2006-2-01156-IF-Bab 2

47
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori-Teori Basis Data 2.1.1 Pengertian Data Menurut Jeffrey A Hoffer (2005, p5), bagian data berhubungan dengan fakta yang berfokus pada objek dan peristiwa yang dapat direkam dan di simpan di dalam media komputer. Sebagai contoh, pada basis data penjualan pelanggan, data harus memasukkan fakta seperti nama pelanggan, alamat, dan nomor telepon. Saat ini basis data digunakan untuk menyimpan objek seperti dokumen, peta-peta, foto grafik, suara, bahkan potongan video. Seperti contoh basis data pelanggan yang harus memasukkan foto pelanggan. Tipe data ini adalah data yang tidak terstruktur atau sebagai data multimedia. 2.1.2 Pengertian Basis Data Menurut Connolly (2002, p14), basis data didefinisikan sebagai kumpulan relasi logikal dari data/deskripsi data yang dapat digunakan bersama dan dibuat untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan. Secara logika, relasi data terdiri dari entiti-entiti, atribut, dan relasi dari informasi organisasi/perusahaan. Menurut Turban (2003, p16), basis data merupakan kumpulan file atau record yang terorganisir, yang menyimpan data beserta hubungan diantara data tersebut.

description

IF

Transcript of 2006-2-01156-IF-Bab 2

  • BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1. Teori-Teori Basis Data

    2.1.1 Pengertian Data

    Menurut Jeffrey A Hoffer (2005, p5), bagian data berhubungan dengan

    fakta yang berfokus pada objek dan peristiwa yang dapat direkam dan di

    simpan di dalam media komputer. Sebagai contoh, pada basis data penjualan

    pelanggan, data harus memasukkan fakta seperti nama pelanggan, alamat,

    dan nomor telepon. Saat ini basis data digunakan untuk menyimpan objek

    seperti dokumen, peta-peta, foto grafik, suara, bahkan potongan video.

    Seperti contoh basis data pelanggan yang harus memasukkan foto pelanggan.

    Tipe data ini adalah data yang tidak terstruktur atau sebagai data multimedia.

    2.1.2 Pengertian Basis Data

    Menurut Connolly (2002, p14), basis data didefinisikan sebagai

    kumpulan relasi logikal dari data/deskripsi data yang dapat digunakan

    bersama dan dibuat untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh

    perusahaan. Secara logika, relasi data terdiri dari entiti-entiti, atribut, dan

    relasi dari informasi organisasi/perusahaan.

    Menurut Turban (2003, p16), basis data merupakan kumpulan file atau

    record yang terorganisir, yang menyimpan data beserta hubungan diantara

    data tersebut.

  • Menurut Hoffer (2002, p4), basis data adalah kumpulan data yang

    terorganisir dan secara logika berkaitan. Terorganisir maksudnya data

    distrukturkan sehingga mudah untuk disimpan, dimanipulasi dan diperoleh

    oleh pengguna. Berkaitan maksudnya data menggambarkan daerah asal

    (domain) kepentingan tertentu bagi kelompok pengguna dan pengguna dapat

    menggunakan data untuk menjawab pertanyaan seputar domain itu.

    2.1.3 Pengertian File

    File adalah kumpulan record yang mengandung logically related

    data (Connolly, 2002, p8).

    2.1.4 Pengertian Record

    Tuple (record, baris, row) adalah nama untuk kumpulan atribut tersimpan

    yang saling berkaitan membentuk data record yang mempunyai arti

    (Connolly, 2002, p73).

    2.1.5 Pengertian Field

    Atribut (field, kolom) adalah unit terkecil dari data yang disimpan dalam

    basis data. (Connolly, 2002, p72).

    Menurut Jeffrey A Hoffer ( 2005, p241) field adalah unit terkecil dari

    suatu aplikasi data yang dikenal oleh sistem perangkat lunak. Seperti bahasa

    pemograman atau sistem pengaturan basis data. Sebuah field sama dengan

    atribut sederhana daripada model data logikal, jadi field menampilkan setiap

    komponen dari kebalikan atribut.

  • 2.2 Konsep Basis Data

    Menurut Mcleod (2001, p259), dua tujuan konsep basis data adalah

    meminimalisasikan pengulangan data (data redundancy) dan mencapai

    independensi data. Pengulangan data (data redundancy) adalah duplikasi data.

    Artinya, data yang sama disimpan dalam beberapa file. Independensi data adalah

    kemampuan untuk membuat perubahan dalam struktur data tanpa membuat

    perubahan pada program yang memproses data. Independensi data dicapai dengan

    menempatkan spesifikasi data dalam tabel dan kamus data yang terpisah secara

    fisik dari program. Perubahan pada struktur data hanya dilakukan sekali, yaitu

    dalam tabel.

    2.3 Arsitektur Basis Data

    Arsitektur ANSI-SPARC Three-Level menurut Connolly(2002,34) adalah

    external level, konseptual level, dan internal level.

    2.3.1 External Level

    Cara pandang pengguna terhadap basis data.

    Menerangkan bagaimana data yang ada direpresentasikan untuk pengguna

    yang berbeda.

  • Ekternal level merupakan level pengguna individual, dimana masing-masing

    pengguna hanya akan berkepentingan dengan satu bagian saja. Cara pandang

    dari masing-masing pengguna bersifat abstrak bila dibandingkan dengan

    bagaimana sebenarnya data tersebut disimpan. Masing-masing pandangan

    pengguna tersebut disebut external view, yang berisi berbagai tipe eksternal

    record. Jadi level ini berkaitan erat dengan pengguna, dimana dari tiap

    pengguna hanya memerlukan sebagian dari data yang ada dalam basis data.

    Cara pandang secara eksternal hanya terbatas pada entiti, atribut, dan

    hubungan antar entiti yang diperlukan saja.

    2.3.2 Konseptual Level

    Cara pandang keseluruhan basis data (Community view of the database).

    Menerangkan data apa saja yang tersimpan dan relasi antar data.

    Konseptual view merupakan representasi informasi keseluruhan dari isi basis

    data, dimana semua pandangan masing-masing pengguna digabungkan.

    Perwujudannya abstrak, bila dibandingkan dengan bagaimana data

    sesunggguhnya tersimpan secara fisik. Konseptual view berisi berbagai tipe

    dari konseptual record yang didefinisikan oleh konseptual skema, ditulis

    dalam data definition language (DDL). Pendefinisian skema konseptual

    dimaksudkan untuk menyertakan feature-feature tambahan, seperti security

    and integrity.

  • Beberapa tujuan utama dari skema konseptual diantaranya; menggambarkan

    enterprise secara lengkap, bagaimana data tersebut digunakan, bagaimana

    aliran data didalam enterprise, kegunaan data untuk setiap proses, proses

    kontrol atau audit yang diberikan pada setiap proses.

    2.3.3 Internal Level

    Representasi secara fisik (Physical representation) dari basis data pada

    komputer.

    Menerangkan bagaimana data yang ada disimpan dalam basis data.

    Internal view merupakan level terendah dalam representasi dari keseluruhan

    basis data. Internal view berisikan berbagai tipe internal record yang

    didefinisikan oleh skema internal. Selain itu juga menjelaskan mengenai

    alokasi ruang penyimpanan data dan indeks, bagaimana perwujudan field-

    field yang disimpan, deskripsi record untuk penyimpanan (dengan ukuran

    penyimpanan untuk data elemen), pemampatan data, dan teknik encription

    (pengamanan data). Dengan kata lain level ini berkaitan dengan

    penyimpanan basis data atau penyimpanan struktur yang menerangkan

    tempat penyimpanan data pada internal view, dan penyimpanan struktur pada

    skema internal yang menerangkan hubungannya dengan cara pengaksesan

    data yang disimpan.

