216-395-1-SM

7
ISSN :2301-721X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013 69 PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI Oleh : Meli Siska B 1 , Kurnia 2 , Yayan Sunarya 3  Jurusan Pendidikan K imia FPMIPA UPI – email :  Jurusan Pendidikan K imia FPMIPA UP I– email : kurnia_soba [email protected]  Jurusan Pendidikan K imia FPMIPA UPI email : yayan_suna [email protected]  Abstrak Tujua n dari penel itian ini ada lah untuk menget ahui pen garuh p enerap an pembe laja ran prak tikum berba sis ink uiri t erha dap p eningka tan Kete rampi lan Pros es Sains (KPS ) siswa SMA pad a mater i laju rea ksi. Met ode penel itian ya ng digunakan adalah kuasi eksperimen one group pretes and posttest design, dengan subjek penelitian 38 siswa SMA kelas XI. Instrumen yang digunakan meliputi tes tertulis, LK S, angket , pedoma n wawancara , dan lemba r observ asi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penerapan pembelajaran inkuiri mampu meni ngka tk an KPS si swa se ca ra signi fi kan de ngan n il ai r at a-r ata 71,9%. Peningkatan tertinggi terjadi pada indikator meramalkan sedangkan peningkatan terendah pada indikator berkomunikasi. Berdasarkan kategori kelompok, siswa kelompok tinggi mengalami peningkatan dengan N-Gain sebesar 93,8%; peningkatan tertinggi terjadi pada indikator berkomunikasi dan indikator meramalkan sedangkan peningkatan terendah pada indikator merencanakan percobaan. Siswa kelompok sedang mengalami peningkatan dengan N-Gain sebesar 73,8%; peningkatan tertinggi terjadi pada indikator meramalkan sedangkan peningkatan terendah pada indikator berkomunikasi. Siswa kelompok rendah mengalami peningkatan dengan N-Gain sebesar 48,5%; peningkatan tertinggi terjadi pada indikator meramalkan sedangkan pening katan ter endah pad a indikator ber komuni ka si. Secara umum siswa memberikan tanggapan positif, pembelajaran yang dilakukan telah memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif, meningkatkan minat dan moti vasi bela jar karena di hubun gkan denga n pengala man siswa dal am kehidupan sehari-hari. Kata Kunci : keterampilan proses sains, praktikum, inkuiri, laju reaksi INCREASING OF STUDENT SCIENCE PROCESS SKILLS THROUGH TEACHING PRACTICE BASED INQUIRY AT REACTION RATE TOPIC  Abstract The goal of the research is to know effect of teaching practice based inquiry toward increasing of science process skills (KPS) at reaction rate topic. Research methode was designed using one group pretest and postest quasi experiment. The reseasrch subject were thirty eight students of Senior High School at year  XI. The instrument used were writen test, student work sheets, questoner, interview guiding and observation sheets. The result showed that application of inquiry model could increasing science process skills by average 71.9% significantly. The highest score was achieved at prediction skill while the lowest

description

216-395-1-SM

Transcript of 216-395-1-SM

  • ISSN : 2301-721X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

    69

    PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA MELALUIPEMBELAJARAN PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI

    Oleh :Meli Siska B 1, Kurnia 2, Yayan Sunarya3

    Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI email :Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI email : [email protected] Pendidikan Kimia FPMIPA UPI email : [email protected]

    AbstrakTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapanpembelajaran praktikum berbasis inkuiri terhadap peningkatan KeterampilanProses Sains (KPS) siswa SMA pada materi laju reaksi. Metode penelitian yangdigunakan adalah kuasi eksperimen one group pretes and posttest design, dengansubjek penelitian 38 siswa SMA kelas XI. Instrumen yang digunakan meliputi testertulis, LKS, angket, pedoman wawancara, dan lembar observasi. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa pada penerapan pembelajaran inkuiri mampumeningkatkan KPS siswa secara signifikan dengan nilai rata-rata 71,9%.Peningkatan tertinggi terjadi pada indikator meramalkan sedangkanpeningkatan terendah pada indikator berkomunikasi. Berdasarkan kategorikelompok, siswa kelompok tinggi mengalami peningkatan dengan N-Gainsebesar 93,8%; peningkatan tertinggi terjadi pada indikator berkomunikasi danindikator meramalkan sedangkan peningkatan terendah pada indikatormerencanakan percobaan. Siswa kelompok sedang mengalami peningkatandengan N-Gain sebesar 73,8%; peningkatan tertinggi terjadi pada indikatormeramalkan sedangkan peningkatan terendah pada indikator berkomunikasi.Siswa kelompok rendah mengalami peningkatan dengan N-Gain sebesar 48,5%;peningkatan tertinggi terjadi pada indikator meramalkan sedangkanpeningkatan terendah pada indikator berkomunikasi. Secara umum siswamemberikan tanggapan positif, pembelajaran yang dilakukan telah memberikesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif, meningkatkan minatdan motivasi belajar karena dihubungkan dengan pengalaman siswa dalamkehidupan sehari-hari.

