2. KERANGKA TEORI 2.1 Konsep Pertanian...

17
7 2. KERANGKA TEORI 2.1 Konsep Pertanian Anorganik Menurut kamus biologi umum, pertanian diartikan sebagai segala kegiatan dan upaya manusia untuk meningkatkan hasil bumi, sehingga selain bercocok tanam termasuk di dalamnya kegiatan dalam bidang kehutanan, kehewanan, perikanan, dan perkebunan (Rifai, 2003). Dalam meningkatkan produktivitas hasil bumi, terutama pada bidang pertanian diperlukan beberapa perlakuan seperti penambahan unsur hara yang berasal dari luar ekosistem, pemuliaan tanaman, hingga modifikasi karakteristik dari lahan yang disesuaikan dengan syarat tumbuh dari jenis tanaman yang dibudidayakan. Pada budidaya pertanian modern atau yang dikenal dengan istilah pertanian anorganik, budidayanya memerlukan pengolahan lahan yang disesuaikan dengan kebutuhan komoditas dibudidayakan, juga memerlukan penambahan bahan kimia sintesis sebagai unsur hara. Beberapa pupuk kimia sintesis tersebut seperti UREA, TSP, KCL, SP-36 dan lain sebagainya. Penambahan unsur hara ini memiliki tujuan untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang dirancang sedemikian rupa melalui pemuliaan tanaman. Maka dari itu, tanaman menjadi responsif terhadap unsur hara sehingga tanaman dapat memberikan hasil yang sesuai keinginan, seperti memiliki masa panen cepat dan memberikan kuantitas hasil tinggi. Pada budidaya pertanian anorganik, yang biasanya ditanam di satu area lahan secara monokultur, akan didapati serangan hama ataupun penyakit, oleh sebab itu dalam pertanian anorganik diperlukan penggunaan bahan-bahan kimia sintesis untuk memberantas hama dan penyakit. 2.2 Konsep Pertanian Organik Terdapat banyak definisi mengenai pertanian organik yang dikemukakan oleh ahli-ahli, dalam penelitian ini disinggung empat definisi yang diantaranya adalah menurut kamus biologi umum. Pertanian organik adalah cara-cara atau sistem

Transcript of 2. KERANGKA TEORI 2.1 Konsep Pertanian...

Page 1: 2. KERANGKA TEORI 2.1 Konsep Pertanian Anorganikrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/3/T1_522007009_BAB II.… · dorongan untuk efisiensi ... faktor terpenting ... penerapan

7

2. KERANGKA TEORI

2.1 Konsep Pertanian Anorganik

Menurut kamus biologi umum, pertanian diartikan sebagai segala kegiatan dan

upaya manusia untuk meningkatkan hasil bumi, sehingga selain bercocok tanam

termasuk di dalamnya kegiatan dalam bidang kehutanan, kehewanan, perikanan,

dan perkebunan (Rifai, 2003).

Dalam meningkatkan produktivitas hasil bumi, terutama pada bidang pertanian

diperlukan beberapa perlakuan seperti penambahan unsur hara yang berasal dari

luar ekosistem, pemuliaan tanaman, hingga modifikasi karakteristik dari lahan

yang disesuaikan dengan syarat tumbuh dari jenis tanaman yang dibudidayakan.

Pada budidaya pertanian modern atau yang dikenal dengan istilah pertanian

anorganik, budidayanya memerlukan pengolahan lahan yang disesuaikan dengan

kebutuhan komoditas dibudidayakan, juga memerlukan penambahan bahan kimia

sintesis sebagai unsur hara. Beberapa pupuk kimia sintesis tersebut seperti UREA,

TSP, KCL, SP-36 dan lain sebagainya. Penambahan unsur hara ini memiliki tujuan

untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang dirancang sedemikian rupa melalui

pemuliaan tanaman. Maka dari itu, tanaman menjadi responsif terhadap unsur hara

sehingga tanaman dapat memberikan hasil yang sesuai keinginan, seperti memiliki

masa panen cepat dan memberikan kuantitas hasil tinggi. Pada budidaya pertanian

anorganik, yang biasanya ditanam di satu area lahan secara monokultur, akan

didapati serangan hama ataupun penyakit, oleh sebab itu dalam pertanian

anorganik diperlukan penggunaan bahan-bahan kimia sintesis untuk memberantas

hama dan penyakit.

