2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557

download 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557

of 14

Transcript of 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557

  • 7/24/2019 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557

    1/14

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pisang

    Menurut sejarah, pisang berasal dari Asia Tenggara yang kemudian disebarkan

    oleh para penyebar agama islam ke Afrika Barat, Amerika Selatan dan Amerika Tengah.

    Selanjutnya pisang menyebar ke suluruh dunia, meliputi daerah tropis dan sub tropis.

    Negara-negara penghasil pisang yang terkenal diantaranya Brasil, Fhilipina, Panama,

    Honduras, India, Equador, Thailand, Karibia, Columbia, Meksiko, Venzuela, dan Hawai.

    Indonesia merupakan negara penghasil pisang nomor empat di dunia (Satuhu dan

    Supriadi, 2000).

    Pisang tergolong tanaman buah berupa herbal yang tidak asing lagi bagi sebagian

    besar masyarakat. Tumbuhan ini berdasarkan klasifikasi ilmiahnya tergolong dalam

    keluarga besar Musaceae, sebagaimana penggolongan dari tingkat Kingdom hingga

    species berikut ini.

    Adapun klasifikasi pisang (musa paradisiaca formatypica) menurut

    Tjitrosoepomo (2001) :

    Kerajaan :Plantae

    Divisi :Magnoliophyta

    Kelas :Liliopsida

    Ordo :Zingiberales

    Famili :Musaceae

    Genus :Musa

    Species :Musa paradisiaca formatypica

    Pisang termasuk dalam family Musaceae, dan terdiri atas berbagai varietas

    dengan penampilan warna, bentuk, dan ukuran yaang berbeda-beda. Varietas pisang yang

  • 7/24/2019 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557

    2/14

    diunggulkan antara lain Pisang Ambon Kuning, Pisang Ambon Lumut, Pisang Badak,

    Pisang Barangan, Pisang Kepok, Pisang Susu, Pisang Raja, Pisang Tanduk, dan Pisang

    Nangka.

    Terdapat bermacam-macam jenis pisang, tetapi bila dikelompokkan akan terbagi

    menjadi empat golongan (Anonim, 2010). Yaitu :

    1. Pisang yang dapat dikonsumsi segar tanpa diolah terlebih dahulu. Jenis

    pisang ini digolongkan pada pisang buah meja seperti pisang mas, pisang

    seribu, pisang hijau, pisang ambon, pisang susu, pisang raja, pisang badak

    (cavendish).

    2. Pisang olahan yaitu pisang yang dapat di konsumsi setelah di olah terlebih

    dahulu seperti di rebus, di kukus, di goreng, atau di buat produk-produk

    lain seperti cake dan roti yang tergolong pada kelompok ini adalah pisang

    kepok, pisang nangka, pisang kapas, pisang tanduk, pisang raja uli, pisang

    kayu dan lain-lain.

    3. Pisang biji. Jenis pisang ini tidak bisa di konsumsi dalam bentuk segar

    maupun olahan secara langsung tetapi dapat di konsumsi bersama-sama

    dengan bahan-bahan lainnya. Misalnya pisang klutuk untuk pembuata

    rujak.

    4. Pisang hias yaitu kelompok jenis pisang yang di gunakan sebagai pisang

    hias pada berbagai keperluan seperti pisang-pisangan yang di gunakan

    untuk tanaman hias, pisang lilin dan pelepah.

    1.2Kandungan Gizi Pisang

    Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral

    dan juga karbohidrat. Pisang di jadikan buah meja, sale pisang, pure pisang dan tepungpisang. Kulit pisang dapat di manfaatkan untuk membuat cuka melalui fermentasi alkohol

    dan asam cuka. Daun pisang dapat di pakai sebagai pembungkus berbagai macam

    makanan tradisional. Batang pisang dapat di olah menjadi serat untuk pakaian dan kertas.

    Batang pisang dan daun pisang yang telah di potong kecil dapat di jadikan makanan

    ternak ruminansia (domba atau kambing) pada saat musim kemarau, di mana rumput

  • 7/24/2019 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557

    3/14

    tidak ada atau kurang tersedia. Secara tradisional, air umbi batang pisang kepok di

    manfaatkan sebagai obat disentri dan pendarahan usus besar, sedangkan air batang pisan

    di gunakan sebagai obat sakit kencing dan penawar racun (Anonim, 2010).

