22. Contoh Panduan Second Opinion

7
CONTOH PANDUAN MEMINTA PENDAPAT LAIN (SECOND OPINION) A. DEFINISI 1. Opini Medis adalah pendapat, pikiran atau pendirian dari seorang dokter atau ahli medis terhadap suatu diagnosa, terapidan rekomendasi medis lain terhadap penyakit seseorang. 2. Meminta Pendapat Lain( Second Opinion ) adalahpendapat medis yang diberikan oleh dokter lain terhadap suatu diagnosa atau terapi maupun rekomendasi medis lain terhadap penyakit yang diderita pasien. Mencari pendapat lain bisa dikatakan sebagai upaya penemuan sudut pandang lain dari dokter kedua setelah pasien mengunjungi atau berkonsultasi dengan dokter pertama. Second opinion hanyalah istilah, karena dalam realitanya di lapangan, kadang pasien bisa jadi menemui lebih dari dua dokter untuk dimintakan pendapat medisnya. Meminta pendapat lain atau second opinion juga diatur dalam Undang Undang no. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bagian empat pasal 32 poin H tentang hak pasien, disebutkan bahwa "Setiap pasien memiliki hak meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit". B. RUANG LINGKUP Perbedaan diagnosis dan penatalaksaan penyakit oleh dokter sering terjadi di belahan dunia manapun. Di negara yang paling maju dalam bidang kedokteranpun, para dokter masih saja sering terjadi perbedaan dalam diagnosis maupun proses terapi, sehingga menimbulkan keraguan pada pasien dan keluarganya.Begitu juga di Indonesia, perbedaan pendapat para dokter dalam mengobati penderita adalah hal yang biasa terjadi. Perbedaan dalam penentuan diagnosis dan penatalaksanaan mungkin tidak menjadi masalah serius bila tidak menimbulkan konsekuensi yang berbahaya dan merugikan bagi penderita. Tetapi bila hal itu menyangkut kerugian

description

22. Contoh Panduan Second Opinion

Transcript of 22. Contoh Panduan Second Opinion

Page 1: 22. Contoh Panduan Second Opinion

CONTOH PANDUAN

MEMINTA PENDAPAT LAIN (SECOND OPINION)

A. DEFINISI

1. Opini Medis adalah pendapat, pikiran atau pendirian dari seorang dokter atau

ahli medis terhadap suatu diagnosa, terapidan rekomendasi medis lain terhadap

penyakit seseorang.

2. Meminta Pendapat Lain( Second Opinion ) adalahpendapat medis yang

diberikan oleh dokter lain terhadap suatu diagnosa atau terapi maupun

rekomendasi medis lain terhadap penyakit yang diderita pasien. Mencari pendapat

lain bisa dikatakan sebagai upaya penemuan sudut pandang lain dari dokter

kedua setelah pasien mengunjungi atau berkonsultasi dengan dokter pertama.

Second opinion hanyalah istilah, karena dalam realitanya di lapangan, kadang

pasien bisa jadi menemui lebih dari dua dokter untuk dimintakan pendapat

medisnya.

Meminta pendapat lain atau second opinion juga diatur dalam Undang Undang no.

44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bagian empat pasal 32 poin H tentang hak

pasien, disebutkan bahwa "Setiap pasien memiliki hak meminta konsultasi

tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin

Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit".

B. RUANG LINGKUP

Perbedaan diagnosis dan penatalaksaan penyakit oleh dokter sering terjadi

di belahan dunia manapun. Di negara yang paling maju dalam bidang kedokteranpun,

para dokter masih saja sering terjadi perbedaan dalam diagnosis maupun proses

terapi, sehingga menimbulkan keraguan pada pasien dan keluarganya.Begitu juga di

Indonesia, perbedaan pendapat para dokter dalam mengobati penderita adalah hal

yang biasa terjadi. Perbedaan dalam penentuan diagnosis dan penatalaksanaan

mungkin tidak menjadi masalah serius bila tidak menimbulkan konsekuensi yang

berbahaya dan merugikan bagi penderita. Tetapi bila hal itu menyangkut kerugian

Page 2: 22. Contoh Panduan Second Opinion

biaya yang besar dan ancaman nyawa maka harus lebih dicermati. Sehingga

sangatlah penting bagi pasien dan keluarga untuk mendapatkan second opinion dokter

lain tentang permasalahan kesehatannya sehingga mendapatkan hasil pelayanan

kesehatana yang maksimal.

