2. TEORI PENUNJANG 2.1. Family Financial Socialization · indikator terbentuknya family interaction...

18
8 Universitas Kristen Petra 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Family Financial Socialization Financial socialization adalah proses pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan mengenai keuangan, cara mengelola keuangan, serta mengembangkan pengetahuan tersebut pada beberapa aspek keuangan seperti banking, budgeting, saving, insurance, dan credit use (Bowen, 2002). Bowen (2002) mengatakan bahwa keluarga memiliki peranan kunci dalam pembentukan perilaku financial dalam financial socialization. Gudmunson & Danes (2011) mengemukakan bahwa sosialisasi keuangan keluarga mempengaruhi pertumbuhan family financial socialization seseorang seperti menumbuhkan kemampuan seseorang untuk menabung. Mugenda et al. (1990), telah menunjukkan bagaimana karakteristik dalam keluarga mempengaruhi pola komunikasi mengenai keuangan dan dapat mengarah pada perilaku keuangan agar menjadi lebih baik. 2.1.1. Family Interaction and Relationship Interaksi yang optimal antara keluarga sejak masa kanak-kanak menimbulkan anak yang lebih interaktif dan orangtua yang lebih mengerti cara untuk merespon tingkah laku anaknya (Fitzpatrick & Vangelisti, 1995). Respon yang diberikan oleh orangtua merupakan komunikasi yang dilakukan oleh orangtua terhadap anaknya. Respon tersebut dapat mengembangkan kognitif seorang anak, sosial, maupun bahasanya. Pada penelitian ini, interaksi yang dimaksud adalah interaksi antar orangtua dan anak yang mendidik dan mengajarkan nilai-nilai keuangan pada seorang anak semasa kecilnya hingga anak bertumbuh dewasa. Dalam bukunya, Fitzpatrick & Vangelisti (1995) juga menjelaskan tahapan selanjutnya dalam interaksi seorang anak adalah dengan melihat, tersenyum, menangis, bersuara yang merupakan signal bagi orangtua untuk memberikan perhatiannya dan orangtua harus dapat merespon signal ini dengan positif. Selanjutnya melalui interaksi seorang anak dapat

Transcript of 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Family Financial Socialization · indikator terbentuknya family interaction...

Page 1: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Family Financial Socialization · indikator terbentuknya family interaction and relationship yang baik dalam sebuah keluarga, yaitu dengan menggunakan analisa

8 Universitas Kristen Petra

2. TEORI PENUNJANG

2.1. Family Financial Socialization

Financial socialization adalah proses pembelajaran untuk memperoleh

pengetahuan mengenai keuangan, cara mengelola keuangan, serta

mengembangkan pengetahuan tersebut pada beberapa aspek keuangan seperti

banking, budgeting, saving, insurance, dan credit use (Bowen, 2002). Bowen

(2002) mengatakan bahwa keluarga memiliki peranan kunci dalam pembentukan

perilaku financial dalam financial socialization.

Gudmunson & Danes (2011) mengemukakan bahwa sosialisasi keuangan

keluarga mempengaruhi pertumbuhan family financial socialization seseorang

seperti menumbuhkan kemampuan seseorang untuk menabung. Mugenda et al.

(1990), telah menunjukkan bagaimana karakteristik dalam keluarga

mempengaruhi pola komunikasi mengenai keuangan dan dapat mengarah pada

perilaku keuangan agar menjadi lebih baik.

2.1.1. Family Interaction and Relationship

Interaksi yang optimal antara keluarga sejak masa kanak-kanak

menimbulkan anak yang lebih interaktif dan orangtua yang lebih mengerti

cara untuk merespon tingkah laku anaknya (Fitzpatrick & Vangelisti,

1995). Respon yang diberikan oleh orangtua merupakan komunikasi yang

dilakukan oleh orangtua terhadap anaknya. Respon tersebut dapat

mengembangkan kognitif seorang anak, sosial, maupun bahasanya. Pada

penelitian ini, interaksi yang dimaksud adalah interaksi antar orangtua dan

anak yang mendidik dan mengajarkan nilai-nilai keuangan pada seorang

anak semasa kecilnya hingga anak bertumbuh dewasa.

Dalam bukunya, Fitzpatrick & Vangelisti (1995) juga menjelaskan

tahapan selanjutnya dalam interaksi seorang anak adalah dengan melihat,

tersenyum, menangis, bersuara yang merupakan signal bagi orangtua

untuk memberikan perhatiannya dan orangtua harus dapat merespon signal

ini dengan positif. Selanjutnya melalui interaksi seorang anak dapat

Page 2: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Family Financial Socialization · indikator terbentuknya family interaction and relationship yang baik dalam sebuah keluarga, yaitu dengan menggunakan analisa

9 Universitas Kristen Petra

membedakan ibu dan ayahnya dengan menggunakan indra penciumannya,

dan mengidentifikasi orangtuanya melalui suaranya. Meskipun otak dan

pikiran seorang anak masih jauh dari kedewasaan, tetapi seorang anak juga

dapat menjadi kompeten dan skillful berdasarkan interaksi yang diberikan.

Sebuah teori mengatakan bahwa pentingnya perilaku orangtua sangat

berhubungan erat dengan perilaku anak yang datang dari berbagai sumber.

