2012,AGITASI
-
Upload
dido-alexan -
Category
Documents
-
view
105 -
download
11
description
Transcript of 2012,AGITASI
1
PENGADUKAN DAN PENCAMPURAN (AGITATION & MIXING)
Garis besar materi:
- Referensi - Pengertian - Tujuan - Pola aliran fluida - Perangkat - Pemilihan pengaduk - Kebutuhan daya
Referensi
McCabe WL, Smith JC, Harriot P. 1985. Unit Operations of Chemical Engineering, 4th ed. Diterjemahkan: Jasjfi E, Operasi Teknik Kimia Jilid 1. Penerbit Erlangga. 1999.
2
Referensi
Ikhsan D, Widiasa IN. Operasi Teknik Kimia I
Pengertian Pengadukan dan Pencampuran
• Pengadukan: - gerakan tertentu yang berpola untuk menghomogenisasikan bahan - bisa terjadi tanpa pencampuran • Pencampuran: - menyebarkan secara acak antara satu / lebih zat dengan zat lain yang mulanya terpisah Dilakukan dalam tangki berpengaduk
3
Tangki Berpengaduk dimana:
E = jarak pengaduk dari dasar tangki
Dt = diameter tangki
Da = diameter pengaduk
H = tinggi fluida dalam tangki
J = lebar sekat
W = lebar daun pengaduk
L = panjang daun pengaduk
Gambar 1. Dimensi tangki berpengaduk
Ref.: McCabe et al., 1985
Aplikasi Pengadukan dan Pencampuran
• proses suspensi padatan (padat-cair), • dispersi gas-cair, cair-cair • kristalisasi, • perpindahan panas, • reaksi kimia
4
Tujuan Pengadukan
• Mencampur zat cair yang mampu-campur (miscible)
• Mendispersikan gas melalui cairan dalam bentuk gelembung
• Mendispersikan antar zat cair yang beda sifat untuk membentuk emulsi
• Membuat suspensi antara zat cair dengan partikel zat padat
• Mempercepat proses pemindahan kalor
Prinsip kerja pengadukan
Daun pengaduk (impeler) berputar membangkitkan pola aliran dalam sistem zat bersirkulasi dalam bejana Zat dengan viskositas rendah, tipe aliran: turbulen Makin tinggi kecepatan putaran makin besar arus olahan yang terjadi makin tinggi tingkat tubulensinya Zat dengan viskositas tinggi, tipe aliran: laminer
5
Pola Aliran Fluida
Dipengaruhi oleh komponen-komponen: • Longitudinal (aksial) bekerja pada arah paralel dengan poros • Radial bekerja pada arah tegak lurus poros • Tangensial (rotasional) bekerja secara bersinggungan terhadap
lintasan lingkar di sekeliling poros
Macam Pengaduk Berdasarkan Pola Aliran
Impeler aliran-aksial membangkitkan
arus sejajar dengan sumbu impeler
Impeler aliran-radial membangkitkan
arus dengan arah tangensial atau radial
propeler turbin
6
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengadukan dan pencampuran
• Ratio antara geometri tangki dan pengaduk • Bentuk dan jumlah pengaduk • Posisi sumbu pengaduk • Kecepatan putaran pengaduk • Sekat dalam tangki • Properti fisik fluida (densitas & viskositas)
Dimensi Geometri Tangki
t2
tt tπD41V
Untuk mengoptimalkan kemampuan pengaduk dalam menggerakkan dan membuat pola aliran fluida yang melingkupi seluruh bagian fluida dalam tangki, maka dirancang:
diamater tangki = ketinggian fluida
Volume tangki silinder:
(1)
7
Dimensi Geometri Tangki Pertimbangan awal untuk merancang adalah:
mencari nilai dari diameter tangki berdasarkan kapasitas fluida yang diinginkan dalam pengadukan dan pencampuran
34
tt
VD (2)
Jika, Dt < H maka ada kecenderungan untuk menambah jumlah pengaduk dalam tangki
Untuk Dt = H pada persamaan (1), maka:
Dimensi Geometri Tangki
Rancangan “standar” pengaduk dalam tangki:
31
t
a
DD
1tD
H121
tD
J
1aD
E
51
aD
W41
aD
L
Gambar 1. Dimensi tangki berpengaduk
8
Dimensi Geometri Tangki
Ukuran “standar” dijadikan sebagai acuan pembanding unjuk kerja agitator
Geometri tangki dirancang untuk menghindari terjadinya dead zone
Dead zone: daerah dimana fluida tidak bisa digerakkan oleh aliran pengaduk.
