2012-2-54243-631409044-bab2-30012013023713.ps

download 2012-2-54243-631409044-bab2-30012013023713.ps

of 9

Transcript of 2012-2-54243-631409044-bab2-30012013023713.ps

  • 7/24/2019 2012-2-54243-631409044-bab2-30012013023713.ps

    1/9

    4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Kerapu Macan

    (Epinephelus fuscoguttatus)

    Ikan kerapu macan di pasaran internasional dikenal dengan nama flower

    atau carped cod,nama lokal (Gorontalo) Goropa. Berdasarkan Standar Nasional

    Indonesia (SNI) 01-6488. 1-2000, (2005) klasifikasi ikan kerapu macan sebagai

    berikut :

    Phylum : ChordataSubphylum : Vertebrata

    Classis : Osteichtyes

    Subclassis : Actinopterigi

    Ordo : Percomorphi

    Subordo : Percoidae

    Familia : Serranidae

    Genus : Epinephelus

    Spesies : Epinephelus fuscoguttatus,Forskal

    Nama lain ikan kerapu macan berdasarkan Food Agricultural Organization (FAO)

    (2005) :

    Inggris : Marbled

    brown grouper

    Prancis : Merau marron

    Spanyol : Mero manchado

    Menurut Subyakto dan Cahyaningsih (2005) bahwa ikan kerapu macan ini

    memiliki bentuk tubuh memanjang dan gepeng (compressed), tetapi

    kadang-kadang ada juga agak bulat. Mulutnya lebar serong ke atas dan bibir

    bawahnya menonjol ke atas. Rahang bawah dan atas dilengkapi gigi-gigi geratan

    yang berderet dua baris, ujungnya lancip, dan kuat. Sementara itu, ujung luar

    bagian depan dari gigi baris luar adalah gigi - gigi yang besar. Badan kerapu

    macan ditutupi oleh sisik yang mengkilap dan bercak loreng mirip bulu macan.

    Menurut Kordi (2001), bentuk tubuh ikan kerapu macan menyerupai kerapu

  • 7/24/2019 2012-2-54243-631409044-bab2-30012013023713.ps

    2/9

    5

    lumpur, tetapi tubuh kerapu macan lebih tinggi. Kulit tubuh ikan kerapu macan

    dipenuhi dengan bintik-bintik gelap yang rapat. Sirip dadanya berwarna

    kemerahan, sedangkan sirip-sirip yang lain mempunyai tepi coklat kemerahan.

    Pada garis rusuknya, terdapat 110 - 114 buah sisik. Lebih jelasnya dapat dilihat

    pada Gambar 1.

    Gambar 1. Morfologi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)

    Sumber : Balai Budidaya Air Payau Situbondo (2010)

    B. Penyebaran dan Habitat

    Daerah penyebaran kerapu macan adalah Afrika Timur, Kepulauan Ryukyu

    (Jepang Selatan), Australia, Taiwan, Mikronesia, dan Polinesia. Weber dan

    Beaufort (1931) dalam Subyakto dan Cahyaningsih (2005) menyatakan bahwa

    perairan di Indonesia yang memiliki jumlah populasi kerapu cukup banyak adalah

    adalah Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Pulau Buru, dan Ambon. Salah satu

    indikatornya adalah perairan karang, Indonesia memiliki perairan karang yang

    cukup luas sehingga potensial sumber daya ikannya sangat besar (Tampubolon

    dan Mulyadi, 1989).

    Ikan kerapu muda umumnya hidup di perairan karang pantai dengan

    kedalaman 0,5 - 3,0 m. Habitat yang paling disenangi adalah perairan pantai di

    dekat muara sungai. Setelah menginjak dewasa beruaya (berpindah) ke perairan

  • 7/24/2019 2012-2-54243-631409044-bab2-30012013023713.ps

    3/9

    6

    yang lebih dalam, yaitu di kedalaman 7 - 40 m, biasanya perpindahan ini

    berlangsung pada siang dan sore hari. Habitat benih ikan kerapu macan adalah

    pantai yang banyak ditumbuhi algae jenis reticulate dan Gracillaria sp. Setelah

    dewasa hidup di perairan yang lebih dalam dengan dasar pasir berlumpur

    (www.marintekprogressio.or.id, 1996). Parameter biologis yang cocok untuk

    pertumbuhan ikan kerapu yaitu temperature antara 24 - 320C, salinitas antara

    30 - 33 ppt, oksigen terlarut lebih besar dari 3,5 ppm dan pH antara7,8 - 8,0 (Chua

    and Teng, 1978 dalamAntoro, dkk, 1998).

