2015 NLKPI Maret-April Web
-
Upload
justinusisbani -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
Transcript of 2015 NLKPI Maret-April Web
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
1/44
1PENYIARANKITA | Maret - April 2015
MONITOR SIARAN DINAMIKA SIARAN KPI DAERAH
KPI Sebaiknya di Bawah
Presiden
KPID Sulteng Ajak Diet
Nonton TV
KPU Diingatkan Gandeng
Lembaga Penyiaran Resmi
PENYIARANKITAJadikan Penyiaran Indonesia yang Sehat, Bermanfaat dan Bermartabat
Maret - April 2015
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
2/44
2 PENYIARANKITA | Maret - April 2015
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
3/44
3PENYIARANKITA | Maret - April 2015
PENYIARANKITA
Edisi Maret - April 2015DAFTAR ISI
LAPORAN UTAMA MONITOR SIARAN
DINAMIKA SIARAN
OPINI
KPI DAERAH
LAPORAN KHUSUS
SINERGI
5
8
33
Jadikan Penyiaran Indonesia yang Sehat,
Bermanfaat dan Bermartabat
11. Menkominfo Yakin Undang-Undang Penyiaran
Selesai Dibahas Tahun 2015
12. Pembukaan Rakornas 2015 dan Peluncuran
Survei indeks Kualitas Program Siaran Televisi
13. Berita Acara Rakornas KPI 2015
16. Galeri Rakornas KPI 2015 dan Peringatan
Harsiarnas Ke-82
7. Penyamaan Persepsi Peraturan Penyiaran
34. AJI Dukung Penguatan
Kelembagaan KPI dalam Revisi UU
Penyiaran
35. Ajak Masyarakat Cerdas Bermedia,
KPI Gelar FMPP di Ambon
20. Siarkan Perkataan
Kasar dan Kotor, KPI
sanksi Kompas TV
21. KPI Sebaiknya di
Bawah Presiden
23. Penyiaran Harus
Dapat Memediasi
Perbedaan Antar
Bangsa
36. Pelatihan Literasi
Media di Kabupaten
Dompu NTB
37. KPID Sulteng Ajak
Diet Nonton TV
38. Siaran Lokal Wajib
Masuk Ruang Publik
Gorontalo
24. Arah Revisi UU
Penyiaran?
27. Ancaman Politik
dan Ekonomi
yang Tidak
Dikhawatirkan
Kulit Muka:
Subagus Indra
Sumber:
www.thinkhandy.com
Sekolah P3 SPS:
Internalisasi
Regulasi
Penyiaran
Melihat Kualitas
SDM Penyiaran
Indonesia
KPI Gandeng
Perguruan Tinggi
Negeri Untuk Survey
Kepemirsaan
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
4/44
4 PENYIARANKITA | Maret - April 2015
Penanggung Jawab:Judhariksawan
Dewan Redaksi:Idy Muzayyad, BektiNugroho, SujarwantoRahmatMuhammad Arifin, AgathaLily, Azimah Subagijo,Amirudin, Danang Sangga
Buwana
Pemimpin Redaksi:Fajar Arifianto Isnugroho
Redaksi:Ira Naulita, Islahudin,Mohammad Yusuf,Achmad Zamzami,Moh. Nur Huda, IntantriKusmawarni, Arie Andika
Desain Grafis:Subagus Indra Pratama
Fotografer:Rianzi Gautama
Produksi:Maruli Matondang,Budi Taruna, Afrida BerliniDiproduksi olehKomisi Penyiaran indonesiaPusat
Alamat:Jalan Gajah Mada No. 8Jakarta Pusat 10120
Faks:021 - 6340667
Telp:021 - 6340713
KPI
KOMISI PENYIARAN INDONESIA
Lembaga Negara Independen
@KPI_Pusat
Komisi Penyiaran Indonesia Pusat
www.kpi.go.id
PENYIARANKITA
DARI REDAKSI
SUSUNAN REDAKSI
Komisi Penyiaran Indonesia mendirikan Sekolah P3 SPS!Ya. Sekolah P3 SPS. Isinya proses belajar mengajar
mengenai isi dari Buku Putih KPI tentang pedoman
lembaga penyiaran dalam membuat program siaran.
Baik secara etika (Pedoman Perilaku Penyiaran) maupun teknis
program (Standar Program Siaran). Masyarakat pun antusias
dengan adanya Sekolah P3 SPS ini, terlihat dari penyelenggaraan
Angkatan I Sekolah P3 SPS yang berjalan lancar. Bahkan sebelum
Angkatan I berakhir, pendaftaran peserta hingga angkatan III
sudah terisi. Terima kasih atas segala atensinya.
Atas kelancaran tersebut kami menyampaikan terima kasih
kepada Anggota Komisi I DPR RI Arif Suditomo yang hadir
memberikan kuliah umum. Bercerita dan berbagi pengalamannyaselama bekerja di lembaga penyiaran dan di lembaga legislative.
Yang mengejutkan buat Kami adalah kehadiran Menteri
Komunikasi dan Informatika RI Bapak Rudiantara di Kantor KPI
Pusat dan bahkan sempat memberikan sambutan di sela-sela
berjalannya Sekolah P3 SPS.
Sekolah P3 SPS merupakan salah satu upaya KPI untuk
menciptakan penyiaran yang sehat dan berkualitas dari segi
hulu. Yakni dari segi kualitas sumber daya manusia nya mulai
dari tingkat produser, quality control, kameraman, dan lain
sebagainya. Selain itu, pembinaan terhadap tenaga teknis
lapangan Lembaga Penyiaran sering dilakukan. KPI juga sedang
membahas standar profesi SDM penyiaran. Sehingga, programsiaran yang dihasilkan tidak hanya menghibur tapi juga sehat
dan mendidik. Ini yang kadang dilupakan oleh SDM Penyiaran di
lapangan.
Sementara dari segi hilir KPI sudah sering memberikan sanksi
kepada Lembaga Penyiaran yang melanggar regulasi penyiaran.
Seperti yang dilakukan KPI pada bulan Maret April 2015, KPI
memberikan 73 Sanksi (Maret 42 sanksi dan April 31 sanksi).
KPI juga menyampaikan surat himbauan kepada lembaga
penyiaran agar berhati-hati dalam menyampaikan pemberitaan
praktek prositutusi, menyiarkan iklan investasi, penampilan
pembawa acara wanita yang berpakaian mini, ketat dan kurang
pantas.Tidak lupa kami sampaikan pula pada Edisi kali ini
penyelenggaraan Rapat koordinasi Nasional KPI Pusat
KPI Daerah dan Peringatan Hari Penyiaran Nasional yang
berlangsung di Makassar Sulawesi Selatan. Rakornas Makassar
fokus membahas masukan Revisi Undang-Undang No. 32 Tahun
2002 tentang Penyiaran. Sementara itu, Harsiarnas Ke-82 di
Makassar adalah yang pertama kalinya dilakukan di area terbuka
yakni di Pantai Losari. Harsiarnas memberikan apresiasi kepada
tokoh masyarakat yang memberikan kontribusi demi terciptanya
penyiaran yang sehat.
Selamat membaca newsletter edisi ini. Salam Penyiaran
Indonesia!!!
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
5/44
5PENYIARANKITA | Maret - April 2015
LAPORAN UTAMA
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
6/44
6 PENYIARANKITA | Maret - April 2015
Penyelenggaraanpenyiaran di
Indonesia telah
ditetapkan arahnya
dalam undang-undang
nomor 32 tahun 2002
tentang penyiaran. Yakni untuk
menjunjung tinggi pelaksanaan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun
1945; menjaga dan meningkatkan
moralitas dan nilai-nilai agamaserta jati diri bangsa; meningkatkan
kualitas sumber daya manusia;
menjaga dan mempererat persatuan
dan kesatuan bangsa; meningkatkan
kesadaran ketaatan hukum dan
disiplin nasional; menyalurkan
pendapat umum serta mendorong
peran aktif masyarakat dalam
pembangunan nasional dan daerah
serta melestarikan lingkungan hidup;
mencegah monopoli kepemilikandan mendukung persaingan
yang sehat di bidang penyiaran;
mendorong peningkatan kemampuan
perekonomian rakyat, mewujudkan
pemerataan, dan memperkuat daya
saing bangsa dalam era globalisasi;
memberikan informasi yang benar,
seimbang, dan bertanggung jawab;
dan memajukan kebudayaan
nasional.
Atas sepuluh hal diataslah,seharusnya seluruh pekerja di dunia
penyiaran melandaskan kerjanya.
Evaluasi dari Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI) selama tahun 2014
justru menunjukkan keberlangsungan
penyiaran melalui program-program yang dibuat, justru
belum sinkron dengan arah
diselenggarakannya penyiaran
seperti yang dimaksud regulasi.
Jumlah sanksi yang dilayangkan
KPI kepada lembaga penyiaran,
meningkat pesat menjadi 184,
dari 108 sanksi di tahun 2013.
Sanksi tersebut didominasi oleh
pelanggaran atas kepentingan
publik, pelanggaran atas asasnetralitas isi siaran, serta
pelanggaran atas perlindungan
anak.
Berbagai upaya telah
dilakukan KPI untuk
membersihkan ruang siar dari
muatan-muatan yang melanggar
Pedoman Perilaku Penyiaran dan
Standar Program Siaran (P3 &
SPS) itu. Diantaranya dengan
memberikan pembinaan dansosialisasi P3 & SPS kepada
para pekerja televisi dan radio.
Namun demikian, upaya
perbaikan tersebut tidak berhenti
pada dua hal tersebut saja. KPI
berinisiatif meluncurkan program
Sekolah P3 &SPS sebagai upaya
membumikan nilai-nilai peraturan
penyiaran yang selama ini
dijadikan pedoman menilai isi
siaran dalam bentuk pelatihanbimbingan teknis.
Komisioner KPI Pusat yang
juga Kepala Sekolah P3SPS
Sujarwanto Rahmat Arifn
mengatakan, dengan Sekolah
P3SPS, KPI langsung mengundang
seluruh elemen penyiaran untuk
mengikuti pelatihan bimbingan
teknis pedoman yang selama ini
kita gunakan. Rahmat mengakui,
masih banyak pelaku danpraktisi penyiaran yang belum
paham betul tentang P3 & SPS.
Sehingga, Sekolah P3 & SPS
ini dengan sendirinya menjadi
sarana penyamaan persepsi dan
pandangan dalam membacadan memahami tentang regulasi
penyiaran yang ada.
Ide KPI dengan program
Sekolah P3 & SPS ini disambut
baik oleh Kementerian
Komunikasi dan Informatika.
Staf Ahli Menteri Komunikasi
dan Informatika yang hadir
dalam acara peluncuran
Sekolah P3 & SPS, Henry
Subiyakto mengatakan, programini dapat menjadi jawaban
tentang sertifkasi kompetensi
yang dibutuhkan para pekerja
penyiaran. Apalagi saat ini,
ujar Henry, pemerintah tengah
menyiapkan aturan mengenai
sertifkasi tenaga kerja.
Sekolah P3 & SPS ini
menurut Judhariksawan adalah
lahan melatihsoft skill pekerja
penyiaran. Selama ini parapraktisi penyiaran telah sangat
paham dengan dunia penyiaran,
lengkap dengan perangkat dan
mekanisme kerja yang mereka
lakukan. Namun potret sanksi
yang dikeluarkan KPI sepanjang
tahun 2014 lalu, sebenarnya
merupakan gambaran adanya
ketimpangan antara kemampuan
hard skillpekerja penyiaran dan
soft skill-nya. Pemahaman tentangregulasi, flosof penyiaran,
kesadaran penggunaan frekwensi
yang merupakan ranah publik,
kesesuaian kerja dengan arah
penyelenggaraan penyiaran
menurut Undang-Undang, adalah
soft skillyang dibutuhkan praktisi
penyiaran dalam menjalankan
pekerjaannya sehari-hari. Dengan
Sekolah P3 & SPS ini, diharapkan
tidak ada lagi bias, jarak, ataukesenjangan antara harapan
regulasi dengan kenyataan saat
ini tentang mengenai wajah dunia
penyiaran kita, pungkas Judha.
