BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf ·...

40
7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLAN Istilah Jaringan Nirkabel (wireless networking) merujuk kepada teknologi yang dapat menghubungkan dua komputer atau lebih untuk saling berkomunikasi menggunakan protokol standar, tetapi tanpa menggunakan jaringan kabel (Cisco System, 2003). Istilah yang sering digunakan untuk teknologi ini adalah Wireless Local Area Network (WLAN). Menurut Wireless LAN Alliance (http://www.wlana.org), WLAN adalah sistem komunikasi data yang fleksibel sebagai alternatif dari LAN kabel dalam sebuah gedung atau kampus. WLAN menggunakan gelombang elektromagnetik dalam proses transmisi data sehingga tidak memerlukan kabel. Oleh karena itu, WLAN menggabungkan konektivitas data dan mobilitas pengguna, dan melalui konfigurasi yang disederhanakan, membuat LAN dapat berpindah – pindah. Inti dari komunikasi dalam WLAN adalah menggunakan propagasi gelombang elektromagnetik. Ada dua jenis gelombang yang pada umumnya digunakan dalam WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang elektromagnetik yang dapat memancar ke seluruh tempat di muka bumi dan merupakan bagian dari sistem listrik. Gelombang inframerah merupakan gelombang yang memiliki spektrum antara spektrum cahaya tampak dan spektrum elektromagnetik, yaitu antara 500.10 9 - 400.10 12 Hz. Aplikasi gelombang inframerah dalam WLAN tidak terlalu banyak kerena keterbatasan jangkauan yang diberikan.

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf ·...

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

7

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 PENGENALAN WLAN

Istilah Jaringan Nirkabel (wireless networking) merujuk kepada teknologi yang

dapat menghubungkan dua komputer atau lebih untuk saling berkomunikasi

menggunakan protokol standar, tetapi tanpa menggunakan jaringan kabel (Cisco System,

2003). Istilah yang sering digunakan untuk teknologi ini adalah Wireless Local Area

Network (WLAN).

Menurut Wireless LAN Alliance (http://www.wlana.org), WLAN adalah sistem

komunikasi data yang fleksibel sebagai alternatif dari LAN kabel dalam sebuah gedung

atau kampus. WLAN menggunakan gelombang elektromagnetik dalam proses transmisi

data sehingga tidak memerlukan kabel. Oleh karena itu, WLAN menggabungkan

konektivitas data dan mobilitas pengguna, dan melalui konfigurasi yang disederhanakan,

membuat LAN dapat berpindah – pindah.

Inti dari komunikasi dalam WLAN adalah menggunakan propagasi gelombang

elektromagnetik. Ada dua jenis gelombang yang pada umumnya digunakan dalam

WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio

merupakan gelombang elektromagnetik yang dapat memancar ke seluruh tempat di

muka bumi dan merupakan bagian dari sistem listrik. Gelombang inframerah merupakan

gelombang yang memiliki spektrum antara spektrum cahaya tampak dan spektrum

elektromagnetik, yaitu antara 500.109 - 400.1012 Hz. Aplikasi gelombang inframerah

dalam WLAN tidak terlalu banyak kerena keterbatasan jangkauan yang diberikan.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

8

2.1.1 FREKUENSI RADIO

Frekuensi radio merupakan sinyal dengan frekuensi tinggi yang memiliki arus

AC yang melewati konduktor tembaga dan terpancar ke udara melalui antena. Antena

mengubah sinyal dari kabel menjadi sinyal nirkabel dan sebaliknya. Ketika sinyal

frekuensi AC yang tinggi memancar ke udara, maka sinyal tersebut akan berubah

menjadi gelombang radio. Gelombang radio ini merambat menjauh dari sumbernya

(antena) dalam garis lurus ke setiap arah pada waktu yang sama (Gunawan, 2004, p54).

2.1.1.1 SIFAT FREKUENSI RADIO

1. GAIN

Gain adalah suatu keadaan yang digunakan untuk menerangkan akan pertambahan

dalam amplitudo sinyal radio (Gunawan, 2004, p55).

Gambar 2.1 Gain

2. LOSS

Loss merupakan istilah yang menyatakan penurunan kekuatan sinyal. Penyebab Loss

pada sinyal frekuensi radio secara garis besar dapat dibagi dua yaitu ketika sinyal

masih dalam kabel sebagai sinyal listrik AC berfrekuensi tinggi (hambatan pada

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

9

kabel dan pemasangan konektor yang buruk) dan ketika sinyal berpropagasi sebagai

gelombang radio di udara melalui antena (refleksi) (Gunawan, 2004, p56).

Gambar 2.2 Loss

3. REFLEKSI

Refleksi terjadi ketika propagasi gelombang elektromagnetik terkena objek yang

berdimensi sangat besar ketika dibandingkan dengan panjang gelombang yang

berpropagasi. Pantulan dari sinyal utama yang menyebar dari suatu objek pada suatu

area transmisi dinamakan Multipath (Gunawan, 2004, p57).

Gambar 2.3 Refleksi

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

10

4. REFRAKSI

Refraksi merupakan pembelokan sinyal radio ketika melewati medium yang berbeda

kepadatannya. Ketika sinyal frekuensi radio melewati medium yang lebih padat

sinyal akan membelok sedemikian rupa sehingga arahnya berubah. Ketika melewati

medium tersebut, beberapa sinyal akan terpantul dari jalur sinyal awal dan sebagian

lagi akan berbelok memasuki medium tadi dengan arah yang sudah berubah

(Gunawan, 2004, p58).

Gambar 2.4 Refraksi

5. DIFRAKSI

Difraksi terjadi ketika jalur transmisi radio antara pemancar dan penerima terhalang

sesuatu yang memiliki permukaan yang tidak rata atau kasar. Difraksi berarti

gelombang berbelok disekitar objek penghalang, seperti pada gambar dibawah

gelombang berubah arah, perubahan arah ini yang disebut difraksi. (Gunawan, 2004,

p59).

