2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557
-
Upload
thomas-halim -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557
-
7/24/2019 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557
1/14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pisang
Menurut sejarah, pisang berasal dari Asia Tenggara yang kemudian disebarkan
oleh para penyebar agama islam ke Afrika Barat, Amerika Selatan dan Amerika Tengah.
Selanjutnya pisang menyebar ke suluruh dunia, meliputi daerah tropis dan sub tropis.
Negara-negara penghasil pisang yang terkenal diantaranya Brasil, Fhilipina, Panama,
Honduras, India, Equador, Thailand, Karibia, Columbia, Meksiko, Venzuela, dan Hawai.
Indonesia merupakan negara penghasil pisang nomor empat di dunia (Satuhu dan
Supriadi, 2000).
Pisang tergolong tanaman buah berupa herbal yang tidak asing lagi bagi sebagian
besar masyarakat. Tumbuhan ini berdasarkan klasifikasi ilmiahnya tergolong dalam
keluarga besar Musaceae, sebagaimana penggolongan dari tingkat Kingdom hingga
species berikut ini.
Adapun klasifikasi pisang (musa paradisiaca formatypica) menurut
Tjitrosoepomo (2001) :
Kerajaan :Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Liliopsida
Ordo :Zingiberales
Famili :Musaceae
Genus :Musa
Species :Musa paradisiaca formatypica
Pisang termasuk dalam family Musaceae, dan terdiri atas berbagai varietas
dengan penampilan warna, bentuk, dan ukuran yaang berbeda-beda. Varietas pisang yang
-
7/24/2019 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557
2/14
diunggulkan antara lain Pisang Ambon Kuning, Pisang Ambon Lumut, Pisang Badak,
Pisang Barangan, Pisang Kepok, Pisang Susu, Pisang Raja, Pisang Tanduk, dan Pisang
Nangka.
Terdapat bermacam-macam jenis pisang, tetapi bila dikelompokkan akan terbagi
menjadi empat golongan (Anonim, 2010). Yaitu :
1. Pisang yang dapat dikonsumsi segar tanpa diolah terlebih dahulu. Jenis
pisang ini digolongkan pada pisang buah meja seperti pisang mas, pisang
seribu, pisang hijau, pisang ambon, pisang susu, pisang raja, pisang badak
(cavendish).
2. Pisang olahan yaitu pisang yang dapat di konsumsi setelah di olah terlebih
dahulu seperti di rebus, di kukus, di goreng, atau di buat produk-produk
lain seperti cake dan roti yang tergolong pada kelompok ini adalah pisang
kepok, pisang nangka, pisang kapas, pisang tanduk, pisang raja uli, pisang
kayu dan lain-lain.
3. Pisang biji. Jenis pisang ini tidak bisa di konsumsi dalam bentuk segar
maupun olahan secara langsung tetapi dapat di konsumsi bersama-sama
dengan bahan-bahan lainnya. Misalnya pisang klutuk untuk pembuata
rujak.
4. Pisang hias yaitu kelompok jenis pisang yang di gunakan sebagai pisang
hias pada berbagai keperluan seperti pisang-pisangan yang di gunakan
untuk tanaman hias, pisang lilin dan pelepah.
1.2Kandungan Gizi Pisang
Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral
dan juga karbohidrat. Pisang di jadikan buah meja, sale pisang, pure pisang dan tepungpisang. Kulit pisang dapat di manfaatkan untuk membuat cuka melalui fermentasi alkohol
dan asam cuka. Daun pisang dapat di pakai sebagai pembungkus berbagai macam
makanan tradisional. Batang pisang dapat di olah menjadi serat untuk pakaian dan kertas.
Batang pisang dan daun pisang yang telah di potong kecil dapat di jadikan makanan
ternak ruminansia (domba atau kambing) pada saat musim kemarau, di mana rumput
-
7/24/2019 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557
3/14
tidak ada atau kurang tersedia. Secara tradisional, air umbi batang pisang kepok di
manfaatkan sebagai obat disentri dan pendarahan usus besar, sedangkan air batang pisan
di gunakan sebagai obat sakit kencing dan penawar racun (Anonim, 2010).