[RA]
LAPORAN UTAMA
P
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
7/44
7PENYIARANKITA | Maret - April 2015
Upaya perbaikanprogram siaran diLembaga Penyiaranterus dilakukan Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI). Diantaranya dengan meluncurkanprogram Sekolah P3SPS(Pedoman Perilaku Penyiaran
dan Standar Program Siaran).Sekolah P3SPS adalah upayaKPI membumikan nilai-nilaiperaturan penyiaran yang selamaini dijadikan pedoman menilaiisi siaran dalam bentuk pelatihanbimbingan teknis.
Komisioner KPI Pusat yangjuga Kepala Sekolah P3SPSSujarwanto Rahmat Arifnmengatakan, lahirnya ide untukmenggagas bimbingan teknispenyiaran karena selama ini, daripengawasan KPI sering menemuikesalahan yang berulang dalamsiaran televisi dan radio. Selainitu, menurut Rahmat, selamaini KPI sering undang untukmenyampaikan tentang P3SPS ke
sejumlah Lembaga Penyiaran.Dengan Sekolah P3SPS, KPI
langsung mengundang seluruhelemen penyiaran untuk mengikutipelatihan bimbingan teknis pedomanyang selama ini kita gunakan, kataRahmat dalam sambutannya diAuditorium Pertemuan, Lantai VIII,Gedung Bapeten, Jalan Gajah MadaNo.8, Jakarta Pusat, Selasa, 21 April2015.
Lebih lanjut Rahmat menjelaskan,
selama menjadi Komisioner BidangIsi Siaran KPI, masih banyak pelakudan praktisi penyiaran yang belumpaham P3SPS. Menurutnya, SekolahP3SPS upaya menyamakan persepsidan pandangan dalam melihat P3SPSantara regulator penyiaran danpelaku penyiaran itu sendiri.
Rahmat berharap dengan adanyaSekolah P3SPS, seluruh elemenpenyiaran bisa memahami nilai-nilai dan pedoman penyiaran itusendiri dan bisa diterapkan dalamlingkungan kerjanya. Selain itu,menurut Rahmat, program itu nantibisa dijadikan prasyarat untukstandar dan kelayakan profesi duniapenyiaran.
Harapannya, profesionalitas
profesi penyiaran tidak hanyamenekankan pada kemampuanteknis, juga pemahaman atasnilai, pedoman dan peraturanpenyiaran itu sendiri, ujarRahmat.
Program siaran di LembagaPenyiaran saat ini, menurutRahmat, adalah bentuk dialektikayang intens antara penonton,Lembaga Penyiaran, dan lembagapengukur rating itu sendiri.Menurutnya, atas dasar itu,KPI sepenuhnya sadar, upayaperbaikan program siaran melaluiSekolah P3SPS tidak akan serta-merta langsung bisa memperbaikikualitas siaran yang ada.
Setidaknya, menurut Rahmat,
Sekolah P3SPS adalah bentuklangkah kecil KPI dalam upayamemperbaiki program siarandi Lembaga Penyiaran secaraperlahan-lahan.
Dalam penjelasannya,Peserta Sekolah P3SPS adalahpemilik dan karyawan diLembaga Penyiaran, calonpekerja penyiaran, mahasiswa,dan masyarakat yang memilikikepedulian terhadap isu-isutentang penyiaran. Bisa jadi,kalau pemilik Lembaga Penyiaranikut serta, sekat antara karyawandan pemilik bisa diminimalisirdalam melihat program siaranyang akan diproduksi atau
ditayangkan, ujar Rahmat. [ISL]
PENYAMAAN PERSEPSI
PERATURAN PENYIARAN
LAPORAN UTAMA
Jakarta
Harapannya,
profesionalitasprofesi penyiaran
tidak hanyamenekankan pada
kemampuan teknis,juga pemahamanatas nilai, pedoman
dan peraturanpenyiaran itu
sendiri,- Kepala Sekolah P3SPS
Sujarwanto Rahmat M. Arifin -
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
8/44
8 PENYIARANKITA | Maret - April 2015
LAPORAN KHUSUS
D
alam rangkaian acara
Rapat Koordinasi
Nasional (Rakornas)
KPI, 2015 juga
diselenggarakan Talk Showdengan tema Meneguhkan
Penyiaran Indonesia Dalam
Menghadapi Masyarakat
Ekonomi ASEAN. Pembicaranya,
yakni Menteri Komunikasi
dan Informatika Rudiantara,
Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz
Siddiq, Gubernur Sulawesi Selatan
Syahrul Yasin Limpo, Ketua KPI
Pusat Judhariksawan, Asosiasi
Televisi Swasta Indonesia (ATVSI)
Suryopratomo, dan Ridho Eisy dariDewan Pers.
Dalam penjelasannya, Menteri
Kominfo Rudiantara mengatakan
banyak pekerjaan rumah yang
harus siapkan dalam menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) yang akan berlaku
pada akhir tahun ini. Pertama
tekhnologi, soal digitalisasi,
broadband. Kedua, dari sisi
regulasi juga harus segera
diselesaikan. Alhamdulillahtahun 2015 UU Penyiaran akan
diselesaikan karena sudah masuk
prolegnas DPR RI. Ketiga, SDM,
kata Rudiantara di Makassar,
Senin, 31 Maret 2015.
MELIHAT KUALITAS SDM
PENYIARAN INDONESIA
Makassar
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
9/44
9PENYIARANKITA | Maret - April 2015
Menurut Rudiantara, bahasan
tentang penyiaran berarti
berbicara tentang konten dan
kreativitas. Hal yang tidak kalah
penting untuk meningkatkan
dua hal itu, menurut Rudiantara,
dengan dibuatnya sertifkasi SDMterkait penyiaran itu sendiri.
Kesiapan Indonesia dalam
kancah ASEAN, kita tidak ada
masalah dalam hal regulasi, yang
jadi masalah adalah SDM itu
sendiri, ujar Rudiantara.
Dalam persaingan penyiaran
negara-negara ASEAN nanti,
Indonesia harus memiliki strategi,
dengan strategi budaya kalau tidak
mau hanya dijadikan pasar konten
asing. Menurutnya, pengembangan
konten berbasiskan budaya dapat
mengimbangi persaingan itu. Namun
yang tidak kalah penting adalah
pengembangan sumber manusia
penyiaran itu sendiri.
Berbeda dari Rudiantara, dalam
melihat MEA Ketua Komisi I DPR
RI Mahfudz Siddiq memiliki acuan
yang berbeda dalam persiapannya.
Menurut Mahfudz MEA bisa dilihat
sebagai konsep proteksi yang bisa
dinilai sebagai sebagai peluang
atau tatanan. Dari perkembangan
nasional, menurut Mahfudz, perlu
dilihat keunikan apa yang bisa
kembangkan.Kita harus selesaikan pekerjaan
rumah kita. Pada pertemuan DPR
negara-negara Asean di DIY 2015
lalu, sudah sepakat starting poin
adalah melakukan migrasi dari
penyiaran analog ke digital harus
segera diselesaikan. Ini berarti yang
harus diselesaikan terlebih dahulu
adalah regulasi, kata Mahfud.
Untuk mencapai langkah
itu, menurut Mahfudz, hal yangsegera yang akan dilakukan adalah
melihat subtansi dari UU Penyiaran
dan meletakkan payung hukum
digitalisasi itu sendiri. Dalam
pembuatan regulasi, kita seringkali
tidak melakukan pemetaan
secara menyeluruh, tapi di sisi
lain kita bicara investasi. Begitu
ada pengembangan industri, ada
perubahan regulasi. Di satu sisi
saya melihat kepastian hukum
itu penting, semakin kuat derajat
regulasi, maka kepastian hukum
semakin tinggi. Memang itu jadi
celah dalam Permen (Digital),
tetapi kepastian hukum lebih kuat
kalau diatur dengan Undang-
undang, ujar Mahfudz.
Menurut Mahfudz, kelemahan
regulasi yang tidak dilakukan
dengan kajian dan pemetaan yang
komprehensif akan menimbulkan
celah di kemudian hari. Padahal
menurutnya, dalam waktu yang
bersamaan, kepastian hukum
harus diwujudkan, sementara
industri bergerak. Itulah alasan
Mahfudz, kepastian hukum harusdiperkuat di tingkat Undang-
Undang. Mudah-mudahan 2015
revisi Undang-undang Penyiaran
selesai, ujarnya.
SDM Penyiaran Lokal
Bila dalam jelang akhir
tahun ini MEA akan mulai
berlaku, Gubernur Sulawesi
Selatan Syahrul Yasin Limpo
mengingatkan perlunya melihatkondisi SDM penyiaran lokal.
Menurutnya, dalam hal penyiaran
itu tidak bisa hanya melihat Pulau
Jawa dalam hal SDM, juga dari
Sabang sampai Merauke. [ISL]
Pertama tekhnologi, soal digitalisasi, broadband.Kedua, dari sisi regulasi juga harus segeradiselesaikan. Alhamdulillah tahun 2015 UU
Penyiaran akan diselesaikan karena sudah masukprolegnas DPR RI. Ketiga, SDM,
- Mekominfo RI Rudiantara -
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
10/44
10 PENYIARANKITA | Maret - April 2015
Yang harus disadari bahwa SDM
adalah tumpuan kita. Kita akantertinggal jika SDM kita tertinggal.
Oleh karena ini di sinilah pentingnya
SOP penyiaran dan standar lainnya
harus punya standarisasinya.
Pembinaan dan sistemnya harus
menjadi rekayasa Negara, kata
Syahrul.
Lebih lanjut Syahrul menjelaskan,
kepentingan nasional menghadapi
MEA membutuhkan motivasi yang
kuat dan paradigma baru. Syahrulmenyatakan, harus didasari semua
pihak, terkadang media menjadi
persoalan. Ia mencontohkan
bagaimana Metro TV dan TV
One yang memiliki pandangan
yang berbeda dalam melihat dan
memberitakan sebuah persoalan
dalam ranah publik. Dalam konteks
itu, menurut Syahrul, solusi
untuk semua itu adalah perlunya
standarisasinya dan aturan mainyang jelas.
Dari sisi perkembangan penyiaran
daerah, Syahrul menjelaskan, saat ini
Sulawesi Selatan perkembangannya
sangat akseleratif. Hampir semua
punya siaran lokal. Menurutnya,
KPID Sulawesi Selatan diberikan
dukungan dalam menjalankan
tugasnya, dan pihaknya melakukan
sinergi dengan perguruan tinggi
dan masyarakat. Namun iamenyayangkan siaran nasional
banyak mengambil alih siaran daerah
dan isi siarannya lebih banyak untuk
kepentingan untuk kepentingan
masyarakat di Pulau Jawa.
Hal senada juga dikemukakan
Ketua KPI Pusat, dalam bidang
penyiaran SDM adalah salah satu
bagian yang penting di dalamnya,
apalagi dalam persiapan menghadi
MEA. Namun, yang tidak perludilupakan, menyelesaikan masalah
SDM penyiaran bukan hanya dengan
dengan adanya standar kompetensi
atau hard skill semata, tapi juga
perlunya pembentukkan soft skill di
dalamnya, salah satunya perlunya
wawasan kebangsaan yangdimiliki pekerja penyiaran akan
berpengaruh besar dalam proses
karya dan produksi program
siarannya nanti.
Dalam menghadapi MEA,
Judhariksawan mengingatkan,
KPI adalah refresentasi dari
publik. Dalam konteks ketahanan
nasional, KPI berperan dalam hal
penyiaram dalam mencerdasakan
bangsa, penyiaran yang sejalandengan budaya dan ideologi, dan
hal lainnya harus persiapkan.
Sudut Pandang Lain
Perwakilan ATVSI
Suryopratomo memiliki
pandangan berbeda dalam
melihat MEA. Menurutnya,
MEA bukanlah kompetisi atau
saling mengalahkan antarnegara
ASEAN, namun cita-citamenjadikan ASEAN sebagai
pemain penting dalam kancah
global.