    Pisang mempunyai kandungan gizi sangat baik, antara lain menyediakan energi

    cukup tinggi di bandingkan dengan buah-buahan lain. Pisang kaya akan mineral seperti

    kalium, magnesium, fosfor, besi dan kalsium. Pisang juga mengandung vitamin yaitu C,

    B kompleks, B6 dan Serotonin yang aktif sebagai neurotransmiter dalam kelancaran

    fungsi otak. Kandungan energi pisang merupakan energi instan, yang mudah tersedia

    dalam waktu singkat,sehingga bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan kalori sesaat.

    Karbohidrat pisang merupakan karbohidrat kompleks tingkat sedang dan tersedia secara

    bertahap, sehingga dapat menydiakan energi dalam waktu tidak terlalu cepat. Karbohidrat

    pisang merupakan cadangan energi yang sangat baik di gunakan dan dapat secara cepat

    tersedia bagi tubuh (Anonim, 2009).

    Tabel 1. Kandungan gizi buah pisang per 100 gram bahan

    No Senyawa Kompotensi

    1 Air (garam) 75.00

    2 Energi (K) 88.00

    3 Karbohidrat (Gram) 23.00

    4 Protein (Gram) 1.20

  • 7/24/2019 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557

    4/14

    5 Lemak (Gram) 0.200

    6 Ca (Mg) 8.00

    7 P (Mg) 28.00

    8 Fe (Mg) 06.00

    9 Vitamin A (Mg) 439.00

    10 Vitamin B-1 (Mg) 0.04

    11 vitamin C (Mg) 78.00

    (Mulyanti, 2005).

    1.3Panen dan pasca panen

    1.

    Umur dan waktu panen

    Beberapa tanda atau ciri yang sering digunakan sebagai kriteria untuk

    memutuskan buah pisang yang siap dipanen. Petani seringkali menentukan berdasarkan

    pengalaman dengan ciri-ciri fisik pada buah, meliputi bentuk buah, ukuran, serta kulit

    buahnya. Untuk memastikan umur panen yang tepat juga perlu didukung oleh analisis

    komponen penting sebagai penentu seperti kadar padatan terlarut total, kadar pati, dan

    kadar asamnya. Namun, analisis kimiawi harus mengambil buah dan menghacurkannya,

    oleh karena itu analisis dilakukan sebagai pengendali mutu buah dan diambil padabeberapa contoh saja. Cara ini sering dikenal dengan cara fisikologis, yang mudah

    dilakukan. Pada perkebunan besar, petugas pemanen selalu memberi tanda pada bunga

    pisang yang mekar dengan warna-warna yang berbeda, dan berdasarkan varietas

    pisangnya yang telah diketahui sebelumnya berapa umur panen yang tepat, maka pada

    umur tertentu dapat dilakukan panen. Sedangkan tingkat ketuaan buah merupakan faktor

    penting pada buah pisang. Buah yang dipanen kurang tua akan tetap matang, namun

    kualitasnya kurang baik karena rasa dan aromanya tidak berkembang baik. Sebaliknya

    bila buah dipanen terlalu tua, rasa manis dan aroma buah kuat, tetapi memiliki masa segar

    yang pendek. Oleh karena itu tingkat ketuaan panen sangat erat kaitannya dengan

    jangkauan pemasaran dan tujuan penggunaan buah. (Murtningsihdan Pekert, 1998).

  • 7/24/2019 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557

    5/14

    Buah pisang yang akan dipanen disesuaikan dengan tujuannya. Untuk tujuan

    konsumsi ilokal atau keluarga, panen dilakukan setelah buah tua atau bahkan terlalu tuah

    (derajat ketuaan 75-85%), tetapi sudah masak fisiologis (kadar patihnya sudah

    maksimum). Pada keadaan ini kualitas buah cukup baik dan mempunyai Daya simpan

    yang cukup lama. Waktu panen buah pisang dapat dilaskukan dengan dua cara yaitu

    dengan menghitung jumlah hari dari bunga mekar sampai dipanen atau dengan melihat

    bentuk buah.

