21218480-penyamaan-kulir-kelinci

9

Click here to load reader

Transcript of 21218480-penyamaan-kulir-kelinci

Page 1: 21218480-penyamaan-kulir-kelinci

Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci

112

DIVERSIFIKASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING DAN KULIT BULU KELINCI

SRI USMIATI, CHRISTINA WINARTI dan DJAJENG SUMANGAT

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Jl. Tentara Pelajar No. 12 Cimanggu, Bogor

ABSTRAK

Dalam era persaingan bebas menyebabkan aliran produk dari luar negeri ke Indonesia semakin deras. Kualitas dan keragaman produk dalam negeri dituntut harus mampu bersaing dengan produk-produk dari luar negeri tersebut. Berbagai sumberdaya alam dan komoditas, baik tanaman maupun hewan yang potensial untuk dikembangkan perlu mendapat perhatian untuk meningkatkan nilai tambahnya. Diantara jenis ternak yang cukup potensial untuk dikembangkan dan perlu mendapat perhatian adalah kelinci yang dapat dimanfaatkan baik daging maupun kulit bulunya. Teknologi pengolahan daging kelinci meliputi teknologi pembuatan sosis, kornet, burger, nugget, karage, bakso, abon dan lain-lain, sedangkan kulit bulu kelinci disamak menggunakan teknologi penyamakan krom atau alum yang menghasilkan kulit samak dengan kualitas yang cukup baik sehingga dapat dijadikan sebagai bahan untuk tas, gantungan kunci, hiasan, topi dan lain-lain. Dalam bentuk produk yang sudah jadi nilai tambah bahan baku naik beberapa kali lipat, hal ini menunjukkan pentingnya teknologi pascapanen dalam meningkatkan nilai tambah produk. Diharapkan komoditas kelinci dapat menyumbangkan produk-produk bergengsi sebagai tambahan devisa negara dari sektor non-migas.

Kata Kunci: Kelinci, Teknologi, Pengolahan, Daging, Kulit Bulu

PENDAHULUAN

Era globalisasi dan persaingan bebas saat ini menuntut masyarakat di seluruh dunia termasuk Indonesia untuk giat meningkatkan penguasaan ilmu dan teknologi serta manajemen. Dalam keadaaan teknologi yang serba maju dan modern kita dituntut dapat menghasilkan berbagai produk hasil iptek yang sangat memadai agar dapat bersaing dengan produk-produk dari luar negeri yang dari waktu ke waktu mengalir terus ke dalam negeri tanpa dapat dicegah.

Untuk mengantisipasi aliran produk dari luar negeri secara tidak terkendali maka perlu upaya peningkatan nilai tambah dan penganekaragaman produk dengan terus melakukan inovasi teknologi dan menggali sumberdaya alam yang potensial untuk dikembangkan. Berbagai sumberdaya alam dan komoditas, baik tanaman maupun hewan/ternak, yang potensial untuk dikembangkan perlu mendapat perhatian untuk lebih meningkatkan nilai tambah. Diantara jenis ternak yang saat ini cukup memiliki potensi untuk dikembangkan dan perlu mendapat perhatian adalah kelinci., dapat

dimanfaatkan baik daging maupun kulit bulunya (Fur).

Melalui penguasaan teknologi di bidang pascapanen, daging dan kulit bulu kelinci dapat menjadi produk-produk yang dapat bersaing dengan produk sejenis lainnya yang telah popular lebih dulu misalnya yang berasal dari daging ayam atau sapi antara lain bakso, nugget, kornet, sosis, burger, dendeng, karage, abon dan lain-lain. Dari bahan baku kulit sapi atau domba terdapat produk-produk antara lain tas, sepatu, jaket, topi, jok kendaraan, sarung tangan dan hiasan, sedangkan dari kulit bulu dibuat mantel. Produk-produk tersebut rata-rata memiliki harga yang cukup mahal. Satu mantel eksklusif terbuat dari 20-30 lembar kulit kelinci harganya bisa mencapai US$ 3.000. Pasar kulit bulu ini mencakup daratan Eropa, Rusia, Amerika dan Asia Utara. Produsen kulit bulu kelinci antara lain Hong Kong, Taiwan, Jepang dan Korea Selatan (http://www. sinarharapan.co.id/feature/hobi/2002/071/hob1.html). Harga kulit kelinci yang bisa laku sampai US$ 8-15 per lembar. Setelah disamak harga kulit bulu kelinci bisa mencapai US$ 18 per lembarnya (http://www.sinarharapan.co.id/ feature/hobi/2002/071/hob1.html). Dengan

