SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · sekarang kita...

117
1 SKRIPSI PERANAN DEWAN KEAMANAN PBB DALAM PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL - PALESTINA Disusun Oleh AHKAM BAHARUDDIN TENRO B 111 07 928 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011

Transcript of SKRIPSIdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 2. · sekarang kita...

  • 1

    SKRIPSI

    PERANAN DEWAN KEAMANAN PBB

    DALAM PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL - PALESTINA

    Disusun Oleh

    AHKAM BAHARUDDIN TENRO

    B 111 07 928

    FAKULTAS HUKUM

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2011

  • i

    HALAMAN JUDUL

    PERANAN DEWAN KEAMANAN PBB DALAM PENYELESAIAN

    KONFLIK ISRAEL - PALESTINA

    Disusun dan Diajukan

    Oleh

    AHKAM BAHARUDDIN TENRO

    B 111 07 928

    SKRIPSI

    Diajukan Sebagai Tugas Akhir Dalam Rangka Penyelesaian Studi

    Sarjana Hukum Dalam Bagian Hukum Internasional

    Program Studi Ilmu Hukum

    Pada

    FAKULTAS HUKUM

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2011

  • ii

    HALAMAN PENGESAHAN

    PERANAN DEWAN KEAMANAN PBB DALAM PENYELESAIAN

    KONFLIK ISRAEL - PALESTINA

    Disusun dan Diajukan Oleh

    AHKHAN BAHARUDDIN TENRO

    B 111 07 928

    Telah dipertahankan dihadapan panitia ujian skripsi yang dibentuk

    dalam rangka penyelesaian studi Program Sarjana Bagian Hukum

    Internasional Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas

    Hasanuddin Pada hari ......., Oktober 2011

    Dan dinyatakan diterima

    Panitia Ujian

    Ketua, Sekretaris,

    Prof. Dr. S.M. Noor, S.H., M.H Iin Karita Sakharina, S.H., M.A. NIP : 19550702 198810 1 001 NIP : 19771220 200112 2 001

    a.n. Dekan, Wakil Dekan Bidang Akademik

    Prof. Dr. Ir. Abrar Saleng, S.H., M.H. NIP. 19630419 198903 1 003

  • iii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Diterangkan bahwa Mahasiswa :

    Nama : Ahkam Baharuddin Tenro

    NIM : B 111 07 928

    Program Studi : Ilmu Hukum

    Bagian : Hukum Internasional

    Judul Skripsi :“Peranan Dewan Keamanan PBB Dalam

    Penyelesaian Konflik Israel - Palestina”

    Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dalam ujian skripsi.

    Makassar, September 2011

    Disetujui Oleh

    Pembimbing I Pembimbing II

    Prof. Dr. S.M. Noor, S.H., M.H Iin Karita Sakharina, S.H., M.A. NIP : 19550702 198810 1 001 NIP : 19771220 200112 2 001

  • iv

    PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI

    Diterangkan bahwa Skripsi Mahasiswa :

    Nama : Ahkam Baharuddin Tenro

    NIM : B 111 07 928

    Program Studi : Ilmu Hukum

    Bagian : Hukum Internasional

    Judul Skripsi :“Peranan Dewan Keamanan PBB Dalam

    Penyelesaian Konflik Israel - Palestina”

    Memenuhi Syarat Untuk Diajukan Dalam Ujian Skripsi Sebagai Ujian Akhir

    Program Studi.

    Makassar, September

    2011

    a.n. Dekan, Wakil Dekan Bidang Akademik

    Prof. Dr. Ir. Abrar Saleng, S.H., M.H.

    NIP. 19630419 198903 1 003

  • v

    ABSTRAK

    AHKHAN BAHARUDDIN TENRO (B111 07 928), Peranan Dewan

    Keamanan PBB Dalam Penyelesaian Konflik Israel - Palestina. Di

    Bawah Bimbingan S.M. Noor Selaku Pembimbing I dan Iin Karita

    Sakharina Selaku Pembimbing II.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlibatan Dewan

    Keamanan PBB dalam penyelesaian konflik Israel-Palestina serta

    bagaimana peran Dewan Keamanan PBB dalam penyelesaian konflik

    Israel-Palestina.

    Penelitian ini dilaksanakan di DKI Jakarta dan Kota Makassar

    khususnya pada instansi Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia,

    Perpustakaan Unit Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan

    Perpustakaan Unit Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Untuk

    mencapai tujuan tersebut penulis menggunakan teknik pengumpulan data

    dengan turun langsung kelapangan (Kantor Kementerian Luar Negeri

    Republik Indonesia) untuk mengumpulkan data dengan cara wawancara

    dan studi dokumentasi. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan

    teknik kualitatif kemudian disajikan secara deskriptif yaitu menjelaskan,

    menguraikan dan menggambarkan sesuai dengan permasalahan yang

    erat kaitannya dengan penelitian ini.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Konflik antara israel-palestina merupakan salah satu konflik dunia internasional yang paling lama, dan telah berlangsung lebih dari setengah abad yang melibatkan banyak negara arab dan negara barat. Salah satu upaya untuk mencari jalan keluarnya adalah mengefektifkan Dewan Keamanan PBB yang mempunyai tanggung jawab utama memelihara perdamaian dan keamanan internasional (2) Dewan Keamanan PBB telah beberapa kali gagal dalam mengeluarkan resolusinya yang akan memberi sanksi, atau bahkan hanya mengutuk Israel, dimana kegagalan DK PBB dalam mengeluarkan resolusi semata-mata disebabkan oleh veto Amerika Serikat, karena dianggap merugikan kepentingan Amerika Serikat dan Israel. Sementara di lain pihak, Majelis Umum PBB yang beranggotakan seluruh negara anggota PBB, dimana resolusi yang dibuat biasanya berdasarkan suara mayoritas dan tidak ada negara yang mempunyai hak veto, tidak dapat memberikan sanksi terhadap Israel, karena resolusi yang dikeluarkannya tidak mengikat (non-binding) atau hanya menyatakan keinginan masyarakat internasional.

    UCAPAN TERIMA KASIH

  • vi

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah

    memberikan curahan kasih sayangnya kepada penulis, penulis senantiasa

    diberikan kemudahan dan kesabaran dalam menyelesaikan skripsi yang

    berjudul :“Peranan Dewan Keamanan PBB Dalam Penyelesaian

    Konflik Israel-Palestina”.

    Dalam Kesempatan ini, Penulis menyampaikan terima kasih yang

    sedalam-dalamnya kepada orang tua penulis Ayahanda H. Baharuddin

    Tenro dan Ibunda Hj. Miswar KH. Abdul Malik, atas segala

    pengorbanan, kasih sayang dan jerih payahnya selama membesarkan dan

    mendidik, serta doanya demi keberhasilan penulis. Terima kasih juga

    kepada seluruh keluarga besar atas segala bantuannya kepada penulis

    sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

    Melalui kesempatan ini pula, penulis menyampaikan rasa hormat

    dan terima kasih kepada :

    Rektor Universitas Hasanuddin, Bapak Prof. Dr. dr. Idrus A.

    Paturusi, Sp.B., SP.BO., beserta Pembantu Rektor lainnya;

    Dekan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Bapak Prof. Dr.

    Aswanto, S.H., M.S., DFM.

    Bapak Prof. Dr. Ir. Abrar Saleng, S.H., M.H. selaku Pembantu

    Dekan I, Bapak Prof. Dr. Ansori Ilyas, S.H., M.H. selaku Pembantu

    Dekan II dan Bapak Romi Librayanto, S.H., M.H. selaku Pembantu

    Dekan III

  • vii

    Ketua Bagian Hukum Internasional Bapak Prof. Dr. S.M. Noor, S.H.,

    M.H., dan Sekretaris Bagian Hukum Internasional Ibu Iin Karita

    Sakharina, S.H., M.A.

    Bapak Prof. Dr. S.M. Noor, S.H., M.H. selaku Pembimbing I dan Ibu

    Iin Karita Sakharina, S.H., M.A. selaku Pembimbing II.

    Para Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin

    yang telah membekali ilmu kepada penulis.

    Seluruh Sahabat-sahabatku Dedent Eko Fandinata, Muh. Ilyan

    Saputra, S.H., A. Zulfikal, MST., Fadli Pramananda, Fitri Pratiwi,

    Muh. Nickita, A. Nurhikmah, Faradibah dan seluruh angkatan 2007

    ”LEGALIAS” yang telah bersama-sama penulis saat suka dan duka

    dari awal menjadi Mahasiswa dan telah banyak menghibur dan

    membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

    Teman-teman seperjuanganku di ILSA, Randy, Yudho, Ipul, Aswin,

    Andi, arwan, Avrizal, Boy, Cici, Eca, Elu, Jean, Narti, Ochank,

    Raymond, Rini, Alwin, Ulfa, Zul serta Widi.

    Kepada Teman-teman KKN-PH Lokasi Polsektabes Tallo Makassar,

    Fauzy Zain, A. Mika Nugrahayu, S.H., A. Tenriawaru, S.H., Nurul

    Chaerunnisa, Sharon Aqmarina, Ana Afriana, Tiara, Alen Nuari T,

    Achmad Zaki, Muh. Arsil Amin, Cliff M. Courtier, Muh. Fajrin, dan

    Andi Marlina, S.H., terima kasih atas kerjasamanya.

    Segenap Keluarga Besar Almarhum H. Tenro dan Almarhum K.H.

    Abdul Malik Muhammad.

  • viii

    Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari kesempurnaan,

    untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritikan

    dan masukan yang sifatnya membangun guna perbaikan dan

    penyempurnaan skripsi ini.

    Akhir kata, semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada

    penulis mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Amin.

    Makassar, 11 September 2011

    Penulis

    Ahkam Baharuddin Tenro

  • ix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL……………………………………………………………... I

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………… ii

    PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI ....................................... iii

    LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iv

    ABSTRAK ................................................................................................ v

    UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................ vi

    DAFTAR ISI……………………………………………………………………... ix

    BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

    1. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

    2. Rumusan Masalah ....................................................................... 6

    3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.................................................. 7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 9

    A. Gambaran Umum tentang PBB........................................................ 9

    a. Latar Belakang Lahirnya PBB.................................................... 9

    b. Tujuan dan Asas PBB............................................................... 12

    c. Prinsip-Prinsip PBB................................................................... 14

    d. Organ-Organ PBB..................................................................... 14

    B. Dewan Keamanan PBB…................................................................ 15

    a. Susunan Keanggotaan Dewan Keamanan PBB ..................... 15

    b. Fungsi dan Kewenangan Dewan Keamanan PBB ................. 18

    C. Sekilas tentang Israel-Palestina...................................................... 29

    1. Israel ...................................................................................... 29

  • x

    2. Palestina ................................................................................ 31

    D. Sejarah Konflik Israel-Palestina....................................................... 43

    A. Sejarah Konflik Israel-Palestina Sebelum Tahun 1948 ........... 43

    B. Sejarah Konflik Israel-Palestina Sesudah Tahun 1948 ........... 52

    BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 63

    A. Lokasi Penelitian .......................................................................... 63

    B. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 63

    C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 64

    D. Analisis Data ................................................................................ 65

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 66

    1. Keterlibatan Dewan Keamanan PBB dalam Penyelesaian

    Konflik Israel-Palestina ................................................................. 66

    A.1 Keharusan Dewan Keamanan PBB Untuk Terlibat dalam

    Penyelesaian Konflik Israel-Palestina .................................... 66

    A.2 Pendapat Penulis ................................................................... 68

    2. Peran Dewan Keamanan PBB dalam Penyelesaian Konflik

    Israel-Palestina ............................................................................ 69

    B.1 Resolusi-Resolusi yang Dikeluarkan dalam Menangani

    Konflik Israel-Palestina ........................................................... 71

    B.2 Kendala-Kendala Dewan Keamanan PBB dalam

    Penyelesaian Konflik Israel-Palestina .................................. 82

  • xi

    B.3 Amerika Serikat Sebagai Penyebab Kegagalan Usaha

    Perdamaian Konflik Israel-Palestina..................................... 86

    B.4 Faktor Kekuatan Yahudi di Amerika Serikat Sebagai

    Penghambat Usaha-Usaha Perdamaian Israel Palestina ..... 92

    B.5 Pendapat Penulis ................................................................ 97

    BAB V PENUTUP .................................................................................. 99

    1. Kesimpulan .................................................................................. 99

    2. Saran ........................................................................................... 100

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 102

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    E. Latar Belakang

    Sejarah manusia hampir tidak pernah lepas dari peperangan,

    bahwa suatu kenyataan yang menyedihkan selama 3400 tahun

    sejarah yang tertulis, umat manusia hanya mengenal 250 tahun

    perdamaian1. Sejarah telah mencatat bahwa perang sudah ada

    sebelum adanya suatu hukum yang berderajat tinggi dalam negara

    (konstitusi), bahkan perang adalah suatu inspirasi yang melahirkan

    tatanan bernegara yang baik dan melahirkan hukum antar negara.

