20150323_MajalahDetik_173.pdf

214
EDISI 173 | 23 - 29 MARET 2015 JI HAD SAMAD “Saya rancang peperangan saya...” TERPURUKNYA RUPIAH TELADAN JOSE MUJICA DUKUN CABUL DARI RANCABALI EDISI 173 | 23 - 29 MARET 2015 JI HAD SAMAD “Saya rancang peperangan saya...” TERPURUKNYA RUPIAH TELADAN JOSE MUJICA DUKUN CABUL DARI RANCABALI

Transcript of 20150323_MajalahDetik_173.pdf

  • EDISI 173 | 23 - 29 MARET 2015

    JIHADSAMAD

    Saya rancang peperangan saya...

    TERPURUKNYA

    RUPIAHTELADAN JOSE MUJICA

    DUKUN CABUL DARI RANCABALI

    EDISI 173 | 23 - 29 MARET 2015

    JIHADSAMAD

    Saya rancang peperangan saya...

    TERPURUKNYA

    RUPIAHTELADAN JOSE MUJICA

    DUKUN CABUL DARI RANCABALI

  • TAP PADA KONTEN UNTUK MEMBACA ARTIKEL

    Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad. Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti. Redaksi: Dimas Adityo, Irwan Nugroho, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo Bhawono, Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M Rizal, Budi Alimuddin, Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar Rifai, Jaffry Prabu Prakoso, Ibad Durohman, Aditya Mardiastuti. Bahasa: Habib Rifai, Rahmayoga Wedar. Tim Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo. Product Management & IT: Sena Achari, Sofyan Hakim, Andri Kurniawan. Creative Designer: Mahmud Yunus, Galih Gerryaldy, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Fuad Hasim, Luthfy Syahban. Illustrator: Kiagus Aulianshah, Edi Wahyono.

    Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: [email protected] Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769

    Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran: [email protected] Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: [email protected] detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.

    D A F T A R I S IEDISI 173 23 - 29 MARET 2015

    @majalah_detik majalah detik

    n UTAK-ATIK ATURAN REMISI

    n DARURAT KORUPSI, KORUPTOR DIBERI REMISI

    n MITOS SUNAH NGESEKS MALAM JUMAT

    n 2015 BUKAN 2008

    n LARIS MANIS GEDUNG TERTINGGI INDONESIA

    n HARUMNYA BISNIS KAFE KECIL

    n BPJS TAK MUNGKIN BANGKRUT

    INTERNASIONAL

    EKONOMI

    KOLOM

    BUKU

    GAYA HIDUP

    n JEJAK JAWA KUNO DI DIENG

    n BERTAMU KE RUMAH KUCING

    INTERVIEW

    n TAK ADA PALESTINA BAGI BIBI

    LENSA

    PEOPLE

    n EMMA WATSON | AGUS RUBIYANTO | KRISTANIA

    NASIONAL

    n PENGUNCI BUJET DI KEBON SIRIH

    n FILM PEKAN INIn AGENDA

    n MENGARAK OGOH-OGOH

    n SI RENTAN DEHIDRASI

    n TAKUT HIRUK-PIKUK CENTURY TERULANG

    n TAK LANGSUNG TERASA KHASIATNYA

    n KASUS JANGGAL PERANTARA TOKEK

    n SPONGEBOB MELAWAN BAJAK LAUT

    Cover: Ilustrasi: Kiagus Auliansyah

    FILM

    BISNIS

    KRIMINAL

    n GERILYA ISIS DI NEGERI JIRANn SURGA TEMARAM DI SUNGAI GOLOK

    CRIME STORY

    n DUKUN CABUL DARI RANCABALI

    FOKUSSAMAD SIAP

    PERANGABRAHAM SAMAD

    AKHIRNYA BERHENTI PUASA BICARA. MENGAKU TAK INGIN LAGI MEMIMPIN

    KPK, SAMAD TENGAH MENYIAPKAN SENJATA BUAT

    PERTEMPURAN MELAWAN KRIMINALISASI.

    INSPIRING PEOPLE

    n DOKTER TORANGGA DAN SEBUAH KEBENARAN

    TEATER

    n KETIKA PENGUSAHA TEGALWARU BERSATU

  • Boneka raksasa yang dikenal sebagai ogoh-ogoh diarak di berbagai kota di Indonesia. Ritual tahunan ini menjadi rangkaian tak terpisahkan dari perayaan Nyepi, yang didahului dengan upacara Melasti.

    LENSA

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    TAP UNTUK MELIHAT FOTO UKURAN BESAR

    OGOH-OGOHRAMAI-RAMAI MENGARAK

  • Peserta pawai ogoh-ogoh beraksi di silang Monas, Jakarta Pusat, Jumat (20/3). (Fanny Octavianus/ ANTARAFOTO)

    LENSA

  • Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful turut mengarak ogoh-ogoh di Monas, Jumat (20/3). (Hasan Alhabsy/DETIKCOM)

    LENSA

  • Umat Hindu membawa benda-benda sakral ke laut saat upacara Melasti menjelang pelaksanaan Nyepi Tahun Saka 1937 di Pantai Pererenan, Badung, Bali, Rabu (18/3). (Nyoman Budhiana/ANTARAFOTO)

    LENSA

  • Perayaan ogoh-ogoh di Yogyakarta dan Bali. (Regina, Nyoman Budhiana, Fikri Yusuf/ANTARAFOTO)

    LENSA

  • Penari Rejang Dewa mengikuti prosesi Tawur Agung Kesanga di pelataran Candi Prambanan, Sleman, Yogyakarta, Jumat (20/3). (Sigid Kurniawan/ANTARAFOTO)

    LENSA

  • Seorang pemuda menerobos api sabut kelapa dalam tradisi Mesabatan Api atau perang api untuk menyambut Nyepi Tahun Saka 1937 di Desa Petulu, Gianyar, Bali, Jumat (20/3). (Nyoman Budhiana/ANTARAFOTO)

    LENSA

  • MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    SURAT REDAKSI

    MAJALAH DETIK DIGANJAR AWARD ANTIKORUPSI

    PEMBACA, kami ingin berbagi kabar bahagia. Majalah detik diganjar penghargaan Anuge-rah Karya Jurnalistik Antikorup-si 2014. Penghargaan ini diberikan oleh Indonesia Corruption Watch.

    Rubrik Fokus majalah detik yang mengulas kasus korupsi SKK Migas yang diduga melibatkan Sutan Bhatoegana, mantan anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat, menjadi juara untuk kategori Indepth Reporting. Berita tersebut dimu-at pada edisi ke-114, 3-9 Februari 2014, dengan judul cover Ngeri-ngeri Sutan.

    ICW membuat 5 kategori penghargaan. Selain Indepth Reporting, ada kategori Investigasi Penyiaran, kategori Lapor-an Investigasi, kategori Berita Foto, dan kategori Karikatur.

    Award ini akan menambah bensin kami untuk terus melawan korupsi. Terima kasih, ICW, kata Isfari Hikmat, reporter majalah detik yang menerima penghar-gaan tersebut.

    Sedangkan kategori Laporan Investigasi

    diberikan kepada Akbar Tri Kurniawan untuk tulisan di majalah Tempo dengan judul Tapak Jenderal Timah Bangka. Ka-tegori Investigasi Penyiaran jatuh kepada Harfin Naqsyabandy dari Kompas TV yang mengulas tentang Proyek Abadi Pantura. Kategori Berita Foto diberikan kepada Afriadi Hikmal dari Jakarta Globe atas karya Malu Akhir Korupsi. Untuk kategori Karikatur, Joko Suwarso dari Harian Terbit menjadi juara dengan tema Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Untuk...?.

    Sinta Nuriyah Wahid, istri mantan presiden Gus Dur (almarhum), yang aktif mengkampanyekan pemberantasan ko-rupsi, dalam sambutannya menjelaskan para pemenang merupakan pendekar masa kini dalam memerangi korupsi. Pendekar-pendekar dengan pena ini memiliki kemampuan tersendiri untuk kepentingan bangsa, kata Sinta.

    Wakil Ketua KPK nonaktif, Bambang Widjojanto, menjelaskan jurnalis melalui medianya merupakan kekuatan tersen-diri dalam sistem bernegara, power of

    influence dalam sistem sosial, budaya, po-litik, dan ekonomi. Fungsi media sebagai media literasi menampilkan kebenaran, bukan sekadar cover both side.

    Beritanya bukan sekadar mengutip pejabat atau elite kekuasaan, kata Bam-bang.

    Sementara itu, Koordinator ICW Ad-nan Topan Husodo menyinggung peran penting media dalam agenda antikorupsi. Peranan media adalah menceritakan kepada masyarakat, membongkar ber-bagai macam konspirasi, perselingkuhan politikus dengan pengusaha, ujar Adnan.

    Demikian pembaca, kami akan terus meningkatkan kualitas liputan kami dan tentu saja akan terus mem-blow up kasus korupsi agar korupsi sirna dari negeri ini. Salam!

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    NASIONAL

    PENGUNCI BUJET DI KEBON SIRIH

    PENYERAHAN DOKUMEN MEPET, BADAN ANGGARAN DPRD DKI MENOLAK MEMBAHAS RAPBD 2015. JIKA TAK KUNJUNG ADA KESEPAKATAN, ANGGARAN JAKARTA MENGGUNAKAN PAGU 2014 LEWAT PERGUB.

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    JERUK dan pisang menjadi camilan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat, Kamis malam, 19 Maret lalu. Ia sengaja melekan malam itu untuk memantau proses input Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jakarta 2015 ke sistem e-budgeting di Ruang Pola Badan Perencanaan Pembangun-an Daerah, di sebelah Balai Kota Jakarta.

    Mata Djarot terus memantau layar-layar le-bar yang menampilkan proses input anggaran dengan sistem elektronik itu.Ia ditemani Se-kretaris Daerah Saefullah dan Kepala Bappeda

    DKI Tuty Kusumawati. Bukan cuma mereka bertiga, puluhan pejabat di lingkungan Peme-rintah Provinsi Jakarta malam itu harus lembur. Setidaknya 70 anggota satuan kerja perangkat daerah DKI terlibat dalam proses input data e-budgeting.

    Proses e-budgeting menjadi perhatian serius Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan jajarannya. Sebab, sistem itulah yang menjadi salah satu pangkal kisruh Ahok deng-an Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

    Sistem e-budgeting digunakan untuk men-cegah proyek-proyek nyelonong tanpa pemba-

    Proses input data e-budgeting di gedung Bappeda DKI.

    AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    hasan sebelumnya di Musyawarah Perenca-naan Pembangunan. Dengan sistem itu, Ahok mendeteksi anggaran Rp 12,1 triliun pada Ran-cangan APBD DKI 2015 usulan DPRD. Angka itu tak ada dalam APBD 2015 versi Pemerintah Provinsi.

    Anggaran belasan triliun rupiah yang dise-but Ahok sebagai dana siluman itu diselip-kan dalam bentuk sejumlah program, antara lain proyek pengadaan uninterruptible power supply (UPS) untuk 64 kantor kelurahan dan

    kecamatan di Jakarta Barat dengan proyek senilai total Rp 270 miliar. Pos anggaran yang sama muncul di APBD 2014. Bedanya, UPS saat itu diadakan untuk sekolah-sekolah.

    Nah, Ahok pun menggandeng Ketua DPRD Prasetyo Edi Marsudi untuk ikut mengawasi proses penganggaran. Kamis, 19 Maret lalu, Ahok memberikan kata sandi e-budgeting kepada Prasetyo. Jadi DPRD sekarang kuasa-nya betul-betul pengawasan canggih. Jadi bisa ngawasin semua SKPD, ujarnya.

    Dengan kata sandi, Ketua Dewan bisa lang-sung mengunci jika ada besaran atau peng-adaan yang dinilai tidak benar. Dan jajaran SKPD tak bisa memakai anggaran tersebut karena sudah terkunci (locked).

    Bedanya, kunci yang dipunyai Ketua Dewan tak bisa digunakan untuk ikut meng-isi mata anggaran dalam e-budgeting. Sebab, wewenang DPRD hanya mengawasi SKPD yang mengajukan data anggaran. Lagi pula, menurut Ahok, RAPBD Jakarta sudah jadi.

    Makanya sekarang kita enggak kasih (akses mengubah). Kan dia (Ketua DPRD) enggak

    NASIONALNASIONAL

    Pengerjaan stasiun bawah tanah Mass Rapid Transit di kawasan Patung Pemuda, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan.

    ZABUR KARURU/ANTARA

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    boleh ngisi, sudah diisi SKPD, kita enggak mau SKPD fitnah DPRD lagi, ujar mantan Bupati Belitung Timur itu.

    Jika Basuki menemukan banyak anggar-an yang dikunci oleh Ketua DPRD, ia akan langsung memanggil SKPD untuk meminta penjelasan. Ia mengancam akan menjadikan pejabat itu staf biasa jika ada yang nekat ber-main anggaran.

    Ini kerja sama yang sangat baik (antara) eksekutif-legislatif, tuturnya.

