21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

260

Click here to load reader

Transcript of 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Page 1: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI FENOMENA BANJIR TAHUNAN MENGGUNAKAN SIG

DAN PERENCANAAN DRAINASE DI KECAMATAN PANJATAN KULONPROGO

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Teknik Lingkungan

Oleh :

Nama : Akhmad Zaky Asy’ari

No. Mhs : 99 513 026

Nama : Ina Nirmala

No. Mhs : 03 513 026

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

2008

TA/TL/2008/0273

Page 2: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj
Page 3: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tapi... Bersabarlah... Sampai kau benar-benar dipaksa memasukinya oleh Sang Raja. Dan.. menunduklah....! (Futuhul Ghaib – Syaikh Abdul Qadir Jaelani) Ayahanda, Guru Terkasih, Alm. H. Ali Racman Saleh. Ibunda Hj. Anah Muawanah. Adinda Risalah, Zakkinnisa, Nuriatu Maryam. Dyah Arum Kusumaningtyas... penuh harap 9 bulan 'tuk selamanya... By: Akhmad Zaky Asy’ari

Terucap syukur diantara kemegahan alam semesta..

Terucap doa diantara indahnya karuniaMu..ya Rabb..

KepadaMu Sang Maha Pengasih & Maha Penyayang, ALLAH SWT

Pemimpin umat manusia, Pembawa kebaikan & kebenaran, Rasulallah SAW

Orang tuaku terkasih,

Iskandar Mirza dan Rachmawati

Doa dan kasih sayangnya menjadi penyemangat dalam hidup ku

Kakak-kakakku & Adikku tersayang,

Oyip Wijaya, Gulam Aditya & Reza Firmansyah

By: Ina Nirmala

Page 4: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT, Sang

Pencipta seluruh alam, Kepunyaan-Nya nama-nama yang paling indah, Tasbih Memuji-

Nya segala yang di langit dan di bumi, atas segala rahmat dan karunia-Nya. Sholawat serta

salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW pemimpin segenap hati manusia

yang membawa kebaikan dan kebenaran.

Setelah hampir satu tahun lamanya, struggle, akhirnya inilah!, sebuah karya tulis

ilmiah yang dimulai dari keragu-raguan pada akhirnya terselesaikan juga. Dalam secarik

kertas yang terbatas ini, kami haturkan banyak terimakasih kepada orang-orang yang telah

membantu untuk selesainya tugas akhir ini :

1. Terimakasih banyak kepada dua pembimbing kami : Bapak Ir. Widodo

Brontowiyono, M.sc dan Bapak Eko Siswoyo, ST, yang telah mengarahkan ide

maupun metodelogi kami.

2. Kami juga berterimakasih kepada Bapak Luqman Hakim, ST., M.Si selaku Ketua

Jurusan Teknik Lingkungan, sekaligus dosen penguji, Bapak Andik Yulianto, ST,

MT., dan Ibu Any Juliani, ST, M.Sc., atas arahan yang di berikan pada saat

sidang hasil akhir.

3. Terimakasih sekaligus maaf juga kami haturkan kepada seluruh pengajar dan staff

Jurusan Teknik Lingkungan Bapak Ir. H. Kasam, MT., Bapak Hudori, ST.,

Bapak Agus Adi Prananto, SE., semoga keberkahan dan keberkahan selalu

terbalaskan.

4. Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada sahabat yang telah membantu

selesainya tugas akhir ini, Mas Amirul Anam DiGitra, Irul & Lix Rudy Km 9,

Mas Liliek Hanung & Iwan Setiawan Blom Nusantara Bandung.

5. Untuk sahabat dekat Nikko Widityawan TL '99 dan keluarga, Meidy Prasetyadi

TL '99, Gatot Putra Anom TL '99, Khanafi TL '99 , dan 99 'ers lainya.

6. Untuk orang yang membuat saya berani bermimpi, dan mengejarnya Dyah Arum

Kusumaningtyas.

7. Sahabat sejatiku dalam suka maupun duka, pemotivasiku, penyemangatku, pemberi

inspirasiku; Sartika Wahyuni, Ade Ardian ST, Nia Darniati S.KM, Dwi

Page 5: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Rahmayanti SE, Indrasto Ary Widagdo ST, thanks untuk semuanya, berjuta-juta

ucapan terimakasih pun tak cukup untuk menggantikan apa yang telah kalian

berikan padaku. ’Happiness Is Having a Friend Like You’.

8. Saudara seperjuangan Envir03 : Rita, Diana, Tutik ST, Niensa ST, Dedy, Ari,

Dhanu, Achep, Astrin ST, Erpan ST, Ratih ST, Henny ST, Phita ST, Idha ST,

Tris, Chapunk, Fadly, Reni, Astri, Anna, n semua saudara”ku yang tidak dapat

kusebutkan satu persatu, thanks untuk semua yang telah kita lalui bersama.

9. Mas Wisnu ST, Abg Azri ST, Abg Dede ST, Mas Aan ST, Ka’ Lalu Iwan thanx

buat Support n selalu mengingatkan dalam segala hal.

10. The last, Keluarga Besar Teknik Lingkungan UII 99-07, Keluarga Besar

Mapala Unisi Yogyakarta, Manajemen BLOM Nusantara Bandung,

BAPPEDA Kulonprogo, Kecamatan Panjatan dan semua pihak yang telah

membantu baik moriil maupun materiil, sehingga selesainya tugas akhir ini.

Banyak sekali harapan yang tumbuh dari selesainya Tugas Akhir ini terhadap

sebuah komitmen, profesi dan pengabdian hidup. Semoga menjadi batu loncatan untuk

terus menjadi lebih baik, lebih berkarya, dan lebih bermanfaat.

Yogyakarta, Mei 2008

Penyusun

Page 6: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

HALAMAN PERSEMBAHAN iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xiv

ABSTRAKSI xvi

ABSTRACT xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 3

1.3 Tujuan Penelitian 3

1.4 Manfaat Penelitian 3

1.5 Batasan Masalah 4

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

2.1 Karakteristik Lingkungan Fisik 5

2.1.1. Kondisi Lingkungan Geografi 5

2.1.2. Kondisi Topografi 5

2.1.3. Iklim dan Curah Hujan 6

2.2 Kondisi Geohidrologi 6

2.2.1 Air Tanah 6

2.2.2 Sumber Daya Air 6

2.3 Kondisi Geologi 7

2.4 Kondisi Fisiografi 8

2.5 Tata Guna Lahan 9

2.6 Kondisi Ekonomi 9

Page 7: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

BAB III KRITERIA DESAIN

3.1 Pengertian Banjir 11

3.2 Analisia Hidrologi 12

3.2.1 Penyiapan Data Curah Hujan 12

3.2.2 Tes Konsistensi 13

3.2.3 Tes Homogenitas 15

3.2.4 Analisa Curah Hujan Harian Maksimum 15

3.2.4.1 Metode Dumbel Modifikasi 15

3.2.4.2 Metode Log Pearson Type III 17

3.2.4.3 Metode Iway Kadoya 19

3.2.5 Menetukan Metode Terpilih 21

3.2.6 Analisa Intensitas Hujan 22

3.2.6.1 Metode Van Breen 23

3.2.6.2 Metode Bell Tanimoto 23

3.2.6.3 Metode Hasper – Der Weduwen 24

3.2.7 Penentuan Metode Perhitungan Intensitas Hujan 25

3.3 Sistem Informasi Geografi Untuk Identifikasi Lokasi Banjir 26

3.3.1 Input Data Geometrik 27

3.3.1.1 Fitur 27

3.3.1.2 Attribut 29

3.3.1.3 Imagery 29

3.3.1.4 Surface 30

3.3.2 Perkiraan Inflow Banjir 32

3.4 Perencanaan Drainase 33

3.4.1 Drainase 33

3.4.2 Maksud dan Kegunaan drainase 34

3.4.3 Dasar-dasar Perencanaan dan Kriteria Desai 35

3.4.4 Kriteria Hidrolis 36

3.4.4.1 Perkiraan Debit Limpasan Air Hujan 36

3.4.4.2 Koefisien Storasi 37

3.4.4.3 Waktu Konsentrasi (tc) 37

3.4.4.4 Waktu Rayapan 38

3.4.4.5 Perubahan PUH 45

Page 8: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

3.4.4.6 Koefisien Pengaliran 46

3.4.4.7 Intensitas Hujan 48

3.4.4.8 Luas Daerah Pengaliran (A) 49

3.4.4.9 Pengaruh DPS Parsial 49

3.4.5 Kriteria Hidrolis 50

3.4.5.1 Kapasitas Saluran (Q) 50

3.4.5.2 Kecepatan Aliran (v) 53

3.4.5.3 Kemiringan Saluran dan Talud Saluran 59

3.4.5.4 Penampang Saluran 60

3.4.5.5 Ambang Bebas 62

3.4.6 Perlengkapan Saluran 62

BAB IV METODE PERENCANAAN

4.1 Metode Analisis GIS untuk Identifikasi Daerah Banjir dan

Penentuan Lokasi Kolam Penahan Hujan 69

4.2 Penjelasan dan Uraian Metodelogi Perencanaan 75

4.2.1 Tahapan Pengumpulan Data 75

4.2.1.1 Survey Lapangan 75

4.2.1.2 Pengumpulan Data Primer 75

4.2.1.3 Pengumpulan Data Sekunder 75

4.2.2 GIS Untuk Menentukan Daerah Potensial Banjir 75

4.2.2.1 Spatial Analyst – Surface Creation 75

4.2.2.2 Pembuatan Peta Penggunaan Lahan 76

4.2.2.3 Pembutan Peta Kemampuan Tanah 76

4.2.2.4 Pembuatan Peta Daerah Aliran Sungai dan

Analisis Inflow 76

4.2.2.5 Pembuatan Peta Potensi Banjir Kecamatan

Panjatan Kulonprogo 77

4.2.3 Analisa Hidrologi 79

4.2.4 Tahap Perencanaan Atau Desain 80

4.2.4.1 Dasar-dasar Perencanaan 80

4.2.4.2 Perencanaan teknis 80

Page 9: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis GIS Untuk Identifikasi Daerah Banjir 81

5.1.1 Mazaiking, Koreksi Geometrik dan Penggunaan

Lahan Daerah Penelitian 81

5.1.2 Bentuk Rupa Bumi Daerah Perencanaan 84

5.1.3 Kemampuan Infiltrasi Daerah Perencanaan 86

5.1.4 Identifikasi Potensi Genangan 88

5.1.5 Analisis Inflow 90

5.1.6 Identifikasi Banjir Kecamatan Panjatan 98

5.1.7 Rekomendasi Lokasi Kolam Penahan Hujan 101

5.2 Analisis Hidrologi

5.2.1 Penyiapan Data Curah Hujan 103

5.2.2 Melengkapi Data Curah Hujan 103

5.2.3 Tes Konsistensi 105

5.2.4 Tes Homogenitas 108

5.2.5 Analisis Frekuensi Curah Hujan 109

5.2.5.1 Metode Gumbel Modifikasi 109

5.2.5.1 Metode Log Pearson Type III 110

5.2.5.2 Metode Iway Kadoya 112

5.2.6 Uji Chi Kuadrat 114

5.2.7 Analisis Intensitas Hujan 116

5.2.7.1 Metode Van Breen 116

5.2.7.2 Metode Bell Tanimoto 117

5.2.7.3 Metode Hasper dan Der Weduwen 119

5.2.8 Penentuan Rumus Intensitas Hujan 121

5.2.8.1 Penggambaran Kurva Lengkung Intensitas 121

5.3 Perencanaan Teknis 122

5.3.1 Pertimbangan Usulan Perencaan 122

5.3.1.1 Kondisi Fisik Daerah Perencanaan 128

5.3.1.2 Keadaan Eksisting dan Rencana di

Daerah Perencanaan 128

5.3.2 Usulan Perencanaan Teknis 129

5.3.2.1 Prinsip Pengaliran Saluran 129

Page 10: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

5.3.2.2 Upaya Mengurangi Beban Badan Air 130

5.3.2.3 Cara Penyaluran 130

5.3.2.4 Bentuk Dan Keadaan Saluran 130

5.3.2.5 Gorong-gorong 138

5.3.3 Evaluasi Saluran Eksisting 142

5.3.4 Rencana Anggaran Biaya 143

5.3.5 Spesifikasi Teknis 154

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan 159

6.2 Saran 160

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

DAFTAR TABEL

Tabel III.1 Skew Curve Factor (k) 19

Tabel III.2 Variabel ξ yang sesuai pada W (x) Utama 21

Tabel III.3 Cara Penyaluran Air Hujan 34

Tabel III.4 Periode Ulang Hujan Desain 35

Tabel III.5 Nilai Kekesaran Permukaan 39

Tabel III.6 Nilai Koefisien Retardasi 42

Tabel III.7 Nilai Koefisien Kekasaran Retardasi 42

Tabel III.8 Nilai Keofisien Manning Overland Flow 43

Tabel III.9 Perkiraan Kecepatan Rata-rata di Dalam Saluran Alami 45

Tabel III.10 Harga Koefisien Pengaliran Untuk Berbagai Penggunaan Tanah 46

Tabel III.11 Harga Koefisien Pengaliran Untuk Berbagai Penggunaan Tanah 47

Tabel III.12 Harga n Persamaan Manning 53

Tabel III.13 Harga n Manning yang dianjurkan dalam Saluran Drainase 54

Tabel III.14 Harga n Manning untuk Saluran alami atau sungai 55

Tabel III.15 Harga τ Bazin untuk berbagai Saluran 57

Tabel III.16 Pendekatan Kecepatan Trial Berdasarkan Kemiringan 58

Tabel III.17 Pendekatan Kecepatan Setempat, vt trial berdasarkan debit puncak 58

Tabel III.18 Faktor Koreksi dari Kecepatan Maksimum yang Diperbolehkan

Untuk Berbagai Kedalaman Air 59

Tabel III.19 Faktor Koreksi untuk Kecepatan Saluran yang diijinkan untuk

Saluran Lengkung 59

Tabel III.20 Kemiringan Dinding Saluran yang Dianjurkan Sesuai Bahan yang

Digunakan 60

Tabel III.21 Besar-besaran Penampang Hidrolis Optimum 61

Tabel III.22 Hubungan Dimensi Penampang Saluran 61

Tabel III.23 Harga CF untuk Suatu Rentang Debit 62

Tabel III.24 Faktor Reduksi Dalam Penentuan Kapasitas Debit 64

Tabel IV.1 Kelas Lereng 77

Tabel IV.2 Penggunaan Lahan 78

Page 12: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel IV.3 Kemampuan Tanah Menyerap Air 78

Tabel IV.4 Pembobotan Karakteristik Lahan Terhadap Genangan 79

Tabel IV.5 Klasifikasi Potensi Banjir 79

Tabel V.1 Rata-rata Curah Hujan Bulan Nopember 92

Tabel V.2 Rata-rata Curah Hujan Bulan Desember 92

Tabel V.3 Rata-rata Curah Hujan Bulan Januari 93

Tabel V.4 Rata-rata Curah Hujan Bulan Februari 93

Tabel V.5 Rata-rata Curah Hujan Bulan Maret 94

Tabel V.6 Rata-rata Curah Hujan Bulan Basah 94

Tabel V.7 Analisa Inflow Pada Bulan Basah 95

Tabel V.8 Koordinat Stasiun Hujan 103

Tabel V.9 Melengkapi Data Curah Hujan yang Hilang 104

Tabel V.10 Perhitungan Tes Konsistensi Untuk Stasiun Panjatan 105

Tabel V.11 Data Curah Hujan yang telah Dkoreksi 107

Tabel V.12 Data Curah Hujan Maksimum 20 Tahun Terakhir 108

Tabel V.13 Perhitungan Hujan Harian Maksimum Metode Log Pearson III 110

Tabel V.14 Curah Hujan Harian Maksimum Metode Gumbel Modifikasi 110

Tabel V.15 Perhitungan Rata-rata nilai SD, dan g 111

Tabel V.16 Perhitungan Hujan Harian Maksimum Metode Log Pearson III 112

Tabel V.17 Data Curah Hujan Harian Maksimum yang Diurutkan 112

Tabel V.18 Penentuan Harga b 113

Tabel V.19 Penentuan Harga Xo, xo dan c 113

Tabel V.20 Perhitungan Hujan Harian Maksimum Dengan Menggunakan

Iway Kadoya 114

Tabel V.21 Perhitungan Untuk Chi Kuadrat 114

Tabel V.22 Uji Chi Kuadrat Untuk Metode Gumbel 115

Tabel V.23 Uji Chi Kuadrat Untuk Metode Log Pearson Type III 115

Tabel V.24 Uji Chi Kuadrat Untuk Metode Iway Kadoya 115

Tabel V.25 Perbandingan Tiga Metode Curah Hujan Maksimum 116

Tabel V.26 CHHM yang digunakan dalam Perencanaan Drainase Panjatan 116

Tabel V.27 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Metode Van Breen 117

Tabel V.28 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Metode

Bell Tanimoto 118

Page 13: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel V.29 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Metode Hasper –

Weduwen 120

Tabel V.30 Perbandingan Delta Terkecil 121

Tabel V.31 Perhitungan Dimensi Saluran Blok A 132

Tabel V.32 Perhitungan Dimensi Saluran Blok B 134

Tabel V.33 Perhitungan Dimensi Saluran Blok C 136

Tabel V.34 Perhitungan Dimensi Gorong-gorong Blok A 139

Tabel V.35 Perhitungan Dimensi Gorong-gorong Blok B 140

Tabel V.36 Perhitungan Dimensi Gorong-gorong Blok C 141

Tabel V.37 Perhitungan BOQ Saluran Blok A 144

Tabel V.38 Perhitungan BOQ Saluran Blok B 145

Tabel V.39 Perhitungan BOQ Saluran Blok C 147

Tabel V.40 Perhitungan BOQ Gorong-gorong Blok A 149

Tabel V.41 Perhitungan BOQ Gorong-gorong Blok B 150

Tabel V.42 Perhitungan BOQ Gorong-gorong Blok C 151

Tabel V.43 Akumulasi Volume Saluran 152

Tabel V.44 Akumulasi Volume Gorong-gorong 152

Tabel V.45 Rekapitulasi RAB Kecamatan Panjatan 153

Page 14: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kabupaten Kulonprogo 5

Gambar 2.2 Peta Lokasi Administrasi Penelitian 5a

Gambar 2.3 Peta Administrasi Kecamatan Panjatan 5b

Gambar 2.4 (a) Kali Progo Bawah, (b) Kali Progo Atas 7

Gambar 3.1 Fitur Berupa Titik (points) 28

Gambar 3.2 Fitur Berupa Garis (linesi) 28

Gambar 3.3 Fitur Berupa Area (polygons) 28

Gambar 3.4 Attribut berupa baris dan kolom 29

Gambar 3.5 Konsep Imagery berupa nilai piksel 29

Gambar 3.6 Contoh jenis-jenis Imagery 30

Gambar 3.7 Garis Kontur 30

Gambar 3.8 Digital Elevation Model (DEM) 31

Gambar 3.9 Triangulated Irreguler Network 31

Gambar 3.10 Analisa Volume dengan menggunakan cut and fill 32

Gambar 3.11 Grafik Desain Untuk Memperkirakan Waktu Limpasan Awal (to) 41

Gambar 3.12 Koefisien Limpasan Untuk Daerah Rural 51

Gambar 3.13 Koefisien Limpasan Untuk Daerah Urban 52

Gambar 4.1 Diagram Alir Analisis GIS untuk Identifikasi Daerah Banjir dan

Penentuan Lokasi Kolam Penahan Hujan 71

Gambar 4.2 Diagram Alir Analisis Hidrologi Untuk Perencanaan Drainase 72

Gambar 4.3 Diagram Alir Analisis Hidrologi Untuk Perencanaan Drainase 73

Gambar 4.4 Diagram Alir Perencanaan Teknis Desain Drainase 74

Gambar 5.1 Citra Terkoreksi Geometrik 82

Gambar 5.2 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Panjatan 83

Gambar 5.3 Bentuk Lereng Kecamatan Panjatan 85

Gambar 5.4 Profile Lereng Panjatan (Potongan A-A’) 86

Gambar 5.5 Peta Kelas Infiltrasi Tanah 87

Gambar 5.6 Peta Potensi Genangan Kecamatan Panjatan 89

Gambar 5.7 Daerah Aliran Sungai dan Lokasi Penelitian 91

Page 15: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Gambar 5.8 Peta Limpasan Permukaan DAS Serang dan Progo 97

Gambar 5.9 3-D Daerah Aliran Sungai Lokasi Penelitian 98

Gambar 5.10 TIN Daerah Panjatan 99

Gambar 5.11 Peta Banjir Tahunan Kecamatan Panjatan 100

Gambar 5.12 3-D Visualisasi Banjir Daerah Panjatan 101

Gambar 5.13 Peta Rekomendasi Lokasi Kolam Penahan Air Hujan 102

Gambar 5.14a Kurva Lengkung Intensitas PUH 10 Tahunan 122

Gambar 5.14 Daerah Fokus Perencanaan Drainase 123

Gambar 5.15 Rencana Pembagian Blok Jaringan Drainase 124

Gambar 5.16 Rencana Pembagian Drainase Blok A 125

Gambar 5.17 Peta Rencana Drainase Blok B 126

Gambar 5.18 Rencana Pembagian Drainase Blok C 127

Page 16: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

IDENTIFIKASI FENOMENA BANJIR TAHUNAN MENGGUNAKAN SIG

DAN PERENCANAAN DRAINASE DI KECAMATAN PANJATAN KULONPROGO

Oleh : Akhmad Zaky Asy’ari dan Ina Nirmala

Abstraksi

Kecamatan Panjatan adalah merupakan bagian dari Kabupaten Kulonprogo Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Banjir tahunan pada saat musim penghujan merupakan bagian yang rutin terjadi pada daerah ini. Menjadi perhitungan lanjut perencanaan teknis dan keputusan-keputusan yang diambil untuk lebih mengetahui kondisi sebenarnya terkait dengan terjadinya banjir. Dibutuhkan Informasi yang akurat dari kondisi bentang alam, sifat dan kedalaman banjir, yang berpengaruh untuk analisa sistem pengaliran air. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengntegrasikan SIG dengan data hidrologi untuk dapat mengidentifikasi terjadinya banjir, 2) merencanakan sistem drainase dalam rangka mengatasi banjir. 3) memberikan masukan untuk pembuat kebijakan alternatif cara mengatasi banjir tahunan di Kecamatan Panjatan. Metodelogi yang digunakan adalah; 1) Pengumpulan data baik primer maupun sekunder 2) Analisis SIG & Analisis Hidrologi untuk identifikasi banjir 3) Perencanaan teknis sistem drainase berdasarkan hasil analisa SIG dan Hidrologi 4) Penyusunan Laporan. Pengumpulan data primer seperti mencari lokasi stasiun curah hujan, pengumpulan data sekunder seperti mencari data spasial yang sudah tersedia seperti Peta Rupa Bumi Indonesia, Peta Tanah, dan sebagainya. Analisis SIG dilakukan dengan mengkombinasikan data model permukaan bumi (DEM), Peta Rupa Bumi, Peta Jenis Tanah, Citra Satelit, Data daerah aliran sungai (DAS) dan Data Hidrologi. Menggunakan analisa spasial volume inflow yang diperoleh, dapat menunujukan area luasan banjir yang terjadi. Perencanaan teknis dilakukan setelah daerah fokus penelitian diperoleh, dengan terlebih dahulu mencari persamaan intensitas hujan untuk pertimbangan desai Spesifikasi perencanaan desain merencanakan mulai dari perhitungan debit limpasan, perhitungan saluran drainase, perhitungan bangunanan dimensi pelengkap , spesifikasi teknis, Rencana Anggaran Biaya, Desain dan detail gambar. Penyusunan laporan dibuat sesuai dengan hasil yang diperoleh, baik perhitungan, analisa, sampai masukan dan saran. Dari hasil analisa menggunakan SIG, dapat di identifikasi banjir yang terjadi di Kecamatan Panjatan seluas 570,8631 Ha, yang meliputi Desa Gotakan, Desa Kanoman, Desa Panjatan, Desa Cerme, Desa Kanoman, Desa Depok dan Desa Bugel. Untuk Perencanaan drainase selanjutnya difokuskan pada daerah-daerah yang memiliki luasan banjir terbesar, dan memiliki potensi genangan yang tinggi. Perencanaan drainase dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi fisik daerah perencanaan dan lokasi banjir. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melakukan upaya mengurangi beban badan air dengan merekomendsasikan lokasi-lokasi kolam penampungan sementara curah hujan, yang di peroleh dari analisa DAS. Bentuk keadaan saluran dibuat bebrbentuk trapesium dengan talud 1 – 2 dengan petimbangan untuk mengatasi jika ketinggian air kecil karena dalam suatu ketinggian muka air yang sama, kecepatan aliran dalam saluran trapesium lebih besar daripada kecepatan aliran dalam salura. segi empat, sehingga self cleansing velocity dapat dipertahankan, Untuk bangunan pelengkap yang Dipakai adalah gorong-gorong karena ideal untuk mengalirkan debit yang besar, pembuatannya mudah, dan sangat kuat. Kata Kunci : SIG, Hidrologi, Banjir, Perencanaan Drainse.

Page 17: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

IDENTIFICATION OF YEARLY FLOOD PHENOMENA USING GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM

AND DRAINAGE PLANNING IN KECAMATAN PANJATAN KULONPROGO

By : Akhmad Zaky Asy’ari and Ina Nirmala

ABSTRACT

Kecamatan Panjatan is a part of Kabupaten Kulonprogo in province of Daerah Istimewa Yogyakarta. Yearly flood on wet season is a routinity in the area. Is a must to have further technical planning and decision making to have better understandings related the cause of flood. An accurate information of land topografy, the depth and flood behavior that will influence the drainage system analysis. The objectiv of the research is 1) to integrating GIS and hydrology data to identify flood occurrance, 2) planning an drainage system in aim to prevent flood, 3) to give an alternative input to decision maker on how o overcoming yeraly flood i Kecamatan Panjatan. Metodology being used was 1) primary and secondary data gathering, 2) GIS and hydrology analysis to identify he flood, 3) drainage system technical planning based on GIS and Hydrology analysis result, 4) Reporting. Primary data gathering is finding the location of water rate station, secondary data gathering is finding the available spatial data such as Indonesia surface map, land mapping, etc. GIS analysis done by combining earth surface model (DEM) data, earth surface map, soil mapping, satellite vision, water shed data, and hydrology data. Using spatial analysis acquired inflow volume, could show the spread of flood. Technical planing was done after research focus area had had been acquired by firstly finding the equal rain intencity for desain measurement. Drainage planning desain begin from run-off debit calculation, drainage flow calculation, the calculation of complementary dimension building, technical specificatio, budgeting, desaign and drawing detail. Reporting being made in adjust with acquired result, whether calculation, analysid, until input and recommendation. From GIS analysis, it could be identify the flod happens in Kecamatan Panjatan covering 570,8631Ha, including the village of Gotakan, Kanoman, Panjatan, Cerme, Depok, and Bugel. For further drainage planning will be focused on areas that had largest flood scope and had high potency of puddle. Drainage planing was done by considering physical condition of planned area and flood locations. One of effort is by declining water body burden by recommending a temporary reservoir for rain rate pools locations that acquiredfrom water she analysis. The form of the flow is trapesium with water dam 1- 2 in assumption to overcome if water surface is low. Because in an equal water surface, velocity in a trapesum flow is bigger than the velocity in a square flow that in the end, self cleansing velocity could be defended. For complementary building, desaign being used is tunnels. Its ideal to flowing big debit, easy to assemble, and strong enough. Keywords: GIS, Hydrology, flood, drainage planning.

Page 18: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia pada umumnya dalam menghadapi sebuah permasalahan tertentu

biasanya bersifat reaktif. Begitu juga dalam menghadapi masalah bencana. Adanya

bencana dari kondisi alam khususnya cuaca dan iklim yang berawal dari tahun 1991

berlangsung hingga saat ini. Dampak kekeringan yang merusakan swasembada pangan

nasional, kemudian munculnya kebakaran lahan dan hutan, yang berlanjut dengan dampak

pencemaran asap lintas batas. Berselang dengan permasalahan diatas, muncul lagi masalah

banjir. Banjir bandang dan tanah longsor yang berlangsung sejak pertengahan 1992, awal

1993 dan 1994. Yang terbaru adalah timbulnya masalah banjir 2007 dan 2008 yang

menenggelamkan Ibukota Jakarta. Semua permasalahan ini terus berulang, tanpa ada

agenda yang jelas untuk penanggulangannya.

Banjir merupakan kata yang populer di Indonesia, khususnya pada musim hujan,

mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami bencana banjir. Peristiwa ini

hampir setiap tahun berulang, namun permasalahan ini belum terselesaikan, bahkan

cenderung meningkat, baik frekuensinya, luasannya, kedalamannya, maupun durasinya.

Dalam mengatasi masalah banjir ini diperlukan suatu sistem drainase yang baik, dengan

didukung berbagai aspek perencanan yang terkait didalamnya.

Air hujan yang jatuh dapat menimbulkan permasalahan tersendiri bagi lingkungan.

Dalam kondisi normal air hujan ketika jatuh ke tanah sebagian besar masuk ke dalam

tanah, sebagian lainnya dialirkan, dan sebagian lainnya menguap. Air hujan menjadi

permasalahan ketika air tersebut tidak masuk ke dalam tanah (infiltrasi), tidak dialirkan

dan mengakibatkan timbulnya genangan atau dalam kapasitas besarnya biasa di sebut

banjir. Banjir umumnya disebabkan curah hujan yang tinggi disertai dengan tidak

memadainya kapasitas sistem drainase.

Hampir semua sistem prinsip pada paradigma lama, yakni suatu model drainase

mendesain agar aliran runoff secepat mungkin dibuang ke sungai. Ironisnya, prinsip ini pun

tidak didukung oleh dimensi bangunan yang cukup. Banyak sistem drainase yang dibangun

terlalu kecil untuk debit runoff yang terus meningkat sehingga menimbulkan permasalahan

banjir (Brontowiyono, 2006).

Page 19: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Salah satu daerah yang bermasalah dengan banjir adalah Kecamatan Panjatan,

Kulonprogo. Daerah ini merupakan salah satu wilayah yang rentan dalam permasalahan

ini. Hampir setiap musim penghujan musibah banjir mengancam pemukiman penduduk

dan lahan pertanian. Seperti yang diberitakan Kompas Senin (26/3), Banjir rutin tahunan

tersebut merendam 62 hektar dari 73 sawah yang ditanami padi dan 20 hektar sawah

palawija, cabai, dan sayuran lainnya. Para petani juga mengalami kerugian karena

setidaknya kehilangan satu kali kesempatan panen, belum lagi biaya dan tenaga yang harus

dikeluarkan untuk membersihkan sawah dan memulai kembali penanaman benih baru.

Kerugian satu petak sawah berkisar Rp. 300.000 – Rp. 500.000.

Selain disebabkan karena morfologi wilayah yang merupakan daerah yang

terbentuk karena proses alluvial pantai serta bentukan topografi yang berbentuk cekungan,

daerah Panjatan juga memiliki sistem drainase yang kurang baik. Dengan intensisas hujan

yang tinggi, potensi bencana banjir sangatlah dimungkinkan untuk terjadi.

Dalam permasalahan ini, ada kepentingan dalam hal perencanaan untuk lebih

mempertimbangkan metode perencanaan secara lebih spesifik. Bagaimana menentukan

perencanaan efektif tentu melibatkan banyak faktor, dan membutuhkan penilaian secara

komperhensif. Dibutuhkan biaya yang tidak sedikit dalam menentukannya.

Pemodelan banjir merupakan pendekatan terintegrasi dengan menggunakan analisa

hidrologi dan perangkat lunak Sistem Informasi Geografi. Analisa hidrologi yang

terintegrasi dengan Sistem Informasi Geografi melakukan perhitungan, analisa-analisa

hidrologi, sekenario banjir, dan perspektif tiga dimensi untuk analisis dataran banjir.

Perangkat lunak Sistem Informasi Geografi juga secara lebih spesifik digunakan untuk

pengolahan data-data geografis, yaitu data yang menampilkan analisis keruangan untuk

mencari titik permasalahan.

Konsep perencanaan drainase dengan mempertimbangkan faktor-faktor hidrologi

dan fenomena fisik daerah, diharapkan dapat membantu dalam memecahkan permasalahan

banjir di daerah kecamatan panjatan secara efektif.

Perencanaan saluran drainase sebagai saluran pembuangan air hujan juga

diharapkan tidak sepenuhnya untuk mengatasi genangan dengan mempercepat waktu

pengaliran air hujan. Proses masuknya air hujan kedalam tanah (infiltrasi) secara maksimal

merupakan hal yang perlu diperhatikan, dalam hal ini berkitan dengan kesetimbangan

massa air tanah. Dibutuhkan sebuah metode dalam penentuan daerah efektif untuk

konservasi sumber daya Air.

Page 20: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Dalam penelitian ini juga termasuk penentuan daerah konservasi dengan

memanfaatkan aplikasi software Sistem Informasi Geografi yang menganalisa penampakan

fisik daerah penelitian, terfokus pada pemilihan lokasi efektif untuk kolam penampungan

air hujan.

1.2 Rumusan Masalah

Menurut latar belakang masalah yang ada, maka dapat disusun rumusan masalah

yaitu :

1. Bagaimana unsur hidrologi dan unsur-unsur keruangan terintegrasi dan mampu

menganalisis, memvisualisasikan fenomena banjir yang terjadi dalam pertimbangan

sistem drainase Kecamatan Panjatan.

2. Bagaimana membuat perencanaan sistem drainase dan konservasi di Kecamatan

Panjatan sekaligus memecahkan permasalahan-permasalahan banjir yang

disebabkan air hujan secara komperhensif.

1.3 Tujuan Penilitian

Tujuan dari perencanaan ini adalah :

1. Memvisualisasikan fenomena banjir dengan mengintegrasikan unsur hidrologi dan

penampakan fisik daerah penelitian.

2. Merencanakan sistem perencanaan jaringan drainase sebagai usaha

penanggulangan banjir.

3. Merencanakan Bill of Quantity (BOQ) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB).

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari tugas akhir ini adalah :

1. Memberikan alternatif metode pendekatan analisis hidrologi terutama dalam

pemecahannya terhadap permasalahan-permasalahan drainase.

2. Menghasilkan alternatif perencanaan sistem drainase yang baik dengan

pertimbangan penilaian analisa spasial dan hidrologi.

Page 21: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

1.5 Batasan Masalah

Untuk menghindari melebarnya permasalahan, maka perlu dibuatkan batasan-

batasan terhadap masalah yang berhubungan dengan tugas akhir ini. Adapun batasan

masalah pada perencanaan ini adalah :

1. Menganalisa fenomena banjir daerah penelitian dengan memfokuskan kepada

kondisi fisik topografi wilayah dan data hidrologi, memvisualisasikannya

menggunakan software Sistem Informasi Geografi.

2. Perencanaan jaringan sistem drainase sebagai bentuk usaha penaggulangan banjir.

Page 22: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

2.1. Karakteristik Lingkungan Fisik.

Gambar 2.1 Kabupaten Kulonprogo (Sumber: www.kulonprogo.go.id)

2.1.1. Kondisi Lingkungan Geografi

Kecamatan Panjatan merupakan bagian wilayah dari Kabupaten Kulonprogo

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang terletak sebelah barat berbatasan dengan

Kecamatan Wates, sebelah timur Kecamatan Galur dan Lendah, sebelah utara kecamatan

Wates, dan sebelah selatan Samudera Indonesia. Luas areanya adalah 44,59 Km2. Dalam

penelitian ini fokus penelitian pada delapan desa yang memang terkena banjir. Kedelapan

desa tersebut adalah : Desa Gotakan, Cerme, Kanoman, Depok, Bugel, Pleret, Garongan,

dan Panjatan.

2.1.2. Kondisi Topografi

Secara topografi Kecamatan Panjatan yang secara fisiografi merupakan dataran

alluvial pantai memiliki kemiringan yang sangat landai dengan kemiringan 0-2 %. Apabila

musim penghujan datang daerah ini merupakan daerah rawan bencana banjir.

Banjir hampir sering terjadi tiap tahunnya. Lebih dari 10 tahun terakhir, desa-desa

di Kecamatan Panjatan tergenang banjir (Kompas, 26 Maret 2007, Kompas 28 Maret 2008)

Page 23: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj
Page 24: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj
Page 25: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

menggenangi Desa Gotakan, Cerme, Kanoman, Depok, Bugel, Pleret, Garongan, dan

Panjatan.

2.1.3 Iklim dan Curah Hujan

Curah hujan rata-rata/tahun di Kabupaten Kulon progo pada tahun 2003 adalah

sebesar 2664 mm. dengan hari hujan rata-rata/bulan selama 14 hari. Musim hujan tejadi

pada bulan November - April. Hari hujan terbasah terjadi pada bulan Desember sebesar

2455 mm dengan hari hujan selama 19 hari hujan. Kondisi curah hujan yang tinggi ini

telah mengakibatkan bencana banjir dan tanah longsor di Kabupaten Kulonprogo.

Sedangkan untuk musim kemarau terjadi pada Bulan Mei s.d. Oktober, dengan bulan-bulan

terkering terjadi pada Bulan Agustus – September. Kondisi ini telah mengakibatkan

beberapa wilayah seperti di Nanggulan, Kokap kekurangan air sehinggga perlu droping air

maupun kegiatan pertanian di daerah irigasi bagian hilir terjadi kondisi kekeringan.

Curah hujan di Kulon Progo rata-rata per tahunnya mencapai 2.150 mm, dengan

rata-rata hari hujan sebanyak 106 hari per tahun atau 9 hari per bulan dengan curah hujan

tertinggi pada bulan Januari dan terendah pada bulan Agustus. Suhu terendahnya lebih

kurang 24,2°C (Juli) dan tertinggi 25,4°C (April), dengan kelembaban terendah 78,6%

(Agustus), serta tertinggi 85,9% (Januari). Intensitas penyinaran matahari rata-rata bulanan

mencapai lebih kurang 45,5%, terendah 37,5% (Maret) dan tertinggi 52,5% (Juli).

2.2. Kondisi Geohidrologi

2.2.1. Air Tanah

Kondisi geohidro sangat dipengaruhi oleh geologi kawasannya, dimana kawasan

panjatan tipologi akuifer nya adalah sistem endapan alluvim pantai yang bergeologi batuan

endapan dan sedimen berupa lempung, pasir dan krikil. Dengan demikian material

cendrung mempunyai akuifer dengan produktivitas rendah, disebabkan pelapisan batuan

pada batuan endapan berlapis-lapis dengan permeabilitas lambat. Sedangkan pada batuan

sedimen air melalui patahan dan bidang lapis sehingga air cenderung hilang meresap.

Kedalaman variasi 7 – 25 M.

2.2.2. Sumber Daya Air

Kabupaten Kulonprogo dialiri oleh 2 DAS besar yaitu Daerah Aliran Sungai Progo,

dan Daerah Aliran Sungai Serang. Sungai Progo dan anak-anak sungainya memiliki daerah

Page 26: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

pengaliran seluas 8.894 Ha, dengan debit maksimumnya mencapai 381, 90 m3/detik dan

debit minimum sebesar 13 m3/detik. Sungai Serang dan anak-anak sungainya memiliki

daerah pengaliran seluas 3.365, 75 Ha, dengan debit maksimumnya mencapai 153, 60

m3/detik dan debit minimumnya 0,03 m3/detik. Kedua sungai tersebut telah dimanfaatkan

untuk irigasi persawahan seluas 9.351 ha. Selain air permukaan di Kabupaten Kulonprogo,

terdapat potensi air bawah tanah dangkal sebanyak 7.000.204 m3

Sumber air baku di Kabupaten Kulon Progo meliputi 7 (tujuh) buah mata air,

Waduk Sermo, dan Sungai Progo. Mata air yang sudah dikelola PDAM meliputi mata air

Clereng, Mudal, Grembul, Gua Upas, dan Sungai Progo. Di Kecamatan Kokap,

mata air dikelola secara swakelola oleh pihak Kecamatan dan Desa, yang kemudian

disalurkan secara gravitasi dengan sistem perpipaan.

(a) (b)

Gambar 2.4. (a) Kali Progo bawah, (b) Kali Progo atas. (foto: Anuriyah., 2004 dalam

Brontowiyono., 2008)

2.3. Kondisi Geologi

Kecamatan Panjatan memiliki formasi geologis dimana daerah tersebut menempati

kawasan yang sangat subur yaitu kawasan kipas alluvial dan dataran alluvial, yaitu

fisiografi yang terbentuk dari proses pengendapan oleh aktifitas sungai (fluvial) dan laut

(fluvio marine) dengan kemiringan 0 – 2 %.

Formasi Wates terbagi menjadi dua formasi, yaitu sedimentasi sungai , dan

sedimentasi pantai. Sedimentasi pantai seperti lempung (clay), pasir, kerikil dengan

ketebalan sekitar 30 M. Sedimentasi sungai seperti lempung geluh (silt), dan debu halus

dengan ketebalan 20 Meter, dan ini merupakan bagian yang memiliki aquifer yang kurang

baik.

Page 27: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

2.4. Kondisi Fisiografi

Secara fisiografis kondisi Kabupaten Kulon Progo wilayahnya adalah daerah datar,

meskipun dikelilingi pegunungan yang sebagian besar terletak pada wilayah utara, luas

wilayahnya 17,58 % berada pada ketinggian < 7 m di atas permukaan laut, 15,20 % berada

pada ketinggian 8 - 25 m di atas permukaan laut, 22,85 % berada pada ketinggian 26 - 100

m di atas permukaan laut, 33,00 % berada pada ketinggian 101 - 500 m di atas permukaan

laut dan 11,37 % berada pada ketinggian > 500 m di atas permukaan laut. Jika dilihat letak

kemiringannya, luas wilayahnya 58,81 % kemiringannya < 15° , 18,73 % kemiringannya

antara 16° - 40° dan 22,46 % kemiringannya > 40°.

Gambar 2.5 Fisiografi Kulonprogo (Sumber: www.kulonprogo.go.id)

Page 28: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

2.4. Tata Guna Lahan

Kondisi penggunaan lahan pada tahun 2003 tidak jauh berbeda dengan kondisi

penggunaan lahan tahun sebelumnya yang secara umum dapat dikelompokkan menjadi :

pemukiman (6,8 %), pesisir pantai (5,01 %), sawah (18,3 %), pekarangan (53,1 %), tegalan

(12,2 %), perkebunan (0,8 %) dan hutan (3,9 %), perikanan (0,2 %), industri (0,2 %), lain-

lain (4,5 %).

2.5. Kondisi Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi adalah suatu indikator ekonomi makro yang

menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi atau keberhasilan pembangunan ekonomi

suatu daerah dalam periode waktu tertentu.

Di Kabupaten Kulon Progo tahun 2006 tingkat perekonomiannya masih

mengandalkan sektor Tersier, hal tersebut dilihat berdasar PDRB Kabupaten Kulon Progo

tahun 2006 harga yang berlaku, bahwa sektor Primer yang terdiri dari sektor pertanian,

pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi sebesar 25,07 persen, sedangkan

sektor Sekunder yang terdiri dari sektor industri, listrik, air bersih, dan bangunan

memberikan kontribusi sebesar 21,10 persen, sedangkan sektor Tersier yang terdiri dari

sektor perdagangan, hotel restoran angkutan, komunikasi, keuangan, dan jasa-jasa

memberikan kontribusi sebesar 53,83 persen.

Distribusi persentase terbesar pada dari Sektor tersier adalah sektor jasa-jasa

subsektor pemerintahan dan sektor perdagangan hotel restoran yaitu sebesar 37,05 persen,

hal ini karena naiknya nilai PDRB perkapita Kabupaten Kulon Progo tahun 2006. Jumlah

pendapatan pegawai baik negeri, swasta dan umum sudah barang tentu juga seiring dengan

meningkatnya pengeluaran konsumsi masyarakat Kabupaten Kulon Progo yang berdampak

pada sektor Tersier. Untuk itu sektor ini harus mendapat skala mendapat prioritas

penangannya oleh pemerintah daerah karena mampu mendongkrak nilai PDRB Kabupaten

Kulon Progo secara signifikan.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah bruto (gross

value added) yang diperoleh dari seluruh sektor di suatu pada periode waktu tertentu.

Komponen-komponen nilai tambah bruto terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha (bunga,

sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung neto.

Page 29: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

PDRB berdasarkan harga yang berlaku menunjukkan keadaan perekonomian pada

tahun berjalan dan PDRB atas dasar harga konstan 2000 merupakan PDRB sebagai tahun

dasar untuk penghitungan PDRB tahun berikutnya berdasarkan harga pada tahun 2000.

PDRB per kapita merupakan kemampuan nilai tambah yang dapat diperoleh dari penduduk

akibat dari adanya aktivitas produksi, sehingga PDRB per kapita dapat dijadikan salah satu

indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk suatu .

PDRB per kapita diperoleh dengan cara membagi total nilai PDRB atas dasar harga

berlaku dengan jumlah penduduk pertengahan tahun suatu . Pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Kulon Progo tahun 2006 sebesar 14,10 persen artinya aktivitas ekonomi pada

tahun 2006 mengalami eskalasi yang meningkat. Nilai Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) atas dasar harga berlaku Kabupaten Kulon Progo tahun 2006 sebesar Rp. 2.414,96

miliar, dengan nilai PDRB per kapita Rp. 6,455 juta.

Distribusi persentase terbesar PDRB Kabupaten Kulon Progo tahun 2006 masih

didominasi dari sektor pertanian sebesar 23,88 persen, kemudian diikuti oleh sektor jasa-

jasa sebesar 20,81 persen dan sektor perdagangan , hotel dan restoran sebesar 16,24 persen.

Page 30: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

BAB III

KRITERIA DESAIN

3.1. Pengertian Banjir

Banjir didefinisikan dengan kenaikan drastis dari aliran sungai, kolam, danau, dan

lainnya dimana kelebihan aliran itu menggenangi keluar dari tubuh air dan menyebabkan

kerusakan dari segi sosial ekonomi dari sebuah populasi (Smith et, al., 1998 dalam Marfai.,

2003).