Dead zone biasanya terjadi pada sudut atau lipatan pada dinding.
Posisi Sumbu Pengaduk Posisi pengaduk umum: pada pusat diameter tangki (center)
Pada tangki tidak bersekat dengan pengaduk di tengah, energi sentrifugal bekerja pada fluida sehingga: - meningkatkan ketinggian fluida pada dinding - memperendah ketinggian fluida pada pusat putaran Pola ini disebut pusaran (vortex atau swirl) dengan pusat pada sumbu pengaduk. Makin tinggi kecepatan putaran Makin tinggi turbulensi fluida Makin besar pusaran
Terjadinya pusaran ini tidak dikehendaki !
9
Posisi Sumbu Pengaduk Upaya untuk menghilangkan pusaran: dengan merubah posisi sumbu pengaduk
- posisi sumbu pengaduk tetap tegak lurus namun berjarak dekat dengan dinding - posisi sumbu berada pada arah diagonal - posisi sumbu berada pada arah horisontal dengan dasar tangki
sekat
Sekat dalam Tangki Sekat (baffle): lembaran vertikal datar yang
ditempelkan pada dinding tangki Tujuan penggunaan sekat: memecah pusaran saat pengadukan dan pencampuran, digunakan terutama untuk fluida dengan viskositas rendah Efek samping: - menambah beban pengadukan - menambah kebutuhan daya pengadukan
10
Jumlah Pengaduk Berhubungan dengan efektifitas pengadukan pada
kondisi yang berubah. Kondisi ketika jumlah pengaduk lebih dari 1: • ketinggian fluida > diameter tangki, • viskositas fluida yang lebih besar • diameter pengaduk < dimensi yang biasa
digunakan Dengan jarak antar pengaduk sama dengan jarak
pengaduk paling bawah ke dasar tangki.
Jumlah Pengaduk Upaya untuk menghindari dead zone ketika digunakan tangki dengan kedalaman fluida > diameter tangki:
- digunakan 2 atau lebih pengaduk pada satu poros - dilengkapi dengan sekat
11
Pemilihan Jumlah Pengaduk Satu pengaduk Dua pengaduk
Ketinggian fluida (H)
H = Dt H > Dt
Viskositas fluida
Rendah Sedang dan tinggi
Posisi pengaduk
- Menyapu dasar tangki
- E dari dasar
Ketinggian pengaduk: E1 dari dasar, E2 = 2E1
Jenis Pengaduk
• Pengaduk baling-baling (propeller) • Pengaduk dayung (paddle) • Pengaduk turbin (turbine) • Pengaduk berpilin (helical)
12
Contoh Daun Pengaduk untuk Tipe Aliran Turbulen
Propeller kapal berdaun tiga
Turbin berdaun lurus
Turbin piring berdaun lurus
Turbin piring berdaun lengkung
Turbin berdaun miring (45)
Contoh Daun Pengaduk untuk Tipe Aliran Laminer
Pengaduk pita berpilin
Pengaduk jangkar
Diameter pengaduk hampir sama dengan diameter tangki bagian dalam
Pengaduk dayung
13
Pemilihan Pengaduk
• Bergantung pada viskositas fluida • Dapat mengaduk/mencampur sesuai
dengan waktu yang disyaratkan dengan kebutuhan daya minimal
Pemilihan Pengaduk • Pengaduk jenis baling-baling: untuk viskositas fluida < 3 Pa.s (3000 cP) • Pengaduk jenis turbin: untuk viskositas < 100 Pa.s (100.000 cP) • Pengaduk dayung berjenis jangkar: untuk viskositas antara 100–500 Pa.s • Pengaduk jenis pita melingkar: untuk viskositas > 1000 Pa.s dan telah digunakan hingga viskositas 25.000 Pa.s. Untuk viskositas > 5 Pa.s, tidak diperlukan sekat karena
hanya terjadi pusaran kecil.
