205-281-1-SM

9
Marina Chimica Acta, April 2003, hal. 13-18 Marina Chimica Acta, April 2003, hal. 13-18 Vol. 4 No. 1 Vol. 4 No. 1 Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Hasanuddin Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Hasanuddin ISSN ISSN 1411-2132 1411-2132 UPAYA DEKLORINASI AIR LAUT MENGGUNAKAN RESIN AMBERLITE IRA-400 PADA BERBAGAI DIAMETER KOLOM Yusafir Hala, Musa Ramang dan David Tambaru Jurusan Kimia FMIPA Universitas Hasanuddin Kampus Tamalanrea Makassar 90245 Telp./Faks. (0411) 586498 Email : [email protected] ABSTRACT A research has been done in attempt to dechlorinize sea water using anion exchanger resins Amberlite IRA-400 of 20-50 mesh size with column diameter of 1.1 cm; 1.5 cm; and 2.0 cm. Dechlorinizing process has been arranged into four stages mainly preanalyisis, column preparation, sorption process, and final analysis. The amount of 20 g each of dry anion excanger resins is swelled and put into the column, then activated with 80 mL of 10 % NaOH. Columns are cleaned with demineralized waters to eliminated chloride ions and retain pH of 7. Each columns has a flow of 150 mL of samples with the flow rate of 2 mL/min. Every 25 mL of effluent is than collected separately and analyzed with Mohr’s argentometric titration method. It is found that the effectiveness to absorb chloride ion for column diameter of 1.1 cm; 1.5 cm; and 2.0 cm in the 125 mL of the first effluent collected is respectively about 64.54-95.66 %; 62.16-95.90 %; and 81.30-95.30 %. Based on the zero hypothesis test, it is shown that the difference in column diameters does not contribute significantly to the difference toward the capability of anion exchanger resins Amberlite IRA-400 sizing 20-50 mesh in the chloride absorption. Keywords : Resin, dechlorinizing, effectiveness, argentometric PENDAHULUAN Kebutuhan akan air ini semakin hari semakin meningkat, baik untuk keperluan rumah tangga yang ditandai dengan kurangnya suplai air bersih pada musim kemarau, maupun untuk keperluan industri. Masyarakat kota, dengan peradaban yang terus berkembang acapkali sumber airnya bermutu buruk, kurang sehat, dan tidak bersih. Sarana air minum yang disediakan oleh PDAM kadang tak mampu menjangkau seluruh warga (Hartomo, 1994). Pembangunan industri, dinamika kota, dan desa mengintensifkan campur tangan manusia atas sumberdaya alam. Air alam yang bersih digunakan untuk aneka keperluan, sebagian kembali lagi ke alam, namun telah tercemar. Tanpa adanya proses dan campur tangan manusia, air yang tercemar itu akan membebani, bahkan melampaui kesanggupan daur dari alam (Upe, 1992). 13

description

tugas

Transcript of 205-281-1-SM

Page 1: 205-281-1-SM

Marina Chimica Acta, April 2003, hal. 13-18Marina Chimica Acta, April 2003, hal. 13-18 Vol. 4 No. 1Vol. 4 No. 1Jurusan Kimia FMIPA, Universitas HasanuddinJurusan Kimia FMIPA, Universitas Hasanuddin ISSN 1411-2132ISSN 1411-2132

UPAYA DEKLORINASI AIR LAUT MENGGUNAKANRESIN AMBERLITE IRA-400 PADA BERBAGAI DIAMETER KOLOM

Yusafir Hala, Musa Ramang dan David TambaruJurusan Kimia FMIPA Universitas Hasanuddin

Kampus Tamalanrea Makassar 90245Telp./Faks. (0411) 586498 Email : [email protected]