Dinamika yang terjadi dalam keluarga dapat dilihat berdasarkan

hubungan antar anggota keluarga dan kualitas interaksi yang ada dalam

keluarga tersebut (Dewi, 2014). Komunikasi antar anak dan orangtua

menjadi hasil dari adaptasi yang sedang dijalani oleh orangtua dan

anaknya. Interaksi antara orangtua-anak juga menjadi konteks dalam

interaksi dalam keluarga. Seiring bertambahnya usia, seorang anak akan

menjadi lebih besar dan mengerti lebih banyak hal. Bertumbuhnya seorang

anak menjadi dewasa tidak dapat dihindari, mempengaruhi tipe hubungan

dalam keluarga yang dimiliki masing-masing anak dan pengalaman apa

saja yang telah dilalui seorang anak hingga mengalami hubungan yang

baik atau buruk dalam keluarga.

Menurut Weiss & Jacobs (2017), ada beberapa hal yang menjadi

indikator terbentuknya family interaction and relationship yang baik

dalam sebuah keluarga, yaitu dengan menggunakan analisa APGAR

keluarga, yaitu sebagai berikut:

1. Adaptation

Kemampuan keluarga untuk menggunakan dan membagi sumber

daya yang melekat dengan anggota keluarga itu sendiri atau dengan

keluarga lain.

2. Partnership

Saling berbagi dalam membuat keputusan. Hal ini mengukur

pencapainan dalam memcahkan permasalahan dengan komunikasi.

3. Growth

Hal ini mewakili pertumbuhan fisik dan emosional. Hal ini

mengukur kepuasan penyediaan kebebasan untuk berubah.

Page 3: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Family Financial Socialization · indikator terbentuknya family interaction and relationship yang baik dalam sebuah keluarga, yaitu dengan menggunakan analisa

10 Universitas Kristen Petra

4. Affection

Pembagian emosi seperti cinta, marah, dan benci antara anggota

keluarga. Hal ini mengukur tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap

keintiman dan reaksi emosional yang ada dalam keluarga.

5. Resolve

Mewakili pembagian waktu, ruang, dan keuangan dalam sebuah

keluarga. Hal ini mengukur kepuasan anggota keluarga dengan

komitmen yang di buat oleh anggota keluarga lainnya.

2.1.2 Purposive Financial Socialization

Purposive financial socialization merupakan usaha yang dilakukan

dengan sengaja oleh sebuah keluarga yang berguna untuk dapat

mensosialisasikan kebiasaan-kebiasaan finansial pada anggota keluarganya

(Gudmunson & Danes, 2011). Purposive financial socialization dapat

dilakukan dimana saja, bukan hanya dalam lingkungan keluarga.

Purposive financial socialization juga dapat berasal dari mana saja

terutama lingkungan sekitar orang tersebut seperti anggota keluarga

khususnya orangtua, teman dekat, maupun lembaga keuangan profesional

sekalipun (Copur, 2016).

Jonathan & Bartholomae (2000) berpendapat bahwa purposive

financial socialization merupakan kesempatan agar seorang anak bisa

mendapatkan pengetahuan dan keterampilan finansial di masa depan.

Dalam perkembangan dan pertumbuhan sorang anak pasti memerlukan

peran penting dari orangtuanya. Seseorang bisa belajar banyak tentang

pengetahuan keuangan dan tidak jarang meniru apa yang dilakukan oleh

orangtuanya. Seorang anak yang telah dibelaki oleh orangtuanya tentang

finansial akan cenderung lebih memahami tentang aspek-aspek keuangan

dibandingkan dengan anak seusianya yang tidak mendapatkan pengajaran

keuangan apapun dari orangtuanya.

Menurut Gudmunson & Danes (1994), orangtua memiliki peranan

yang sangat penting dalam memberikan pengetahuan keuangan secara

nyata atau realistis. Disinilah peran orangtua sangat di perlukan untuk

Page 4: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Family Financial Socialization · indikator terbentuknya family interaction and relationship yang baik dalam sebuah keluarga, yaitu dengan menggunakan analisa

11 Universitas Kristen Petra

perkembangan pengetahuan dan tingkah laku seorang anak. Walaupun

anak mendapatkan pendidikan di sekolah, tetapi hal tersebut tidaklah

cukup. Pengaruh keluarga lebih besar bagi pertumbuhan anak

dibandingkan apa yang didapatkannya di sekolah. Jika bekal pengetahuan

yang diberikan oleh keluarga baik, maka seseorang akan lebih berani

dalam pengambilan keputusan keuangannya kelak. Tetapi keputusan

tersebut bukanlah keputusan yang sembarangan, tetapi keputusan yang

berbekal pada pengajaran yang didapatkannya dari pengalaman orangtua

maupun pengajaran orangtuanya.

Studi pada financial attitude, belief, dan behavior menunjukan

bahwa 69% responden yang diteliti memiliki perilaku dan cara pandang

yang dipengaruhi oleh orangtuanya (Hira, 1997). Hal ini menunjukan

bahwa orangtua memiliki peran yang lebih penting, bukan hanya untuk

mengajarkan tentang keuangan kepada anaknya, tetapi juga harus mampu

memberikan contoh yang baik bagi anak. Penelitian yang dilakukan Hira

juga sesuai dengan penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa orangtua

memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan sikap dan

perilaku keuangan seorang anak.

Pengukuran purposive financial socialization diukur dengan

menggunakan beberapa indikator, yaitu belajar dari orangtua tentang

keuangan, adanya pengajaran secara langsung dari orangtua, serta adanya

pengaruh dari orangtua tentang manajemen uang (Jorgensen & Savla,

2010).

