22
-
Upload
andri-t-ciakra -
Category
Documents
-
view
221 -
download
1
description
Transcript of 22
Poliomyelitis pada Kasus Anak Laki-laki tidak dapat Menggerakan Kaki dengan
Bagian Simetris
Giyanti anshela
102011225
Mahasiswi fakultas kedokteran universitas Kristen krida wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510.No. Telp (021) 5694-2061,
e-mail: [email protected]
Pendahuluan
Indonesia termasuk Negara berkembang yang berpenghuni dengan banyak anak yang
masih menderita penyakit poliomielitis. Pengetahuan yang kurang dan ketersediannya
imunisasi untuk anak masih kurang dan penyuluhan sebagai pentingnya imunisasi lengkap
pada anak untuk menghindarkan anak dari penyakit yang dapat diatasi dengan imunisasi atau
pemberian vaksin. Tapi terkadang banyak orang tua yang mengabaikan kesahatan dan
imunisasi pada anak karena pengetahuan yang kurang akan pentingnya kesehatan pada anak
jika diberikan imunisasi dengan lengkap sesuai umur anak.
Adapun kebersihan yang kurang dikontrol pada anak sehingga rentan terhadap virus
dan bakteri. Seperti, salah satu penyebaran pada kasus yang dibahas anak dapat tertular virus
yang menyebabkan poliomielitis yaitu enterovirus, terlebih lagi anak tidak mendapatkan
imunisasi untuk virus tersebut, sehingga rentan untuk terkena poliomielitis. Poliomielitis
dapat menyebabkan salah satu gejalanya yaitu kelumpuhan pada kaki anak, namun tidak
menyingkirkan penyakit lain yang mempunyai gejala yang sama seperti GBS dan miastenia
gravis. Biasanya anak mengeluhkan kaki tidak dapat digerakkan pada bagian simetris atau
gejala tersebut didapatkan dari keterangan orang tua atau orang terdekat pasien. Maka dari
pentingnya penyakit poliomyelitis pada anak, makalah ini akan membahas secara lebih detail
perjalanan penyakit poliomyelitis.
Pembahasan
Anamnesis
Anamnesis dapat dilakukan dengan cara autoanamnesis dan alloanamnesis. Auto
anamnesis dilakukan jika pasien dalam keadaan sadar dan dalam keadaan dapat di anamnesis
dengan baik, sedangkan alloanamnesis dapat dilakukan jika pasien dalam keadaan tidak sadar
atau anak-anak yang belum dapat dianamnesis sehingga dapat dilakukan anamnesis kerabat
atau orang-orang terdekat pasien yang mengetahui riwayat perjalanan penyakit pasien.
Keluhan utama merupakan bagian paling penting dari anamnesis dan pemeriksaan
fisik.Anamnesis ini biasanya memberikan informasi terpenting untuk mencapai diagnosis
banding, dan memberikan wawasan vital mengenai gambaran keluhan yang menurut pasien
paling penting.Anamnesis ini sebaiknya mencakup sebagian besar waktu
konsultasi.Anamnesis yang di dapat harus di catat dan disajikan dengan kata-kata pasien
sendiri, dan tidak boleh disamarkan dengan istilah medis yang bisa mengaburkan sifat asli
keluhan dan nuansa yang penting1.
Keluhan utama didapat dengan membiarkan pasien berbicara tanpa dipotong.Setelah
ini, harus diajukan pertanyaan terbuka untuk mengungkap rincian yang lebih lanjut mengenai
aspek tertentu dari anamnesis. Sebagian pasien akan memberikan banyak perhatian pada
berbagai aspek penyakit yang tidak membantu menegakkan diagnosis atau memahami pasien
dan masalahnya. Terkadang mungkin ada daftar keluhan berbeda yang sangat panjang
sehingga pasien harus diminta untuk memfokuskan pada salah satu saja setiap kali
menjelaskan.Selalu ingat masalah utama dan arahkan anamnesis sesuai dengan masalah
tersebut1.
Riwayat penyakit sekarang meliputi pertanyaan yang diajukan untuk menyingkirkan
beberapa penyakit diagnosis yang ada, pertanyaan seperti berikut2:
Lama serangan (misalnya, beberapa jam sampai beberapa hari, atau beberapa minggu
bahkan bulan)
Perkembangan penyakit (misalnya ascending paralysis)
Adakah gangguan fungsi sensorik (baal, kehilangan keseimbangan terutama dalam
gelap, nyeri/rasa terbakar)
Adakah gangguan bulbar (perubahan suara/menelan)
Apakah terjadi kelemahan nervus fasialis (gangguan mengunyah, menghisap, dan
meniup)
Apakah terjadi kelemahan otot ekstraokular
Adakah gangguan pernafasan
Adakah gangguan kandung kemih atau gangguan gastrointestinal
Adakah gangguan system otonon (retensi urin, diare, pusing)
Adakah gejala sistemik (demam, penurunan berat badan, ruam dan nyeri sendi)
Adakah nyeri yang baru didapat atau setelah imunisasi (diare, infeksi saluran
pernapasan atas, atau vaksin polio oral)
Riwayat penyakit dahulu adalah bagian penting dari anamnesis.Penting untuk
mencatat secara rinci semua masalah medis yang pernah timbul sebelumnya dan terapi yang
pernah diberikan.
Riwayat pengobatan
Obat apa yang sedang dikonsumsi oleh pasien?
Bagaimana kemungkinan kepatuhan pasien dalam konsumsi obat.
Pertimbangkan terapi gangguan neurologis dan pengobatan yang mungkin merupakan
penyebab timbulnya gejala
Riwayat kehamilan dan persalinan
Penting ditanyakan pada ibu, untuk mengetahui apakah pada saat kehamilan pernah
mengalami infeksi yang dapat secara langsung atau tidak mempengaruhi janin ibu, dan
persalinan apakah adanya trauma lahir.
Riwayat imunisasi
Dengan kasus anak wajib ditanyakan imunisasi lengkap atau tidak pada anak, karena
anak yang tidak di beri imunisasi lengkap rentan terhadap infeksi.
Riwayat keluarga
Penting untuk mencari penyakit yang pernah diderita oleh kerabat pasien karena
terdapat konstribusi genetic yang kuat pada berbagai penyakit.
Riwayat social
Ketidakmampuan apa saja yang dimiliki pasien?
Mengapa pasien tak dapat melakukan apa yang ia ingin lakukan?
Pemeriksaan fisik
Jelaskan pada pasien apa yang akan anda lakukan. Pastikan pasien merasa nyaman,
hangat, dan ada privasi. Gunakan semua indera yang anda miliki: pengelihatan, pendengaran,
penciuman, dan perabaan.
Observasi tanda vital langsung seperti denyut nadi, tekanan darah, suhu, laju
pernapasan, dan tingkat kesadaran merupakan hal yang esensial dalam menilai pasien.
Kesadaran
Seseorang disebut sadar bila ia sadar terhadap diri sendiri dan lingkungan disekitar.