  • 2.4 Pengertian DBMS (Database Management System)

    Menurut Date (2000, p43), DBMS merupakan piranti lunak yang menangani

    seluruh akses terhadap basis data.

    DBMS adalah kumpulan program yang digunakan untuk membuat dan

    mengelola basis data. Menurut Petroutsos (2000, p5), DBMS menyediakan fungsi-

    fungsi sebagai berikut :

    1. DBMS mengizinkan aplikasi mendefinisikan struktur dari basis data dengan

    pernyataan SQL. Pernyataan SQL yang mendefinisikan atau mengedit struktur

    ini disebut dengan Data Definition Language (DDL).

    2. DBMS mengizinkan aplikasi memanipulasi informasi yang disimpan didalam

    basis data dengan pernyataan SQL. Pernyataan SQL yang memanipulasi

    informasi ini disebut dengan Data Manipulation Language (DML).

    3. DBMS melindungi integritas basis data dengan menerapkan beberapa aturan,

    yang dimasukkan kedalam perancangan basis data tersebut.

    Menurut Connoly (2002, p16), DBMS adalah sistem perangkat lunak yang

    memungkinkan pengguna untuk mendefinisikan, membuat, dan memelihara basis

    data dan menyediakan kontrol akses untuk basis data. DBMS menyediakan

    fasilitas-fasilitas sebagai berikut :

    Mengizinkan pemakai untuk mendefinisikan basis data yang biasanya disebut sebagai Data Definition Language (DDL).

    Mengizinkan pemakai untuk insert, update, delete, dan retrieve data dari basis data yang biasanya disebut Data Manipulation Language (DML).

  • 2.4.1 Data Definition Language (DDL)

    Menurut Connolly (2002, p40), DDL adalah suatu bahasa yang

    memungkinkan DBA atau pengguna untuk mendefinisikan, menerangkan

    dan memberi nama entiti-entiti, atribut, dan relasi yang dibutuhkan untuk

    aplikasi, termasuk batasan-batasan keamanan dan integritas-nya.

    Hasil kumpulan dari statement DDL adalah satu set table yang

    menyimpan file khusus secara bersama dinamakan sistem katalog. Sistem

    katalog yang mengintegrasikan meta-data. Meta data adalah data yang

    menggambarkan objek dalam basis data dan membuatnya lebih mudah untuk

    diakses dan dimanipulasi. Meta-data berisi definisi dari record, data item,

    objek lain yang menjadi minat ke para pemakai atau diperlukan oleh DBMS.

    DBMS secara normal berkonsultasi kepada sistem katalog sebelum data yang

    aktual diakses dalam basis data.

    2.4.2 Data Manipulation Language (DML)

    Menurut Connolly (2002, p41), DML adalah suatu bahasa yang

    memberikan set operasi untuk mendukung operasi manipulasi data dasar

    pada data yang tersimpan di dalam basis data.

    Operasi manipulasi pada data meliputi :

    1. Menambahkan data baru ke dalam basis data.

    2. Memodifikasi data yang tersimpan dalam basis data.

    3. Memperoleh kembali data yang terdapat dalam basis data.

    4. Menghapus data dari basis data.

  • DML dibedakan oleh perolehan bentuk dasar pencarian mereka, kita

    dapat membedakan dalam 2 jenis DML yaitu :

    1. Procedural DML

    Suatu bahasa yang memungkinkan pengguna untuk memberi instruksi

    ke sistem mengenai data yang dibutuhkan dan cara pemanggilannya.

    Artinya, pengguna harus menjelaskan operasi pengaksesan data yang

    akan digunakan dengan menggunakan prosedur yang ada untuk

    mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

    2. Non-procedural DML

    Suatu bahasa yang memungkinkan pengguna untuk menentukan

    data yang dibutuhkan dengan menyebutkan spesifikasinya tanpa men-

    spesifikasikan bagaimana cara mendapatkannya.

    2.5 Komponen Komponen DBMS

    Menurut Connolly (2002, pp18 - 20), Database Management System ( DBMS )

    memiliki lima komponen penting yaitu:

    1. Data

    Data pada sebuah sistem basis data baik itu single-user sistem maupun

    multi-user sistem harus terintegrasi dan dapat digunakan bersama (Integrated

    and Shared)

  • 2. Perangkat Keras

    Perangkat keras yang digunakan terdiri dari :

    - Penyimpanan secondary (manegtic disk), I/O device ex : disk drives),

    device Controller, I/O Channels, dan lainnya.

    - Hardware processor dan main memory, digunakan untuk mendukung

    saat eksekusi sistem software basis data.

    3. Perangkat Lunak

    DBMS, operating system, network software (jika diperlukan) dan

    program aplikasi pendukung lainnya.

    4. Prosedur

    Prosedur berhubungan dengan instruksi dan peraturan yang mengatur

    perancangan dan kegunaan dari basis data. Pengguna sistem tersebut dan

    karyawan yang mengelola basis data memerlukan dokumentasi prosedur dan

    bagaimana sistem itu dijalankan. Prosedur tersebut meliputi :

    a. masuk ke dalam DBMS

    b. Menggunakan fasilitas DBMS atau aplikasi program

    c. Memulai dan menghentikan DBMS

    d. Membuat backup dan recovery basis data

    e. Menangani kesalahan perangkat keras dan perangkat lunak

  • 5. Pengguna

    Pengguna terdiri dari :

    - Aplication Manager, bertanggungjawab untuk membuat aplikasi basis

    data dengan menggunakan bahasa pemrograman yang ada, seperti : C++,

    Java, dan lainnya.

    - End Users, siapapun yang berinteraksi dengan sistem secara online

    melalui workstation/terminal.

    - DA (Data Administrator), seseorang yang berwenang untuk membuat

    keputusan stategis dan kebijakan mengenai data yang ada, DBA

    (Database Administrator), menyediakan dukungan teknis untuk

    implementasi keputusan tersebut, dan bertanggungjawab atas keseluruhan

    kontrol sistem pada level teknis.

    2.6 Pengertian Entiti

    Menurut Connolly (2002, p15), entiti adalah objek berbeda (orang, tempat,

    benda, konsep, atau kejadian) dalam organisasi untuk direpresentasikan di dalam

    basis data.

    2.7 Pengertian Relasi

    Pengertian tipe relasi menurut Connolly (2002, p334) adalah sekumpulan

    hubungan antara satu atau lebih tipe-tipe entiti.

  • Derajat dari relasi adalah jumlah dari partisipasi (participating) tipe entiti dalam

    sebuah tipe relasi tertentu. Entiti yang berkaitan dalam sebuah tipe relasi dikenal

    sebagai participant dalam relasi dan jumlah participant dalam relasi disebut sebagai

    derajat (degree) dari relasi. Oleh karena itu, derajat dari sebuah relasi menunjukkan

    jumlah dari entiti yang terkait dalam relasi. Sebuah relasi berderajat dua disebut

    binary, relasi berderajat tiga disebut sebagai ternary, dan relasi berderajat empat

    disebut sebagai quartenar.

    Sifat-sifat Relasi :

    Nama relasi berbeda satu sama lain dalam skema relasional Setiap sel (baris,kolom) dari relasi berisi satu nilai atomik Setiap atribut memiliki nama yang berbeda Nilai suatu atribut berasal dari domain yang sama Setiap tuple berbeda, dan tidak ada dupikasi tuple.