ABSTRACT

A research has been done in attempt to dechlorinize sea water using anion exchanger resins Amberlite IRA-400 of 20-50 mesh size with column diameter of 1.1 cm; 1.5 cm; and 2.0 cm. Dechlorinizing process has been arranged into four stages mainly preanalyisis, column preparation, sorption process, and final analysis. The amount of 20 g each of dry anion excanger resins is swelled and put into the column, then activated with 80 mL of 10 % NaOH. Columns are cleaned with demineralized waters to eliminated chloride ions and retain pH of 7. Each columns has a flow of 150 mL of samples with the flow rate of 2 mL/min. Every 25 mL of effluent is than collected separately and analyzed with Mohr’s argentometric titration method. It is found that the effectiveness to absorb chloride ion for column diameter of 1.1 cm; 1.5 cm; and 2.0 cm in the 125 mL of the first effluent collected is respectively about 64.54-95.66 %; 62.16-95.90 %; and 81.30-95.30 %. Based on the zero hypothesis test, it is shown that the difference in column diameters does not contribute significantly to the difference toward the capability of anion exchanger resins Amberlite IRA-400 sizing 20-50 mesh in the chloride absorption.

Keywords : Resin, dechlorinizing, effectiveness, argentometric

PENDAHULUAN

Kebutuhan akan air ini semakin hari semakin meningkat, baik untuk keperluan rumah tangga yang ditandai dengan kurangnya suplai air bersih pada musim kemarau, maupun untuk keperluan industri. Masyarakat kota, dengan peradaban yang terus berkembang acapkali sumber airnya bermutu buruk, kurang sehat, dan tidak bersih. Sarana air minum yang disediakan oleh PDAM kadang tak mampu menjangkau seluruh warga (Hartomo, 1994).

Pembangunan industri, dinamika kota, dan desa mengintensifkan campur tangan manusia atas sumberdaya alam. Air alam yang bersih digunakan untuk aneka keperluan, sebagian kembali lagi ke alam, namun telah tercemar. Tanpa adanya proses dan campur tangan manusia, air yang tercemar itu akan membebani, bahkan melampaui kesanggupan daur dari alam (Upe, 1992).

Salah satu sumber air alam yang melimpah adalah laut, namun tidak dapat langsung dikonsumsi oleh masyarakat dan industri karena kadar garam yang tinggi. Salah satu komponen penyumbang terbesar atas tingginya kadar garam tersebut adalah ion klorida. Penukaran ion berbasis resin merupakan cara efektif dan ekonomis untuk menghilangkan ion terlarut dari air, jika padatan total terlarut tidak lebih besar dari 700 ppm (Hartomo,1994). Pengikatan logam kelumit dalam air menggunakan resin penukar ion telah dilakukan oleh Hala et al (1999) dan Mangedong

(2001). Sedangkan upaya demineralisasi air sumur dengan menggunakan resin penukar ion telah dilakukan oleh Sudidi (1991) yang melaporkan bahwa perbedaan laju alir kecil tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kemampuan penyerapan anion, khususnya klorida.

Karena itu dalam penelitian ini, dicoba melakukan deklorinasi air laut dengan resin penukar anion pada berbagai diameter kolom. Sampel air laut dilewatkan pada kolom berisi resin, ion klorida yang terkandung dalamnya diharapkan dapat terikat oleh resin, sehingga dihasilkan produk air dengan kandungan klorida yang rendah.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kemampuan resin Amberlite IRA-400 untuk menurunkan kandungan ion klorida dari air laut agar kelak dapat menjadi metode alternatif untuk penyediaan air bersih.

BAHAN DAN METODE

Penyiapan SampelSampel air laut dikumpulkan sebanyak 5 liter

dari Pantai sekitar Makassar pada jarak ± 500 m dari pantai, dan kedalaman 1 m dari permukaan. Sampel kemudian diangkut ke laboratorium, dan ditentukan pH-nya, selanjutnya disaring untuk memisahkan dengan padatan atau kotoran lain yang terdapat dalam sampel.

13

Page 2: 205-281-1-SM

Vol. 4 No. 1 Upaya Deklorinasi Air Laut ...