Pisang mempunyai kandungan gizi sangat baik, antara lain menyediakan energi
cukup tinggi di bandingkan dengan buah-buahan lain. Pisang kaya akan mineral seperti
kalium, magnesium, fosfor, besi dan kalsium. Pisang juga mengandung vitamin yaitu C,
B kompleks, B6 dan Serotonin yang aktif sebagai neurotransmiter dalam kelancaran
fungsi otak. Kandungan energi pisang merupakan energi instan, yang mudah tersedia
dalam waktu singkat,sehingga bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan kalori sesaat.
Karbohidrat pisang merupakan karbohidrat kompleks tingkat sedang dan tersedia secara
bertahap, sehingga dapat menydiakan energi dalam waktu tidak terlalu cepat. Karbohidrat
pisang merupakan cadangan energi yang sangat baik di gunakan dan dapat secara cepat
tersedia bagi tubuh (Anonim, 2009).
Tabel 1. Kandungan gizi buah pisang per 100 gram bahan
No Senyawa Kompotensi
1 Air (garam) 75.00
2 Energi (K) 88.00
3 Karbohidrat (Gram) 23.00
4 Protein (Gram) 1.20
-
7/24/2019 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557
4/14
5 Lemak (Gram) 0.200
6 Ca (Mg) 8.00
7 P (Mg) 28.00
8 Fe (Mg) 06.00
9 Vitamin A (Mg) 439.00
10 Vitamin B-1 (Mg) 0.04
11 vitamin C (Mg) 78.00
(Mulyanti, 2005).
1.3Panen dan pasca panen
1.
Umur dan waktu panen
Beberapa tanda atau ciri yang sering digunakan sebagai kriteria untuk
memutuskan buah pisang yang siap dipanen. Petani seringkali menentukan berdasarkan
pengalaman dengan ciri-ciri fisik pada buah, meliputi bentuk buah, ukuran, serta kulit
buahnya. Untuk memastikan umur panen yang tepat juga perlu didukung oleh analisis
komponen penting sebagai penentu seperti kadar padatan terlarut total, kadar pati, dan
kadar asamnya. Namun, analisis kimiawi harus mengambil buah dan menghacurkannya,
oleh karena itu analisis dilakukan sebagai pengendali mutu buah dan diambil padabeberapa contoh saja. Cara ini sering dikenal dengan cara fisikologis, yang mudah
dilakukan. Pada perkebunan besar, petugas pemanen selalu memberi tanda pada bunga
pisang yang mekar dengan warna-warna yang berbeda, dan berdasarkan varietas
pisangnya yang telah diketahui sebelumnya berapa umur panen yang tepat, maka pada
umur tertentu dapat dilakukan panen. Sedangkan tingkat ketuaan buah merupakan faktor
penting pada buah pisang. Buah yang dipanen kurang tua akan tetap matang, namun
kualitasnya kurang baik karena rasa dan aromanya tidak berkembang baik. Sebaliknya
bila buah dipanen terlalu tua, rasa manis dan aroma buah kuat, tetapi memiliki masa segar
yang pendek. Oleh karena itu tingkat ketuaan panen sangat erat kaitannya dengan
jangkauan pemasaran dan tujuan penggunaan buah. (Murtningsihdan Pekert, 1998).
-
7/24/2019 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557
5/14
Buah pisang yang akan dipanen disesuaikan dengan tujuannya. Untuk tujuan
konsumsi ilokal atau keluarga, panen dilakukan setelah buah tua atau bahkan terlalu tuah
(derajat ketuaan 75-85%), tetapi sudah masak fisiologis (kadar patihnya sudah
maksimum). Pada keadaan ini kualitas buah cukup baik dan mempunyai Daya simpan
yang cukup lama. Waktu panen buah pisang dapat dilaskukan dengan dua cara yaitu
dengan menghitung jumlah hari dari bunga mekar sampai dipanen atau dengan melihat
bentuk buah.