    Relational Keys :

    Superkey Superkey didefinisikan sebagai sebuah atribut atau himpunan atribut

    yang mengidentifikasi secara unik tuple-tuple yang ada dalam relasi.

    Candidate Key Candidate Key didefinisikan sebagai jumlah minimal dari atribut-

    atribut yang nilainya dapat secara unik mengidentifikasikan suatu entiti

    (Connolly, 2002, p340).

  • Primary Key Primary Key didefinisikan sebagai candidate key yang dipilih untuk

    identifikasi tuple secara unik dalam suatu relasi. (Connolly, 2002, p341)

    Alternate Keys Alternate Key didefinisikan sebagai candidate key yang tidak terpilih

    sebagai primary key

    Composite Key Composite Key didefinisikan sebagai candidate key yang terdiri atas

    dua atau lebih atribut (Connolly, 2002, p341)

    Foreign Key Foreign Key didefinisikan sebagai atribut atau himpunan atribut

    dalam relasi yang dibandingkan dengan candidate key pada beberapa relasi.

    Relational Integrity :

    1. Null

    - Representasi nilai atribut yang tidak diketahui atau tidak digunakan

    dalam tuple

    - Berkaitan dengan ketidaklengkapan/pengecualian data

    - Representasi tidak adanya suatu nilai dan tidak sama dengan Nol atau

    Spasi

    2. Integritas Entiti

  • Pada relasi dasar, tidak ada atribut ataupun primary key yang

    bernilai NULL

    3. Integritas Referensi

    Jika terdapat foreign key dalam suatu relasi, maka nilai foreign

    key tersebut akan dibandingkan (match) dengan nilai candidate key dari

    beberapa tuple pada relasi itu sendiri atau nilai foreign key harus NULL

    seluruhnya.

    4. Enterprise Constraints

    Aturan tambahan yang dispesifikasikan oleh user atau DBA.

    Terdapat tiga jenis relasi biner:

    Relasi biner 1 : 1 Relasi ini terjadi jika suatu instance entiti tunggal berelasi dengan

    instance entiti tunggal lainnya (Kroenke, 2002, p53).

    Relasi biner 1 : * Relasi ini terjadi jika suatu instance entiti tunggal berelasi dengan

    lebih dari satu instance entiti lainnya (Kroenke, 2002, p53)

    Relasi biner * : * Relasi ini terjadi jika banyak instance entiti berelasi dengan

    banyak instance entiti lainnya (Kroenke, 2002, p54)

    2.8 Pengertian Atribut

  • Atribut merupakan properti dari suatu entiti maupun relasi (Connolly, 2002,

    p338). Atribut bisa bernilai tunggal (single-valued) ataupun bernilai jamak (multi-

    valued).

    Tipe tipe atribut :

    Attribute Domain

    Set nilai yang dibolehkan dari satu atau banyak atribut.

    Simple Attribute

    - Atribut yang mempunyai komposisi komponen tunggal dengan keadaan

    independent.

    Composite Attribute

    Atribut yang mempunyai komponen multi yang keadaannya satu dengan

    yang lain dalam kondisi independent.

    Single-valued Attribute

    Atribut yang mempunyai nilai tunggal untuk setiap occurrence pada suatu

    tipe entiti

    Multi-valued Attribute

    Atribut yang mempunyai nilai jamak untuk suatu occurrence pada suatu tipe

    entiti

    Derived Attribute

    Merupakan satu atau lebih atribut yang berhubungan satu sama lain, nilai dari

    satu atribut ditentukan oleh nilai atribut lain atau nilai beberapa atribut

    berasal dari hubungan entiti.

  • 2.9 Permodelan Relasi Entiti

    Pemodelan ER merupakan pemodelan data tingkat tinggi yang termasuk dalam

    pendekatan top down dalam perancangan basis data. Pemodelan ini didasarkan pada

    persepsi dunia nyata yang terdiri atas sekumpulan objek-objek dasar yang disebut

    dengan entiti, serta relasi diantara objek-objek tersebut (Silberschatz, 2002, p25).

    Adapun notasi diagramatik yang dipilih untuk pemodelan ER dalam penulisan

    skripsi ini adalah menggunakan bahasa pemodelan berorientasi objek yang dikenal

    sebagai Unified Modeling Language (UML).

    2.10 Daur Hidup Aplikasi Basis Data

    Tahapan daur hidup aplikasi basis data yang tampak pada Gambar 2.1.

    berikut ini tidak mutlak dilaksanakan secara terurut, melainkan melalui

    sejumlah pengulangan dari tahapan terdahulu agar didapatkan hasil semaksimal

    mungkin.

  • Gambar 2.1Tahapan dalam daur hidup aplikasi basis data (Database Systems:

    A Practical Approach to Design, Implementation, and Management, 2002, p272)

    Penjelasan dari tahapan-tahapan pada Gambar 2.1 adalah sebagai berikut:

    2.10.1 Perencanaan Basis Data

    Merupakan aktivitas merencanakan bagaimana tahapan dari daur

    hidup aplikasi basis data dapat direalisasikan secara lebih efisien dan

    efektif. Langkah penting yang dilakukan pada tahap ini adalah

    mendefinisikan tujuan dari pengerjaan proyek basis data, serta

    mengidentifikasi manfaat apa yang bisa didapat sebagai hasilnya.

    Aktivitas perencanaan basis data juga menentukan bagaimana data akan

    dikumpulkan, dokumen-dokumen apa saja yang dibutuhkan, serta

    bagaimana perancangan dan implementasi akan dilakukan (Connolly,

    2002, p273-274).

    2.10.2 Definisi Sistem

    Menentukan jangkauan beserta batasan dari aplikasi basis data,

    penggunanya, dan area aplikasinya. Sebelum dilakukan perancangan

    basis data, amatlah penting untuk mengidentifikasikan batasan dari sistem

    yang sedang ditelusuri serta bagaimana sistem tersebut berinteraksi

    dengan bagian lain dalam sistem informasi organisasi (Connolly, 2002,

    p274).

  • 2.10.3 Kebutuhan Pengumpulan dan Analisis

    Merupakan proses mengumpulkan dan menganalisis informasi

    mengenai bagian dari organisasi yang akan didukung oleh aplikasi basis

    data, serta menggunakan informasi ini guna mengidentifikasi kebutuhan

    dari pengguna pada sistem yang baru. Ada banyak teknik yang dapat

    digunakan guna mengumpulkan informasi ini, yang dikenal dengan

    istilah teknik fact finding (Connolly, 2002, p276).

    Secara umum, terdapat lima macam teknik fact finding yang sering

    digunakan, meliputi pemeriksaan dokumen-dokumen, wawancara,

    observasi pada organisasi, riset, dan menyebarkan kuisioner (Connolly,

    2002, p305).

    2.10.4 Perancangan Basis Data

    Metodologi perancangan merupakan suatu pendekatan terstruktur

    yang mempergunakan prosedur, teknik, alat, serta perangkat dokumentasi

    guna mendukung dan memfasilitasi proses perancangan. Metodologi

    perancangan mencakup beberapa tahapan yang masing-masing terdiri

    atas sejumlah langkah, yang berguna dalam memberikan panduan kepada

    perancang mengenai teknik yang sesuai pada setiap tahapan dalam

    proyek (Connolly, 2002, p418-419).

    Metode perancangan basis data merupakan proses membangun

    suatu rancangan basis data yang akan mendukung aktivitas organisasi.

    Terdapat dua pendekatan utama yang digunakan dalam merancang basis

  • data, yakni pendekatan secara bottom up dan pendekatan secara top

    down.

    Pendekatan secara bottom up dilakukan melalui analisis terhadap

    atribut (properti dari entiti dan relasi) beserta asosiasinya. Proses

    normalisasi merupakan representasi pendekatan secara bottom up ini.

