dari pemeriksaan lainnya.

Pada kasus terjadi kelumpuhan atau tidak dapat digerakkan kaki kanan anak sehingga

periksa extermitas bawah yang perlu dilakukan meliputi di bawah ini, namun tetap tidak

mengabaikan pemeriksaan ekstermitas atas yang tetap harus di periksa jika ada bagian lain

yang bermasalah pada anggota tubuh pasien:

Dalam praktek sehari-hari kita biasanya memeriksa dua macam reflex, yaitu reflex

dalam dan superficial3.

Refleks dalam (reflex regang otot)

Reflex dalam timbul oleh regangan otot yang disebabkan oleh rangsangan, dan sebagai

jawabanya maka otot berkontraksi. Refleksa dalam juga dinamai reflex regang otot. Reflex

dalam dapat dinamai menurut otot yang bereaksi atau menurut tempat merangsang, yaitu

tempat insersio otot. Misalnya reflex kuadrisep femoris disebut juga reflex tendon lutut atau

reflex patella. Telah dikemukakan diatas bahwa timbulnya reflex ini ialah Karena teregangnya

otot oleh rangsang yang diberikan dan sebagai jawaban otot berkontraksi. Rasa regang (ketok)

ini ditangkap oleh alat penangkap (reseptor), karena itu reflex ini juga dinamai reflex

proprioseptif.

Page 8: 22

Reflex superficialis

Reflex ini timbul karena terangsangnya kulit atau mukosa yang mengakibatkan

berkontraksinya otot yang ada di bawahnya atau disekitarnya. Jadi bukan karena teregangnya

otot seperti pada reflex-dalam.

Tidak ada batas yang tegas Antara tingkat reflex yang dikemukakan diatas, yaitu tidak

ada batas yang tegasanatara reflex lemah, normal atau meningkat. Pada reflex yang meninggi

daerah tempat memeberikan rangsang biasanya bertambah luas. Misalnya reflek kuadriceps

femoralis, bila ia meninggi, maka tempat rangsangan tidak sajaj di tendon patella, tetapi dapat

meluas sampai tulang tibia. Kontraksi otot pun bertambah hebat, sehingga mengakibatkan

gerakan yang kuat pada persendiannya. Jika meningginya reflex hebat, kadang-kadang

didapatkan klonus, yaitu otot berkontaraksi secara klonik. Pada reflex yang lemah, perlu pula

melakukan upaya untuk memperjelas efek yang lemah. Hal ini misalnya dilakukan dengan

membuat otot yang diperiksa dalam kontraksi enteng sebelum dirangsang.Selain itu juga

perhatian penderita perlu dialihkan, misalnya dengan menyuruhnya menarik pada kedua

tangannya yang saling bertautan. Pada pemeriksaan reflex jangan lupa membandingkan

bagian-bagian yang simetris. Asimetris dapat menunjukkan adanya proses patologis.

Refleks kuadriceps femoralis (reflex tendon lutut, reflex patella)

KPR, pada pemeriksaan reflex ini, tungkai di flexikan dan digantungkan, misalnya

pada tepi tempat tidur.Kemudian, diketok pada tendon muskulus kuadriceps femoris, di

baawah atau diatas patella. Kuadriceps femoris akan berkontraksi dan mengakibatkan gerakan

ekstensi tungkai bawah. Legkung reflex ini melalui L2 dan L3.

APR, tungkai bawah difleksi kan sedikit, kemudian kita pegang kaki pada ujungnya

untuk memberikan sikap dorsofleksi ringan pada kaki. Setelah itu tendon Achilles diketok.Hal

ini mengakibatkan berkontraksinya muskulus triseps dan memberikan gerak plantar fleksi

pada kaki. Lengkung reflex ini melalui S1 dan S2.

Memeriksa system motoric harus dimahiri.Sebagian besar manifestasi objektif

kelainan saraf bermanifestasi dalam gangguan gerak otot.Telah dikemukakan bahwa, sindrom

lower motor neuron mempunyai gejala lumpuh, atoni, atrofi dan arefleksi.Sindrom lower

motor neuron didapatkan pada kerusakan dineuron motoric, neuraksis neuron motoric

(misalnya saraf spinal, pleksus, saraf perifer), alat penghubung neuraksis dan otot.Sindrom

Page 9: 22

upper motor neuron, yang dijumpai pada kerusakan system pyramidal mempunyai gejala

lumpuh, hipertoni, hiperfleksi dan klonus, serta reflex patologis.

Periksa kekuatan, bandingkan kedua sisi, periksa fleksi, ekstensi, abduksi, aduksi

panggul, ekstensi, fleksi lutut, plantar fleksi, dorso fleksi, inversi, eversi, dan dorsofleksi ibu

jari kaki.

Periksa koordinasi dengan test tumit jari kaki. Periksa reflex.Periksa respon lutut,

pergelangan kaki.

Periksa sensasi.Tes raba halus, tusuk jarum, rasa getar, rasa posisi sendi, dan reaksi

panas/dingin.

Saraf kranial

Saraf otak ada 12 pasang dan biasanya dinyatakan dengan angka romawi I-XII.

