2006 Indonesia: DECENT WORK 2015 Tren Sosial dan ... · PDF fileangka 4,7 persen, di mana...
Click here to load reader
Transcript of 2006 Indonesia: DECENT WORK 2015 Tren Sosial dan ... · PDF fileangka 4,7 persen, di mana...
![Page 1: 2006 Indonesia: DECENT WORK 2015 Tren Sosial dan ... · PDF fileangka 4,7 persen, di mana tantangan ... 2016 akan bergerak moderat, ... Perubahan komposisi menuju pekerjaan berupah](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100808/5a79ff9d7f8b9ab80d8c5992/html5/thumbnails/1.jpg)
Indonesia:Tren Sosial dan Ketenagakerjaan (terbaru) November 2015 International
LabourOrganization
Tren tahun 2015 memperlihatkan penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi...
Kinerja ekonomi selama tiga kuartal pertama tahun 2015
turun menjadi 4,7 persen (tahun ke tahun), yang sebagian
besar dikarenakan perubahan yang terjadi di pasar-pasar Asia,
sehingga memperlemah harga-harga komoditas dan menunda
pembelanjaan pemerintah. Pada 2015, tingkat pertumbuhan
Produk Domestik Bruto (PDB) diperkirakan tetap hampir di
angka 4,7 persen, di mana tantangan yang ada misalnya terkait
dengan masalah kebakaran hutan dan realisasi pembelanjaan
pemerintah yang kemungkinan besar akan mempengaruhi
kinerja perekonomian secara keseluruhan. Namun gambaran
tren ekonomi untuk tahun 2016 diperkirakan lebih positif, di
mana reformasi kebijakan yang baru-baru ini diterapkan pada
2015 diperkirakan akan membuahkan hasil dan mendorong
peningkatan investasi sektor swasta (lihat Kotak 1). Perkiraan
terbaru menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan PDB tahun
2016 akan bergerak moderat, yaitu berkisar antara 5,1 hingga
5,4 persen.1 Penurunan tingkat pertumbuhan ini menunjukkan
tantangan baru dan menegaskan perlunya memperkuat daya
Sumber: BPS (2015) Pasar Tenaga Kerja Indonesia Agustus 2015, Badan Pusat Statistik, Jakarta.
Tabel 1: Indikator penting pasar tenaga kerja (2013-2015)
VariabelFeb
2013
Angkatan kerja (juta) 123,6 120,2 125,3 121,9 128,3 122,4
Pekerja (juta) 116,4 112,8 118,2 114,6 120,6 114,8
Pengangguran (juta) 7,2 7,4 7,2 7,2 7,5 7,6
Tingkat partisipasi 69,2% 66,8% 69,2% 66,6% 69,5% 65,8% angkatan kerja
Tingkat pengangguran 5,8% 6,2% 5,7% 5,9% 5,8% 6,2%
Agt 2013
Feb 2014
Agt 2014
Feb 2015
Agt 2015
ASIA-PACIFIC
DECADE
20062015
DECENT WORK
Kotak 1: Reformasi Kebijakan di Indonesia
Untuk membantu menarik minat investor baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi, Pemerintahan Joko Widodo telah meluncurkan beberapa paket reformasi ekonomi sejak September 2015. Fokus utama serangkaian paket reformasi ini adalah mengurangi hambatan dalam menjalankan usaha dan meningkatkan iklim investasi untuk jangka menengah. Paket pertama difokuskan pada upaya mempermudah peraturan perdagangan dan industri yang saling tumpang tindih. Paket kedua dan ketiga difokuskan pada upaya mempercepat proyek-proyek strategis yang terkait dengan kepentingan nasional dengan mempermudah cara mendapatkan perizinan, menyelesaikan masalah pembebasan lahan, mereformasi kebijakan energi serta mengurangi waktu pengadaan barang. Paket keempat difokuskan pada reformasi pasar tenaga kerja, terutama sistem penetapan upah minimum. Sedangkan paket kelima dan keenam difokuskan pada kebijakan regional dan bantuan untuk memperluas zona ekonomi khusus.
saing dan produktivitas serta mempromosikan penciptaan
lapangan kerja baru yang lebih baik.
