224-228-1-PB

12
 Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 1, April 2011 ISSN : 1858-3695  1 KAJIAN PROPERTIES DARI AGREGAT BATU GUNUNG YANG DIGUNAKA N SEBAGAI MATERIAL CAMPURAN BERASPAL Oleh Lusyana Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang Kampus Limau Manis Padang ABSTRAK Sifat-sifat fisik agregat yang menentukan kualitasnya sebagai bahan perkerasan jalan adalah berat jenis, kekerasan dan ketahanan agregat, gradasi, durabilitas dan keawetan, bentuk butir dan tekstur permukaan, porositas, kemampuan untuk menyerap air, daya pelekatan dengan aspal, serta kebersihan. Secara teoritis baik agregat dari batu sungai maupun batu gunung baik digunakan sebagai material perkerasan jalan asalkan memenuhi persyaratan spesifikasi . Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kinerja properties agregat batu gunung yang memenuhi spesifikasi untuk campuran AC-WC agar dapat digunakan sebagai material perkerasan  jalan. Berdasarkan da ta-data yang diperoleh seperti analisa saringan, berat jenis, pengujian keausan agregat, impact dan crushing, semua menunjukkan bahwa material ini dapat digunakan sebagai bahan perkerasan jalan dan memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam Spesifikasi Kimpraswil 2005, walaupun agregat dari batu gunung ini memiliki nilai keausan yang sangat tinggi 39,74%mendekati batas maksimum yang dipersyaratkan (40%). Dalam penelitian ini, KAO yang didapatkan untuk campuran AC-WC lebih besar yaitu 5,75%, disebabkan persentase agregat halus pada campuran AC-WC lebih besar sehingga membutuhkan kadar aspal yang lebih banyak untuk menyelimuti agregat. Kata kunci : batu gunung, properties agregat, AC-WC.  PENDAHULUAN Sifat-sifat fisik agregat yang menentukan kualitasnya sebagai bahan perkerasan jalan adalah berat jenis, kekerasan dan ketahanan agregat, gradasi, durabilitas dan keawetan, bentuk butir dan tekstur permukaan, porositas, kemampuan untuk menyerap air, daya pelekatan dengan aspal, serta kebersihan. Secara teoritis baik agregat dari batu sungai maupun batu gunung baik digunakan sebagai material perkerasan jalan asalkan memenuhi persyaratan spesifikasi. Tapi umumnya agregat yang dipakai untuk material perkerasan jalan seringkali batu pecah yang berasal dari batu sungai. Batu tersebut dipecah ke di mesin pemecah batu (stone crusher) hingga didapatkan ukuran-ukuran tertentu. Berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan untuk kinerja properties batu pecah yang berasal dari batu sungai menunjukkan nilai yang lebih baik jika dibandingkan dengan material yang berasal dari batu gunung. Tapi tidak tertutup kemungkinan bahwa batu gunung bisa dijadikan material konstruksi perkerasan  jal an, asal memenuhi spesi fi kasi yang disyaratkan, dalam penelitian ini memenuhi persyaratan spesifikasi Kimpraswil 2005. Terlebih sekarang ini banyak stone crusher  yang memproduksi batu pecah yang berasal dari batu gunung atau bukit. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kinerja properties agregat batu gunung yang memenuhi spesifikasi untuk campuran AC-WC agar dapat digunakan sebagai material perkerasan jalan. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk memaksimalkan penggunaan batu gunung sehingga mengurangi ketergantungan terhadap batu sungai.

Transcript of 224-228-1-PB

5/17/2018 224-228-1-PB - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/224-228-1-pb 1/12

 

 Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 1, April 2011 ISSN : 1858-3695 

1

KAJIAN PROPERTIES DARI AGREGAT BATU GUNUNG YANGDIGUNAKAN SEBAGAI MATERIAL CAMPURAN BERASPAL

Oleh

Lusyana

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri PadangKampus Limau Manis Padang

ABSTRAK

Sifat-sifat fisik agregat yang menentukan kualitasnya sebagai bahan perkerasan jalan adalah berat jenis,kekerasan dan ketahanan agregat, gradasi, durabilitas dan keawetan, bentuk butir dan tekstur permukaan,porositas, kemampuan untuk menyerap air, daya pelekatan dengan aspal, serta kebersihan. Secara teoritis baikagregat dari batu sungai maupun batu gunung baik digunakan sebagai material perkerasan jalan asalkanmemenuhi persyaratan spesifikasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kinerja properties agregat batugunung yang memenuhi spesifikasi untuk campuran AC-WC agar dapat digunakan sebagai material perkerasan jalan. Berdasarkan data-data yang diperoleh seperti analisa saringan, berat jenis, pengujian keausan agregat,

impact dan crushing, semua menunjukkan bahwa material ini dapat digunakan sebagai bahan perkerasan jalandan memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam Spesifikasi Kimpraswil 2005, walaupun agregat dari batugunung ini memiliki nilai keausan yang sangat tinggi 39,74%mendekati batas maksimum yang dipersyaratkan(40%). Dalam penelitian ini, KAO yang didapatkan untuk campuran AC-WC lebih besar yaitu 5,75%, disebabkanpersentase agregat halus pada campuran AC-WC lebih besar sehingga membutuhkan kadar aspal yang lebihbanyak untuk menyelimuti agregat.

