2006 Indonesia: DECENT WORK 2015 Tren Sosial dan ... · PDF fileangka 4,7 persen, di mana...

6

Click here to load reader

Transcript of 2006 Indonesia: DECENT WORK 2015 Tren Sosial dan ... · PDF fileangka 4,7 persen, di mana...

Page 1: 2006 Indonesia: DECENT WORK 2015 Tren Sosial dan ... · PDF fileangka 4,7 persen, di mana tantangan ... 2016 akan bergerak moderat, ... Perubahan komposisi menuju pekerjaan berupah

Indonesia:Tren Sosial dan Ketenagakerjaan (terbaru) November 2015 International

LabourOrganization

Tren tahun 2015 memperlihatkan penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi...

Kinerja ekonomi selama tiga kuartal pertama tahun 2015

turun menjadi 4,7 persen (tahun ke tahun), yang sebagian

besar dikarenakan perubahan yang terjadi di pasar-pasar Asia,

sehingga memperlemah harga-harga komoditas dan menunda

pembelanjaan pemerintah. Pada 2015, tingkat pertumbuhan

Produk Domestik Bruto (PDB) diperkirakan tetap hampir di

angka 4,7 persen, di mana tantangan yang ada misalnya terkait

dengan masalah kebakaran hutan dan realisasi pembelanjaan

pemerintah yang kemungkinan besar akan mempengaruhi

kinerja perekonomian secara keseluruhan. Namun gambaran

tren ekonomi untuk tahun 2016 diperkirakan lebih positif, di

mana reformasi kebijakan yang baru-baru ini diterapkan pada

2015 diperkirakan akan membuahkan hasil dan mendorong

peningkatan investasi sektor swasta (lihat Kotak 1). Perkiraan

terbaru menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan PDB tahun

2016 akan bergerak moderat, yaitu berkisar antara 5,1 hingga

5,4 persen.1 Penurunan tingkat pertumbuhan ini menunjukkan

tantangan baru dan menegaskan perlunya memperkuat daya

Sumber: BPS (2015) Pasar Tenaga Kerja Indonesia Agustus 2015, Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Tabel 1: Indikator penting pasar tenaga kerja (2013-2015)

VariabelFeb

2013

Angkatan kerja (juta) 123,6 120,2 125,3 121,9 128,3 122,4

Pekerja (juta) 116,4 112,8 118,2 114,6 120,6 114,8

Pengangguran (juta) 7,2 7,4 7,2 7,2 7,5 7,6

Tingkat partisipasi 69,2% 66,8% 69,2% 66,6% 69,5% 65,8% angkatan kerja

Tingkat pengangguran 5,8% 6,2% 5,7% 5,9% 5,8% 6,2%

Agt 2013

Feb 2014

Agt 2014

Feb 2015

Agt 2015

ASIA-PACIFIC

DECADE

20062015

DECENT WORK

Kotak 1: Reformasi Kebijakan di Indonesia

Untuk membantu menarik minat investor baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi, Pemerintahan Joko Widodo telah meluncurkan beberapa paket reformasi ekonomi sejak September 2015. Fokus utama serangkaian paket reformasi ini adalah mengurangi hambatan dalam menjalankan usaha dan meningkatkan iklim investasi untuk jangka menengah. Paket pertama difokuskan pada upaya mempermudah peraturan perdagangan dan industri yang saling tumpang tindih. Paket kedua dan ketiga difokuskan pada upaya mempercepat proyek-proyek strategis yang terkait dengan kepentingan nasional dengan mempermudah cara mendapatkan perizinan, menyelesaikan masalah pembebasan lahan, mereformasi kebijakan energi serta mengurangi waktu pengadaan barang. Paket keempat difokuskan pada reformasi pasar tenaga kerja, terutama sistem penetapan upah minimum. Sedangkan paket kelima dan keenam difokuskan pada kebijakan regional dan bantuan untuk memperluas zona ekonomi khusus.

saing dan produktivitas serta mempromosikan penciptaan

lapangan kerja baru yang lebih baik.