… dan faktor-faktor musiman mempengaruhi kinerja pasar tenaga kerja.
Jumlah angkatan kerja di Indonesia diperkirakan sebesar
122,4 juta pada Agustus 2015, atau meningkat setengah
juta dibandingkan Agustus 2014. Jumlah pekerja pada
Agustus 2015 mencapai 114,8 juta, atau meningkat sedikit
dari 114,6 juta pada Agustus 2014. Kendati tren-tren yang
ada mungkin memperlihatkan meluasnya pengangguran di
Indonesia, namun perlu dicatat bahwa jumlah pekerjaan terus
mengalami fluktuasi besar dari bulan Februari hingga Agustus,
dan ini memperlihatkan pengaruh faktor musiman dan faktor-
faktor lain dalam menggerakkan pasar tenaga kerja. Sebagai
gambaran, pada Februari 2015 ada sekitar 120,6 juta pekerja,
sedangkan pada Agustus 2015 menurun menjadi 114,8 juta –
yaitu penurunan sebesar 6 juta pekerja (lihat Tabel 1).
Tingkat pengangguran pada Agustus 2015 diperkirakan sebesar
6,2 persen, dan angka ini tergolong tinggi bila dibandingkan
periode-periode sebelumnya. Meskipun demikian, secara
absolut, kenaikan jumlah pengangguran ini tergolong kecil,
di mana ada penambahan pekerja yang menganggur dari
bulan Februari hingga Agustus 2015 sebesar 110.000 orang.
Kenaikan tingkat pengangguran ini seiring dengan penurunan
![Page 2: 2006 Indonesia: DECENT WORK 2015 Tren Sosial dan ... · PDF fileangka 4,7 persen, di mana tantangan ... 2016 akan bergerak moderat, ... Perubahan komposisi menuju pekerjaan berupah](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100808/5a79ff9d7f8b9ab80d8c5992/html5/thumbnails/2.jpg)
2
Indonesia: Tren Sosial dan Ketenagakerjaan (terbaru) November 2015
partisipasi angkatan kerja. Di samping itu, perlu dicatat bahwa
fluktuasi pekerjaan cenderung terkait dengan ketiadaan
kegiatan ketimbang pengangguran, di mana jumlah pekerja
yang keluar dari pekerjaan untuk tidak berkegiatan lebih tinggi
dibandingkan jumlah pekerja yang keluar dari pekerjaan untuk
menjadi pengangguran.
Secara sektoral, sektor pertanian mempertahankan
dominasinya, dengan mempekerjakan 37,8 juta orang,
diikuti dengan sektor perdagangan (25,7 juta) dan sektor
jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan (17,9 juta) pada
Agustus 2015. Sedangkan pekerjaan di sektor pertanian
mengalami penurunan pada Agustus 2015, yang sebagian
besar diakibatkan menurunnya partisipasi angkatan kerja di
kalangan pekerja keluarga tanpa upah dan pekerja wiraswasta
di daerah pedesaan. Sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan
perorangan juga mengalami penurunan pada Agustus 2015, di
mana penundaan pembelanjaan pemerintah merupakan salah
satu faktor yang menyebabkan tren ini (lihat Tabel 2).
Tabel 2: Pekerjaan berdasarkan sektor (juta, 2014-2015)
Sumber: BPS (2015) Pasar Tenaga Kerja Indonesia Agustus 2015, Badan Pusat Statistik, Jakarta.