Kata kunci : batu gunung, properties agregat, AC-WC. 

PENDAHULUAN

Sifat-sifat fisik agregat yang menentukan

kualitasnya sebagai bahan perkerasan jalanadalah berat jenis, kekerasan dan ketahanan

agregat, gradasi, durabilitas dan keawetan,

bentuk butir dan tekstur permukaan, porositas,

kemampuan untuk menyerap air, daya

pelekatan dengan aspal, serta kebersihan.

Secara teoritis baik agregat dari batu sungai

maupun batu gunung baik digunakan sebagai

material perkerasan jalan asalkan memenuhi

persyaratan spesifikasi. Tapi umumnya agregat

yang dipakai untuk material perkerasan jalan

seringkali batu pecah yang berasal dari batu

sungai. Batu tersebut dipecah ke di mesin

pemecah batu (stone crusher) hingga

didapatkan ukuran-ukuran tertentu.

Berdasarkan beberapa penelitian yang

pernah dilakukan untuk kinerja properties

batu pecah yang berasal dari batu sungai

menunjukkan nilai yang lebih baik jika

dibandingkan dengan material yang berasal

dari batu gunung. Tapi tidak tertutup

kemungkinan bahwa batu gunung bisadijadikan material konstruksi perkerasan

 jalan, asal memenuhi spesifikasi yang

disyaratkan, dalam penelitian ini memenuhi

persyaratan spesifikasi Kimpraswil 2005.

Terlebih sekarang ini banyak stone crusher  

yang memproduksi batu pecah yang berasal

dari batu gunung atau bukit.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui

kinerja properties agregat batu gunung yang

memenuhi spesifikasi untuk campuran AC-WC

agar dapat digunakan sebagai material

perkerasan jalan.

Penelitian ini juga dimaksudkan untuk

memaksimalkan penggunaan batu gunung

sehingga mengurangi ketergantungan terhadap

batu sungai.

5/17/2018 224-228-1-PB - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/224-228-1-pb 2/12

 

 Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 1, April 2011 ISSN : 1858-3695 

2

TINJAUAN PUSTAKA

Digunung- gunung atau di bukit- bukit sering

ditemui agregat masih berbentuk batu gunung

sehingga diperlukan proses pengolahan

terlebih dahulu sebelum dapat digunakansebagai agregat konstruksi perkerasan jalan.

Agregat ini harus melalui proses pemecahan

terlebih dahulu supaya diperoleh:

Bentuk partikel bersudut diusahakan

berbentuk kubus.

Permukaan partikel kasar sehingga

mempunyai gesekan yang baik.

Gradasi sesuai yang diinginkan.

Proses pemecahan agregat sebaiknya

menggunakan mesin pemecah batu (Crusher

stone) sehingga ukuran partikel yang dihasilkan

dapat terkontrol sesuai dengan spesifikasi yang

ditetapkan.

Agregat adalah suatu bahan keras dan

kaku yang digunakan sebagai bahan

campuran, yang berupa berbagai jenis butiranatau pecahan, yang termasuk di dalamnya

antara lain : pasir, kerikil, agregat pecah, terak

dapur tinggi, abu (debu) agregat. Kadar agregat

dalam campuran beraspal pada umumnya

berkisar antara 90 sampai dengan 95 % dari

berat campuran, atau berkisar antara 75-85 %

dari volume campuran. Agregat merupakan

bahan utama yang turut menahan beban yang

diterima oleh bagian perkerasan jalan, begitu

pula dalam pelaksanaan perkerasan, dimana

digunakan bahan pengikat aspal, sangat

dipengaruhi oleh mutu agregat. Untuk

menentukan agregat yang baik maka agregat

dapat diklasifikasikan dan diidentifikasi ukuran,

kebersihan, kekuatan, kekerasan, bentuk

butiran, tekstur permukaan, porositas,

komposisi pembentuknya dan kelekatannya

terhadap aspal. Oleh sebab itu pemilihan jenis

agregat merupakan hal yang penting dalam

campuran beraspal karena berkaitan dengan

kestabilan dari konstruksi jalan.

Agregat KasarFraksi agregat kasar adalah yang tertahan

saringan No.8 (standar ASTM) atau 2,36 mm.

Fungsi agregat kasar dalam campuran panas

aspal adalah selain memberikan stabilitas

dalam campuran juga sebagai pengisi mortar

sehingga campuran menjadi ekonomis.

Agregat Halus

Agregat halus terdiri dari pasir atau

pengayakan batu pecah yang lolos saringan

No.8 (2,36 mm) dan tertahan ayakan No.200

(0,075 mm). Fungsi utama agregat halus

adalah memberikan stabilitas dan mengurangi

deformasi permanen campuran melalui friksi

dan perilaku saling mengunci partikel-

partikelnya.

Bahan Pengisi (Filler)

Filler yang digunakan dapat berupa debu batu

kapur (limestone dust ), abu terbang, semen

(PC), abu tanur semen dan abu batu serta

harus kering dan bebas dari bahan lain yang

mengganggu. Fungsi filler dalam campuran

adalah memodifikasi gradasi agregat halus dan

bersama-sama aspal membentuk adukan

sebagai pelumas dan mengikat agregat halus

pada adukan.

Aspal

Aspal adalah suatu material yang berwarna

hitam atau coklat tua yang bersifat termoplastis.