… dan faktor-faktor musiman mempengaruhi kinerja pasar tenaga kerja.

Jumlah angkatan kerja di Indonesia diperkirakan sebesar

122,4 juta pada Agustus 2015, atau meningkat setengah

juta dibandingkan Agustus 2014. Jumlah pekerja pada

Agustus 2015 mencapai 114,8 juta, atau meningkat sedikit

dari 114,6 juta pada Agustus 2014. Kendati tren-tren yang

ada mungkin memperlihatkan meluasnya pengangguran di

Indonesia, namun perlu dicatat bahwa jumlah pekerjaan terus

mengalami fluktuasi besar dari bulan Februari hingga Agustus,

dan ini memperlihatkan pengaruh faktor musiman dan faktor-

faktor lain dalam menggerakkan pasar tenaga kerja. Sebagai

gambaran, pada Februari 2015 ada sekitar 120,6 juta pekerja,

sedangkan pada Agustus 2015 menurun menjadi 114,8 juta –

yaitu penurunan sebesar 6 juta pekerja (lihat Tabel 1).

Tingkat pengangguran pada Agustus 2015 diperkirakan sebesar

6,2 persen, dan angka ini tergolong tinggi bila dibandingkan

periode-periode sebelumnya. Meskipun demikian, secara

absolut, kenaikan jumlah pengangguran ini tergolong kecil,

di mana ada penambahan pekerja yang menganggur dari

bulan Februari hingga Agustus 2015 sebesar 110.000 orang.

Kenaikan tingkat pengangguran ini seiring dengan penurunan

Page 2: 2006 Indonesia: DECENT WORK 2015 Tren Sosial dan ... · PDF fileangka 4,7 persen, di mana tantangan ... 2016 akan bergerak moderat, ... Perubahan komposisi menuju pekerjaan berupah

2

Indonesia: Tren Sosial dan Ketenagakerjaan (terbaru) November 2015

partisipasi angkatan kerja. Di samping itu, perlu dicatat bahwa

fluktuasi pekerjaan cenderung terkait dengan ketiadaan

kegiatan ketimbang pengangguran, di mana jumlah pekerja

yang keluar dari pekerjaan untuk tidak berkegiatan lebih tinggi

dibandingkan jumlah pekerja yang keluar dari pekerjaan untuk

menjadi pengangguran.

Secara sektoral, sektor pertanian mempertahankan

dominasinya, dengan mempekerjakan 37,8 juta orang,

diikuti dengan sektor perdagangan (25,7 juta) dan sektor

jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan (17,9 juta) pada

Agustus 2015. Sedangkan pekerjaan di sektor pertanian

mengalami penurunan pada Agustus 2015, yang sebagian

besar diakibatkan menurunnya partisipasi angkatan kerja di

kalangan pekerja keluarga tanpa upah dan pekerja wiraswasta

di daerah pedesaan. Sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan

perorangan juga mengalami penurunan pada Agustus 2015, di

mana penundaan pembelanjaan pemerintah merupakan salah

satu faktor yang menyebabkan tren ini (lihat Tabel 2).

Tabel 2: Pekerjaan berdasarkan sektor (juta, 2014-2015)

Sumber: BPS (2015) Pasar Tenaga Kerja Indonesia Agustus 2015, Badan Pusat Statistik, Jakarta.

VariabelFeb

2014Feb

2015Agt

2014Agt

2015

Pertanian, Kehutanan, Perburuan 40,83 38,97 40,12 37,75 dan Perikanan

Pengolahan 15,39 15,26 16,38 15,25

Bangunan 7,21 7,28 7,72 8,21

Perdagangan Besar, Eceran, 25,81 24,83 26,65 25,68 Restoran dan Hotel

Transportasi, Pergudangan 5,33 5,11 5,19 5,11 dan Komunikasi

Jasa Keuangan, Asuransi, 3,19 3,03 3,65 3,27 Usaha Persewaan Bangunan dan Jasa Perusahaan