VariabelFeb
2014Feb
2015Agt
2014Agt
2015
Pertanian, Kehutanan, Perburuan 40,83 38,97 40,12 37,75 dan Perikanan
Pengolahan 15,39 15,26 16,38 15,25
Bangunan 7,21 7,28 7,72 8,21
Perdagangan Besar, Eceran, 25,81 24,83 26,65 25,68 Restoran dan Hotel
Transportasi, Pergudangan 5,33 5,11 5,19 5,11 dan Komunikasi
Jasa Keuangan, Asuransi, 3,19 3,03 3,65 3,27 Usaha Persewaan Bangunan dan Jasa Perusahaan
Jasa kemasyarakatan, Sosial, 18,48 18,42 19,41 17,94 dan perorangan
Kegiatan lain 1,93 1,83 1,73 1,61
Jumlah 118,17 114,63 120,85 114,82
absolut) dibandingkan periode sebelum tahun 1998, di mana
ia menjadi motor penggerak ekonomi dan pertumbuhan
pekerjaan di Indonesia. Kendati demikian, perlu dicatat bahwa
jumlah pekerjaan di sektor pengolahan cenderung berfluktuasi
sepanjang tahun akibat sifat sektor ini yang tergantung pada
permintaan. Yang menarik, data dari survei perusahaan-
perusahaan skala besar dan menengah menunjukkan bahwa
kinerja perekonomian sektor pengolahan nyaris sama dengan
tahun-tahun sebelumnya kendati tingkat pertumbuhan PDB
secara keseluruhan mengalami penurunan.2
Hal lain yang perlu dicatat adalah di sektor bangunan,
yang mengalami tingkat pertumbuhan kerja yang kuat dan
berkelanjutan selama beberapa tahun belakangan ini. Sektor
bangunan menyediakan lapangan kerja bagi 8,21 juta orang
dan angka ini meningkat 12,8 persen dari bulan Agustus 2014
hingga Agustus 2015. Kombinasi tren pertumbuhan di sektor
pengolahan dan bangunan menyediakan informasi penting
tentang investasi dan tingkat pertumbuhan di Indonesia. Tren-
tren ini didukung inisiatif kebijakan yang memprioritaskan
investasi di sektor infrastruktur dan mempromosikan
reindustrialisasi perekonomian Indonesia.
… dan pekerjaan berupah terus diperluas.
Tren-tren pertumbuhan terus berlanjut untuk karyawan tetap,3
di mana 44,43 juta orang atau 38,7 persen dari mereka bekerja
sebagai karyawan tetap pada Agustus 2015 (lihat Gambar
1). Tren ini sangat positif karena ini berarti mereka memiliki
sumber penghasilan dan akses atas layanan kesehatan
(BPJS Kesehatan) dan pensiun (BPJS Ketenagakerjaan).4 Ini
juga berarti bahwa jumlah penduduk yang dianggap sebagai
“pekerja berupah” telah mengalami peningkatan selama
periode ini, dan ini menunjukkan bahwa “pendapatan dari
upah” menjadi sumber penghasilan yang semakin penting
bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, kebijakan tentang
upah adalah hal yang penting bagi sebagian besar penduduk
Indonesia.
Sektor pengolahan dan bangunan terus menghasilkan lapangan kerja ....
Sektor pengolahan menciptakan lapangan kerja bagi 15,3
juta orang atau 13,3 persen dari total pekerjaan yang ada
pada Agustus 2015. Pekerjaan di sektor ini terus mengalami
pertumbuhan selama beberapa tahun belakangan ini dan
sekarang lebih tinggi (dalam hal pangsa sektoral dan angka
![Page 3: 2006 Indonesia: DECENT WORK 2015 Tren Sosial dan ... · PDF fileangka 4,7 persen, di mana tantangan ... 2016 akan bergerak moderat, ... Perubahan komposisi menuju pekerjaan berupah](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100808/5a79ff9d7f8b9ab80d8c5992/html5/thumbnails/3.jpg)
3
Dengan peningkatan jumlah penduduk yang bekerja sebagai
karyawan tetap, pekerjaan rentan dan pekerjaan informal5
mengalami penurunan – baik dalam hal pangsa pekerjaan
dan angka absolut. Sebagai gambaran, pada 2006, 68,9
persen pekerja dianggap sebagai pekerja yang terlibat dalam
pekerjaan rentan, sementara pada 2015, angka ini berkurang
menjadi 57,8 persen. Ini merupakan perubahan penting
selama jangka waktu yang singkat. Tren-tren positif ini seiring
dengan peningkatan pendidikan dan perluasan pekerjaaan di
sektor jasa, serta perluasan pekerjaan di sektor pengolahan
dan penerapan sistem kontrak jangka pendek.