2.2 Konsep Pertanian Organik

Terdapat banyak definisi mengenai pertanian organik yang dikemukakan oleh

ahli-ahli, dalam penelitian ini disinggung empat definisi yang diantaranya adalah

menurut kamus biologi umum. Pertanian organik adalah cara-cara atau sistem

Page 2: 2. KERANGKA TEORI 2.1 Konsep Pertanian Anorganikrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/3/T1_522007009_BAB II.… · dorongan untuk efisiensi ... faktor terpenting ... penerapan

8

budidaya pertanian yang menghindarkan penggunaan pupuk ataupun pestisida

buatan pabrik (Rifai, 2003).

Definisi pertanian organik menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat

tahun 1980 adalah suatu sistem produksi yang menghindarkan atau sebagian besar

tidak menggunakan pupuk sintesis, pestisida, hormon tumbuh, pakan ternak tanpa

zat additif. Kelayakan yang maksimum dapat dicapai dengan menerapkan suatu

sistem pertanian organik berdasar pada rotasi tanaman, residu tanaman, pupuk

kandang, kacang-kacangan penutup tanah, pupuk hijauan, limbah organik dari luar

sistem, budidaya secara mekanis, batuan alam, serta aspek pengendalian hayati.

Konsep tersebut juga meliputi serangkaian observasi dimana tanah sebagai bagian

dari sistem kehidupan harus diberi asupan dengan cara membiarkan

berkembangnya mikro organisme penting dalam daur ulang hara bagi tanaman dan

menghasilkan humus (FAO, 1998 dalam Diny, 2005: 3).

Pakar pertanian barat menyebutkan bahwa pertanian organik merupakan

penerapan hukum pengembalian “low of return” yang berarti suatu sistem yang

berusaha untuk mengembalikan semua jenis bahan organik ke dalam tanah, baik

kedalam bentuk residu dan limbah pertanaman maupun ternak yang selanjutnya

bertujuan untuk memberi makan pada tanaman. Filosofi yang melandasi pertanian

organik adalah prinsip memberikan makan pada tanah yang selanjutnya tanah akan

menyediakan makanan bagi tanaman secara langsung. Strategi yang digunakan

oleh pertanian organik adalah memindahkan hara secepatnya dari sisa tanaman,

kompos dan pupuk kandang menjadi biomasa yang selanjutnya mengalami proses

mineralisasi akan menjadi hara dalam larutan tanah (Sutanto, 2002).

Sedangkan menurut IFOAM (International Federation of Organic Agricultural

Movement), pertanian organik didefinisikan sebagai suatu pendekatan sistem yang

utuh berdasarkan satu perangkat proses yang menghasilkan ekosistem yang

berkelanjutan, pangan yang aman, gizi yang baik, kesejahteraan hewan dan

keadilan sosial, sehingga dengan demikian pertanian organik lebih dari sekedar

sistem produksi yang memasukkan atau mengeluarkan input tertentu namun juga

merupakan suatu filosofi yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas dari

Page 3: 2. KERANGKA TEORI 2.1 Konsep Pertanian Anorganikrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/3/T1_522007009_BAB II.… · dorongan untuk efisiensi ... faktor terpenting ... penerapan

9

komunitas yang saling berhubungan dari kehidupan tanah, tanaman, hewan,

dan manusia (Apriantono, 2008 dalam Siahaan, 2009: 9-10).

Berdasarkan definisi yang telah diungkapkan oleh beberapa ahli, maka

pertanian organik yang dimaksud adalah cara-cara ataupun budidaya pertanian

yang mengurangi atau menghindarkan penggunaan bahan-bahan masukan dari luar

seperti pupuk, pestisida, fungisida maupun herbisida kimia sintesis sehingga

terciptalah ekosistem yang seimbang dan berkelanjutan serta dapat menghasilkan

produk-produk yang aman dan sehat.