Page 2: 21218480-penyamaan-kulir-kelinci

Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci

113

demikian dalam bentuk produk yang sudah jadi nilai tambah bahan baku naik beberapa kali lipat. Hal ini menunjukkan pentingnya teknologi pascapanen dalam upaya pengembangan dan peningkatan nilai tambah produk.

Saat ini teknologi pascapanen untuk mengolah daging dan kulit bulu kelinci masih terus digali dan dikembangkan. Pemilihan jenis kelinci perlu mendapat perhatian sesuai dengan tujuan pemeliharaan, diambil daging atau kulit bulunya. Untuk mendapatkan bulu dan kulit bulu maka yang cocok dipelihara adalah jenis American Chinchilla, Rex atau Reza (Rex Satin) dan Angora, sedangkan untuk tujuan diambil dagingnya dipelihara jenis Belgian, Californian, Flemish Giant, Havana, Himalayan dan New Zealand (http://www. republika.co.id/koran_detail.asp?id=181910&kat_id=149).

Beberapa kendala yang dihadapi dalam pengembangan produk dari komoditas kelinci adalah masih terbatasnya ketersediaan bahan baku. Disamping teknologi budidaya kelinci yang belum dikuasai oleh masyarakat, teknologi pengolahan produk berbahan baku dari daging kelinci dan penyamakan kulit bulu kelinci belum banyak dikenal dan dikuasai masyarakat.

Tujuan penulisan makalah adalah untuk mereview teknologi pengolahan daging dan penyamakan kulit bulu kelinci yang telah dilakukan dan dikembangkan oleh Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian dan Balai Penelitian Ternak.

DIVERSIFIKASI PRODUK

Daging kelinci

Kelinci mempunyai potensi yang besar sebagai penghasil daging, pada umur delapan minggu mampu mencapai bobot lebih dari dua kilogram (FARREL dan RAHARDJO, 1984). Seekor kelinci dengan bobot hidup dua kilogram dapat menghasilkan karkas seberat 900 g. Daging kelinci mempunyai kemiripan dengan daging ayam yaitu warna putih pucat. Daging kelinci mempunyai berbagai kelebihan dibanding jenis daging lainnya, antara lain kadar kolesterolnya terendah kedua setelah daging kalkun, kadar garam dan lemak jenuh

rendah, sedangkan kadar proteinnya tinggi. Kadar kolesterol daging kelinci hanya 50 mg/kg, sedangkan domba 320 mg/kg, dan kadar proteinnya berturut-turut adalah 20,8 dan 13,7% (FARREL dan RAHARDJO, 1984).

Permintaan daging kelinci tidak begitu berkembang dibandingkan jenis ternak lain, yang antara lain disebabkan ketersediaan terbatas, dan adanya hambatan psikologis pada masyarakat karena lebih dikenal sebagai binatang kesayangan (peliharaan). Melihat potensinya yang cukup besar karena kecepatan perkembangbiakannya dan sebagai sumber protein maka agar konsumsi daging kelinci meningkat perlu dilakukan pengenalan dan diversifikasi produk olahan yang dapat diterima masyarakat. Daging kelinci dapat diolah menjadi berbagai macam produk olahan bercitarasa tinggi seperti sosis, nugget, bakso, kornet, dan abon. Perbaikan mutu produk olahan dari daging kelinci dapat dilakukan dengan modifikasi bahan tambahan yang digunakan antara lain penambahan omega 3 dan 6 yang antara lain terdapat dalam minyak jagung , serat maupun protein untuk meningkatkan nilai gizinya. Pengolahan daging kelinci akan memberikan keuntungan yang cukup tinggi bagi pengolah. Hasil perhitungan secara sederhana diketahui bahwa dari 15 kg daging seharga Rp. 450.000 dan biaya tenaga produksi Rp. 75.000 serta bumbu dan campuran pelengkap Rp. 75.000 diperoleh hasil Rp. 1.125.000, sehingga margin keuntungan adalah Rp. 525.000. Dalam makalah ini akan dibahas teknis pengolahan beberapa produk olahan daging kelinci yang cukup potensial untuk dikembangkan yaitu nugget, sosis, kornet dan karage.