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

11

Gambar 2.5 Difraksi

6. PENYEBARAN

Penyebaran terjadi ketika medium yang dilewati gelombang terdiri dari objek yang

memiliki dimensi yang kecil jika dibandingkan dengan panjang gelombang dari

sinyal dan jumlah objek hambatannya besar. Gelombang yang menyebar dihasilkan

oleh permukaan yang tajam, objek yang kecil, ataupun ketidakrataan pada jalur pada

tempat sinyal itu bergerak (Gunawan, 2004, p60).

Gambar 2.6 Penyebaran

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

12

7. PENYERAPAN

Penyerapan terjadi ketika sinyal frekuensi radio terkena suatu objek dan terserap ke

material dari objek tanpa dipantulkan maupun direfraksikan (Gunawan, 2004, p61).

Gambar 2.7 Penyerapan

2.1.1.2 TEKNOLOGI SPREAD SPECTRUM

Kebanyakan sistem WLAN menggunakan teknologi spread spectrum, teknik

komunikasi radio wideband yang dikembangkan oleh militer Amerika Serikat untuk

digunakan pada sistem komunkasi yang mission-critical, aman dan handal. Untuk

menjelaskan teknologi spread spectrum dengan jelas maka terlebih dahulu harus

mengenal istilah transmisi narrowband.

1. TRANSMISI NARROWBAND

Transmisi narrowband adalah teknologi komunikasi dimana hanya menggunakan

spektrum frekuensi yang dibutuhkan saja untuk menghantarkan sinyal (Akin, 2002,

p46). Pada sistem komunikasi dengan menggunakan teknologi transmisi

narrowband, maka sistem tersebut akan menjaga agar menggunakan bandwidth

sesempit mungkin untuk mentransmisikan sinyal. Teknologi spread spectrum adalah

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

13

kebalikan dari transmisi narrowband, dimana pada teknologi spread spectrum

digunakan bandwidth yang jauh lebih lebar dari yang dibutuhkannya agar dapat

mencapai jangkauan yang luas. Karena menggunakan bandwidth yang lebih sempit,

maka transmisi narrowband mampu memancarkan power level yang lebih tinggi

daripada teknologi spread spectrum, imbasnya adalah keakuratan data menjadi lebih

baik. Karena itu, maka transmisi narrowband sering disebut dengan high peak power

transmission (transmisi puncak power tinggi) dan teknologi spread spectrum dikenal

dengan low peak power transmission (transmisi puncak power rendah).

Berikut adalah gambar perbandingan antara transmisi narrowband dengan teknologi

spread spectrum:

Gambar 2.8 Perbandingan Narrowband – Spread spectrum

Kekurangan dari transmisi narrowband ini adalah mudah mengalami jamming dan

interferensi. Hal ini dikarenakan sempitnya bandwidth yang digunakan. Untuk

mengacaukan sistem narrowband dengan menggunakan jamming sangat mudah.

Jamming adalah gangguan pada jaringan yang diakibatkan oleh adanya power yang

sangat besar yang mengangkut sinyal-sinyal yang tidak diperlukan melalui

bandwidth yang sama dengan sinyal yang dibutuhkan, akibatnya sinyal yang power-

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

14

nya lebih rendah akan terhalangi. Analogi dari jamming ini adalah seperti bunyi

suara kereta api yang menutupi suara sekitar.

2. SPREAD SPECTRUM

Spread spectrum menggunakan power yang jauh lebih rendah daripada transmisi

narrowband, akibatnya spread spectrum mampu mencakup jangkauan yang jauh

lebih lebar. Spread spectrum sukar untuk diganggu dengan jamming, karena sinyal

yang dikirimkan sangat kecil power-nya sehingga menyerupai noise. Jika dari sisi

receiver, frekuensi tidak disesuaikan dengan sisi transmitter, maka sinyal spread

spectrum hanya terlihat seperti background noise. Karena banyak radio penerima

menerima sinyal spread spectrum sebagai noise, maka radio penerima tersebut tidak

akan mendemodulasikan sinyal spread spectrum. Hal ini mengakibatkan transmisi

data dengan menggunakan spread spectrum menjadi lebih aman.

Teknologi spread spectrum menukarkan efektifitas bandwidth dengan kehandalan,

kemananan, dan integritas komunikasi. Dengan kata lain, teknologi spread spectrum

menggunakan bandwidth yang jauh lebih besar dibandingkan dengan komunikasi

narrowband. Juga, teknologi spread spectrum menghasilkan sinyal yang lebih sukar

dideteksi dibandingkan dengan teknologi narrowband. Ada dua jenis teknologi

spread spectrum, yaitu frequency hopping dan direct sequence.

a. FREKUENSI HOPPING SPREAD SPECTRUM (FHSS)

Frequency hopping spread spectrum (FHSS) adalah teknik spread spectrum

yang menggunakan kelincahan frekuensi untuk menyebar dalam lebih dari 83

MHz (Akin, 2002, pp 50-55). Kelincahan frekuensi mengacu pada kemampuan

radio untuk mengubah frekuensi transmisi secara mendadak dalam jangkauan

bandwidth-nya. FHSS memiliki 22 pola hop yang dapat dipilih. FHSS memiliki

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

15

79 channel pada bandwidth 2.4 GHz. Setiap channel menempati bandwidth

sebesar 1 MHz.

Mekanisme

Pada sistem FHSS, carrier yang digunakan akan mengubah frekuensi, atau hop,

yang mengacu pada pseudorandom sequence. Sekuens ini merupakan daftar

sejumlah frekuensi yang akan digunakan carrier untuk melompat pada selang

waktu tertentu, hingga mengulang kembali pola yang serupa. Pengirim data akan

menggunakan hop sequence ini untuk memilih frekuensi transmisinya. Carrier

biasanya akan tetap pada satu frekuensi untuk beberapa saat, yang dikenal

dengan dwell time, kemudian menggunakan sedikit waktu untuk melompat, yang

dikenal dengan hop time. Pengirim harus melakukan sinkronisasi dengan

penerima untuk menentukan format modulasi dan panjang paket. Setelah

sinkronisasi, maka pengirim dan penerima akan saling mengetahui pola hopping

(channel) yang sedang digunakan. Ada dua hal penting yang harus diperhatikan

supaya FHSS dapat berjalan dengan lancar, yaitu:

o Receiver harus mengetahui pola hopping yang digunakan.

o Pemancar harus menyediakan sinkronisasi sehingga penerima yang

menggunakan pola hopping yang sama dapat mengikuti dan melakukan hop pada

saat yang bersamaan.