Jenis aspal yang umum digunakan di Indonesia

adalah aspal dengan penetrasi 60/70 (aspal

pen 60/70) dan penetrasi 80/100 (aspal pen

80/100).

5/17/2018 224-228-1-PB - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/224-228-1-pb 3/12

 

 Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 1, April 2011 ISSN : 1858-3695 

3

Campuran Laston Lapis Aus (AC-WC)

Campuran Laston Lapis Aus (AC-Wearing

Course) merupakan lapisan paling atas dari

struktur perkerasan yang berhubungan

langsung dengan roda kendaraan, denganukuran maksimum agregat 19 mm. Kekuatan

lapis beton aspal didapat dari gradasi

agregatnya yang menerus (Continuous Graded )

yang menjadikan struktur agregat saling

mengunci.

METODOLOGI PENELITIAN

Prosedur penelitian ini mengacu kepada

Spesifikasi Campuran Aspal Panas

Departemen Kimpraswil tahun 2005 dengan

menggunakan Standar Nasional Indonesia

(SNI).

Gambar 1. Diagram Alir Kegiatan Penelitian

Pengujian Agregat

Agregat yang digunakan dalam penelitian

berasal dari stone crusher  dari daerah Laing

Ampang Kualo Kabupaten Solok. Agregat

kasar, halus dan filler diperoleh dari hasil mesin

pemecah batu (stone crusher ), untukmendapatkan agregat yang memenuhi

persyaratan ukuran yang diperlukan sesuai

spesifikasi. Pengujian laboratorium yang

dilakukan terhadap material agregat kasar,

halus (batu pecah), dan filler seperti tercantum

pada Tabel 1.

Tabel.1. Pengujian Agregat Kasar, Halus Dan

Filler

Pengujian Nilai

Agregat Kasar 

Kekekalan bentuk agregat

terhadap larutan natrium dan

magnesium sulfat

Maks.18%

Berat jenis dan penyerapan

Abrasi dengan mesin Los

AngelesMaks. 40%

Kelekatan agregat terhadap

aspalMin. 95%

Angularitas (kedalaman dari

permukaan < 10 cm)95/90

Angularitas (kedalaman dari

permukaan > 10 cm)80/75

Partikel Pipih Maks. 25%Partikel Lonjong Maks. 10%

Material lolos Saringan No.200 Maks. 1%

Agregat Halus 

Nilai Setara Pasir Min. 50%

Material Lolos Saringan No.

200Maks. 8%

Berat jenis dan penyerapan

 

Persiapan Material

PengujianAgregat Kasar,

Pengujian AspalPenetrasi 60/70

Analisis Data

Kesimpulan Dan Saran

Penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO) DenganMetoda Marshall untuk campuran AC-WC

Studi Literatur

Mulai

MemenuhiSyarat ?

Tidak

Ya

Selesai

5/17/2018 224-228-1-PB - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/224-228-1-pb 4/12

 

 Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 1, April 2011 ISSN : 1858-3695 

4

Pengujian Aspal

Aspal yang digunakan dalam penelitian ini

adalah aspal dengan penetrasi 60/70 produksi

Pertamina. Dipilihnya aspal penetrasi 60/70

adalah karena pertimbangan kondisi diIndonesia dengan iklim tropis yang panas,

sehingga perlu diantisipasi dengan

menggunakan aspal yang mempunyai nilai

penetrasi rendah. Prosedur pengujian material

yang dilakukan untuk mengevaluasi kesesuaian

aspal seperti disyaratkan dalam spesifikasi

yang diperlihatkan pada Tabel 2

Tabel 2. Pengujian Aspal

Karakteristik Syarat

Penetrasi, 25oC, 100 gram, 5 detik 60 - 79

Titik Lembek 48 - 58

Daktilitas 25oC, 5 cm/menit Min.100

Titik Nyala Min. 200

Berat Jenis, pada suhu 25oC Min. 1

Kelarutan Trichloro Ethylene Min. 99

Kehilangan Berat, 163o

C, 5 jam Maks.0,8Penetrasi kehilangan berat Min. 54

Daktilitas kehilangan berat Min. 100

Gradasi Agregat Campuran

Kombinasi gradasi agregat campuran yang

digunakan adalah Laston Lapis Aus yang harus

memenuhi batas-batas gradasi agregat seperti

tercantum pada Tabel 3. 

Tabel 3. Gradasi Laston Lapis Aus (AC-

WC) yang diteliti

Ukuran Ayakan

% Berat yang Lolos

LASTON LAPIS AUS

(AC-WC)

ASTM (mm) SpesifikasiGradasi

Rencana1” 25

¾” 19 100 100

½” 12,5 90 - 100 95,0

3/8” 9,5 Maks.90 85,0

No.8 2,36 28 - 58 48,6

No.16 1,18

No.30 0,60

No.200 0,075 4 - 10 5,5

DAERAH LARANGAN 

No.4 4,75 - -

No.8 2,36 39,1 48,6

No.16 1,18 25,6 - 31,6 38,1

No.30 0,60 19,1 - 23,1 29,0

No.50 0,30 15,5 21,0

Untuk campuran Laston selain batasan titik

kontrol terdapat persyaratan khusus yaitu kurva

Fuller dan daerah larangan, kombinasi agregat

dianjurkan tidak berimpit dengan kurva Fuller

yaitu kurva gradasi dimana kondisi campuran

memiliki kepadatan maksimum dengan rongga

diantara mineral agregat (VMA) yang minimum,

selain itu juga kombinasi agregat dianjurkan 

menghindari daerah larangan 

Tabel 4. Ketentuan Sifat  – sifat Campuran

Laston

Sifat-sifat Campuran Laston

AC-WC

Penyerapan aspal (%) Maks. 1,2

Jumlah tumbukan per

bidang

75

Rongga dalam campuran

(%)

