2 Rumah Sakit A di Bandung ini dirancang sebagai Rumah ...

19
1 Analisis Perbandingan Biaya dan Waktu Pelaksanaan Tiang Pancang dan Tiang Bor Studi Kasus Perencanaan Rumah Sakit Kelas B Bandung Felix Cahyo Kuncoro Jakti Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16426, Indonesia E-mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian komprehensif terhadap perancangan Detailed Engineering Design (DED) RSU Kelas B di Bandung, khususnya pada aspek pondasi dalam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan metode pelaksanaan tiang pancang dan tiang bor terhadap biaya dan waktu pekerjaan. Pekerjaan tiang pancang beton persegi pejal dengan dimensi 45x45 cm dan panjang 15 m membutuhkan biaya sebesar Rp2.654.542.120,00 (dengan PPN 10%) serta durasi pelaksanaan selama 73 hari. Pekerjaan tiang bor beton bulat pejal dengan dimensi 40 cm dan panjang 14,25 m membutuhkan biaya sebesar Rp2.670.697.330,00 (dengan PPN 10%) serta durasi pelaksanaan selama 98 hari. Comparison Analysis of Cost and Time of Driven and Bored Pile Works Bandung Class B Hospital Design Study Case ABSTRACT This study is a comprehensive study on the design of Detailed Engineering Design (DED) of Class B General Hospital in Bandung, especially on deep foundations. This study aims to analyze the comparison of driven and bored pile on costs and work time. Solid square concrete driven pile with dimension 45x45 cm and length 15 m required Rp2,654,542,120.00 (with VAT 10%) and duration 73 days. Solid round concrete bored pile with dimensions 40 cm and length 14.25 m would cost Rp2,670,697,330.00 (with VAT 10%) and duration 98 days. Keywords: deep foundation; driven pile; bored pile; cost; time; construction management 1. Pendahuluan Bandung merupakan ibu kota Jawa Barat dengan peningkatan jumlah penduduk yang sangat tinggi [1], sehingga dibutuhkan sarana dan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit demi meningkatkan taraf hidup masyarakat di Bandung dengan menekan angka kematian serta peningkatan mutu pelayanannya. Sesuai dengan perundangan konstruksi yang ada di Indonesia tentang standarisasi sarana dan prasarana bangunan gedung harus direncanakan dan dirancang sebaik-baiknya sehingga dapat memenuhi kriteria bangunan yang layak dari segi mutu, biaya, dan kriteria administrasi [2]. Analisis perbandingan..., Felix Cahyo Kuncoro Jakti, FT UI, 2013

Transcript of 2 Rumah Sakit A di Bandung ini dirancang sebagai Rumah ...

1

Analisis Perbandingan Biaya dan Waktu Pelaksanaan Tiang Pancang dan

Tiang Bor

Studi Kasus Perencanaan Rumah Sakit Kelas B Bandung

Felix Cahyo Kuncoro Jakti

Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16426, Indonesia

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian komprehensif terhadap perancangan Detailed Engineering Design (DED)

RSU Kelas B di Bandung, khususnya pada aspek pondasi dalam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

perbandingan metode pelaksanaan tiang pancang dan tiang bor terhadap biaya dan waktu pekerjaan. Pekerjaan

tiang pancang beton persegi pejal dengan dimensi 45x45 cm dan panjang 15 m membutuhkan biaya sebesar

Rp2.654.542.120,00 (dengan PPN 10%) serta durasi pelaksanaan selama 73 hari. Pekerjaan tiang bor beton

bulat pejal dengan dimensi 40 cm dan panjang 14,25 m membutuhkan biaya sebesar Rp2.670.697.330,00

(dengan PPN 10%) serta durasi pelaksanaan selama 98 hari.

Comparison Analysis of Cost and Time of Driven and Bored Pile Works

Bandung Class B Hospital Design Study Case

ABSTRACT

This study is a comprehensive study on the design of Detailed Engineering Design (DED) of Class B General

Hospital in Bandung, especially on deep foundations. This study aims to analyze the comparison of driven and

bored pile on costs and work time. Solid square concrete driven pile with dimension 45x45 cm and length 15 m

required Rp2,654,542,120.00 (with VAT 10%) and duration 73 days. Solid round concrete bored pile with

dimensions 40 cm and length 14.25 m would cost Rp2,670,697,330.00 (with VAT 10%) and duration 98 days.

Keywords: deep foundation; driven pile; bored pile; cost; time; construction management

1. Pendahuluan

Bandung merupakan ibu kota Jawa Barat dengan peningkatan jumlah penduduk yang sangat

tinggi [1], sehingga dibutuhkan sarana dan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit demi

meningkatkan taraf hidup masyarakat di Bandung dengan menekan angka kematian serta

peningkatan mutu pelayanannya.