Channel

FHSS bekerja dengan menggunakan pola hop yang spesifik yang dikenal dengan

channel. Sistem spread spectrum biasanya menggunakan 26 pola hop standar

dari FCC. Beberapa sistem menggunakan pola hop yang dibuat sendiri untuk

menghindarkan interferensi. Walaupun dirancang untuk dapat sebanyak 79

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

16

access point bekerja bersamaan, namun semuanya harus saling bersinkronisasi

agar tidak saling bertransmisi pada frekuensi yang sama.

Dwell time

Dwell time merupakan waktu dimana satu sinyal carrier tidak berpindah

frekuensi. Ketika dwell time ini usai, maka sinyal kembali melompat ke frekuensi

baru dan mulai bertransmisi kembali.

Hop time

Ketika suatu sinyal berpindah frekuensi maka akan terjadi latency (delay)

perpindahan frekuensi. Pada FHSS, latency ini dikenal dengan hop time. Pada

standar 802.11 FHSS memiliki hop time sebesar 300-400 μs. Pada saat terjadinya

hop time ini, transmisi data dihentikan, ketika telah melompat ke frekuensi baru,

barulah transmisi berjalan kembali. Dengan kata lain, semakin besar dwell time,

semakin besar pula throughput yang dihasilkan.

b. DIRECT SEQUENCE SPREAD SPECTRUM (DSSS)

Direct sequence spread spectrum (DSSS) merupakan metode dimana pengirim

dan penerima sama-sama menggunakan set frekuensi sebesar 22 MHz yang sama

(Akin, 2002, pp 55-58). Karena menggunakan channel yang lebar,

memungkinkan DSSS mentransmisikan data pada data rate yang lebih tinggi

daripada FHSS.

Mekanisme

DSSS mengkombinasikan data sinyal dengan rangkaian pola bit yang redundan.

Rangkaian pola bit yang redundan ini dikenal dengan chip, atau chipping code,

atau processing gain. Processing gain ini dapat menambah kekebalan sinyal

terhadap interferensi. Batas minimum processing gain yang baik adalah 10

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

17

menurut FCC, dan kebanyakan sistem bekerja di bawah 20. IEEE 802.11

working group telah mengatur bahwa processing gain yang dibutuhkan adalah

11. DSSS menggunakan 11-bit Barker Sequence sebagai processing gain untuk

menyebarkan data sebelum ditransmisi. Setiap bit yang ditransmisi

dimodulasikan dengan 11-bit sequence. Proses ini menyebarkan energi RF pada

bandwidth yang lebih lebar dari yang dibutuhkan. Penerima kemudian menyusun

kembali sinyal RF tersebut menjadi data semula.

Channel

Channel pada DSSS berbeda dengan channel pada FHSS, dimana channel pada

DSSS merupakan bandwidth sebesar 22 MHz. Pada DSSS jarak antar channel

ditetapkan sebesar 5 MHz. Karena perbedaan 5 MHz tersebut, maka channel

yang tidak saling overlap (1, 6, dan 11; atau 2, dan 7) memiliki jarak renggang 3

MHz.

Gambar 2.9 Alokasi channel pada DSSS

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

18

Karena besar channel masing-masing adalah 22 MHz dan jarak antar channel

adalah 5 MHz, maka channel yang saling tidak overlap berjarak 5. Misalnya 1

dengan 6 dan 11 tidak saling ber-overlap, atau 2 dengan 7, atau 3 dengan 8, dst.

Dengan kata lain, dengan menggunakan DSSS, hanya dapat maksimum 3 access

point yang collocation. Yaitu dengan menggunakan channel 1, 6, dan 11.

Gambar 2.10 Non-overlapping channel pada DSSS

2.1.1.3 ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFDM)

OFDM bekerja dengan membagi sebuah data carrier berkecepatan tinggi ke

dalam beberapa subdata carrier yang lebih lambat yang kemudian ditransmisikan secara

paralel. Setiap data carrier berkecepatan tinggi memiliki bandwidth sebesar 20 MHz dan

terbagi menjadi 52 subchannel, dengan lebar masing-masing subchannel 300KHz.

OFDM menggunakan 48 subchannel untuk pengiriman data dan sisanya untuk error

correction.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

19

Gambar 2.11 Modulasi OFDM

Setiap subchannel OFDM adalah selebar 300KHz. Total data rate terendah,

Binary Phase Shift Keying (BPSK), digunakan untuk mengubah data 125Kbps per

channel menghasilkan data rate 6Mbps. Menggunakan Quadrature Phase Shift Keying

(QPSK), dengan data 250 Kbps per channel akan menghasilkan data rate sebesar

12Mbps. Pada akhirnya data rate 54Mbps akan dihasilkan dengan menggunakan 64-

level Qaudrature Amplitude Modulation (64-QAM).

2.1.2 INFRASTRUKTUR

1. ACCESS POINT

Access point memberikan titik akses ke jaringan kepada client (Akin, 2002, pp 72-

75). Access point menerima, menyimpan sementara, dan mentransmisikan data

antar-sesama pengguna jaringan nirkabel dan/atau antara pengguna jaringan nirkabel

dengan jaringan kabel yang ada. Access point merupakan peralatan half duplex

dengan kemampuan setara switch.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

20

Access point dapat berkomunikasi dengan client jaringan nirkabel, dengan jaringan

kabel, dan dengan access point lainnya. Access point dapat dikonfigurasi ke dalam

tiga mode berbeda, yaitu mode root, mode repeater, mode bridge.

Mode root

Mode root digunakan ketika access point terhubung ke jaringan kabel melalui

interface kabel (biasanya ethernet) yang dimilikinya. Mode root merupakan mode

default yang dimiliki oleh kebanyakan access point. Ketika dalam mode root, access

point dapat berkomunikasi dengan access point lain yang juga terhubung ke dalam

satu segmen jaringan kabel. Komunikasi ini dibutuhkan untuk fungsi roaming seperti

reasosiasi, ketika client bergerak dari satu access point ke access point lain. Client

sebuah access point dapat juga berkomunikasi dengan client access point lainnya

melalui jaringan kabel antar kedua access point.