Memeriksa saraf otak dapat membantu menentuka lokasi dan jenis penyakit.Tiap saraf

otak harus diperiksa dengan teliti.Karena itu perlu dipahami anatomi dan fungsinya, serta

hubungannya dengan struktur lainnya.Lesi dapat terjadi pada bagian perifer, inti atau

hubungannya ke sentral.Bila inti rusak, hal ini diikuti oleh degenerasi saraf perifernya.Saraf

perifer dapat pula terganggu tersendiri. Inti saraf otak yang terletak dibatang otak letaknya

saling berdekatan dengan struktur lain, sehingga jarang dijumpai lesi pada satu inti saja tanpa

melibatkan bangunan yang lain.

Manifestasi klinik2

Kuadriparesis flaksid simetris (melibatkan fungsi respirasi dengan atau tanpa

mengenai medulla oblongata) disertai arefleksia, dapat terjadi kehilangan fungsi

sensorik minimal seperti pada neuropati (misalnya sindrom guillain barre)

Kelemahan otot-otot proksimal yang simetris tanpa gejala atau tanda kerusakan

sensorik seta disertai adanya refeks, seperti pada neuropati akut.

Kelemahan otot akibat kelelahan (diplopia, ptosis dan disfungsi medulla oblongata

seperti pada miastenia gravis dan kerusakan neuromuscular lainnya)

Paraparesis flaksid dengan gangguan ditingkat sensorik (lebih sering melibatkan

tungkai bawah dan disfunsi kandung kemih) misalnya pada myelitis tranversa.

Kerusakan yang mengenai medulla oblongata seperti pada botulisme, miastenia gravis.

Page 10: 22

Oftalmoplegia disertai kelemahan motoric, seperti pada sindrom guillain barre,

miastenia gravis.

Disfungsi otonom seperti pada sinrom guillain barre.

Pemeriksaan penunjang

Diagnosis laboratorium

Pada infeksi enterovirus akut, diagnosis paling mudah dibuat dengan isolasi virus dari

usap tenggorok, feses atau usapan rectum, cairan tubuh dan kadang-kadang jaringan

tubuh.Kecuali pada bayi muda, viremia biasanya tidak ditemukan.Jika system saraf pusat

terlibat, biakan cairan serebrospinal yang diambil semala fase akut penyakit dapat positif

tergantung derajat penyakit dan serotype yang terlibat. Isolasi virus langsung dari jaringan

yang terkena atau dari cairan tubuh dalam ruangan tertutup ( misalnya, pleura, perikard, atau

cairan cerebrospinal) biasanya memastikan diagnosis. Isolasi enterovirus dari tenggorokan

akan mengarah ke penyebab penyakit karena virus ini biasanya hanya terdapat ditempat ini

selama 2 hari sampai 2 minggu setelah infeksi, isolasi virus hanya dari specimen feses harus

diartikan lebih hati-hati karena pergantian siklus virus tanpa gejala dalam usus dapat menetap

selama 4 bulan4.

Diagnosis dapat di dukung lebih jauh dengan peningkatan titer antbodi neutralisasi

empat kali lipat atau lebih pada sampel serum pada fase akut dan penyembuhan. Metode ini

mahal dan tidak praktis, memerlukan pemilihan serotype yang cermat untuk digunakan

sebagai antigen. Biasanya serodiagnosis digunakan pada keadaan kritis, yaitu ketika etiologi

penyakit dipertanyakan, seperti jika isolasi virus hanya dari sumber perifer seperti feses atau

pada penyakit mioperikarditis, dengan hasil biakan rutin rendah dan jumlah serotype yang

diperkirakan terbatas. Interpretaasi kuatitatif titer antibody pada sampel serum tunggal jarang

membantu karena tingginya pravalensi dan luasnya rentang titer berbagai serotype yang dapat

ditemukan pada individu sehat. Pada infeksii virus polio akut, titer antibody fiksasi

komplemen yang didapat dari serum fase akut dan penyembuhan dapat membantu diagnosis4.

Akhir-akhir ini didapatkan bahwa rangkaian RNA enterovirus yang umum dapat

ditunjukkan dengan dengan reaksi rantai polymerase, sehingga memperluas dan seringkali

mempercepat deteksi virus dalam jaringan dan cairan serebrospinal.Namun demikian, uji

diagnostic rutin untuk infeksi enterovirus dengan metode ini belum tersedia.

Page 11: 22

Diagnosis banding

Neuritis infeksiosa (sindrom guillan-barre) adalah ppenyakit yang paling sering dan

paling sukar dibedakan dari poliomyelitis.Biasanya demam, nyeri kepala, dan tanda-tanda

meningeal kurang menonjol.Paralisis khas simetris, dan perubahan sensoris serta tanda-tanda

traktus piramidalis adalah biasa tetapi tidak ada poliomyelitis. Khas, ada sedikit sel tetapi

kadar globulin dalam cairan cerebrospinal naik5.

Miastenia gravis adalah penyakit yang disebabkan oleh blockade neuromuscular

secara immunologis. Pengeluaran setilkolin kedalam celah sinaps melalui terminal Kason

adalah normal, tetapi membrane otot pascasinaps atau plat ujung motoric kurang responsive

daripada normal. Penurunan jumlah asetilcolin reseptor disebabkan oleh antibody pengikat-

reseptor dalam sirkulasi.Pada kebanyakan kasus penyakit adalah nonherediter da nada dalam

kategori gangguan autoimun.Miastenia gravis familial yang jarang mungkin berciri resesif

autosom.