    2. Cara Panen

    Buah pisang dipanen bersama-sama dengan tandanya. Panjang tandan yang akan

    diambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas, gunakan pisau yang tajam dan bersih

    waktu memotong tandan. Tandan pisang disimpan dalam posisi terbalik agar supaya

    getah dari bekas potongan langsung menetes kebawah tanpa mengotori buah. Setelah itu

    batang pisang dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan sama sekali. Jika tersediah

    tenaga kerja, batang pisang tersebut bisa saja dipotong sampai setinggi 1 m dari

    permukaan tanah. Penyisaan batang dimaksudkan untuk memacu laju pertumbuhan tunas.

    3. Periode Panen

    Perkebunan pisang yang cukup luas, panen dapat dilakukan 3-10 hari sekali

    tergantung pengaturan jumlah tanaman produktif.

    Tabel 2. Kriteria kematangan pisang

    Tingkat

    kematangan

    Warna Kulit

    BuahPati (%) Gula (%) Keterangan

    1 Hijau 20 0,5 Keras

    2Hijau mulai

    kuning18 2,5 -

    3

    Hijau lebih

    Banyak dari

    kuning

    16 4,5 -

    4

    Kuning lebih

    banyak dari

    hijau

    13 7,5 -

    Kuning lebih 7 13,5 -

  • 7/24/2019 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557

    6/14

    banyak namun

    ujung buah

    masi hijau

    6Seluruhnya

    kuning2,5 18,0

    Mudah

    dikupas

    7Kuning sedikit

    bintik coklat1,5 19,0

    Masak penuh

    aroma lewat

    masak

    8

    Kuning

    dengan

    banyak bintik

    coklat

    1,0 19,0

    Daging buah

    gelap, aroma

    tinggi sekali

    Sumber : Murtinigsih, dkk.(1990).

    4. Penanganan Pasca Panen

    1. Pemotongan sisir pisang dari tandannya.

    2. Pencucian sisir pisang dari kotoran dan getah serta dilakukan seleksi buah.

    3. Pencucian sisir pisang yang sudah terseleksi dalam air bersih mengaliar.

    4. Penyusunan sisir pisang pada rak terbuka lalu dikeringkan dengan mengalirkan

    5. Pengemasan sisir pisang pada kotak karton per 15 kg (3-5 sisir ukuran besar atau

    6-9 sisir ukuran kecil).

    6.

    Penyemprotan fungisida A12 (SO4)3 (120 ml/15 kg pisang).

    7. Pengepakan pada container.

    Secara konvensional tandan pisang ditutup dengan daun pisang kering untuk

    mengurangi penguapan dan diangkut ke tempat pemasaran dengan menggunakan

    kenderaan terbuka/tertutup. Untuk proses pengiriman keluar negeri, sisir pisang

    dilepaskan darri tandannya kemudian dipilah-pilah berdasarkan ukurannya. Proses

    pengepakan dilakukan dengan mengguakan wadah karton. Sisir buah pisang dimasukkan

    kedalam dos dengan posisi terbalik dalam beberapa lapisan. Sebaiknya luka potongan

    diujung sisir buah pisang disucihamakan untuk menghindari pembusukan.

    Tabel 3. Syarat mutu pisang berdasarkan SNI 01-6946-2003

  • 7/24/2019 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557

    7/14

    Jenis Uji Satuan

    Persyaratan

    Mutu I Mutu II

    Keseragaman kultivar % Seragam (>95) Seragam (>90)

    Tingkat ketuaan buah Hari 900-100 90-100

    Keseragaman ukuran Seragam (>95) Seragam (>90)

    Bentuk Seragam (>95) Seragam (>90)

    Kadar kotoran % bobot/bobot 0 < 2,5

    Tingkat kerusakan fisik %bobot/bobot 0 0

    Tingkat ketidak seragam %bobot/bobot 0

  • 7/24/2019 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557

    8/14

    3 Kadar air, bb % Maks 6

    4 Lemak, bb % Maks 30

    5 Abu, bb % Maks 2

    6 Cemaran Logam

    6.1 Timbal (Pb)

    6.2 Tembaga (Cu)

    6.3 Seng (Zn)

    6.4 Raksa (Hg)

    Mg/Kg

    Mg/Kg

    Mg/Kg

    Mg/Kg

    Maks 1,0

    Maks 10

    Maks 40

    Maks 1,05

    7 Cemara Mikroba

    7.1 Angka lempengan

    7.2 Ekoli

    7.3 Kapang

    Koloni/g

    APH/g

    Kolopi/g

    Maks 1,0 x 106

    Maks 1,03 x104

    Sumber : BPOM, 1996.