    Adapun Prasetyo siap mengawasi anggota Dewan yang nakal dan mengunci permainan

    anggaran. Politikus Partai Demokrasi Indo-nesia Perjuangan itu pun menyambut baik langkah Basuki yang memberinya kunci akses ke sistem penganggaran Jakarta. Ia menilai langkah itu positif bagi hubungan eksekutif dengan legislatif yang sempat menegang.

    Jadi, kalau anggota DPRD yang nakal, ketua tim anggaran nakal, ada ID saya yang pegang. Pak Gubernur tinggal bilang kepada saya, saya nyari. Kalau nakal juga, enggak saya kasih masuk karena transparan. Jadi, kalau bicara masalah main-main anggaran, sudah terkunci nih. Yang penting anggaran sampai ke bawah dan punya

    Tim Angket DPRD DKI Jakarta menggelar rapat dengan Sekretaris Daerah DKI Jakarta Saefullah di gedung DPRD, Kamis, (12/3).

    HASAN ALHABSY/DETIKCOM

    NASIONAL

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    masyarakat, ucap Pras, sapaan akrabnya.Dengan cara itu, fungsi pengawasan DPRD

    pun bisa berjalan. Sebelumnya, dugaan per-mainan anggaran membuat pengajuan RAPBD DKI 2015 ke pemerintah pusat tertunda-tunda. Pemerintah Provinsi dan Dewan pun saling tuduh. Gara-gara hal itu, hubungan Gubernur dan DPRD memburuk.

    Tapi sekarang saya diberi satu kesempatan oleh Gubernur. Ayo, saling mengawasi untuk kepentingan masyarakat, saya rasa itu, kata

    Prasetyo.Namun, meski sudah akur dengan Prasetyo untuk urusan e-budgeting, tak berarti DPRD sepakat soal RAPBD 2015. Keyakinan Ahok bahwa RAPBD 2015 bakal disahkan menjadi peratur-an daerah tak mendapat sambutan dari sejumlah politikus di Kebon Sirih.

    Wakil Ketua DPRD M. Taufik meng-klaim mayoritas anggota Dewan malah

    setuju jika Ahok mengeluarkan peraturan gubernur dan memakai APBD 2014 untuk

    tahun ini.

    Kami akan meluluskan keinginan Gubernur menggunakan pagu anggaran 2014. Pergub, ya kami luluskan, ujar Taufik.

    Menurut dia, tak ada kesepakatan untuk me-luluskan pergub atau perda. Yang penting, DKI memiliki APBD. Apabila tak kunjung dicapai kata sepakat soal RAPBD 2015, kata Taufik, so-lusinya adalah menggunakan pagu APBD 2014.

    Pernyataan Taufik berbeda dengan Praset-yo, yang sepakat dengan penerbitan Perda APBD 2015. Mengenai hal ini, Taufik menyebut kehadiran Pras semata hanya karena diundang untuk melihat proses input e-budgeting.

    Pak Ahok yang mau kalau pergub sampai 2017 dan 2019, ya, kita ikuti saja. Enggak su-lit, tutur Taufik, seraya mengatakan, hampir semua fraksi di Dewan mendukung pergub ketimbang perda.

    Selain masih adanya perbedaan pendapat soal landasan hukum APBD, Dewan rupanya emoh berhenti menggunakan hak angket. Angket jangan dipikir gertak sambal, ucap Ketua Fraksi Partai Persatuan Pembangunan DPRD DKI Maman Firmansyah.

    NASIONALNASIONAL

    Kami akan meluluskan

    keinginan Gubernur menggunakan pagu

    anggaran 2014.M. Taufik

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    Kendati begitu, Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Selamat Nurdin menampik anggap-an bahwa hak angket bakal berujung pada pe-makzulan Ahok. Sebab, untuk melakukan itu, tahapannya masih panjang. Sumber majalah detik di DPRD menyebutkan upaya pemak-zulan yang sempat didengungkan sejumlah politikus kini tergantung Fraksi PDI Perjuang-an, yang menjadi mayoritas.

    Presidennya kan (dari) PDIP, Mendagrinya

    juga sama. Ketua pimpinan (DPRD) juga, kata politikus yang enggan disebut namanya itu.

    Toh, Ahok kini mulai berjalan seiring deng-an Prasetyo dengan diberikannya kunci pengawasan anggaran. Kendati begitu, seusai finalisasi pada Jumat malam, 20 Maret lalu, dokumen RAPBD 2015 yang diserahkan Peme-rintah Provinsi kepada pimpinan DPRD urung dibahas Badan Anggaran.

    Dewan menilai penyerahan dokumen sete-bal 6.600 halaman itu terlalu mepet dengan batas waktu yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri. Dokumen baru diserahkan Saefullah, yang juga Ketua Tim Anggaran Pemerintah Daerah, kepada pimpinan Dewan pada Jumat pukul 20.40 WIB.

    Akhirnya, rapat Badan Anggaran DPRD yang dipimpin M. Taufik, yang juga Wakil Ke-tua Badan Anggaran, baru dibuka pukul 21.30 WIB. Alhasil, rapat pun memutuskan menolak membahas RAPBD DKI 2015. Kata sepakat itu tak juga didapat. n

    DEDEN GUNAWAN, JAFFRY PRABU PRAKOSO | DIM

    Ketua DPRD DKI Prasetyo Edi Marsudi

    AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

  • MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    NASIONAL

    RAC

    HM

    AN/D

    ETIK

    CO

    M

    NARAPIDANA KORUPSI PERNAH MEMINTA PP NOMOR 99/2012 DICABUT. ADA YANG MENGAJUKAN UJI MATERI.

    MENURUT KOMNAS HAM, DISKRIMINASI KORUPTOR HARUS DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG.

    UTAK-ATIKATURAN REMISI

  • MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    NASIONAL

    WACANA itu mencuat saat seminar soal remisi narapidana digelar di Universitas Kristen Indonesia, Jakarta Timur, Ka-mis, 12 Maret 2015. Di sela-sela diskusi ilmiah itu, pembicara kunci, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly, menyatakan niatnya mengkaji ulang aturan tentang penge-tatan remisi dan pembebasan bersyarat bagi

    narapidana kasus korupsi.Menteri dari Partai Demokrasi Indone-

    sia Perjuangan itu berpendapat remisi dan pembebasan bersyarat adalah hak setiap narapidana, tak terkecuali narapidana ko-rupsi. Karena itu, ia menilai aturan tersebut diskriminatif.

    Semua orang tidak bisa didiskriminasi, kata Yasonna. Remisi adalah hak, siapa

    pun narapidananya, ujar dia kepada sejumlah juru warta.

    Yasonna menyinggung Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga

    Binaan Pemasyarakatan. Aturan itu diterbitkan Menteri Hukum Amir Syamsuddin pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengerem obral diskon hukuman bagi terpi-dana kejahatan luar biasa, seperti korupsi.

    Pasal 34-A Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 memang mengatur pengetatan syarat remisi bagi terpidana terorisme, narkotik, korupsi, pelaku kejahatan terhadap keaman-an negara, dan HAM berat. Untuk mendapat potongan masa hukuman, mereka harus me-menuhi sejumlah syarat selain syarat umum berkelakuan baik dan menjalani masa pidana lebih dari 6 bulan.

    Syarat itu antara lain bersedia bekerja sama dengan penegak hukum untuk membongkar perkara yang dilakukan. Terpidana korupsi juga mesti membayar lunas denda dan uang pengganti sesuai dengan putusan pengadilan. Sedangkan terpidana terorisme harus sudah mengikuti program deradikalisasi serta menya-takan setia kepada Negara Kesatuan RI untuk pelaku warga negara Indonesia.

    Aturan tersebut dinilai sejumlah kalang-

    Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly

    LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM

  • MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    NASIONAL

    an sesuai dengan semangat pemberantasan korupsi. Adanya wacana merevisi PP itu pun memancing gelombang kritik, termasuk dari Komisi Pemberantasan Korupsi, lembaga yang kerap memenjarakan koruptor. Pelaksana tugas pemimpin KPK, Johan Budi, menilai niat itu ada-lah langkah mundur, selain bakal ber tabrakan dengan upaya pemberantasan korupsi yang semestinya menimbulkan efek jera.

    KPK berharap pemberian remisi tak diper-mudah, malah justru diperketat, tuturnya.

    Kepala Bagian Informasi dan Komunikasi Kementerian Hukum dan HAM Rahmat Rey-naldi mengatakan PP Nomor 99 membuat kementeriannya menjadi bergantung pada in-stansi penegak hukum, seperti KPK, kejaksaan, dan kepolisian. Sebab, aturan itu mensyaratkan adanya surat rekomendasi dari penegak hukum bahwa terpidana bersedia bekerja sama (men-jadi justice collaborator) untuk membongkar kasusnya sebelum remisi diberikan.

    Problemnya, ucap Rahmat, tak semua pe-negak hukum mau memberikan rekomendasi. Seperti KPK, yang tak pernah menjawab surat permintaan rekomendasi korting hukuman bagi terpidana korupsi yang diajukan. Padahal pihaknya membutuhkan kepastian. Minimal ada jawabanlah, katanya.

    PP Nomor 99/2012 sebenarnya mengatur jangka waktu pemberian pertimbangan dari pimpinan instansi penegak hukum terkait, ter-hitung 12 hari kerja sejak surat permintaan dari Menteri Hukum diterima. Kalau dalam waktu 12 hari tidak diindahkan, ya sudah, dianggap diterima, ujar Rahmat.

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    Terpidana korupsi Muhammad Nazarudin (kiri)

    AGUS BEBENG/ANTARAFOTO

  • MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    NASIONAL

    Ia berharap persyaratan rekomendasi dari penegak hukum pada saat pelaku kejahatan tersebut sudah menjadi narapidana tak perlu ada lagi. Apalagi jika terpidana sudah sekian tahun menjadi warga binaan penjara.

    Misalnya dia dihukum 6 tahun, dua pertiga-nya kan 4 tahun. Begitu mau pembebasan ber-syarat atau remisi, harus minta (rekomendasi) lagi ke penegak hukum, tuturnya. Penyidiknya saja mungkin sudah lupa perkaranya.

    Namun alasan itu dinilai mengada-ada oleh

    Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indo-nesia Alvon Kurnia Palma. Menurut dia, klausul soal rekomendasi sebagai justice collaborator justru sejalan dengan upaya pemberantasan korupsi.

    Dia (pelaku) yang menjadi bagian tindak pidana harus ikut membongkar, ucap Alvon dalam dialog kebangsaan di gedung Dewan Perwakilan Daerah, Jakarta, Rabu, 18 Maret lalu.

    Anggota Koalisi Masyarakat Sipil Erwin Na-tosmal Oemar juga menganggap rencana re-

    Pegiat antikorupsi dari Koalisi Masyarakat Sipil menggelar aksi dengan mengenakan topeng di depan kantor Kementerian Hukum, Jakarta, September tahun lalu.

    WAHYU PUTRO/ANTARAFOTO

  • MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    NASIONAL

    visi PP Nomor 99 lebih mewakili kepentingan partai politik. Ia merujuk data jumlah terdakwa korupsi yang ditahan penegak hukum, baik KPK maupun kejaksaan, hingga divonis peng-adilan, paling banyak berasal dari partai politik.

    Erwin pun mempertanyakan pernyataan yang menyinggung soal diskriminasi dalam aturan remisi. Ia menilai pernyataan Yasonna itu memiliki standar ganda terhadap isu-isu HAM.

    Dalam isu hukuman mati, dia mendukung. Nah, kenapa dalam konteks (remisi) koruptor, tahu-tahu dia menggunakan argumentasi

    HAM? Itu sangat kontradiktif, kata aktivis Indonesian Legal Roundtable ini.

    Dalam perspektif HAM, perlakuan diskrimi-nasi terhadap terpidana korupsi, narkotik, ter-orisme, dan pelanggaran HAM berat, menurut komisioner Komisi Nasional HAM Siti Noor Laila, bisa dilakukan asalkan sudah menjadi konsensus nasional dan diatur dalam undang-undang.

    Melalui PP saja tidak cukup, ujarnya.Hasil kajian komisinya, korupsi menimbulkan

    dampak luar biasa di bidang ekonomi, sosial,

    Alvon memperlihatkan data mengenai jumlah politikus yang terjerat kasus korupsi.

    LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM

  • MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    NASIONAL

    dan budaya. Komnas HAM berpendapat koruptor harus dijatuhi hukuman maksimal dengan merujuk pada Undang-Undang No-mor 7 Tahun 2006 tentang ratifikasi Konvensi Antikorupsi tahun 2003.

    Koruptor bisa dimiskinkan dan diambil har-tanya di luar negeri, tutur Siti.

