201104-003

8
Jurnal Kesehatan Kartika 18 HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI USIA 40 TAHUN KEATAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEGALGUBUK KECAMATAN ARJAWINANGUN KABUPATEN CIREBON TAHUN 2010 Mohammad Sadli dan Riko Riantirtando STIKes Cirebon ABSTRAK Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu adakah hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas diwilayah kerja Puskesmas Tegalgubug dengan mempertimbangkan meningkatnya jumlah kasus kejadian hipertensi pada tahun 2008 dan 2009 dengan besaran kasus pada tahun 2008 sebesar 3267 kasus, tahun 2009 3535 kasus Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kebiasaan merokok (jumlah rokok, jenis rokok, cara menghisap dan lama merokok) sebagai salah satu faktor resiko kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di wilayah kerja Puskesmas Tegalgubug. Jenis penelitian ini adalah survey analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan restrospektive. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien laki-laki perokok berusia 40 tahun di wilayah kerja Puskesmas Tegalgubug periode Januari - Desember 2010. Sampel yang diambil sejumlah 38 orang kasus (mengalami hipertensi) dan 38 orang kontrol (tidak mengalami hipertensi). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan metode pengumpulan data dengan wawancara. Uji statistik menggunakan Chi- Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian hipertensi adalah jumlah rokok yang dihisap (p= 0,003, OR= 4,208), lama menghisap rokok (p= 0,004, OR= 4,167), jenis rokok yang dihisap (p=0,031, OR= 2,900) mempunyai hubungan dengan kejadiaan hipertensi. Sedangkan variabel cara menghisap rokok tidak ada hubungan yang signifikan. Disarankan 1) Untuk mengurangi risiko hipertensi, hendaknya mengurangi konsumsi rokok khususnya rokok-rokok yang non filter, perokok lebih dari 10 batang per hari, riwayat lama merokok. 2) Upaya sosialisasi kepada masyarakat, terkait dengan faktor-faktor risiko hipertensi hendaknya dilakukan secara terus-menerus baik oleh pemerintah maupun instansi terkait untuk menurunkan kejadian hipertensi yang merupakan salah satu penyakit yang memiliki resiko kematian tinggi. Kata kunci : Kebiasaan Merokok, Hipertensi. ABSTRACT The problems studied in this research that is to know whether there is any relationship between smoking habits with the incidence of hypertension at men aged 40 years and over in the region of Puskesmas Tegalgubug by considering the increasing number of cases of hypertension in 2008 and 2009,

description

kkkk

Transcript of 201104-003

Page 1: 201104-003

Jurnal Kesehatan Kartika 18

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI

USIA 40 TAHUN KEATAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEGALGUBUK KECAMATAN

ARJAWINANGUN KABUPATEN CIREBON TAHUN 2010

Mohammad Sadli dan Riko Riantirtando

STIKes Cirebon

ABSTRAK

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu adakah hubungan antara kebiasaan merokok

dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas diwilayah kerja Puskesmas Tegalgubug

dengan mempertimbangkan meningkatnya jumlah kasus kejadian hipertensi pada tahun 2008 dan 2009

dengan besaran kasus pada tahun 2008 sebesar 3267 kasus, tahun 2009 3535 kasus Tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui kebiasaan merokok (jumlah rokok, jenis rokok, cara menghisap dan lama

merokok) sebagai salah satu faktor resiko kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di

wilayah kerja Puskesmas Tegalgubug.

Jenis penelitian ini adalah survey analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan

menggunakan pendekatan restrospektive. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien laki-laki

perokok berusia 40 tahun di wilayah kerja Puskesmas Tegalgubug periode Januari - Desember 2010.

