Penerapan Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)

75
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah kebutuhan manusia di sepanjang hidupnya. Tanpa pendidikan, manusia akan sulit berkembang dan menjadi terbelakang. Dengan pendidikan, manusia dapat diarahkan menjadi lebih baik dan berkualitas. Pendidikan akan terus dilakukan karena pendidikan tidak mengenal waktu dan merupakan proses yang terus berjalan sepanjang hidup manusia. Upaya peningkatan mutu pendidikan haruslah dilakukan dengan menggerakan seluruh komponen yang menjadi subsistem dalam suatu mutu pendidikan. Salah satu subsistem yang paling menentukan dalam peningkatan mutu pendidikan adalah faktor guru. Guru adalah ujung tombak pendidikan, sebab guru secara langsung mempengaruhi, membina, dan mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi manusia yang cerdas, 1

description

Penerapan Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)

Transcript of Penerapan Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Pendidikan adalah kebutuhan manusia di sepanjang hidupnya. Tanpa

pendidikan, manusia akan sulit berkembang dan menjadi terbelakang. Dengan

pendidikan, manusia dapat diarahkan menjadi lebih baik dan berkualitas.

Pendidikan akan terus dilakukan karena pendidikan tidak mengenal waktu

dan merupakan proses yang terus berjalan sepanjang hidup manusia.

Upaya peningkatan mutu pendidikan haruslah dilakukan dengan

menggerakan seluruh komponen yang menjadi subsistem dalam suatu mutu

pendidikan. Salah satu subsistem yang paling menentukan dalam peningkatan

mutu pendidikan adalah faktor guru. Guru adalah ujung tombak pendidikan,

sebab guru secara langsung mempengaruhi, membina, dan mengembangkan

kemampuan siswa agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral.

Guru harus mempunyai kemampuan dasar yang diperlukan sebagai pendidik

dan pengajar. Sebagai pengajar, paling tidak guru harus menguasai bahan

yang diajarkannya dan terampil dalam hal mengajarkannya.

Proses pembelajaran yang diterapkan guru saat ini masih monoton,

dimana guru hanya mentransfer ilmunya tanpa mempertimbangkan aspek

intelegensi dan aspek kesiapan siswa, akibatnya siswa mengalami depresi

mental, seperti kebosanan, dan mengantuk. Disamping itu fenomena yang

sering diperlihatkan oleh siswa dapat melupakan suatu materi pelajaran

1

meskipun materi tersebut baru diajarkan. Sehingga untuk materi selanjutnya

sulit untuk dipahami, disamping itu siswa kurang mampu melibatkan diri

secara aktif dalam proses belajar mengajar.

Seorang guru yang profesional dituntut untuk dapat menampilkan

keahliannya sebagai guru di depan kelas. Komponen yang harus dikuasai

adalah menggunakan bermacam–macam model pembelajaran yang bervariasi

sehinggga dapat menarik minat belajar siswa. Guru tidak hanya cukup dengan

memberikan ceramah di depan kelas. Hal ini tidak berarti bahwa metode

ceramah tidak baik, melainkan pada suatu saat siswa akan menjadi bosan

apabila hanya guru sendiri yang berbicara, sedangkan mereka duduk diam

mendengarkan. Kebosanan dalam mendengarkan uraian guru dapat

mengurangi semangat belajar siswa. Selain itu ada pokok bahasan yang

memang kurang tepat untuk disampaikan melalui metode ceramah dan lebih

efektif melalui metode lain. Oleh karena itu, guru perlu menguasai berbagai

model pembelajaran pada pendidikan modern sekarang ini.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika di SMP

Negeri 07 Kota Bima, penulis mendapatkan informasi bahwa hasil belajar

matematika di SMP N 07 Kota Bima masih rendah. Selain itu, penulis juga

telah melakukan pengamatan terhadap beberapa kelas pada saat kegiatan

pembelajaran matematika, pada saat KBM berlangsung masih banyak siswa

yang kurang memperhatikan penjelasan guru di depan, entah itu karena tidak

memahami apa yang disampaikan atau sudah mengerti apa yang disampaikan,

sehingga tidak heran jika hanya beberapa saja siswa yang mendengarkan.

2

Rata-rata siswa dalam kelas tersebut memliki daya serap yang berbeda, oleh

karenanya guru tidak bisa memberikan perlakuan yang sama terhadap setiap

siswa. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut peneliti coba untuk

menerapkan model pembelajaran ATI, yang mana model pembelajaran ATI

ini akan memberikan perlakuan yang berbeda kepada masing-masing siswa

dengan melihat tingkat kemampuannya, yaitu tinggi, sedang dan rendah.

Hasil belajar siswa pada saat pemberian tugas masih tergolong rendah.

Beberapa kendala lain yang mengakibatkan hasil belajar matematika belum

mencapai taraf yang diharapkan adalah kurangnya motivasi untuk belajar

matematika.

Kendala lain adalah siswa cepat lupa materi yang diajarkan karena

kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep yang diajarkan serta seringnya

matematika dianggap oleh siswa sebagai mata pelajaran yang sulit untuk

dipahami konsep-konsepnya. Selain itu perlakuan yang diberikan oleh guru

kepada siswa tidak memperhatikan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh

siswa terebut, karena pada dasarnya siswa memiliki kemampuan yang

berbeda-beda mulai dari tingkat tinggi, sedang dan rendah.

Beberapa kendala di atas timbul dikarenakan proses belajar yang

masih menyamakan perlakuan-perlakuan dalam pembelajaran yang tidak

disesuaikan dengan perbedaan kemampuan siswa. Untuk mengakomodasi

perbedaan individual siswa dalam pembelajaran dalam rangka

mengoptimalkan prestasi akademik/hasil belajar maka dikembangkanlah

model-model pembelajaran yang menekankan pada pentingnya penyesuaian

3

pembelajaran dengan perbedaan individual siswa. Salah satu dari model-

model tersebut adalah Aptitude Treatment Interaction (ATI) yaitu suatu

model pembelajaran yang menekankan pada penyesuaian pembelajaran

(treatment) dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis bermaksud untuk

melakukan suatu penelitian dalam bentuk penelitian tindakan kelas dengan

judul “Penerapan Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction

(ATI) Untuk Menigkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Operasi

Aljabar pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 07 Kota Bima Tahun

Pelajaran 2014 / 2015.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasikan

masalah-masalah berikut:

1. Pelajaran matematika dianggap pelajaran yang sulit dan menakutkan

dalam tiap proses pembelajarannya.

2. Seorang guru harus trampil menerapkan suatu metode pembelajaran pada

suatu materi pelajaran yang akan disampaikan.

3. Dalam pembelajaran kooperatif ada berbagai macam model pembelajaran

dan tidak setiap model dalam pembelajaran kooperatif dapat diterapkan

pada setiap materi pelajaran matematika.

4

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Penerapan

Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dapat

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Operasi aljabar Pada Siswa

Kelas VIII A SMP Negeri 07 Kota Bima Tahun Pelajaran 2014 / 2015 ?”

D. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan

penelitian ini adalah “Untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa

kelas VIII A SMP Negeri 07 Kota Bima dengan penggunaan model

pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian ini, SMP Negeri 07 Kota Bima diharapkan

dapat lebih mengembangkan metode pembelajaran yang bervariasi sesuai

dengan kondisi lingkungan sendiri agar hasil belajar siswa menjadi lebih

baik.