Kulit bulu kelinci

Kulit/kulit bulu memiliki potensi pengembangan dan prospek pasar yang cukup baik, bahan dan produknya merupakan komoditas ekspor non-migas yang dari tahun ke tahun terus meningkat. Namun pengembangan kulit bulu masih mengalami kendala. Selain kuantitas yang belum memadai, kualitas hasil olahan kulit dan produknya dari Indonesia dinilai masih rendah terutama yang disamak secara tradisional dibandingkan dengan kulit dan kulit bulu dari

Page 3: 21218480-penyamaan-kulir-kelinci

Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci

114

Italia, Perancis, Jerman dan Jepang. Ketersediaan bahan baku yang terbatas, mutu awal sebelum diproses yang seadanya serta penguasaan teknologi yang terbatas merupakan beberapa faktor kritis penyebab rendahnya mutu kulit/kulit bulu Indonesia.

Untuk membantu mengatasi keterbatasan pasokan kulit, kelinci dapat menjadi alternatif ternak yang perlu dikembangkan. Kelinci dapat tumbuh dan berkembangbiak dengan cepat dan dapat memasok tidak hanya kulit tetapi juga dagingnya dalam jumlah yang relatif cepat. Namun, karena kelinci adalah jenis ternak yang kecil maka kulit/kulit bulunya diarahkan untuk produk-produk yang berukuran kecil serta produk yang tidak membutuhkan kuat tarik dan kuat sobek yang tinggi (RAHARDJO, 1994). Menurut informasi dari BLPP Ciawi, Bogor, pasar komoditas kulit bulu kelinci semakin meningkat. Peningkatan terjadi karena santernya kritik yang dilontarkan para pecinta alam dan lingkungan seperti Green Peace terhadap perburuan dan pembantaian satwa liar. Sebelumnya, bulu untuk pembuatan jaket dan aksesorinya di negara-negara beriklim dingin umumnya menggunakan kulit beruang hasil buruan. Dengan santernya kritik tersebut para produsen jaket kulit lantas berusaha melirik bahan baku lain. Kelinci dianggap sebagai salah satu ternak yang bisa menggantikan kebutuhan bulu untuk jaket (http://www.sinarharapan.co.id/feature/hobi/2002/071/hob1.html).

Berbagai produk eksotik sebelumnya berasal dari kulit atau kulit bulu domba, kulit itik dan kulit reptil, maka kulit bulu kelinci sangat potensial dikembangkan karena kekhasan dari kehalusan bulunya yang dapat dijadikan mantel dengan harga yang tinggi (nilai ekonomi yang tinggi) serta memiliki pangsa pasar tersendiri di kalangan tertentu. Sayangnya penyamakan kulit bulu kelinci di Indonesia masih sangat terbatas dan memerlukan penguasaan teknologi penyamakan yang baik dan memadai karena akan berpengaruh terhadap kualitas kulit bulu terutama terhadap kehalusan dan struktur kulit bulu serta agar tidak mengalami pembusukan. Rendahnya mutu kulit bulu dapat dipahami mengingat teknologi penyamakan yang umum dikenal di Indonesia lebih diarahkan kepada penyamakan kulit tanpa bulu.