Min. 3,5

Maks. 5,5

Rongga dalam Agregat

(VMA) (%)

Min. 15

Rongga terisi aspal (%) Min. 65

Stabilitas Marshall (kg) Min. 800

Pelelehan (mm) Min. 3

Marshall Quotient (kg/mm) Min. 250

5/17/2018 224-228-1-PB - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/224-228-1-pb 5/12

 

 Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 1, April 2011 ISSN : 1858-3695 

5

Gambar 2. Alat Uji Marshall

Agregat dan aspal dipanaskan pada suhu

dengan nilai viskositas aspal 170 20

centistokes (cst) dan dipadatkan pada suhu

dengan nilai viskositas aspal 280 30 cst pada

cetakan berbentuk silinder dengan tinggi 64

mm dan diameter 102 mm.

Kadar aspal optimum perkiraan awal (Pb)

dihitung berdasarkan formula:

Pb = 0,035 ( % CA ) + 0,045 ( % FA ) + 0,18 (% FF ) + C

dimana :

CA = Coarse Aggregate (agregat kasar)

FA = Fine Aggregate (agregat halus)

FF = Fine Filler (bahan pengisi)

C = Konstanta sebesar 0,5  – 1,0 untuk Laston

(AC).

Perkiraan awal kadar aspal untuk campuran

Laston Lapis Aus (AC-WC) ini adalah 5,5%.

Untuk masing-masing kadar aspal disiapkan 3

(tiga) benda uji sehingga total benda uji yang

disiapkan adalah 15 sampel.

HASIL

Pengujian sifat fisik pada material aspal

dilakukan untuk mengetahui karakteristik aspal

 jenis penetrasi 60/70 yang akan digunakan

dalam campuran beraspal. Pengujian sifat-sifat

aspal hanya dilakukan pada kondisi aslinya.

Hasil pengujian sifat-sifat aspal diperlihatkan

pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Pengujian Aspal Penetrasi 60/70

Jenis

Pengujian

Hasil

Pengujian

Persyaratan

Min Maks

1. Berat Jenis 1,030 1 -

2. Penetrasi, 25

ºC, 100 gr, 5

detik, 0,1 mm

62,9 60 79

3. Titik Lembek,oC

49 48 58

4. Titik Nyala,

oC

336 200 -

5. Daktilitas, 25

ºC, 5

cm/menit, cm

> 100 100 -

Pengujian sifat-sifat teknis agregat dilakukan

untuk mengetahui properties dari agregat

tersebut apakah memenuhi sebagai bahan

campuran beraspal panas. Agregat kasar,

halus dan filler diperoleh dari hasil mesin

pemecah batu (stone crusher ), untuk

mendapatkan agregat yang memenuhi

persyaratan ukuran yang diperlukan sesuai

spesifikasi. Pengujian ini meliputi pengujian

terhadap agregat kasar, halus dan filler seperti

pengujian analisa saringan, berat jenis,

crushing, impact, dan keausan. Hasil pengujian

properties agregat batu gunung dari daerah

Laing dapat dilihat pada Tabel 6. Pengujian

berat jenis agregat kasar dan halus dilakukan

per fraksi. Berat jenis bulk agregat gabungan

(Gsb) untuk campuran AC-WC, diperoleh dari

hasil perhitungan penggabungan dari masing-

masing fraksi tersebut. Hasil berat jenis

5/17/2018 224-228-1-PB - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/224-228-1-pb 6/12

 

 Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 1, April 2011 ISSN : 1858-3695 

6

gabungan adalah 2,558 untuk berat jenis bulk

dan 2,592 untuk berat jenis efektif.

Tabel 6. Hasil Pengujian Sifat-sifat Fisik

Agregat Kasar, Agregat HalusKarakteristik Persyaratan Hasil

PengujianAgregat Min Maks

Agregat Kasar 

Penyerapan, % - 3 0,732

Berat Jenis

- Berat Jenis Bulk 2,5 - 2,684

- Berat Jenis SSD 2,5 - 2,704

- Berat Jenis

Apparent 2,5 - 2,737

Abrasi dengan

Mesin Los Angeles,

%

- 40 39,74

Aggregate Impact

Value (AIV), %- 30 19,91

Aggregate Crushing

Value (ACV), %- 30 22,89

Agregat Halus 

Penyerapan, % - 3 1,208

Berat Jenis

- Berat Jenis Bulk 2,5 - 2,480

- Berat Jenis SSD 2,5 - 2,510

- Berat Jenis

Apparent2,5 - 2,557

Filler 

Berat Jenis - - 2,644

Agregat Gabungan AC-WC 

- Berat Jenis Bulk 2,5 - 2,558

- Berat Jenis Efektif 2,5 - 2,592

Pada penelitian ini juga dilakukan pengujian

analisa saringan untuk tiap-tiap ukuran agregat

kasar yang terdiri dari ukuran 2-3 dan 1-2 cm,

serta pengujian analisa saringan untuk agregat

halus ukuran 0-1 cm dari batu pecah dan pasir.

