(2) STROKE
-
Upload
akk-yunie-thea -
Category
Documents
-
view
217 -
download
1
description
Transcript of (2) STROKE
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Umum Stroke
Stroke adalah kehilangan fungsi otak diakibatkan oleh berhentinya
suplai darah ke bagian otak, biasanya merupakan akumulasi penyakit
serebrovaskular selama beberapa tahun (Smeltzer, 2001). Stroke merupakan
sindrom klinis yang timbulnya mendadak, progresif cepat, serta berupa defisit
neurologis lokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih. Selain
itu, juga bisa langsung menimbulkan kematian yang disebabkan oleh
gangguan untuk menanamkan peredaran darah otak non-traumatik (Mansjoer,
2000).
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan
defisit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi
saraf otak (Sudoyo Aru, dkk., 2009). Stroke digunakan untuk menanamkan
sindrom hemiparesis atau hemiparalis akibat lesi vaskular yang dapat bangkit
dalam beberapa detik atau hari, bergantung pada jenis penyakit yang menjadi
penyebabnya (Sidharta, 1994).
2.2.Klasifikasi Stroke
Menurut Satyanegara (1998), gangguan peredaran darah atau stroke
dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu non-hemoragi/iskemik/infark dan
stroke hemoragi.
1. Non-hemoragi/iskemik/infark
a. Serangan Iskemik Sepintas (Transiet Ischemic Attack-TIA)
TIA merupakan tampilan peristiwa berupa episode-episode serangan
sesaat dari suatu disfungsi serebral fokal akibat gangguan vaskular,
dengan lama serangan sekitar 2-15 menit sampai paling lama 24 jam.
b. Defisit Neurologis Iskemik Sepintas (Reversible Ischemic Neurology
Deficit-RIND)
4
Gejala dan tanda gangguan neurologis yang berlangsung lebih lama
dari 24 jam dan kemudian pulih kembali (dalam jangka waktu kurang
dari tiga minggu)
c. In Evolutional atau Progressing Stroke
Gejala gangguan neurologis yang progresif dalam waktu enam jam
atau lebih.
d. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)
Gejala gangguan neurologis dengan lesi-lesi yang stabil selama
periode waktu 18-24 jam, tanpa adanya progesivitas lanjut.
2. Stroke hemoragik
Perdarahan intrakranial dibedakan berdasarkan tempat
perdarahannya, yakni di rongga subraknoid atau di dalam parenkim otak
(intraserebral). Ada juga perdarahan yang terjadi bersamaan pada kedua
tempat diatas seperti : perdarahan subraknoid yang bocor kedalam otak
atau sebaliknya. Selanjutnya gangguan-gangguan arteri yang
menimbulkan perdarahan otak spontan dibedakan lagi berdasarkan ukuran
dan lokasi regional otak.
2.3. Faktor Resiko Terjadinya Stroke
Menurut Baugman (2000) yang menentukan timbulnya manifestasi
stroke dikenal sebagai faktor resiko stroke. Adapun faktor-faktor tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Hipertensi merupakan faktor resiko stroke yang potensial.
2. Diabetes melitus merupakan faktor resiko terjadi stroke yaitu dengan
peningkatan aterogenesis.
3. Penyakit jantung/kardiovaskular berpotensi untuk menimbulkan stroke.
Faktor resiko ini akan menimbulkan embolisme serebral yang berasal dari
jantung.
4. Kadar hematokrit normal tinggi yang berhubungan dengan infark serebral.
5. Kontrasepsi oral, peningkatan oleh hipertensi yangmenyertai, usia diatas
35 tahun, perokok, dan kadar estrogen tinggi.
5
6. Penurunan tekanan darah yang berlebihan atau dalam jangka panjang
dapat menyebabkan iskemia serebral umum.
7. Penyalahgunaan obat, terutama pada remaja dan dewasa muda
8. Konsumsi alkohol
Sementara itu, menurut Harsono (1996), semua faktor yang
menentukan timbulnya manifestasi stroke dikenal sebagai faktor resiko
stroke. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor resiko stroke yang potensial. Hipertensi
dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah
otak. Apabila pembuluh darah otak pecah, maka timbullah perdarahan
otak dan apabila pembuluh darah otak menyempit, maka aliran darah ke
otak akan terganggu dan sel-sel otak akan mengalami kematian
2. Diabetes Melitus
Diabetes Melitus mampu menebalkan dinding pembuluh darah otak yang
berukuran besar. Menebalnya dinding pembuluh darah otak akan
menyempitkan diameter pembuluh darah tadi dan penyempitan tersebut
kemudian akan mengganggu kelancaran aliran ke otak, yang pada
akhirnya akan menyebabkan infark sel-sel otak.