2.1.3 Financial Attitude

Financial Attitude adalah sikap yang mengacu pada perasaan

seseorang tentang masalah keuangan pribadi, yang diukur dengan

tanggapan atas sebuah pernyataan atau opini (Marsh, 2006). Pankow

(2003), mendefinisikan financial attitudes sebagai keadaan pikiran,

pendapat serta penilaian tentang keuangan. Hayhoe, Leach, Turner (1999),

menyatakan bahwa ada suatu hubungan antara financial attitudes dan

tingkat masalah keuangan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sikap

Page 5: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Family Financial Socialization · indikator terbentuknya family interaction and relationship yang baik dalam sebuah keluarga, yaitu dengan menggunakan analisa

12 Universitas Kristen Petra

keuangan seseorang juga berpengaruh terhadap cara seseorang mengatur

perilaku keuangannya. Lim dan Teo (1997) serta Madern, Tamaran, &

Van Der (2012) menyatakan sejumlah financial attitudes juga terkait

dengan kesulitan keuangan yang seringkali dihadapi oleh anak muda.

Menurut Furnham (1984), financial attitudes seseorang dapat dilihat

dengan indikator sebagai berikut, yaitu:

1. Obsession, yaitu: pola pikir seseorang tentang uang dan

persepsinya tentang masa depan untuk mengelola uang dengan

baik.

2. Power, yaitu: seseorang yang menggunakan uang sebagai alat

untuk mengendalikan orang lain dan beranggapan bahwa uang

dapat menyelesaikan masalah.

3. Effort, yaitu seseorang yang merasa pantas memiliki uang dari apa

yang sudah dikerjakannya.

4. Security, yaitu mengacu pada apa yang disebut "pendekatan kuno

terhadap uang" seperti melindungi uang yang dimiliki dengan cara

yang berlebihan seperti takut membuat keputusan atau mengambil

risiko yang besar terhadap uang yang dimiliki.

5. Inadequacy, yaitu seseorang yang selalu merasa tidak cukup

dengan uang yang dimilikinya.

6. Retention, yaitu seseorang yang memiliki kecenderungan mampu

menahan diri untuk tidak menghabiskan uang.

2.1.4 Financial Knowledge

Kemampuan untuk mengatur keuangan personal sangat penting

untuk dipelajari dewasa ini (Chen & Volpe, 1998). Pengetahuan mengacu

pada apa yang diketahui individu tentang masalah keuangan pribadi,

yang diukur dengan tingkat pengetahuannya berkaitan dengan

berbagai konsep keuangan pribadi (Marsh, 2006). Financial knowledge,

adalah penguasaan seseorang atas berbagai hal tentang dunia keuangan

(Naila & Iramani, 2013). Pemuda belajar tentang uang sebagian besar dari

sekolah dan orangtua, dengan penekanan pada penghematan (Chowa, et

Page 6: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Family Financial Socialization · indikator terbentuknya family interaction and relationship yang baik dalam sebuah keluarga, yaitu dengan menggunakan analisa

13 Universitas Kristen Petra

al., 2015). Pada perkembangannya, pengetahuan mengenai keuangan

mulai diperkenalkan di berbagai jenjang pendidikan. Menurut Chen and

Volpe (1998) terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan untuk

mengukur pengetahuan keuangan seseorang, yaitu meliputi:

1. General Knowledge

Pengetahuan umum dalam bidang keuangan merupakan

pemahaman terhadap hal-hal yang terdapat dalam bidang keuangan.

Menurut Chen and Volpe (1998), pengetahuan umum yang dimaksud

meliputi pengetahuan tentang keuangan pribadi, likuiditas aset,

spending, perpajakan, pengaturan keuangan pribadi, checking account

reconciliation, leasing, dan sebagainya.

2. Savings and Borrowing

Saving adalah jumlah yang tersisa ketika biaya pengeluaran

seseorang dikurangkan dari jumlah pendapatan yang diperolehnya

dalam jangka waktu tertentu. Bagi mereka yang berhati-hati secara

finansial, jumlah uang yang tersisa setelah pengeluaran pribadi

terpenuhi bisa positif; bagi mereka yang cenderung mengandalkan

kredit dan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan, tidak ada uang tersisa

untuk tabungan. Aspek ini merupakan pengukuran individu terhadap

pengetahuan yang berkaitan dengan tabungan dan pinjaman seperti

penggunaan kartu kredit.Savings adalah bagian dari pendapatan

seseorang yang tidak digunakan untuk konsumsi. Aspek ini meliputi

pengetahuan mengenai tingkat suku bunga, pengetahuan mengenai time

value of money, dan kartu kredit.

3. Investment

Investasi adalah aset atau barang yang dibeli dengan harapan akan

menghasilkan pendapatan atau akan diapresiasi di masa depan. Secara

ekonomi, investasi adalah pembelian barang yang tidak dikonsumsi saat

ini namun digunakan di masa depan untuk menciptakan kekayaan. Di

bidang keuangan, investasi adalah aset moneter yang dibeli dengan

gagasan bahwa aset tersebut akan menghasilkan pendapatan di masa

Page 7: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Family Financial Socialization · indikator terbentuknya family interaction and relationship yang baik dalam sebuah keluarga, yaitu dengan menggunakan analisa

14 Universitas Kristen Petra

depan atau akan dijual dengan harga yang lebih tinggi untuk

mendapatkan keuntungan.