Sesuai dengan perundangan konstruksi yang ada di Indonesia tentang standarisasi sarana dan

prasarana bangunan gedung harus direncanakan dan dirancang sebaik-baiknya sehingga dapat

memenuhi kriteria bangunan yang layak dari segi mutu, biaya, dan kriteria administrasi [2].

Analisis perbandingan..., Felix Cahyo Kuncoro Jakti, FT UI, 2013

2

Rumah Sakit A di Bandung ini dirancang sebagai Rumah Sakit Umum (RSU) kelas B yang

maka harus didukung dengan sarana dan prasarana rumah sakit yang terencana, baik dan

benar.

Rumah sakit ini akan dibangun pada lokasi yang padat aktivitas dan bangunan. Salah satu hal

yang sering menjadi perhatian khusus ialah pelaksanaan struktur bawah yang seringkali

mengganggu kestabilan bangunan sekitar dan kenyamanan masyarakat setempat atau

progresnya terlambat karena sulitnya mobilisasi [3]. Selain itu, kondisi Kota Bandung yang

termasuk ke dalam zona gempa 4 atau menengah serta curah hujan yang cukup tinggi menjadi

hal yang harus ikut diperhitungkan ke dalam DED, khususnya struktur bawah.

Terzaghi pada tahun 1951, dalam “The Influence of Modern Soil Studies on the Design and

Construction of Foundations”, mendeskripsikan pondasi sebagai “necessary evil”, bahwa

karena letaknya yang tersembunyi dalam tanah, seringkali fungsinya diabaikan [4].

Dalam rangka untuk merencanakan dan mengelola proyek yang sukses, tiga parameter waktu,

biaya, dan kualitas harus dipertimbangkan. Dengan demikian, biaya dan waktu merupakan

batasan proyek yang sangat penting kaitannya terhadap keberhasilan suatu proyek [5-7],

sehingga harus direncanakan sebaik mungkin sesuai dengan kondisi proyek yang

direncanakan.

Penelitian ini merupakan penelitian komprehensif terhadap proses perancangan Detailed

Engineering Design (DED) RSU Kelas B di Bandung, khususnya pada aspek pondasi dalam.

Berdasarkan masalah tersebut di atas, disusunlah penelitian ini untuk menganalisis

perbandingan metode pelaksanaan tiang pancang dan tiang bor terhadap biaya dan waktu

pekerjaan, sehingga pemilihan pondasi benar-benar mempertimbangkan aspek teknis dan

manajemen konstruksinya.

2. Tinjauan Teoritis

2.1 Pondasi Dalam

Pondasi dalam adalah pondasi yang menyediakan dukungan untuk struktur dengan cara

memberikan tahanan ujung pada tanah atau batuan yang kuat pada kedalaman tertentu di

Analisis perbandingan..., Felix Cahyo Kuncoro Jakti, FT UI, 2013

3

bawah struktur, dan/atau oleh tahanan selubung dalam tanah atau batuan di mana ia

ditempatkan. Tiang adalah jenis yang paling umum dari pondasi dalam [8].

2.2 Analisis Biaya Pekerjaan Pondasi

Harga satuan (unit price) adalah salah satu faktor penting dalam menentukan biaya proyek,

setelah kuantitas pekerjaan.

Untuk menyusun analisis biaya suatu proyek, dilakukan suatu analisis dengan dasar

menghitung harga satuan bangunan. Analisis harga satuan ini berdasarkan pada perhitungan

biaya yang diperlukan untuk 1 unit pekerjaan, dengan satuan-satuan seperti Rp…./m;

Rp…./m2; Rp…./m

3. Rumus perhitungan harga satuan pekerjaan adalah sebagai berikut:

∑ (1)

Asumsi dan pendekatan yang dilakukan adalah:

a. Pekerja bekerja dalam 7 jam kerja/hari

b. Komposisi pelaksanaan pekerjaan: tenaga kerja, peralatan, dan material yang digunakan

[9].

c. Harga satuan berdasarkan atas harga yang berlaku.

Sedangkan harga koefisien didapatkan dari rumus berikut:

(2)

Di mana:

NK = nilai koefisien

Vk = volume item bagian dari pekerjaan

Dij = durasi waktu yang dibutuhkan

Vtotal = volume total tahapan pekerjaan

2.3 Analisis Waktu Pekerjaan Pondasi

Berikut adalah beberapa perhitungan yang diperlukan untuk mendapatkan produktivitas kerja

excavator:

a. Kapasitas Produksi Excavator (Backhoe)

Analisis perbandingan..., Felix Cahyo Kuncoro Jakti, FT UI, 2013

4

(3)

Di mana:

Q = produksi per jam (m³/jam)

q = produksi per siklus (m³)

F = faktor pengisian munjung

AS:D = koreksi sudut putar dan kedalaman galian

Cm = waktu siklus (detik)

E = efisiensi kerja

V = koreksi volume = 1/(1+faktor kembang material)

b. Produksi per siklus (q)

(4)

Di mana:

q1 = kapasitas munjung menurut spesifikasi

K = faktor bucket

c. Waktu siklus (Cm)

(5)

Sedangkan, untuk dump truck, urutan perhitungan produktivitasnya adalah sebagai berikut:

a. Menghitung waktu siklus dari dump truck, yang meliputi:

a) waktu muat,

b) waktu angkut,

c) waktu bongkar muatan,

d) waktu untuk kembali,

e) waktu yang dibutuhkan dump truck untuk mengambil posisi dimuati kembali.