    Menanggapi hujan kritik itu, Yasonna me-ngatakan revisi PP Nomor 99 bukan untuk mengobral remisi, melainkan untuk meng-

    oreksi adanya syarat rekomendasi dari lem-baga penegak hukum. Sebab, aturan yang lebih tinggi, yakni Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, tak mengatur soal itu.Ia pun mengajak KPK dan lembaga seperti

    Indonesia Corruption Watch duduk bersama mendiskusikan soal ini. Ia mengklaim KPK

    sudah diundang untuk membahasnya dalam diskusi di UKI pada Kamis dua pekan lalu, tapi tak ada perwakilan lembaga antirasuah itu yang hadir.

    Adapun mantan Menteri Hukum Amir Syamsuddin menilai penerus-

    nya itu semata ingin melaksanakan UU Pema-syarakatan secara konsekuen.

    "Pak Menteri (Yasonna) ini bukan ingin memanjakan koruptor atau menghapus (atur-an remisi)," ucapnya secara terpisah.

    Menurut Amir, jika ingin hukuman bagi ko-ruptor memuaskan rasa keadilan masyarakat, pengadilanlah tempat untuk menjatuhkan hu-kuman seberat-beratnya, termasuk mencabut hak mendapatkan remisi.

    Upaya mendongkel PP Remisi pernah dila-kukan sembilan terpidana korupsi di LP Kelas I Sukamiskin, Bandung. Permintaan mereka, yakni pencabutan PP itu, diteruskan oleh Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat periode 2009-2014, Priyo Budi Santoso, melalui surat berkop DPR ke Istana Presiden pada Juli 2013.

    Pertengahan 2013, dua terpidana korupsi juga mengajukan permohonan uji materi PP itu ke Mahkamah Agung. Namun, belakang-an, keputusan Mahkamah Agung menguatkan PP tersebut. Mahkamah menilai aturan itu tak bertentangan dengan Undang-Undang Pema-syarakatan.

    Komisioner Komisi Nasional HAM Siti Noor Laila

    ARI SAPUTRA/DETIKCOM

  • MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    NASIONAL

    Namun, pada tahun yang sama, Menteri Amir Syamsuddin malah mengeluarkan surat edaran tentang pemberlakuan PP Remisi, yang hanya berlaku untuk terpidana kejahatan khusus yang putusannya telah berkekuatan hukum tetap setelah 12 November 2012 atau tak berlaku surut.

    Pada Februari 2015, ICW mengajukan permo-honan uji materi surat edaran tersebut ke MA. Sejumlah aktivis antikorupsi juga mendesak Yasonna membatalkan surat edaran itu dan

    mempertahankan PP Nomor 99/2012 yang sudah ada.

    Apakah aturan pengetatan remisi benar-benar akan disetip seperti yang dikhawatirkan? Belum jelas betul. Sebab, pemerintah sendiri belum satu suara. Sekretaris Kabinet Andi Wi-djajanto mengatakan Presiden Joko Widodo telah meminta Menteri Yasonna agar rencana revisi PP Remisi memperhatikan rasa keadilan masyarakat. Nah! n

    ADITYA MARDIASTUTI, JAFFRY PRABU, IKHWANUL K. | DIM

    Aksi kaum perempuan menolak korupsi di Jakarta

    RACHMAN/DETIKFOTO

  • MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    NASIONAL

    HARAPAN NENEK ASYANI

    DI tengah upaya mengutak-atik aturan remisi koruptor, publik dibuat trenyuh oleh perkara yang menjerat Nenek Asyani, 63 tahun, warga Kabu-paten Situbondo, Jawa Timur. Wanita renta itu dihadapkan ke meja hijau lantaran dituduh mencuri balok kayu jati milik Perum Perhutani di Petak 43F Blok Curah Cotok, Dusun Kras-tan, Desa Jatibanteng, Situbondo, Juli tahun lalu.

    Asyani diperkarakan polisi hutan kendati ia berkukuh balok-balok kayu

    itu peninggalan suaminya, Muaris, dari la han sendiri. Ia pun dibui sejak Desember 2014. Begitu kasus itu mencuat ke publik, penahanannya di-tangguhkan oleh majelis hakim Peng-adilan Negeri Situbondo pada Senin,

    16 Maret 2015. Bupati Situbondo Dadang Wigiarto-lah yang memberi jaminan.

    Perkara yang mengusik nurani juga terjadi di Wonosari, Kabupaten Gu-nungkidul, Daerah Istimewa Yogya-

    DET

    IKFO

    TO

  • MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    NASIONAL

    karta. Harso Taruno, 67 tahun, petani Dusun Bulurejo, Desa Kepek, Kecamat-an Saptosari, Gunungkidul, juga diadili lantaran dituduh menebang pohon jati di hutan konservasi Paliyan pada 7 September 2014.

    Namun Selasa, 17 Maret lalu, Harso, yang sempat dibui selama 32 hari, diputus bebas oleh majelis hakim PN Wonosari, Gunungkidul, yang dipim-pin Yanti Agustina. Tuduhan yang dialamatkan kepada pria yang disapa Mbah Harso itu tak terbukti.

    Beda Harso, beda pula Asyani. Meski sudah menghirup udara bebas, jalan Asyani untuk benar-benar bebas dari jeratan perkara sepertinya masih panjang. Saksi-saksi yang dihadirkan di persidangan yang dipimpin hakim Kadek Dedy Arcana, Kamis, 19 Maret

    lalu, memberatkannya.Tiga orang saksi, yakni Manteri Per-

    hutani KRPH Jatibanteng Sawin serta dua polisi hutan Misyanto Efendi dan Sayadi, meyakini kayu yang diklaim milik Asyani berasal dari hutan milik Perhutani. Ketiga petugas itulah yang

    mendampingi polisi saat menyita 38 lembar sirap kayu jati berbagai ukur-an dari rumah Cipto, seorang tukang kayu di Jatibanteng. Cipto menyebut Asyani sebagai pemilik kayu-kayu itu.

    Barang bukti itu dinilai identik de-ngan tonggak kayu milik Perhutani yang digergaji dan hilang di Petak 43F Blok Curah Cotok. Menurut saksi Sa-win, hal itu didasarkan pada gubal dan gale (kulit dan bagian dalam) kayu jati hasil pencocokan barang bukti yang disita dengan tonggak kayu Perhutani yang lenyap.

    Kayu jati milik Perhutani berbeda dengan milik warga. Kayu jati Perhu-tani gubal atau warna putih di bagian luarnya lebih sedikit. Barang bukti kayu jati ini semuanya dari kayu di ba-gian atas, kata Sawin. Misyanto dan

    DET

    IKFO

    TO

  • MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    NASIONAL

    MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015MAJALAH DETIK 16 - 22 MARET 2015MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    Sayadi memberi kesaksian senada.Terdakwa Asyani tak terima. Dia

    sampai beberapa kali menyela ke-saksian Sawin. Bicara dengan bahasa Madura, Asyani bilang tak semua sirap kayu jati itu miliknya. Ia bahkan maju ke muka persidangan untuk ikut mengecek barang bukti.

    Ini punya saya, yang ini bukan. Bohong kalau dibilang punya saya semua. Saya tidak mencuri, tapi sudah dihukum 3 bulan, ujar Asyani, melontarkan protes.

    Kuasa hukum Asyani, Supriyono, menilai kesaksian tersebut janggal. Salah satunya soal perubahan warna kayu. Kenapa sampai berbeda war-na, kan sama-sama sering kehujanan. Kami melihat banyak kejanggalan dalam keterangan saksi, tuturnya.

    Kepala Kepolisian Resor Situbondo Ajun Komisaris Besar Hadi Utomo secara terpisah mengatakan sudah membentuk tim untuk menelusuri kembali kasus Asyani. Termasuk soal usia terdakwa dan dokumen

    kepemilikan lahan miliknya. Dalam e-KTP, disebutkan Asyani lahir pada 1969, sehingga usianya 45 tahun saat penyidikan. Sedangkan kuasa hukum mengklaim usia Asyani 63 tahun.

    Menteri Lingkungan Hidup dan Ke-hutanan Siti Nurbaya berharap Asyani dituntut seringan-ringannya. Ia juga mengunjungi rumah sang nenek di Dusun Krastan, Rabu, 18 Maret lalu. Dan di hadapan Bu Menteri, Asyani pun berharap bebas. n

    GHAZALI D. (SITUBONDO), SUKMA, MOKSA | DIM

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    HUKUM

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    ADA DUGAAN REKAYASA DALAM KASUS PEMBUNUHAN SADIS DI NIAS. TERPIDANA YUSMAN MASIH DI BAWAH UMUR SAAT DIVONIS MATI.

    KASUS JANGGALPERANTARA TOKEK

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    YUSMAN Telaumbanua kini punya harapan baru. Narapidana Lemba-ga Pemasyarakatan Batu, Nusa-kambangan, Cilacap, Jawa Tengah, itu tengah menanti waktu menghadapi regu tembak setelah divonis hukuman mati oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Gunung Sitoli, Pulau Nias, Sumatera Utara, pada Mei 2013. Namun, belakangan, muncul dugaan

    adanya rekayasa dalam kasusnya.Pemuda Nias itu dipidana melakukan

    pembunuhan berencana terhadap tiga orang pada 24 April 2012 bersama sang kakak, Rusula Hia. Namun, dari pengusutan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) sejak Januari lalu, saat Yusman divonis mati usianya baru 16 tahun atau kelahiran 1996. Kamis, 19 Maret 2015,

    Koordinator Kontras Sumatera Utara Herdensi Adnin memperlihatkan foto dan bukti surat baptis Yusman di Medan, Jumat (20/3).

    SEPTIANDA PERDANA/ANTARAFOTO

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    Kontras telah melaporkan tiga hakim yang mengadili Yusman ke Komisi Yudisial.

    Yusman divonis hakim saat berumur 16 tahun, yang dikategorikan anak di bawah umur, kata Koordinator Kontras, Haris Azhar, Senin, 16 Maret lalu.

    Penyidik dan jaksa diduga menyimpulkan Yusman saat itu berusia 19 tahun atau kela-hiran 1993 berdasarkan pengakuan. Sebab, ia

    tidak punya akta kelahiran. Namun Kontras punya bukti usia Yusman yang sebenarnya dari surat baptis gereja. Putusan itu pun di-anggap melanggar Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak, yang mengatur hu-kuman penjara maksimal 10 tahun.

    (Putusan) itu melanggar hak anak, ujar staf Divisi Pembelaan Hak Sipil Politik Kon-tras, Arif Nur Fikri.

    Janggalnya lagi, penasihat hukum yang ditunjuk Kepolisian Resor Nias untuk men-dampingi Yusman, dalam pleidoinya malah meminta hakim menjatuhkan pidana mati. Alasannya, Yusman dianggap melanggar hak hidup orang lain.

    Karena pleidoi itu pula Yusman, yang oleh jaksa dituntut penjara seumur hidup, divonis hukuman mati oleh majelis hakim. Selain itu, Arif menuturkan, selama proses hukum berlangsung, tidak ada satu pun saksi yang menunjukkan keterlibatan kedua terdakwa.

    Sehingga keterangan dalam proses hukum hanya didasarkan pada pengakuan kedua

    Ketiga korban (dari kiri ke kanan): Kolimarinus Zega, Rugun br Haloho, dan Jimmi Girsang

    DOK. POLRES NIAS

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    terdakwa, ucapnya.Peristiwa pembunuhan itu bermula pada

    Maret 2012. Saat itu Yusman, yang bekerja di kebun sayur milik Kolimarinus Zega di Desa Aek Popoh, Kecamatan Mereka, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, didatangi Sadaarih Boru Maringga, kerabat Kolimarinus. Kepada Yusman, perempuan itu menanyakan apakah bisa membeli tokek di Nias.

    Yusman pun menjawab bahwa sang abang, Rusula Hia, 28 tahun, bisa menyediakannya. Ia bahkan menunjukkan foto tokek yang diki-rim Rusula melalui telepon selulernya kepada Sadaarih. Setelah diperantarai Yusman, istri Jimmi Trio Girsangsalah satu korban pem-bunuhantersebut menelepon Rusula ihwal bisnis tokek itu. Disepakati, Jimmi, Kolimari-nus, serta Rugun Boru Haloho akan ke Nias

    Terpidana Yusman Telaumbanua alias Ucok (kiri) dan Rusula Hia Alias Ama Sini

    DOK. POLRES NIAS

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    untuk membeli he wan melata tersebut.Kepada Kontras yang menemuinya di Nu-

    sakambangan, Yusman mengaku tidak tahu sudah ada kesepakatan antara Rusula dan keluarga majikannya soal bisnis itu. Sebab, ia

    pulang ke Nias pada 17 April 2012 untuk membesuk orang tuanya yang sakit.

    Sedangkan bosnya ke Nias pada Senin, 23 April 2012.

    Ia pun baru tahu kabar kedatangan Kolimarinus dan keluarganya di Bandara Binaka, Nias, setelah ditele-pon Rusula. Sebab, ia me-minta Yusman menjemput

    mereka di bandara untuk diantar ke rumah Rusula di

    Dusun III Desa Hiliwaoyo, Ke-camatan Tugala Oyo, Kabupaten

    Nias Utara.Yusman baru tahu ada niat jahat terha-

    dap korban setelah bertemu dengan Rusula dan empat temannya, yakni Ama Pasti Hia,

    Ama Fandi Hia, Amosi Hia, dan Jeni, yang kini masuk daftar pencarian orang (DPO). Rupa-nya mereka tergiur uang Rp 300 juta yang konon saat itu dibawa korban.