Sampel yang diambil sejumlah 38 orang kasus (mengalami hipertensi) dan 38 orang kontrol (tidak

mengalami hipertensi). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan metode

pengumpulan data dengan wawancara. Uji statistik menggunakan Chi- Square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian hipertensi adalah

jumlah rokok yang dihisap (p= 0,003, OR= 4,208), lama menghisap rokok (p= 0,004, OR= 4,167), jenis

rokok yang dihisap (p=0,031, OR= 2,900) mempunyai hubungan dengan kejadiaan hipertensi. Sedangkan

variabel cara menghisap rokok tidak ada hubungan yang signifikan. Disarankan 1) Untuk mengurangi

risiko hipertensi, hendaknya mengurangi konsumsi rokok khususnya rokok-rokok yang non filter, perokok

lebih dari 10 batang per hari, riwayat lama merokok. 2) Upaya sosialisasi kepada masyarakat, terkait

dengan faktor-faktor risiko hipertensi hendaknya dilakukan secara terus-menerus baik oleh pemerintah

maupun instansi terkait untuk menurunkan kejadian hipertensi yang merupakan salah satu penyakit yang

memiliki resiko kematian tinggi.

Kata kunci : Kebiasaan Merokok, Hipertensi.

ABSTRACT

The problems studied in this research that is to know whether there is any relationship between

smoking habits with the incidence of hypertension at men aged 40 years and over in the region of

Puskesmas Tegalgubug by considering the increasing number of cases of hypertension in 2008 and 2009,

Page 2: 201104-003

Jurnal Kesehatan Kartika 19

with the amount of cases in 2008 amounted to 3267 cases, year 2009 3535 case. The purpose of this

study is to investigate the relationship of smoking habits (number of cigarettes, cigarette type, how to

inhale and duration of smoking) with hypertension at men aged 40 years and over in the working area of

Puskesmas Tegalgubug.

The study was an analytic survey concerning how the risk factors studied using retrospective

approach. The population in this study are all smokers male patients aged 40 years in Puskesmas

Tegalgubug with time period January to December 2010. Samples cases taken of 38 people (having

hypertension) fixation and 38 controls (non hypertension). The instruments used in this study were

questionnaires and the methods of data collection by interview. Statistical test using the Chi-Square.

The results showed the variables is related to the incidence of hypertension that is the number of

cigarettes smoked (p = 0.003, OR = 4.208), duration of smoking (p = 0.004, OR = 4.167), type of

cigarettes smoked (p = 0.031, OR = 2.900) have a relationship with occurrence of hypertension.

Meanwhile the variable of how the way to inhale cigarette did not have a significant relationship.

Suggested 1) to reduce the risk of hypertension, should reduce consumption particularly smoking non-filter

cigarettes, smokers over 10 stick cigarettes per day, a long history of smoking. 2) The efforts of

socialization to the community, associated with hypertension risk factors should be conducted

continuously either by the government and relevant agencies to reduce the incidence of hypertension

which is one of disease that has a high mortality risk.

A. PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni

mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hipertensi merupakan

gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu

140/90 mmHg. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukan prevalensi

hipertensi secara nasional mencapai 31,7%.

Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi faktor hipertensi yang sebagian

besar tidak diketahui penyebabnya (hipertensi esensial) dan faktor yang diketahui sebab-sebabnya

(hipertensi sekunder). Faktor resiko yang tidak diketahui penyebabnya (hipertensi esensial) yaitu

berupa gerbagai gaya hidup seperti pola makan (kebiasaan makan garam), kebiasaan merokok dan

mengkonsumsi alkohol, kemudahan transportasi. Sedangkan faktor resiko yang diketahui sebab-

sebabnya (hipertensi sekunder) yaitu beberapa penyebab hipertensi sekunder diantaranya penyakit

ginjal, kelainan hormon dan kelainan pembuluh darah.

Merokok merupakan faktor risiko terbesar untuk mati mendadak. Risiko terjadinya penyakit

jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini

meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang dihisap.

Dari tahun ke tahun prevalensi kebiasaan merokok masyarakat indonesia semakin meningkat.