Waktu siklus adalah jumlah kelima waktu tersebut, yaitu:

(6)

Analisis perbandingan..., Felix Cahyo Kuncoro Jakti, FT UI, 2013

5

Di mana,

(7)

n = jumlah siklus yang diperlukan loader untuk mengisi dump truck

C1 = kapasitas rata-rata dump truck (m³, cuyd)

q1 = kapasitas bucket loader (m³)

K = faktor bucket loader

Cms = waktu siklus loader (menit)

D = jarak angkut dump truck (m, yd)

V1 = kecepatan rata-rata dump truck bermuatan (m/min, yd/min)

V2 = kecepatan rata-rata dump truck kosong (m/min, yd/min)

t1 = waktu buang + waktu stand by sampai pembuangan mulai ((menit)

t2 = waktu untuk posisi pengisian dan untuk loader mulai mengisi (menit)

b. Waktu pemuatan

Waktu yang diperlukan loader untuk memuat dump truck dapat dihitung sebagai berikut:

(8)

c. Waktu angkut material dan waktu kembali

Produksi per jam dari sejumlah \dump truck yang bekerja di pekerjaan yang sama secara

simultan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(9)

(1)

Di mana,

P = produksi per jam (m³/jam)

C = produksi per siklus

Et = efisiensi kerja dump truck

Cmt = waktu siklus dump truck (menit)

M = jumlah dump truck yang bekerja

n = jumlah n siklus dari loader untuk mengisi dump truck

q1 = kapasitas bucket (m³, cuyd)

K = faktor bucket loader

Analisis perbandingan..., Felix Cahyo Kuncoro Jakti, FT UI, 2013

6

Es = efisiensi kerja loader

Cms = waktu siklus loader (menit)

Kombinasi kerja antara dump truck dengan loader,

(2.2)

Jika dump truck dan loader digunakan secara bersama dalam suatu kombinasi, maka

sebaiknya kapasitas operasi dump truck sama dengan kapasitas loader. Dari persamaan di

atas, jika hasil sebelah kiri lebih besar maka produksi dump truck akan berlebih, begitu pula

sebaliknya berarti produksi loader yang lebih besar dan hal inilah yang menyebabkan waktu

tunggu menjadi lebih lama.

2.4 Metode Network

Pada dasarnya, metode network, baik CPM, PERT, maupun PDM memakai prinsip

perhitungan waktunya berdasarkan Critical Path Technique.

Gambar 1. Contoh diagram jaringan dengan PERT

Sumber: Optimasi Kinerja Proyek dengan Penggunaan Metode Beton Pracetak terhadap Biaya dan Waktu (Studi Kasus:

Kebagusan City) [10]

Analisis perbandingan..., Felix Cahyo Kuncoro Jakti, FT UI, 2013

7

Gambar 2. Contoh diagram jaringan dengan CPM

Sumber: Diolah dari Optimasi Kinerja Proyek dengan Penggunaan Metode Beton Pracetak terhadap Biaya dan Waktu (Studi

Kasus: Kebagusan City) [11]

Gambar 3. Contoh metode PDM

Sumber: Diolah dari Optimasi Kinerja Proyek dengan Penggunaan Metode Beton Pracetak terhadap Biaya dan Waktu (Studi

Kasus: Kebagusan City) [12]

Dengan PDM, dimungkinkan adanya empat jenis hubungan keterkaitan antarkegiatan

(multiple logic relationships) yang dilengkapi dengan fasilitas waktu antara (lag/lead time),

yaitu finish-to-start, start-to-finish, start-to-start, dan finish-to-finish [13].

3. Metode Penelitian

Mengacu pada strategi penelitian yang disarankan oleh Yin [14] dan berdasarkan latar

belakang rumusan masalah, yaitu bagaimana perbandingan metode pelaksanaan tiang pancang

dan tiang bor pada proyek pembangunan Rumah Sakit Kelas B di Bandung terhadap biaya

dan waktu pelaksanaan proyek, maka dipilih pendekatan studi kasus.

Analisis perbandingan..., Felix Cahyo Kuncoro Jakti, FT UI, 2013

8

Gambar 4. Diagram alir proses penelitian

Sumber: Hasil Olahan Sendiri

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk menghitung unit cost (harga satuan

pekerjaan) dibagi menjadi 2, yaitu:

Analisis BOW dan SNI untuk pekerjaan tanah yang berhubungan dengan pondasi.