    Kata Kunci : keterampilan proses sains, praktikum, inkuiri, laju reaksi

    INCREASING OF STUDENT SCIENCE PROCESS SKILLS THROUGH TEACHINGPRACTICE BASED INQUIRY AT REACTION RATE TOPIC

    AbstractThe goal of the research is to know effect of teaching practice based inquirytoward increasing of science process skills (KPS) at reaction rate topic. Researchmethode was designed using one group pretest and postest quasi experiment.The reseasrch subject were thirty eight students of Senior High School at yearXI. The instrument used were writen test, student work sheets, questoner,interview guiding and observation sheets. The result showed that application ofinquiry model could increasing science process skills by average 71.9%significantly. The highest score was achieved at prediction skill while the lowest

    DO NO

    T COP

    Y

  • ISSN : 2301-721X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

    70

    score was at communication skill. Base on the student category group, the highgroup level had increased by N-Gain at 93.8% which the highest increasingscore at communication and prediction skills. On the other hand the lowestincreasing was achieved at experiment planing. On the midle level group hadincreased by N-Gain at 73.8% which the highest increasing score at planningskills, while the lowest increasing was achieved at communication skill. On thelow level group had increased by N-Gain at 48.5% which the highest increasingscore at prediction skills, while the lowest increasing was achieved atcommunication skill. Generally, most student gave positif respond to the model,because gave more participation actively, interesting, motivating which relatedinto application to daily life.

    Keyword: science process skills, practice, inquiry, reaction rate.

    PENDAHULUANIlmu kimia pada hakikatnya dapat

    dipandang sebagai proses dan produk. Olehkarena itu, pembelajaran kimia tidak bolehmengesampingkan proses ditemukannyakonsep. Kimia sebagai proses meliputiketerampilan-keterampilan dan sikap-sikapyang dimiliki oleh para ilmuwan untukmemperoleh dan mengembangkanpengetahuan. Keterampilan-keterampilaninilah yang disebut keterampilan proses

    sains (KPS). Kimia sebagai produk meliputisekumpulan pengetahuan yang terdiri atasfakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip kimia.

    Salah satu metode pembelajaran yangdapat digunakan untuk membekali KPS bagisiswa adalah metode praktikum, karenadengan praktikum siswa dapatmengembangkan keterampilan dasareksperimen. Hal tersebut menjadi saranatercapainya orientasi pembelajaran sains,yaitu selain berorientasi produk jugaberorientasi pada proses. MenurutRustaman (2005), praktikum merupakansarana terbaik dalam mengembangkan KPS.Pembelajaran dengan metode praktikummemberi kesempatan kepada siswa untukmengalami sendiri atau melakukan sendiri.

    Pada umumnya, praktikum yangdilakukan di sekolah belum memberikanpengalaman kepada siswa untuk membuat

    hipotesis, menguji kebenaran hipotesis danmenganalisis data. Hal tersebut disebabkanprosedur praktikum yang digunakanumumnya hanya berisi instruksi langsung.Siswa mengerjakan langkah-langkah sesuaiperintah, sehingga kurang melatihketerampilan berpikir dan KPS. Selain itu,kegiatan praktikum yang dilakukan belummemberikan kesempatan kepada siswauntuk berpartisipasi secara aktif dalammelakukan eksperimen untuk menemukankonsep sendiri.

    Berdasarkan penjelasan tersebut, makadiperlukan suatu praktikum yang dapatmengembangkan kemampuan berpikir sertamengembangkan KPS, salah satunya adalahpraktikum berbasis inkuiri. MenurutRustaman (2005), inkuiri lebih menekankansiswa untuk menemukan konsep melaluipercobaan di laboratorium menggunakanlangkah-langkah ilmiah dibantu denganpetunjuk praktikum. Dalam pembelajarandengan metode praktikum, diperlukanmateri kimia yang cocok dengan metodetersebut. Berdasarkan analisis yang telahdilakukan, materi laju reaksi dapatdibelajarkan melalui metoda praktikum.