2. Bagi Guru

Sebagai masukan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam upaya

memilih dan mengembangkan strategi pembelajaran yang bervariasi untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa.

5

3. Bagi Peserta Didik

Pembelajaran dengan menggunakan cara-cara yang kreatif dan menarik

mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

4. Bagi Peneliti

Sebagai salah satu sumber informasi yang dapat dijadikan masukan bagi

semua pihak atau bagi peneliti selanjutnya yang berkecimpung dalam

dunia pendidikan dan pembelajaran, khususnya dalam dunia pendidikan

matematika, sehingga dapat ditempuh suatu kebijakan dalam upaya

meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik.

F. Batasan Masalah

Pendataan yang diambil dalam penelitian ini terbatas pada hal-hal yang

ada hubungannya dengan peningkatan hasil belajar matematika karena

keterbatasan waktu dan supaya penelitian dapat dilakukan lebih mendalam.

Untuk itu peneliti memberi batasan sebagai berikut :

1. Model pembelajaran ATI merupakan salah satu model pembelajaran yang

digunakan peneliti dalam melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh

mana hasil belajar siswa kelas VIII A SMP N 07 Kota Bima Tahun

pelajaran 2014/2015.

2. Operasi Bentuk Aljabar merupakan materi ajar yang digunakan peneliti

untuk mengaplikasikan model pembelajaran ATI.

6

3. Siswa kelas VIII A SMP N 07 Kota Bima merupakan subjek peneltian

yang dipilih oleh peneliti guna untuk meneliti bagaimana penerapan model

pembelajaran ATI dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

G. Devinisi Operasional Variabel ( DOV ).

Supaya nantinya tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda dalam

penelitian ini maka perlu diberikan penjelasan mengenai variabel-variabel yang

terdapat didalam judul penelitian ini sebagai berikut :

1. Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)

Menurut Nurdin (2005: 37) secara subtantif dan teoritik “Aptitude

Treatment Interaction (ATI)” dapat diartikan sebagai suatu

konsep/pendekatan yang memiliki sejumlah strategi pembelajaran yang

efektif digunakan untuk individu tertentu sesuai dengan kemampuan

siswa, yang selanjutnya atas dasar asumsinya bahwa optimalisasi prestasi

akademik/hasil belajar dapat dicapai melalui penyesuaian antara

pembelajaran dengan perbedaan kemampuan siswa. Menurut Al-Qardlawi

(2000: 58 dan 164), mengatakan bahwa guru yang professional adalah

yang memberikan ilmu dan memperhatikan kemampuan siswa sesuai

dengan perkembangan mereka dan menurut ukuran yang sesuai, dan bisa

dimanfaatkan sesuai dengan tuntutan zaman yang dihadapi anak didiknya.

Model pendekatan ATI sebagai sebuah pendekatan yang berusaha

mencari dan menemukan perlakuan–perlakuan (treatments) yang sesuai

dengan perbedaan kemampuan (aptitude) peserta didik, yaitu perlakuan

yang secara optimal efektif diterapkan oleh siswa yang berbeda tingkat

7

kemampuannya.

Berdasarkan pemahaman yang diterapkan diatas bahwa proses

pembelajaran akan berjalan dengan baik jika guru dapat melihat perbedaan

kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa dalam kelas, sehingga tidak

menimbulkan perbedaan pemahaman dan daya serapa antara masing-

masing siswa tersebut. Sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan melalui

penerapan model pembelajaran ATI.

2. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang dicapai oleh

seseorang, perubahan-perubahan tersebut diukur dan diniliai yang

kemudian diwujudkan dalam angka atau pertanyaan (Djamarah, 2003 :

34). Sedangkan menurut (Roestiyah 2011 : 125), Hasil belajar merupakan

kemampuan yang diraih oleh siswa dalam proses pembelajaran

berdasarkan hasil evaluasi yang merupakan konsepsi prilaku abstarak

didalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang

dianggap buruk.Hasil belajar merupakan suatu proses perubahan relatif

tetap dalam prilaku individu. Perubahan prilaku sangat dipengaruhi oleh

kondisi biologis dan psikologis seorang siswa sehingga perlunya guru

memahami kondisi siswa tersebut, apabila ingin mendapat prestasi belajar

yang maksimal.

Berdasarkan pemahaman diatas maka dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah perubahan yang dialami oleh siswa setelah melakukan

proses pembelajaran yang berdasarkan hasil evaluasi yang kemudian nanti

8

akan diwujudkan dalam angka atau pertanyaan. Hasil belajar juga akan

dipengaruhi oleh kondisi biologis dan psikologis seorang siswa sehingga

sangatperlu adanya seorang guru untuk memahami kondisi tersebut dalam

memperlakukan siswa setiap proses KBM, sehingga hasil belajar siswa

menjadi lebih baik.

3. Operasi Aljabar

Bentuk Aljabar adalah suatu bentuk matematika yang dalam

penyajiannya memuat huruf-huruf untuk mewakili bilangan yang belum

diketahui. Bentuk aljabar dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan

masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal-hal yang tidak diketahui seperti

banyaknya bahan bakar minyak yang dibutuhkan sebuah bis dalam tiap

minggu, jarak yang ditempuh dalam waktu tertentu, atau banyaknya

makanan ternak yang dibutuhkan dalam 3 hari, dapat dicari dengan

menggunakan aljabar. (Bukhari, 2005 : 56 ), Sedangkan menurut (Sukino,

2006 : 5) bentuk aljabar adalah penyelasian bentuk matematika dengan

menggunakan bentuk huruf-huruf dalam pengoprasiannya, yang mana

operasi aljabar terdiri dari penjumlahan, pengurangan, perkalian,

pembagian dan perpangkatan.

Berdasarkan pemahan diatas maka dapat disimpulkan bahwa

operasi aljabar adalah suatu bentuk matematika yang dalam penyajiannya

menggunakan huruf-huruf untuk mewakili nilai yang belum diketahui

dengan melalui operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian

dan perpangkatan bentuk aljabar.

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika

Belajar tidak asing lagi di telinga kita, bahkan belajar dapat ditemukan

dalam berbagai aktivitas manusia sehari-hari. Proses belajar terjadi karena

adanya interaksi peserta didik dengan lingkunganya. Proses belajar juga

memerlukan metode yang tepat. Penggunaan metode belajar yang tepat

sangat penting bagi guru dan siswa, karena dengan metode belajar yang tepat

akan memungkinkan seorang siswa menguasai ilmu dengan lebih muda dan

lebih cepat selesai dengan kapasitas tenaga dan pikiran yang dikeluarkan.

Dengan demikian, siswa akan terhindar dari beban pikiran yang berat dalam

mempelajari suatu mata pelajaran. Belajar banyak diartikan dan didefenisikan

oleh para ahli dengan rumusan dan kalimat yang berbeda, namun pada

hakikatnya prinsip dan tujuannya sama.

Menurut morgan (Suprijono, 2009: 3) menyebutkan bahwa “Belajar

adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari

pengalaman”. Selanjutnya menurut Gagne (Dimiyati & Mudjiono, 2009: 10)

mengatakan bahwa “Belajar adalah seperangkat proses kognitf yang

mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengelolaan informasi,

menjadi kapabilitas baru.”Sedangkan menurut (Slameto, 2003 : 3)

mengatakan bahwa “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru secara

10

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkunganya.”