3. Penyakit Jantung.
Berbagai penyakit jantung berpotensi untuk menimbulkan stroke. Faktor
resiko ini akan menimbulkan hambatan/sumbatan aliran darah ke otak
karena jantung melepas gumpalan darah atau sel-sel/jaringan yang telah
mati kedalam aliran darah.
4. Gangguan aliran darah otak sepintas
Pada umumnya bentuk-bentuk gejalanya adalah hemiparesis, disartria,
kelumpuhan otot-otot mulut ataupipi, kebutaan mendadak, hemiparestesi,
dan afasia.
5. Hiperkolesterolemi
Meningginya angka kolesterol dalam darah, terutama low desinty
lipooprotein (LDL), merupakan faktor resiko penting untuk terjadinya
6
arteriosklerosis (menebalnya pembuluh darah yang kemudian diikuti
penurunan elastisitas pembuluh darah). Peningkatan kadar LDL dan
penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL) merupakan faktor
resiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner.
6. Infeksi
Penyakit infeksi yang mampu berperan sebagai faktor resiko stroke adalah
tuberkulosis, malaria, lues (sifilis), leptospirosis, dan infeksi cacing
7. Obesitas
Obesitas merupakan faktor resiko terjadinya penyakit jantung.
8. Merokok
Merokok merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya infark jantung
9. Kelainan pembuluh darah otak
Pembuluh darah otak yang tidak normal dimana suatu saat akan pecah dan
menimbulkan perdarahan
10. Lain-lain
Lanjut usia, penyakit paru-paru menahun, penyakit darah, asam urat yang
berlebihan, kombinasi berbagai faktor resiko secara teori.
2.4. Etiologi Stroke
Menurut smeltzer (2001) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu
dari empat kejadian yaitu sebagai berikut :
2.4.1. Trombosis serebral
Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah
penyebab utama trombosit serebral yang merupakan penyebab paling
umum dari stroke. Tanda-tanda trombosit serebral bervariasi. Sakit
kepala adalah onset yang tidak umum. Beberapa pasien dapat
mengalami pusing, perubahan kognitif, atau kejang, atau beberapa
mengalami onsetyang tidak dapat dibedakan dari hemoragi
intraserebral atau embolismeserebral. Secara umum, trombosis
serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba;dan kehilangan bicara
sementara, hemiplegia, atau parestesia pada setengah tubuh dapat
mendahului onset paralisis berat pada beberapa jam atau hari.
7
2.4.2. Embolisme Serebral
Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-
cabangnya sehingga merusak sirkulasi serebral. Onset hemiparesis
atau hemiplegia tiba-tiba dengan afasia, tanpa afasia, atau kehilangan
kesadaran pada pasien dengan penyakit jantung atau pulmonal adalah
karateristik dari embolisme serebral
2.4.3. Iskemia serebral
Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena
kontriksi ateroma pada arteri yang menyuplai darah keotak
2.4.4. Hemoragi Serebral
a. Hemoragi ekstradural (hemoragi epidural ) adalah kedaruratan
bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Keadaan ini
biasanyamengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah
dan arteri meninges lain, dan pasien harus diatasi dalam beberapa
jam cedera untuk mempertahankan hidup
b. Hemoragi subdural pada dasarnya sama dengan hemoragi epidu
ral, kecuali bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena
robek. Oleh karena itu, periode pembentukan hematoma lebih
lama dan menyebabkan tekanan pada otak. Beberapa pasien
mungkin mengalami hemoragi subdural kronik tanpa
menunjukkkan tanda atau gejala.
c. Hemoragi subaraknoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau
hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebococran
aneurisme pada area Willisi dab malformasi arteri vena kongenital
pada otak.
d. Hemoragi intraserebral adalah perdarahan di substansi dalam
otak, paling umum terjadi pada pasien dengan hipertensi dan
aterosklerosis serebral disebebkan oleh perubahan degeneratif
karena penyakit inibiasanya disebabkan ruptur pembuluh darah.