Deklorinasi dilakukan dalam empat tahap, yaitu (a) analisis pendahuluan, untuk menentukan kadar klorida yang terkandung dalam sampel air laut; (b) penyiapan kolom meliputi pengisian resin Amberlite IRA-400, masing-masing setelah digembungkan dengan aquademineralisata, pengaktifan, dan pencucian kolom; (c) proses deklorinasi, dilakukan dengan mengalirkan 150 mL sampel ke kolom dengan laju alir 2 mL/menit, dan (d) analisis akhir untuk menentukan kandungan klorida dari efluen.

Pereaksi dan PeralatanBahan-bahan yang digunakan antara lain resin

penukar anion Amberlite IRA-400 (Rohm & Hass Co, USA) dengan ukuran partikel 20-50 mesh, merupakan resin penukar anion bersifat basa kuat dengan gugus penukar ammonium kuarterner. Aquademineralisata diperoleh dari Laboratorium Kimia Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan. Larutan NaOH 10 %, dibuat dengan cara menimbang 25 g kristal NaOH, lalu dilarutkan dengan aquademineralisata hingga volume 150 mL. Larutan AgNO3 0,1 M dibuat dengan menimbang 16,86 g AgNO3 kemudian dilarutkan hingga 1000 mL. Larutan indikator K2CrO4 dibuat dengan menimbang 5 g K2CrO4 kemudian dilarutkan hingga 100 mL. Larutan H2SO4 2 M dibuat dengan mengencerkan 27,78 mL H2SO4 pekat hingga 250 mL.

Peralatan yang digunakan adalah alat-alat kaca yang umum di laboratorium kimia. Kolom kaca dengan diameter 1,1 cm; 1,5 cm dan 2,0 cm dan pH-meter ORION model 710 A, Salinometer YSI Model 33, neraca analitik Sartorius, pengaduk listrik Fisher, diperleh dari Laboratorium Kimia Anorganik FMIPA Universitas Hasanuddin.

EksperimenPenentuan Kapasitas Penukar Anion, Ditimbang ± 1 g resin kering, kemudian dimasukkan ke dalam gelas piala dan digembungkan dengan aquademineralisata. Selanjutnya ditambahkan 10 mL NaOH 10 %, diaduk dengan pengaduk listrik selama 2 jam. Resin disaring sehingga terpisah dan cairannya dititrasi dengan larutan standar AgNO3 0,1 M menggunakan indikator K2CrO4 (Day, 1989).

Penyiapan Kolom, Ketiga kolom diisi masing-masing dengan 20 g resin. Pada setiap kolom dialirkan 80 mL NaOH 10 %, di mana 20 mL pertama didiamkan dalam kolom selama 24 jam, selebihnya dialirkan kemudian, dan dilanjutkan dengan pencucian menggunakan aquademineralisata hingga bebas klorida dan pH-nya netral (Dorfner et al., 1989).

Proses Deklorinasi, 150 mL sampel dialirkan melalui kolom dengan laju 2 mL/menit. Tiap 25 mL efluen

yang diperoleh ditampung dalam wadah untuk dianalisis. Kolom dapat diregenerasi dengan NaOH 10 % untuk digunakan lebih lanjut (Upe 1992).

Perhitungan Hasil AnalisisPenentuan Kapasitas Penukar Anion, Penentuan kapasitas penukar anion dilakukan dengan metode titrasi menggunakan larutan standar AgNO3 0,1 M (Basset et al., 1994). Untuk menghitung besarnya kapasitas penukar anion dengan molaritas AgNO3 (b), volume AgNO3 (v), dan bobot resin (w), digunakan persamaan (2.1).

(2.1)

Penentuan kadar klorida, Dilakukan sesuai metode Argentometri Mohr, sebanyak 25 mL sampel dipipet ke dalam erlenmeyer 250 mL, ditambahkan indikator K2CrO4, dan dititrasi dengan larutan standar AgNO3

0,1 M (Fransen et al., 1985). Kadar klorida (mg/L) dihitung sesuai persamaan (2.2)

(2.2)