4. Insurance

Asuransi merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk

mengurangi risiko keuangan. Terdapat berbagai jenis asuransi

berdasarkan kebutuhannya, meliputi asuransi jiwa, asuransi kesehata,

asuransi tempat tinggal, dan asuransi tempat tinggal. Seseorang dapat

memilih sesuai dengan kebutuhan hidup yang dijalaninya sekarang.

Asuransi dapat mengalihkan risiko kerugian keuangan yang akan di

derita agar seseorang yang telah memiliki asuransi tidak harus

mengeluarkan uang lebih banyak lagi ketika sedang sakit, atau

mengalami kecelakaan, dan sebagainya. Oleh karena itu, pengetahuan

asuransi seseorang sangatlah penting dalam financial knowledge.

2.1.5 Financial Behavior

Financial Behavior biasa dikembangkan untuk menjelaskan

tingkah laku investor atau anomali pasar ketika hal tersebut tidak dapat

dijelaskan secara rasional (Glaser & Weber, 2004). Menurut Jahanzeb,

Muneer, (2012) Financial Behavior adalah ilmu yang mempelajari tingkah

laku manusia dalam menyikapi dan bereaksi atas informasi keuangan

dalam upaya untuk mengambil keputusan yang tepat dan mendapatkat

hasil yang optimal.

Financial behavior dibangun oleh berbagai asumsi dan ide dari

perilaku ekonomi, keterlibatan emosi, sifat, kesukaan dan berbagai macam

hal yang melekat dalam diri manusia sebagai makhluk intelektual dan

sosial yang berinteraksi terkait keputusan yang dibuat (Ricciardi, 2000).

Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur financial

behavior menurut Perry & Morris (2005) adalah sebagai berikut :

1. Mengontrol Pengeluaran

Menurut Perry & Morris (2005), Financial behavior kerap kali

dikaitkan dengan kontrol seseorang atas pengeluaran yang

Page 8: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Family Financial Socialization · indikator terbentuknya family interaction and relationship yang baik dalam sebuah keluarga, yaitu dengan menggunakan analisa

15 Universitas Kristen Petra

dilakukannya. Pengeluaran dapat dikontrol dengan tidak melakukan

konsumsi secara berlebihan. Konsumsi dilakukan setiap saat untuk

memenuhi kebutuhan maupun keinginannya. Namuk konsumsi yang

tidak dapat di kontrol akan menyebabkan seseorang memiliki perilaku

yang konsumtif. Perilaku mengontrol keuangan dapat diartikan sebagai

kemampuan untuk memonitor konsumsi, emosi, dan keputusan untuk

mempertahankan tujuan awal atau rencana (Haws, 2007). Sehingga

tanpa pertimbangan emosi yang matang, seseorang akan dengan mudah

melakukan konsumsi untuk memenuhi keinginan yang kurang sesuai

dengan kebutuhan yang dibutuhkan sebenarnya.

2. Membayar Tagihan Tepat Waktu

Membayar tagihan tepat pada waktunya dapat menjadi salah satu

tolak ukur seseorang memiliki financial behavior yang baik atau tidak.

Seseorang yang membayar tagihan tepat waktu akan lebih teliti dalam

memperhatikan keuangan pribadinya. Hal ini disebabkan karena

individu tersebut sangat memahami risiko yang akan didapatnya kelak

ketika tidak membayar tagihan tepat pada waktunya. Hutang

merupakan sejumlah uang yang diterima dari pihak lain berdasarkan

persetujuan kewajiban untuk melunasi (Sina,20 nb14). Oleh karena itu,

manajemen hutang merupakan sikap untuk dapat memanfaatkan hutang

agar dapat meningkatkan kesejahteraan pribadi.

3. Merencanakan Keuangan Masa Depan

Merencanakan keuangan untuk masa depan merupakan hal yang

penting dilakukan karena tidak ada seorangpun yang mengetahui apa

yang akan terjadi dimasa depan. Sehingga setiap orang harus

merencanakan dari sekarang agar risiko terburuk yang dapat terjadi di

masa depan sudah di antisipasi sejak dini. Merencanakan keuangan

dimasa depan dapat dilakukan dengan investasi. Investasi merupakan

komitmen atas sejumlah dana yang dimiliki pada saat ini dengan tujuan

untuk memperoleh jumlah keuntungan dimasa yang akan datang

(Tandelilin, 2010). Konsumsi dan investasi merupakan hal yang saling

berhubungan. Penundaan konsumsi yang dilakukan pada saat ini dapat

Page 9: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Family Financial Socialization · indikator terbentuknya family interaction and relationship yang baik dalam sebuah keluarga, yaitu dengan menggunakan analisa

16 Universitas Kristen Petra

diartikan sebagai investasi untuk konsumsi di masa depan (Hartono,

2000).

Selain berinvestasi, hal lainnya yang dapat dilakukan untuk

keuangan dimasa depan adalah menggunakan produk-produk asuransi.

Dengan menggunakan asuransi, seseorang berarti memindahkan risiko

yang mungkin didapatkannya dimasa depan kepada pihak asuransi atau

penanggung. Dengan risiko yang semakin kecil, kemungkinan kerugian

keuangan yang akan ditanggung seseorang di masa depan akan dapat

diminimalisir.

Selanjutnya dengan menggunakan dana pensiun. Seseorang

membutuhkan dana pensiun ketika sudah tidak bekerja dan tidak

memiliki penghasilan lagi. Menurut Undang-Undang no 11 tahun 1992,

pengertian dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan

menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun, yang

memiliki stiap program pesiun untuk mengupayakan manfaat pensiun.