    Selain itu juga, menjadi inspirasi tokoh-tokoh dunia seperti Hendry

    Dunant untuk membentuk Organisasi Kemanusiaan se-dunia yang

    sekarang kita kenal dengan sebutan Palang Merah Internasional yang

    berpusat di Jenewa, Swiss.

    Peperangan biasanya dipicu oleh adanya perbedaan-perbedaan

    pendapat, pandangan (ideology), agama dan kepentingan yang

    bertolak belakang antar negara-negara di dunia. Sejarah telah

    mencatat pula bahwa dunia yang tua ini telah menjadi saksi bisu

    kearoganan dan keserakahan negara-negara yang berperang. Konflik

    antara Israel dan Palestina sendiri tidak lain adalah konflik perebutan

    1 Mansyur Effendi. 1994. Hukum Humaniter dan Pokok-Pokok Doktrin

    HANKAMRATA, Surabaya: Usaha Nasioanal. Hlm. 29

  • 2

    kedaulatan dan kekuasaan, ketika bangsa Israel mendapat janji Tuhan

    untuk mendiami tanah kanaan atau tanah yang dijanjikan (promissed

    land). Salah satu bangsa penguasa Kanaan ini adalah Filistin, yang

    menurut penelitian merupakan cikal bakal bangsa Palestina. Untuk

    mendiami Kanaan maka Israel harus berperang dan mengalahkan

    Filistin.

    Bangsa Yahudi yang berdiaspora di berbagai negara mendapat

    perlakuan yang tidak adil. Diskriminasi dan penindasan dialaminya

    yang berlangsung selama ratusan tahun menimbulkan kesadaran

    dalam diri orang-orang Yahudi untuk mengakhiri penderitaan mereka

    yang berkepanjangan dengan cara kembali ke negeri leluhur mereka di

    tanah yang dijanjikan (promised land) yaitu tanah palestina. Sehingga

    Israel pun mulai melakukan penyerangan-penyerangan dan

    pendudukan di wilayah Palestina, dengan adanya dukungan Amerika

    Serikat Israel berhasil menjadi sebuah negara pada tanggal 14 Mei

    1948.

    Meskipun sudah memakan banyak korban baik harta maupun

    jiwa sekalipun konflik Israel Palestina tak kunjung usai. Bahkan

    lembaga internasional sekalipun dalam hal ini PBB tidak banyak

    memberi peranan dalam upaya menghentikan tragedi kemanusiaan di

    kawasan Timur Tengah khususnya dalam konflik Israel-Palestina.

    Kedua entitas politik ini telah bertarung di kawasan Timur Tengah

  • 3

    sejak berdirinya negara Israel pada tahun 1948. Kedua negara

    memang secara periodik mengadakan perjanjian gencatan senjata,

    tapi perjanjian ini juga tidak jelas, karena hanya bersifat sementara dan

    seakan menjadi waktu mengumpulkan tenaga bagi kedua pihak untuk

    saling menyerang kembali setelah berakhirnya perjanjian.

    Pada tanggal 1 Juni 2010 Israel kembali melakukan tindakan

    agresinya terhadap Palestina. Bahkan Israel melakukan penyerangan

    terhadap kapal-kapal kemanusiaan internasional yang bertujuan ke

    Gaza2. Puluhan orang meninggal atas serangan kemanusiaan

    tersebut. Sebelumnya pada tanggal 27 Desember 20083, Israel juga

    melakukan serangan. Bom demi bom diluncurkan ke daratan

    berpenghuni ribuan manusia. Bangunan-bangunan hancur, sebuah

    kota porak-poranda. Sedikitnya 400 nyawa telah melayang sia-sia.

    Tidak ada perang dikawasan ini, dan memang tidak pernah ada

    perang di sana. Yang terjadi antara Israel dan Palestina adalah

    pembunuhan yang dibalas dengan pembunuhan. Israel dengan

    2 Anonim. 2009. Dewan Keamanan PBB Mengutuk Serangan Israel

    (http://wap. vivanews.com/news/read/154766-dk_pbb_mengutuk_serangan_israel). Diakses pada hari Jumat tanggal 01 Oktober 2010 Pukul 10:00 WITA.

    3 Anonim. 2008. Korban Terbaru Perang Gaza

    (http://nusantaranews.wordpress. com/2009/01/17/korban-terbaru-perang-gaza/). Diakses pada hari Jumat tanggal 01 Oktober 2010 Pukul 10:20 WITA.

  • 4

    kekuatan Hamas sebagai penguasa jalur Gaza membalasnya dengan

    meluncurkan roket-roket juga ke permukaan di selatan Israel4.

    Agresi seperti ini sudah sering dilakukan Israel. Dunia pernah

    menyaksikan kebrutalan serupa di Lebanon (2006), saat intifadah

    pertama kali di Palestina (1987-1993), di Bairut Barat dan Timur

    (1982), dan bahkan jauh sebelum itu ketika tentara Yahudi menduduki

    Palestina 1948. Asap masih membubung di Gaza. Israel menyebut

    operasi ini sebagai “perang habis-habisan” (all out war) melawan

    gerakan Hamas. Namun, sesungguhnya pertempuran itu tidak pantas

    disebut sebagai peperangan. Tewasnya anak-anak, perempuan, dan

    warga sipil, menjadikan operasi ini tidak lebih sebagai pembantaian

    dan panghancuran massal5.

    Israel dalam melaksanakan agresinya terhadap Palestina telah

    melanggar asas kemanusiaan (Humanity) yang menghargai dan

    menghormati hak-hak dasar Kombatan (prajurit) atau Non-Kombatan

    (warga sipil). Mereka dengan semena-mena membantai secara

    membabi buta (foolhardly action) orang-orang Palestina tanpa peduli

    apakah mereka Kombatan atau Non-Kombatan, bahkan wanita-wanita

    dan anak-anak pun turut menjadi korban Zionis Israel, dalam Hukum

    4 Anonim. 2008. Israel Palestina dan Bom Nuklir Dari Persia

    (http://iskandarjet. kompasiana.com2009/01/02/israel-palestina-dan-bom-nuklir-dari-persia) Diakses pada hari Jumat tanggal 01 Oktober 2010 Pukul 10:30 WITA.

    5 Anonim. 2009. Korban Perang Tentara Yahudi

    (www.suaramerdeka.com). Diakses pada hari Jumat tanggal 01 Oktober 2010 Pukul 10:40 WITA.

    http://iskandarjet/http://www.suaramerdeka.com/

  • 5

    Humaniter Internasional diatur bahwa dalam perang yang boleh

    dibunuh atau dilumpuhkan hanya objek-objek militer saja, seperti

    prajurit yang membawa senjata secara terbuka (openly weapon) dan

    objek-objek militer lainnya dihancurkan. Namun dilarang keras untuk

    membunuh warga sipil yang tidak aktif dalam peperangan6. Namun

    apa yang dilakukan Israel adalah sebaliknya meraka telah

    memborbardir rumah sakit anak bahkan orang-orang yang sedang

    menunaikan shalat di masjid.

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (yang dalam penulisan

    selanjutnya penulis singkat dengan kata PBB) sebagai organisasi

    internasional yang salah satu tujuannya untuk mempertahankan

    perdamaian dan kemananan internasional sesuai dengan Pasal 1

    Piagam PBB 1945, melalui organ Dewan Keamanan-nya sedang

    berupaya untuk menyelesaikan kasus-kasus internasional. Dalam

    menyikapi dan menyelesaikan permasalahan tersebut, ada ketentuan-

    ketentuan yang harus dipatuhi oleh Dewan Keamanan PBB agar

    permasalahan tidak berlarut-larut. Salah satu ketentuan yang harus

    dipatuhi oleh Dewan Keamanan PBB adalah ketentuan yang

    tercantum dalam Piagam PBB 1945, yang merupakan salah satu

    instrumen hukum internasional yang penting dan menjadi dasar

    berdirinya PBB. Permasalahan lain yang muncul adalah Dewan

    Keamanan PBB menyikapi kasus Israel Palestina tersebut di tengah

    6 Mansyur Effendi. Op.Cit. Hlm. 31

  • 6

    perdebatan mengenai eksistensi PBB itu sendiri, yang merupakan

    akumulasi dari sikap skeptis masyarakat internasional terhadap PBB

    mengenai ketidakberhasilan setiap kasus-kasus internasional yang

    ditangani oleh PBB. Tuntutan adanya reformasi PBB terutama

    mengenai jumlah anggota tetap Dewan Keamanan PBB terus

    digalakkan oleh masyarakat internasional. Selama ini, PBB dianggap

    gagal dalam menjaga perdamaian dunia akibat sikap dari masing-

    masing anggota Dewan Keamanan PBB untuk menyelesaikan

    permasalahan yang menyangkut keamanan intenasional.

    Berdasarkan latar belakang di atas, dimana peran dari Dewan

    Keamanan PBB sangat besar terhadap konflik Israel-Palestina maka

    penulis merasa tertarik untuk mengambil judul “Peranan Dewan

    Keamanan PBB dalam Penyelesaian Konflik Israel - Palestina”.

    F. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar

    belakang masalah, maka penulis mengemukakan rumusan masalah

    sebagai berikut:

    1. Mengapa Dewan Keamanan PBB harus terlibat dalam

    penyelesaian konflik Israel-Palestina ?

    2. Bagaimana peran Dewan Keamanan PBB dalam penyelesaian

    konflik Israel-Palestina ?

  • 7

    G. Tujuan dan Kegunaan Penulisan

    Sebagai suatu karya ilmiah tentunya penulisan skripsi ini

    memiliki tujuan dan kegunaan yang harus dicapai dari penyusunannya.

    Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

    1. Untuk mengetahui keterlibatan Dewan Keamanan PBB dalam

    penyelesaian konflik Israel-Palestina.

    2. Untuk mengetahui peran Dewan Keamanan PBB dalam

    penyelesaian konflik Israel-Palestina.