Penentuan Efektifitas Kolom, dilakukan dengan membandingkan kadar klorida terikat pada resin dengan kadar klorida mula-mula yang terkandung dalam sampel. Kadar klorida terikat ditentukan dengan menghitung selisih antara kadar mula-mula dari sampel dengan kadar klorida per 25 mL efluen setelah dilewatkan pada kolom. Perhitungan efektifitas kolom dilakukan dengan menggunakan persamaan (2.3). Penentuan bobot klorida yang terdapat dalam setiap 25 mL sampel, baik sebelum dilewatkan maupun setelah dilewatkan pada kolom dihitung berdasarkan persamaan (2.4). Penentuan pengaruh diameter kolom atas daya serap resin, dilakukan melalui pengujian terhadap data hasil sesuai uji keberartian, pada persamaan (2.5), dengan ú1 = nilai rata-rata kelompok data pertama, ú2 = nilai rata-rata kelompok data kedua, s = simpangan baku, dan n = jumlah data (Day, 1989).

14

Page 3: 205-281-1-SM

Yusafir Hala, Musa Ramang dan David Tambaru Mar. Chim Acta

(2.3)

Bobot klorida (mg) = konsentrasi klorida mg/L x 25 mL x 0,001 L/mL (2.4)

(2.5)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kapasitas Tukar Anion (KTA), seteleh dihitung berdasarkan persamaan (2.1), sebesar 1,90 mek/g resin kering.Analisis Awal, Suhu sampel air laut : 24 oC, salinitas: 20 ‰ dan pH : 7,47. Dengan metode Mohr kadar klorida sampel sebelum dialirkan ke kolom, sesuai persamaan (2.2) adalah 11901,29 mg/L.Analisis Klorida Setelah Dilewatkan Melalui Kolom Resin, disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1Hasil analisis kadar klorida setelah dialirkan melalui kolom

Efluen*

Kadar klorida setelah dialirkan, mg/L

1,1 cm 1,5 cm 2,0 cm1 516,82 488,11 559,892 599,89 516,82 660,393 488,11 488,11 631,674 516,82 455,04 631,675 4220,72 4622,69 2225,216 10293,39 12777,02 15217,57

* Volume tiap fraksi efluen = 25 mL

Daya Serap dan Efektifitas Kolom. Selama proses deklorinasi, reaksi kesetimbangan terus berlangsung di mana ion-ion klorida yang terdapat dalam sampel berdifusi menggantikan ion hidroksida sebagai gugus labil yang terikat pada resin sehingga keluar bersama-sama dengan air. Akibatnya, terjadi peningkatan pH efluen hingga mencapai pH 12. Hal ini dapat mempengaruhi analisis klorida yang dilakukan dengan metode Mohr, di mana pada suasana sangat basa reaksi pengedapan klorida tidak akan berjalan sempurna, karena pada keadaan demikian perak akan diendapkan sebagai Ag(OH)2. Demikian juga halnya jika reaksi berlangsung dalam suasana terlalu asam akan menyebabkan titik akhir titrasi tidak nampak, akibat berkurangnya konsentrasi CrO4

2-. Akibatnya, terjadi reaksi :

H+ + CrO42- HCrO4

-

Oleh karena itu, pH diatur dengan menambahkan H2SO4 2 M hingga netral atau sedikit basa (Khopkar, 1990). Efektifitas kolom ditunjukkan dalam Tabel 2.

Tabel 2Kadar klorida sampel yang terserap dan efektifitas

kolom setelah melalui resin dengan konsentrasi kloridaawal 11901,29 mg/L.

Efluen* Kadar klorida yangterserap, mg/L

Efektifitas, %

1,1 cm 1,5 cm 2,0 cm 1,1 cm 1,5 cm 2,0 cm

1 11384,4711413,1811341,40 95,66 95,90 95,30

2 11301,4011384,4711240,90 94,96 95,66 94,45

3 11413,1811413,1811269,62 95,90 95,90 94,69

4 11384,4711446,2511269,62 95,66 96,18 94,69

5 7680,57 7278,60 9676,08 64,54 61,16 81,30

6 11384,4711413,1811341,40 13,51 -7,36 -27,86* Volume tiap fraksi efluen = 25 mL

Yang menunjukkan efektifitas penyerapan klorida mendekati 100 %. Kompleksitas ion-ion yang terkandung dalam sampel berpotensi menimbulkan gangguan terhadap penyerapan klorida. Gangguan paling besar berasal dari anion lain sehingga menimbulkan kompetisi dengan klorida untuk bertukar dengan hidroksida resin.