Cara modern untuk pekerjaan yang tidak termuat dalam SNI, dengan menghitung

produktivitas tenaga kerja dan alat.

Analisis perbandingan..., Felix Cahyo Kuncoro Jakti, FT UI, 2013

9

Sedangkan, untuk mengetahui waktu pelaksanaan pekerjaan untuk masing-masing jenis

pondasi, akan dihitung produktivitas tenaga kerja dan alat. Kemudian, dilakukan analisis

network diagram untuk mengetahui urutan dan ketergantungan antarkegiatan yang

membentuk pekerjaan tersebut.

Analisis yang dilakukan setelah data diolah dan diperoleh hasilnya ialah analisis komparasi,

yaitu membandingkan biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan untuk tiang pancang dan tiang

bor. Alternatif yang dipilih dari segi biaya dan waktu ialah alternatif yang paling kecil biaya

dan durasinya.

4. Hasil Penelitian

4.1 Tiang Pancang

Tiang pancang yang digunakan adalah tiang pancang beton persegi pejal dengan dimensi

45x45 cm dan panjang 15 m.

Gambar 5. Tiga jenis pile cap pondasi tiang pancang

Sumber: Hasil Olahan Sendiri

Tabel 1. Volume Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang

Jenis Konstruksi Variasi Dimensi (m)

Pondasi Panjang = 0,45 Lebar = 0,45 kedalaman = 15 Banyak = 177

Pile Cap

P1 Panjang = 2,9 Lebar = 1,45 Tebal = 0,9 Banyak = 39

P2 Panjang = 2,9 Lebar = 2,9 Tebal = 0,9 Banyak = 18

P3 Luas = 6,544125 Tebal = 0,9 Banyak = 9

Sumber: Hasil Olahan Sendiri

Analisis perbandingan..., Felix Cahyo Kuncoro Jakti, FT UI, 2013

10

Tabel 2. Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang

No Uraian Satuan Volume Biaya Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

1 2 3 4 5 6

A Pekerjaan Tanah Rp 33.944.776,13

1 Galian tanah pile cap m3 748,5443 Rp 45.347,72 Rp 33.944.776,13

B Pekerjaan Pondasi Rp 2.379.275.331,42

1 Pemancangan m' 2655 Rp 411.903,31 Rp 1.093.603.296,69

2 Pemotongan pile head m' 265,5 Rp 271.570,05 Rp 72.101.848,28

3 Pembuatan lantai kerja 10 cm m3 18,71361 Rp 597.111,28 Rp 11.174.105,38

4 Bekisting pile cap m2 50,13036 Rp 204.627,45 Rp 10.258.047,48

5 Pembesian pile cap kg 52091,01 Rp 14.480,90 Rp 754.324.913,03

6 Pengecoran beton f'c 30 MPa m3 336,8449 Rp 1.299.746,87 Rp 437.813.120,57

C Jumlah Harga Rp 2.413.220.107,56

D PPN 10% Rp 241.322.010,76

E Total Harga Rp 2.654.542.118,31

F Pembulatan Rp 2.654.542.120,00

Sumber: Hasil Olahan Sendiri

Tabel 3. Durasi Aktivitas Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang

No Item Pek. SDM dan Alat Koef Prod. Volume Dur./

Grup

N

Grup Dur

A Pekerjaan Tanah

1

Galian tanah pile

cap

Excavator

Dump truck 0,0414 24,17 748,544 5 1 5

m3/jam m3 hari

hari

B Pekerjaan Pondasi

1 Pemancangan Pile driver 1,000 16,6 2655 23 1 23

m'/jam m' hari

hari

2

Pemotongan pile

head Mandor 0,050 20 265,5 14 1 14

Pekerja 0,200 m'/hari m' hari

hari

Tukang potong 0,100

3

Pembuatan lantai

kerja 10 cm Pekerja 1,200 2 18,713606 8 1 8

Tukang batu 0,200 m3/hari m3 hari

hari

Kepala tukang 0,020

Mandor 0,060

Vibrator 0,050

Analisis perbandingan..., Felix Cahyo Kuncoro Jakti, FT UI, 2013

11

Tabel 3. (Sambungan)

No Item Pek. SDM dan Alat Koef. Prod. Volume Dur./

Grup

N

Grup Dur.

4 Bekisting pile cap Pekerja 0,150 4 50,13036 13 1 13

Mandor 0,005 m2/hari m2 hari

5 Pembesian pile cap Pekerja 0,010 2700,55 85067,43 32 2 16

Tukang besi 0,005 kg/hari kg hari

hari

Kepala tukang 0,003

Mandor 0,003

6

Pengecoran beton

f'c 30 MPa Concrete mixer 0,631 11,09 336,84491 31 1 31

m3/hari m3 hari

Sumber: Hasil Olahan Sendiri

Tabel 4. Barchart dan Kurva S Pekerjaan Tiang Pancang

Sumber: Hasil Olahan Sendiri

4.2 Tiang Bor

Tiang bor yang digunakan merupakan tiang bor beton bulat pejal dengan dimensi 40 cm

dan panjang 14,25 m.