    Sedangkan hasil dari penulisan ini diharapkan dapat berguna

    untuk kepentingan-kepentingan sebagai berikut:

    1. Ilmu Pengetahuan

    Menjadi sumber referensi bagi para penulis lainnya baik dibidang

    ilmu manapun yang hendak mengusahakan pengembangan ilmu

    pengetahuan.

    2. Ilmu Hukum Internasional

    Memberikan kontribusi dan inspirasi baru bagi upaya

    pengembangan Ilmu Hukum khususnya Hukum Internasional serta

    diharapakan dapat menambah wawasan ilmiah bagi para

    akademisi, mahasiswa, peneliti dan semua pihak yang

  • 8

    memerlukan informasi terkait dengan peranan Dewan Keamanan

    PBB dalam penyelesaian konflik Israel-Palestina.

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    C. Gambaran Umum Tentang PBB

    1. Latar Belakang Lahirnya PBB

    Cita-cita untuk mewujudkan perdamaian dunia telah ditempuh

    dengan berbagai cara. Salah satu diantaranya adalah dengan

    membentuk suatu organisasi internasional, yaitu suatu perhimpunan

    negara-negara merdeka dan berdaulat yang bertujuan untuk mencapai

    kepentingan bersama melalui organ-organ yang terdapat dalam

    perhimpunan itu sendiri. Usaha ini telah dirintis dengan didirikannya

    Liga Bangsa-Bangsa (yang dalam penulisan selanjutnya penulis

    singkat dengan kata LBB) atau League of Nations pada tanggal 10

    Januari 1920. Pendirian LBB ini merupakan gagasan dari seorang

    Presiden Amerika Serikat yaitu Woodrow Wilson, gagasan ini lahir

    sebelum pecah perang dunia pertama7.

    Sebagaimana tujuan LBB, yaitu untuk menciptakan perdamaian

    dan keamanan dunia serta memajukan kerja sama internasional.

    Ternyata dalam perkembangannya LBB gagal untuk mencapai tujuan

    tersebut. Hal ini disebabkan ketidakmampuan LBB untuk

    menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi antara sesama anggota.

    Akibat ketidakmampuan LBB dalam menindak anggota-anggota yang

    7 Zul Afdi. 1994. Pegangan Tata Negara. Jakarta: Armico. Hlm. 355

  • 10

    melakukan pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang telah

    digariskan, akhirnya pecahlah perang dunia II (1939). Dengan

    demikian, secara menyedihkan LBB gagal mempertahankan

    perdamaian dunia.

    Sementara perang dunia II makin meluas yang mengakibatkan

    kesengsaraan dan penderitaan pahit bagi penduduk dunia, kemudian

    timbullah gagasan dari negara yang cinta damai untuk membentuk

    kembali organisasi internasional yang dapat melanjutkan kembali cita-

    cita LBB. Sebagai langkah pertama, pada tanggal 14 Agustus 1941

    diadakanlah perundingan antara Presiden Amerika Serikat Franklin D.

    Roosevelt dengan Perdana Menteri Inggris Winston Churcill.

    Perundingan tersebut melahirkan sebuah deklarasi, yaitu Athlantic

    Charter yang memuat antara lain, pentingnya memelihara perdamaian,

    melepaskan penggunaan kekerasan oleh segala bangsa8.

    Kemudian lebih kurang dua tahun perang dunia II berakhir,

    pada tanggal 30 Oktober 1943 diumumkanlah “Deklarasi Moscow” oleh

    Amerika Serikat, Uni Soviet, Prancis dan Cina. Isinya menghimbau

    semua negara di dunia untuk membentuk secepat-cepatnya organisasi

    internasional yang bertujuan memelihara perdamaian dan keamanan

    dunia internasional9. Atas Deklarasi Moskow itu, maka pada tanggal 21

    8 Ibid. Hlm. 356

    9 Ibid.

  • 11

    Agustus – 7 Oktober 1944 diadakan perundingan Dumbarton Oaks10

    di Amerika Serikat antara Amerika, Inggris, Prancis, dan Cina. Isinya

    juga mengusulkan dibentuknya Organisasi umum internasional. Usul

    Dumbarton Oaks inilah yang kemudian ditambah dengan usul tentang

    cara pemungutan suara yang disetujui di konferensi yang diikuti oleh

    Amerika Serikat, Inggris dan Uni Soviet. Hal ini kemudian dijadikan

    dasar dan acara dari Konferensi San Fransisco (25 April – 26 Juni

    1945) yang dihadiri oleh 50 negara11.

    Dalam konferensi tersebut peserta menyetujui usul-usul yang

    tertuang dalam Declaration of United Nations atau Piagam PBB.

    Dengan demikian, pada tanggal 26 Juni 1945 lahirlah suatu organisasi

    dunia yang dengan nama United Nations (UN) atau PBB yang

    berkedudukan di Lake Success, New York dan secara resmi baru

    disahkan pada tanggal 24 Oktober 1945 dan sekaligus dijadikan

    sebagai Hari Perserikatan Bangsa-Bangsa12.

    10

    Dumbarton Oaks adalah sebuah konferensi internasional dimana yang membahas tentang rencana pendirian PBB. Konferensi ini juga membahas tentang Piagam PBB, pembentukan DK PBB dan hak veto yang akan diberikan kepada anggota tetap DK.

    11

    Zul Afdi. Op.Cit. Hlm. 357 12

    Ibid. Hlm. 358

  • 12

    2. Tujuan dan Asas PBB

    Dalam Pasal 1 Piagam PBB disebutkan tentang tujuan

    Perserikatan Bangsa-Bangsa, yaitu13:

    3. Memelihara perdamaian dan keamanan internasional dan untuk itu: untuk mengambil langkah-langkah bersama yang tepat untuk mencegah dan menghapus ancaman terhadap perdamaian, dan untuk menekan tindakan agresi atau pelanggaran lain dari perdamaian, dan untuk membawa oleh berarti damai, dan sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan hukum internasional, penyesuaian atau penyelesaian sengketa internasional atau situasi yang dapat mengakibatkan pelanggaran perdamaian;

    4. Memajukan hubungan persahabatan antara bangsa-bangsa berdasarkan penghargaan atas asas-asas persamaan hak dan hak bangsa-bangsa untuk menentukan nasib sendiri, dan mengambil tindakan lain yang tepat untuk memperteguh perdamaian dunia;

    5. Mewujudkan kerjasama internasional dalam memecahkan persoalan-persoalan internasional di bidang ekonomi, sosial, kebudayaan, atau yang bersifat kemanusiaan, dan berusaha sarta menganjurkan adanya penghargaan terhadap hak-hak manusia dan kebebasan-kebebasan dasar bagi semua umat manusia tanpa membedakan bangsa, jenis, bahasa, atau agama; dan

    6. Menjadi pusat bagi menyelaraskan segala tindakan-tindakan bangsa-bangsa dalam mencapai tujuan-tujuan bersama tersebut.

    Dalam mencapai tujuan-tujuan yang tercantum dalam Pasal 1

    Piagam PBB, maka PBB dan anggota-anggotanya akan bertindak

    13

    Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (http://sandy-

    perfectionistboy.blogspot. com/2008/12/piagam-pbb-un-charter.html). Diakses pada hari

    Jumat tanggal 01 Oktober 2010 Pukul 15:00 WITA. Hlm. 5

  • 13

    sesuai dengan asas-asas yang tercantum dalam Pasal 2 Piagam PBB,

    yaitu14:

    1. Organisasi ini didasarkan pada asas-asas persamaan kedaulatan seluruh anggotanya;

    2. Segenap anggota untuk menjamin adanya hak-hak dan manfaat baginya yang timbul dari keanggotaannya, akan memenuhi kewajiban-kewajiban yang ada padanya dengan penuh kesetiaan sesuai dengan Piagam;

    3. Semua Anggota akan menyelesaikan sengketa internasional mereka dengan cara-cara damai sedemikian rupa sehingga perdamaian dan keamanan internasional, dan keadilan, tidak terancam;

    4. Semua Anggota harus menahan diri dalam hubungan internasional mereka dari ancaman atau penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu negara, atau dengan cara apapun yang bertentangan dengan tujuan-tujuan PBB.

    5. Semua anggota harus memberikan segala bantuan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam sesuatu tindakannya yang diambil sesuai dengan Piagam ini, dan tidak akan memberikan bantuan kepada suatu yang oleh PBB dilakukan tindakan-tindakan pencegahan atau kekerasan;

    6. Organisasi akan memastikan bahwa negara-negara yang bukan anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa bertindak sesuai dengan asas-asas ini sejauh mungkin diperlukan untuk pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional;

    7. Tidak ada sesuatu ketentuanpun dalam Piagam ini yang memberi kuasa kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mencampuri urusan-urusan yang pada hakekatnya termasuk urusan dalam negeri atau menuntut anggota-anggotanya untuk menyelesaikan urusan-urusan demikian menurut ketentuan-ketentuan Piagam ini, tetapi asas ini tidak mengurangi ketentuan untuk mempergunakan tindakan-tindakan kekerasan seperti tercantum dalam Bab VII.

    14

    Ibid. Hlm. 6

  • 14

    3. Prinsip-Prinsip PBB

    Adapun prinsip PBB, yaitu15:

    3. Prinsip persamaan kedaulatan dari semua negara anggota;

    4. Prinsip tidak campur tangan;

    5. Prinsip dimana semua negara anggota harus memenuhi kewajiban menurut Piagam PBB;

    6. Prinsip tidak melakukan ancaman atau penggunaan kekerasan terhadap wilayah atau kemerdekaan politik suatu negara.

    4. Organ-Organ PBB

    Seperti halnya Organisasi lain, maka PBB juga mempunyai

    organ-organ, agar PBB dapat menjalankan tugas dan kewajibannya

    dengan baik berdasarkan Pasal 7 Piagam PBB, adapun organ-organ

    PBB terdiri atas16:

    1. Ada ditetapkan sebagai organ utama PBB: Majelis Umum, Dewan

    Keamanan, sebuah Dewan Ekonomi dan Sosial, sebuah Dewan

    Perwalian, suatu Mahkamah Internasional, dan Sekretariat;

    2. Organ-organ tambahan jika dianggap perlu dapat didirikan sesuai

    dengan Piagam ini.

    15

    Rika Ranta Pertama “Suatu Tinjauan Hukum terhadap Pelanggaran Piagam PBB oleh Invasi Amerika Serikat ke Irak”. Jurnal Hukum Internasional UNPAD, Vol.2 No.2 Agustus 2003. Hlm. 153

    16 Piagam PBB. Loc.Cit. Hlm. 8

  • 15

    D. Dewan Keamanan PBB

    Proposal-proposal Dumbarton Oaks menyatakan perlunya suatu

    organ eksekutif dengan anggota terbatas yang akan dipercaya untuk

    mengemban kewajiban utama memelihara perdamaian dan keamanan

    internasional. Memang peningkatan tingkat sentralisasi prosedur untuk

    pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional yang berbeda

    jika dibandingkan dengan LBB, membuat Dewan Keamanan menjadi

    penting daripada Council pada Liga. Yang diperlukan disini adalah

    sebuah organ eksekutif kecil, berfungsi secara terus-menerus dan

    dapat mengambil keputusan secara cepat dan efektif agar dapat

    melaksanakan perangkat pemaksaan (enforcement machinery) dari

    Bab II Piagam PBB apabila perdamaian dan keamanan internasional

    terancam17.