Jasa kemasyarakatan, Sosial, 18,48 18,42 19,41 17,94 dan perorangan

Kegiatan lain 1,93 1,83 1,73 1,61

Jumlah 118,17 114,63 120,85 114,82

absolut) dibandingkan periode sebelum tahun 1998, di mana

ia menjadi motor penggerak ekonomi dan pertumbuhan

pekerjaan di Indonesia. Kendati demikian, perlu dicatat bahwa

jumlah pekerjaan di sektor pengolahan cenderung berfluktuasi

sepanjang tahun akibat sifat sektor ini yang tergantung pada

permintaan. Yang menarik, data dari survei perusahaan-

perusahaan skala besar dan menengah menunjukkan bahwa

kinerja perekonomian sektor pengolahan nyaris sama dengan

tahun-tahun sebelumnya kendati tingkat pertumbuhan PDB

secara keseluruhan mengalami penurunan.2

Hal lain yang perlu dicatat adalah di sektor bangunan,

yang mengalami tingkat pertumbuhan kerja yang kuat dan

berkelanjutan selama beberapa tahun belakangan ini. Sektor

bangunan menyediakan lapangan kerja bagi 8,21 juta orang

dan angka ini meningkat 12,8 persen dari bulan Agustus 2014

hingga Agustus 2015. Kombinasi tren pertumbuhan di sektor

pengolahan dan bangunan menyediakan informasi penting

tentang investasi dan tingkat pertumbuhan di Indonesia. Tren-

tren ini didukung inisiatif kebijakan yang memprioritaskan

investasi di sektor infrastruktur dan mempromosikan

reindustrialisasi perekonomian Indonesia.

… dan pekerjaan berupah terus diperluas.

Tren-tren pertumbuhan terus berlanjut untuk karyawan tetap,3

di mana 44,43 juta orang atau 38,7 persen dari mereka bekerja

sebagai karyawan tetap pada Agustus 2015 (lihat Gambar

1). Tren ini sangat positif karena ini berarti mereka memiliki

sumber penghasilan dan akses atas layanan kesehatan

(BPJS Kesehatan) dan pensiun (BPJS Ketenagakerjaan).4 Ini

juga berarti bahwa jumlah penduduk yang dianggap sebagai

“pekerja berupah” telah mengalami peningkatan selama

periode ini, dan ini menunjukkan bahwa “pendapatan dari

upah” menjadi sumber penghasilan yang semakin penting

bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, kebijakan tentang

upah adalah hal yang penting bagi sebagian besar penduduk

Indonesia.

Sektor pengolahan dan bangunan terus menghasilkan lapangan kerja ....

Sektor pengolahan menciptakan lapangan kerja bagi 15,3

juta orang atau 13,3 persen dari total pekerjaan yang ada

pada Agustus 2015. Pekerjaan di sektor ini terus mengalami

pertumbuhan selama beberapa tahun belakangan ini dan

sekarang lebih tinggi (dalam hal pangsa sektoral dan angka

Page 3: 2006 Indonesia: DECENT WORK 2015 Tren Sosial dan ... · PDF fileangka 4,7 persen, di mana tantangan ... 2016 akan bergerak moderat, ... Perubahan komposisi menuju pekerjaan berupah

3

Dengan peningkatan jumlah penduduk yang bekerja sebagai

karyawan tetap, pekerjaan rentan dan pekerjaan informal5

mengalami penurunan – baik dalam hal pangsa pekerjaan

dan angka absolut. Sebagai gambaran, pada 2006, 68,9

persen pekerja dianggap sebagai pekerja yang terlibat dalam

pekerjaan rentan, sementara pada 2015, angka ini berkurang

menjadi 57,8 persen. Ini merupakan perubahan penting

selama jangka waktu yang singkat. Tren-tren positif ini seiring

dengan peningkatan pendidikan dan perluasan pekerjaaan di

sektor jasa, serta perluasan pekerjaan di sektor pengolahan

dan penerapan sistem kontrak jangka pendek.