Saat bicara MEA ada mitos
yang kuat. Di sana ada 10
negara, kompetisi, kalau seperti
itu, Indonesia pasti kalah. Yangdimaksud MEA ASEAN itu
menjadi single market. Daya
saing ASEAN kuat. ASEAN bisa
makmur. ASEAN jadi pemain
global, kata Suryopratomo.
Salah kaprahnya tentang
MEA yang hanya berfokus pada
melihatnya sebagai persaingan
semata, menurut pria yang kerap
dipanggil Tomy ini mengatakan,
karena selama ini media tidakpernah mengedukasi publik
tentang MEA itu sendiri.
Kalau kita pelajari akan
berlakunya MEA pada Januari
2016, jenis profesi yang akan
dibuka ada 19 profesi, di
antaranya perawat, dokter dokter
gigi, arsitek, dll. Penyiaran
tidak ada. Kalau secara bidang,
yakni bidang jasa, ada bidang
bisnis, komunikasi, konstruksi,keuangan, lingkungan hidup,
pariwisata, bidaya dan olah raga.
Penyiaran 1 januari 2016 akan
sama seperti sekarang, tertutup
untuk negara lain, ujar Tomy.
Walaupun demikian,
menurut Ketua KPI Pusat,
dengan berlakunya MEA dengan
sendirinya telah membuat
adanya tantangan dalam bidang
penyiaran. Saya tidak persoalkanprofesi yang dikatakan tadi. Tapi
kita bayangkan 1 Januari 2016,
arus manusia yang masuk akan
sedemikian rupa. Belum masuk
MEA saja, penyiaran kita berisi
hal yang tidak mencerdaskan
dan tidak membentuk karakter
bangsa. Pertanyaannya, 1 Januari
2016 pergaulan masyarakat
kita akan terpengaruh dengan
masyarakat warga negara lainnya.Kalau dikatakan Indonesia belum
siap? Maka apakah media lebih
siap menghadapi publik yang
seperti itu? kata Judhariksawan.
[ISL]
LAPORAN KHUSUS
Yang harus disadaribahwa SDM adalahtumpuan kita. Kitaakan tertinggal jikaSDM kita tertinggal.
Oleh karena ini disinilah pentingnyaSOP penyiaran dan
standar lainnyaharus punya
standarisasinya.Pembinaan dansistemnya harus
menjadi rekayasaNegara,
- Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo -
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
11/44
11PENYIARANKITA | Maret - April 2015
MENKOMINFO YAKIN
UU PENYIARAN SELESAI
DIBAHAS TAHUN 2015
Rapat Koordinasi
Nasional (Rakornas)
Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI) resmi
dibuka hari ini oleh Menteri
Komunikasi dan Informatika,
Rudiantara (31/3). Hadir pula
dalam pembukaan Rakornas,
Gubernur Sulawesi Selatan
Syahrul Yasin Limpo, Ketua
Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq,
Ketua KPI Pusat Judhariksawan
dan Rektor Universitas
Hasanuddin.
Pada kesempatan tersebut,
Rudi mengingatkan tentang
tiga momen penting yang akan
dihadapi KPI dalam waktu dekat.
Yakni, revisi undang-undang
penyiaran, perpanjangan izin
lembaga penyiaran pada tahun
2016, serta pembuatan aturan
teknis pelayanan perizinan penyiaran
sebagai pengganti dari peraturan-
peraturan yang lama.
Setelah pembukaan Rakornas,
acara dilanjutkan dengan Talkshow
yang bertajuk Meneguhkan Penyiaran
Indonesia dalam Menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Pada talkshow tersebut, Rudi
menegaskan bahwa undang-undangpenyiaran yang tengah direvisi oleh
DPR RI saat ini, akan selesai pada
tahun 2015. Saya yakin undang-
undang akan selesai tahun ini,
karena sudah masuk dalam Program
Legislasi Nasional (Prolegnas), ujar
Rudi.
Terkait MEA ini, Gubernur
Sulsel mengharapkan ada gerakan
secara nasional untuk menyiapkan
masyarakat di daerah dalammenghadapi MEA. MEA ini bisa
mengerjai Indonesia lho, hanya
karena pihak luar punya modal
teknologi informasi yang lebih
hebat, ujar Syahrul. Karenanya,
Syahrul juga meminta ada
Standar Operational Procedure(SOP) yang jelas terkait pendirian
lembaga penyiaran. Sehingga
profesionalitas dari lembaga-
lembaga penyiaran yang berdiri
dapat dijaga.
Secara spesifk Syahrul juga
mengingatkan bahwa informasi
adalah sebuah kekuatan besar
yang harus diatur oleh Negara,
sebagai jalan mewujudkan tujuan
kehidupan berbangsa yang diaturkonstitusi. Sejalan dengan itu,
Rudi juga menilai penyiaran
sebagai alat untuk integrasi
bangsa. Hal ini pula yang diamini
oleh Mahfudz Siddiq, sehingga
dirinya meminta agar jangan
sampai wajah Indonesia yang
muncul di penyiaran menjadi
tunggal dengan nilai-nilai yang
didominasi dalam penyiaran saat
ini.Dari kalangan praktisi
penyiaran, Suryopratomo sebagai
perwakilan Asosiasi Televisi
Swasta Indonesia (ATVSI)
ikut menyampaikan pendapat.
Pria yang akrab disapa Tomi
ini mengatakan, sebenarnya
dibandingkan 9 (Sembilan)
Negara ASEAN lainnya, wajah
penyiaran Indonesia lebih
demokratis. Bahkan, banyakNegara ASEAN yang berharap
memiliki sistem penyiaran seperti
halnya di Indonesia. Tomi melihat
bahwa dalam MEA nanti, profesi
penyiaran belum termasuk dalam
produk jasa yang disepakati
untuk saling dikerjasamakan.
Namun menurut Mahfudz Siddiq,
penyiaran justru diletakkan
dalam frame work (kerangka
kerja) ASEAN Social and CultureCommunity. Karena itulah,
Mahfudz melihat pentingnya
strategi kebudayaan nasional
dalam pengelolaan penyiaran di
Indonesia. [RA]
Makassar
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
12/44
12 PENYIARANKITA | Maret - April 2015
PEMBUKAAN RAKORNAS 2015
DAN PELUNCURAN SURVEIINDEKS KUALITAS PROGRAM
SIARAN TELEVISI
Rapat Koordinasi
Nasional (Rakornas)
KPI 2015 dibuka
Menteri Komunikasi
dan Informatika (Kominfo)
Rudiantara. Menurutnya
Rakornas KPI adalah forum
strategis yang membahas isu dan
kebijakan penyiaran Indonesia.Dalam waktu dekat ini
ada beberapa hal yang akan
kita hadapi, pertama tentang
hubungan pemerintah dengan
KPI maupun KPID, Revisi
UU Penyiaran yang tahun
ini masuk Prolegnas. Kedua,
tentang perpanjangan izin
penyiaran. Saya ingin dalam
proses perpanjangan nanti, hal-
hal yang subtansial disiapkanLembaga Penyiaran sebelum izin
perpanjangan, kata Rudiantara
dalam pembukaan Rakornas 2015
di Makassar 2015, Selasa, Maret
2015.
Lebih lanjut Rudiantaramenjelaskan, proses perpanjangan
perizinan Lembaga Penyiaran adalah
proses yang startegis. Menurutnya
pada pertengahan 2016 nanti
beberapa Lembaga Penyiaran akan
ada perpanjangan izin siaran. Namun
setahun sebelumnya harus dilakukan
beberapa tahapan yang menyertakan
KPI dan Kominfo.
Namun menurut Rudiantara,
izin perpanjangan yang didapatkanLembaga Penyiaran diproses oleh
Kemenkominfo. Meski begitu ia
berjanji, dalam proses perizinan
nanti, hubungan Kominfo dengan KPI
akan lebh ketat dalam melakukan
seleksi proses semua tahapan dan
kedua pihak akan duduk bersama
untuk menyiapkan konsep secara
matang. Rudianatara berharap
Rakornas menghasilkan rancangan
strategis terkait UU Penyiaran.Sementara itu, sambutan Ketua
KPI Pusat menjelaskan agenda
penting Rakornas 2015, yakni
tentang revisi Pedoman Perilaku
Penyiaran dan Standar Program
Siaran (P3SPS), Penataan
Lembaga Penyiaran Berlangganan(LPB), digitalisasi penyiaran dan
rencana revisi UU Penyiaran.
Rakornas 2015 mengusung
tema, Meneguhkan Penyiaran
Indonesia Dalam Menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Menurut Judhariksawan, tema itu
untuk memulai langkah dalam
meneguhkan penyiaran Indonesia
menghadapi masyarakat ekonomi
Asean yang akan berlangsungpada akhir tahun ini
Ekonomi Asean akan
menjadikan lalu lintas manusia
secara mudah, tidak saja
berimplikasi secara ekonomi tapi
juga ideologi, bisa saja membawa
virus yang kurang baik. Menurut
kami penyiaran harus kokoh dan
membentuk opini publik serta
memberikan nilai-nilai pada
masyarakat. Penyiaran tidak bolehtergerus pada ideologi perilaku
yang rusak, ujar Judhariksawan.
Sambutan lainnya dari
Gubernur Sulawesi Selatan
Syahrul Yasin Limpo.
Dalam paparannya Sahrul
mengapreasiasi atas penujukan
Sulawesi Selatan sebagai tuan
rumah Rakornas 2015. Selaku
pemerintah daerah, ia berjanji
akan memberikan dukungan dankontribusi pada bidang penyiaran,
khususnya dukungan kepada
KPID Sulawesi Selatan.
Simbolik pembukaan acara
dilakukan dengan penabuhan
gendang oleh Rudiantara,
Judhariksawan, dan Syahrul
Yasin Limpo. Bagian lain dari
pembukaan Rakornas 2015
peluncuran Survei Indeks
Kualitas Program Siaran Televisi2015 yang bekerjasama dengan
sembilan perguruan tinggi negeri,
Badan Pusat Statistik (BPS),
dan Ikatan Sarjana Komunikasi
Indonesia (ISKI). [ISL]
LAPORAN KHUSUS
Makassar
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
13/44
13PENYIARANKITA | Maret - April 2015
REKOMENDASIRAPAT KOORDINASI NASIONAL
KOMISI PENYIARAN INDONESIA
TAHUN 2015
BIDANG ISI SIARAN
1. Menyepakati penyempurnaan pada bab-bab dan pasal P3 dan SPS sebagai berikut:
a. Perlindungan kepentingan publik,
b. Penghormatan terhadap hak privasi;
c. perlindungan kepada anak;
d. pelarangan dan pembatasan seks;
e. pelarangan dan pembatasan kekerasan;
f. pelarangan dan pembatasan program siaran bermuatan mistik, horor, dan supranatural;
g. penggolongan program siaran;
h. program siaran jurnalistik;
i. P3 dan SPS Lembaga Penyiaran Berlangganan (konten);
j. siaran iklan; dan
k. hukum acara.
2. Merekomendasikan kepada rapat pleno Rakornas KPI untuk menetapkan substansi pedoman
perilaku penyiaran dan standar program siaran (P3 dan SPS) 2015 sesuai dengan amanat Undang
Undang No.32 Tahun 2002 tentang Penyiaran Pasal 8 Ayat 2.
3. Mengusulkan di dalam revisi Undang-Undang Penyiaran agar kewenangan KPI dalam menjatuhkan
sanksi dapat menjangkau para pengisi acara.
13PENYIARANKITA | Maret - April 2015
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
14/44
14 PENYIARANKITA | Maret - April 2015
BIDANG PENGELOLAAN STRUKTUR DAN SISTEM PENYIARAN
1. Penetapan Rancangan Peraturan Lembaga Penyiaran Berlangganan (LPB)
1.1. Menetapkan Rancangan Peraturan KPI tentang Persyaratan Program Siaran dalam Perizinan
dan Penyelenggaraan Penyiaran LPB menjadi Peratuan KPI.