    4. Susunan Keanggotaan Dewan Keamanan PBB

    Keanggotaan Dewan Keamanan diatur dalam Pasal 23 Piagam

    PBB yaitu18:

    1. Dewan Keamanan terdiri dari lima belas Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. Republik Cina, Perancis, Uni Republik Sosialis Soviet, Kerajaan Inggris Raya dan Irlandia Utara, dan Amerika Serikat akan menjadi anggota tetap Dewan Keamanan. Majelis umum memilih sepuluh anggota lain Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan, dengan pertama-tama

    17

    D.W. Bowett. 1991. Hukum Organisasi Internasional. Jakarta: Sinar Grafika. Hlm. 34

    18

    Piagam PBB. Loc. Cit. Hlm. 14

  • 16

    mempertimbangkan sumbangan-sumbangan yang telah diberikan anggota-anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam memelihara perdamaian dan keamanan internasionan dan tujuan-tujuan lain daripada organisasi ini, dan juga memperhatikan pembagian geografis yang adil;

    2. Para anggota non-permanen Dewan Keamanan harus dipilih untuk masa jabatan dua tahun. Dalam pemilihan pertama anggota non-permanen setelah peningkatan keanggotaan Dewan Keamanan 11-15, dua dari empat anggota tambahan akan dipilih untuk jangka waktu satu tahun. Anggota yang berhenti tidak dapat dipilih kembali dalam pemilihan berikutnya;

    3. Setiap anggota Dewan Keamanan harus mempunyai satu wakil.

    Kelima anggota tetap ini menikmati status luar biasa

    (eksepsional) tidak hanya berdasarkan atas kepermanenannya saja

    akan tetapi juga oleh alasan-alasan hak suara khusus, terutama

    adalah kekuasaan “veto”19. Dasar pikiran yang melandasi pemberian

    status luar biasa untuk lima anggota tetap ini yaitu bahwa pada

    anggota-anggota inilah dibebankan tanggung jawab terberat untuk

    memelihara perdamaian dan keamanan internasional dan oleh karena

    itu kepada mereka harus diberikan hak suara final dan menentukan

    dalam memutuskan tentang bagaimana tanggung jawab itu harus

    dilaksanakan. Akhirnya, semua negara penandatangan Piagam PBB

    telah sepakat mengenai sistem yang mungkin sebaliknya (yaitu jika

    misalnya tidak ada perjanjian demikian) justru bertentangan dengan

    19

    Veto adalah hak yang dimiliki oleh negara anggota tetap PBB untuk menolak atau melarang suatu persetujuan.

  • 17

    prinsip “persamaan kedaulatan seluruh anggota Perserikatan Bangsa-

    Bangsa” yang menjadi landasan organisasi (Pasal 2 ayat (1) PBB)20.

    Asumsi yang dibuat tahun 1945 bahwa kelima negara tersebut

    merupakan negara-negara terbesar tentu merupakan suatu keputusan

    politis. Pencantuman mereka dalam Piagam PBB sesungguhnya

    menggambarkan suatu elemen statis pada Piagam PBB, karena tidak

    dapat selamanya diterima bahwa kelima anggota ini tetap dipandang

    sebagai “negara-negara terbesar (great power)”, dan dalam suatu

    organisasi yang diharapkan kekal. Masalah-masalah akan timbul jika

    terjadi suatu pergeseran kekuatan yang ada. Masalah-masalah itu

    bertambah parah dengan adanya prosedur bagi perubahan Piagam

    PBB yang menurut Pasal 107 dan 108 mensyaratkan adanya

    persetujuan kelima anggota tetap tersebut. Sulit untuk membayangkan

    satu anggota akan memutuskan untuk melepaskan status itu21.

    Kesepuluh anggota Dewan Keamanan lainnya, anggota-

    anggota tidak tetap, dipilih untuk masa jabatan dua tahun melalui

    Majelis Umum, dan tidak dapat secepatnya dipilih kembali pada

    pemilihan periode berikutnya. Agar terjamin suatu kontinuitas tertentu,

    pemilihan itu dilakukan secara bergilir, setiap tahun dipilih lima anggota

    dengan melalui 2/3 suara mayoritas pemilih. Pasal 23 sendiri

    menyebutkan kriteria tertentu yang dipakai dalam pemilihan-pemilihan

    20

    D.W. Bowett. Op.Cit. Hlm. 35 21

    Ibid.

  • 18

    ini. Yaitu sumbangan tetap, pemeliharaan perdamaian dan keamanan

    internasional dan kepada tujuan-tujuan lain dari organisasi dan

    distribusi geografis yang adil. Dari sepuluh kursi yang tersedia saat ini

    dibagi menurut formasi berikut : AfroAsia (5 kursi), Eropa Timur (1

    kursi), Amerika Latin (2 kursi), Eropa Barat dan lainnya (2 kursi).

    Alokasi ini didasarkan resolusi no. 1991 (XVIII) A Majelis Umum dan

    bukan atas Protokol Perubahan22.

    Selain dari masalah negara mana yang akan duduk di Dewan

    Keamanan, masih terdapat masalah lain yaitu mengenai pemerintah

    yang dianggap berhak mewakili suatu negara. Masalah ini timbul

    apabila terdapat dua pemerintah yang bersaing, dimana keduanya

    mengklaim sebagai wakil negara tersebut, atau jika ada penolakan

    terhadap cara-cara yang dilakukan sebuah pemerintah saat

    memperoleh kekuasaannya.

    5. Fungsi dan Kewenangan Dewan Keamanan PBB

    Hal ini diatur dalam Pasal 24 – 26 Piagam PBB, sebagai berikut23:

    Pasal 24 :

    3. Untuk menjamin agar Perserikatan Bangsa-Bangsa dapat menjalankan kegiatannya dengan lancar dan sempurna, maka anggota-anggotanya memberikan tanggung jawab utama kepada Dewan Keamanan untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional, dan menyetujui agar Dewan Keamanan dalam menjalankan kewajiban-kewajibannya di bawah tanggung jawab ini bertindak atas nama mereka;

    22

    Ibid. 23

    Piagam PBB. Loc.Cit. Hlm. 15-16

  • 19

    4. Dalam menjalankan kewajiban-kewajiban ini Dewan Keamanan akan bertindak sesuai tujuan dan asas-asas Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kekuasaan khusus yang diberikan kepada Dewan Keamanan untuk menjalankan kewajiban-kewajiban ini tercantum dalam Bab VI, VII, VIII, XII;

    5. Dewan keamanan akan menyampaikan laporan-laporan tahunan dan jika perlu laporan-laporan khusus, kepada Majelis Umum untuk dipertimbangkan.

    Pasal 25 :

    “Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa menyetujui untuk menerima dan menjelaskan keputusan-keputusan Dewan Keamanan sesuai dengan Piagam ini”.

    Pasal 26 :

    “untuk menegakkan keutuhan dan terpeliharanya perdamaian dan keamanan internasional dengan memperkecil persenjataan daripada tenaga manusia dan ekonomi dunia, Dewan Keamanan dengan bantuan Panitia Staf Militer sebagai yang dimaksud dalam Pasal 7, bertanggung jawab dalam memutuskan rencana-rencana yang akan disampaikan kepada anggota-anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk terciptanya suatu cara mengatur persenjataan”.

    Fungsi utama Dewan Keamanan PBB, memelihara perdamaian

    dan keamanan internasional, dilakukan dengan dua cara24:

    a. Penyelesaian Sengketa Secara Damai

    Dalam Pasal 33 Piagam PBB diatur tentang penyelsaian sengketa

    dengan cara damai 25:

    24

    D.W. Bowett. Op.Cit. Hlm. 42

  • 20

    A. Negosiasi

    Negosiasi adalah cara penyelesaian sengketa yang paling

    dasar dan yang paling tradisional digunakan oleh umat manusia.

    Penyelesaian melalui negosiasi merupakan cara yang paling

    penting. Banyak sengketa diselesaikan setiap hari oleh negosiasi

    ini tanpa adanya publisitas atau menarik perhatian publik26.

    Alasan utamanya adalah karena dengan cara ini, para pihak

    dapat mengawasi prosedur penyelesaian sengketanya dan setiap

    penyelesaiannya didasarkan pada kesepakatan atau konsensus

    para pihak.

    Cara penyelesaian melalui negosiasi biasanya adalah cara

    yang pertama kali ditempuh manakala para pihak bersengketa.

    Negosiasi dalam pelaksanaannya memiliki dua bentuk utama:

    bilateral dan multilateral. Negosiasi dapat dilangsungkan melalui

    saluran-saluran diplomatik pada konferensi-konferensi internasional

    atau dalam suatu lembaga atau organisasi internasional.

    Cara ini dapat pula digunakan untuk menyelesaikan setiap bentuk

    25

    Pasal 33 Piagam PBB : (1). Pihak-pihak yang terlibat dalam suatu

    sengketa yang jika berlangsung terus menerus mungkin membahayakan pemeliharaan

    perdamaian dan keamanan internasional, pertama-tama harus mencari penyelesaian

    melalui perundingan, mediasi, konsiliasi, arbitarasi, penyelesaian menurut hukum melalui

    badan-badan atau pengaturan-pengaturan regional, atau dengan cara damai lainnya

    yang dipilih oleh pihak yang bersengketa. (2). Bila dianggap perlu Dewan Keamanan

    meminta kepada pihak yang bersangkutan untuk menyelesaikan pertikaiannya dengan

    cara seperti itu.

    26 Huala Adolf. 2006. Hukum Penyelseaian Sengketa Internasioal. Jakarta:

    Sinar Grafika. Hlm. 28

  • 21

    sengketa, apakah itu sengketa ekonomi, politis, hukum, sengketa

    wilayah, keluarga, suku. Bahkan, apabila para pihak telah

    menyerahkan sengketanya kepada suatu badan peradilan tertentu,

    proses penyelesaian sengketa melalui negosiasi ini masih

    dimungkinkan untuk dilaksanakan27.

    Kelemahan utama dalam penggunaan cara ini dalam

    menyelesaikan sengketa adalah :

    Pertama, manakala para pihak berkedudukan tidak

    seimbang. Salah satu pihak kuat, yang lain lemah. Dalam keadaan

    ini, salah satu pihak kuat berada dalam posisi untuk menekan pihak

    lainnya. Hal ini acapkali terjadi manakala dua pihak bernegosiasi

    untuk menyelesaikan sengketanya di antara mereka. Kedua,

    adalah bahwa proses berlangsungnya negosiasi acapkali lambat

    dan memakan waktu lama. Ini terutama karena sulitnya

    permasalahan-prmasalahan yang timbul di antara negara,

    khususnya masalah yang berkaitan dengan ekonomi internasional.

    Selain itu jarang sekali adanya persyaratan penetapan batas waktu

    bagi parapihak untuk menyelesaian sengketanya melalui negosiasi

    ini. Ketiga, adalah manakala suatu pihak terlalu keras dengan

    27

    Ibid.

  • 22

    pendiriannya. Keadaan ini dapat mengakibatkan proses negosiasi

    ini menjadi tidak produktif.

    Mengenai pelaksanaan negosiasi, prosedur yang terdapat di

    dalamnya perlu dibedakan sebagai berikut: pertama, negosiasi

    digunakan manakala suatu sengketa belum lahir (disebut pula

    sebagai konsultasi). Kedua, negosiasi digunakan manakala suatu

    sengketa telah lahir, maka prosedur negosiasi ini merupakan

    proses penyelesaian sengketa oleh para pihak.28

    B. Mediasi

    Mediasi adalah suatu cara penyelesaian melalui pihak ketiga

    Ia bisa negara, organisasi internasional (misalnya PBB) atau

    individu (politikus, ahli hukum atau ilmuwan). Ia ikut serta secara

    aktif dalam proses negosiasi. Biasanya ia dengan kapasitasnya

    sebagai pihak yang netral berupaya mendamaikan para pihak

    dengan memberikan saran penyelesaian sengketa.