Hal ini tampak pada hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986 dalah 52,9 % pada laki-laki

dan 3,6 % pada wanita. SKRT tahun 1995 menunjukan prevalensi perokok laki-laki 68,8 % pada

wanita 2,6 %.16

Page 3: 201104-003

Jurnal Kesehatan Kartika 20

Indonesia merupakan negara perokok terbesar di lingkungan negara-negara ASEAN. “Hal itu

berdasarkan data dari The ASEAN Tobacco Control Report tahun 2007. “The ASEAN Tobacco Control

Report Card tahun 2007”. Jumlah perokok di ASEAN mencapai 124.691 juta orang dan Indonesia

menyumbang perokok terbesar, yakni 57.563 juta orang atau sekitar 46,16%.13

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat tahun 2007 rata-tata prevalensi

penyakit hipertensi di Jawa Barat sebesar 9,50 %. Kasus tertinggi di Jawa Barat adalah di kabupaten

Karawang yaitu dengan prevalensi 12,10 %. Daerah Kabupaten Cirebon menduduki peringkat ke 15

prevalensi penyakit hipertensi dengan prevalensi 8.30%.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon besaran kasus hipertensi tahun 2007

sebanyak 96.118 kasus tahun 2008 sebanyak 58.805 kasus. Kasus Hipertensi di Puskesmas

Tegalgubug termasuk yang ada pada pelaporan tahunan penyakit tidak menular (PTM). Menurut data

puskesmas dari tahun 2008 dan 2009 di Puskesmas Tegalgubug mengalami kenaikan kejadian

hipertensi besarnya kasus hipertensi di puskesmas tegal gubug adalah pada tahun 2008 sebesar

3267 kasus, tahun 2009 3535 kasus. Tujuan dalam peneliian ini adalah untuk mengetahui apakah ada

hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas

di Puskesmas Tegalgubug Kecamatan Arjawinangun”

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survai analitik. Rancangan penelitian yang

digunakan adalah penelitian case control yaitu penelitian survey analitik yang menyangkut bagaimana

faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan restrospektive. Dalam penelitian ini, Populasi

yang digunakan sebagai kelompok kasus adalah laki-laki usia 40 tahun ke atas yang mengalami

hipertensi sebanyak 80 orang dan besar sampel yang didapat masing-masing 38 orang dari kelompok

kasus dan kontrol (laki-laki usia 40 tahun yang tidak mengalami hipertensi).

Cara pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara simpel random sampling dengan

menggunakan tabel random sampling. Variabel bebas terdiri dari jumlah rokok yang dihisap, jenis

rokok, lama menghisap rokok, cara menghisap dan variabel terikat adalah kejadian hipertensi pada

laki-laki usia 40 tahun ke atas. Instrumen penelitian ini adala kuesioner dengan teknik wawancara dan

jumlah kasus diambil dari dokumentasi/laporan Puskesmas. Analisis data terdiri dari analisis

univariabel dan bivariabel. Uji statistik yang digunakan adalah chi square, besar risiko dihitung dengan

menggunakan Odds Ratio (OR).

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Karateristik Responden

a. Umur Responden

Pada kelompok kasus paling banyak (18%) memiliki tingkat umur antara 50-59 tahun,

sedangkan responden pada kelompok kontrol paling banyak (20%) memiliki tingkat umur 40-49

tahun.

Page 4: 201104-003

Jurnal Kesehatan Kartika 21

b. Pendidikan Responden

Ada kelompok kasus sebagian besar (28%) berpendidikan SMA sedangkan pada kelompok

kontrol sebagian juga berpendidikan SMA (16,67%).

2. Merokok

a. Jumlah rokok yang dihisap

Responden pada perokok berat menghisap rokok lebih dari 10 batang setiap hari sebesar

53,9%, sedangkan pada perokok ringan yang menghisap rokok kurang dari 10 batang setiap

hari sebebsar 46,1%.

b. Jenis Rokok Yang Dihisap

Sebagian besar (64,5%) responden dalam penelitian ini menghisap rokok berjenis non filter

sedangkan yang menghisap rokok berjenis filter sebesar 35,5%.

c. Lama Menghisap Rokok

Sebagian besar (63,2%) responden dalam penelitian ini pada kelompok penghisap rokok lama

yang menghisap rokok lebih dari 10 tahun dan pada responden penghisap rokok baru yang

menghisap rokok kurang dari 10 tahun sebesar 36,8%.

d. Cara menghisap rokok

Sebagian besar (53,9%) responden pada penelitian ini menghisap rokok secara dalam dan

responden yang menghisap rokok secara dangkal sebesar 46,1%.