Orang normal dapat berada dalam keadaan: sadar, mengantuk atau tidur. Bila ia tidur, ia dapat
disadarkan oleh rangsang, misalnya rangsang nyeri, bunyi atau gerak. Rangsang ini
disampaikan pada system aktivasi retikuler, yang berfungsi mempertahankan kesadaran.
Dalam memeriksa tingkat kesadaran, seorang dokter melakukan inspeksi, konversasi dan bila
perlu memberikan rangsang nyeri3.
1. Inspeksi, perhatikan apakah pasien berespon secara wajar terhadap stimulus visual,
auditoar dan taktil yang ada disekitarnya.
2. Konversasi, apakah pasien member reaksi wajar terhadap suara konversasi, atau dapat
dibangunkan oleh suruhan atau pertanyaan yang disampaikan dengan suara yang kuat.
3. Nyeri, bagaimana respon pasien terhadap rangsang nyeri.
Perubahan patologis tingkat kesadaran
Delirium, penderita delirium menunjukkan penurunan kesadaran disertai peningkatan
yang abnormal dari aktivasi psikomotor dan siklus tidur-bangun yang terganggu. Pada
keadaan ini pasien tampak gaduh-gelisah, kacau,disorientasi, aktivitas motorik
meningkat.
Somnolen, keadaan mengantuk. Kesadaran dapat pulih penuh bila dirangsang.
Sopor, kantuk yang dalam. Penderita masih dapat dibangunkan dengan rangsang yang
kuat, namun kesadarannya segera menurun lagi.
Koma-ringan, pada keadaan ini, tidak ada respon terhapa rangsang verbal. Reflex
korne, pupil, dan sebagainya masih baik.
Koma dalam, tidak ada gerakan spontan, tidak ada jawaban sama sekali terhadap
rangsang nyeri yang bagaimanapun kuatnya.
Skala koma glaslow
Untuk mengikuti perkembangan tingkat kesadaran dapat digunakan skala koma
glaslow yang menanggapi respon penderita terhadap rangsang dan memberikan nilai pada
respon tersebut.
Inspeksi
Lihat pasien secara keseluruhan.Pastikan ada pencahayaan yang cukup.Pastikan pasien
terlihat dengan jelas dan berada dalam posisi yang tepat untuk memungkinkan dilakukannya
pemeriksaan fisik lengkap1. (perhatikan adanya pengecilan otot yang jelas, faskulasi,
deformitas, dan perubahan pada kulit)
Palpasi
Mintalah izin pada pasien dan jelaskan apa yang akan anda lakukan. Tanyakan adanya
nyeri.Mulailah pemeriksaan dengan ringan dan lembut, deskripsikan setiap kelainan dengan
teliti, mungkin dengan pengukuran1. (Untuk mengetahui tonus otot anak laki-laki berusia 7
tahun pada kasus)
Rangsang selaput otak
Kaku kuduk
Untuk memeriksa kaku kuduk dapat dilakukan hal berikut: tangan pemeriksa
ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang berbaring. Kemudia kepala di tekukkan dan
diusahakan agar dagu mencapai dada.Selama penekukan ini diperhatikan adanya tahanan.Bila
terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu tidak mencapai dada.Kaku kuduk dapat
bersifat ringan atau berat.Pada kaku kuduk yang berat, kepala tidak dapat ditekuk, malah
sering kepala terkedik kebelakang.Pada keadaan yang ringan, kaku kuduk di nilai dari tahanan
yang dialami waktu menekuk kepala3.
Tanda lasegue
Untuk pemeriksaan ini dilakukan hal berikut: pasien yang sedang berbaring diluruskan
(ekstensi) kedua tugkainya. Kemudia satu tungkai diangkat lurus, di bengkokkan (flexi) pada
persendian panggul.Tungkai yang satu lagi lurus.Pada keadaan normal, kita dapat mencapai
sudut 70 derjat sebelum timbul rasa sakit atau tahanan, maka disbut tanda lasegue
positif.Namun demikian, pada pasien yang sudah lanjut usianya diambil Patoka 60 derajat.
Tanda lasegue positip dijumpai pada kelianan berikut: rangsang selaput otak, iritasi pleksus
lumbosacral3.
Tanda kernig
Pada pemeriksaan ini, penderita yang sedang berbaring diflexikan pahanya pada
persendian panggul sampai membuat sudut 90 derajat.Selain itu tungkai bawah diekstensikan
pada persendian lutut.Biasanya dapat melakukan ekstensi ini sampai sudut 135 derajat, Antara
tungkai bawah dan tungkai atas.Bila terdapat tahanan dan rasa nyerri sebelum tercapai sudut
ini, maka dikatakan bahwa kernig positif3.
Tanda brudzinski I
Untuk memeriksa tanda ini dilakukan hal berikut: dengan tangan yang ditempatkan
dibawah kepala pasien yang sedang berbaring, tekukkan kepala sejauh mungkin sampai dagu
mencapai dada. Tangan yang satu lagi sebaiknya ditempatkan didada pasien untuk mencegah
diangkatnya badan.Bila tanda brudzinski positif, maka tindakan ini mengakibatkan flexi
kedua tungkai.Sebelumnya perlu diperhatikan apakah tungkai nya tdak lumpuh.
Tanda brudzinski II
Pada paisen yang sedang berbaring, satu tungkai di flexikan pada persendian panggul,
sedang tungkai yang satu lagi berada dalam keadaan ekstensi.Bila tungkai yang satu ini ikut
pula terflexi, maka disebut tanda brudzinsky II positip.
Reflex
Reflex neurologis bergantung pada suatu lengkungan yang terdiri atas jalur aferen
yang dicetus oleh reseptor dan sistem eferen yang mangaktivasi organ efektor, serta hubungan
antara kedua komponen ini. Misalnya, reflek tendon lutut timbul karena adanya rangsang,
reseptor, serabut aferen, ganglion spinal, neuron perantara, sel neuron motoric, serabut aferen
dan efektor. Hal ini dinamakan lengkung reflex. Bila lengkung ini rusak maka reflex akan
hilang.
Selain lengkungan tadi didapatkan pula hubungan dengan pusat-pusat yang lebih
tinggi di otak yang tugasnya memodifikasi reflex tersebut. Bila hubungan dengan pusat yang
lebih tinggi ini terputus, misalnya karena kerusakan pada system pyramidal, hal ini akan
mengakibatkan reflex meninggi.
Jenis reflex
Bila dibandingkan dengan pemeriksaan-pemeriksaan lain, misalnya sensibilitas, maka
pemeriksaan reflex kurang bergantung kepada kooperasi pasien. Ia dapat dilakukan pada
orang yang menurun kesadaran, bayi, anak, orang yang gelisah. Itulah sebabnya pemeriksaan
reflex penting nilainya, karena lebih objektif dari pemeriksaan lainnya.
Pada kasus terjadi kelumpuhan atau tidak dapat digerakkan kaki kanan anak sehingga
periksa extermitas bawah yang perlu dilakukan meliputi di bawah ini, namun tetap tidak
mengabaikan pemeriksaan ekstermitas atas yang tetap harus di periksa jika ada bagian lain
yang bermasalah pada anggota tubuh pasien:
Dalam praktek sehari-hari kita biasanya memeriksa dua macam reflex, yaitu reflex
dalam dan superficial3.