    Hasil penyidikan polisi, mereka bermaksud menghilangkan nyawa korban dan mengambil kepalanya untuk dijadikan jimat. Sedangkan uang yang dibawa korban untuk membeli tokek juga diambil. Mereka mendengar kabar korban membawa uang ratusan juta rupiah.

    Pembunuhan terjadi di Hiliwaoyo, desa tempat tinggal Rusula, tepatnya di kebun mi-lik Ama Yarni Hia, yang disebut para pelaku sebagai tempat menyimpan tokek. Di situlah ketiga korban: Jimmi, Kolimarinus, dan Rugun, dibantai. Setelah membunuh, para pelaku ke-mudian melempar jasad ketiganya ke jurang, tak jauh dari lokasi pembunuhan.

    Setelah itu, Rusula dan pelaku lain meng-ambil bungkusan plastik dari dalam tas pakai-an milik Rugun. Namun bukan uang ratusan juta rupiah yang didapat, melainkan hanya Rp 7 juta. Uang itu pun dibagi-bagi. Rusula dan

    Yusman baru tahu ada niat jahat terhadap

    korban setelah bertemu dengan Rusula dan empat temannya.

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    empat temannya masing-masing mendapat Rp 1,2 juta, sementara Yusman Rp 1 juta.

    Esok harinya, Rusula bersama Ama Pasti, Amosi, Ama Fandi, dan Jeni menyambangi jurang tempat jasad korban dibuang. Dua di

    antara lima pelaku lalu memenggal kepala dua korban. Dua kepala korban itu diduga dibawa empat pelaku yang kini jadi buron. Semen-tara itu, jasad mereka dibakar dan dikubur di dalam tanah yang ditumpuk bebatuan.

    Setelah melakukan aksi sadis itu, Rusula dan keempat ka wannya pulang ke rumah masing-masing. Sedangkan Yusman pergi ke Riau. Awal September 2012, Yusman ditang-kap di rumah abangnya di Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Rusula alias Ama Sini, yang sem-pat bersembunyi di hutan, dibekuk pada 20 September 2012 saat pulang ke Hiliwaoyo.

    Kepada Kontras, Rusula mengatakan yang membunuh korban adalah Ama Pasti, Ama Fandi, dan Amosi. Ia sendiri ikut menikam korban Kolimarinus karena dipaksa Jeni. Adapun kabar uang Rp 300 juta yang dibawa korban diperoleh dari Yusman.

    Yusman dan Rusula pun diadili dengan tun-tutan penjara seumur hidup. Tapi, belakang-an, Yusman divonis mati setelah pengacara-nya meminta hukuman mati dalam pleidoi.

    Lokasi pembunuhan di Desa Hiliwaoyo

    DOK. POLRES NIAS

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    Hal ini dibenarkan oleh mantan kuasa hukum Yusman, Lakadodo Laia. Alasan dia, tindakan kliennya sangat sadis. Sebab, selain membu-nuh, dia memutilasi dan membakar korban.

    Ketika Saudara JPU menuntut seumur hidup, saya tidak sependapat. Saya mohon kepada hakim, karena mereka ini adalah pembunuh sadis, maka minta dijatuhi hukuman mati, kata Laia saat dihubungi majalah detik.

    Ia juga menyayangkan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly dan Kon-tras yang hanya menerima laporan sepihak yang menyebut Yusman masih di bawah umur saat divonis. Saat polisi mengisi berita acara pemeriksaan (BAP), Yusman mengaku lahir di Iliono, Jegala, sekitar 1993.

    Nah, jadi, saat penyidikan pada 2012, dia sudah 19 tahun. Dan dalam proses pemerik-saan, tidak ada ancaman dan penganiayaan. Sebab, kita dampingi terus saat diperiksa di polres, ujarnya.

    Senada, Kepala Satuan Reserse Kriminal

    Polres Nias Ajun Komisaris Arifeli Zega mem-bantah jika dikatakan telah merekayasa usia Yusman, yang berujung vonis mati kepada-nya.

    Sejak awal (BAP), terdakwa didampingi pengacaranya. Dan pada tahap persidangan juga didampingi. Jadi apa yang direkayasa? ucapnya saat dihubungi secara terpisah.

    Dugaan rekayasa ini rupanya menjadi per-hatian pemerintah pusat. Menteri Hukum Yasonna meminta Wakil Kepala Kepolisian RI Komisaris Jenderal Badrodin Haiti dan Jaksa Agung M. Prasetyo membentuk tim guna memeriksa perkara itu.

    Soal usia Yusman yang masih di bawah umur saat divonis, Yasonna mengatakan pihaknya tengah menelusuri data diri yang bersangkutan ke kampung halamannya.

    Saya percaya nanti akan terbukti, kata Yasonna, seraya berharap perkara ini di-ajukan ke Mahkamah Agung melalui upaya peninjauan kembali. ADITYA MARDIASTUTI | DEDEN G.

    Kuasa hukum Yusman, Lakadodo Laia

    DOK. PRIBADI

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    HUKUM

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    KASUS pembunuhan sadis ter-hadap tiga orang di Nias sudah bergulir ke pengadilan. Putusan pun sudah dijatuhkan terhadap dua terdakwa, Rusula Hia dan Yusman Telaumbanua. Namun vonis mati untuk Yusman kini dipermasalahkan. Mencuat dugaan kasus itu direkayasa karena, saat divonis, Yusman diduga masih di bawah umur.

    Kejanggalan diduga terjadi sejak kasus masih dalam penyidikan polisi. Benarkah demikian? Bagaimana proses hukum ter-hadap Yusman hingga akhirnya ia divonis mati pengadilan? Berikut ini petikan wa-wancara dengan Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Nias Ajun Komisaris Arifeli Zega, yang menangani kasus tersebut.

    Ada dugaan kasus yang menjerat Yusman direkayasa. Tanggapan Anda?

    Kami tidak tahu apa dasar mereka menganggap kami merekayasa kasus. Faktanya, dalam penanganan kasus ini, penyelidikan dan penyidikannya sudah sesuai prosedur, sehingga kasus bisa

    kami limpahkan ke tahap penuntutan di Kejaksaan Gunung Sitoli, berkas dinyata-kan lengkap, dan akhirnya oleh pengadil-an negeri kasus itu dinyatakan in kracht, mendapat putusan hukum tetap. Artinya, prosesnya itu sudah berjalan baik.

    Apakah saat penyidikan dua ter-sangka (Yusman dan Rusula) tidak

    Kepala Satreskrim Polres Nias AKP Arifeli Zega (kiri) bersama Kepala Polres Nias AKBP Yofie GIrianto Putro (tengah) dan ketua tim investigasi dari Polda Sumatera Utara AKBP Gunawan Eko Susilo.

    DOK. POLRES NIAS

    YUSMAN TIDAK DI BAWAH UMURKEPALA SATUAN RESERSE KRIMINAL POLRES NIAS AKP ARIFELI ZEGA:

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    didampingi kuasa hukum?Didampingi pengacaranya, Lakadodo

    Laia, SH, MH, dan dari tahap awal sampai ke persidangan didampingi beliau.

    Soal usia Yusman, apa hanya berda-sarkan keterangan tersangka?

    Iya, kalau memang menurut terpidana mereka tidak mendapat keadilan, tentu kan ada upaya hukum. Kalau di penyeli-dikan itu ada praperadilan. Kenapa tidak mereka laksana kan? Waktu pemeriksaan itu, mereka sangat kooperatif, artinya memberi keterangan secara transparan. Malah kita enggak susah, mereka men-ceritakan apa adanya sesuai peristiwa. Bahkan, di TKP (tempat kejadian perka-ra), Yusman sendiri yang menunjukkan tempat (jasad korban) disembunyikan dan pembantaian. Dokumentasinya ada semua.

    Menurut Kontras, usia Yusman saat itu masih di bawah umur. Bagaimana bisa demikian?

    Seseorang itu kita bisa lihat usianya tentu dari identitas, surat-surat, apakah

    KTP, akta kelahiran. Tapi, pada saat itu, sama sekali tidak bisa ditunjukkan semua, baik kartu keluarga, akta kelahiran, data-data gereja, seperti baptis atau lainnya. Namun terpidana ini mengatakan tanggal dan bulan lahirnya dia tidak ingat, tapi dia lahir tahun 1993. Dan itu dikuatkan deng-an BAP (berita acara pemeriksaan)-nya, diketahui dan disaksikan pengacaranya waktu dia memberi keterangan.

    Nah, kemudian tidak berhenti di situ. Kami cari keluarganya, sudah tidak ber-ada di kampungnya. Kami tanya ke kepa-la desa juga tidak ada dokumen mereka. Kemudian di gereja juga dokumen me-reka enggak terdaftar. Lalu kami mena-nyakan kepada kakaknya, yang kebetulan istri terpidana Rusula. Jadi, pengakuan-nya pada saat itu, kakaknya berumur 24 tahun karena jarak mereka 2 tahun. Jadi, di bawah dia, ada lagi kakaknya bernama Deriman, 22 tahun, dan di bawah Derim-an ini si terpidana mati Yusman itu, 19 tahun usianya. Dan setelah dia katakan lahir 1993, sinkron dengan keterangan

    kakaknya. Kami tanya ke Deriman juga seperti itu. Jadi kami punya keyakinan, kalau meleset sedikit pun paling bulan-nya saja. Artinya, kami berkeyakinan saat itu terpidana tidak di bawah umur.

    Perkembangan kasus pembunuhan itu bagaimana? Soal 4 orang lagi yang jadi buron?

    Ya, kita cari, kami masih berusaha men-cari DPO itu. Dan kami mohon bantuan masyarakat yang mengetahui persembu-nyian mereka supaya kami lakukan pe-nangkapan.

    Intinya, Anda menganggap kasus ini sudah berjalan sesuai prosedur?

    Sudah sesuai. Kalau keputusan peng-adilan tidak bisa mereka terima, kan ada upaya banding, ataupun kalau mereka bisa mengambil bukti-bukti baru atau novum, bisa dibuktikan ada sesuatu yang bisa meringankan mereka, kan bisa diaju-kan ke PK. Saya kira tidak perlu diribut-kan, semua sudah diatur oleh negara ini dengan adanya upaya-upaya hukum.

    ADITYA MARDIASTUTI | DIM

    HUKUM

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

  • CRIME STORY

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    CRIME STORY

    ILUSTRASI: KIAGUS AULIANSHAH & EDI WAHYONO

    BERDALIH MENANGKAL SANTET, ARI MENCABULI PULUHAN PEREMPUAN MUDA. KORBANNYA DARI GADIS DI BAWAH UMUR

    SAMPAI JANDA.

  • CRIME STORY

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    ARI Mulyana terus menundukkan kepala. Meskipun wajahnya nyaris tak terlihat karena memakai penu-tup, ia tak berani menatap ke depan saat dipertemukan dengan sejumlah pewarta di Markas Kepolisian Resor Kota Besar Bandung pertengahan Februari lalu. Ari mengenakan

    kaus tahanan warna oranye dengan tangan diborgol.

    Pemuda 23 tahun itu dicokok polisi lantar-an diduga mencabuli sejumlah wanita muda. Ia ditangkap aparat dari Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Bandung di rumah mertuanya, Ja-lan Dangdeur, Kelurahan Sukarasa, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung, akhir Januari lalu.

    Ia mencabuli korban-korbannya dengan mengaku sebagai ahli supranatural dan berdalih menangkal santet. Kedok itu akhirnya terbong-kar setelah salah satu korban melaporkan perbu-atan bejat Ari kepada polisi. Setelah menjaring keterangan dari lima orang yang diduga menjadi korban serta dua saksi, polisi pun memburu Ari. Ia dibekuk tanpa perlawanan.

    Beberapa korban masih di bawah umur. Sisa korban lain belum diperiksa karena mereka malu dengan kasus ini, kata Kepala Polrestabes Bandung Komisaris Besar Angesta Romano Yoyol beberapa waktu lalu.

    Para korban yang diperdaya pelaku berusia 14 hingga 29 tahun. Semuanya warga Kota Kembang. Modus yang digunakan Ari terbilang

  • CRIME STORY

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    kuno. Ia mengaku memiliki ilmu gaib yang bisa mengobati pasien yang terkena santet. Saat pengobatan itulah dia mencabuli korbannya. Praktek ini dilakukan Ari selama lima bulan ter-akhir.

    Tersangka mengaku punya keahlian su-pranatural. Lalu menyampaikan bahwa korban kena guna-guna atau teluh, sehingga barang yang bersarang di dalam tubuh korban harus segera dikeluarkan. Namun, saat proses peng-

    obatan, tersangka malah menyetu-buhi korban, ujar Yoyol.