    C. Kebiasaan Makan

    Ikan kerapu macan dikenal sebagai predator atau piscivorous yaitu

    pemangsa jenis ikan-ikan kecil, zooplankton, udang-udangan, invertebrata, rebon

    dan hewan-hewan kecil lainnya (Kordi, 2001). Ikan kerapu macan termasuk jenis

    karnivora dan cara makannya memangsa satu per satu makanan yang diberikan

    sebelum makanan sampai ke dasar, sedangkan larva ikan kerapu pemakan larva

    moluska (trokofor), rotifer, microcrustacea, copepoda dan zooplankton

    (www. marintekprogressio.or.id, 1996).

    Tampubolon dan Mulyadi (1989) menjelaskan bahwa spesies kerapu yang

    mempunyai panjang usus lebih panjang dibandingkan panjang tubuhnya, diduga

    memiliki pertumbuhan yang cepat. Hal ini disebabkan oleh aktifitas dan kebiasaan

    dalam tingkat pemilihan jenis makanan. Panjang usus relative ikan kerapu sebagai

    ikan karnivor berkisar 0,26 - 1,54 meter, selain itu usus ikan kerapu yang diamati

    memiliki lipatan-lip;atan yang dapat menambah luas permukaan usus ikan dan

    berfungsi sebagai penyerapan makanan.

  • 7/24/2019 2012-2-54243-631409044-bab2-30012013023713.ps

    4/9

    7

    Antoro et al. (1998) menyatakan bahwa kapasitas penyerapan makanan

    meningkat dengan meningkatnya luas permukaan dinding usus ikan melaui

    pengembangan klep spiral lipatan usus. Nybakken dalam Antoro dkk, (1998)

    menambahkan bahwa ikan kerapu cenderung menangkap mangsa yang aktif

    bergerak di dalam kolam air. Selain itu mereka juga mempunyai sifat buruk, yakni

    kanibalisme yang muncul pada larva kerapu macan akibat pasokan makanan yang

    tidak mencukupi.

    D. Persyaratan Lokasi Pembenihan

    Persyaratan lokasi pembenihan yang baik meliputi faktor teknis dan non

    teknis. Faktor teknis adalah segala persyaratan yang harus dipenuhi dalam

    kegiatan pembenihan ikan kerapu macan yang berhubungan langsung dengan

    aspek teknis dalam memproduksi benih (Subyakto dan Cahyaningsih, 2005).

    Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) beberapa aspek penting yang harus

    dipenuhi adalah letak unit pembenihan di tepi pantai untuk memudahkan

    perolehan sumber air laut. Pantai yang tidak terlalu landai dengan kondisi dasar

    laut yang tidak berlumpur dan mudah dijangkau untuk memperlancar transportasi.

    Air laut harus bersih, tidak tercemar dengan salinitas 28 - 35 ppt. Sumber air laut

    dapat dipompa minimal 20 jam per hari. Sumber air tawar tersedia dengan

    salinitas maksimal 5 ppt. peruntukan lokasi sesuai dengan Rencana Umum Tata

    Ruang Daerah/Wilayah (RUTRD/RUTRW).

    Faktor non teknis merupakan pelengkap dan pendukung faktor-faktor teknis

    dalam pemilihan lokasi pembenihan. Persyaratan lokasi yang termasuk dalam

    faktor non teknis meliputi beberapa kemudahan seperti sarana transportasi,

  • 7/24/2019 2012-2-54243-631409044-bab2-30012013023713.ps

    5/9

    8

    komunikasi, instalasi listrik (PLN), tenaga kerja, pemasaran, laboratorium,

    asrama, tempat ibadah dan pelayanan kesehatan. Selain itu, hal lain yang dapat

    menunjang kelangsungan usaha yakni adanya dukungan dari pemerintah daerah

    setempat, termasuk dukungan masyarakat sekitar (Subyakto dan

    Cahyaningsih, 2005).

