2. Peran Prwt Saat Bncana

download 2. Peran Prwt Saat Bncana

of 8

description

peran prwt saat bncana

Transcript of 2. Peran Prwt Saat Bncana

Sabtu, 11 Juni 2011

uk menambah peneetahuan mahasiswa tantang PERAN PERAWAT DALAM PENANGGULANGAN BENCANA SEBAGAI BAGIAN DARI MANAJEMENT.

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANG

Sejak bencana Tsunami yang melanda Asia Tenggara, khususnya Aceh dan P.Nias pada 2004 lalu sepertinya Indonesia sampai hari ini menjadi langganan bencana. Mulai dari banjir bandang di Jember, gempa Jogja plus ancaman merapinya, banjir lagi di Banjarmasin, lalu tak lama berselang terjadi lagi gempa+Tsunami di Pangandaran, Jabar, gempa Maluku walaupun berskala kecil, kebakaran hutan di Sumatera &Kalimantan, runtuhnya timbunan sampah di Bekasi yang memakan korban sampailah bencana teranyar plus terlama Lumpur panas PT. Lapindo Brantas di Porong, Sidoarjo yang berhasil pecahkan rekor lebih dari 115 hari.

Melihat fenomena itu tentu banyak yang jadi korban baik nyawa, materi, dan masa depan.

Sayangnya seperti yg slalu kita tau bahwa kita semua selalu menyiapkan penanggulangan emergency saat bahaya sudah datang. Sepertinya baik pemerintah dan warga masih sulit belajar dari pengalaman masa lalu .Bencana tak hanya di Indonesia, banyak kejadian di dunia baik akibat tangan manusia maupun murni kejadian alam. Sebut aja kekeringan dan kelaparan yang tak habis-habis di sebagian Afrika,Badai dan angin ribut di China dan Taiwan hingga perang Amerika-Irak, dan perang Israel-Lebanon.

B. TUJUAN

1. Tujuan umun

Untuk memenuhi tugas mata kuliah MANAGEMEN KESEHATAN dan untuk menambah peneetahuan mahasiswa tantang PERAN PERAWAT DALAM PENANGGULANGAN BENCANA SEBAGAI BAGIAN DARI MANAJEMENT.

2. Tujuan khusus

Untuk mengetahui bagaimana PERAN PERAWAT DALAM PENANGGULANGAN BENCANA SEBAGAI BAGIAN DARI MANAJEMENT

BAB II

PEMBAHASAN

EPIDEMIOLOGI BENCANA

Seperti yang tertulis, bahwa bencana itu bisa murni sebagai kejadian alam ( gempa bumi, topan, volcano, badai, banjir ) bisa juga karena perbuatan dan kelalaian manusia seperti kebakaran, perang, kecelakaan transportasi. Agen primer termasuk angin, air, lumpur, asap, dan panas. Sedangkan agen sekunder termasuk bakteri dan virus yang menkontaminasi/ menginfeksi akibat yang ditimbulkan oleh agen primer tersebut.Faktor-faktor host (manusia) juga mempengaruhi efek dari bencana tersebut, sebut saja usia, status kesehatan, status imunisasi, tingkat mobilisasi, dan kondisi psikologis. Secara langsung maupun tidak langsung bencana ikut dipengaruhi oleh agen-agen lingkungan yang sifatnya fisik, kimia, biologi maupun sosial.

Secara fisik bencana dipengaruhi oleh kondisi cuaca, ketersediaan makanan dan air.

Secara kimia termasuk kebocoran zat kimia ke dalam air, udara, dan ke dalam suplai makanan. Secara biologi termasuk kontaminasi pada makanan dan air, pembuangan akhir dan pengelolaan sampah yang tidak layak, dan penyimpanan makanan yang tidak sesuai. Faktor sosial termasuklah perbedaan pendapat tentang keyakinan, fanatisme, strata sosial dan lainnya.

FASE-FASE BENCANA

Menurut Barbara Santamaria dalam buku Community Health Nursing, ada 3 fase dalam terjadinya suatu bencana yaitu :

a. fase preimpact

Fase preimpact merupakan fase WARNING, tahap awal dari bencana. Informasi didapat dari badan satelit& meteorologi cuaca. Seharusnya pada fase inilah segala persiapan dilakukan baik oleh pemerintah, lembaga, dan warga. Namun pada kenyataannya negeri kita masih sulit ya untuk mengerti kalimat ini.

b. fase impact

Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks dari bencana. Inilah saat-saat dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk survive. Fase impact ini terus berlanjut hingga terjadi kerusakan dan bantuan-bantuan darurat dilakukan.

c. fase postimpact.