Perencanaan dana pensiun sayngat penting untuk keungkinan masa

hidup di hari tua yang membutuhkan cukup biaya baik untuk kehidupan

sehari-hari maupun kesehatan.

4. Menyimpan Uang (Menabung)

Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 tentang

perbankan atas pasal 1 ayat 9 mengungkapkan bahwa, menabung

merupakan simpanan yang pada penarikannya hanya dapat dilakukan

menurut syarat tertentu yang telah disepakati, namun tidak dapat ditarik

dengan cek, bilyet giro atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Menurut Fisher & Anong (2013), kebiasaan keluarga dalam

menabung dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu selalu menabung, tidak

selalu menabung, dan tidak menabung. Selalu menabung yang

dimaksudkan di sini adalah menabung dengan jumlah yang sama tiap

bulannya dan selalu menabung dengan dana tabungan yang berasal dari

pendapatan salah satu anggota keluarga, namun pendapatan yang

lainnya digunakan untuk memenuhi beban pengeluaran. Tidak selalu

menabung berarti menabung dengan tidak rutin atau hanya jika masih

Page 10: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Family Financial Socialization · indikator terbentuknya family interaction and relationship yang baik dalam sebuah keluarga, yaitu dengan menggunakan analisa

17 Universitas Kristen Petra

ada sisa pendapatan saja, biaya-biaya pengeluaran dibiayai dengan

pendapatan perbulan dan baru menabung jika memiliki uang berlebih

atau ada penghasilan lainnya. Selanjutnya adalah tidak menabung sama

sekali yang bisa disebabkan karena pengeluaran lebih besar dari

pendapatan atau besarnya pengeluaran sama dengan besarnya

pemasukan.

5. Menyediakan Kebutuhan untuk Diri Sendiri dan Keluarga

Menyediakan kebutuhan untuk diri sendiri dan keluarga dapat

tercermin melalui investasi yang dilakukan seseorang. Ketika seseorang

telah melakukan investasi sejak dini, hal tersebut menunjukan bahwa

seseorang tersebut memiliki sikap yang berjaga-jaga untuk masa

depannya agar kebutuhan dimasa depan tetap terpenuhi dengan baik.

Kebutuhan seseorang dapat terbagi menjadi 3 yaitu kebutuhan sandang,

pangan, dan papan. Tiga kebutuhan ini dianggap sebagai kebutuhan

pook yang utama guna memenuhi kebutuhan jasmani dan kelangsungan

hidup dari tingkat pendapatan yang diperoleh (Badan Pusat Statistik,

2014).

Kebutuhan seseorang dapat juga disesuaikan dengan gaya hidup

orang tersebut seperti pekerjaan, hobi, belanja, hiburan, dan minat

seseorang berdasarkan keinginan pribadinya (Fadillah,2013). Gaya

hidup seseorang dapat menjadi tolak ukur atas keadaan status sosial dari

orang tersebut. Gaya hidup adalah gambaran diri seseorang yang dapat

menggambarkan seberapa besar nilai moral orang tersebut dalam

bersosialisasi dengan masyarakat di sekitarnya (Kaparang, 2013).

2.1.6 Financial Well-Being

Financial well-being dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan

saat seseorang dapat memenuhi kewajiban keuangannya saat ini dan dapat

memenuhi kebutuhan dalam kehidupan yang sedang berlangsung.

Seseorang dapat merasa aman terhadap masalah keuangan di masa depan,

dan mampu membuat pilihan terbaik bagi kenyamanan masa depannya

(Consumer Financial Protection Bureau, 2015). Menurut wawancara yang

Page 11: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Family Financial Socialization · indikator terbentuknya family interaction and relationship yang baik dalam sebuah keluarga, yaitu dengan menggunakan analisa

18 Universitas Kristen Petra

dilakukan oleh Consumer Financial Protection Bureau, 2015

mengungkapkan ada 4 indikator penentu keberhasilan financial well-being

seseorang, yaitu:

1. Memiliki kontrol keuangan per hari dan per bulan.

Seseorang yang memiliki financial well-being yang baik mampu

mengkontrol keuangan pribadi setiap hari atau setiap bulan. Individu

yang memiliki tingkat kesejahteraan finansial yang relatif tinggi akan

mengendalikan kehidupan keuangannya, bukan uang yang mengelola

mengelolanya. Orang-orang seperti itu mampu menutupi biaya dan

membayar tagihan tepat waktu, dan tidak perlu khawatir untuk

mendapatkan cukup uang.

2. Memiliki kapasitas untuk menyerap financial shock.

Individu yang memiliki tingkat kesejahteraan finansial yang relatif

tinggi juga memiliki kemampuan untuk menyerap financial shock.

Karena orang tersebut memiliki faktor-faktor seperti sistem pendukung

keuangan yang berasal dari keluarga dan teman, memiliki tabungan

pribadi, dan memegang asuransi dari berbagai jenis. Kehidupan tidak

akan berakhir jika mobil atau rumah memerlukan perbaikan darurat

atau jika orang tersebut diberhentikan sementara dari pekerjaannya.

Seseorang mampu mengatasi tantangan finansial dari kejadian

kehidupan yang tak terduga.