    E. Pemeliharaan Benih

    1. Persiapan Bak

    Minjoyo, dkk., (1998) menyatakan bahwa bak pemeliharaan benih biasanya

    berbentuk segi empat atau bulat dengan kedalaman air 1 - 1,5 m. Umumnya bak

    yang digunakan adalah 10 - 20 ton. Penggunaan bak yang berukuran besar

    bertujuan untuk mengurangi fluktuasi suhu, khususnya pada waktu larva masih

    berumur 0 - 10 hari. Terlebih dahulu, bak dibersihkan lalu dikeringkan dan dibilas

    dengan kaporit.

    2. Padat Penebaran Benih

    Padat penebaran benih yaitu banyaknya jumlah ikan yang ditebarkan per

    satuan luas atau volume. Apabila populasi atau padat penebaran terlalu padat, ikan

    sangat rentan untuk terserang penyakit. Penebaran benih yang terlalu padat bisa

    menyebabkan pertumbuhan lambat dan kematian tinggi selama pemeliharaan

    (Sudradjat, 2008). Selain itu, kepadatan yang tinggi akan menyebabkan kematian

    yang cukup tinggi pula. Kematian terjadi dikarenakan tingkat kompetisi yang

    tinggi, sehingga akhirnya memunculkan sifat kanibalisme benih ikan kerapu

    (Subyakto dan Cahyaningsih, 2003). Padat penebaran ikan yang terlalu tinggi

    juga akan menyebabkan konsumsi makanan yang lebih rendah karena akan

  • 7/24/2019 2012-2-54243-631409044-bab2-30012013023713.ps

    6/9

    9

    mengurangi keleluasaan ikan untuk bergerak ke arah makanan, sehingga

    pertambahan panjang dan berat benih ikan tidak diperoleh dengan optimal

    (Endrawati dkk., 2008).

    Endrawati dkk., (2008) untuk mengetahui pertumbuhan juvenil ikan

    kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) yang dipelihara dengan padat

    penebaran yang berbeda, maka percobaan dilakukan di akuarium berukuran

    40 x 40 x 60 cm, dengan media air laut 10 liter. Larva ikan kerapu yang

    digunakan berumur 4 minggu dengan panjang awal 2,33 cm dan berat 0,25 gram.

    Perlakuan yang diterapkan dengan tingkat kepadatan 5, 10 dan 15 ekor per

    aquarium, Pemeliharaan dilakukan selama 4 minggu. Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa rata rata pertambahan bobot dan panjang terbaik dicapai

    ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) dengan padat penebaran

    5 ekor/wadah dengan berat 3,67 gram dan panjang 0.63 cm. Pertambahan bobot

    dan panjang terendah pada perlakuan 15 ekor/wadah sebesar 2,16 gram dan

    0,5 cm. Hal ini menunjukkan adanya persaingan dan kanibalisme. Dalam

    penelitian Supriyatna dkk (2008), pengaruh padat penebaran terhadap

    pertumbuhan ikan kerapu macan yang dipelihara dalam wadah terkontrol.

    Pengujian dilakukan dengan perlakuan kepadatan masing-masing 50, 100, 150

    ekor dalam bak beton ukuran 4 m3, dengan bobot awal 33 43 gr dan panjang

    total 12 - 14 cm. Dengan padat penebaran 50 ekor/bak memperlihatkan panjang

    dan bobot yang baik dari pada ikan yang di pelihara dengan kepadatan 100 ekor

    maupun 150 ekor/bak.