    Menurut peng-akuan tersangka, tak semua korban ia setubuhi. Sebagian

    cuma ia raba-raba. Saat ditemui di Markas Polres-tabes Bandung, Ari mengaku tak pernah terpikir bakal disebut dukun. Ia pun berkisah, awal mula-nya, ia menjalankan praktek supranatural pada awal Mei tahun lalu.

    Saat itu ia diperkenalkan oleh temannya, N, dengan gadis berusia 21 tahun bernama F. Se-

    telah saling bertelepon, N bersama F menyam-bangi Ari, yang saat itu tinggal bersama orang tuanya di daerah Rancabali, Cimahi, Jawa Barat. Ketiganya pun terlibat obrolan serius. Kepada Ari, F banyak menyampaikan curhat.

    Saya baca dia lewat logika dan perasaan. Secara spontan, saya nyeplos kalau (F) punya masalah di masa lalu. (Saya bilang) enggak usah dipikirin lebih dalam. Kalau sakit hati, jangan punya niat balas dendam, tutur Ari saat ditemui majalah detik awal Maret 2015. Setelah berbincang di rumah Ari sekitar satu jam, N dan F pulang. Namun, belakangan, N bilang, F heran pada kemampuan Ari, yang bisa tahu masalah yang membelenggunya. Se-usai pertemuan itu, Ari dan F semakin lengket. Keduanya pun berpacaran.

    Mungkin karena menganggap Ari sebagai orang pintar, F mengenalkannya kepada Su, ka-kak iparnya yang memiliki salon di Sarijadi. Sang kakak mengeluhkan usahanya sepi pelanggan. Suatu sore, Su datang ke rumah Ari dan minta bantuan agar usahanya diberi penglaris. Ari mengaku saat itu tak menjanjikan apa-apa.

    Saya bilang tunggu seminggu sambil ada-

    Tersangka menyampaikan bahwa korban kena guna-guna atau teluh, sehingga barang yang bersarang di dalam tubuh korban harus segera dikeluarkan.

  • CRIME STORY

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    kan pengajian, ucapnya. Hanya sekitar 30 menit Su bertandang ke

    rumah Ari. Malam harinya, Ari ditelepon dan dijemput untuk melihat situasi salon. Di sana, Ari memberi Su sebuah batu akik. Batu yang sudah lama ia miliki itu, menurut Ari, memiliki kekuatan pengasihan.

    Enggak tahu kalau Su lalu menganggap saya punya kemampuan setelah memberi batu akik

    itu, katanya. Kini batu yang sedang ngetren tersebut dijadikan barang bukti oleh polisi.

    Kemudian, sesuai dengan saran Ari, Su menggelar pengajian. Hanya dalam waktu dua hari, salonnya lebih ramai ketimbang biasanya. Mukjizat yang dianggap Su berkat kemampuan Ari itu kemudian menjadi bahan promosi. Ari diperkenalkan kepada J, tetangga Su yang ber-dagang alat-alat rumah tangga, seperti panci

  • CRIME STORY

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    dan wajan teflon.Dia (J) minta ketemu, pingin ngobrol. Saya

    bilang ikut saja pengajian bareng dengan salon. Tahunya, setelah ikut pengajian, seminggu ke-mudian usahanya rame, ujarnya.

    Hal itu membuatnya semakin dekat dengan istri dan anak J bernama El, 16 tahun. Saking dekatnya, Ari menceritakan mimpinya, ada se-orang perempuan yang bolak-balik ke rumah J dan berbuat sesuatu yang tidak baik kepada

    sang putri. Saya bilang semo-

    ga itu cuma mimpi biasa. Tapi mereka panik, minta diobatin. Ya, saya suruh ngaji, zikir, sesuai dengan

    amalan yang saya berikan. Saya juga bacain zikir, tuturnya.

    Nah, saat itulah Ari memulai petualangan cabulnya. Pengobatan El itu terjadi pada si-ang hari Mei 2014. Menurut Ari, saat ia sedang berzikir di rumah J, ada seorang bocah yang membuat gaduh. Agar Ari tak terganggu, sang empunya rumah lalu memintanya meneruskan

    pengobatan di dalam kamar bersama El. Setelah zikir bareng selesai, kami terusin

    ngobrol-ngobrol biasa. Dia juga sudah lepas mukenanya. Pas ngobrol-ngobrol itu, saya nge-rasa El ada rasa sama saya, ucapnya.

    Ari pun tak menyia-nyiakan kesempatan. Ia mengeluarkan jurus mautnya. Berawal dari meraba-raba dengan dalih untuk pengobatan, ia kemudian mencabuli El. Ari menuturkan, ia dan El suka sama suka.

    Kita berdua memanfaatkan kesempatan saja. Ibunya juga enggak ngetok (pintu) atau curiga, katanya. Setelah melakukan itu, saya tahu salah. Saya bilang (ke El), jangan bilang siapa-siapa karena ini aib. Dia bilang iya.

    Awalnya, 15 perempuan muda diduga menjadi korban dukun cabul ini. Belakangan, korbannya diduga lebih banyak, mencapai 20 orang. Menurut Kepala Satuan Reserse Krimi-nal Polrestabes Bandung Ajun Komisaris Besar M. Ngajib, beberapa di antara korban yang diperdaya tersangka cuma diminta menanggal-kan pakaian dan digerayangi. Namun ada pula yang dipaksa berhubungan badan lantaran ditakut-takuti.

    CRIME STORY

    Setelah melakukan itu, saya tahu salah. Saya bilang (ke El), jangan bilang siapa-siapa karena ini aib. Dia bilang iya.

  • CRIME STORY

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    Misalnya, pelaku bilang ada arwah yang menitipkan bayi di rahim korban. Kalau mau dikeluarkan, harus berhubungan (badan), ujar Ngajib.

    Korban aksi bejat pelaku ada yang masih gadis di bawah umur, wanita bersuami, ada pula janda. Di antara mereka, ada yang sengaja dicari oleh pelaku. Tapi ada juga yang saudara, anak, atau kerabat pasiennya, tuturnya.

    Akibat tindak kejahatan seksual itu, Ari harus meringkuk di sel tahanan Markas Polrestabes Bandung. Setidaknya, ia bakal dijerat dengan Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 35 Tahun 2014 Pasal 76-D juncto Pasal 81 dan/atau Pasal 76-E juncto Pasal 82. Ia pun terancam hukuman penjara minimal 5 dan maksimal 15 tahun serta denda hingga Rp 5 miliar.

    Sejumlah barang bukti yang disita polisi ba-kal memberatkannya di pengadilan, antara lain pakaian korban, sajadah, kemenyan, dua cincin batu akik, paku, jarum, dan potongan kawat. Petualangan sang dukun cabul sepertinya ba-kal berakhir. (Bersambung) M. RIZAL, TYA EKA YULIANTI (BANDUNG) | DIM

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    Bagaimana Ari memperdaya korban-korban lainnya? Ikuti terus Crime Story di edisi berikutnya.

  • MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    INTERVIEWINTERVIEW

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    FAHMI IDRIS:

    BPJS TAK MUNGKINBANGKRUT

    GR

    AND

    YOS

    ZAF

    NA/

    DET

    IKC

    OM

  • MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    INTERVIEW

    J UMLAH pengguna jaminan kesehatan nasio-nal melonjak tajam pada tahun pertama pe-nyelenggaraannya. Akibatnya, kondisi keuang-an Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan defisit. Klaim membengkak, lebih besar daripada premi yang diterima. Mes-kipun begitu, Direktur Utama BPJS Kesehatan Fahmi Idris enggan menyebut badan yang dipimpinnya itu mengalami defisit. Yang ada itu mismatch antara iuran dan pengeluaran, ujar Fahmi saat ditemui di kantornya, Senin, 16 Maret 2015.

    Mantan Ketua Ikatan Dokter Indonesia ini mengungkapkan, mismatch tersebut sudah diprediksi sebelumnya. Untuk menalangi ke-kurangan, BPJS menyiapkan dana cadangan limpahan dari PT Askes. Karena itu, ia optimis-tis BPJS Kesehatan tak bakal bangkrut. Sebab, selain memiliki dana cadangan, pihaknya sedang menghitung struktur iuran yang baru.

    Kenaikan iuran tahun depan, kata Fahmi.Ia juga menyatakan terus membenahi pro-

    sedur pelayanan untuk lebih memudahkan masyarakat. Apa saja yang disiapkannya, simak pemaparannya berikut ini.

    Program BPJS Kesehatan sudah setahun berjalan. Bagaimana perkembangannya?

    Ada lima indikator untuk mengevaluasinya, yakni total kepesertaan, pembayaran klaim, tingkat awareness masyarakat, penanganan keluhan, terakhir usulan regulasi yang diang-gap paling penting untuk diperbaiki. Kami ber-syukur, dari lima indikator itu, semua hijau dari target yang ditetapkan.

    Tapi banyak pasien mengeluh harus antre berjam-jam untuk mendapatkan pelayanan.

    Antrean di kantor itu merupakan tanggung

    PREMI ATAU IURAN AKAN DINAIKKAN, PESERTA TAK AKAN LANGSUNG BISA MENIKMATI MANFAAT BEGITU MENDAFTAR.

  • MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    INTERVIEW

    jawab BPJS Kesehatan. Itu kami selesaikan dengan sistem online, walaupun ada kritik bahwa tidak semua masyarakat bisa meng-gunakan sistem itu. Kami juga sudah buat channeling di kantor bank yang sudah bekerja sama, misalnya BRI. Seluruh kantor BRI bisa menjadi tempat mendaftar BPJS.

    Kalau di rumah sakit, kami akui, ada tiga titik yang membuat macet pelayanan. Pertama, pada saat akan memastikan pasien itu peserta BPJS atau bukan. Sebab, sebulan pertama ketika menjalankan program ini, beredar kartu palsu. Lalu kami bentuk BPJS Center di rumah sakit. Peserta memang bisa hingga dua jam antre, lalu ke admission rumah sakit, baru ma-suk poliklinik. Untuk mengurangi waktu an-trean di BPJS Center, kami jadikan satu dengan pendaftaran rumah sakit. Mengenai antrean di poliklinik, beberapa rumah sakit sudah menambah jumlah poli dan mendisiplinkan dokternya pada jam kerja.

    Di luar itu, penyakit yang tidak perlu pe-rawatan rumah sakit rujukan, ya, dirawat di rumah sakit yang levelnya di bawahnya. Kami mendorong pasien dirawat sesuai dengan ke-las rumah sakit. Kalau cuma kontrol hipertensi, misalnya, cukup di puskesmas.

    Soal keluhan dari rumah sakit yang mengaku terlambat menerima klaim?

    Sebetulnya rumah sakit dibayar paling

    Video

  • MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    INTERVIEW

    lambat sebulan setelah melayani. Misalnya rumah sakit melayani Februari, ya, dibayarnya Maret. Karena tagihannya pasti muncul di akhir Februari. Kami membayar 100 persen. Kalau rumah sakit terlambat menagihkan, ya BPJS pasti telat membayar. Kami dapat rapor merah kalau telat membayar. Kalau kami membayarnya lebih dari 15 hari sejak tagihan diterima lengkap, itu kena denda. Jadi sangat tidak mungkin BPJS telat membayar dan mau kena denda.

    Dengan jumlah peserta yang melonjak drastis sedangkan premi cukup kecil, ada kekhawatiran BPJS Kesehatan bisa bang-krut?

    Kalau BPJS bangkrut, undang-undang me-nyatakan pemerintah harus turun menyiapkan dana penyesuaian iuran, menyiapkan dana talangan, dan mengurangi manfaat. Ini kan program negara, jadi tidak mungkin (bang-krut). Tapi harus dicegah agar orang yang tidak berhak menggunakan layanan bisa ikut.

    Kami mendorong pasien dirawat sesuai dengan kelas rumah sakit. Kalau cuma kontrol hipertensi, misalnya, cukup di puskesmas.

    GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM

  • MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    INTERVIEW

    Nota kesepahaman dengan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia

    DOK. HUMAS BPJS KESEHATAN

    Ada wacana untuk segera menaikkan premi?

    Itu tahun depan. Kan harus masuk APBN 2016. APBN Perubahan 2015 sudah selesai. Dalam APBNP dimasukkan dana cadangan untuk menutup mismatch tahun 2015. Pada 2016, kita ingin lebih terstruktur, makanya kita usulkan penyesuaian iuran.

    Berapa besaran kenaikan premi nanti?BPJS tidak berada dalam posisi secara resmi

    mengusulkan iuran. Lembaga resminya adalah Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN). Tentu BPJS men-support karena kami yang memiliki data. Juga akan dibicarakan dengan Kemente-rian Kesehatan. Setelah itu akan dibicarakan lagi dengan Kementerian Keuangan.

  • MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    INTERVIEW

    Saat ini berapa besar dana dari iuran yang diterima dan klaim yang harus diba-yarkan?

    Kami mendapatkan Rp 38,6 triliun, semen-tara dana untuk membayar (klaim) sekitar Rp 40,8 triliun.