    Jika usulan tersebut tidak diterima, mediator masih dapat

    tetap melanjutkan fungsi mediasinya dengan membuat usulan-

    usulan baru. Karena itu, salah satu fungsi utama mediator adalah

    mencari berbagai solusi (penyelesaian), mengidentifikasi hal-hal

    yang dapat disepakati para pihak serta membuat usulah-usulan

    yang dapat mengakhiri sengketa29.

    28

    Ibid. Hlm. 29 29

    Ibid. Hlm. 33

  • 23

    Pasal 3 dan 4 The Hague Convention on the Peaceful

    Settlementof Disputes (1907) menyatakan bahwa usulan-usulan

    yang diberikan mediator janganlah dianggap sebagai suatu

    tindakan yang tidak bersahabat terhadap suatu pihak (yang merasa

    dirugikan). Tugas utama mediator dalam upayanya menyelesaikan

    suatu sengketa adalah berupaya mencari suatu kompromi yang

    diterima para pihak.

    Seperti halnya dalam negosiasi, tidak ada prosedur-prosedur

    khusus yang harus ditempuh dalam proses mediasi. Para pihak

    bebas menentukan prosedurnya. Yang penting adalah kesepakatan

    para pihak mulai dari proses (pemilihan) cara mediasi, menerima

    atau tidaknya usulan-usulan yang diberikan oleh mediator, sampai

    kepada pengakhiran tugas mediator.30

    C. Konsiliasi

    Konsiliasi adalah cara penyelesaian sengketa yang sifatnya

    lebih formal dibanding mediasi. Konsiliasi adalah suatu cara

    penyelesaian sengketa oleh pihak ketiga atau oleh suatu komisi

    konsiliasi yang dibentuk oleh para pihak.

    Komisi tersebut bisa yang sudah terlembaga atau ad hoc

    (sementara) yang berfungsi untuk menetapkan persyaratan-

    30

    Ibid.

  • 24

    persyaratan penyelesaian yang diterima oleh para pihak. Namun

    putusannya tidaklah mengikat para pihak.31

    Persidangan suatu komisi konsiliasi biasanya terdiri dari dua

    tahap, yakni tahap tertulis dan tahap lisan. Pertama, sengketa

    (yang diuraikan secara tertulis) diserahkan kepada badan

    konsiliasi.Kemudian badan ini akan mendengarkan keterangan

    lisan dari para pihak. Para pihak dapat hadir pada tahap

    pendengaran tersebut,tetapi bisa juga diwakili oleh kuasanya.

    Berdasarkan fakta-fakta yang diperolehnya, konsiliator atau badan

    konsiliasi akan menyerahkan laporannya kepada para pihak disertai

    dengan kesimpulan dan usulan-usulan penyelesaian sengketanya.

    Sekali lagi, usulan ini sifatnya tidaklah mengikat. Karenanya

    diterima tidaknya usulan tersebut bergantung sepenuhnya kepada

    para pihak.32

    6. Pengadilan Internasional

    Metode yang memungkinkan untuk menyelesaikan sengketa

    selain cara-cara tersebut di atas adalah melalui pengadilan.

    Penggunaan cara ini biasanya ditempuh apabila cara-cara

    penyelesaian yang ada ternyata tidak berhasil. Pengadilan dapat

    dibagi ke dalam dua kategori, yaitu pengadilan permanen dan

    pengadilan ad hoc atau pengadilan khusus. Sebagai contoh

    31

    Ibid. Hlm. 34 32

    Ibid.

  • 25

    pengadilan internasional permanen adalah Mahkamah

    Internasional (the International Court of Justice).

    Kedua adalah pengadilan ad hoc atau pengadilan khusus.

    Dibandingkan dengan pengadilan permanen, pengadilan ad hoc

    atau khusus ini lebih populer, terutama dalam kerangka suatu

    organisasi ekonomi internasional. Badan pengadilan ini berfungsi

    cukup penting dalam menyelesaikan sengketa-sengketa yang

    timbul dari perjanjian-perjanjian ekonomi internasional33.

    Namun dalam hal penyelesaian sengketa oleh DK PBB,

    apabila sengketa telah diajukan, maka tidak serta merta

    dimasukkan kedalam agenda Dewan Keamanan. Dewan

    memutuskan sendiri, melalui suara mayoritas 9 anggota, mengenai

    apakah hal tersebut dapat dimasukkan atau tidak kedalam agenda

    tanpa melampaui batas wewenangnya. Ada beberapa

    kemungkinan yang terjadi, yang pertama bahwa setelah

    mempertimbangkan masalah itu Dewan Keamanan memutuskan

    bahwa sengketa itu tidak mempunyai sifat internasional, dengan

    kata lain hal tersebut terhambat dalam pelaksanaan yurisdiksi

    berdasarkan klausula yurisdiksi domestik pada Pasal 2 (7) Piagam

    PBB. Maka Dewan Keamanan memutuskan apakah dan bilamana

    suatu persengketaan akan dihapuskan dari agenda, hal ini harus

    33

    Ibid. Hlm. 37

  • 26

    melaui prosedur pemungutan suara34. Kedua, apabila diputuskan

    adanya suatu sengketa maka sesuai dengan Pasal 32 Piagam

    PBB, Dewan Keamanan mengundang para pihak untuk turut serta

    dalam perundingan (namun tanpa hak suara), boleh juga

    mengundang negara-negara anggota menurut Pasal 31 Piagam

    PBB untuk turut serta dalam perundingan tentang suatu masalah,

    baik yang merupakan sengketa maupun yang bukan

    sengketa. Hal ini terjadi apabila Dewan Keamanan manganggap

    bahwa masalah tersebut terutama menyangkut kepentingan

    anggota.

    b. Tindakan Pemaksaan

    Penggunaan kekerasan atau ancaman penggunaan

    kekerasan mempunyai akibat yang nyata dalam hubungan

    internasional dan membahayakan bagi negara juga individu

    sehingga perlu adanya pembatasan penggunaan kekerasan.

    Dalam hukum internasional diatur mengenai penggunaan

    kekerasan (use of force) dalam dua hal :

    1. Penggunaan kekerasan yang dikenal sebagai kekerasan

    sepihak (unilateral force), penggunaan kekerasan ini dilakukan

    oleh negara, individu atau kelompok yang bertindak atas

    inisiatifnya sendiri.

    34

    D.W. Bowett. Op.Cit. Hlm. 43.

  • 27

    2. Penggunaan kekerasan yang dilakukan oleh Organisasi

    Internasional PBB, hal ini dikenal dengan penggunaan

    kekerasan bersama (collcetive use of force) yang ditimbulkan

    oleh keputusan bersama.

    Perbedaan mencolok antara Covenant LBB dan Charter

    PBB terletak pada tingkat sentralisasi kepada organ eksekutif

    dengan keanggotaan terbatas. Menurut LBB setiap anggota

    mempunyai hak sendiri untuk menentukan apakah suatu negara

    tertentu akan mengambil jalan peperangan dalam menerobos

    Covenant, dan juga apakah ia mentaati atau tidak rekomendasi

    council. Pada PBB Dewan Keamanan memiliki kewenangan,

    berdasarkan Pasal 39 Piagam PBB untuk menentukan, atas nama

    organisasi secara keseluruhan, apakah ada suatu ancaman

    perdamaian, pelanggaran perdamaian atau tindakan agresi atau

    tidaknya dan keputusan-keputusannya mengenai suatu tindakan

    pemaksaan yang diambil, setidak-tidaknya secara teoritis, mengikat

    atas negara-negata anggota35.

    Dewan Keamanan PBB memiliki dua jenis tindakan

    pemaksaan yang diberikan kepadanya, yaitu yang dimuat dalam

    Pasal 41 dan Pasal 42 Piagam PBB, yaitu :36

    35

    Piagam PBB. Loc.Cit. Hlm. 16 36

    Ibid. Hlm. 22

  • 28

    Pasal 41 :

    “Dewan Keamanan dapat memutuskan tindakan-tindakan apa yang tidak termasuk digunakannya kekuatan senjata untuk dapat melaksanakan keputusan-keputusannya, dan dapat meminta kepada anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk melaksanakan tindakan-tindakan itu. Dalam hal ini termasuk tindakan-tindakan untuk memutuskan seluruhnya atau sebagian daripada hubungan-hubungan ekonomi, termasuk hubungan kereta api, laut, udara, pos, kawat, radio, dan alat-alat lainnya serta perhubungan diplomatik”.

    Pasal 42 :

    “Apabila Dewan Keamanan menganggap bahwa tindakan-tindakan yang ditentukan dalam Pasal 41 tidak mencakupi atau telah terbukti tidak mencukupi. Ia dapat mengambil tindakan dengan mempergunakan angkatan udara, laut atau darat bila dianggap perlu untuk mempertahankan atau memulihkan perdamaian dan keamanan internasional. Dalam tindakan itu termasuk pula demonstrasi-demonstrasi, blokade, tindakan-tindakan lain dan mempergunakan angkatan udara, laut atau darat dari anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa”.

    Namun sebelum mengambil keputusan seperti yang termuat

    dalam ketentuan diatas, maka perlu bagi Dewan Keamanan untuk

    menentukan adanya suatu ancaman terhadap perdamaian,

    pelanggaran perdamaian, dan tindakan agresi hal ini sesuai

    dengan Pasal 38 Piagam PBB. Penentuan ini, sebagaimana semua

    keputusan berdasarkan Bab VII Piagam PBB, hanya dapat dibuat

    melalui pemungutan suara non-posedural. Oleh karena itu, suara

    bulat dari anggota-anggota tetap, menjadi hal yang esensial37.

    37

    D.W. Bowett. Op.Cit. Hlm. 46

  • 29

    C. Sekilas Tentang Israel-Palestina

    1. Israel

    Israel adalah sebuah negara di Timur Tengah yang dikelilingi

    Laut Tengah, Lebanon, Suriah, Yordania, Mesir dan gurun pasir Sinai.

    Selain itu dikelilingi juga dua daerah Otoritas Nasional Palestina: Jalur

    Gaza dan Tepi Barat. Israel merupakan satu-satunya negara Yahudi di

    dunia. Selain itu, juga terdapat beberapa kelompok etnis minoritas

    lainnya, meliputi etnis Arab yang berkewarganegaraan Israel, beserta

    kelompok-kelompok keagamaan lainnya seperti Muslim, Kristen,

    Druze, Samaria, dan lain-lain.

    Pendirian negara modern Israel berakar dari konsep Tanah

    Israel (Eretz Yisrael), sebuah konsep pusat Yudaisme sejak zaman

    kuno, yang juga merupakan pusat wilayah Kerajaan Yahudi kuno.