Komposisi penyebab salinitas air laut terbesar dari kelompok anion setelah klorida (55,04 %) berturut-turut adalah sulfat (7,68 %), bikarbonat (0,41 %), dan bromida (0,04 %). Ketiga anion ini, gangguan yang paling berarti, di mana menurut Basset (1994) dalam larutan yang encer afinitas resin penukar anion basa kuat lebih tinggi terhadap anion dengan valensi yang lebih besar. Namun berdasarkan komposisi klorida yang jauh lebih pekat daripada sulfat, menyebabkan afinitas terhadap sulfat menurun, di mana peluang interaksi resin dengan klorida jauh lebih besar. Demikian halnya dengan bromida, walaupun dengan bilangan oksidasi yang sama, namun mempunyai koefisien keselektifan yang lebih besar daripada klorida, sehingga dapat menyebabkan gangguan terhadap penyerapan klorida (Haddad, 1994). Deret keselektifan tersebut menunjukkan koefisien keselektifan klorida lebih tinggi dari bikarbonat sehingga klorida akan terikat lebih awal pada resin dibanding bikarbonat.

Selain itu, tingginya kandungan klorida yang terdapat dalam air laut menimbulkan pembebanan yang besar terhadap resin, sehingga mengurangi keefektifan resin. Aspek teoritis menunjukkan bahwa resin penukar ion akan optimal pada pembebanan 20

15

Page 4: 205-281-1-SM

Vol. 4 No. 1 Upaya Deklorinasi Air Laut ...

% dari kapasitas maksimal resin yang bersangkutan (Ramang, 1999).

Perbandingan efektifitas kolom dalam proses deklorinasi air laut dengan resin Amberlite IRA-400 dari masing-masing diameter kolom tampak dalam Gambar 1.

Gambar 1.Kurva hubungan antara efluen terhadap efektifitas

kolom pada berbagai diameter kolom

Dengan membandingkan efektifitas dari ketiga kolom, tidak tampak perbedaan signifikan akibat perbedaan diameter kolom, namun penurunan efektifitas resin pada 125 mL efluen pertama lebih tajam terjadi pada kolom dengan diamater 1,5 cm diikuti diameter 1,1 cm dan diamater 2 cm. Namun jika diamati hingga volume 150 mL efluen pertama, maka penurunan efektifitas sangat tajam terjadi pada kolom dengan diamater 2 cm, diikuti dengan diameter 1,5 cm dan 1,1 cm.

Kadar klorida yang terdapat dalam efluen setelah volume 125 mL, menunjukkan peningkatan yang sangat tajam, bahkan melebihi konsentrasi sampel sebelum dialirkan, disebabkan oleh karena anion klorida yang telah terikat sebelumnya, terlepas kembali dan ikut tercuci oleh sampel. Ini menjadi indikator bahwa resin telah mencapai kemampuan penyerapan yang maksimal atau telah mencapai titik jenuh. Resin yang telah jenuh akan mengalami perubahan warna dari kuning kecoklatan menjadi kuning pucat, serta kecepatan alir cenderung menurun. Penurunan kecepatan alir agak tajam terjadi pada kolom dengan diameter 1,1 cm, sedangkan pada kedua kolom yang lain tidak memberikan pengaruh yang berarti. Pada keadaan ini, resin harus diregenerasi kembali dengan menggunakan basa untuk dapat digunakan kembali.

Jumlah klorida (mg) yang terserap pada resin per 25 mL efluen yang dialirkan secara kontinu pada

masing-masing kolom serta bobot klorida dalam setiap 25 mL sampel sebelum dialirkan ke kolom dihitung berdasarkan persamaan (2.4), dan disajikan dalam Tabel 3.