Tren-tren status pekerjaan juga memperlihatkan penurunan

jumlah orang yang bekerja sebagai wiraswasta dan pekerja

keluarga tanpa upah dari bulan Agustus 2014 hingga Agustus

2015. Hal yang menarik, faktor-faktor musiman tampak

mempengaruhi para pekerja, di mana perkiraan fluktuasi

pekerjaan pada Februari dan Agustus terbilang sangat besar.

Data ini menunjukkan adanya beberapa persoalan yang terkait

dengan pasar tenaga kerja bagi pekerja keluarga tanpa upah

dan pekerja wiraswasta, di mana para pekerja ini sering keluar

masuk dari partisipasi angkatan kerja. Situasi ini menunjukkan

perlunya kebijakan dan program pasar tenaga kerja untuk

memperkuat partisipasi angkatan kerja dari kelompok ini.

Perubahan komposisi menuju pekerjaan berupah ini diikuti

dengan peningkatan produktivitas pekerja. Seperti yang terlihat

dalam Tabel 3, produktivitas pekerja meningkat secara bertahap

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

30.0%

35.0%

40.0%

45.0%

August 2006 August 2007 August 2008 August 2009 August 2010 August 2011 August 2012 August 2013 August 2014 August 2015

Own account worker Employer assisted by temporary worker / unpaid worker

Employer assisted by permanent workers Employee

Casual employee in agriculture Casual employee not in agriculture

Unpaid worker

Gambar 1: Status pekerjaan, 2006-2015

Sumber: BPS (2015) Pasar Tenaga Kerja Indonesia Agustus 2015, Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Tabel 3: Tren produktivitas dan pekerjaan

Sumber: BPS (2015) Keadaan pekerja, Agustus 2015, Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Variabel 2011 2012

Pekerjaan (juta) 107,4 112,5 112,8 114,6

Karyawan tetap (juta) 37,8 40,9 41,1 42,4

PDB, Rupiah Konstan tahun 7.287,6 7.727,1 8.158,2 8.568,1 2010 (trilyun)

PDB per pekerja (juta) 67,9 68,7 72,3 74,7

Pertumbuhan PDB per pekerja 8,3% 1,2% 5,3% 3,4%

2013 2014

dari waktu ke waktu. Tren-tren ini menunjukkan bahwa

peningkatan produktivitas mengalami percepatan setelah krisis

keuangan global dan seiring dengan pertumbuhan pekerjaan

berupah dan pertumbuhan sektor pengolahan yang jauh lebih

tinggi.

Peningkatan produktivitas pekerja (PDB per pekerja) ini perlu

diikuti dengan dialog tentang bagi hasil, karena dialog ini

dapat menghasilkan pekerjaan yang lebih bermutu, termasuk

upah dan kondisi kerja yang lebih baik yang dibutuhkan

untuk meningkatkan standar kehidupan para pekerja. Kotak

2 membahas lebih jauh tentang tren-tren upah, pekerjaan dan

produktivitas di sektor pengolahan.

Page 4: 2006 Indonesia: DECENT WORK 2015 Tren Sosial dan ... · PDF fileangka 4,7 persen, di mana tantangan ... 2016 akan bergerak moderat, ... Perubahan komposisi menuju pekerjaan berupah

4

Indonesia: Tren Sosial dan Ketenagakerjaan (terbaru) November 2015

yang menganggur. Tabel ini memperlihatkan bahwa tingkat

pengangguran tertinggi berada di kalangan mereka yang

memiliki latar belakangan pendidikan SMA atau SMK.

Tabel 4: Tingkat pengangguran berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan

Sumber: BPS (2015) Pasar Tenaga Kerja Indonesia Agustus 2015, Badan Pusat Statistik, Jakarta.