3. Berada dalam jalur untuk mewujudkan financial goals.

Individu yang mengalami kesejahteraan finansial juga

mengungkapkan bahwa memiliki rencana keuangan formal atau

informal, dan mereka secara aktif bekerja untuk memenuhi tujuan

seperti menabung untuk membeli mobil atau rumah, melunasi pinjaman

mahasiswa, atau menabung untuk masa pensiun.

4. Memiliki financial freedom yang dapat memberikan seseorang

kebebasan untuk menikmati hidup

Akhirnya, individu yang mengalami kesejahteraan finansial akan

merasa bahwa dirinya mampu membuat pilihan untuk menikmati hidup.

Kesejahteraan ini dapat dilihat dari tingkah laku seseorang seperti bisa

Page 12: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Family Financial Socialization · indikator terbentuknya family interaction and relationship yang baik dalam sebuah keluarga, yaitu dengan menggunakan analisa

19 Universitas Kristen Petra

berbelanja secara royal sesekali, mampu memenuhi keinginginan,

seperti bisa pergi makan malam atau berlibur, selain memenuhi

kebutuhannya, dan orang tersebut dapat membuat pilihan untuk

memberikan bantuan terhadap teman, keluarga dan masyarakat di

sekelilingnya. Unsur keempat ini muncul dengan sangat kuat dalam

wawancara yang dilalukan oleh Consumer Financial Protection

Bureau. Misalnya, kebebasan finansial bisa berarti bermurah hati

dengan keluarga, teman dan masyarakat; atau memiliki kemampuan

untuk kembali ke sekolah atau meninggalkan satu pekerjaan untuk

mencari pekerjaan yang lebih baik; atau pergi makan malam atau

berlibur; atau bekerja lebih sedikit untuk menghabiskan waktu bersama

keluarga. Walaupun aspek seperti pendapatan atau kekayaan bersih juga

penting, jangan sampai aspek ini sepenuhnya menangkap konsep

kesejahteraan finansial.

2.2. Hubungan Antar Konsep

2.2.1. Pengaruh Family Interaction and Relationship terhadap Financial

Attitude

Moschis (1985) mengatakaan bahwa orang tua tidak hanya

memberikan dampak dari pengajaran yang dilakukan sehari-hari, tetapi lebih

dalam lagi berdasarkan interaksi dan hubungan serta kedekatan yang baik

dalam keluarga dapat mempengaruhi financial attitude seorang anak.

Demgam memiliki hubungan yang baik, orang tua akan semakin memiliki

peluang untuk mengatur sikap dan tingkah laku seorang anak serta lebih

memperhatikan sikap anak dalam kemampuan anak untuk menabung dan

pentingnya seorang anak untuk mulai menabung (Mugenda et al., 1990).

Interaksi dan hubungan yang baik dalam sebuah anggota keluarga juga

mampu menciptakan rasa nyaman dan aman untuk saling berbagi setiap

permasalahan yang ada. (Beutler & Dickson, 2008). Diharapkan dengan

adanya keterbukaan dalam keluarga, anggota keluarga dapat menciptakan

rasa aman untuk menceritakan masalah keuangannya.

Page 13: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Family Financial Socialization · indikator terbentuknya family interaction and relationship yang baik dalam sebuah keluarga, yaitu dengan menggunakan analisa

20 Universitas Kristen Petra

Edward, et.al (2007) juga mengemukakan bahwa adanya hubungan

yang positif dan kuat antara perilaku manusia dengan kebiasaan seperti

interaksi dan hubungan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Gudmunson & Danes (2011) menyatakan bahwa adanya hubungan terhadap

kedua variabel ini sehingga dari penelitian dan fakta yang ada, dapat

disimpulkan bahwa peran orang tua dalam melakukan interaksi dan hubungan

keuangan terhadap anak berperan penting demi meningkatkan financial

attitude seorang anak.

2.2.2. Pengaruh Family Interaction and Relationship terhadap Financial

Knowledge

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gudmunson & Danes

(2011), mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara family interaction

and relationship terhadap financial knowledge. Dalam penelitian ini juga

mengatakan bahwa tidak hanya watak dari setiap keluarga yang dapat

mempengaruhi tingkat financial knowledge pada sebuah keluarga, tetapi

tingkat frekuensi terjadinya interaksi tersebut juga dapat mempengaruhi

financial knowledge, dimana seorang anak akan mampu menentukan pilihan

yang baik atau buruk tentang keuangannya kelak di masa depan. Semakin

sering interaksi dan hubungan yang dekat terjadi dalam keluarga, seorang

anak akan menjadi lebih mudah mengerti dan memahami apapun yang

diajarkan oleh orang tuanya dan akan berdampak pada pengetahuannya kelak

(Jorgensen & Savla, 2010).

2.2.3. Pengaruh Purposive Financial Socialization terhadap Financial

Attitude

Menurut Gudmunson & Danes (2011), hubungan antara purposive

financial socialization dapat diukur dengan menggunakan financial attitude.

Sebuah keluarga harus mampu melakukan financial socialization dengan

baik. Ketika sebuah keluarga dapat mengajarkan dengan baik tentang

permasalahan keuangan yang terjadi, hal-hal kecil tentang keuangan seperti

menabung di bank, berinvestasi, memberikan pengarahan yang tepat untuk

setiap tindakan keuangan yang dilakukan, maka hal-hal ini akan mengubah

Page 14: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Family Financial Socialization · indikator terbentuknya family interaction and relationship yang baik dalam sebuah keluarga, yaitu dengan menggunakan analisa

21 Universitas Kristen Petra

pola pikir dan cara pandang anggota tersebut untuk menyikapi setiap kejadian

keuangan yang terjadi.