Ptosis dan beberapa tingkat kelemahan otot ekstraokular merupakan tanda-tanda

paling awal dan paling konstan pada miastenia gravis. Anak yang lebih tua mungkin

mengeluh diplopia dan anak kecil mungkin membuka matanya terus menerus dengan ibu jari

dan jarinya jika ptosis cukup berat menutupi pengelihatan. Respon pupil terhadap cahaya

dipertahankan.Disfagia dan kelemahan otot muka juga lazim ada, dan kesulitan dalam

memberi makan bayi awal sering merupakan tanda iutama miastennia.Pengendalian kepala

yang jelek karena kelemahan fleksor leher juga jelas.Keterlibatan mungkin terbatas pada otot

yang diinervasi bulbar, tetapi penyakit ini adalah sistemik dan kelemahan melibatkan otot

sekeliling tungkai serta otot-otot distal tangan pada kebanyakan kasus.Fasikulasi otot,

myalgia, dan gejala sensoris tidak terjadi. Reflex peregangan tendo mungkin berkurang, tetapi

jarang menghilang.

Kelelahan otot yang cepat adalah tanda khas miastenia gravis yang membedakan dari

kebanyakan penyakit neuromuscular lain. Ptosis meningkat secara progresif ketika penderita

diminta untuk menahan pandangan ke atas selama 30-90 detik.Mengangkat kepala dari

permukaan meja periksa sementara tidur terlentang adalah amat sulit, dan gravitasi tidak dapat

diatasi selama lebih daripada beberapa detik.Anamnesis yang teliti juga mengungkapkan

bahwanpenderita lebih bergejala pada sore hari ketika kelelahan.Jika tidak diobati biasanya

dapat progresif dan dapat mengancam jiwa karena keterlibatan otot pernafasan dan risiko

aspirasi6.

Page 12: 22

Working diagnosis

Poliomyelitis merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh enterovirus.

Infeksi virus ini dapat menyerang susunan saraf pusat, khususnya kornu anterior medulla

spinalis dan nucleus batang otak. Poliovirus menginfeksi melalui jalur fekal oral tetapi dapat

juga melalui kontak langsung3.

Enterovirus

Enterovirus adalah kelompok besar agen virus yang mendiami saluran intestinum dan

menyebabkan sakit yang berarti pada manusia dan sering dengan berbagai manifestasi klinik.

Etiologi

Enterovirus adalah virus RNA yang termasuk family pikornaviridae. Subkelompok

enterovirus asli meliputi koksakivirus, ekovirus, dan poliovirus.Koksakivirus sebagai agen

nonpoliovirus yang menyebabkan paralisis pada anak.Enterovirus menyimpan aktivitas

selama beberapa hari pada suhu kamar dan dapat disimpan sampai waktu tidak terhingga pada

suhu pendingin (-20 derajat celcius).Mereka dengan cepat diinaktifkan oleh panas (>56

derajat celcius), formaldehid, klorinasi, dan sinar ultraviolet5.

Manifestasi klinik dan pemeriksaan fisik poliomielitis

Infeksi virus polio, bila orang yang rentan telah terinfeksi dengan virus polio, salah

satu dari respon berikut dapat terjadi, dalam urutan frekuensi ini: (1) infeksi tidak jelas pada

90-95% dari mereka yang terinfeksi, (2) poliomyelitis abortif, (3) poliomyelitis nonparalitik,

(4) poliomyelitis paralitik.

Poliomyelitis abortif, sakit demam singkat terjadi dengan satu atau lebih gejala-gejala

berikut, malaise, anorexia, mual, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi, dan

nyeri perut. Batuk, eksudat faring, diare, nyeri perut local serta kekakuan jarang. Demam

jarang melebihi 39,5 derajat celcius, dan faring biasanya menunjukan sedikit perubahan

walaupun sering ada keluhan nyeri tenggorokan5.

Poliomyelitis nonparalitik, gejala-gejalanya adalah seperti gejala poliomyelitis abortif,

kecuali bahwa nyeri kepala, mual, dan muntah lebih parah, dan ada nyeri dan kekauan otot

leher posterior, badan dan tungkai.Paralisis kandung kencing yang cepat menghilang sering

dijumpai, dan konstipasi sering ada.Sekitar duapertiga anak mengalami jeda bebas-gejala

Page 13: 22

antara fase pertama (sakit minor) dan fase kedua (sakit system saraf sentral atau sakit

mayor).Perjalanan dua-fase ini kurang sering pada orang dewasa, karena padanya evolusi

gejala lebih tersembunyi. Kaku kuduk dan spina akan terjadi sebagai dasar diagnosis

poliomyelitis nonparalitik fase kedua5.

Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda kaku kuduk spina dan perubahan pada

reflex superficialis dan dalam. Pada penderita kooperatif tanda-tanda kaku kuduk spina mula-

mula dicari dengan tes aktif.Anak diminta duduk bangun tanpa dibantu.Jika memerlukan

upaya yang tidak sesuai dan jika lutut fleksi ke atas dan penderita sedikit menggeliat dari sisi

ke sisi dalam upaya duduk bangun dan menggunakan tangan pada tempat tidur denga posisi

penopang berkaki tiga tidak salah lagi adalah suatu kekakuan spina.Masih tetap duduk,

penderita diminta untuk memfleksikan dagu ke dada dan diamati adanya kaku kuduk. Cara

lain posisi terlentang, dengan lutut ditekan perlahan-lahan, penderita diminta duduk bangun

dan mencium lutut penderita. Jika lutut tertarik ke atas dengan cepat atau jika maneuver tidak

cukup sempurna, ada kekakuan pasti, upaya harus dilakukan untuk memperoleh tanda kernig

dan brudzinsky. Fleksi oksiput dan leher kedepan perlahan-lahan akan menimbulkan kaku

kuduk, yang dapat mendahului kekauan spinal. Kepala terkulai mungkin dapat diperagakan

dengan menempatkan tangan pada bahu penderita dan mengangkat badan.Normalnya kepala

selalu sebidang dengan badan, tetapi pada poliomyelitis kepala sering terkulai ke belakang5.