Gambar 6. Tiga jenis pile cap pondasi tiang bor

Sumber: Hasil Olahan Sendiri

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

A Pekerjaan Tanah

1 Galian tanah pile cap 5 33.944.776,13Rp 1,407% 1,407%

B Pekerjaan Pondasi

1 Pemancangan 23 1.093.603.296,69Rp 45,317% 13,792% 13,792% 13,792% 3,941%

2 Pemotongan pile head 14 72.101.848,28Rp 2,988% 1,494% 1,494%

3 Pembuatan lantai kerja 10 cm 8 11.174.105,38Rp 0,463% 0,289% 0,174%

4 Bekisting pile cap 13 10.258.047,48Rp 0,425% 0,065% 0,229% 0,131%

5 Pembesian pile cap 16 754.324.913,03Rp 31,258% 1,954% 13,675% 13,675% 1,954%

6 Pengecoran beton f'c 30 MPa 31 437.813.120,57Rp 18,142% 4,097% 4,097% 4,097% 4,097% 1,756%

BOBOT PEKERJAAN (%) 73 2.413.220.107,56Rp 100,000% 13,792% 13,792% 13,792% 5,347% 1,494% 3,802% 18,175% 17,903% 6,050% 4,097% 1,756%

100,000% 13,792% 27,584% 41,377% 46,724% 48,218% 52,020% 70,195% 88,097% 94,148% 98,244% 100,000%

NO. URAIAN PEKERJAAN TOTAL HARGA BOBOT 1 2 3DURASI

BULAN

BOBOT KUMULATIF (%)

Analisis perbandingan..., Felix Cahyo Kuncoro Jakti, FT UI, 2013

12

Tabel 5. Volume Pekerjaan Tiang Bor

Jenis

Konstruksi Variasi Dimensi (m)

Volume

(m3)

Pondasi

Dia.= 0,4

Dalam= 14,25 Jum= 177 316,7946

Pile Cap P1 Dia.= 0,4

Dalam= 14,25 Jum= 177 316,7946

P2

Panjang

= 2,5

Lebar

= 1,3 Tebal = 0,8 Jum= 39 101,4

P3

Panjang

= 2,5

Lebar

= 2,5 Tebal = 0,8 Jum= 18 90

Sumber: Hasil Olahan Sendiri

Tabel 6. Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Pondasi Tiang Bor

No Uraian Satuan Volume Biaya Satuan

(Rp) Jumlah (Rp)

1 2 3 4 5 6

A Pekerjaan Tanah Rp 91.342.209,68

1 Galian tanah pile cap m3 572,5338 Rp 40.288,64 Rp 23.066.608,98

2 Galian tiang bor m3 316,7946 Rp 215.520,09 Rp 68.275.600,70

B Pekerjaan Pondasi Rp 2.336.564.451,55

1 Pemasangan tulangan tiang bor kg 66515,50969 Rp 14.514,89 Rp 965.465.439,47

2 Pengecoran tiang bor m3 316,7946 Rp 1.278.391,58 Rp 404.987.549,70

3 Pembuatan lantai kerja 10 cm m3 14,313345 Rp 597.111,28 Rp 8.546.659,75

4 Bekisting pile cap m2 45,634704 Rp 204.627,45 Rp 9.338.112,88

5 Pembesian pile cap kg 44768,24668 Rp 14.531,89 Rp 650.567.084,02

6 Pengecoran beton f'c 30 MPa m3 229,01352 Rp 1.299.746,87 Rp 297.659.605,72

C Jumlah Harga Rp 2.427.906.661,23

D PPN 10% Rp 242.790.666,12

E Total Harga Rp 2.670.697.327,36

F Pembulatan Rp 2.670.697.330,00

Sumber: Hasil Olahan Sendiri

Tabel 7. Durasi Aktivitas Pekerjaan Pondasi Tiang Bor

N

o Item Pek. SDM dan Alat Koef. Prod. Volume

Dur./

Grup

N

Grup Dur.

A Pekerjaan Tanah

1 Galian tanah pile cap Excavator dan

Dump Truck 0,0414 24,17 572,5338 4 1 4

m3/jam m3 hari hari

Analisis perbandingan..., Felix Cahyo Kuncoro Jakti, FT UI, 2013

13

Tabel 7. (Sambungan)

N

o Item Pek. SDM dan Alat Koef. Prod. Volume

Dur./

Grup

N

Grup Dur.