Bidang pertanian merupakan salah satu kegiatan paling mendasar bagi

manusia, terdapat banyak prinsip yang menyangkut pada bagaimana manusia

berhubungan dengan lingkungan hidup, berhubungan satu dengan lingkungannya,

berhubungan dengan satu sama lain, dan menentukan warisan bagi generasi yang

mendatang. Di pertanian organik terdapat beberapa prinsip yang antara lain adalah:

- Prinsip Kesehatan

Dalam pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan

tanah, tanaman, hewan, manusia, dan bumi sebagai suatu kesatuan. Kesehatan

merupakan suatu kesatuan, sebab individu yang sehat berasal dari ekosistem

yang sehat, sedangkan ekosistem tersebut berasal dari tanaman yang sehat,

sedangkan tanaman yang sehat diperoleh dari tanah yang sehat.

Peran dari pertanian organik baik dalam proses produksi, pengolahan,

distribusi dan konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan

kesehatan ekosistem dan organisme yang ada. Secara khusus, pertanian organik

juga untuk menghasilkan makanan yang bermutu tinggi dengan kandungan gizi

yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan. Oleh sebab itu

penggunaan pupuk, pestisida, obat-obatan bagi hewan dan bahan-bahan aditif

makanan yang berefek merugikan kesehatan dihindarkan.

- Prinsip Ekologi

Pertanian organik harus didasarkan kepada sistem dan siklus ekologi

kehidupan. Dalam prinsip ini, pertanian organik diletakkan pada sistem

ekologis kehidupan, sehingga produksi berdasarkan pada proses dan daur ulang

ekologis.

Page 4: 2. KERANGKA TEORI 2.1 Konsep Pertanian Anorganikrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/3/T1_522007009_BAB II.… · dorongan untuk efisiensi ... faktor terpenting ... penerapan

10

Pertanian organik dapat mencapai keseimbangan ekologis melalui

pembangunan habitat, pemeliharaan keragaman genetika dan pertanian.

Berdasarkan pada prinsip ini, pemakaian dari bahan-bahan asupan dikurangi

dengan cara dipakai kembali dengan didaur ulang dan mengefisienkan energi

yang ada, sehingga mampu melindungi sumberdaya.

- Prinsip Keadilan

Pada prinsip keadilan pertanian organik harus mambangun hubungan yang

mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup

bersama. Terdapat penekanan dalam pemeliharaan yang baik dimana ada

kesesuaian dengan sifat fisik, alamiah dan jaminan kesejahteraannya.

Oleh sebab itu sumber daya alam dan lingkungan yang digunakan untuk

produksi dan konsumsi harus dikelola untuk generasi yang akan datang.

- Prinsip Perlindungan

Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab

untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan dari generasi yang ada dan

lingkungan secera berkesinambungan.

Dalam pertanian organik, para pelaku pertanian organik mendapatkan

dorongan untuk efisiensi dan produktivitas, meskipun demikian tidak

diperkenankan untuk membahayakan kesehatan dan kesejahteraannya.

Dalam prinsip ini pencegahan dan tanggung jawab merupakan hal mendasar

dalam pengelolaan, pengembangan, dan pemilihan teknologi pada pertanian

organik (Anonim, 2011a).

2.3 Labelisasi Produk Pertanian Organik

Kesadaran konsumen akan pentingnya kesehatan mendorong untuk

mengkonsumsi produk pangan organik, hal ini ditunjukkan dengan lebih besarnya

permintaan dari pada penawaran yang tersedia, sehingga harga pangan yang

dihasilkan melalui pertanian organik rata-rata lebih tinggi dari yang dihasilkan

secara anorganik.

Page 5: 2. KERANGKA TEORI 2.1 Konsep Pertanian Anorganikrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/3/T1_522007009_BAB II.… · dorongan untuk efisiensi ... faktor terpenting ... penerapan

11

Pada saat ini pengertian pelaku agribisnis mengenai pangan organik kurang

tepat, karena dengan tidak diproduksi dengan bahan kimia sintesis maka produk

dapat dijual dengan label “organik”. Hal ini kurang tepat, sebab jika lahan tersebut

pernah digunakan sebagai pertanian anorganik maka perlu dilakukan konversi agar

terjadi degradasi bahan-bahan kimia yang masih terdapat di lahan. Pada masa ini

disebut dengan “transisi organik”. Di pertanian organik tidak digunakan benih

GMO (Genetically Modified Organism) sehingga benih yang digunakan benih

lokal atau benih yang tidak diradiasi.

