2011

6
Lima Langkah dan urutan proses pembuatan application e-commerce Pembangunan arsitektur e-commerce, Pemilihan opsi pengembangan, Instalasi, Penyebaran/Integrasi, Operasi/pemeliharaan Penjelasan 1. Pembangunan arsitektur e-commerce Arsitektur e-commerce merupakan framework konseptual dari infrasktruktur dan aplikasi e-commerce yang diwujudkan dalam sebuah perencanaan struktur dan integrasi dari berbagai sumber-sumber yang ada dalam sebuah organisasi. Dalam proses pengembangannya terdiri dari enam langkah yaitu: a. Pendefenisian visi dan tujuan, pendefenisian visi dan tujuan dari organisasi merupakan langkah awal untuk mendapatkan gambaran umum dari organisasi tersebut. b. Pendefenisian arsitektur informasi, pendefinisian informasi yang dibutuhkan merupakan langkah selanjutnya untuk mengetahui situasi dan kondisi dalam rancangan pengembangan e-commerce. c. Pendefenisian arsitektur data, aktifitas pada bagian ini seperti pengklasifikasian data yang dibutuhkan, cara pengolahannya dan sasaran yang ingin diambil untuk pengembangan. d. Pendefenisian arsitektur aplikasi, pendefenisian ini dimaksudkan untuk menentukan jenis aplikasi dan batasan-batasan yang diinginkan baik dalam bidang keamanan, scalability dan realibility-nya. e. Pendefenisian arsitektur teknikal, pendefenisian dari arsitektur teknikal dimaksudkan untuk menentukan jenis-jenis hardware dan software secara keseluruhan. f. Pendefenisian arsitektur organisasi, dalam bagian ini ditentukan berbagai hal yang berhubungan dengan sumber daya, baik berupa manusia, keuangan, waktu yang dipergunakan. 2. Pemilihan opsi pengembangan Pengembangan aplikasi dari e-commerce pada dasarnya mengikuti beberapa pendekatan. Masing-masing pendekatan tersebut memiliki keuntungan dan kekurangan yang pada intinya, pemilihan salah satu dari opsi tersebut akan memberikan efisiensi yang lebih besar dibandingkan opsi-opsi lainnya. Adapun beberapa pendekatan tersebut dapat dilihat di bawah ini: a. Membeli aplikasi, b. Menyewa (lease), c. Membangun sendiri (in-house development d. Bekerjasama dengan pihak ketiga,

Transcript of 2011

Lima Langkah dan urutan proses pembuatan application e-commercePembangunan arsitektur e-commerce, Pemilihan opsi pengembangan, Instalasi, Penyebaran/Integrasi, Operasi/pemeliharaan

Penjelasan1. Pembangunan arsitektur e-commerceArsitektur e-commerce merupakan framework konseptual dari infrasktruktur dan aplikasi e-commerce yang diwujudkan dalam sebuah perencanaan struktur dan integrasi dari berbagai sumber-sumber yang ada dalam sebuah organisasi. Dalam proses pengembangannya terdiri dari enam langkah yaitu:a. Pendefenisian visi dan tujuan, pendefenisian visi dan tujuan dari organisasi merupakan langkah awal untuk mendapatkan gambaran umum dari organisasi tersebut.b. Pendefenisian arsitektur informasi, pendefinisian informasi yang dibutuhkan merupakan langkah selanjutnya untuk mengetahui situasi dan kondisi dalam rancangan pengembangan e-commerce.c. Pendefenisian arsitektur data, aktifitas pada bagian ini seperti pengklasifikasian data yang dibutuhkan, cara pengolahannya dan sasaran yang ingin diambil untuk pengembangan.d. Pendefenisian arsitektur aplikasi, pendefenisian ini dimaksudkan untuk menentukan jenis aplikasi dan batasan-batasan yang diinginkan baik dalam bidang keamanan, scalability dan realibility-nya.e. Pendefenisian arsitektur teknikal, pendefenisian dari arsitektur teknikal dimaksudkan untuk menentukan jenis-jenis hardware dan software secara keseluruhan.f. Pendefenisian arsitektur organisasi, dalam bagian ini ditentukan berbagai hal yang berhubungan dengan sumber daya, baik berupa manusia, keuangan, waktu yang dipergunakan.