TEKNOLOGI PENGOLAHAN

Daging kelinci

Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk penganekaragaman pengolahan kelinci antara lain adalah pembuatan nugget, sosis, bakso dan karage. Pembuatan produk-produk tersebut tidak terlalu rumit sehingga bisa dikerjakan dalam skala rumah tangga. Peralatan yang dibutuhkan hampir sama yaitu food processor (Gambar 1) untuk menggiling daging dan mencampur dengan bahan tambahan lainnya, sedangkan untuk sosis dibutuhkan alat sausage stuffer.

Gambar 1. Food processor untuk menghaluskan daging

Nugget

Nugget adalah suatu bentuk produk daging giling yang telah dibumbui, kemudian dilumuri perekat tepung dan diselimuti tepung roti, digoreng setengah matang lalu dibekukan untuk mempertahankan mutunya selama penyimpanan. Dikatakan lebih lanjut oleh OWENS (2001), nugget dibuat dari campuran daging merah dan daging putih dengan tujuan untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan cita rasa nugget yang dihasilkan.

Bahan-bahan tambahan yang diperlukan dalam pembuatan nugget antara lain bahan pengisi, bahan pengikat, es atau air es, minyak dan bumbu-bumbu. Bahan pengisi merupakan bahan tambahan selain daging dengan

Page 4: 21218480-penyamaan-kulir-kelinci

Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci

115

kandungan protein rendah seperti berbagai jenis pati seperti tepung jagung, kentang, tapioka dan terigu. Fungsi bahan pengisi adalah untuk untuk mengikat air. Bahan pengikat merupakan bahan tambahan yang mempunyai kandungan protein lebih tinggi, berfungsi untuk menambah daya emulsifikasi dan daya mengikat air pada adonan, seperti susu skim bubuk, tepung kedelai dan isolat protein kedelai.

Es atau air es berfungsi meningkatkan keempukan dan juiciness dari produk akhir. Untuk pembuatan nugget skala kecil, hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung tapioka dianggap paling memungkinkan dari segi biaya produksi yang lebih rendah, rasa dan tekstur secara organoleptik lebih disukai. Gambar 2 menunjukkan diagram alir pembuatan nugget daging kelinci (RAHARDJO, 2002).

Daging kelinci ↓

Penggilingan daging ← es batu ↓

Pencampuran bahan tambahan (susu skim, bumbu, bahan pengisi/tepung)

↓ Pencetakan dalam loyang

↓ Pembentukan produk

↓ Coating dengan tepung roti

↓ Penggorengan

↓ Nugget matang

Gambar 2. Diagram alir proses pembuatan nugget daging kelinci

Sosis

Sosis adalah bahan pangan yang berasal dari potongan-potongan daging yang digiling dan diberi bumbu dan dimasukkan ke dalam selongsong (casing) menjadi bentuk yang simetris. Beberapa tahapan dalam pembuatan sosis antara lain curing (pengawetan daging dengan natrium nitrit), pembuatan adonan, pengisian ke selongsong, pengasapan, dan perebusan.

Sosis merupakan produk emulsi yang membutuhkan pH tinggi, yang berperan untuk meningkatkan daya ikat air. Seperti halnya dengan nugget dan bakso, sosis merupakan sistem emulsi minyak dalam air. Masalah yang sering dihadapi dalam pembuatan sosis adalah pecahnya emulsi, yang antara lain disebabkan penggilingan yang berlebihan, temperatur penggilingan dan pemasakan yang terlalu tinggi (SOEPARNO, 1998). Penggunaan susu skim atau isolat protein kedelai adalah sekitar 4,4%, sedangkan tepung tapioka, maizena maupun tepung kentang sebanyak 3,36%. sedangkan penambahan suplemen omega-3 dan omega-6 sebanyak 9,5% (RAHARDJO et al, 2003). Proses pembuatan sosis secara garis besar dapat dilihat pada Gambar 3.