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, dimana

mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar

dilakukan oleh peserta didik atau murid (Sagala, 2005 : 61). Selain itu

pembelajaran adalah sesuatu yang dibuat oleh siswa, bukan untuk siswa

dengan kata lain suatu pembelajaran akan berlangsung dengan adanya

kesiapan dan kematangan dari siswa itu sendiri. Pembelajaran pada dasarnya

merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan

kegiatan belajar.

Para ahli mengatakan bahwa matematika memiliki beberapa definisi

sebagai berikut :

1. Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan.

2. Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan

penemuan.

3. Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah.

4. Matematika sebagai alat berkomunikasi.

Definisi matematika tersebut menegaskan bahwa Pembelajaran

matematika sangat diperlukan karena terkait dengan penanaman konsep pada

peserta didik. Peserta didik itu yang nantinya ikut andil dalam pengembangan

matematika lebih lanjut ataupun dalam mengaplikasikan matematika dalam

kehidupan sehari-hari.

11

Beberapa pendapat tentang Pembelajaran matematika yang dipaparkan

diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran matematika

merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru,

sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik, yang mana proses

pembelajaran itu tidak dibuat untuk siswa melainkan dibuat oileh siswa

tersebut, sehingga dalam pembelajaran matematika siswa akan mengetahui

pola dan hubungan antara hal-hal yang dialamai dengan apa yang dipelajari,

selain itu juga pembelajaran matematika akan menjadikan siswa lebih kreativ

dan memiliki imajinasi yang luas untuk menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan matematika.

B. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang dicapai oleh

seseorang, perubahan-perubahan tersebut diukur dan diniliai yang kemudian

diwujudkan dalam angka atau pertanyaan (Djamarah, 2003 : 34).

Ditambahkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang mengakibatkan

perubahan dalam diri individu sebagai hasil aktivitas dalam belajar. Dalam

tujuan pembelajaran tersirat harapan bahwa setelah pelaksanaan proses

belajar mengajar, terjadi perubahan tingkah laku terhadap siswa yang

meliputi tiga element yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik, yaitu

merupakan hasil belajar bagi siswa. Ranah kognitif yang dikembangkan

belum meliputi pengetahuan, pemahaman, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh seorang siswa

setelah mengikuti proses belajar matematika dalam kurun waktu tertentu. 12

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai bahan

pelajaran, maka diperlukan suatu alat ukur berupa tes yang hasilnya

merupakan salah satu indikator keberhasilan siswa yang dicapai dalam usaha

belajarnya. Dengan demikian hasil belajar matematika siswa yang

dimaksudkan adalah nilai yang diperoleh siswa dalam bidang studi

matematika selama mengikuti proses belajar mengajar.

Berdasarkan pemahaman diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

matematika yang dimaksud adalah perubahan-perubahan yang dicapai oleh

seorang siswa setelah mengikuti pelajaran matematika, yang meliputi tiga

element yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

C. Pengertian Model Pembelajaran

Secara umum istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual

yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam

pengertian lain, model juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari

benda yang sebenarnya. Seperti globe adalah model dari bumi tempat kita

berpijak. Sedangkan pembelajaran yang menurut Driscoll (Slavin, 2008 :

179) didefinisikan sebagai perubahan dalam diri seseorang yang disebabkan

oleh pengalaman. Menurut (Winataputra, 2006 : 140 ) menyatakan ”Model

pembelajaran adalah Kerangka Konseptual yang melukiskan prosedur

sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang

pengajaran dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar-

mengajar”.13

Model-model pembelajaran dikembangkan utamanya beranjak dari

adanya perbedaan berkaitan dengan berbagai karakteristik siswa. Karena

siswa memiliki berbagai karakteristik kepribadian, kebiasaan-kebiasaan,

modalitas belajar yang bervariasi antara individu satu dengan yang lain, maka

model pembelajaran juga harus tidak terpaku hanya pada model tertentu, akan

tetapi harus bervariasi. Di samping didasari pertimbangan keragaman siswa,

pengembangan berbagai model pembelajaran juga dimaksudkan untuk

menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa, agar mereka tidak

jenuh dengan proses belajar yang berlangsung. Joyce (Trianto, 2010: 22)

mengatakan bahwa model pembelajaran adalah:“suatu perencanaan atau suatu

pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di

kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-

perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer,

kurikulum, dan lain-lain.” Sedangkan Menurut (Aunurahman, 2009 : 146)

mengatakan bahwa Model pembelajaran adalah:“Perangkat rencana atau pola

yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta

membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau di tempat-tempat lain yang

melaksanakan aktivitas-aktivitas pembelajaran.”

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka dapat diartikan bahwa

model pembelajaran adalah suatu perangkat pembelajaran yang melukiskan

pembelajaran di kelas yang sistematis untuk mencapai tujuan belajar tertentu.

selain itu juga model pembelajaran juga diciptakan karena melihat tingkat

kemampuan yang dimiliki oleh siswa berbeda-beda dan daya serap yang

14

berbeda, sehingga seorang pengajar memerlukan model-model yang tepat

untuk melakukan proses KBM.

D.   Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)

1. Pengertian Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)

Aptitude Treatment Interaction (ATI) terdiri atas 3 kata, yaitu

aptitude Artinya kecerdasan atau kemampuan, treatment artinya perlakuan

dan interaction artinya interaksi.

Model pendekatan ATI sebagai sebuah pendekatan yang berusaha

mencari dan menemukan perlakuan–perlakuan (treatments) yang sesuai

dengan perbedaan kemampuan (aptitude) peserta didik, yaitu perlakuan

yang secara optimal efektif diterapkan oleh siswa yang berbeda tingkat

kemampuannya. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar yang diperoleh

siswa dipengaruhi oleh kondisi pembelajaran yang dikembangkan oleh

guru didalam kelas. Dengan demikian semakin cocok dengan metode

pembelajaran yang diterapkan oleh guru dengan melihat perbedaan

kemampuan siswa maka semakin optimal hasil belajar yang dicapai.

Menurut ( Nurdin, 2005:39 ) menyatakan ”Model Pembelajaran

ATI (Aptitude Treatment Interaction) bertujuan untuk menciptakan dan

mengembangkan suatu model pembelajaaran yang betul-betul peduli dan

memperhatikan keterkaitan antara kemampuan (aptitude) seseorang

dengan pengalaman belajar atau secara khas dengan metode pembelajaran

(treatment)”. Sejalan dengan pengertian di atas, Cronbach (Nurdin, 2005:

37-38) mengemukakan bahwa: “ATI didefenisikan sebagai sebuah model 15

pembelajaran yang berusaha mencari dan menemukan perlakuan-

perlakuan yang cocok dengan perbedaan kemampuan siswa, yaitu

perlakuan yang secara optimal efektif diterapkan untuk siswa yang

berbeda tingkat kemampuannya”.

Dilihat dari pendapat tersebut, maka yang dimaksud dengan

Aptitude Treatment Interaction (ATI) adalah sebuah model pembelajaran

yang menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik kemampuan siswa,

sehingga model pembelajaran tersebut efektif digunakan untuk individu

tertentu sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Keberhasilan model pendekatan ATI mencapai tujuan dapat

dilihat dari sejauh mana terdapat kesesuaian antara perlakuan-

perlakuan (treatment) yang telah diimplementasikan dalam

pembelajaran dengan kemampuan (aptitude) siswa.

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction

(ATI)

Aptitude Treatment Interaction (ATI) merupakan sebuah model

pendekatan dalam pembelajaran yang berupaya sedemikian rupa untuk

menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik siswa, dalam rangka

mengoptimalkan hasil belajar (Nurdin, 2005: 41-42).