3. Jumlah Rokok Yang Dihisap Dengan Kejadian Hipertensi Pada Laki-Laki Usia 40 Tahu Ke

Atas

Tabel 1. Hubungan antara jumlah rokok yang dihisap dengan hipertensi pada

laki-laki Usia 40 tahun ke atas di wilayah kerja Puskesmas Tegalgubug

No Jumlah rokok

yang dihisap

Hipertensi Jumlah

OR P

95 % CI

Kasus Kontrol batas batas

N % N % N % atas bawah

1 Perokok berat 27 71.1 14 36.8 41 53.9

4.208 0.003 11.014 1.607 2 Perokok ringan 11 28.9 24 63.2 35 46.1

Jumlah 38 100 38 100 76 100

Terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah rokok yang di hisap dengan kejadian

hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas. Dari OR didapatkan bahwa jumlah rokok yang

dihisap merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi, dan pada perokok berat mempunyai resiko

4,208 kali terjadinya hipertensi di bandingkan dengan perokok ringan.

Hasil penelitian ini didukung pendapat Rusli A. Mustafa, yang menyatakan bahwa rokok

yang dihisap dapat meningkatkan tekanan darah, karena rokok dapat menyebabkan

Page 5: 201104-003

Jurnal Kesehatan Kartika 22

vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal yang menjadikan tekanan darah

meningkat.

Merokok akan meningkatkan tekanan sistolik 10-25 mmHg dan menambah detak jantung

5-10 kali permenit Lebih tegas lagi Mangku Sitepoe, menyatakan bahwa bila sebatang rokok

dihabiskan dalam sepuluh kali isapan akan mengalami 70.000 kali isapan asap rokok. Padahal

secara teoritis beberapa zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif (ditambahkan), suatu saat dosis

racunnya akan mencapai titik toksin sehingga mulai kelihatan gejala yang ditimbukannya

sehingga pada perokok berat dengan jumlah rokok yang dihisap lebih dari 10 batang setiap hari

akan akan merasakan dampak yang ditimbulkan oleh asap rokok tersebut lebih cepat

dibandingkan perokok ringan dengan jumlah rokok yang dihisap kurang dari 10 batang setiap

harinya

4. Cara Menghisap Rokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Laki-Laki Usia 40 Tahun Ke Atas

Tabel 2 Hubungan antara cara menghisap rokok dengan hipertensi pada Laki- laki Usia 40

Tahun Ke atas di wilayah kerja Puskesmas Tegalgubug

No

Cara

menghisap

rokok

Hipertensi Jumlah OR P

95 % CI

Kasus Kontrol batas batas

N % N % N % atas bawah

1 Dalam 24 63.2 17 44.7 41 53.9

2.118 0.107 5.305 0.845 2 Dangkal 14 36.8 21 55.3 35 46.1

Jumlah 38 100 38 100 76 100

Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara cara menghisap rokok dengan kejadian

hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas. Dari OR didapatkan bahwa jumlah rokok yang

dihisap merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi, dan pada perokok berat mempunyai resiko

2,118 kali terjadinya hipertensi di bandingkan dengan perokok ringan.

Tidak adanya hubungan cara menghisap rokok dengan kejadian hipertensi dalam

penelitian ini bertentangan pendapat G. Sianturi, yang menyatakan bahwa asap rokok utamanya

mengandung gas CO yang dapat menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung

peredaran oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan tempat

oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat arterosklerosis

(pengapuran atau penebalan dinding pembuluh darah). Selain zat CO asap rokok juga

mengandung nikotin. Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan meningkatnya

kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga merangsang

peningkatan tekanan darah. Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi

trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah. Nikotin, CO dan bahan lainnya dalam

asap rokok terbukti merusak dinding pembuluh endotel (dinding dalam pembuluh darah),

mempermudah penggumpalan darah sehingga dapat merusak pembuluh darah perifer. Dengan

Page 6: 201104-003

Jurnal Kesehatan Kartika 23

dihisap secara dalam maka zat-zat beracun tersebut volumenya akan lebih banyak masuk

ketubuh sehingga dampaknya akan lebih cepat nampak bila dibandingkan dengan merokok yang

dihisap secara dangkal.