Daging kelinci ↓

Penggilingan daging I ↓

penambahan garam dan es batu ↓

bumbu, lemak daging → Penggilingan II ← tepung tapioka

↓ Pendinginan adonan pada 10°C selama 15 menit

↓ Pengisian dalam selongsong

(menggunakan sausage stuffer) ↓

Pengukusan selama 60 menit ↓

Sosis

Gambar 3. Diagram alir pembuatan sosis frankfurters

Kornet

Kornet merupakan salah satu jenis daging olahan yang berupa daging giling kasar dengan bahan tambahan bahan pengisi dan bahan pengikat serta bumbu-bumbu. Tahapan proses pembuatan kornet meliputi pemilihan daging, pembersihan, penggilingan, proses curing, pembuatan massa (mencampurkan daging giling, bahan-bahan kuring dan bahan tambahan lainnya dengan mixer), pemasakan, pendinginan dan pemotongan produk.Untuk produk komersial meliputi persiapan daging,

Page 5: 21218480-penyamaan-kulir-kelinci

Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci

116

pengolahan, dan pengisian ke dalam kaleng, penghampaan, penutupan kaleng dan sterilisasi.

Bahan pengisi yang digunakan antara lain tepung tapioka, tepung aren, sedangkan bahan pengikat yang ditambahkan antara lain susu skim atau isolat protein kedelai. Kandungan campuran bahan pengisi (susu skim dan isolat protein kedelai) yang ditambahkan umumnya berkisar 10−15%. Untuk produk kornet, ternyata konsentrasi skim yang lebih tinggi dalam kombinasinya dengan tepung aren lebih disukai daripada tepung tapioka (RAHARJO et al, 2003). Diagram alir pembuatan kornet disajikan pada Gambar 4.

Daging kelinci ↓

Penggilingan daging I ↓

Pencampuran adonan (tepung aren, skim, isolat protein kedelai, bumbu,

minyak jagung) ↓

Penggilingan II ↓

Pencetakan ↓

Pemasakan (pengukusan 30 menit)

↓ Pendinginan

↓ Pemotongan produk

↓ Kornet

Gambar 4. Diagram alir proses pembuatan kornet daging kelinci

Karage

Karage adalah produk olahan daging yang menyerupai nugget hanya bahan bakunya adalah daging irisan (’slice meat’), dengan sedikit atau tanpa penambahan daging giling. Penambahan daging giling bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan daging yaitu bagian yang tidak dapat digunakan untuk ’slice’ seperti daging iga atau tetelan lainnya digiling kemudian diikat oleh skim dan dicampur dengan daging ’slice’. Proses

pembuatannya sama dengan nugget (diagram alir Gambar 5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi daging giling : skim = 3 : 1 lebih disukai baik dari hasil analisis fisik maupun preferensi secara organoleptis. Secara umum penggunaan berbagai tingkat campuran daging giling dan skim dalam produk karage tidak mengubah komposisi kimiawi dan sifat produk secara nyata (RAHARDJO et al., 2003).

Daging kelinci

Pemotongan tipis-tipis daging sisa (tetelan) ↓ ↓

Daging slice penggilingan bersama susu skim

Pencampuran ↓

Penambahan bumbu ↓

Pemberian tepung terigu ↓

Penyimpanan dalam lemari es selama 1 jam ↓

Coating dengan tepung panir ↓

Penggorengan ↓

Karage Gambar 5. Diagram alir pembuatan karage daging

kelinci

Kulit bulu kelinci

Untuk memperoleh kulit bulu (fur) kelinci selain bahan baku kulit bulu yang belum disamak (dari kelinci yang telah disembelih) diperlukan pula perangkat alat samak beserta bahan kimia untuk penyamakan.

Alat penyamakan

Alat penyamakan kulit/kulit bulu (fur) (modifikasi oleh RAHARDJO, 2002) terdiri atas:

Mesin penyamak kulit (tanning machine)

Pada mesin samak, bagian-bagian yang berhubungan dengan larutan kimia dibuat dari stainless steel. Alat ini mampu menyamak 60-80 lembar kulit bulu kelinci untuk satu kali

Page 6: 21218480-penyamaan-kulir-kelinci

Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci

117

proses penyamakan. Mesin ini dilengkapi oleh elemen pemanas dan pengaduk pedal yang dapat berputar bolak balik (pada sudut 45o) dengan kecepatan rendah agar tidak menyebabkan kesurakan atau kerontokan bulu. Pedal dapat dinaik-turunkan untuk menyesuaikan dengan jumlah kulit bulu dan larutan yang digunakan.