Gambar 2.12 Access point mode root

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

21

Mode bridge

Dalam mode bridge, access point berfungsi sama seperti wireless bridge. Wireless

bridge tidak digunakan untuk menghubungkan client jaringan nirkabel ke jaringan

kabel, tetapi menghubungkan dua buah jaringan kabel secara nirkabel.

Gambar 2.13 Access point mode bridge

Mode repeater

Dalam mode repeater, access point menghubungkan client jaringan nirkabel ke

access point lain yang terhubung ke jaringan kabel. Ketika access point dalam mode

repeater, maka port Ethernet akan dalam keadaan disabled. Penggunaan access

point dengan mode repeater tidak disarankan karena sel antara access point root

dengan access point repeater harus saling overlap minimal 50%. Sehingga jarak

yang dapat dicapai access point ke client menjadi berkurang drastis. Selain itu,

karena access point repeater berkomunikasi dengan access point root dan client

jaringan nirkabel menggunakan media yang sama (media nirkabel), maka throughput

yang diberikan akan menurun dan akan terjadi latency yang besar.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

22

Gambar 2.14 Access point mode repeater

2. ANTENA

Antena adalah alat yang digunakan untuk mentransmisikan dan/atau menerima

gelombang radio. Medan elektromagnetik yang dipancarkan oleh antena disebut

beam atau lobe. Antena bekerja dengan mengubah gelombang terarah (guided wave)

menjadi gelombang freespace (freespace wave) dan sebaliknya, dengan tujuan agar

gelombang terarah dapat merambat pada freespace dan gelombang freespace dapat

ditangkap oleh antena. Karena fungsinya tersebut, antena menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dalam transmisi nirkabel.

Directivity adalah kemampuan antena untuk memfokuskan energi ke arah tertentu

dibandingkan pada arah lain. Pola radiasi antena digambarkan sebagai kuat relatif

dari medan elektromagnetik yang dipancarkan oleh antena ke segala arah pada jarak

yang konstan. Bila dilihat dari pola radiasinya, maka antena dibagi menjadi dua

macam, yaitu antena omni-directional dan antena directional.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

23

a. ANTENNA OMNI-DIRECTIONAL

Antena omni-directional meradiasikan energi 360° secara merata berdasarkan

porosnya. Antena omni-directional dikenal juga sebagai antena dipole. Antena

dipole meradiasikan energi dalam pola yang tampak seperti kue donat.

Gambar 2.15 Pola radiasi antena omni-directional

Gambar 2.16 Pola radiasi antena omni-directional dilihat dari samping

Antena omni-directional dengan gain yang besar memberikan coverage

horizontal yang lebih jauh, sedangkan coverage secara vertikal berkurang.

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

24

Gambar 2.17 Perbandingan pola radiasi antena omni-directional

Antena omni-directional digunakan ketika coverage di seluruh bagian secara

horizontal dibutuhkan.

b. ANTENNA DIRECTIONAL

Antena directional digunakan untuk komunikasi pont-to-point dengan wireless

bridging. Semakin besar gain yang dimiliki oleh sebuah antena directional,

semakin sempit pula beamwidth-nya.

Gambar 2.18 Pola radiasi antena directional

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

25

3. PERALATAN CLIENT

Istilah peralatan client digunakan dalam WLAN mencakup peralatan-peralatan

berikut yang dikenal sebagai client oleh access point:

• PCMCIA card dan Compact flash card

• Converter ethernet dan serial

• Adapter USB

• Adapter PCI dan ISA

2.1.3 IEEE

Standar Institute of Electrical and Electronics Engineerings (IEEE) menggambarkan

tentang pengoperasian WLAN yang menggunakan pita frekuensi 2,4 dan 5 GHz

1. IEEE 802.11a

IEEE 802.11a menspesifikasi penggunaan teknologi OFDM pada frekuensi 5 GHz

yang beroperasi pada data rate 6, 9, 12, 18, 24, 36, 48, dan 54 Mbps.

2. IEEE 802.11b

Setelah pengimplementasian 802.11, DSSS wireless LAN telah bekerja pada

kecepatan 11 Mbps. IEEE 802.11b menspesifikasikan penggunaan teknologi DSSS

pada frekuensi 2.4 GHz yang beroperasi pada data rate 1, 2, 5.5, dan 11 Mbps.

3. IEEE 802.11e

Standar ini menspesifikasikan Quality of Service (QoS) untuk jaringan WLAN yang

membutuhkan dukungan QoS. Misalnya : untuk jaringan WLAN dengan Voice over

Internet Protocol (VoIP).

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

26

4. IEEE 802.11f

Standar ini menjelaskan kompabilitas antar access point yang berbeda vendor.

5. IEEE 802.11g

IEEE 802.11g menspesifikasi penggunaan teknologi OFDM pada frekuensi 2.4 GHz

dengan data rate 6, 9, 12, 18, 24, 36, 48, dan 54 Mbps. Standar kompatibel dengan

802.11 b, untuk berkomunikasi dengan 802.11 b maka modulasinya di switch ke

QPSK (Gunawan, 2004, p127).

6. IEEE 802.11h

Standar ini menspesifikasikan dynamic channel selection dan transmission power

control untuk jaringan WLAN. Bertujuan untuk meminimalkan interferensi antara

IEEE 802.11a dengan sistem lain yang beroperasi pada frekuensi 5 GHz.

7. IEEE 802.11i

Spesifikasi keamanan baru 802.11 dimana terdiri dari 2 komponen, yaitu : IEEE

802.1x dan Robust Security Network (RSN). Biasa disebut sebagai WPA2.

menggantikan standar keamanan yang lama (IEEE 802.11).

8. IEEE 802.11j

Standar jaringan WLAN yang beroperasi pada frekuensi 4,9 – 5 GHz di Jepang.

9. IEEE 802.11n

Standar WLAN yang akan menyediakan data rate diatas 100 Mbps.

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

27

2.2 PERANCANGAN WIRELESS LAN

2.2.1 ARSITEKTUR WIRELESS LAN

1. WLAN INDEPENDEN (AD-HOC)

Konfigurasi WLAN dapat sederhana maupun kompleks. Pada dasarnya dua buah

komputer yang memiliki WLAN adapter dapat membentuk jaringan independen

kapanpun ketika gelombang radio diantara keduanya dapat saling menjangkau.