SektorFeb

2014Feb

2015Agt

2014Agt

2015

SD atau kurang 3,69 3,04 3,61 2,74

SMP 7,44 7,15 7,14 6,22

SMA 9,10 9,55 8,17 10,32

SMK 7,21 11,24 9,05 12,65

Diploma I/II/III 5,87 6,14 7,49 7,54

Universitas 4,31 5,65 5,34 6,40

Jumlah pengangguran 5,70 5,94 5,81 6,18

Kotak 2: Upah dan produktivitas di tingkat perusahaan

Penelitian yang menganalisis pekerjaan, upah dan produktivitas dengan mempergunakan data mengenai perusahaan-perusahaan pengolahan mendapati bahwa ada tren umum di mana upah tidak terkait dengan produktivitas di beberapa sektor dalam perekonomian Indonesia. Meskipun demikian, sektor pengolahan di Indonesia mengalami peningkatan rasio upah-produktivitas sejak tahun 2008, terutama di perusahaan skala besar dan menengah.

Analisa data berdasarkan survei perusahaan pengolahan skala besar dan menengah menegaskan adanya hubungan kausal yang positif antara upah dengan produktivitas secara dua arah. Produktivitas adalah faktor penentu yang terpenting dalam menetapkan upah. Intensitas permodalan per pekerja mempengaruhi upah dan produktivitas secara positif dan signifikan. Hubungan kausal dua arah yang positif antara upah dengan produktivitas juga ditemukan di usaha mikro dan kecil di sektor pengolahan.

Hal yang mengejutkan adalah bahwa analisa ini menemukan orientasi ekspor dan kepemilikan asing tidak memunyai dampak yang besar terhadap upah dan produktivitas di perusahaan di berbagai skala dan intensitas faktor. Hal ini menunjukkan bahwa pasar domestik dan sumber investasi domestik menjadi semakin penting bagi sektor pengolahan di Indonesia, dan ini berbeda dengan situasi sebelum krisis Asia di akhir era 1990an.

Di samping itu, hasil temuan mendukung hubungan yang positif secara umum antara upah dengan pekerjaan setelah mempertimbangkan dampak produktivitas terhadap upah. Hasil-hasil ini bertentangan dengan kebijakan konvensional yang menerima hubungan negatif antara upah dengan pekerjaan. Bukti yang bertentangan dengan ortodoksi ini tampak jelas di antara perusahaan-perusahaan pengolahan skala besar dan menengah yang modern, lebih dinamis dan terorganisir.

Sumber: Tadjoeddin, Z. dan Auwalin, I. (2015) Upah dan produktivitas di tingkat perusahaan: Studi tentang perusahaan mikro, kecil, menengah dan besar di sektor manufaktur Indonesia, Kantor ILO untuk Indonesia dan Timor-Leste, Jakarta.

Tren-tren pengangguran di kalangan muda lulusan SMA

menunjukkan adanya persoalan-persoalan yang terkait

dengan transisi mereka dari “sekolah ke pekerjaan” dan

menunjukkan perlunya penyesuaian antara kurikulum di

lembaga pendidikan dengan kebutuhan dan persyaratan kerja.

Tingkat pengangguran yang masih tinggi di kalangan lulusan

SMA ini menunjukkan pentingnya upaya untuk mendorong

dialog tentang antisipasi keterampilan antara pengusaha

dengan lembaga-lembaga pelatihan. Pengusaha memiliki

informasi tentang keterampilan yang mereka butuhkan

dan dialog tentang kebutuhan pelatihan dapat membantu

lembaga-lembaga pelatihan dalam menyesuaikan kurikulum

mereka agar dapat meningkatkan kemampuan kerja para

lulusan. Dialog dapat didorong melalui keterlibatan pengusaha

dan pekerja dalam merancang standar-standar pekerjaan dan

sistem pelatihan. Pengusaha juga dapat mengembangkan

kerjasama yang lebih erat dengan lembaga-lembaga pelatihan

dengan menyediakan pelatih tamu serta menawarkan peluang

magang bagi para pelajar.6

Dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan dan panduan karir

yang buruk, kaum muda biasanya menyelesaikan sekolah

dan memasuki dunia kerja dengan berbekal kualifikasi yang

tidak sesuai dengan kebutuhan pengusaha. Ketidakcocokan

kualifikasi merupakan persoalan besar di Indonesia maupun

di beberapa negara di kawasan ini (lihat Gambar 2). Analisa

menemukan bahwa hampir separuh kaum muda yang

menganggur di Indonesia memiliki kualifikasi yang lebih

rendah untuk pekerjaan mereka karena latar belakang

pendidikan mereka yang rendah. Dengan angkatan kerja yang

berkualifikasi rendah ini, mereka menghadapi risiko yang

terkait dengan tingkat pertumbuhan produktivitas yang rendah

dan transisi struktural yang lebih lambat menuju kegiatan

bernilai tambah yang lebih tinggi.