2. Cara Panen
Buah pisang dipanen bersama-sama dengan tandanya. Panjang tandan yang akan
diambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas, gunakan pisau yang tajam dan bersih
waktu memotong tandan. Tandan pisang disimpan dalam posisi terbalik agar supaya
getah dari bekas potongan langsung menetes kebawah tanpa mengotori buah. Setelah itu
batang pisang dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan sama sekali. Jika tersediah
tenaga kerja, batang pisang tersebut bisa saja dipotong sampai setinggi 1 m dari
permukaan tanah. Penyisaan batang dimaksudkan untuk memacu laju pertumbuhan tunas.
3. Periode Panen
Perkebunan pisang yang cukup luas, panen dapat dilakukan 3-10 hari sekali
tergantung pengaturan jumlah tanaman produktif.
Tabel 2. Kriteria kematangan pisang
Tingkat
kematangan
Warna Kulit
BuahPati (%) Gula (%) Keterangan
1 Hijau 20 0,5 Keras
2Hijau mulai
kuning18 2,5 -
3
Hijau lebih
Banyak dari
kuning
16 4,5 -
4
Kuning lebih
banyak dari
hijau
13 7,5 -
Kuning lebih 7 13,5 -
-
7/24/2019 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557
6/14
banyak namun
ujung buah
masi hijau
6Seluruhnya
kuning2,5 18,0
Mudah
dikupas
7Kuning sedikit
bintik coklat1,5 19,0
Masak penuh
aroma lewat
masak
8
Kuning
dengan
banyak bintik
coklat
1,0 19,0
Daging buah
gelap, aroma
tinggi sekali
Sumber : Murtinigsih, dkk.(1990).
4. Penanganan Pasca Panen
1. Pemotongan sisir pisang dari tandannya.
2. Pencucian sisir pisang dari kotoran dan getah serta dilakukan seleksi buah.
3. Pencucian sisir pisang yang sudah terseleksi dalam air bersih mengaliar.
4. Penyusunan sisir pisang pada rak terbuka lalu dikeringkan dengan mengalirkan
5. Pengemasan sisir pisang pada kotak karton per 15 kg (3-5 sisir ukuran besar atau
6-9 sisir ukuran kecil).
6.
Penyemprotan fungisida A12 (SO4)3 (120 ml/15 kg pisang).
7. Pengepakan pada container.
Secara konvensional tandan pisang ditutup dengan daun pisang kering untuk
mengurangi penguapan dan diangkut ke tempat pemasaran dengan menggunakan
kenderaan terbuka/tertutup. Untuk proses pengiriman keluar negeri, sisir pisang
dilepaskan darri tandannya kemudian dipilah-pilah berdasarkan ukurannya. Proses
pengepakan dilakukan dengan mengguakan wadah karton. Sisir buah pisang dimasukkan
kedalam dos dengan posisi terbalik dalam beberapa lapisan. Sebaiknya luka potongan
diujung sisir buah pisang disucihamakan untuk menghindari pembusukan.
Tabel 3. Syarat mutu pisang berdasarkan SNI 01-6946-2003
-
7/24/2019 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557
7/14
Jenis Uji Satuan
Persyaratan
Mutu I Mutu II
Keseragaman kultivar % Seragam (>95) Seragam (>90)
Tingkat ketuaan buah Hari 900-100 90-100
Keseragaman ukuran Seragam (>95) Seragam (>90)
Bentuk Seragam (>95) Seragam (>90)
Kadar kotoran % bobot/bobot 0 < 2,5
Tingkat kerusakan fisik %bobot/bobot 0 0
Tingkat ketidak seragam %bobot/bobot 0
-
7/24/2019 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557
8/14
3 Kadar air, bb % Maks 6
4 Lemak, bb % Maks 30
5 Abu, bb % Maks 2
6 Cemaran Logam
6.1 Timbal (Pb)
6.2 Tembaga (Cu)
6.3 Seng (Zn)
6.4 Raksa (Hg)
Mg/Kg
Mg/Kg
Mg/Kg
Mg/Kg
Maks 1,0
Maks 10
Maks 40
Maks 1,05
7 Cemara Mikroba
7.1 Angka lempengan
7.2 Ekoli
7.3 Kapang
Koloni/g
APH/g
Kolopi/g
Maks 1,0 x 106
Maks 1,03 x104
Sumber : BPOM, 1996.