2. Pemilihan opsi pengembanganPengembangan aplikasi dari e-commerce pada dasarnya mengikuti beberapa pendekatan. Masing-masing pendekatan tersebut memiliki keuntungan dan kekurangan yang pada intinya, pemilihan salah satu dari opsi tersebut akan memberikan efisiensi yang lebih besar dibandingkan opsi-opsi lainnya.

Adapun beberapa pendekatan tersebut dapat dilihat di bawah ini:a. Membeli aplikasi, b. Menyewa (lease),c. Membangun sendiri (in-house developmentd. Bekerjasama dengan pihak ketiga,

3. InstalasiLangkah selanjutnya adalah pengimplementasian aplikasi yang telah dibangun atau instalasi. Aktifitas instalasi ini dapat dilaksanakan langsung oleh para tenaga ahli yang ada di perusahaan tersebut atau menggunakan tenaga outsourcing, pilihan ini sangat berhubungan erat dengan pemilihan opsi pengembangan yang dilakukan sebelumnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aktifitas instalasi ini yaitu, bagaimana aplikasi tersebut berhubungan dengan aplikasi yang telah exist.

4. Penyebaran/IntegrasiPada tahapan ini aplikasi yang telah dipilih dan diimplementasikan diharapkan dapat terintegrasi dengan baik dengan segala aplikasi yang telah ada sebelumnya. Berbagai langkah dijalankan dalam tahapan ini seperti pemberian training dan informasi terhadap para pengguna, baik yang berhubungan secara langsung atau tidak dengan aplikasi tersebut, pembuatan kebijakan atau peraturan-peraturan yang mendukung hingga pengintegrasian sistem dengan para supplier dan pihak-pihak terkait lainnya.

5. Operasi/pemeliharaan

Operasi dan pemeliharaan dari aplikasi yang telah diimplementasikan merupakan langkah selanjutnya yang harus diperhatikan dengan baik. Perencanaan yang baik sangat diperlukan agar seluruh pengimplementasian yang telah dilakukan dapat berjalan dengan sempurna. Selanjutnya,aktifitas pemeliharaan dapat dilanjutkan ke tahap pengembangan selanjutnya untuk penyempurnaan aplikasi yang telah diimplementasikan sesuai dengan maksud dan tujuan aplikasi tersebut dibangun.