Pengangguran di kalangan lulusan SMA masih mengkhawatirkan

Pengangguran di kalangan muda merupakan masalah klasik di

Indonesia. Lebih dari 50 persen penduduk yang menganggur

terdiri dari kaum muda dan sebagian besar kaum muda

yang menganggur adalah mereka yang berlatar pendidikan

SMA. Tabel 4 menampilkan data tentang pengangguran

berdasarkan latar belakang pendidikan di kalangan penduduk

Page 5: 2006 Indonesia: DECENT WORK 2015 Tren Sosial dan ... · PDF fileangka 4,7 persen, di mana tantangan ... 2016 akan bergerak moderat, ... Perubahan komposisi menuju pekerjaan berupah

5

Gambar 2. Ketidakcocokan kualifikasi di kalangan muda yang bekerja, (persen)7

Sumber: ILO (2015) Asia Pacific Labour Market Updates, Oktober 2015, Kantor Regional ILO, Bangkok.

Implikasi kebijakan

Beberapa implikasi muncul dari kajian tentang situasi

pekerjaan saat ini di Indonesia, termasuk:

w Untuk mempertahankan momentum perekonomian dan

pasar tenaga kerja, fokus pada penciptaan lapangan kerja

dan produktivitas pekerja dibutuhkan untuk mendukung

pekerjaan bermutu dan tingkat pertumbuhan yang

mampu menciptakan banyak lapangan kerja. Gambaran

ekonomi yang bergerak lambat memperbesar tantangan

bagi para pembuat kebijakan dalam menciptakan lebih

banyak lapangan kerja dan pekerjaan yang bermutu

tinggi.

w Tren-tren yang terkait dengan sektor pengolahan, serta

perluasan pekerjaan berupah, kemungkinan besar akan

diikuti dengan peningkatan produktivitas pekerja secara

terus-menerus. Peningkatan produktivitas mungkin

dapat lebih dioptimalkan melalui investasi di lembaga-

lembaga pasar tenaga kerja. Hubungan yang lebih baik

antara kenaikan upah dengan peningkatan produktivitas

dapat membantu mempromosikan pertumbuhan yang

lebih adil.

w Upaya untuk terus mengurangi jumlah pekerja yang

terlibat dalam pekerjaan rentan dan pekerjaan informal

merupakan prioritas. Dengan memperkuat pasar tenaga

kerja bagi pekerja rentan dan membantu mereka dalam

memperoleh akses atas pekerjaan tetap kemungkinan

besar akan memberi dampak besar, termasuk dalam

menciptakan kesetaraan gender.

w Banyaknya pengangguran di kalangan mereka yang

berpendidikan SMA membutuhkan upaya untuk

memperkuat kemitraan antara sektor swasta dengan

balai-balai pelatihan, terutama dalam hal transisi dari

sekolah ke pekerjaan, agar dapat memastikan kaum

muda memperoleh akses atas peluang kerja baru.

Page 6: 2006 Indonesia: DECENT WORK 2015 Tren Sosial dan ... · PDF fileangka 4,7 persen, di mana tantangan ... 2016 akan bergerak moderat, ... Perubahan komposisi menuju pekerjaan berupah

6

Indonesia: Tren Sosial dan Ketenagakerjaan (terbaru) November 2015

Kantor ILO JakartaMenara Thamrin Lantai 22,

Jl. M.H. Thamrin Kav. 3 - Jakarta 10250 Telp. +62 21 391 3112; Faks. +62 21 3983 8959

Email: [email protected]; Website: www.ilo.org/jakarta

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi

1 IMF, Economic Outlook, Oktober 2015; ADB (2015) Asian Development

Outlook 2015 Update, Asian Development Bank, Manila; Bank Dunia

(2015) East Asia and Pacific economic update, Oktober 2015, Bank

Dunia, Washington D.C.