5. Lama Menghisap Rokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Laki-Laki Usia 40 Tahun Ke Atas

Tabel 3 Hubungan antara lama menghisap rokok dengan Hipertensi pada Laki- laki Usia 40 Tahun

Ke atas di Wilayah kerja Puskesmas Tegalgubug

No

Lama

menghisap

rokok

Hipertensi Jumlah

OR P

95 % CI

Kasus Kontrol batas batas

N % N % N % atas bawah

1

Penghisap

rokok lama 30 78.9 18 47.4 48 63.2

4.167 0.004 11.404 1.522

2

Penghisap

rokok baru 8 21.1 20 52.6 28 36.8

Jumlah 38 100 38 100 76 100

Terdapat hubungan yang signifikan antara lama menghisap rokok dengan kejadian

hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas. Dari OR didapatkan bahwa jumlah rokok yang

dihisap merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi, dan pada perokok berat mempunyai resiko

4,167 kali terjadinya hipertensi di bandingkan dengan perokok ringan.

Hasil penelitian ini diperkuat pendapat Rusli A. Mustofa, yang menyatakan bahwa dampak

rokok akan terasa setelah 10-20 tahun pasca digunakan. Dengan demikian secara nyata dampak

rokok berupa kejadian hipertensi akan muncul kurang lebih setelah berusia lebih dari 40 tahun,

sebab dipastikan setiap perokok yang menginjak usia 40 tahun ke atas telah menghisap rokok

lebih dari 20 tahun. Lebih tegas lagi Mangku Sitepoe yang menyatakan bahwa beberapa zat

kimia dalam rokok bersifat kumulatif (ditambahkan), sehingga pada kurun waktu yang lama dosis

racun akan mencapai titik toksin sehingga kelihatan gejala yang ditimbulkannya.

6. Jenis Rokok Yang Dihisap Dengan Kejadian Hipertensi Pada Laki-Laki Usia 40 Tahun Ke

Atas

Tabel 4 Hubungan antara jenis rokok yang dihisap Dengan Hipertensi pada Laki-laki Usia 40

Tahun Ke atas di wilayah Puskesmas Tegalgubug

No

Jenis rokok

yang

dihisap

Hipertensi Jumlah

OR P

95 % CI

Kasus Kontrol batas batas

N % N % N % atas bawah

1 Non filter 29 76.3 20 52.6 49 64.5

2.900 0.031 7.744 1.086 2 Filter 9 23.7 18 47.4 27 35.5

jumlah 38 100 38 100 76 100

Page 7: 201104-003

Jurnal Kesehatan Kartika 24

Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis rokok yang dihisap dengan kejadian

hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas. Dari OR didapatkan bahwa jumlah rokok yang

dihisap merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi, dan pada perokok berat mempunyai resiko

2,9 kali terjadinya hipertensi di bandingkan dengan perokok ringan.

Secara umum rokok dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu rokok filter dengan rokok

non filter. Dibandingan rokok filter, rokok non filter memiliki kandungan nikotin dan tar lebih besar.