    Wah, defisit Rp 2,2 triliun, dong?Ini yang ramai isunya. Kami belum pernah

    menggunakan istilah defisit, yang ada adalah mismatch. Kenapa terjadi? Iuran itu yang menghitung DJSN. Pada 2012, menjelang transformasi Askes menjadi BPJS, berdasar-kan perhitungan DJSN, nilai iuran (premi) Rp 27.500. Tapi pemerintah menghitung, dan me-mutuskan Rp 19.225. Tapi kami sudah mem-prediksi potensi kekurangan, sehingga mem-persiapkan dana cadangan Rp 6 triliun. Jadi kami (sekarang) masih punya (dana cadangan) Rp 3,8 triliun berdasarkan arus kas 2014.

    Dana cadangan ini diambil dari mana?Kami bersyukur pembentukan BPJS Kesehat-

    an merupakan transformasi BUMN PT Askes

    Sangat tidak mungkin BPJS telat membayar (klaim rumah sakit) karena bisa kena denda.

    GRANDY ZAFNA/DETIKCOM

    INTERVIEW

  • MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    INTERVIEW

    menjadi badan hukum publik. Dana cadangan selalu disiapkan dalam asuransi. Plus ada dana cadangan eks Jamsostek yang digabungkan dengan kita.

    Apa solusinya agar dana cadangan tak tergerus bila tiap tahun digunakan?

    Tahun ini memang pendekatannya dana cadangan masih disiapkan lagi. Dalam rapat

    dengan Presiden, beliau memahami, untuk mengatasi ini, struktur iurannya harus diper-baiki. Selain itu, selama ini, untuk masyarakat tak mampu tak apalah begitu sakit dan masuk rumah sakit baru daftar jadi peserta BPJS atau adverse selection istilahnya. Tapi terhadap mereka yang mampu tentu akan kami tinjau ulang.

    Saya mendapat laporan dari Rumah Sakit

    Rapat kerja bersama Menteri Kesehatan Nila Moeloek dengan Komisi Kesehatan Dewan Perwakilan Rakyat

    DOK. HUMAS BPJS

  • MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    INTERVIEW

    Jantung Harapan Kita, banyak orang mampu menggunakan adverse selection ini. Dan me-reka justru mendapat cash back karena punya asuransi swasta. Jadi double claim. Kasus seper-ti ini akan kami cegah sehingga nantinya BPJS tidak bisa langsung digunakan begitu pasien mendaftar. Harus ada jeda waktu, misalnya seminggu kemudian. Di Jepang, yang asuransi sosialnya lebih tua, pun demikian.

    Dari rumah sakit sudah ada laporan kecurangan (fraud) mereka dalam meng-ajukan klaim?

    Kami bersyukur Kementerian Kesehatan mempunyai perhatian terhadap indikasi po-tensi kemungkinan fraud. Memang masalah ini harus dicek betul apakah itu benar fraud atau sekadar incorrect claim. Misalkan satu rumah sakit tidak punya alat untuk kateterisasi jantung atau pasang ring jantung tiba-tiba ada tagihan itu. Kalau ini kan kita bisa langsung warning, ini ada apa. Salah entry kode atau memang sengaja. Kalau diinvestigasi ternyata sengaja, baru kita audit secara khusus.

    Kami akan memperketat soal pelaporan klaim ini, dan sedang membangun sistem dengan Kementerian Kesehatan yang me-mungkinkan mengidentifikasi sinyal tak bisa begitu tagihan masuk. Lalu akan dibentuk tim independen untuk mengeceknya.

    Modus fraud biasanya seperti apa?Bisa berupa kesalahan memasukkan kode

    Penandatanganan Kesepakatan Bersama dengan LKPP tentang Kerja Sama Kelembagaan di Bidang Pengadaan Barang dan Jasa.

    DOK. HUMAS BPJS KESEHATAN

  • MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    INTERVIEW

    tapi berkali-kali. Kemudian memecah pelayan-an, dibuat dua atau tiga diagnosis.

    Pencegahannya?Ada verifikator di rumah sakit. Kalau terjadi

    permainan antara rumah sakit dan verifikator, kita bisa melihat secara sistem embedded. Tapi kan ada juga tim anti-fraud di bawah departe-men manajemen pelayanan kesehatan pada

    tiap cabang. Ini yang kemudian akan melihat verifikator kerja benar atau tidak. Laporan juga masuknya sudah harian dengan sistem online. Kan akan ketahuan, kalau suatu rumah sakit kemudian klaimnya naik tajam, kita bisa lihat apakah verifikatornya tidak bekerja baik atau rumah sakit yang tidak menerima verifikator-nya. Kalau rumah sakit terbukti melakukan fraud, kita putus kontrak. PASTI L. MAPPAPA

    Saya mendapat laporan dari Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, banyak orang mampu menggunakan adverse selection ini.

    Kompleks kantor BJPS Kesehatan, di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat

    GRANDY ZAFNA/DETIKCOM

  • MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    BIODATA

    NAMA: Dr dr Fahmi Idris, MKes

    TEMPAT/TANGGAL LAHIR: Palembang, 1 Februari 1968

    PENDIDIKAN Fakultas Kedokteran Universitas Sriwija-

    ya, Palembang, 1986-1993 Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

    Universitas Indonesia (lulusan terbaik), 1996-1998

    Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (cum laude), 1998-2003

    World Medical Association, Leadership Course, INSEAD University, Fontaineb-leau, Prancis, 2007

    Program Pendidikan Reguler Angkatan XLV Lemhannas RI (lulus dengan nilai tertinggi: sangat istimewa dengan puji-an), 2010

    PEKERJAAN Direktur Utama Badan Penyelenggara

    Jaminan Sosial Kesehatan, 2013-sekarang Dewan Komisaris PT Askes (Persero),

    2008-2013 Konsil Kedokteran Indonesia (mewakili

    unsur organisasi profesi-Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia), 2009-2013

    Ketua Umum PB IDI, 2006-2009 Dewan Pengawas Rumah Sakit Moh.

    Husin, Palembang, 2007-2011 Dosen mata kuliah kebijakan kesehatan

    Program Magister Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar, 2007-2009

    Dosen mata kuliah regulasi kesehatan Program MMR Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2006-2011

    Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Bidang Ilmu Kesehatan Masya-rakat/Kedokteran Pencegahan, 1997-Se-karang

    Kepala Puskesmas Makarti Jaya, Sung-sang, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan (dokter PTT), 1 Februari hingga 1 Juli 1995

    PENGHARGAAN Dosen Berprestasi, Fakultas Kedokteran

    Universitas Sriwijaya, 2005 Penghargaan Adi Satya Utama IDI, 2006

    Penghargaan Life Achievement Award dari Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia, Munas Yogyakarta, 2008

    Satyalancana Karya Satya X dari Presiden RI, 2010

    Salah satu lulusan terbaik peserta Pro-gram Pendidikan Re-guler Lemhannas RI XLV, 2010 (Predikat Andal-an)

    GR

    AND

    Y ZA

    FNA/

    DET

    IKC

    OM

  • MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    KOLOM

    OLEH: YENTI GARNASIH

    BIODATA

    Nama: Yenti Garnasih

    Tempat/Tanggal Lahir: Sukabumi, 11 Januari 1959

    Pendidikan: S-1 Fakultas Hukum Univer-

    sitas Pakuan, 1993 S-2 Fakultas Hukum Uni-

    versitas Indonesia, 1997

    REMISI pada dasarnya memang hak setiap narapidana tanpa kecuali. Tapi juga perlu dipahami bahwa hak tersebut tidak serta-merta bisa didapatkan. Ada sederet persyaratan yang harus dipenuhi, seperti berkelakuan baik dan yang bersangkutan menyesali perbuatannya. Di Indonesia dikenal berbagai macam remisi yang bisa diberikan kepada se-

    tiap narapidana, yaitu remisi umum (setiap Hari Kemerdekaan), remisi khusus (hari raya keagamaan yang dianutnya), dan remisi tambahan (memiliki prestasi atau jasa).

    Dengan banyaknya jenis remisi ini, seorang narapidana bisa hanya akan menjalani masa pemidanaan sekitar setengah dari vonis hakim. Pemberian re-misi kepada narapidana korupsi, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999, pada 2010 tercatat 341 orang mendapatkan remisi kemerdekaan dan pada 2011 sebanyak 600 orang. Jumlahnya 15 hari hingga 4 bulan.

    Dari fakta inilah antara lain terbit perubahan kedua atas PP Nomor 32/1999 menjadi PP Nomor 99/2012. Peraturan pemerintah ini antara lain mensyarat-

    BILA PEMENJARAAN KORUPTOR HANYA UNTUK PEMBINAAN, KORUPSI AKAN MAKIN MERAJALELA.

    DARURAT KORUPSI, KORUPTOR DIBERI REMISI

    ILUST

    RASI:

    EDI W

    AHYO

    NO

  • MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    KOLOM

    kan si narapidana bersedia menjadi justice collaborator yang harus dinyatakan secara tertulis dan ditetapkan oleh instansi penegak hukum. Atau telah mem-bayar lunas denda dan uang pengganti sesuai dengan putusan pengadilan.

    Pemberian remisi kepada narapidana yang memenuhi syarat tentu sangat bergantung pada penilaian petugas lembaga pemasyarakatan. Artinya, peng-awasan terhadap obyektivitas petugas lapas juga harus jadi evaluasi. Tanpa bermaksud menuduh, pernah terjadi adanya sel mewah, telepon seluler yang masuk lapas, izin berobat keluar dari lapas, dan lain-lain.

    Dari fakta-fakta tersebut, tidak mengherankan kalau menuai kontra dari sebagian besar masyarakat. Apalagi, bersamaan dengan wacana ini, muncul fakta beberapa pelaku pencurian yang jauh lebih ringan malah diperlakukan dengan sangat keras, seperti perkara Nenek Asyiani. Pada hakikatnya, korupsi juga pencurian, sama dengan kasus nenek tersebut, tapi ternyata hal ini tidak menjadikan pemikiran untuk pemberian keringanan.

    Kalau wacana revisi peraturan pemerintah seperti dilontarkan Menteri Hu-kum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly beberapa hari lalu untuk tujuan tidak diskriminatif (karena semua narapidana berhak mendapat remisi) dan kemudian alasan itu diperkuat dengan tujuan bahwa pemidanaan menjadi ha-nya pembinaan, apakah tepat? Bila memang hanya untuk tujuan pembinaan, akan berakibat semakin merajalelanya korupsi di Indonesia karena betapa enaknya hanya dimasukkan lapas dan dibina.

    Pemidanaan, yang juga merampas hak kemerdekaan, seharusnya dilakukan untuk mencapai tujuan maksimal dalam hal pemberantasan dan pencegahan korupsi. Artinya, jangan sia-siakan upaya negara yang telah dengan terpaksa merampas hak manusia tersebut tapi ternyata tidak menjerakan sebagai tuju-an yang sangat penting selain pembinaan.

    S-3 Fakultas Hukum Uni-versitas Indonesia, 2003

    Pekerjaan: Pengajar Hukum Pidana

    bidang Ekonomi dan Tindak Pidana Khusus Universitas Trisakti, Jakarta

    Direktur Eksekutif Pusat Riset Pencucian Uang dan Perampasan Aset Universitas Negeri Sebe-las Maret, Surakarta

    Pengajar Badan Pendidik-an dan Latihan Kejaksaan Agung

    Publikasi: Kriminalisasi Pencucian

    Uang (Money Launde-ring), Jakarta, Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003

  • MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    KOLOM

    Bagaimanapun, dengan adanya perubahan dari sistem penjara ke sistem lembaga pemasyarakatan, bukan berarti tujuan penjeraan tidak ada sama se-kali, meskipun benar bahwa pembalasan yang menjadikan ciri sistem pemen-jaraan tidak ada hasilnya. Tapi, kalau hanya pembinaan, justru akan menjadi pemanjaan terhadap pelaku. Hal ini bisa mengabaikan fungsi perlindungan terhadap korban perbuatan korupsi, yaitu masyarakat yang dirugikan. Karena ulah koruptor, mereka jadi miskin, mereka bodoh karena tidak ada fasilitas pendidikan, muncul persaingan usaha tidak sehat, demokrasi tercederai, dan pembangunan di segala bidang akan gagal.

    Sebagai penutup, untuk memberikan sumbang pemikiran atas wacana re-

    ILUST

    RASI:

    EDI W

    AHYO

    NO

  • MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    KOLOM

    visi peraturan pemerintah tentang pemberian remisi kepada koruptor, perlu dipikirkan bahwa bagi Indonesia, yang saat ini angka korupsinya sangat tinggi, penghapusan hak remisi bukan hal yang salah, karena tergantung kebutuhan negara tersebut. Yang penting, semangatnya untuk apa? Apakah mengakui adanya kedaruratan dan kemudian harus meniadakan atau sebaliknya justru melonggarkan.