Pada stadium awal semua reflex secara normal aktif dan tetap demikian kecuali kalau

terjadi paralisis. Perubahan pada reflex, bertambah atau berkurang, dapat mendahului

kelemahan pada 12-24 jam, dengan demikian adalah penting untuk mendeteksinya, terutama

pada penderita nonparalitik yang ditangani dirumah. Reflex superficialis, yaitu reflex

kremaseter dan perut dan reflex otot spinal dan glutea, biasanya pertama menghilang. Reflex

spinal dan glutea dapat menghilang sebelum reflex perut dan kremaseter muncul. Perubahan

pada reflex tendon dalam biasanya terjadi 8-24 jam sesudah penurunan reflex superficialis

dan menunjukan paresis tungkai yang segera akan terjadi. Tidak ada reflex tendon dengan

paralisis. Defek sensoris tidak terjadi pada poliomyelitis.

Poliomyelitis paralitik merupakan akibat utama infeksi yang mungkin terjadi dan

seringkali di dahului oleh demam ringan.Secara klasik setelah beberapa hari, gejala

menghilang.Dalam waktu 5 sampai 10 hari demam terjadi lagi, dan muncul tanda iritasi

meningen serta paralisis flasid asimetris.Kemudian diikuti oleh nyeri dan spasme otot

mengejang serta kejang kaku pada bagian yang terkena.Paralisis kandug kemih lamanya 1-3

Page 14: 22

hari pada sekitar 20% penderita dan atoni usus besar adalah lazim, kadang-kadang sampai

mengarah ke ileus paralitikus.Pada beberapa penderita paralisis otot mungkin merupakan

tanda awal5.

Paralisis flaksid merupakan ekspresi klinis cedera neuron paling jelas.Terjadinya atrofi

muscular disebabkan oleh denervasi ditambah atrofi tidak digunakam. Nyeri, spasitas, kaku

uduk dan kekauan spinal, serta hipertoni pada awaal penyakit mungkin karena lesi batang

otak, ganglia spinal, dan kolumna posterior. Aritmia respirasi dan jantung, tekanan darah dan

perubahan vasomotor, serta yang serupa merupakan refleksi cedera terhadap pusat-pusat vital

dalam medulla.

Reflex tendo berkurang atau menghilang. Sensasi tetap utuh, berlawanan dengan

kelumpuhan simetris yang biasa terjadi dan gangguan sensori ringan pada sindroma guillain

barre.

Pada pemeriksaan fisik distribusi paralisis khas kadang-kadang baik atau tidak.Untuk

mendeteksi kelemahan otot ringan, sering memakai tahanan halus dalam melawan kelompok

otot yang sedang di uji.Pada bentuk spinal ada kelemahan beberapa otot leher, perut, batang

tubuh, diafragma, thoraks, atau tungkai.Pada bentuk bulber ada kelemahan pada distribusi

motoric dari satu saraf kranial atau lebih dengan atau tanpa disfungsi pusat-pusat vital

respirasi dan sirkulasi.Komponen-kompenen dari kedua bentuk diatas terjadi bersama-sama

pada poliomyelitis bulbospinalis.

Sejumlah komponen yang bekerja sama dapat menimbulan insufisiensi ventilasi,

mengakibatkan hipoksia dan hiperkapnea, yang dapat menimbulkan pengaruh yang dalam

pada banyak system lain. Karena insufisiensi pernafasan mungkin berkembang dengan cepat,

maka evaluasi klinis terus menerus sangat penting.Meskipun ada kelemahan otot pernafasan,

penderita mungkin berespon pada begitu banyak upaya respirasi sehingga overventilasi dapat

terjadi pada awal permulaan, menimbulkan alkalosis respiratoir.Upaya demikian melelahkan

dan segera menyebabkan kegagalah pernafasan.

Gambaran penyakit khas tertentu terjadi5:

• Poliomyelitis spinal murni dengan insufisiensi pernafasan mencakup kesesakan,

kelemahan atau paralisis otot-otot pernafasan tanpa keterlibatan klinis saraf-saraf kranial atau

pusat-pusat vital yang dapat dilihat. Terutama yang terkena segmen medulla spinal, servikal

thoraks.

Page 15: 22

• Poliomyelitis bulber murni mencakup paralisis nucleus saraf kranial dengan atau tanpa

keterlibatan pusat-pusat vital yang mengendalikan pernafasan, sirkulasi dan suhu tubuh.

Keterlibatan saraf kranial 9,10,12 menyebabkan paralisis faring, lidah, laring dengan akibat

penyumbatan jalan nafas.

• Poliomyelitis bulbospinal dengan insufisiensi pernafasan mengenai otot0otot

pernafasan bersama dengan paralisis bulber.