Tren-tren status pekerjaan juga memperlihatkan penurunan
jumlah orang yang bekerja sebagai wiraswasta dan pekerja
keluarga tanpa upah dari bulan Agustus 2014 hingga Agustus
2015. Hal yang menarik, faktor-faktor musiman tampak
mempengaruhi para pekerja, di mana perkiraan fluktuasi
pekerjaan pada Februari dan Agustus terbilang sangat besar.
Data ini menunjukkan adanya beberapa persoalan yang terkait
dengan pasar tenaga kerja bagi pekerja keluarga tanpa upah
dan pekerja wiraswasta, di mana para pekerja ini sering keluar
masuk dari partisipasi angkatan kerja. Situasi ini menunjukkan
perlunya kebijakan dan program pasar tenaga kerja untuk
memperkuat partisipasi angkatan kerja dari kelompok ini.
Perubahan komposisi menuju pekerjaan berupah ini diikuti
dengan peningkatan produktivitas pekerja. Seperti yang terlihat
dalam Tabel 3, produktivitas pekerja meningkat secara bertahap
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
25.0%
30.0%
35.0%
40.0%
45.0%
August 2006 August 2007 August 2008 August 2009 August 2010 August 2011 August 2012 August 2013 August 2014 August 2015
Own account worker Employer assisted by temporary worker / unpaid worker
Employer assisted by permanent workers Employee
Casual employee in agriculture Casual employee not in agriculture
Unpaid worker
Gambar 1: Status pekerjaan, 2006-2015
Sumber: BPS (2015) Pasar Tenaga Kerja Indonesia Agustus 2015, Badan Pusat Statistik, Jakarta.
Tabel 3: Tren produktivitas dan pekerjaan
Sumber: BPS (2015) Keadaan pekerja, Agustus 2015, Badan Pusat Statistik, Jakarta.
Variabel 2011 2012
Pekerjaan (juta) 107,4 112,5 112,8 114,6
Karyawan tetap (juta) 37,8 40,9 41,1 42,4
PDB, Rupiah Konstan tahun 7.287,6 7.727,1 8.158,2 8.568,1 2010 (trilyun)
PDB per pekerja (juta) 67,9 68,7 72,3 74,7
Pertumbuhan PDB per pekerja 8,3% 1,2% 5,3% 3,4%
2013 2014
dari waktu ke waktu. Tren-tren ini menunjukkan bahwa
peningkatan produktivitas mengalami percepatan setelah krisis
keuangan global dan seiring dengan pertumbuhan pekerjaan
berupah dan pertumbuhan sektor pengolahan yang jauh lebih
tinggi.
Peningkatan produktivitas pekerja (PDB per pekerja) ini perlu
diikuti dengan dialog tentang bagi hasil, karena dialog ini
dapat menghasilkan pekerjaan yang lebih bermutu, termasuk
upah dan kondisi kerja yang lebih baik yang dibutuhkan
untuk meningkatkan standar kehidupan para pekerja. Kotak
2 membahas lebih jauh tentang tren-tren upah, pekerjaan dan
produktivitas di sektor pengolahan.
![Page 4: 2006 Indonesia: DECENT WORK 2015 Tren Sosial dan ... · PDF fileangka 4,7 persen, di mana tantangan ... 2016 akan bergerak moderat, ... Perubahan komposisi menuju pekerjaan berupah](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100808/5a79ff9d7f8b9ab80d8c5992/html5/thumbnails/4.jpg)
4
Indonesia: Tren Sosial dan Ketenagakerjaan (terbaru) November 2015
yang menganggur. Tabel ini memperlihatkan bahwa tingkat
pengangguran tertinggi berada di kalangan mereka yang
memiliki latar belakangan pendidikan SMA atau SMK.
Tabel 4: Tingkat pengangguran berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan
Sumber: BPS (2015) Pasar Tenaga Kerja Indonesia Agustus 2015, Badan Pusat Statistik, Jakarta.