Gambar 6. Mesin penyamak kulit/kulit bulu

Mesin pelemas kulit (stacking machine)

Alat ini berfungsi untuk melemaskan kulit setelah proses penyamakan selesai. Dibuat dari logam bundar seperti roda mobil dengan sirip-sirip tumpul sepanjang lingkaran roda. Berfungsi menumbuk permukaan kulit pada bagian dagingnya sehingga serat-serat kulit lebih longgar dan kulit dapat menjadi lebih lemas dan elastis.

Gambar 7. Mesin pelemas kulit/kulit bulu

Mesin ampelas kulit (buffing machine)

Mesin buffing digunakan untuk menghaluskan atau meratakan permukaan kulit bulu setelah proses pelemasan. Permukaan kulit (bagian daging) sering tidak rata karena adanya sayatan-sayatan kulit/daging tersamak terutama bagian sub-cutis. Sayatan tersebut menyebabkan penampilan kulit tidak menarik, tidak rapi dan kotor. Oleh karena itu diperlukan proses pengampelasan untuk meratakannya.

Gambar 8. Mesin ampelas kulit/kulit bulu

Bahan kimia untuk penyamakan kulit bulu

Bahan kimia yang diperlukan untuk penyamakan kulit bulu kelinci adalah: teepol, soda kue, oropon, formalin, asam sulfat, asam formiat, chrome, soda ash, syntan, minyak, dan garam. Seluruh bahan kimia tersebut dapat diperoleh di toko-toko bahan kimia.

Proses penyamakan kulit bulu kelinci

Proses penyamakan kulit bulu kelinci (kulit samak krom dan alum) disajikan dalam diagram alir Gambar 9 dan 10 (RAHARDJO et al., 2003).

Perbedaan penggunaan kedua metode penyamakan adalah pada penampilan warna kulit bulu samak yang dihasilkan. Metode krom menghasilkan kulit bulu samak yang memiliki nuansa warna putih agak kebiruan dibandingkan metode alum dengan hasil warna kulit bulu lebih alamiah.

Page 7: 21218480-penyamaan-kulir-kelinci

Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci

118

Air, teepol, soda kue Diaduk selama 30 menit kemudian direndam semalam

Air, teepol, soda kue, busan Diaduk selama 1 jam lalu dicuci, cek pH = 6 Oropon Putar selama 1 jam lalu cuci Buang daging menggunakan pisau Air, formalin Putar 1 jam lalu rendam semalam Air, garam, asam semut, asam sulfat Cek penampang kuning, cek pH 3-3,5 rendam semalam Catatan: asam terlebih dahulu diencerkan dengan air

Chrome, soda kue, soda abu Putar ±2 jam lalu rendam semalam -------------------------- formalin chrome Air. Putar 1 jam. Soda kue, cek dengan BCG, soda abu Air Syntan. Putar 1-2 jam, rendam semalam --------------------------- formalin chrome + syntan Air, minyak sulfat, asam semut. Cek pH 3,8-4,2 ---------------- Formalin chrome syntan + peminyakan

Gambar 9. Diagram alir penyamakan kulit bulu samak krom

Penimbangan kulit bulu

Perendaman

Perendaman ulang

Bating

Penguatan bulu

Pengasaman

Peminyakan

Penetralan

Stacking dan buffing

Fleshing

Tanning

Retanning

Page 8: 21218480-penyamaan-kulir-kelinci

Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci

119

Air, teepol, soda kue Diaduk selama 30 menit kemudian direndam semalam Air, teepol, soda kue, busan Diaduk selama 1 jam lalu dicuci, cek pH = 6

Oropon Putar selama 1 jam lalu cuci

Buang daging menggunakan pisau Air, formalin Putar 1 jam lalu rendam semalam

Air, garam, asam semut, asam sulfat pH 3−3,5 rendam semalam Catatan: asam terlebih dahulu diencerkan dengan air Alum oksida, garam, soda kue