    Setelah Perang Dunia I, LBB menyetujui dijadikannya Mandat Britania

    atas Palestina sebagai negara orang Yahudi. Pada tahun 1947, PBB

    menyetujui Pembagian Palestina menjadi dua negara, yaitu satu

    negara Yahudi dan satu negara Arab. Pada 14 Mei 1948, Israel

    memproklamasikan kemerdekaannya dan ini segera diikuti oleh

    peperangan dengan negara-negara Arab di sekitarnya yang menolak

    rencana pembagian ini. Israel kemudian memenangkan perang ini dan

    mengukuhkan kemerdekaannya. Akibat perang ini pula, Israel berhasil

    memperluas batas wilayah negaranya melebihi batas wilayah yang

    http://id.wikipedia.org/wiki/Timur_Tengahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Laut_Tengahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Lebanonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Suriahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Yordaniahttp://id.wikipedia.org/wiki/Mesirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Otoritas_Nasional_Palestinahttp://id.wikipedia.org/wiki/Jalur_Gazahttp://id.wikipedia.org/wiki/Jalur_Gazahttp://id.wikipedia.org/wiki/Tepi_Barathttp://id.wikipedia.org/wiki/Yahudihttp://id.wikipedia.org/wiki/Etnishttp://id.wikipedia.org/wiki/Muslimhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kristenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Druzehttp://id.wikipedia.org/wiki/Orang_Samariahttp://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_Israelhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_Israelhttp://id.wikipedia.org/wiki/Yudaismehttp://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Yehudahttp://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Dunia_Ihttp://id.wikipedia.org/wiki/Mandat_Britania_atas_Palestinahttp://id.wikipedia.org/wiki/Mandat_Britania_atas_Palestinahttp://id.wikipedia.org/wiki/PBBhttp://id.wikipedia.org/wiki/Rencana_Pembagian_Palestinahttp://id.wikipedia.org/wiki/Arabhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pembentukan_Negara_Israelhttp://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Arab-Israel_1948

  • 30

    ditentukan oleh Rencana Pembagian Palestina. Sejak saat itu, Israel

    terus menerus berseteru dengan negara-negara Arab tetangga,

    menyebabkan peperangan dan kekerasan yang berlanjut sampai saat

    ini. Sejak awal pembentukan Negara Israel, batas negara Israel

    beserta hak Israel untuk berdiri telah dipertentangkan oleh banyak

    pihak, terutama oleh negara Arab dan para pengungsi Palestina. Israel

    telah menandatangani perjanjian damai dengan Mesir dan Yordania,

    namun usaha perdamaian antara Palestina dan Israel sampai

    sekarang belum berhasil.

    Israel merupakan negara demokrasi dengan sistem

    pemerintahan parlementer dan hak pilih universal. Perdana Menteri

    Israel menjabat sebagai kepala pemerintahan dan Knesset bertugas

    sebagai badan legislatif Israel. Dalam hal perekonomian, negara ini

    menduduki peringkat ke-44 di dunia38. Israel memiliki peringkat Indeks

    Pembangunan Manusia, kebebasan pers, dan daya saing ekonomi

    yang tertinggi dibandingkan dengan negara-negara Arab di sekitarnya.

    Menurut hukum negara Israel, ibukota Israel adalah Yerusalem.

    Walaupun demikian badan PBB dan kebanyakan negara di dunia tidak

    mengakuinya.

    38

    Wikipedia. 2010. Israel (www.wikipedia.com/israel.htm.). Diakses pada Hari Selasa 26 Oktober 2010 Pukul 08:10 WITA.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Mesirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Yordaniahttp://id.wikipedia.org/wiki/Palestinahttp://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_parlementerhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_parlementerhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hak_pilih_universalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Perdana_Menteri_Israelhttp://id.wikipedia.org/wiki/Perdana_Menteri_Israelhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kepala_pemerintahanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Knessethttp://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_Pembangunan_Manusiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_Pembangunan_Manusiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kebebasan_pershttp://id.wikipedia.org/wiki/Yerusalemhttp://id.wikipedia.org/wiki/PBBhttp://www.wikipedia.com/israel.htm

  • 31

    2. Palestina

    Kondisi Geografis

    Palestina terletak di bagian Barat benua Asia yang membentang

    antara garis lintang meridian 15-34 dan 40-35 ke arah Timur, dan

    antara garis lintang meridian 30-29 dan 15-33 ke arah Utara39.

    Wilayah Palestina berbentuk memanjang dari Utara ke Selatan dengan

    panjang 430 Km. Lebarnya bervariasi antara 51 sampai 70 Km di

    bagian utara dan antara 72 sampai 59 Km pada bagian tengah.

    Wilayah tersebut semakin melebar di bagian selatan hingga mencapai

    117 Km, yang kemudian kembali menyempit hingga membentuk

    segitiga yang pada ujungnya berbatasan dengan Laut Merah40.

    Wilayah Palestina saat berada di bawah mandat Inggris adalah

    27,000 Km2, dengan panjang perbatasan darat dan laut 949 Km,

    perbatasan darat 719 Km dan perbatasan laut 230 Km, perbatasan

    Palestina - Yordania merupakan perbatasan darat yang terpanjang

    bagi Palestina yang berjarak sekitar 360 Km, sementara itu

    panjangnya perbatasan dengan Mesir sekitar 210 Km, dengan

    Lebanon 79 Km dan dengan Syria 70 Km. Pantai Palestina di Laut

    39

    Wikipedia. 2010. Letak Geografis Palestina (http://id.wikipedia.org/wiki /Palestina). Diakses pada Hari Selasa 26 Oktober 2010 Pukul 08:30 WITA.

    40

    Ibid.

    http://id.wikipedia.org/wiki%20/Palestinahttp://id.wikipedia.org/wiki%20/Palestina

  • 32

    Tengah 244 Km dan pantai yang terletak di Teluk Aqaba yang berjarak

    6 Km41.

    Perbatasan antara wilayah historis Palestina dengan Mesir

    ditetapkan pada 1 Oktober 1906 berdasarkan kesepakatan antara

    Mesir dengan pemerintah Ottoman yang saat itu menguasai Palestina.

    Sedangkan perbatasan Palestina dengan Syria dan Libanon dibuat

    pada 23 Desember 1920, dan perbatasan antara Palestina dan

    Yordania ditetapkan pada 1 September 1922 sesuai dengan

    kesepakatan antara Prancis dan Inggris42.

    Wilayah Palestina terdiri dari daerah-daerah pegunungan yang

    terdiri dari bukit-bukit dan barisan gunung-gunung kecil dengan

    beberpa daerah internal yang datar. Daerah pegunungan ini terkadang

    dipandang sebagai tulang belakang tanah Palestina, dan membentang

    dari selatan ke titik yang paling jauh di selatan gurun Naqab. Wilayah

    gurun ini terdiri dari gurun pegunungan yang membentang sepanjang

    wilayah bagian Selatan Palestina dan membentuk segitiga yang

    secara mendasar menghubungkan bagian Selatan dari Laut Mati dan

    Jalur Gaza di Laut Tengah. Wilayah lembah Jordan yang juga

    merupkan wilayah dataran tinggi Palestina membentang di seluruh

    wilayah bagian Timur dari pegunungan Sheikh ke Teluk Aqaba di

    Selatan, hingga memasuki wilayah perbatasan Yordan. Sementara

    41

    Ibid. 42

    Ibid.

  • 33

    untuk wilayah pantai datar membentang dari Ras Al Nakoura di Utara

    ke Rafah di Selatan dibatasi antara gunung-gunung di Timur dan Laut

    Tengah di bagian Barat. Pada wilayah ini terdapat bukit pantai yang

    datar dan rata, serta permukaan bergelombang yang berbentuk bukit

    pasir, batu-batu berlobang dan lembah-lembah kecil dari dataran tinggi

    gunung dan terus mengarah ke Laut Tengah. Iklim Palestina

    berfluktuasi (berubah-ubah) antara iklim Laut Tengah dan iklim gurun.

    Hal tersebut disebabkan oleh adanya pengaruh laut gurun. Meskipun

    iklim lebih dominan, namun pada masa-masa tertentu dipengaruhi

    oleh iklim gurun pasir. Temperatur rata-ratanya di bulan Desember

    tidak pernah turun di bawah 19 derajat dan tidak pernah lebih dari 26

    derajat di bulan Agustus43.

    Keadaan Geografis

    Tanah Palestina sendiri dihuni oleh penduduk asli Palestina

    yang merupakan rumpun bangsa Arab. Bangsa Palestina adalah

    keturunan dari orang-orang Kana’an dan Filistin yang telah menetap di

    wilayah tersebut secara terus-menerus selama 40 abad. Etnis atau

    suku yang terdapat di Palestina, khususnya di pedesaan merupakan

    keturunan Kabilah-Kabilah bangsa Kana’an, Umariah dan Palestian.

    Kabilah-Kabilah Arab tersebut mendiami Palestina sebelum dan

    sesudah ekspansi pasukan Islam. Mereka dapat berasimilasi dan

    43

    Ibid.

  • 34

    menyatu dengan penduduk lokal, karena kesatuan agama dan bahasa.

    Mereka semua memeluk agama Islam dan menjadi bangsa Arab

    dibawah payung-payung pemerintahan Islam selama rentang waktu 13

    abad44.

    Selain karena Palestina, terutama Yerussalem merupakan kota

    suci baik bagi umat Islam, yaitu dengan terdapatnya Masjidil Aqsa

    yang diberkati, yang merupakan tempat dimulainya perjalanan Mi’raj

    Nabi Muhammad SAW. Sedang bagi umat Nasrani karena keberadaan

    Gereja Al Qiyamah di kota tersebut, yang diyakini sebagai tempat

    disalibnya Nabi Isa As. Sementara untuk bangsa Yahudi, Masjidil Aqsa

    yang mereka kenal dengan Temple Mount dianggap tempat paling suci

    karena dibawahnya terdapat reruntuhan fondasi kejayaan dinasti

    Sulaiman As, yang hanya menyisakan satu tembok dan dikenal

    dengan nama Tembok Ratapan, tempat ibadah umat Yahudi, maka

    terdapat pula etnis Yahudi dan bangsa Eropa pemeluk Nasrani yang

    datang ke Palestina untuk berziarah ke Yerussalem dan kemudian

    menetap di Palestina45.

    Pada masa pemerintahan mandataris Inggris, populsi Yahudi di

    Israel terdiri atas 90% Ashkenazim, yaitu imigran yang datang dari

    Negara-negara Eropa dan Amerika serta 10% Sephardin, yang

    44

    Muhsin Muhammad Shaleh. 2002. Palestina : Sejarah Perkembangan dan Konspirasi, Jakarta: Gema Insani Press. Hlm. 18

    45

    Kompas. 12 April 2005

  • 35

    merupakan imgran dari Negara-negara Asia dan Afrika. Dan pada

    tahun 1948 hingga 1964 jumlah Sephardin meningkat pesat menjadi

    55%.46

    Sejarah Palestina

    Letak Palestina yang strategis menjadi penghubung antara

    benua Asia, Afrika dan Eropa menjadikan daerah itu selalu memikat

    sebagian orang yang mau bermukim dan hidup dalam kemakmuran47.

    Pada awalnya bangsa Yahudi pernah tinggal di Palestina sebagai

    keturunan dari Bani Israil, namun ditumpas dan dibuang ketika

    wilayahya direbut oleh bangsa Romawi (great diaspora). Kemudian

    Palestina juga sempat beberapa kali dikuasai oleh pemimpin Islam

    hingga menjadi salah satu pusat pengetahuan agama Islam dengan

    dibangunnya berbagai lembaga pendidikan Islam di sana dan bahkan

    pernah pula dijadikan sebagai pusat agama Nasrani, serta

    menjadikannya sebagai bagian dari wilayah keuskupan Eropa ketika

    pasukan salib menguasainya. Hal ini tentunya juga tak lepas dari

    posisi Yerussalem yang dianggap suci bagi agama-agama tersebut,

    hingga membuat mereka merasa berkepentingan atas tanah Palestina.