    Terkait dengan penelitian inkuiri,Sidharta (2005) menunjukkan bahwapembelajaran berbasis inkuiri pada materiasam basa dapat meningkatkan pemahamankonsep, mengembangkan kemampuanberpikir kreatif serta mengembangkan KPS

    DO NO

    T COP

    Y

  • ISSN : 2301-721X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

    71

    siswa. Akhyani (2008) juga menunjukkankeberhasilannya dalam pembelajaran inkuiripada materi kesetimbangan kimia. Hasilnyamenunjukkan bahwa pembelajaran inkuiridapat meningkatkan penguasaan konsepdan keterampilan berpikir kritis siswa.Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarikuntuk melakukan penelitian padapembelajaran yang dapat mengembangkanKPS melalui praktikum berbasis inkuiriterbimbing.

    METODE PENELITIANMetode yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah kuasi eksperimendengan one group pre-test and post-test design.Subjek dalam penelitian ini adalah siswakelas XI IPA di salah satu SMA Negeri diKota Bandung sebanyak 38 orang. Siswadibagi ke dalam tiga kategori kemampuan,yaitu kelompok tinggi, sedang, dan rendah.

    Implementasi pembelajaran inidimulai dengan pemberian tes awal yangbertujuan untuk mengetahui bagaimanaketerampilan proses awal yang dimilikisiswa. Siswa kemudian diberi perlakuanberupa penerapan pembelajaran praktikumberbasis inkuiri terbimbing. Setelah selesai,dilakukan postes untuk mengetahuibagaimana KPS siswa setelah diterapkannyapembelajaran.

    Instrumen yang digunakan dalampenelitian, berupa soal tes tertulis 16 soalpilihan ganda, lembar observasi, pedomanangket, pedoman wawancara, dan LKS. Kisi-kisi soal tes tertulis disajikan pada tabel 1.

    Tabel 1. Kisi-kisi Soal Tes KPSIndikator Sub-Indikator NomorSoal

    Berkomunikasi Mengubah bentukpenyajian

    1 dan 2

    Menafsirkan Menyimpulkan 3, 4, 5, 6dan 7

    Meramalkan Menggunakan pola-pola pengamatan

    8 dan 9

    Mengemukakan apayang mungkin terjadipada keadaan yangbelum diamati

    10

    Indikator Sub-Indikator NomorSoalMenerapkankonsep

    Menggunakan konsepyang telah dipelajaridalam situasi baru

    11, 12, 13dan 14

    Merencanakanpercobaan

    Menentukan apa yangakan dilakukan berupalangkah kerja

    15 dan 16

    HASIL DAN PEMBAHASANPelaksanaan Pembelajaran PraktikumBerbasis Inkuiri

    Pelaksanaan pembelajaran praktikumberbasis inkuiri dilakukan melalui beberapatahap di antaranya:

    1. PendahuluanPada tahap ini, siswa diajak untuk

    mengingat kembali konsep prasyaratsehingga dapat mengarahkan mereka padamateri yang akan dipelajari. Hal ini sesuaidengan pendapat Gulo (dalam Trianto,2009) yang menyatakan bahwa pada tahapini materi yang disajikan harus terkaitdengan materi yang telah diketahui siswa,sehingga siswa tidak merasa asing terhadappelajaran. Guru kemudian memberikanpertanyaan untuk memotivasi siswa agarsemangat belajar serta menjelaskan tujuandari pembelajaran yang akan dilakukan,sehingga siswa mendapat gambaranterhadap apa yang akan dipelajari dan apayang akan dilakukan.2. Merumuskan masalah atau pertanyaan

    Tahap ini diawali dengan mengemuka-kan fenomena. Dari fenomena yangdiberikan, siswa diminta untuk merumus-kan masalah atau pertanyaan. Pada awalnya,siswa merasa kesulitan merumuskanpertanyaan karena siswa tidak terbiasamelakukan hal tersebut. Namun, setelahdiberikan arahan sebagian siswa mampumembuat pertanyaan yang diharapkan.Mereka cukup antusias ingin menuliskanpertanyaan di papan tulis. Hal ini sesuaidengan yang dikatakan Sanjaya (2007)bahwa siswa akan memiliki motivasi belajaryang tinggi manakala dilibatkan langsungdalam merumuskan masalah yang akandikaji.