Menurut Direktur Agro Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag) Yamin

Rahman menyatakan kandungan kadar nikotin pada rokok kretek melebihi 1,5 mg yaitu 2,5 mg

dan kandungan kadar tar pada rokok kretek melebihi 20 mg yaitu 40 mg. Dengan kandungan

nikotin dan tar yag lebih besar serta tidak diserta penyaring pada pangkat batang rokok, maka

potensi masuknya nikotin dan tar ke dalam paru-paru dari rokok non filter akan lebih besar dari

pada rokok filter yang berdampak buruk pada pemakainya dan salah satunya akan terkena risiko

hipertensi.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Jumlah rokok yang di hisap merupakan faktor risiko kejadian hipertensi dan ada hubungan

jumlah rokok yang dihisap dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di

Puskesmas Tegalgubug.

b. Cara menghisap rokok merupakan faktor resiko kejadian hipertensi tetapi tidak ada hubungan

yang signifikan antara cara menghisap rokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40

tahun ke atas di Puskesmas Tegalgubug.

c. Lama menghisap rokok merupakan faktor risiko kejadian hipertensi dan ada hubungan lama

menghisap rokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Puskesmas

Tegalgubug.

d. Jenis rokok yang di hisap merupakan faktor risiko kejadian hipertensi dan ada hubungan jenis

rokok yang dihisap dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di

Puskesmas Tegalgubug.

2. Saran

Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian ini, beberapa saran yang dapat diberikan antara lain:

a. Kepada masyarakat diwilayah kerja Puskesmas Tegalgubug khususnya masyarakat perokok

untuk mengurangi risiko hipertensi, hendaknya mengurangi konsumsi rokok khususnya rokok

yang berjenis non filter, mengurangi konsumsi rokok yang lebih dari 10 batang per hari dan

mempertimbangkan riwayat lama merokok yang akan berpotensi pada kejadian hipertensi pada

usia lanjut.

b. Upaya sosialisasi kepada masyarakat, terkait dengan faktor-faktor risiko hipertensi hendaknya

dilakukan secara terus-menerus baik oleh pemerintah maupun instansi terkait untuk

menurunkan kejadian hipertensi yang merupakan salah satu penyakit yang memiliki risiko

kematian tinggi.

Page 8: 201104-003

Jurnal Kesehatan Kartika 25

DAFTAR PUSTAKA

Adnil, B. Hipertensi (faktor resiko dan penatalaksanaan). Tersedia:http://angelnet.info /index.Download: 27 Mei 2010.

Ahmad, S. Hipertensi di Indonesia.[online]. Tersedia:http://www.suarapembaruan.com/

News/2008/07/11/Iptek/ipt02.htm. Download: 5 Juni 2010 Arjatmo T, Hendra U.(2001) Ilmu Penyakit Dalam.Balai Penerbit FKUI. Jakarta Alison H. Penyakit Jantung, Hipertensi, dan Nutrisi.(2006). Terjemahan Wendra Ali. Bumi Aksara. Jakarta. Alaunir, N., (1992), Laporan Penelitian: Penentuan Kadar Nikotin Dalam Berbagai Merk Rokok Yang

Beredar di Sumatera Barat. IKIP .Padang Breevers D.G.(2002). Tekanan Darah. Dian Rakyat. Jakarta Irfan. Pria Berpendidikan Rendah, Perokok Terbanyak (Mujiono Peneliti di Badan Pengembangan

Kesehatan Jakarta). [online].Tersedia:http://www.rsdbondowoso.or.id.Download:13 Juni 2010. Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta. Mangku, S. (1997) Usaha Mencegah Bahaya Merokok. PT Gramedia. Jakarta Martini, S., Hendrati, L.C., (2006). Besar Resiko Kejadian Hipertensi Menurut Pola Merokok. Usia Merokok

Pertamakali Merupakan Faktor Yang Meningkatkan Resiko Kejadian Hipertensi. Jurnal Kedokteran YARSI. Jakarta.

Sustrani, L. (2004). Hipertensi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Suparto. Sehat menjelang usia senja.(2000). Remaja Rosdakarya Effset. Bandung. Sastroasmoro, S. (2002) Dasar-dasar Metode Penelitian Klinis. PT Rineka Cipta. Jakarta. Sugiyono.(2005). Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung. Soeharto, I. (2001), Kolesterol dan Lemak Jahat, Kolesterol dan Lemak Baik, dan Proses Terjadinya

Serangan Jantung dan Stroke.(2001). PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Tom, S. (1986). Tekanan Darah Tinggi. Arcan. Jakarta