SektorFeb
2014Feb
2015Agt
2014Agt
2015
SD atau kurang 3,69 3,04 3,61 2,74
SMP 7,44 7,15 7,14 6,22
SMA 9,10 9,55 8,17 10,32
SMK 7,21 11,24 9,05 12,65
Diploma I/II/III 5,87 6,14 7,49 7,54
Universitas 4,31 5,65 5,34 6,40
Jumlah pengangguran 5,70 5,94 5,81 6,18
Kotak 2: Upah dan produktivitas di tingkat perusahaan
Penelitian yang menganalisis pekerjaan, upah dan produktivitas dengan mempergunakan data mengenai perusahaan-perusahaan pengolahan mendapati bahwa ada tren umum di mana upah tidak terkait dengan produktivitas di beberapa sektor dalam perekonomian Indonesia. Meskipun demikian, sektor pengolahan di Indonesia mengalami peningkatan rasio upah-produktivitas sejak tahun 2008, terutama di perusahaan skala besar dan menengah.
Analisa data berdasarkan survei perusahaan pengolahan skala besar dan menengah menegaskan adanya hubungan kausal yang positif antara upah dengan produktivitas secara dua arah. Produktivitas adalah faktor penentu yang terpenting dalam menetapkan upah. Intensitas permodalan per pekerja mempengaruhi upah dan produktivitas secara positif dan signifikan. Hubungan kausal dua arah yang positif antara upah dengan produktivitas juga ditemukan di usaha mikro dan kecil di sektor pengolahan.
Hal yang mengejutkan adalah bahwa analisa ini menemukan orientasi ekspor dan kepemilikan asing tidak memunyai dampak yang besar terhadap upah dan produktivitas di perusahaan di berbagai skala dan intensitas faktor. Hal ini menunjukkan bahwa pasar domestik dan sumber investasi domestik menjadi semakin penting bagi sektor pengolahan di Indonesia, dan ini berbeda dengan situasi sebelum krisis Asia di akhir era 1990an.
Di samping itu, hasil temuan mendukung hubungan yang positif secara umum antara upah dengan pekerjaan setelah mempertimbangkan dampak produktivitas terhadap upah. Hasil-hasil ini bertentangan dengan kebijakan konvensional yang menerima hubungan negatif antara upah dengan pekerjaan. Bukti yang bertentangan dengan ortodoksi ini tampak jelas di antara perusahaan-perusahaan pengolahan skala besar dan menengah yang modern, lebih dinamis dan terorganisir.
Sumber: Tadjoeddin, Z. dan Auwalin, I. (2015) Upah dan produktivitas di tingkat perusahaan: Studi tentang perusahaan mikro, kecil, menengah dan besar di sektor manufaktur Indonesia, Kantor ILO untuk Indonesia dan Timor-Leste, Jakarta.
Tren-tren pengangguran di kalangan muda lulusan SMA
menunjukkan adanya persoalan-persoalan yang terkait
dengan transisi mereka dari “sekolah ke pekerjaan” dan
menunjukkan perlunya penyesuaian antara kurikulum di
lembaga pendidikan dengan kebutuhan dan persyaratan kerja.
Tingkat pengangguran yang masih tinggi di kalangan lulusan
SMA ini menunjukkan pentingnya upaya untuk mendorong
dialog tentang antisipasi keterampilan antara pengusaha
dengan lembaga-lembaga pelatihan. Pengusaha memiliki
informasi tentang keterampilan yang mereka butuhkan
dan dialog tentang kebutuhan pelatihan dapat membantu
lembaga-lembaga pelatihan dalam menyesuaikan kurikulum
mereka agar dapat meningkatkan kemampuan kerja para
lulusan. Dialog dapat didorong melalui keterlibatan pengusaha
dan pekerja dalam merancang standar-standar pekerjaan dan
sistem pelatihan. Pengusaha juga dapat mengembangkan
kerjasama yang lebih erat dengan lembaga-lembaga pelatihan
dengan menyediakan pelatih tamu serta menawarkan peluang
magang bagi para pelajar.6
Dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan dan panduan karir
yang buruk, kaum muda biasanya menyelesaikan sekolah
dan memasuki dunia kerja dengan berbekal kualifikasi yang
tidak sesuai dengan kebutuhan pengusaha. Ketidakcocokan
kualifikasi merupakan persoalan besar di Indonesia maupun
di beberapa negara di kawasan ini (lihat Gambar 2). Analisa
menemukan bahwa hampir separuh kaum muda yang
menganggur di Indonesia memiliki kualifikasi yang lebih
rendah untuk pekerjaan mereka karena latar belakang
pendidikan mereka yang rendah. Dengan angkatan kerja yang
berkualifikasi rendah ini, mereka menghadapi risiko yang
terkait dengan tingkat pertumbuhan produktivitas yang rendah
dan transisi struktural yang lebih lambat menuju kegiatan
bernilai tambah yang lebih tinggi.