    Keripik pisang standar teknis ini berlaku untuk pembuatan pisang menjadi keripik

    pisang. Prosedur operasional pengolahan keripik pisang terdiri dari beberapa kegiatan

    meliputi penyiapan bahan baku keripik pisang, penyiapan peralatan keripik pisang dan

    kemasan keripik pisang, pengupasan keripik pisang dan pengirisan keripik pisang,

    pencucian keripik pisang, penggorengan keripik pisang, penirisan minyak keripik pisang,

    pemberian bumbu keripik pisang, pengemasan keripik pisang serta pelabelan keripik

    pisang.

    2.5Bahan Tambahan Makanan

    Adapun proses penambahan bahan tambahan makanan yang dilakukan pada

    pembuatan keripik pisang mocca yakni penggunaan Pasta Coffee Mocca. Pasta Coffee

    Mocca dibuat dari extract bubuk kopi asli asal Indonesia yang beraroma cita rasa tinggi

    dengan khas kopi kental dapat digunakan sebagai bahan tambahan makanan, minuman,

    bakery, cake serta keripik. Pasta coffee mocca adalah sebuah campuran antara Coffee dan

    Mocca yakni sebagai suatu bahan tambahan makanan yang sangat penting dalam

    penggunaannya.

    2.6 Pengemasan

  • 7/24/2019 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557

    9/14

    Pengemasan bahan pangan terdapat dua macam wadah yaitu wadah utama atau

    wadah yang langsung berhubungan dengan bahan pangan. Wadah utama harus bersifat

    non toksik dan inert sehingga tidak terjadi reaksi kimia yang dapat menyebabkan

    perubahan warna, flavour dan perubahan lainnya. Selain itu, untuk wadah utama biasanya

    diperlukan syarat-syarat tertentu bergantung pada jenis makanannya, misalnya bahan

    masuknya bau dan gas, meelindungi makanan dari sinar matahari, tahan terhadap tekanan

    atau benturan dan transparan. (Winarno, 1983).

    Melindungi pangan dari kontaminasi berarti melindunginya terhadap

    mikroorganisme dan kotoran sarta tahan terhadap gigitan serangga atau binatang pengerat

    lainnya. Melindungi kandungan airnya berarti bahwa makanan didalamnya tidak boleh

    menyerap air dari atmosfer dan juga tidak berkurang kadar airnya jadi, wadahnya harus

    kedap air. Perlindungan terhadap bau dan gas dimaksudkan supaya bau atau gas yang

    tidak diinginkan tidak dapat masuk melalui wadah tersebut dan jangan sampai merembes

    keluar melalui wadah. Wadah yang rusak karena tekanan atau benturan dapat

    menyebabkan makanan didalamnya juga rusak dalam arti berubah bentuknya (Winarno,

    1983).

    Pengemasan komoditi hortikultura adalah suatu usaha menempatkan komoditi

    segar ke dalam suatu wadah yang memenuhi syarat sehingga mutunya tepat atau hanya

    mengalami sedikit penurunan pada saat diterima oleh konsumen akhir dengan nilai-nilai

    pasar yang tetap tinggi. Dengan pengemasan, komoditi dilindungi dari kerusakan,

    benturan mekanis, fisik, kimia dan mikrobiologis selama pengangkutan, penyimpanan

    dan pemasaran (Sacharow dan Griffin, 1980).

    Bagian luar kemasan biasanya dilengkapi dengan etiket (label) dan hiasan

    (dekorasi) yang bertujuan untuk: a) Memberikan kemudahan dalam mengidentifikasikan

    produk yang dikemas, seperti jenis dan kualitasnya, b) Memberikan informasi tentangmerek dagang dan kualitasnya, c) Menarik perhatian pembeli, d) Memberikan keterangan

    pada pembeli tentang cara menggunakan produk yang dikemas (Sacharow dan Griffin,

    1980).

  • 7/24/2019 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557

    10/14

    Erliza dan Sutedja (1987) menyatakan bahwa bahan kemasan harus mempunyai

    syarat- syarat yaitu tidak toksik, harus cocok dengan bahan yang dikemas, harus

    menjamin sanitasi dan syarat- syarat kesehatan, dapat mencegah kepalsuan, kemudahan

    membuka dan menutup, kemudahan dan keamanan dalam mengeluarkan isi, kemudahan

    pembuangan kemasan bekas, ukuran, bentuk dan berat harus sesuai. Serta harus

    memenuhi syarat-syarat yaitu kemasan yang ditujukan untuk daerah tropis mempunyai

    syarat yang berbeda dari kemasan yang ditujukan untuk daerah subtropis atau daerah

    dingin. Demikian juga untuk daerah yang kelembaban tinggi dan derah kering.