Pengujian ini diperlukan untuk pembuatan

gradasi campuran AC-WC yang akan dipakai

nantinya.

Variasi kadar aspal yang digunakan untuk tiap

tipe campuran adalah 4,5% sampai 7,0%,dengan peningkatan kadar aspal sebesar

0,5%. Pencampuran benda uji dilakukan pada

temperatur 165oC, selanjutnya dipadatkan

dengan menggunakan pemadat Marshall

pada temperatur 145oC, dengan jumlah

pemadatan 75 tumbukan untuk masing-

masing bidang permukaan benda uji.  

Pada penelitian ini Kadar aspal optimum

(KAO) yang digunakan adalah KAOMarshall.

Kadar aspal optimum ditentukan sebagai nilai

tengah, dari rentang kadar aspal maksimum

dan minimum yang memenuhi semua

persyaratan spesifikasi. KAO ditentukan

dengan metode bar-chart yang merupakan

rentang kadar aspal, yang memenuhi semua

syarat kriteria campuran beraspal, yaitu : VIMMarshall, VMA, VFA, Stabilitas, Kelelehan dan

MQ. Data dari pengujian Marshall untuk

campuran AC-WC dan AC-BC ditunjukkan

pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil Pengujian Marshall Campuran

AC-WC Pada KAOMarshall 

Sifat-Sifat

CampuranHasil Pengujian

Kadar

Aspal, %4,5 5,0 5,5 6,0 6,5

Kepadatan

, t/m3 

2,209 2,229 2,274 2,298 2,294

V I M, % 8,969 7,486 4,959 3,265 2,798

V M A, % 17,53 17,22 16,00 15,54 16,17

V F A, % 48,86 56,54 69,00 79,02 82,72

Stabilitas,

kg726,83 841,92 954,66 1107,05 907,72

5/17/2018 224-228-1-PB - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/224-228-1-pb 7/12

 

 Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 1, April 2011 ISSN : 1858-3695 

7

Kelelehan,

mm2,83 3,27 3,07 3,76 3,15

MQ,

kg/mm270,06 278,45 316,40 296,97 298,53

Dari nilai karakteristik volumetrik dan

karakteristik Marshall didapat : Kadar Aspal

Optimum (KAO) 5,75% untuk campuran AC-

WC.

PEMBAHASAN

Analisis Data Pengujian Aspal

Berdasarkan hasil pengujian, aspal yang

digunakan dalam campuran sesuai dengan

spesifikasi Kimpraswil 2005. Tapi pengujian

aspal yang dilakukan terbatas pada properties

seperti penetrasi, daktilitas, berat jenis, titik

lembek dan titik nyala. Pengujian ini dilakukan

pada kondisi asli. Pada pengujian penetrasi

diperoleh nilai yang memenuhi range nilai untuk

penetrasi yaitu 62,9 (range nilai 60-79). Untuk

pengujian daktilitas diperoleh nilai > 100 cm,dimana lebih dari 100 cm aspal yang ditarik

dengan mesin penarik belum putus. Dan

berdasarkan pengujian titik lembek diperoleh

nilai 49 (dengan range nilai 48-58). Pengujian

yang sangat penting untuk aspal adalah berat

 jenis yaitu 1,030, karena nilai ini akan

digunakan untuk penentuan karakteristik

campuran terutama penentuan nilai berat jenis

campuran.

Berdasarkan analisa diatas dapat

disimpulkan material aspal yang diuji

propertiesnya memenuhi persyaratan sebagai

material campuran beraspal. Namun mungkin

akan lebih baik kalau juga dilakukan pengujian

properties aspal pada kondisi setelah

kehilangan berat.

Analisis Data Pengujian Agregat

Untuk hasil dari pengujian sifat-sifat fisik

atau karakteristik agregat kasar, agregat halus

dan filler yang berasal dari batu gunung

menunjukkan bahwa contoh uji agregatmemenuhi persyaratan yang ditentukan.

Berdasarkan data-data yang diperoleh seperti

data analisa saringan, berat jenis, pengujian

keausan agregat, impact dan crushing, semua

menunjukkan bahwa material ini dapat

digunakan sebagai bahan perkerasan jalan,

walaupun ada beberapa data yang didapatkan

hampir mendekati batasan spesifikasi.

Hasil dari pengujian sifat-sifat fisik atau

karakteristik agregat kasar, agregat halus dan

filler yang digunakan dalam campuran seperti

yang diperlihatkan pada Tabel 6, menunjukkan

bahwa contoh uji agregat memenuhi Spesifikasi

Kimpraswil 2005, walaupun agregat dari batu

gunung ini memiliki nilai keausan yang sangat

tinggi 39,74% mendekati batas maksimum yang

dipersyaratkan (40%). Hal ini sangat agakberesiko karena salah satu fungsi dari

campuran beraspal adalah sebagai lapisan aus.

Sehingga apabila agregat dalam campuran

beraspal memiliki agregat yang cepat aus, akan

menyebabkan kurangnya kekesatan pada

permukaan jalan tersebut, yang berakibat

terjadinya slip antara roda kendaraan dengan

permukaan jalan.Hal ini bisa mengakibatkan

kecelakaan pada jalan tersebut apabila dilewati

kendaraan dengan kecepatan tinggi terutama

untuk jalan yang lurus.