Aptitude Treatment Interaction (ATI) terdiri dari empat tahapan,

sebagai berikut (Nurdin, 2005: 42-43):

16

a. Treatment awal

Pemberian perlakuan awal terhadap siswa dengan menggunakan

aptitude testing perlakuan ini dimaksudkan untuk menentukan dan

menetapkan klasifikasi kelompok siswa berdasarkan tingkat

kemampuan dan sekaligus juga untuk mengetahui potensi kemampuan

masing-masing siswa dalam menghadapi informasi/pengetahuan atau

kemampuan-kemampuan yang baru.

b. Pengelompokan siswa

Pengelompokan siswa yang didasarkan pada hasil aptitude testing.

Siswa di dalam kelas diklasifikasi menjadi tiga kelompok yang terdiri

dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

c. Memberikan perlakuan (treatment)

Memberikan perlakuan (treatment) kepada masing–masing

kelompok siswa (tinggi, ssedang, dan rendah) dalam bentuk proses

pembelajaran.

1) Bagi kelompok siswa yang memiliki kemampuan (aptitude)

tinggi, perlakuan (treatment) yang diberikan adalah belajar

mandiri (self learning) dengan menggunakan modul plus yaitu

belajar secara mandiri melalui modul dan buku-buku teks yang

relevan dimana siswa belajar di perpustakaan. Untuk

Pembelajaran berlangsung dengan baik siswa diawasi oleh guru

matematika serta seorang teman peneliti. Pemilihan belajar

melalui modul didasari anggapan bahwa siswa akan belajar

17

lebih baik jika mereka dilakukan dengan cara sendiri yang

terfokus langsung pada penguasaan tujuan khusus atau seluruh

tujuan. Modul bisa berisi berbagai macam kegiatan belajar dan

dapat menggunakan berbagai media untuk lebih mengefektifkan

proses belajar mengajar. Melalui modul siswa dapat

mengembangkan dan meningkatkan potensinya sendiri. Menurut

(Suryosubroto, 2003:14) menyatakan bahwa ”Dengan

menggunakan sebagai suatu sistem penyampaian pengajaran

memungkinkan anak untuk belajar sendiri tanpa terlalu

bergantung pada guru dan siswa belajar sendiri sesuai dengan

kemampuannya”.

2) Bagi kelompok siswa berkemampuan sedang dan rendah

diberikan pembelajaran reguler (reguler teaching) dimana siswa

mengikuti pelajaran seperti biasa yaitu seperti kegiatan

pendahuluan yakni memberikan motivasi, menjelaskan tujuan

pembelajaran. Kegiatan inti yaitu menyajikan pelajaran dengan

menggunakan alat dan sumber belajar yang relevan, mengadakan

tanya jawab, latihan dan memberikan tugas. Kegiatan penutup

dengan menyimpulkan pelajaran serta memberi tindak lanjut.

3) Bagi kelompok siswa yang memiliki kemampuan rendah

diberikan special treatment, yaitu berupa pembelajaran dalam

bentuk re-teaching atau tutorial. Perlakuan (treatment) diberikan

setelah kelompok ini bersama-sama kelompok sedang mengikuti

18

pelajaran secara reguler (reguler teaching) dengan tambahan

jam belajar berupa pembelajaran tutorial dimana kegiatan

pembelajaran meliputi mengulang pembelajaran yang telah

diberikan, membahas soal-soal, memberikan semangat dan

motivasi. Pembelajaran pada kelompok ini dilakukan diluar jam

belajar sekolah dalam bentuk mengajarkan kembali materi yang

diberikan pada pagi hari (bersama kelompok sedang) sehingga

siswa dapat lebih menguasai materi pelajaran yang diberikan. Hal

ini dimaksudkan agar secara psikologis siswa berkemampuan

rendah tidak merasa diperlakukan sebagai siswa nomor dua di

kelas. Re-teaching dan tutorial dipilih sebagai perlakuan khusus

(special treatment) untuk kelompok ini yang didasarkan pada

pertimbangan bahwa siswa berkemampuan rendah lambat dan

sulit dalam memahami dan menguasai bahan pelajaran.

d. Tes Prestasi (Achievement test)

Setelah pembelajaran berakhir dengan menggunakan berbagai

perlakuan (treatment) yang diidentifikasi sebelumnya kemudian

dilakukan postes kepada ketiga kelompok siswa (tinggi, sedang, dan

rendah). Skor/nilai postes yang dicapai siswa pada akhir pembelajaran

akan dijadikan bahan analisis untuk mendapatkan tingkat keberhasilan

(efektifitas) pengembangan model pembelajaran ATI.

19

E. Materi Operasi Hitung Bentuk Aljabar

1. Pengertian Koefisien, Variabel, Konstanta, Suku Satu, Suku Dua dan Suku

Tiga.

Pada operasi penjumlahan dan pengurangan bagian yang dapat

dijumlahkan atau dikurangkan disebut suku. Berikut akan dibahas

sukubanyak atau polinom yang merupakan gabungan dari koofisien dan

variabel yang ditulis dalam bentuk aljabar. ( Sukino, 2006 : 2 )

i. Bentuk αx (dengan α ≠ 0 )

Bentuk ini dinamakan suku satu atau suku tunggal berderajat satu

dengan variabel x dan koofisien α

ii. Bentuk αx+b (dengan α ≠ 0¿

Bentuk ini dinamakan suku dua atau binom berderajat satu dengan satu

varibel. Dua buah suku yang berbeda adalah αx dan b

iii.Bentuk αx2 + bx+c ¿dengan α ≠ 0¿

Bentuk ini dinamakan sukubanyak (polinom) berderajat dua dengan

satu variabel. Bentuk ini secara khusus disebut suku tiga atautrinom

berderajat dua dengan satu variabel. Tiga buah suku yang berbeda, yaitu

; αx2, bx dan konstantac.

iv. Bentuk αx2y + bxy2 + c

20

Bentuk ini dinamakan suku banyak atau trinom berderajat dua dengan

dua variabel. Nama khusus bentuk ini adalah suku tiga atau trinom

berderajat dua dengan dua variabel. Tiga buah suku yang berbeda, yaitu

; αx2y, bxy2 dan c. ( Sukino, 2006 : 2 )

Contoh :

Sebutkan jenis sukubanyak berikut ini dan tulislah suku-suku yang

berbeda dalam sukubanyak tersebut.

1. 4x2 – 2 + 3x

2. 4x + 3

Jawab :

1. 4x2 – 2 + 3x disebut suku tiga atau trinom berderajat dua dengan

satu variabel. Tiga suku yang berbeda adalah 4x2, 3x dan -2

2. 4x + 3 disubut suku dua atau binom berderajat satu dengan satu

variabel. Dua suku yang berbeda adalah 2 dan 4x.

a. Penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar

Operasi penjumlahan dan pengurangan dapat diselesaikan jika

memiliki suku yang sama atau sejenis. Operasi penjumlahan dan

pengurangan dapat diselesaikan dengan menggunakan sifat-sifat berikut ini

:

1. Sifat Komutatif

21

a + b = b + a , dengan a dan b bilangan riil

2. Sifat Assosiatif

( a + b ) + c = a + ( b + c ) , dengan a, b dan c bilangan riil

3. Sifat Distributif

a ( b + c ) = ab + ac , dengan a, b dan c bilangan riil.