Dengan semakin meningkatnya informasi dan teknologi maka semakin

terbuka wawasan ilmu pengetahuan dan informasi tentang berbagai hal dalam

kehidupan ini. Demikian juga dalam pengetahuan masyarakat tentang wawasan dan

pengetahuan tentang permasalahan kesehatannya.Informasi yang sepotong-sepotong

atau salah dalam menginterpretasikan informasi seorang pasien akan berakibat pasien

atau keluarganya merasa tindakan dokter salah atau tidak sesuai standar. Hal ini

jugamembuat pasien dan keluarganya mempertahankan informasi yang didapat tanpa

mempertimbangkan masukan dari dokter tentang fakta yang sebenarnya terjadi.

1. Pentingnya Second Opinionuntuk pasien adalah :

a) Kesalahan diagnosis dan penatalaksaan pengobatan dokter sering terjadi di

belahan dunia manapun, termasuk di Indonesia

b) Perbedaan pendapat para dokter dalam mengobati penderita adalah hal yang

biasa terjadi, dan hal ini mungkin tidak menjadi masalah serius bila tidak

menimbulkan konsekuensi yang berbahaya dan merugikan bagi penderita

c) Second opinion dianjurkan bila menyangkut ancaman nyawa, kerugian biaya

atau dampak finansial yang besar.

2. Permasalahan kesehatan yang memerlukanSecond Opinion:

a) Keputusan dokter tentang tindakan operasi, apalagi yang akan membuat

perubahan anatomis permanen pada tubuh pasien dan tindakan operasi

lainnya.

b) Keputusan dokter tentang pemberian obat jangka panjang lebih dari 2 minggu,

misalnya pemberian obat TBC jangka panjang, pemberian antibiotika jangka

panjang dan pemberian obat-obat jangka panjang lannya

c) Keputusan dokter dalam pemberian obat yang sangat mahal : baik obat minum,

antibiotika, susu mahal atau pemberian imunisasi yang sangat mahal

Page 3: 22. Contoh Panduan Second Opinion

d) Kebiasaan dokter memberikan terlalu sering antibiotika berlebihan pada kasus

yang tidak seharusnya diberikan : seperti infeksi saluran napas, diare, muntah,

demam virus, dan sebagainya. Biasanya dokter memberikan diagnosis infeksi

virus tetapi selalu diberi antibiotika.

e) Keputusan dokter dalampemeriksaan laboratorium dengan biaya sangat besar

f) Keputusan dokter tentang suatu penyakit yang berulang diderita misalnya :

penyakit tifus berulang,

g) Keputusan diagnosis dokter yang meragukan: biasanya dokter tersebut

menggunakan istilah “gejala” seperti gejala tifus, gejala ADHD, gejala demam

berdarah, gejala usus buntu. Atau diagnosis autis ringan, ADHD ringan dan

gangguan perilaku lainnya.

h) Ketika pasien didiagnosa penyakit serius seperti kanker, maka pasien pun

biasanya diizinkan meminta pendapat lain.

i) Keputusan pemeriksaan dan pengobatan yang tidak direkomendasikan oleh

institusi kesehatan nasional atau internasional : seperti pengobatan dan terapi

bioresonansi, terapi antibiotika yang berlebihan dan tidak sesuai dengan

indikasi

3. Dalam rangka membantu pasien untuk mendapatkan SecondOpinion, RS perlu

memberikan beberapa pertimbangan kepada pasien atau keluarga sebagai berikut

:

a) Second Opinionsebaiknyadidapatkandaridokter yang sesuai kompetensinya atau

keahliannya.

b) Rekomendasi atau pengalaman keberhasilan pengobatan teman atau keluarga

terhadap dokter tertentu dengan kasus yang sama sangat penting untuk

dijadikan referensi. Karena, pengalaman yang sama tersebut sangatlah penting

dijadikan sumber referensi.

c) Carilah informasi sebanyak-banyaknya di internet tentang permasalahan

kesehatan tersebut. Jangan mencari informasi sepotong-sepotong, karena

seringkali akurasinya tidak dipertanggung jawabkan. Carilah sumber informasi

Page 4: 22. Contoh Panduan Second Opinion

internet dari sumber yang kredibel seperti : WHO, CDC, IDAI, IDI atau

organisasi resmi lainnya.

d) Bila keadaan emergensi atau kondisi tertentu maka keputusan second opinion

juga harus dilakukan dalam waktu singkat.

e) Mencari second opinion diutamakan kepada dokter yang dapat menjelaskan

dengan mudah, jelas, lengkap dan dapat diterima dengan logika. Dokter yang

beretika tidak akan pernah menyalahkan keputusan dokter sebelumnya atau

tidak akan pernah menjelekkan pendapat dokter sebelumnya atau menganggap

dirinya paling benar.