2 BPS (2015) Pertumbuhan Produksi Pengolahan Skala Besar dan

Menengah per Kwartal, Badan Pusat Statistik, Jakarta.

3 Menurut BPS, “Karyawan adalah orang yang bekerja secara permanen

untuk orang lain atau lembaga/kantor/perusahaan lain dan memperoleh

uang/tunai atau barang sebagai upah/gaji. Buruh yang tidak memiliki

majikan secara permanen tidak tergolong sebagai buruh/karyawan/

pegawai tapi sebagai pekerja bebas. Buruh, secara umum dianggap

memiliki majikan permanen jika sudah bekerja untuk majikan yang sama

selama satu bulan terakhir, dan khusus untuk buruh di sektor bangunan

adalah selama 3 bulan. Jika majikannya adalah sebuah lembaga, maka

boleh lebih dari 1 (satu).”

4 Perlu dicatat bahwa ada banyak pekerja yang dianggap sebagai “karyawan

tetap” oleh statistik resmi tentang angkatan kerja, adalah pekerja yang

bekerja untuk jangka pendek dan bukan kontrak permanen dan oleh

karena itu mereka masih memiliki pengaturan kontrak yang tidak pasti.

Secara khusus, sekitar 40 persen karyawan tetap punya masa kerja 36

bulan atau kurang. UU tenaga kerja No. 13 tahun 2003 menyebutkan

bahwa kontrak jangka pendek dapat diberikan selama dua tahun pertama

dengan opsi diperpanjang selama maksimal 12 bulan berikutnya.

5 Estimasi pekerjaan informal dalam catatan ini mengikuti definisi nasional

tentang pekerjaan informal, yaitu berbeda dari data berdasarkan definisi

ICLS.

Catatan Akhir

6 Pendekatan ILO untuk kegiatan magang bermutu ditekankan pada dialog

sosial, denifisi yang jelas tentang peran dan tanggungjawab, kerangka

hukum dan pengaturan keuangan bersama sebagai empat pilar yang

membangun kegiatan magang bermutu. Kegiatan magang bermutu

adalah mekanisme balajar yang canggih berdasarkan rasa saling percaya

dan kerjasama antar pemangku kepentingan yaitu: kaum muda, otoritas

ketenagakerjaan dan pendidikan, pengusaha dan pekerja.

7 Metrik tentang ketidakcocokan kualifikasi ini didasari pada latar belakang

pendidikan berdasarkan the International Standard Classification of

Education (ISCED) dengan pengelompokan pekerjaan berdasarkan

the International Standard Classification of Occupations (ISCO).

Kelompok pekerjaan 1, 2 dan 3 ISCO dianggap sebagai pekerjaan yang

membutuhkan keterampilan tinggi dan terkait dengan level 5 dan 6

ISCED-97. Sedangkan kelompok 4, 5, 6, 7 dan 8 ISCO dianggap sebagai

pekerjaan yang membutuhkan keterampilan menengah dan terkait

dengan level 3 dan 4 ISCED. Kelompok 9 ISCO adalah pekerjaan yang

membutuhkan keterampilan rendah yang terkait dengan level 1 dan

2 ISCED. Berdasarkan pendekatan formatif ini, pekerja yang memiliki

pekerjaan yang sesuai dengan latar belakangan pendidikan mereka

dianggap memiliki kualifikasi yang memadai. Sedangkan mereka yang

memiliki latar belakang pendidikan yang lebih tinggi dianggap memiliki

kualifikasi yang terlalu tinggi dan mereka yang memiliki level lebih rendah

dianggap sebagai pekerja yang memiliki kualifikasi terlalu rendah. Mereka

yang memiliki kualifikasi lebih tinggi dan lebih rendah ini dianggap tidak

memiliki kecocokan kualifikasi. Sehingga latar belakang pendidikan

mereka tidak sesuai dengan persyaratan kerja.