    Dinasti Utsmaniyah dari Turki merupakan penguasa terakhir

    Palestina, ketika kemudian pasca Perang Dunia I, Inggris beserta

    46

    Riza Sihbudi. 1995. Profil Negara-Negara Timur Tengah, Jakarta: Pustaka Jaya. Hlm. 105

    47

    Ibid.

  • 36

    Prancis dan Rusia mengadakan kesepakatan untuk membagi-bagi

    wilayah Kesultanan Utsmaniyah yang dikenal dengan Sykes Picot

    Agreement pada bulan Mei 1916 dengan pembagian: sebagian besar

    wilayah di Irak,Timur Yordan dan daerah Haifah di Palestina diberikan

    kepada Inggris, sementara Libanon dan Suriah diberikan kepada

    Prancis. Dan karena pertimbangan terhadap banyaknya pihak yang

    menghendaki pendudukan atas wilayah Palestina, maka diambil

    kesepakatan untuk meletakkan wilayah Palestina di bawah

    pengawasan Internasional48.

    Akan tetapi kesepakatan itu kemudian dilanggar oleh Inggris

    dengan menguasai Palestina. Selain itu dikeluarkan pula Deklarasi

    Balfour pada 2 November 1917, surat James Arthur Balfour, Menteri

    Luar Negeri Inggris pada waktu itu kepada Baron Rothchild, seorang

    Yahudi Amerika, yang berisi jaminan dan dukungan pemerintahan

    Inggris atas dibentuknya suatu Negara Yahudi yang akan

    berkedudukan di Palestina, dengan catatan hak penduduk asli di

    daerah itu tetap dihormati49, dengan dikeluarkannya Deklarasi Balfour,

    pintu masuk bagi bangsa Yahudi terbuka lebar, hingga terjadilah

    imigrasi secara besar-besaran oleh kaum Yahudi ke Palestina yang

    menyebabkan tejadinya konflik dengan bangsa Arab Palestina.

    Keadaan tersebut semakin memanas keitka Zionis berhasil

    48

    Muhsin Muhammad Shaleh. Op.Cit. Hlm. 42 49

    Ibid.

  • 37

    mengeksploitasi Perang Dunia II untuk menarik simpati dan dukungan

    atas apa yang terjadi pada bangsa Yahudi, baik oleh Nazi, di Jerman

    maupun di Eropa Timur, yaitu tindakan-tindakan keras dan kejam

    tehadap kaum Yahudi dengan memberi penegasan bahwa tidak ada

    tempat yang aman bagi kaum mereka, kecuali dengan mendirikan

    Negara Yahudi merdeka di Palestina. Usaha mereka pun berhasil

    ketika kemudian PBB membentuk komisi khusus bagi Palestina, atau

    UN Special Committee of Palestine (UNSCOP) yang terdiri dari

    sebelas Negara dan dipimpin oleh Swedia. Setelah meninjau lokasi,

    mereka memberi laporan kepada Majelis Umum PBB hingga pada

    akhirnya tanggal 29 November 1947, MU PBB mengeluarkan Resolusi

    No. 181 yang mengesahkan pembagian wilayah Palestina menjadi dua

    bagian, yaitu untuk bangsa Arab Palestina dan untuk orang-orang

    Yahudi50.

    Konflik Arab-Israel memuncak sejak diproklamasikannya

    kemerdekaan Negara Israel pada 14 Mei 1948 oleh David Ben

    Gourion, seorang pemimpin Zionis, yang juga merupakan awal dari

    rentetan konflik berkepanjangan antara Palestina dan Israel yang tejadi

    50

    Harmawati. 2005. Sejarah Agama dan Bangsa Yahudi. Jakarta: Rajawali Pers. Hlm. 134

  • 38

    hingga saat ini. Berikut adalah beberapa peperangan besar yang

    pernah tejadi antara Arab-Israel:51

    1. Perang Arab-Israel pertama (1948-19490). Lima Negara Arab yang

    terdiri dari Arab Saudi, Suriah, Mesir , Trans-Yordania, Libanon dan

    Irak, menyerang Israel. Bagi Israel, perang ini merupakan perang

    mempertahankan kemerdekaan negaranya yang baru berdiri,

    sedangkan bagi bangsa Arab perang ini bertujuan untuk mengusir

    Israel dari tanah Arab. Gencatan senjata pertama berhasil dilakukan

    dengan dikeluarkannya Reolusi DK PBB No. 50 pada 22 Mei 1948,

    akan tetapi Israel telah berhasil menguasai 70% wilayah Palestina

    (yang meliputi Yerussalem Barat, sebagian Gaza dan Kantung

    Jaffa), suatu wilayah yang lebih luas dari yang ditentukan dalam

    Resolusi MU PBB nomor 181 tahun 1947.

    2. Perang Israel-Mesir, tanggal 29 Oktober 1956. Saat itu serdadu

    Israel dengan dukungan pasukan Inggris dan Prancis, menyerbu

    Mesir dan menduduki Semenanjung Sinai. Selain itu juga berhasil

    mencapai beberapa tujuannya, yaitu dengan mencapai terusan

    Suez, menduduki lokasi-lokasi yang dapat mengawasi pintu masuk

    Teluk Aqaba, dan dapat menuasai Jalur Gaza. Amreika Serikat dan

    Uni Soviet berhsil menghentikan perang tersebut, dan pada 6 Maret

    1957 tentara terakhir Zionis ditarik mundur dari Jalur Gaza.

    51

    Amrozi M. Rais. 2001. Terorisme Israel: Membedah Paradigma dan Strategi Zionisme Israel. Terjemahan Tim Comes. Bandung: Asy Syaamil Press & Grafika. Hlm. 90-120

  • 39

    3. Perang Enam Hari tahun 1967. Perang ini merupakan kelanjutan

    dari perang di atas, dan pecah pada tanggal 5 sampai 10 Juni

    1967. Ketika itu Israel menyerang Mesir, Suriah dan Yordania yang

    dibantu oleh pasukan bersenjata Iraq, Kuwait dan Saudi Arabia.

    Dalam perang tersebut, Israel berhasil merebut Gurun Sinai, Tepi

    Barat, YerussalemTimur, Jalur Gaza, dan dataran tinggi Golan.

    Dengan jatuhnya wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza ke tangan

    Israel, berarti seluruh wilayah yang disediakan bagi Negara Arab

    Palestina sesuai rencana PBB, seluruhnya telah dikuasai oleh

    Israel.

    Sebagai akibat dari peperangan banyak penduduk Arab

    Palestina meninggalkan kampung halaman dan menjadi pengungsi di

    Negara-negara tetangganya. Isu pengungsi Palestina inilah yang

    kemudian mencuat. Salah satunya adalah karena diantara mereka

    kemudian mendirikan berbagai organisasi perlawanan di pengungsian,

    beberapa diantaranya adalah The Arab Nasionalist Movement (ANM)

    yang dibentuk oleh George Habash pada awal 1950, Al-Fatah yang

    didirikan oleh warga Palestina yang tinggal di Kuwait pada Tahun 1957

    dan Palestine Liberation Organization (PLO) yang didirikan pada KTT

    Kairo 1964, hingga kemudian PLO dengan Yasser Arafat selaku

  • 40

    pimpinannya mengumumkan berdirinya degara Palestina pada tanggal

    15 November 1988 di Aljiria, Aljazair52.

    Berbeda dengan kebanyakan Negara di dunia yang

    mengumumkan kemerdekaannya setelah memperoleh konsesi politik

    dari Negara penjajah, Palestina mengumumkan eksistensinya bukan

    karena konsesi politik dari Negara lain, melainkan untuk mengikat

    empat juta kelompok etnis dalam satu wadah, yaitu Negara Palestina.

    Dalam pengumuman itu ditetapkan pula bahwa Yerussalem akan

    dijadikan ibu kota Negara. Yasser Arafat sendiri kemudian menjadi

    Presiden Palestina dari pusat pemerintahan di pengasingan Aljiria,

    Aljazair53.

    Selain itu juga terdapat dimensi lain dari perjuangan bangsa

    Palestina. Berbeda dengan warga Palestina yang berada di

    pengasingan, yang telah berjuang dengan mendirikan bermacam-

    macam organisasi pembebasan yang tergabung dengan PLO, warga

    Palestina yang hidup di daerah-daerah pendudukan seperti Jalur Gaza

    dan Tepi Barat harus berhadapan langsung dengan serdadu-serdadu

    Israel, dimana gerakan inilah yang kemudian dikenal dengan gerakan

    Intifadah54. Gerakan intifadah ini dalam perjuangannya melawan

    pendudukan Israel semakin lama semakin menunjukkan sikap militan

    52

    Ibid. 53

    Ibid. 54

    Muhsin Muhammad Shaleh. Op.Cit. Hlm. 102

  • 41

    dan radikal, sehingga serangan bom bunuh diri yang dilakukan oleh

    para pejuang Palestina tersebut menjadi suatu alat yang menurut

    mereka paling ampuh dalam menekan dan memerangi Israel, serta

    telah menjadi menu sehari-hari di dalam konflik antar kedua pihak

    tersebut. Bahkan aksi balas terhadap setiap tindakan kekerasan oleh

    masing-masing pihak semakin hari semakin sulit diatasi, karena setiap

    aksi bom bunuh diri Palestina selalu dibalas dengan serangan dan

    pembunuhan para aktivis Palestina oleh Israel, dengan memanfaatkan

    isu terorisme. Selain itu, dengan alasan untuk melindungi rakyatnya

    dari serangan bom bunuh diri tersebut, pemerintah Israel kemudian

    juga membangun pagar yang membatasi “wilayah Israel” dengan

    wilayah Palestina. Suatu hal yang menjadi salah satu faktor

    penghambat penyelesaian damai konflik Israel-Palestina55.

    Pembangunan pagar tembok pemisah yang membatasi wilayah

    Palestina di Tepi Barat itu rencananya dibangun sepanjang 600 km,

    yakni dua kali lipat dari panjang garis hijau, yaitu perbatasan Israel dan

    Tepi Barat pada tahun 1967 yang hanya 350 km.56 Garis baru pagar

    pemisah itu dibangun dengan banyak memasukkan wilayah Palestina

    di Tepi Barat serta pemukiman Yahudi ke dalam lingkungan pagar

    tersebut. Pembangunan tembok pemisah tahap pertama , yaitu di

    bagian utara Tepi Barat telah direalisasikan pada tanggal 23 Juni 2002

    55

    Kompas, 23 Juni 2003 56

    Kompas, 21 Juni 2003

  • 42

    dan hingga tahun 2003 telah selesai sepanjang 120 km. Selain itu Ariel

    Sharon kemudian mengusulkan lagi pembangunan tembok pemisah di

    arah timur Tepi Barat. Dengan demikian, rakyat Palestina di Tepi Barat

    seperti hidup dalam penjara besar yang dikepung oleh tembok

    pemisah57.