Berdasarkan volume 125 mL efluen pertama, maka jumlah total klorida yang terdapat dalam sampel adalah sebesar 1487,66 mg, dan setelah dialirkan melalui kolom berdiamater 1,1 cm dengan bobot resin 19,8795 g, maka jumlah klorida yang terserap adalah 1329,10 mg. Dengan demikian untuk setiap g resin dapat menyerap klorida sebanyak 66,86 mg atau 1,88 mek/g resin kering.

Tabel 3.Bobot klorida dalam tiap fraksi

dan yang terserap dari setiap fraksi sampel.

Efluen*Berat klorida, mg

Sampelyang terserap pada tiap fraksi

1,1 cm 1,5 cm 2,0 cm

1 297,53 284,61 285,33 283,54

2 297,53 282,54 284,61 281,02

3 297,53 285,33 285,33 281,74

4 297,53 284,61 286,16 281,74

5 297,53 192,01 181,97 241,90

Jml 1487,66 1329,10 1323,39 1369,94

Rata-rata (ú) 265,82 264,68 273,99

Simp. baku (s) 41,27 46,24 17,96

* Volume tiap fraksi efluen = 25 mL

Jumlah klorida yang terserap setelah 125 mL sampel dialirkan pada kolom berdiamater 1,5 cm dengan jumlah resin yang sama adalah 1323,39 mg, atau setiap g resin dapat menyerap klorida sebesar 66,17 mg atau 1,86 mek/g resin kering. Dengan menggunakan kolom berdiameter 2 cm, jumlah klorida yang dapat terikat resin adalah sebesar 1369,94 mg atau setiap g resin dapat menyerap klorida sebesar 68,50 mg atau 1,93 mek/g resin kering. Hasil ini menunjukkan bahwa daya serap resin terhadap ion klorida cukup maksimal di mana kapasitas penukar ion yang diperoleh mendekati kapasitas penukaran yang telah ditentukan sebelumnya yaitu sebesar 1,90 mek/g resin kering. Namun bila dibandingkan dengan kapasitas penukar ion yang sebenarnya dari resin Amberlite IRA-400 yaitu 3,7 mek/g resin kering, maka daya serap resin terhadap ion klorida pada masing-masing kolom masing-masing hanya mencapai 50,82 %; 50,27 %; 52,16 % dari kapasitas maksimalnya.

Uji hipotesis nol untuk ketiga jenis kolom dapat diterima untuk selang kepercayaan 99 %. Uji keberartian berdasarkan persamaan (3.5) untuk kolom berdiameter 1,1 cm dan 1,5 cm menghasilkan simpangan baku, s, masing-masing sebesar 41,27 dan

16

Page 5: 205-281-1-SM

Yusafir Hala, Musa Ramang dan David Tambaru Mar. Chim Acta

46,24 dengan t hitung sebesar 0,044. Perbandingan antara kolom berdiameter 1,1 cm dan 2,0 cm menghasilkan simpangan baku, s, masing-masing sebesar 41,27 dan 17,96 dengan t hitung sebesar 1,581. Sedangkan pengujian hipotesis nol untuk kolom berdiameter 1,5 cm dan 2,0 cm menghasilkan simpangan baku, s, masing-masing sebesar 46,24 dan 17,96 dengan t hitung sebesar 0,318.

Merujuk pada daftar sebaran t untuk uji keberartian, ternyata harga t tabel untuk derajat kebebasan 8 dan tingkat kepercayaan 99 % adalah 3,355. Dengan membandingkan harga t hitung untuk ketiga jenis kolom dengan harga t tabel, menunjukkan bahwa harga t hitung lebih kecil dari t tabel. Hal ini berarti bahwa kemampuan penyerapan klorida dari ketiga jenis kolom tidak memiliki perbedaan yang nyata.

Perbandingan Air Hasil Deklorinasi Terhadap Baku Mutu Air

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulewesi Selatan No. 465/1995, tentang Baku Mutu pada Sumber Air dan Baku Mutu Air, yang menetapkan kadar klorida maksimum untuk air baku golongan B dan golongan C masing-masing sebesar 500 dan 1000 mg/L dengan metode uji titrimetrik (Maddeppungeng 2001). Hasil air laut yang telah mengalami deklorinasi melalui kolom resin menunjukkan bahwa sampai pada 100 mL pertama kadar klorida rata-rata untuk kolom diameter 1,1 cm, 1,5 cm dan 2,0 cm masing-masing adalah sebesar 530,41 mg/L; 487,02 mg/L dan 620,91 mg/L.