14
Kecepatan Pengaduk
• Kecepatan putaran rendah (400 rpm) • Kecepatan putaran sedang (1150 rpm) • Kecepatan putaran tinggi (1750 rpm)
Berpengaruh pada pola aliran dan daya listrik yang dibutuhkan
Kecepatan Pengaduk
• Kecepatan putaran rendah (400 rpm) untuk minyak kental, lumpur atau cairan
yang dapat menimbulkan busa menghasilkan pergerakan batch yang
sempurna dengan permukaan fluida yang datar untuk menjaga suhu atau mencampur larutan dengan viskositas dan densitas yang sama
15
Kecepatan Pengaduk
• Kecepatan putaran sedang (1150 rpm) untuk larutan sirup kental, minyak vernis
dan untuk mempercepat proses perpindahan panas dalam fluida
mengurangi waktu pencampuran,
mencampur larutan dengan perbedaan viskositas tidak terlalu besar
Kecepatan Pengaduk
• Kecepatan putaran tinggi (1750 rpm) digunakan untuk fluida dengan viskositas
rendah, seperti viskositas air dibutuhkan ketika waktu pencampuran
sangat lama atau perbedaan viskositas sangat besar.
16
Angka Aliran Aliran fluida terjadi akibat putaran pengaduk Bila: u2 = kecepatan pada ujung daun V’u2 = kecepatan tangensial zat cair V’r2 = kecepatan radial zat cair V’2 = kecepatan total zat cair n = kecepatan putaran pengaduk
Angka Aliran
Jika kecepatan tangensial zat cair merupakan fraksi k tertentu dari kecepatan ujung daun: V’u2 = k·u2 (3) dimana, u2 = π·Da·n (4) V’u2 = k·π·Da·n (5)
17
Angka Aliran Laju aliran volumetrik melalui impeler: q = V’r2· Ap (6) Ap = π·Da·W (7) q = laju alir volumetrik Ap = luas silinder yang dibuat dengan sapuan ujung daun impeler
Da = diameter impeler W = lebar daun impeler
Angka Aliran
V’r2 = (u2 - Vu’2) tan ’2 (8) Substitusi dari u2 (pers. (4)) dan Vu’2 (pers. (5))
pada pers. (8): V’r2 = πDan(1 - k) tan ’2 (9)
Gambar 2. Vektor kecepatan pada ujung daun impeler turbin
18
Angka Aliran
Jika Da sebanding dengan W: q (11) Angka aliran (flow number), NQ:
(12) 3a
Q nDqN
3anD
Substitusi V’r2 (pers. (9)) dan Ap (pers. (7)) pada pers. (6), sehingga q:
q = π2Da2nW(1 - k) tan ’2 (10)
Angka Aliran Untuk tangki bersekat, - propeler kapal (jarak bagi bujur sangkar) NQ = 0,5 - turbin 4 daun 45 (W/Da = 1/6) NQ = 0,87 - turbin rata 6 daun (W/Da = 1/5) NQ = 1,3 Untuk turbin berdaun rata, terbukti berhubungan
secara empiris: (13)
a
t3a D
D0,92nDq
19
Kebutuhan Daya
Jika aliran dalam tangki adalah turbulen, kebutuhan daya merupakan hasil kali aliran dari impeler, q, dan energi kinetik persatuan volume fluida, Ek. P = q·Ek (14)
(15) (16)
Q3aNnDq
c
2'2
k 2gVρE
Kebutuhan Daya
Jika V’2/u2 = , maka V’2 = πnDa, sehingga kebutuhan daya:
(πnDa)2 (17)
(18)
cQ
3a 2gNnDP
Q
c
5a
3
Ng
DnP2
22
20
Kebutuhan Daya
Dalam bentuk tanpa dimensi:
(19) Ruas kiri dinamakan angka daya (Power
Number), NP:
(20)
Q5a
3c N
DnPg
2
22
5
a3
cP Dn
PgN