Keripik pisang standar teknis ini berlaku untuk pembuatan pisang menjadi keripik
pisang. Prosedur operasional pengolahan keripik pisang terdiri dari beberapa kegiatan
meliputi penyiapan bahan baku keripik pisang, penyiapan peralatan keripik pisang dan
kemasan keripik pisang, pengupasan keripik pisang dan pengirisan keripik pisang,
pencucian keripik pisang, penggorengan keripik pisang, penirisan minyak keripik pisang,
pemberian bumbu keripik pisang, pengemasan keripik pisang serta pelabelan keripik
pisang.
2.5Bahan Tambahan Makanan
Adapun proses penambahan bahan tambahan makanan yang dilakukan pada
pembuatan keripik pisang mocca yakni penggunaan Pasta Coffee Mocca. Pasta Coffee
Mocca dibuat dari extract bubuk kopi asli asal Indonesia yang beraroma cita rasa tinggi
dengan khas kopi kental dapat digunakan sebagai bahan tambahan makanan, minuman,
bakery, cake serta keripik. Pasta coffee mocca adalah sebuah campuran antara Coffee dan
Mocca yakni sebagai suatu bahan tambahan makanan yang sangat penting dalam
penggunaannya.
2.6 Pengemasan
-
7/24/2019 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557
9/14
Pengemasan bahan pangan terdapat dua macam wadah yaitu wadah utama atau
wadah yang langsung berhubungan dengan bahan pangan. Wadah utama harus bersifat
non toksik dan inert sehingga tidak terjadi reaksi kimia yang dapat menyebabkan
perubahan warna, flavour dan perubahan lainnya. Selain itu, untuk wadah utama biasanya
diperlukan syarat-syarat tertentu bergantung pada jenis makanannya, misalnya bahan
masuknya bau dan gas, meelindungi makanan dari sinar matahari, tahan terhadap tekanan
atau benturan dan transparan. (Winarno, 1983).
Melindungi pangan dari kontaminasi berarti melindunginya terhadap
mikroorganisme dan kotoran sarta tahan terhadap gigitan serangga atau binatang pengerat
lainnya. Melindungi kandungan airnya berarti bahwa makanan didalamnya tidak boleh
menyerap air dari atmosfer dan juga tidak berkurang kadar airnya jadi, wadahnya harus
kedap air. Perlindungan terhadap bau dan gas dimaksudkan supaya bau atau gas yang
tidak diinginkan tidak dapat masuk melalui wadah tersebut dan jangan sampai merembes
keluar melalui wadah. Wadah yang rusak karena tekanan atau benturan dapat
menyebabkan makanan didalamnya juga rusak dalam arti berubah bentuknya (Winarno,
1983).
Pengemasan komoditi hortikultura adalah suatu usaha menempatkan komoditi
segar ke dalam suatu wadah yang memenuhi syarat sehingga mutunya tepat atau hanya
mengalami sedikit penurunan pada saat diterima oleh konsumen akhir dengan nilai-nilai
pasar yang tetap tinggi. Dengan pengemasan, komoditi dilindungi dari kerusakan,
benturan mekanis, fisik, kimia dan mikrobiologis selama pengangkutan, penyimpanan
dan pemasaran (Sacharow dan Griffin, 1980).
Bagian luar kemasan biasanya dilengkapi dengan etiket (label) dan hiasan
(dekorasi) yang bertujuan untuk: a) Memberikan kemudahan dalam mengidentifikasikan
produk yang dikemas, seperti jenis dan kualitasnya, b) Memberikan informasi tentangmerek dagang dan kualitasnya, c) Menarik perhatian pembeli, d) Memberikan keterangan
pada pembeli tentang cara menggunakan produk yang dikemas (Sacharow dan Griffin,
1980).
-
7/24/2019 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557
10/14
Erliza dan Sutedja (1987) menyatakan bahwa bahan kemasan harus mempunyai
syarat- syarat yaitu tidak toksik, harus cocok dengan bahan yang dikemas, harus
menjamin sanitasi dan syarat- syarat kesehatan, dapat mencegah kepalsuan, kemudahan
membuka dan menutup, kemudahan dan keamanan dalam mengeluarkan isi, kemudahan
pembuangan kemasan bekas, ukuran, bentuk dan berat harus sesuai. Serta harus
memenuhi syarat-syarat yaitu kemasan yang ditujukan untuk daerah tropis mempunyai
syarat yang berbeda dari kemasan yang ditujukan untuk daerah subtropis atau daerah
dingin. Demikian juga untuk daerah yang kelembaban tinggi dan derah kering.