    Normalisasi mencakup pengidentifikasian atribut-atribut yang diperlukan

    beserta agregasi berikutnya menjadi relasi yang telah dinormalkan

    dengan berdasarkan pada ketergantungan fungsional diantara atribut-

    atribut.

    Pendekatan secara top down dilakukan dengan terlebih membangun

    model data tingkat tinggi guna kemudian membangun model data yang

    lebih sederhana. Pendekatan ini diilustrasikan melalui konsep model

    Entity-Relasi (ER).

    Adapun pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini

    adalah pendekatan top down.

    Perancangan basis data terbagi kedalam tiga tahapan utama, yakni

    perancangan basis data secara konseptual, logikal, dan fisikal (Connolly,

    2002, p419).

    2.10.4.1 Perancangan Basis Data Konseptual

    Perancangan basis data konseptual adalah proses

    membangun model informasi yang digunakan dalam perusahaan,

    terlepas dari segala pertimbangan fisik (Connolly, 2002, p419).

  • Langkah-langkah perancangan basis data konseptual

    adalah sebagai berikut:

    Membangun model data konseptual lokal untuk setiap view

    dengan cara :

    1) Identifikasi tipe entiti : mengidentifikasi entiti-entiti untuk

    model yang akan dibangun.

    2) Identifikasi tipe relasi : mengidentifikasi relasi yang terjadi

    antar entiti.

    3) Identifikasi dan asosiasikan atribut dengan tipe entiti dan

    relasi : mengidentifikasi atribut-atribut yang dimiliki oleh

    entiti maupun relasi

    4) Tentukan domain atribut: menentukan batasan nilai yang

    valid bagi atribut-atribut.

    5) Tentukan atribut-atribut candidate key dan primary key :

    mengidentifikasi candidate key untuk setiap entiti, dan

    kemudian menentukan primary key.

    6) Pertimbangkan penggunaan enhanced modeling concepts

    (langkah ini bersifat opsional) : mempertimbangkan

    penggunaan konsep-konsep seperti

    specialization/generalization, aggregation, ataupun

    composition.

    7) Periksa model terhadap redudansi : mengecek apakah

    terdapat redundansi pada model.

  • 8) Validasi model konseptual lokal terhadap transaksi

    pengguna: memastikan bahwa model konseptual lokal

    mendukung transaksi yang dibutuhkan.

    9) Tinjau kembali model data konseptual lokal bersama

    dengan pengguna: meninjau model yang telah dibangun

    guna memastikan bahwa model tersebut merupakan

    representasi yang sesuai.

    2.10.4.2.Perancangan Basis Data Logikal

    Perancangan basis data logikal adalah proses membangun

    model informasi yang digunakan dalam perusahaan dengan

    berdasarkan pada suatu model data spesifik, tetapi masih terlepas

    dari DBMS tertentu beserta pertimbangan fisik lainnya

    (Connolly, 2002, p419).

    Langkah-langkah perancangan basis data logikal adalah

    sebagai berikut:

    1) Bangun dan validasi model data logikal lokal untuk setiap

    view dengan cara

    1.1) Hilangkan fitur-fitur yang tidak kompatibel dengan

    model relasional (langkah ini bersifat opsional):

    melakukan perbaikan terhadap model data konseptual

    lokal dengan menghilangkan fitur-fitur yang tidak

    kompatibel. Menghaluskan model logikal data

  • konseptual dengan menghilangkan features yang tidak

    kompatibel terhadap model relasional. Meliputi :

    a)Hilangkan tipe relasi binary *:*;

    b)Hilangkan tipe relasi recursive *:*;

    c)Hilangkan tipe relasi kompleks;

    d)Hilangkan tipe attribute multi-valued.

    1.2) Dapatkan relasi untuk model data logikal local :

    membangun relasi untuk model data logikal lokal untuk

    merepresentasikan entiti, relasi, dan atribut yang telah

    diidentifikasi. Meliputi :

    a) Buat relasi untuk semua entity strong yang terdapat

    pada model data.

    b) Buat relasi untuk semua entity weak yang terdapat

    pada model data.

    c) Tipe Relasi Biner One to Many (1:*)

    d) Tipe Relasi Biner One to One ( 1:1)

    e) Tipe Relasi Recursive One to One

    f) Tipe Relasi Superclass/Subclass (Model Enhanced)

    g) Tipe Relasi Biner Many-to-many (*:*)h) Tipe relasi

    kompleks

    i) Attribute multi-valued

    1.3) Validasi relasi dengan menggunakan normalisasi :

    Normalisasi merupakan proses mendekomposisi relasi

    yang mengandung anomali guna menghasilkan relasi

  • yang lebih sederhana dan terstruktur dengan baik

    (Hoffer, 2002, p189).

    1.4) Validasi relasi terhadap transaksi pengguna: memastikan

    bahwa relasi pada model data logikal lokal dapat

    mendukung transaksi yang dibutuhkan.

    1.5) Definisikan integrity constraints: mendefinisikan

    batasan-batasan yang meliputi required data, attribute

    domain constraints, entity integrity, referential integrity,

    serta enterprise constraints.

    1.6) Tinjau kembali model data logikal lokal bersama dengan

    pengguna: meninjau model yang telah dibangun guna

    memastikan bahwa model tersebut merupakan

    representasi yang sesuai.

    2) Bangun dan validasi model data logikal global

    2.1) Gabungkan model data logikal lokal ke dalam model

    global: mendapatkan suatu model data logikal global dari

    organisasi.

    2.2) Validasi model data logikal global: memvalidasi relasi

    dengan teknik normalisasi dan memastikan relasi tersebut

    mendukung transaksi yang dibutuhkan.

    2.3) Periksa untuk perkembangan di masa yang akan datang:

    memperkirakan apakah di masa yang akan datang akan

    ada perubahan berarti serta menentukan apakah model

  • yang telah dibangun dapat mengakomodasi perubahan

    tersebut.

    2.4) Tinjau kembali model data logikal global bersama

    dengan pengguna: meninjau model yang telah dibangun

    guna memastikan bahwa model tersebut merupakan

    representasi yang sesuai.

    Macam Macam Ketergantungan

    (Connolly, 2002, pp379-394) :

    Functional dependency (Ketergantungan fungsional) Mengindikasikan kondisi dimana jika A dan B adalah

    atribut pada suatu relasi, nilai B dianggap tergantung

    fungsional terhadap atribut A jika dan hanya jika setiap nilai

    atribut A hanya mempunyai satu nilai atribut B. Relasi ini

    ditulis dengan notasi AB.

    Full functional dependency (Ketergantungan fungsional penuh)

    Mengindikasikan kondisi dimana jika A dan B adalah

    atribut pada suatu relasi, B dianggap tergantung fungsional

    penuh terhadap A jika B tergantung fungsional terhadap A,

    dan bukan terhadap sebagian anggota dari himpunan bagian

    A.

    Transitive dependency (Ketergantungan transitif)

  • Suatu kondisi dimana A, B, dan C merupakan atribut dari

    suatu relasi sedemikian sehingga A B dan B C, maka C

    tergantung transitif terhadap A melalui B (dengan syarat A

    tidak tergantung fungsional terhadap B atau C).

    Proses Normalisasi (Connolly, 2002, pp386-394)

    Normal Form (Bentuk Normal) Keadaan suatu relasi yang merupakan hasil dari

    penerapan aturan-aturan functional dependencies

    (ketergantungan fungsional) atau hubungan antar atribut pada

    relasi tersebut.