Pathogenesis dan respon imun

Pasca pemasukan virus awal melalui oral atau rute jalan nafas, implantasi terjadi pada

faring dan saluran cerna bagian bawah. Dua enterovirus atau lebih dapat menginvasi dan

membelah diri pada saat yang sama dalam saluran cerna. Pengaruh campur tangan telah

terdokumentasi antara ekovirus, koksakivirus, dan virus polio, termasuk strain vaksin. Dalam

satu hari infeksi meluas ke limfonodi regional.Pada sekitar hari ke tiga terjadi viremia minor,

melibatkan banyak tempat-tempat skunder.Multiplikasi virus di tempat ini terjadi bersama

dengan mulainya gejala klinis.Penyakit dapt bervariasi dari minor ke infeksi yang

mematikan.Viremia mayor terjadi selama periode multipilikasi virus pada tempat-tempat

skunder, biasanya berakhir pada hari ke 3-7 infeksi. Pada beberapa infeksi enterovirus

keterlibatan system saraf sentral terjadi pada waktu yang sama seperti keterlibatan organ

skunder, tetapi kadang-kadang penundaan gejala system saraf sentral memberi kesan bahwa

penyebaran terjadi lebih lambat dalam hubungannya dengan viremia mayor atau melalui jalur

lain seperti serabut-serabut saraf autonom. Penghentian viremia berkolerasi dengan

munculnya antibody serum.Kadar virus ditempat-tempat sekunder mulai menghilang pada

sekitar hari ke 7.Namun infeksi berlanjut pada saluran cerna bawah untuk periode yang lama5.

Pencegahan

Vaksinasi merupakan satu-satunya cara efektif pencegahan poliomyelitis. Cara-cara

higienis membantu membatasi penyebaran infeksi pada anak yang masih muda, tetapi

imunisasi perlu untuk mengendalikan penyebaran pada kelompok umur yang lebih

tua.Kemanjuran vaksin polio yang diinaktifkan, dan vaksin polio hidup yang dilemahkan yang

diberikan secara oral telah dibentuk dengan baik. Kedua vaksin memicu produksi antibody

yang melawan tiga strain virus polio. Respon imun spesifik tergantung pada dosis dan potensi

vaksin serta umur dan status imun vaksin.Bayi yang amat muda mungkin tidak berespon baik

Page 16: 22

terhadap kedua vaksin. Imunogenitas vaksin mati yang potensinya diperbesar tidak

dipengaruhi oleh adanya antibody ibu.

Vaksin virus yang dilemahkan untuk enterovirus selain virus polio tidak

tersedia.Namun, proteksi pasif dengan globulin imun manusia yang dikumpulkan (0.2 mL/kg

im) mungkin berguna dalam pencegahan penyakit.Globulin imun ini berguna hanya pada

wabah ruang perawatan yang mendadak dan virulen.Globulin imun manusia yang

dikumpulkan pada kebanyakan keadaan dapat diharapkan berisi antibody terhadap

koksakivirus B1-B5, memberikan proteksi pada bayi-bayi yang tanpa mendapat antibody

spesifik secara transplasenta yang belum menjadi terinfeksi5.

Imunisasi pada anak

Imunisasi bertujuan untuk mendapatkan atau meningkatkan imunitas tubuh.

Imunitas terbagi menjadi pasif alami/natural:

• Campak: 7-9 bulan

• Tetanus

Imunitas pasif didapat:

• ATS: terapi 2x20000u

Pencegahan: ATS 6500u, toksoid tetanus

• ADS

Imunitas aktif alami/natural: pasca sakit: campak, cacar air

Imunitas aktif didapat: imunisasi atau vaksinasi

Imunisasi bacillus calmette Guerin manfaat mencegah TBC, kuman yang hidup

dilemahkan dan cara pemberian umur dua bulang atau lebih (<1 bulan&>2.5 bulan)

melalui suntikan intrakutan 0.05 ml di pangkal lengan ats kanan atau di pangkal paha

atas. Reaksi local setelah 6-8 minggu meninggalkan luka berupa sikatrik.

Imunisasi DPT manfat mencegah penyakit difteri, pertussis, tetanus dengan pemberian

sebagai berikut:

Page 17: 22

I. Umur 2 bulan

II. Umur 4 bulan

III. Umur 6 bulan

IV. Satu tahun setelah III

V. Umur masuk sekolah

VI. Umur keluar sekolah

Pemberian melalui suntikan intramuscular (lengan atas(deltoid) atau paha 0.5 ml). reaksi

umum kadang-kadang demam tetapi dapat diatasi dengan pemberian antipiretik.

Polio manfaat nya mencegah poliomyelitis. Macam-macam imunisasi dengan virus

hidup yang dilemahkan (vaksin sabin) diberikan secara oral dua tetes dan virus mati

disebut vaksin salk, diberikan parenteral. Saat pemberian diberikan pada:

I. Umur dua bulan nisa bersama BCG

II. Umur tiga bulan bias bersama DPT I

III. Umur empat bulan bisa bersama DPT II

IV. Umur lima bulan bisa bersama DPT III

V. Satu tahun setelah IV

VI. Umur masuk sekolah

Imunisasi campak bermanfaat mencegah penyakit campak dengan cara virus

dilemahkan umur pemberian 9 bulan dengan cara suntikan subkutan 0.5 ml dengan

reaksi umum kadang menimbulkan demam ringan 5-7 hari setelah imunisasi,

Imunisasi hepatitis B manfaat mencegah hepatitis B umur pemerian sesegera mungkin

dilanjutkan setah satu bulan pemberian pertama dan enam bulan setelah pemberia

pertama melalui suntikan intramuscular 0.5 ml.