    DO NO

    T COP

    Y

  • ISSN : 2301-721X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

    72

    3. Merumuskan hipotesisPada tahap ini siswa harus membuat

    jawaban sementara atau hipotesis ataspertanyaan yang telah ditentukan. Pada saatsiswa berhipotesis, diharapkan siswamemahami bahwa hipotesis yang merekabuat harus dibuktikan. Sanjaya (2007)berpendapat bahwa manakala individudapat membuktikan prediksinya, maka iaakan sampai pada posisi yang bisamendorong untuk berpikir lebih lanjut.Oleh sebab itu, potensi untukmengembangkan kemampuan menebakpada setiap individu harus dibina.4. Mengumpulkan data

    Tahap selanjutnya dalam proses inkuiriadalah mengumpulkan data. Prosespengumpulan data ini dilakukan melaluipercobaan. Sebelum melakukan percobaanuntuk membuktikan hipotesis yang telahdibuat, siswa harus merencanakanpercobaan sesuai dengan arahan pertanyaandalam LKS serta bimbingan guru.Kemudian siswa melakukan percobaan sertamenuliskan hasil pengamatannya.5. Analisis data

    Pada tahap ini siswa berdiskusimelakukan analisis data dari hasilpengamatan yang diperoleh dengan caramenjawab pertanyaan di dalam LKS padabagian analisis data. Siswa harus mampumenghubung-hubungkan data yangdiperoleh dari hasil pengamatannyatersebut, sehingga menemukan suatu polatertentu, yaitu hubungan konsentrasipereaksi dengan laju reaksi, hubungan suhudengan laju reaksi, serta hubungan katalisdengan laju reaksi.6. Membuat kesimpulan

    Tahap terakhir dalam pembelajaraninkuiri adalah tahap membuat kesimpulan.Guru memberikan arahan sehingga siswamengerti dan akhirnya bisa membuatkesimpulan. Setelah selesai mengkomunika-sikan kesimpulan pengaruh konsentrasipereaksi terhadap laju reaksi, gurumenguatkan kembali dengan dikaitkandengan teori tumbukan sehingga lebih

    menguatkan konsep yang didapatkan siswaketika praktikum.Keterampilan Proses Sains (KPS) Siswa1. KPS Keseluruhan Siswa

    Data hasil pengolahan skor pretes,postes dan N-Gain KPS dapat dilihat padaGambar 1.

    Gambar 1. Peningkatan KPS KeseluruhanSiswa

    Berdasarkan Gambar 1 tampak bahwaskor rata-rata pretes sebesar 13,3 sementaraskor rata-rata postes sebesar 76,0. Secaraumum, hal ini menunjukkan bahwa KPSsiswa setelah melaksanakan kegiatanpembelajaran mengalami peningkatandengan pencapaian N-Gain sebesar 71,8%(kategori tinggi).

    Peningkatan KPS siswa dianalisis lebihlanjut pada setiap indikator. Berikutdisajikan data hasil pretes, postes, dan N-Gain KPS keseluruhan siswa pada setiapindikator.

    Gambar 2. Peningkatan KPS KeseluruhanSiswa pada Setiap Indikator

    Keterangan:A. : BerkomunikasiB. : Menafsirkan : MeramalkanC. : Menerapkan KonsepD. : Merencanakan percobaan

    DO NO

    T COP

    Y

  • ISSN : 2301-721X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

    73

    Berdasarkan data pada Gambar 2,dapat diamati bahwa pada umumnya terjadipeningkatan pada setiap indikator KPS.Peningkatan tertinggi terjadi pada indikatormeramalkan (N-Gain = 83,3%) danterendah pada indikator berkomunikasi (N-Gain = 63,9%).

    2. KPS pada Setiap Kategori KelompokSiswaUntuk mengetahui peningkatan

    keterampilan proses sains pada setiapkategori kelompok siswa maka dihitung skorrata-rata prestes, postes, dan N-Gain daritiap kategori siswa. Data hasil pengolahanskor rata-rata pretes, postes dan N-Gainpada tiap kategori kelompok siswa dapatdilihat pada Gambar 3.