Fase postimpact adalah saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari fase darurat, juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi komunitas normal. Secara umum dalam fase postimpact ini para korban akan mengalami tahap penolakan hingga penerimaan.

Tidak hanya fisik dan kejiwaan masyarakat yang terganggu, keadaan fisik fasilitas umum yang membantu menunjang kehidupan juga akan terganggu.

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21).

Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional. Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan.

Pada peran ini perawat diharapkan mampu :

Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga , kelompok atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks.

Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan klien berdasrkan kebutuhan significan dari klien.

Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan mulai dari masalah fisik sampai pada masalah psikologis.

Elemen Peran

Menurut pendapat Doheny (1982) ada beberapa elemen peran perawat professional antara lain : care giver, client advocate, conselor, educator, collaborator, coordinator change agent, consultant dan interpersonal proses.

Client Advocate (Pembela Klien)

Tugas perawat :

Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.

Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak klien.

Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien

Hak-Hak Klien antara lain :

Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya

Hak atas informasi tentang penyakitnya

Hak atas privacy

Hak untuk menentukan nasibnya sendiri

Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan.

Hak-Hak Tenaga Kesehatan antara lain :

Hak atas informasi yang benar

Hak untuk bekerja sesuai standart

Hak untuk mengakhiri hubungan dengan klien

Hak untuk menolak tindakan yang kurang cocok

Hak atas rahasia pribadi

Hak atas balas jasa

Conselor

Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.

Peran perawat :

Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya.

Perubahan pola interaksi merupakan Dasar dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya.

Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu.

Pemecahan masalah di fokuskan pada masalah keperawatan

Educator :

Mengajar adalah merujuk kepada aktifitas dimana seseorang guru membantu murid untuk belajar. Belajar adalah sebuah proses interaktif antara guru dengan satu atau banyak pelajar dimana pembelajaran obyek khusus atau keinginan untuk merubah perilaku adalah tujuannya. (Redman, 1998 : 8 ). Inti dari perubahan perilaku selalu didapat dari pengetahuan baru atau ketrampilan secara teknis.

PERAN PERAWAT DALAM MANAJEMEN KEJADIAN BENCANA

Seorang perawat, khususnya perawat komunitas memiliki tanggung jawab peran dalam membantu mengatasi ancaman bencana baik selama tahap preimpact, impact/emergency, dan postimpact. Dalam melakukan tugasnya tentu perawat tidak bisa berjalan sendiri. Koordinasi dan persiapan yang baik mulai dari pemerintah atas hingga ke cabang-cabang di bawahnya mutlak diperlukan. Dimulai dari pusat studi bencana, badan meteorologi, pemerintah pusat dan daerah, para teknisi, departemen kesehatan, palang merah nasional, tenaga-tenaga kesehatan, departemen penerangan, dinas transportasi hingga dinas kebakaran dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat, semua ikut terlibat dalam perencanaan persiapan penanggulangan bencana.

Peran perawat disini bisa dikatakan multiple, ialah sebagai bagian dari penyusun rencana, pendidik, pemberi asuhan keperawatan, dan bagian dari tim pengkajian kejadian bencana.

Tujuan utama dari tindakan keperawatan bencana ini adalah untuk mencapai kemungkinan tingkat kesehatan terbaik masyarakat yang terkena bencana tersebut. Jika seorang perawat berada di pusat area bencana, ia akan dibutuhkan untuk ikut mengevakuasi dan memberi pertolongan pertama pada korban

Sedangkan di lokasi-lokasi penampungan seorang perawat bertanggung jawab pada evaluasi kondisi korban, melakukan tindakan keperawatan berkelanjutan, dan mengkondisikan lingkungan terhadap perawatan korban-korban dengan penyakit menular.