  • 7/24/2019 2012-2-54243-631409044-bab2-30012013023713.ps

    7/9

    10

    3. Pakan

    Ikan kerapu merupakan ikan laut yang buas (karnivora) dan sifat

    kanibalisme akan muncul bila kekurangan pakan. Oleh sebab itu pakan yang

    diberikan harus cukup baik kuantitas maupun kualitasnya. Pemilihan jenis dan

    ukuran pakan yang tepat akan mempengaruhi efisiensi pemanfaatan pakan. Pakan

    yang digunakan dapat berupa pakan alami/pakan segar atau pakan buatan. Ikan

    rucah merupakan pakan segar yang biasa digunakan untuk ikan kerapu yang

    dibudidayakan dikurungan apung. Ikan rucah yang digunakan diusahakan agar

    dalam keadaan segar. Pakan ikan segar harus dicacah hingga ukurannya sesuai

    dengan bukaan mulut ikan. Apabila telah busuk atau rusak jangan dipakai karena

    dapat mengakibatkan kematian ikan, pakan di berikan dengan sistem addlibitum

    yaitu dimana memberi makan secara sedikit sedikit sampai ikan tersebut

    kanyang (Sudirman dan Karim, 2008).

    4. Pengelolaan Kualitas Air

    Pada hari pertama setelah menetas dilakukan penyifonan untuk membuang

    cangkang dan telur yang menetas. Minjoyo dkk, (1998) menyatakan larva umur

    2 - 7 hari tidak dilakukan penyifonan kerena masih dalam masa kritis sehingga

    sangat membutuhkan kondisi lingkungan yang stabil. Penyifonan dilakukan pada

    larva umur 8 - 20 hari tiap 3 hari sekali, larva umur 21 hari penyifonan dilakukan

    setiap 2 hari sekali. Pergantian air mulai dilakukan pada larva umur 8 - 15 hari

    sebanyak 5 - 10% tiap 3 hari sekali. Pada larva umur 15 - 25 hari sebanyak

    10 - 25% dan umur 25 - 35 hari sebanyak 20 - 30% tiap hari sekali. Pada larva

    umur 35- 45 hari sebanyak 40 - 60% tiap hari.

  • 7/24/2019 2012-2-54243-631409044-bab2-30012013023713.ps

    8/9

    11

    5. Penyeragaman Ukuran (Grading)

    Minjoyo dkk, (1998) menyatakan bahwa grading dimaksud untuk

    menyeragamkan ikan pemeliharaan yang ditempatkan dalam satu wadah dan

    bukan merupakan jalan pemecahan untuk mengatasi sifat kanibalmelainkan

    mengurangi sifat kanibalismenya. Sifat kanibal menurunkan tingkat populasi dan

    cara yang paling tepat untuk menguranginya adalah menyediakan pakan secara

    optimal. Grading pada ikan dilakukan pada waktu larva berumur 35 hari diman

    larva sudah menjadi benih.

    F. Hipotesa Penelitian

    Hipotesa dari penelitian adalah :

    H0= Padat tebar yang berbeda tidak memberikan pengaruh

    terhadap pertumbuhan benih ikan kerapu macan

    (Epinephelus fuscoguttatus).

    H1= Padat tebar yang berbeda berpengaruh terhadap

    pertumbuhan benih ikan kerapu macan

    (Epinephelus fuscoguttatus).

    Kaidah pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

    Jika Fhitung< Ftabelpada taraf 0,05 maka terima H0atau tolak H1.

    Jika Fhitung> Ftabelpada taraf 0,05 maka terima H1atau tolak H0.

  • 7/24/2019 2012-2-54243-631409044-bab2-30012013023713.ps

    9/9

    12

    G. Kerangka Pikir

    Penelitian dengan judul Pengaruh padat tebar ikan kerapu macan

    (Epinephelus fuscoguttatus) di Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Lamu Provinsi

    Gorontalo mengambil Alur Pikir seperti tampak pada Gambar 2.

    Gambar 2. Alur Pikir Penelitian

    Benih Kerapu Macan

    (Epinephelus fuscoguttatus)

    - Ukuran

    - Pakan

    - Sifat Kanibalisme

    - Kualitas Air

    - Benih

    - Potensi

    - Harga

    - Ekspor

    Endrawati

    dkk, 2008

    Supriyatna dkk, 2008

    LajuPertumbuhan

    Mutlak

    LajuPertumbuhan

    Harian (DGR)

    Sintasan

    Pengaruh Padat

    Analisis

    ANOVA

    Padat Tebar yang Optimal

    / Sesuai