2 Galian tiang bor Alat bor 0,2400 6,258 316,7946 51 1 51

m3/hari m3 hari

hari

B Pekerjaan Pondasi

1

Pemasangan tulangan

tiang bor Pekerja 0,0030 2025,995 66515,51 33 2 17

Tukang besi 0,0015 kg/hari kg hari

hari

Kepala tukang 0,0005

Mandor 0,0005

2 Pengecoran tiang bor Concrete mixer 0,4910 14,26 316,7946 23 1 51

m3/hari m3 hari

hari

3

Pembuatan lantai

kerja 10 cm Pekerja 1,2000 2 14,31335 8 1 8

Tukang batu 0,2000 m3/hari m3 hari

hari

Kepala tukang 0,0200

Mandor 0,0600

Vibrator 0,0500

4 Bekisting pile cap Pekerja 0,1500 4 45,56347 12 1 12

Mandor 0,0050 m2/hari m2 hari

hari

5 Pembesian pile cap Pekerja 0,0024 1653,58 44.768,25 28 2 14

Tukang besi 0,0012 kg/hari kg hari

hari

Kepala tukang 0,0006

Mandor 0,0006

6

Pengecoran beton f'c

30 MPa Concrete mixer 0,6310 11,09 229,0135 21 1 21

m3/hari m3 hari

hari

Sumber: Hasil Olahan Sendiri

Tabel 8. Barchart dan Kurva S Pekerjaan Tiang Bor

Sumber: Hasil Olahan Sendiri

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

A Pekerjaan Tanah

1 Galian tanah pile cap 5 23.066.608,98Rp 0,950% 0,570% 0,380%

2 Galian tiang bor 51 68.275.600,70Rp 2,812% 0,386% 0,386% 0,386% 0,386% 0,386% 0,386% 0,386% 0,110%

B Pekerjaan Pondasi

1 Pemasangan tulangan tiang bor 17 965.465.439,47Rp 39,765% 16,374% 16,374% 7,017%

2 Pengecoran tiang bor 51 404.987.549,70Rp 16,681% 2,289% 2,289% 2,289% 2,289% 2,289% 2,289% 2,289% 0,654%

3 Pembuatan lantai kerja 10 cm 8 8.546.659,75Rp 0,352% 0,220% 0,132%

4 Bekisting pile cap 12 9.338.112,88Rp 0,385% 0,064% 0,224% 0,096%

5 Pembesian pile cap 14 650.567.084,02Rp 26,795% 1,914% 13,398% 11,484%

6 Pengecoran beton f'c 30 MPa 21 297.659.605,72Rp 12,260% 4,087% 4,087% 4,087%

BOBOT PEKERJAAN (%) 98 2.427.906.661,23Rp 100,000% 16,374% 19,049% 9,693% 2,675% 2,675% 2,675% 2,675% 2,675% 0,764% 0,570% 2,578% 17,841% 15,667% 4,087%

100,000% 16,374% 35,423% 45,116% 47,792% 50,467% 53,143% 55,818% 58,494% 59,258% 59,828% 62,406% 80,247% 95,913% 100,000%BOBOT KUMULATIF (%)

4NO. URAIAN PEKERJAAN DURASI BOBOT 1 2 3

BULAN

TOTAL HARGA

Analisis perbandingan..., Felix Cahyo Kuncoro Jakti, FT UI, 2013

14

5. Pembahasan

5.1 Pekerjaan Dominan

Pekerjaan dominan, apabila dilihat dari aspek biaya, merupakan pekerjaan-pekerjaan yang

mempengaruhi sebagian besar biaya proyek. Dengan menggunakan prinsip Pareto, dapat

diperoleh kegiatan-kegiatan dominan pada pekerjaan tiang pancang dan tiang bor proyek

pembangunan rumah sakit ini.

Pada pelaksanaan pondasi tiang pancang, diperlukan bantuan peralatan konstruksi dengan

tujuan untuk mengembangkan metode-metode produksi sesuai perkembangan teknologi

sehingga tercapai efisiensi dan efektivitas, ditinjau dari unsur waktu, biaya, mutu, dan

keselamatan kerja [15].

Tabel 9. Diagram Pareto Pekerjaan Tiang Pancang

No Uraian Bobot (%) Kumulatif (%)

1 2 3 4

1 Pemancangan 45,317% 45,317%

2 Pembesian pile cap 31,258% 76,575%

3 Pengecoran beton f'c 30 MPa 18,142% 94,717%

4 Pemotongan pile head 2,988% 97,705%

5 Galian tanah pile cap 1,407% 99,112%

6 Pembuatan lantai kerja 10 cm 0,463% 99,575%

7 Bekisting pile cap 0,425% 100,000%

Sumber: Hasil Olahan Sendiri

Tabel 10. Diagram Pareto Pekerjaan Tiang Bor

No Uraian Bobot (%) Kumulatif (%)