Korelasi Daya Variabel yang berpengaruh terhadap daya pengaduk: - pengaduk (diameter, Da, dan kecepatan, n) - zat cair (viskositas, , dan densitas, ) - percepatan gravitasi (g) - tetapan dimensional (gc), dianggap fluida Newton
Faktor bentuk (shape factor) untuk sementara diabaikan, maka P adalah fungsi variabel lainnya:
P = (n, Da, gc, , g, ) (21)
21
Korelasi Daya Dengan metode analisis dimensi, diperoleh: Dengan memperhitungkan faktor bentuk: Sehingga pers. (23) dapat dituliskan: NP = (NRe, NFr, S1, S2, …, Sn)
g
DnnDDn
Pg a22
a5a
3c ,
n21
a22
a5a
3c S,...,S,S,
gDnnD
DnPg ,
NP NRe NFr
(22)
(23)
(24)
Kebutuhan Daya Pengaduk pada zat cair Newtonian
• Bilangan Power (NP)
• Bilangan Reynold (NRe)
• Bilangan Fraude (NFr)
ρ5a3
cP Dn
PgN
μρ2a
RenDN
gDnN a
2
Fr
22
Tangki Berpengaduk dimana:
E = jarak pengaduk dari dasar tangki
Dt = diameter tangki
Da = diameter pengaduk
H = tinggi fluida dalam tangki
J = lebar sekat
W = lebar daun pengaduk
L = panjang daun pengaduk
Gambar 1. Dimensi tangki berpengaduk
Ref.: McCabe et al., 1985
Dimensi Geometri Tangki
Rancangan “standar” pengaduk dalam tangki:
31
t
a
DD
1tD
H121
tD
J
1aD
E
51
aD
W41
aD
L
Gambar 1. Dimensi tangki berpengaduk
23
Korelasi Daya Faktor bentuk bergantung pada jenis dan susunan alat. Sesuai gambar 1, faktor bentuk yang berpengaruh:
t
a1 D
DS
t6 D
HS t
5 DJS
a2 D
ES
a4 D
WS
a3 D
LS
Selain itu, jumlah sekat, kemiringan dan jumlah daun juga perlu diperhitungkan.
Perhitungan pemakaian daya
Daya yang diserahkan pada zat cair (P) dihitung dari NP (dari pers. (20)):
c
5a
3P
gDnNP ρ
(25)
Perhitungan daya dari berbagai jenis pengaduk diperoleh sebagai fungsi dari bilangan Re (NRe).
24
Korelasi daya antara NP dan NRe Untuk turbin dan high-efficiency impeller
Gambar 3. NP vs NRe untuk turbin dan high-efficiency impeller
Korelasi daya antara NP dan NRe
Gambar 4. NP vs NRe untuk turbin rata berdaun 6, posisi di pusat
Kurva A: daun vertikal Kurva B: dengan daun lebih sempit dari A Kurva C: serupa dengan B, berdaun miring Kurva D: tangki tanpa sekat
Bagian dengan garis putus-putus, berlaku: NP· mFrN
25
Korelasi daya antara NP dan NRe
Gambar 5. NP vs NRe untuk propeler berdaun 3, posisi di pusat Bagian dengan garis putus-putus, berlaku: NP· m
FrN
Korelasi Daya Pada NRe < 300, baik tangki bersekat maupun tidak memiliki kurva yang identik. Pada NRe > 300, kurva tanpa sekat (garis putus-putus) memisah dari kurva bersekat. Hal ini karena terjadi vorteks dan gerakan gelombang permukaan NFr berpengaruh. Pers. (23) dapat dimodifikasi menjadi: n21Rem
Fr
P S,...,S,S,NNN ψ (26)
26
Korelasi Daya Secara empirik, hubungan eksponen m dengan NRe:
bN log-am Re (27)
Gambar Kurva a b
4 D 1,0 40,0 5 B 1,7 18,0 5 C 0 18,0 5 D 2,3 18,0
Tabel 1. Konstanta a dan b untuk pers. (27)
Tabel 2. Kebutuhan daya pengaduk
27