    Tinggi tembok itu sekitar 8 m dan dilapisi kawat berduri, sedang

    bentuknya beragam dari satu tempat ke tempat lainnya. Di kawasan

    yang padat dihuni penduduk Palestina dan Israel yang saling

    berdekatan, tembok dibangun lebih tinggi dan dilengkapi dengan alat

    deteksi elektronik serta persenjataan yang siap menembak jika ada

    upaya penyusupan oleh aktivis Palestina.sedangkan di kawasan yang

    kosong penduduk, pagar tersebut berupa pagar elektronik berduri dan

    kawasan antara pagar pemisah dengan garis hijau dijadikan kawasan

    militer oleh Israel58. dengan kondisi yang seperti itu, rakyat Palestina

    menganggap pembangunan tembok tersebut sebagai “pencaplokan”

    tanah Palestina dan merupakan cara Israel untuk menduduki tanah

    Palestina sebelum adanya kesepakatan mengenai pendirian Negara

    Palestina.

    57

    Ibid. 58

    Kompas. 24 Agustus 2003

  • 43

    H. Sejarah Konflik Israel-Palestina

    A. Sejarah Konflik Israel-Palestina Sebelum Tahun 1948

    Kawasan timur tengah merupakan sebuah kawasan geopolitik

    yang menjadi wilayah konflik yang berkepanjangan. Wilayahnya yang

    mengandung sumber daya mineral dalam jumlah banyak, telah

    menjadikan kawasan ini sebagai hotbed atau ajang unjuk kekuatan

    negara-negara besar yang memiliki kepentingan akan energi. Selain

    itu, kawasan timur tengah merupakan kawasan berasalnya tiga

    agama Samawi, yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam sekaligus menjadikan

    kawasan tersebut sebagai kawasan suci bagi ketiga agama. Dalam era

    modern, berbagai krisis terjadi di wilayah ini, seperti perang Iran-Irak,

    Irak-Kuwait, invasi Amerika ke Irak, dan konflik Israel-Palestina yang

    telah lebih dari lima dekade masih berlangsung hingga saat ini.

    Konflik Israel-Palestina adalah konflik yang paling lama

    berlangsung di wilayah Timur Tengah yang menyebabkannya menjadi

    perhatian utama masyarakat internasional. Sebagai contoh, konflik

    antara keduanya menjadi agenda pertama dalam sidang Majelis

    Umum PBB, ketika PBB baru terbentuk dan sampai saat ini belum

    terselesaikan meski sudah banyak resolusi telah dikeluarkan.

    Semenjak kehancuran Kerajaan Israel dan penjajahan oleh Romawi,

  • 44

    Israel mengalami diaspora59, dan tidak pernah memiliki pemerintahan

    sendiri yang berdaulat. Diaspora telah menghasilkan penyebaran umat

    Yahudi di seluruh dunia, khususnya di Eropa. Mereka berasimilasi60

    dengan masyarakat di sekitarnya namun tetap mempraktikkan ajaran-

    ajaran Yahudi.

    Pada awalnya, tidak ada gerakan nasionalisme Yahudi yang

    mempunyai tujuan untuk kembali ke tanah Israel, karena pada

    umumnya warga Yahudi diterima di wilayah dimana mereka

    berasimilasi. Tetapi, setelah munculnya program di Rusia, paham anti-

    semit di kawasan Eropa Timur dan Tengah, dan juga kematian Alfred

    Dreyfus, kapten Tentara Prancis beragama Yahudi, karena tuduhan

    menjadi mata-mata musuh, gerakan nasionalsime Yahudi muncul di

    kalangan Yahudi Eropa.61 Gerakan ini disebut dengan Zionisme, yang

    dipopulerkan oleh seorang jurnalis Yahudi berkebangsaan Austria

    bernama Theodore Herlz, melalui buku berjudul Der Judenstaat62.

    59

    Bangsa atau etnis manapun yang terpaksa atau terdorong untuk meninggalkan tanah air etnis tradisional mereka, penyebaran mereka di berbagai bagian lain dunia, dan perkembangan yang dihasilkan karena penyebaran dan budaya mereka.

    60

    Asimilasi adalah suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara individu atau kelompok dan meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi rasa kesatuan, sikap, dan proses-proser mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.

    61

    The Dreyfus Case. Harvard Law Review. Vol.13. No.3 (The Harvard Law Review Association Nov. 1899). Hlm. 214-215

    62

    Matty Bunzl. The Poetic Of Politics and Politic of Poetic: Richard Beer Hofmann, and Theodor Herzl Recinsidered. (www.jstor.org.)

    http://www.jstor.org/

  • 45

    Palestina terletak di daerah yang dinamakan “Fertile Crescent”,

    yaitu sebuah area yang sekarang meliputi Irak, Syiria dan Lebanon.

    Berkaitan dengan kelebihan yang dimiliki Palestina, yaitu tanah subur

    dan letak geografisnya yang penting sebagai penghubung benua

    Afrika dan Benua Asia. Perjalanan sejarah panjang Palestina yang

    berkaitan dengan dimulainya imigrasi bangsa Yahudi dan dipaparkan

    dalam hitungan tahun. Tahun 1516, Kerajaan Ottoman dari Turki

    menaklukkan seluruh wilayah Timur Tengah, termasuk Palestina.

    Kerajaan Ottoman menguasai seluruh Wilayah Timur Tengah selama

    400 tahun. Eksistensi Imperium Ottoman di kawasan Timur Tengah

    berakhir ketika kekalahan mereka pada Perang Dunia I. tahun 1869,

    Terusan Suez dibuka. Konsorsium Inggris-Prancis berhasil

    membangun terusan Suez melalui Mesir dimana terusan tersebut

    menjadi jalan pintas yang penting bagi koloni Inggris dan Prancis.

    Terusan Suez dan posisi strategis yang penting dari Timur Tengah

    membuat wilayah tersebut menjadi wilayah yang penting bagi

    kolonialis. Tahun 1878, pendudukan Yahudi di Palestina dimulai63.

    Theodor Herzl menulis “Basic Work of Modern Zionism” tahun

    1896, yang didalamnya mengacu pada pembentukan Negara Yahudi.

    Herzl berkeyakinan bahwa bangsa Yahudi tidak diasimilasi dengan

    bangsa dimana dia tinggal dan salah satu solusinya adalah dengan

    63

    Ilan Peleg. Jewish-Palestinan Relation in Isarel : From Hegemony to Equality? International Journal of Politics, Culture and Society, Vol.17, No.3 (Spring: Springer 2004). Hlm. 415-437.

  • 46

    membentuk “Jewish State” diamana nantinya semua bangsa Yahudi

    akan berkumpul bersama. Herzl menganggap, dengan adanya

    diskriminasi berkepanjangan terhadap warga Yahudi di hampir seluruh

    wilayah Eropa, maka asimilasi bukan lagi menjadi pilihan bagi Yahudi

    apabila mereka ingin tetap hidup. Zionisme telah berhasil

    membangkitkan nasionalisme Yahudi yang berada di Eropa.64 Untuk

    merealisasikan tujuannya, maka tanggal 29-31 Agustus 1897, Herzl

    mengadakan kongres Zionis pertama di Basle, Switzerland. Kongres

    tersebut dihadiri oleh 197 delegasi. Herzl pun mendeklarasikan

    tujuannya yaitu membentuk pengakuan publik dan kampung halaman

    yang sah bagi bangsa Yahudi di Palestina65.

    Tahun 1913, Kongres Nasional Arab I di Paris dan

    mengumumkan nasionalisme Arab. Tahun 1914, Perang Dunia I,

    kerajaan Ottoman bergabung dengan pasukan Jerman. Tahun 1915,

    Inggris menjanjikan kemerdekaan bagi Arab apabila mereka

    bergabung bersama Inggris untuk melawan kerajaan Ottoman. Janji

    dari Inggris ini tertuang dalam korespondensi antara Sir Henry

    McMahon (Pejabat Tinggi Inggris di Kairo) dengan Sharif Hussein

    (pemimpin Arab Hashemite), yang dikenal dengan sebutan Hussein-

    64

    Ben Helpern and Jehuda Reinharz. The Cultural and Social Background of the Second Aliyah, Middle Eastern Stusies. Vol.27. No.3 (Taylor & Francis Ltd: July 1991). Hlm. 487-517

    65

    Hawa Sinara. How The Palestinian Becomes Refugees: Denial of Basic Human Rights: A Complation Papers Presented at the UN Seminars on The Question of Palestine. (New York: United Nations, 1992). Hlm. 26

  • 47

    McMahon Correspondence66. McMahon menjanjikan Palestina akan

    menjadi bagian Arab meskipun batas Palestina masih dipertentangkan.

    Inggris dan Prancis menyetujui pembagian wilayah Arab tahun

    1916, dimana tetap ada pengaruh imperialis Inggris dan Prancis.

    Persetujuan kedua Negara tersebut tercantum dalam The 1916 Sykes-

    Picot Agreement (The Anglo-Franco-Russian Agreement for the

    Partition of The Arab World), yang dihasilkan pada 1916. Perjanjian

    tersebut terbentuk dengan cara pertukaran nota diplomatik antara

    pemerintah dari dua kekuasaan yaitu Inggris dan Prancis dimana klaim

    mengenai kekuasaan masing-masing Negara terhadap pembagian

    wilayah Arab diakui oleh pihak lainnya. Hasil dari pembagian tersebut

    adalah peta Timur Tengah pada tahun 1922, yaitu Inggris

    mendapatkan Yordania, Irak, dan sebagian wilayah Haifah, sementara

    Prancis mendapatkan Turki, Irak bagian Utara, Suriah, dan Lebanon.

    Sedangkan Negara-negara lain dibebaskan untuk memilih wilayah

    yang akan dikuasainya. Ketika dibuatnya Sykes-Picot Agreement,

    wilayah Palestina belum diserahkan kepada Negara manapun,

    sehingga dijadikan sebagai sebuah wilayah internasional yang dikelola

    secara bersama-sama diantara negara-negara pemenang perang67.

    66

    Alai Silvera The Classical Eastern Question: Review Article, Middle Eastern Studies. Vol.36. No.4 (Oct. 2004). (Taylor & Francis, 2000). Hlm. 179-188

    67

    Ibid.

  • 48

    Berdasarkan Sykes-Picot Agreement, Zionis beralih pada

    Inggris dan menyarankan Inggris untuk mendukung imigrasi bangsa

    Yahudi ke Palestina dengan memberikan janji bahwa di masa yang

    akan datang nantinya negara Yahudi akan mengurus kepentingan di

    Teruzan Suez. Kebergantungan Zionis pada Inggris disebabkan

    karena Inggris adalah Negara kolonial yang pertama. Dengan adanya

    kesepakatan tersebut, bangsa Arab tidak mendapatkan wilayah bekas

    Imperium Ottoman, yang secara otomatis membuat mereka tidak

    mungkin untuk bisa membentuk pemerintahan Arab yang independen.

    Tanggal 2 November 1917, diadakan Balfour Declaratio. Menteri Luar

    Negeri Inggris yang juga keturunan Yahudi dengan Arthur James

    Balfour, memberitahu kepada pemimpin Zionis Inggris, Lord

    Rothschild, bahwa Inggris akan memperkokoh pemukiman Yahudi di

    Palestina dalam membantu pembentukan tanah air Yahudi di

    Palestina. Lima tahun kemudian, LBB memberikan mandat kepada

    Inggris untuk menguasai Palestina. Pada saat pendeklarasian, bangsa

    Yahudi hanya terdiri dari 10% dari populasi Palestina akan tetapi

    memiliki 25% dari tanah Palestina. Bangsa Arab kemudian protes,

    Inggris menenangkan bangsa Arab dengan berjanji bahwa imigrasi

    bangsa Yahudi akan ditangani sehingga tidak merugikan kepentingan

    politik dan ekonomi bang