Banjir adalah suatu kondisi fenomena bencana alam yang memiliki hubungan

dengan jumlah kerusakan dari sisi kehidupan dan material. Banyak faktor yang

menyebabkan terjadinya banjir. Secara umum penyebab terjadinya banjir di berbagai

belahan dunia adalah (Smith et, al., 1998 dalam Marfai., 2003):

1. Keadaan iklim; seperti masa turun hujan yang terlalu lama, dan mengakibatkan

banjir sungai. Banjir di daerah muara pantai umumnya disebabkan karena

kombinasi dari kenaikan pasang surut, tinggi muka air laut dan besarnya ombak

yang di asosiasikan dengan terjadinya gelombang badai yang hebat.

2. Perubahan tata guna lahan dan kenaikan populasi; perubahan tataguna lahan dari

pedesaan menjadi perkotaan sangat berpotensi menyebabkan banjir. Banyak lokasi

yang menjadi subjek dari banjir terutama daerah muara. Perencanaan

penaggulangan banjir merupkan usaha untuk menanggulangi banjir pada lokasi-

lokasi industri, komersial dan pemukiman. Proses urbanisasi, kepadatan bangunan,

kepadatan populasi memiliki efek pada kemampuan kapasitas drainase suatu daerah

dan kemampuan tanah menyerap air, dan akhirnya menyebabkan naiknya volume

limpasan permukaan. Meskipun luas area perkotaan lebih kecil dari 3 % dari

permukaan bumi, tapi sebaliknya efek dari urbanisasi pada proses terjadinya banjir

sangat besar.

3. Land subsidence; adalah proses penurunan level tanah dari elevasi sebelumnya.

Ketika gelombang pasang datang dari laut melebihi aliran permukaan sungai, area

land subsidence akan tergenangi.

Page 31: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

3.2. Analisa Hidrologi

Analisis hidrologi adalah kumpulan keterangan atau fakta mengenai fenomena

hidrologi. Fenomena hidrologi sebagai mana telah dijelaskan di bagian sebelumnya adalah

kumpulan keterangan atau fakta mengenai fenomena hidrologi. Fenomena hirologi seperti

besarnya curah hujan, temperatur, penguapan, lama penyinaran matahari, kecepatan angin,

debit sungai, tinggi muka air, akan selalu berubah menurut waktu. Untuk suatu tujuan

tertentu data-data hidrologi dapat dikumpulkan, dihitung, disajikan, dan ditafsirkan dengan

menggunkan prosedur tertentu (Yuliana., 2002).

Analisa curah hujan diperlukan untuk menentukan besarnya intensitas yang

digunakan sebagai prediksi timbulnya aliran permukaan wilayah. Curah hujan yang

digunakan dalam analisis adalah curah hujan harian maksimum dalam satu tahun yang

telah dihitung oleh badan meteorologi.

3.2.1 Penyiapan Data Curah Hujan

Data curah hujan yang akan dianalisis merupakan kumpulan data atau array data

tinggi curah hujan maksimum dalam 30 tahun berturut-turut dinyatakan dalam mm/24 jam,

sampel tersebut dianggap cukup mewakili.

Apabila terdapat data yang kosong atau hilang, maka diperlukan perkiraan bagi

stasiun yang kosong. Perkiraan curah hujan yang kosong dihitung dari pengamatan

minimal tiga stasiun terdekat, dan sebisa mungkin stasiun yang berada mengelilingi stasiun

yang datanya hilang tersebut.

Cara melengkapinya yaitu terdapat dua cara, yaitu :

a) Jika selisih antara hujan tahunan normal antara stasiun pembanding dengan stasiun

yang kehiangan data kurang dari 10% maka harga perkiraan data yang kurang

lengkap dicari dengan harga aritmatika.

⎟⎠

⎞⎜⎝

⎛= ∑

n

nnrn

rx1

1 (3-1)

b) Jika selisih melebihi 10% digunakan cara perbandingan normal yaitu :

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−

−= ∑

n

n x

x

n

n

x

x

Rr

Rr

nRr

111 (3-2)

Page 32: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Dimana :

rx = Harga tinggi curah hujan yang di cari.

Rx = Harga rata-rata tinggi curah hujan pada stasiun pengukur hujan

yang di cari.

n = Banyaknya stasiun pengukur hujan untuk perhitungan.

rn = Harga tinggi curah hujan pada tahun yang sama dengan rn pada

setiap stasiun pembanding.

Rn = Harga rata-rata tinggi curah hujan yang sama dengan rn pada

setiap stasiun pembanding selama kurun waktu yang sama.

X = Menunjukan stasiun pengukur hujan yang datanya sedang di cari

dan merupakan bilangan dari 1 sampai n.

Perbedaan curah hujan tahunan normal pada stasiun yang kehilangan data, dicari

dengan persamaan :

%100RS

=Δ (3-3)

1)( 2

−= ∑

nRN

S i (3-4)

nN

R i∑= (3-5)

Dimana :

Ni = Nilai rata-rata curah hujan selama pengamatan pada suatu stasiun

pengamat.

R = Rata-rata dari n jumlah stasiun pengamat.

n = Jumlah stasiun pengamat hujan.

3.2.2 Tes Konsistensi

Data curah hujan akan memiliki kecendrungan untuk menuju suatu titik tertentu

yang biasa disebut dengan pola atau trend. Data yang menunjukan adanya perubahan pola

atau trend tidak disarankan untuk digunakan. Analisa hidrologi harus mengikuti trend, dan

jika terdapat perubahan harus dilakukan koreksi. Untuk melakukan pengecekan pola atau

trend tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik kurva massa ganda yang berdasarkan

prinsip setiap pencatatan data yang berasal dari populasi yang sekandung akan konsisten,

Page 33: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

sedangkan yang tidak sekandung akan tidak konsisten, dan akan menimbulkan

penyimpangan arah/trend.

Perubahan pola atau trend bisa disebabkan diantaranya oleh :

3. Perpindahan lokasi stasiun pengukur hujan.

4. Perubahan ekosistem terhadap iklim secara drastis, misal karena kebakaran.

5. Kesalahan ekosistem observasi pada sekumpulan data akibat posisi atau cara

pemasangan alat ukur yang tidak baik.

Prinsip dasar metode kurva massa ganda adalah sebagai berikut; sejumlah stasiun

tertentu dala wilayah iklim yang sama diseleksi sebagai stasiun dasar (pembanding). Rata-

rata aritmetik dari semua stasiun dasar dihitung untuk setiap metode yang sama. Rata-rata

hujan tersebut ditambahkan (diakumulasikan) mulai dari periode awal pengamatan.

Demikian pula halnya dengan data stasiun utama yang akan dicek pola atau trendnya.

Kemudian diplot titik-titik akumulasi rerata stasiun utama dan stasiun dasar sebagai kurva

massa ganda.

Pada kurva massa ganda, titik-titik yang tergambar selalu berdeviasi sekitar garis

rata-rata, dan hampir merupakan garis lurus. Kalau ada penyimpangan yang terlalu jauh

dari garis lurus tersebut maka mulai dari titik ini selanjutnya pengamatan dari stasiun yang

ditinjau akan tidak akurat dengan kata lain data hujan curah hujan telah mengalami

perubahan trend.

Koreksi yang digunakan untuk data yang mengalami perubahan trend tersebut

adalah :

οαα

tantan

=zH (3-6)

Dimana :

Hz = Curah hujan yang diperkirakan.

tan α = Slope sebelum perubahan.

tan αo = Slope setelah perubahan.

Ho = Curah hujan hasil pengamatan.

ksifaktorkorefk ==οαα

tantan (3-7)

Page 34: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

3.2.3 Tes Homogenitas

Dalam analisa curah hujan yang harus dilakukan setelah uji konsistensi adalah uji

homogenitas. Ketidak homogenitasan data curah hujan dapat sisebabkan gangguan-

gangguan atmosfir karena pencemaran atau adanya hujan buatan yang sifatnya insidentil.

Tes homogenitas dengan memplot harga (N, Tr) pada grafik tes homogenitas. Suatu

kumpulan data disebut homogen bila titik (N, Tr) berada didalam batas homogenitas pada

grafik tersebut.

N merupakan banyaknya data curah hujan, sedangkan Tr dicari dengan persamaan :

rR TR

RT 10= (3-8)

Dimana :

R10 = Curah hujan tahunan dengan PUH 10 tahun.

Ř = Curah hujan rata-rata dalam sekumpulan data.

Ťr = PUH untuk curah hujan tahunan rata-rata

3.2.4 Analisa curah hujan harian maksimum

Aplikasi distribusi peluang yang digunakan untuk dianalisis data-data ekstrim curah

hujan maksimum yaitu :

3.2.4.1. Metode Dumbel Modifikasi

Dengan persamaan sebagai berikut :

TT YRα

μ 1+= (3-9)

NYRα

μ 1−= (3-10)

N

R

σσ

α=

1 (3-11)

( )2/1

1

21

1⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢

−=∑−

n

RRT

n

nR

1⎢⎢⎢⎣=−nTnR

(3-12)

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

−−=

1lnln

TrTrYT (3-13)

Page 35: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Dengan mengadopsi persamaan (3-10) dan (3-11) ke persamaan (3-9) diatas maka

diperoleh persamaan Gumbel:

RN

NTT

YYRR σ

σ−

+= (3-14)

atau dengan mensubsitusikan persamaan (3-13) ke persaman ( 3-14 ), di peroleh :

RN

N

T

YTr

Tr

RR σσ

⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢

⎡+⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛

−+= 1ln

(3-15)

Dimana :

Ř = curah hujan rata-rata

Yn = reduced mean

YT = reduced variate

σN = reduced standar deviasi

σR = standar deviasi data hujan

Tr = periode ulang hujan

Persamaan (3-15) ini kemudian dimodifkasi, menurut Lattenmair dan Burges,

perhitungan hidrologi yang lebih tepat didapat dengan menggunakan harga limit standar

deviasi dan limit rata-rata (harga bila n = ~). Harga limit YN sama dengan konstanta euler

(YN = 0.5772) sedangkan limit σ = η / (6)0.5 = 1.2825

Maka

2825.1

1 Rσα= (3-16)

μ = R – 0.45 σR (3-17)

Dengan mensubsitusikan persamaan (3-16) dan (3-17) ini ke persamaan

(3-18), didapat persamaan :

RT = R+ (0.78 YT - .45) σR (3-18)

Page 36: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

selanjutnya persamaan ( 3-14) disubsitusikan ke persamaan (3-18), di perloleh persamaan :

RT TrTrRR σ⎥

⎤⎢⎣

⎡+⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛

−−= 45.0

1lnln78.0 (3-19)

setalah hujan harian maksimum diperkirakan dari perhitungan dengan persamaan-

persamaan diatas, maka perlu dicari rentang keyakinanannya (convidence interval) yang

dirumuskan sebagai berikut

RK = ± t (a) Se (3-20)

Dimana :

RK = Rentang keyakinan

T (a) = Fungsi a

Se = Deviasi (probably error)

jika ; a = 90 %, t (a) = 1640

a = 80 %, t (a) = 1282

a = 68%, t (a) = 1000

Se dihitung dengan persamaan:

N

bSe Rσ

= (3-21)

b = (1+1.3K+(1.K2 )) 0.5 (3-22) K = (0.78 YT – 0.45) (3-23)

Dimana:

N = Jumlah data

σR = Standar deviasi

3.2.4.2. Metode Log Person Type III

Metode ini berdasarkan pada perubahan data yang ada ke dalam bentuk logaritma.

Parameter statik yang diperlukan untuk distribusi Log Pearson III adalah :

a) Rata rata (r)

b) Standar deviasi log (σR)

c) Koefisien skew log (g)

Page 37: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

persamaan-persamaan yang digunakan adalah :

N

rr i∑= (3-24)

( )

1

2

−= ∑

Nrri

Rσ (3-25)

( )

3

3

))(2)(1( R

i

NNrrN

gσ−−

−= ∑

(3-26)

Dimana :

r1 = Logaritma hujan harian maksimum (mm/24 jam) ŕ = Rata-rata r1

N = Banyaknya data

σR = Standar deviasi r1

g = Koefisisen srew r1

Besarnya curah hujan harian maksimum dihitung dengan persamaan :

log RT = ŕ + K σR (3-27)

dimana :

RT = curah hujan harian maksimum dalam PUH TR (mm/24 jam)

K = Skew Curve Faktor, dihitung dengan menggunakan Tabel III.1

berdasarkan koefisien skew (g) dan periode ulang (T)

Page 38: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel III.1 Skew Curve Factor (K) digunakan dalam distribusi peluang Log Pearson

Type III

Sumber : Soemarto, Hidrologi Teknik, 1987.

3.2.4.3. Metode Iway Kadoya.

Prinsip dasar dari metode iway kadoya adalah merupakan variabel X dari kurva

kemungkinan kerapatan dari curah hujan maksimum ke log X. Langkah perhitungan yang

dilakukan pertama kali adalah menentukan harga Xo :

∑= Xin

Xo log1log (3-28)

Koefisien Periode ulang hujan (tahun)Skew 2 5 10 25 50 100

Probabilitas(g) 0.5 0.2 0.1 0.04 0.02 0.012.0 -0.307 0.069 1.302 2.219 2.912 3.6051.8 -0.282 0.643 1.318 2.193 2.848 3.4991.6 -0.254 0.675 1.329 2.163 2.780 3.3881.4 -0.225 0.705 1.337 2.128 2.700 3.2711.2 -0.195 0.732 1.340 2.087 2.626 3.1491.0 -0.164 0.758 1.340 2.043 2.542 3.0220.9 -0.148 0.769 1.339 2.018 2.498 2.9570.8 -0.132 0.780 1.336 1.998 2.453 2.8910.7 -0.116 0.790 1.333 1.967 2.407 2.8240.6 -0.099 0.800 1.328 1.939 2.359 2.7550.5 -0.083 0.806 1.323 1.910 2.311 2.6860.4 -0.066 0.816 1.317 1.880 2.261 2.6150.3 -0.050 0.824 1.309 1.849 2.211 2.5440.2 -0.033 0.830 1.301 1.818 2.159 2.4720.1 -0.017 0.836 1.292 1.785 2.107 2.4000.0 0.000 0.842 1.282 1.751 2.054 2.326-0.1 0.017 0.846 1.270 1.716 2.000 2.252-0.2 0.033 0.850 1.258 1.680 1.945 2.178-0.3 0.050 0.853 1.245 1.643 1.890 2.104-0.4 0.066 0.855 1.231 1.606 1.843 2.029-0.5 0.083 0.856 1.216 1.567 1.777 1.955-0.6 0.099 0.857 1.200 1.528 1.720 1.880-0.7 0.116 0.857 1.183 1.488 1.663 1.806-0.8 0.132 0.856 1.166 1.448 1.606 1.733-0.9 0.143 0.854 1.147 1.407 1.594 1.660-1.0 0.164 0.852 1.128 1.366 1.492 1.588-1.2 0.195 0.844 1.086 1.282 1.379 1.449-1.6 0.254 0.817 0.994 1.116 1.116 1.197-1.8 0.232 0.799 0.945 1.035 1.069 1.087-2.0 0.307 0.777 0.895 0.959 0.980 0.990

Page 39: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Memperkirakan harga b ;

∑= bim

b 1 (3-29)

10nm = (3-30)

( )( )XtXsXo

XoXtXsbi+−

−=

2. 2

(3-31)

Memperkirakan harga Xo ;

( )∑ += bXin

xo log1 (3-32)

Memperkirakan harga c

( ) 21

22

121

⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡−⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛

−= xox

nn

c (3-33)

Dimana :

Xs = harga dengan no. Pengamatan m dari yang terbesar

Xt = harga dengan no. Pengamatan m dari yang terkecil

N = banyaknya data tabel III.2 variabel normal ξ yang sesuai pada W

(x) utama.

Page 40: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel III.2 Variabel ξ (Kemungknan Terlampaui) yang sesuai pada W (x) utama

Sumber: Suryono S, Ir.Hidrologi Untuk Pengairan

3.2.5 Menentukan Metode Terpilih Dengan Chi Kuadrat

Perhitungan menggunakan Chi kuadrat dilakukan guna menentukan curah hujan

maksimum yang paling sesuai untuk digunakan. Untuk penentuan metode yang digunakan

dilakaukan uji kecocokan dengan metode chi kuadrat (chi square). Selanjutnya hasil uji

kecocokan ini di bandingkan diantara tiga metode yang digunakan sebagai bahan analisa

penentuan curah hujan harian maksimum.

Uji chi kuadrat dimaksudkan untuk menentukan apakah metode yang digunakn

dapat mewakili distribusi statik sampel data yang dianalisa. Pengambilan keputusan ini

menggunakan parameter X2 karena itu disebut uji chi kuadrat. Nilai dari parameter X2 itu

dihitung dengan menggunakan persamaan :

∑=

−=

G

ih Ei

EiOiX1

22 )( (3-34)

Dimana :

Xh2 = Parameter Chi kuadrat terhitung

G = Jumlah sub kelompok.

Oi = Jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok ke 1.

Ei = Jumlah nilai teoritis pada sub kelomok ke 1.

Persamaan yang digunakan untuk menentukan besarnya peluang suatu data curah

hujan (X) adalah persamaan Weibull, sebagai berikut :

T W(x) = 1/T ξ T W(x) = 1/T ξ500 0.00200 2.0352 30 0.03333 1.2971400 0.00250 1.9840 25 0.04000 1.2379300 0.00333 1.9227 20 0.05000 1.1631250 0.00400 1.8753 15 0.06667 1.0614200 0.00500 1.8214 10 0.10000 0.9062150 0.00667 1.7499 8 0.12500 0.8134100 0.01000 1.6450 5 0.20000 0.595180 0.01250 1.5851 4 0.25000 0.476960 0.01667 1.5049 3 0.33333 0.304550 0.02000 1.4522 2 0.5000040 0.02500 1.3859

Page 41: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

1+

=N

mP (3-35)

m

NT 1+= (3-36)

Dimana :

P = Peluang terjadinya kumpulan nilai yang diharapkan selama periode

pengamatan.

N = Jumlah pengamatan dari variasi X

m = Nomer urut kejadian

T = Periode ulang dari kejadian sesuai dengan sifat kumpulan nilai

yang diharapkan.

Data curah hujan yang telah dihitung besarnya peluang atau periode ulangnya,

selanjutnya apabila digambarkan pada kertas grafik peluang atau periode ulangnya,

umumnya akan membentuk persamaan garis lurus. Persamaan yang digunakan adalah :

X = Xr + k. SD (3-37)

Dimana :

X = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan peluang tertentu

atau perode ulang tertentu.

Xr = Nilai rata-rata hitung variate

SD = Deviasi standar nilai variate

k = Faktor frekuensi.

3.2.6 Analisa Intensitas Hujan

Intensitas curah hujan menyatakan besarnya curah hujan dalam jangka pendek yang

memberikan gambaran deras hujan perjam.

Untuk mengolah data curah hujan menjadi intensitas curah hujan digunakan cara

statistik dari data pengamatan durasi hujan yang terjadi. Dan apabila tidak dijumpai data

untuk setiap durasi hujan, maka diperlukan pendekatan secara empiris dengan berpedoman

kepada durasi 60 menit dan pada curah hujan harian maksimum yang terjadi setiap tahun.

Cara lain yang digunakan adalah dengan mengambil pola intensitas hujan untuk kota lain

yang memiliki kondisi hampir sama. Untuk merubah curah hujan menjadi intensitas hujan

dapat digunakan metode diantaranya:

Page 42: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

3.2.6.1. Metode Van Breen

Penurunan rumus yang dilakukan oleh Van Breen didasarkan atas anggapan bahwa

lamanya durasi hujan yang ada di P. Jawa terkonsentrasi selama 4 jam, dengan hujan

efektif sebesar 90 % hujan total selam 24 jam. Persamaan tersebut adalah :

4

%.90 24RI = (3-38)

Dimana :

I = Intensitas hujan (mm/jam)

R24 = Curah hujan harian maksimum (mm/24 jam)

Dengan persamaan di atas dapat dibuat suatu kurva intensitas durasi hujan dimana

Van Breen mengambil kota Jakarta sebagai kurva basis bentuk kurva IDF. Kurva ini dapat

memberikan kecendrungan bentuk kurva untuk daerah-daerah lain di Indonesia pada

umunya. Berdasarkan pada kurva pola Van Breen kota Jakarta, besarnya intensitas hujan

dapat didekati dengan persamaan ;

T

TTT Rtc

RRI31.0007.054 2

++

= (3-39)

Dimana :

IT = Intensitas hujan (mm/jam) pada PUH T pada waktu konsentrasi tc

tc = Waktu konsentrasi (menit)

RT = Curah hujan harian maksimum PUH T (mm/24 jam)

3.2.6.2. Metode Bell Tanimoto

Analisis intensitas hujan menurut Bell didasarkan atas hubungan antara durasi

hujan dengan periode ulang 2 – 100 tahun. Hubungan ini dinyatakan dengan:

( )( ) tT

tT RtTR 50.054.052.0ln21.0 25.0 −+= (3-40)

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ +

=2

2110010

RRXX

Rt

(3-41)

Dimana :

R = Curah hujan

T = Periode ulang (tahun)

t = Durasi hujan (menit)

R1 = Besarnya curah hujan pada distribusi jam ke 1 menurut Tanimoto

Page 43: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

R2 = Besarnya curah hujan pada distribusi jam ke 2 menurut Tanimoto

Intensitas hujan (mm/jam) menurut Bell dihitung dengan menggunakan persamaan

tT

tT R

tI 60

= (3-42)

3.2.6.3. Metode Hasperder – Der Weduwen

Metode ini merupakan hasil penyelidikan di Indonesia yang dilakukan oleh Hasper

dan Der Weduwen. Penurunan rumus diperoleh berdasarkan curah hujan harian yang

dikelompokkan atas dasar anggapan bahwa hujan mempunyai distribusi yang simetris

dengan durasi hujan (1) telah kecil dari 1 jam dan durasi hujan dari 1 jam sampai 24

jam.

Persamaan yang digunakan adalah :

1<t≤24, maka ⎥⎦⎤

⎢⎣⎡

+=

10012.3.11300 1X

ttR (3-43)

0<t≤1, maka ⎥⎦⎤

⎢⎣⎡

+=

10012.311300 1Rt

R (3-44)

dan, ( ) ttXttXiRt

.1272154.1218

+−+

= (3-45)

Dimana :

t = Durasi hujan (menit)

R,R1 = Curah hujan menurut Hasper – Weduwen

Xt = Curah hujan harian maksimum yang terpilih (mm/24 jam)

Untuk menentukan intensitas hujan menurut hasper – weduwen digunakan rumus

sebagai berikut :

tRI = (3-46)

Dimana :

I = Intensitas hujan

R = Curah hujan

Page 44: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

3.2.7 Penentuan Metode Perhitungan Intensitas Hujan

Pemilihan ini daimaksudkan untuk menentukan persamaan intensitas yang paling

mendekati untuk daerah perencanaan. Metode yang digunakan adalah metode perhitungan

dengan cara kuadrat terkecil.

Cara perhitungannya adalah sebagai berikut :

3. Menentukan minimal 8 jenis lamanya curah hujan t (menit), (misal 5, 10, 20,

40, 60, 80, 120, 240)

4. Menggunakan harga-harga t tersebut untuk menentukan besarnya intensitas

hujan untuk peride ulang hujan tertentu (disesuaikan dengan perhitungan

puncak rencana)

5. Menggunakan harga-harga t yang sama untuk menentukan tetapan-tetapan

dengan cara kuadrat terkecil. Perhitungan tetapan-tetapan untuk setiap rumus

intensitas curah hujan adalah sebagai berikut :

Talbot

btaI+

= (3-47)

( )( ) ( )( )( ) ( )22

22 ...

∑∑∑∑∑∑

−=

IIn

ItIItIa (3-48)

( )( ) ( )

( ) ( )22

2 ..

∑∑∑∑

−=

IIn

tIntIIb (3-49)

Sherman

ntaI = (3-50)

( ) ( )[ ] ( )( )( )[ ] ( )22

2

log.log.loglog..log...loglog

ttntIttLogIa

−−

= (3-51)

( ) ( )[ ] ( )( )[ ] ( )22

2

log.loglog..log8...log

ttnIttLogIn

−−

= (3-52)

Ishiguro

bt

aI+

= 5.0 (3-53)

Page 45: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

( )( ) ( )( )( ) ( )22

5.0225.0 ..IIn

ItIItIa−−

= (3-54)

( )( ) ( )( ) ( )22

5.025.0 ..IIn

tIntIIb−−

= (3-55)

Dimana :

( ) = Jumlah angka-angka dalam tiap suku

N = Banyaknya data

3.3 Sistem Informasi Geografi Untuk Identifikasi Lokasi Banjir

3.3.1. Sistem Informasi Geografi

Sistem Informasi Geografi (SIG) atau biasa disebut Geographical Information

System (GIS) merupakan komputer yang berbasis pada sistem informasi yang digunakan

untuk memberikan bentuk digital dan analisa terhadap permukaan geografi bumi. Defenisi

GIS selalu berubah karena GIS merupakan bidang kajian ilmu dan teknologi yang relatif

masih baru. Beberapa defenisi dari GIS adalah:

1. Definisi GIS (Rhind, 1988 dalam Husein., 2006):

GIS is a computer system for collecting, checking, integrating and

analyzing information related to the surface of the earth.

2. Definisi GIS yang dianggap lebih memadai (Marble & Peuquet., 1983) and

(Parker, 1988; Ozemoy et al., 1981; Burrough, 1986):

GIS deals with space-time data and often but not necessarily, employs computer

hardware and software.

3. Definisi GIS (Purwadhi., 1994)

a) SIG merupakan suatu sistem yang mengorganisir perangkat keras (hardware),

perangkat lunak (software), dan data, serta dapat mendayagunakan sistem

penyimpanan, pengolahan, maupun analisis data secara simultan, sehingga

dapat diperoleh informasi yang berkaitan dengan aspek keruangan.

b) SIG merupakan manajemen data spasial dan non-spasial yang berbasis

komputer dengan tiga karakteristik dasar, yaitu: (i) mempunyai fenomena

aktual (variabel data non-lokasi) yang berhubungan dengan topik

permasalahan di lokasi bersangkutan; (ii) merupakan suatu kejadian di suatu

lokasi; dan (iii) mempunyai dimensi waktu.

Page 46: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Dari definisi-definisi diatas, Sistem Informasi Geografi dapat disimpulkan

merupakan konfigurasi dari hardware dan software digunakan untuk compiling, storing,

managing, manipulasi, analisis, dan pemetaan (sebagai tampilan) informasi keruangan. Ini

mengkombinasikan fungsional dari program komputer grafis, peta elektronik, dan basis

data (Haestad & Durrant., 2003).

Dua keistimewaan analisa data berdasarkan SIG (Husein., 2006) yaitu :

a) Analisa Proximity

Analisa Proximity merupakan suatu geografi yang berbasis pada jarak antar layer.

Dalam analisis proximity GIS menggunakan proses yang disebut dengan buffering

(membangun lapisan pendukung sekitar layer dalam jarak tertentu untuk

menentukan dekatnya hubungan antara sifat bagian yang ada.

b) Analisa Overlay

Proses integrasi data dari lapisan-lapisan layer yang berbeda disebut dengan

overlay. Secara analisa membutuhkan lebih dari satu layer yang akan ditumpang

susun secara fisik agar bisa dianalisa secara visual.

3.3.1. Input Data Geometrik

Sistem Informasi Geografi menggunakan perangkat untuk mendigitasi atau

menggambarkan peta, menghasilkan data serta menganalisanya. Digitizing tools dapat

mengkonversi peta hard copy kedalam format soft copy atau elektronik. Format peta ini

juga dapat dikonversi ke dalam program teknik, seperti CAD atau program teknik lainnya.

Input Data Geometrik berupa :

• Fitur yaitu points (titik), lines (garis), poligon dan teks.

• Atribut

• Imagery

• Surfaces

3.3.1.1 Fitur

Fitur geografi di representasikan pendekatan serupa dari rupa bumi. Fitur geografi

berupa natural seperti vegetasi, sungai tanah dan sebagainya, berupa konstruksi atau buatan

manusia seperti bangunan, jembatan, pipa dan sebagainya, dan bagian lainnya dari objek

rupa bumi seperti batas negara, politik, dan sebagainya. Objek-objek tersebut

direpresentasikan sebagai titik (points), garis (lines) dan luasan area (polygons)

Page 47: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Points

Didefinisikan untuk objek-objek yang terlalu kecil dan tidak dapat direpresentasikan oleh

garis dan poligon. Points memiliki satu titik koordinat (X,Y,Z) saja. Contoh seperti lokasi

sumur, stasiun hujan, point juga merepresentasikan titik koordinat dari GPS, atau titik

ketinggian, dan sebagainya.

Gambar 3.1 Fitur berupa titik (points).,(Sumber : ArcGIS User's Guide, 2002)

Lines

Merepresentasikan objek geografi yang berupa garis yang memiliki dua koordinat (X,Y,Z)

yang dihubungkan. Contoh objek yang berupa garis (lines) adalah jalan raya, sungai,

jaringan drainse dan sebagainya

Gambar 3.2. Fitur berupa garis (lines)., (Sumber : ArcGIS User's Guide, 2002)

Poligon

Adalah area tertutup yang berupa lokasi homogen seperti administrasi, jenis tanah, jenis

penggunaan lahan, dan sebagainya.

Gambar 3.3 Fitur berupa Area (polygons)., (Sumber : ArcGIS User's Guide, 2002).

Page 48: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

3.3.1.2. Attribut

Berupa informasi yang terkait dengan fitur, dan dihubungkan dengan simbol warna dan

label. Didalam Sistem Informasi Geografi atribut diatur didalam tabel yang terkait dengan

konsep database.

Gambar 3.4 Attribut berupa baris dan kolom

Deskripsi dari data diorganisir ke dalam tabel, tabel memiliki baris, dan semua baris pada

tabel memiliki kolom. Kolom memiliki tipe unik seperti integer, batas desimal, karakter

dan lain-lain.

3.3.1.3. Imagery

Terdiri dari struktur data raster yang terdiri dari baris dan kolom. Nilai yang di hitung

adalah nilai pixel, dimana objek akan memberikan sinyal ke sensor, kemudian

diterjemahkan dalam nilai pixel.

Gambar 3.5 Konsep imagery berupa nilai piksel

(Sumber : ArcGIS User's Guide, 2002).

Page 49: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Imagery juga umum digunakan untuk menetukan objek yang terlihat dan tidak terlihat

dengan menggabungkan (composite) saluran (bands) dimana tiap saluran memiliki sensor

dengan panjang gelombang yang berbeda. Ini memungkinkan untuk penelitian terapan

untuk ilmu kebumian seperti hydrologi, geologi, dan sebagainya.

Gambar 3.6. Contoh jenis-jenis imagery., (Sumber : ArcGIS User's Guide, 2002).

3.3.1.4. Surface

Surface erat kaitannya dengan data model medan, yang terdiri dari beberapa

macam, diantaranya:

Garis Kontur

Garis imajiner yang menghubungkan titik-titik ketinggian di rupa bumi yan memiliki nilai

sama.

Gambar 3.7. Garis Kontur., (Sumber : ArcGIS User's Guide, 2002).

Page 50: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Raster Dataset

Seperti konsep imagery namun, lebih menekan kan nilai pixel dengan ketinggian medan.

Contohnya untuk pembuatan DEM (Digital Elevation Model) untuk merepresentasikan

bentuk rupa bumi.

Gambar 3.8. Digital Elevation Model (DEM), (Sumber : ArcGIS User's Guide, 2002).

TIN Layer

Model TIN (Triangulated Irregular Network) yaitu data struktur yang terdiri dari titik

seperti elevasi muka bumi yang dihubungkan oleh jaringan segitiga. Sama halnya denga

DEM tapi TIN merupakan model dengan pendekatan interpolasi dari beberapa titik yang

memiliki nilai ketinggian.

Gambar 3.7. Triangulated Irregular Network , (Sumber : ArcGIS User's Guide, 2002).

Kemampuan dalam menerjemahkan fenomena spasial dan analisis data

menggunakan Sistem Informasi Geografi membantu juga dalam mengevaluasi model

responsibility seperti aliran permukaan, terhadap saluran drainase.

Page 51: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

3.3.2 Perkiraan Inflow Banjir

Limpasan permukaan menggabungakan tiga parameter yaitu curah hujan, luas

daerah tangkapan, dan koefisien aliran (DPU, 2007). Persamaan umum yang digunakan

untuk memperkirakan limpasan permukaan adalah :

Vj = (0.1) Cj . Rj . A (3-56)

V = ∑ VJ (3-57)

Dimana :

Vj : Aliran bulanan dari seluruh DAS pada bulan j (M3/bulan)

Rj : Hujan bulanan pada bulan j (mm/bulan)

Cj : Koefisien pengaliran pada bulan j

A : Luas daerah efektif tadah hujan (Ha)

V : Aliran Permukaan (M3)

Sistem Informasi Geografi dan analisa hidrologi terintegrasi untuk mengidentifikasi

area banjir dimana Digital Elevation Model akan membentuk zonasi banjir ketika

mendapatkan input berupa limpasan permukaan yang berupa volume kemudian menjadi

area dengan membandingkan kepada penampang melintang menggunakan metode

perhitungan volume cut/fill.

Gambar 3.8. Analisa Volume dengan menggunakan metode cut and fill.

(Sumber : ArcGIS User's Guide, 2002).

Engineer dapat lebih menganalisa dalam hal perencanaan karena GIS membantu

memodelkan bentuk permukan bumi, engineer dapat melakukan pemilahan area untuk

perencanaan yang dibuat. Analisis data curah hujan mudah sekali digunakan ketika

dianalogikan dengan data ketinggian rupa bumi, dimana bisa dilakukan pendekatan logis

untuk menentukan curah hujan pada titik daerah tertentu. Gambaran kondisi real dari rupa

bumi diharapkan mempermudah dalam melakukan pertimbangan-pertimbangan dalam

perencanaan.

Page 52: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

3.4. Perencanaan Drainase

Perencanaan sistem drainase suatu daerah, terlebih dahulu harus ditentukan dasar-

dasar atau kriteria-kriteria perencanaan. Hal ini berguna sebagai bahan pemikiran bagi

penetapan alternatif saluran dan perencanaan drainase modern.

Dasar-dasar perencanaan yang diterapkan merupakan rumus-rumus dan ketentuan-

ketentuan yang umunya dipakai dalam merencanakan sistem penyaluran air hujan.

Pemakaian rumus-rumus serta ketentuan-ketentuan tersebut disesuaikan dengan kondisi

lokal, berupa kondisi topografi, geologi, klimatologi, dan tata guna lahan.

Dengan mempertibangkan faktor-faktor pembatas di atas, dikembangkan beberapa

alternatif sistem yang meliputi segi teknis dan ekonomis. Alternatif terpilih merupakan

hasil paling optimum dari berbagai kriteria yang di tetapkan, engan sedikit mungkin

menghindari akibat sosial yang timbul.

Hasil yang diharapkan dari alternatif terpilih adalah tercapainya perencanaan

sisitem drainase yang berasaskan sistem drainase modern, yaitu sistem drainase yang

berwawasan lingkungan, sehingga selain masyarakat terhindar dari bahaya banjir, ataupun

genangan air yang merugikan masyarakat, juga turut serta dalam konservasi sumber daya

air.

3.4.1 Drainase

Pengertian sistem drainase dapat ditentukan berdasarkan lingkup atau batasan dari

sistem drainase itu sendiri, beberapa istilah dalam sistem drainase itu sendiri anatara lain:

2 Drainase permukaan adalah sistem drainase yang menangani semua masalah

kelebihan air diatas atau pada permukaan air tanah, terutama lintasan air

hujan.

3 Drainase bawah permukaan, adalah sistem drainase yang menangani

permasalahan kelebihan air dibawah permukaan tanah atau dibawah lapisan

tanah, misalnya menurunkan permukaan air tanah yang tinggi agar daerah

tersebut terbebas dari kelembaban yang tinggi.

4 Drainase perkotaan adalah drainase yang menangani permasalahan kelebihan

air di wilayah perkotaaan yang meliputi drainase permukaan dan drainase

bawah permukaan.

Page 53: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Dalam cara penyalurannya, drainase dibagi menjadi tiga sistem perbandingannya,

dapat dilihat pada tabel I berikut ini :

Tabel III.3 Cara Penyaluran Air Hujan

Terpisah Tecampur Intercepting Sewer

Pengaliran Air hujan dan air

limbah terpisah

Air hujan dan air

limnah tercampur

Jika debit air hujan

besar, tercampur.

Jika debit airhujan

kecil terpisah

Fluktuasi Debit Besar Kecil Besar dan Kecil

Keuntungan - Ekonomis dalam

pemilihan dimensi

saluran, karena

hanya menampung

debit air hujan saja

- air hujan tidak

membebani BPAB

- Konsentrasi

pencemar meurun

karena

pengenceran

dengan air hujan

- biaya

konstruksinya

lebih murah

karena debit

disatukan.

Bisa digunakan untuk

debit yang besar

maupun yang kecil.

Kerugian Perlu lahan

tersendiri.

Debit yang diolah

dalam BPAB

besar.

Perlu lahan

tersendiri.

Sumber : Moduto, Drainase Perkotaan, Volume I, 1998.

3.4.2. Maksud dan Kegunaan Drainase

Maksud dan perencanaan drainase perkotaan adalah untuk mencari alternatif kiat

pengendalian akumulasi limpasan air hujan yang berlebihan dan penyaluran air limbah di

DPDK (untuk sistem drainase tercampur agar dalam pembangunan nanti dapat terpadu

dengan pembangunan sektor lain yang terkait). Dengan adanya prencanaan sistem drainase

ini, maka sebelumnya dapat disiapkan cadangan lahan yang cukup, sesuai dengan penataan

lingkungan perkotaan.

Page 54: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Dari uraian maka kegunaan drainase adalah :

a) Mengeringkan daerah becek atau genangan air.

b) Mengendalikan akumulasi limpasan air hujan yang berlebihan dan memanfaatkan

sebesar-besarnya untuk imbuhan air tanah.

c) Mengendalikan erosi.

d) Pengelolaan kualitas air.

3.4.3 .Dasar-Dasar Perancanaan Dan Kriteria Desain

Dasar-dasar yang digunakan untuk merencanakan sistem drainase adalah rumus-

rumus, asumsi-asumsi, dan ketentuan-ketentuan yang umum dipakai pada perencanaan

sistem ini. Adapun pemakaiannya dibatasi oleh kondisi daerah perencanaan, seperti waktu

perencanaan, tatagunalahan, topografi, dan lain-lain.

Periode Ulang Hujan Desain

Periode ulang hujan adalah interval waktu rata-rata dari variabel hidrologi tertentu

yang akan disamai atau dilampaui satu kali. PUH desain sistem saluran dan bangunan

mengacu pada tabel II.4, kecuali untuk keadaan khusus dengan persamaannya

Dimana : T = PUH T (tahun)

N = Umur bangunan efektif

µ = Faktor resiko, biasanya diambil 1/3

Tabel III.4 Periode Ulang Hujan Desain

Tataguna lahan kegunaan Periode ulang T (tahun)

1. Saluran awal pada daerah

- lahan, rumah, taman, kebun, kuburan, lahan tak

terbangun.

- perdagangan perkantoran dan industri

2. Saluran Minor

- DPS ≤ 5 ha (saluran tersier)

- Resiko kecil

- Resiko besar

- DPS 5-25 ha (saluran sekunder)

- Tanpa resiko (kecil sekali)

2

5

2

5

2

Page 55: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

- Resiko kecil

- Resiko besar

- DPS 25 – 50 ha (saluran primer)

- Tanpa resiko

- Resiko kecil

- Resiko besar

3. Saluran Mayor

- DPS 50 – 100 ha

- Tanpa resiko

- Resiko sedang

- Resiko besar

- DPS > 100

- Tanpa Resiko

- Resiko Kecil

- Resiko besar

- pengendalian banjir mayor /kiriman

4. Gorong-gorong

- Jalan biasa

- Jalan baypass

- Jalan bebas hambatan

5. Saluran tepian jalan

- Jalan lingkungan

- Jalan kota

- Jalan baypass

- Jalan bebas hambatan

5

10

5

10

25

5

10

25

10

25

50

100

5 – 10

10 – 25

25 – 50

2 – 5

5 – 10

10 – 25

25 - 50

Sumber Moduto, drainase perkotaan, volume I, 1998.

3.4.4 Kriteria Hidrolis

3.4.4.1 Perkiraan Debit Limpasan Air Hujan

Dalam memperhitungkan debit banjir dengan luas daerah yang fleksibel (luas dan

sempit) dapat menggunakan metode rumus rasional (Sosdarsono, 1987), yaitu :

Q = (1/3,6) F.r.A (3-58)

Page 56: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Dimana :

Q = Debit banjir maksimum

F = koefisien limpasan

r = Intensitas hujan rata-rata selama waktu tiba banjir (mm/jam)

A= Daerah pengaliran

Modifikasi rumus tersebut menjadi :

Q = (1/360). Cs. C. I A (3-59)

Q = (1/360) . Cs. (∑Ci . Ai) (3-60)

Dimana :

Q = Debit puncak limpasan banjir (m3/detik)

Cs = Koefisien penampungan (storage)

C = Koefisien pengaliran

A = Luas daerah pengaliran (Ha)

I = Intensitas Hujan (mm/jam)

3.4.4.2 Koefisien Storasi

Storasi saluran ditandai dengan adanya kenaikan kedalaman air dalam saluran.

Debit aktual yang akan ditumpahkan di akhir saluran adalah debit total dikurangi dengan

massa air yang masih berada didalam saluran.

Untuk tc>te dipakai persamaan :

tdtctcCs+

=2

2 (3-61)

Untuk tc<te dipakai persamaan :

tdteteCs+

=2

2 (3-62)

3.4.4.3 Waktu Konsentrasi (tc)

Waktu konsentrasi ialah waktu yang diperlukan air hujan untuk mengalir dari titik

terjauh dalam DPS menuju suatu titik atau profil melintang saluran tertentu yang ditinjau.

Dalam drainase perkotaan pada umumnya, tc terdiri dari penjumlahan 2 komponen, yaitu

to dan td.

Page 57: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Persamaan untuk menentukan waktu konsentrasi adalah:

tc = to + td (3-63)

Perhitungan waktu konsentrasi (tc) untuk pertemuan 2 saluran atau lebih dapat

menggunakan persamaan Sneider sbb:

ii

iii

LAeCLAeCtc

tc..

...∑= (3-64)

Dimana:

tc = Waktu konsentrasi untuk pertemuan saluran (menit)

tci = Waktu konsentrasi untuk masing-masing saluran (menit)

Ci = Angka pengaliran

Ae = Luas limpasan masing-masing saluran (Ha)

Li = Panjang masing-masing saluran (m)

Harga panjang saluran hasil pertemuan dapat digunakan dengan persamaan:

iii

iiii

qAeCtcqAeCtcL

Le...

...∑= (3-65)

Dimana:

Le = Panjang ekivalen (m)

Li = Panjang masing-masing saluran (m)

Tci = Waktu konsentrasi masing-masing saluran

Ci = Angka pengaliran

Ae = Luas limpasan masing-masing saluran (Ha)

Waktu Kesetimbangan (time to equilibrium,tc), menunjukan bahwa air hujan yang

merayap diatas permukaan tanah dan mengalir pada saluran telah tergabung secara

bersamaan, dapat dikatakan sebagai waktu durasi hujan:

te = R1,92/1.11R (3-66)

Dimana:

te = Waktu durasi hujan

R = Tinggi hujan harian maksimum

Page 58: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

3.4.4.4 Waktu Rayapan

Waktu yang diperlukan untuk titik air yang terjauh dalam DPS mengalir pada

permukaan tanah menuju alur saluran permulaan yang terdekat (waktu rayapan).

Persamaan waktu rayapan terbagi menjadi:

Untuk daerah dengan tali air sepanjang ≤ 300m

3.04.0

6.0

)()()(33.6

SoColenLoto = (3-67)

Dimana:

to = Waktu merayap di permukaan tanah (menit)

n = Angka kekasaran manning

Lo = Panjang rayapan

Co = Koefisien limpasan permukaan tempat air merayap

Ie = Intensitas hujan (mm/jam), dimana tc=te

So = Kemiringan tanah rayapan (m/m)

Untuk daerah pengaliran air permukaan dengan panjang rayapan (tali air) ≥ 300m (misal di

genting, jalan raya, lapangan terbang, lapangan tenis)

5/1

3/1..108S

Lonto = (3-68)

Dimana :

S = kemiringan rata-rata medan limpasan (%)

Tabel III.5 Nilai Kekasaran Permukaan

NO Jenis Permukaan Tanah N

1 Permukaan diperkeras 0,015

2 Permukaan tanah terbuka 0,0275

3 Permukaan berumput sedikit 0,035

4 Permukaan berumput rata-rata 0,045

5 Permukaan berumput tebal 0,066

6 Permukaan siaran semen atau beton 0,014

Sumber : Road Design Manual for Rural and Urban Roads Other Than Freeways,National

Association of Australian State Road Authorities, Reprint 1977.

Page 59: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Waktu mengalur tanah dapat juga didekati dengan menggunakan grafik desain to seperti

gambar 2.1 dengan memasukan harga:

Lo = Panjang limpasan (m)

So = Kemiringan medan limpasan (mm/m)

Co = Koefisien pengaliran permukaan tempat air merayap

Seiring dengan luas daerah tangkapan yang semakin kecil, maka waktu mengalur

pada permukaan tanah menjadi dominan dalam perhitungan waktu konsentrasi. Mengacu

pada kondisi tersebut, terdapat beberapa pendekatan untuk menentukan waktu

konsentrasinya (dimana tc menjadi sam dengan to)

1) Rumus Izzard

Digunakan untuk IxL < 500 n.ft/jam, dan dianggap tc = te

3/2

3/141IKLotc = (3-69)

3/2

0007,0So

CrIK += (3-70)

Dimana :

Lo = Panjang limpasan (ft)

I = Intensitas hujan (in/jam)

So = Kemiringan medan limpasan (ft/ft)

Cr = Koefisien retardasi

Page 60: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Gambar 3.8 Grafik Desain Untuk Memperkirakan Waktu Limpasan Awal (to)

Sumber : Goldman, S. J., K. Jackson, and T. A. Bursztynsky. Erosion and Sediment

Control

Handbook. New York: McGraw-Hill, 1986.