WLAN yang seperti ini disebut sebagai jaringan peer-to-peer. Jaringan ini dapat

dibentuk kapan saja tanpa memerlukan administrasi dan konfigurasi awal yang

rumit. Pada kasus ini, setiap client memiliki akses ke client lain, bukan kepada

sebuah server pusat.

Gambar 2.19 WLAN ad-hoc

2. WLAN INFRASTRUKTUR

Melalui pemasangan access point dapat memperluas jangkauan dari jaringan peer-

to-peer, yaitu melipat-duakan jangkauan yang ada. Karena access point terhubung ke

jaringan kabel, maka setiap client juga memiliki akses ke server seperti akses ke

client lain. Setiap access point dapat mengakomodasi banyak client, jumlah client

yang dapat diakomodasi oleh sebuah access point sangat bergantung pada teknologi

transmisi yang digunakan. Jumlah client yang dapat ditangani oleh sebuah access

point tidak lebih dari 20 sampai 30 client (Gunawan, 2004, p85).

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

28

Gambar 2.20 WLAN infrastruktur

Access point memiliki jangkauan yang terbatas, 150 meter untuk indoor dan 300

meter untuk outdoor. Pada area yang sangat luas seperti gudang atau kampus

perguruan tinggi, dibutuhkan pemasangan beberapa access point untuk menjangkau

seluruh bagian tersebut. Pemasangan access point ditentukan melalui suatu proses

yang disebut site survey. Tujuan dari site survey adalah menjangkau seluruh wilayah

akses sehingga client dapat melakukan koneksi secara mobile tanpa harus terputus.

Kemampuan client untuk berpindah dari satu access point ke access point lain tanpa

kehilangan koneksi disebut roaming. Access point mengatur supaya client berpindah

dari satu access point ke access point lain tanpa menyebabkan client merasakan

putusnya koneksi.

2.2.2 INTERFERENSI

Ada beberapa jenis interferensi radio yang dapat muncul selama pemasangan

WLAN, diantaranya interferensi narrowband, interferensi all-band, interferensi akibat

pemakaian channel yang sama atau channel yang bersebelahan, dan interferensi akibat

cuaca (Akin, 2002, pp 253-260).

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

29

1. NARROWBAND

Interferensi narrowband, tergantung dari power transmisi, lebar pita frekuensi, dan

tingkat konsistensinya, dapat mengganggu transmisi sinyal radio yang dipancarkan

oleh peralatan spread spectrum. Sinyal narrowband mengganggu sebagian kecil dari

pita frekuensi yang digunakan oleh sinyal spread spectrum. Jika sinyal narrowband

berinterferensi dengan sinyal spread spectrum pada channel 3, maka dengan

memindahkan penggunaan channel spread spectrum dapat menghilangkan

interferensi yang terjadi.

2. ALLBAND

Interferensi all-band adalah sinyal yang berinterferensi dengan sinyal spread

spectrum secara merata di seluruh pita frekuensi. Teknologi seperti bluetooth atau

sebuah oven microwave biasanya menyebabkan interferensi all-band pada sinyal

radio 802.11.

Gambar 2.21 Interferensi all-band

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

30

Solusi terbaik untuk masalah interferensi all-band adalah dengan menggunakan

teknologi yang penggunaan spektrum frekuensinya berbeda dengan spektrum

frekuensi sumber interferensi. Jika penggunaan teknologi 802.11b mengalami

interferensi all-band, maka solusinya adalah dengan penggunaan teknologi 802.11a.

Pencarian sumber interferensi all-band akan lebih sulit dibandingkan dengan

interferensi narrowband.

3. CO-CHANNEL DAN ADJACENT-CHANNEL

Penggunaan channel yang sama (co-channel) maupun berdekatan (adjacent

channel), misalnya penggunaan channel 1 dan 2, dapat menyebabkan interferensi

karena pita frekuensi yang digunakan saling bertumpukan satu sama lain (overlap).

Setiap channel menggunakan lebar pita frekuensi 22 MHz sedangkan frekuensi

utama setiap channel hanya terpisah 5 MHz.

Gambar 2.22 Interferensi adjacent channel

Gambar 2.23 Interferensi co-channel

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

31

Interferensi ini akan menyebabkan throughput WLAN berkurang jauh. Hanya ada

dua cara yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah ini, yaitu dengan

menggunakan channel yang tidak overlap satu sama lain, atau dengan memindahkan

access point sampai sinyal radio keduanya tidak dapat saling berinterferensi.

2.2.3 JANGKAUAN

Ketika mempertimbangkan peletakan perangkat WLAN, jangkauan komunikasi

harus diperhitungkan. Ada tiga hal penting yang akan mempengaruhi jangkauan

komunikasi dari sebuah link radio, yaitu: power transmisi, jenis dan lokasi antena, dan

lingkungan.

1. POWER TRANSMISI

Power transmisi yang lebih besar akan memiliki jangkauan komunikasi yang lebih

jauh. Sebaliknya dengan menurunkan power transmisi akan memperpendek

jangkauan komunikasi.

2. JENIS DAN LOKASI ANTENA

Penggunaan antena yang memiliki beam-width lebih kecil (antena directional) akan

memperjauh jangkauan sinyal radio, sedangkan penggunaan antena omni-directional

akan menperpendek jangkauan sinyal radio.

3. LINE OF SIGHT (LOS)

Line-of-sight adalah sebuah teknologi dimana membutuhkan transmitter dan

receiver saling mengarah dan tidak terhalang oleh suatu apapun. Hal ini digunakan

untuk menghubungkan dua lokasi yang berjauhan secara wireless.

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

32

4. FRESNEL ZONE

The Fresnel Zone adalah area di sekitar line-of-sight gelembong radio dimana

menyebar setelah keluar dari antena. Area ini harus bersih dari halangan sekitar

60%, agar gelombang dapat diteruskan dengan benar. Radius dari Fresnel Zone

dapat dihitung dengan rumus berikut,

r = 43.3 x √(d/4f)

dimana r adalah radius dari Fresnel Zone dalam satuan kaki, d adalah jarak dari

sambungan yang akan dilakukan dalam satuan mil, f adalah frekuensi yang

digunakan dalam satuan GHz.