Berdasarkan fungsinya pengemasan dibagi menjadi dua yaitu pengemasan untuk
pengangkutan dan distribusi (Shiping/Delivery Package) dan pengemasan untuk
perdagangan eceran atau supermarket (Retail Package).
Pemakaian material dan pemilihan rancangan kemasan untuk pengangkutan dan
distribusi akan berbeda dengan kemasan untuk perdagangan eceran. Kemasan untuk
pengangkutan atau distribusi akan mengutamakan material dan rancangan yang dapat
melindungi kerusakan selama pengangkutan dan distribusi, sedangkan kemasan untuk
eceran diutamakan material dan rancangan yang dapat memikat konsumen untuk
membeli (Peleg, 1985).
Winarno, et al. (1986) makanan yang dikemas mempunyai tujuan untuk
mengawetkan makanan, yaitu mempertahankan mutu kesegaran, warnanya tetap, untuk
menarik konsumen, memberikan kemudahan penyimpanan dan distribusi, serta yang
lebih penting lagi dapat menekan peluang terjadinya kontaminasi dari udara, air, dan
tanah baik oleh mikrobiologi pembusuk, mikroorganisme yang dapat membahayakan
kesehatan manusia, maupun bahan kimia yang bersifat merusak atau racun. Beberapa
faktor yang penting diperhatikan dalam pengemasan bahan pangan adalah sifat bahan
pangan tersebut, keadaan lingkungan dan bahan pengemas. Sifat bahan pangan antara
lain adalah adanya kecenderungan untuk mengeras dalam kadar air dan suhu yang
berbeda-beda, daya tahan terhadap cahaya, oksigen dan mikroorganisme.
Winarno dan Jennie (1982). Mengemukakan bahan pengemas harus tahan
serangan hama atau binatang pengeratdan bagian dalam yang berhubungan langsung
dengan bahan pangan haruslah tidak berbau, tidak mempunyai rasa serta tidak beracun.
-
7/24/2019 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557
11/14
Bahan pengemas tidak boleh bereaksidengan komoditi. Dengan adanya pengemasan
dapat membantu untuk mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan.
Menurut Brody (1972) kerusakan terjadi karena pengaru lingkungan luar dan pengaruh
kemasan yang digunakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan bahan pangan
sehubungan dengan kemasan yang digunakan menurut Winarno dan Jannie (1983) dapat
digolongkan menjadi dua golongan yaitu golongan pertama kerusakan ditentukan oleh
sifat alamiah dari produk dan tidak dapat dicegah dengan pengemasan. misalnya
perubahan kimia, biokimia, fisik serta mikrobiologis, sedangkan golongan kedua
kerusakan yang ditentukan oleh lingkungan dan hampir seluruhnya dapat dikontrol
dengan kemasan yang dapat digunakan, misalnya kerusakan mekanis, perubahan kadar
air bahan, absorpsi dan interaksi dengan oksigen. Berbagai jenis bahan digunakan untuk
keperluan kemasan, diantaranya adalah bahan-bahan dari logam, kayu, gelas, kertas,
papan.
Interaksi bahan pangan atau makanan dengan lingkungan dapat menimbulkan
dampak yang merugikan bagi bahan pangan tersebut, antara lain :
1. Interaksi massa :
Kontaminasi mikroba (jamur, bakteri, dll).
Kontaminasi serangga
Penambahan air atau menguapnya air.
Benturan/gesekan.
2. Interaksi cahaya :
Oksidasi terhadap lemak, protein, vitamin dll.
3. Interaksi panas
Terjadi gosong, peerubahan warna.
Rusaknya nutrisi.
1.5.1 Fungsi Pengemasan
Mengatur interaksi antara bahan pangan dengan lingkungan sekitar, sehingga
menguntungkan bagi bahan pangan, dan menguntungkan bagi manusia yang
mengkonsumsi bahan pangan.