Refleks dalam (reflex regang otot)
Reflex dalam timbul oleh regangan otot yang disebabkan oleh rangsangan, dan sebagai
jawabanya maka otot berkontraksi. Refleksa dalam juga dinamai reflex regang otot. Reflex
dalam dapat dinamai menurut otot yang bereaksi atau menurut tempat merangsang, yaitu
tempat insersio otot. Misalnya reflex kuadrisep femoris disebut juga reflex tendon lutut atau
reflex patella. Telah dikemukakan diatas bahwa timbulnya reflex ini ialah Karena teregangnya
otot oleh rangsang yang diberikan dan sebagai jawaban otot berkontraksi. Rasa regang (ketok)
ini ditangkap oleh alat penangkap (reseptor), karena itu reflex ini juga dinamai reflex
proprioseptif.
Reflex superficialis
Reflex ini timbul karena terangsangnya kulit atau mukosa yang mengakibatkan
berkontraksinya otot yang ada di bawahnya atau disekitarnya. Jadi bukan karena teregangnya
otot seperti pada reflex-dalam.
Tidak ada batas yang tegas Antara tingkat reflex yang dikemukakan diatas, yaitu tidak
ada batas yang tegasanatara reflex lemah, normal atau meningkat. Pada reflex yang meninggi
daerah tempat memeberikan rangsang biasanya bertambah luas. Misalnya reflek kuadriceps
femoralis, bila ia meninggi, maka tempat rangsangan tidak sajaj di tendon patella, tetapi dapat
meluas sampai tulang tibia. Kontraksi otot pun bertambah hebat, sehingga mengakibatkan
gerakan yang kuat pada persendiannya. Jika meningginya reflex hebat, kadang-kadang
didapatkan klonus, yaitu otot berkontaraksi secara klonik. Pada reflex yang lemah, perlu pula
melakukan upaya untuk memperjelas efek yang lemah. Hal ini misalnya dilakukan dengan
membuat otot yang diperiksa dalam kontraksi enteng sebelum dirangsang.Selain itu juga
perhatian penderita perlu dialihkan, misalnya dengan menyuruhnya menarik pada kedua
tangannya yang saling bertautan. Pada pemeriksaan reflex jangan lupa membandingkan
bagian-bagian yang simetris. Asimetris dapat menunjukkan adanya proses patologis.
Refleks kuadriceps femoralis (reflex tendon lutut, reflex patella)
KPR, pada pemeriksaan reflex ini, tungkai di flexikan dan digantungkan, misalnya
pada tepi tempat tidur.Kemudian, diketok pada tendon muskulus kuadriceps femoris, di
baawah atau diatas patella. Kuadriceps femoris akan berkontraksi dan mengakibatkan gerakan
ekstensi tungkai bawah. Legkung reflex ini melalui L2 dan L3.
APR, tungkai bawah difleksi kan sedikit, kemudian kita pegang kaki pada ujungnya
untuk memberikan sikap dorsofleksi ringan pada kaki. Setelah itu tendon Achilles diketok.Hal
ini mengakibatkan berkontraksinya muskulus triseps dan memberikan gerak plantar fleksi
pada kaki. Lengkung reflex ini melalui S1 dan S2.
Memeriksa system motoric harus dimahiri.Sebagian besar manifestasi objektif
kelainan saraf bermanifestasi dalam gangguan gerak otot.Telah dikemukakan bahwa, sindrom
lower motor neuron mempunyai gejala lumpuh, atoni, atrofi dan arefleksi.Sindrom lower
motor neuron didapatkan pada kerusakan dineuron motoric, neuraksis neuron motoric
(misalnya saraf spinal, pleksus, saraf perifer), alat penghubung neuraksis dan otot.Sindrom
upper motor neuron, yang dijumpai pada kerusakan system pyramidal mempunyai gejala
lumpuh, hipertoni, hiperfleksi dan klonus, serta reflex patologis.
Periksa kekuatan, bandingkan kedua sisi, periksa fleksi, ekstensi, abduksi, aduksi
panggul, ekstensi, fleksi lutut, plantar fleksi, dorso fleksi, inversi, eversi, dan dorsofleksi ibu
jari kaki.
Periksa koordinasi dengan test tumit jari kaki. Periksa reflex.Periksa respon lutut,
pergelangan kaki.
Periksa sensasi.Tes raba halus, tusuk jarum, rasa getar, rasa posisi sendi, dan reaksi
panas/dingin.
Saraf kranial
Saraf otak ada 12 pasang dan biasanya dinyatakan dengan angka romawi I-XII.
Memeriksa saraf otak dapat membantu menentuka lokasi dan jenis penyakit.Tiap saraf
otak harus diperiksa dengan teliti.Karena itu perlu dipahami anatomi dan fungsinya, serta
hubungannya dengan struktur lainnya.Lesi dapat terjadi pada bagian perifer, inti atau
hubungannya ke sentral.Bila inti rusak, hal ini diikuti oleh degenerasi saraf perifernya.Saraf
perifer dapat pula terganggu tersendiri. Inti saraf otak yang terletak dibatang otak letaknya
saling berdekatan dengan struktur lain, sehingga jarang dijumpai lesi pada satu inti saja tanpa
melibatkan bangunan yang lain.
Manifestasi klinik2
Kuadriparesis flaksid simetris (melibatkan fungsi respirasi dengan atau tanpa
mengenai medulla oblongata) disertai arefleksia, dapat terjadi kehilangan fungsi
sensorik minimal seperti pada neuropati (misalnya sindrom guillain barre)
Kelemahan otot-otot proksimal yang simetris tanpa gejala atau tanda kerusakan
sensorik seta disertai adanya refeks, seperti pada neuropati akut.
Kelemahan otot akibat kelelahan (diplopia, ptosis dan disfungsi medulla oblongata
seperti pada miastenia gravis dan kerusakan neuromuscular lainnya)
Paraparesis flaksid dengan gangguan ditingkat sensorik (lebih sering melibatkan
tungkai bawah dan disfunsi kandung kemih) misalnya pada myelitis tranversa.
Kerusakan yang mengenai medulla oblongata seperti pada botulisme, miastenia gravis.
Oftalmoplegia disertai kelemahan motoric, seperti pada sindrom guillain barre,
miastenia gravis.
Disfungsi otonom seperti pada sinrom guillain barre.
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis laboratorium
Pada infeksi enterovirus akut, diagnosis paling mudah dibuat dengan isolasi virus dari
usap tenggorok, feses atau usapan rectum, cairan tubuh dan kadang-kadang jaringan
tubuh.Kecuali pada bayi muda, viremia biasanya tidak ditemukan.Jika system saraf pusat
terlibat, biakan cairan serebrospinal yang diambil semala fase akut penyakit dapat positif
tergantung derajat penyakit dan serotype yang terlibat. Isolasi virus langsung dari jaringan
yang terkena atau dari cairan tubuh dalam ruangan tertutup ( misalnya, pleura, perikard, atau
cairan cerebrospinal) biasanya memastikan diagnosis. Isolasi enterovirus dari tenggorokan
akan mengarah ke penyebab penyakit karena virus ini biasanya hanya terdapat ditempat ini
selama 2 hari sampai 2 minggu setelah infeksi, isolasi virus hanya dari specimen feses harus
diartikan lebih hati-hati karena pergantian siklus virus tanpa gejala dalam usus dapat menetap
selama 4 bulan4.