    Berdasarkan fungsinya pengemasan dibagi menjadi dua yaitu pengemasan untuk

    pengangkutan dan distribusi (Shiping/Delivery Package) dan pengemasan untuk

    perdagangan eceran atau supermarket (Retail Package).

    Pemakaian material dan pemilihan rancangan kemasan untuk pengangkutan dan

    distribusi akan berbeda dengan kemasan untuk perdagangan eceran. Kemasan untuk

    pengangkutan atau distribusi akan mengutamakan material dan rancangan yang dapat

    melindungi kerusakan selama pengangkutan dan distribusi, sedangkan kemasan untuk

    eceran diutamakan material dan rancangan yang dapat memikat konsumen untuk

    membeli (Peleg, 1985).

    Winarno, et al. (1986) makanan yang dikemas mempunyai tujuan untuk

    mengawetkan makanan, yaitu mempertahankan mutu kesegaran, warnanya tetap, untuk

    menarik konsumen, memberikan kemudahan penyimpanan dan distribusi, serta yang

    lebih penting lagi dapat menekan peluang terjadinya kontaminasi dari udara, air, dan

    tanah baik oleh mikrobiologi pembusuk, mikroorganisme yang dapat membahayakan

    kesehatan manusia, maupun bahan kimia yang bersifat merusak atau racun. Beberapa

    faktor yang penting diperhatikan dalam pengemasan bahan pangan adalah sifat bahan

    pangan tersebut, keadaan lingkungan dan bahan pengemas. Sifat bahan pangan antara

    lain adalah adanya kecenderungan untuk mengeras dalam kadar air dan suhu yang

    berbeda-beda, daya tahan terhadap cahaya, oksigen dan mikroorganisme.

    Winarno dan Jennie (1982). Mengemukakan bahan pengemas harus tahan

    serangan hama atau binatang pengeratdan bagian dalam yang berhubungan langsung

    dengan bahan pangan haruslah tidak berbau, tidak mempunyai rasa serta tidak beracun.

  • 7/24/2019 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557

    11/14

    Bahan pengemas tidak boleh bereaksidengan komoditi. Dengan adanya pengemasan

    dapat membantu untuk mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan.

    Menurut Brody (1972) kerusakan terjadi karena pengaru lingkungan luar dan pengaruh

    kemasan yang digunakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan bahan pangan

    sehubungan dengan kemasan yang digunakan menurut Winarno dan Jannie (1983) dapat

    digolongkan menjadi dua golongan yaitu golongan pertama kerusakan ditentukan oleh

    sifat alamiah dari produk dan tidak dapat dicegah dengan pengemasan. misalnya

    perubahan kimia, biokimia, fisik serta mikrobiologis, sedangkan golongan kedua

    kerusakan yang ditentukan oleh lingkungan dan hampir seluruhnya dapat dikontrol

    dengan kemasan yang dapat digunakan, misalnya kerusakan mekanis, perubahan kadar

    air bahan, absorpsi dan interaksi dengan oksigen. Berbagai jenis bahan digunakan untuk

    keperluan kemasan, diantaranya adalah bahan-bahan dari logam, kayu, gelas, kertas,

    papan.

    Interaksi bahan pangan atau makanan dengan lingkungan dapat menimbulkan

    dampak yang merugikan bagi bahan pangan tersebut, antara lain :

    1. Interaksi massa :

    Kontaminasi mikroba (jamur, bakteri, dll).

    Kontaminasi serangga

    Penambahan air atau menguapnya air.

    Benturan/gesekan.

    2. Interaksi cahaya :

    Oksidasi terhadap lemak, protein, vitamin dll.

    3. Interaksi panas

    Terjadi gosong, peerubahan warna.

    Rusaknya nutrisi.

    1.5.1 Fungsi Pengemasan

    Mengatur interaksi antara bahan pangan dengan lingkungan sekitar, sehingga

    menguntungkan bagi bahan pangan, dan menguntungkan bagi manusia yang

    mengkonsumsi bahan pangan.