Imunisasi TIPA manfaat mencegah penyakit demem typhoid dan demam paratyphoid

dengan umur pemberian pertama umur 21 bulan lalu umur dua tahun dan dilanjutkan

dengan umur 5 tahun melalui suntikan subkutan.

Page 18: 22

Imunisasi MMR manfaat mencegah penyakit gondong, campak, campak jerman

dengan umur pemberian 15-24 bulan atau lebih dengan suntikan subkutan, akan tetapi

adanya kontroversi kejadian autism.

Imunisasi HIB manfaat mencegah penyakit infeksi haemophilus influenza tipe B

( meningitis, septisemia, atritis, epiglottis, selulitis) dengan umur pemberian 0-6 bulan

tiga kali interval 1 bulan, booster umur 18 bulan, 6-12 bulan dua kali, interval 1 bulan,

booster umur 18 bulan, 12-60 bulan, satu kali dengan suntikan subkutan.

Imunisasi varicella manfaat mencegah infeksi varisela dengan umur pemberian lebih

dari satu tahun dan ulangan umur 18 tahun denga suntikan subkutan.

Imunitas terhadap virus polio

Antibody pasif dipindahkan melalui plasenta menetap sekitar 6 bulan.Imunisasi aktif

sesudah infeksi alamiah, mungkin bertahan seumur hidup.Antibody neutralisasi terhadap

bentuk enterovirus dalam beberapa hari sesudah pemajanan, sering ada sebelum mulai

penyakit.Produksi antibody serum awal ini adalah akibat replikasi virus dalam saluran

intestinum dan jaringan limfatik dalam, yang terjadi sebelum invasi organ sasaran, seperti

system saraf sentral. Imunitas local (mukosa) terutama disediakan oleh IgA sekretori,

merupakan pertahanan penting terhadap infeksi enterovirus, yang menengahi proteksi

terhadap reinfeksi usus sesudah penyembuhan dari reinfeksi alamiah dengan virus polio tipe-

liar atau sesudah imunitas dengan vaksi polio. Potensi vaksin polio inaktif yang diperkarya

mendatangkan antibody serum yang lebih tinggi tetapi kurang efektif daripada vaksin polio

oral dalammencegah dan membatasi infeksi usus.Penurunan daya tahan terhadap virus polio

tampak sesudah tonsilektomi dan adenoidektomi, yang berkolerasi dengan penurunan

antibody sekretori dalam nasofaring5.

Penatalaksanaan

Dasar-dasar manajemen yang luas adalah menghilangkan ketakutan, meminimalkan

terjadinya deformitas skelet, mencegah dan menemukan komplikasi disamping komplikasi

neuromuskuloskeletal, dan mempersiapkan anak dan keluarga untuk pengobatan yang lama

yang mungkin diperlukan dan untuk kecacatan permanen bila hal ini akan terjadi. Penderita

dengan bentuk poliomyelitis noparalitik dan paralitik ringan dapat diobati dirumah.

Untuk bentuk abortif cukup analgesic, sedative, diet yang menatik, dan tirah baring

secukupnya sampai suhu anak normal beberapa hari.Penghindaran daya upaya selama

Page 19: 22

kejadian dua minggu lebih baik, dan harus ada pemeriksaan neuromuskeleton yang teliti dua

bulan kemudian untuk mendeteksi keterlibatan kecil.

Pengobatan untuk bentuk nonparalitik serupa dengan pengobatan untuk bentuk abortif,

pengurangan rasa sakit terindikasi terutama untuk kekencengan otot yang tidak enak dan

spasme leher, batang tubuh, serta tungkai.Analgesic adalah lebih efektif bila dikombinasi

dengan pemakaian kantong panas selama 15-30 menit setiap 2-4 jama.Bak mandi panas

kadang-kadang berguna.Tempat tidur yang keras lebih baik dan dapat diciptakan dirumah

dengan menempatkan daun meja atau lembaran papan di baawah kasur.Papan penyangga

harus digunakan untuk mempertahankan kaki tegak lurus dengan betis.Rasa tidak nyaman dan

spasme otot dapat berlanjut selama beberapa miggu, walaupun pada bentuk nonparalitik, perlu

kantong panas dan terapi fisik yang lembut.Penderita demikian juga harus diperiksa dengan

hati-hati dua bulan sesudah penyembuhan nyata untuk mendeteksi sisa-sisa minor yang

mungkin menyebabkan masalah pada postur tubuh untuk tahun berikut.

Kebanyakan penderita dengan bentuk paralitik memerlukan rawat inap.Diperlukan

suasana yang tenang.Kesejajaran tubuh yang sesuai diperlukan untuk menghindari deformitas

skelat berlebihan.Posisi netral dengan kaki tegak lurus, lutut sedikit fleksi, dan pinggul serta

spina lurus dicapai denga mengguanakan papan, kantong pasir, dan kadang-kadang dengan

bidai kulit ringan.Gerakan aktif dan pasif terindikasi segera setelah nyeri hilang. Opiate dan

sedative dapat diizinkan hanya jika tidak ada gabggua atau ancaman ventilasi. Konstipasi

lazim, dan fekal impaksi harus divegah. Bila terjadi parralisis kandung kencing, stimulant

parasimpatis betanekol 5-10 mg oral atau 2,5-5,0 mg subkutan, dapat memicu pengososngan

dalam 15-30 menit, beberapa penderita tidak berespon dan yang lain mengalami mual,

muntah, dan palpitasi. Paresis kandung kencing jarang berlangsung lebih dari beberapa