Diagnosis dapat di dukung lebih jauh dengan peningkatan titer antbodi neutralisasi
empat kali lipat atau lebih pada sampel serum pada fase akut dan penyembuhan. Metode ini
mahal dan tidak praktis, memerlukan pemilihan serotype yang cermat untuk digunakan
sebagai antigen. Biasanya serodiagnosis digunakan pada keadaan kritis, yaitu ketika etiologi
penyakit dipertanyakan, seperti jika isolasi virus hanya dari sumber perifer seperti feses atau
pada penyakit mioperikarditis, dengan hasil biakan rutin rendah dan jumlah serotype yang
diperkirakan terbatas. Interpretaasi kuatitatif titer antibody pada sampel serum tunggal jarang
membantu karena tingginya pravalensi dan luasnya rentang titer berbagai serotype yang dapat
ditemukan pada individu sehat. Pada infeksii virus polio akut, titer antibody fiksasi
komplemen yang didapat dari serum fase akut dan penyembuhan dapat membantu diagnosis4.
Akhir-akhir ini didapatkan bahwa rangkaian RNA enterovirus yang umum dapat
ditunjukkan dengan dengan reaksi rantai polymerase, sehingga memperluas dan seringkali
mempercepat deteksi virus dalam jaringan dan cairan serebrospinal.Namun demikian, uji
diagnostic rutin untuk infeksi enterovirus dengan metode ini belum tersedia.
Diagnosis banding
Neuritis infeksiosa (sindrom guillan-barre) adalah ppenyakit yang paling sering dan
paling sukar dibedakan dari poliomyelitis.Biasanya demam, nyeri kepala, dan tanda-tanda
meningeal kurang menonjol.Paralisis khas simetris, dan perubahan sensoris serta tanda-tanda
traktus piramidalis adalah biasa tetapi tidak ada poliomyelitis. Khas, ada sedikit sel tetapi
kadar globulin dalam cairan cerebrospinal naik5.
Miastenia gravis adalah penyakit yang disebabkan oleh blockade neuromuscular
secara immunologis. Pengeluaran setilkolin kedalam celah sinaps melalui terminal Kason
adalah normal, tetapi membrane otot pascasinaps atau plat ujung motoric kurang responsive
daripada normal. Penurunan jumlah asetilcolin reseptor disebabkan oleh antibody pengikat-
reseptor dalam sirkulasi.Pada kebanyakan kasus penyakit adalah nonherediter da nada dalam
kategori gangguan autoimun.Miastenia gravis familial yang jarang mungkin berciri resesif
autosom.
Ptosis dan beberapa tingkat kelemahan otot ekstraokular merupakan tanda-tanda
paling awal dan paling konstan pada miastenia gravis. Anak yang lebih tua mungkin
mengeluh diplopia dan anak kecil mungkin membuka matanya terus menerus dengan ibu jari
dan jarinya jika ptosis cukup berat menutupi pengelihatan. Respon pupil terhadap cahaya
dipertahankan.Disfagia dan kelemahan otot muka juga lazim ada, dan kesulitan dalam
memberi makan bayi awal sering merupakan tanda iutama miastennia.Pengendalian kepala
yang jelek karena kelemahan fleksor leher juga jelas.Keterlibatan mungkin terbatas pada otot
yang diinervasi bulbar, tetapi penyakit ini adalah sistemik dan kelemahan melibatkan otot
sekeliling tungkai serta otot-otot distal tangan pada kebanyakan kasus.Fasikulasi otot,
myalgia, dan gejala sensoris tidak terjadi. Reflex peregangan tendo mungkin berkurang, tetapi
jarang menghilang.
Kelelahan otot yang cepat adalah tanda khas miastenia gravis yang membedakan dari
kebanyakan penyakit neuromuscular lain. Ptosis meningkat secara progresif ketika penderita
diminta untuk menahan pandangan ke atas selama 30-90 detik.Mengangkat kepala dari
permukaan meja periksa sementara tidur terlentang adalah amat sulit, dan gravitasi tidak dapat
diatasi selama lebih daripada beberapa detik.Anamnesis yang teliti juga mengungkapkan
bahwanpenderita lebih bergejala pada sore hari ketika kelelahan.Jika tidak diobati biasanya
dapat progresif dan dapat mengancam jiwa karena keterlibatan otot pernafasan dan risiko
aspirasi6.
Working diagnosis
Poliomyelitis merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh enterovirus.
Infeksi virus ini dapat menyerang susunan saraf pusat, khususnya kornu anterior medulla
spinalis dan nucleus batang otak. Poliovirus menginfeksi melalui jalur fekal oral tetapi dapat
juga melalui kontak langsung3.
Enterovirus
Enterovirus adalah kelompok besar agen virus yang mendiami saluran intestinum dan
menyebabkan sakit yang berarti pada manusia dan sering dengan berbagai manifestasi klinik.
Etiologi
Enterovirus adalah virus RNA yang termasuk family pikornaviridae. Subkelompok
enterovirus asli meliputi koksakivirus, ekovirus, dan poliovirus.Koksakivirus sebagai agen
nonpoliovirus yang menyebabkan paralisis pada anak.Enterovirus menyimpan aktivitas
selama beberapa hari pada suhu kamar dan dapat disimpan sampai waktu tidak terhingga pada
suhu pendingin (-20 derajat celcius).Mereka dengan cepat diinaktifkan oleh panas (>56
derajat celcius), formaldehid, klorinasi, dan sinar ultraviolet5.
Manifestasi klinik dan pemeriksaan fisik poliomielitis
Infeksi virus polio, bila orang yang rentan telah terinfeksi dengan virus polio, salah
satu dari respon berikut dapat terjadi, dalam urutan frekuensi ini: (1) infeksi tidak jelas pada
90-95% dari mereka yang terinfeksi, (2) poliomyelitis abortif, (3) poliomyelitis nonparalitik,
(4) poliomyelitis paralitik.
Poliomyelitis abortif, sakit demam singkat terjadi dengan satu atau lebih gejala-gejala
berikut, malaise, anorexia, mual, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi, dan
nyeri perut. Batuk, eksudat faring, diare, nyeri perut local serta kekakuan jarang. Demam
jarang melebihi 39,5 derajat celcius, dan faring biasanya menunjukan sedikit perubahan
walaupun sering ada keluhan nyeri tenggorokan5.