2. Isu Strategis Pelayanan Perizinan
2.1. Menyusun Rancangan Peraturan KPI (kodifikasi) tentang Persyaratan Program Siaran dalam
Perizinan & Penyelenggaraan Penyiaran yang disusun tim penyusun tetap beranggotakan
Komisioner bidang PS2P KPI Pusat dan KPI Daerah:
2.1.1. Tim Penyusun model standar dan pedoman survei Minat, Kepentingan & Kenyamanan
Publik
2.1.2. Tim Penyusun Persyaratan Program Siaran Dalam Perizinan PenyelenggaraanPenyiaran
2.1.3. Tim Penyusun penegakan/sanksi pelanggaran peraturan perizinan penyelenggaraan
penyiaran
2.2. Merancang model affirmative action serta peningkatan koordinasi dengan lembaga mitra
guna penguatan penyiaran di kawasan perbatasan antar negara yang dilaksanakan KPI Pusat
bersama 12 KPI Daerah di Kawasan Perbatasan Antar negara.
3. Rekomendasi Urgent/Mendesak
3.1. Mendesak pemerintah [kemenkominfo] untuk segera membentuk tim digitalisasi penyiaran
nasional sesuai amanat cetak biru KPI tentang Digitalisasi Penyiaran Televisi Terestrial.
3.2. Merumuskan model sanksi yang lebih efektif berkenaan dengan kepatuhan LembagaPenyiaran Swasta (LPS) terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan penyiaran
[Termasuk di dalamnya KPI mendesak komitmen stasiun induk SSJ atas kewajiban minimal
konten lokal bagi anggota SSJ. Apabila ditemukan terdapat Lembaga Penyiaran anggota
jaringan yang tidak melaksanakan kewajiban, maka KPI merekomendasikan mencabut
persetujuan menteri tentang pelaksanaan SSJ bagi LPS yang bersangkutan].
3.3. Mendesak pemerintah untuk mengkaji ulang peraturan tentang PNBP terkait tarif atas
penerimaan negara bukan pajak dari biaya hak penggunaan spektrum frekuensi radio yang
digunakan Lembaga Penyiaran Komunitas.
3.4. KPI mengkaji kemungkinan penyerahan urusan pengelolaan infrastruktur pasif untuk
penyelenggaraan penyiaran kepada pemerintah provinsi.3.5. Mendesak pemerintah [kemenkominfo] melanjutkan proses pelayanan perizinan
permohonan Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) TV analog yang sudah sesuai dengan
peluang penyelenggaraan penyiaran ke tahap selanjutnya.
3.6. Mendesak pemerintah [kemenkominfo] untuk memberikan kepastian hukum terhadap
kelanjutan proses pelayanan perizinan permohonan IPP TV digital yang sudah sesuai dengan
peluang penyelenggaraan penyiaran.
14 PENYIARANKITA | Maret - April 2015
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
15/44
15PENYIARANKITA | Maret - April 2015
BIDANG KELEMBAGAAN
1. Penyiaran merupakan ranah publik, sehingga pengaturan dan penegakan hukumnya tetap berada
pada lembaga Negara yang mewakili publik, yakni Komisi Penyiaran Indonesia Pusat dan Daerah.2. Melakukan penguatan kelembagaan KPI dengan mengawal perubahan Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2002 tentang Penyiaran sebagai berikut:
a) Status Anggota KPI adalah Pejabat Negara;
b) Penguatan kewenangan KPI untuk penyelenggaraan penyiaran;
c) Masa jabatan Anggota KPI Pusat dan KPI Daerah adalah 5 (lima) tahun;
d) Tata hubungan antara KPI Pusat dan KPI Daerah adalah struktural bilamana pembiayaan dari
APBN;
e) Pembagian kewenangan antara KPI Pusat dan KPI Daerah yang konkret dan jelas;
f) Biaya tunjangan kehormatan, honorarium, serta operasional sekretariat KPI Pusat dan KPI
Daerah berasal dari APBN, sedangkan biaya program kerja berasal dari dana dekonsentrasiAPBN dan APBD;
g) Pembentukan Dewan Kehormatan Komisi Penyiaran Indonesia;
h) Membentuk Kode Etik Anggota KPI;
i) Bentuk Sekretariat KPI Pusat adalah Sekretariat Jenderal.
3. Membentuk tim khusus yang terdiri dari KPI Pusat dan perwakilan seluruh KPI Daerah (satu orang)
dengan biaya masing-masing untuk menyusun draf usulan KPI terhadap Rancangan Undang-
Undang Penyiaran paling lambat akhir April 2015;
4. Melakukan sinergi antara KPI Pusat dan KPI Daerah dengan pemerintah serta Anggota Komisi 1
DPR-RI sehubungan dengan Revisi Undang-Undang Penyiaran;
5. KPI Daerah melakukan komunikasi politik kepada Anggota Komisi 1 DPR-RI yang berasal dariDaerah Pemilihan yang bersangkutan.
6. KPI Pusat menambah jumlah wilayah penelitian Rating Publik: Survei Indeks Kualitas Program
Siaran Televisi menjadi sekurang-kurangnya 18 (delapan belas) Provinsi di tahun 2016.
7. KPI Pusat mengupayakan bantuan alat monitoring ke 18 (delapan belas) KPI Daerah.
8. KPI Daerah berkoordinasi dengan KPU Provinsi, Bawaslu Provinsi, dan Komisi Informasi Provinsi
untuk membentuk gugus tugas pengawasan penyiaran Pemilihan Umum Kepala Daerah
menindaklanjuti gugus tugas yang telah dibentuk di Pusat.
9. Penyelenggaraan Rakornas KPI Tahun 2016 dan Harsiarnas ke-83 bertempat di Mataram, Nusa
Tenggara Barat.
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
16/44
16 PENYIARANKITA | Maret - April 2015
GALERI RAKORNAS
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
17/44
17PENYIARANKITA | Maret - April 2015
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
18/44
18 PENYIARANKITA | Maret - April 2015
GALERI HARSIARNAS
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
19/44
19PENYIARANKITA | Maret - April 2015
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
20/44
20 PENYIARANKITA | Maret - April 2015
SIARKAN PERKATAAN KASAR DANKOTOR, KPI SANKSI KOMPAS TV
MONITOR SIARAN
Jakarta
Oleh karena itu,Kompas TV wajib
menyampaikanpermintaan maaf
kepada publikyang disiarkan
pada waktusiar yang sama
dalam programjurnalistik
Kompas Petangselama 3 (tiga)hari berturut-
turut ...
K
omisi Penyiaran Indonesia
(KPI) Pusat menjatuhkan
Sanksi Administratif Peng-
hentian Sementara SegmenWawancara Pada Program Jurnalistik
Kompas Petang. Program acara
Kompas TV yang disiarkan secara
Langsung (Live) pada Selasa, 17 Ma-
ret 2015 pukul 18.18 WIB dikategori-
kan sebagai pelanggaran atas norma
kesopanan, perlindungan anak-anak
dan remaja, pelarangan ungkapan
kasar dan makian, serta melanggar
prinsip-prinsip jurnalistik.
Program Acara yang menayang-kan dialog dengan Gubernur DKI Ja-
karta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
terkait kisruh dengan DPRD DKI
Jakarta itu menampilkan perkataan
kasar dan kotor. Dalam surat Sanksi
Administratif itu juga disebutkan,
Tayangan yang memuat ungkapan
atau perkataan kasar/kotor demikian
dilarang untuk ditampilkan karenasangat tidak santun, merendahkan
martabat manusia, dan dapat me-
nimbulkan ketidaknyamanan bagi
masyarakat serta rentan untuk ditiru
oleh khalayak, terutama anak-anak
dan remaja....
Dalam Pedoman Perilaku Pe-
nyiaran KPI Tahun 2012 Pasal 35
huruf e mengatur bahwa seorang
pewawancara suatu program siaran
wajib mengingatkan dan/atau meng-hentikan jika narasumber menyam-
paikan hal-hal yang tidak layak untuk
disiarkan kepada publik. Dalam Surat
Sanksi itu juga disebutkan, meskipun
pewawancara telah mengingatkan
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
21/44
21PENYIARANKITA | Maret - April 2015
narasumber bahwa siaran terse-but Live dan agar kata-katanya
diperhalus, namun upaya itu tidak
berhasil sehingga kata-kata yang
tidak pantas tersiar.
Meski demikian, Kompas TV
dianggap lalai dan tidak tang-
gap atas jawaban atau tanggapan
narasumber yang menyampai-
kan hal-hal tidak pantas kepada
publik. Oleh karena itu, Kompas
TV wajib menyampaikan permin-taan maaf kepada publik yang
disiarkan pada waktu siar yang
sama dalam program jurnalistik
Kompas Petang selama 3 (tiga)
hari berturut-turut sejak tanggal
diterimanya surat ini. Kompas TV
diminta memberikan bukti kepada
KPI Pusat bahwa permintaan maaf
kepada publik tersebut telah di-
jalankan, bunyi Sanksi Adminis-
tratif yang dilayangkan KPI Pusatkepada Kompas TV pada, Senin,
23 Maret 2014.
Dalam surat itu dijelaskan
bahwa tayangan tersebut telah
melanggar Pedoman Perilaku Pe-
nyiaran (P3) Komisi Penyiaran In-
donesia Tahun 2012 Pasal 9, Pasal
14 ayat (2), Pasal 17, dan Pasal 22
ayat (3) serta Standar Program Si-
aran (SPS) Pasal 9 ayat (2), Pasal
15 ayat (1), dan Pasal 24.Berdasarkan pelanggaran
tersebut, KPI Pusat memberikan
sanksi administratif Penghentian
Sementara Segmen Wawancara
secara Langsung (live) pada pro-
gram jurnalistik Kompas Petang
selama 3 (tiga) hari berturut-turut
sejak tanggal diterimanya surat
ini, seperti yang dikutip dari Su-
rat Sanksi itu. Melalui Sanksi itu,
KPI Meminta kepada Kompas TVdan Lembaga Penyiaran lainnya
untuk menjadikan P3 dan SPS KPI
Tahun 2012 sebagai acuan utama
dalam penayangan sebuah pro-
gram siaran. [ISL]
KPI SEBAIKNYA DI BAWAH
PRESIDEN
PAKAR HUKUM TATA NEGARA:
Jakarta
Penyiaran Indonesia
(KPI) sebaiknya
melekat pada lembaga
kepresidenan agar
memiliki kelembagaan yang lebih
kuat dari sekarang. Hal tersebut
disampaikan oleh Pakar Hukum
Tata Negara, Irman Putra Sidin,
dalam acara diskusi terbatas
tentang Revisi Undang-Undang
Penyiaran: Relasi hubungan KPI
Pusat dan KPI Daerah, di kantor
KPI Pusat (12/3).
Irman menegaskan, KPI tidakboleh hanya hadir apa adanya di
tengah masyarakat. Mengingat
dalam kewenangan KPI melekat
erat hak konsititusional warga
negara yang harus dipenuhi,
yakni hak informasi. Secara
prinsip, kehadiran KPI sangat
penting, karena tidak ada yang
dapat menggantikan tugas KPI
dalam melakukan pengawasan
pada dunia penyiaran, ujarnya.Jika melihat pilar-pilar
bernegara demokrasi selama
sepuluh tahun belakangan,
Irman menilai banyak ditentukan
oleh kamar pers dan penyiaran.
Karenanya harus ada lembaga
yang mengawasi pers dan
penyiaran guna mendukung
tercapainya tujuan bernegara,
tambahnya. Irman melihat
disinilah fungsi KPI yang taktergantikan oleh lembaga
manapun juga.
Irman mengusulkan agar
dalam revisi undang-undang
penyiaran, KPI berada di
bawah Presiden. Namun,
regulasi menyebut dengan
tegas kewenangan dan tugas
KPI, dan tidak adanya campur
tangan lembaga manapun dalam
hal independensi KPI. Dengandemikian, secara lembaga, KPI
akan semakin kuat.