    Unnormalized form (UNF) Pada bentuk tidak normal (unnormalized formUNF),

    tabel masih mengandung satu atau lebih kelompok

    pengulangan (repeating groups). Tabel UNF ini dibuat dengan

    mentransformasi data dari sumber informasi ke dalam table

    berbentuk baris dan kolom.

    First normal form (1NF) Pada bentuk normal pertama (first normal form 1NF),

    suatu relasi dimana pada setiap sel (perpotongan dari baris dan

  • kolom) memuat satu dan hanya satu nilai, setiap sel

    mengandung nilai atomic (atau single value).

    Second normal form (2NF) Pada bentuk normal kedua (second normal form 2NF),

    suatu relasi telah melalui bentuk normal pertama dan setiap

    atribut bukan primary key (PK) tergantung fungsional penuh

    terhadap PK.

    Third normal form (3NF) Pada bentuk normal ketiga (third normal form 3NF),

    suatu relasi telah melalui bentuk normal pertama dan kedua,

    serta tidak ada atribut bukan PK tergantung transitif terhadap

    atribut bukan PK yang lain.

    2.10.4.3 Perancangan Basis Data Fisikal

    Perancangan basis data fisikal adalah proses menghasilkan

    deskripsi dari implementasi basis data pada perangkat

    penyimpanan sekunder, dengan menggambarkan basis relasi,

    organisasi file, dan indeks yang digunakan untuk memperoleh

    akses yang efisien terhadap data, beserta segala integrity

    constraints yang terkait dan pertimbangan keamanan (Connolly,

    2002, p419).

  • Langkah-langkah perancangan basis data fisikal adalah

    sebagai berikut:

    1) Terjemahkan model data logikal global terhadap DBMS

    yang telah ditentukan

    1.1) Rancang relasi dasar: menentukan bagaimana relasi

    dasar akan direpresentasikan pada DBMS target.

    1.2) Rancang representasi dari data yang telah didapat:

    menentukan bagaimana merepresentasikan data

    yang terdapat pada model data logikal global ke

    dalam DBMS target.

    1.3) Rancang enterprise constraints: merancang

    enterprise constraint terhadap DBMS target.

    2) Rancang representasi fisik

    2.1) Analisa transaksi: guna memahami fungsionalitas

    dari transaksi yang akan berjalan didalam basis data

    serta menganalisa transaksi yang penting.

    2.2) Pilih organisasi file: menentukan organisasi file

    yang efisien untuk setiap basis relasi.

    2.3) Pilih indeks: menentukan apakah penggunaan

    indeks akan dapat meningkatkan performansi dari

    sistem.

    Perkirakan kebutuhan disk space: memperkirakan

    kapasitas disk space yang akan dibutuhkan oleh

    basis data.

  • 3) Rancang user views: merancang user views yang telah

    identifikasikan pada tahap pengumpulan kebutuhan dan

    analisis pada daur hidup aplikasi basis data.

    4) Rancang mekanisme keamanan: merancang mekanisme

    keamanan pada basis data.

    5) Pertimbangkan penggunaan dari redundansi terkontrol:

    menentukan apakah penggunaan redundansi secara

    terkontrol akan dapat meningkatkan performansi sistem.

    6) Lakukan pengawasan dan pemeliharaan terhadap sistem

    operasi: Mengawasi sistem operasional dan

    meningkatkan performansi sistem guna memperbaiki

    rancangan-rancangan yang kurang sesuai atau sebagai

    refleksi adanya perubahan kebutuhan.

    2.10.5 DBMS selection (optional)

    Melakukan pemilihan DBMS yang sesuai guna mendukung

    aplikasi basis data (Connolly, 2002, p284). Pemilihan dapat dilakukan

    dengan mengikuti beberapa langkah berikut ini:

    Definisikan persyaratan atas referensi pemilihan DBMS Buat daftar beberapa produk yang dapat dijadikan pilihan Evaluasi fitur dari masing-masing produk Buat rekomendasi pemilihan beserta laporannya

  • Pemilihan DBMS juga bisa dilakukan dengan berdasar pada

    Analisis Kelayakan (Feasibility Analysis). Analisis kelayakan ini terbagi

    atas empat hal, yaitu:

    Kelayakan Operasional (Operational Feasibility)

    Kelayakan Operasional merupakan ukuran sejauh mana

    solusi dapat berguna bagi perusahaan dan juga mengukur

    bagaimana penerimaan orang-orang terhadap solusi itu.

    Kelayakan Operasional berorientasi pada orang.

    Kelayakan Teknis (Technical Feasibility)

    Kelayakan teknis mengukur seberapa praktis solusi

    teknis dan ketersediaan sumber daya teknis serta keahlian yang

    dibutuhkan serta berorientasi pada komputer

    Kelayakan Jadwal (Schedule Feasibility)

    Kelayakan jadwal merupakan ukuran yang menyatakan

    seberapa masuk akal tenggat waktu proyek dan menentukan

    apakah waktu yang dialokasikan untuk sebuah proyek akurat

    Kelayakan Ekonomis (Economic Feasibility)

    Mengukur efektivitas biaya dari suatu proyek atau

    solusi. Kelayakan ekonomis berhubungan dengan biaya dan

    manfaat yang diperoleh dari sistem informasi. Garis dasar

    kebanyakan proyek adalah kelayakan ekonomis.

    2.10.6 Application design

  • Merancang tampilan untuk pengguna beserta program aplikasi

    yang akan mengakses dan memproses basis data. Tampilan merupakan

    salah satu komponen penting, karena akan menentukan keberhasilan

    penyampaian informasi kepada penggunanya (Connolly, 2002, p287-

    288).

    2.10.7 Prototyping (optional)

    Membangun suatu model kerja dari aplikasi basis data. Model

    kerja ini tidak selalu harus memiliki seluruh fitur-fitur yang dibutuhkan

    atau menyediakan fungsi menyeluruh dari hasil akhir sistem. Tujuan

    utama dari tahapan ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada

    pengguna untuk mencoba prototype guna mengidentifikasi fitur-fitur

    yang telah berkerja dengan baik, ataupun masih memiliki kekurangan,

    agar dapat dilakukan perbaikan terhadap aplikasi basis data (Connolly,

    2002, p291).

    2.10.8 Implementation

    Membangun realisasi secara fisik dari basis data dan rancangan

    aplikasinya. Implementasi dari basis data dilakukan dengan membangun

    struktur dan file dari basis data, yang juga berkaitan dengan penggunaan

    DBMS tertentu. Sementara program aplikasinya diimplementasikan

    dengan menggunakan bahasa pemograman yang telah ditentukan

    (Connolly, 2002, p292).

  • 2.10.9 Data conversion and loading

    Pemindahan data ke dalam basis data yang baru dan melakukan

    konversi terhadap aplikasi yang ada untuk digunakan pada basis data

    yang baru tersebut (Connolly, 2002, p292).

    2.10.10 Testing

    Proses pengeksekusian program aplikasi dengan tujuan

    menemukan error (kesalahan). Aplikasi basis data diuji dan divalidasi

    terhadap kebutuhan yang telah dispesifikasikan oleh pengguna

    (Connolly, 2002, p293).

    2.10.11 Operational maintenance

    Aplikasi basis data diimplementasikan secara menyeluruh. Sistem

    diawasi dan dipelihara secara berkesinambungan. Dan jika dibutuhkan,

    kebutuhan-kebutuhan baru akan ditambahkan ke dalam aplikasi basis

    data dengan melalui tahap-tahap terdahulu dari daur hidup (Connolly,

    2002, p273).