    Gambar 3. Peningkatan KPS pada SetiapKategori Kelompok Siswa

    Berdasarkan data pada Gambar 3,tampak bahwa skor rata-rata pretes siswakelompok tinggi sebesar 5,0, sementara skorrata-rata siswa kelompok sedang dan rendahmasing-masing sebesar 15,1 dan 13,4.Sedangkan skor rata-rata postes kelompoktinggi sebesar 93,8, sementara skor rata-ratasiswa kelompok sedang dan rendah masing-masing sebesar 77,9 dan 56,3. Rata-rata N-Gain siswa kelompok tinggi sebesar 93,8%sementara untuk siswa kelompok sedangdan rendah masing-masing sebesar 73,8%dan 48,5%. Secara umum, hal inimenunjukkan keterampilan proses sain padasetiap kategori kelompok siswa setelahmelaksanakan kegiatan pembelajaranmengalami peningkatan. Meskipun darirata-rata N-Gain terungkap bahwapembelajaran praktikum berbasis inkuiri

    meningkatkan keterampilan proses sainspada semua kategori siswa. Pembelajaranpraktikum berbasis inkuiri yang disusunlebih sesuai diterapkan untuk kelompoktinggi dan sedang. Hal ini dapat terlihat darirata-rata N-Gain untuk kelompok rendahyang mengalami peningkatan paling rendahdibanding dua kelompok yang lainnya. HasilN-Gain tersebut menunjukkan bahwa siswakategori kelompok rendah belum maksimaldalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebutterjadi karena siswa kelompok rendah ketikamengikuti kurang terlibat secara aktif dalamproses pembelajaran. Peningkatanketerampilan proses sains pada setiapkategori dianalisis lebih lanjut untuk setiapindikatornya. Berikut disajikan data pretes,postes, dan N-Gain kelompok tinggi padasetiap indikatornya.

    Gambar 4 Peningkatan KPS Kelompok Tinggipada Setiap Indikator

    Keterangan :A: BerkomunikasiB: MenafsirkanC: MeramalkanD: Menerapkan konsepE : Merencanakan percobaan

    Berdasarkan data pada Gambar 4,tampak bahwa peningkatan tertinggi terjadipada indikator berkomunikasi danmeramalkan dengan pencapaian N-Gainmasing-masing sebesar 100% (kategoritinggi). Artinya siswa kelompok tinggi telahmencapai peningkatan yang maksimal padakedua indikator tersebut. Sedangkanpeningkatan terendah terjadi pada indikatormerencanakan percobaan denganpencapaian N-Gain sebesar 77,8% (kategoritinggi).

    DO NO

    T COP

    Y

  • ISSN : 2301-721X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

    74

    Peningkatan keterampilan proses sainspada setiap indikator untuk kelompoksedang disajikan pada Gambar 5.

    Gambar 5. Peningkatan KPS KelompokSedang pada Setiap Indikator

    Keterangan:A : BerkomunikasiB : MenafsirkanC : MeramalkanD : Menerapkan konsepE : Merencanakan percobaan

    Berdasarkan data pada Gambar 5,tampak bahwa peningkatan tertinggi terjadipada indikator meramalkan denganpencapaian N-Gain sebesar 81,5% (kategoritinggi). Sedangkan peningkatan terendahterjadi pada indikator berkomunikasidengan pencapaian N-Gain sebesar 66,0%(kategori sedang).

    Peningkatan keterampilan proses sainspada setiap indikator untuk kelompokrendah disajikan pada Gambar 6

    Gambar 6. Peningkatan KPS KelompokRendah pada Setiap Indikator

    Keterangan:A: BerkomunikasiB: MenafsirkanC: MeramalkanD: Menerapkan konsepE : Merencanakan percobaan

    Berdasarkan data pada Gambar 6,tampak bahwa peningkatan tertinggi terjadipada indikator meramalkan dengan

    pencapaian N-Gain sebesar 77,8% (kategoritinggi). Sedangkan peningkatan terendahterjadi pada indikator berkomunikasidengan pencapaian N-Gain sebesar 30,8%(kategori sedang).