Biasanya onset tiba-tiba dengan sakit kepala berat. Bila hemoragi
8
membesar, makin jelas defisit neurologik yang terjadi dalam
bentuk penurunan kesadaran dan abnornalitas pada tanda vital.
2.5. Patofisiologi Stroke
2.5.1. Patofisiologi Umum
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di
dalam arteri – arteri yang membentuk sirkulus Willisi : arteri karotis
interna dan sistem vertebrobasilar atau semua cabang– cabangnya.
Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15
sampai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Proses
patologik yang mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses
yang terjadi di dalam pembuluh darah yang memperdarahi otak.
Patologinya dapat berupa; (1) keadaan penyakit pada pembuluh darah
itu sendiri, seperti aterosklerosis dan thrombosis, robeknya dinding
pembuluh darah, atau peradangan; (2) berkurangnya perfusi akibat
gangguan status aliran darah, misalnya syok hiperviskositas darah; (3)
gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang
berasal dari jantung atau pembuluh ekstrakranium; atau (4) ruptur
vaskular didalam jaringan otak atau ruang subaraknoid. Berdasarkan
patogenesis stroke, maka perjalanan sakit akan dijabarkan dibawah ini
menjadi:
1. Stadium prapatogenesis, yaitu stadium sebelum terjadi gejala
stroke. Stadium ini umumnya penderita sudah mempunyai faktor
risiko atau memiliki gaya hidup yang mengakibatkan penderita
menderita penyakit degeneratif.
2. Stadium patogenesis, yaitu stadium ini dimulai saat terbentuk lesi
patologik sampai saat lesi tersebut menetap. Gangguan fungsi otak
disini adalah akibat adanya lesi pada otak. Lesi ini umumnya
mengalami pemulihan sampai akhirnya terdapat lesi yang
menetap. Secara klinis defisit neurologik yang terjadi juga
mengalami pemulihan sampai taraf tertentu.
9
3. Stadium pascapatogenesis, yaitu stadium ini secara klinis ditandai
dengan defisit neurologik yang cenderung menetap. Usaha yang
dapat dilakukan adalah mengusahakan adaptasi dengan
lingkungan atau sedapat mungkin lingkungan beradaptasi dengan
keadaan penderita. Sehubungan dengan penalataksanaanya maka
stadium patogenoesis dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu :
a. Fase hiperakut atau fase emergensi. Fase ini berlangsung
selama 0 – 3 / 12 jam pasca onset. Penatalaksanaan fase ini
lebih ditujukkan untuk menegakkan diagnosis dan usaha untuk
membatasi lesi patologik yang terbentuk.
b. Fase akut. Fase ini berlangsung sesudah 12 jam – 14 hari pasca
onset. Penatalaksanaan pada fase ini ditujukkan untuk prevensi
terjadinya komplikasi, usaha yang sangat fokus pada
restorasi/rehabilitasi dini dan usaha preventif sekunder.
c. Fase subakut. Fase ini berlangsung sesudah 14 hari – kurang
dari 180 hari pasca onset dan kebanyakan penderita sudah
tidak dirawat di rumah sakit serta penatalaksanaan lebih
ditujukkan untuk usaha preventif sekunder serta usaha yang
fokus pada neuro restorasi / rehabilitasi dan usaha menghindari
komplikasi.
2.5.2. Patofisiologi Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi akibat obstruksi atau bekuan disatu atau lebih
arteri besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat disebabkan oleh
bekuan (trombus) yang terbentuk didalam suatu pembuluh otak atau
pembuluh organ distal kemudian bekuan dapat terlepas pada trombus
vaskular distal, atau mungkin terbentuk didalam suatu organ seperti
jantung, dan kemudian dibawa melalui sistem arteri ke otak sebagai
suatu embolus. Pangkal arteria karotis interna (tempat arteria karotis
komunis bercabang menjadi arteria karotis interna dan eksterna)
merupakan tempat tersering terbentuknya arteriosklerosis. Sumbatan
aliran di arteria karotis interna sering merupakan penyebab stroke
10
pada orang berusia lanjut, yang sering mengalami pembentukan plak
arteriosklerosis di pembuluh darah sehingga terjadi penyempitan atau
stenosis.