Jorgensen (2007) juga mengemukakan bahwa keikutsertaan

orangtua dalam mensosialisasikan tentang finansial akan menyebabkan

financial attitude yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Hira (1997) bahwa sebagian besar anak memiliki sikap dan

cara pandang tentang keuangan yang dipengaruhi dan tidak jauh berbeda

dengan orangtua. Diharapkan orang tua mampu menyadari pentingnya

mensosialisasikan hal yang berhubungan tentang finansial sedini mungkin.

2.2.4. Pengaruh Purposive Financial Socialization terhadap Financial

Knowledge

Purposive financial socialization dapat dilihat dengan keadaan

financial knowledge seseorang (Gudmunson & Danes, 2011). Sebuah

keluarga yang dengan sengaja memberikan pengetahuan-pengetahuan tentang

finansial dalam keluarganya akan menciptakan seseorang yang pandai tentang

masalah keuangan. Hal tersebut terjadi karena orang tersebut telah terbiasa di

dalam lingkungan keluarganya untuk membicarakan masalah finansial, untuk

mendengarkan istilah-istilah finansial, dan semakin banyak mengetahui

tentang keuangan dibandingkan dengan orang yang di rumah tidak dibiasakan

mendengarkan hal-hal finansial, melakukan tindakan-tindakan finansial, atau

bahkan tidak diajarkan sama sekali oleh orangtuanya tentang aspek-aspek

finansial yang penting untuk diketahui. Oleh karena itu, penting bagi setiap

anggota dalam keluarga melakukan purposive financial socialization agar

dapat meningkatkan financial knowledge setiap individu dalam keluarga.

Social learning theory mengungkapkan bahwa pengetahuan seseorang

dipengaruhi oleh lingkungan sekitar tempat orang tersebut berasal (Bandura,

1986). Dalam penelitian ini lingkungan sekitar yang memberikan pengaruh

dalam hal keuangan adalah keluarga.

Menurut Solheim et al (2011) yang mengatakan bahwa pengetahuan

tentang savings dan cara mengelola uang termasuk menggunakan credit

diperoleh dari orangtua. Hal ini menyebabkan orangtua harus bisa

Page 15: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Family Financial Socialization · indikator terbentuknya family interaction and relationship yang baik dalam sebuah keluarga, yaitu dengan menggunakan analisa

22 Universitas Kristen Petra

memberikan dan mengajarkan financial knowledge agar pengembangan ilmu

keuangan anak dapat terbentuk dengan baik.

2.2.5. Pengaruh Financial Attitude terhadap Financial Behavior

Financial attitude merupakan sikap yang mengacu pada perasaan

tentang keuangan pribadi seseorang yang dapat diukur dengan memberikan

tanggapan atas pertanyaan atau opini (Marsh, 2006). Financial behavior

mengacu pada perilaku seseorang dan kaitannya dengan keuangan pribadi

yang dapat diukur dengan tindakan keuangan orang tersebut.

Menurut Furnham (1984), financial attitude akan dapat dilihat dari

cara seseorang menghabiskan, menyimpan, dan melakukan pemborosan

uangnya. Ketika seseorang merasa nyaman dengan sikapnya sehari-hari,

orang tersebut akan semakin mudah untuk mengambil keputusan dengan

tindakan yang baik juga karena orang tersebut telah terbiasa memiliki sikap

yang baik (Gudmunson & Danes, 2011). Ketika seseorang dihadapkan

dengan sebuah masalah keuangan dan dipaksa untuk membuat keputusan

keuangan yang penting bagi masa depannya, orang tersebut membutuhkan

sikap yang baik untuk memikirkan keputusan terbaik yang harus di ambil

dalam menyelesaikan masalah tesebut. Saat keputusan telah dipikirkan

dengan matang hingga menemukan jalan keluar yang terbaik, orang tersebut

telah memiliki sikap keuangan yang baik hingga perilaku yang dihasilkan

menjadi baik juga (Thaler & Sunstein, 2008).

2.2.6. Pengaruh Financial Attitude terhadap Financial Well-Being

Pada penelitian yang dilakukan oleh Consumer Financial Protection

Bureau (2015), mengatakan bahwa tingkah laku, kebiasaan, dan sikap

finansial yang diajarkan sejak dini dapat sangat kuat mempengaruhi financial

well-being. Seseorang yang memiliki financial attitude yang baik berarti

memiliki pola pandang yang baik terhadap keuangan. Dewasa dalam

menyikapi masalah-masalah keuangan serta pengambilan keputusan yang

bertanggung jawab untuk setiap keputusan keuangan yang dilakukannya.

Dewasa dalam membedakan kebutuhan yang sangat mendesak atau hal

tersebut hanya merupakan keinginan saja. Selain itu, seseorang harus

memiliki kepercayaan diri bahwa keputusan keuangan yang dilakukannya

Page 16: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Family Financial Socialization · indikator terbentuknya family interaction and relationship yang baik dalam sebuah keluarga, yaitu dengan menggunakan analisa

23 Universitas Kristen Petra

merupakan hal yang berguna bagi keadaan keuangannya di masa depan, serta

merasa nyaman karena mengerti dengan baik cara untuk melakukan tindakan

keuangan secara efektif demi meningkatkan kesejahteraan finansialnya di

masa depan.