Melalui konsesus tanggal 8 Juli 2002 yang diselenggarakan oleh Pusat

Standarisasi dan Akreditasi-Deptan, dihasilkan SNI No. 01-6729-2002 tentang

Sistem Pangan Organik. SNI ini merupakan adopsi dan modifikasi dari CODEX

GL /32. 1999, Rev. I 2001 yang memiliki tujuan untuk memfasilitasi produsen

produk pangan yang ada di Indonesia. Untuk mendorong pengembangan pertanian

organik di Indonesia maka disusun draft sistem sertifikasi bertahap menuju

pertanian organik, yaitu:

- Sertifikasi dan Label BIRU untuk produk Non Pestisida.

- Sertifikasi dan Label KUNING untuk produk Transisi Organik.

- Sertifikasi dan Label HIJAU untuk produk setara dengan SNI Organik.

- Sertifikasi dan Label HIJAU untuk produk pertanian yang tumbuh secara

organik dengan sendirinya.

Gambar 2.1. Contoh Labelisasi

Sumber: Buletin Info Mutu, Edisi September 2002-ISPI-DKI Jakarta

Page 6: 2. KERANGKA TEORI 2.1 Konsep Pertanian Anorganikrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/3/T1_522007009_BAB II.… · dorongan untuk efisiensi ... faktor terpenting ... penerapan

12

Mekanisme pemberian sertifikat dilakukan oleh lembaga verifikasi, baik oleh

pemerintah atau swasta yang ditunjuk, dan melalui kegiatan tim verifikasi di

lapangan atau produsen. Hasil dari verifikasi ini menentukan produsen/ perusahaan

pangan organik berhak atau tidak untuk memberikan label produknya sesuai

dengan permohonannya. Kemudian dilakukan pemantauan untuk menjaga

konsistensi pemegang sertifikat dalam melabel produknya. Berikut adalah skema

pengawasan produk organik (Anonim, 2002b).

Gambar 2.2. Skema Pengawasan Produk Organik

Sejalan dengan meningkatnya perdagangan global produk pertanian organik

serta meningkatnya tuntutan jaminan mutu produk maka dibutuhkan standar sistem

produksi, sistem penanganan pasca panen, pelabelan dan pemasaran.

Standarisasi Beras organik di Kabupaten Sragen sudah mendapat sertifikasi dari

Lembaga Sertifikasi Organik INOFICE dengan Nomor verifikasi: OKPO-LS-003

dan Nomor Registrasi: 013/INOFICE/2008 (Anonim, 2011d).

Sumber: Buletin Info Mutu, Edisi September 2002-ISPI-DKI Jakarta

Page 7: 2. KERANGKA TEORI 2.1 Konsep Pertanian Anorganikrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/3/T1_522007009_BAB II.… · dorongan untuk efisiensi ... faktor terpenting ... penerapan

13

2.4 Konsep Usahatani

Menurut Tohir (1983) dalam Suratiyah (2008), berdasarkan tujuan dan prinsip

sosial ekonomi, perkembangan usahatani terbagi menjadi 3 golongan, yang

pertama adalah golongan usahatani yang bercirikan ekonomi kapitalis yang

pengelolaannya terpisah antara perusahaan dengan rumah tangga serta berorientasi

memperoleh profit sebesar-besarnya. Kedua adalah usahatani yang memiliki dasar

ekonomis-sosialistis-komunitas yang mengganggap tenaga kerja manusia sebagai

faktor terpenting sehingga mendapatkan penghargaan yang istimewa sebab

bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Golongan yang ketiga adalah

usahatani yang berciri ekonomis seperti diungkapkan oleh A. Tschajanov yaitu

family farming yang berkembang dari subsistence farming kearah commercial

farming (Tohir, 1983 dalam Suratiyah, 2008: 10-11).

Berdasarkan pada uraian diatas, maka usahatani Padi organik adalah usaha

penerapan budidaya Padi secara organik dengan pengkoordinasian faktor-faktor

produksi dan sumber daya yang dimiliki petani Padi organik untuk mencapai hasil

produksi dan keuntungan maksimal. Usahatani Padi organik dan anorganik pada

saat ini memiliki sifat sama, yaitu mengarah kepada commercial farming,

dimana keuntungan menjadi orientasinya.