Mengenai relasi hubungan
antara KPI Pusat dan KPI
Daerah, Irman menyarankan
agar ditetapkan hubungan yang
structural. Struktur KPI saat
ini sangat dipenuhi dengan
paradigma otonomi daerah
yang saat itu sedang menguat,
ujarnya. Padahal, di mata Irman,urusan penyiaran haruslah
dilihat dengan kacamata Negara
Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
Usulan Irman ini ditanggapi
beragam oleh perwakilan KPI
Daerah yang ikut hadir dalam
diskusi terbatas itu. Pada
prinsipnya, kalaupun relasi
hubungan antara KPI Pusat dan
KPI Daerah menjadi struktural,tidak menegasikan peran KPI
Daerah dalam menjaga khazanah
budaya lokal untuk tetap hadir di
penyiaran.
Dalam kesempatan itu, hadir
Ketua KPI Pusat Judhariksawan,
Komisioner KPI Pusat bidang
kelembagaan Fajar Arifanto
Isnugroho, Koordinator bidang
pengawasan isi siaran Rahmat
Arifn, dan perwakilan KPID JawaTengah, Kalimantan Selatan,
Sulawesi Tengah, Sulawesi
Selatan, Jawa Barat, DKI Jakarta,
Kalimantan Tengah dan Papua
Barat. [RA]
DINAMIKA SIARAN
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
22/44
22 PENYIARANKITA | Maret - April 2015
PENYIARAN HARUS DAPAT MEMEDIASIPERBEDAAN ANTAR BANGSA
DINAMIKA SIARAN
Bengkalis
P
engaruh negara
tetangga, Malaysia,
sangat kuat terhadap
masyarakat Bengkalis,
Riau. Salah satunya dikarenakansiaran dari Malaysia yang
mendominasi di wilayah
udara Bengkalis. Bahkan,
dari 50 lembaga penyiaran
yang siarannya mengudara di
Bengkalis, hanya 6 saja yang
merupakan lembaga penyiaran
asal Indonesia. Hal tersebut
disampaikan Bupati Bengkalis,
Herliyan Saleh, dalam acara
Talkhow Merawat HubunganAntar Bangsa Melalui Penyiaran,
yang diselenggarakan di Balai
Kerapatan Adat Sri Mahkota
Bengkalis (24/3).
Menurut Herliyan, sebelum
TVRI mengudara, masyarakat
Bengkalis sudah akrab dengan siaran
dari Malaysia. Apalagi TVRI dan
RRI kemudian melakukan siaran
kerjasama dengan lembaga penyiaran
di Malaysia. Namun demikian, laki-
laki yang juga Ketua DPD PartaiAmanat Nasional (PAN) Riau ini
berharap, muatan penyiaran yang
diterima masyarakat Bengkalis dapat
lebih berimbang, tidak didominasi
oleh siaran Malaysia. Apalagi, di
Pulau Rupat yang menjadi pulau
terdepan di Bengkalis misalnya, sama
sekali tidak terjangkau oleh siaran
dari Indonesia.
Hal ini juga diakui oleh Ketua
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)Daerah Riau, Zainul Ikhwan.
Menurutnya, bicara soal perbatasan
sebenarnya bukan masalah
keamanan dan teritorial saja. Tapi
seharusnya, negara juga memikirkan
paparan siaran asing yang
dominan pada masyarakat di
perbatasan. Karena itu, ujar
Ikhwan, KPID Riau membuat
program Keluarga Cinta Siaran
Indonesia (KCSI) di lima
kabupaten/ kota di Riau. Apalagijika melihat kebijakan dari
Malaysia yang menempatkan
tower-tower radio dan televisi
di bukit-bukit yang tinggi dan
mengarah ke pulau Sumatera.
Hasilnya, seluruh daratan
Sumatera disapu bersih oleh
siaran Malaysia, ujar Ikhwan.
Sebenarnya ekspansi siaran
asing di daerah perbatasan
seharusnya diperlakukandengan bijak. Komisioner KPI
Pusat, Amiruddin menilai,
justru penyiaran harus dapat
ditempatkan untuk memediasi
perbedaan antar negara,
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
23/44
23PENYIARANKITA | Maret - April 2015
sehingga kedua bangsa yangbertetangga dalam hidup dengan
harmonis. Apalagi menyongsong
Masyarakat Ekonomi ASEAN,
yang seharusnya tidak disikapi
dengan persaingan, ujar Amir.
Untuk itu, dirinya melihat
ada tiga cara yang dapat
dipilih terkait muatan siaran di
daerah perbatasan. Satu, siaran
Indonesia yang hadir ditengah
masyarakat untuk menangkalsiaran asing. Kedua, penguatan
siaran dalam negeri baik secara
kualitas gambar ataupun kualitas
muatan isi siaran. Kemudian,
melakukan kerjasama kritis
dengan negara yang bertetangga
sehingga muatan siaran yang
hadir dari kedua negara sama-
sama menguntungkan.
Usulan Amir tentang
kerjasama siaran ini juga disetujuioleh tokoh-tokoh masyarakat
Bengkalis yang hadir. Diantara
kritikan bagi siaran Indonesia
adalah banyak ditampilkannya
kehidupan perkotaan yang
materialistis dan memberi
pengaruh yang jelek bagi
masyarakat. Bahkan menurut
Heru Wahyudi, Ketua DPRD
Kabupaten Bangkalis, sebenarnya
siaran Malaysia tidaklahmengganggu rasa kebangsaan
masyarakat, karena dulu
banyak flm-flm yang sarat nilai
patriotisme muncul di televisi.
Tapi, ujar Heru, sekarang tidak
lagi. Masyarakat lebih memilih
menonton siaran Malaysia,
karena siaran televisi dari
Indonesia sarat muatan tercela
dan berlebih-lebihan. Karenanya,
Heru meminta KPI lebih selektiflagi dalam memperbaiki kualitas
siaran.
Siaran Perbatasan Harus
Tampilkan Wajah Indonesia
Sesungguhnya.
Sementara itu, dalam
kesempatan terpisah, KPI Pusat
menyelenggarakan Bimbingan
teknis (Bimtek) SDM Penyiaran di
kawasan perbatasan antar-negara,
di Banda Aceh (14/4). Dalam
kesempatan tersebut, Kepala Stasiun
Radio Republik Indonesia (RRI)Lhokseumawe Widhie Kurniawan
menyampaikan bahwa siaran di
wilayah perbatasan menuntut SDM
yang tangguh dan multitalenta. Pria
perintis berdirinya RRI di Entikong,
wilayah perbatasan Indonesia
dan Malaysia ini menjelaskan
tentang pengalamannya. Menurut
Widhie, multitalenta adalah sebuah
keharusan, di tengah keterbatasan
sarana dan infrastruktur di wilayahperbatasan. Selain itu, lembaga
penyiaran di sana pun harus mampu
mengembangkan jaringan untuk
bekerja sama dalam hal tukar
menukar materi siaran dengan pihak
lain. Kerjasama dengan pihak lain
tadi, menurut Widhie, tidak sebatas
dengan kalangan penyiaran saja.
Namun juga bisa dilakukan dengan
kelompok-kelompok formal dan non
formal yang ada di masyarakat, baikuntuk menjaga variasi siaran ataupun
keberlangsungan lembaga penyiaran
tersebut di wilayah perbatasan.
Namun Widhie berpesan agar
lembaga penyiaran di perbatasan ini
berhati-hati dalam menyiarkanprogram nasional yang
mengandung muatan kekerasan,
perseteruan parlemen, konik,
ataupun demonstrasi.
Secara lugas, Widhie yang
dimoderatori oleh Komisioner KPI
Aceh Munandar ini mengatakan
bahwa cinta tanah air adalah
syarat penting bagi pengelola
penyiaran di perbatasan.
Karena pada dasarnya siaran diperbatasan juga memiliki tujuan
untuk menjaga dan memelihara
persatuan negara ini.
Dalam acara Bimtek tersebut,
Komisioner KPI Aceh Said Firdaus
mengatakan dirinya melihat
adanya peluang kerjasama
dengan pemerintah-pemerintah
daerah untuk menjadikan
lembaga penyiaran di daerahnya
menjadi lebih berkembang danprofesional. Said mencontohkan
untuk wilayah Sabang yang
kawasan lautnya berbatasan
dengan India, Srilanka, juga
Malaysia. Luberan siaran dari
radio berbahasa China dan India
masuk ke Sabang, ujarnya.
Sedangkan radio yang bersiaran
di Sabang hanya Lembaga
Penyiaran Publik Lokal (LPPL)
Suara Sabang dan RRI Sabang.Saat ini LPPL Suara
Sabang telah dijadikan proyek
percontohan untuk siaran radio
di perbatasan. Proses perizinan
untuk radio dan televisi di
kawasan perbatasan memang
sudah dipercepat. Bahkan KPI
Aceh juga membina hubungan
dengan pemerintah provinsi dan
kabupaten untuk membantu
pengelolaan lembaga-lembagapenyiaran, diantara melalui
pembangunan infrastruktur jalan
untuk memudahkan investasi,
serta bantuan pengadaan
perangkat-perangkat siaran. [RA]
- Komisioner KPI PusatAmirudin -
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
24/44
24 PENYIARANKITA | Maret - April 2015
Idy Muzayyad
Wakil Ketua KPI Pusat
Bidang Isi Siaran
OPINI
ARAH REVISI
UU PENYIARAN
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
25/44
25PENYIARANKITA | Maret - April 2015
Perkembangan revisi
Undang-Undang
Penyiaran No. 32
Tahun 2002 selalu
ditunggu-tunggu publik. Seperti
apa nasib UU Penyiaran setelah
pembahasannya terhenti pada
akhir masa jabatan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat periode
2009-2014? Tanda tanya itu terus
menggantung dalam pikiran
masyarakat.Tahun 2015 adalah saat
bersejarah dalam perjalanan
panjang UU Penyiaran. Apabila
tidak ada aral melintang dan
anggota Dewan terhormat konsisten
dengan keputusan mereka maka
pembahasan UU Penyiaran dipastikan
selesai tahun ini. Berdasarkan
data Badan Legislasi DPR, dari 37
Rancangan Undang-Undang (RUU)
prioritas dalam program legislasi
nasional (Prolegnas) tahun 2015,
UU Penyiaran masuk daftar salah
satu agenda Prolegnas yang akandiputuskan DPR.
Babakan baru dalam sejarah
UU Penyiaran yang mengalami
progresiftas menjadi angin segar
sekaligus kabar gembira bagi
masyarakat setelah sekian tahunterkatung-katung akibat dinamika
politik yang tidak menentu maupun
tarik ulur berbagai kepentingan.
Sempat muncul rasa pesimisme
publik terhadap nasib UU Penyiaran.
Hal ini dikarenakan iklim politik
pada awal periode DPR yang baru
terbentuk mengalami situasi cukup
pelik. Faksi-faksi yang emosional
mengeras sehingga berdampak pada
kinerja kelembagaan DPR, fungsiregulasi terganggu, penganggaran
pun demikian, apalagi fungsi
pengawasan tidak berjalan optimal.
Namun demikian situasi politik
bersifat dinamis. Setelah sekian
waktu sibuk dengan hiruk pikuk
internal, publik bersyukur DPR
baru mampu melewati fase krusial
tersebut, dan kini anggota Dewan
fokus pada fungsi kelembagaan
yang sebenarnya. Progres dan
proyeksi UU Penyiaran dalam
kerangka kebijakan politik
hukum Prolegnas 2015 adalah
bukti adanya kemauan kuat
dari anggota DPR. Dengan kata
lain, dari target itu anggotaDewan memiliki kemauan
politik (political will) yang tinggi
terhadap UU Penyiaran yang
merupakan regulasi dengan
impactluas dalam kehidupan
kebangsaan; sosial, politik,budaya, ekonomi, kebebasan
serta tanggung jawab pers
membutuhkan kejelasan status
hukum.