hari.Jika betanekol gagal, penekanan manual kandung kencing dan pengaruh psikologis

mengalir harus dicoba.Jika katerisasi harus dilakukan, asepsis ketat sangat penting.Diet yang

menarik danmasukan cairan yang relative tinggi harus dimulai segera jika tidak ada

muntah.Tambahan garam harus diberikan jika sushu lingkungan tinggi atau jika pemakaian

kantong hangat memicu keluarnya keringat.Anoreksia pada mulanya sering.Diet dan masukan

cairan cukup dapat dipertahankan dengan penempatan kateter vena sentral.Orthopedis dan ahli

fisioterapi harus melihat penderita ini seawall mungkin dari perjalanan penyakit dan

menerima tanggung jawab sebelum deformitas menetap terjadi. Menejemen poliomyelitis

bulber murni terdiri atas pemeliharaan jalan nafas dan menghindari semua resiko inhalasi

ludah, makananan, dan muntahan. Drainase gaya berat dari sekresi yang terkumpul dibantu

Page 20: 22

dengan penggunaan posisi kepala rendah dengan muka ke samping. Dipilih aspirator denga

ujung kaku atau setengah kaku untuk penggunaan oral atau faring secara langsung, dan kateter

lunak lentur dapat digunakan untuk aaspirasi nasofaring.Keseimbanga cairan dan elektrolit

paling baik dipertahankan dengan infus intravena karena makanan pipa atau oral pada

beberapa hari pertama dapat mencetuskan muntah.Disamping pengamatan yang ketat untuk

insufisisensi pernafasan, tekanan darah harus diukur setidaknya dua kali sehari karena

hipertensi sering terjadi dan kadang-kadang menyebabkan enslopati hipertensif. Penderita

dengan poliomiellitis bulber murni mungkin memerlukan trakeostomi karena paralisis

plikavokalis atau konstriksi hipofaring, sebagian besar yang sembuh menderita sedikit

gangguan sisa, walaupun beberapa penderita menunjukan disfagia ringan dan kadang-kadang

kelelahanvokal dengan bicara tidak jelas.

Ventilasi yang terganggu harus dikenali awal, peningkatan kecemasan, kegelisahan,

dan kelelahan merupakan indikasi awal untuk segera intervensi. Trakeostomi terindikasi untuk

beberapa penderita dengan poliomyelitis bulber murni, paralisis otot spinal pernapasan,

paralisis bilbos[inal karena penderita ini biasanya tidak mampu batuk, kadang-kadang selama

beberapa bulan. Respirator mekanik sering diperlukan5.

Epidemiologi

Manusia adalah satu-satunya reservoir untuk enterovirus manusia yang diketahui.Virus

ini tersebar dari orang ke orang melaui fekal-oral dan mungkin denga rute oral oral yaitu

pernafasan. Enterovirus menginfeksi saluran cerna manusia, tetapi mereka tidak

mengkolonisasinya. Bahkan selama musim pravalensi yang besar, sangat sedikit strain

bersikulasi, mungkin sebagai akibat campur tangan Antara tipe-tipe virus.

Anak yang rentan secara immunologis, dan kebiasannya tidak higienis mempermudah

penyebaran. Penularan terjadi dari anak ke anak dan kemudian kelompok keluarga. Walaupun

enterovirus menyebar melalui masyarakat, penyebaran ini sering terbatas pada anggota rumah

tangga dengan anak yang masih muda .kecepatan dan luasnya penyebaran terjadi pada

lingkungan lain yang sama seperti perkemahan musim panas dan pusat pelayanan harian.

Penemuan enterovirus berbanding terbalik dengan umur, dan pravalensi antibody spesifik

berbanding langsung dengan umur.Insidensi infeksi dan pravalensi antibody tidak berbeda

antara laki-laki dan wanita, tetapi penyakit yang berat lebih sering pada laki-laki. Enterovirus

sering diisolasi dari sampah dan bertahan hidup dampai selama 6 bulan pada tanah yang

Page 21: 22

basah, tetapi penyebaran dari orang ke orang merupakan cara penyebaran yang utama.

Kontaminasi lingkungan mungkin merupakan akibat bukannya penyeba infeksi manusia.

Enterovirus tersebar diseluruh dunia. Di daerah tropic dan semitropik, mereka

ditemukan sepanjang tahun. Didaerah beriklim sedang, virus ini terdeteksi selama musim

dingin dan musim semi tetapi lebih sering pada musim panas dan musim gugur. Wabah

dimusim dingin jarang. Infeksi dan imunitas pasca infeksi didapat terjadi pada frekuensi yang

lebih besar dan pada umur yang lebih awal pada populasi yang secara ekonomis miskin,

penuh sesak. Pada keadaan demikian, insidensi infeksi dengan satu serotype enterovirus atau

lebih, dapat melebihi 50%, infeksi campuran adalah biasa.

Walaupun ada 68 tipe enterovirus yang diindentifikasi, kebanyakan penyakit di

Amerika Serikat disebabkan tipe enterovirus nonpolio. Baru-baru ini tipe yang paling

menonjol adalah ekovirus 4,6,9,11 dan 30, koksakivirus A9, A16 , dan B2,B5 dan enterovirus

70 dan 71. Penggunaan universal vaksin virus polio hidup di Amerika Serikat sebenernya

telah melenyapkan epidemic polio.Namun poliomyelitis masih dapat terjadi pada banyak

daerah Negara berkembang. Di Negara dimana vaksin tidak tersedia dan keadaan ekonomi

miskin, poliomyelitis tetap merupakan penyakit pada bayi dan anak yang masih muda.Pola

perubahan epidemic sedang menonjol dibeberapa Negara tidak berkembang ketika standar

ekonomi membaik.Epidemic yang berarti sedang dilaporkan dinegara-negara ini, dimana

poliomyelitis paralitik telah jarang5.