( Sukino, 2006 : 2 )

Contoh :

Sederhanakan bentuk sukubanyak berikut ini !

1. 6x + 5x

2. ( 7 + 2x ) – ( 4x – 3 )

3. 4x2 – 5x2 dan 2x + 2 – 7x

4. x2 + 7x dari 3x2 – 5x – 10

Jawab :

1. 6x + 5x = ( 6 + 5 )x ( sifat distributif)

= 11x

2. ( 7 + 2x ) – ( 4x – 3 ) = 7 + 2x – 4x – (-3)

= 7 + 2x – 4x + 3

= 10 + (2 – 4)x

= 10 – 2x

22

3. 4x2 – 5x2 + 2x + 2 – 7x = 4x2 – 5x2 + 2x – 7x + 2

= (4x2 – 5x2) + (2x – 7x) + 2

= (4 – 5 )x2 + (2 – 7)x + 2

= - x2 – 5x + 2

4. (3x2 – 5x – 10 ) – ( x2 + 7x – 6 ) = ( 3x2 – 5x – 10 ) – ( x2 + 7x – 6 )

= 3x2 – 5x – 10 – x2 + 7x + 6

= 3x2 – x2 – 5x - 7x – 10 + 6

= ( 3x2 – x2 )+ ( 5x - 7x ) + ( 10 + 6 )

= 2x2 – 12x - 4

b. Perkalian

Dalam operasi perkalian dapat diselesaikan dengan menggunakan

sifat distributif

1. Perkalian suatu bilangan dengan bentuk aljabar

Perkalian suku dua (ax + b) dengan skalar/ bilangan k dinyatakan

sebagai berikut:

k ( ax + b ) = kax + kb

contoh :

a. 2 ( 3x + 6) = 6x + 12

2. Perkalian antara bentuk aljabar dan bentuk aljabar

23

Perkalian bentuk aljabar suku dua (ax + b) dengan suku dua

(cx + d) diperoleh dengan cara sebagai berikut :

(ax + b) (cx +d) = ax (cx + d) + b (cx + d)

= ax (cx) + ax(d) + b (cx) + bd

= acx2 + (ad + bc)x + bd

Contoh :

jabarkanlah bentuk-bentuk berikut !

1. (2x + 5)(2x – 5) = (2x)2 - 52

= 4x - 25

2. – 3p2 ( 4p – 5q ) = (-3p2) ( 4p ) + ( -3p2) (–5q )

= - 12p3 + 15p2q

c. Pembagian

Operasi pembagian merupakan kebalikan dari operasi perkalian Misal a5 x

a3 = a x a x a x a x a x a x a x a = a8 atau a 5 + 3 sehingga am x an

Sedangkan a5 x a3 = a xa x a x a x a

a x a x a = a2 atau a5-3

Sehingga am : an = am-n

am x an = am+n

am : an = am-n

24

Contoh :

Sedehanakanlah !

8 p5q4 p4 qr

=¿

8 p5q4 p4 qr

= 2 pr

jika suatu bilangan a dapat diubah menjadi a = p x q dengan a,p,q

bilangan bulat maka p dan q disebut faktor-faktor dari a. Hal ini juga

berlaku pada bentuk aljabar. Perhatikan uraian berikut:

2x2Z2 = 2(x2)(y)(Z2)

x3y2Z = (x3)(y2)(Z)

Faktor sekutu (faktor yang sama) dari 2x2yz2 dan x3y2z adalah x2, y, z,

sehingga diperoleh :

2 x2 yz2

x3 y2 z =

x2 yz (2 z)x2 yz (xy)

= 2 zxy

d. Perpangkatan

Operasi perpangkatan diartikan sebagai operasi perkalian berulang

dengan unsur yang sama. Untuk sebarang bilangan bulat a, berlaku :

an = a x a x a x ...x a

sebanyak n faktor

25

Untuk menentukan perpangkatan pada bentuk aljabar suku dua,

membentuk segitiga pascal :

( a + b )0→ 1

( a + b )1→ 1 1

( a + b )2→ 1 2 1

( a + b )3 1 3 3 1

( a + b )4 ...................................dan seterusnya.

Pangkat dari a (unsur pertama) pada (a + b)n dimulai dari an

kemudian berkurang satu demi satu dan terakhir a1 pada suku ke-n.

Sebaliknya, pangkat dari b (unsur kedua) dimulai dengan b1 pada suku

ke-2 lalu bertambah satu demi satu dan terakhir bn pada suku ke-

(n + 1). (Sukino, 2006: 6-18).

perhatikan penjabaran berikut !

(a + b )2 = ( a + b )(a + b)

= a ( a + b ) + b ( a + b )

= a2 + ab + ab + b2

= a2 + 2ab + b2

Contoh

Sederhanakanlah !

26

a. ( a + 3 )2 = a2 + 2(a)(3) + 32

= a2 + 6a + 9

b. (4p – 3 )2 = (4p)2 + 2(4p)(-3) + (-3)2

= 16p2 – 24p + 9

F. Model Pembelajaran Aptitide Treatment Interaction (ATI) pada Materi

Operasi Aljabar

Model pembelajara Aptitide Treatment Interaction (ATI) adalah

model pembelajaran yang menekankan pada perlakuan sesuai dengan tingkat

kemampuan di miliki oleh siswa. Pembelajaran tentang operasi aljabar sangat

tepat untuk di aplikasikan kedalam model pembelajaran ATI. Treatment awal

yang dilakukan oleh guru adalah memberikan pelajaran tentang operasi

aljabar, setelah beberapa materi yang diberikan oleh guru, maka guru akan

memberikan aptitude testing perlakuan ini dimaksudkan untuk menentukan

dan menetapkan klasifikasi kelompok siswa berdasarkan tingkat kemampuan

dan juga sekaligus mengetahui potensi masing-masing siswa dalam

menghadapi informasi atau kemampuan-kemampuan baru.

Operasi aljabar sebelumnya telah dipelajari pada kelas VII, namun di

kelas VIII akan dibahas secara luas tentang operasi aljabar, yaitu

penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Maka model

pemelajaran ATI akan menjadikan siswa lebih paham lagi, berdasarkan

wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada guru bidang studi matematika

27

bahwa masih banyak siswa yang kurang paham tentang Operasi bentuk

Aljabar, dikarenakan guru masih melakukan model pembelajaran yang

monoton dan guru masih memberikan perlakuan yang sama terhadap siswa

yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah, sehingga tidak heran jika

ketuntasan hasil belajar siswa tidak seimbang.

Siswa yang berkemampuan tinggi akan disuruh untuk berlajar sendiri

materi Operasi Aljabar dengan meggunkan modul yang ada diperpustakaan,

sedangkan yang ada ddalam kelas hanya siswa yang bekemampuan sedang

dan rendah, karena operasi aljabar memerlukan pemahaman yang banyak,

maka guru akan melakukan bimbingan belajar.

Besar harapan yang ditanamkan oleh peneliti diterapkannya model

pembelajaran ATI ini, diantaranya siswa lebih memahami apa yang diajarkan

dan siswa bisa belajar sesuai dengan kemampuannya sendiri, sehingga hasil

belajar yang baik bisa didapatkan.