Penguatan Kelembagaan
Penuntasan revisi UU
Penyiaran tidak saja berdampak
bagi kehidupan masyarakat
maupun kehidupan bangsa,
namun secara konseptualmemberikan kejelasan mengenai
arah penyiaran ataugrand design
penyiaran nasional. Akan dibawa
kemana dunia penyiaran negeri
ini tergambar dari regulasi yang
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
26/44
26 PENYIARANKITA | Maret - April 2015
mengaturnya. Revisi UU Penyiarandengan status hukum yang jelas juga
akan membuat jelas posisi hukum
politik Komisi Penyiaran Indonesia
(KPI). Pertanyaan fundamental
dari revisi UU 32 Tahun 2002,
apakah revisi UU Penyiaran makin
memperkuat KPI secara kelembagaan
atau justru sebaliknya kurang
berpihak pada KPI dalam konteks
politik hukum yang didesain?
Berkaitan dengan kedudukanKPI, menurut saya, revisi UU
Penyiaran harus menempatkan KPI
pada posisi yang dirancang sesuai
dengan UU Penyiaran Pasal 7 yakni
sebagai lembaga negara yang bersifat
independen mengatur hal-hal
mengenai penyiaran. Dengan logika
hukum ini, jika kita komitmen dan
konsisten pada UU Penyiaran berarti
apapun yang berhubungan dengan
dunia penyiaran; soal perizinan,infrastruktur, teknologi, hingga isi
siaran menjadi domain atau otoritas
sepenuhnya KPI.
Keberadaan regulator penyiaran
seperti KPI di tengah dinamika dunia
penyiaran yang dipenuhi berbagai
kepentingan; pemerintah, industri
media, dan KPI sebagai representasi
kepentingan publikmembuat status
hukum KPI tidak berjalan tegak
sepadan dengan teks yang tertulisdalam UU Penyiaran. Besarnya arus
kepentingan yang merepresentasikan
berbagai kekuatan dominan
membuat masyarakat sukar untuk
berharap eksistensi KPI di Indonesia
seperti FCC (Federal Communications
Commision) di Amerika Serikat
atau The Ofce of Communication
(OFCOM) yang berpusat di Inggris
dimana Komisi Penyiaran tersebut
dinilaipowerfullmengurusi kontensiaran dan juga aspek teknologi.
Posisi kelembagaan KPI dalam
struktur ketatanegaraan selayaknya
diperkuat dengan dukungan regulasi.
Dalam konteks politik hukum dikenal
dengan istilah sumber legitimasi(baca; regulasi) agar institusi
dalam kedudukan yang kuat.
Bukan malah dikerdilkan bahkan
dipangkas kewenangannya secara
sistematis dan massif dengan
membatasi kewenangan KPI yang
seakan-akan hanya mengurusi isi
siaran. Padahal tugas KPI tidak
sesederhana itu sebagaimana
ditegaskan pada Pasal 7 UU
Penyiaran.Setumpuk persoalan seperti
praktik monopoli Lembaga
Penyiaran, jaminan diversity
konten dan kepemilikan
(ownership) yang belum
terealisasi seutuhnya, Sistem
Stasiun Jaringan yang belum
sepenuh hati dijalankan, masalah
independensi media massa,
orientasi iklan dan rating oleh
stasiun televisi, kurangnyaperlindungan ruang publik di
stasiun televisi, kebebasan dan
tanggung jawab media, siaran
perbatasan, belum lagi mengenai
digitalisasi dan fenomena
penyiaran yang lainsejumlah
catatan dunia penyiaran tersebut
membutuhkan keberadaan
regulator penyiaran yang kokoh
dengan kekuatan regulasi yang
mendukung.Penuntasan revisi UU
Penyiaran yang direncanakan
Wakil Rakyat selesai tahun ini
melalui program Prolegnas
2015 menjadi babakan sejarah
bagi dunia penyiaran nasional
sekaligus menjadi harapan akan
adanya penguatan kelembagaan
KPI yang sejak lama diinginkan
publik. Kemana arah revisi UU
Penyiaran dilabuhkan. Kepadaanggota Dewan terhormat,
masyarakat menunggu torehan
sejarah revisi UU Penyiaran.
Posisikelembagaan KPI
dalam strukturketatanegaraan
selayaknyadiperkuat dengan
dukunganregulasi. Dalamkonteks politikhukum dikenaldengan istilah
sumber legitimasi(baca; regulasi)
agar institusidalam kedudukan
yang kuat. Bukanmalah dikerdilkan
bahkandipangkas
kewenangannyasecara sistematis
dan massifdengan
membatasikewenangan KPI
yang seakan-akanhanya mengurusiisi siaran. Padahal
tugas KPI tidaksesederhana itu
sebagaimanaditegaskan
pada Pasal 7 UUPenyiaran.
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
27/44
27PENYIARANKITA | Maret - April 2015
OPINI
Berada di daerah
perbatasan, sebut
saja Kabupaten
Rokan Hilir Provinsi
Riau yang berada di sisiIndonesia dengan Malaysia
disisi sebelahnya, apabila
kita mendengarkan siaran
radio atau menonton siaran
televisi, seakan berada di
Zainul Ikhwan
Ketua Komisi Penyiaran Indonesia
Daerah Riau
ANCAMAN POLITIKDAN EKONOMIYANGTIDAK DIKHAWATIRKAN
POTRET PENYIARAN DI PERBATASAN PROVINSI RIAU:
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
28/44
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
29/44
29PENYIARANKITA | Maret - April 2015
tetapi kedua radio tersebut
bukan berada di Bagan
Siapi-api, ibukota kabupaten
Rokan Hilir, tetapi berada di
Kecamatan Bagan Sinembah
yang letaknya di tengah pulau
Sumatera dan berbatasan
dengan Provinsi Sumatera Utara.
Artinya masyarakat di pusatpemerintahan kabupaten Rokan
Hilir yang letaknya berhadapan
langsung dengan Malaysia, sama
sekali tidak dapat mendengarkan
siaran radio Indonesia.
Kota Dumai, Kabupaten
Bengkalis, Kabupaten Kepulauan
Meranti dan Kabupaten Indragiri
Hilir sekalipun memiliki lembaga
penyiaran radio, televisi, lembaga
penyiaran berlangganan danlembaga penyiaran komunitas
akan tetapi siaran radio dari
Malaysia dapat diterima dengan
jelas, jernih dan jumlahnya lebih
banyak dari pada radio di daerah
tersebut.
Frekwensi yang ada sesuai
master plan dan statusnya masih
kosong diisi oleh radio dari Malaysia.
Bahkan radio yang telah memiliki
Izin Penyelenggaraan Penyiaran
dari Pemerintah Republik Indonesia
diinterferensi radio Malaysia, seperti
yang dialami oleh radio SMW FM diBengkalis pada frekwensi 97,3 MHz,
Shine FM di Dumai pada Frekwensi
92,2 FM dan Malaka FM pada
frekwensi 98,1 MHz serta Patra FM di
Duri pada frekwensi 93,6 MHz.
Dari hasil FGD yang dilakukan
bahwa tidak digunakannya frekwensi
yang tersedia di setiap daerah
disebabkan beberapa faktor, yaitu
kurangnya minat pemodal untuk
mendirikan lembaga penyiaran diwilayah perbatasan, secara bisnis
tidak menguntungkan, beberapa
daerah perbatasan sulit untuk
dijangkau (Pulau Rupat, Pulau
Rangsang dan Pulau Burung, Pulau
Tebing Tinggi) dan proses
perizinan yang panjang
Hal yang mengangetkan lagi,
pada bulan Juni 2012, KPID Riau
bersama Kementerian Kominfo RI
dan Kementerian Komunikasi dan
Multimedia Malaysia melakukan
pengukuran frekwensi bersama
di dua daerah wilayah perbatasan
yaitu Kota Dumai dan Kabupaten
Bengkalis untuk mengetahui
siaran siapa yang memasukiwilayah negara siapa.
Hasilnya, di Kabupaten
Bengkalis untuk radio ditemukan
54 frekwensi radio yang ditempati
radio Malaysia (42 diketahui
nama radionya dan 12 frekwensi
tidak diketahui nama radionya),
sedangkan radio Indonesia hanya
4 radio (3 radio swasta dan 1
RRI). Di Kota Dumai ditemukan
54 siaran radio (90 persen) dariMalaysia dan hanya 6 radio lokal
(10 persen). Radio-radio Malaysia
yang mendominasi wilayah
perbatasan di Provinsi Riau yaitu
OneFM, IKIM FM, Mix FM, Era
FM, Fly FM, Klasik Nasional,
RTM, Traxx FM, Hits FM, Hot FM,
Potret yang lebih parah terjadi
dengan siaran televisi, dari 14
frekwensi siaran televisi yang
berhasil dimonitoring, 13 televisiberasal dari Malaysia (93,3
persen) dan Dumai hanya 1
televisi lokal yaitu Riau Televisi
(6,7 persen) yang dapat diterima
secara free to air.
Dengan dominasi siaran
Malaysia yang dapat diterima di 5
kabupaten/kota tersebut, tentulah
siaran iklan berbagai produk dari
Malaysia sangat akrab dan dekat
dengan masyarakat. Kemudahantransportasi laut seperti di
Kota Dumai dan Kabupaten
Bengkalis yang setiap hari
membuat arus orang dan barang
menjadi lancar. Sehingga, wajar
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
30/44
30 PENYIARANKITA | Maret - April 2015
saja produk-produk dari Malaysia
membanjiri toko-toko dan warung-
warung di kelima kabupaten/kota
tersebut. Secara ekonomi, Malaysia
diuntungkan dari segi perdagangan
dan pendapatan iklan.
Apapun Alasannya, Ini Soal
Kebangsaan
Melimpahnya luberan siaran
asing yang setiap hari memenuhi
ruang pandang dan ruang dengar
masyarakat di 5 kabupaten/kota
tersebut yang sudah berlangsung
selama puluhan tahun, tentunya
sangat berpengaruh dengan
cara pikir dan cara pandang
masyarakatnya.
Dari hasil FGD KCSI di Kabupaten
Bengkalis, peserta menyimpulkan
bahwa secara konten, siaran dari
Malaysia dipandang masyarakat
Bengkalis tidak bermasalah bahkanlebih baik, lebih mendidik dan lebih
santun dibandingkan siaran televisi
dan radio Indonesia.
Ketika ditanyakan apakah akan
mengurangi rasa nasionalisme,
peserta FGD KCSI mengatakan tidak
akan mengurangi rasa cinta tanah air
masyarakat Bengkalis hanya karena
menonton siaran televisi dan radio
dari Malaysia. Hal ini disebabkan
adanya persamaan kebudayaanyaitu Melayu. Masyarakat Bengkalis
memandang bahwa kesamaan
budaya itu tidak akan saling
mempengaruhi dan mengurangi rasa
nasionalisme.
Akan tetapi, harus dapat
dipahami jika ditinjau dari
nasionalisme pastilah nilai-nilai
kebangsaan yang ada di dalam
konten siaran tersebut berbeda
antara Indonesia dan Malaysia.Sebagai catatan, ketika pemekaran
Kabupaten Kepulauan Meranti
dari Kabupaten Bengkalis terjadi
unjuk rasa. Tiba-tiba bendera
Malaysia berkibar di tengah-tengah
kerumunan demonstran. Ini
menjadi sinyal bahwa sebenarnya
kedekatan budaya dan ekonomi
yang tidak dianggap bermasalah
itu, menyimpan potensi
desintegrasi yang menyentuh
persoalan politik.
Menurut Anthony D.
Smith bahwa nasionalisme
adalah suatu ideologi yang
meletakkan bangsa di pusat
masalahnya yang berupaya
mempertinggi keberadaannya
atau mempertinggi derajat
bangsa. Defenisi kerja
nasionalisme, adalah suatu
gerakan ideologis untuk mencapai
dan mempertahankan identitas,
kesatuan dan otonomi bagi
suatu populasi, yang sejumlah
anggotanya bertekad untuk
membentuk suatu bangsa
yang aktual atau bangsa yangpotensial.