Poliomyelitis nonparalitik, gejala-gejalanya adalah seperti gejala poliomyelitis abortif,
kecuali bahwa nyeri kepala, mual, dan muntah lebih parah, dan ada nyeri dan kekauan otot
leher posterior, badan dan tungkai.Paralisis kandung kencing yang cepat menghilang sering
dijumpai, dan konstipasi sering ada.Sekitar duapertiga anak mengalami jeda bebas-gejala
antara fase pertama (sakit minor) dan fase kedua (sakit system saraf sentral atau sakit
mayor).Perjalanan dua-fase ini kurang sering pada orang dewasa, karena padanya evolusi
gejala lebih tersembunyi. Kaku kuduk dan spina akan terjadi sebagai dasar diagnosis
poliomyelitis nonparalitik fase kedua5.
Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda kaku kuduk spina dan perubahan pada
reflex superficialis dan dalam. Pada penderita kooperatif tanda-tanda kaku kuduk spina mula-
mula dicari dengan tes aktif.Anak diminta duduk bangun tanpa dibantu.Jika memerlukan
upaya yang tidak sesuai dan jika lutut fleksi ke atas dan penderita sedikit menggeliat dari sisi
ke sisi dalam upaya duduk bangun dan menggunakan tangan pada tempat tidur denga posisi
penopang berkaki tiga tidak salah lagi adalah suatu kekakuan spina.Masih tetap duduk,
penderita diminta untuk memfleksikan dagu ke dada dan diamati adanya kaku kuduk. Cara
lain posisi terlentang, dengan lutut ditekan perlahan-lahan, penderita diminta duduk bangun
dan mencium lutut penderita. Jika lutut tertarik ke atas dengan cepat atau jika maneuver tidak
cukup sempurna, ada kekakuan pasti, upaya harus dilakukan untuk memperoleh tanda kernig
dan brudzinsky. Fleksi oksiput dan leher kedepan perlahan-lahan akan menimbulkan kaku
kuduk, yang dapat mendahului kekauan spinal. Kepala terkulai mungkin dapat diperagakan
dengan menempatkan tangan pada bahu penderita dan mengangkat badan.Normalnya kepala
selalu sebidang dengan badan, tetapi pada poliomyelitis kepala sering terkulai ke belakang5.
Pada stadium awal semua reflex secara normal aktif dan tetap demikian kecuali kalau
terjadi paralisis. Perubahan pada reflex, bertambah atau berkurang, dapat mendahului
kelemahan pada 12-24 jam, dengan demikian adalah penting untuk mendeteksinya, terutama
pada penderita nonparalitik yang ditangani dirumah. Reflex superficialis, yaitu reflex
kremaseter dan perut dan reflex otot spinal dan glutea, biasanya pertama menghilang. Reflex
spinal dan glutea dapat menghilang sebelum reflex perut dan kremaseter muncul. Perubahan
pada reflex tendon dalam biasanya terjadi 8-24 jam sesudah penurunan reflex superficialis
dan menunjukan paresis tungkai yang segera akan terjadi. Tidak ada reflex tendon dengan
paralisis. Defek sensoris tidak terjadi pada poliomyelitis.
Poliomyelitis paralitik merupakan akibat utama infeksi yang mungkin terjadi dan
seringkali di dahului oleh demam ringan.Secara klasik setelah beberapa hari, gejala
menghilang.Dalam waktu 5 sampai 10 hari demam terjadi lagi, dan muncul tanda iritasi
meningen serta paralisis flasid asimetris.Kemudian diikuti oleh nyeri dan spasme otot
mengejang serta kejang kaku pada bagian yang terkena.Paralisis kandug kemih lamanya 1-3
hari pada sekitar 20% penderita dan atoni usus besar adalah lazim, kadang-kadang sampai
mengarah ke ileus paralitikus.Pada beberapa penderita paralisis otot mungkin merupakan
tanda awal5.
Paralisis flaksid merupakan ekspresi klinis cedera neuron paling jelas.Terjadinya atrofi
muscular disebabkan oleh denervasi ditambah atrofi tidak digunakam. Nyeri, spasitas, kaku
uduk dan kekauan spinal, serta hipertoni pada awaal penyakit mungkin karena lesi batang
otak, ganglia spinal, dan kolumna posterior. Aritmia respirasi dan jantung, tekanan darah dan
perubahan vasomotor, serta yang serupa merupakan refleksi cedera terhadap pusat-pusat vital
dalam medulla.
Reflex tendo berkurang atau menghilang. Sensasi tetap utuh, berlawanan dengan
kelumpuhan simetris yang biasa terjadi dan gangguan sensori ringan pada sindroma guillain
barre.
Pada pemeriksaan fisik distribusi paralisis khas kadang-kadang baik atau tidak.Untuk
mendeteksi kelemahan otot ringan, sering memakai tahanan halus dalam melawan kelompok
otot yang sedang di uji.Pada bentuk spinal ada kelemahan beberapa otot leher, perut, batang
tubuh, diafragma, thoraks, atau tungkai.Pada bentuk bulber ada kelemahan pada distribusi
motoric dari satu saraf kranial atau lebih dengan atau tanpa disfungsi pusat-pusat vital
respirasi dan sirkulasi.Komponen-kompenen dari kedua bentuk diatas terjadi bersama-sama
pada poliomyelitis bulbospinalis.
Sejumlah komponen yang bekerja sama dapat menimbulan insufisiensi ventilasi,
mengakibatkan hipoksia dan hiperkapnea, yang dapat menimbulkan pengaruh yang dalam
pada banyak system lain. Karena insufisiensi pernafasan mungkin berkembang dengan cepat,
maka evaluasi klinis terus menerus sangat penting.Meskipun ada kelemahan otot pernafasan,
penderita mungkin berespon pada begitu banyak upaya respirasi sehingga overventilasi dapat
terjadi pada awal permulaan, menimbulkan alkalosis respiratoir.Upaya demikian melelahkan
dan segera menyebabkan kegagalah pernafasan.
Gambaran penyakit khas tertentu terjadi5:
• Poliomyelitis spinal murni dengan insufisiensi pernafasan mencakup kesesakan,
kelemahan atau paralisis otot-otot pernafasan tanpa keterlibatan klinis saraf-saraf kranial atau
pusat-pusat vital yang dapat dilihat. Terutama yang terkena segmen medulla spinal, servikal
thoraks.
• Poliomyelitis bulber murni mencakup paralisis nucleus saraf kranial dengan atau tanpa
keterlibatan pusat-pusat vital yang mengendalikan pernafasan, sirkulasi dan suhu tubuh.
Keterlibatan saraf kranial 9,10,12 menyebabkan paralisis faring, lidah, laring dengan akibat
penyumbatan jalan nafas.
• Poliomyelitis bulbospinal dengan insufisiensi pernafasan mengenai otot0otot
pernafasan bersama dengan paralisis bulber.