    Berdasarkan data peningkatanketerampilan proses sains pada setiapindikator untuk setiap kategori kelompoksiswa, tampak bahwa indikator meramalkanmengalami peningkatan tertinggi padasetiap kategori kelompok siswa. Hal inidikarenakan, saat pembelajaran siswa dilatihmenemukan sendiri pola dan keteraturandari data hasil percobaan. Ketika siswamelakukan pengamatan dan menganalisishasil pengamatan, maka siswa akanmenemukan suatu pola yang dapatmemprediksi keadaan yang belum terjadiatau diamati. Indikator berkomunikasimengalami peningkatan terendah pada siswakelompok kategori rendah dan sedang.Rendahnya peningkatan keterampilanberkomunikasi dapat disebabkan karenasiswa tidak terbiasa menyajikan data yangdiperoleh dari hasil percobaan ke dalambentuk tabel atau pun mengubah bentukpenyajian data, siswa lebih sering diberikanlembar kerja yang dilengkapi dengan tabelpengamatan. Selain itu, bila ditinjau darisegi soal, didapatkan bahwa soal testermasuk kategori sedang dan sulit. Hal inijuga dapat menjadi penyebab rendahnyakemampuan berkomunikasi pada keduakategori kelompok tersebut.

    Tanggapan Siswa terhadap PembelajaranSecara umum siswa memberikan

    tanggapan positif terhadap pembelajaranlaju reaksi dengan menggunakan praktikumberbasis inkuiri terbimbing. Siswaberpendapat bahwa pembelajaran yangditerapkan telah memberi kesempatankepada siswa untuk berpartisipasi secaraaktif, meningkatkan minat dan motivasibelajar, serta membantu siswa menemukankonsep berdasarkan eksperimen sehinggamateri pembelajaran lebih mudah dipahami.Siswa berpendapat bahwa pembelajaran

    DO NO

    T COP

    Y

  • ISSN : 2301-721X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

    75

    yang diterapkan telah memberi kesempatankepada siswa untuk berpartisipasi secara

    aktif, meningkatkan minat dan motivasi

    belajar, serta membantu siswa menemukankonsep berdasarkan eksperimen sehinggamateri pembelajaran lebih mudah dipahami.

    KESIMPULANBerdasarkan hasil analisis data, dapat

    disimpulkan bahwa secara umum pelaksanaanpembelajaran laju reaksi dengan praktikumberbasis inkuiri terbimbing dapat berlangsungsesuai dengan tahapan inkuiri, di mana padasetiap tahapannya diberikan bimbingan.Pembelajaran ini mampu menarik minat danmotivasi siswa karena masalah yangdiungkapkan dikaitkan dengan pengalamansiswa dalam kehidupan sehari-hari.Pembelajaran yang telah dilakukan padapenelitian ini dapat mengembangkanketerampilan proses dengan N-Gain kategoritinggi. Peningkatan tertinggi terjadi padaindikator meramalkan sedangkan terendahpada indikator berkomunikasi. Berdasarkankategori kelompok, siswa kelompok tinggi

    mengalami tertinggi pada indikatorberkomunikasi dan indikator meramalkansedangkan peningkatan terendah padaindikator merencanakan percobaan. Siswakelompok sedang mengalami peningkatantertinggi pada indikator meramalkansedangkan terendah pada indikatorberkomunikasi. Siswa kelompok rendahmengalami peningkatan tertinggi padaindikator meramalkan sedangkan peningkatanterendah pada indikator berkomunikasi.

    Siswa memberikan tanggapan positifterhadap pembelajaran praktikum berbasisinkuiri terbimbing pada materi laju reaksi.Siswa berpendapat bahwa pembelajaran yangditerapkan telah memberi kesempatan kepadasiswa untuk berpartisipasi secara aktif,meningkatkan minat dan motivasi belajar, sertamembantu siswa menemukan konsepberdasarkan eksperimen sehingga materipembelajaran lebih mudah dipahami.

    REFERENSI

    Akhyani, A. 2008. Model Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Berbasis Inkuri Laboratorium untukMeningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis: TidakDiterbitkan.

    Anitah, S. (2007). Strategi Pembelajaran Kimia. Jakarta: Gramedia.Dahar, R. W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Penerbit Erlangga.Darliana. (1990). Keterampilan Proses Sains IPA. Bandung: Departemen Pendidikan dan

    Kebudayaan.Hake, R.R. (1998). Interactive Angagemen Methods In Introductory Mechanichs Courses. [Online].

    Tersedia:http://www.physics.Indiana.edu/~sdi/IeM-2b.pdf.accessed on [13 September2010]

    Rustaman, N. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.Semiawan, C. (1987). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.Sidharta, A. (2005). Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkuiri Laboratorium sebagai Wahana

    pembelajaran Sains Siswa SMP. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media

    Group.

    DO NO

    T COP

    Y