Pengangguran di kalangan lulusan SMA masih mengkhawatirkan
Pengangguran di kalangan muda merupakan masalah klasik di
Indonesia. Lebih dari 50 persen penduduk yang menganggur
terdiri dari kaum muda dan sebagian besar kaum muda
yang menganggur adalah mereka yang berlatar pendidikan
SMA. Tabel 4 menampilkan data tentang pengangguran
berdasarkan latar belakang pendidikan di kalangan penduduk
![Page 5: 2006 Indonesia: DECENT WORK 2015 Tren Sosial dan ... · PDF fileangka 4,7 persen, di mana tantangan ... 2016 akan bergerak moderat, ... Perubahan komposisi menuju pekerjaan berupah](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100808/5a79ff9d7f8b9ab80d8c5992/html5/thumbnails/5.jpg)
5
Gambar 2. Ketidakcocokan kualifikasi di kalangan muda yang bekerja, (persen)7
Sumber: ILO (2015) Asia Pacific Labour Market Updates, Oktober 2015, Kantor Regional ILO, Bangkok.
Implikasi kebijakan
Beberapa implikasi muncul dari kajian tentang situasi
pekerjaan saat ini di Indonesia, termasuk:
w Untuk mempertahankan momentum perekonomian dan
pasar tenaga kerja, fokus pada penciptaan lapangan kerja
dan produktivitas pekerja dibutuhkan untuk mendukung
pekerjaan bermutu dan tingkat pertumbuhan yang
mampu menciptakan banyak lapangan kerja. Gambaran
ekonomi yang bergerak lambat memperbesar tantangan
bagi para pembuat kebijakan dalam menciptakan lebih
banyak lapangan kerja dan pekerjaan yang bermutu
tinggi.
w Tren-tren yang terkait dengan sektor pengolahan, serta
perluasan pekerjaan berupah, kemungkinan besar akan
diikuti dengan peningkatan produktivitas pekerja secara
terus-menerus. Peningkatan produktivitas mungkin
dapat lebih dioptimalkan melalui investasi di lembaga-
lembaga pasar tenaga kerja. Hubungan yang lebih baik
antara kenaikan upah dengan peningkatan produktivitas
dapat membantu mempromosikan pertumbuhan yang
lebih adil.
w Upaya untuk terus mengurangi jumlah pekerja yang
terlibat dalam pekerjaan rentan dan pekerjaan informal
merupakan prioritas. Dengan memperkuat pasar tenaga
kerja bagi pekerja rentan dan membantu mereka dalam
memperoleh akses atas pekerjaan tetap kemungkinan
besar akan memberi dampak besar, termasuk dalam
menciptakan kesetaraan gender.
w Banyaknya pengangguran di kalangan mereka yang
berpendidikan SMA membutuhkan upaya untuk
memperkuat kemitraan antara sektor swasta dengan
balai-balai pelatihan, terutama dalam hal transisi dari
sekolah ke pekerjaan, agar dapat memastikan kaum
muda memperoleh akses atas peluang kerja baru.
![Page 6: 2006 Indonesia: DECENT WORK 2015 Tren Sosial dan ... · PDF fileangka 4,7 persen, di mana tantangan ... 2016 akan bergerak moderat, ... Perubahan komposisi menuju pekerjaan berupah](https://reader038.fdokumen.com/reader038/viewer/2022100808/5a79ff9d7f8b9ab80d8c5992/html5/thumbnails/6.jpg)
6
Indonesia: Tren Sosial dan Ketenagakerjaan (terbaru) November 2015
Kantor ILO JakartaMenara Thamrin Lantai 22,
Jl. M.H. Thamrin Kav. 3 - Jakarta 10250 Telp. +62 21 391 3112; Faks. +62 21 3983 8959
Email: [email protected]; Website: www.ilo.org/jakarta
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi
1 IMF, Economic Outlook, Oktober 2015; ADB (2015) Asian Development
Outlook 2015 Update, Asian Development Bank, Manila; Bank Dunia
(2015) East Asia and Pacific economic update, Oktober 2015, Bank
Dunia, Washington D.C.