Pathogenesis dan respon imun
Pasca pemasukan virus awal melalui oral atau rute jalan nafas, implantasi terjadi pada
faring dan saluran cerna bagian bawah. Dua enterovirus atau lebih dapat menginvasi dan
membelah diri pada saat yang sama dalam saluran cerna. Pengaruh campur tangan telah
terdokumentasi antara ekovirus, koksakivirus, dan virus polio, termasuk strain vaksin. Dalam
satu hari infeksi meluas ke limfonodi regional.Pada sekitar hari ke tiga terjadi viremia minor,
melibatkan banyak tempat-tempat skunder.Multiplikasi virus di tempat ini terjadi bersama
dengan mulainya gejala klinis.Penyakit dapt bervariasi dari minor ke infeksi yang
mematikan.Viremia mayor terjadi selama periode multipilikasi virus pada tempat-tempat
skunder, biasanya berakhir pada hari ke 3-7 infeksi. Pada beberapa infeksi enterovirus
keterlibatan system saraf sentral terjadi pada waktu yang sama seperti keterlibatan organ
skunder, tetapi kadang-kadang penundaan gejala system saraf sentral memberi kesan bahwa
penyebaran terjadi lebih lambat dalam hubungannya dengan viremia mayor atau melalui jalur
lain seperti serabut-serabut saraf autonom. Penghentian viremia berkolerasi dengan
munculnya antibody serum.Kadar virus ditempat-tempat sekunder mulai menghilang pada
sekitar hari ke 7.Namun infeksi berlanjut pada saluran cerna bawah untuk periode yang lama5.
Pencegahan
Vaksinasi merupakan satu-satunya cara efektif pencegahan poliomyelitis. Cara-cara
higienis membantu membatasi penyebaran infeksi pada anak yang masih muda, tetapi
imunisasi perlu untuk mengendalikan penyebaran pada kelompok umur yang lebih
tua.Kemanjuran vaksin polio yang diinaktifkan, dan vaksin polio hidup yang dilemahkan yang
diberikan secara oral telah dibentuk dengan baik. Kedua vaksin memicu produksi antibody
yang melawan tiga strain virus polio. Respon imun spesifik tergantung pada dosis dan potensi
vaksin serta umur dan status imun vaksin.Bayi yang amat muda mungkin tidak berespon baik
terhadap kedua vaksin. Imunogenitas vaksin mati yang potensinya diperbesar tidak
dipengaruhi oleh adanya antibody ibu.
Vaksin virus yang dilemahkan untuk enterovirus selain virus polio tidak
tersedia.Namun, proteksi pasif dengan globulin imun manusia yang dikumpulkan (0.2 mL/kg
im) mungkin berguna dalam pencegahan penyakit.Globulin imun ini berguna hanya pada
wabah ruang perawatan yang mendadak dan virulen.Globulin imun manusia yang
dikumpulkan pada kebanyakan keadaan dapat diharapkan berisi antibody terhadap
koksakivirus B1-B5, memberikan proteksi pada bayi-bayi yang tanpa mendapat antibody
spesifik secara transplasenta yang belum menjadi terinfeksi5.
Imunisasi pada anak
Imunisasi bertujuan untuk mendapatkan atau meningkatkan imunitas tubuh.
Imunitas terbagi menjadi pasif alami/natural:
• Campak: 7-9 bulan
• Tetanus
Imunitas pasif didapat:
• ATS: terapi 2x20000u
Pencegahan: ATS 6500u, toksoid tetanus
• ADS
Imunitas aktif alami/natural: pasca sakit: campak, cacar air
Imunitas aktif didapat: imunisasi atau vaksinasi
Imunisasi bacillus calmette Guerin manfaat mencegah TBC, kuman yang hidup
dilemahkan dan cara pemberian umur dua bulang atau lebih (<1 bulan&>2.5 bulan)
melalui suntikan intrakutan 0.05 ml di pangkal lengan ats kanan atau di pangkal paha
atas. Reaksi local setelah 6-8 minggu meninggalkan luka berupa sikatrik.
Imunisasi DPT manfat mencegah penyakit difteri, pertussis, tetanus dengan pemberian
sebagai berikut:
I. Umur 2 bulan
II. Umur 4 bulan
III. Umur 6 bulan
IV. Satu tahun setelah III
V. Umur masuk sekolah
VI. Umur keluar sekolah
Pemberian melalui suntikan intramuscular (lengan atas(deltoid) atau paha 0.5 ml). reaksi
umum kadang-kadang demam tetapi dapat diatasi dengan pemberian antipiretik.
Polio manfaat nya mencegah poliomyelitis. Macam-macam imunisasi dengan virus
hidup yang dilemahkan (vaksin sabin) diberikan secara oral dua tetes dan virus mati
disebut vaksin salk, diberikan parenteral. Saat pemberian diberikan pada:
I. Umur dua bulan nisa bersama BCG
II. Umur tiga bulan bias bersama DPT I
III. Umur empat bulan bisa bersama DPT II
IV. Umur lima bulan bisa bersama DPT III
V. Satu tahun setelah IV
VI. Umur masuk sekolah
Imunisasi campak bermanfaat mencegah penyakit campak dengan cara virus
dilemahkan umur pemberian 9 bulan dengan cara suntikan subkutan 0.5 ml dengan
reaksi umum kadang menimbulkan demam ringan 5-7 hari setelah imunisasi,
Imunisasi hepatitis B manfaat mencegah hepatitis B umur pemerian sesegera mungkin
dilanjutkan setah satu bulan pemberian pertama dan enam bulan setelah pemberia
pertama melalui suntikan intramuscular 0.5 ml.
Imunisasi TIPA manfaat mencegah penyakit demem typhoid dan demam paratyphoid
dengan umur pemberian pertama umur 21 bulan lalu umur dua tahun dan dilanjutkan
dengan umur 5 tahun melalui suntikan subkutan.
Imunisasi MMR manfaat mencegah penyakit gondong, campak, campak jerman
dengan umur pemberian 15-24 bulan atau lebih dengan suntikan subkutan, akan tetapi
adanya kontroversi kejadian autism.
Imunisasi HIB manfaat mencegah penyakit infeksi haemophilus influenza tipe B
( meningitis, septisemia, atritis, epiglottis, selulitis) dengan umur pemberian 0-6 bulan
tiga kali interval 1 bulan, booster umur 18 bulan, 6-12 bulan dua kali, interval 1 bulan,
booster umur 18 bulan, 12-60 bulan, satu kali dengan suntikan subkutan.
Imunisasi varicella manfaat mencegah infeksi varisela dengan umur pemberian lebih
dari satu tahun dan ulangan umur 18 tahun denga suntikan subkutan.
Imunitas terhadap virus polio
Antibody pasif dipindahkan melalui plasenta menetap sekitar 6 bulan.Imunisasi aktif
sesudah infeksi alamiah, mungkin bertahan seumur hidup.Antibody neutralisasi terhadap
bentuk enterovirus dalam beberapa hari sesudah pemajanan, sering ada sebelum mulai
penyakit.Produksi antibody serum awal ini adalah akibat replikasi virus dalam saluran
intestinum dan jaringan limfatik dalam, yang terjadi sebelum invasi organ sasaran, seperti
system saraf sentral. Imunitas local (mukosa) terutama disediakan oleh IgA sekretori,
merupakan pertahanan penting terhadap infeksi enterovirus, yang menengahi proteksi
terhadap reinfeksi usus sesudah penyembuhan dari reinfeksi alamiah dengan virus polio tipe-
liar atau sesudah imunitas dengan vaksi polio. Potensi vaksin polio inaktif yang diperkarya
mendatangkan antibody serum yang lebih tinggi tetapi kurang efektif daripada vaksin polio
oral dalammencegah dan membatasi infeksi usus.Penurunan daya tahan terhadap virus polio
tampak sesudah tonsilektomi dan adenoidektomi, yang berkolerasi dengan penurunan
antibody sekretori dalam nasofaring5.