28

Hasil belajar Matematika rendah

Guru:Pengajaran yang monotonMendominasi pembelajaranMemberikan perlakuan yang sama terhadap siswa

Peserta didik:Kurang terlibat dalam proses pembelajaranKurang memperhatikantidak memahami apa yang diajarkan

Penggunaan penerapan pembembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)

Kegiatan pembelajaran Matematika

Hasil belajar Matematika yang diharapkan

G. Kerangka Berpikir

29

Dunia pendidikan tidak jauh dari kegiatan belajar mengajar yang

dipandang berkualitas jika berlangsung efektif, efisien, inovatif, bermakna

dan ditunjang oleh sumber daya. Suatu kegiatan belajar-mengajar dikatakan

berhasil jika pesrta didik menunjukan tingkat penguasaan dan peningkatan

hasil belajar yang tinggi. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik dan pengajar

bertanggung jawab merencanakan dan mengelolah kegiatan belajar-mengajar

sesuai dengan tuntutan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada setiap

mata pelajaran khususnya bidang studi Matematika.

Upaya pembaharuan pendidikan dan pengajaran matematika yang

dilakukan tidak semulus sebagaimana yang direncanakan. Misalnya, antara

peserta didik itu sendiri, sikap individualnya sangat tinggi sehingga

memunculkan persaingan-persaingan yang membawa dampak negatif bagi

kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mencari

dan menerapkan alternatif pembelajaran Matematika yang relevan dengan

karakter peserta didik. Pembaharuan pembelajaran Matematika di sekolah

dapat ditempuh dengan mengacu kepada prioritas model dan strategi

pembelajaran yang diterapkan. Salah satu strategi pembelajaran tersebut

adalah pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) melalui kegiatan

PTK. Dalam penerapan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI),

peserta dapat mengetahui tentang kemampuan mereka sendiri. Dengan begitu

masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam proses belajar dapat

diatasi. Selain itu dengan diterapkannya model pembelajaran Aptitude

Treatment Interaction (ATI) maka guru bisa lebih teliti dalam memberikan

30

treatment pada siswa, sehingga pada saat proses pembelajaran guru tidak

memberikan perlakuan yang sama antara siswa yang berkemampuan tinggi,

sedang dan rendah.

H. Model Penelitian Tindakan Kelas Yang Dipakai

Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Model spiral

yang di gagas oleh Kemmis dan Taggart, yang mana dalam alur penelitian

yang digunakan menjelaskan tahap-tahap penelitian tindakan kelas yang

dilakukannya. Pada bagian awal yaitu identifikasi masalah, permasalahan

penelitian difokuskan kepada strategi bertanya kepada siswa dalam

pembelajaran sains. Keputusan ini timbul dari pengamatan tahap awal yang

menunjukkan bahwa siswa belajar sains dengan cara menghafal dan bukan

dalam proses inkuiri. Dalam diskusi dipikirkan cara untuk mendorong inkuiri

siswa, apakah dengan mengubah kurikulum atau mengubah cara bertanya

kepada siswa? Lanjut pada tahap perencanaan, fokus permasalahan

diputuskan untuk menyusun strategi bertanya untuk mendorong siswa untuk

menjawab pertanyaan sendiri. Pada kotak tindakan (action), mulai diajukan

pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk mendorong mereka mengatakan

apa yang mereka pahami, dan apa yang mereka minati. Pada kotak

pengamatan (observe), pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban siswa

dicatat atau direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi. Pengamat juga

membuat catatan dalam lembar-lembar observasi yang telah mereka sediakan.

31

Dalam kotak refleksi (reflect), ternyata kontrol kelas yang terlalu ketak

menyebabkan tanya jawab kurang lancar dilaksanakan sehingga tidak

mencapai hasil yang baik, dan perlu diperbaiki. Pada siklus berikutnya,

perencanaan direvisi dengan modifikasi dalam bentuk mengurangi

pernyataan-pernyataan guru yang bersifat mengontrol siswa, agar strategi

bertanya dapat berlangsung dengan baik. Pada tahap tindakan siklus kedua

hal itu dilakukan. Pelaksanaannya dicatat dan direkam untuk melihat

pengaruhnya terhadap perilaku siswa.

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan

jenis Kualitatif, Pendekatan penelitian jenis Kualitatif ini dikatakan pula

metode naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi alamiah.

Penelitian ini dilakukan pada obyek yang alamiah yakni obyek yang

berkembang apa adanya tidak dimanipulasi oleh peneliti. Dalam menentukan

Instrumen peneliti harus mampu bertanya, menganalisa dan memotret situasi

sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna. Analisis data yang

dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan

dilapangan dan kemudian dikontruksikan menjadi hipotesis atau teori

(Sugiono, 2006 :8).

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (Classroom

Action Research). PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan

tujuan memperbaki mutu praktek pembelajaran di kelas (Kunandar, 2011 :

45). Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang

33

terjadi di kelas dan meningkatkan kegiatan nyata guru dalam kegiatan

pengembangan profesinya.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa pada materi Operasi Aljabar dengan menerapkan

pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI). Jadi dalam penelitian

tindakan kelas ada tiga unsur atau konsep, yakni:

1. Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui

metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk

menyelesaikan masalah.

2. Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan

tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan memperbaiki dan

meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.

3. Kelas adalah suatu sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama

menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

Pada prinsipnya diterapkan PTK atau CAR (Classroom Action

Research) dimaksudkan untuk mengatasi suatu permasalahan yang terdapat

didalam kelas. Sebagai salah satu penelitian yang dimaksudkan untuk

mengatasi suatu permasalahan yang terdapat di dalam kelas, menyebabkan

terdapatnya beberapa model atau design yang dapat diterapkan. Secara garis

besar pelaksanaan tindakan ini dilakukan minimal dua siklus yang setiap

siklus meliputi empat tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan

tindakan, observasi, dan refleksi.

B. Ruang Lingkup Penelitian34

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian akan dilakukan di SMP N 07 Kota Bima yang

berlokasi di Gindi kelurahan Jatiwangi Kecematan Asakota Kota Bima

Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015.

3. Subjek penelitian

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti maka subjek

penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP N 07 Kota Bima Semester 1

Tahun Pelajaran 2014/2015.

4. Objek Penelitian

Adapun yang menjadi objek penelitiannya adalah penerapan model

pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau disingkat

dengan PTK. Menurut Suharsimi Arikunto (2007:58), penelitian tindakan

kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki

mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Menurut (Suharsimi Arikunto,

2007:73), PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang di dalamnya

terdapat empat tahapan utama kegiatan, yaitu perencanaan, tindakan,

pengamatan, dan reflleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus antara

siklus I dan siklus II merupakan rangkaian kegiatan yang saling berkaitan,

35

dalam artian pelaksanaan siklus II merupakan kelanjutan perbaikan dari siklus

I. Secara terperinci pelaksanaan penelitian untuk dua siklus ini untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada skema/alur penelitian di bawah ini.

Gambar 3.1 Alur PTK, Kemmis dan Taggart (Arikunto, 2006:93)

Dari masing-masing siklus tersebut, dilakukan tahapan-tahapan sebagai

berikut :

Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah

1. Planning (Perencanaan)

Tahap perencanaan akan dilakukan melalui tahap beikut ini :

36

a. Mensosialisasikan pada guru matematika kelas VIII A SMP N 07 Kota

Bima mengenai model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction

(ATI).

b. Menyusun daftar nama siswa kedalam tiga kelompok yaitu tinggi,

sedang dan tinggi.

c. Peneliti menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

d. Menyiapkan skenario pembelajaran.

e. Menyiapkan lembar observasi.

f. Menyiapkan soal tes hasil belajar

2. Action (Pelaksanaan Tindakan)

Pada tahap ini semua rencana pembelajaran mulai dilaksanakan.