-
7/24/2019 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557
12/14
2.5.2 Tujuan Pengemasan
Peranan kemasan pada produk bertujuan untuk:
Membuat umur simpan bahan pangan menjadi panjang.
Menyelamatkan produksi bahan pangan yang berlimpah.
Mencegah rusaknya nutrisi/gizi bahan pangan.
Menjaga dan menjamin tingkat kesehatan bahan pangan.
Memudahkan distribusi/pengangkutan bahan pangan.
Mendukung perkembangan makanan siap saji.
Menambah estetika dan nilai jual bahan pangan.
Pengemasan bahan pangan harus memenuhi beberapa kondisi atau aspek untuk
dapat mencapai tujuan pengemasan itu, yaitu:
Bahan pengemasannya harus memenuhi persyaratan tertentu.
Metode atau teknik pengemasan bahan pangan harus tepat.
Pola distribusi dan penyimpanan produk hasil pengemasan harus baik.
2.5.3 Persyaratan Bahan Pangan
Memiliki permebilitas (kemampuan melewatkan) udara yang sesuai dan jenis
bahan pangan yang akan di kemas.
Harus bersifat tidak beracun dan inert (tidak bereaksi dengan bahan pangan).
Harus kedap air.
Mudah di kerjakan secara maksimal dengan harganya relatif murah.
Tahan panas.
2.5.4 Jenis-Jenis Bahan Pengemas
1.
Untuk wadah utama (pengemas berhubungan langsung dengan bahan pangan)
seperti, kaleng/logam, botol/gelas, plastik, kertas, kaiin, daun, gerabah, dll.
2. Untuk wadah luar (pelindung wadah utama selama distribusi, penjualan atau
penyimpanan) seperti kayu dan karton.
-
7/24/2019 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557
13/14
Jenis bahan pengemas yang di gunakan oleh UKM adalah jenis berbahan plastik
sebab bahannya relatif murah. Penggunaan plastik dalam pengemasan sebenarnya sangat
terbatas tergantung dari jenis makanannya. Kelemahan plastik adalah tidak tahan panas,
tidak hermetis (plastik masih bisa di tembus udara melalui pori-pori), dan mudah terjadi
pengembunan uap air di dalam kemasan ketika suhu turun.
Jenis plastik yang di gunakan dalam pengemasan antara lain: polietilen,
cellophan, polivinilklorida (PVC), polipropilen (PP), polivinil dienaklorida (PVDC),
polipropilen, poliester, poliamida dan polietilentereptalat (PET).
Polietilen adalah jenis plastik harganya paling murah dan memiliki beberapa
varian antara lain: lowdensity polyetilene (LPE), high density polyetilene
(HDPE), polyetelentereptalat (PET). Poietilen memiliki sifat kauat bergantung
variannya, transparan, dan dapat di rekatkan denagn panas sehingga mudah dibuat
kantong plastik.
Cellophan sebenarnya terbuat dari serat selulosa yang disulfatasi. Cellophan dapat
di pergunakna untuk membungkus sayuran, daging, dan beberapa jenis roti.
Cellophan yang dilapisi nitroselulosa mempunyai sifat yang tahan terhadap uap
air, fleksibel, dan mudah direkatkan dengan pemanasan. Cellophan yang dilapisi
PVDC tahan terhadap uap air dan kadap oksigen sehingga baik untuk mengemas
makanan yang mengandung minyak atau lemak.
Polipropelin (PP) jenis plastik ini lebih kuat dan ringan dangan daya tembus uap
yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan
cukup mengkilap. Bahan yang terbuat dari PP bila ditekan akan kembali bentuk
semula. Jenis ini adalah pilihan bahan plastik terbaik, terutama untuk tempat
makanan dan minuman.
Polivinilklorida (PVC) yaitu jenis plastik yang kuat namun memiliki kelemahan
yakni dapat berkerut (Shrinkable) dan sering digunakan utntuk mengemas daging
atau keju.
Polivinildienaklorida (PVDC) adalah jenis kuat tahan terhadap uap air dan
transmisi udara. Serta sering digunakan dalam pengemasan keju dan buah-buahan
yang dikeringkan.
-
7/24/2019 2013-1-1002-612308039-bab2-31072013054557
14/14