    2.11 Keamanan Data

    Database Security menurut Connoly ( 2005 , p542 ) adalah mekanisme yang

    melindungi database dari ancaman yang disengaja ataupun tidak disengaja.

    Keamanan bukan saja pada data yang terdapat pada basis data. Pelanggaran

  • keamanan dapat menyebabkan efek untuk beberapa bagian sistem, dimana dapat

    menyebabkan efek basis data. Secara konsekuen keamanan basis data

    melindungi perangkat keras, perangkat lunak, pengguna, dan data. Keamanan

    Basis data dapat meliputi perlindungan terhadap pencurian, kehilangan data yang

    bersifat rahasia, kehilangan data yang bersifat pribadi, kehilangan integritas data.

    Untuk pencurian data tidak hanya mengakibatkan efek untuk lingkungan basis

    data tetapi juga berakibat terhadap organisasi dalam perusahaan. Pencurian

    terhadap data dapat menyebabkan kehilangan data data yang bersifat pribadi

    dan rahasia.

    Kehilangan integritas data dapat menyebabkan tidak validnya sebuah data dan

    menyebabkan data rusak. Ini akan menyebabkan kerusakan serius pada

    operasional perusahaan.

    Beberapa cara untuk menambahkan keamanan pada data data perusahaan

    antara lain :

    1. Backup and Recovery

    Backup menurut Connoly ( 2005 , p550 ) adalah sebuah proses secara

    berkala yang mengambil salinan daripada basis data dan log file ke media

    penyimpanan yang offline.

    Backup terdiri dari Full Backup dan Differential Backup dimana Full

    Backup berarti suatu proses yang mengambil salinan daripada basis data

    secara keseluruhan ke media penyimpanan yang offline. Biasanya full

    backup dilakukan dalam skala waktu yang lama seperti skala bulan, skala

    tahun, skala lustrum. Sedangkan Differential Backup berarti suatu proses

  • yang mengambil salinan yang hanya jika berbeda dengan salinan basis data

    sebelumnya, kemudian disimpan ke media penyimpanan. Biasanya

    differential backup dilakukan dalam skala waktu yang pendek seperti jam,

    hari, dan minggu.

    Recovery menurut Connoly ( 2005 , p550 ) adalah sebuah proses untuk

    mempertahankan dan memelihara dengan mengembalikan salinan daripada

    backup yang telah dilakukan pada database untuk menghindari

    ketidakefektifan apabila terjadi kerusakan ataupun kesalahan.

    2. Encryption

    Encryption menurut Connoly ( 2005 , p551 ) adalah sebuah pengkodean

    daripada data dengan algortima khusus yang mengacak data supaya tidak

    dapat terbaca oleh program lain tanpa adanya kunci untuk dekripsi data

    tersebut.

    3. Setting Password

    Setting Password menurut Connoly ( 2005 , p555 ) merupakan cara

    keamanan yang termudah untuk membuka sebuah basis data. Sekali

    password dikirimkan ( dari menu keamanan ) maka halaman permintaan

    password akan muncul dan meminta password. Hanya orang orang yang

    memiliki password tersebut yang dapat membuka basis data tersebut.

    4. View

  • View digunakan untuk menyembunyikan data data yang penting dari

    beberapa user yang tidak diijinkan untuk melihat data tersebut.

    2.12 Persediaan

    Menurut Handoko (1993, p333), istilah persediaan adalah suatu istilah

    umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya-sumber daya

    organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan.

    Menurut Hendriksen (1997, p2), istilah persediaan meliputi barang barang

    dagangan yang dimaksudkan untuk dijual dalam kondisi usaha normal dan bahan

    baku serta bahan pembantu yang dipergunakan dalam proses produksi untuk

    dijual.

    Berdasarkan jenisnya, persediaan menurut Horngren (2002, p759)

    dibedakan atas:

    Persediaan bahan mentah

    Persediaan bahan-bahan mentah yang digunakan dalam proses manufaktur.

    Persediaan barang dalam proses

    Persediaan barang-barang yang telah melalui beberapa tahap pada proses

    manufaktur, tapi masih perlu untuk diolah lagi.

    Persediaan barang jadi

    Persediaan barang-barang yang telah selesai diproses dan siap untuk dijual.

    Fungsi fungsi persediaan menurut Handoko (1993, p375) terdiri atas:

    Fungsi Decoupling

  • Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi-operasi perusahaan

    internal dan eksternal mempunyai kebebasan. Persediaan decouples ini

    memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa

    tergantung pada supplier.

    Fungsi Economic Lot Sizing

    Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan

    membeli sumber daya-sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi

    biaya-biaya per unit.

  • Fungsi Antisipasi

    Keberadaan kuantitas persediaan ektra terkadang diperlukan ketika

    perusahaan menghadapi situasi seperti fluktuasi permintaan berdasar

    pengalaman-pengalaman masa lalu atau terjadinya ketidakpastian jangka

    waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang. Untuk itu, persediaan

    antisipasi ini penting agar kelancaran proses produksi tidak terganggu.

    Menurut Assauri (1998, p169), persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi

    barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu

    periode usaha yang normal, atau persediaan barang-barang yang masih dalam

    pengerjaan/proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu

    penggunaannya dalam suatu proses produksi.

    2.12.1 Jenis-jenis Persediaan

    Menurut Mulyadi (2001, p553); Dalam perusahaan manufaktur, persediaan

    terdiri dari persediaan produk jadi, persediaan produk dalam proses, persediaan

    bahan baku, persediaan bahan penolong, persediaan bahan habis pakai pabrik,

    dan persediaan suku cadang.

    Transaksi yang mengubah persediaan produk jadi, persediaan bahan baku,

    persediaan bahan penolong, persediaan bahan habis pakai pabrik, dan persediaan

    suku cadang, bersangkutan dengan transaksi intern perusahaan dan transaksi

    yang menyangkut pihak luar perusahaan (penjualan dan pembelian), sedangkan

    transaksi yang mengubah persediaan produk dalam proses seluruhnya berupa

    transaksi intern perusahaan.

  • Menurut Assauri (1998, p179), persediaan dapat dibedakan atau

    dikelompokkan menurut jenis dan posisi barang tersebut di dalam urutan

    pengerjaan produk yaitu :

    1. Persediaan Bahan Baku (Raw Materials Stock)

    Persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam

    proses produksi, dimana dapat diperoleh dari sumber-sumber alam

    ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan

    bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya.

    2. Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (Purchased Parts /

    Komponen Stock)

    Persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari

    perusahaan lain, yang dapat secara langsung di-assembling dengan

    parts lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya. Jadi bentuk

    barang yang merupakan parts ini tidak mengalami perubahan dalam

    operasi.

    3. Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan

    (Supplies Stock)

    Persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam

    proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau

    digunakannya dalam kerja suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan

    bagian atau komponen dari barang jadi.

    4. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (Work in

    Process / Progress Stock)

  • Persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam

    satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk,

    tetapi masih perlu diproses kembali untuk menjadi barang jadi.

    5. Persediaan barang jadi (Finished Goods Stock)

    Persediaan barang-barang jadi yang telah selesai diproses atau diolah

    dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan

    lain.

    2.12.2 Metode Pencatatan Persediaan

    Menurut Mulyadi (2001, p556); Ada dua macam metode pencatatan

    persediaan, yaitu: metode mutasi persediaan (perpetual inventory method) dan

    metode persediaan fisik (physical inventory method). Dalam metode mutasi

    persediaan, setiap mutasi persediaan dicatat dalam kartu persediaan.

    Dalam metode persediaan fisik, hanya tambahan persediaan dari pembelian

    saja yang dicatat, sedangkan mutasi berkurangnya persediaan karena pemakaian

    tidak dicatat dalam kartu persediaan.