Page 61: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel III.6 Nilai Koefisien Retardasi

NO Jenis Permukaan Tanah Cr

1 Aspal sangat halus 0,007

2 Jalan aspal dan tanah 0,0075

3 Jalan batu 0,00820

4 Beton 0,012

5 Jalan aspal dan pasir 0,017

6 Berumput jarang 0,046

7 Berumput tebal 0,060

Sumber: Martin Wanielista, Hydrology Water Quantity and Quality Control,1997

2) Persamaan Kerby

Digunakan Untuk panjang limpasan < 365 m (1000 ft)

tc = c(Ln.So-0,5)0,467 (2-71)

Dimana:

Lo = Panjang limpasan (ft)

So = Kemiringan medan (ft/ft)

c = 0.83 (untuk ft) atau 1.44 (untuk m)

n = Koefisien kekasaran retardansi

Tabel III.7 Nilai Koefisien Kekasaran Retardasi

No Jenis Permukaan Tanah N

1 Jalan aspal halus 0.02

2 Berumput jarang 0.30

3 Berumput sedang 0.40

4 Berumput rapat 0.80

Sumber: Martin Wanielista, Hydrology Water Quantity and Quality Control, 1997

3) Persamaan Kirpich

Biasa diterapkan pada daerah pedesaan yang tanahnya ditumbuhi kayu-kayuan antara 0

– 56 %, dan daerah tangkapan dengan luas antara 1.2 – 112 are.

385.0

77.0

0078.0SoLotc = (3-72)

Page 62: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Dimana;

Lo = Panjang Limpasan (m)

So = Kemiringan medan (ft/ft)

4) Persamaan Gelombang Kinematika

Digunakan jika terdapat gelombang kinematika dimana kecepatan tidak berubah

terhadap jarak melainkan berubah pada suatu titik. Panjang limpasan kurang dari 300

ft.

3.04.0

6.06.093.0SoI

NoLotc = (3-73)

Dimana:

Lo = Panjang limpasan (ft)

So = Kemiringan medan (ft/ft)

N = Koefisien manning overland flow

Tabel III.8 Nilai Koefisien Manning Overland Flow

No Jenis Permukaan Tanah N

1 Tanah Gundul 0.01

2 Alami 0.13

3 Berumput 0.45

4 Berumput pendek 0.15

5 Berkayu 0.45

Sumber: Martin Wanielista, Hydrology Water Quantity and Quality Control, 1997

5) Persamaan Bransby Wiliams

2.01.0

13.21SoA

Lotc = (3-74)

Dimana:

Lo = Panjang limpasan (ft)

So = Kemiringan mdan (ft/ft)

A = Luas daerah tangkapan (mil2)

Page 63: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

6) Persamaan Federal Aviation Agency

33.0

5.0)11(8.1So

LoCtc −= (3-75)

Dimana:

Lo = Panjang limpasan (ft)

So = Kemiringan Medan (ft/ft)

C = Koefisien limpasan

Besarnya td dapat didekati dengan persamaan:

vdLdatd

60= (3-76)

vd = 0.0035(RLd)0,5(AC)0.1S0.2 (3-77)

2.01.05.0 )()(762.4

SAcRLdLdatd = (3-78)

Ld = 88.33A0.6 (3-79)

Dimana:

Lda = Panjang saluran aktual yang ditinjau (m)

Ld = Panjang saluran ideal (m)

= Angka konversi, 1 menit = 60 detik

vd = kecepatan rerata di dalam saluran (m/dt)

C = Koefisien limpasan rerata

R = Tinggi hujan (mm/hari)

A = Luas DPS (ha)

S = Kemiringan DPS searah alur saluran (m/m)

Untuk DPS Gabungan

Terusan saluran harus dikalikan Fg:

2

21

12

..

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛=

ALdaALda

Fg (3-80)

Sedangkan S dan C reratanya adalah:

2

⎟⎟

⎜⎜

⎛=

∑∑

LiSiLi

Sr (3-81)

Page 64: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

AiAiCi

Cr ∑=.

(3-82)

Dimana:

Fg = Faktor gabungan

Untuk menghitung td pada saluran alami, karena karakter hidrolisnya tidak mudah

ditetapkan, maka digunakan kecepatan pendekatan seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel III.9 Perkiraan Kecepatan Rata-rata di Dalam Saluran Alami

Kemiringan Rata-rata

dalam saluran (%)

Kecepatan Rata-rata

aliran (m/dt)

0 – 1 0.4

1 – 2 0.6

2 – 4 0.9

4 – 6 1.2

6 – 10 1.5

10 – 15 2.4

Sumber: BUDSP, Drainage Desain for Bandung, 1978

3.4.4.5 Perubahan PUH

Apabila dalam saluran yang direncanakan mengalami perubahan PUH, maka tc, td,

to, juga mengalami perubahan. Jika pada awal perhitungan menggunakan asumsi

pendekatan kecepatan berdasarkan kemiringan dan perhitungan to, dan td tidak memakai

persamaan yang ada unsur R, I, dan C, maka perubahannya dapat didekati dengan

persamaan:

21

1

112 ⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛=

T

TTT a

atoto (3-83)

51

1

112 ⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛=

T

TTT a

atdtd (3-84)

a = 54 R + 0.07 R2 (3-85)

Page 65: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Dimana:

tn = t pada PUH a tahun yang dicari

tm = t pada PUH m tahun (menit)

an = konstanta pada persamaan talbott untuk PUH n tahun

am = konstanta pada persamaan talbott untuk PUH m tahun

R = tinggi hujan (mm/hari)

Indeks menunjukan PUH nya

3.4.4.6 Koefisien Pengaliran, C

Koefisien pengaliran diperoleh dari hasil perbandingan antar jumlah hujan yang

jatuh dengan yang mengalir sebagai limpasan dalam permukaan tanah tertentu. Harga

koefisien pengaliran dari berbagai tata guna lahan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel III.10 Harga Koefisien Pengaliran Untuk Berbagai Penggunaan Tanah

No Untuk Daerah / Permukaan C

1 Perdagangan

- Pusat kota, terbangun penuh pertokoan 0.70 – 0.95

- Sekeliling pusat kota 0.50 – 0.70

2 Pemukiman

- Keluarga tunggal 0.30 – 0.50

- Keluarga ganda (tidak kopel)/aneka ragam 0.40 – 0.60

- Keluarga ganda (kopel)/aneka ragam 0.60 – 0.75

- Pinggiran kota (suburban) 0.25 – 0.40

- Apartemen (rumah susun) 0.50 – 0.70

3 Industri

- Ringan 0.50 – 0.78

- Berat 0.60 – 0.90

4 Taman, kuburan, hutan lindung 0.10 – 0.30

5 Lapangan bermain 0.20 – 0.35

6 Pekarangan rel kereta api 0.20 – 0.40

7 Daerah tak terbangun 0.10 – 0.30

8 Jalan

Page 66: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

- Aspal 0.70 – 0.95

- Beton 0.80 – 0.95

- Bata 0.70 – 0.85

9 Halaman parkir dan pejalan kaki/trotoar 0.75 – 0.85

10 Atap 0.75 – 0.95

11 Pekarangan dengan tanah pasiran

- Datar 2 % 0.05 – 0.10

- Reratan (2 – 7) % 0.10 – 0.15

- Terjal 7 % 0.15 – 0.20

12 Pekarangan dengan tanah keras

- Datar 2 % 0.13 – 0.17

- Reratan (2 – 7) % 0.18 – 0.22

- Terjal 7 % 0.25 – 0.35

13 Tanah gundul 0.70 – 0.80

14 Lahan galian pasir 0.05 – 0.15

Sumber: Maduto, Darainase Perkotaan, Volume I, 1998

Persamaan pendekatan untuk mencarai harga koefisien pengaliran pada daerah

perumahan dengan kerapatan bangunan z rumah/ha adalah sebagai berikut:

C = (0.3 sampai 0.4) + 0.015z. (3-86)

Tabel III.11 Harga Kofisien Pengaliran Untuk Berbagai Penggunaan Tanah

No Tata Guna Lahan C

1 Urban 0.90 – 0.95

- Pusat perdagangan 0.80 – 0.90

- Industri

2 Permukiman

- Kepadatan rendah (20 rumah/ha) 0.25 – 0.40

- Kepadatan menengah (20-60 rumah/ha) 0.40 – 0.70

- Kepadatan tinggi (60-100 rumah/ha) 0.70 – 0.80

3 Taman dan daerah rekreasi 0.20 – 0.30

4 Rural

Page 67: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

- Kemiringan curam (>20 %) 0.50 – 0.60

- Kemiringan gelombang (<20 %) 0.40 – 0.50

- Kemiringan bertingkat 0.25 – 0.35

- Pertanian padi 0.45 – 0.55

Sumber: Liewelyn – Davies Kinhill, 1978

Pada suatu daerah dengan tata guna lahan yang berbeda-beda, besarnya koefisien

pengaliran ditetapkan dengan mengambil rata-rata berdasarkan bobot luas, sbb:

AiAiCi

Cr ∑=.

(3-87)

Dimana:

Cr = Harga rata-rata angka pengaliran

Ci = Koefisien pengaliran pada tiap-tiap daerah

Ai = luas pada masing-masing daerah (ha)

Menurut gambar, harga C berubah untuk setiap perubahan PUH. Perubahannya

dapat didekati dengan persamaan:

Untuk daerah normal :

2

112 )1(1

T

TTT I

ICC −−= (3-88)

Untuk daerah pasang surut (becek) :

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−−=

2

112 )1(1

T

TTT I

ICC (3-89)

Dimana:

CT1, CT2 = Harga C pada PUH T1 dan T2 berturutan

IT1, IT2 = Harga 1 pada PUH T1 dan T2 Berturutan

3.4.4.7 Intensitas Hujan

Intensitas hujan di Indonesia, dapat memicu pada pola grafik IDF (Intensity

Duration Frequency) dari Van Breen, yang dapat didekati dengan persamaan:

Page 68: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

T

TTT Rtc

RRI3,007,054 2

++

= (3-90)

Dimana:

IT = Intensitas hujan pada PUH T, dimana tc>te (mm/hr)

RT = tinggi hujan pada PUH T (mm/jam)

Jika tc>te, tc diganti dengan te

3.4.4.8 Luas Daerah Pengaliran (A)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam suatu luas daerah pengaliran adalah:

3. Tata guna lahan eksisting dan pengembangannya dimasa mendatang

4. Karakteristik tanah dan bangunan diatasnya

5. Kemiringan tanah dan bentuk daerah pengaliran

3.4.4.9 Pengaruh DPS Parsial

Modifikasi metode rasional berdasarkan asumsi bahwa hasil debit puncak dari

suatu hujan dengan durasi dimana seluruh DPS di atas titik profil saluran yang ditinjau

telah memberikan kontribusi. Makin jauh saluran, DPS nya bertambah, waktu konsentrasi

bertambah sehingga intensitas hujannya menurun (jika tc>te).

Pengaruh itu semua dapat mengakibatkan perbedaaan pada debit puncak yang

dihitung dengan asumsi bahwa seluruh DPS sudah memberikan kontribusi. Keadaan ini

disebut pengaruh DPS parsial dan harus dicek pada tempat-tempat sebagai berikut:

4. Pertemuan dua saluran

5. Keluaran dari DPS yang besar dengan waktu konsentrasi pendek.

6. Keluaran dari DPS yang kecil dengan waktu konsentrasi panjang.

Untuk pertemuan debit puncak akibat pengaruh DPS parsial ini, dipakai pedoman

sebagai berikut:

1. Jika kedua tc saluran < te, maka debit puncak saluran sama dengan jumlah debit

dari kedua saluran.

2. Jika tidak, harus dihitung dua kali dimana seluruh luas dengan tc terkecil dan tc

terbesar, harga terkecil digunakan untuk debit desain.

Page 69: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Perhitungan yang dilakukan untuk pedoman kedua adalah:

• Untuk tc terbesar, semua daerah memberikan kontribusi:

( ) tcterbesariiis ICACQ ∑= ..360

1 (3-91)

• Untuk tc terkecil, tidak semua DPS memberikan kontribusi:

( ) tcterkeciliiis ICACQ ∑= ..360

1 (3-92)

sedangkan faktor y adalah:

tdbesartdkecily = (3-93)

3.4.5 Kriteria Hidolis

3.4.5.1. Kapasitas Saluran (Q)

Untuk menghitung kapasitas saluran, dipergunakan persamaan kontinuitas dan

rumus manning:

Q = A.v (3-94)

Dimana:

Q = Debit pengaliran

v = Kecepatan rata-rata dalam saluran (m/dt)

A = Luas penampang basah (m2)

Page 70: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Gambar 2.2 Koefisien Limpasan untuk Daerah Rural

Sumber : Australian Rainfall and Run Off. Flood Analysis and Desaign, 1977.

Page 71: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Gambar 2.3 Koefisien Limpasan untuk Daerah Urban

Sumber : Australian Rainfall and Run Off. Flood Analysis and Desaign, 1977.

Page 72: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

3.4.5.2 Kecepatan Aliran (v)

Penentuan kecepatan aliran air didalam saluran yang direncanakan didasarkan pada

kecepatan minimum yang diperbolehkan agar kontruksi saluran tetap aman. Persamaan

Manning:

32

321 SR

nv = (3-95)

Dimana:

v = Kecepatan aliran

n = Koefisien kekasaran manning

R = Jari-jari hidrolis

S = Kemiringan memanjang saluran

Harga n Manning tergantung hanya pada kekasaran sisi dan dasar saluran. Tabel-

tabel berikut menyajikan beberapa harga n Manning yang diperoleh dari berbagai sumber,

sebagai bahan perbandingan.

Tabel III.12 Harga n Persamaan Manning

Jenis Saluran Bagus

Sekali Bagus Cukup Jelek

Saluran Buatan

1. Saluran tanah, lurus teratur 0.017 0.020 0.023 0.025

2. Saluran tanah, digali alat besar 0.023 0.028 0.030 0.040

3. Seperti 1, tetapi dibatuan 0.023 0.030 0.030 0.035

4. Seperti 3, tidak lurus, tak teratur 0.035 0.040 0.045 -

5. Seperti 4, dengan ledakan, sisi vegetasi 0.025 0.030 0.035 0.040

6. Dasar tanah, sisi batu belah 0.028 0.030 0.033 0.035

7. Saluran berbelok-belok, v rendah 0.020 0.025 0.028 0.030

Saluran Alami

1. Bersih, lurus, tanpa onggokan pasir dan

tanpa lubang

0.025 0.028 0.030 0.033

2. Seperti 1, sedikit vegetasi dan kerikil 0.030 0.033 0.035 0.040

3. Belok-belok, bersih, sedikit onggokan pasir

dan lubang

0.033 0.040 0.040 0.045

Page 73: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

4. Seperti 3, dangkal, kurang teratur 0.040 0.045 0.040 0.055

5. Seperti 3, sedikit vegetasi dan batu 0.035 0.040 0.045 0.050

6. Seperti 4, sedikit ada penampang batuan 0.045 0.050 0.055 0.060

7. Lambat, banyak vegetasi dan lubang dalam 0.050 0.060 0.070 0.080

8. Banyak vegetasi tinggi dan lebat 0.075 0.100 0.125 0.150

Saluran Pasangan

1. Pasangan batu kosong 0.025 0.030 0.033 0.035

2. Seperti 1, dengan adukan 0.017 0.020 0.025 0.030

3. Beton tumbuk 0.014 0.016 0.019 0.021

4. Beton, sangat halus 0.010 0.011 0.012 0.013

5. Beton biasa, cetakan baja 0.013 0.014 0.014 0.015

6. Seperti 5, cetakan kayu 0.015 0.016 0.016 0.018

Sumber: Kinori B.Z., “Manual Of Surface Drainage Engineering”, vol I, 1970.

Tabel III.13 Harga n Manning yang dianjurkan dalam saluran drainase

No Jenis Saluran dan Keterangannya Min Normal Maks

1 Polongan aliran setengah penuh

Gorong-gorong beton, lurus, bebas sampah 0.010 0.011 0.013

Gorong-gorong beton, dengan belokan, ada

sampah

0.011 0.013 0.014

2. Saluran berlapisan

Bagian dasar pracetak, dinding sisi beton 0.013 0.015 0.017

Dasar beton, dinding sisi pasangan batu 0.017 0.020 0.024

Dasar tanah, dinding sisi batu kosong 0.020 0.023 0.026

3. Saluran alami

Bersih, lurus, tebing gebalan rumput 0.025 0.030 0.035

Sedikit rumput liar dan batu 0.030 0.035 0.040

4. Lapisan vegetasi 0.030 0.035 0.050

Sumber: Moduto, Darinase Perkotaan, Volume I, 1998.

Page 74: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel III.14 Harga n Manning untuk saluran alami atau sungai

Jenis Peruntukan dan Keterangan Rentang harga n

A. Saluran minor (lebar muka air banjir < 30m)

1. Cukup teratur

a. Sedikit rumput/liar, sedikit/tanpa semak 0.030-0.035

b. Rumput liar lebat, dair < hrumput 0.035-0.050

2. Tak teratur, berlubang , sedikit meander

a. Sedikit rumput/liar, sedikit/tanpa semak 0.040-0.055

b. Rumput liar lebat, dair < hrumput 0.050-0.070

3. Saluran bukit, tanpa vegetasi, tebing terjal , pohon dan

semak sepanjang tebing tenggelam selama banjir besar

a. Dasar kerikil, batu dan sedikit batu besar 0.040-0.050

b. Dasar batu dengan banyak batu besar 0.050-0.070

B. Bantaran banjir (dekat saluran alami)

1. Padang rumput, tanpa semak:

a. Rumput pendek 0.030-0.035

b. Rumput Tinggi 0.035-0.050

2. Daerah Bercocok tanam 0.035-0.045

3. Rumput liar lebat, semak menyebar 0.050-0.070

4. Semak dan pepohonan kecil 0.060-0.080

5. Vegetasi medium sampai lebat 0.100-0.120

6. Lahan bersih dengantunggul pohon (250-625 bt/ha)

a. Tanpa anak-anak pohon 0.040-0.050

b. Dengan anak pohon lebat 0.060-0.080

7. Tonggak kayu lebat, sedikit tumbang /tumbuh 0.100-0.120

C. Saluran mayor (Bair banjir > 30 m), teratur, bersih 0.028-0.330

Sumber: Moduto, Drainase Perkotaan, Volume I, 1998.

Untuk mendesain dimensi saluran tanpa perkerasan, dipakai harga n Manning

normal atau maksimum, sedangkan harga n Manning minimum hanya dipakai untuk

pengecekan bagian saluran yang mudah terkea gerusan.

Page 75: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Jika kedalaman satu lajur saluran berubah, maka harga koefisien kekasaran

Manning reratanya, n harus dicari dengan persamaan:

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛=

i

ii

rr

nRP

PPn

35

35

(3-96)

Dimana:

nr = Harga rerata sepanjang saluran

Pr = Harga keliling basah rerata sepanjang saluran (m)

r = Harga jari-jari hidrolis rerata sepanjang saluran (m)

Pi = Harga keliling basah setiap bagian i saluran (m)

Ni = Harga n setiap bagian i saluran

1. Persamaan Chezy

V = C (RS)1/2 (3-97)

Dimana :

v = Kecepatan Aliran (m/dt)

C = Koefisien Chezy

R = Jari-jari hidrolis (m)

S = Kemiringan saluran (m/m)

Dalam persamaan Chezy , koefisien C dipengaruhi oleh jari-jari hidrolis, kekasaran

dinding-dinding sisi dan dasar saluran. Harga C sebagai fungsi dari kekasaran dan jari-jari

hidrolis adalah:

a. Jika dibandingkan dengan persamaan Manning

C = 611 R

n (3-98)

b. Persamaan Ganguilet – Kutter

C = 21

/)/00155.023(1

/00155.0/123

RnS

Sn

++

++ (3-99)

Page 76: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Persamaan ini dinilai kurang teliti, namun dalam beberapa hal dapat memberikan hasil

yang memadai, yaitu jika dipakai dalam perhitungan saluran alami.

c. Persamaan Bazin

C = 21

21

87

R

R

+τ (3-100)

Harga-harga τ untuk berbagai jenis saluran dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel III.15 Harga τ Bazin untuk berbagai saluran

Jenis Saluran Keadaan

Baik

Sekali Baik Cukup Jelek

Saluran Buatan

1. Saluran tanah, lurus, teratur 0.50 0.70 0.88 1.05

2. Saluran tanah ada vegetasi dan batu dll 1.05 1.38 1.75 2.10

3. Saluran kerukan dibebatuan 1.38 1.75 2.05 2.30

Saluran Alami

1. Saluran terpelihara baik 1.05 1.38 1.75 2.10

2. Saluran ada vegetasi, batu, dll 1.75 2.40 3.50 4.85

Saluran Pasangan

1.Pasangan beton, permukaan disemen halus - 0.055 0.14 0.22

2. Pasangan kayu atau pasangan batu halus 0.055 0.22 0.275 0.33

3. Pasangan batu adukan semen, potongan kasar 0.50 0.69 1.05 1.38

4. Pasangan batu kosong, potongan kasar 1.05 1.38 1.60 1.75

Sumber : Kinori B.Z, Manual of Surface Drainage Engineering, 1970

Persamaan Manning dianjurkan dipakai untuk tipe saluran buatan, baik yang

diperkeras ataupun tidak. Sebelum persamaan manning ini ditetapkan, biasanya dicari

kecepatan rerata dengan cara dicoba-coba (trial error). Pendekatan kecepatan aliran rerata

dalam saluran, vd, untuk trial dan error, dapat dilihat pada tabel II.16 dan tabel II.17

Page 77: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel III.16 Pendekatan kecepatan trial berdasarkan kemiringan.

Sumber : Moduto, Drainase Perkotaan, Volume I, 1998

Tabel III.17 Pendekatan kecepatan setempat, vt trial berdasarkan debit puncak.

Sumber : Moduto, Drainase Perkotaan, Volume I, 1998

Kecepatan setempat pada tabel harus dikalikan dengan k (angka Kennedy), yang

besarnya tergantung kekasaran dan geometri saluran dimana :

1. saluran alami : k = 0.4 – 0.6

2. saluran lining : k = 0.8 – 1.0

Harga k tersebut juga belum terdapat karena masih ada pengaruh slope saluran.

Sedangkan batasan kecepatan yang umum dipakai suatu kota untuk perencanaandimensi

salurannya agar tercapai self cleansing velocity tetapi tidak terjadi penggerusan pada

saluran adalah diantara 0.6 – 3 m/s.

Harga kecepatan untuk kedalaman lebih besar dari 1 m dapat diperbesar dengan

faktor koreksi, sedangkan bila terjadi belokan harus diperkecil. Untuk kedalaman yang

lebih kecil dari satu meter harus diperkecil

Kecepatan setempat, vt (m/s)≤ 10 0.60 – 0.90

1 – 10 0.90 – 1.5010 – 20 1.50 – 1.6020 – 30 1.60 – 1.7030 – 40 1.70 – 1.8040 – 50 1.80 – 1.9050 – 60 1.90 – 2.0060 – 70 2.00 – 2.10

70 – 100 2.10 – 2.20100 – 150 2.20 – 2.30150 – 200 2.30 – 2.40200 – 300 2.40 – 2.50300 – 400 2.50 – 2.60

Debit aliran, Qp (M3/dt)

Kemiringan saluran rerata (%) Kecepatan rerata, vd (m/s)1 – 2 0.62 – 4 0.94 – 6 1.2

6 – 10 1.510 – 15 2.4

Page 78: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel III.18. Faktor koreksi dari kecepatan maksimum yang diperbolehkan untuk

berbagai kedalaman air.

Sumber: BZ. Kinori, Manual of Source Drainage Ebgineering, 1970

Tabel III.19. Faktor koreksi untuk kecepatan saluran yang diizinkan untuk saluran

lengkung

Sumber : BZ. Kinori, Manual of Source Drainage Engineering, 1970

3.4.5.3 Kemiringan saluran dan talud saluran

Kemiringan saluran direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan

pengaliran secara gravitasi dengan batas keceparan maksimum tidak boleh terjadi

penggerusan dasar saluran dan pada kecepatan minimmum tidak boleh terjadi

pengendapan.

Kemiringan dinding saluran utama tergantug pada jenis bahannya. Tetapi untuk

saluran yang peka terhadap erosi, penentuan kemiringan yang lebih teliti perlu dicocokan

dengan kecepatan maksimum yang diizinkan agar tidak terjadi penggerusan dinding

saluran. Kemiringan dinding saluran yang dapat dipakai untuk berbagai jenis bahan dapat

dilihat pada tabel III.20

Kedalaman Air (m) Faktor Koreksi0.30 0.800.50 0.900.75 0.951.00 1.000.50 1.102.00 1.152.50 1.203.00 1.25

Saluran Faktor KoreksiLurus 1

0.950.870.780.57

Sedikit berbelok α<22.5 °Berbelok sedang 22.5°<α<60°Berbelok besar sekali 60°<α<80°Berbelok hampir siku 80°<α<90°

Page 79: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel III.20. Kemiringan dinding saluran yang dianjurkan sesuai bahan yang

digunakan.

Sumber : Ven Te Chow, Hidrolika Saluran Terbuka, 1970

3.4.5.4. Penampang Saluran

Faktor-faktor yang diperlu dipertimbangkan dalam pemilian bentuk saluran adalah:

a) Tatagunalahan yang akan berpengaruh tehadap ketersediaan tanah.

b) Kemampuan pengaliran dengan memperhatikan bahan saluran.

c) Kemudahan pembuatan dan pemeliharaan.

Adapun bentuk-bentuk penampang saluran yang biasa diterapkan adalah :

a) Trapesium

Fungsinya untuk menyalurkan limbah air hujan dengan debit besar yang sifat

alirannya terus menerus dengan fluktuasi kecil.

b) Segiempat

Berfungsi untuk menyalurkan limpasan air hujan dengan debit besar yang sifat

alirannya menerus dengan fluktuasi kecil.

c) Setengah lingkaran

Berfungsi untuk menyalurkan air hujan dengan debit yang kecil.

d) Segitiga

Berfungsi untuk menyalurkan air hujan dengan debit kecil juga banyak

mengandung endapan.

e) Lain-lain

Bentuk- bentuk saluran drainase yang tidak umum dipergunakan engan alasan

faktor teknis dan ekonomi yang bulat lingkaran, bulat telur, elips, tapal kuda, tapal kuda

kombinasi dengan segi empat, tapal kuda kombinasi dengan setengah lingkaran, tapal kuda

kombinasi dengan segitiga.

Bahan Kemiringan dindingBatu Hampir tegak lurusTanah gambut (peat), rawang (muck) ¼ : 1Lempung teguh atau tanah berlapis beton ¼ : 1- 1:1Tanah berlapis batu atau tanah bagi saluran yang lebar 1:1Lampung kaku atau parit tanah ½ : 1Tanah berpasir lepas 2:1Lempung berpasir atau lempung berpori 3:1

Page 80: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Bila saluran dengan kekasaran n, kemiringan S, dan luas peampang basah tertentu

mencapai debit maksimum, maka agar daya angkut aliran maksimal tercapai, penampang

basah itu harus memiliki bentuk dengan jari-jari hidrolis maksimum pula. Bentuk

penampang yang seperti ini disebut penampang/profil hidrolis umum (PHO). Pada tabel

III.21 dapat dilihat jenis-jenis penampang dengan besaran-besaran hidrolis optimumnya.

Tabel III.21. Besar-besaran penampang hidrolis optimum

Sumber : Ven Te Chow, Hidrolika saluran terbuka, 1970

Sedangkan untuk trapesium dan segiempat, hubungan antar parameter dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel III.22. Hubungan dimensi penampang saluran

Sumber : Kinoro BZ, Manual of Source Drainage Engineering

Dimana:

A = Luas penampang (m)

B = Lebar permukaan (m)

d = Lebar dasar saluran (m)

P = Keliling basah

R = Jari-jari hidrolis

No. Penampang A P R B D1 Trapesium setengah heksagon (1/2)d (3/4)d2 Empat persegi panjang setengah bujur sangkar 4d (1/2)d 2d d3 Segitiga setengah bujur sangkar 2d√3 2d (1/2)d4 Setengah lingkarn Π (1/2)d 2d Π

D2√3 2d√3 (4/3)d√32d2

d2 (1/4)d√2 (1/2)πd2

M b/d ∫d = d/√A ∫ b = b/√A ∫B = B/√A ∫a = a/√A ∫ p = p/√A ∫R = R/√A aº0.00 2.0000 0.7071 1.4142 1.4142 0.7071 2.8284 0.35 90.000.50 1.2361 0.7590 0.9362 1.6972 0.8486 2.6352 0.38 63.500.51 1.1521 0.7598 0.8547 1.7567 0.8784 2.6321 0.38 60.001.00 0.8284 0.7396 0.6127 2.0919 1.0460 2.7044 0.37 45.001.25 0.7016 0.7158 0.5022 2.2917 1.1459 2.7939 0.36 38.601.50 0.6056 0.6891 0.4173 2.4846 1.2423 2.9021 0.34 33.501.75 0.5309 0.6621 0.3515 2.6689 1.3345 3.0206 0.33 30.002.00 0.4721 0.6361 0.3003 2.8444 1.4222 3.1446 0.32 26.502.50 0.3852 0.5887 0.2268 3.1702 1.5851 3.3971 0.29 21.803.00 0.3246 0.5485 0.1780 3.4690 1.7345 3.6467 0.27 18.404.00 0.2462 0.4853 0.1195 4.0019 2.0010 4.1213 0.24 14.005.00 0.1979 0.4386 0.0868 4.4728 2.2364 4.5597 0.22 11.306.00 0.1654 0.4027 0.0666 4.8990 2.4495 4.9961 0.20 9.50

Page 81: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

3.4.5.5 Ambang Bebas

Ambang bebas adalah jarak vertikal dari pucak saluran ke permukaan air pada

kondisi rencana. Ambang bebas merupakan jagaan untuk mencegah meluapnya air ke tepi

saluran. Ketinggian ambang bebas (f) ini dapat dicari dengan rumus berikut:

f = √Cfd (3-101)

dimana :

d = ketinggian muka air (m)

Cf = koefisien ambang bebas (lihat tabel III.23)

Tabel III.23. Harga CF untuk suatu rentang debit

Sumber : Moduto, Drainase Perkotaan, 1998

3.4.6. Perlengkapan Saluran

Perlengkapan saluran merupakan sarana pelengkap yang dapat menunjang kinerja

penyaluran air hujan. Pada umumnya perlengkapan saluran pada sistem penyaluran air

hujan terdiri dari:

1. Street inlet

Street inlet merupakan lubang/buangan disisi-sisi jalan yang berfungsi untuk

menampung dan menyalurkan limpasan air hujan yang berada disepanjang jalan menuju

kedalam saluran. Pada jenis penggunaan saluran terbuka tidak diperlukan street inlet

karena ambang saluran yang ada merupakan bukaan bebas (kecuali untuk jalan dengan

trotar jalan terbangun).

Peletakan street inlet mempunyai ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

• Diletakan pada tempat yang tidak memberikan gangguan terhadap lalulintas jalan

maupun pejalan kaki.

• Ditempatkan pada daerah yang rendah dimana limpasan air hujan menuju ke arah

tersebut.

• Air yang masuk street inlet harus secepatnya menuju ke dalam saluran.

• Jumlah street inlet harus cukup untuk menangkap limpasan air hujan pada jalan yang

bersangutan, dengan rumus:

Debit, Q (m3/dt) Cf0.14

0.14 – 0.22Q>8 0.23 – 0.25

Q ≤ 0.60.6<Q≤8

Page 82: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

D : (280 √S )/W (3-102)

Dimana :

D : Jarak antar street inlet (m) : D ≤ 50 m

S : Kemiringan (%)

W : Lebar jalan (m)

a. Gutter Inlet

Gutter inlet adalah bukaan horisontal dimana air jatuh ke dalamnya. Kapasitas gutter inlet

dapat dihitung dengan menggunakan modifikasi persamaan Manning untuk aliran dalam

salurn yang sangat dangkal, yaitu :

Q = 0.56 (z/n) S0.5 d8/3 (3-103)

Dimana :

Q = kapasitas gutter inlet (m3/dt)

z = kemiringan potongan melintang jalan (m/m

n = koefisien kekasaran manning = 0.016

S = kemiringan longitudinal gutter (m/m)

D = kedalam aliran didalam gutter

b. Curb Inlet

Curb inlet adalah bukaan vertikal dimana air masuk kedalamnya. Kapasitas curb inlet

dapat dihitung dengan rumus empiris sebagai berikut :

british unit

Q/L = 0.2gd 3/2 (3-104)

metric unit

Q/L =0.3 gd 3/2 (3-105)

Dimana :

Q = Kapasitas curb inlet (cfs, m3/dt)

L = Lebar buakaan curb (ft, m)

g = Gravitasi (m3/dt)

d = Kedalama total air dalam gutter (ft, m)

Page 83: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tinggi air pada permukaan jalan dekat gutter/curb dapat didekati dengan rumus :

d = 0.0474 (DI)0.5/S0.2 (3-106)

dimana :

d = Kedalam air (mm) pada lebar ¼ lebar jalan

D = Jarak antara street inlet

I = Intensitas hujan (mm/jam)

S = Kemiringan jalan

Dalam perencanaan, kapasitas gutter maupun curb inlet harus diturunkan (10-30) %

untuk memperhitungkan gangguan penyumbatan, dimana penurunan ini tergantung pada

kondisi jalan serta tipe inlet seperti pada tabel berikut :

Tabel III.24. Faktor reduksi dalam penentuan kapasitas inlet

Sumber : BUDSP, Drainage Desaign for Bandung, 1970

2. Bangunan Terjunan

Bangunan terjunan diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam dari

pada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Selain itu bangunan ini berfungsi

untuk mencegah terjadinya penggerusan pada badan saluran akibat kecepatan dalam

saluran telah melebihi kecepatan maksimum yang diijinkan.

Bangunan ini mempuyai empat bagian fungsional yang masing-masing mempunyai

sifat perencanaan yang khas. Keempat bagian tersebut adalah:

• Bagian hulu pengontrol, yaitu bagian dimana aliran menjadi superkritis.

• Bagian dimana air dialirkan ke elevasi yang lebih rendah.

• Bagian tepat disebelah hilir potongan U, yaitu tempat energi diredam.

• Bagian peralihan saluran memerlukan lindungan untuk mencegah erosi.

a) Bagian Pengontrol

Pada bagian pertama dari bangunan ini, aliran di atas ambang dikontrol. Hubungan

tinggi energi yang memakai ambang sebagai acuan dengan debit pada pengontrol ini

Kondisi jalan Tipe inlet Persentase dari kapasitas teoritis yang diijinkanSump Curb 80%

Continous grade Curb 80%Continous grade Deflactor 75%

Page 84: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

bergantung pada ketinggian ambang, potongan memanjang mercu bangunan, kedalam

bagian pengontrol yang tegak lurus terhadap aliran, dan lebar bagian pengontrol ini.

Bangunan-bangunan pengontrol yang mungkin adalah alat ukur ambang lebar atau flum

leher panjang.

b) Terjunan Tegak

Pada terjunan tegak ini air akan mengalami jatuh bebas pada pelimpah terjunan

kemudian akan terbentuk suatu loncatan hidrolis pada hilir.

Untuk Q < 2.5 m3 / dt, tinggi terjun maksimum adalah 1.5 m

Untuk Q > 2.5 m3 / dt, tinggi terjun maksimum adalah 2.5 m

untuk menentukan terjunan tegak digunakan rumus :

Yc = 2/3 h (3-107)

Q = bq (3-108)

q = Yc√Yc.g (3-109)

D = Yc / h (3-110)

Y1 = 0.54 HD0.425 (3-111)

Y2 = 1.66 HD 0.27 (3-112)

Yp = HD0.22 (3-113)

4Ld = 4.3 HD0.22 (3-114)

Lj = 6.9 (Y2 – Y1) (3-115)

Lt = Ld + Lj (3-116)

Dimana :

Yc = Kedalaman air kritis (m)

h = Kedalaman air normal (m)

Q = Debit aliran (m3/dt)

b = Lebar saluran

q = Debit persatuan lebar ambang

g = Gaya gravitsi

Y1 = Kedalaman sebelum terjadi lompatan (m)

Y2 = Kedalaman setelah terjadi lompatan (m)

Yp = Kedalaman terjunan

Page 85: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Ld = Panjang terjunan

Lj = Panjang lompatan air (m)

Lt = Panjang total

c) Terjunan Miring

Terjunan miring dipakai untuk tinggi terjun > 2 m. Mulai dari awal terjunan

iringnya airya mendapat tambahan kecepatan sehingga sepanjang terjunan miring tersebut

berangsur-angsur terjadi penurunan muka air. Supaya perubahan kecepatan air dari

kecepatan normal ke kecapatan maksimum berjalan secara teratur dan tidak secara

mendadak, dibuat suatu bagian peralihan. Tipe yang sering digunakan adalah tipe vlughter.

H = h1 + (v2/2g) (3-117)

h2 = 2/3 h1 (3-118)

S = CH (H/z) (3-119)

dimana :

C = 0.40

untuk 1/3 < z/H < 4/3, maka D = 0.60 H +1.1 z........ (3-120)

a = 0.2 H H/z ............. (3-121)

untuk 4/3 < z/H < maka D = H + 1.1z ............... (3-122)

a = 0.15 H H/z ........... (3-123)

H = Tinggi energi (m)

h1 = Kedalaman air di hilir

h2 = Kedalaman kritis (m)

s = Ketinggian air pada bagian yang miring (m)

z = Beda tinggi air sebelum dan sesudah terjunan (m)

d) gorong-gorong

Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air melewati

bawah jalan air lainnya, bawah jalan, atau jalan kereta api.

Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil dari pada luas basah

saluran hulu maupun hilir. Sebagian dari potongan melintang mungkin berada di atas muka

air dalam hal ini gorong-gorong berfungsi sebagai saluran terbuka dengan aliran bebas.

Page 86: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Pada gorong-gorong aliran bebas, benda-benda yang hanyut dapat lewat dengan mudah,

tetapi biaya pembuatannya umunyan lebih mahal dibandng gorong-gorong tenggelam.

Untuk maksud pemeliharaan dimana gorong-gorong harus terbebas dari endapan lumpur,

dengan batasan kecepatan dalam gorong-gorong harus lebih besar atau sama dengan

kecepatan self cleansing. Kehilangan tekanan oleh pengaliran di dalam gorong-gorong

dapat dihitung dengan persamaan :

Δ h = (V2/2g) (1+a+b (lр/4A)) (3-124)

dimana :

Δ h = Perbedaan tinggi muka air di muka dan di belakang gorong-

gorong (m)

v = Kecepatan air dalam gorong-gorong (m/dt)

g = Gaya gravitasi (m/dt2)

l = Panjang gorong-gorong

p = Keliling basah gorong-gorong

A = Luas penampang basah gorong-gorong

a = Koefisien kontraksi pada perlengkapan gorong-gorong.

a = (1/μ) – 1 (3-125)

μ = 0.8 – 0.83

b = Koefisien dinding pada gorong-gorong, untuk gorong-gorong bulat.

Untuk gorong-gorong bulat :

b = 1.5 (0.01989 + (0.0005078/d))

Untuk gorong-gorong segi empat :

b = 1.5 (0.01989 + (0.0005078/4R))

e) Perubahan saluran

Apabila dalam perencanaan saluran terjadi perubahan bentuk atau luas potongan

melintang, maka diperlukan bangunan transisi yang berfungsi untuk melindungi saluran

dari kerusakan yang mungkin timbul akibat perubahan tersebut. Struktur pelindung

Page 87: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

tersebut berupa head wall yang lurus atau setengah lingkaran dengan besar sudut

perubahan saluran 12.5° dari sisi saluran.

Akibat perubahan sudut aliran pada bangunan ini terjadi kehilangan energi yang

besarnya tergantung pada perubahan kecepatan dan bentuk dinding pada bangunan

tersebut.

Kehilangan energi dapat dihitung dengan persamaan :

ht = (1+C2 ) h2 (3-126)

Dimana :

ht = Kehilangan tekanan melalui bangunan transisi (m)

hv = Perubahan tinggi kecepatan (m)

Ck = Koefisien yang besarnya tergantung pada macam perubahan,

yaitu :

Dari saluran besar ke saluran kecil :

− untuk dinding lurus : Ck = 0.3

− untuk dinding seperempat : Ck = 0.15

Dari saluran kecil ke saluran besar :

− untuk dinding lurus : Ck = 0.5

− untuk dinding seperampat lingkaran : Ck = 0.25

f) Pertemuan Saluran

Pertemuan saluran atau junction adalah pertemuan dua saluran atau lebih dari arah

yang berbeda pada suatu titik. Pada kenyataanya pertemuan saluran ini mempunyai

ketinggian dasar saluran yang tidak selalu sama, sehingga kehilangan tekanan sulit untuk

diperhitungkan

Dalam perencanaan ini, pertemuan saluran diusahakan mempuyai ketinggian yang

sama untuk mengurangi konstruksi yang berlebihan yaitu dengan jalan optimasi kecepatan

untuk menghasilkan kemiringan saluran yang diinginkan.

Untuk mengurangi kehilangan tekanan yang teralu besar dan untuk keamanan

konstruksi, maka dinding pertemuan dibuat tidak bersudut atau lengkung serta diperhalus.

Page 88: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

g) Belokan

Kesulitan dalam merancang belokan, seringkali ditimbulkan oleh kompleksitas

aliran sekitar belokan tersebut.

Kehilangan tekanan akibat belokan dihitung dengan persamaan

h3 = kb (v 2/2g) (3-127)

Dimana :

hb = Kehilangan tekanan akibat belokan

v = Kecepatan aliran

kb = Koefisien belokan

untuk belokan 90° : kb = 0.4

untuk belokan 45° : kb = 0.32

(ASCE dalam buku Design and Construction of sanitary )

h) Pintu air

Pintu air klep merupakan bagian penunjang sistem drainase didaerah pedataran.

Pintu air difungsikan terutama pada saat terjadi hujan dan pasang baik. Hal ini dilakukan

guna mencegah aliran balik (backwater) akibat banjir makro, sehingga tidak menggangu

kelancaran air keluar dari daerah perencanaan yang dapat menyebabkan banjir mikro. Pintu

air biasanya diletakan pada lokasi outfall di tepi sungai dan pada tepi dimana akumulasi air

dalam saluran drainasekota menuju muara tinggi.

i) Bangunanan pembuangan

Bangunan pembuangan atau outfall merupakan ujung saluran yang ditempatkan

pada sungai atau badan air penerima lainnya. Strukutur outfall ini hampir sama dengan

struktur bangunan terjunan karena biasanya titik ujung saluran terletak pada elevasi yang

lebih tinggi dari permukaan badan air penerima, sehingga dalam perencanaan outfall ini

merupakan bangunan terjunan. Untuk menghitung dimensinya digunakan persamaan

kontinuitas dan persamaan Manning. Kecepatan aliran dapat direncankan antara 6 sampai

10 m/dt. Lebar mulut peralihan dapat dihitung dengan persamaan :

Q = 0.35 b(h+(v2 /2g) ) 2g √(h+(v2/2g) (3-128)

Page 89: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

V adalah kecepatan aliran pada saluran, sedangkan kecepatan aliran pada awal

bagian peralihan (v1) dihitung dengan persaman :

Q = A v1 (3-129)

A = b (2/3 h) (3-130)

Sedangkan panjang bagian peralihan dihitung dengan persamaan:

L = H/S (3-131)

v2 – v1 = m √2gH (3-132)

Dimana :

H = Perbedaan tinggi profil awal dan akhir dari bagian peralihan.

S = Kemiringan saluran(%)

v2 = Kecepatan aliran pada bagian normal (m/dt)

v1 = Kecepatan aliran pada bagian normal (m/dt)

Page 90: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

BAB IV

METODE PERENCANAAN

4.1 Metode Analisis GIS untuk Identifikasi Daerah Banjir dan Penentuan Lokasi

Kolam Penahan Hujan

Gambar 4.1. Diagram Alir Analisis GIS untuk Identifikasi Daerah Banjir dan

Penentuan Lokasi Kolam Penahan Hujan.

Peta Kemampuan

Tanah (1 : 12500)

Solum Tanah

Tekstur Tanah

Mozaik +

Koreksi Geometrik

Rata-rata Curah Hujan Bulan Basah

Data Curah Hujan

Daerah Aliran Sungai

GRID / TIN

Peta RBI (1 : 25000)

Image DigitalGlobe GoogleEarthWinPro

Citra Terkoreksi Geometrik

Peta Penggunaan Lahan

(1:12500)

Koefisisen Limpasan

Permukaan Kemiringan

LerengAspek

Analisi Inflow

1) Daerah Potensi Genangan 2) Model 3D Banjir Panjatan 3) Peta Banjir 4) Rekomendasi Lokasi Kolam

Penahan Hujan 5)

Surface

Peta Jaringan Drainase & Irigasi

Eksisting

Page 91: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

4.2. Metodelogi Perencanaan Jaringan Sistem Drainase.

Gambar 4.2. Diagram Alir Analisis Hidrologi Untuk Perencanaan Drainase

Pengumpulan Data Survey Lapangan Pengumpulan data primer Pengumpulan data sekunder

Analisa Data 1. Analisa Hidrologi 2. Alternatif Sistem

Drainase

Dasar-Dasar Perencanaan dan Kriteria Desain

Diskusi

Laporan Akhir

Perencanaan Teknis 1. Dimensi saluran 2. Dimensi Bangunan pelengkap 3. Menentukan RAB 4. Desain dan detail Gambar

Page 92: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Gambar 4.3. Diagram Alir Analisis Hidrologi Untuk Perencanaan Drainase

Data Curah Hujan Maksimum

Tes Konsistensi

Tes Homogenitas

Metode Gumbel

Metode Log Pearson Metode Iwai Kadoya

Pemilihan Metode (chi kuadrat)

Metode Van Breen Metode Hasper

Weduwen Metode Bell Tanimoto

Metode Talbot Metode Sherman Metode Ishiguro

Pemilihan Metode (kuadrat terkecil)

Persamaan Intensitas Hujan

Page 93: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Gambar 4.4. Diagram Alir Perencanaan Teknis Desain Drainase.