2.5.3. Patofisiologi Stroke Haemoragik
Stroke haemoragik terjadi akibat tekanan darah yang sangat
tinggi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan peredaran darah otak
atau stroke haemoragik yang dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu,
perdarahan subarachnoid dan perdarahan intraserebral.
1. Perdarahan subaraknoid
Patogenesis perdarahan subaraknoid yaitu darah keluar dari
dinding pembuluh darah menuju ke permukaan otak dan tersebar
dengan cepat melalui aliran cairan otak ke dalam ruangan di
sekitar otak. Perdarahan sering kali berasal dari rupturnya
aneurisma di basal otak atau pada sirkulasi willisii. Perdarahan
subaraknoid timbul spontan pada umumnya dan sekitar 10 %
disebabkan karena tekanan darah yang naik dan terjadi saat
aktivitas
2. Perdarahan intraserebral
Patogenesis perdarahan intraserebral adalah akibat rusaknya
struktur vaskular yang sudah lemah akibat aneurisma yang
disebabkan oleh kenaikan darah atau pecahnya pembuluh darah
otak akibat tekanan darah, atau pecahnya pembuluh darah otak
akibat tekanan darah yang melebihi toleransi (Yatsu dkk).
Menurut Tole dan Utterback, penyebab perdarahan intraserebral
adalah pecahnya mikroaneurisma Charcot-Bouchard akibat
kenaikan tekanan darah.
11
Kurang pengetahuan
Stroke non hemoragik
Suplai darah kejaringan serebral tidak adekuat
Resiko ketidakefektifan perlu jaringan otak
Hemiparase/plegi kanan
Hemisfer kiri
Tombus/emoli diserebral
Gg mobilitas fisik
Vasospasme asrteri serebral/saraf
serebral
Iskemik/infark
Deficit perawatan diri
Hemiparase/plegi kiri
Hemisfer kanan
Deficit neurologi
Kerusakan integritas kulit
Resiko jatuhResiko trauma
Stroke Hemoragi
Aneurisma/APM
Perdarahan arkhnoid/ventrikel
Peningkatan tekanan sistemik
Pola nafas tidak efektif
Penekanan saluran pernafasan
Penurunan Kesadaran
p.TIK/herniasis serebral
Hematoma serebral
Area gocca
Resiko aspirasi
Kerusakan fungsi N VII dan N XII
Kerusakan komunikasi verbal
Pathways (NANDA NIC-NOC Jilid 2, 2013)
12
Tekanan perfusi dinding kapiler menjadi tinggi
Perfusi jaringan otak tidak adekuat
Stroke haemoragik Stroke iskemik
Hialinisasi lapisan otot pembuluh serebral
Insufisiensi Insulin
Diameter pembuluh lumen jadi menetap
Penimbunan sarbitol dalam intima vaskular
Hiperlipo Proteinemia
Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
UmurJenis kelamin
MerokokDiabetes melitusHipertensihiperkoleterolemia
Hipertensi Diabetes Melitus
Tekanan darah sistemik Tekanan darah sistemik Aterosklerosis
2.6. Kerangka Teori
(Oni Setiadi, 2009)
13
2.7 Outcame
Menurut Harsono (1996), dalam buku sistem Neurobehaviour (2013) hal-
hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan edema otak :
1. Naikkan posisi kepala dan badan bagian atas setinggi 20-30°.
2. Hindarkan pemberian cairan intravena yang berisi glukosa atau hipotonik
3. Pemberian osmoterapi seperti berikut :
a. Bolus marital 1 gr/kgBB dalam 20-3o menit kemudian dilanjutkan
dengan dosis 0,25 gr/kgBB setiap 6 jam sampai maksimal 48 jam target
osmolaritas 300-320 mmol/liter
b. Gliserol 50% oral 0,25-1 gr/kgBB dalam 3-4 jam (untuk edema serebral
ringan)
c. Furosemide 1 mg/kgBB intravena.
4. Intubasi dan hiperventilasi terkontrol dengan oksigen hiperbarik sampai
PCO2= 29-35 mmHg
5. Tindakan bedah dikomperhensif perlu dikerjakan apabila terdapat supra
tentoral 8. Dengan pergeseran linea mediarea atau serebral infark disertai
efek rasa.
6. Steroid dianggap kurang menguntungkan untuk terapi udara serebral karena
disamping menyebabkan hiperglikemia juga naiknya resiko infeksi.
14