2 BPS (2015) Pertumbuhan Produksi Pengolahan Skala Besar dan
Menengah per Kwartal, Badan Pusat Statistik, Jakarta.
3 Menurut BPS, “Karyawan adalah orang yang bekerja secara permanen
untuk orang lain atau lembaga/kantor/perusahaan lain dan memperoleh
uang/tunai atau barang sebagai upah/gaji. Buruh yang tidak memiliki
majikan secara permanen tidak tergolong sebagai buruh/karyawan/
pegawai tapi sebagai pekerja bebas. Buruh, secara umum dianggap
memiliki majikan permanen jika sudah bekerja untuk majikan yang sama
selama satu bulan terakhir, dan khusus untuk buruh di sektor bangunan
adalah selama 3 bulan. Jika majikannya adalah sebuah lembaga, maka
boleh lebih dari 1 (satu).”
4 Perlu dicatat bahwa ada banyak pekerja yang dianggap sebagai “karyawan
tetap” oleh statistik resmi tentang angkatan kerja, adalah pekerja yang
bekerja untuk jangka pendek dan bukan kontrak permanen dan oleh
karena itu mereka masih memiliki pengaturan kontrak yang tidak pasti.
Secara khusus, sekitar 40 persen karyawan tetap punya masa kerja 36
bulan atau kurang. UU tenaga kerja No. 13 tahun 2003 menyebutkan
bahwa kontrak jangka pendek dapat diberikan selama dua tahun pertama
dengan opsi diperpanjang selama maksimal 12 bulan berikutnya.
5 Estimasi pekerjaan informal dalam catatan ini mengikuti definisi nasional
tentang pekerjaan informal, yaitu berbeda dari data berdasarkan definisi
ICLS.
Catatan Akhir
6 Pendekatan ILO untuk kegiatan magang bermutu ditekankan pada dialog
sosial, denifisi yang jelas tentang peran dan tanggungjawab, kerangka
hukum dan pengaturan keuangan bersama sebagai empat pilar yang
membangun kegiatan magang bermutu. Kegiatan magang bermutu
adalah mekanisme balajar yang canggih berdasarkan rasa saling percaya
dan kerjasama antar pemangku kepentingan yaitu: kaum muda, otoritas
ketenagakerjaan dan pendidikan, pengusaha dan pekerja.
7 Metrik tentang ketidakcocokan kualifikasi ini didasari pada latar belakang
pendidikan berdasarkan the International Standard Classification of
Education (ISCED) dengan pengelompokan pekerjaan berdasarkan
the International Standard Classification of Occupations (ISCO).
Kelompok pekerjaan 1, 2 dan 3 ISCO dianggap sebagai pekerjaan yang
membutuhkan keterampilan tinggi dan terkait dengan level 5 dan 6
ISCED-97. Sedangkan kelompok 4, 5, 6, 7 dan 8 ISCO dianggap sebagai
pekerjaan yang membutuhkan keterampilan menengah dan terkait
dengan level 3 dan 4 ISCED. Kelompok 9 ISCO adalah pekerjaan yang
membutuhkan keterampilan rendah yang terkait dengan level 1 dan
2 ISCED. Berdasarkan pendekatan formatif ini, pekerja yang memiliki
pekerjaan yang sesuai dengan latar belakangan pendidikan mereka
dianggap memiliki kualifikasi yang memadai. Sedangkan mereka yang
memiliki latar belakang pendidikan yang lebih tinggi dianggap memiliki
kualifikasi yang terlalu tinggi dan mereka yang memiliki level lebih rendah
dianggap sebagai pekerja yang memiliki kualifikasi terlalu rendah. Mereka
yang memiliki kualifikasi lebih tinggi dan lebih rendah ini dianggap tidak
memiliki kecocokan kualifikasi. Sehingga latar belakang pendidikan
mereka tidak sesuai dengan persyaratan kerja.