Debit Limpasan Banjir

(Q)

Dimensi Saluran: Kedalaman Saluran (y) Lebar Dasar Saluran (b) Lebar Permukaan (T) Keliling Basah (P) Jari-jari Hidrolis (R) Kecepatan Aliran (V)

Daerah Fokus Perencanaan

Koefisien Limpasan

(C)

Koefisien Limpasan Gabungan

(C gab)

Luas Tiap Penggunaan Lahan

- Panjang Saluran (Lda) - Kemiringan Saluran (Sd) - Kecepatan Asumsi (Vas)

Luas Daerah Tangkapan

(A)

Periode Ulang Hujan (PUH)

Tinggi Hujan (R)

- Panjang Limpasan (Lo) - Kemiringan Limpasan (So)- Kekasaran Manning (n)

Waktu Limpasan Awal (to)

Waktu Mengalir Dalam Saluran

(td)

Waktu Konsentrasi

(tc)

Intensitas Hujan Terencana

(Pers.I)

Jenis Saluran

Page 94: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

4.2. Penjelasan dan Uraian Metodelogi Perencanaan

4.2.1 Tahapan Pengumpulan Data

4.2.1.1. Survey Lapangan

Peninjauan langsung ke lapangan dengan tujuan mengetahui kondisi

terkini dari daerah penelitian.

4.2.1.2. Pengumpulan Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan, data tersebut

antara lain adalah :

d) Melakukan pendataan langsung lokasi koordinat stasiun curah hujan, untuk

selanjutnya diketahui pada stasiun mana yang berpengaruh terhadap daerah

perencanaan.

e) Mengetahui kondisi daerah perencanaan.

f) Mengetahui kondisi badan air penerima.

4.2.1.3. Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder diperoleh dari instansi setempat dan jaringan internet

yang berkenaan langsung dengan tugas akhir seperti :

6. Data curah hujan dari BMG dan Dinas Pengairan Kulonprogo.

7. Peta Kemampuan Tanah, Peta Jaringan Drainase dan Irigasi, Peta Geologi.

8. Citra satelit yang memvisualisasikan daerah penelitian.

9. Data penunjang lainnya seperti jaringan jalan dari dinas PU setempat.

4.2.2. GIS Untuk Menentukan Daerah Potensi Banjir.

4.2.2.1. Spatial Analyst – Surface creation

6. Melakukan ekstraksi informasi ketinggian dari Peta RBI Skala 1 : 25.000, yaitu garis

kontur dan titik ketinggian (titik elevasi). Menggunakan teknik digitizing on screen,

garis kontur dan titik tinggi diubah formatnya dari analog menjadi digital.

7. Garis kontur dan titik tinggi yang sudah memiliki nilai attribut tinggi yang

mempresentasikan daerah penelitian di konfersikan dan di interpolasikan kedalam

bentuk raster (raster calculation) atau di sebut GRID. Selain itu juga untuk garis

Page 95: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

kontur dan titik ketinggian di konversikan dan di interpolasikan menjadi TIN

(Triangulated Irregular Network) untuk alternatif metode pembuatan rupa bumi.

8. Pembuatan garis kontur yang lebih rapat. Menggunakan bantuan titik tinggi yang juga

terdapat dalam peta RBI skala 1 : 25000 yang sudah brupa GRID / TIN nilai-nilai

ketinggian di interpolasikan kembali untuk mendapatkan garis kontur yang lebih rapat.

Untuk penelitian ini kontur interval digunakan sebesar 1 M.

9. Untuk mendapatkan aspek kelerengan yang berkaitan dengan arah lereng, kembali di

ekstraksi dari teknik 3D analyst TIN daerah penelitian, begitu juga untuk

mendapatkan besarnya kemiringan lereng daerah penelitian.

4.2.2.2. Pembuatan Peta Penggunaan Lahan.

7. Sumber data yang digunakan adalah image Digital Globe-GoogleEathWinPro 2007

dengan harapan dapat lebih up to date dalam manghasilkan informasi tata ruang.

8. Mengunakan Screen Capture yang terdapat dalam perangkat lunak

GoogleEarthWinPro, diperoleh bentuk citra dari daerah penelitian.

9. Mozaiking dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Gimp portable .2.2.17.

10. Koreksi Geometri dilakukan dengan menggunakan Georefrencing pada Arc Map 9.2.

11. Pembuatan Peta Penggunaan Lahan menggunakan digitizing on screen dilingkungan

ArcMap 9.2

4.2.2.3. Pembuatan Peta Kemampuan Tanah

Pembuatan Peta Kemampuan Tanah menggunakan digitizing on screen, raster to

vektor dilingkungan ArcMap 9.2 dengan sumber peta kemampuan tanah Skala 1 : 12.500

Bappeda Kulonprogo.

4.2.2.4. Pembuatan Peta Daerah Aliran Sungai dan Analisis Inflow

6. Bersumber dari Peta Jaringan Drainase dan Irigasi Kab. Kulonprogo dan Peta Rupa

Bumi Indonesia skala 1 : 25000 untuk mengetahui sungai dan penggunaan lahan

(pengunaan lahan untuk mencari koefisien pengaliran gabungan).

7. Mengunakan Spatial Analyst untuk mendapatkan daerah sub DAS dengan

mendeliniasi igir dari bukit atau daerah tertinggi.

Page 96: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

8. Menghitung laju inflow di tiap subDAS pada bulan basah menggunakan persamaan

rasional.

4.2.2.5. Pembuatan Peta Potensi Banjir Kecamatan Panjatan Kulonprogo.

c) Penyusunan tingkat potensi banjir dilakukan setelah menginventaris permasalahan

banjir pada daerah penelitian yang semata-mata oleh kondisi fisik daerah. Oleh karena

itu parameter yang digunakan adalah parameter tanah (tekstur dan kedalam tanah),

kemiringan lereng dan aspek, penggunaan lahan (koefisien limpasan)

d) Peta ini diperoleh menggunakan metode skoring parameter yang disesuaikan dengan

bobotnya yang didasarkan pada proporsi pengaruh tiap parameter terhadap kejadian

banjir. (KKN – Tematik UGM, 2005., dalam Digi Tritama, 2007)

e) Nilai rupa bumi memiliki bobot tertinggi, dengan parameternya slope dan aspek.

Kelas Kemiringan Lereng

0 – 0.57 harkat 1

0.58 – 1.43 harkat 2

1.44 – 2.66 harkat 3

2.67 – 5.71 harkat 4

5.72 – 12.13 harkat 5

Aspek

Kosong harkat 1

Nila harkat 2

Permukaan bumi diperoleh dengan mengkalikan nilai kemiringan lereng dan aspek

lereng, nilai tertinggi 10 dan nilai terendah 1

Tabel IV.1. Kelas Lereng

Sumber : KKN ,Tematik, FGE UGM., 2005 dalam Digi Tritama 2007.

Deskripsi Lereng Nilai lereng (Slope*Aspek) HarkatAgak cekung 1-2 1Sangat Landai 3-4 2

Landai 5-6 3Agak miring 7-8 4

Miring 9-10 5

Page 97: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

d) Nilai penggunaan lahan dilihat dari nilai koefisien limpasan yang dihasilkan, semakin

tinggi nilai koefisien semakin besar kemungkinan teregnang.

Tabel IV.2. Penggunaan Lahan

Sumber : KKN ,Tematik, FGE UGM., 2005 dalam Digi Tritama 2007.

c) Nilai kemampuan tanah dilihat dari parameter tekstur dan ketebalan tanah

Tekstur Tanah

Geluh harkat 1

Geluh Lempungan harkat 2

Geluh Pasiran harkat 3

Lempung Pasiran harkat 4

Pasiran harkat 5

Solum Tanah

0 cm -30 cm harkat 1

30 cm – 60 cm harkat 2

60 cm – 90 cm harkat 3

90 cm – 150 cm harkat 4

>150 cm harkat 5

Kemampuan tanah diperoleh dengan mengkalikan harkat tekstur dengan ketebalan

tanah, dengan nilai tertinggi 25 dan nilai terendah 1.

Tabel IV.3. Kemampuan Tanah Menyerap Air

Sumber : KKN ,Tematik, FGE UGM., 2005 dalam Digi Tritama 2007.

Kelas Infiltrasi Tanah Nilai Infiltrasi (Tekstur * Solum) HarkatSangat buruk 1-5 1

Buruk 6-10 2Sedang 11-15 3Baik 16-20 4

Sangat Baik 21-25 5

Penggunaan Lahan C HarkatBelukar 0.30 1

Pemukiman Kepadatan Rendah 0.40 2Sawah 0.55 3

Tanah Kosong 0.80 4Pusat Perdagangan 0.90 5

Page 98: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel IV.4 Pembobotan Karakteristik Lahan Terhadap Genangan

Sumber : KKN ,Tematik, FGE UGM., 2005 dalam Digi Tritama 2007.

Untuk menentukan kelas lahan terhadap genangan, digunakan teknik penjumlahan

berdasarkan metode Sturges sebagai berikut :

Interval Harkat = (Harkat Maksimal – Harkat Minimal) / n

maka = (30 – 6)/ 5 = 4.8

Berdasarkan hasil perhitungan kelas maka ditentukan rentang harkat pada masing-masing

kelas genangan sebagai berikut :

Tabel IV.5 Klasifikasi Potensi Banjir

Sumber : KKN ,Tematik, FGE UGM., 2005 dalam Digi Tritama 2007.

Tabel diatas akan ditambahkan dengan jumlah inflow dari keseluruhan DAS untuk

mendapatkan luasan area genangan (Ha).

4.2.3. Analisa Hidrologi

4. Melakukan analisa frekuensi curah hujan dengan metode gumbel modifikasi, log

pearson type III, dan iway kadoya. Dari ketigaa metode tersebut dipilih metode yang

paling sesuai dengan metode chi kuadrat (chi square)

d) Mengubah data curah hujan menjadi intensitas hujan dengan menggunakan metode

van breen, bell tanimoto, dan hasper der weduwen.

e) Menetapkan persamaan intensitas hujan.

No. Interval Kelas Deskripsi Kelas potensi Banjir1 6 – 10 Sangat Tinggi2 10.1 – 15 Tinggi 3 15.1 -20 Sedang4 20.1-25 Rendah5 25.1 – 30 Sangat Rendah

No Komponen Lahan Bobot HarkatMaximum Minimum

1 Topografi 3 15 32 Penggunaan Lahan 1 5 13 Tanah 2 10 2

Jumlah 40 8

Page 99: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

4.2.4. Tahap Perencanaan atau Desain

4.2.4.1. Dasar-dasar Perencanaan

5 Teori yang mendukung perencanaan sistem drainase.

6 Kriteria desain ideal jaringan drainase yang digunakan.

4.2.4.2. Perencanaan Teknis

f) Perhitungan debit limpasan (Q)

g) Perhitungan dimensi saluran (dimensionering)

h) Perhitungan dimensi bangunan pelengkap (gorong-gorong, street inlet, terjunan, dan

outfall).

i) Usaha konservasi air, dan dimensi bidang resapan.

j) Spesifikasi teknis dan rencana anggaran biaya.

k) Desain dan detail gambar.

l) Pembuatan laporan akhir.

Page 100: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis GIS Untuk Identifikasi Daerah Banjir

5.1.1. Mozaiking, Koreksi Geometrik dan Penggunan Lahan Daerah Penelitian.

Untuk mengetahui kondisi daerah perencanaan terkini digunakan citra satelit

Image digital Globe-GoogleEathWinPro. Dengan terlebih dahulu melakukan koreksi

radiometrik, mozaiking dan koreksi geometrik.

Koreksi radiometrik dilakukan agar distorsi yang terjadi pada saat pengambilan

objek dapat diminimalisir, dan memperjelas penampakan objek di citra. Karena

menggunakan citra satelit dengan panjang gelombang pankromatik dengan skala sedang,

maka tidak terlalu sulit untuk mengenali sebuah bentuk objek.

Proses mozaiking dilakukan untuk mendapatkan luasan daerah yang

dibutuhkan, dan bisa dibandingkan dengan peta dasar sebagai sesama bahan dasar untuk

pembuatan model wilayah banjir.

Proses geometrik yang dilakukan mengambil 20 titik sampling yang terdapat

dicitra dengan mencocokan dan meregister skala di lapangan dari peta RBI skala 1

:12.5000. dari proses ini di peroleh peta foto daerah perencanaan, dimana setiap titik pada

daerah tersebut memiliki nilai koordinat. Dari citra yang telah terkoreksi dapat digunakan

menjadi acuan untuk pembuatan peta penggunaan lahan daerah perencanaan. Klasifikasi

bentuk penggunaan lahan disesuaikan dengan Tabel III.10 dan III.11 yang secara spesifik

terhubung dengan koefisisen limpasan permukaan, adapun dari hasil interpretasi didapat

bentuk penggunaan lahan berupa sawah/pertanian padi luasan sebesar 50 %, pemukiman

dengan kepadatan rendah dengan luasan sebesar 30 %, tanah kosong dengan luasan sebesar

7 %, dan semak belukar denagn luasan sebesar 13 %. untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada Gambar 5.1 dan 5.2.

Page 101: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj
Page 102: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj
Page 103: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj
Page 104: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

5.1.2. Bentuk Rupa Bumi Daerah Perencanaan

Untuk bentuk rupa bumi daerah perencanaan beberapa informasi awal yang

ditemukan, banjir pada daerah Kab. Panjatan selain karena jaringan sistem drainasenya

yang kurang baik juga memang di sebabkan bentuk rupa bumi panjatan yang berupa

cakungan.

Dari hasil pembuatan bentuk permukaan bumi dari daerah perencanaan yang

mengambil penampang melintang dari titik ekstrem, nilai kemiringan lereng dan nilai

aspek kelerengan ditemukan zona cekungan meliputi Desa Panjatan, Desa Tayuban, Desa

Depok dan Desa Kanoman. Bentuk permukaan bumi memiliki faktor yang signifikan untuk

menentukan arah aliran, bentuk aliran selain bentuk pengunan lahan. Arah lereng yang

akan menentukan kemana arah aliran bisa diperoleh dari nilai aspek kelerengan dari daerah

perencanaan. Nilai aspek didapat dengan menggunakan analisa 3D dengan menurunkan

nilai ketinggian yang telah membentuk interpolasi permukaan bumi. .

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.3 Peta lereng daerah

penelitian dan Gambar 5.4 Penampang melintang daerah penelitian.

Page 105: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj
Page 106: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Gambar 5.4 Profile Lereng Panjatan (potongan A - A')

5.1.3. Kemampuan Infiltrasi Daerah Perencanaan

Dari Peta Kelas Infiltrasi yang dibuat berdasarkan dengan keadaan ketebalan

tanah (solum), lereng dan tekstur tanah, pada daerah utara memiliki kemampuan infiltrasi

yang lebih kecil dengan wilayah tengah. Selain karena ketebalan tanh yang relatif sedang,

(60 – 90 cm) daerah tersebut juga memiliki kemiringan lereng yang lebih tinggi dari daerah

lainnya. Sebaliknya pada daerah selatan kemampuan infiltrasi relatif baik, karena tekstur

tanah yang berupa pasiran, juga memiliki kemiringan lereng yang landai. Dari perpaduan

tersebut antara lereng, solum tanah, dan infiltrasi tanah, pada daerah perencanaan terbagi

menjadi 4 kelas, sebagaimana bisa dilihat pada gambar 5.5. Peta kelas infiltrasi tanah.

Page 107: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj
Page 108: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

5.1.4. Identifikasi Potensi Genangan.

Dari empat parameter diatas yaitu tanah (ketebalan tanah, dan solum tanah),

rupabumi (aspek, dan kemiringan lereng) dan penggunaan lahan daerah penelitian maka

dapat diidentifiksi daerah lokal yang berpotensi untuk tergenang. Metode yang digunakan

sebagaimana diuraikan pada BAB IV mengunakan skoring dan pembobotan maka

diperoleh Peta Daerah Potensial Genangan. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar

5.6 berikut ini :

Page 109: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj
Page 110: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

5.1.5. Analisi Inflow

Analisis Inflow dilakukan untuk mencari hubungan antara area potensi

genangan dan debit yang masuk pada saat bulan basah (Nopember, Desember, Januari,

Februari, dan Maret). Banjir tahunan terjadi di daerah kecamatan panjatan memang hanya

terjadi pada saat musim penghujan saja dimana curah hujan begitu tinggi dan melewati

kemampuan infiltrasi dari area tangkapan.

Secara general dilakukan perhitungan pada dua Daerah Aliran Sungai, yaitu

Sungai Progo dan Sungai Serang. Untuk perhitungan curah hujannya mengunakan Curah

Hujan Rata-Rata selama 5 bulan yang diambil dari stasiun pengamatan hujan Galur,

Sentolo, Kokap, Girimulyo, Samigaluh, Kalibawang, Lendah, Panjatan, Temon, Pengasih

dan Nanggulan dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Untuk melihat lokasi penelitian,

posisi Sta. Pengamat hujan, dan poligon thiessen lebih jelasnya bisa dilihat di gambar 5.7

Page 111: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj
Page 112: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel V.1 Rata-rata Curah Hujan Bulan Nopember

Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel V.2 Rata-rata Curah Hujan Bulan Desember

Sumber : Hasil Perhitungan

NOPEMBERStasiun Tahun Jumlah Rata-rata

2001 2002 2003 2004 2005 mm/bulanGalur 271 175 345 210 237 1238 248Sentolo 140 124 240 156 220 880 176Kokap 443 184 219 229 399 1474 295Girimulyo 244 194 257 198 334 1226 245Samigaluh 155 380 205 181 575 1496 299Kalibawang 146 254 261 - 366 1027 257Lendah 271 175 345 853 237 1881 376Panjatan 268 130 215 85 - 698 174Temon 499 327 379 128 300 1633 327Pengasih 141 124 240 74 275 854 171Nanggulang 102 130 118 137 535 1022 204

Rata-rata2001 2002 2003 2004 2005 mm/bulan

Galur 494 639 595 271 211 2210 442Sentolo 407 284 476 183 160 1510 302Kokap 532 506 517 389 360 2303.5 460.7Girimulyo 454 490 419 262 206 1831.6 366.324Samigaluh 497 631 403 470 75 2075.5 415.1Kalibawang 317 494 272 397 166 1646 329.2Lendah 494 634 595 208 113 2043.6 408.72Panjatan 401 270 150 109 - 929 232.25Temon 667 625 546 232 288 2357.7 471.54Pengasih 407 284 476 114 141 1422 284.4Nanggulang 320 411 166 276 131 1304 260.8

DESEMBERTahunStasiun Jumlah

Page 113: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel V.3 Rata-rata Curah Hujan Bulan Januari

Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel V.4 Rata-rata Curah Hujan Bulan Februari

Sumber : Hasil Perhitungan

Rata-rata2005 2004 2003 2002 2001 mm/bulan

Galur 275 289 38 334 396 1332 266Sentolo 183 187 501 323 274 1468 294Kokap 241 282.5 275 210 522 1531 306Girimulyo 266 343 352 347 328 1635 327Samigaluh 487.5 422 406 555 248 2119 424Kalibawang 197 243 537 470 298 1745 349Lendah 275 359 382 278 396 1690 338Panjatan 255 179.5 268 117 130 950 190Temon 336 389.5 376 201 262 1565 313Pengasih 183 191 501 205 213 1293 259Nanggulang 230 296 231 442 570 1769 354

FEBRUARITahun Jumlah

Stasiun

Rata-rata2005 2004 2003 2002 2001 mm/bulan

Galur 453 278 305 457 695 2188 365Sentolo 287 279 216 335 347 1906 318Kokap 296 273 405 689 567 2532 422Girimulyo 359 648 301 383 466 2618 436Samigaluh 356 348 303 384 269 2026 338Kalibawang 272 353 526 338 219 2123 354Lendah 449 301 299 414 581 2373 396Panjatan 197 102.7 226 127 215 1275 213Temon 678 416.5 382 454 419 2582 430Pengasih 287 279 216 261 417 1932 322Nanggulang 318 3337 132 181 791 4759 793

JANUARITahun JumlahStasiun

Page 114: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel V.5 Rata-rata Curah Hujan Bulan Maret

Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel V.6 Rata-rata Curah Hujan Bulan Basah

Sumber : Hasil Perhitungan

Untuk mencari koefisien alimpasan permukaan rata-rata menggunakan Peta

Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 25000. Untuk lebih jelas lokasi stasiun, DAS, dan Sub Das

terhadap lokasi penelitian bisa dilihat pada gambar berikut.

Untuk menghitung debit inflow selama bulan basah yang masuk kedalam lokasi

penelitiandan menyebabkan banjir menggunakan persamaan (3-56) dan (3-57).

Rata-rata2005 2004 2003 2002 2001 mm/bulan

Galur 311 531 261 212 388 1703 341Sentolo 109 267 174 245 247 1042 208Kokap 156 278 219 314 406 1373 275Girimulyo 192 360 253 191 419 1415 283Samigaluh 225.5 575.5 543 79 441 1864 373Kalibawang 154 306 508 230 501 1699 340Lendah 362 560 261 220 357 1760 352Panjatan 103 202 159 75 141 680 136Temon 249 429 - 104 206 988 247Pengasih 109 246 174 249 260 1038 208Nanggulan 141 320 232 241 1092 2026 405

MARETTahunStasiun Jumlah

Nopember Desember Januari Februari Maretmm/bulan mm/bulan mm/bulan mm/bulan mm/bulan

Galur 248 442 365 266 341Sentolo 176 302 318 294 208Kokap 295 460.7 422 306 275Girimulyo 245 366.324 436 327 283Samigaluh 299 415.1 338 424 373Kalibawang 257 329.2 354 349 340Lendah 376 408.72 396 338 352Panjatan 174 232.25 213 190 136Temon 327 471.54 430 313 247Pengasih 171 284.4 322 259 208Nanggulang 204 260.8 793 354 405

Rata – Rata Curah Hujan Stasiun

Page 115: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel V.7 Analisis Inflow Pada Bulan Basah

Sumber : Hasil Perhitungan

Luas LuasHa Ha Nopember Desember Januari Februari Maret Nopember Desember Januari Februari Maret Progo SERANG

Progo Serang Aliran mm/bln mm/bln mm/bln mm/bln mm/bln m3/bulan m3/bulan m3/bulan m3/bulan m3/bulan M3 M3

1 SAMIGALUH 1 6810.8 0.58 299 415.1 338 424 373 118113.41 163976.18 133409.2 167373.42 147266 730138.72 SAMIGALUH 5 3.02 0.58 299 415.1 338 424 373 52.37284 72.708916 59.15515 74.215292 65.2996 323.75183 SAMIGALUH 7 2305.7 0.58 299 415.1 338 424 373 39984.929 55510.85 45163 56660.918 49854.1 247173.84 SENTOLO 6 2745.1 0.61 176 302 318 294 208 29471.286 50570.048 53193.44 49163.464 34896.7 217294.95 SENTOLO 7 563.17 0.61 176 302 318 294 208 6046.1931 10374.718 10912.92 10086.149 7159.24 44579.226 SENTOLO 9 3075.1 0.61 176 302 318 294 208 33014.703 56650.229 59589.04 55074.527 39092.4 243420.97 SENTOLO 10 2487.2 0.61 176 302 318 294 208 26702.472 45819.014 48195.94 44544.578 31618.2 196880.28 SENTOLO 11 1671.9 0.61 176 302 318 294 208 17949.089 30799.005 32396.75 29942.344 21253.4 132340.59 SENTOLO 12 8.16 0.61 176 302 318 294 208 87.60576 150.32352 158.1218 146.14234 103.733 645.9266

10 SENTOLO 13 1791.2 0.61 176 302 318 294 208 19230.323 32997.486 34709.28 32079.676 22770.5 141787.211 SENTOLO 15 371.76 0.61 176 302 318 294 208 3991.2154 6848.5627 7203.841 6658.0729 4725.96 29427.6512 TEMON 14 505.74 0.55 327 471.54 430 313 247 9095.7339 13116.215 11968.86 8703.5325 6870.48 49754.8213 KOKAP 12 2223.3 0.57 295 460.7 422 306 275 37384.285 58382.848 53478.54 38790.948 34799.1 222835.714 KOKAP 14 220.65 0.57 295 460.7 422 306 275 3710.2298 5794.2469 5307.515 3849.835 3453.66 22115.4815 LENDAH 9 674.3 0.54 376 408.72 396 338 352 13698.27 14882.394 14401.63 12308.052 12820 68110.3616 LENDAH 11 4519.9 0.54 376 408.72 396 338 352 91820.052 99757.288 96534.72 82501.366 85933 456546.417 LENDAH 15 1855.7 0.54 376 408.72 396 338 352 37697.159 40955.828 39632.79 33871.328 35280.2 187437.318 PANJATAN 13 40.27 0.55 174 232.25 213 190 136 386.21447 514.39891 470.8107 420.8658 301.175 2093.46519 PANJATAN 14 4840.1 0.55 174 232.25 213 190 136 46419.392 61825.972 56587.07 50584.16 36198.5 251615.120 PANJATAN 15 3001.5 0.55 174 232.25 213 190 136 28786.069 38340.155 35091.35 31368.768 22447.8 156034.121 PENGASIH 12 1631.9 0.49 171 284.4 322 259 208 13673.355 22740.948 25741.36 20677.951 16599.9 99433.5422 PENGASIH 13 2300.5 0.49 171 284.4 322 259 208 19275.89 32058.848 36288.65 29150.556 23401.6 140175.523 PENGASIH 14 1045.3 0.49 171 284.4 322 259 208 8758.2335 14566.325 16488.19 13244.908 10632.8 63690.4524 GALUR 15 6699.7 0.55 248 442 365 266 341 91383.635 162869.22 134373.2 98163.711 125505 612294.925 GIRIMULYO 5 67.51 0.59 245 366.324 436 327 283 975.85705 1459.1015 1737.943 1302.7927 1127.11 6602.826 GIRIMULYO 7 1658.9 0.59 245 366.324 436 327 283 23978.821 35853.134 42704.84 32012.305 27695.3 162244.427 GIRIMULYO 12 4629 0.59 245 366.324 436 327 283 66912.629 100047.76 119167.4 89329.973 77283.5 452741.228 KALIBAWANG 1 2877.2 0.52 257 329.2 354 349 340 38451.435 49253.745 52929.32 52216.152 50839.7 243690.329 KALIBAWANG 2 4772.5 0.52 257 329.2 354 349 340 63779.289 81697.05 87793.72 86610.786 84327.6 404208.530 KALIBAWANG 3 2290 0.52 257 329.2 354 349 340 30603.961 39201.65 42127.09 41559.464 40463.9 193956.131 KALIBAWANG 4 2520.1 0.52 257 329.2 354 349 340 33678.616 43140.08 46359.42 45734.775 44529.2 213442.132 KALIBAWANG 5 1393.2 0.52 257 329.2 354 349 340 18618.324 23848.841 25628.57 25283.249 24616.8 117995.733 KALIBAWANG 6 1607.5 0.52 257 329.2 354 349 340 21483.031 27518.342 29571.91 29173.454 28404.4 136151.134 KALIBAWANG 8 2618.8 0.52 257 329.2 354 349 340 34998.178 44830.351 48175.83 47526.708 46273.9 221804.935 NANGGULAN 5 2364.8 0.6 204 260.8 793 354 405 28945.642 37005.016 112542.7 50200.824 57494 286188.236 NANGGULAN 6 4627.9 0.6 204 260.8 793 354 405 56645.986 72418.005 220243.7 98241.91 112514 56006437 NANGGULAN 7 1431.9 0.6 204 260.8 793 354 405 17526.211 22406.058 68143.17 30395.949 34811.9 173283.338 NANGGULAN 8 1240.3 0.6 204 260.8 793 354 405 15181.027 19407.901 59024.93 26328.664 30153.7 150096.239 NANGGULAN 9 675.64 0.6 204 260.8 793 354 405 8269.8336 10572.415 32153.71 14342.486 16426.2 81764.640 NANGGULAN 12 155.86 0.6 204 260.8 793 354 405 1907.7264 2438.8973 7417.377 3308.5961 3789.27 18861.87

Luas Total 66559 19764 6244067 1495178

IDStasiunNo Koefisien CURAH HUJAN RATA-RATA I N F L O W Total Keterangan

Total Inflow

Page 116: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Contoh Perhitungan ID 1 Stasiun Samigaluh :

Luas = 6810.83 Ha

Koefisien aliran gabungan = 0.58

Curah Hujan Rata-rata bulan Nopember = 299 mm/bulan

Q Nopember = 0,1 * 6810.83 Ha * 0.58 * 299 mm/bulan

= 118113,41 M3/bulan

Total Volume = 118113.41+ 163976.18 + 133409.17 + 167373.42+ ....

= 730.138.68 M3

Berdasarkan tabel V.7 diperoleh laju inflow untuk DAS Progo dengan luas

wilayah 66.529, 27 Ha sebesar 6.244.067,42 M3 .dan DAS Serang dengan luas 19. 763 Ha

sebesar 1.495.177.94 M3, sebagaimana bisa dilihat pada gambar 5.8.

Page 117: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj
Page 118: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Untuk menghitung laju Inflow yang masuk kedalam daerah panjatan perlu

melihat dulu kenampakan 3D antar Sub DAS dan area penelitian, juga bentuk aliran

sungainya, sebagaimana gambar berikut.

Gambar 5.9. 3-D Daerah Aliran Sungai Lokasi Penelitian

Keterangan :

Sungai

DAS Progo

DAS Serang

Maka Inflow Total adalah Inflow DAS Progo ditambah Inflow DAS Serang

= 6.244.067.42 M3 + 1.495.177.94 M3

= 7.739.245 M3

5.1.6 Identifikasi Banjir Kecamatan Panjatan

Dengan diperolehnya debit limpasan, menggunakan metode perhitungan

volume surfaces dimana surfacesnya berupa TIN yang telah digenerate dari Peta RBI

sebagai perwakilan rupa bumi, dapat dihitung volume area.

Page 119: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Gambar 5.10 TIN Daerah Panjatan

TIN yang mewakili surfaces, Peta Potensi Genangan, dan debit limpasan

sebesar 7.739.245 M3 maka diperoleh nilai luasan (Ha) daerah banjir di Kecamatan

Panjatan. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 5.11 dan 5.12, lokasi banjir dan

model 3 D banjir Kecamatan Panjatan sebagai berikut :

Page 120: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj
Page 121: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Gambar 5.12. 3-D Visualisasi Banjir Daerah Panjatan

Dari Peta Banjir Tahunan yang dibuat maka di identifkasi luas area banjir

tahunan di Kecamatan Panjatan adalah sebesar 570,8631 Ha, yang meliputi Desa Gotakan,

Desa Kanoman, Desa Panjatan, Desa Cerme, Desa Kanoman, Desa Depok dan Desa

Bugel. Dari tujuh desa tersebut yang terparah adalah Desa Gotakan, Desa Cerme, Desa

Panjatan, Dan Desa Kanoman.

Dilihat dari seluruh metode yang digunakan banjir di Kecamatan Panjatan

sangat basar di pengaruhi oleh topografi daerah tersebut yang terdapat cekungan.

Sedangakan bila musim kemarau sangat dimungkinkan pada daerah tersebut terjadi

kesulitan air bersih. Atas dasar itu salah satu cara alternatif yang mungkin dilakukan adalah

membangun lokasi kolam penahan air hujan sehingga banjir bisa dihindari pada saat

musim hujan dan pada saat musim kemarau daerah tersebut tidak dilanda kekeringan.

5.1.7. Rekomendasi Lokasi Kolam Penahan Hujan.

Untuk mengurangi besarnya inflow yang masuk kedalam lokasi penelitian maka

diperlukan kolam penahan air hujan. Berdasarkan kemiringan lereng, penggunaaan lahan

dan kerapatan aliran maka direkomendasikan untuk membangun tiga kolam penahan air

hujan. Adapun lokasi nya dapat dilihat pada gambar 5.13.

Page 122: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj
Page 123: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

5.2 Analisis Hidrologi

5.2.1. Penyiapan Data Curah Hujan

Penentuan stasiun utama menggunakan metode polygon thiessen, dengan terlebih

dahulu mensurvey titik stasiun curah hujan menggunakan GPS (global positioning system)

untuk diplotkan pada koordinat peta. Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel V.8 Koordinat Stasiun Hujan

No. Nama Stasiun Koordinat

1 Panjatan 110.1617 , -7.8964

2 Temon 110.0819 , -7.8865

3 Pengasih 110.1693 , -7.8391

4 Sentolo 110.2205 , -7.8319

5 Galur 110.2330 , -7.9402

Sumber : Pengukuran Lapangan

Dari data diatas setelah diplot kedalam peta dasar, daerah perencanaan tepat

berada pada stasiun panjatan, dan sepenuhnya dipengaruhi oleh stasiun tersebut, sehingga

dengan ini maka ni maka stasiun Panjatan terpilih sebagai stasiun utama (Gambar 5.7

Daerah Aliran Sungai dan Lokasi Penelitian)

5.2.2. Melengkapi Data Curah Hujan

Dari data curah hujan yang ada perhitungan dilakukan dengan menggunakan

persamaan (3-1) sebagai berikut :

Dikarenakan tidak terdapatnya data pada stasiun Panjatan, stasiun Pengasih dan stasiun

Temon dari tahun 1985 -1996 di karenakan stasiun-stasiun tersebut baru berdiri tahun

1996, maka pencarian data curah hujan di pisah dengan menggunakan 2 stasiun yang

lengkap data curah hujannya yaitu stasiun Galur dan stasiun Sentolo.

R = (163.91+193.27+135. 2+208.4+242) / 5

= 188.56

S = (((163.91-188.56)2+(193.27-188.56)2+(135.2-188.56)2+(208.4-188.56)2 + (242-

188.56)2/4)0.5

= 41.01

Page 124: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Perbedaan curah hujan harian normal, Δ = (41.01/188.56)*100 % = 21 %

Karena lebih dari 10 % maka mencari data curah hujan yang hujan menggunakan

persamaan (3-2)

Contoh perhitungan : Tahun 1985, Stasiun B:

Tahun 1985132

= 13− 1 �160

193�393

164 �Tahun 1985132 = 1,613

Tahun 1985 = 212 ,916 = 213

Tabel V.9 Melengkapi Data Curah Hujan Yang Hilang Satsiun A Stasiun B Stasiun C Stasiun D Stasiun E No Tahun Galur Panjatan Pengasih Sentolo TeMon

1 1985 160 213 336 393 384

2 1986 181 166 261 258 299

3 1987 153 128 201 187 230

4 1988 183 148 233 212 267

5 1989 190 132 208 167 238

6 1990 151 117 184 162 211

7 1991 106 97 154 152 176

8 1992 170 130 205 178 234

9 1993 145 110 173 150 198

10 1994 192 112 176 114 201

11 1995 234 161 254 202 291

12 1996 183 114 180 129 206

13 1997 94 22 78 71 85

14 1998 282 115 258 177 419

15 1999 252 295 73 118 309

16 2000 310 158 234 173 333

17 2001 253 79 866 175 228

18 2002 193 87 92 115 114

19 2003 173 163 165 165 132

20 2004 229 138 113 99 225

21 2005 258 184 107 109 380

22 2006 160 111 98 100 195

Jumlah 4252 2980 4649 3606 5355

R Rata 193.27 135.45 211.32 163.91 243.41

Sumber : Hasil Perhitungan

Page 125: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

5.2.3 Tes Konsistensi

Untuk setiap stasiun pembanding akan dicari harga rata-rata dari stasiun dasar.

Kemudian di cari akumulasi rata-rata dari bawah baik untuk stasiun utama maupun stasiun

dasar.

Contoh perhitungan:

Untuk tahun 2004, maka :

Rerata stasiun dasar dari bawah = (229+113+99+225) / 4 = 166.5

Akumulasi rerata untuk stasiun dasar dari bawah :

10. Stasiun dasar = 138.25+213.5 +166.5 = 518.25

11. Stasiun utama = 111+184+138 = 433

Data akumulasi tersebut diplot sebagai grafik dengan akumulasi rerata stasiun dasar

pada sumbu X, dan akumulasi stasiun utama sebagai sumbu Y, sehingga di peroleh

pola/tren garis lurus.

Tabel V.10. Perhitungan Tes Konsistensi Untuk Stasiun Panjatan

Stasiun Stasiun Stasiun StasiunUtama Galur Pengasih Sentolo Temon Dasar Dasar Utama

1 1985 213 160 336 393 384 318.25 4465.5 29802 1986 166 181 261 258 299 249.75 4147.25 27673 1987 128 153 201 187 230 192.75 3897.5 26014 1988 148 183 233 212 267 223.75 3704.75 24735 1989 132 190 208 167 238 200.75 3481 23256 1990 117 151 184 162 211 177 3280.25 21937 1991 97 106 154 152 176 147 3103.25 20768 1992 130 170 205 178 234 196.75 2956.25 19799 1993 110 145 173 150 198 166.5 2759.5 1849

10 1994 112 192 176 114 201 170.75 2593 173911 1995 161 234 254 202 291 245.25 2422.25 162712 1996 114 183 180 129 206 174.5 2177 146613 1997 22 94 78 71 85 82 2002.5 135214 1998 115 282 258 177 419 284 1920.5 133015 1999 295 252 73 118 309 188 1636.5 121516 2000 158 310 234 173 333 262.5 1448.5 92017 2001 79 253 866 175 228 380.5 1186 76218 2002 87 193 92 115 114 128.5 805.5 68319 2003 163 173 165 165 132 158.75 677 59620 2004 138 229 113 99 225 166.5 518.25 43321 2005 184 258 107 109 380 213.5 351.75 29522 2006 111 160 98 100 195 138.25 138.25 111

Σ=2980 Σ=4465.5

Akumulasi Rerata(mm/hari) Dari Bawah

Stasiun DasarTahun No.RerataCURAH HUJAN HARIAN MAKSIMUM

Page 126: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Kurva Massa Ganda Stasiun Panjatan

0250500750

100012501500175020002250250027503000325035003750400042504500

0 500 1000 1500 2000 2500 3000

Kumulatif Rerata Stasiun Utama (mm/hari)

Kum

ulat

if R

erat

a St

asiu

n D

asar

(mm

/har

i)

Gambar 5.13 Kurva Massa Ganda Stasiun Panjatan

Page 127: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Dari grafik kurva massa ganda (gambar 4.1), perubahan pola terjadi pada tahun 2002

(2001-2002), 2001(2000-2001), 2000 (1999-2000), 1999 (1997-1999), dan tahun 1997

(1985-1997).

tan α0 = 0.45

Pada perubahan pola/tren pertama tan α1 = 1.8

Pada perubahan pola/tren kedua tan α2 = 0.625

Pada perubahan pola/tren ketiga tan α3 = 0.571

Pada perubahan pola/tren keempat tan α4 = 1.125

Pada perubahan pola/tren kelima tan α5 = 0.53

Dengan persaman (2-6), diperoleh faktor koreksi

fk1 = 0.45/1.8 = 0.25

fk2 = 0.45/0.625 = 0.72

fk3 = 0.45/0.571 = 0.78

fk4 = 0.45/1.125 = 0.4

fk5 = 0.45/0.53 = 0.85

Selanjutnya pada tahun 2002 (2001-2002), 2001(2000-2001), 2000 (1999-2000), 1999

(1997-1999), dan tahun 1997 (1985-1997) harus dikoreksi dengan fk.

Tabel V.11 Data Curah Hujan Yang Telah Dikoreksi

No. Tahun Xi Faktor Koreksi Xi*FK R (mm/hari) 1 1985 213 0.85 181.05 181 2 1986 166 0.85 141.10 141 3 1987 128 0.85 108.80 109 4 1988 148 0.85 125.80 126 5 1989 132 0.85 112.20 112 6 1990 117 0.85 99.45 99 7 1991 97 0.85 82.45 82 8 1992 130 0.85 110.50 111 9 1993 110 0.85 93.50 94

10 1994 112 0.85 95.20 95 11 1995 161 0.85 136.85 137 12 1996 114 0.85 96.90 97 13 1997 22 0.85 18.70 19 14 1998 115 0.4 46.00 46 15 1999 295 0.4 118.00 118 16 2000 158 0.78 123.24 123 17 2001 79 0.72 56.88 57 18 2002 87 0.25 21.75 22 19 2003 163 1 163 163

Page 128: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

20 2004 138 1 138 138 21 2005 184 1 184 184 22 2006 111 1 111 111

Sumber : Hasil Perhitungan

Data curah hujan yang telah terkoreksi akan dipakai untuk analisis selanjutnya

5.2.4. Tes Homogenitas

Dalam pengukuran data curah hujan bisa terjadi gangguan-gangguan yang

disebabkan keadaan atmosfer, maupun adanya keadaan penting yang menyebabkan

terjadinya hujan buatan, untuk itu dilakukan tes homogenitas untuk suatu kumpulan data.

Uji coba pertama dilakukan pada data curah hujan 20 tahun terakhir.

Tabel V.12 Data Curah Hujan Maksimum 20 Tahun Terakhir

No. Tahun R (mm/hari) 1 1987 109 2 1988 126 3 1989 112 4 1990 99 5 1991 82 6 1992 111 7 1993 94 8 1994 95 9 1995 137

10 1996 97 11 1997 19 12 1998 46 13 1999 118 14 2000 123 15 2001 57 16 2002 22 17 2003 163 18 2004 138 19 2005 184 20 2006 111

Jumlah 2043 Rata-rata 102.15

SD 42.2 Sumber : Hasil Perhitungan

Dengan persamaan (3-18) maka persamaan Gumbel modifikasinya adalah :

Rt = R + (0.78 Yt -0.45) σR

=102.15 + (0.78 Yt -0.45) 42.2

= 83.16 + 32.91Yt

Page 129: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Untuk T = 10 tahun dan dari persamaan (3-13), maka

Y10 = -ln(ln(Tr/(Tr-1)))

= -ln(ln(10/(10-1)))

= 2.2504

R10 = 83.16+32.91 (2.2504) = 157.22

Untuk Rt = 102.15

Yt = (102.15 – 83.16) / 32.91 = 0.5770

0.5770= -ln(ln(Tr/(Tr-1))) ; Tr = 2.33

Dengan persamaan (3-12), maka

TR = (R10 / R) Tr

= (157.22/102.51)2.33

= 3.57

Titik (20, 3.57) homogen

5.2.5 Analisis Frekuensi Curah Hujan

5.2.5.1. Metode Gumbel Modifikasi

7 Jumlah data = (N) = 20

8 Rata-rata = R = 102.15

9 Standar deviasi = SD = 42.2

10 Keyakinan = a = 90 %

11 Fungsi a = t(a) = 1.640

Contoh perhitungan (untuk PUH 2 Tahun)

Dengan mengunakan persamaan (3-12), maka :

Yt = -ln (ln(2/(2-1))) = 0.37

Dengan persamaan (3-21), (3-22), dan (3-23) maka diperoleh harga K, b, dan Se, sebagai

berikut :

K = (0.78*0.37)-0.45 = -0.16

b = ((1+(1.3*(-0.16))+(1.1*(-0.162)))0.5 =0.90

Se = 0.90 *42.2/( 200.5 ) = 8.53

Page 130: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Dengan persamaan Gumbel modifikasi (3-18), diperoleh :

R = 102.15 + ((0.78*0.37)-0.45)*42.2 = 95.22

Keyakinan 90 % = 1.64 *8.53 = 13.98

Sehingga diperoleh rentang Hujan Harian Makimum = 95.22 ± 13.98

Tabel V.13 Perhitungan Hujan Harian Maksimum Metode Log Pearson III

Sumber : Hasil Perhitungan

Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan Metode Gumbel Modifikasi diatas

maka diperoleh hari hujan maksimum pada tabel 4.7

Tabel V.14 Curah Hujan Harian Maksimum Metode Gumbel Modifikasi

Sumber : Hasil Perhitungan

5.2.5.1. Metode Log Pearson Tipe III

Perhitungan rata-rata nilai standar deviasi dan koefisien skew log dapat dilihat pada tabel

berikut

PUH K b SD Se t(a)Seujan Harian Maksimum2 0.37 -0.16 0.90 42.2 8.53 13.98 95.225 1.50 0.72 1.58 42.2 14.94 24.5 132.5310 2.25 1.31 2.14 42.2 20.17 33.09 157.2325 3.20 2.04 2.87 42.2 27.12 44.47 188.4450 3.90 2.59 3.43 42.2 32.37 53.09 211.6

100 4.60 3.14 3.99 42.2 37.64 61.73 234.58

YT

PUHRentang Hujan Harian Maksimum Keyak2 95.22 ± 13.985 132.53 ± 24.5

10 157.23 ± 33.0925 188.44 ± 44.4750 211.6 ± 53.09

100 234.58 ± 61.73

Page 131: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel V.15 Perhitungan Rata-rata nilai SD, dan g

Sumber : Hasil Perhitungan

Keterangan :

ri = Log R

Ri 2 = (ri – Rata-rata ri)2

Ri 3 = (ri – Rata-rata ri)3

Contoh Perhitungan untuk PUH 2 Tahun

untuk g = -1.675 ≈ -1.6, dari tabel 4.8 diperoleh harga K = 0.254

Dengan persamaan (3-27), didapat ;

Log RT = 1.9540+((0.254)*(0.2593)) = 2.0199

RT = anti Log 2.0199 = 104.69

No. Tahun R (mm/hari ri1 1987 109 2.0374 0.0070 0.00062 1988 126 2.1004 0.0214 0.00313 1989 112 2.0492 0.0091 0.00094 1990 99 1.9956 0.0017 0.00015 1991 82 1.9138 0.0016 -0.00016 1992 111 2.0453 0.0083 0.00087 1993 94 1.9731 0.0004 0.00008 1994 95 1.9777 0.0006 0.00009 1995 137 2.1367 0.0334 0.0061

10 1996 97 1.9868 0.0011 0.000011 1997 19 1.2788 0.4560 -0.307912 1998 46 1.6628 0.0848 -0.024713 1999 118 2.0719 0.0139 0.001614 2000 123 2.0899 0.0185 0.002515 2001 57 1.7559 0.0393 -0.007816 2002 22 1.3424 0.3740 -0.228717 2003 163 2.2122 0.0667 0.017218 2004 138 2.1399 0.0346 0.006419 2005 184 2.2648 0.0966 0.030020 2006 111 2.0453 0.0083 0.0008

Jumlah 2043 39.0799 1.2771 -0.4990Rata-rata 102.15 1.9540SD 42.2 0.2593G -1.675

Ri2 Ri3

Page 132: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel V.16 Perhitungan Hujan Harian Maksimal Metode Log Pearson Type III

Sumber : Hasil Perhitungan

5.2.5.2. Menggunakan Metode Iway Kadoya

Untuk mencari nilai b, data HHM diurutkan mulai paling besar sampai paling kecil

sebagaimana tabel berikut ini:

Tabel V.17 Data Hujan Harian Maksimum Yang Diurutkan

Sumber : Hasil Perhitungan

Dengan menggunakan persamaan (3-28), (3-29) dan (3-30), maka harga b dapat

ditentukan.