    Permasalahan yang juga penting adalah sarana hukumnya harus tepat untuk memperkuat pemberian remisi tersebut. Tujuan pemidanaan, meskipun sudah pada era pemasyarakatan, bukan berarti hanya pembinaan (reformation), tapi masih ada kombinasi lain yang harus jadi muatan, yaitu rasa keterasingan (restrain) dan penjeraan (deterrence), baik untuk membuat kapok maupun mencegah orang lain melakukan korupsi.

    Dalam sistem pemasyarakatan, hanya tujuan pembalasan/penderitaan fisik (retribution) yang hilang, tapi penjeraan (penestapaan perasaan) tetap harus ada. Bila tidak, tentu tidak menjerakan, karena hanya pindah tempat dan tidak boleh keluar serta mendapat pembinaan. Tentu ini tidak sebanding dengan perbuatannya, meski tidak bermaksud pada tujuan pembalasan yang telah ditinggalkan sejak akhir abad ke-19. n

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    FOKUS

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    ABRAHAM SAMAD AKHIRNYA BERHENTI PUASA BICARA. MENGAKU TAK INGIN LAGI MEMIMPIN KPK, SAMAD

    TENGAH MENYIAPKAN SENJATA BUAT PERTEMPURAN MELAWAN KRIMINALISASI.

    SAMAD SIAP PERANG

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    ABRAHAM Samad tidak juga ber-anjak meski jemaah jumatan ber-duyun-duyun meninggalkan Masjid Al-Ghoni di Jalan Kayu Putih Utara III-C, Pulogadung, Jakarta Timur. Masjid yang berjarak sekitar 300 meter dari rumah Samad itu sudah hampir kosong, tapi ia masih bersujud dan khusyuk berdoa.

    Ditemani putra bungsunya, Yasin Rantisi, Sa-mad datang ke masjid ini diantar sopir dengan mengendarai Toyota Fortuner. Ia memilih me-

    nyelipkan diri di saf tengah. Seusai salat pada Jumat, 20 Oktober 2015 itu, Samad bergegas pulang.

    Sebulan sudah lewat sejak Samad nonaktif sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi dan digantikan sementara oleh Taufiequrach-man Ruki. Selama itu pula Samad jarang mun-cul di muka publik dan menampik permintaan wawancara dari media.

    Pak Samad lebih memilih (fokus) di kasus-nya, kata Wakil Ketua KPK nonaktif, Bambang Widjojanto. Saya juga di kasus, tapi juga ber-komunikasi dengan publik.

    Namun, sekitar dua jam sebelum jumatan itu, Samad membatalkan puasa bicara kepada media dengan membuka pintu rumahnya buat majalah detik. Hari itu wajah Samad hampir sepucat kemeja koko putih yang dikenakannya. Perawakannya lebih kurus.

    Ketika diperiksa di Kepolisian Daerah Sula-wesi Selatan dan Barat pada akhir Februari 2015, Samad memang sempat mengeluh perutnya sakit. Pemeriksaan kasus dugaan pemalsuan dokumen kependudukan Feriyani Lim itu ter-

    FOKUS

    Abraham Samad (berkopiah putih) di tengah jemaah salat Jumat di Pulogadung, Jakarta Timur, Jumat (20/3).

    RENGGA SANCAYA/DETIKCOM

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    FOKUS

    paksa dihentikan.Enggaklah, saya sehat, ujarnya. Kebugaran

    Samad memang mendadak kembali saat diajak bicara soal pemberantasan korupsi dan kasus hukum yang membelitnya.

    Hanya, Samad memang sengaja tidak mau membahas topik yang disukainya itu di ruang publik. Nanti orang sangka saya cari populari-tas, nanti dianggap bermanuver-manuver lagi, katanya.

    Bagi Samad, popularitas kini tidak terlalu penting karena ia tak lagi berniat memimpin

    lembaga antirasuah itu. Saya tidak pernah berniat untuk maju kembali, kata doktor ilmu hukum dari Fakultas

    Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar, ini.Puasa bicara itu dilengkapi Samad deng-

    an menyepi ke rumah mertuanya di Cimahi, Bandung. Waktu luang di Cimahi dihabiskan dengan bermain di sungai bersama anak-anak.

    Samad juga baru berangkat ke gedung KPK setelah mengantar anak-anaknya ke sekolah. Meski nonaktif, Ruki mengatakan, Samad dan Bambang tetap diberi akses masuk gedung

    KPK, tapi tidak lagi ikut menangani perkara ko-rupsi. Mereka mengatakan memerlukan akses buat ke perpustakaan, menyusun pembelaan, juga bertemu dengan kawan-kawan mereka, tutur Ruki.

    Setidaknya tiga hari sekali Samad berada di KPK buat membahas kasusnya dengan Biro Hukum KPK dan tim pengacaranya. Kalau mendesak, bisa setiap hari, kata Boedi Wid-jarjo, yang jadi koordinator penasihat hukum Samad.

    Selain jadi tersangka kasus pemalsuan do-kumen, Samad dilaporkan ke polisi dengan tuduhan melanggar Undang-Undang KPK. Ada juga kasus kepemilikan senjata api yang disebut polisi tidak berizin.

    Namun penyelidikan terhadap Samad dise-top sementara setelah Ruki menyurati Mabes Polri. Ruki juga melobi langsung Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Budi Waseso agar menangguhkan pemeriksaan. Jangan terus dipanasin begini. Mereka (polisi) sih sudah bilang oke, kata Ruki.

    Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Badro-

    FOKUS

    Saya tidak pernah berniat untuk maju kembali.

    Abraham Samad

    RENGGA SANCAYA/DETIKCOM

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    din Haiti menegaskan pemeriksaan terhadap kasus Samad dan Bambang ditunda satu hingga dua bulan. Badrodin menyatakan penundaan itu juga tidak lepas dari kehendak Presiden Joko Widodo, yang mendesak kriminalisasi terhadap pimpinan KPK dihentikan.

    Namun rekan separtai Jokowi, Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Hasto Kristiyanto, me-nilai imbauan Presiden dan tindakan Ruki itu merupakan intervensi terhadap proses hukum.

    Ia mendesak polisi meneruskan kasus penya-lahgunaan wewenang Samad.Boleh saja coo-ling down untuk mengurangi pernyataan yang kontroversial ke publik, tapi jangan dimaknai penghentian penyelidikan, kata Hasto. Tidak ada satu pihak pun yang bisa menghentikan proses penyidikan. Biarlah hukum berjalan tanpa intervensi.

    Komjen Budi Waseso menegaskan kasus Sa-mad tidak akan dihentikan. Jalan terus! Kasus Pak BW dan AS jalan terus, maju!

    Sembari menyeruput teh melati di ruang tamu rumahnya di bilangan Rawamangun, Samad merunut serangan-serangan yang di-arahkan kepadanya. Mulai beredarnya foto mesra dengan Puteri Indonesia Elvira Devina-mira, foto mesum dengan Feriyani Lim, hingga permintaannya dijadikan calon wakil presiden seperti yang dibeberkan Hasto.

    Tapi ia yakin semua kasus itu bakal bergugur-an satu per satu. Saya tidak pernah gelisah

    FOKUSFOKUS

    Ketua KPK nonaktif, Abraham Samad, seusai pemeriksaan kasus pemalsuan dokumen kependukan di Polda Sulawesi Selatan dan Barat, Makassar, Februari lalu. Pemeriksaan dihentikan karena Samad mengeluh sakit.

    SAHRUL MANDA TIKUPADANG/ANTARA

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    dengan isu perempuan, karena istri saya tetap percaya sama saya, kata Samad. Kamu mau bawa foto saya tidur dengan orang lain ke istri saya, dia enggak akan percaya.

    Bahkan sang istri, Indriana Kartika, akan jadi senjata Samad buat mematahkan kasus pemalsuan dokumen seandainya nanti ber-lanjut ke pengadilan. Samad menjelaskan, istrinya akan menguatkan keganjilan krono-logi waktu dalam kasus pemalsuan dokumen Feriyani Lim.

    Penyelidikan kasus dokumen palsu berawal dari laporan Chairil Chaidar Said tentang peran Samad memasukkan nama Feriyani ke kartu keluarganya

    untuk membuat paspor pada 2007. Pada kartu keluarga itu disebutkan alamat mereka adalah Jalan Boulevard Ruby II Nomor 48 RT 003 RW 005, Kecamatan Panakkukang, Makassar.

    Samad mengakui pernah tinggal di ruko Jalan Boulevard Ruby pada 1999, tapi hanya sekitar dua bulan. Setelah itu ia pindah ke Jalan Mapa-la Raya, sehingga kartu keluarganya otomatis memakai alamat baru.

    Ruko itu, kata dia, masih dipakai buat bisnis is-trinya, tapi dijual pada Januari 2006. Dokumen penjualan ruko itu pun masih dipegangnya. KK (Feriyani) itu terbit pada 2007, bagaimana pula?

    Bagi Samad, tidaklah masuk akal Feriyani, yang tidak dikenalnya dan menetap di Jakarta, tiba-tiba jauh-jauh terbang ke Makassar untuk minta bantuannya. Abraham Samad bukan siapa-siapa pada 2007, siapa Abraham Samad (sampai Feriyani) jauh-jauh cari saya untuk berselingkuh, ujarnya.

    Kemunculan Feriyani yang mendadak itu dirasa Samad mirip dengan mencuatnya nama caddy Rani dan dugaan perselingkuhannya dengan bekas Ketua KPK Antasari Azhar, yang terjerat kasus pembunuhan berencana. Bagi Samad, semua itu direkayasa agar citranya makin terpuruk di tengah belitan kasus hukum yang dihadapi.

    Percayalah, saya bukan malaikat, tapi (saya) yakinkan kepada Anda semua, saya tidak sebe-jat yang dituduhkan, kata Samad. Saya tidak sebejat itu dan tidak mungkin saya melakukan

    FOKUS

    Jalan terus! Kasus Pak BW dan AS jalan terus, maju!

    Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Komjen Budi Waseso

    LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    FOKUS

    hal-hal seperti itu.Samad juga menegaskan tidak menyalahgu-

    nakan wewenang demi mendapat kursi wakil presiden.

    Ketua KPK Watch Indonesia M. Yusuf Sahide melaporkan Samad ke polisi setelah muncul artikel berjudul Rumah Kaca Abraham Samad di situs Kompasiana.com.

    Tulisan itu menyebut pria kelahiran Makassar ini menjanjikan keringanan hukuman bagi politikus PDI Perjuangan, Izedrik Emir Moeis, jika dijadikan

    calon wakil presiden. Hasto juga membeberkan, Samad menemuinya dengan mengenakan topi dan masker guna melobi agar dijadikan pendam-ping Jokowi.

    Sebaliknya, Samad merasa partailah yang ramai-ramai merayunya jadi calon RI-2. Ia me-rujuk pada partai yang menyandingkan fotonya dengan calon presiden mereka.

    Bahkan Prabowo (Subianto) juga sudah ada kan memasang foto saya sebagai wakilnya, kata Samad. Ini kan susah kalau bilang saya

    FOKUS

    Data kependudukan Feriyani Lim di Kebayoran Baru, Jakarta

    DOK. DETIKCOM

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    yang inisiatif.Jika bertemu dengan politikus disebut me-

    nyalahi kode etik, Samad mengatakan, sebagai pimpinan KPK ia malah tidak mungkin bisa ste-ril dari partai politik. Apalagi ia kerap diundang berceramah dalam pertemuan partai.

    Saban kali didapuk jadi pembicara, Samad se-lalu diberi ruang khusus buat persiapan dan di sana pasti bertemu dengan politikus. Menurut saya, tidak ada masalah di situ, bukan kejahatan yang dibicarakan, tuturnya.

    Bagi Samad, tidak ada pula yang istimewa dengan topi dan masker karena ke mana pun ia pergi pasti mengenakannya. Adalah Bambang Widjojanto, kata Samad, yang mengajarkan itu sebagai trik menghindari kerepotan harus bersalaman dan berbasa-basi dengan banyak orang. Jadi saya biasa seperti itu, biar jenggot-nya enggak kelihatan, ujarnya berseloroh

    Semua kasus hukum yang membelitnya dini-lai Samad sebagai upaya balas dendam terha-dap getolnya KPK mencegah korupsi di bidang

    FOKUSFOKUS

    Spanduk dukungan kepada Prabowo Subianto dan Abraham Samad yang dibuat simpatisan Prabowo menjelang pilpres 2014.

    LAMHOTARITONANG/DETIKCOM

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    industri sumber daya alam. KPK, kata dia, ber-ada di balik pencabutan 400 izin pertambang-an dan ikut menekan setoran perusahaan ke negara.

    Samad mengklaim, dalam sebulan, langkah KPK itu meningkatkan pendapatan negara bu-kan pajak hingga Rp 7 triliun. Ketika KPK masuk ke sektor itu, mereka terganggu dan mencoba menghadapi KPK. Itu analisis saya.