Tahapan pengujian / testing proses pembuatan software e-commerce1. Unit/Component Testing.Terbagi atas testing terhadap unit dan component. Unit testing merupakan proses testing, di mana Anda melakukan testing pada bagian basic dari kode program. Contohnya adalah memeriksa kodeprogram pada event, procedure, dan function. Unit Testing meyakinkan bahwa masing-masing unit tersebut berjalan sebagaimana mestinya. Pada Unit Testing, Anda memeriksa bagian kode program secara terpisah dari bagian yang lain. Anda dapat langsung melakukan Unit Testing setiap kalise buah kode unit (event, procedure, function) selesai dibuat. 2. Integration Testing.Setelah Anda melakukan Unit/Component Testing, langkah berikutnya adalah memeriksa bagaimana unit-unit tersebut bekerja sebagai suatu kombinasi, bukan lagi sebagai suatu unit yangin dividual. Sebagai contoh, Anda memiliki sebuah proses yang dikerjakan oleh dua function, dimana satu function menggunakan hasil output dari function yang lainnya. Kedua function ini telah berjalan dengan baik secara individu pada Unit Testing.Pada tahap Integration Testing, Andamemeriksa hasil dari interaksi kedua function tersebut, apakah bekerja sesuai dengan hasil yangdiharapkan. Anda juga harus memastikan bahwa seluruh kondisi yang mungkin terjadi dari hasilinteraksi antarunit tersebut menghasilkan output yang diharapkan.3. System Testing.Mencakup testing aplikasi yang telah selesai didevelop.Karena itu, aplikasi harus terlihat dan berfungsi sebagaimana mestinya terhadap end-user atau pengguna akhir.Untuk itu, testingdilakukan dengan menggunakan data yang menggambarkan data yang digunakan oleh penggunasesungguhnya terhadap aplikasi. Jika aplikasi Anda di-develop untuk lingkungan yang besar, Anda dapat melakukan testing pada dua computer yang berbeda. 4. Acceptance Testing.Seperti Integration Testing, Acceptance Testing juga meliputi testing keseluruhan aplikasi. Perbedaannya terletak pada siapa yang melakukan testing.Pada tahap ini, end-user yang terpilihmelakukan testing terhadap fungsi-fungsi aplikasi dan melaporkan permasalahan yangditemukan. Testing yang dilakukan merupakan simulasi penggunaannyata dari aplikasi padalingkungan yang sebenarnya. Proses ini merupakan salah satu tahap final sebelum pengguna menyetujui dan menerima penerapan sistem aplikasi yang baru. Karena itu pada tahap ini sudah tidak difokuskan untuk mengangkat permasalahan kecilseperti kesalahan pengetikan, ataupun kosmetik aplikasi.Hal-hal minor seperti di atas sudahseharusnya ditangani selama Unit/Component Testing dan Integration Testing.5. Regression Testing.Merupakan bagian penting dari masing-masing tahap proses testing. Regression Testing mencakuppengujian ulang terhadap unit, component, proses, atau keseluruhan aplikasi setelah perbaikansuatu kesalahan dilakukan.Regression Testing memastikan permasalahan yang terjadi telahditanggulangi, dan tidak terdapat permasalahan baru yang timbul sebagai efek perbaikan tersebut.Selain itu, tahap ini tidak hanya berguna untuk melakukan pengujian aplikasi, tetapi dapat jugadigunakan untuk melakukan pemantauan kualitas dari output yang dihasilkan.

Konsep rantai pasokan dengan menggunakan SCOR (Supply Chain Operation Reference)A. Membangun Model KinerjaPada tahap ini model dari kinerja dibuat. Model kinerja ini terdiri dari tiga aspek yakni (1) desain dari pengukuran kinerja, didalamnya terdapat sebuah pengukuran terstruktur yang seimbang, definisi dari ukuran dan perhitungan pengukuran serta metode pengumpulan data (2) Measure dependencies memetakan hubungan anatra ukuran-ukuran kinerja yang merupakan dasar dari analisa selanjutnya.

B. Mengukur Kinerja Supply ChainProses pengukuran kinerja didalamnya terdiri dari perhitungan ukuran dan evaluasi kinerja. Ukuran-ukuran dapat dihitung berdasarkan definisi definisi proses dan data sebenarnya yang diambil dari supply chain. Evaluasi kinerja adalah sebuah proses pemberian bobot pada berbagai macam ukuran kinerja untuk mempresentasikan tingkat kepentingan dari setiap dimensi yang diukur.

C. Analisa KinerjaPada tahap ini akan menghasilkan beberapa metode analisis kinerja untuk pengambilan keputusan dan perbaikan yakni gap analysis, prioritas ukuran dan analisis sebab akibat.