Langkah perhitungan dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut

PUH K K.SD Log RT RT2 0.254 0.0659 2.0199 104.695 0.817 0.2118 2.1658 146.49

10 0.994 0.2577 2.2117 162.8225 1.116 0.2894 2.2434 175.1550 1.166 0.3023 2.2563 180.43100 1.197 0.3104 2.2644 183.82

No. Tahun R (mm/hari) Tahun R (mm/hari)1 1987 109 2005 1842 1988 126 2003 1633 1989 112 2004 1384 1990 99 1995 1375 1991 82 1988 1266 1992 111 2000 1237 1993 94 1987 1188 1994 95 1999 1129 1995 137 1989 11110 1996 97 1992 11111 1997 19 2006 10912 1998 46 1990 9913 1999 118 1996 9714 2000 123 1994 9515 2001 57 1993 9416 2002 22 1991 8217 2003 163 2001 5718 2004 138 1998 4619 2005 184 2002 2220 2006 111 1997 19

Page 133: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel V.18. Penentuan Harga b

Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel V.19. Penentuan Harga Xo, xo, dan c

Sumber : Hasil Perhitungan

Harga Xo dapat dicari menggunakan persamaan (3-28)

Log Xo = 39.079934/20 = 1.953997

Xo = antilog 1.953997

Harga xo dapat dicari menggunakan persamaan (3-32)

xo = 56.15/20 = 2.8075

xo2 = 2.80752 = 7.8820

No Xs Xt Xs*Xt Xs+Xt (Xs*Xt)-(Xo2) 2Xo – (Xs+Xt) bi1 184 19 3496 203 -4594.85 -23.1 198.9112552 163 22 3586 185 -4504.85 -5.1 883.303922

Jumlah 1082.21518b 541.11

No. Tahun R (mm/hari) Log( R) (R+b) Log (R+b) Log (R+b)21 2005 184 2.265 725.11 2.860 8.1822 2003 163 2.212 704.11 2.848 8.1093 2004 138 2.140 679.11 2.832 8.0204 1995 137 2.137 678.11 2.831 8.0165 1988 126 2.100 667.11 2.824 7.9766 2000 123 2.090 664.11 2.822 7.9657 1987 118 2.072 659.11 2.819 7.9478 1999 112 2.049 653.11 2.815 7.9249 1989 111 2.045 652.11 2.814 7.92010 1992 111 2.045 652.11 2.814 7.92011 2006 109 2.037 650.11 2.813 7.91312 1990 99 1.996 640.11 2.806 7.87513 1996 97 1.987 638.11 2.805 7.86714 1994 95 1.978 636.11 2.804 7.86015 1993 94 1.973 635.11 2.803 7.85616 1991 82 1.914 623.11 2.795 7.81017 2001 57 1.756 598.11 2.777 7.71118 1998 46 1.663 587.11 2.769 7.66619 2002 22 1.342 563.11 2.751 7.56620 1997 19 1.279 560.11 2.748 7.553

Jumlah 39.080 56.150 157.656Log Xo 1.954

Xo 89.949xo 2.808

'xo2 7.882'x2 7.8831/c 0.030

Page 134: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Harga 1/c dapat dicari menggunakan persamaan (3-33) dan (3-34)

x2 = 157.66/20 = 7.8828

1/c = (((2.20)/(20-1))*(x2 – xo2)))0.5 = 0.04

Tabel V.20. Perhitungan Hujan Harian Maksimum Dengan Menggunakan Iwai

Kadoya

Sumber : Hasil Perhitungan

5.2.6. Uji Chi Kuadrat

Tabel V.21. Perhitungan Untuk Uji Chi Kuadrat

ξ (1/c)ξ Log (X+b) X+b HHM (mm/hari)(1/c)*1 Xo+(2) Antilog (3) (4)-b

1 2 3 4 52 2.8075 641.95 100.845 0.5951 0.023804 2.8313 678.11 137.00

10 0.9062 0.036248 2.8437 697.7502 156.6425 1.2379 0.049516 2.8570 719.45 178.3450 1.4522 0.058088 2.8656 733.84 192.73100 1.6450 0.065800 2.8733 746.96 205.85

PUH

No. Tahun R (mm/hari) Log( R) Log (R+b)1 2005 184 2.264818 2.862 2003 163 2.212188 2.853 2004 138 2.139879 2.834 1995 137 2.136721 2.835 1988 126 2.100371 2.826 2000 123 2.089905 2.827 1987 118 2.071882 2.828 1999 112 2.049218 2.819 1989 111 2.045323 2.81

10 1992 111 2.045323 2.8111 2006 109 2.037426 2.8112 1990 99 1.995635 2.8113 1996 97 1.986772 2.814 1994 95 1.977724 2.815 1993 94 1.973128 2.816 1991 82 1.913814 2.7917 2001 57 1.755875 2.7818 1998 46 1.662758 2.7719 2002 22 1.342423 2.7520 1997 19 1.278754 2.75

Jumlah 2043 39.08 56.15Rata-rata 102.15 1.95 2.81Sd 42.02 0.26 0.0288X 102.15+42.02k1.95+0.26k2.81+0.0288kPeluang 0.2 0.2 0.2K1 = -0.84 67 1.73 2.79K2 = -0.25 92 1.89 2.8K3 = 0.25 113 2.02 2.82K4 =0.84 137 2.17 2.83

Page 135: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Sumber : Hasil Perhitungan

Data pengamatan yang dipakai :

12. Metode Gumbel : Xi

13. Metode Log Pearson Type III : Log Xi

14. Metode Iwai Kadoya : Log (Xi + b)

Ketiga metode dicari persamaan umumnya seperti pada persamaan (3-37)

dengan mengambil interval peluang = 0.2, dari Tabel IV.7 maka dapat dicari harga k untuk

menentukan range masing-masing sub group.

Tabel V.22. Uji Chi Kuadrat Untuk Metode Gumbel

Tabel V.23. Uji Chi Kuadrat Untuk Metode Log Pearson Type III

Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel V.24. Uji Chi Kuadrat Untuk Metode Iwai Kadoya

Sumber : Hasil Perhitungan

NoBatas Sub GroupJumlah Data (Oi) Ei Oi – Ei1 < 67 4 4 0 0 02 67-92 1 4 -3 9 2.253 92-113 8 4 4 16 44 113-137 4 4 0 0 05 >137 3 4 -1 1 0.25

Jumlah 20 6.5

(Oi – Ei)2 (Oi – Ei)2/(Oi – Ei)

NoBatas Sub GroupJumlah Data (Oi) Ei Oi – Ei1 <1.73 3 4 -1 1 0.252 1.73-1.89 1 4 -3 9 2.253 1.89-2.02 6 4 2 4 14 2.02-2.17 8 4 4 16 45 >2.17 2 4 -2 4 1

Jumlah 8.5

(Oi – Ei)2 (Oi – Ei)2/(Oi – Ei)

NoBatas Sub GroupJumlah Data (Oi Ei Oi – Ei1 <2.79 4 4 0 0 02 2.79-2.8 1 4 -3 9 2.253 2.8-2.82 8 4 4 16 44 2.82-2.83 5 4 1 1 0.255 >2.83 2 4 -2 4 1

Jumlah 7.5

(Oi – Ei)2 (Oi – Ei)2/(Oi – Ei)

Page 136: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Dari Tabel V.18, V.19, dan V.20, χ2 hitung = 6.5, 8.5, dan 7.5, pada derjat kebebasan (dk)

5 – 2 – 1 = 2

Berdasarkan Tabel V.21, maka besarnya peluang untuk mencapai χ2 lebih dari 6.5, 8.5

dan 7.5 adalah lebih besar dari pada 5 %, berati semua metode yang dipakai dapat diterima,

oleh karena itu di gunakan cara lain untuk menentukan distribusi frekuensi curah hujan

maksimum (CHHM), yaitu dengan cara membandingkan ketiga metode dan di lihat

metode mana yang menghasilkan CHHM paling besar.

Tabel V.25 Perbandingan Tiga Metode Curah Hujan Maksimum

Sumber : Hasil Perhitungan

Dari Tabel IV.22 terlihat bahwa CHMM paling besar dihasilkan oleh Metode Gumbel,

maka atas dasar ini CHMM dari metode gumbel akan digunakan pada prencanaan

selanjutnya.

Tabel V.26. CHHM Yang Digunakan Dalam Perencanaan Drainase Panjatan

Sumber : Hasil Perhitungan

5.2.7. Analisis Intensitas Hujan

5.2.7.1. Metode Van Breen

Dari persamaan (3-38), maka dapat di hitung intensitas hujan menurut metode Van Breen

PUHCurah Hujan Harian Maksimum

Gumbel Log Pearson Iwai Kadoya2 95.22 ± 13.98 104.69 100.845 132.53 ± 24.5 146.49 137.0010 157.23 ± 33.09 162.82 156.6425 188.44 ± 44.47 175.15 178.3450 211.6 ± 53.09 180.43 192.73

100 234.58 ± 61.73 183.82 205.85

PUHCurah Hujan Harian Maksimum

(mm/hari)2 95.225 132.53

10 157.2325 188.4450 211.6100 234.58

Page 137: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel V.27. Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Metode Van Breen

Sumber : Hasil Perhitungan

Berikut contoh perhitungan untuk PUH 2 tahun dengan durasi 60 menit

IT = ((54 RT + (0.007 RT )2)) / ((tc+(0.31* RT ))

= ((54*95.22+ ((0.007*95.22)2) / ((60+(0.31*95.22))

= 57.44

5.2.7.2. MetodeBell Tanimoto

Karena akan di perbandingkan dengan metode Van Breen, yang menyatakan besar dan

lamanya durasi hujan harian di Indonesia (khususnya Pulau Jawa) terpusat selama 4 jam

dengan hujan efektif 90 % dari hujan selama 24 jam, maka pada metode Bell dan Tanimoto

ini juga hanya dihitung selama 4 jam pertama saja.

Durasi Intensitas Hujan Menurut Metode Van Breen(Menit) 2 5 10 25 50 100

95.22 132.53 157.23 188.44 211.6 234.585 148.97 155.31 158.01 160.49 161.89 163.0210 130.13 140.11 144.56 148.76 151.18 174.2320 103.85 117.17 123.53 129.79 133.52 136.6540 73.97 88.27 95.69 103.41 108.23 112.460 57.44 70.81 78.09 85.95 90.99 95.4680 46.95 59.11 65.96 73.53 78.5 82.96

120 34.39 44.43 50.32 57.04 61.58 65.74240 19.08 25.46 29.41 34.11 37.4 40.52

Page 138: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel V.28 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Metode Bell Tanimoto

Sumber: Hasil Hitungan

Contoh Perhitungan

Dari persamaan (3.40), (3.41) dan (3.42), maka dapat dicari intensitas hujan menurut

meode Bell-Tanimoto untuk PUH 50

R6010 = (211.6/170)*((87+28)/2) = 71.57

PUH Durasi (t) X R (60,10) R (t,T) I (t,T)Tahun Menit (mm/hari) (mm/jam)

5 6.59 79.0410 9.86 59.1520 13.75 41.25

2 40 95.22 32.21 18.38 27.5760 21.48 21.4880 23.88 17.91

120 27.57 13.79240 34.82 8.75 11.83 141.9110 17.7 106.2120 24.69 74.07

5 40 132.53 44.83 33 49.560 38.57 38.5780 42.88 32.16

120 49.51 24.75240 62.51 15.635 16.35 196.2310 24.48 146.8620 34.14 102.42

10 40 157.23 53.18 45.63 68.4460 53.33 53.3380 59.29 44.47

120 68.46 34.23240 86.44 21.615 23.32 279.8810 34.91 209.4720 48.69 146.08

25 40 188.44 63.74 65.08 97.6260 76.07 76.0780 84.57 63.43

120 97.64 48.82240 123.29 30.825 29.49 353.8710 44.14 264.8520 61.57 184.7

50 40 211.6 71.57 82.29 123.4360 96.18 96.1880 106.93 80.2

120 123.45 61.73240 155.88 38.975 36.11 433.2810 54.05 324.2820 75.38 226.14

100 40 234.58 79.34 100.75 151.1360 117.76 117.7680 130.92 98.19

120 151.15 75.58240 190.86 47.72

Page 139: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Untuk durasi hujan 40 menit

R4050 = ((0.21(ln50))+0.52)*(0.54(400.25 )-0.50)*(71.57) = 82.29

I4050 = (60/40)*82.29 = 123.43

5.2.7.3. Metode Hasper dan Der Weduwen

Dengan menggunakan persamaan (3-43) sampai (3-45), maka dapat dihitung intensitas

hujan menurut Hasper dan Der Weduwen.

Page 140: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel V.29 Perhitungan Intensitas Hujan Menggunakan Metode Hasper-

Weduwen

Sumber : Hasil Perhitungan

PUH Durasi (t) Durasi (t) X Ri R ITahun Menit Jam (mm/hari) mm/jam

5 0.08 76.61 45.50 545.9810 0.17 83.99 49.25 295.5020 0.33 89.85 51.40 154.20

2 40 0.67 95.22 93.73 51.20 76.8160 1 95.22 49.87 49.8780 1.33 96.01 55.39 41.54120 2 96.82 63.26 31.63240 4 97.67 75.87 18.975 0.08 90.59 53.81 645.67

10 0.17 105.63 61.94 371.6320 0.33 118.99 68.06 204.19

5 40 0.67 132.53 128.64 70.27 105.4160 1.00 132.53 69.41 69.4180 1.33 134.63 77.09 57.82120 2.00 136.85 88.05 44.03240 4.00 139.19 105.60 26.405 0.08 97.75 58.06 696.66

10 0.17 117.8 69.07 414.4320 0.33 136.77 78.24 234.71

10 40 0.67 157.23 151.22 82.61 123.9160 1.00 157.23 82.34 82.3480 1.33 160.52 91.45 68.59120 2.00 164.03 104.46 52.23240 4.00 167.78 125.28 31.325 0.08 105.13 62.44 749.25

10 0.17 131.23 76.95 461.6920 0.33 157.71 90.22 270.65

25 40 0.67 188.44 179.17 97.88 146.8160 1.00 188.44 98.69 98.6980 1.33 193.61 109.61 82.21120 2.00 199.19 125.20 62.60240 4.00 205.24 150.14 37.545 0.08 109.69 65.15 781.79

10 0.17 140.04 82.11 492.6720 0.33 172.26 98.54 295.61

50 40 0.67 211.6 199.5 108.98 163.4760 1.00 211.6 110.82 110.8280 1.33 218.44 123.08 92.31120 2.00 225.9 140.58 70.29240 4.00 234.07 168.60 42.155 0.08 113.62 67.49 809.83

10 0.17 147.95 86.75 520.5120 0.33 185.92 106.35 319.06

100 40 0.67 234.58 219.33 119.82 179.7360 1.00 234.58 122.85 122.8580 1.33 243.31 136.44 102.33120 2.00 252.92 155.85 77.93240 4.00 263.57 186.90 46.73

Page 141: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Contoh Perhitungan

Untuk PUH 100 tahun dengan durasi selama 40 menit (0.67 jam), maka digunakan

persamaan (3-46) untuk mendapatkan curah hujan menurut Hasper-Weduwen.

Rt = 234.58*(((1218*0.67)+54)/(((234.58+(1-0.67))+(1272*0.67))))=219.33

R = ((11300/(0.67+3.12))^0.5)*(219.33/100) = 119.82

I = 119.82/0.67 = 179.73

5.2.8. Penentuan Rumus Intensitas Hujan

Untuk menentukan rumus intensitas hujan yang dipakai, maka ketiga metode

penentuan intensitas hujan (Metode Van Breen, Bell, dan Hasper-Weduwen)

disubsitusikan pada persamaan-pesamaan Talbot, Sherman dan Ishiguro.

Kemudian dicari selisih kuadrat terkecil antara intensitas hujan masing-masing metode,

dengan intensitas hujan hasil subsitusi pada persamaan-persamaan talbot, sherman, dan

ishiguro. Semuanya diperbandingkan, dan dipilih yang mempunyai delta terkecil

Tabel V.30. Perbandingan Delta Tekecil

Sumber : Hasil Perhitungan

Dari Tabel di atas, delta terkecil diperoleh dari data intensitas hujan menurut metode Van

Breen dengan menggunakan persamaan Talbot.

5.2.8.1 Penggambaran Kurva Lengkung Intensitas

Kurva frekuensi intensitas - lamanya menggambarkan persamaan-persamaan

intensitas hujan wilayah perencanaan yang dapat digunakan untuk perhitungan limpasan

(run off) dengan rumus rasional dan besarnya kemungkinan terjadinya intensitas curah

hujan yang berlaku untuk lamanya curah hujan sembarang. Kurava lengkung intensitas

kecamatan panjatan pada PUH 10 tahunan dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

No. PUH Hasper – Weduwen Van Breen Bell TanimotoTalbot Sherman Ishiguro Talbot Sherman Ishiguro Talbot Sherman Ishiguro

1 2 8.55 7.23 34.74 0 10.23 9.97 42.98 42.92 43.032 5 11.72 6.16 38.89 0.01 11.10 10.40 26.78 26.67 27.403 10 13.61 6.34 40.61 0 11.57 10.31 15.35 23.09 24.174 25 15.82 8.39 41.5 6.51 10.13 7.16 31.31 38.96 39.305 50 17.32 9.81 41.77 9.89 8.32 5.48 41.79 47.00 46.116 100 18.71 11.39 41.8 12.89 10.28 8.52 61.44 59.29 56.24Jumlah 85.72 49.33 239.3 29.3 61.63 51.84 219.65 237.93 236.24

Page 142: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Lengkung Intensitas Van Breen PUH 10 Tahunan

0.0050.00

100.00150.00200.00250.00

0.083 0.167 0.333 0.667 1.000 1.333 2.000 4.000

Waktu Distribusi (jam)

Leng

kung

In

tens

itas

(mm

/jam

)

Talbot Sherman Ishiguro

Gambar 5.14a Kurva Lengkung Intensitas PUH 10 Tahunan

5.3. Perencanan Teknis

5.3.1 Pertimbangan Usulan Perencanaan

Lokasi Perencanaan difokuskan pada empat desa yaitu Desa Gotakan, Desa

Panjatan, Desa Cereme, dan Desa Kanoman. Mengingat pada daerah tersebut merupakan

daerah yang sangat potensial untuk banjir. Untuk pembagian blok perencanaan di bagi

menjadi tiga blok, untuk jelasanya dapat dilihat pada gambar 5.14 dan 5.15. Sedangkan

untuk peta jaringannya dapat dilihat pada gambar 5.16, 5.17 dan 5.18.

Page 143: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj
Page 144: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj
Page 145: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj
Page 146: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj
Page 147: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj
Page 148: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

5.3.1.1 Kondisi Fisik Daerah Perencanaan

Curah Hujan

Secara iklim curah hujan di kecamatan panjatan bervariasi antara ±2000 mm/tahun hingga

±3000 mm/tahun. Oleh sebab itu potensial runoff yang ditimbulkan akan besar apabila di

daerah tersebut banyak pengunaan lahan yang menyebabkan permukaan tanah kedap air.

Geologi dan geohidrologi

Kondisi geohidro sangat dipengaruhi oleh geologi kawasannya, dimana kawasan panjatan

tipologi akuifer nya adalah sistem endapan alluvial pantai yang bergeologi batuan endapan

dan sedimen berupa lempung, pasir dan krikil. Dengan demikian material cendrung

mempunyai akuifer dengan produktivitas rendah, disebabkan pelapisan batuan pada batuan

endapan berlapis-lapis dengan permeabilitas lambat. Sedangkan pada batuan sedimen air

melalui patahan dan bidang lapis sehingga air cenderung hilang meresap. Kedalaman

variasi 7 – 25 M. Kemiringan lereng ke arah selatan menyebabkan air secara umum

mengalir kearah selatan, termasuk air tanah. Kecamatan Panjatan memiliki formasi

geologis dimana daerah tersebut menempati kawasan yang sangat subur yaitu kawasan

kipas alluvial dan dataran alluvial, yaitu fisiografi yang terbentuk dari proses pengendapan

oleh aktifitas sungai (fluvial) dan laut (fluvio marine) dengan kemiringan 0 – 2 %.

Penggunaan lahan

Dalam perencanaan ini kawasan panjatan dibagi menjadi 2 kawasan berdasarkan

penggunaan lahannya, yaitu kawasan pemukiman dan kawasan pertanian.

5.3.1.2 Keadaan Eksisting dan Rencana di Daerah Perencanaan

Saluran Alami Eksisting

Daerah daerah perencanaan dilalui oleh saluran-saluran alami yang dapat dimanfaatkan

sebagai badan air penerima dan penyalur debit limpasan. Saluran alami yang dijadikan

sebagai penerima debit limpasan adalah anak sungai progo. Saluran irigasi non teknis yang

terdapat di daerah perencanaan. Dengan memanfaatkan saluran alami ini sebagai penyalur

debit limpasan, maka akan memberi keuntungan baik dari segi teknis maupun ekonomi.

9. Dari segi teknis akan menghemat pekerjaan penggalian atau pengerukan untuk

pembuatan saluran.

10. Dari segi ekonomis, akan menghemat biaya pembebasan lahan.

Page 149: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Kemiringan Wilayah Menuju ke Badan Air Penerima

Peta kontur secara garis besar menunjukan bahwa kemiringan lahan pemukiman dan

pertanian mengarah ke selatan. Dari kemiringan lahan ini, maka anak sungai progo akan

menerima debit limpasan dari lahan pemukiman dan pertanian sebelah utara.

Arah pengaliran mengikuti garis ketinggian/kemiringan lahan yang ada, sehingga

pengaliran dapat terjadi secara gravitasi. Pengaliran secara gravitasi ini adalah paling baik

karena dapat mengurangi perlengkapan-perlengkapan ataupun bangunan-bangunan

tambahan, sehingga baik dari segi ekonomis.

5.3.2. Usulan Perencanaan Sistem Drainase

5.3.2.1 Prinsip Pengaliran Saluran

Pengaliran pada saluran drainase pada dasarnya secara alamiah mengikuti kondisi

topografi yang ada, yaitu mengikuti kontur alami dari tanah. Pengaliran secara gravitasi

tersebut dinilai sangat menguntungkan karena tidak adanya upaya penambahan lahan

urugan atau pemotongan pada jalur tanah (cut and fill). Adapun beberapa faktor yang perlu

diperhatikan dalam prinsip pengaliran saluran drainase adalah sebagai berikut:

1. Arah pengaliran sebisa mungkin mengikuti garis ketinggian permukaan tanah

sehingga pengaliran yang terjadi adalah secara alami menuju pada badan air

penerima terdekat.

2. Dasar permukaan saluran yang mempunyai kemiringan (slope) sangat kecil

diperlukan penanganan dengan mempertimbangkan kecepatan minimum yang

diijinkan. Diusahakan kemiringan dasar saluran tetap mengikuti kemiringan

permukaan tanah sejauh kemiringan tanah tidak memberikan aliran balik (back

water) menuju awal dimulai saluran.

3. Agar tidak terjadi penggerusan terhadap dinding saluran drainase maka perlu

memperhatikan kecepatan saluran agar tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu

rendah sehingga tidak terjadi pendangkalan pada dasar saluran sehingga

penampang efektif saluran untuk mengalirkan air hujan semakin keci dan

kemungkinan besar akan meluap. Dengan perkecualian pendangkalan bisa

diantisipasi dengan salah satu alternatifnya menangani permukaan tanah dengan

menanam tumbuhan, sehingga koefisien limpasan kecil dan waktu konsentrasi

semakin lama dan kecepatan penggerusan air di permukaan tanah semakin

kecil. Sehingga tanah tidak ikut mengalir masuk ke dalam saluran drainase.

Page 150: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

5.3.2.2 Upaya Mengurangi Beban Badan Air

Upaya mengurangi beban badan air penerima merupakan bagian dari alternatif

cara prncegahan banjir. Upaya tersebut ditujukan agar badan air penerima tidak kelebihan

muatan sehingga luapan banjir yang ada dapat dihindari. Dari Perta Daerah Aliran Sungai

yang dibuat dan terbagi menjadi beberapa sub DAS dan masing-masing inflow. Melihat

bentuk fisik model dari DAS dan laju inflow, maka di peroleh Peta Lokasi untuk kolam

penampungan. Penampungan sementara yang dapat dilakukan adalah pembangunan kolam

penampungan hujan. Pembangunan kolam juga bertujuan untuk konservasi air, karena air

mendapat kesempatan untuk meresap kedalam tanah. Fasilitas kolam retensi akan

mengurangi debit limpasan ke badan air penerima sehingga memperkecil base flow.

5.3.2.3 Cara Penyaluran

Sistem penyaluran yang digunakan adalah sistem terpisah dengan saluran air

buangan, dengan pertimbangan sebagai berikut:

g) Untuk menjaga kualitas air, yang dikaitkan dengan usaha konservasi air tanah, dimana

air yang diresapkan adalah air yang belum mengalami pencemaran.

h) Ketersediaan lahan memungkinkan untuk diterapkan sitem ini.

Sedangkan sasaran pemilihan sistem ini adalah:

10. Segi keamanan bagi kesehatan masyarakat karena air buangan ditangani secara lebih

khusus.

11. Kemudahan dalam konstruksi, operasi dan pemeliharaan.

12. Segi ekonomis dari dimensi saluran dan bangunan pengolahan air buangannya.

5.3.2.4 Bentuk dan Keadaan Saluran

Saluran drainase direncanakan berbentuk trapesium dengan talud 1:2

Pemilihan bentuk trapesium ini dengan pertimbangan:

m) Untuk mengatasi jika aliran kecil atau ketinggian air kecil, saluran berbentuk

trapesium ini relatif lebih baik dibandingkan dengan saluran berbentuk segi empat. Hal

ini karena dalam suatu ketinggian muka air yang sama, kecepatan aliran dalam saluran

trapesium lebih besar daripada kecepatan aliran dalam salura. segi empat. Dengan

keadaan tersebut dan dengan ditunjang oleh kemiringan saluran yang memadai, self

cleansing velocity dapat lebih mudah dipertahankan.

Page 151: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

n) Terdapat 3 jenis saluran, yaitu

a. Berupa saluran tersier, saluran ini terdapat pada Daerah Pengaliran Sungai ≤ 5 Ha

ataupun jalan-jalan kecil, dimana saluran tersebut menyalurkan air hujan menuju

saluran yang lebih besar. Serta

b. Saluran Sekunder, saluran ini terdapat pada Daerah Pengaliran Sungai 5 – 25 Ha.

Atau saluran ini merupakan saluran lanjutan dari saluran tersier, dimana kuantitas

air merupakan kumulatif dari saluran yang kecil, lalu disalurkan menuju saluran

primer.

c. Saluran Primer, saluran ini terdapat pada Daerah Pengaliran Sungai 25 - 50 Ha

atau saluran ini yang menampung asir hujan dari beberapa daerah pengaliran lewat

saluran sekunder.

Saluran dirancang sesuai dengan pola penampang saluran hidrolis optimum dengan

menggunakan pasangan batu kali pecah disetiap dinding dan dasar saluran dengan tujuan

agar tidak terjadi longsor. Dimensi saluran yang direncanakan dapat dilihat pada tabel

(V.31) s/d (V.33).

Page 152: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj
Page 153: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj
Page 154: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj
Page 155: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj
Page 156: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj
Page 157: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj
Page 158: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

5.3.2.5 Bangunan Pelengkap yang Digunakan

o) Gorong-gorong

Penampang gorong-gorong dibuat segi empat dari pasangan batu dengan pelat

beton bertulang sebagai penutup.

Alasan pemilihan adalah karena ideal untuk mengalirkan debit yang besar,

pembuatannya mudah, dan sangat kuat.

Penempatan gorong-gorong pada perlintasan saluran dengan jalan, sehingga

panjang gorong-gorong kurang lebih sama dengan lebar jalan.

Kecepatan yang dipakai dalam perencanaan gorong-gorong adalah 1.5m/dt.

Perhitungan dimensi gorong-gorong dapat dilihat pada tabel (V.34) s/d (V.36):.

Page 159: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj
Page 160: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj
Page 161: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj
Page 162: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

5.3.3 Evaluasi Saluran Eksisting

Saluran yang sudah ada di kecamatan panjatan ini merupakan saluran sekunder dimana

kuantitas air merupakan kumulatif dari saluran yang kecil, lalu disalurkan menuju saluran

utama atau saluran primer.

Diketahui : b = 50 cm

h = 70 cm

A = b x h

= 50 cm x 70 cm

= 3500 cm2 = 0.35 m2

misal : v = 1 m/s

hingga didapat Q = V / A

= 1 m/s / 0.35 m2

= 2.85 m3/s

bila dibandingkan dengan saluran yang akan direncanakan. Saluran eksisting ini masih

layak untuk menyalurkan air hujan karena pada saluran ini dapat menampung debit air

hingga 2.85 m3/s. Sementara pada saluran E-G4, debit air yang melalui saluran ini sebesar

0.421 m3/s. Apabila debit yang melalui saluran ini melebihi debit tampungannya (2.85

m3/s), sebaiknya ada perbesaran saluran agar dapat menyalurkan air hujan secara baik.

Page 163: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

5.3.4 Rencana Anggaran Biaya

Rencana Anggaran biaya dibuat untuk mengetahui besarnya biaya investasi

(capital avestment) pembangunan sistem penyaluran air hujan kecamatan panjatan. Biaya

inventasi tersebut dapat digunakan sebagai konsep dasar penyusunan anggaran

pembangunan bagi pihak pengembang/developer.

Perhitungan rencana anggaran biaya jalur terpilih didasarkan pada besarnya satuan jenis

pekerjaan dan bahan yang digunakan. Dalam perhitungan biaya ini, pertama-tama dicari

volume pekerjaan masing-masing jenis pekerjaan untuk saluran dan bangunan pelangkap,

serta kolam retensi. Perhitungan volume pekerjaan dapat dilihat pada tabel (V.37) s/d

(V.42).

Page 164: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel Perhitungan Saluran BOQ Blok A Lda y b Fb Volume (m3) No Jalur

ID Jalur (m) (m) (m) Batu Kali Galian Semen Pasir

1 53 B-G61 470 0.636 0.735 0.383 69.641 597.242 4.353 13.058 2 2 B-B' 530 0.378 0.437 0.295 46.750 280.604 2.922 8.766 3 4 B'A' 840 0.617 0.713 0.377 120.273 1012.189 7.517 22.551 4 A' 5 5 C-G5 820 0.359 0.415 0.287 68.459 398.341 4.279 12.836 6 G5 7 6 G5-G3 360 0.760 0.878 0.418 63.830 622.049 3.989 11.968 8 7 D-G3 280 0.702 0.811 0.402 46.037 422.276 2.877 8.632 9 G3

10 8 G3-G4 510 0.609 0.703 0.374 72.291 601.109 4.518 13.555 11 12 E-G4 360 0.481 0.555 0.332 40.459 284.179 2.529 7.586 12 G4 13 10 G4-C' 410 0.944 1.091 0.466 90.151 1035.732 5.634 16.903 14 17 H-G60 300 0.608 0.703 0.374 42.711 353.239 2.669 8.008 15 G60 16 9 G60-G2 350 0.763 0.881 0.419 62.282 608.316 3.893 11.678 17 1 A-G1 270 0.359 0.415 0.287 22.815 131.370 1.426 4.278 18 G1 19 26 G1-G2 350 0.359 0.415 0.287 29.473 170.390 1.842 5.526 20 G2 21 C' 22 11 G2-Out 800 0.858 0.991 0.444 159.272 1708.004 9.955 29.864 23 Out 24 13 F-G6 250 0.837 0.966 0.439 48.987 511.005 3.062 9.185 25 G6 26 14 G6-D' 340 0.392 0.452 0.300 31.205 190.833 1.950 5.851 27 15 G-G7 80 0.267 0.309 0.248 5.306 24.387 0.332 0.995 28 G7 29 D' 30 16 D'-Out 530 0.494 0.571 0.337 61.014 438.341 3.813 11.440 31 Out 32 18 J-G9 300 0.317 0.366 0.270 22.335 118.813 1.396 4.188 33 19 K-G9 250 0.373 0.431 0.293 21.995 129.785 1.375 4.124 34 G9 35 20 G9-G8 810 0.570 0.658 0.362 107.167 852.279 6.698 20.094 36 G8 37 21 L-E' 370 0.330 0.381 0.275 28.588 156.485 1.787 5.360 38 E' 39 22 E'-G10 380 0.422 0.488 0.312 37.509 241.368 2.344 7.033 40 G10 41 27 G10-G11 410 0.371 0.429 0.292 35.588 210.510 2.224 6.673 42 24 M-G11 240 0.602 0.695 0.372 33.910 277.486 2.119 6.358 43 G11 44 25 G11-Out 220 0.573 0.662 0.363 29.666 234.180 1.854 5.562 45 Out 46 28 N-Out 870 0.595 0.687 0.370 120.070 984.511 7.504 22.513 47 Out

Jumlah 1517.783 12595.024 94.861 284.584

Page 165: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel Perhitungan BOQ Saluran Blok B Lda y b Fb Volume (m3) No Jalur ID Jalur (m) (m) (m) Batu Kali Galian Semen Pasir

1 30 B-G16 637.5 0.528 0.610 0.348 78.247 589.010 4.890 14.671 2 G16 3 31 G16-G15 162.5 0.289 0.334 0.258 11.237 55.786 0.702 2.107 4 29 A-G15 812.5 0.494 0.570 0.337 93.165 670.406 5.823 17.468 5 G15 6 32 G15-G63 312.5 0.588 0.680 0.368 43.023 347.632 2.689 8.067 7 34 C-G63 262.5 0.317 0.366 0.270 19.595 104.029 1.225 3.674 8 G63 9 35 G63-B' 625 0.388 0.448 0.299 56.429 344.655 3.527 10.581

10 36 D-G20 975 0.811 0.937 0.432 183.331 1885.791 11.458 34.375 11 G20 12 B' 13 G20-G18 35 0.062 0.071 0.119 0.733 1.413 0.046 0.137 14 37 S'-G18 237.5 0.282 0.325 0.254 15.820 77.897 0.989 2.966 15 G18 16 48 G18-G68 925 0.507 0.586 0.342 108.863 798.405 6.804 20.412 17 33 G17-A' 312.5 0.690 0.797 0.398 50.394 456.704 3.150 9.449 18 38 A'-G19 337.5 0.528 0.609 0.348 41.646 311.828 2.603 7.809 19 39 F-G21 375 0.361 0.416 0.288 31.653 183.525 1.978 5.935 20 G21 21 40 E-E' 250 0.483 0.558 0.333 28.397 199.302 1.775 5.324 22 E' 23 41 E'-G19 150 0.186 0.214 0.207 6.749 25.666 0.422 1.265 24 G19 25 42 G19-C' 725 0.521 0.602 0.346 87.731 654.696 5.483 16.450 26 43 G-G22 400 0.323 0.373 0.273 30.230 163.398 1.889 5.668 27 G22 28 110 Y-D' 237.5 0.295 0.340 0.260 16.539 83.748 1.034 3.101 29 D' 30 45 D'-G23 775 0.463 0.535 0.326 83.376 574.056 5.211 15.633 31 G23 32 C' 33 46 C'-G25 275 0.288 0.333 0.258 18.704 93.732 1.169 3.507 34 G25 35 47 J-F' 837.5 0.397 0.459 0.302 77.271 480.150 4.829 14.488 36 F' 37 49 F'-G68 125 0.147 0.169 0.184 4.530 15.029 0.283 0.849 38 G68 39 50 G68-H' 162.5 0.310 0.358 0.267 12.015 62.264 0.751 2.253 40 51 K-G27 262.5 0.249 0.288 0.239 15.454 70.735 0.966 2.898 41 G27 42 52 G27-G31 312.5 0.434 0.501 0.316 31.761 207.641 1.985 5.955 43 G31 44 H' 45 54 H'-G26 62.5 0.194 0.225 0.211 3.130 11.675 0.196 0.587 46 G26 47 66 G26-J' 137.5 0.309 0.357 0.267 10.218 52.678 0.639 1.916

Page 166: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

48 67 R-G29 625 0.634 0.732 0.382 92.096 789.225 5.756 17.268 49 G29 50 J' 51 68 J'-G30 162.5 0.408 0.472 0.306 15.774 97.925 0.986 2.958 52 G30 53 77 G30-G28 225 0.754 0.871 0.416 39.802 383.473 2.488 7.463 54 69 S-G28 325 0.688 0.794 0.398 52.221 472.363 3.264 9.792 55 G28 56 70 G28-G32 150 0.606 0.701 0.373 21.567 175.982 1.348 4.044 57 G32 58 71 G32-G33 187.5 0.582 0.672 1.139 26.053 351.312 1.628 4.885 59 72 T-G33 225 0.770 0.889 0.421 40.659 398.016 2.541 7.624 60 G33 61 75 G33-K' 287.5 0.939 1.084 0.465 63.059 718.951 3.941 11.824 62 74 V-G34 737.5 0.879 1.015 0.450 150.412 1641.677 9.401 28.202 63 G34 64 K' 65 76 K'-G35 500 0.942 1.088 0.465 109.537 1257.969 6.846 20.538 66 G35 67 Out 68 57 L-G24 275 0.325 0.376 0.273 21.059 113.799 1.316 3.949 69 G24 70 58 M-L' 187.5 0.287 0.331 0.257 12.798 63.423 0.800 2.400 71 L' 72 59 L'-G13 700 0.390 0.450 0.299 63.480 389.329 3.968 11.903 73 60 N-G13 412.5 0.453 0.523 0.323 43.605 294.372 2.725 8.176 74 G13 75 3 G13-M' 100 0.411 0.475 0.308 9.945 61.125 0.622 1.865 76 27 Z-G62 625 1.160 1.340 0.517 168.311 2273.646 10.519 31.558 77 G62 78 M' 79 64 M'-G14 50 0.230 0.266 0.230 3.000 12.157 0.187 0.562 80 100 X-G14 325 0.680 0.785 0.395 51.630 463.125 3.227 9.681 81 G14 82 65 G14-G12 325 0.536 0.620 0.351 40.791 308.872 2.549 7.648 83 G12 84 Out 85 73 U-G37 487.5 1.137 1.314 0.511 128.898 1712.247 8.056 24.168 86 Out 87 56 K-G69 312.5 0.472 0.545 0.329 34.524 238.968 2.158 6.473 88 G69 89 55 G69-G36 225 0.528 0.609 1.085 28.231 359.811 1.764 5.293 90 61 P-G36 850 0.482 0.557 0.333 95.092 673.012 5.943 17.830 91 G36 92 62 Q-N' 437.5 0.326 0.377 0.274 33.382 181.837 2.086 6.259 93 N' 94 63 N'-G38 1200 0.775 0.895 0.422 215.471 2143.902 13.467 40.401 96 Out

Jumlah 2721.639 24098.372 170.102 510.307

Page 167: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel Perhitungan BOQ Saluran Blok C Lda y b Fb Volume (m3) No Jalur

ID Jalur (m) (m) (m) Batu Kali Galian Semen Pasir

1 81 C-G39 483.75 2.093 2.417 0.694 235.142 5121.499 14.696 44.089 2 G39 3 80 A-A' 562.5 1.565 1.808 0.600 204.405 3506.134 12.775 38.326 4 A' 5 82 A'-B 562.5 1.418 1.638 0.571 185.179 2932.294 11.574 34.721 6 B(out) 7 83 E-G40 90 1.382 1.596 0.564 29.672 448.890 1.854 5.563 8 G40 9 84 G40-G41 360 1.849 2.136 0.652 154.948 3039.348 9.684 29.053

10 85 F-G41 416.25 1.348 1.558 0.557 130.585 1983.013 8.162 24.485 11 G41 12 78 G41-G42 360 2.056 2.374 0.688 172.197 3688.019 10.762 32.287 13 G42 14 86 G42-G43 146.25 0.837 0.967 0.439 28.957 299.598 1.810 5.429 15 G43 16 87 G43-G44 438.75 3.462 3.999 0.892 352.815 11810.485 22.051 66.153 17 90 G-G44 562.5 2.198 2.539 0.711 286.979 6518.488 17.936 53.809 18 G44 19 88 G44-G45 78.75 0.704 0.813 0.402 13.415 119.737 0.838 2.515 20 G45 21 89 H-H' 573.75 3.468 4.005 0.893 461.510 15489.226 28.844 86.533 22 H' 23 91 H'-G46 450 1.942 2.243 0.668 203.114 4155.508 12.695 38.084 24 G46 25 92 G46-G64 337.5 1.288 1.488 0.544 101.344 1481.773 6.334 19.002 26 G64 (Out) 27 111 N-G66 945 1.659 1.916 0.618 363.146 6542.803 22.697 68.090 28 113 0-G66 393.75 2.340 2.702 0.734 214.188 5117.457 13.387 40.160 29 G66 30 112 G66-G47 213.75 1.139 1.316 0.512 57.071 753.444 3.567 10.701 31 114 P – G47 405 0.837 0.967 0.439 78.970 827.901 4.936 14.807 32 G47 (Out) 33 115 Q-G48 202.5 1.139 1.315 0.512 54.094 713.448 3.381 10.143 34 G48 35 116 G48-G67 123.75 1.000 1.155 0.480 29.343 346.563 1.834 5.502 36 79 D-G57 37 G67 (Out) 38 95 J-G50 168.75 1.330 1.536 0.553 52.757 784.717 3.297 9.892 39 G50 40 94 G50-G49 222.75 1.278 1.476 0.542 66.625 963.490 4.164 12.492 41 G49 42 98 G49-G65 78.75 0.662 0.765 0.390 12.632 107.760 0.790 2.369 43 99 K-G65 337.5 2.023 2.337 0.682 158.959 3357.857 9.935 29.805 44 G65 45 100 G65-G51 348.75 2.048 2.366 0.686 166.267 3549.725 10.392 31.175 46 G51 47 44 G51-G52 168.75 1.307 1.509 0.548 51.846 760.449 3.240 9.721

Page 168: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

48 102 L-G52 798.75 3.244 3.746 0.864 600.278 19030.788 37.517 112.552 49 G52 50 104 G52-G53 315 1.541 1.780 0.595 113.164 1909.830 7.073 21.218 51 G53 52 110 G53-D' 551.25 1.539 1.777 0.595 196.957 3331.636 12.310 36.929 53 96 L-G57 168.75 1.371 1.583 0.561 54.367 828.519 3.398 10.194 54 G57 55 97 G57-G56 270 2.286 2.640 0.725 143.919 3361.908 8.995 26.985 56 106 M-G56 427.5 1.226 1.417 0.531 121.982 1718.116 7.624 22.872 57 G56 58 105 G56-G58 483.75 2.699 3.118 0.788 303.185 8189.672 18.949 56.847 59 G58 60 93 G58-G59 315 1.542 1.781 0.596 113.228 1911.764 7.077 21.230 61 G59 62 D' 63 107 G59-G55 258.75 1.548 1.788 0.597 93.554 1581.735 5.847 17.541 64 G55 65 108 G55-G54 281.25 2.356 2.721 0.736 154.446 3702.436 9.653 28.959 66 109 S-G54 393.75 2.053 2.371 0.687 187.956 4023.168 11.747 35.242 67 101 R-G54 562.5 2.742 3.167 0.794 357.808 9801.469 22.363 67.089

Jumlah 6307.005 143810.667 394.188 1182.564

Page 169: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel Perhitungan BOQ Gorong-gorong Blok A Lda Lebar h b Volume (m3)

No Jalur ID ID (m) Jalan (m) (m) (m) Galian Batu Kali Beton Semen Kerikil Pasir

1 B-G61 G61 470 8 0.579 1.157 12.982 14.287 5.623 1.890 4.732 7.574 2 C-G5 G5 820 8 0.553 1.106 12.113 13.959 5.459 1.841 4.612 7.383

G5 G5-G3 3 D-G3

G3 280 8 1.282 2.564 47.509 23.288 10.124 3.240 8.032 12.825

G3 G3-G4 4 E-G4

G4 360 8 1.416 2.832 56.430 25.005 10.982 3.497 8.662 13.826

5 H-G60 G60 300 8 0.577 1.154 12.917 14.262 5.611 1.886 4.723 7.560 G60 6

G60-G2 G62 350 8 0.927 1.853 27.501 18.742 7.851 2.558 6.365 10.173

7 A-G1 G61 270 8 0.349 0.697 6.155 11.343 4.152 1.448 3.652 5.857 G1 8

G1-G2 G62 350 8 0.459 0.917 9.143 12.750 4.855 1.659 4.168 6.677

9 F-G6 G6 250 8 0.653 1.306 15.655 15.236 6.098 2.032 5.080 8.128 10 G-G7 G7 80 8 0.210 0.420 3.097 9.565 3.263 1.181 3.001 4.820

J-G9 11 K-G9

G9 250 8 0.519 1.039 11.012 13.528 5.244 1.776 4.454 7.131

G9 12 G9-G8

G8 810 8 1.113 2.227 37.360 21.131 9.045 2.916 7.241 11.566

L-E' 13 E'-G10

G10 380 8 0.907 1.813 26.520 18.483 7.722 2.519 6.271 10.022

G10 G10-G11 14 M-G11

G11 240 8 1.126 2.253 38.099 21.297 9.128 2.941 7.302 11.663

Jumlah 316.495 232.875 95.158 31.385 78.294 125.204

Page 170: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel Perhitungan BOQ Gorong-gorong Blok B No Jalur ID ID Lda Lebar h b Volume (m3)