Mulai dari menyampaikan tujuan pembelajaran memotivasi siswa dalam

manghadapi mata pelajaran yang akan dihadapi yaitu materi operasi

bentuk aljabar. Tindakan yang dilakukan selanjutnya adalah

mengelompokkan siswa kedalam tiga golongan yaitu tinggi, sedang dan

rendah, kelompok siswa yang masuk dalam kategori tinggi, akan

dibiarkan untuk belajar sendiri (self Learning) tepatnya kelompok siswa

ini akan disuruh untuk belajar diperpustakaan, siswa yang termasuk dalam

kategori sedang dan rendah akan mengikuti pelajaran seperti biasa, namun

siswa yang berkategori rendah akan diberikan pelajaran tambahan diluar

jam pelajaran sekolah.

37

3. Observation (Pengamatan)

Pengamatan merupakan suatu kegiatan mengamati jalannya

pelaksanaan tindakan untuk mengetahui efek tindakan pembelajaran

dengan metode ATI. Kegiatan observasi dilakukan secara kontinyu setiap

kali berlangsungnya pelaksanaan tindakan dengan mengamati aktivitas

belajar siswa dan kegiatan guru dalam proses belajar mengajar. Evaluasi

hasil belajar dilaksanakan pada akhir setiap siklus dengan memberi tes

dalam bentuk essay.

4. Reflection (Refleksi)

Refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan

yang akan dilakukan. Hasil dari refleksi adalah diadakannya revisi

terhadap perencanaan yang telah dilakukan dan yang akan dilakukan untuk

memperbaiki kinerja pada penelitian berikutnya dan jika pada sklus

pertama terjadi kegagalan, akan dilanjutkan pada siklus ke dua. Jika sudah

tercapai maka penelitian dihentikan dan selanjutnya dibuat laporan.

D. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang berasal dari

hasil wawancara, tes tertulis dan dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara akan dilakukan oleh peneliti terhadap narasumber yaitu

terdiri dari, kepala sekolah, guru matematika dan siswa, hasil wawancara

ini nanti akan dijadikan latar belakang masalah dan alasan mengapa

38

peneliti ingin menerapkan model pembelajaran ATI di SMP N 07 Kota

Bima.

2. Tes Tulis

tes tulis akan dilakukan setelah akhir pelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran ATI dengan melalui siklus pembelajaran, yakni pada

tahap refleksi, tes tulis ini akan menjawab rumusan masalah pada

penelitian, dan menjadi data bagi peneliti.

3. Dokumentasi

Dokumentasi berisi perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP, LKS

dan analisis ulangan harian, untuk mengetahui bagaimana hasil belajar

siswa SMP N 07 Kota Bima setelah diterapkannya model pembelajaran

ATI.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data

sekunder dan data primer, data primer adalah data yang diambil dari sumber

aslinya. Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah :

1. Kepala Sekolah

Peneliti mewawancarai kepala sekolah mengenai keadaan guru dan

bagaimana hasil belajar matematika siswa SMP N 07 Kota Bima tahun-

tahun sebelumnya.

2. Guru Matematika

Peneliti mewawancarai guru matematika mengenai bagaimana hasil

belajar matematika siswa kelas VIII A, dan model apa saja yang sudah

39

diterapkan sebelumnya untuk memotivasi siswa, serta bagaimana rata-rata

kemampuan siswa kelas VIII A.

3. Siswa

Peneliti mewawancarai tentang bagaimana model pembelajaran yang di

ajarkan oleh guru matematika, apakah mereka mengerti tentang apa yang

di ajarkan dengan menggunakan model pembelajaran sebelumnya.

Data sekunder berasal dari sumber kedua, seperti data hasil belajar

siswa dengan menggunakan model ATI. Yang menjadi data sekunder dalam

penelitian ini adalah tes hasil belajar.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Adapun posedur pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi dalam istilah sederhana adalah proses

peneliti dalam melihat situasi penelitian. Teknik ini sangat

relevan digunakan dalam penelitian kelas yang meliputi

pengamatan kondisi interaksi pembelajaran, tingkah laku

anak dan interaksi anak dalam kelompoknya. Pengamatan

dapat dilakukan secara bebas dan terstruktur. Dalam

melakukan observasi peneliti mencatat kejadian yang

terjadi di SMP N 07 Kota Bima yang berkaitan dengan hasil

belajar matematika.

2. Wawancara

40

Pengumpulan data yang kedua adalah wawancara,

peneliti melakukan wawancara dengan narasumber

dengan beberapa pertanyaan yaitu mengenai bagaimana

hasil penerapan model pembelajaran yang telah diterapkan

sebelumnya, peneliti mewawancara guru matematika

untuk menanyakan bagaimana hasil belajar matematika

siswa SMP N 07 Kota Bima khususnya kelas VIII A.

3. Tes Tulis

Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa

tentang materi yang diajarkan dengan menggunakan

model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI),

maka peneliti memberikan tes tertulis yang berisi soal-soal

mengenai operasi aljabar. Tes tetulis ini nanti akan

dijadikan laporan tentang bagaimana hasil belajar siswa

SMP N 07 Kota Bima, kelas VIII A.

4. Dokumnetasi

Berbagai macam dokumen yang akan digunakan

peneliti untuk memberikan laporan hasil penelitian yang

dilakukannya, yaitu berupa dokumen arsip seperti : RPP,

Silabus, Analisis Hasil ulangan harian siswa dan foto pada

saat kegiatan KBM.

Berdasarkan prosedur pengumpulan data di atas maka

peneliti mengumpulkan :

41

a. Data mengenai hasil belajar siswa akan dikumpulkan dengan

menggunakan tes hasil belajar pada setiap akhir siklus.

b. Data mengenai kondisi kegiatan belajar mengajar dan perubahan sikap

siswa dikumpulkan melalui pengamatan pada saat kegiatan pembelajaran

berlangsung.

F. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian merupakan sebuah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab

permasalahan peneliti. Penelitian ini menggunakan 4 instrumen, yakni:

pedoman observasi, tes (seperangkat soal), wawancara dan dokumentasi.

1. Lembar Observasi

Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam Proses Belajar

Mengajar (PBM), digunakan beberapa indikator aktivitas belajar siswa

melalui lembar observasi. Adapun indikator aktivitas belajar siswa adalah

sebagai berikut: Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran, Antusiasme

siswa dalam mengisi/menjawab soal, Interaksi siswa dengan guru,

Interaksi siswa dengan siswa, Aktivitas belajar siswa melalui penerepan

model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dan Partisipasi

siswa dalam menyimpulkan hasil belajar.

2. Tes Hasil Belajar

42

Untuk mengetahui data hasil belajar siswa digunakan instrumen

berupa tes tulis, jenis soal tes yang digunakan adalah dalam bentuk essay.

Ini dibuat guna mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa setelah

diterapkannya model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction

(ATI).

3. Wawancara

Saat peneliti akan melakukan penelitian, peneliti akan

melemparkan beberapa petanyaan kepada narasumber yang terdiri dari :

a. Guru

b. Siswa

4. Dokumentasi.

Instrument pengumpulan data selanjutnya adalah dokumentasi.

Dokumentasi ini berisikan RPP, LKS, tes ulangan harian dan foto pada

saat kegiatan KBM, yang akan menjadi data bagi peneliti dalam

mengetahui bagaimana hasil belajar matematika materi operasi aljabar

dengan menggunakan model pembelajaran ATI.