    Meyakini kasus-kasus yang menimpa pim-pinan KPK hanyalah rekayasa, Samad kecewa

    pemerintah hanya mengimbau polisi menyetop sementara pemeriksaan kasusnya. Pemerintah, kata Samad, semestinya bisa melihat mana yang merupakan upaya kriminalisasi dan tidak membiarkannya.

    Saya mengistilahkan tidak ada lagi yang tersisa untuk kami, semua sudah kami serahkan kepada negara, kata Samad. Tapi, pada saat yang bersamaan, saya sedih ketika negara tidak memberikan perlindungan ketika kami meng-hadapi permasalahan.

    Ketua KPK Abraham Samad berpose dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri setelah jadi pembicara soal pemberantasan korupsi pada Rakernas III PDIP di Jakarta, September tahun lalu.

    M. AGUNG RAJASA/ANTARA

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    Perintah Jokowi buat menghentikan krimina-lisasi pimpinan KPK memang diinterpretasikan secara berbeda. Polisi menerjemahkannya se-bagai penundaan penyelidikan, sedangkan Tim 9 bentukan Jokowi, yang bertugas menyelesai-kan kisruh Polri-KPK, mengartikannya sebagai perintah penghentian proses hukum.

    Ketua Tim 9 Syafii Maarif menilai polisi me-maksakan diri mencari-cari kesalahan pimpinan KPK. Sejak kasus BG, polisi sangat emosional, ujarnya.

    Jika proses hukum terus berjalan, mau tidak

    mau Samad harus menyiapkan diri beperkara di pengadilan. Peluang kasus Samad melaju ke meja hijau tampaknya cukup besar karena Ke-pala Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Anton Charliyan menyatakan penyelidik sudah meng-antongi cukup bukti buat menjerat Samad dalam kasus pemalsuan dokumen dan penya-lahgunaan wewenang pimpinan KPK.

    Jika terbukti bersalah dalam kasus pemal-suan dokumen, ada ancaman pidana penjara maksimal 8 tahun. Sedangkan dalam kasus penyalahgunaan wewenang, Undang-Un-dang KPK menyebut hukuman bui maksimal 5 tahun.

    Anton mengatakan hingga kini polisi masih mendalami aduan Ketua Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia Moch. Mashur mengenai pistol Sig Sauer kaliber 32 milik Samad. Mas-hur menyatakan izin pistol hibah dari Komjen Suhardi Alius itu sudah kedaluwarsa.

    Jika kasus kepemilikan pistol ini diteruskan oleh polisi, Samad berpeluang dijerat dengan Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951, yang menyebutkan hukuman maksimal kepe-

    Abraham Samad di rumahnya, Rawamangun, Jumat (20/3)

    RENGGA SANCAYA/DETIKCOM

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    milikan senjata api tanpa izin adalah penjara maksimal seumur hidup atau hukuman mati.

    Menghadapi semua ancaman itu, Samad mengaku punya senjata. Soal Feriyani Lim, misalnya, Samad menyatakan sudah mengen-dus siapa di balik kemunculan perempuan asal Pontianak itu. Sedangkan soal penyalahgunaan wewenang, ia masih menyiapkan senjata buat

    mematahkan tudingan itu.Jadi kenapa saya menahan diri tidak bi-

    cara, karena saya merancang peperangan saya, kata Samad. Dipikir saya enggak pu-nya (senjata), saya kan lawyer, jadi saya ngerti

    peperangan itu. IRWAN NUGROHO, ARYO BHAWONO, IBAD

    DUROHMAN, MONIQUE SHINTAMI, BAHTIAR RIFAI, ISFARI HIKMAT, M. IQBAL, IDHAM KHALID | OKTA WIGUNA

    FOKUSFOKUSFOKUS

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    Hakim Sarpin Rizaldi saat membacakan putusan pembatalan status tersangka yang ditetapkan KPK kepada Komjen Budi Gunawan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (16/2).

    HAFIDZ MUBARAK A. /ANTARA

  • FOKUS

    OKTA WIGUNA | SUMBER: BNN, PUSLITKES UI | INFOGRAFIS: MINDRA PURNOMO

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    SETELAH SAMAD PERGI

    KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI seolah direm setelah ditinggalkan oleh Abraham Samad dan Bambang Widjojanto. Pelaksana Tugas Ketua KPK Taufiequrachman Ruki memang menyatakan akan berfokus menyelesaikan kasus yang mandek pada penyidikan ketimbang menetapkan tersangka baru.

    Berikut ini perubahan, polemik, dan problem yang dialami KPK sejak dilantiknya Ruki, Indriyanto Seno Adji, dan Johan Budi Sapto Prabowo sebagai pimpinan sementara.

    KPK

    Sutan Bhatoegana

    Hadi Poernomo

    Suryadharma Ali

    Per 10 Maret 2015, KPK melimpahkan kasus dugaan gratifikasi Komisaris Jenderal Budi Gunawan ke Kejaksaan Agung. Kejaksaan menyerahkan penanganannya kepada Bareskrim Polri. Untuk satu kasus ini, kami KPK terima kalah, kata Ruki.

    KPK LEPAS KASUS BUDI GUNAWAN

    Wadah Pegawai KPK mendemo pimpinan sementara KPK karena mengoper kasus Komjen Budi Gunawan ke Kejaksaan Agung.

    Karyawan juga meminta KPK mengajukan peninjauan kembali atas putusan pembatalan status tersangka Komjen Budi oleh

    Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

    Para tersangka korupsi yang ditangani KPK ramai-ramai mengajukan gugatan praperadilan.

    Mereka antara lain mantan Menteri Agama Suryadharma Ali, mantan Ketua Komisi VII DPR Sutan

    Bhatoegana, dan mantan Ketua BPK Hadi Poernomo.

    Ruki menghapus pembagian tugas pimpinan KPK. Sebelumnya, pimpinan KPK dibagi tugasnya dalam bidang penindakan dan pencegahan.

    DEMO PEGAWAI KPK

    PEROMBAKAN TUGAS PIMPINAN KPK

    TERSANGKA KPK AJUKAN

    PRAPERADILAN

    KPK membentuk tim jaksa buat menghadapi gugatan praperadilan penetapan tersangka. Ruki menyurati MA agar menolak gugatan praperadilan.

    Ruki menyatakan KPK akan berfokus pada kasus-kasus yang mandek di tingkat

    penyidikan, seperti kasus pajak Bank BCA dengan tersangka mantan Dirjen

    Pajak Hadi Poernomo. Total ada 36 kasus yang harus kelar dalam 10 bulan masa

    pimpinan sementara.

    KPK MINTA MA TOLAK GUGATAN PRAPERADILAN

    KPK menetapkan tiga tersangka korupsi baru dalam kasus suap Bursa Berjangka Jakarta, satu tersangka kasus korupsi pembangunan Wisma Atlet SEA Games Palembang, dan satu tersangka dalam suap izin pengembangan kawasan wisata Lombok Barat, yakni Bupati Lombok Barat Zaini Arony.

    PENETAPAN LIMA TERSANGKA BARU

    KRIMINALISASI PENDUKUNG KPK

    KRIMINALISASI NOVEL BASWEDANPolri meneruskan penanganan kasus penyelidik KPK, Novel Baswedan, dalam kasus dugaan penganiayaan hingga meninggal terhadap seorang pencuri sarang burung walet. Novel dibidik sejak menangani kasus korupsi alat simulator surat izin mengemudi yang melibatkan Kepala Korps Lalu Lintas Polri Inspektur Jenderal Djoko Susilo pada 2012.

    FOKUS PADA TUNGGAKAN 36 KASUS

    Pendukung KPK yang vokal saat komisi antirasuah ini berseteru dengan Komjen Budi Gunawan dilaporkan ke polisi dan hingga kini

    penyelidikannya terus berjalan. Mereka yang dibidik antara lain mantan Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana, mantan Ketua PPATK

    Yunus Husein, dan majalah Tempo.

    UJI MATERI UU KPKUndang-Undang KPK digugat ke Mahkamah Konstitusi oleh Forum Kajian Hukum dan Konstitusi. Penggugat

    minta uji materi terhadap Pasal 32 Ayat 2 UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK, sehingga nantinya pimpinan KPK yang diberi status tersangka tidak boleh diberhentikan sementara ataupun secara tetap.

    Zaini Aron

  • MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    FOKUSFOKUS

    MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    CINTA & BAHAYA SAMAD

    ABRAHAM SAMAD SUDAH TERBIASA MENEROBOS BAHAYA. IA PERNAH DITAHAN

    TENTARA. BAHKAN PERNIKAHANNYA TERJADI DALAM KONDISI MENCEKAM.

  • MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    FOKUS

    TAHUN 1987. Ujungpandangkini MakassarSulawesi Selatan, dilanda peristiwa berdarah. Unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa memakan korban. Tiga mahasiswa tewas terkena timah panas aparat saat memprotes aturan nasional tentang pemakaian helm bagi pengendara se-peda motor. Bagi sebagian masyarakat kala itu, helm dianggap bukan alat keselamatan ber-kendaraan, bahkan mengganggu kenyamanan.

    Selain korban tewas, banyak mahasiswa yang diseret tentara ke bui. Salah satunya Abraham

    Samad. Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam Fakultas Hukum Universitas Sultan Hasanud-din, Makassar, itu diinterogasi dengan tekanan. Beruntung, ia hanya mendekam satu hari di penjara.

    Aparat, setelah tahu ayah Samad, Andi Samad (almarhum), adalah seorang tentara pejuang 45 yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Makassar, melepaskan Abraham Samad. Ya sudah, kau (Samad) keluar lewat sana, suruh aparat itu seperti ditirukan Samad, pimpinan KPK yang nonaktif sejak sebulan lalu.

    Abraham Samad dan Bambang Widjojanto saat melakukan gelar barang bukti sitaan KPK di hadapan wartawan.

    LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM

  • MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    FOKUS

    Selepas kuliah pada 1996, Samad, yang se-dari kecil bercita-cita jadi advokat, mengambil profesi sebagai pengacara sembari menjadi pegiat antikorupsi di Makassar. Pria kelahiran 27 November 1966 itu mendirikan Anti-Cor-ruption Committee, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang antikorup-si di Makassar. Pergaulan Samad dikenal cukup luas, termasuk dengan para jurnalis. Namanya banyak menghiasi media massa lokal.

    Samad berkawan baik dengan dua pemuda

    Makassar lainnya, Supriansa dan Zainal Tahir. Supriansa seorang advokat dan pendiri LSM antikorupsi di Makassar, Masyarakat Intelektual Law. Sedangkan Zainal adalah mantan jurnalis dan anggota Komisi Pemilihan Umum Daerah Gowa. Belakangan, keduanya menjadi aktor pembongkar kasus Samad, yang berujung pada penonaktifannya dari kursi Ketua KPK.

    Pada 1998, Samad menikahi Indriana Kartika, putri seorang tentara, yang juga bangsawan asal Cimahi, Bandung. Mereka berkenalan saat kuliah di Universitas Hasanuddin. Samad anak Fakultas Hukum, sedangkan Indriana dari Fa-kultas Sastra. Mereka menikah tanpa pacaran terlebih dulu.

    Ia mengisahkan, pernikahannya berlangsung tepat ketika terjadi kerusuhan Mei 1998. Ia ha-rus berangkat ke Cimahi dalam situasi jalanan yang mencekam. Sewaktu saya lewat tol itu dari Jakarta ke Bandung enggak bayar, karena kan tolnya sudah hancur berantakan, katanya sambil tertawa.

    Bagi Samad, sang istri sangat mengenal dan mempercayai dirinya. Sang istri tidak gampang

    Samad seusai salat Jumat di masjid dekat kediamannya, Jakarta, (20/3).

    RENGGA SENCAYA/DETIKCOM

    FOKUSFOKUSFOKUS

  • MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015

    FOKUS

    termakan isu yang menimpa Samad. Dari pernikahannya tersebut, Samad dikaruniai dua orang anak, yakni Nasya Tahira (SMA) dan Syed Yasin Rantisi (SD). Nama anak keduanya itu merupakan gabungan nama dua tokoh spiritual gerakan pembebasan Palestina, Hamas: Syekh Ahmad Yasin dan penggantinya, Abdul Aziz Rantisi. Syekh Ahmad Yasin adalah pimpinan Hamas yang selalu duduk di kursi roda. Dia dirudal Amerika, ucap Samad.

    Meski terkenal di Makassar, Samad adalah nama yang cukup asing saat menjadi salah satu

    peserta seleksi pimpinan KPK periode 2011-2015. Tak dinyana, dengan dukungan partai besar, seperti PDI Perjuangan dan Partai Gol-kar, Samad memperoleh suara paling banyak dibanding calon lainnya yang namanya lebih moncer. Dari 56 suara anggota Komisi III DPR, ia mengantongi 43 suara. Aku dari dulu orang biasa. Kebetulan saja terpilih jadi Ketua KPK. Rezeki, ujarnya.

    Dilantik sebagai Ketua KPK pada 16 Novem-ber 2011, Samad langsung membuat kontro-versi. Ia menetapkan mantan Puteri Indonesia yang juga