Prognosis

Mortalitas pada epidemic poliomyelitis perkotaan yang besar di Amerika Serikat pada

masa pravaksin adalah 5-7%.Kebanyakan kematian terjadi pada 2 minggu pertama sesudah

mulai.Mortalitas dan tingkat kecacatan lebih besar sesudah umur puberetas.Pada umumnya

semakin luas paralisis pada 10 hari pertama sakit, semakin berat cacat yang terjadi.Perbaikan

yang tidak diharapkan mungkin tampak segera sesudah demam turun dan juga sekitar 6

minggu sesuadah mulai, eaktu yang bersesuaian dengan perbaikan fungsional neuron inaktif

sementara.Tingkat penyembuhan fungsional tergantung pada terapi yang cukup dan segera

sebagaimana dikaitkan dengan posisi tubuh yang tepat, gerakan aktif, penggunaan alat

pembantu, dan sangat penting motivasi psikologis penderita untuk kembali pada kehidupan

yang sepenuhnya dan senormal mungkin.Penelitian pemantauan jangka lama orang dewasa

dengan gejala-gejala neuromuscular poliomyelitis telah menunjukkan kelemahan otot

Page 22: 22

progressif yang tidak mengancam jiwa, dengan pengaruh yang lebih besar terjadi penderita

yang padanya poliomyelitis telah menyebabkan kecacatan dan kelemahan otot yang berat5.

Komplikasi

Poliomyelitis paralitik, melena cukup berat sehingga memerlukan transfuse mungkin

akibat dari datu atau banyak erosi usus superfialis, perfosa jarang. Dilatasi lambung akut dapat

terjadi mendadak selama stadium akut atau konvalesen, menyebabkan gangguan respirasi

lebih lanjut, merupakan indikasi aspirasi lambung segera dan pemakaian kantong es

eksternal.Hipertensi ringan yang lamanya beberapa hari atau beberapa minggu biasa pada

stadium akut, mungkin akibat lesi pusat vasoregulator dalam medulla dan terutama akibat

kurang ventilasi.Pada stadium lebih lanjut, karena immobilisasi, hipertensi dapat terjadi

bersamaan hiperkalsemia, nefrokalsinosis, dan lesi vaskuler. Pengelihatan kurang terang,

nyeri kepalaa, dan rasa agak pusing yang bersama dengan hipertensi harus dipandang sebagai

peringatan konvulsi yang nyata. Ketidakteraturan jantung tidak biasa, tetapi kelainan

elektrokardiografi yang memberi kesan miokarditis sering. Kadang-kadang terjadi edema

paru akut, terutama pada penderita dengan hipertensi arterial. Emboli paru tidak biasa

meskipun ada immobilisasi. Dekalsifikasi skelet mulai segera sesudah immobilisasi dan

menyebabkan hiperkalsiuria, yang selanjutnya memberi kecenderungan terjadi kalikuli,

terutama bila ada stasis urin dan infeksi. Masukan cairan yang banyak merupakan satu-

satunya cara profilaksis yang efektif. Penderita harus di mobilisasi sebanyak dan seawal

mungkin5.

Kesimpulan

Poliomyelitis merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh enterovirus.

Infeksi virus ini dapat menyerang susunan saraf pusat. Dengan salah satu etiologi nya adalah

enterovirus adalah kelompok besar agen virus yang mendiami saluran intestinum dan

menyebabkan sakit yang berarti pada manusia dan sering dengan berbagai manifestasi klinik.

Dengan pathogenesis yang menyebar melalui pernafasan atau oral karena kebersihan yang

tidak baik pada anak, serta imunisasi yang tidak lengkap sehingga anak rentan terkena virus

poliomyelitis. Poliomyelitis yang gejalanya adalah kelumpuhan pada kaki dengan bagian

simetris salah satunya, seperti yang dialami anak laki-laki usia 7 tahun pada kasus yang

dibahas dengan imunisasi yang tidak lengkap serta keterangan lain dari ibu sebagai orang

yang mengetahui perjalanan penyakitnya dan keterangan dari pasien maka saya mendiagnosis

anak tersebut poliomyelitis tetapi tetap membandingkan dengan penyakit yang gejalanya

Page 23: 22

mirip yaitu GBS dan miastenia gravis dengan menyingkirkan dari keterangan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Daftar pustaka

1. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2005. h.13-

38.

2. Dewanto G, Suwono WJ, Riyanto B, Turana Y.Diagnosis dan tatalaksana penyakit

saraf.Jakarta:EGC;2009.54-7.

3. Lumbantobing SM. Neurologik klinik pemeriksaan fisik dan

mental.Jakarta:FKUI;2006.h.23-111.

4. Harrison. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Vol 2. Jakarta:EGC;2012.hlm:926-7.

5. Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Ilmu kesehatan anak Nelson.Vol 2.Edisi ke-

15. Jakarta: EGC; 2012.h.1077-88.

6. Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Ilmu kesehatan anak Nelson.Vol 3.Edisi ke-

15. Jakarta: EGC; 2012.h.2137.