Korelasi daya antara NP dan NRe
Gambar 6. NP vs NRe untuk berbagai jenis pengaduk, lihat tabel
Perhitungan pemakaian daya Bila ukuran geometris pengaduk yang dirancang berbeda dengan yang ada pada grafik, maka dipilih dalam grafik jenis pengaduk yang sesuai dan ukuran geometris yang mendekati. Hasil yang diperoleh secara grafik dikoreksi dengan dikalikan faktor koreksi, yaitu:
grafiki
l
i
t
nkanyangdiingii
l
i
t
DZ
DD
DZ
DD
(28)
28
Contoh Soal-1 Pengadukan bahan emulsi dalam suatu industri dirancang menggunakan paddle jenis 2 daun yang dipasang vertikal di pusat tangki. Diameter tangki 10 ft, tinggi tangki 12 ft, diameter pengaduk 3 ft, posisi pengaduk pada 1 meter di atas dasar tangki dengan putaran 120 rpm. Operasi berlangsung pada suhu kamar, tinggi larutan 10 ft, rapat jenis larutan 1,66 dan viskositas 32 cP. Berapa HP daya pengaduk yang dibutuhkan bila tangki berbaffle 4 buah pada tebal 1 ft?
Contoh Soal-2 Pengadukan dalam suatu industri bahan emulsi dirancang menggunakan jenis paddle 2 daun yang dipasang vertikal di pusat tangki. Diameter tangki 9 ft, tinggi tangki 12 ft, diameter pengaduk 3 ft, posisi pengaduk pada 1 m di atas dasar tangki, dengan putaran 600 rpm. Operasi pada suhu kamar dengan tinggi larutan 11 ft, rapat jenis 1,4 viskositas 20 cP. Berapa Hp power yang dibutuhkan oleh pengaduk, bila: • Tangki tanpa baffel • Tangki berbaffel 4 buah setebal 1 ft.
29
Contoh Soal-3 Dua jenis bahan kimia dengan perbandingan berat 1 : 2,5, masing-masing mempunyai rapat massa 1,42 g/ml dan 1,11 g/ml, mempunyai viskositas campuran 1,8 cP, dicampur hingga homogen. Pencampuran dilakukan dalam tangki berpengaduk tanpa baffle dengan menggunakan pengaduk model marine propeller, square pitch dengan diameter 1 ft. Diameter tangki 8 ft, tinggi larutan dalam tangki 6,5 ft. Pengaduk dipasang secara vertikal di pusat tangki pada 1 ft di atas dasar tangki, dengan perputaran 220 rpm. Perkirakan tenaga pengaduk (HP)!
Perhitungan pemakaian daya Pada NRe rendah, kurva NP vs NRe berimpitan pada tangki bersekat maupun tidak. Alirannya laminer dan densitas bukan lagi faktor, sehingga Pers. (24) menjadi: n213
a2
cReP S,...,S,S
DnPgNN LLK ψ
μ (29)
Sehingga:
c
3a
2L
gDnKP μ
(30)
30
Perhitungan pemakaian daya Pada tangki bersekat dengan NRe > 10.000, angka daya (P) tidak bergantung pada NRe, viskositas bukan lagi faktor dan alirannya turbulen, sehingga Pers. (24) menjadi: n21P S,...,S,SψN TTK (31)
Sehingga:
c
5a
3T
gDnKP ρ
(32)
Nilai tetapan KL dan KT untuk berbagai jenis impeler dan tangki
Jenis impeler § KL KT
Propeler, jarak-bagi bujur sangkar, 3 daun jarak-bagi 2, 3 daun
41,0 43,5
0,32 1,00
Turbin, 6 daun rata 6 daun lengkung
71,0 70,0
6,30 4,80
(Rushton, 1952) § Untuk turbin, L/Da = 1/4, W/D = 1/5
31
Fluida non-Newtonian