1 2 3 4

1 Pemasangan tulangan tiang cor 39,765% 39,765%

2 Pembesian pile cap 26,795% 66,561%

3 Pengecoran tiang bor 16,681% 83,241%

4 Pengecoran beton f'c 30 MPa 12,260% 95,501%

5 Galian tiang bor 2,812% 98,313%

6 Galian tanah pile cap 0,950% 99,263%

7 Bekisting pile cap 0,385% 99,648%

8 Pembuatan lantai kerja 10 cm 0,352% 100,000%

Sumber: Hasil Olahan Sendiri

Analisis perbandingan..., Felix Cahyo Kuncoro Jakti, FT UI, 2013

15

5.2 Pekerjaan Kritis

Gambar 7. Network diagram pekerjaan tiang pancang

Sumber: Hasil Olahan dari Microsoft Project

Gambar 8. Network diagram pekerjaan tiang bor

Sumber: Hasil Olahan dari Microsoft Project

5.3 Perbandingan Durasi Pekerjaan Tiang Pancang dan Tiang Bor

Gambar 9. Grafik perbandingan durasi pekerjaan tiang pancang dan tiang bor

Sumber: Hasil Olahan Sendiri

5

23

14 8

13 16

31

5

51

17

51

8 12 14

21

0

10

20

30

40

50

60

Du

rasi

Kegiatan

Durasi Pekerjaan Tiang Pancang vs. Tiang Bor

DURASI PANCANG DURASI BOR

Analisis perbandingan..., Felix Cahyo Kuncoro Jakti, FT UI, 2013

16

Pemanfaatan peralatan pondasi, baik pancang maupun bor, dinilai efisien dan efektif, apabila

produktivitas (Q) per satuan waktu (jam atau hari) meningkat secara signifikan dengan

meningkatnya produktivitas [16].

5.4 Perbandingan Biaya Pekerjaan Tiang Pancang dan Tiang Bor

Proses memperkirakan produktivitas dan biaya konstruksi pondasi tiang merupakan sesuatu

yang rumit karena adanya beberapa faktor, seperti hadangan kondisi bawah permukaan yang

tidak terlihat, kurangnya pengalaman kontraktor, perencanaan lokasi proyek, serta

pemeliharaan peralatan pondasi tiang, baik pancang atau bor [17].

Gambar 10. Grafik perbandingan biaya pekerjaan tiang pancang dan tiang bor

Sumber: Hasil Olahan Sendiri

5.5 Kelebihan dan Kekurangan Pondasi Tiang Pancang dan Tiang Bor

Kelebihan pondasi tiang pancang, antara lain:

a. Waktu yang dibutuhkan lebih cepat.

b. Biaya yang dikeluarkan lebih murah dibanding tiang bor.

Sedangkan, kelemahannya, antara lain:

a. Mobilisasi tiang pancang yang memerlukan biaya dan waktu. Tiang pancang yang

dipilih adalah tiang dengan panjang 15 m, karena sulit untuk menemukan tiang pancang

Rp-

Rp200.000.000,00

Rp400.000.000,00

Rp600.000.000,00

Rp800.000.000,00

Rp1.000.000.000,00

Rp1.200.000.000,00

Bia

ya

Kegiatan

Biaya Pekerjaan Tiang Pancang vs. Tiang Bor

BIAYA PANCANG BIAYA BOR

Analisis perbandingan..., Felix Cahyo Kuncoro Jakti, FT UI, 2013

17

sepanjang 14,25 m sesuai dengan kedalaman tanah keras. Mobilisasi dilakukan dari

pabrikasinya di Bogor atau Majalengka. Tiang sepanjang 15 meter memerlukan truk

panjang sehingga manajemen lalu lintasnya harus diusahakan sedemikian rupa sehingga

tetap lancar dan tidak mengganggu lingkungan ssekitar.

b. Untuk metode pelaksanaan, alternatif ini kurang sesuai dengan lingkungan. Hal ini

diakibatkan oleh suara dan getaran pada saat pemancangan. Oleh karena itu, dapat

dipilih alat pancang tipe hydraulic hammer yang suara dan getarannya tidak terlalu

mengganggu lingkungan.

c. Kesalahan metode pemancangan dapat menimbulkan kerusakan pada pondasi, sehingga

menimbulkan penambahan biaya dan waktu pelaksanaan.

d. Tergantung pada suplai pabrik, sehingga harus dipastikan terlebih dahulu kemampuan

pabrik untuk menyuplai tiang pancang.

Untuk pondasi tiang bor, kelebihannya ialah:

a. Kedalaman tiang dapat divariasikan.

b. Untuk metode pelaksanaannya sesuai dengan lingkungan sekitar, yaitu tidak membuat

suara dan getaran yang dapat mengganggu.