Untuk itu dalam pengambilan dari batu gunung

itu sendiri harus diperhatikan, supaya nilai

keausan dari batu gunung tersebut tidak

mendekati batas maksimum yang

dipersyaratkan.

5/17/2018 224-228-1-PB - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/224-228-1-pb 8/12

 

 Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 1, April 2011 ISSN : 1858-3695 

8

Tabel 7. Hasil Pengujian Analisa saringan untuk agregat batu pecah ukuran 2-3 cm

UkuranAyakan

Sampel I Sampel II Rata-rataTertahan Kumulatif Lolos Tertahan Kumulatif Lolos Tertahan Kumulatif Lolos

in mm Berat % % % Berat % % % Berat % % %3/4 19 14,86 0,74 0,74 99,26 23,15 1,16 1,16 98,84 19,01 0,95 0,95 99,05

1/2 12,5 1439,58 71,92 72,67 27,33 1458,09 72,87 74,03 25,97 1448,84 72,40 73,35 26,653/8 9,5 496,20 24,79 97,46 2,54 466,10 23,29 97,32 2,68 481,15 24,04 97,39 2,61# 4 4,75 45,64 2,28 99,74 0,26 45,90 2,29 99,62 0,38 45,77 2,29 99,68 0,32

# 8 2,36 0,22 0,01 99,75 0,25 0,62 0,03 99,65 0,35 0,42 0,02 99,70 0,30

# 16 1,18 0,34 0,02 99,77 0,23 0,91 0,05 99,69 0,31 0,63 0,03 99,73 0,27# 30 0,6 0,14 0,01 99,77 0,23 0,49 0,02 99,72 0,28 0,32 0,02 99,75 0,25

# 50 0,3 0,17 0,01 99,78 0,22 0,26 0,01 99,73 0,27 0,22 0,01 99,76 0,24# 200 0,075 2,80 0,14 99,92 0,08 3,46 0,17 99,91 0,09 3,13 0,16 99,91 0,09Filler 1,59 0,08 100,00 1,90 0,09 100,00 1,75 0,09 100,00

Jumlah 2001,54 100,00 2000,88 100,00 2001,21 100,00

Tabel 8 Hasil Pengujian Analisa saringan untuk agregat batu pecah ukuran 1-2 cm

UkuranAyakan

Sampel I Sampel II Rata-rata

Tertahan Kumulatif Lolos Tertahan Kumulatif Lolos Tertahan Kumulatif Lolosin mm Berat % % % Berat % % % Berat % % %

3/4 19 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00

1/2 12,5 25,02 1,25 1,25 98,75 30,05 1,50 1,50 98,50 27,54 1,38 1,38 98,623/8 9,5 664,08 33,19 34,44 65,56 625,49 31,27 32,78 67,22 644,79 32,23 33,61 66,39# 4 4,75 1246,58 62,31 96,75 3,25 1273,31 63,66 96,44 3,56 1259,95 62,98 96,59 3,41

# 8 2,36 44,87 2,24 98,99 1,01 54,68 2,73 99,17 0,83 49,78 2,49 99,08 0,92# 16 1,18 2,21 0,11 99,10 0,90 1,64 0,08 99,25 0,75 1,93 0,10 99,18 0,82# 30 0,6 3,18 0,16 99,26 0,74 2,65 0,13 99,39 0,61 2,92 0,15 99,32 0,68# 50 0,3 2,44 0,12 99,38 0,62 1,81 0,09 99,48 0,52 2,13 0,11 99,43 0,57

# 200 0,075 9,77 0,49 99,87 0,13 9,22 0,46 99,94 0,06 9,50 0,47 99,90 0,10Filler 2,60 0,13 100,00 1,26 0,06 100,00 1,93 0,10 100,00

Jumlah 2000,75 100,00 2000,11 100,00 2000,43 100,00

 ISSN : 1858-3695 

5/17/2018 224-228-1-PB - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/224-228-1-pb 9/12

 

 Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 1, April 2011 ISSN : 1858-3695 

9

Tabel 9. Hasil Pengujian Analisa saringan untuk agregat batu pecah ukuran 0-1 cm

Ukuran AyakanSampel I Sampel II Rata-rata

Tertahan Kumulatif Lolos Tertahan Kumulatif Lolos Tertahan Kumulatif Lolos

in mm Berat % % % Berat % % % Berat % % %3/4 19 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 0,00 100,001/2 12,5 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00

3/8 9,5 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00

# 4 4,75 83,93 8,39 8,39 91,61 45,19 4,52 4,52 95,48 64,56 6,46 6,46 93,54# 8 2,36 248,01 24,80 33,19 66,81 195,14 19,51 24,03 75,97 221,58 22,15 28,61 71,39

# 16 1,18 229,93 22,99 56,18 43,82 234,73 23,47 47,50 52,50 232,33 23,23 51,84 48,16# 30 0,6 205,62 20,56 76,73 23,27 173,92 17,39 64,89 35,11 189,77 18,97 70,81 29,19# 50 0,3 176,75 17,67 94,41 5,59 108,70 10,87 75,76 24,24 142,73 14,27 85,08 14,92