2.2.7. Pengaruh Financial Knowledge terhadap Financial Behavior

Menurut Hogarth (2006), sebagian besar penelitian menemukan

bahwa banyaknya informasi keuangan yang diperoleh seseorang, maka akan

mengubah financial behavior orang tersebut. Semakin banyak financial

knowledge yang didapatkan maka akan semakin mempengaruhi financial

behavior seseorang secara positif. Financial knowledge tidak hanya mampu

membuat seseorang menggunakan uang secara lebih bijak, tetapi juga mampu

memberi manfaat pada perekonomian orang tersebut. Dengan kata lain,

seseorang yang memiliki financial knowledge yang baik, akan mampu

membuat orang tersebut mengelola keuangannya dengan baik dan pada

akhirnya akan memiliki financial behavior yang baik juga berdasarkan

pengetahuan yang dimilikinya.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lundberg & Mulaj (2014).

Lundberg & Mulaj (2014) menemukan bahwa orang yang memiliki financial

knowledge yang rendah akan cenderung lebih buruk dalam hal melakukan

saving, credit, investment, serta perencanaan pendanaan hari tuanya.

Seseorang yang memiliki financial knowledge rendah akan memiliki financial

behavior yang negative juga seperti meminjam dengan suku bunga yang

tinggi dan meminjam di sumber manapun tanpa memikiran risiko yang di

hadapi. Hal yang diperhatikan hanyalah mendapatkan pinjaman untuk

mendanai kebutuhannya.

2.2.8. Pengaruh Financial Knowledge terhadap Financial Well-Being

Menurut Woodyard & Robb (2012), financial knowledge merupakan

hal yang paling penting dalam mengukur financial well-being seseorang.

Menurut consumer financial protection bureau (2015), Financial knowledge

merupakan pengetahuan yang berdasarkan pengetahuan faktual tentang

konsep keuangan tertentu atau sebagai tingkat numerik tertentu. Menurut

Lundberg & Mulaj (2014), pada era krisis ekonomi tahun 2008, seseorang

Page 17: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Family Financial Socialization · indikator terbentuknya family interaction and relationship yang baik dalam sebuah keluarga, yaitu dengan menggunakan analisa

24 Universitas Kristen Petra

yang memiliki tingkat financial knowledge yang rendah akan mempengaruhi

financial well-being orang tersebut.

Seseorang yang memiliki financial knowledge tinggi akan lebih

pandai dalam menentukan keputusan-keputusan ekonominya. Ketika

seseorang pandai menentukan keputusan keuangan dengan pengetahuan

keuangan yang dimilikinya, maka peluang seseorang untuk merasakan

financial well-being akan lebih besar. Seperti contoh pada krisis 2008, fakta

membuktikan bahwa seseoramg dengan tingkat financial knowledge yang

lebih tinggi akan lebih mampu mempertahankan keadaan finansialnya dan

lebih mampu mengembalikan keadaan perekonomiannya seperti semula

dibandingkan dengan seseorang yang memiliki financial knowledge yang

rendah (Lundberg & Mulaj, 2014).

2.2.9. Pengaruh Financial Behavior terhadap Financial Well-Being

Financial behavior dapat menjadi prediktor tingkat financial well-

being seseorang secara objektif (Gudmunson & Danes, 2011). Contoh

indikator objektif yang dimaksud adalah tingkat pendapatan dan tabungan,

selain itu kepemilikan aset, rasio finansial, dan laporan peminjaman juga dapat

menjadi indikator objektif. Seberapa besar pendapatan yang diperoleh

responden, serta berapa banyak tabungan yang dimilikinya (Gudmunson &

Danes, 2011).

Ketika seseorang memiliki financial behavior yang baik, maka orang

tersebut akan mampu merencanakan keuangan pribadinya dengan baik,

membayar tagihan tepat waktu agar terhindar dari denda atau bunga bank, serta

menabung dan berinvestasi sejak dini, maka orang tersebut akan menjadi lebih

sejahtera dibandingkan dengan orang yang tidak mampu merencanakan

keuangannya dan memiliki hutang dimana-mana (Gutter & Copur, 2011).

Page 18: 2. TEORI PENUNJANG 2.1. Family Financial Socialization · indikator terbentuknya family interaction and relationship yang baik dalam sebuah keluarga, yaitu dengan menggunakan analisa

25 Universitas Kristen Petra

2.3. Kerangka Berpikir

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

Sumber : Gudmunson & Danes (2011)

Dengan Berbagai Modifikasi

2.4. Hipotesa

H1: Family Interaction and Relationship berpengaruh signifikan terhadap

Financial Attitude.

H2: Family Interaction and Relationship berpengaruh signifikan terhadap

Financial Knowledge.

H3: Purposive Financial Socialization berpengaruh signifikan terhadap Financial

Attitudes.

H4: Purposive Financial Socialization berpengaruh signifikan terhadap Financial

Knowledge.

H5: Financial Attitudes berpengaruh signifikan terhadap Financial Behavior.

H6: Financial Attitudes berpengaruh signifikan terhadap Financial Well-Being.

H7: Financial Knowledge berpengaruh signifikan terhadap Financial Behavior.

H8: Financial Knowledge berpengaruh signifikan terhadap Financial Well-Being.

H9: Financial Behavior berpengaruh signifikan terhadap Financial Well-Being.

Purposive

Financial

Socialization

Family

Interaction and

relationship Financial

Attitude

Financial

Behavior

Financial

Well-Being

Financial

Knowledge