  • 7/24/2019 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557

    12/14

    2.5.2 Tujuan Pengemasan

    Peranan kemasan pada produk bertujuan untuk:

    Membuat umur simpan bahan pangan menjadi panjang.

    Menyelamatkan produksi bahan pangan yang berlimpah.

    Mencegah rusaknya nutrisi/gizi bahan pangan.

    Menjaga dan menjamin tingkat kesehatan bahan pangan.

    Memudahkan distribusi/pengangkutan bahan pangan.

    Mendukung perkembangan makanan siap saji.

    Menambah estetika dan nilai jual bahan pangan.

    Pengemasan bahan pangan harus memenuhi beberapa kondisi atau aspek untuk

    dapat mencapai tujuan pengemasan itu, yaitu:

    Bahan pengemasannya harus memenuhi persyaratan tertentu.

    Metode atau teknik pengemasan bahan pangan harus tepat.

    Pola distribusi dan penyimpanan produk hasil pengemasan harus baik.

    2.5.3 Persyaratan Bahan Pangan

    Memiliki permebilitas (kemampuan melewatkan) udara yang sesuai dan jenis

    bahan pangan yang akan di kemas.

    Harus bersifat tidak beracun dan inert (tidak bereaksi dengan bahan pangan).

    Harus kedap air.

    Mudah di kerjakan secara maksimal dengan harganya relatif murah.

    Tahan panas.

    2.5.4 Jenis-Jenis Bahan Pengemas

    1.

    Untuk wadah utama (pengemas berhubungan langsung dengan bahan pangan)

    seperti, kaleng/logam, botol/gelas, plastik, kertas, kaiin, daun, gerabah, dll.

    2. Untuk wadah luar (pelindung wadah utama selama distribusi, penjualan atau

    penyimpanan) seperti kayu dan karton.

  • 7/24/2019 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557

    13/14

    Jenis bahan pengemas yang di gunakan oleh UKM adalah jenis berbahan plastik

    sebab bahannya relatif murah. Penggunaan plastik dalam pengemasan sebenarnya sangat

    terbatas tergantung dari jenis makanannya. Kelemahan plastik adalah tidak tahan panas,

    tidak hermetis (plastik masih bisa di tembus udara melalui pori-pori), dan mudah terjadi

    pengembunan uap air di dalam kemasan ketika suhu turun.

    Jenis plastik yang di gunakan dalam pengemasan antara lain: polietilen,

    cellophan, polivinilklorida (PVC), polipropilen (PP), polivinil dienaklorida (PVDC),

    polipropilen, poliester, poliamida dan polietilentereptalat (PET).

    Polietilen adalah jenis plastik harganya paling murah dan memiliki beberapa

    varian antara lain: lowdensity polyetilene (LPE), high density polyetilene

    (HDPE), polyetelentereptalat (PET). Poietilen memiliki sifat kauat bergantung

    variannya, transparan, dan dapat di rekatkan denagn panas sehingga mudah dibuat

    kantong plastik.

    Cellophan sebenarnya terbuat dari serat selulosa yang disulfatasi. Cellophan dapat

    di pergunakna untuk membungkus sayuran, daging, dan beberapa jenis roti.

    Cellophan yang dilapisi nitroselulosa mempunyai sifat yang tahan terhadap uap

    air, fleksibel, dan mudah direkatkan dengan pemanasan. Cellophan yang dilapisi

    PVDC tahan terhadap uap air dan kadap oksigen sehingga baik untuk mengemas

    makanan yang mengandung minyak atau lemak.

    Polipropelin (PP) jenis plastik ini lebih kuat dan ringan dangan daya tembus uap

    yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan

    cukup mengkilap. Bahan yang terbuat dari PP bila ditekan akan kembali bentuk

    semula. Jenis ini adalah pilihan bahan plastik terbaik, terutama untuk tempat

    makanan dan minuman.

    Polivinilklorida (PVC) yaitu jenis plastik yang kuat namun memiliki kelemahan

    yakni dapat berkerut (Shrinkable) dan sering digunakan utntuk mengemas daging

    atau keju.

    Polivinildienaklorida (PVDC) adalah jenis kuat tahan terhadap uap air dan

    transmisi udara. Serta sering digunakan dalam pengemasan keju dan buah-buahan

    yang dikeringkan.

  • 7/24/2019 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557

    14/14