# 200 0,075 53,50 5,35 99,76 0,24 181,34 18,13 93,89 6,11 117,42 11,74 96,82 3,18Filler 2,45 0,24 100,00 61,06 6,11 100,00 31,76 3,18 100,00

Jumlah 1000,19 100,00 1000,08 100,00 1000,14 100,00

Tabel 10. Hasil Pengujian Analisa saringan untuk pasir ukuran 0-1 cm

Ukuran AyakanSampel I Sampel II Rata-rata

Tertahan Kumulatif Lolos Tertahan Kumulatif Lolos Tertahan Kumulatif Lolos

in mm Berat % % % Berat % % % Berat % % %3/4 19 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 0,00 100,001/2 12,5 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00

3/8 9,5 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00

# 4 4,75 58,52 5,84 5,84 94,16 33,53 3,72 3,72 96,28 46,03 4,84 4,84 95,16# 8 2,36 223,91 22,36 28,21 71,79 158,24 17,57 21,29 78,71 191,08 20,09 24,93 75,07# 16 1,18 212,84 21,26 49,47 50,53 123,68 13,73 35,03 64,97 168,26 17,69 42,63 57,37

# 30 0,6 228,03 22,77 72,24 27,76 175,63 19,50 54,53 45,47 201,83 21,22 63,85 36,15# 50 0,3 201,78 20,15 92,39 7,61 117,54 13,05 67,58 32,42 159,66 16,79 80,64 19,36# 200 0,075 74,36 7,43 99,82 0,18 204,70 22,73 90,31 9,69 139,53 14,67 95,32 4,68

Filler 1,79 0,18 100,00 87,30 9,69 100,00 44,55 4,68 100,00Jumlah 1001,23 100,00 900,62 100,00 950,93 100,00

 ISSN : 1858-3695 

5/17/2018 224-228-1-PB - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/224-228-1-pb 10/12

 

 Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 1, April 2011 ISSN : 1858-3695 

10

Analisis Data Analisa Saringan

Persentase agregat yang digunakan untuk

campuran AC-WC berdasarkan analisa

saringan adalah :

Agregat 2-3 = 10%

Agregat 1-2 = 30%

Agregat 0-1 = 45%

Pasir = 15%

Data gradasi campuran diatas didapatkan

berdasarkan perhitungan analisa saringan

untuk masing-masing kelompok agregat

meliputi agregat 2-3 cm, 1-2 cm dan 0-1 cm

(untuk batu pecah dan pasir).

Untuk campuran AC-WC terlihat bahwa

berdasarkan presentase yang digunakan

umumnya memenuhi untuk agregat kasar dan

halus berdasarkan spesifikasi, tetapi

mengalami kekurangan untuk filler yang

dihasilkan dari hasil pemecah batu (stone 

crusher ). Hal ini disebabkan oleh pengaturan

pisau pada stone crusher  yang yang terlalu

besar sehingga butiran agregat yang dihasilkan

 juga lebih besar. Akan lebih baik kalau dalam

pengolahan pemecahan batu di stone srusher 

 juga memperhatikan kebutuhan akan agregat

halus dan filler, supaya mutu campuran yang

dihasilkan dapat lebih ditingkatkan. Karena

kalau agregat halus dan filler yang dihasilkanstone crusher persentasenya sangat kecil, akan

membuat kecendrungan dari kontraktor atau

pelaksana pekerjaan jalan menggunakan pasir

sebagai pengganti material halus. Padahal

campuran Laston membatasi penggunaan pasir

dalam campuran maksimum 15% dan tidak

boleh melewati daerah larangan untuk ukuran

agregat halus.. Apabila penggunaan pasir lebih

dari 15%, akan menurunkan kinerja dari

campuran beraspal tersebut. Gradasi rencana

untuk campuran AC-WC berdasarkan data

analisa saringan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Gradasi rencana untuk Campuran

AC-WC

Ukuran

Ayakan

Campuran AC-WC

JumlahAg.

0-1Pasir Ag. 1-2 Ag. 2-3

ASTM (mm) 0,45 0,15 0,30 0,10

¾” 19 45,00 15,00 30,00 9,91 99,91

½” 12,5 45,00 15,00 29,59 2,67 92,25

3/8” 9,5 45,00 15,00 19,92 0,26 80,18

No.8 2,36 32,13 11,26 0,28 0,03 43,69

No.16 1,18 21,67 8,61 0,25 0,03 30,55No.30 0,6 13,13 5,42 0,20 0,03 18,78

No.200 0,075 1,43 0,70 0,03 0,01 2,17

No.4 4,75 42,10 14,27 1,02 0,03 57,42

No.8 2,36 32,13 11,26 0,28 0,03 43,69

No.16 1,18 21,67 8,61 0,25 0,03 30,55

No.30 0,6 13,13 5,42 0,20 0,03 18,78

No.50 0,3 6,71 2,90 0,17 0,02 9,81

Analisis Data Pengujian Marshall Campuran

AC-WC

Berdasarkan pembuatan sampel Marshall

untuk campuran AC-WC, untuk karakteristik

volumetrik terlihat memenuhi berdasarkan

ketentuan untuk sifat Laston seperti nilai

kepadatan, VIM, VMA, dan VFA. Begitu jua

untuk nilai yang ditunjukkan karakteristik

Marshall yaitu Stabilitas, Kelelehan dan

Marshall Quotient. Sehingga berdasarkan nilai-

nilai tersebut didapatkan nilai Kadar aspal

optimum (KAO) 5,75%.