(m) Jalan (m) (m) (m) Galian Batu Kali Beton Semen Kerikil Pasir 1 B-G16 G16 637.5 8 0.743 1.487 19.227 16.396 6.678 2.206 5.505 8.804 2 G16 G15 812.5 8 1.030 2.060 32.774 20.063 8.511 2.756 6.850 10.943 G16-G15 A-G15

3 G15 G63 262.5 8 1.339 2.679 51.251 24.026 10.493 3.350 8.303 13.255 G15-G63 C-G63

4 D-G20 G20 975 8 0.667 1.333 16.171 15.411 6.186 2.058 5.144 8.230 5 G20 G18 237.5 8 0.779 1.559 20.739 16.856 6.908 2.275 5.674 9.072 G20-G18 S'-G18

6 G18-G68 G68 925 8 0.884 1.769 25.470 18.201 7.581 2.477 6.167 9.857 7 G17-A' G19 150 8 0.810 1.620 22.064 17.246 7.103 2.334 5.817 9.300 A'-G19 E-E' E'-G19

8 F-G21 G21 375 8 0.318 0.636 5.405 10.948 3.954 1.389 3.507 5.626 9 G-G22 G22 400 8 0.472 0.943 9.534 12.918 4.939 1.684 4.230 6.775 10 Y-D' G23 775 8 0.752 1.504 19.582 16.505 6.733 2.222 5.545 8.868

D'-G23 11 G19 G25 275 8 1.190 2.379 41.814 22.108 9.534 3.063 7.600 12.137

G19-C' C'-G25

12 J-F' G68 125 8 0.690 1.380 17.078 15.712 6.336 2.103 5.254 8.405 F'-G68

13 K-G27 G27 262.5 8 0.300 0.600 4.990 10.719 3.839 1.355 3.424 5.493 14 G27 G31 312.5 8 0.588 1.176 13.309 14.407 5.684 1.908 4.776 7.644

G27-G31 15 G68 G26 62.5 8 0.714 1.428 18.029 16.019 6.490 2.150 5.367 8.584

H'-G26

Page 171: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

16 R-G29 G29 625 8 0.994 1.988 30.890 19.604 8.282 2.687 6.681 10.675 17 G26 G30 162.5 8 0.943 1.886 28.313 18.953 7.956 2.590 6.443 10.296

G26-J' J'-G30

18 G30 G28 325 8 1.333 2.667 50.842 23.946 10.453 3.339 8.274 13.209 G30-G28 S-G28

19 G28-G32 G32 150 8 0.483 0.966 9.877 13.063 5.011 1.706 4.283 6.860 20 G32 G33 225 8 0.907 1.814 26.535 18.487 7.724 2.520 6.272 10.024

G32-G33 T-G33

21 V-G34 G34 737.5 8 0.775 1.549 20.540 16.796 6.878 2.266 5.652 9.038 22 G33 G35 500 8 1.527 3.054 64.397 26.428 11.694 3.711 9.184 14.657

G33-K' K'-G35

23 L-G24 G24 275 8 0.481 0.962 9.811 13.035 4.998 1.702 4.273 6.844 24 M-L' G13 412.5 8 0.998 1.995 31.075 19.649 8.305 2.694 6.698 10.702

L'-G13 N-G13

25 Z-G62 G62 625 8 1.200 2.401 42.451 22.244 9.602 3.083 7.650 12.216 26 G13 G14 325 8 1.288 2.575 47.874 23.361 10.160 3.251 8.059 12.867

G13-M' M'-G14 X-G14

27 G14 G12 325 8 1.421 2.842 56.778 25.069 11.014 3.507 8.685 13.863 G14-G12

28 U-G37 G37 487.5 8 1.138 2.276 38.766 21.445 9.203 2.963 7.357 11.750 29 K-G69 G69 312.5 8 0.566 1.132 12.542 14.122 5.541 1.865 4.671 7.478 30 G69-G36 G36 850 8 0.944 1.889 28.366 18.966 7.963 2.592 6.448 10.304

P-G36 31 Q-N' G38 1200 8 1.217 2.435 43.484 22.462 9.711 3.116 7.729 12.343

N'-G38 Jumlah 859.980 565.165 235.462 76.921 191.520 306.120

Page 172: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel Perhitungan BOQ Gorong-gorong Blok C Lda Lebar h b Volume (m3)

No Jalur ID ID (m) Jalan (m) (m) (m) Galian Batu Kali Beton Semen Kerikil Pasir

1 C-G39 G39 483.75 8 1.581 3.161 68.396 27.111 12.035 3.813 9.434 15.055 2 E-G40 G40 90 8 1.384 2.768 54.232 24.595 10.777 3.436 8.511 13.587

G40 G40-G41 3

F-G41 G41 416.25 8 2.458 4.915 151.200 38.339 17.649 5.497 13.551 21.604

G41 4 G41-G42

G42 360 8 2.967 5.933 213.904 44.852 20.906 6.474 15.939 25.404

5 G42-G43 G43 146.25 8 0.528 1.057 11.302 13.643 5.301 1.793 4.496 7.198 G43

G43-G44 6 G-G44

G44 562.5 8 3.334 6.668 265.877 49.555 23.258 7.180 17.664 28.147

G44 7 G44-G45

G45 78.75 8 3.384 6.769 273.458 50.201 23.581 7.277 17.901 28.524

H-H' 8 H'-G46

G46 450 8 3.039 6.079 223.749 45.783 21.372 6.614 16.281 25.947

G46 9 G46-G64

G64 337.5 8 3.458 6.916 284.695 51.143 24.052 7.418 18.246 29.074

N-G66 10 0-G66

G66 393.75 8 2.466 4.932 152.155 38.447 17.704 5.514 13.591 21.667

G66 G66-G47 11 P – G47

G47 405 8 2.845 5.691 198.005 43.302 20.131 6.242 15.371 24.500

12 Q-G48 G48 202.5 8 1.038 2.076 33.215 20.168 8.564 2.772 6.888 11.005 G48 13

G48-G67 G67 123.75 8 1.507 3.015 62.934 26.174 11.567 3.673 9.090 14.508

14 J-G50 G50 168.75 8 1.124 2.247 37.945 21.262 9.111 2.936 7.289 11.643

Page 173: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

G50 15 G50-G49 G49 222.75 8 1.500 3.000 62.391 26.078 11.519 3.658 9.055 14.452

G49 G49-G65 16

K-G65 G65 337.5 8 2.829 5.657 195.849 43.087 20.024 6.210 15.292 24.374

G65 17 G65-G51

G51 348.75 8 3.283 6.566 258.359 48.905 22.933 7.082 17.425 27.768

G51 G51-G52 18

L-G52 G52 168.75 8 4.271 8.541 423.766 61.544 29.252 8.978 22.059 35.141

G52 19 G52-G53

G53 315 8 4.540 9.080 475.893 64.989 30.975 9.495 23.323 37.150

20 L-G57 G57 168.75 8 1.391 2.782 54.722 24.687 10.823 3.450 8.545 13.641 G57

G57-G56 21 M-G56

G56 427.5 8 2.843 5.686 197.674 43.269 20.115 6.237 15.359 24.480

G56 22 G56-G58

G58 483.75 8 3.401 6.801 275.888 50.407 23.683 7.308 17.976 28.644

G58 23 G58-G59

G59 315 8 3.540 7.080 297.508 52.195 24.577 7.576 18.631 29.687

G59 24 G59-G55

G55 258.75 8 3.750 7.500 331.489 54.879 25.920 7.979 19.616 31.253

G55 G55-G54

S-G54 25

R-G54

G54 562.5 8 5.955 11.910 799.522 83.103 40.031 12.212 29.964 47.717

Jumlah 5404.127 1047.719 485.860 150.825 371.497 592.169

Page 174: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Sedangkan untuk perhitungan akumulasi volume saluran dan akumulasi volume gorong-

gorong dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel V.43 Akumulasi Volume Saluran No Blok Batu Kali (m3) Galian (m3) Semen (m3) Pasir (m3) 1 A 1517.783 12595.024 94.861 284.584 2 B 2721.639 24098.372 170.102 510.307 3 C 6307.005 143810.667 394.188 1182.564 Jumlah 10546.427 180504.064 659.152 1977.455

Tabel V.44 Akumulasi Volume Gorong-gorong

No Blok Galian (m3)

Batu Kali (m3)

Beton (m3)

Semen (m3)

Kerikil (m3)

Pasir (m3)

1 A 316.495 232.875 95.158 31.385 78.294 125.204 2 B 859.980 565.165 235.462 76.921 191.520 306.120 3 C 5404.127 1047.719 485.860 150.825 371.497 592.169 Jumlah 6580.602 1845.759 816.480 259.131 641.312 1023.493

Volume pekerjaan dikalikan dengan harga satuannya, yang diperoleh dari Daftar SNI

Harga Satuan Pekerjaan, Tahun Anggaran 2007

Rekapitulasi biaya pekerjaannya dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 175: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel V.45 Rekapitulasi RAB Kecamatan Panjatan Harga Satuan Jumlah No Jenis Pekerjaan Analisa Volume Satuan RP. Rp.

I PEKERJAAN PERSIAPAN 1 Uitzet dan Pasang Bouwplank Taksir 1.00 LS 500,000.00 500,000.00 2 Pembersihan Lokasi Taksir 1.00 LS 495,000.00 495,000.00 3 Administrasi dan Dokumentasi Taksir 1.00 LS 490,000.00 490,000.00 SUB JUMLAH 1,485,000.00 II PEKERJAAN SALURAN 1 Galian Tanah biasa A.004 180504.064 m3 19,821.00 3,577,771,049.48 2 Urugan Pasir A.012 1977.455 m3 11,925.00 23,581,151.77 3 Pasangan Batu Kali 1:3:10 C.009 10546.427 m3 269,290.00 2,840,047,345.45 4 Plesteran 1:3 D.015 92435.50 m2 17,327.00 1,601,629,908.50 5 Lis Sponengan D.014 92435.50 m' 2,859.50 264,319,312.25 SUB JUMLAH 8,307,348,767.46 III PEKERJAAN GORONG-GORONG 1 Galian Tanah Biasa A.005 6580.602 m3 19,821.00 130,434,112 2 Urugan Pasir A.013 1023.493 m3 11,925.00 12,205,154 3 Cor Beton Bertulang B.002 816.480 m3 445,070.00 363,390,622 4 Pasangan Batu Kali 1:3:10 C.009 1845.759 m3 521,615.00 269,290

SUB JUMLAH 506,299,177.54 R E K A P I T U L A S I I. PEKERJAAN PERSIAPAN 1,485,000.00 II. PEKERJAAN SALURAN 8,307,348,767.46 III. PEKERJAAN GORONG-GORONG 506,299,177.54 JUMLAH 8,815,132,945.00 PPN 10 % 881,513,294.50 JUMLAH TOTAL 9,696,646,239.50 DIBULATKAN 9,696,646,000.00 Terbilang :Sembilan Milyar Enam Ratus Sembilan Puluh Enam Juta Seratus Dua Ribu Rupiah

Page 176: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

5.3.5 Spesifikasi teknis

Umum

Spesifikasi Teknik merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh pemborong untuk

mengerjakan bangunan saluran air hujan kecamatan panjatan sektor perencanaan. Pada

dasarnya pelaksanaan pekerjaan lapangan akan selalu dikondisikan dengan keadaan

setempat sehingga ada kemungkinan adanya perubahan spesifikasi yang telah ditentukan.

Tetapi spesifikasi harus dilaksanakan untuk menunjang fungsi bangunandan umur

bangunan. Apabila menyimpng dari spesifikasi yang ditentukan kemungkinan besar

bangunan tidak akan bertahan lama karena pengaruh kesalahan pembangunan. Adapun

spesifikasi pelaksanaan pekerjaan meliputi uraian pekerjaan, material/bahan yang

digunakan, dan jenis pekerjaan yang dilakukan.

Uraian Pekerjaan

Uraian pekerjaan yang dilaksanakan di kecamatan Panjatan meliputi pembangunan saluran

drainase untuk air hujan dan gorong-gorong.

Material/bahan yang digunakan

Bahan untuk Pekerjaan Beton

Bahan-bahan yang harus dipersiapkan dan dipergunakanpada pekerjaan beton adalah

sebagai berikut:

1. Semen

Semen yang dipakai adalah jenis pozzoland yang diproduksi sesuai dengan SNI 15-

0302-1994 untuk tipe A

2. Agregat

a. Agregat Halus (pasir)

• Butir-butir pasir yang digunakan tidak mengandung tanah, kadar

lumpur tidak boleh melebihi 5%.

• Butir-butir harus dapat melalui ayakan berlubang 3mm.

b. Agregat Kasar ( kerikil dan Batu Pecah)

• Harus terdiri dari butir-butir yang jeras, tidak berpori, bersifat kekal

sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah

yang diperoleh dari pemecahan batu.

Page 177: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

• Yang mengandung butir-butir pipih tidak melampaui 20% dari berat

agregat seluruhnya, dapat digunakan.

• Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan terhadap

berat kering), harus dicuci jia mengandung lumpur lebih dari 1.

• Tidak boleh mengandung sesuatu yang dapat merusak batu dan baja.

• Susunan butirnya harus memenuhu syarat-syarat yang ditetapkan.

• Besar butir maksimum tidak boleh lebih dari 1/5 jarak terkecil antara

bidang-bidang samping dari cetakan, 1/3 dari tebal pelat atau ¾ dari

jarak bersih minimum antara batang-batang atau berkas-berkas

tulangan.

• Penyimpangan dari batuan tersebut dapat dilakukan dengan seijin

tenaga ahli.

3. Batu kali

• Batu yang dipakai untuk pasangan tidak boleh berbentuk blondos melainkan

harus pecah.

• Batu harus cukup keras tidak mudah retak bahkan pecah.

4. Kapur

Kapur yang digunakan adalah kapur yang tidak berbentuk bongkahan tetapi

berbentuk serbuk dengan mutu tinggi.

5. Air

Air yang digunakan tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam, dan

bahan organis lainnya yang dapat merusak beton atau baja tulangan.

Pekerjaan

Pekerjaan yang dimaksud dalam sub bab ini meliputi semua pekerjaan yang dilakukan

pada seluruh pembangunan sistem penyaluran air hujan.

Pekerjaan Tanah

1. Galian Tanah

• Patok-patok profil harus dipasang sebelum penggalian dimulai

• Dalam dan lebar galian tidak boleh melebihi/kurang dari ukuran yang telah

ditentukan.

Page 178: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

• Galian yang melebihi profil yang telah ditentukan maka perbaikannya

dilakukan mengikuti ketentuan-ketentuan cara pemadatan.

• Dalam pekerjaan menggali termasuk juga membersihkan segala kotoran-

kotoran sperti sampah dan sisa bangunan lainnya.

• Penggalian dilakukan sedemikin rupa sehingga tidak merusak bangunan dan

konstruksi lainya.

• Galian tanah untuk tempat dudukan pondasi harus diatur sedemikian rupa

sehingga tidak mudah longsor dan diusahakan agar lubang galian tersebut

dalam keadaan kering.

2. Timbunan Tanah.

• Pada tanah yang baik, dasar tanah yang akan ditimbun harus terlebih dahulu

digali/dicacah sedalam 10 cm sampai dengan 15 cm sesuai dengan luas

penampang timbunan yang akan dibuat, agar tercapai homogenitas yang

baik antar tanah dasar dengan timbunan yang baru.

• Berhubung timbunan mengalami penyusutan, maka timbunan harsu dibuat

lebih tinggi 1/10 T (dimana T = tinggi timbunan) dan lebih lebar 1/10 B

(dimana B = lebar timbunan) dari ukura-ukuran yang sebenarnya sehingga

bila terjadi penyusutan akan diperoleh ukuran yang sebenarnya.

• Sebelum mulai pemasangan batu kali untuk dasar saluran terlebih dahulu

ditimbun pasir dengan ketebalan 5 cm – 10 cm.

3. Pemadatan Tanah

• Untuk mendapatkan hasil yang baik timbunan dan pemdatanny dailakukan

lapisan demi lapisan dimana tiap lapisan mempunyai tebal 10 cm – 15 cm.

• Pemadatan dilakukan dengan menggunakan alat timbris yang terbuat dari

besi/kayu yang beratnya 20 kg – 25 kg dengan tinggi jatuh antara 30 cm –

40 cm.

Pekerjaan Pasangan Batu

• Pekerjaan batu disusun rapi, seluruhnya terselimuti dengan mortel dan tidak adanya

rongga-rongga.

• Rule of thumb ketebalan pasangan batu kali bagian atas adalah 0.2 – 0.25 Hair dan

bagian dasar adalah 0.4-0.5 Hair

Page 179: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

• Semua pasangan batu tampak dari luar terutama pada dinding saluran harus rata

dan menggunakan batu muka. Ukuran batu ditetapkan lebar sisinya 12 – 15 cm dan

tabalnya minimal 10 cm.

• Campurkan spesi pasangan batu muka ditetapkan 1 pc: 4ps. Sedangkan untuk

pekerjaan outfall adalah 1 pc: 3ps.

• Bidang atas dari pasangan dengan lebar sesuai dalam gambar ditambah masuk

kesamping yang akan terurug tanah sedalam minimum 5 cm.

• Pertemuan pasangan (plesteran sudut) selebar 8-10 cm untuk bangunan kecil dan

15 cm untuk bangunan yang besar.

• Dasar saluran dengan kemiringan menurun bertemu pada pertengahan saluran

dengan tebal maksimum 2 cm.

Pekerjaan Plesteran

• Sebelum pekerjaan plesteran dilakukan maka bidang dasar harus dibuat kasar dan

bersih.

• Plesteran dibuat setebal 1.5 cm dan campuran spesinya adalah 1 pc:3 ps.

Pekerjaan Beton

Sebagai pedoman pekerjaan untuk pelaksanaan pekerjaan ini adalah ‘Peraturan Beton

Indonesia tahun 1971 (SNI PBI 1971)

Mutu:

• Semua pekerjaan beton tidak bertulang ditetapkan dengan kualitas beton

BOW dengan campuran 1pc : 2 ps : 3 kricak.

• Semua pekerjaan beton bertulang harus ditetapkan dengan mutu K.125

ndengan campuran 1pc : 2 ps : 3 kricak.

• Tulangan beton dipasang dengan baik dan benar sehingga sebelum dan

selama pengecoran tidak berubah bentuknya.

• Sesudah pengecoran beton selesai maka selama 2 minggu beton harus selalu

dibasahi terus menerus.

Pekerjaan Bekisting/Cetakan

Bekisting harus cukup kokoh dan cukup rapat sehingga dapat menghasilkan bentuk

cetakan beton sesuai dengan gambar rencana.

Page 180: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

6.1 Kesimpulan

1. Luas wilayah potensi banjir di Kecamatan Panjatan Sebesar 570, 8631 Ha

meliputi Desa Gotakan, Desa Kanoman, Desa Panjatan, Desa Cerme, Desa

Kanoman, Desa Depok dan Desa Buge.

2. Dari tujuh desa tersebut yang terparah dilihat dari visualisasi model adalah

Desa Gotakan, Desa Cerme, Desa Panjatan, Dan Desa Kanoman.

3. Dari Peta Rekomendasi Lokasi Kolam Penahan Air Hujan diperoleh tiga lokasi

penahan air hujan, yang bertujuan untuk mengurangi debit limpasan sehingga

memperkecil Volume sebesar 1571993,57 M3; 2362223.53 M3; dan

794518.23 M3.

4. Stasiun utama daerah perencanaan adalah stasiun Panjatan

5. Pada uji Chi Kuadrat dalam analisis frekuensi curah hujan, semua metoda dapat

diterima. Dengan mempertimbangkan faktor keamanan, akhirnya dipilih curah

hujan tertinggi, yaitu curah hujan dari metode Gumbel.

6. dari hasil analisis terhadap badan air penerima dari ruang lingkup mikro,

perencanaan sistem drainase Kecamatan Panjatan ini dapat menangani seluruh

limpasan permukaaan dengan baik.

7. Dana yang diperlukan untuk pembangunan sistem ini standar, tapi inilah

perencanaan yang optimal untuk menghindari biaya dan bahaya yang lebih

besar.

6.1 Saran

1. Diperlukan kajian yang optimum mendalam terkait masalah perencanaan, dan

GIS merupakan metode optimum yang bisa digunakan sebagai alternatif kajian.

2. Perlunya data pendukung awal yang lebih baik sebagai input untuk hal-hal terkait

masalah keruangan, terkait masalah ketelitian, kevalidan, dan akurasi dari output.

Page 181: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

3. Adanya penelitian lanjutan yang terfokus terkait struktur dari kolam penahan air

hujan.

Page 182: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

DAFTAR PUSTAKA

Andrysiak, Peter B and Maidment, David, 2000, Visual Floodplain Modeling with Geographic Information Systems (GIS), Center for Research in Water Resources, Bureau of Engineering Research, The University of Texas at Austin, USA. www.crwr.utexas.edu/reports/pdf/2000/rpt00-4.pdf diambil 23 Januari 2007, pukul 21.00. Brontowiyono, W.,14 Desember 2006, Mengelola Air Jalanan, Kedaulatan Rakyat Newspaper, Yogyakarta. Chow, Ven Te, Nensi Rosalina, 1992, Hidrolika Saluran Terbuka. Erlangga. Jakarta. Hastad and Dustan, 2003, Stormwater Conveyance Modeling And Desaign, 37 Brookside Rd, Waterbury, USA. Kompas, 26 Maret 2007, Puluhan Hektar Sawah Terendam – Banjir Kulonprogo Belum Ditangani Pemerintah, Kompas,The Indonesiannewspaper Gramedia, Indonesia. Husein, R., 2006, Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System), Komunitas eLearning Ilmu Komputer.com http://ilmukomputer.com/2006/12/22/konsep-dasar-sig diambil 24 Juni 2007

pukul 19.40. Marfai, Muh. Aris, 2003, GIS Modelling of River and Tidal Flood Hazards in a Waterfront City, M.Sc Thesis, ITC Enschede, The Netherland. www.itc.nl/library/papers_2003/msc/ereg/marfai.pdf diambil 14 Januari 2007, pukul : 09.30 Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Penerbit Andi, Yogyakarta. Usage (US Army Corps of Engineer), 2006, HEC-HMS, Hydrologic Modeling System, User Manual's Version 3.1.0, Hydrologic Engineering Center, Davis, CA, USA. http://www.hec.usace.army.mil/software/hec-hms/documentation/HEC- HMS_Users_Manual_3.1.0.pdf, diambil 14 Januari 2006, pukul 10.00 Usage (US Army Corps of Engineer), 2006, HEC-RAS, River Analysis System, User Manual's Version 4.0 Beta, Hydrologic Engineering Center, Davis, CA, USA. ftp://ftp.usace.army.mil/pub/iwr-hec-web/software/ras/documentation/ HEC-RAS_v4.0_Users_Manual.pdf, diambil 14 Januari 2006, pukul 10.00 Yuliana, Ade., 2002, Perencanaan Sisitem Drainase Dengan Sumur Resapan dan Kolam Retensi Dalam Rangka Konservasi Air Di Perumahan Katumiri Cihanjun, Laporan Tugas Akhir, Fakuktas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Bandung.

Page 183: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

LAMPIRAN

Page 184: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

1. Penentuan Stasiun Utama

Penentuan stasiun utama menggunakan poligon thiessen dengan terlebih dahulu mencari

titik lokasi stasiun. Dari hasil pencarian data menggunakan GPS di peroleh 5 stasiun untuk

menghitung besarnya curah hujan daerah penelitian yaitu :

12. Stasiun Panjatan (110.1617 , -7.8964)

13. Stasiun Temon (110.0819 , -7.8865)

14. Stsiun Pengasih (110.1693 , -7.8391)

15. Stasiun Sentolo (110.2205 , -7.8319 )

16. Stasiun Galur (110.2330 , -7.9402 )

Dari data diatas lokasi daerah penelitian berada tepat di dalam poligon yang di pengaruhi

stasiun Panjatan, sehingga dengan ini maka stasiun Panjatan terpilih sebagai stasiun utama.

2. Melengkapi Data Curah Hujan

Dari data curah hujan yang ada perhitungan dilakukan dengan menggunakan persamaan

(3-3), (3-4), (3-5) sebagai berikut :

Dikarenakan tidak terdapatnya data pada stasiun Panjatan, stasiun Pengasih dan stasiun

Temon dari tahun 1985 -1996 di karenakan stasiun-stasiun tersebut baru berdiri tahun

1996, maka pencarian data curah hujan di pisah dengan menggunakan 2 stasiun yang

lengkap data curah hujannya yaitu stasiun Galur dan stasiun Sentolo.

R = (163.91+193.27+135. 2+208.4+242) / 5

= 188.56

S =(((163.91-188.56)2+(193.27-188.56)2+(135.2-188.56)2+(208.4-188.56)2 (242-

188.56)2/4)0.5

= 41.01

Perbedaan curah hujan harian normal, Δ = (41.01/188.56)*100 % = 21 %

Karena lebih dari 10 % maka mencari data curah hujan yang hilang menggunakan

persamaan (3-2)

Page 185: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Contoh perhitungan :

Tahun 1985

12 Stasiun B

213916,2121985

613,1132

1985164393

193160

131

1321985

==

=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ +

−=

Tahun

Tahun

Tahun

Melengkapi Data Curah Hujan Yang Hilang Satsiun A Stasiun B Stasiun C Stasiun D Stasiun E No Tahun

Galur Panjatan Pengasih Sentolo TeMon 1 1985 160 213 336 393 384 2 1986 181 166 261 258 299 3 1987 153 128 201 187 230 4 1988 183 148 233 212 267 5 1989 190 132 208 167 238 6 1990 151 117 184 162 211 7 1991 106 97 154 152 176 8 1992 170 130 205 178 234 9 1993 145 110 173 150 198

10 1994 192 112 176 114 201 11 1995 234 161 254 202 291 12 1996 183 114 180 129 206 13 1997 94 22 78 71 85 14 1998 282 115 258 177 419 15 1999 252 295 73 118 309 16 2000 310 158 234 173 333 17 2001 253 79 866 175 228 18 2002 193 87 92 115 114 19 2003 173 163 165 165 132 20 2004 229 138 113 99 225 21 2005 258 184 107 109 380 22 2006 160 111 98 100 195

Jumlah 4252 2980 4649 3606 5355 R Rata 193.27 135.45 211.32 163.91 243.41

Page 186: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

3. Tes Konsistensi

Untuk setiap stasiun pembanding akan dicari harga rata-rata dari stasiun dasar. Kemudian

di cari akumulasi rata-rata dari bawah baik untuk stasiun utam maupun stasiun dasar.

Contoh perhitungan :

Untuk tahun 2004, maka :

Rerata stasiun dasar dari bawah = (229+113+99+225)/4 = 166.5

Akumulasi rerata untuk stasiun dasar dari bawah :

15. Stasiun dasar = 138.25+213.5 +166.5 = 518.25

16. Stasiun utama = 111+184+138 = 433

Data akumulasi tersebut diplot sebagai grafik dengan akumulasi rerata stasiun dasar pada

sumbu Y, dan akumulasi stasiun utama sebagai sumbu X, sehingga di peroleh pola/tren

garis lurus.

Page 187: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel Perhitungan Tes Konsistensi

CURAH HUJAN HARIAN MAKSIMUM Akumulasi Rerata (mm/hari) Rerata Dari Bawah

Stasiun Stasiun Dasar Stasiun Stasiun Stasiun No. Tahun

Utama Galur Pengasih Sentolo Temon Dasar Dasar Utama 1 1985 213 160 336 393 384 318.25 4465.5 2980 2 1986 166 181 261 258 299 249.75 4147.25 2767 3 1987 128 153 201 187 230 192.75 3897.5 2601 4 1988 148 183 233 212 267 223.75 3704.75 2473 5 1989 132 190 208 167 238 200.75 3481 2325 6 1990 117 151 184 162 211 177 3280.25 2193 7 1991 97 106 154 152 176 147 3103.25 2076 8 1992 130 170 205 178 234 196.75 2956.25 1979 9 1993 110 145 173 150 198 166.5 2759.5 1849

10 1994 112 192 176 114 201 170.75 2593 1739 11 1995 161 234 254 202 291 245.25 2422.25 1627 12 1996 114 183 180 129 206 174.5 2177 1466 13 1997 22 94 78 71 85 82 2002.5 1352 14 1998 115 282 258 177 419 284 1920.5 1330 15 1999 295 252 73 118 309 188 1636.5 1215 16 2000 158 310 234 173 333 262.5 1448.5 920 17 2001 79 253 866 175 228 380.5 1186 762 18 2002 87 193 92 115 114 128.5 805.5 683 19 2003 163 173 165 165 132 158.75 677 596 20 2004 138 229 113 99 225 166.5 518.25 433 21 2005 184 258 107 109 380 213.5 351.75 295 22 2006 111 160 98 100 195 138.25 138.25 111 Σ=2980 Σ=4465.5

Page 188: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Dari grafik kurva massa ganda (gambar 5.13), perubahan pola terjadi pada tahun 2002

(2001-2002), 2001(2000-2001), 2000 (1999-2000), 1999 (1997-1999), dan tahun 1997

(1985-1997).

tan α0 = 0.45

Pada perubahan pola/tren pertama tan α = 1.8

Pada perubahan pola/tren kedua tan α2 = 0.625

Pada perubahan pola/tren ketiga tan α3 = 0.571

Pada perubahan pola/tren keempat tan α4 = 1.125

Pada perubahan pola/tren kelima tan α5 = 0.53

Dengan persaman (3-7), οαα

tantan

=fk

Dimana :

Fk = faktor koreksi

tan α = slope sebelum perubahan

tan α0 = slope setelah perubahan

diperoleh faktor koreksi

fk1 = 0.45/1.8 = 0.25

fk2 = 0.45/0.625 = 0.72

fk3 = 0.45/0.571 = 0.78

fk4 = 0.45/1.125 = 0.4

fk5 = 0.45/0.53 = 0.85

Page 189: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Kurva Massa Ganda Stasiun Panjatan

0250500750

100012501500175020002250250027503000325035003750400042504500

0 500 1000 1500 2000 2500 3000

Kumulatif Rerata Stasiun Utama (mm/hari)

Kum

ulat

if R

erat

a St

asiu

n D

asar

(mm

/har

i)

Page 190: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Selanjutnya pada tahun 2002 (2001-2002), 2001(2000-2001), 2000 (1999-2000), 1999

(1997-1999), dan tahun 1997 (1985-1997) harus dikoreksi dengan fk.

No. Tahun Xi Faktor Koreksi Xi*FK R (mm/hari) 1 1985 213 0.85 181.05 181 2 1986 166 0.85 141.10 141 3 1987 128 0.85 108.80 109 4 1988 148 0.85 125.80 126 5 1989 132 0.85 112.20 112 6 1990 117 0.85 99.45 99 7 1991 97 0.85 82.45 82 8 1992 130 0.85 110.50 111 9 1993 110 0.85 93.50 94

10 1994 112 0.85 95.20 95 11 1995 161 0.85 136.85 137 12 1996 114 0.85 96.90 97 13 1997 22 0.85 18.70 19 14 1998 115 0.4 46.00 46 15 1999 295 0.4 118.00 118 16 2000 158 0.78 123.24 123 17 2001 79 0.72 56.88 57 18 2002 87 0.25 21.75 22 19 2003 163 1 163 163 20 2004 138 1 138 138 21 2005 184 1 184 184 22 2006 111 1 111 111

Page 191: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

4. Tes Homogenitas

Trial 1

Tabel Data Curah HHM 20 Tahun Terakhir No. Tahun R (mm/hari) 1 1987 109 2 1988 126 3 1989 112 4 1990 99 5 1991 82 6 1992 111 7 1993 94 8 1994 95 9 1995 137

10 1996 97 11 1997 19 12 1998 46 13 1999 118 14 2000 123 15 2001 57 16 2002 22 17 2003 163 18 2004 138 19 2005 184 20 2006 111

Jumlah 2043 Rata-rata 102.15

SD 42.2

Dengan persamaan (3-18) ( ) RYtRRt σ45.078.0 −+=

Dimana : Yt = Reduce variate

σR = Standar deviasi data hujan

Rt = Curah hujan tahunan

maka persamaan Gumbel modifikasinya adalah :

Rt = R + (0.78 Yt -0.45) σR

=102.15 + (0.78 Yt -0.45) 42.2

= 83.16 + 32.91Yt

Page 192: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Untuk T = 10 tahun dan dari persamaan (3.13) ⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

−−=

1lnln

TrTrYt

Dimana: Tr = Periode ulang hujan

Yt = Reduce variate

maka :

Y10 = -ln(ln(Tr/(Tr-1)))

= -ln(ln(10/(10-1)))

= 2.2504

R10 = 83.16+32.91 (2.2504) = 157.22

Untuk Rt = 102.15

Yt = (102.15 – 83.16) / 32.91 = 0.5770

0.5770= -ln(ln(Tr/(Tr-1))) ; Tr = 2.33

Dengan persamaan (3-8), TrRRtTr =

Dimana: Tr = Periode ulang hujan

Rt = Curah hujan tahunan

maka :

TR = (R10 / R) Tr

= (157.22/102.51)2.33

= 3.57

Titik (20, 3.57) homogen

5. Analisis Frekuensi Curah Hujan

A. Dengan Menggunakan Metode Gumbel Modifikasi

13. Jumlah data = (N) = 20

14. Rata-rata = R = 102.15

15. Standar deviasi = SD = 42.2

16. Keyakinan = a = 90 %

17. Fungsi a = t(a) = 1.640

Page 193: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Contoh perhitungan (untuk PUH 2 Tahun)

Dengan mengunakan persamaan (3-13), ⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

−−=

1lnln

TrTrYt ,

Dimana: Tr = Periode ulang hujan

Yt = Reduce variate

maka :

Tr = -ln (ln(2/(2-1))) = 0.37

Dengan persamaan : (3-23) ( )45.078.0 −= YtK ,

(3-22) ( )21.13.11 KKb ++= ,dan

(3-21) N

bSe Rσ.=

Dimana : K = Skew curve factor, dihitung dengan menggunakan tabel (III.1)

berdasarkan koefisien skew (g) dan periode ulang hujan (T)

Yt = Reduce variate

Se = Probability error (deviasi)

maka diperoleh harga K, b, dan Se, sebagai berikut :

K = (0.78*0.37)-0.45 = -0.16

b = ((1+(1.3*(-0.16))+(1.1*(-0.162)))0.5 =0.90

Se = 0.90 *42.2/( 200.5 ) = 8.53

Dengan persamaan Gumbel modifikasi (3-18), ( ) RYtRRt σ45.078.0 −+= , diperoleh :

R = 102.15 + ((0.78*0.37)-0.45)*42.2 = 95.22

Keyakinan 90 % = 1.64 *8.53 = 13.98

Sehingga diperoleh rentang Hujan Harian Makimum = 95.22 ± 13.98

Tabel Perhitungan HHM Metode Gumbel Modifikasi

PUH YT K b SD Se t(a)Se Hujan Harian Maksimum 2 0.37 -0.16 0.90 42.2 8.53 13.98 95.22 5 1.50 0.72 1.58 42.2 14.94 24.50 132.53 10 2.25 1.31 2.14 42.2 20.17 33.09 157.23 25 3.20 2.04 2.87 42.2 27.12 44.47 188.44 50 3.90 2.59 3.43 42.2 32.37 53.09 211.60

100 4.60 3.14 3.99 42.2 37.64 61.73 234.58

Page 194: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel CHHM Menurut Metoda Gumbel Modifikasi PUH Rentang Keyakinan 90 %

2 95.22± 13.98 5 132.53 ± 24.5

10 157.23 ± 33.09 25 188.44 ± 44.47 50 211.6 ± 53.09 100 234.58 ± 61.73

B. Dengan Menggunakan Log Pearson Type III

Tabel Perhitungan Jumlah Rata-rata, SD, g No. Tahun R (mm/hari) Ri Ri2 Ri3 1 1987 109 2.0374 0.0070 0.0006 2 1988 126 2.1004 0.0214 0.0031 3 1989 112 2.0492 0.0091 0.0009 4 1990 99 1.9956 0.0017 0.0001 5 1991 82 1.9138 0.0016 -0.0001 6 1992 111 2.0453 0.0083 0.0008 7 1993 94 1.9731 0.0004 0.0000 8 1994 95 1.9777 0.0006 0.0000 ‘9 1995 137 2.1367 0.0334 0.0061 10 1996 97 1.9868 0.0011 0.0000 11 1997 19 1.2788 0.4560 -0.3079 12 1998 46 1.6628 0.0848 -0.0247 13 1999 118 2.0719 0.0139 0.0016 14 2000 123 2.0899 0.0185 0.0025 15 2001 57 1.7559 0.0393 -0.0078 16 2002 22 1.3424 0.3740 -0.2287 17 2003 163 2.2122 0.0667 0.0172 18 2004 138 2.1399 0.0346 0.0064 19 2005 184 2.2648 0.0966 0.0300 20 2006 111 2.0453 0.0083 0.0008

Jumlah 2043 39.0799 1.2771 -0.4990 Rata-rata 102.15 1.9540

SD 42.2 0.2593 G -1.675

Keterangan :

ri = Log R

Ri 2 = (ri – Rata-rata ri)2

Ri 3 = (ri – Rata-rata ri)3

Page 195: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Contoh Perhitungan untuk PUH 2 Tahun

untuk g = -1.675 ≈ -1.6, dari tabel (III.1) diperoleh harga K = 0.254

Dengan persamaan (3-27) RKrRt σ.log +=

Dimana: Rt = Curah hujan tahunan

r = rata – rata

σR = Standar deviasi log

K = Skew curve factor, dihitung dengan menggunakan tabel (III.1)

berdasarkan koefisien skew (g) dan periode ulang hujan (T)

didapat ;

Log RT = 1.9540+((0.254)*(0.2593)) = 2.0199

RT = anti Log 2.0199 = 104.69

Tabel Perhitungan HHM Metoda Log Pearson Type III PUH K K.SD Log RT RT

2 0.254 0.0659 2.0199 104.69 5 0.817 0.2118 2.1658 146.49

10 0.994 0.2577 2.2117 162.82 25 1.116 0.2894 2.2434 175.15 50 1.166 0.3023 2.2563 180.43 100 1.197 0.3104 2.2644 183.82

Page 196: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

C. Dengan Metode Iwai Kadoya

Untuk mencari nilai b, data HHM diurutkan mulai paling besar sampai paling kecil

Tabel Data HHM yang diurutkan No. Tahun R (mm/hari) Tahun R (mm/hari) 1 1987 109 2005 184 2 1988 126 2003 163 3 1989 112 2004 138 4 1990 99 1995 137 5 1991 82 1988 126 6 1992 111 2000 123 7 1993 94 1987 118 8 1994 95 1999 112 9 1995 137 1989 111

10 1996 97 1992 111 11 1997 19 2006 109 12 1998 46 1990 99 13 1999 118 1996 97 14 2000 123 1994 95 15 2001 57 1993 94 16 2002 22 1991 82 17 2003 163 2001 57 18 2004 138 1998 46 19 2005 184 2002 22 20 2006 111 1997 19

Dengan menggunakan persamaan; (3-29) ∑= bim

b 1

(3-30) 10nm = dan

(3-31) ( )( )XtXsXo

XoXtXsbi+−

−=

2. 2

Dimana : Xs = harga dengan no. pengamatan m dari yang terbesar

Xt = harga dengan no. pengamatan m dari yang teerkecil

n = banyaknya data

maka harga b dapat ditentukan. Langkah perhitungan dan hasilnya dapat dilihat pada tabel

berikut

Tabel Penentuan Harga b No Xs Xt Xs*Xt Xs+Xt (Xs*Xt)-(Xo2) 2Xo – (Xs+Xt) bi 1 184 19 3496 203 -4594.85 -23.1 198.911255 2 163 22 3586 185 -4504.85 -5.1 883.303922

Jumlah 1082.21518 B 541.11

Page 197: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel Penentuan harga Xo, xo dan c No. Tahun R (mm/hari) Log( R) (R+b) Log (R+b) Log (R+b)2 1 2005 184 2.26 725.11 2.86 8.18 2 2003 163 2.21 704.11 2.85 8.11 3 2004 138 2.14 679.11 2.83 8.02 4 1995 137 2.14 678.11 2.83 8.02 5 1988 126 2.10 667.11 2.82 7.98 6 2000 123 2.09 664.11 2.82 7.97 7 1987 118 2.07 659.11 2.82 7.95 8 1999 112 2.05 653.11 2.81 7.92 9 1989 111 2.05 652.11 2.81 7.92 10 1992 111 2.05 652.11 2.81 7.92 11 2006 109 2.04 650.11 2.81 7.91 12 1990 99 2.00 640.11 2.81 7.88 13 1996 97 1.99 638.11 2.80 7.87 14 1994 95 1.98 636.11 2.80 7.86 15 1993 94 1.97 635.11 2.80 7.86 16 1991 82 1.91 623.11 2.79 7.81 17 2001 57 1.76 598.11 2.78 7.71 18 1998 46 1.66 587.11 2.77 7.67 19 2002 22 1.34 563.11 2.75 7.57 20 1997 19 1.28 560.11 2.75 7.55

Jumlah 39.0799 56.1498 157.6556 Log Xo 1.9540

Xo 89.9491 xo 2.8075

'xo2 7.8820 'x2 7.8828 1/c 0.0300

Harga Xo dapat dicari menggunakan persamaan (3-28) ∑= Xin

Xo log1log

Log X = 39.079934/20 = 1.953997

Xo = antilog 1.953997 = 89.9491

Harga xo dapat dicari menggunakan persamaan (3-32) ( )∑ += bXin

xo log1

xo = 56.15/20 = 2.8075

xo2 = 2.80752 = 7.8820

Page 198: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Harga 1/c dapat dicari menggunakan persamaan (3-33) ( ) 21

22

121

⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡−⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛

−= xox

nn

c

x2 = 157.66/20 = 7.8828

1/c = (((2.20)/(20-1))*(x2 – xo2)))0.5 = 0.04

Perhitungan Hujan Harian Maksimum Dengan Menggunakan Iwai Kadoya

Tabel Perhitungan HHM Dengan Metode Iway Kadoya

(1/c)ξ Log (X+b) X+b HHM (mm/hari) ξ 1/c*(1) Xo+(2) Antilog (3) (4)-b PUH

1 2 3 4 5 2 2.8075 641.95 100.84 5 0.5951 0.023804 2.8313 678.11 137.00

10 0.9062 0.036248 2.8437 697.75 156.64 25 1.2379 0.049516 2.8570 719.45 178.34 50 1.4522 0.058088 2.8656 733.84 192.73 100 1.6450 0.065800 2.8733 746.96 205.85

Page 199: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

6. Uji Chi Kuadrat

Tabel Perhitungan Untuk Uji Chi Kuadrat No. Tahun R (mm/hari) Log( R) Log (R+b) 1 2005 184 2.2648 2.8604 2 2003 163 2.2122 2.8476 3 2004 138 2.1399 2.8319 4 1995 137 2.1367 2.8313 5 1988 126 2.1004 2.8242 6 2000 123 2.0899 2.8222 7 1987 118 2.0719 2.8190 8 1999 112 2.0492 2.8150 9 1989 111 2.0453 2.8143

10 1992 111 2.0453 2.8143 11 2006 109 2.0374 2.8130 12 1990 99 1.9956 2.8063 13 1996 97 1.9868 2.8049 14 1994 95 1.9777 2.8035 15 1993 94 1.9731 2.8028 16 1991 82 1.9138 2.7946 17 2001 57 1.7559 2.7768 18 1998 46 1.6628 2.7687 19 2002 22 1.3424 2.7506 20 1997 19 1.2788 2.7483

Jumlah 2043.00 39.08 56.15 Rata-rata 102.15 1.95 2.81

Sd 42.02 0.26 0.03 X 102.15+42.02k 1.95+0.26k 2.81+0.0288k

Peluang 0.2 0.2 0.2 K1 = -0.84 67 1.73 2.79 K2 = -0.25 92 1.89 2.8 K3 = 0.25 113 2.02 2.82 K4 =0.84 137 2.17 2.83

Data pengamatan yang dipakai :

11. Metode Gumbel : Xi

12. Metode Log Pearson Type III : Log Xi

13. Metode Iwai Kadoya : Log (Xi + b)

Ketiga metode dicari persamaan umumnya seperti pada persamaan (3-36) m

NT 1+=

Dimana : T = Periode ulang dari kejadian sesuai dengan sifat kumpulan nilai

yang diharapkan

N = Jumlah pengamatan dari variat X

m = Nomor urut kejadian

Page 200: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

dengan mengambil interval peluang = 0.2, dari Tabel, maka dapat dicari harga k untuk

menentukan range masing-masing sub group.

Page 201: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel Uji Chi Kuadrat Untuk Metode Gumbel

No Batas Sub

Group Jumlah Data

(Oi) Ei Oi – Ei (Oi – Ei)2 (Oi – Ei)2/(Oi – Ei) 1 < 67 4 4 0 0 0 2 67-92 1 4 -3 9 2.25 3 92-113 8 4 4 16 4 4 113-137 4 4 0 0 0 5 >137 3 4 -1 1 0.25

Jumlah 20 6.5

Tabel Uji Chi Kuadrat Untuk Metode Log Pearson Type III

No Batas Sub

Group Jumlah Data

(Oi) Ei Oi – Ei (Oi – Ei)2 (Oi – Ei)2/(Oi – Ei) 1 <1.73 3 4 -1 1 0.25 2 1.73-1.89 1 4 -3 9 2.25 3 1.89-2.02 6 4 2 4 1 4 2.02-2.17 8 4 4 16 4 5 >2.17 2 4 -2 4 1

Jumlah 20 8.5

Tabel Uji Chi Kuadrast Untuk Metode Iway Kadoya

No Batas Sub

Group Jumlah Data

(Oi) Ei Oi – Ei (Oi – Ei)2 (Oi – Ei)2/(Oi – Ei) 1 <2.79 4 4 0 0 0 2 2.79-2.8 1 4 -3 9 2.25 3 2.8-2.82 8 4 4 16 4 4 2.82-2.83 5 4 1 1 0.25 5 >2.83 2 4 -2 4 1

Jumlah 20 7.5

Page 202: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Dari Tabel tersebut , χ2 hitung = 6.5, 8.5, dan 7.5, pada derjat kebebasan (dk) 5 – 2 – 1 = 2

Berdasarkan Tabel , maka besarnya peluang untuk mencapai χ2 lebih dari 6.5, 8.5 dan 7.5

adalah lebh besar dari pada 5 %, berati semua metode yang dipakai dapat diterima, oleh

karena itu d gunakan cara lain untuk menentukan distribusi frekuensi curah hujan

maksimum (CHHM), yaitu dengan cara membandingkan ketiga metode dan di lihat

metode mana yang menghasilkan CHHM paling besar

Tabel Curah HHM 3 Metode Curah Hujan Harian Maksimum

PUH Gumbel Log Pearson Iwai Kadoya 2 95.22 ± 13.98 104.69 100.84 5 132.53 ± 24.5 146.49 137.00

10 157.23 ± 33.09 162.82 156.64 25 188.44 ± 44.47 175.15 178.34 50 211.6 ± 53.09 180.43 192.73 100 234.58 ± 61.73 183.82 205.85

Dari Tabel tersebut terlihat bahwa CHMM paling besar dihasilkan oleh Metode Gumbel,

maka atas dasar ini CHMM dari metode gumbel akan digunakan pada perencanaan

selanjutnya.