Donald E. Nuchterlain
mengemukakan kepentingan
sebagai kebutuhan yang
dirasakan oleh suatu negara
dalam hubungannya dengan
negara lain yang merupakan
lingkungan eksternalnya.
Kepentingan nasional inilah
yang memberikan kontribusi
yang besar bagi pembentukanpandangan-pandangan keluar
bagi suatu bangsa. Kepentingan
nasional menurut Donald E.
Nuchterlain terbagi atas empat
poin, yaitu: defense interest,
economic interest, world order
interest dan ideological interest.
Berdasarkan pendapat
Donald E. Nuchterlain, maka
strategi Indonesia menghadapi
luberan siaran dari Malaysiadi wilayah perbatasan adalah
Indonesia harus berusaha
untuk mempertahankan dan
memperjuangkan kepentingan
nasionalnya, terutama dalam
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
31/44
31PENYIARANKITA | Maret - April 2015
Berdasarkan matrik yang digambarkan oleh Donald E. Nuctherlain
tersebut, bahwa semakin garis diagonal mengarah ke kepentingan
keamanan terhadap wilayah teritorial dan permasalahan survival atau
eksistensi teritorial negara maka akan semakin menjadi permasalahan yang
penting bagi sebuah negara. Dan sebuah negara harus melakukan beberapa
alternatif dalam menghadapi ancaman teritorial terhadap wilayah teritorialnegaranya.
Hal ini juga terjadi dengan Indonesia, dimana dengan adanya
kebijakan-kebijakan Malaysia di wilayah perbatasan yang sering
melakukan pengklaiman terhadap wilayah laut, udata darat perbatasan
Indonesia dan Malaysia, maka Indonesia harus menerapkan alternatif
strategi yang secara rasional bisa digunakan karena kepentingan wilayah
teritorial merupakan eksistensi Indonesia sebagai sebuah negara.
Beberapa upaya yang harus dilakukan pemerintah Indonesia terhadap
luberan siaran asing, adalah:
1. Menggunakan teknologi sistem anti gangguan (anti jamming system).
Secara teoritis prinsip kerja sistem ini adalah dengan memancarkansuatu signal penghalang (blocking signal) yang bekerja pada frekwensi
yang sama dengan dinas yang akan di tahan luberannya.
2. Larangan pemerintah kepada penduduknya terhadap penggunaan
antena parabola pada home receivers untuk menyaksikan luberan
siaran televisi asing. Di Indonesia membolehkan penduduknya memiliki
antena parabola. Dilematis, mengingat masih banyaknya wilayah
Indonesia yang tidak terlayani atau tidak terjangkau (blank spot)
penyiaran. Namun, akibatnya penduduk mengkonsumsi siaran asing
secara langsung.
3. Mengembangkan siaran tandingan. Ataupun upaya lain, seperti
dilakuka pemerintah Singapura dengan menetapkan pajak tinggi bagiperusahaan dalam negeri yang memasang iklan pada stasiun penyiaran
asing yang menimbulkan luberan siaran atau yang siarannya dapat
disaksikan di Singapura dengan jelas.
4. Pemerintah harus melakukan koordinasi tentang frekwensi antara
Indonesia dengan Malaysia seperti yang telah dilakukan sejak
Basic Interest of StateIntensity of Interest
Survival Vital Major Peripheral
Defense of Homeland
Economic of WellbeingFavorable World Order
Promotion of Values
Makalah ini dipaparkan pada
Konferensi Nasional Komunikasi
2014 di Lombok
Sumber: Donald E. Nuctherlain. National Interest A New Approach, Orbis. Vol.23, N0.1
(Spring). 1970.
National Interest Matrix
tahun 2002 dalam bentuk
Joint Committee on
Communications (JCC).
Sekarang penyiaran di
wilayah perbatasan membutuhsupport pembangunan yang
serius, jika negara tidak ingin
warganya lebih mencintai negara
tetangga. Pembangunan di
wilayah perbatasan tidak hanya
dari sisi infrastruktur jalan dan
pertahanan keamanan, tetapi isu
penyiaran harus menjadi arus
utama. Kita tentu sepakat tidak
ingin wilayah terluar dari NKRI
lepas satu persatu menjadi miliknegara lain. Namun, apabila
persoalan penyiaran ini tidak
cepat diambil tindakan, yang
sekarang saja di sisi geografs
secara dejure masuk wilayah
Indonesia, namun di sisi
penyiaran secara defakto adalah
Malaysia. Selamatkan penyiaran
perbatasan, Indonesia!.
bentuk defense interest.
Berikut ini adalah matrik strategi yang disusun oleh Donald E.
Nuchterlain mengenai kepentingan nasional negara Indonesia yang dapat
diadopsi dalam melakukan hubungan dan mengedepankan kepentingan
nasional dengan Malaysia khususnya dalam permasalahan penjagaan
wilayah perbatasan dalam hal ini penyiaran, yaitu sebagai berikut:
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
32/44
32 PENYIARANKITA | Maret - April 2015
KPI GANDENG PERGURUAN
TINGGI NEGERI UNTUK SURVEY
KEPEMIRSAAN
SINERGI
Jakarta
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi.
Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI) Pusatbersama 9 (sembilan)
perguruan tinggi
menandatangani Memorandum
of Understanding (MoU)
tentang Survey Indeks Kualitas
program Siaran Televisi tahun
2015 di 9 (sembilan) kota besar
di Indonesia, (DKI Jakarta,
Jawa Tengah, Jawa Timur, DI
Yogyakarta, Sumatera Utara,
Sumatera Selatan, Maluku,Bali dan Kalimantan Selatan),
(26/2). Survey ini dilakukan KPI
untuk mendapatkan gambaran
secara kualitatif tentang kualitas
tayangan televisi sepanjang tahun
2015.
Ketua KPI Pusat
Judhariksawan mengatakan,
hasil dari survey yang melibatkan
perguruan tinggi, KPI Daerah
dan Ikatan Sarjana KomunikasiIndonesia ini akan menjadi tolak
ukur gambaran program televisi
yang hadir di tengah masyarakat.
KPI akan menjadikan sebagai
bahan evaluasi dan dasar
pengambilan keputusan terhadap
program siaran, baik dalam
rangka penjatuhan sanksi ataupun
pemberian apresiasi, ujar Judha.
Dari survey ini, KPI juga
akan mendapatkan masukan
tentang program-program
siaran televisi dari masyarakat
yang tersebar di 9 (sembilan)
provinisi. Sebagai lembaga
negara independen yang lahir
dari undang-undang penyiaran,
KPI juga berkepentingan
untuk memastikan penyiaran
diselenggarakan sejalan denganregulasi. KPI melihat hasil
survey ini dapat mengurangi
kesenjangan antara kebijakan
televisi dalam menayangkan
program siaran, harapan
masyarakat tentang tayangan
televisi yang berkualitas, serta
arah bagi terselenggaranya
penyiaran sesuai regulasi.
Survey ini diharapkan dapat
digunakan pula oleh lembagapenyiaran dalam menciptakan
program-program yang sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan
masyarakat. Dari survey ini
juga akan terlihat keselarasan
penyelenggaraan penyiaran dengan
amanat regulasi penyiaran, tegas
Judha. Undang-Undang nomor
32 tahun 2002 tentang penyiaran
secara tegas menyebutkan tentang
asas, tujuan, fungsi dan arah
penyelenggaraan penyiaran.
Sebagai kegiatan komunikasi
massa, penyiaran memiliki fungsi
sebagai media informasi, pendidikan,
hiburan yang sehat, kontrol
dan perekat sosial. Sedangkan
penyelenggaraan penyiaran
diantaranya bertujuan untuk
memperkukuh integrasi nasional,
terbinanya watak dan jati diri
bangsa yang beriman dan bertakwa,
mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan membangun masyarakat yangmandiri, demokratis, adil dan
sejahtera.
Pelaksanaan Pertama
Survey Indeks Kualitas Program
Siaran Televisi mulai diselenggarakan
secara marathon di sembilan
perguruan tinggi negeri di sembilan
kota. Ke-sembilan tempat itu adalah
Universitas Sumatera Utara (USU)
di Medan, Universitas Airlanggadi Surabaya, Universitas Islam
Negeri (UIN) di Jakarta, Universitas
Hasanuddin di Makassar, Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga di
Yogyakarta, Universitas Udayana di
KPI akan
menjadikan sebagaibahan evaluasi dandasar pengambilankeputusan terhadapprogram siaran,baik dalam rangkapenjatuhan sanksiataupun pemberian
apresiasi,- Ketua KPI Pusat Judhariksawan -
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
33/44
33PENYIARANKITA | Maret - April 2015
Bali, Universitas Diponegoro di
Semarang, Universitas Lambung
Mangkurat di Banjarmasin dan
Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Ambon di Ambon. Rektor
Universitas Lambung Mangkurat
Prof Sutarto Hadi mengatakan,
program siaran di televisi kini
semakin memprihatinkan karena
hanya mengacu pada rating
dibanding kualitasnya. Padahal,
ujar Sutarto, tidak semua siaran
yang banyak penontonnya itu
baik bagi masyarkat apalagi
perkembangan anak. Hal
tersebut disampaikannya dalam
pembukaan pelatihan Survey
Indeks Kualitas Program Siaran
yang dilaksanakan Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI)
Pusat di Universitas Lambung
Mangkurat, Banjarmasin (23/4).
Secara khusus, Sutarto
menyayangkan penyusunan
program siaran dari lembaga
penyiaran yang hanya didasari
pada nilai rating, bukan pada
kualitasnya. Untuk itu, dirinya
menilai keberadaan survey
kepemirsaan yang digagas KPI
ini akan memberi penilaian yang
berbeda terhadap program siaran
yang ditayangkan stasiun televisi.
Sutarto berharap, hasil survey
kepemirsaan ini dapat dijadikan
acuan oleh lembaga penyiaran
untuk memperbaiki kualitas
siaran yang ada. Sehingga fungsi
pendidikan yang disematkan pada
lembaga penyiaran, dapat dirasakan
masyarakat, tambahnya.
Sementara itu dalam pelaksanaan
survey di Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga, Yogyakarta (28/4),
Komisioner KPI Pusat bidang
pengawasan isi siaran Rahmat Arifn
mengatakan bahwa kementerian
Komunikasi dan Informasi telah lama
menyampaikan keprihatinannya
tentang program-program siaran
televisi yang kualitasnya rendah dan
tidak mendidik namun ratingnya
tinggi. Hal ini menyebabkan
acara-acara tersebut mampu
bertahan lama karena peminat
iklannya tinggi. Setelah dicari tahu,
penyebabnya adalah survey yang
dilakukan lembaga survey, tidak
dilakukan secara representatif dan
sesuai dengan keadaan masyarakat
yang sesungguhnya. Misalnya,
lembaga survey hanya mengambil
sampel kelompok masyarakat
yang berpendidikan rendah, tidak
berkarier dan sebagainya. Namun
hasil dari lembaga survey yang
sampai saat ini masih dimonopoli
oleh satu lembaga inilah yang
dijadikan acuan dari seluruh lembaga
penyiaran, khususnya televisi.
Dalam kesempatan itu, Wakil
Dekan III Fakultas Sosial Humaniora
UIN Sunan Kalijaga, Iswandi
Syahputra menambahkan, bahwa
saat ini masyarakat dihadapkan pada
pertelevisian yang menciptakan
kebutuhan palsu, menciptakanrasa lelah atau jenuh informasi,
menciptakan kontrol palsu dan
menciptakan kecenderungan untuk
meyakini realitas bagaimana yang
dikonstrukkan oleh media. Iswandi
menilai, forum-forum seperti ini
dimaksudkan untuk menggugah
sikap kritis publik terhadap
siaran-siaran televisi yang
rendah kualitasnya. Sementara,
dimata Iswandi, program
televisi dikatakan berkualitas
bila mengandung unsur Benar,
Baik dan Bermanfaat sesuai
kebutuhahan dan kepentingan
berdasarkan prinsip kemanusiaan.