5/17/2018 224-228-1-PB - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/224-228-1-pb 11/12

 

 Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 1, April 2011 ISSN : 1858-3695 

11

Gambar 3. Penentuan KAO Campuran AC-WC

Ini menunjukkan campuran AC-WC yang

memiliki persentase agregat halus yang lebih

banyak, pasti akan membutuhkan kadar aspal

yang lebih besar juga untuk menyelimuti

agregat tersebut. Ini juga menunjukkan bahwa

pemilihan gradasi yang direncanakan untuk

campuran AC-WC dengan menggunakan

agregat batu gunung dari daerah Laing Solok

layak untuk digunakan sebagai gradasi

campuran beraspal. Dan agregat dari daerah

tersebut bisa digunakan sebagai material

bahan perkerasan jalan. Tapi alangkah baiknyakalau dalam pengolahan pemecahan batu di

stone srusher  juga memperhatikan kebutuhan

akan agregat halus dan filler, supaya mutu

campuran yang dihasilkan dapat lebih

ditingkatkan.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data, dapat diperoleh

beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan pengujian properties terhadap

material batu gunung dari daerah Laing

Kabupaten Solok menunjukkan bahwa

material ini dapat digunakan sebagai salah

satu bahan perkerasan jalan terutama untuk

agregat kasar dan halus. Hal ini terlihat dari

nilai pengujian yang didapatkan memenuhi

persyaratan spesifikasi dalam hal ini

Spesifikasi Kimpraswil 2005. Tetapi tetap

perlu menjadi perhatian mengenai

persentase keausan agregat 39,74% yang

mendekati batas maksimum 40%.

2. Berdasarkan pengujian analisa saringan

persentase filler  untuk campuran ini tidakmencukupi. Akan tetapi untuk campuran

AC-WC ini berdasarkan analisa terhadap

volumetrik dan karakteristik Marshall, hasil

yang diperoleh masih memenuhi sifat-sifat

dari campuran AC-WC dan AC-BC meliputi

nilai VIM, VMA, VFA, Stabilitas, Kelelehan

dan Marshall Quotient.

3. Dalam penelitian ini, KAO yang didapatkan

untuk campuran AC-WC yaitu 5,75%. Ini

disebabkan persentase agregat halus pada

campuran AC-WC lebih banyak, sehingga

membutuhkan kadar aspal yang lebih

banyak untuk menyelimuti agregat

SARAN

Dan berdasarkan hasil penelitian ini dapat

diusulkan beberapa saran sebagai berikut :1. Nilai keausan yang tinggi pada batu gunung

bisa diantisipasi dengan tidak mengambil

batu pada lapisan luar gunung tersebut, tapi

lebih kedalam kurang lebih 1 meter,

sehingga diperoleh batu dengan keausan

yang lebih rendah.

2. Kurangnya persentase filler yang dihasilkan

bisa diantisipasi dengan memperkecil

bukaan jaw, sehingga ukuran batu yang

dihasilkan lebih halus terutama untuk

mendapatkan filler . Ini memang akan

memperlambat produksi dari stone crusher,

tapi akan lebih meningkatkan ketersedian

akan filler  nantinya. Atau bisa dilakukan

dengan penambahan alat baru berupa  jaw  

sekunder dengan ukuran yang lebih kecil

3. Perlu penelitian lebih lanjut untuk

memberikan gradasi rencana untuk AMP

5/17/2018 224-228-1-PB - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/224-228-1-pb 12/12

 

 Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 1, April 2011 ISSN : 1858-3695 

12

yang menggunakan batu gunung (komposisi

campuran pada cold bin ) tidak hanya untuk

campuran Laston AC-WC tapi untuk

campuran beraspal panas lainnya.

4. Dan perlu penelitian lebih lanjut juga untukmaterial-material yang ada di seluruh

wilayah Sumatera Barat, terutama yang

memanfaatkan batu gunung sebagai

material perkerasan jalan, karena ini dapat

mengurangi ketergantungan akan batu-batu

sungai yang biasa digunakan. Dan bila hal

ini berkembang, akan menjadi pemasukan

bagi daerah setempat

DAFTAR PUSTAKA

AASHTO.1998.Standard Specifications for 

Transportation Materials and Methods of 

Sampling and Testing. Washington D.C.

Bambang Ismanto. 2001. Bahan kuliah 

Perancangan Perkerasan dan Bahan. Penerbit

ITB

Departemen Kimpraswil. 2005. Campuran 

Beraspal Panas. Buku V Spesifikasi .

Direktorat Jenderal Bina Marga. 1999.

Pedoman Perencanaan Campuran Beraspal 

Panas dengan Pendekatan Kepadatan Mutlak. 

Departemen PU

Krebs, D.Robert, Walker, D.Richard. 1971.

Highway Material , Mcgraw-Hill Book Company

New York

Shell Bitumen. 1990. The Shell Bitumen 

Handbook , Shell Bitumen, U.K

Standar Nasional Indonesia. 1991. Pengujian 

Campuran Beraspal dengan Alat Marshal, SNI

No. : 03-2489-1991

The Asphalt Institute. 1993. Mix Design 

Methods for Asphalt Concrete and Other Hot- 

Mix Types , Manual Series No.2, Sixth Edition,

The Asphalt Institute