Gambar 2.24 Fresnel Zone

5. LENGKUNGAN BUMI

Disamping Fresnel Zone, lengkungan bumi juga harus diperhitungkan dalam

mendesain penempatan ketinggian antena.

Gambar 2.25 Lengkungan Bumi

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

33

Untuk penentuan ketinggian berdasar Fresnel Zone dan lengkungan bumi dapat

dilihat pada gambar di bawah.

Gambar 2.26 Penentuan Ketinggian Berdasarkan Fresnel Zone dan Lengkungan Bumi

6. LINGKUNGAN

Lingkungan yang penuh dengan noise akan memperpendek jangkauan sinyal radio.

Selain itu, lingkungan yang penuh noise akan mempersulit WLAN membangun link

yang stabil. Disamping masalah noise halangan atau struktur bangunan juga

berpengaruh pada jaringan wireless. Untuk tiap struktur bangunan yang berbeda dan

seberapa besar melemahnya signal dapat dilihat pada gambar dibawah.

Gambar 2.27 Signal Loss Chart

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

34

2.2.4 DESAIN WIRELESS LAN

Menurut Gunawan (2004, pp77-120), perancangan jaringan wireless terbagi dalam 3 fase :

1. PLANNING

Merencanakan kebutuhan akan jaringan wireless. Menganalisis kebutuhan user

mencakup kebutuhan bandwidth, lokasi atau tempat yang membutuhkan wireless.

Keuntungan dan kekurangan wireless yang harus diperhatikan yaitu : kecepatan

media wireless, biaya, dan mobilitas.

2. DESAINING

Biasa disebut blind desain, merencanakan lokasi-lokasi penempatan access point. Ini

merupakan desain awal dan belum teruji.

Dalam desain harus memperhatikan :

o Attenuasi (penurunan kekuatan gelombang radio)

o Sifat-sifat dari radio yang mudah terpengaruh oleh objek di sekitar

o Interferensi dengan perangkat lain

o Struktur bangunan

o Pemilihan antena

o Jaringan yang sudah ada

3. SITE SURVEYING

Pada fase ini dilakukan pengujian pada tempat atau lokasi untuk pemasangan

jaringan wireless. Pengujian ini berdasar dari desain, mengukur setiap varibel yang

ada. Setelah dilakukan pengujian dilakukan revisi jika diperlukan.

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

35

Pertimbangan dalam melakukan site survey :

o Cakupan area

o Kecepatan atau bandwitdh

2.3 KEAMANAN WIRELESS LAN

Wireless LAN khususnya IEEE 802.11, berkembang dengan pesatnya.

Perkembangan ini menimbulkan masalah dalam hal keamanan. Masalah keamanan

dalam wireless LAN sekarang ini menjadi satu hal yan penting (Prasad, 2005, p95).

2.3.1 ANCAMAN PADA KEAMANAN WIRELESS LAN

Suatu sistem jaringan digunakan untuk menghubungkan dan saling komunikasi

antar perangkat dalam jaringan. Dalam proses pengiriman data dan komunikasi

dibutuhkan jaringan yang aman. Ancaman yang mungkin terjadi dan tujuan dari

keamanan di jelaskan di bawah ini (Prasad, 2005, p95).

Menurut Prasad (2005, pp96-97) Ancaman atau serangan dalam keamanan jaringan di

bagi menjadi dua, yaitu :

1. PASIF

Serangan pasif adalah suatu situasi dimana intruder (seseorang yang melakukan

serangan) tidak melakukan apapun pada jaringan tetapi ia mengumpulkan informasi

untuk keuntungan pribadi atau untuk tujuan penyerangan yang lain. Serangan pasif

dibagi menjadi dua yaitu :

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

36

a. Eavesdropping

Ini merupakan ancaman yang umum terjadi. Dalam serangan ini intruder

mendengarkan apapun dalam komunikasi di jaringan. Informasi yang didapatkan

bisa berupa session key, atau informasi lain yang cukup penting.

b. Traffic analysis

Serangan ini hampir tidak kelihatan. Serangan ini bertujuan untuk mendapatkan

lokasi dan identitas dari device- device atau orang-orang yang berkomunikasi.

Informasi yang mungkin dikumpulkan oleh intruder seperti berapa pesan yang

telah dikirim, siapa mengirim pesan kepada siapa, berapa sering ia mengirim dan

berapa ukuran dari pesan tersebut.

2. AKTIF

Serangan aktif yaitu ketika intruder melakukan modifikasi pada data, jaringan, atau

traffic dari jaringan. Serangan aktif dibagi menjadi :

a. Masquerade

Serangan ini dimana ketika intruder yang masuk ke jaringan dianggap sebagai

trusted user (orang yang benar). Serangan ini bisa dilakukan ketika intruder

telah mendapatkan data user (authentication data) contohnya data username dan

passwords.

b. Authorization violation

Serangan yang dilakukan oleh intruder atau bahkan oleh user yang ada di

jaringan itu sendiri dimana menggunakan layanan (services) atau sumber daya

(resources) walaupun sebenarnya ia dilarang untuk menggunakannya. Dalam

kasus ini intruder sama seperti masquerading , telah masuk ke jaringan dan

memiliki akses yang seharusnya tidak diijinkan. Atau pengguna jaringan yang

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

37

mencoba untuk mengakses yang seharusnya tidak diijinkan. Hal ini bisa terjadi

karena kurangnya keamanan dari sistem jaringan yang ada.

c. Denial of service (DoS)

Serangan DoS dilakukan untuk mencegah atau menghalangi penggunaan fasilitas

komunikasi normal. Dalam kasus jaringan wireless secara mudah dilakukan

dengan membuat interferensi di sekitar jaringan yang akan diserang. Sabotase

juga merupakan salah satu contoh serangan DoS. Yaitu dengan cara

menghancuran sistem jaringan tersebut.

d. Modification atau forgery information

Intruder menciptakan informasi baru atau memodifikasi ataupun menghancurkan

informasi kemudian dikirimkan atas nama seorang pengguna yang sah. Atau

seorang intruder yang secara sengaja membuat sebuah pesan menjadi terlambat.