1). Peran dalam Pencegahan Primer

Ada 2 hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana ini, antara lain:

a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam penanggulangan ancaman bencana untuk tiap fasenya (preimpact, impact, postimpact).

b. Para perawat ini, khususnya perawat komunitas mendapat pelatihan tentang berbagai tindakan dalam penanggulan ancaman dan dampak bencana. Misalnya mengenali instruksi ancaman bahaya; mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency (makanan, air, obat-obatan, pakaian dan selimut, serta tenda) dan mengikuti pelatihan penanganan pertama korban bencana.

Perawat ikut terlibat bersama berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang merah nasional maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.

EDUCATION

Program promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapai bencana seharusnya merupakan bagian dari perencanaan perawat komunitas. Penyuluhan atau usaha edukasi publik harus meliputi:

a. Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)

b. Keluarga

c. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga dengan kecurigaan fraktur tulang , perdarahan, dan pertolongan pertama luka bakar. Pelatihan ini akan lebih baik jika keluarga juga diberikan informasi mengenai perlengkapan kesehatan (first aid kit) yang seharusnya ada di rumah seperti obat-obat penurun panas (parasetamol), tablet antasida, obat antidiare, alkohol antiseptik, laksatif, pencuci mata, termometer, perban, plester, bidai, dan sarung tangan.

d. Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan membawa persediaan makanan, penggunaan air yang aman.

e. Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas kebakaran, RS dan ambulans.

f. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa (misal pakaian seperlunya, portable radio, senter, baterai).

g. Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-posko bencana.

2). Peran Perawat dalam Keadaan Darurat (Impact Phase)

Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah keadaan stabil. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim survey mulai melakukan pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga perawat sebagai bagian dari tim kesehatan.

Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan tindakan pertolongan pertama. Ada saat dimana seleksi pasien untuk penanganan segera (emergency) akan lebih efektif. Seleksi itu sering dikenal dengan Triase, yaitu seleksi pasien berdasar kondisi tubuh, fisiologisnya, dan probabilitas keselamatan. Triase yang berasal dari bahasa Prancis Triage yang berarti kategorisasi ini menggunakan sistem warna dalam seleksi pasien.

TRIASE

a. Merah : paling penting, prioritas utama.

Biasanya merah adalah keadaan yang mengancam kehidupan sebagian besar pasien mengalami hipoksia, syok, trauma dada, perdarahan internal, trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, luka bakar derajat I-II.

b. Kuning penting, prioritas kedua

Prioritas kedua meliputi injury dengan efek sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok karena dalam keadaan ini sebenarnya pasien masih dapat bertahan selama 30-60 menit. Injury tersebut antara lain fraktur tulang multipel, fraktur terbuka, cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat II.

c. Hijau : prioritas ketiga

Yang termasuk kategori ini adalah fraktur tertutup, luka bakar minor, minor laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi.

d. Hitam : meninggal

Ini adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari bencana, ditemukan sudah dalam keadaan meninggal.

PERTOLONGAN PERTAMA

Sesaat setelah fase impact terjadi dan keadaan mulai stabil maka saat itu juga para tenaga kesehatan diharapkan langsung melakukan tugasnya.

Prioritas utama penyelesaian masalah kesehatan dalam keadaan tersebut antara lain:

a. Masalah sistem respirasi

Termasuk dalam masalah ini adalah hipoksia dan asfiksia misalnya akibat dari Cedera Otak Berat (COB), cedera servikal, dan luka bakar terutama luka bakar pada leher dan wajah.

b. Masalah sirkulasi

Termasuk syok yang disebabkan oleh perdarahan dan luka bakar

Angina hingga cardiac arrest

Trauma dada

Trauma abdomen

c. Masalah sistem musculoskeletal

Fraktur basis crania

Fraktur tulang multiple

Dislokasi

d. Masalah sistem persyarafan

Cedera servikal

Cedera medulla spinalis

e. Masalah kejiwaan

Distres dan Depresi

Panik hingga gaduh gelisah

Penanganan dan terapi utama mencakup kebutuhan dan pengawasan pada:

1. Assesment pada Tanda-tanda vital (TTV)

2. Airway : Bebaskan jalan napas jika dicurigai terhalang. Airway dapat dilakukan dengan cara chin lift, head tilt, dan jaw thrust.