KPI berharap, survey
kepemirsaan yang digelar ini
dapat memberikan gambaran
yang lebih komprehensif
mengenai selera masyarakat
Indonesia dan penilaiannya
terhadap program-program
siaran televisi yang ada saat ini.
Salah satunya dengan melibatkan
responden survey dari kalangan
yang lebih variatif, dan sebaran
provinsi yang mengikutsertakan
tiga wilayah di Indonesia,
Ambon (Indonesia Timur), Bali
dan Banjarmasin (Indonesia
Tengah), dan sisanya dari wilayah
Indonesia Barat.
Selain itu, survey indeks
kualitas program siaran televisi
ini akan diselenggarakan selama
lima kali sepanjang tahun 2015.
Ketua KPI Pusat, Judhariksawan
berharap, hasil dari survey yang
digelar KPI ini dapat memberikan
alternatif bagi lembaga penyiaran,
serta para pemasang iklan di
televisi, mengenai kualitas
program-program siaran yang
ada sekarang. KPI berharap para
pemasang iklan juga menyadari
kontribusinya merawat bangsa
ini dengan hanya memasang
iklan di program-program yang
berkualitas baik. Sehinggaprogram-program dengan
kualitas rendah, sebanyak apapun
penontonnya, tidak akan bertahan
lama di layar kaca, pungkas
Judha. [RA]
KPI berharap parapemasang iklan juga
menyadari kontribusinyamerawat bangsa ini
dengan hanya memasangiklan di program-program
yang berkualitas baik.Sehingga program-
program dengan kualitasrendah, sebanyak apapun
penontonnya, tidak akanbertahan lama di layar
kaca
- Ketua KPI Pusat Judhariksawan -
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
34/44
34 PENYIARANKITA | Maret - April 2015
SINERGI
A
liansi Jurnalis
Independen (AJI)
mendukung penguatan
kelembagaan KomisiPenyiaran Indonesia (KPI) dalam
revisi undang-undang penyiaran
yang tengah dibahas oleh Komisi I
DPR-RI. Hal tersebut disampaikan
Ketua AJI, Suwarjono, dalam
audiensi dengan KPI Pusat
bersama jajaran pengurus AJI
yang baru saja terpilih, (28/4).
Menurut Suwarjono, peran
KPI bukanlah sekedar pemberi
peringatan kepada lembagapenyiaran yang melakukan
pelanggaran. KPI Harus lebih
dari itu, ujarnya. Karenanya,
Suwarjono mendukung program
Survey Kepemirsaan yang
dilakukan oleh KPI yang akan
menjadi penyeimbang dominasi
lembaga rating saat ini, Nielsen.
Dalam pertemuan tersebut,
diakui pula oleh AJI bahwa
industri penyiaran saat inisangat tergantung dengan report
(laporan) dari Nielsen yang
datang setiap hari. Karenanya
perlu terobosan yang luar biasa,
untuk memutus ketergantungan
AJI DUKUNG
PENGUATAN
KELEMBAGAAN
KPI DALAM
REVISI UU
PENYIARAN
dengan lembaga rating tunggal
yang memberikan penilaian secara
kuantitatif ini.
Pada kesempatan itu, koordinator
bidang kelembagaan KPI Pusat,
Bekti Nugroho menyampaikanperhatian KPI terhadap revisi
undang-undang penyiaran. Menurut
Bekti, revolusi mental yang diusung
oleh Presiden saat ini harusnya
memberikan perhatian besar pada
dunia penyiaran. Jika KPK bekerja
pada bagian hulu, KPI justru bekerja
pada bagian hilir, ujarnya. Mental
masyarakat, terutama generasi
muda bangsa ini sangat dipengaruhi
dengan muatan yang ada di layarkaca, televisi. Karena KPI adalah
satu-satunya lembaga yang punya
kewenangan mengatur penyiaran,
maka harus ada kemauan politik
yang besar dari pemerintah dalam
menguatkan KPI untuk menata dunia
penyiaran, terang Bekti.
Lebih jauh Bekti juga
menyampaikan besaran pemasukan
pemerintah dari sektor penyiaran
yang tidak terlalu besar. Berapabesar keuntungan fnansial yang
diterima negara dari industri televisi
selama ini? Dan berapa besar
kontribusi televisi dalam membangun
peradaban bangsa Indonesia,tanya
Bekti.
Komisioner yang pernah
mengenyam pendidikan di
Lembaga Ketahanan Nasional
(Lemhanas) ini memaparkan
pula tentang regulator penyiarandi negara lain yang memiliki
kewenangan kuat. Usulan konkrit
KPI dalam revisi undang-undang
penyiaran adalah pembagian
kewenangan perizinan. Perizinan
frekwensi tetap ditangani oleh
pemerintah, sedangkan izin siaran
ditangani oleh KPI.
Di akhir pertemuan,
AJI menyarankan agar KPI
terus mendesak DPR untukmenyelesaikan revisi undang-
undang penyiaran. Jika
undang-undang penyiaran
belum rampung, maka beberapa
rancangan undang-undang
yang masih terkait penyiaran
seperti RUU Radio/Televisi
Republik Indonesia (RTRI) juga
terhambat, ujar Suwarjono.
Sekalipun RUU Penyiaran sudah
menjadi prolegnas, namun AJImenilai, DPR tetap membutuhkan
dorongan dan desakan publik
agar tahun ini undang-undang
penyiaran yang baru dapat
disahkan. [RA]
Jakarta
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
35/44
35PENYIARANKITA | Maret - April 2015
Munculnya penyiaran
yang tidak sehat di
tengah masyarakat
diyakini merupakan
implikasi dari seluruh masyarakat
penyiaran. Padahal dalam
undang-undang penyiaran,
KPI mendapatkan kewenangan
atributif, atau diberikan langsung
oleh pemubuat undang-undangdalam mengatur penyiaran,
termasuk proses perizinan. Hal
tersebut disampaiakn Prof dr
Salmon Nirahua, SH., M. Hum.,
guru besar ilmu hukum tata
Negara Universitas Pattimura,
dalam acara Forum masyarakat
Peduli Penyiaran (FMPP) di
Ambon, (6/3).
Selain itu, pria yang
kerap dipanggil Pak Mon inimengapresiasi kegiatan FMPP
di Ambon sebagai bagian
usaha KPI menjaga kedaulatan
penyiaran. Bagaimanapun,
jika bicara kedaulatan rakyat di
penyiaran, KPI lah yang memegang
mandatnya, ujarnya. Hal ini senadadengan yang disampaikan Fajar
Arifanto Isnugroho, Komisioner
KPI Pusat bidang kelembagaan. KPI
berperan mengedukasi masyarakat
agar selektif dan hati-hati dalam
mengkonsumsi tayangan televisi.
Apalagi, tambah Fajar, frekwensi
yang melintas di Maluku juga harus
memberikan manfaat yang besar bagi
masyarakat Maluku, salah satunya
melestarikan kekayaan khazanahbudaya Maluku.
Di awal pelaksanaan FMPP ini
dihadiri oleh Rektor Institut Agama
Islam Negeri Ambon (IAIN) Dr
Hasbullah Toisutta yang menyaksikan
penandatanganan Perjanjian
Kerja sama Survey Indeks Kualitas
Program Siaran Televisi antara
KPI dan IAIN Ambon. Hasbullah
mengaku tersanjung dengan
pilihan KPI Pusat kepada lembagapendidikan yang dipimpinnya ini. Dia
berharap, keikutsertaan IAIN dalam
pelaksanaan survey ikut memberikan
kontribusi dalam perbaikan kualitas
siaran televisi secara nasional.
AJAK MASYARAKAT CERDAS BERMEDIA,
KPI GELAR FMPP DI AMBON
Sementara itu dalam
sambutan FMPP, Ketua KPI Pusat
Judhariksawan menyampaikan
alasan dilaksanakannya Survey
Indeks Kualitas Program
Televisi tahun 2015, serta
dipilihnya Ambon sebagai
lokasi pembentukan FMPP. KPI
berharap keterlibatan aktif
masyarakat di Ambon dalammengawasi muatan televisi dan
radio, ujar Judha. Tidak hanya
aktif mengawasi bahkan, Judha
berharap masyarakat Ambon juga
cerdas dalam menyikapi muatan
isi siaran.
Kualitas penyiaran saat ini
juga dikritisi secara khusus oleh
Abidin Wakano, Ketua Majelis
Ulama Indonesia (MUI) Provinsi
Maluku. Dalam pandanganAbidin, seharusnya penyiaran
menjadi provokator damai di
tengah masyarakat. Apalagi di
ambon sendiri, ujar Abidin, punya
secara kelam tentang perselisihan
antar kelompok masyarakat.
Dalam FMPP ini pula, Bekti
Nugroho Komisioner KPI Pusat
bidang Kelembagaan, melihat
pentingnya wisdom yang
dimiliki para produser dansutradara tayangan di televisi.
Berita adalah idealitas, bukan
realitas! ujar Bekti. Karena harus
tampil ideal, maka disanalah
fungsi kebijaksanaan dari
produser atau sutradara tampil.
Agar isi berita yang muncul
memang sesuia dengan hak asasi
dan kebutuhan masyarakat. Bekti
meyakini, kalau kebijaksaan
atau wisdom ini dimiliki parapengelola tayangan televisi,
harusnya tidak akan muncul
muatan siaran yang tidak penting
bahkan cenderung sampah, di
tengah penyiaran kita. [RA]
Ambon
-
7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web
36/44
36 PENYIARANKITA | Maret - April 2015
PELATIHAN LITERASI MEDIADI KABUPATEN DOMPU NTB
KPI DAERAH
Dompu
B
upati Dompu, Nusa
Tenggara Barat
(NTB) Bambang H
Yasin, Komisioner
KPI Pusat Azimah Subagijo,
dan Komisioner KPID NTB
menghadiri penandatanganan
Memorandum Of Understanding
(MoU) kerjasama literasi media
dan gerakan keluarga sadar
media antara KPI Daerah NTB
dengan TP PKK Dompu dan
Persatuan Wartawan Indonesia
(PWI) Perwakilan Dompu. Acara
berlangsung pada Selasa, 3 Maret
2014 di Aula PKK Dompu dengan
tema Mewujudkan Masyarakat
Dompu yang Cerdas dan Sadar
Media.
Dalam sambuatannya
Bambang H. Yasin menilai
literasi media adalah
kegiatan yang positif dan
perlu terus dikembangkan.
Menurutnya literasi media
mampu menumbuhkan sikapkritis masyarakat terhadap
media itu sendiri. Bambang
berharap kegiatan itu mampu
meningkatkan pemahaman
masyarakat tentang media,
mengkritisi, memilih dan memilah
informasi di dalamnya.
Ketua KPI Daerah NTB Sukri
Aruman dalam sambutannya
menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang tinggi kepadaPemerintah Kabupaten Dompu
atas dukungan dan perhatiannya.
KPI Daerah NTB sudah berjalan
enam tahun dan banyak hal
yang sudah kami lakukan dalam
menata penyiaran di Nusa Tenggara
Barat, katanya.
Sukri mengungkapkan, KPIDaerah NTB terus menggandeng
berbagai pihak dan pemangku
kepentingan di NTB untuk bersama-
sama mengawal penyiaran NTB yang
sehat dan bermartabat. Menurut
Sukri mengawasi dan memantau
siaran radio dan TV bukanlah
tanggung jawab KPID semata,
juga dibutuhkan partisipasiaktif masyarakat selaku pemilik
frekuensi yang merupakan ranah
publik.
Peserta literasi media dihadiri
dari berbagai unsur masyarakat
Dompu, yakni pelajar, mahasiswa,
tokoh masyarakat, dan
perwakilan berbagai organisasi.
Kegiatan itu menghadirkan
empat narasumber yakni Azimah
Subagijo, Koordinator Strukturdan Sistem Penyiaran KPI Pusat
dengan presentasi seputar KPI
dan Masa Depan Penyiaran
Indonesia, anggota KPI Daerah
NTB Lalu Sukron Prayogi
dengan materi