2.3.2 STANDAR KEAMANAN WIRELESS LAN

Keamanan pada wireless LAN terbagi dalam empat standar yaitu WEP, 802.1X,

WPA, WPA2. Standar ini terurut dari yang terlemah, seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.28 Tingkat Keamanan Wireless LAN

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

38

2.3.2.1 WEP

Merupakan teknik keamanan pada wireless dengan cara mengenkripsi data yang

lewat media wireless. Berdasarkan pada standar IEEE 802.11 WEP menggunakan

algoritma enkripsi RC4 dengan 40 bit key. Untuk otentikasinya dapat menggunakan dua

metode :

1. Open Authentication

Open authentication adalah metode otentikasi yang ditetapkan oleh IEEE 802.11

sebagai setting-an default pada wireless LAN. Dengan otentikasi ini, client bisa

berasosiasi dengan access point hanya dengan memiliki SSID yang benar. Jika SSID

antara client maupun access point sudah sesuai, maka client diperbolehkan untuk

berasosiasi dengan jaringan wireless LAN.

Dalam Open Authentication, dapat digunakan enkripsi WEP untuk mengenkripsi

data yang ditransmit antara client dengan access point. Enkripsi dilakukan hanya

pada saat client sudah dapat berotentikasi dan berasosiasi dengan access point.

Bila WEP key digunakan, client dan access point harus mempunyai WEP key yang

sama. Jika client menggunakan WEP key yang berbeda dengan access point, maka

data yang dikirim tidak dapat dibaca oleh client ataupun access point karena data

dienkripsi dengan WEP key yang berbeda. Pada WEP dalam satu paket hanya

segmen data payload saja yang dienkripsi, sedangkan header paket tidak dienkripsi.

Jika client tidak mempergunakan WEP key sedangkan access point menggunakan

WEP key, client tetap dapat melakukan asosiasi ke dalam access point. Karena

header paket tidak dienkripsi, Client ini tetap memiliki hak akses ke dalam jaringan,

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

39

tetapi tidak dapat membaca isi paket yang dikirim oleh access point karena paket

tersebut telah dienkripsi. Sehingga jika ingin membaca isi paket yang dikirim maka

harus mempunyai WEP key yang sama dengan access point untuk dapat mendekripsi

paket tersebut.

2. Shared Key Authentication

Pada Shared Key, access point akan mengirim “challenge” text yang tidak dienkripsi

kepada client sebagai proses otentikasi. Client yang menerima harus mengenkripsi

“challenge” text tersebut lalu mengembalikannya ke access point. Access point akan

membandingkan paket “challenge” text yang dienkripsi tersebut dengan yang

dimilikinya sendiri. Jika sama maka client diperbolehkan berasosiasi ke dalam

jaringan.

Shared Key ini kurang aman jika dibandingkan dengan Open Authentication karena

sangat mungkin intruder untuk menangkap kedua paket tersebut (plain text dan

chiper text) lalu memprediksi dan mendapatkan algoritma enkripsi serta kunci

enkripsi yang dipakai.

2.3.2.2 IEEE 802.1X

IEEE 802.1x atau Port-based network access control dirancang untuk

menyediakan otentikasi pada layer yang lebih tinggi. Pada dasarnya IEEE 802.1x

memiliki tiga entity :

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

40

1. Supplicant

Device (perangkat) yang akan bergabung ke jaringan. Contoh komputer, laptop,

PDA, HP.

2. Authenticator

Device yang mengontrol akses dalam jaringan wireless misal access point.

Authenticator merupakan titik awal atau pintu masuk bagi device-device

(supplicant) yang akan bergabung ke jaringan.

3. Authentication Server

Device yang membuat keputusan dari otentikasi, contohnya RADIUS Server

Gambar 2.29 Supplicant, authenticator, dan authentication server

Pada titik dimana supplicant terhubung ke jaringan lewat authenticator disebut

port access entity (PAE). Karena ini maka disebut “port-based....”. pada dasarnya ada

dua port yang diatur oleh authenticator, yang pertama port yang digunakan ketika

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

41

supplicant berhubungan dengan authentication server, yang kedua port ketika otentikasi

sukses untuk berhubungan dengan jaringan yang ada.

Protokol yang dapat digunakan ketika berkomunikasi dengan authentication

server adalah extensible authentication protocol (EAP). Dalam banyak kasus EAP

digunakan dalam komunikasi antara supplicant dan authenticator. EAP adalah salah satu

bagian dari point-to-point protocol (PPP) ketika EAP digunakan di LAN disebut EAP

over LAN (EAPOL). Berdasar IEEE 802.11, EAPOL dibagi menjadi :

1. EAPOL-Start yaitu mengindikasikan adanya authenticator.

2. EAPOL-Key adalah pesan berupa key yang dikirimkan authenticator kepada

supplicant.

3. EAPOL-Packet wadah atau paket yang digunakan untuk mengirim pesan EAP

dalam LAN.

4. EAPOL-Logoff yaitu pesan untuk memutuskan hubungan yang ada.

EAP

Adalah suatu protokol untuk jaringan wireless dimana merupakan perluasan dari metode

otentikasi Point-To-Point Protocol (PPP), protokol sering digunakan ketika

menghubungkan komputer ke Internet. EAP dapat mendukung berbagai mekanisme

otentikasi, seperti certificates, token card token cards, smart card, one-time passwords,

dan public key encryption autentication. Berikut beberapa jenis otentikasi dengan EAP:

1. EAP-TLS

Prosedur EAP-TLS berdasar pada SSL atau TLS. Dalam otentikasi ini dibutuhkan

sertifikat pada sisi client dan sisi server.

Komunikasi antara AP dan RADIUS dengan enkripsi menggunakan AP-RADIUS

key. Pesan otentikasi sukses juga dienkripsi menggunakan sebuah master key dimana

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

42

hanya supplicant yang terkait yang tahu. Dengan pengiriman pesan sukses,

dikirimkan juga session key dari authentication server ke authenticator.