Curah Hujan Harian Maksimum PUH (mm/hari)

2 95.22 5 132.53

10 157.23 25 188.44 50 211.6 100 234.58

Page 203: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

7. Analisis Intensitas Hujan

A. Metode Van Breen

Dari persamaan m

NT 1+= , maka dapat di hitung intensitas hujan menurut metode Van

Breen

Tabel Perhitungan Intensitas Hujan Menurut Metode Van Breen Durasi Intensitas Hujan Menurut Metode Van Breen

2 5 10 25 50 100 (Menit) 95.22 132.53 157.23 188.44 211.6 234.58

5 148.97 155.31 158.01 160.49 161.89 163.02 10 130.13 140.11 144.56 148.76 151.18 174.23 20 103.85 117.17 123.53 129.79 133.52 136.65 40 73.97 88.27 95.69 103.41 108.23 112.40 60 57.44 70.81 78.09 85.95 90.99 95.46 80 46.95 59.11 65.96 73.53 78.50 82.96

120 34.39 44.43 50.32 57.04 61.58 65.74 240 19.08 25.46 29.41 34.11 37.40 40.52

Berikut contoh perhitungan untuk PUH 5 tahun dengan durasi 60 menit

Dengan persamaan T

TTT Rtc

RRI31.0007.054 2

++

=

Dimana: IT = Intensitas hujan (mm/jam) pada PUH T pada waktu konsentrasi tc

tc = Waktu konsentrasi (menit)

RT = Curah hujan harian maksimum PUH T (mm/24jam)

maka :

I5 = ((54 RT + (0.007 RT )2)) / ((tc+(0.31* RT ))

= ((54*95.22+ ((0.007*95.22)2) / ((60+(0.31*95.22))

= 57.44

A. MetodeBell Tanimoto

Karena akan di perbandingkan dengan metode Van Breen, yang menyatakan besar dan

lamanya durasi hujan harian di Indonesia (khususnya Pulau Jawa) terpusat selama 4 jam

dengan hujan efektif 90 % dari hujan selama 24 jam, maka pada metode Bell dan Tanimoto

ini juga hanya dihitung selama 4 jam pertama saja.

Page 204: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel Pehitungan Intensitas Hujan Menurut Metode Bell Tanomoto PUH Durasi (t) X R (60,10) R (t,T) I (t,T)

Tahun Menit (mm/hari) (mm/jam) 5 6.59 79.04

10 9.86 59.15 20 13.75 41.25 40 18.38 27.57 60 21.48 21.48 80 23.88 17.91 120 27.57 13.79

2

240

95.22 32.21

34.82 8.70 5 11.83 141.91

10 17.70 106.21 20 24.69 74.07 40 33.00 49.50 60 38.57 38.57 80 42.88 32.16 120 49.51 24.75

5

240

132.53 44.83

62.51 15.63 5 16.35 196.23

10 24.48 146.86 20 34.14 102.42 40 45.63 68.44 60 53.33 53.33 80 59.29 44.47 120 68.46 34.23

10

240

157.23 53.18

86.44 21.61 5 23.32 279.88

10 34.91 209.47 20 48.69 146.08 40 65.08 97.62 60 76.07 76.07 80 84.57 63.43 120 97.64 48.82

25

240

188.44 63.74

123.29 30.82 5 29.49 353.87

10 44.14 264.85 20 61.57 184.70 40 82.29 123.43 60 96.18 96.18 80 106.93 80.20 120 123.45 61.73

50

240

211.6 71.57

155.88 38.97 5 36.11 433.28

10 54.05 324.28 20 75.38 226.14 40 100.75 151.13 60 117.76 117.76 80 130.92 98.19 120 151.15 75.58

100

240

234.58 79.34

190.86 47.72

Page 205: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Contoh Perhitungan

Dari persamaan (3-37) SDkXrX .+= ,

(3-38) 4

%.90 24RI = dan

(3-39)T

TTT Rtc

RRI31.0007.054 2

++

= ,

maka dapat dicari intensitas hujan menurut meode Bell-Tanimoto untuk PUH 50

Dengan persamaan (3-41) ⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ +

=2

21 RRXXR

t

TtT

Dimana : R = Curah hujan (mm)

T = Periode ulang (tahun)

t = durasi hujan (menit)

R1 = besarnya curah hujan pada distribusi jam ke 1 menurut tanimoto

R2 = besarnya curah hujan pada distribusi jam ke 2 menurut tanimoto

R6010 = (211.6/170)*((87+28)/2) = 71.57

Untuk durasi hujan 40 menit menggunakan persamaan

( )( ) tT

tT RtTR 50.054.052.0ln21.0 25.0 −+= dan

tT

tT R

tI 60

=

maka :

R4050 = ((0.21(ln50))+0.52)*(0.54(400.25 )-0.50)*(71.57) = 82.29

I4050 = (60/40)*82.29 = 123.43

C. Metode Hasper dan Der Weduwen

Dengan menggunakan persamaan (5-41) sampai (5-44), maka dapat dihitung intensitas

hujan menurut Hasper dan Der Weduwen

Page 206: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tabel Perhitungan Intensitas Hujan Metode Hasper dan Der Weduwen

PUH Durasi (t) Durasi

(t) X Ri R I Tahun Menit Jam (mm/hari) mm/jam

5 0.08 76.61 45.50 545.98 10 0.17 83.99 49.25 295.50 20 0.33 89.85 51.40 154.20 40 0.67 93.73 51.20 76.81 60 1 95.22 49.87 49.87 80 1.33 96.01 55.39 41.54 120 2 96.82 63.26 31.63

2

240 4

95.22

97.67 75.87 18.97 5 0.08 90.59 53.81 645.67

10 0.17 105.63 61.94 371.63 20 0.33 118.99 68.06 204.19 40 0.67 128.64 70.27 105.41 60 1 132.53 69.41 69.41 80 1.33 134.63 77.09 57.82 120 2 136.85 88.05 44.03

5

240 4

132.53

139.19 105.60 26.40 5 0.08 97.75 58.06 696.66

10 0.17 117.80 69.07 414.43 20 0.33 136.77 78.24 234.71 40 0.67 151.22 82.61 123.91 60 1 157.23 82.34 82.34 80 1.33 160.52 91.45 68.59 120 2 164.03 104.46 52.23

10

240 4

157.23

167.78 125.28 31.32 5 0.08 105.13 62.44 749.25

10 0.17 131.23 76.95 461.69 20 0.33 157.71 90.22 270.65 40 0.67 179.17 97.88 146.81 60 1 188.44 98.69 98.69 80 1.33 193.61 109.61 82.21 120 2 199.19 125.20 62.60

25

240 4

188.44

205.24 150.14 37.54 5 0.08 109.69 65.15 781.79

10 0.17 140.04 82.11 492.67 20 0.33 172.26 98.54 295.61 40 0.67 199.50 108.98 163.47 60 1 211.60 110.82 110.82 80 1.33 218.44 123.08 92.31 120 2 225.90 140.58 70.29

50

240 4

211.6

234.07 168.60 42.15 5 0.08 113.62 67.49 809.83

10 0.17 147.95 86.75 520.51 20 0.33 185.92 106.35 319.06 40 0.67 219.33 119.82 179.73 60 1 234.58 122.85 122.85 80 1.33 243.31 136.44 102.33 120 2 252.92 155.85 77.93

100

240 4

234.58

263.57 186.90 46.73

Page 207: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Contoh Perhitungan

Untuk PUH 100 tahun dengan durasi selama 40 menit (0.67 jam), maka digunakan

persamaan (3-45) ( ) ttXttXiRt

.1272154.1218

+−+

=

(3-43) ⎥⎦⎤

⎢⎣⎡

+=

10012.3.11300 1X

ttR → 1< t ≤ 24

(3-44) ⎥⎦⎤

⎢⎣⎡

+=

10012.311300 1Rt

R → 0< t ≤ 1

(3-46) tRI =

Dimana : t = durasi hujan (menit)

R, R1 = Curah hujan menurut Hasper-Weduwen

X1 = CHHM yang terpilih (mm/24jam)

I = Intensitas hujan (mm/jam)

R = Curah hujan

untuk mendapatkan curah hujan menurut Hasper-Weduwen.

Rt =234.58*(((1218*0.67)+54)/(((234.58+(1-0.67))+(1272*0.67))))=219.33

R =((11300/(0.67+3.12))^0.5)*(219.33/100) = 119.82

I = 119.82/0.67 = 179.73

8. Penentuan Rumus Intensitas Hujan

Untuk menentukan rumus intensitas hujan yang dipakai, maka ketiga metode penentuan

intensitas hujan (Metode Van Breen, Bell, dan Hasper-Weduwen) disubsitusikan pada

persamaan-pesamaan Talbot, Sherman dan Ishiguro.

Kemudian dicari selisih kuadrat terkecil antara intensitas hujan masing-masing metode,

dengan intensitas hujan hasil subsitusi pada persamaan-persamaan talbot, sherman, dan

ishiguro. Semuanya diperbandingkan, dan dipilih yang mempunyai delta

Page 208: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Uji kecocokan intensitas hujan metode Hasper – Weduwen dengan rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro dengan PUH 2 tahun Tabel Perhitungan Harga Tetapan Untuk Metode Hasper dengan PUH 2 Tahun No t l Lt I2 I2t Log t Log l Log t * Log l (log t)2 (t)0.5 (l)*(t0.5) (I2)*(t0.5) 1 5 545.98 2729.92 298098.40 1490491.98 0.70 2.74 1.91 0.48856 2.24 1220.86 666568.28 2 10 295.50 2955.01 87320.83 873208.27 1.00 2.47 2.47 1 3.16 934.46 276132.70 3 20 154.20 3083.90 23776.11 475522.27 1.30 2.19 2.85 1.69268 4.47 689.58 106330.01 4 40 76.81 3072.23 5899.12 235964.86 1.60 1.89 3.02 2.5666 6.32 485.76 37309.32 5 60 49.87 2992.06 2486.78 149206.87 1.78 1.70 3.02 3.16182 7.75 386.27 19262.52

6 80 41.54 3323.12 1725.48 138038.69 1.90 1.62 3.08 3.62175 8.94 371.54 15433.20 7 120 31.63 3795.76 1000.54 120064.91 2.08 1.50 3.12 4.32299 10.95 346.50 10960.38 8 240 18.97 4552.07 359.75 86338.81 2.38 1.28 3.04 5.66541 15.49 293.83 5573.15 Jumlah 1214.49 26504.06 420667.01 3568836.67 12.74 15.38 22.51 22.5198 59.33 4728.80 1137569.55

Persamaan Intensitas Hujan untuk PUH 2 tahun.

Variabel Talbot Sherman Ishiguro a 3605.189106 2187.76 321.4667429 b 1.924636878 -1.776110874 n 0.89

Persamaan I = 3605.19/(t+1.92) I =2187.76/(t0.89) I = 321.47/(t0.5-1.78)

Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Hasper – Weduwen PUH 2 Tahun dengan Tetapan Talbot, Sherman, dan Ishiguro. Tabel Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Hasper PUH 2 Tahun Dengan Tetapan Talbot, Sherman dan Ishiguro

No t l Talbot Selisih 1 Sherman Selisih 2 Ishiguro Selisih 3 1 5 545.98 520.98 25.00 522.30 23.69 704.87 158.89 2 10 295.50 302.45 6.95 281.84 13.66 232.57 62.94 3 20 154.20 164.47 10.28 152.08 2.11 119.41 34.78 4 40 76.81 86.00 9.20 82.07 5.26 70.74 6.07 5 60 49.87 58.22 8.36 57.21 7.34 53.88 4.02 6 80 41.54 44.01 2.47 44.28 2.75 44.87 3.33 7 120 31.63 29.57 2.06 30.87 0.76 35.04 3.41 8 240 18.97 14.90 4.06 16.66 2.31 23.44 4.48 Jumlah 1214.49 1220.61 68.37 1187.30 57.88 1284.83 277.91

Rata-rata 151.81 152.58 8.55 148.41 7.23 160.60 34.74

Page 209: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Contoh Perhitungan menggunakan Metode Hasper-Weduwen, PUH 2 Tahun

Tetapan dengan mengunakan PUH 2 Tahun

Tetapan jenis I (Talbot) dengan persamaan I = a/(t+b)

a = ( )( ) ( )( )

( ) ( )22

22 ...

∑∑∑∑∑∑

IIn

ItIItI

= ( ) ( )( ) ( )249.121401.4206678

49.121467.356883601.42066706.26504−

×−×

= 3605.189106

b = ( )( ) ( )

( ) ( )22

2 ..

∑∑∑∑

IIn

tIntII

= ( ) ( )( ) ( )249.121401.4206678

67.356883606.2650449.1214−−× n

= 1.924636878

Sehingga persamaannya adalah; I = 3605.19/(t+1.92)

Tetapan jenis Sherman, dengan persamaannya I = a/tn

Log a = ( ) ( )[ ] ( )( )( )[ ] ( )22

2

log.log.loglog..log...log

ttntIttLogI

−−

= ( ) ( )[ ] ( )274.1252.228

74.1251.2252.2238.15−

×−×

= 3.3406815

a = anti log 3.3406815

= 2187.76

n = ( ) ( )[ ] ( )( )[ ] ( )22

2

log.loglog..log8...log

ttnIttLogI

−−

= ( ) ( )[ ] ( )274.1252.228

51.22852.2238.15−

−×

= 0.89

Sehingga persamaannya adalah; I = 2187.76/(t0.89)

Page 210: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tetapan jenis Ishiguro, dengan persamaannya I = a/(t0.5+b)

a = ( )( ) ( )( )( ) ( )22

5.0225.0 ..IIn

ItIItI−−

= ( ) ( )( ) ( )249.121401.4206678

49.121455.113756901.42066780.4728−

×−×

= 321.4667429

b = ( )( ) ( )( ) ( )22

5.025.0 ..IIn

tIntII−−

= ( ) ( )( ) ( )249.121401.4206678

55.113756980.472849.1214−−× b

= -1.776110874

Sehingga persamaannya adalah; I = 321.47/(t0.5-1.78)

Page 211: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Uji kecocokan intensitas hujan metode Hasper – Weduwen dengan rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro dengan PUH 5 tahun

Tabel Perhitungan Harga Tetapan Untuk Metode Hasper dengan PUH 5 Tahun No t l Lt I2 I2t Log t Log l Log t * Log l (log t)2 (t)0.5 (l)*(t0.5) (I2)*(t0.5) 1 5 645.67 3228.34 416887.88 2084439.42 0.70 2.81 1.96 0.48856 2.24 1443.76 932189.65 2 10 371.63 3716.28 138107.61 1381076.11 1.00 2.57 2.57 1 3.16 1175.19 436734.61 3 20 204.19 4083.89 41695.33 833906.53 1.30 2.31 3.01 1.69268 4.47 913.18 186467.17 4 40 105.41 4216.41 11111.34 444453.50 1.60 2.02 3.24 2.5666 6.32 666.67 70274.27 5 60 69.41 4164.43 4817.37 289041.95 1.78 1.84 3.27 3.16182 7.75 537.63 37315.15 6 80 57.82 4625.21 3342.59 267407.07 1.90 1.76 3.35 3.62175 8.94 517.11 29897.02 7 120 44.03 5283.05 1938.24 232588.44 2.08 1.64 3.42 4.32299 10.95 482.27 21232.32 8 240 26.40 6335.70 696.89 167254.61 2.38 1.42 3.38 5.66541 15.49 408.97 10796.24 Jumlah 1524.55 35653.32 618597.24 5700167.63 12.74 16.38 24.21 22.5198 59.33 6144.79 1724906.43

Persamaan Intensitas Hujan untuk PUH 5 tahun.

Variabel Talbot Sherman Ishiguro a 5092.287326 2499.769702 446.3457194 b 3.335399977 -1.688385996 n 0.8477

Persamaan I = 5092.29/(t+3.34) I = 2499.77/(t0.8477) I = 446.35/(t0.5-1.69) Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Hasper – Weduwen PUH 5 Tahun dengan Tetapan Talbot, Sherman, dan Ishiguro.

Tabel Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Hasper PUH 5 Tahun Dengan Tetapan Talbot, Sherman dan Ishiguro No t l Talbot Selisih 1 Sherman Selisih 2 Ishiguro Selisih 3 1 5 645.67 610.59 35.08 638.83 6.84 817.39 171.72 2 10 371.63 381.73 10.10 354.98 16.65 303.17 68.46 3 20 204.19 218.18 13.98 197.25 6.94 160.43 43.76 4 40 105.41 117.50 12.09 109.61 4.20 96.31 9.10 5 60 69.41 80.40 10.99 77.73 8.32 73.70 4.30 6 80 57.82 61.10 3.29 60.90 3.09 61.53 3.71 7 120 44.03 41.29 2.74 43.19 0.84 48.18 4.15 8 240 26.40 20.93 5.47 24.00 2.40 32.34 5.94 Jumlah 1524.55 1531.70 93.74 1506.48 49.28 1593.05 311.15

Rata-rata 190.57 191.46 11.72 188.31 6.16 199.13 38.89

Page 212: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Uji kecocokan intensitas hujan metode Hasper – Weduwen dengan rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro dengan PUH 10 tahun.

Tabel Perhitungan Harga Tetapan Untuk Metode Hasper dengan PUH 10 Tahun No t l lt I2 I2t Log t Log l Log t * Log l (log t)2 (t)0.5 (l)*(t0.5) (I2)*(t0.5) 1 5 696.66 3483.32 485341.62 2426708.09 0.70 2.84 1.99 0.48856 2.24 1557.79 1085256.85 2 10 414.43 4144.34 171755.56 1717555.63 1.00 2.62 2.62 1 3.16 1310.56 543138.78 3 20 234.71 4694.15 55087.52 1101750.35 1.30 2.37 3.08 1.69268 4.47 1049.64 246358.87 4 40 123.91 4956.50 15354.29 614171.80 1.60 2.09 3.35 2.5666 6.32 783.69 97109.09 5 60 82.34 4940.57 6780.35 406820.95 1.78 1.92 3.41 3.16182 7.75 637.83 52520.36 6 80 68.59 5487.22 4704.63 376370.28 1.90 1.84 3.49 3.62175 8.94 613.49 42079.48 7 120 52.23 6267.67 2728.03 327363.73 2.08 1.72 3.57 4.32299 10.95 572.16 29884.08 8 240 31.32 7516.50 980.87 235407.63 2.38 1.50 3.56 5.66541 15.49 485.19 15195.50

Jumlah 1704.20 41490.27 742732.87 7206148.45 12.74 16.89 25.08 22.5198 59.33 7010.34 2111543.00 Persamaan Intensitas Hujan untuk PUH 10 tahun.

Variabel Talbot Sherman Ishiguro a 6102.085942 2635.11759 529.4759964 b 4.299031451 -1.628054419 n 0.8222

Persamaan I = 6102.09/(t+4.3) I = 2635.12/(t^0.8222) I = 529.48/(t0.5-1.63) Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Hasper – Weduwen PUH 10 Tahun dengan Tetapan Talbot, Sherman, dan Ishiguro.

Tabel Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Hasper PUH 10 Tahun Dengan Tetapan Talbot, Sherman dan Ishiguro No t l Talbot Selisih 1 Sherman Selisih 2 Ishiguro Selisih 3 1 5 696.66 656.14 40.53 701.63 4.96 873.63 176.97 2 10 414.43 426.72 12.29 396.83 17.61 345.55 68.88 3 20 234.71 251.11 16.41 224.44 10.27 186.30 48.41 4 40 123.91 137.74 13.83 126.94 3.02 112.79 11.13 5 60 82.34 94.90 12.56 90.95 8.61 86.57 4.23 6 80 68.59 72.39 3.80 71.79 3.20 72.39 3.80 7 120 52.23 49.09 3.14 51.44 0.79 56.78 4.55 8 240 31.32 24.98 6.34 29.09 2.23 38.20 6.88 Jumlah 1704.20 1713.07 108.88 1693.10 50.69 1772.21 324.85

Rata-rata 213.03 214.13 13.61 211.64 6.34 221.53 40.61

Page 213: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Uji kecocokan intensitas hujan metode Hasper – Weduwen dengan rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro dengan PUH 25 tahun.

Tabel Perhitungan Harga Tetapan Untuk Metode Hasper dengan PUH 25 Tahun No t L lt I2 I2t Log t Log l Log t * Log l (log t)2 (t)0.5 (l)*(t0.5) (I2)*(t0.5) 1 5 749.25 3746.27 561380.83 2806904.14 0.70 2.87 2.01 0.48856 2.24 1675.38 1255285.69 2 10 461.69 4616.93 213160.40 2131604.02 1.00 2.66 2.66 1 3.16 1460.00 674072.38 3 20 270.65 5412.95 73250.18 1465003.67 1.30 2.43 3.16 1.69268 4.47 1210.37 327584.78 4 40 146.81 5872.51 21553.96 862158.46 1.60 2.17 3.47 2.5666 6.32 928.52 136319.22 5 60 98.69 5921.27 9739.29 584357.56 1.78 1.99 3.55 3.16182 7.75 764.43 75440.24 6 80 82.21 6576.43 6757.73 540618.22 1.90 1.91 3.64 3.62175 8.94 735.27 60442.95 7 120 62.60 7511.79 3918.54 470225.23 2.08 1.80 3.74 4.32299 10.95 685.73 42925.49 8 240 37.54 9008.52 1408.91 338139.49 2.38 1.57 3.75 5.66541 15.49 581.50 21826.81 Jumlah 1909.43 48666.68 891169.85 9199010.78 12.74 17.42 25.98 22.5198 59.33 8041.21 2593897.56

Persamaan Intensitas Hujan untuk PUH 25 tahun.

Variabel Talbot Sherman Ishiguro a 7408.054417 2752.960626 635.3544731 b 5.550209662 -1.549345711 n 0.7926

Persamaan I = 7408.05/(t+5.55) I =2752.96/(t0.7926) I = 635.35/(t0.5-1.55) Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Hasper – Weduwen PUH 25 Tahun dengan Tetapan Talbot, Sherman, dan Ishiguro.

Tabel Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Hasper PUH 25 Tahun Dengan Tetapan Talbot, Sherman dan Ishiguro No t l Talbot Selisih 1 Sherman Selisih 2 Ishiguro Selisih 3 1 5 749.25 702.18 47.07 768.77 19.52 926.07 176.82 2 10 461.69 476.40 14.71 443.81 17.88 394.07 67.62 3 20 270.65 289.94 19.30 256.21 14.43 217.43 53.22 4 40 146.81 162.64 15.82 147.91 1.10 133.07 13.74 5 60 98.69 113.01 14.33 107.26 8.57 102.54 3.85 6 80 82.21 86.59 4.39 85.39 3.19 85.92 3.72 7 120 62.60 59.00 3.59 61.92 0.68 67.56 4.96 8 240 37.54 30.17 7.37 35.75 1.79 45.57 8.04 Jumlah 1909.43 1919.95 126.57 1907.03 67.15 1972.24 331.98

Rata-rata 238.68 239.99 15.82 238.38 8.39 246.53 41.50

Page 214: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Uji kecocokan intensitas hujan metode Hasper – Weduwen dengan rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro dengan PUH 50 tahun.

Tabel Perhitungan Harga Tetapan Untuk Metode Hasper dengan PUH 50 Tahun No t L lt I2 I2t Log t Log l Log t * Log l (log t)2 (t)0.5 (l)*(t0.5) (I2)*(t0.5) 1 5 781.79 3908.97 611202.22 3056011.09 0.70 2.89 2.02 0.48856 2.24 1748.15 1366689.71 2 10 492.67 4926.71 242724.44 2427244.45 1.00 2.69 2.69 1 3.16 1557.96 767562.09 3 20 295.61 5912.14 87383.63 1747672.53 1.30 2.47 3.21 1.69268 4.47 1322.00 390791.46 4 40 163.47 6538.84 26722.75 1068910.01 1.60 2.21 3.55 2.5666 6.32 1033.88 169009.51 5 60 110.82 6649.02 12280.40 736824.07 1.78 2.04 3.64 3.16182 7.75 858.38 95123.58 6 80 92.31 7384.70 8520.91 681672.57 1.90 1.97 3.74 3.62175 8.94 825.63 76213.31 7 120 70.29 8435.02 4940.94 592913.12 2.08 1.85 3.84 4.32299 10.95 770.01 54125.31 8 240 42.15 10115.70 1776.52 426364.49 2.38 1.62 3.87 5.66541 15.49 652.97 27521.71 Jumlah 2049.11 53871.10 995551.81 10737612.33 12.74 17.75 26.56 22.5198 59.33 8768.98 2947036.68

Persamaan Intensitas Hujan untuk PUH 50 tahun.

Variabel Talbot Sherman Ishiguro a 8399.518732 2812.418849 714.6790147 b 6.502846857 -1.489205421 n 0.7723

Persamaan I = 8399.52/(t+6.5) I =2812.42/(t0.7723) I = 714.68/(t0.5-1.49) Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Hasper – Weduwen PUH 50 Tahun dengan Tetapan Talbot, Sherman, dan Ishiguro.

Tabel Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Hasper PUH 50 Tahun Dengan Tetapan Talbot, Sherman dan Ishiguro No t l Talbot Selisih 1 Sherman Selisih 2 Ishiguro Selisih 3 1 5 781.79 730.39 51.40 811.46 29.66 957.93 176.13 2 10 492.67 509.06 16.39 475.09 17.58 427.37 65.30 3 20 295.61 316.96 21.36 278.16 17.45 239.65 55.95 4 40 163.47 180.63 17.16 162.86 0.61 147.83 15.64 5 60 110.82 126.31 15.49 119.07 8.26 114.24 3.42 6 80 92.31 97.10 4.80 95.35 3.04 95.88 3.57 7 120 70.29 66.40 3.89 69.72 0.58 75.51 5.22 8 240 42.15 34.08 8.07 40.82 1.33 51.04 8.89 Jumlah 2049.11 2060.94 138.57 2052.53 78.51 2109.45 334.14

Rata-rata 256.14 257.62 17.32 256.57 9.81 263.68 41.77

Page 215: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Uji kecocokan intensitas hujan metode Hasper – Weduwen dengan rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro dengan PUH 100 tahun

Tabel Perhitungan Harga Tetapan Untuk Metode Hasper dengan PUH 100 Tahun No t L lt I2 I2t Log t Log l Log t * Log l (log t)2 (t)0.5 (l)*(t0.5) (I2)*(t0.5) 1 5 809.83 4049.14 655821.74 3279108.68 0.70 2.91 2.03 0.48856 2.24 1810.83 1466461.98 2 10 520.51 5205.07 270927.94 2709279.40 1.00 2.72 2.72 1 3.16 1645.99 856749.37 3 20 319.06 6381.20 101799.40 2035988.04 1.30 2.50 3.26 1.69268 4.47 1426.88 455260.77 4 40 179.73 7189.01 32301.18 1292047.03 1.60 2.25 3.61 2.5666 6.32 1136.68 204290.57 5 60 122.85 7371.11 15092.57 905554.18 1.78 2.09 3.72 3.16182 7.75 951.61 116906.54 6 80 102.33 8186.69 10472.16 837773.18 1.90 2.01 3.83 3.62175 8.94 915.30 93665.89 7 120 77.93 9351.07 6072.40 728688.13 2.08 1.89 3.93 4.32299 10.95 853.63 66519.82 8 240 46.73 11214.28 2183.34 524000.46 2.38 1.67 3.97 5.66541 15.49 723.88 33824.08 Jumlah 2178.96 58947.58 1094670.72 12312439.10 12.74 18.04 27.07 22.5198 59.33 9464.80 3293679.03

Persamaan Intensitas Hujan untuk PUH 100 tahun.

Variabel Talbot Sherman Ishiguro a 9402.628319 2884.031503 794.1250725 b 7.468451853 -1.428113134 n 0.7534

Persamaan I = 9402.63/(t+7.47) I =2884.03/(t0.7534) I = 794.13/(t0.5-1.43) Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Hasper – Weduwen PUH 100 Tahun dengan Tetapan Talbot, Sherman, dan Ishiguro.

Tabel Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Hasper PUH 50 Tahun Dengan Tetapan Talbot, Sherman dan Ishiguro No t l Talbot Selisih 1 Sherman Selisih 2 Ishiguro Selisih 3 1 5 809.83 754.02 55.81 857.82 47.99 985.19 175.36 2 10 520.51 538.22 17.71 508.86 11.65 458.43 62.08 3 20 319.06 342.29 23.23 301.86 17.20 261.04 58.02 4 40 179.73 198.08 18.35 179.06 0.66 162.25 17.48 5 60 122.85 139.36 16.51 131.93 9.08 125.73 2.88 6 80 102.33 107.50 5.16 106.22 3.89 105.68 3.35 7 120 77.93 73.76 4.16 78.26 0.34 83.38 5.45 8 240 46.73 38.00 8.73 46.42 0.30 56.47 9.75 Jumlah 2178.96 2191.21 149.66 2210.44 91.10 2238.18 334.36

Rata-rata 272.37 273.90 18.71 276.30 11.39 279.77 41.80

Page 216: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Uji kecocokan intensitas hujan metode Van Breen dengan rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro dengan PUH 2 tahun

Tabel Perhitungan Harga Tetapan Metode Van Breen dengan Rumus Talbot, Sherman, dan Ishiguro dengan PUH 2 Tahun No t L lt I2 I2t Log t Log l Log t * Log l (log t)2 (t)0.5 (l)*(t0.5) (I2)*(t0.5) 1 5 148.97 744.87 22193.34 110966.69 0.70 2.17 1.52 0.49 2.24 333.12 49625.81 2 10 130.13 1301.25 16932.64 169326.37 1.00 2.11 2.11 1.00 3.16 411.49 53545.70 3 20 103.85 2076.94 10784.23 215684.64 1.30 2.02 2.62 1.69 4.47 464.42 48228.55 4 40 73.97 2958.84 5471.70 218867.80 1.60 1.87 2.99 2.57 6.32 467.83 34606.04 5 60 57.44 3446.67 3299.87 197991.93 1.78 1.76 3.13 3.16 7.75 444.96 25560.65 6 80 46.95 3756.32 2204.68 176374.71 1.90 1.67 3.18 3.62 8.94 419.97 19719.29 7 120 34.39 4127.12 1182.85 141942.37 2.08 1.54 3.19 4.32 10.95 376.75 12957.51 8 240 19.08 4579.13 364.03 87368.32 2.38 1.28 3.05 5.67 15.49 295.58 5639.60 Jumlah 614.79 22991.14 62433.34 1318522.83 12.74 14.42 21.80 22.52 59.33 3214.13 249883.15 Persamaan Intensitas Hujan untuk PUH 2 tahun.

Variabel Talbot Sherman Ishiguro A 5142.324276 426.58 387.1832704 B 29.5182 -0.189758663 N 0.52498

Persamaan I =5142.32/(t+29.52) I =426.58/(t0.52) I = 387.18/(t0.5+0.19) Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Van Breen PUH 2 Tahun dengan Tetapan Talbot, Sherman, dan Ishiguro

Tabel Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Van Breen PUH 2 Tahun dengan Pola Talbot, Sherman dan Ishiguro No t l Talbot Selisih 1 Sherman Selisih 2 Ishiguro Selisih 3 1 5 148.97 148.97 0.01 183.25 34.28 159.59 10.62 2 10 130.13 130.12 0.01 127.36 2.77 115.50 14.63 3 20 103.85 103.84 0.00 88.51 15.34 83.05 20.80 4 40 73.97 73.97 0.00 61.51 12.46 59.43 14.54 5 60 57.44 57.44 0.00 49.72 7.73 48.79 8.66 6 80 46.95 46.95 0.00 42.75 4.21 42.39 4.57 7 120 34.39 34.39 0.00 34.55 0.16 34.74 0.35 8 240 19.08 19.08 0.00 24.01 4.93 24.69 5.61

Jumlah 614.79 614.77 0.02 611.66 81.87 568.18 79.76 Rata-rata 76.85 76.85 0.00 76.46 10.23 71.02 9.97

Page 217: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Uji kecocokan ntensitas hujan metode Van Breen dengan rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro dengan PUH 5 tahun

Tabel Perhitungan Harga Tetapan Metode Van Breen dengan Rumus Talbot, Sherman, dan Ishiguro dengan PUH 5 Tahun No t L lt I2 I2t Log t Log l Log t * Log l (log t)2 (t)0.5 (l)*(t0.5) (I2)*(t0.5) 1 5 155.3128 776.56 24122.06 120610.29 0.70 2.19 1.53 0.48856 2.24 347.29 53938.56 2 10 140.1112 1401.11 19631.14 196311.38 1.00 2.15 2.15 1 3.16 443.07 62079.11 3 20 117.1738 2343.48 13729.70 274594.07 1.30 2.07 2.69 1.69268 4.47 524.02 61401.10 4 40 88.27209 3530.88 7791.96 311678.48 1.60 1.95 3.12 2.5666 6.32 558.28 49280.69 5 60 70.80705 4248.42 5013.64 300818.26 1.78 1.85 3.29 3.16182 7.75 548.47 38835.47 6 80 59.11155 4728.92 3494.18 279534.03 1.90 1.77 3.37 3.62175 8.94 528.71 31252.85 7 120 44.43314 5331.98 1974.30 236916.43 2.08 1.65 3.43 4.32299 10.95 486.74 21627.41 8 240 25.46382 6111.32 648.41 155617.50 2.38 1.41 3.35 5.66541 15.49 394.48 10045.07 Jumlah 700.69 28472.68 76405.39 1876080.44 12.74 15.03 22.92 22.5198 59.33 3831.06 328460.27 Persamaan Intensitas Hujan untuk PUH 5 tahun.

Variabel Talbot Sherman Ishiguro a 7157.480646 404.2034 520.1605105 b 41.0843 0.471283607 n 0.4571

Persamaan I =7157.48/(t+41.08) I =404.2034/(t0.4571) I =520.16/(t0.5-0.47) Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Van Breen PUH 5 Tahun dengan Tetapan Talbot, Sherman, dan Ishiguro.

Tabel Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Van Breen PUH 5 Tahun dengan Pola Talbot, Sherman dan Ishiguro No t l Talbot Selisih 1 Sherman Selisih 2 Ishiguro Selisih 3 1 5 155.31 155.33 0.01 193.70 38.39 192.22 36.91 2 10 140.11 140.12 0.01 141.10 0.99 143.20 3.09 3 20 117.17 117.18 0.01 102.78 14.39 105.25 11.92 4 40 88.27 88.28 0.00 74.87 13.40 76.56 11.72 5 60 70.81 70.81 0.00 62.21 8.60 63.31 7.50 6 80 59.11 59.11 0.00 54.54 4.57 55.25 3.86 7 120 44.43 44.43 0.00 45.31 0.88 45.53 1.10 8 240 25.46 25.46 0.00 33.01 7.55 32.59 7.12

Jumlah 700.69 700.73 0.05 707.53 88.76 713.91 83.22 Rata-rata 87.59 87.59 0.01 88.44 11.10 89.24 10.40

Page 218: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Uji kecocokan intensitas hujan metode Van Breen dengan rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro dengan PUH 10 tahun

Tabel Perhitungan Harga Tetapan Metode Van Breen dengan Rumus Talbot, Sherman, dan Ishiguro dengan PUH 10 Tahun No t L lt I2 I2t Log t Log l Log t * Log l (log t)2 (t)0.5 (l)*(t0.5) (I2)*(t0.5) 1 5 158.0094 790.05 24966.98 124834.88 0.70 2.20 1.54 0.48856 2.24 353.32 55827.85 2 10 144.5598 1445.60 20897.54 208975.40 1.00 2.16 2.16 1 3.16 457.14 66083.82 3 20 123.5303 2470.61 15259.73 305194.55 1.30 2.09 2.72 1.69268 4.47 552.44 68243.58 4 40 95.68973 3827.59 9156.53 366261.00 1.60 1.98 3.17 2.5666 6.32 605.20 57910.95 5 60 78.09021 4685.41 6098.08 365884.89 1.78 1.89 3.37 3.16182 7.75 604.88 47235.54 6 80 65.95888 5276.71 4350.57 348045.86 1.90 1.82 3.46 3.62175 8.94 589.95 38912.71 7 120 50.32337 6038.80 2532.44 303893.02 2.08 1.70 3.54 4.32299 10.95 551.26 27741.51 8 240 29.40913 7058.19 864.90 207575.31 2.38 1.47 3.50 5.66541 15.49 455.60 13398.93 Jumlah 745.57 31592.96 84126.76 2230664.90 12.74 15.31 23.45 22.5198 59.33 4169.80 375354.89 Persamaan Intensitas Hujan untuk PUH 10 tahun.

Variabel Talbot Sherman Ishiguro a 8491.631342 386.3670 605.5966385 b 48.7413 0.905304074 n 0.4224

Persamaan I =8491.63/(t+48.74) I = 386.3670/(t^0.4224) I =605.6/(t0.5+0.91) Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Van Breen PUH 10 Tahun dengan Tetapan Talbot, Sherman, dan Ishiguro.

Tabel Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Van Breen PUH 10 Tahun dengan Pola Talbot, Sherman dan Ishiguro No t l Talbot Selisih 1 Sherman Selisih 2 Ishiguro Selisih 3 1 5 158.009414 158.01 0.00 195.77 37.76 192.49 34.48 2 10 144.559813 144.56 0.00 146.08 1.52 148.71 4.15 3 20 123.53027 123.53 0.00 109.00 14.53 112.52 11.01 4 40 95.6897334 95.69 0.00 81.34 14.35 83.71 11.98 5 60 78.0902136 78.09 0.00 68.53 9.56 69.96 8.13 6 80 65.9588752 65.96 0.00 60.69 5.27 61.46 4.50 7 120 50.3233728 50.32 0.00 51.14 0.82 51.04 0.72 8 240 29.4091332 29.41 0.00 38.16 8.75 36.92 7.51 Jumlah 745.57 745.58 0.01 750.72 92.55 756.82 82.49

Rata-rata 93.20 93.20 0.00 93.84 11.57 94.60 10.31

Page 219: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Uji kecocokan intensitas hujan metode Van Breen dengan rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro dengan PUH 25 tahun

Tabel Perhitungan Harga Tetapan Metode Van Breen dengan Rumus Talbot, Sherman, dan Ishiguro dengan PUH 25 Tahun No t L lt I2 I2t Log t Log l Log t * Log l (log t)2 (t)0.5 (l)*(t0.5) (I2)*(t0.5) 1 5 188.44 942.20 35509.63 177548.17 0.70 2.28 1.59 0.48856 2.24 421.36 79401.95 2 10 160.4869 1604.87 25756.04 257560.38 1.00 2.21 2.21 1 3.16 507.50 81447.74 3 20 148.7582 2975.16 22129.00 442579.99 1.30 2.17 2.83 1.69268 4.47 665.27 98963.90 4 40 129.7879 5191.52 16844.90 673795.97 1.60 2.11 3.39 2.5666 6.32 820.85 106536.50 5 60 103.4126 6204.76 10694.17 641650.48 1.78 2.01 3.58 3.16182 7.75 801.03 82836.72 6 80 85.94671 6875.74 7386.84 590946.95 1.90 1.93 3.68 3.62175 8.94 768.73 66069.88 7 120 73.52814 8823.38 5406.39 648766.43 2.08 1.87 3.88 4.32299 10.95 805.46 59224.00 8 240 57.04352 13690.45 3253.96 780951.24 2.38 1.76 4.18 5.66541 15.49 883.71 50410.19 Jumlah 947.404 46308.07 126980.93 4213799.60 12.74 16.34 25.33 22.5198 59.33 5673.92 624890.87 Persamaan Intensitas Hujan untuk PUH 25 tahun.

Variabel Talbot Sherman Ishiguro a 15963.64689 345.0640 1086.095197 b 85.92016799 3.182210371

n 0.3112 Persamaan I =15963.65/(t-85.92) I =345.060/(t0.3112) I =1086.1/(t0.5+3.18)

Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Van Breen PUH 25 Tahun dengan Tetapan Talbot, Sherman, dan Ishiguro.

Tabel Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Van Breen PUH 25 Tahun dengan Pola Talbot, Sherman dan Ishiguro No t l Talbot Selisih 1 Sherman Selisih 2 Ishiguro Selisih 3 1 5 188.44 175.58 12.86 209.11 20.67 200.53 12.09 2 10 160.49 166.43 5.94 168.54 8.05 171.25 10.76 3 20 148.76 150.71 1.96 135.84 12.92 141.93 6.82 4 40 129.79 126.78 3.01 109.48 20.31 114.27 15.52 5 60 103.41 109.40 5.99 96.50 6.91 99.41 4.01 6 80 85.95 96.21 10.27 88.24 2.29 89.58 3.63 7 120 73.53 77.52 4.00 77.78 4.25 76.84 3.31 8 240 57.04 48.98 8.06 62.69 5.64 58.17 1.12

Jumlah 947.40 951.61 52.08 948.18 81.05 951.98 57.27 Rata-rata 118.43 118.95 6.51 118.52 10.13 119.00 7.16

Page 220: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Uji kecocokan intensitas hujan metode Van Breen dengan rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro dengan PUH 50 tahun

Tabel Perhitungan Harga Tetapan Metode Van Breen dengan Rumus Talbot, Sherman, dan Ishiguro dengan PUH 50 Tahun No t L lt I2 I2t Log t Log l Log t * Log l (log t)2 (t)0.5 (l)*(t0.5) (I2)*(t0.5) 1 5 211.6 1058.00 44774.56 223872.80 0.70 2.33 1.63 0.48856 2.24 473.15 100118.96 2 10 161.8873 1618.87 26207.49 262074.89 1.00 2.21 2.21 1 3.16 511.93 82875.36 3 20 151.1799 3023.60 22855.36 457107.10 1.30 2.18 2.84 1.69268 4.47 676.10 102212.26 4 40 133.5179 5340.71 17827.02 713080.66 1.60 2.13 3.41 2.5666 6.32 844.44 112747.95 5 60 108.2294 6493.77 11713.61 702816.46 1.78 2.03 3.62 3.16182 7.75 838.34 90733.21 6 80 90.99489 7279.59 8280.07 662405.57 1.90 1.96 3.73 3.62175 8.94 813.88 74059.19 7 120 78.49525 9419.43 6161.50 739380.45 2.08 1.89 3.94 4.32299 10.95 859.87 67495.89 8 240 61.5778 14778.67 3791.83 910038.20 2.38 1.79 4.26 5.66541 15.49 953.96 58742.71 Jumlah 997.4824 49012.64 141611.43 4670776.14 12.74 16.52 25.62 22.5198 59.33 5971.68 688985.54 Persamaan Intensitas Hujan untuk PUH 50 tahun.

Variabel Talbot Sherman Ishiguro

a 16543.84813 361.99 1148.539657

b 83.54848706 3.224757465 n 0.3102

Persamaan I =16543.85/(t+83.55) I =361.99/(t0.3102) I =1148.54/(t0.5+3.22) Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Van Breen PUH 50 Tahun dengan Tetapan Talbot, Sherman, dan Ishiguro

Tabel Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Van Breen PUH 50 Tahun dengan Pola Talbot, Sherman dan Ishiguro No t l Talbot Selisih 1 Sherman Selisih 2 Ishiguro Selisih 3 1 5 211.60 186.83 24.77 219.72 8.12 210.51 1.09 2 10 161.89 176.85 14.96 177.21 15.33 179.96 18.07 3 20 151.18 159.77 8.59 142.93 8.25 149.31 1.87 4 40 133.52 133.90 0.39 115.28 18.24 120.33 13.18 5 60 108.23 115.25 7.02 101.65 6.58 104.74 3.49 6 80 90.99 101.15 10.16 92.97 1.98 94.42 3.42 7 120 78.50 81.28 2.78 81.99 3.49 81.03 2.53 8 240 61.58 51.13 10.45 66.12 4.55 61.38 0.20

Jumlah 997.48 1006.16 79.11 997.87 66.54 1001.68 43.86 Rata-rata 124.69 125.77 9.89 124.73 8.32 125.21 5.48

Page 221: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Uji kecocokan intensitas hujan metode Van Breen dengan rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro dengan PUH 100 tahun

Tabel Perhitungan Harga Tetapan Metode Van Breen dengan Rumus Talbot, Sherman, dan Ishiguro dengan PUH 100 Tahun No t l lt I2 I2t Log t Log l Log t * Log l (log t)2 (t)0.5 (l)*(t0.5) (I2)*(t0.5) 1 5 234.58 1172.90 55027.78 275138.88 0.70 2.37 1.66 0.48856 2.24 524.54 123045.85 2 10 163.0217 1630.22 26576.08 265760.85 1.00 2.21 2.21 1 3.16 515.52 84040.96 3 20 174.2306 3484.61 30356.31 607126.23 1.30 2.24 2.92 1.69268 4.47 779.18 135757.55 4 40 136.6484 5465.94 18672.80 746911.89 1.60 2.14 3.42 2.5666 6.32 864.24 118097.14 5 60 112.4028 6744.17 12634.38 758062.80 1.78 2.05 3.65 3.16182 7.75 870.67 97865.49 6 80 95.4644 7637.15 9113.45 729076.17 1.90 1.98 3.77 3.62175 8.94 853.86 81513.19 7 120 82.9625 9955.50 6882.78 825933.16 2.08 1.92 3.99 4.32299 10.95 908.81 75397.04 8 240 65.7432 15778.37 4322.17 1037320.40 2.38 1.82 4.33 5.66541 15.49 1018.49 66958.74 Jumlah 1065.054 51868.85 163585.75 5245330.37 12.74 16.73 25.94 22.5198 59.33 6335.31 782675.96 Persamaan Intensitas Hujan untuk PUH 100 tahun.