3. Breathing, berikan suplai oksigen sesuai kebutuhan klien

4. Circulation, meliputi tindakan:

a. RJPO / Resusitasi Jantung Paru

b. Terapi cairan (alternatif infus dengan NaCl, Ringer Laktat, Manitol 20% atau glukosa 40% jika terdapat udema dan ada kecurigaan mengalami peningkatan Tek. Intra Kranial)

c. Lakukan pembebatan pada bagian yang terdapat laserasi dan perdarahan untuk mengurangi perdarahan dan risiko syok

5. Drugs

Termasuk antibiotik, analgesik, morphin, antianginaobat cardiovaskuler, antikejang, antidepresan, dan penenang.

6. Letak atau posisi korban, terutama pada korban-korban dengan fraktur.

a. Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur maupun dislokasi.

b. Sebelum dipindahkan lakukanlah pembidaian. Pembidaian mencakup sendi proksimal dan distal daerah fraktur.

c. Pada trauma sekitar sendi, pembidaian harus mencakup tulang di bagian proksimal dan distal.

d. Beri bantalan dan penopang pada anggota gerak yang dibidai.

e. Bila dicurigai ada trauma tulang belakang maka lakukanlah Neutral in Line Position.

f. Jika terjadi kesulitan dalam meluruskan, maka pembidaian dilakukan apa adanya.

Pasang Collar Brace maupun sejenisnya yang dapat digunakan untuk menopang leher jika dicurigai terjadi trauma servikal.

3). Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana

Selain tindakan emergency perawat juga memiliki tanggung jawab terhadap masyarakat korban bencana yang mengungsi. Tugas dan tanggung jawab tersebut yaitu:

1. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-hari

2. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian

3. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan kesehatan di RS

4. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian

5. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi, peralatan kesehatan

6. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya

7. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot)

8. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain.

9. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan psikiater

10. Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi

4). Peran perawat dalam fase postimpact

Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan psikologis korban. Selama masa perbaikan perawat membantu masyarakat untuk kembali pada kehidupan normal. Beberapa penyakit dan kondisi fisik mungkin memerlukan jangka waktu yang lama untuk normal kembali bahkan terdapat keadaan dimana kecacatan terjadi. Kebutuhan psikologis bisa menjadi masalah utama dalam fase ini.

Stres psikologis yang terjadi seperti yang disebutkan pada point g di atas dapat terus berkembang hingga terjadi Posttraumatic Stres Disorder (PTSD) Syndrom yang memiliki 3 kriteria utama. Yaitu, Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacunya. Ketiga, individu akan menunjukkan gangguan fisik. Selain itu individu dengan PTSD dapat mengalami penurunan konsentrasi, perasaan bersalah,dan gangguan memori.

Dalam hal ini perawat, psikiater, maupun psikolog harus menyadari tanda dan gejala dari sindrom PTSD ini karena sindrom ini bisa saja terjadi berselang waktu yang lama dari kejadian bencana tersebut.

Alternatif pelayanan yang dapat diberikan pada pasien dengan stres kejiwaan ini adalah:

1. Jaminan perlindungan dari pemerintah

2. Penyediaan tempat oleh pemerintah maupun lembaga untuk pelayanan emergency pada kondisi tersebut

3. Informasi alamat dan kontak dengan RS, yang dapat diinformasikan pada keluarga Penyediaan layanan Home Visit.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. bahwa bencana itu bisa murni sebagai kejadian alam ( gempa bumi, topan, volcano, badai, banjir ) bisa juga karena perbuatan dan kelalaian manusia seperti kebakaran, perang, kecelakaan transportasi.

2. Jadi dalam penanganan bencana perawat harus

Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga kelompok atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks.

Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan klien berdasrkan kebutuhan significan dari klien.

3. Tugas perawat :

Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.

Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak klien.

4. Peran perawat :

Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya.

Perubahan pola interaksi merupakan Dasar dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya.

Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu.

Pemecahan masalah di fokuskan pada masalah keperawatan

SARAN

1. Diharapkan bagi petugas kesehatan dapat memberikan suatu pelayanan yang sangat memuaskan bagi korban maupun pasien agar terjadi suatu kepercayaan anatara tenaga kesehatan dan pasien.

2. Bagi pasien yang mengalami kejadian bencana alam harus melaporkan kepada tim kesehatan untuk menindak lanjuti atau olah lokasi bencana.

3. Sebaiknya pasien korban bencana harus segera melapor kepada rumah sakit atau tenaga kesehatan terdekat dari bencana.