2. PEAP

Dirancang untuk menyediakan hybrid authentication. Untuk mengatasi kesulitan

dengan mengatur dan menyusun user certificate dalam TLS. PEAP menggunakan

server side PKI yaitu dengan menggunakan sertifikat untuk mengidentifikasi

authentication server dan membentuk tunnel antara supplicant dan authentification

server. Proses otentikasi dengan PEAP dapat dilihat pada gambar dibawah

Gambar 2.30 PEAP

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

43

2.3.2.3 WPA

Salah satu latar belakang munculnya WPA ini adalah adanya kekurangan dari

WEP yaitu dipergunakannya kunci enkripsi yang statik. Sehingga kunci enkripsi ini

harus dimasukkan manual pada access point dan juga semua client. Hal ini tentu saja

sangat membuang – buang waktu. Selain itu WEP masih dapat dengan mudah ditembus

oleh intruder seperti : data di udara yang terenkripsi dapat diambil lalu didekripsi,

merubah data yang ditransmit, dan juga dalam WEP otentikasi masih sangat mudah

untuk ditembus.

WPA menggunakan skema enkripsi yang lebih baik, yaitu Temporal Key

Integrity Protocol (TKIP). WPA juga mengharuskan client untuk melakukan otentikasi

menggunakan metode 802.1X / EAP, jika otentikasi berhasil maka access point akan

memberikan seperangkat kunci enkripsi yang telah di-generate oleh TKIP.

Dalam WPA juga dapat ditambah dengan fungsi IV Key Hashing dan MIC. IV

Key Hashing berguna untuk merubah alur perubahan kunci enkripsi dan MIC (Message

Integrity Check) berguna untuk melindungi dan membuang paket-paket yang tidak

dikenal sumbernya.

Metode enkripsi TKIP

TKIP standarnya menggunakan key size 128 bit, tetapi ada beberapa access

point yang mendukung fasilitas dengan key size 40 maupun 128 bit. TKIP ini secara

dinamik akan meng-generate key yang berbeda-beda lalu didistribusikan ke client. TKIP

menggunakan metodologi key hierarchy dan key management dalam meng-generate

kunci enkripsi untuk mempersulit intruder dalam memprediksi kunci enkripsi.

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

44

Dalam hal ini, TKIP bekerja sama dengan 802.1X /EAP. Setelah authentication

server menerima otentikasi dari client, authentication server ini lalu meng-generate

sepasang kunci master (pair-wise key). TKIP lalu mendistribusikannya kepada client dan

access point dan membuat key hierarchy dan management system menggunakan kunci

master untuk secara dinamik meng-generate kunci enkripsi yang unik. Kunci enkripsi

ini yang dipakai mengenkripsi setiap paket data yang ditransmit dalam jaringan wireless

selama client session berlangsung. TKIP key hierarchy sanggup menghasilkan sekitar

500 milyar kombinasi kunci yang dapat dipakai untuk mengenkripsi paket data.

WPA dengan PSK (Pre Shared Key)

Dengan PSK, WPA tidak menggunakan TKIP sebagai peng-generate kunci

enkripsi, melainkan telah ditentukan sebelumnya beberapa kunci statik yang akan

digunakan secara acak oleh access point sebagai kunci enkripsi. Kunci statik ini harus

didefinisi pada client juga dan harus sama dengan yang ada pada access point.

Metode Otentikasi dalam WPA

WPA menggunakan otentikasi 802.1X dengan salah satu dari tipe EAP yang ada

sekarang ini. 802.1X adalah otentikasi dengan metode port-based network access

control untuk jaringan wired dan juga jaringan wireless.

2.3.2.4 WPA2

Seperti yang dapat disimpulkan ketika dilihat dari namanya, WPA2 adalah versi

kedua dan terbaru dari WPA. Enkripsi TKIP, otentikasi 802.1X/EAP dan PSK yang

merupakan fitur dalam WPA dimasukkan juga kedalam WPA2. Yang membedakan

antara keduanya adalah metode enkripsinya. Dimana WPA menggunakan RC4,

sedangkan WPA2 menggunakan Advanced Encryption Standard (AES). Metode

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

45

enkripsi AES ini diyakini lebih kuat dan aman dibanding dengan RC4. Metode AES ini

dapat mempergunakan key sizes 128, 192 ataupun 256 bits.

2.3.3 GOAL

Ada beberapa hal yang menjadi tujuan dalam keamanan jaringan (security

requirement) yaitu (Prasad, 2005, p95) :

2.3.3.1 AUTHENTICATION

Meyakinkan bahwa komunikasi yang terjadi adalah benar. Dalam contoh seperti

komunikasi antara terminal dan host. Pertama ketika koneksi di inisialisasi service

mengecek apakah dua entity ini sah. Yang kedua service harus meyakinkan kalau dalam

koneksi ini tidak ada yang menyusup.

2.3.3.2 CONFIDENTIALITY

Memproteksi data yang lewat pada jaringan dari orang-orang yang tidak

diijinkan. Untuk memenuhi hal ini dapat dilakukan dengan membuat enkripsi selama

pengiriman data. Tetapi dalam serangan aktif, enkripsi mungkin saja bisa di tembus

dengan men-decrypt data tersebut. Intruder ini harus mempunyai kemampuan

matematika ataupun cryptographer yang cukup baik, dengan mengunakan komputer

yang cukup kuat, dan punya banyak waktu. Confidentiality utamanya untuk menjaga

dari serangan pasif.

2.3.3.3 INTEGRITY

Mencegah orang-orang tidak berwenang untuk mengubah data. Hanya orang

tertentu yang mempunyai kewenangan ini yang dapat mengubah data. Perubahan ini

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGENALAN WLANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2006-2-01214-IF-Bab 2.pdf · WLAN, yaitu gelombang radio dan gelombang inframerah. Gelombang radio merupakan gelombang

46

mencakup perubahan status, penghapusan, pembuatan, penundaan dari pesan yang

dikirimkan

2.3.3.4 ACCESS CONTROL

Dalam konteks keamanan jaringan, access control adalah kemampuan untuk

membatasi dan mengendalikan akses kepada sistem, jaringan, dan aplikasi. Walau

authentication terpisah namun access control sering digabungkan dengan

authentication. Pertama user akan ter-authenticate kemudian server memberikan aturan-

aturan tentang hak aksesnya.