Variabel Talbot Sherman Ishiguro a 16624.61776 398.1 1163.049839 b 76.17277118 2.787740006 n 0.3175

Persamaan I =16624.62/(t-76.17) I =398.1/(t0.3175) I =1163.05/(t0.5+2.79) Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Van Breen PUH 100 Tahun dengan Tetapan Talbot, Sherman, dan Ishiguro

Tabel Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Van Breen PUH 100 Tahun dengan Pola Talbot, Sherman dan Ishiguro No t l Talbot Selisih 1 Sherman Selisih 2 Ishiguro Selisih 3 1 5 234.58 204.81 29.77 238.82 4.24 231.40 3.18 2 10 163.021731 192.93 29.91 191.64 28.62 195.40 32.37 3 20 174.230627 172.87 1.36 153.79 20.45 160.15 14.08 4 40 136.648444 143.11 6.46 123.41 13.24 127.60 9.04 5 60 112.402758 122.09 9.68 108.50 3.90 110.39 2.01 6 80 95.4644022 106.45 10.99 99.03 3.56 99.12 3.65 7 120 82.9624997 84.75 1.78 87.07 4.10 84.62 1.66 8 240 65.7432 52.58 13.16 69.87 4.12 63.62 2.13 Jumlah 1065.05 1079.58 103.11 1072.12 82.24 1072.30 68.12

Rata-rata 133.131708 134.94751 12.8890974 134.014567 10.2803664 134.037099 8.51521167

Page 222: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Uji kecocokan intensitas hujan metode Bell Tanimoto dengan rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro dengan PUH 2 tahun

Tabel Perhitungan Harga Tetapan Untuk Metode Bell Tanimoto dengan PUH 2 Tahun No t l lt I2 I2t Log t Log l Log t * Log l (log t)2 (t)0.5 (l)*(t0.5) (I2)*(t0.5) 1 5 79.03551 395.18 6246.61 31233.06 0.70 1.90 1.33 0.48856 2.24 176.73 13967.85 2 10 59.15305 591.53 3499.08 34990.83 1.00 1.77 1.77 1 3.16 187.06 11065.07 3 20 41.25174 825.03 1701.71 34034.12 1.30 1.62 2.10 1.69268 4.47 184.48 7610.26 4 40 27.56799 1102.72 759.99 30399.77 1.60 1.44 2.31 2.5666 6.32 174.36 4806.63 5 60 21.48188 1288.91 461.47 27688.26 1.78 1.33 2.37 3.16182 7.75 166.40 3574.54 6 80 17.91181 1432.94 320.83 25666.63 1.90 1.25 2.38 3.62175 8.94 160.21 2869.62 7 120 13.78639 1654.37 190.06 22807.74 2.08 1.14 2.37 4.32299 10.95 151.02 2082.05 8 240 8.704029 2088.97 75.76 18182.43 2.38 0.94 2.24 5.66541 15.49 134.84 1173.67 Jumlah 268.89 9379.65 13255.52 225002.84 12.74 11.39 16.87 22.5198 59.33 1335.10 47149.69

Persamaan Intensitas Hujan untuk PUH 2 tahun.

Variabel Talbot Sherman Ishiguro a 1891.779464 217.58 148.7566766 b 21.40106063 -0.539408861 n 0.57373

Persamaan I =1891.78/(t+21.4) I =217.58/(t0.57373) I =148.76/(t0.5-0.54) Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Bell Tanimoto PUH 2 Tahun dengan Tetapan Talbot, Sherman, dan Ishiguro

Tabel Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Bell Tanimoto PUH 2 Tahun dengan Pola Talbot, Sherman dan Ishiguro No t l Talbot Selisih 1 Sherman Selisih 2 Ishiguro Selisih 3 1 5 148.97 71.66 77.32 86.42 62.55 87.71 61.27 2 10 130.13 60.25 69.88 58.07 72.06 56.73 73.40 3 20 103.85 45.70 58.15 39.01 64.83 37.83 66.02 4 40 73.97 30.81 43.16 26.21 47.76 25.72 48.25 5 60 57.44 23.24 34.20 20.77 36.67 20.64 36.80 6 80 46.95 18.66 28.30 17.61 29.34 17.70 29.25 7 120 34.39 13.38 21.01 13.96 20.44 14.28 20.11 8 240 19.08 7.24 11.84 9.38 9.70 9.95 9.13 Jumlah 614.78866 270.925203 343.863456 271.433194 343.355466 270.564408 344.224251

Rata-rata 76.8485825 33.8656504 42.9829321 33.9291492 42.9194332 33.820551 43.0280314

Page 223: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Uji kecocokan ntensitas hujan metode Bell Tanimoto dengan rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro dengan PUH 5 tahun

Tabel Perhitungan Harga Tetapan Untuk Metode Bell Tanimoto dengan PUH 5 Tahun No t l lt I2 I2t Log t Log l Log t * Log l (log t)2 (t)0.5 (l)*(t0.5) (I2)*(t0.5) 1 5 141.9108 709.55 20138.66 100693.31 0.70 2.15 1.50 0.48856 2.24 317.32 45031.42 2 10 106.2112 1062.11 11280.81 112808.11 1.00 2.03 2.03 1 3.16 335.87 35673.06 3 20 74.0688 1481.38 5486.19 109723.73 1.30 1.87 2.43 1.69268 4.47 331.25 24534.97 4 40 49.4992 1979.97 2450.17 98006.83 1.60 1.69 2.71 2.5666 6.32 313.06 15496.24 5 60 38.57139 2314.28 1487.75 89265.12 1.78 1.59 2.82 3.16182 7.75 298.77 11524.08 6 80 32.16122 2572.90 1034.34 82747.50 1.90 1.51 2.87 3.62175 8.94 287.66 9251.45 7 120 24.75389 2970.47 612.76 73530.64 2.08 1.39 2.90 4.32299 10.95 271.17 6712.40 8 240 15.62836 3750.81 244.25 58618.94 2.38 1.19 2.84 5.66541 15.49 242.11 3783.84 Jumlah 482.80 16841.46 42734.93 725394.18 12.74 13.42 20.11 22.5198 59.33 2397.21 152007.45

Persamaan Intensitas Hujan untuk PUH 5 tahun.

Variabel Talbot Sherman Ishiguro a 3396.749681 390.6609 267.0973035 b 21.40106063 -0.539408861 n 0.5737

Persamaan I = 3396.75/(t+21.4) I =390.6609/(t0.5737) I =267.1/(t0.5-0.54) Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Bell Tanimoto PUH 5 Tahun dengan Tetapan Talbot, Sherman, dan Ishiguro.

Tabel Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Bell Tanimoto PUH 5 Tahun dengan Pola Talbot, Sherman dan Ishiguro No t l Talbot Selisih 1 Sherman Selisih 2 Ishiguro Selisih 3 1 5 155.31 128.66 26.65 155.17 0.15 157.48 2.17 2 10 140.11 108.18 31.93 104.26 35.86 101.86 38.25 3 20 117.17 82.05 35.13 70.05 47.13 67.93 49.25 4 40 88.27 55.32 32.95 47.07 41.21 46.17 42.10 5 60 70.81 41.73 29.08 37.30 33.51 37.07 33.74 6 80 59.11 33.50 25.61 31.62 27.49 31.78 27.33 7 120 44.43 24.02 20.41 25.06 19.37 25.65 18.79 8 240 25.46 12.99 12.47 16.84 8.63 17.86 7.60

Jumlah 700.69 486.45 214.23 487.35 213.33 485.80 219.22 Rata-rata 87.59 60.81 26.78 60.92 26.67 60.73 27.40

Page 224: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Uji kecocokan intensitas hujan metode Bell Tanimoto dengan rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro dengan PUH 10 tahun.

Tabel Perhitungan Harga Tetapan Untuk Metode Bell Tanimoto dengan PUH 10 Tahun No t l lt I2 I2t Log t Log l Log t * Log l (log t)2 (t)0.5 (l)*(t0.5) (I2)*(t0.5) 1 5 196.2268 981.13 38504.94 192524.71 0.70 2.29 1.60 0.48856 2.24 438.78 86099.67 2 10 146.8632 1468.63 21568.81 215688.09 1.00 2.17 2.17 1 3.16 464.42 68206.56 3 20 102.4185 2048.37 10489.54 209790.79 1.30 2.01 2.62 1.69268 4.47 458.03 46910.65 4 40 68.4449 2737.80 4684.70 187388.18 1.60 1.84 2.94 2.5666 6.32 432.88 29628.67 5 60 53.3345 3200.07 2844.57 170674.11 1.78 1.73 3.07 3.16182 7.75 413.13 22033.93 6 80 44.47085 3557.67 1977.66 158212.48 1.90 1.65 3.14 3.62175 8.94 397.76 17688.69 7 120 34.22839 4107.41 1171.58 140589.92 2.08 1.53 3.19 4.32299 10.95 374.95 12834.04 8 240 21.61008 5186.42 467.00 112078.90 2.38 1.33 3.18 5.66541 15.49 334.78 7234.66 Jumlah 667.60 23287.49 81708.80 1386947.18 12.74 14.55 21.90 22.5198 59.33 3314.73 290636.88

Persamaan Intensitas Hujan untuk PUH 10 tahun.

Variabel Talbot Sherman Ishiguro a 4696.84761 540.2565 369.3281664 b 21.40106063 -0.539408861 n 0.5737

Persamaan I =4696.85/(t+21.4) I =540.2565/(t^0.5737) I =369.33/(t0.5-0.54) Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Bell Tanimoto PUH 10 Tahun dengan Tetapan Talbot, Sherman, dan Ishiguro.

Tabel Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Bell Tanimoto PUH 10 Tahun dengan Pola Talbot, Sherman dan Ishiguro No t l Talbot Selisih 1 Sherman Selisih 2 Ishiguro Selisih 3 1 5 158.009414 177.91 19.90 214.59 56.58 217.76 59.75 2 10 144.559813 149.58 5.02 144.18 0.38 140.84 3.72 3 20 123.53027 113.45 10.08 96.87 26.66 93.93 29.60 4 40 95.6897334 76.50 19.19 65.09 30.60 63.85 31.84 5 60 78.0902136 57.70 20.39 51.58 26.51 51.25 26.84 6 80 65.9588752 46.32 19.64 43.73 22.23 43.95 22.01 7 120 50.3233728 33.22 17.11 34.66 15.67 35.46 14.86 8 240 29.4091332 17.97 11.44 23.28 6.12 24.70 4.71 Jumlah 745.57 672.64 122.77 673.98 184.75 671.74 193.33

Rata-rata 93.1963532 84.080538 15.3465571 84.2469133 23.0935276 83.9670887 24.1660615

Page 225: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Uji kecocokan ntensitas hujan metode Bell Tanimoto dengan rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro dengan PUH 25 tahun.

Tabel Perhitungan Harga Tetapan Untuk Metode Bell Tanimoto dengan PUH 25 Tahun No t l lt I2 I2t Log t Log l Log t * Log l (log t)2 (t)0.5 (l)*(t0.5) (I2)*(t0.5) 1 5 279.8781 1399.39 78331.75 391658.76 0.70 2.45 1.71 0.48856 2.24 625.83 175155.12 2 10 209.4709 2094.71 43878.07 438780.73 1.00 2.32 2.32 1 3.16 662.41 138754.65 3 20 146.0794 2921.59 21339.18 426783.66 1.30 2.16 2.82 1.69268 4.47 653.29 95431.73 4 40 97.62292 3904.92 9530.23 381209.38 1.60 1.99 3.19 2.5666 6.32 617.42 60274.50 5 60 76.07096 4564.26 5786.79 347207.43 1.78 1.88 3.35 3.16182 7.75 589.24 44824.29 6 80 63.42874 5074.30 4023.20 321856.38 1.90 1.80 3.43 3.62175 8.94 567.32 35984.64 7 120 48.81993 5858.39 2383.39 286006.27 2.08 1.69 3.51 4.32299 10.95 534.80 26108.68 8 240 30.82244 7397.39 950.02 228005.45 2.38 1.49 3.54 5.66541 15.49 477.50 14717.69 Jumlah 952.1934 33214.94 166222.65 2821508.06 12.74 15.78 23.86 22.5198 59.33 4727.80 591251.29

Persamaan Intensitas Hujan untuk PUH 25 tahun.

Variabel Talbot Sherman Ishiguro a 6699.110743 770.5485 526.7725276 b 21.40106063 -0.539408861 n 0.5737

Persamaan I =6699.11/(t-21.4) I =770.5485/(t0.5737) I =526.77/(t0.5-0.54) Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Bell Tanimoto PUH 25 Tahun dengan Tetapan Talbot, Sherman, dan Ishiguro.

Tabel Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Bell Tanimoto PUH 25 Tahun dengan Pola Talbot, Sherman dan Ishiguro No t l Talbot Selisih 1 Sherman Selisih 2 Ishiguro Selisih 3 1 5 188.44 253.75 65.31 306.06 117.62 310.58 122.14 2 10 160.486877 213.35 52.86 205.64 45.15 200.88 40.40 3 20 148.758192 161.81 13.06 138.17 10.59 133.97 14.79 4 40 129.787901 109.11 20.68 92.83 36.96 91.06 38.72 5 60 103.412642 82.30 21.11 73.57 29.85 73.10 30.31 6 80 85.9467098 66.07 19.88 62.37 23.57 62.68 23.27 7 120 73.5281366 47.38 26.15 49.43 24.10 50.58 22.95 8 240 57.0435227 25.63 31.42 33.21 23.83 35.23 21.81

Jumlah 947.40 959.39 250.47 961.27 311.67 958.09 314.39 Rata-rata 118.43 119.92 31.31 120.16 38.96 119.76 39.30

Page 226: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Uji kecocokan ntensitas hujan metode Bell Tanimoto dengan rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro dengan PUH 50 tahun.

Tabel Perhitungan Harga Tetapan Untuk Metode Bell Tanimoto dengan PUH 50 Tahun No t l lt I2 I2t Log t Log l Log t * Log l (log t)2 (t)0.5 (l)*(t0.5) (I2)*(t0.5) 1 5 353.8716 1769.36 125225.11 626125.57 0.70 2.55 1.78 0.48856 2.24 791.28 280011.87 2 10 264.8504 2648.50 70145.71 701457.13 1.00 2.42 2.42 1 3.16 837.53 221820.22 3 20 184.6995 3693.99 34113.90 682278.02 1.30 2.27 2.95 1.69268 4.47 826.00 152562.00 4 40 123.4322 4937.29 15235.52 609420.65 1.60 2.09 3.35 2.5666 6.32 780.65 96357.87 5 60 96.18241 5770.94 9251.06 555063.42 1.78 1.98 3.53 3.16182 7.75 745.03 71658.38 6 80 80.19788 6415.83 6431.70 514535.94 1.90 1.90 3.62 3.62175 8.94 717.31 57526.87 7 120 61.72683 7407.22 3810.20 457224.13 2.08 1.79 3.72 4.32299 10.95 676.18 41738.66 8 240 38.9712 9353.09 1518.75 364501.08 2.38 1.59 3.79 5.66541 15.49 603.74 23528.44 Jumlah 1203.932 41996.22 265731.95 4510605.92 12.74 16.60 25.16 22.5198 59.33 5977.73 945204.30

Persamaan Intensitas Hujan untuk PUH 50 tahun.

Variabel Talbot Sherman Ishiguro a 8470.2056 974.18 666.039387 b 21.40106063 -0.539408861 n 0.5737

Persamaan I =8470.21/(t+21.4) I =974.18/(t0.5737) I =666.04/(t0.5-0.54) Perhitungan Selisih Terkecil Perbandngan Metode Bell Tanimoto PUH 50 Tahun dengan Tetapan Talbot, Sherman, dan Ishiguro.

Tabel Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Bell Tanimoto PUH 50 Tahun dengan Pola Talbot, Sherman dan Ishiguro No t l Talbot Selisih 1 Sherman Selisih 2 Ishiguro Selisih 3 1 5 211.6 320.84 109.24 386.94 175.34 392.70 181.10 2 10 161.887273 269.75 107.86 259.98 98.09 253.99 92.11 3 20 151.179877 204.59 53.41 174.68 23.50 169.38 18.20 4 40 133.517851 137.95 4.43 117.36 16.15 115.14 18.38 5 60 108.229421 104.06 4.17 93.01 15.22 92.43 15.80 6 80 90.994888 83.53 7.46 78.86 12.14 79.25 11.74 7 120 78.4952468 59.90 18.59 62.49 16.00 63.95 14.54 8 240 61.5778032 32.40 29.17 41.99 19.59 44.55 17.03 Jumlah 997.48 1213.03 334.36 1215.30 376.04 1211.39 368.90

Rata-rata 124.69 151.63 41.79 151.91 47.00 151.42 46.11

Page 227: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Uji kecocokan ntensitas hujan metode Bell Tanimoto dengan rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro dengan PUH 100 tahun.

Tabel Perhitungan Harga Tetapan Untuk Metode Bell Tanimoto dengan PUH 100 Tahun No t l lt I2 I2t Log t Log l Log t * Log l (log t)2 (t)0.5 (l)*(t0.5) (I2)*(t0.5) 1 5 433.2752 2166.38 187727.38 938636.91 0.70 2.64 1.84 0.48856 2.24 968.83 419771.19 2 10 324.2789 3242.79 105156.79 1051567.91 1.00 2.51 2.51 1 3.16 1025.46 332534.97 3 20 226.1433 4522.87 51140.81 1022816.13 1.30 2.35 3.06 1.69268 4.47 1011.34 228708.64 4 40 151.1286 6045.14 22839.86 913594.25 1.60 2.18 3.49 2.5666 6.32 955.82 144451.93 5 60 117.7643 7065.86 13868.44 832106.27 1.78 2.07 3.68 3.16182 7.75 912.20 107424.46 6 80 98.1931 7855.45 9641.88 771350.75 1.90 1.99 3.79 3.62175 8.94 878.27 86239.64 7 120 75.57742 9069.29 5711.95 685433.51 2.08 1.88 3.91 4.32299 10.95 827.91 62571.23 8 240 47.71576 11451.78 2276.79 546430.59 2.38 1.68 4.00 5.66541 15.49 739.21 35271.94 Jumlah 1474.077 51419.56 398363.90 6761936.34 12.74 17.30 26.28 22.5198 59.33 7319.04 1416974.00

Persamaan Intensitas Hujan untuk PUH 100 tahun.

Variabel Talbot Sherman Ishiguro a 10370.79497 1202.264435 815.4888143 b 21.40106063 -0.54 n 0.5737

Persamaan I =10370.79/(t+21.4) I =398.1/(t0.5737) I =1163.05/(t0.5+2.79) Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Bell Tanimoto PUH 100 Tahun dengan Tetapan Talbot, Sherman, dan Ishiguro.

Tabel Perhitungan Selisih Terkecil Perbandingan Metode Bell Tanimoto PUH 100 Tahun dengan Pola Talbot, Sherman dan Ishiguro No t l Talbot Selisih 1 Sherman Selisih 2 Ishiguro Selisih 3 1 5 234.58 392.83 158.25 477.53 242.95 480.81 246.23 2 10 163.021731 330.28 167.26 320.85 157.83 310.99 147.96 3 20 174.230627 250.50 76.27 215.57 41.34 207.39 33.16 4 40 136.648444 168.91 32.26 144.84 8.19 140.98 4.33 5 60 112.402758 127.41 15.00 114.78 2.38 113.17 0.77 6 80 95.4644022 102.28 6.81 97.32 1.85 97.03 1.57 7 120 82.9624997 73.34 9.62 77.12 5.84 78.30 4.66 8 240 65.7432 39.67 26.07 51.82 13.93 54.54 11.20 Jumlah 1065.05 1485.22 491.54 1499.83 474.31 1483.21 449.88

Rata-rata 133.131708 185.652427 61.4427295 187.478899 59.2891719 185.40146 4

Page 228: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Mencari Delta Terkecil

Hasper – Weduwen Van Breen Bell Tanimoto No. PUH Talbot Sherman Ishiguro Talbot Sherman Ishiguro Talbot Sherman Ishiguro

1 2 8.55 7.23 34.74 0.00 10.23 9.97 42.98 42.92 43.03 2 5 11.72 6.16 38.89 0.01 11.10 10.40 26.78 26.67 27.40 3 10 13.61 6.34 40.61 0.00 11.57 10.31 15.35 23.09 24.17 4 25 15.82 8.39 41.50 6.51 10.13 7.16 31.31 38.96 39.30 5 50 17.32 9.81 41.77 9.89 8.32 5.48 41.79 47.00 46.11 6 100 18.71 11.39 41.80 12.89 10.28 8.52 61.44 59.29 56.24

Jumlah 85.72 49.33 239.30 29.30 61.63 51.84 219.65 237.93 236.24 Dari Tabel di atas, delta terkecil diperoleh dari data intensitas hujan menurut metode Van Breen dengan menggunakan persamaan talbot.

Page 229: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Contoh Perhitungan menggunakan Metode Van Breen dengan PUH 2 Tahun

Tetapan dengan mengunakan PUH 2 Tahun

Tetapan jenis I (Talbot) dengan persamaan I = a/(t+b)

a = ( )( ) ( )( )

( ) ( )22

22 ...

∑∑∑∑∑∑

IIn

ItIItI

= ( ) ( )( ) ( )279.61434.624338

79.61483.131852234.6243314.22991−

×−×

= 5142.324276

b = ( )( ) ( )

( ) ( )22

2 ..

∑∑∑∑

IIn

tIntII

= ( ) ( )( ) ( )279.61434.624338

83.1318522814.2299179.614−−×

= 29.5182

Sehingga persamaannya adalah; I = 5142.32/(t+29.52)

Tetapan jenis Sherman, dengan persamaannya I = a/tn

Log a = ( ) ( )[ ] ( )( )( )[ ] ( )22

2

log.log.loglog..log...log

ttntIttLogI

−−

= ( ) ( )[ ] ( )274.1252.228

74.1280.2152.2242.14−

×−×

= 2.6388120

a = anti log 2.6388120

= 426.58

n = ( ) ( )[ ] ( )( )[ ] ( )22

2

log.loglog..log...log

ttnItntLogI

−−

= ( )[ ] ( )274.1252.228

80.82152.2242.14−

−×

= 0.52498

Sehingga persamaannya adalah; I = 426.58/(t0.52)

Page 230: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tetapan jenis Ishiguro, dengan persamaannya I = a/(t0.5+b)

a = ( )( ) ( )( )( ) ( )22

5.0225.0 ..IIn

ItIItI−−

= ( ) ( )( ) ( )279.61434.624338

79.61415.24988334.6243313.3214−

×−×

= 387.1832704

b = ( )( ) ( )( ) ( )22

5.025.0 ..IIn

tIntII−−

= ( ) ( )( ) ( )279.61434.624338

15.249883834.6243379.614−−×

= -1.776110874

Sehingga persamaannya adalah; I = 387.18/(t0.5-1.78)

Page 231: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Contoh Perhitungan menggunakan Metode Bell Tanimoto dengan PUH 2 Tahun

Tetapan dengan mengunakan PUH 2 Tahun

Tetapan jenis I (Talbot) dengan persamaan I = a/(t+b)

a = ( )( ) ( )( )

( ) ( )22

22 ...

∑∑∑∑∑∑

IIn

ItIItI

= ( ) ( )( ) ( )289.26852.132558

89.26884.22500252.1325565.9379−

×−×

= 1891.779464

b = ( )( ) ( )

( ) ( )22

2 ..

∑∑∑∑

IIn

tIntII

= ( ) ( )( ) ( )289.26852.132558

84.225002852.1325589.268−−×

= 21.40106063

Sehingga persamaannya adalah; I = 1891.78/(t+21.40)

Tetapan jenis Sherman, dengan persamaannya I = a/tn

Log a = ( ) ( )[ ] ( )( )( )[ ] ( )22

2

log.log.loglog..log...log

ttntIttLogI

−−

= ( ) ( )[ ] ( )274.1252.228

74.1287.1652.2239.11−

×−×

= 2.3376193

a = anti log 2.3376193

= 217.58

n = ( ) ( )[ ] ( )( )[ ] ( )22

2

log.loglog..log...log

ttnItntLogI

−−

= ( ) ( )[ ] ( )274.1252.228

87.16852.2239.11−

−×

= 0.57373

Sehingga persamaannya adalah; I = 217.58/(t0.57)

Page 232: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Tetapan jenis Ishiguro, dengan persamaannya I = a/(t0.5+b)

a = ( )( ) ( )( )( ) ( )22

5.0225.0 ..IIn

ItIItI−−

= ( ) ( )( ) ( )289.26852.132558

89.26869.4714952.1325510.1335−

×−×

= 148.7566766

b = ( )( ) ( )( ) ( )22

5.025.0 ..IIn

tIntII−−

= ( ) ( )( ) ( )289.26852.132558

69.47149852.1325589.268−−×

= -0.539408861

Sehingga persamaannya adalah; I = 148.76/(t0.5-0.54)

Page 233: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Contoh Perhitungan Blok A - ID 53, Jalur B-G61

• Tipe Daerah Aliran :

Pemukiman dengan Luas = 8.4712 Ha

Sehingga Luas Total = 8.4712 Ha

• Menghitung C Gabungan dengan menggunakan persamaan (.....),

AnAA

AnCnACACC++++++

=....

.......

21

2211

Dimana : C = Koefisien Pengaliran → C = 0.40 Daerah Pemukiman

→ C = 0.55 Daerah Persawahan

A = Luas DPS (Ha)

Maka didapat ;

40.004712.8

)055.0()4712.840.0(

=+

×+×=C

• Jenis Saluran dan PUH

Didapat dari tabel (....) periode ulang hujan desain, dengan mencocokkan luas DPS.

Didapat ; jalur B-G61 dengan luas DPS 8.4712 Ha, sehingga mempunyai jenis saluran

sekunder, dengan PUH 10 tahun, dan R = 157.23

• R = Tinggi hujan (mm/hari)

Yang digunakan adalah R Metode Gumbel, dimana CHHM terbesar dihasilkan dari

perhitungan dengan metode tersebut.

Digunakan ; R = 157.23

• Lda, Sd, Lo & So didapat dari pengukuran di Peta

Dimana : Lda = Panjang saluran yang ditinjau (m) → Lda = 470 m

Sd = Slope saluran (m/m) → Sd = 0.0021 m/m

Lo = Panjang limpasan (m) → Lo = 300 m

So = Slope limpasan (m/m) → So = 0.0233

• n = kekasaran permukaan, didapat dari tabel (....)

n = 0.015 (permukaan diperkeras)

Page 234: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

• to = Waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir pada permukaan tanah menuju

saluran (menit)

3.04.0

6.0

.).().(33.6

SoIeCLonto = → untuk panjang aliran ± 300 m

51

31

..108

So

Lonto = → untuk panjang aliran ± 1000 m

didapat ;

menit

to

995.220233.0

300015.0108

51

31

=

××=

• V asumsi

Mengasumsikan kecepatan sebesar 1 m/s

• td = Waktu pengaliran dalam saluran menuju titik tinjauan (menit)

menit

VLdatd

833.7160

470.60

=

=

• tc = Waktu konsentrasi (dari titik terjauh dalam DPS menuju suatu titik tinjauan)

(menit)

menit

tdtotc

828.30833.7995.22

=+=

+=

• I = Intensitas Hujan

I yang digunakan adalah Hasil perhitungan dengan metode Van Breen persamaan

talbot PUH 10.

jammm

btaI

/720.1067413.48828.30

631342.8491=

+=

+=

Page 235: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

• Q = Debit puncak limpasan banjir (m3/det)

AICQ ..36

100×= → untuk daerah dengan luas ≤ 80 Ha

AICCsQ ...36

100×= → untuk daerah dengan luas ≥ 80 Ha

Luas daerah 8.4712 Ha ≤ 80 Ha →

det/3004.11000

4712.8720.1064.036

100

m

Q

=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ ×××

=

• Bentuk Saluran Trapesium

Mencari nilai b, dimana:3

1,2

== ZyR

ybyby

yybybyybyyby

ybyybyybybyy

yb

yyby

zybyzyby

PAR

155.1155.1

309.2154.12154.12309.2

)577.02(2309.2309.2577.0

2

3112

)3

1(

2

)12()(

2

2

22

22

22

2

2

2

=−=−

−=−

+=+

×+=+

++

=

⎟⎟

⎜⎜

⎛++

+=

++

+=

=

Mencari nilai luas penampang:

2

22

732.1577.0155.1

)3

1155.1(

)(

yyy

yyy

yzybA

=

+=

+=

+=

Page 236: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Mencari nilai y atau h (kedalaman saluran):

091.1.1

732.1...630.01

732.1..5.01

732.1..5.01

732.1..464.3732.11

732.1..309.2155.1577.0155.11

732.1..309.2577.01

21

32

21

38

221

32

32

221

32

2213

2

2

2

2213

222

2213

22

Syn

Syn

ySyn

ySyn

ySyy

n

ySyyyy

n

ySybyby

nQ

=

=

=

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=

mn

Sn

Qy

636.0

091.10021.01141.1

091.11

83

21

83

21

=

⎟⎟⎟⎟

⎜⎜⎜⎜

××=

⎟⎟⎟⎟

⎜⎜⎜⎜

××=

Mencari nilai b, T (lebar permukaan), P (keliling penampang basah), R (jari-jari

hidrolis):

Page 237: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

318.02701.0

2

701.0

636.0)636.03

1735.0(

)(204.2

469.1735.0

12

469.13

11636.02

12

735.0636.0155.1

155.1

2

2

2

2

===

=

×+=

+==

+=+=

++=

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+×=

+=

=×=

=

yR

m

yzybAm

TbzybP

m

zyT

m

yb

Kecepatan Saluran:

det/433.1701.0/004.1

/det/433.1

0021.0318.0015.01

..1

2

2

21

32

21

32

m

AQVm

SRn

Vkontrol

=

==

=

××=

=

• Koefisien Ambang Bebas

C = 0.14 → (Q ≤ 0.6 m3/det)

C = 0.23 → (0.6 < Q ≤ 8 m3/det)

• Fb = Ambang bebas

383.0636.023.0

.

=×=

= ycfb

Page 238: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

• Hf

9.10021.0470

=×=×= SdLdaHf

• Elevasi Dasar Saluran awal

981.51383.0636.053

.

=−−=

−−= fbhawaltnhmukaE

Elevasi Dasar Saluran akhir

981.50383.0636.052

.

=−−=

−−= fbhakhirtnhmukaE

• Kedalaman awal

019.1981.5153

..

=−=

−= awalsaldasarEawaltnhE

Kedalaman akhir

019.1981.5052

..

=−=

−= akhirsaldasarEakhirtnhE

• Elevasi Muka Air awal

345.51636.0981.51

.

=−=

−= hawalsaldasarE

Elevasi Muka Air awal

345.50636.0981.50

.

=−=

−= hakhirsaldasarE

Page 239: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Contoh Perhitungan :

Untuk Gorong –gorong ID G61, Jalur ID B-G61

V sal = 1.433 m/s

Slope Sal = 0.0021 m

Q Sal = 1.004 m3/s

V gor = 1.5 m/s

Panjang Gor = 8 m

• Menghitung Dimensi Gorong – gorong

A = 2Vgorong

Q

= sm

sm/5.1

/3004.1

= 0.670 m 2

A = 2 h 2

h 2 = 2A

= 2A =

2670.0 2m = 0.579 m

b = 2 h = 2 * 0.579 m

= 1.157m

• Menghitung Kehilangan Energi

Kehilangan Energi terdiri dari :

Hf in = 0.25 * g

VgrgVsal*2

)( 2−

= 0.25 * 81.9*2

)/5.1/433.1( 2smsm −

= 0.0001 m

Hf out = 0.5 * g

VgrgVsal*2

)( 2−

= 0.5 * 81.9*2

)/5.1/433.1( 2smsm −

= 0.0203 m

Page 240: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Hf gesek = Slope * Pjg gorong2

= 0.0021 * 8

= 0.0170 m

Hf Total = Hf in + Hf out + Hf gesek

= 0.0001 m + 0.0203 m + 0.0170 m

= 0.0374 m

Page 241: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Contoh Perhitungan BOQ Saluran Blok A Jalur ID 53, Jalur B-G61

• Dasar-dasar perencanan

Bill of quantity (BOQ) pada perencanaan ini meliputi pekerjaan penggalian dan

pembangunan saluran (konstruksi), perhitungan volume penggalian, volume bahan

pembangunan baik saluran maupun bangunan pelengkap.

SALURAN (Trapesium)

Diketahui:

Lda = 470 m

Y = 0.636 m

b = 0.735 m

fb = 0.383 m

• Volume Galian

Rumusan yang digunakan :

- Volume saluran trapesium :

LdafbyyLdafbyyy

LdafbyZybLdafbyzybb

LdafbyBb

).).(732.1().)).(577.0.2155,1.2(5.0(

).)).(22(5.0().)).(2(5.0(

).)).((5.0(

+=++=

++=+++=

++=

- Volume Galian Saluran

3242,597)470).383,0636,0).(636,0732,1((3641.69

)).).(732.1((.

mm

LdafbyykalibatuV

=+×+=

++=

• Volume Batu Kali

3641.69)470).735,0.2,0(())383,0636,0.(4,0(16,0

))..2,0(()).(4,0(16,0

m

Ldabfby

=+++=

+++=

• Volume Semen

3353,4)641,6925,0.(25,0(

)..25,0.(25,0(

m

kalibatuV

=×=

=

Page 242: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

• Volume Pasir

3058,13

641,69%25.43

.%.25.43

m

kalibatuV

=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ ×=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛=

Page 243: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Contoh Perhitungan BOQ Gorong-gorong Blok A Jalur B-G61, ID G61

GORONG – GORONG (Persegi)

Pada perencanaan ini digunakan gorong-gorong yang terdiri dari campuran semen

dan beton dikarenakan beban lalu lintas yang padat sehingga akan memberikan daya tekan

yang besar kepada saluran drainase yang terletak dibawah jalan raya konstruksi.

Diketahui :

Lebar jalan = 8 m

h gorong = 0.579 m

b gorong = 1.157 m

• Volume Galian Gorong-gorong

- Volume Galian Gorong-gorong

3982,128).579,03,1).(157,11(

)..3,1).(1().3.04.02.04.0).(5.03.0((

m

jalanlebarhbjalanlebarhb

=×+=

+=++++++=

• Volume Pasangan Batu Kali

3287,148)).157,14,0(86,0)579,08,0((

))..4,0(86,0).8,0((

.)4,0()7,05,0()2,0.(2

5.03.0.2

).)..(2( 331

m

jalanlebarbh

jalanlebarhh

jalanlebarAAA

=×++×=

++=⎭⎬⎫

⎩⎨⎧

++++⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛ +

=

+=

• Volume Beton

3623,584,0).157,16,0(

.4,0).6,0(.4,0).3,03,0(

m

jalanlebarbjalanlebarb

=×+=

+=++=

Page 244: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

• Perbandingan Volume Bahan Yang Digunakan

- Rumusan untuk menghitung perbandingan spasi

Semen : kerikil : pasir

1 : 2 : 3

- Rumusan untuk menghitung Pasangan Batu

Batu : Spesi Pasangan

6 : 4

- Rumusan untuk menghitung perbandingan spasi pasangan

Semen : kerikil : pasir

1 : 2 : 3

• Volume Semen

3890,1

623,5.61

91287,146,0

..61

91...6,0

m

betonVkalibatupasanganV

=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ ×+⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛ ××=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛+⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛=

• Volume Kerikil

3732.4

623,562

93287,146,0

..62

93...6,0

..62

93.ker

m

betonVbatupasanganV

betonVbatupasanganikil

=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ ×+⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛ ××=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛+⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛+⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛=

• Volume Pasir

= pasir pasangan batu-pasir beton

3574,7

623,563

95287,14.6,0

..63

95..6,0

m

betonVbatupasanganV

=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ ×+⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛ ××=

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛+⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛=

Page 245: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Contoh Rekapitulasi RAB I. PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Uitzet dan Pasang Bouwplank Diketahui : Analisa = Taksir Volume =1 LS Harga Satuan = Rp. 500.000 Jumlah = Volume x Harga Satuan = 1 x 500.000 = Rp. 500.000,00

2. Pembersihan Lokasi Diketahui : Analisa = Taksir Volume =1 LS Harga Satuan = Rp. 495.000 Jumlah = Volume x Harga Satuan = 1 x 495.000 = Rp. 495.000,00

3. Administrasi dan Dokumentasi Diketahui : Analisa = Taksir Volume =1 LS Harga Satuan = Rp. 490.000 Jumlah = Volume x Harga Satuan = 1 x 490.000 = Rp. 490.000,00 + SUB JUMLAH = Rp. 1.485.000,00

II. PEKERJAAN SALURAN

1. Galian Tanah biasa Diketahui : Analisa = A.004 Volume =180504.064 m3

Harga Satuan = Rp. 19.821,00 Jumlah = Volume x Harga Satuan = 180504.064 x 19.821,00 = Rp. 3.577.771.049,48

2. Urugan Pasir

Diketahui : Analisa = A.012 Volume =1977.455 m3

Harga Satuan = Rp. 11.925,00 Jumlah = Volume x Harga Satuan = 1977.455 x 11,925.00 = Rp. 23.581.151,77

3. Pasangan Batu Kali 1:3:10

Diketahui : Analisa = C.009 Volume =10546.427 m3

Harga Satuan = Rp. 269,290.00 Jumlah = Volume x Harga Satuan = 10546.427 x 269,290.00 = Rp. 2.840.047.345,45

Page 246: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

4. Plesteran 1:3 Diketahui : Analisa = D.015 Volume = 92435.50m3

Harga Satuan = Rp. 17,327.00 Jumlah = Volume x Harga Satuan = 92435.50 x 17,327.00 = Rp. 1.601.629.908,50

5. Lis Sponengan

Diketahui : Analisa = D.014 Volume = 92435.50m3

Harga Satuan = Rp. 2,859.50 Jumlah = Volume x Harga Satuan = 92435.50 x 2,859.50 = Rp. 264.319.312,25 + SUB JUMLAH = Rp. 8.307.348.767,46

III. PEKERJAAN GORONG-GORONG

1. Galian Tanah Biasa Diketahui : Analisa = A.005 Volume = 6580.602 m3

Harga Satuan = Rp. 19,821.00 Jumlah = Volume x Harga Satuan

= 6580.602 x 19,821.00 = Rp. 130.434.112,00 2. Urugan Pasir

Diketahui : Analisa = D.015 Volume = 1023.493m3

Harga Satuan = Rp. 11,925.00 Jumlah = Volume x Harga Satuan

= 1023.493 x 11,925.00 = Rp. 12.205.154,00

3. Cor Beton Bertulang Diketahui : Analisa = B.002 Volume = 816.480 m3

Harga Satuan = Rp. 445,070.00 Jumlah = Volume x Harga Satuan = 816.480 x 445,070.00 = Rp. 363.390.622,00

4. Pasangan Batu Kali 1:3:10

Diketahui : Analisa = C.009 Volume = 1845.759m3

Harga Satuan = Rp. 521,615.00 Jumlah = Volume x Harga Satuan = 1845.759 x 521,615.00 = Rp. 269.290,00 + SUB JUMLAH = Rp. 506.299.177,54

Page 247: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

REKAPITULASI I. Pekerjaan Persiapan = 1,485,000.00 II. Pekerjaan Saluran = 8,307,348,767.46 III. Pekerjaaan Gorong-Gorong = 506,299,177.54 +

Jumlah = 8,815,132,945.00 PPN 10% = 881,513,294.50

Jumlah Total = 9,696,646,239.50 Dibulatkan = 9,696,646,000.00 Terbilang : Sembilan Milyar Enam Ratus Sembilan Puluh Enam Juta Seratus Dua Ribu Rupiah

Page 248: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Lengkung Intensitas Metode Hasper Weduwen

Lengkung Intensitas Hasper WeduwenPUH 2 Tahunan

0.00150.00300.00450.00600.00750.00

0.083 0.167 0.333 0.667 1.000 1.333 2.000 4.000

Waktu Distribusi (jam)

Inte

nsita

s Hu

jan

(mm

/jam

)

Talbot Sherman Ishiguro

Lengkung Intensitas Hasper WeduwenPUH 5 Tahunan

0.00150.00300.00450.00600.00750.00900.00

0.083 0.167 0.333 0.667 1.000 1.333 2.000 4.000

Waktu Distribusi (jam)

Inte

nsita

s Hu

jan

(mm

/jam

)

Talbot Sherman Ishiguro

Page 249: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Lengkung Intensitas Hasper Weduwen PUH 10 Tahunan

0.00150.00300.00450.00600.00750.00900.00

0.083 0.167 0.333 0.667 1.000 1.333 2.000 4.000

Waktu Distribusi (jam)

Inte

nsita

s Hu

jan

(mm

/jam

)

Talbot Sherman Ishiguro

Lengkung Intensitas Hasper WeduwenPUH 25 Tahunan

0.00150.00300.00450.00600.00750.00900.00

0.083 0.167 0.333 0.667 1.000 1.333 2.000 4.000

Waktu Distribusi (jam)

Inte

nsita

s H

ujan

(m

m/ja

m)

Talbot Sherman Ishiguro

Page 250: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Lengkung Intensitas Hasper WeduwenPUH 50 Tahunan

0.00200.00400.00600.00800.00

1000.00

0.083 0.167 0.333 0.667 1.000 1.333 2.000 4.000

Waktu Distribusi (jam)

Inte

nsita

s Hu

jan

(mm

/jam

)

Talbot Sherman Ishiguro

Lengkung Intensitas Hasper Weduwen PUH 100 Tahunan

0.00200.00400.00600.00800.00

1000.001200.00

0.083 0.167 0.333 0.667 1.000 1.333 2.000 4.000

Waktu Distribusi (jam)

Inte

nsita

s H

ujan

(m

m/ja

m)

Talbot Sherman Ishiguro

Page 251: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Lengkung Intensitas Metode Van Breen

Lengkung Intensitas Van Breen PUH 2 Tahunan

0.0050.00

100.00150.00200.00250.00

0.083 0.167 0.333 0.667 1.000 1.333 2.000 4.000

Waktu Distribusi (jam)

Leng

kung

In

tens

itas

(mm

/jam

)

Talbot Sherman Ishiguro

Lengkung Intensitas Van Breen PUH 5 Tahunan

0.0050.00

100.00150.00200.00250.00

0.083 0.167 0.333 0.667 1.000 1.333 2.000 4.000

Waktu Distribusi (jam)

Leng

kung

In

tens

itas

(mm

/jam

)

Talbot Sherman Ishiguro

Page 252: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Lengkung Intensitas Van Breen PUH 10 Tahunan

0.0050.00

100.00150.00200.00250.00

0.083 0.167 0.333 0.667 1.000 1.333 2.000 4.000

Waktu Distribusi (jam)

Leng

kung

In

tens

itas

(mm

/jam

)

Talbot Sherman Ishiguro

Lengkung Intensitas Van Breen PUH 25 Tahunan

0.0050.00

100.00150.00200.00250.00

0.083 0.167 0.333 0.667 1.000 1.333 2.000 4.000

Waktu Distribusi (jam)

Leng

kung

In

tens

itas

(mm

/jam

)

Talbot Sherman Ishiguro

Page 253: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Lengkung Intensitas Van Breen PUH 50 Tahunan

0.0050.00

100.00150.00200.00250.00

0.083 0.167 0.333 0.667 1.000 1.333 2.000 4.000

Distribusi Hujan (jam)

Leng

kung

In

tens

itas

(mm

/jam

)

Talbot Sherman Ishiguro

Lengkung Intensitas Van Breen PUH 100 Tahunan

0.0050.00

100.00150.00200.00250.00

0.083 0.167 0.333 0.667 1.000 1.333 2.000 4.000

Distribusi Hujan (jam)

Leng

kung

In

tens

itas

(mm

/jam

)

Talbot Sherman Ishiguro

Page 254: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Lengkung Intensitas Metode Bell Tanimoto

Lengkung Intensitas Bell Tanimoto PUH 2 Tahunan

0.0020.0040.0060.0080.00

100.00

1 2 3 4 5 6 7 8

Waktu Distribusi (jam)

Inte

nsita

s Hu

jan

(mm

/jam

)

Talbot Sherman Ishiguro

Lengkung Intensitas Bell Tanimoto PUH 5 Tahunan

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

1 2 3 4 5 6 7 8

Waktu Distribusi (jam)

Inte

nsita

s Hu

jan

(mm

/jam

)

Talbot Sherman Ishiguro

Page 255: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Lengkung Intensitas Bell Tanimoto PUH 10 Tahunan

0.0050.00

100.00150.00200.00250.00

1 2 3 4 5 6 7 8

Waktu Distribusi (jam)

Inte

nsita

s Hu

jan

(mm

/jam

)

Talbot Sherman Ishiguro

Lengkung Intensitas Bell Tanimoto PUH 25 Tahunan

0.00

100.00

200.00

300.00

400.00

1 2 3 4 5 6 7 8

Waktu Distribusi (jam)

Inte

nsita

s H

ujan

(m

m/ja

m)

Talbot Sherman Ishiguro

Page 256: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Lengkung Intensitas Bell Tanimoto PUH 50 Tahunan

0.00100.00200.00300.00400.00500.00

1 2 3 4 5 6 7 8

Waktu Distribusi (jam)

Inte

nsita

s Hu

jan

(mm

/jam

)

Talbot Sherman Ishiguro

Lengkung Intensitas Bell Tanimoto PUH 100 Tahunan

0.00100.00200.00300.00400.00500.00600.00

1 2 3 4 5 6 7 8

Waktu Distribusi (jam)

Inte

nsita

s H

ujan

(m

m/ja

m)

Talbot Sherman Ishiguro

Page 257: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj

Saluran Eksisting

Page 258: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj
Page 259: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj
Page 260: 21272902 Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan Menggunakan SIG Dan an Drainase Di Kecamatan Panj