Menurut Soedarsono Hadisaputro pada umumnya usahatani Padi akan berhasil

apabila memiliki beberapa syarat seperti usahatani dapat menghasilkan pendapatan

yang cukup untuk membayar semua pengeluaran, suatu usahatani harus dapat

menghasilkan pendapatan yang dipergunakan membayar bunga modal usahatani

baik modal sendiri maupun modal pinjaman, dan suatu usahatani harus dapat

membayar upah tenaga petani dengan keluarganya yang dipergunakan untuk

usahatani yang layak (Soedarsono, 1975 dalam Santoso dkk, 2005).

Menurut Soekartawi penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi

dengan harga jual. Pendapatan petani terdiri atas sebagian pendapatan kotor yang

karena tenaga keluarganya dan kecakapan memimpin usahanya dan sebagai bunga

kekayaan sendiri yang dipergunakan didalam usahatani menjadi milik keluarganya

(Soekartawi, 2002 dalam Agus dkk, 2006: 136).

Page 8: 2. KERANGKA TEORI 2.1 Konsep Pertanian Anorganikrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/3/T1_522007009_BAB II.… · dorongan untuk efisiensi ... faktor terpenting ... penerapan

14

Produksi yang tinggi belum tentu diikuti dengan tingginya keuntungan, hal ini

disebabkan karena keuntungan yang dicapai tergantung dari total penerimaan dan

biaya menghasilkan. Secara garis besarnya dituliskan seperti π = TR – TC,

dimana π merupakan keuntungan, TR (Total Revenue) atau merupakan total

penerimaan, dan TC (Total Cost) atau merupakan total biaya. Biaya total usahatani

adalah jumlah biaya-biaya tetap (Fixed Cost) dan biaya-biaya tidak tetap

(Variable Cost). Sedangkan keuntungan usahatani adalah selisih antara penerimaan

dengan biaya produksi, yang di dalamnya termasuk biaya tetap maupun biaya tidak

tetap (Agus dkk, 2006: 138).

2.5 Perbandingan Usahatani Padi Organik Dengan Anorganik Dari Segi

Produksi

Hasil produksi usahatani Padi selain ditentukan oleh kualitas lahan budidaya

dan cuaca, juga ditentukan oleh beberapa faktor lain seperti varietas benih, pupuk,

dan kehilangan akibat OPT. Menurut Siahaan (2009: 6) berdasarkan budidaya di

lapangan, pertanian organik mampu mencapai produktivitas sebanyak 7-9 ton/ha,

sedangkan pertanian anorganik mampu memcapai 8-11 ton/ha (Siahaan, 2009: 6).

Akan tetapi menurut seorang filosof, petani dan pemerhati Pertanian Jepang

bernama Fukuoka Masanobu, dalam bukunya yang berjudul “The One Straw

Revolution”, pertanian organik akan mampu mengimbangi atau melampaui hasil

produksi pertanian anorganik, jika pertanian organik itu sudah berlangsung hingga

30 tahun lamanya. Hal ini mungkin berdasarkan pada keadaan iklim di Jepang

sebagai daerah subtropis, dimana perombakan bahan-bahan organik relatif lebih

lambat dibandingkan dengan negara-negara yang berada di daerah tropis seperti

Indonesia. Jika pertanian organik dilaksanakan di Indonesia, waktu yang

dibutuhkan untuk dapat mengimbangi jumlah produksi pertanian anorganik dapat

lebih cepat (Fukuoka, 1978).

Sesuai dengan hasil penelitian yang didapati oleh Hapsari (2006) dengan lokasi

penelitian di daerah Ngawi, produksi rata-rata dari pertanian organik lebih rendah

bila dibandingkan dengan pertanian anorganik, yaitu 5.472,91 kg/ha untuk

pertanian organik dan 6.399,57 kg/ha untuk pertanian anorganik (Hapsari, 2006).

Page 9: 2. KERANGKA TEORI 2.1 Konsep Pertanian Anorganikrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/3/T1_522007009_BAB II.… · dorongan untuk efisiensi ... faktor terpenting ... penerapan

15

Berdasarkan uraian tersebut, diduga hasil produksi Padi organik saat ini masih

lebih rendah dari pada hasil produksi Pertanian anorganik.