G. Teknik Analisis Data

Data yang di analisis dengan menggunakan statistik deskriptif.

Statistik deskriptif berkenaan dengan deskripsi data misalnya dari

menghitung rata-rata dan varian dari data mentah, mendeskripsikan

43

menggunakan tabel-tabel atau grafik sehingga data mentah lebih mudah

dibaca dan lebih bermakna.

Statistik deskriptif berkenaan dengan bagaimana data dapat

digambarkan (dideskripsikan) atau disimpulkan baik secara numerik

(misalnya menghitung rata-rata dan deviasi standar) atau secara grafis (dalam

bentuk table dan grafik) untuk mendapatkan gambaran sekilas mengenai data

tersebut sehingga lebih mudah dibaca dan bermakna.

1. Analisis data aktivitas belajar siswa

Setiap indikator perilaku siswa pada penelitian ini, akan diberikan

skor berdasarkan pedoman berikut :

Menentukan skor aktivitas siswa yang diperoleh siswa dan cara

menghitung skornya sebagai berikut :

a. Skor 5 diberikan jika 81% - 100% (20 – 24 siswa) melakukan

deskriptor yang dimaksud.

b. Skor 4 diberikan jika 61 % - 80% (15 – 19 siswa) melakukan

deskriptor yang dimaksud.

c. Skor 3 diberikan jika 41% - 60% (10 – 14 siswa) melakukan

deskriptor yang dimaksud.

d. Skor 2 diberikan jika 21% - 40% (5 – 9 siswa) melakukan

deskriptor yang dimaksud.

e. Skor 1 diberikan jika 0% - 20% (0 – 4 siswa) melakukan deskriptor

yang dimaksud

44

Skor maksimal ideal (SM) merupakan skor tertinggi aktivitas siswa

yang dapat dilihat apabila semua deskriptor yang diamati nampak yaitu skor

5. Untuk menilai kategori aktivitas siswa, ditentukan terlebih dahulu MI dan

SDI. Cara menentukan MI dan SDI sebagai sebagai berikut :

MI =

( SkorMax+SkorMin)2

SDI =

13 MI

Keterangan :

MI = Mean ideal

SDI = Standar Deviasi ideal

Tabel 3.1 : Pedoman skor standar aktivitas belajar siswa

Interval Kategori

AS ≥ MI + 1,5 SDI Sangat Aktif

MI + 0,5 SDI ≤ AS < MI + 1,5 SDI

Aktif

MI − 0,5 SDI ≤ AS < MI + 0,5 SDI

Cukup Aktif

MI − 1,5 SDI ≤ AS < MI − 0,5 SDI

Kurang Aktif

AS < MI − 1,5 SDI Sangat Kurang Aktif

(Nurkencana dalam Zubaedah, 2009)

Keterangan : AS = Aktivitas Siswa

45

2. Analisa data aktivitas guru

Data aktivitas guru selama pembelajaran pada penelitian ini,

dianalisis dengan cara sebagai berikut:

Menentukan skor aktivitas yang diperoleh guru dan cara penskorannya

berdasarkan aturan sebagai berikut :

a. Skor 4 diberikan jika semua deskriptor nampak

b. Skor 3 diberikan jika 3 deskriptor yang nampak

c. Skor 2 diberikan jika 2 deskriptor yang nampak

d. Skor 1 diberikan jika 1 deskriptor yang nampak

e. Skor 0 diberikan jika tidak ada deskriptor yang nampak

Skor maksimal ideal (SMI) merupakan skor tertinggi aktivitas

guru yang dapat dilihat apabila semua deskriptor yang diamati

nampak yaitu skor 4. Untuk melihat kategori aktivitas guru,

ditentukan terlebih dahulu MI dan SDI. Cara menentukan MI dan SDI

sebagai sebagai berikut:

MI =

( SkorMax+SkorMin)2

SDI =

13 MI

Keterangan :

MI = Mean ideal

46

SDI = Standar Deviasi ideal

Tabel 3.1 : Pedoman skor standar aktivitas mengajar guru

Interval Kategori

AG ≥ MI + 1,5 SDI Sangat Aktif

MI + 0,5 SDI ≤ AG < MI + 1,5 SDI

Aktif

MI − 0,5 SDI ≤ AG < MI + 0,5 SDI

Cukup Aktif

MI − 1,5 SDI ≤ AG < MI − 0,5 SDI

Kurang Aktif

AG < MI − 1,5 SDI Sangat Kurang Aktif

(Nurkencana dalam Zubaedah, 2009)

Keterangan : AG = Aktivitas Guru

Untuk mengetahui aktivitas dalam pembelajaran maka data hasil

observasi yang berupa skor diolah dengan rumus (Nurkancana, 2009)

p = ΣXi

Keterangan :

P : skor rata-rata

∑X : jumlah skor aktivitas belajar seluruhnya

I : banyaknya item

3. Analisis Hasil Belajar Siswa

Untuk mengetahui hasil belajar siswa, hasil tes belajar dianalisis

secara deskriptif kuantitatif yaitu dengan menentukan rata-rata nilai

47

hasil tes. Untuk mengetahui nilai rata-rata kelas digunakan rumus

sebagai berikut (Nasution dalam Zubaedah, 2009 : 35) :

R =

∑ X

N

Dimana :

R = Nilai rata-rata kelas

Σ x = Jumlah nilai yang diperoleh siswa

N = Jumlah seluruh siswa

Sedangkan ketuntasan belajar siswa dianalisis dengan rumus

sebagai berikut:

KB = ❑n

x100 % .......................................................(3.7)

Dimana:

KB = Ketuntasan belajar (klaksikal)

ni = Banyaknya siswa yang memperoleh nilai ¿ 60

n = Banyaknya siswa

Berdasarkan kurikulum, ketuntasan tercapai jika KB ¿ 75%.

(Nurkencana dalam Lukman 2007: 62)

48

H. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi :

a. Tahapan Persiapan

1) Pengajuan judul

2) Konsultasi proposal ke dosen pembimbing

3) Melakukan kajian pustaka yang sesuai dengan judul proposal

4) Menyusun metode penelitian

5) Mengurus surat-surat perizinan

b. Tahapan Pelaksanaan

1) Melakukan observasi dan wawancara dengan guru matematika

2) Mensosialisasikan model pembelajaran Aptitude treatment Interaction

(ATI).

3) Menerapkan model pembelajaran ATI di kelas VIII A

4) Memberikan tes berupa pertanyaan bentuk essay untuk mengetahui

bagaimana hasil belajar siswa setelah diterapkan model embelajaran

ATI.

c. Tahapan Penyelesaian

1) Menyusun kerangka laporan

49

2) Menyusun laporan akhir penelitian dengan selalu berkonsultasi pada

dosen pembimbing

3) Ujian pertanggung jawaban

4) Penggandaan dan penyampaian laporan hasil penelitian kepada pihak

yang berwenang.

I. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Aktivitas siswa dikatakan meningkat apabila skor aktivitas belajar siswa

minimal berkategori aktif.

2. Hasil belajar siswa dikatakan meningkat, apabila terjadi peningkatan nilai

rata-rata skor hasil belajar setelah dilakukan proses pembelajaran melalui

metode Aptitude Treatment Interaction (ATI) telah mencapai ketuntasan

klasikal, yaitu minimal 85% dari jumlah siswa dikelas VIII A SMP

Negeri 07 Kota Bima mendapatkan ≥ 75.

50