Penatalaksanaan
Dasar-dasar manajemen yang luas adalah menghilangkan ketakutan, meminimalkan
terjadinya deformitas skelet, mencegah dan menemukan komplikasi disamping komplikasi
neuromuskuloskeletal, dan mempersiapkan anak dan keluarga untuk pengobatan yang lama
yang mungkin diperlukan dan untuk kecacatan permanen bila hal ini akan terjadi. Penderita
dengan bentuk poliomyelitis noparalitik dan paralitik ringan dapat diobati dirumah.
Untuk bentuk abortif cukup analgesic, sedative, diet yang menatik, dan tirah baring
secukupnya sampai suhu anak normal beberapa hari.Penghindaran daya upaya selama
kejadian dua minggu lebih baik, dan harus ada pemeriksaan neuromuskeleton yang teliti dua
bulan kemudian untuk mendeteksi keterlibatan kecil.
Pengobatan untuk bentuk nonparalitik serupa dengan pengobatan untuk bentuk abortif,
pengurangan rasa sakit terindikasi terutama untuk kekencengan otot yang tidak enak dan
spasme leher, batang tubuh, serta tungkai.Analgesic adalah lebih efektif bila dikombinasi
dengan pemakaian kantong panas selama 15-30 menit setiap 2-4 jama.Bak mandi panas
kadang-kadang berguna.Tempat tidur yang keras lebih baik dan dapat diciptakan dirumah
dengan menempatkan daun meja atau lembaran papan di baawah kasur.Papan penyangga
harus digunakan untuk mempertahankan kaki tegak lurus dengan betis.Rasa tidak nyaman dan
spasme otot dapat berlanjut selama beberapa miggu, walaupun pada bentuk nonparalitik, perlu
kantong panas dan terapi fisik yang lembut.Penderita demikian juga harus diperiksa dengan
hati-hati dua bulan sesudah penyembuhan nyata untuk mendeteksi sisa-sisa minor yang
mungkin menyebabkan masalah pada postur tubuh untuk tahun berikut.
Kebanyakan penderita dengan bentuk paralitik memerlukan rawat inap.Diperlukan
suasana yang tenang.Kesejajaran tubuh yang sesuai diperlukan untuk menghindari deformitas
skelat berlebihan.Posisi netral dengan kaki tegak lurus, lutut sedikit fleksi, dan pinggul serta
spina lurus dicapai denga mengguanakan papan, kantong pasir, dan kadang-kadang dengan
bidai kulit ringan.Gerakan aktif dan pasif terindikasi segera setelah nyeri hilang. Opiate dan
sedative dapat diizinkan hanya jika tidak ada gabggua atau ancaman ventilasi. Konstipasi
lazim, dan fekal impaksi harus divegah. Bila terjadi parralisis kandung kencing, stimulant
parasimpatis betanekol 5-10 mg oral atau 2,5-5,0 mg subkutan, dapat memicu pengososngan
dalam 15-30 menit, beberapa penderita tidak berespon dan yang lain mengalami mual,
muntah, dan palpitasi. Paresis kandung kencing jarang berlangsung lebih dari beberapa
hari.Jika betanekol gagal, penekanan manual kandung kencing dan pengaruh psikologis
mengalir harus dicoba.Jika katerisasi harus dilakukan, asepsis ketat sangat penting.Diet yang
menarik danmasukan cairan yang relative tinggi harus dimulai segera jika tidak ada
muntah.Tambahan garam harus diberikan jika sushu lingkungan tinggi atau jika pemakaian
kantong hangat memicu keluarnya keringat.Anoreksia pada mulanya sering.Diet dan masukan
cairan cukup dapat dipertahankan dengan penempatan kateter vena sentral.Orthopedis dan ahli
fisioterapi harus melihat penderita ini seawall mungkin dari perjalanan penyakit dan
menerima tanggung jawab sebelum deformitas menetap terjadi. Menejemen poliomyelitis
bulber murni terdiri atas pemeliharaan jalan nafas dan menghindari semua resiko inhalasi
ludah, makananan, dan muntahan. Drainase gaya berat dari sekresi yang terkumpul dibantu
dengan penggunaan posisi kepala rendah dengan muka ke samping. Dipilih aspirator denga
ujung kaku atau setengah kaku untuk penggunaan oral atau faring secara langsung, dan kateter
lunak lentur dapat digunakan untuk aaspirasi nasofaring.Keseimbanga cairan dan elektrolit
paling baik dipertahankan dengan infus intravena karena makanan pipa atau oral pada
beberapa hari pertama dapat mencetuskan muntah.Disamping pengamatan yang ketat untuk
insufisisensi pernafasan, tekanan darah harus diukur setidaknya dua kali sehari karena
hipertensi sering terjadi dan kadang-kadang menyebabkan enslopati hipertensif. Penderita
dengan poliomiellitis bulber murni mungkin memerlukan trakeostomi karena paralisis
plikavokalis atau konstriksi hipofaring, sebagian besar yang sembuh menderita sedikit
gangguan sisa, walaupun beberapa penderita menunjukan disfagia ringan dan kadang-kadang
kelelahanvokal dengan bicara tidak jelas.
Ventilasi yang terganggu harus dikenali awal, peningkatan kecemasan, kegelisahan,
dan kelelahan merupakan indikasi awal untuk segera intervensi. Trakeostomi terindikasi untuk
beberapa penderita dengan poliomyelitis bulber murni, paralisis otot spinal pernapasan,
paralisis bilbos[inal karena penderita ini biasanya tidak mampu batuk, kadang-kadang selama
beberapa bulan. Respirator mekanik sering diperlukan5.
Epidemiologi
Manusia adalah satu-satunya reservoir untuk enterovirus manusia yang diketahui.Virus
ini tersebar dari orang ke orang melaui fekal-oral dan mungkin denga rute oral oral yaitu
pernafasan. Enterovirus menginfeksi saluran cerna manusia, tetapi mereka tidak
mengkolonisasinya. Bahkan selama musim pravalensi yang besar, sangat sedikit strain
bersikulasi, mungkin sebagai akibat campur tangan Antara tipe-tipe virus.
Anak yang rentan secara immunologis, dan kebiasannya tidak higienis mempermudah
penyebaran. Penularan terjadi dari anak ke anak dan kemudian kelompok keluarga. Walaupun
enterovirus menyebar melalui masyarakat, penyebaran ini sering terbatas pada anggota rumah
tangga dengan anak yang masih muda .kecepatan dan luasnya penyebaran terjadi pada
lingkungan lain yang sama seperti perkemahan musim panas dan pusat pelayanan harian.