2.6 Perbandingan Usahatani Padi Organik Dengan Anorganik Dari Segi

Modal Lancar

Berdasarkan fungsinya, modal dibagi dua yaitu modal tetap atau Fixed Assets

dan modal tidak tetap atau modal lancar atau Current Assets (Suratiyah, 2008).

Dalam dunia pertanian, modal tetap merupakan modal yang dapat digunakan untuk

berkali-kali proses produksi atau musim tanam, contohnya berupa bangunan,

tanaman keras, cangkul, sabit, ternak, dan tanaman. Sedangkan modal tidak tetap

merupakan modal yang hanya dapat digunakan untuk satu kali proses produksi

atau satu musim tanam, contohnya berupa pupuk dan bibit.

Modal tetap yang dimiliki oleh seorang petani berupa peralatan, perlengkapan

dan bangunan pasti memiliki umur efisien sehingga perlu diketahui penyusutan

barang modal tersebut sesuai dengan jangka waktunya, sehingga diperlukan

perhitungan penyusutan menggunakan rumusan sum of the year degits atau yang

lainnya (Suratiyah, 2008: 35-38).

Tanah atau lahan tidak memiliki penyusutan sebab tanah dapat dipergunakan

dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Lahan juga tidak akan mengalami

kerusakan jika dipelihara dengan baik. Dapat saja lahan menjadi semakin subur

ditiap musim tanamnya, karena dirawat dengan baik (Suratiyah, 2008: 34).

Modal tetap antara pertanian organik dengan anorganik biasanya sama,

sedangkan pada modal tidak tetap terdapat perbedaan di penggunaan benih, pupuk

dan pestisida. Di pertanian organik benih yang digunakan sebagai modal pada

dasarnya berasal dari varietas lokal yang diperoleh dari hasil panen terdahulu.

Sedangkan pada pertanian anorganik, benih yang digunakan berasal dari varietas

unggul ataupun introduksi sehingga hanya dapat ditanam satu kali saja, sebab jika

ditanam kembali akan mengalami penurunan produktivitas. Selain modal benih,

pupuk juga menjadi modal dalam pertanian. Pada pertanian organik, modal saprodi

pupuk diperoleh dari kotoran ternak golongan ruminasia, serasah, hingga sampah

organik rumah tangga. Pupuk pertanian anorganik diperoleh dengan cara membeli.

Page 10: 2. KERANGKA TEORI 2.1 Konsep Pertanian Anorganikrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/3/T1_522007009_BAB II.… · dorongan untuk efisiensi ... faktor terpenting ... penerapan

16

Modal lain yang termasuk saprodi pertanian adalah pestisida, dimana pestisida

pertanian organik berasal dari alam yang mudah didapat, sedangkan pestisida

pertanian anorganik diperoleh dari membeli.

Berdasarkan pada uraian diatas, maka dapat diduga bahwa modal lancar di tiap

musim dari pertanian organik lebih kecil bila dibandingkan dengan pertanian

anorganik.

2.7 Perbandingan Usahatani Padi Organik Dengan Anorganik Dari Segi

Pendapatan

Pendapatan usahatani merupakan jumlah uang yang diterima seorang petani

setelah menjual hasil produksinya. Pendapatan dibagi dua, pendapatan kotor dan

pendapatan bersih. Pendapatan kotor adalah pendapatan yang diterima seorang

petani dari menjual hasil produksi sebelum dikurangi dengan biaya produksi

usahatani. Sedangkan pendapatan bersih merupakan pendapatan usahatani yang

diperoleh seorang petani setelah mengurangi pendapatan kotor dengan biaya

produksi. Pendapatan bersih merupakan keuntungan yang diperoleh petani Padi.

Berdasarkan pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hapsari (2006) di

daerah Ngawi, didapati pendapatan kotor pertanian organik lebih rendah bila

dibandingkan dengan pertanian anorganik, yaitu Rp 9.851.238,10/ha untuk

pertanian organik dan Rp 10.389.650/ha untuk pertanian anorganik (Hapsari,

2006).

Sesuai dengan penelitian terdahulu, didapati hal yang menarik yaitu

pendapatan bersih pertanian organik lebih tinggi bila dibandingkan dengan

pertanian anorganik, yaitu Rp 5.496.178/ha untuk pertanian organik dan

Rp 3.699.938/ha untuk pertanian anorganik (Hapsari, 2006).