    2.13 Penjualan

    Menurut Boockholdt (1999, p527), penjualan merupakan komponen keempat

    dalam siklus aktivitas bisnis, yang didefinisikan sebagai kegiatan menjual barang

    atau jasa guna meraup penghasilan bagi bisnis.

  • Fungsi yang terkait dalam sistem penjualan (Mulyadi, 2001, p211) adalah:

    1) Fungsi penjualan, bertanggung jawab untuk menerima order, mengedit order,

    meminta otorisasi kredit, menentukan tanggal pengiriman dan bertanggung

    jawab atas transaksi penjualan.

    2) Fungsi gudang, bertanggung jawab untuk menyimpan dan menyiapkan barang

    yang dipesan serta menyerahkan barang ke fungsi pengiriman.

    3) Fungsi pengiriman, bertanggung jawab menyerahkan barang kepada

    pelanggan berdasarkan surat jalan yang diterimanya dari fungsi penjualan.

    4) Fungsi penagihan, bertanggung jawab membuat dan mengirimkan faktur

    penjualan kepada pelanggan, serta menyediakan copy faktur bagi kepentingan

    pencatatan transaksi penjualan oleh fungsi akuntansi.

    5) Fungsi akuntansi, bertanggung jawab mencatat piutang yang timbul dari

    transaksi penjualan dan membuat laporan penjualan.

    Jaringan prosedur yang membentuk sistem penjualan (Mulyadi, 2001, p219)

    adalah sebagai berikut:

    1) Prosedur order penjualan

    Fungsi penjualan menerima order dari pembeli dan menambahkan informasi

    penting pada surat order. Fungsi penjualan kemudian membuat surat jalan

    dan mengirimkannya kepada berbagai fungsi yang lain untuk

    memungkinkan fungsi tersebut memberikan kontribusi dalam melayani

    order dari pembeli.

  • 2) Prosedur pengiriman

    Fungsi pengiriman mengirimkan barang kepada pembeli sesuai dengan

    informasi yang tercantum dalam surat jalan.

    3) Prosedur penagihan

    Fungsi penagihan membuat faktur penjualan dan mengirimkannya kepada

    pembeli. Dalam metode tertentu faktur penjualan dibuat oleh fungsi

    penjualan sebagai tembusan pada waktu bagian ini membuat surat jalan.

    4) Prosedur pencatatan piutang

    Fungsi akuntansi mencatat tembusan faktur penjualan ke dalam kartu

    piutang atau dalam metode pencatatan tertentu mengarsipkan dokumen

    tembusan menurut abjad yang berfungsi sebagai catatan piutang.

    5) Prosedur distribusi penjualan

    Fungsi akuntansi mendistribusikan data penjualan menurut informasi yang

    diperlukan oleh manajemen.

    Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem penjualan (Mulyadi, 2001,

    p214) meliputi:

    1) Surat jalan dan tembusannya

    2) Faktur dan tembusannya

    3) Rekapitulasi harga pokok penjualan

    4) Bukti memorial

  • Dari alamat website di internet http://library.usu.ac.id/modules.php definisi

    penjualan :

    Menurut Philip dan Duncan adalah : Penjualan oleh perorangan yang mencakup kontak perorangan antara

    penjual atau wakilnya dengan pembeli merupakan cara penjualan yang

    tertua dan terpenting.

    Menurut Converse, Huegy dan Mitchell memberikan defenisi penjualan sebagai berikut :

    Penjualan oleh perorangan dapat didefinisikan sebagai suatu penyajian

    secara lisan dalam bentuk percakapan dengan satu atau lebih calon

    langganan dengan maksud mengadakan penjualan.

    Menurut Kotler penjualan mempunyai defenisi sebagai berikut : Penjualan oleh perorangan ialah penyajian secara lisan dalam bentuk

    percakapan dengan satu atau lebih calon pembeli dengan maksud

    melakukan penjualan.

    Beberapa bentuk penjualan yang dikenal dari

    http://library.usu.ac.id/modules.php, antara lain :

    a) Penjualan sepanjang kounter. Bentuk ini dipakai oleh perusahaan yang self

    service retail store.

    b) Para pedagang besar mengirim tenaga penjualnya pada pengecer.

    c) Para penjual mengunjungi rumah-rumah calon pembeli.

    d) Para penjual perusahaan mengunjungi pengecer maupun pedagang besar.

  • e) Pimpinan perusahaan langsung mengunjungi/ menghubungi calon pembeli.

    f) Sebelum para penjual menjalankan tugasnya diberikan pendidikan khusus

    mengingat produk yang hendak dijual memerlukan jasa-jasa pelayanan dan

    penjelasan mengenai penggunaannya. Pada umumnya orang yang langsung

    mendatangi pembeli dengan menawarkan suatu barang atau jasa disebut para

    penjual.

    Pada dasarnya para penjual dapat dibagi tiga kelompok besar menurut

    http://library.usu.ac.id/modules.php, yaitu :

    a) Order getters, yaitu para penjual yang bertugas untuk mencari pembeli dan

    mengusahakan agar pembeli tersebut menjadi langganan perusahaan. la harus

    mempunyai pengetahuan yang baik tentang produknya, dan harus

    mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai calon pembelinya, agar ia

    dapat menunjukkan kegunaan dan keuntungan membeli produk tersebut

    sesuai dengan kebutuhannya.

    b) Order taker, yaitu para penjual yang bertugas untuk mendatangi pembeli

    yang sama secara rutin untuk menciptakan suatu penjualan. Dalam tugasnya

    ini ia harus mencatat apa yang diinginkan dibutuhkan oleh pembeli serta

    membantu pembeli dalam memilih dan menetapkan jumlah produk yang

    akan dibelinya dan kualitasnya. Order taker ini banyak dipergunakan dalam

    dunia perdagangan, misalnya para penjual pengecer, pedagang besar, dan

    para penjual dari pabrik.

    c) Supporting salesman, yaitu para penjual yang bertugas untuk membantu dan

    mendukung terciptanya suatu pesanan.

  • 2.13.1 Order Penjualan

    Menurut Bodnar (2000, p265) order penjualan memuat prosedur-

    prosedur yang tercakup dalam penerimaan dan pengiriman order

    pelanggan dan dalam menyajikan faktur-faktur yang menguraikan

    produk, pelayanan, dan penilaian. Order pelanggan dipenuhi dari

    persediaan barang. Order penjualan merupakan penghubung antara

    beragam fungsi yang diperlukan untuk memproses order pelanggan.

    Fungsi order penjualan mengawali pemrosesan order pelanggan dengan

    menyiapkan order penjualan. Order penjualan memuat deskripsi

    mengenai produk yang dipesan, harga produk, dan keterangan mengenai

    pelanggan, seperti nama, alamat pengiriman, dan jika perlu, alamat

    penagihan. Pada titik ini jumlah aktual yang dikirimkan dan biaya

    pengiriman (jika ada) belum diketahui.

    Faktur dibuat setelah barang dikirimkan dengan memberitahukan

    kegiatan ini ke departemen penagihan. Karena faktur dibuat setelah

    pengiriman, pengorderan dan penagihan terpisah ini disebut juga post-

    biling.