Penemuan enterovirus berbanding terbalik dengan umur, dan pravalensi antibody spesifik
berbanding langsung dengan umur.Insidensi infeksi dan pravalensi antibody tidak berbeda
antara laki-laki dan wanita, tetapi penyakit yang berat lebih sering pada laki-laki. Enterovirus
sering diisolasi dari sampah dan bertahan hidup dampai selama 6 bulan pada tanah yang
basah, tetapi penyebaran dari orang ke orang merupakan cara penyebaran yang utama.
Kontaminasi lingkungan mungkin merupakan akibat bukannya penyeba infeksi manusia.
Enterovirus tersebar diseluruh dunia. Di daerah tropic dan semitropik, mereka
ditemukan sepanjang tahun. Didaerah beriklim sedang, virus ini terdeteksi selama musim
dingin dan musim semi tetapi lebih sering pada musim panas dan musim gugur. Wabah
dimusim dingin jarang. Infeksi dan imunitas pasca infeksi didapat terjadi pada frekuensi yang
lebih besar dan pada umur yang lebih awal pada populasi yang secara ekonomis miskin,
penuh sesak. Pada keadaan demikian, insidensi infeksi dengan satu serotype enterovirus atau
lebih, dapat melebihi 50%, infeksi campuran adalah biasa.
Walaupun ada 68 tipe enterovirus yang diindentifikasi, kebanyakan penyakit di
Amerika Serikat disebabkan tipe enterovirus nonpolio. Baru-baru ini tipe yang paling
menonjol adalah ekovirus 4,6,9,11 dan 30, koksakivirus A9, A16 , dan B2,B5 dan enterovirus
70 dan 71. Penggunaan universal vaksin virus polio hidup di Amerika Serikat sebenernya
telah melenyapkan epidemic polio.Namun poliomyelitis masih dapat terjadi pada banyak
daerah Negara berkembang. Di Negara dimana vaksin tidak tersedia dan keadaan ekonomi
miskin, poliomyelitis tetap merupakan penyakit pada bayi dan anak yang masih muda.Pola
perubahan epidemic sedang menonjol dibeberapa Negara tidak berkembang ketika standar
ekonomi membaik.Epidemic yang berarti sedang dilaporkan dinegara-negara ini, dimana
poliomyelitis paralitik telah jarang5.
Prognosis
Mortalitas pada epidemic poliomyelitis perkotaan yang besar di Amerika Serikat pada
masa pravaksin adalah 5-7%.Kebanyakan kematian terjadi pada 2 minggu pertama sesudah
mulai.Mortalitas dan tingkat kecacatan lebih besar sesudah umur puberetas.Pada umumnya
semakin luas paralisis pada 10 hari pertama sakit, semakin berat cacat yang terjadi.Perbaikan
yang tidak diharapkan mungkin tampak segera sesudah demam turun dan juga sekitar 6
minggu sesuadah mulai, eaktu yang bersesuaian dengan perbaikan fungsional neuron inaktif
sementara.Tingkat penyembuhan fungsional tergantung pada terapi yang cukup dan segera
sebagaimana dikaitkan dengan posisi tubuh yang tepat, gerakan aktif, penggunaan alat
pembantu, dan sangat penting motivasi psikologis penderita untuk kembali pada kehidupan
yang sepenuhnya dan senormal mungkin.Penelitian pemantauan jangka lama orang dewasa
dengan gejala-gejala neuromuscular poliomyelitis telah menunjukkan kelemahan otot
progressif yang tidak mengancam jiwa, dengan pengaruh yang lebih besar terjadi penderita
yang padanya poliomyelitis telah menyebabkan kecacatan dan kelemahan otot yang berat5.
Komplikasi
Poliomyelitis paralitik, melena cukup berat sehingga memerlukan transfuse mungkin
akibat dari datu atau banyak erosi usus superfialis, perfosa jarang. Dilatasi lambung akut dapat
terjadi mendadak selama stadium akut atau konvalesen, menyebabkan gangguan respirasi
lebih lanjut, merupakan indikasi aspirasi lambung segera dan pemakaian kantong es
eksternal.Hipertensi ringan yang lamanya beberapa hari atau beberapa minggu biasa pada
stadium akut, mungkin akibat lesi pusat vasoregulator dalam medulla dan terutama akibat
kurang ventilasi.Pada stadium lebih lanjut, karena immobilisasi, hipertensi dapat terjadi
bersamaan hiperkalsemia, nefrokalsinosis, dan lesi vaskuler. Pengelihatan kurang terang,
nyeri kepalaa, dan rasa agak pusing yang bersama dengan hipertensi harus dipandang sebagai
peringatan konvulsi yang nyata. Ketidakteraturan jantung tidak biasa, tetapi kelainan
elektrokardiografi yang memberi kesan miokarditis sering. Kadang-kadang terjadi edema
paru akut, terutama pada penderita dengan hipertensi arterial. Emboli paru tidak biasa
meskipun ada immobilisasi. Dekalsifikasi skelet mulai segera sesudah immobilisasi dan
menyebabkan hiperkalsiuria, yang selanjutnya memberi kecenderungan terjadi kalikuli,
terutama bila ada stasis urin dan infeksi. Masukan cairan yang banyak merupakan satu-
satunya cara profilaksis yang efektif. Penderita harus di mobilisasi sebanyak dan seawal
mungkin5.
Kesimpulan
Poliomyelitis merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh enterovirus.
Infeksi virus ini dapat menyerang susunan saraf pusat. Dengan salah satu etiologi nya adalah
enterovirus adalah kelompok besar agen virus yang mendiami saluran intestinum dan
menyebabkan sakit yang berarti pada manusia dan sering dengan berbagai manifestasi klinik.
Dengan pathogenesis yang menyebar melalui pernafasan atau oral karena kebersihan yang
tidak baik pada anak, serta imunisasi yang tidak lengkap sehingga anak rentan terkena virus
poliomyelitis. Poliomyelitis yang gejalanya adalah kelumpuhan pada kaki dengan bagian
simetris salah satunya, seperti yang dialami anak laki-laki usia 7 tahun pada kasus yang
dibahas dengan imunisasi yang tidak lengkap serta keterangan lain dari ibu sebagai orang
yang mengetahui perjalanan penyakitnya dan keterangan dari pasien maka saya mendiagnosis
anak tersebut poliomyelitis tetapi tetap membandingkan dengan penyakit yang gejalanya
mirip yaitu GBS dan miastenia gravis dengan menyingkirkan dari keterangan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Daftar pustaka
1. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2005. h.13-
38.
2. Dewanto G, Suwono WJ, Riyanto B, Turana Y.Diagnosis dan tatalaksana penyakit
saraf.Jakarta:EGC;2009.54-7.
3. Lumbantobing SM. Neurologik klinik pemeriksaan fisik dan
mental.Jakarta:FKUI;2006.h.23-111.
4. Harrison. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Vol 2. Jakarta:EGC;2012.hlm:926-7.
5. Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Ilmu kesehatan anak Nelson.Vol 2.Edisi ke-
15. Jakarta: EGC; 2012.h.1077-88.
6. Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Ilmu kesehatan anak Nelson.Vol 3.Edisi ke-
15. Jakarta: EGC; 2012.h.2137.