Sedangkan, kekurangannya antara lain:

a. Untuk metode pelaksanaan, pada tempat kerja akan lebih kotor karena adanya pengalian

tiang bor. Tetapi hal ini dapat diatasi dengan langsung membuang galian dengan dump

truck.

b. Biaya dan waktu pelaksanaan lebih besar dibanding tiang pancang. Hal ini dikarenakan

volume beton dan pembesian lebih besar.

c. Mutu pondasi sulit dikontrol.

d. Keadaan cuaca yang buruk dapat mempersulit pengeboran dan pembetonan.

e. Akan terjadi tanah runtuh jika tindakan pencegahan tidak dilakukan.

6. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang diperoleh sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

a. Pekerjaan tiang pancang beton persegi pejal dengan dimensi 45x45 cm dan panjang 15

m membutuhkan biaya sebesar Rp2.654.542.120,00 (dengan PPN 10%) serta durasi

pelaksanaan selama 73 hari.

Analisis perbandingan..., Felix Cahyo Kuncoro Jakti, FT UI, 2013

18

b. Pekerjaan tiang bor beton bulat pejal dengan dimensi 40 cm dan panjang 14,25 m

membutuhkan biaya sebesar Rp2.670.697.330,00 (dengan PPN 10%) serta durasi

pelaksanaan selama 98 hari.

c. Tiang pancang dipilih sebagai pondasi tiang yang digunakan pada pembangunan Rumah

Sakit Kelas B di Bandung ini.

7. Saran

Saran yang dapat diberikan untuk penelitian ini adalah:

a. Melakukan observasi langsung ke lapangan untuk mendapatkan gambaran langsung

kondisi eksisting, termasuk kondisi lingkungan, sehingga penentuan pondasi dalam

yang digunakan sesuai dengan kondisi setempat.

b. Memperhitungkan produktivitas alat berat sesuai dengan spesifikasi alat berat yang

tersedia, termasuk memperhitungkan umur alat berat dan tingkat pemakaian alat

selama proyek.

c. Mempertimbangkan idle time, hari libur, dan risiko yang dapat mempengaruhi biaya

dan waktu pelaksanaan pekerjaan pondasi dalam.

Daftar Referensi

[1] Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Jawa Barat, Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi

Jawa Barat Tahun 2009, BPS Provinsi Jawa Barat, Bandung, 2009.

[2] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan

Gedung, 2002.

[3] L. Bjerrum, N. Simons, Comparison of Shear Strength Characteristics of Normally

Consolidated Clay, Conf. Shear Strength Cohesive Soils Proc. ASCE, 1960, p.711.

[4] A. Sutrisno, G. C. Han, Skripsi Sarjana. Program Studi Teknik Sipil, Universitas

Kristen Petra, Surabaya, Indonesia, 2009.

[5] T. Hughes, T. Williams, Quality Assurance: A Framework to Build on, BSP

Professional Books, Oxford, 1991.

[6] National Economic Development Office (N.E.D.O), Faster Building for Industry,

London: Her Majesty’s Stationery Office, 1983.

[7] C. T. Jahren, A. M. Asha, Predictors of Cost-Overrun Rates, J. of Constr. Eng. and

Mgmt. ASCE 116 (1990) 551.

Analisis perbandingan..., Felix Cahyo Kuncoro Jakti, FT UI, 2013

19

[8] Canadian Geotechnical Society, Foundation Engineering Manual, 4th ed., Canadian

Geotechnical Society, 2006, p.260.

[9] Asiyanto, Construction Project Cost Management, 3rd ed., PT Pradnya Paramita,

Jakarta, 2010, p.92.

[10] T.P. Santoso, Skripsi Sarjana, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Indonesia, Depok, Indonesia, 2011.

[11] T.P. Santoso, Skripsi Sarjana, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Indonesia, Depok, Indonesia, 2011.

[12] T.P. Santoso, Skripsi Sarjana, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Indonesia, Depok, Indonesia, 2011.

[13] A. Waryanto, Project Scheduling Concepts & Techniques - III: Precedence

Diagramming Method (PDM). Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Indonesia, Depok, 2011, p.2.

[14] R. K. Yin, Case Study Research: Design and Method, 2nd ed., SAGE Publication, New

York, 1994, p.6.

[15] D. K. Singojudo, Pengaruh Lay-Out Operasi Peralatan Pancang terhadap Produktivitas

Pemancangan Pondasi Gedung "X", Pros. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi

Prasarana Wilayah, D3 Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya,

2009, p.166.

[16] D. K. Singojudo, Pengaruh Lay-Out Operasi Peralatan Pancang terhadap Produktivitas

Pemancangan Pondasi Gedung "X", Pros. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi

Prasarana Wilayah, D3 Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya,

2009, p.161.

[17] T. M. Zayed, D W. Halpin, Productivity and Cost Regression Models for Pile

Construction, J. of Constr. Eng. and Mgmt. (2005) 779.

Analisis perbandingan..., Felix Cahyo Kuncoro Jakti, FT UI, 2013