D. ImprovementBerdasarkan pengukuran dan analisis kinerja, improvement disini dapat dibagi menjadi dua subdivisi utama. Pertama, dengan menganalisa tingkat kepentingan dan hubungan antara ukuran-ukuran kinerja. Kedua dengan gap analysis dan process reengineering, dapat meningkatkan kinerja dari supply chain yang sesungguhnya.SCOR model memainkan sebuah peranan yang penting dalam kerangka tersebut. SCOR tidak hannya menghasilkan struktur dan acuan aturan yang terdefinisi dengan baik untuk mengukur kinerja dari desain namun juga pendekatan benchmark untuk gap analysis dan pendekatan best practice untuk improvement.Proses dalam SCOR terdiri dari 3 level. Level 1 adalah top level yang terdiri dari 5 proses kunci yakniPLAN, SOURCE, MAKE, DELIVERdanRETURN. Level 1 metrik mengkarakteristikan kinerja berdasarkan dua perspektif. Perspektif pertama adalah dari sisi customer dan perspektif yang kedua adalah berdasarkan perspektif internal. Pada level ini, dilakukan pendefinisian tentang kompetisi dasar yang ingin dicapai beserta petunjuk dan cara bagaimana dapat memenuhi kompetisi dasarn tersebut. Adapun penjelasan dari kelima proses pada level 1 adalah sebagai berikut: Plan, merupakan proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi, dan pengiriman. Source, yaitu proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi permintaan. Make, yaitu proses untuk mentransformasi bahan baku/komponen menjadi produk yang diinginkan pelanggan. Deliver, yang merupakan proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang maupun jasa. Return, yaitu proses pengembalian atau menerima pengembalian produk karena berbagai alasan Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisi produk, meminta otorisasi pengembalian cacat, penjadwalan pengembalian, dan melakukan pengembalian.Post-delivery-customer supportjuga merupakan bagian dari prosesreturn.

Level 2 merupakan level konfigurasi dan berhubungan erat dengan pengkategorian proses. Pada level 2 ini dilakukan pendefinisian kategori kategori terhadap setiap proses pada level 1. Pada level ini, proses di susun sejalan dengan strategi supply chain. Tujuan yang hendak dicapai pada level 2 ini adalah menyederhanakan supply chain dan meningkatkan flexibility dari keseluruhan supply chain. Pada level 2 ini, kendala market, kendala produk dan kendala perusahaan untuk menyusun proses inter dan intra- perusahaan.Level 3 adalah level elemen proses dan merupakan level paling bawah dalam lingkup SCOR model. Pada level implementasi, yakni level yang berada dibawah level 3, elemen proses diuraikan kedalam task dan aktivitas lanjutan. Level implementasi ini tidak mencakup dalam lingkup SCOR model. Level 3 mengijinkan perusahaan untuk mendefinisikan secara detail proses-proses yang teridentifikasi begitu juga dengan ukuran kinerja dan juga best practice pada setiap aktivitas. Level kinerja dan practices didefinisikan untuk proses-proses elemen ini. Dalam level ini, Benchmarking dan atribut atribut yang diperlukan juga dibutuhkan untuk enabling software. Pada level 3 juga disertakan input output dan basic logic flow dari elemen-elemen proses.Pada level 4, implementasi darisupply chainmengambil peran. Pada level ini digambarkan secara detail tugas-tugas didalam setiap aktivitas yang dibutuhkan pada level 3 untuk mengimplementasikan dan mengelolasupply chainberbasis harian.Ada tiga tipe proses dalam SCOR model:planning, execution dan enable. Proses planning merencanakan keseluruhan supply chain sejalan dengan perencanaan spesifik tipe dariexecution process. Proses eksekusi mencakup semua kategori proses yang terdiri darisource, make, deliverdanreturnkecuali kategorienable process.Enable processdari suatu elemen proses tertentu. Dengan menggunakan ke empat level SCOR model, suatu bisnis dapat dengan cepat dan tepat mendeskripsikansupply chain-nya. Suatusupply chainyang didefinisikan menggunakan pendekatan ini dapat juga di modifikasi dan disusun ulang dengan cepat sesuai dengan perubahan permintaan bisnis dan pasar. Model SCOR memiliki suatu peran yang kuat dalam pelaksanaan supply chain. Model SCOR level 1 dan 2 menjaga manajemen untuk tetap fokus. Sedangkan level 3 mendukung adanya diagnosis.