    Jenis-jenis sistem order penjualan menurud Bodnar (2000, p271), yaitu :

    Sistem pra-penagihan lengkap Faktur lengkap disajikan pada saat yang sama dengan order

    pengiriman. Dalam hal ini order pengiriman merupakan rangkapan

    faktur. Sistem ini akan meminimalkan pemakaian kertas kerja. Faktur

  • dikeluarkan setelah barang dikirim. Sistem pra-penagihan lengkap

    mensyaratkan bahwa seluruh informasi pemfakturan diketahui

    sebelum penyiapan faktur. Ini mengharuskan adanya beberapa

    dokumen yang didistribusikan bolak-balik mengenai masalah-

    masalah persediaan. Juga, beban pengiriman dan beban lainnya harus

    dicakup oleh si penjual dan distandarisasikan. Setiap perubahan

    dalam order pelanggan yang telah ditulis dan yang benar-benar

    dikirimkan harus dibuatkan fakur baru, dan faktur lama harus

    digantikan. Jika situasi ini umum terjadi, pra-penagihan yang lengkap

    menjadi tidak efisien.

    Sistem pengorderan dan penagihan terpisah Order pengiriman dalam sistem ini disajikan terpisah dari faktur.

    Faktur disajikan setelah barang disiapkan untuk dikirim.

    Sistem pengorderan dan penagihan terpisah, penting jika terdapat

    perbedaan significant antara informasi order pengiriman (intern ke

    penjual) dan faktur. Sebagai contoh, spesifikasi-spesifikasi teknis

    dalam order pengiriman tidak diperlukan dalam faktur. Pengembalian

    order dan kondisi tidak ada persediaan juga menjamin pendekatan ini,

    karena isi akhir dari faktur tidak dapat ditetapkan sampai barang siap

    dikirimkan. Dalam banyak industri pengubahan atau penggantian

    barang yang dipesan merupakan hal yang diperbolehkan. Sebagai

    contoh, dalam perdagangan eceran, jenis dan warna pakaian yang

    berbeda dapat ditukarkan. Perubahan spesifikasi dari order pelanggan

    tersebut harus tampak dalam faktur. Dalam kata lain, beberapa

  • pengiriman dilakukan kepada pelanggan yang sama dalam rentang

    waktu tertentu dengan satu blanko order. Dalam kasus ini, tidak ada

    hubungan satu-satu antara order pelanggan dengan faktur-faktur.

    Biasanya satu blanko order membutuhkan faktur-faktur terpisah. Satu

    untuk masing-masing pengiriman sesuai blanko order tersebut.

    Pra-penagihan tidak lengkap Merupakan jenis ketiga dalam sistem order penjualan. Sistem pra-

    penagihan tidak lengkap sangat mirip dengan sistem pengorderan dan

    penagihan terpisah. Perbedaan satu-satunya adalah bahwa faktur

    disiapkan oleh departemen order penjualan dan bukan dengan order

    penjualan saja.

    Faktur dilengkapkan sesuai kejadian, tetapi karena kuantitas aktual

    yang dikirimkan dan beban pengiriman (jika ada) tidak dapat

    diketahui sampai barang dikirimkan, faktur menjadi tidak lengkap

    (yaitu, hanya lengkap sebagian saja). Faktur ini kemudian

    didistribusikan dengan cara yang sama seperti order penjualan pada

    sistem order dan penagihan terpisah, dimana rangkapan dikirimkan ke

    departemen-departemen barang, pengiriman, dan penagihan, kecuali

    rangkapan- rangkapan faktur tidak dikirimkan ke departemen

    penagihan. Pada saat departemen penagihan menerima notifikasi

    pengiriman, mereka akan membuat rangkapan-rangkapan faktur dan

    melengkapinya. Dalam sistem pengorderan dan penagihan terpisah,

    departemen penagihan menyiapkan rangkapan faktur asli pada saat

    menerima notifikasi dari departemen pengiriman. Baik sistem

  • pengorderan dan penagihan terpisah maupun pra-penagihan tidak

    lengkap merupakan sistem pasca-penagihan. Penagihan tidak lengkap

    umumnya digunakan dalam sistem manual, karena hanya satu

    dokumen (faktur) dan bukan dua (faktur dan order penjualan) yang

    harus disajikan.

    2.13.2 Faktur Penjualan

    Menurut Bodnar (2000, p271) faktur merupakan notifikasi resmi

    si pelanggan mengenai jumlah sesuai pengiriman. Bukti pengiriman

    barang (bill of lading) merupakan faktur untuk pembebanan pengiriman.

    2.13.3 Retur Penjualan

    Transaksi retur penjualan terjadi jika perusahaan menerima

    pengembalian barang dari pelanggan, karena terjadi ketidaksesuaian

    seperti barang yang diterima tidak cocok dengan spesifikasi pada surat

    order atau barang telah kadaluarsa. Pengembalian barang oleh pelanggan

    harus diotorisasi oleh fungsi penjualan dan diterima oleh fungsi

    penerimaan.

    Menurut Bodnar (2000, p275) pengembalian dan potongan

    penjualan umumnya memerlukan pengendalian yang seksama. Potongan

    timbul apabila terjadi kerusakan barang, penyusutan jumlah, kekeliruan

    pencatatan, dan sejenisnya, dengan itu pelanggan dan penjual sepakat

    untuk mengurangi jumlah piutang pelanggan. Dalam kondisi itu,

    umumnya, barang akan diambil atau dirusak oleh si pelanggan. Jumlah

  • potongan dinegosiasikan antara pelanggan dengan tenaga penjual.

    Potongan harus ditelaah dan disahkan oleh pihak independen (biasanya

    departemen kredit); pada saat diotorisasi, departemen penagihan

    menerbitkan memo kredit untuk mendokumentasikan pengurangan pada

    piutang pelanggan. Prosedur pengembalian penjualan, yaitu untuk barang

    yang benar-benar dikembalikan, umumnya dengan kredit penuh)

    biasanya dimulai dari departemen penerimaan barang. Jika barang telah

    diterima dan dikembalikan ke persediaan untuk tujuan pengendalian yang

    memadai (akan disertai dengan bukti), manajer kredit memerintahkan

    departemen kredit untuk menerbitkan memorandum kredit.

    Untuk retur dan potongan penjualan, diperlukan dua pihak yang

    independen untuk mengesahkan transaksi, dimana pihak yang ketiga

    melakukan pencatatan.

    Fungsi yang terkait dalam sistem retur penjualan (Mulyadi, 1993, p233)

    adalah:

    1) Fungsi penjualan, bertanggung jawab untuk penerimaan

    pemberitahuan mengenai pengembalian barang yang telah dibeli oleh

    pembeli. Otorisasi penerimaan kembali barang yang telah dijual

    tersebut dilakukan dengan cara membuat memo kredit yang

    dikirimkan kepada fungsi penerimaan.

    2) Fungsi penerimaan, bertanggung jawab untuk penerimaan barang

    berdasarkan otorisasi yang terdapat dalam memo kredit yang diterima

    dari fungsi penjualan.

  • 3) Fungsi gudang, bertanggung jawab untuk penyimpan kembali barang

    yang diterima dari retur penjualan setelah barang tersebut diperiksa

    oleh fungsi penerimaan. Barang yang diterima dari transaksi retur

    penjualan dicatat oleh fungsi gudang dalam kartu gudang.

    4) Fungsi akuntansi, bertanggung jawab untuk pencatatan transaksi retur

    penjualan ke dalam jurnal umum (atau jurnal retur penjualan) dan

    pencatatan berkurangnya piutang dan bertambahnya persediaan akibat

    retur penjualan dalam kartu piutang dan kartu persediaan.

    5) Disamping itu, fungsi akutansi juga bertanggung jawab untuk

    mengirimkan memo kredit kepada pembeli yang bersangkutan.

    Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem penjualan (Mulyadi,

    2001, p214) meliputi:

    1) Memo kredit

    2) Laporan penerimaan barang0