Berdasarkan pada standar di atas, menunjukkan bahwa air hasil deklorinasi yang diperoleh untuk 100 mL pertama mendekati standar air baku mutu golongan B, bahkan untuk diameter 1,5 cm memberikan rata-rata yang lebih kecil dari batas maksimum golongan B, sehingga bila ditinjau dari parameter kloridanya, relatif mendekati standar untuk air minum dan keperluan rumah tangga, dari kolom berdiameter 1,5 cm. Dan hasil deklorinasi air laut dengan ketiga jenis kolom, bila ditinjau dari parameter kloridanya, berdasarkan kriteria air baku golongan C, dapat digunakan untuk keperluan perikanan, peternakan dan keperluan lainnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanKesimpulan penelitian ini adalah : (1)

penyerapan klorida dari air laut dengan menggunakan resin Amberlite IRA-400 ukuran 20-50 mesh menunjukan efektifitas yang tinggi hingga volume efluen 125 mL, di mana efektifitas untuk setiap kolom dengan diamter 1,1 cm; 1,5 cm dan 2,0 cm berturut-turut adalah 64,54–95,66 %; 62,16–95,90 %; 81,30–95,30 %; (2) berdasarkan pada uji hipotesis nol, maka perbedaan diameter kolom tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kemampuan deklorinasi resin Amberlite IRA-400 ukuran 20-50 mesh.

DAFTAR PUSTAKA

Basset, J. et.al., 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Penerbit Buku Kedokteran, Hal. 210-211.

Day, R. A., 1989, Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi 5, Alih Bahasa A. H. Pudjaatmaka, Penerbit Erlangga, Jakarta, Hal. 18-25, 533-541.

Dorfner, Konrad, dan A.J. Hartomo., 1995, Iptek Penukar Ion, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.

Fransen, H dan Marry Ann., 1985, Standards Methods For the Examination of Water and Wastewater, 16th

Edition. Hal. 101-109.

Haddad, R., Paul dan Peter, E.Jackson., 1994, Ion Chromatography Principles and Application, Journal of Chromatography Library, Volume 46, Elsevier, Netherlands. Hal. 21-24.

Hala, Y dan A. Arief., 1999, Pemekatan Sampel Air Alam dengan Resin Diaion CR-11 untuk Penentuan Logam Berat Kelumit, Marina Chim. Acta, Vol. 1 No. 1, 21-25.

17

Page 6: 205-281-1-SM

Vol. 4 No. 1 Upaya Deklorinasi Air Laut ...

Hartomo, A. J., 1994, Teknologi Membran Pemurnian Air, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.

Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Press. Hal. 108-117.

Maddepungeng, A. Suqni, 2001, Pemekatan dan Penentuan Kadmium Kelumit dalam Air PAM dengan Resin Khelat, Skripsi Kimia FMIPA Unhas.

Mangedong, Yustin., 2001, Penentuan Cu Kelumit dalam Air Mineral Kemasan dengan Teknik Pemekatan Menggunakan Kolom Resin, Skripsi Kimia FMIPA Unhas.

Ramang, Musa.,1999. Simulasi Keseimbangan Pertukaran Ion-Ion Na+, K+, Ca2+ dan Mg2+ dengan Menggunakan Resin Penukar Kation Dowex 50W-X8, Tesis Magister Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sudidi, Andarias., 1991, Proses Demineralisasi Air dengan Ion Exchanger, Proyek Akhir Politeknik Negeri Ujung Pandang. Hal. 47-51.

Upe, Ambo., 1992, Teknik Pemisahan dengan Penukar Ion, disampaikan pada Kursus Penggunaan Instrumentasi Analisis Kimia Staf Akademik Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur, FMIPA Unhas, Ujung Pandang.

18