f) Bila melakukan second opinion sebaiknya tidak menceritakan pendapat dokter

sebelumnya atau mempertentangkan pendapat dokter sebelumnya, agar dokter

terakhir tersebut dapat obyektif dalam menangani kasusnya, kecuali dokter

tersebut menanyakan pengobatan yang sebelumnya pernah diberikan atau

pemeriksaan yang telah dilakukan.

g) Bila sudah memperoleh informasi tentang kesehatan jangan menggurui dokter

yang anda hadapi karena informasi yang anda dapat belum tentu benar. Tetapi

sebaiknya anda diskusikan informasi yang anda dapat dan mintakan pendapat

dokter tersebut tentang hal itu.

h) Bila pendapat lain dokter tersebut berbeda, maka biasanya penderita dapat

memutuskan salah satu keputusan berdasarkan argumen yang dapat diterima

secara logika. Dalam keadaan tertentu disarankan mengikuti advis dari dokter

yang terbukti terdapat perbaikan bermakna dalam perjalanan penyakitnya. Bila

hal itu masih membingungkan tidak ada salahnya melakukan pendapat ketiga.

Biasanya dengan berbagai pendapat tersebut penderita akan dapat

memutuskannya. Bila pendapat ketiga tersebut masih sulit dipilih biasanya

kasus yang dihadapi adalah kasus yang sangat sulit.

i) Keputusan second opinion terhadap terapi alternatif sebaiknya tidak dilakukan

karena pasti terjadi perbedaan pendapat dengan pemahaman tentang kasus

yang berbeda dan latar belakang ke ilmuan yang berbeda.

Page 5: 22. Contoh Panduan Second Opinion

j) Kebenaran ilmiah di bidang kedokteran tidak harus berdasarkan senioritas

dokter atau gelar yang disandang. Tetapi berdasarkan kepakaran dan

landasanpertimbanganilmiah berbasis bukti penelitian di bidang kedokteran

(Evidance Base Medicine).

C. TATA LAKSANA

Second opinion atau mencari pendapat lain yang berbeda adalah merupakan

hak seorang pasien dalam memperoleh jasa pelayanan kesehatannya. Hak yang

dipunyai pasien ini adalah hak mendapatkan pendapat lain (second opinion) dari

dokter lainnya. Untuk mendapatkan pelayanan yang optimal, pasien tidak usah ragu

untuk mendapatkan “second opinion” tersebut. Memang biaya yang dikeluarkan akan

menjadi banyak, tetapi paling tidak bermanfaat untuk mengurangi resiko

kemungkinan komplikasi atau biaya lebih besar lagi yang akan dialaminya. Misalnya,

pasien sudah direncanakan operasi caesar atau operasi usus buntu tidak ada

salahnya melakukan permintaan pendapat dokter lain.

Dalam melakukan “second opinion” tersebut sebaiknya dilakukan terhadap

dokter yang sama kompetensinya. Misalnya, tindakan operasi caesar harus minta

“second opinion” kepada sesama dokter kandungan bukan ke dokter umum. Bila

pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan dokter sangat banyak dan mahal, tidak

ada salahnya minta pendapat ke dokter lain yang kompeten. Hak pasien

untukmeminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang

mempunyai Surat Ijin Praktek (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit.

Manfaat yang bisa didapatkan dari second opinion adalah pasien lebih

teredukasi mengenai masalah kesehatan yang dihadapinya. Terdapat kondisi yang

meragukan bagi pasien pada saat meminta pendapat lain, misalnya ketika dokter

pertama menyarankan operasi, tidak mengherankan jika pendapat dari dokter lain

akan berbeda, oleh karena setiap penyakit memiliki gejala klinis yang berbeda ketika

hadir di ruang periksa sehingga mempengaruhi keputusan dokter.

Untuk mendapatkan second opinion, pasien dan keluarganya menghubungi

perawat atau langsung kepada dokter yang merawatnya kemudian mengemukakan

Page 6: 22. Contoh Panduan Second Opinion

keinginannya untuk mendapatkan pendapat lain atau second opinion. Dokter yang

merawat berkewajiban menerangkan kepada pasien dan keluarganya hal yang perlu

dipertimbangkan dalam mendapatkan second opinion (terdapat dalam panduan ini).

Apabilakeputusanmengambilpendapatlaintelahdisepakati, makaformulir Permintaan

Pendapat Lain (Second Opinion) diisiolehpasienatauwalinyadandiketahuiolehDokter

(DPJP) sertasaksi.

D. DOKUMENTASI

1. Panduan Hak & Kewajiban Pasien

2. Formulir Permintaan Pendapat Lain (Second Opinion)

Page 7: 22. Contoh Panduan Second Opinion

Rujukan

1. Undang-undang RI No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

2. Kementerian Kesehatan RI. Standard Akreditasi Rumah Sakit. Tahun 2011.