Lapiskan pasta pada bagian kulit, biarkan 2-3 hari Ulangi sampai 2-3 kali dan cuci ---------------------------formalin alum oksida

NaCl, salpeter, alum, soda abu -------------- formalin salpeter alum soda Air Syntan. Putar 1-2 jam, rendam semalam --------------------- formalin alum oksida + syntan ------- formalin saltpeter alum soda+syntan

Air, minyak, putar 1-2 jam. As. semut, cek pH 3,8-4,2 -------------- alum oksida + syntan+peminyakan ------------- salpeter alum soda + syntan + peminyakan

Gambar 10. Diagram alir penyamakan kulit bulu samak alum

Penimbangan kulit bulu

Perendaman

Perendaman ulang

Bating

Penguatan bulu

Pengasaman

Peminyakan

Salpeter alum oksida

Fleshing

Pasta alum oxida

Retanning

Page 9: 21218480-penyamaan-kulir-kelinci

Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci

120

PENUTUP

Dalam era globalisasi dan persaingan bebas produk-produk dari luar negeri cukup deras mengalir ke Indonesia tanpa dapat dicegah. Agar tidak kalah bersaing masyarakat dituntut menghasilkan produk-produk yang berkualitas dan modern. Dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi dituntut dapat menghasilkan teknologi maju dan modern sebagai perangkat yang mendukung terciptanya produk-produk berkualitas. Di bidang pertanian dan peternakan, peran teknologi di bidang pascapanen atau pengolahan hasil sangat penting untuk meningkatkan nilai tambahnya. Tidak dapat dipungkiri, produk dalam negeri seperti daging olahan dan kulit/kulit bulu samak dari segi kualitas dan kuantitas masih tertinggal oleh negara luar. Selain teknologi yang digunakan masih cenderung belum modern juga ketersediaan bahan baku yang relatif terbatas. Untuk mengantisipasi keterbatasan bahan baku tersebut, terdapat satu jenis ternak harapan yang mempunyai sifat prolifik dan dapat berkembang biak dengan cepat yaitu kelinci yang dapat dijadikan sebagai penyedia bahan baku daging dan kulit/kulit bulu. Melalui teknologi pengolahan daging dan kulit bulu yang terus menerus diperbaiki untuk meningkatkan nilai tambah produk diharapkan komoditas kelinci dapat menyumbangkan produk-produk bergengsi sebagai tambahan devisa negara dari sektor non-migas.

DAFTAR PUSTAKA

ANONIMOUS. 2005. Untuk Dipotong, atau demi Bulu. http://www.republika.co.id/koran_detail. asp?id=181910&kat_id=149. (10 September 2005).

PRASETYO, S. 2005. Potensi Kelinci. http://www. sinarharapan.co.id/feature/hobi/2002/071/hob1.html. (10 September 2005).

FARREL, D.J. and Y.C. RAHARDJO. 1984. The potential for meat production from rabbit. Central Research Institute for Animal Science. Bogor.

RAHARDJO, Y.C., HARTATI, T. MURTISARI, E. MULYONO, S. WIDOWATI, N. NURDJANNAH, S. UNTARI dan D.W. NURHAYATI. 2003. Pengembangan Model Agroindustri Terpadu Berbasis Pengolahan Kulit-Bulu dan Daging Kelinci Eksotis. Laporan Akhir Tahun 2003. Balai Penelitian Pascapanen Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor.

RAHARDJO, Y.C., HARTATI, T. MURTISARI, S. UNTARI dan D.W. NURHAYATI. 2002. Pengembangan Teknologi Pengolahan Mendukung Agroindustri Hasil Ternak. Pengembangan Teknologi Pengolahan Kulit, Bulu dan Daging Kelinci dan Itik Mendukung Agroindustri Hasil Ternak. Laporan Akhir. Balai Penelitian Pascapanen Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian.

OWENS, C.M. 2001. Coated poultry products. In: SAMS, A.S. (Ed.). Poultry meat processing. CRC Press, Boca Raton.

SOEPARNO. 1998. Ilmu dan teknologi daging. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.