Berbeda dengan daerah Ngawi, penelitian yang dilakukan oleh Fx.Agus dkk.

(2005) mendapati rata-rata pendapatan bersih pertanian organik sebesar

Rp 5.251.603,00 dan Rp 5.155.000,00 untuk pertanian anorganik. Dari angka

tersebut terdapat selisih sebesar Rp 96.603,00 sehingga saat diuji menggunakan

uji t, hasilnya tidak berbeda nyata (Agus dkk, 2006: 139).

Page 11: 2. KERANGKA TEORI 2.1 Konsep Pertanian Anorganikrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/3/T1_522007009_BAB II.… · dorongan untuk efisiensi ... faktor terpenting ... penerapan

17

Pada tanggal 13 April 2011, Harian Suara Merdeka meliput harga jual Beras

anorganik di Kota Semarang pada tingkat konsumen. Harga Beras varietas

Rajalele sebesar Rp 9.000,00/kg, Menthik Wangi Rp 8.500,00/kg, dan C-4 Grade

Super Rp 5.800,00/kg (Anonim, 2011j). Kemudian berdasarkan pada data yang

diterbitkan oleh Departemen Perdagangan, harga jual Beras varietas IR-64

anorganik di tingkat petani Sragen, 28 April 2011 Rp 5.900,00/kg

(Anonim, 2011i).

Di daerah Bintaro-Jakarta, harga Beras organik dengan varietas Rajalele

sebesar Rp 18.000,00/kg dan Menthik Wangi sebesar Rp 12.000,00/kg.

Sedangkan harga Beras varietas IR-64 dari tangan petani Sragen adalah

Rp 10.000,00/kg.

Dari harga jual Beras anorganik antara varietas lokal dengan unggul didapati

perbedaan harga yang cukup besar, yaitu Rp 3.200,00 untuk Rajalele dengan C-4

Grade Super, sedangkan Rp 2.700,00 untuk Menthik Wangi dengan C-4 Grade

Super, kemudian Rp 3.100,00 untuk Rajalele dengan IR-64, dan Rp 2.600,00 untuk

Menthik Wangi dengan IR-64. Dari varietas lokal dengan unggul, yang sama-sama

diproduksi melalui sistem budidaya anorganik, telah didapati perbedaan harga

yang cukup mencolok, dan pada dasarnya harga beras varietas lokal tetap lebih

mahal dari pada varietas unggul. Hal ini dapat terjadi karena latar belakang

budidaya yang berbeda, serta jumlah produk yang ada di pasaran.

Jika harga Beras organik diperbandingkan, antara varietas lokal dengan

varietas unggul maka didapati selisih harga sebesar Rp 8.000,00 untuk Rajalele

dengan IR-64 dan Rp 2.000,00 untuk Menthik Wangi dengan IR-64.

Apabila seorang petani memproduksi Beras dengan varietas yang sama,

semisal IR-64 namun dibudidayakan secara organik, akan meningkatkan harga jual

sebesar Rp 4.100,00 dari harga Beras varietas IR-64 anorganik yang hanya

Rp 5.900,00/kg menjadi Rp 10.000,00/kg.

Berdasarkan uraian diatas, diduga pendapatan (bersih maupun kotor) dari

pertanian organik lebih tinggi dari pada pertanian anorganik.

Page 12: 2. KERANGKA TEORI 2.1 Konsep Pertanian Anorganikrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/3/T1_522007009_BAB II.… · dorongan untuk efisiensi ... faktor terpenting ... penerapan

18

2.8 Perbandingan Usahatani Padi Organik Dengan Anorganik Dari Segi

Biaya

Biaya merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh seorang petani Padi untuk

memenuhi kebutuhan produksi Padi. Dalam Agus dkk (2006: 6), biaya (Cost)

dibagi menjadi dua, yaitu biaya tetap (Fixed Cost) dan biaya tidak tetap (Variable

Cost). Dalam usahatani Padi yang termasuk dalam biaya tetap adalah penyusutan

peralatan dan perlengkapan usahatani seperti cangkul, kuret, traktor, traser, sprayer

dan sabit. Selain itu yang termasuk dalam biaya variabel dalam usahatani Padi

adalah benih, tenaga kerja, pupuk, dan pestisida.

Berdasakan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Hapsari di Ngawi tahun

2006 mengenai biaya sarana produksi rata-rata pertanian organik dan anorganik

tidak berbeda nyata, hal ini ditunjukkan dengan biaya di pertanian organik sebesar

Rp1.540.568/ha dan pertanian anorganik sebesar Rp 2.108.854,43/ha. t hitung = -

1,055 < t tabel = 1,697 (Hapsari, 2006).

2.8.1 Biaya Benih

Varietas Padi sangat beragam, dari varietas lokal, hibrida hingga introduksi

dari negara lainnya. Varietas lokal adalah varietas yang sudah lama ada dan

dikembangkan di daerah tersebut sehingga adaptasinya baik, varietasnya antara

lain Raja Lele, Menthik Wangi, Anak Daro, Pandan Wangi, Intras Kaba (Asahan,

Sumatra), Wojolaka (Manggarai, NTT), dan Gundil Merah (Indramayu, Jawa

Barat) (Anonim, 2010a: 18-19). Sedangkan varietas hibrida merupakan persilangan

antara dua varietas yang memiliki keunggulan tertentu, sehingga varietas Padi

hibrida mempunyai keunggulan-keunggulan dari induknya, contoh varietasnya

adalah Bernas Prima, Bernas Super, Mapan-P.02, Sembada B8, dan SL 11 SHS.

Kemudian beberapa contoh varietas Padi unggul adalah Barito, IR-64, PB-8, Pelita

I-2, dan INPARA 2 (Anonim, 2011b: 1-2).

Harga benih sangat bervariasi, tergantung pada varietasnya. Varietas Padi

pertanian organik yang dianjurkan berasal dari varietas lokal, sebab varietas lokal

memiliki daya adaptasi pada saat terjadi kondisi ektrim atau serangan OPT. Selain

Page 13: 2. KERANGKA TEORI 2.1 Konsep Pertanian Anorganikrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/3/T1_522007009_BAB II.… · dorongan untuk efisiensi ... faktor terpenting ... penerapan

19

itu, perolehan varietas lokal mudah dan murah karena didapat dari proses seleksi

mandiri oleh petani tersebut saat masa panen tiba atau membeli dari sesama petani

yang berpengalaman dalam seleksi benih. Benih pertanian organik sebaiknya

berasal dari daerah tersebut. Dengan demikian biaya pembelian benih pada

pertanian organik sangat murah, yaitu Rp 5.000,00/kg untuk varietas unggul lokal

(Anonim, 2011h).

Benih pada pertanian anorganik diperoleh dengan membeli. Benih yang

digunakan biasanya hasil introduksi atau varietas unggulan nasional dan varietas

hibrida. Dari benih ini, jika ditanam untuk musim selanjutnya sudah tidak layak.

Dengan demikian, diperlukan pembelian benih secara berulang, padahal harga

benih Padi hibrida perkilogramnya berkisar dari Rp 40.000,00- Rp 50.000,00

(Anonim, 2011h).

Berdasarkan pada uraian diatas, dapat diduga bahwa biaya untuk pembelian

benih pada pertanian organik lebih murah bila dibandingkan dengan biaya

pembelian benih pada pertanian anorganik.

2.8.2 Biaya Pupuk

Di pertanian organik, biaya dapat ditekan serendah mungkin melalui

penggunaan bahan-bahan hayati sebagai pupuk dan pestisida. Pada pertanian

organik, pupuk yang digunakan berasal dari bahan hayati seperti dari serasah dan

daun kering, kotoran hewan, tanaman Leguminosa, dan bahkan dari limbah

organik rumah tangga.

Pada dasarnya, bahan baku dari pupuk hayati mudah diperoleh dan diolah

menjadi pupuk hayati yang siap pakai. Apabila pupuk hayati dibuat dari bahan-

bahan yang dikumpulkan sendiri oleh petani, maka harganya cukup murah,

bahkan tidak mengeluarkan biaya, jika bahan hayati yang digunakan didatangkan

dari luar ekosistem, seperti dari peternakan Sapi daerah lain yang membutuhkan

biaya transportasi, setidaknya petani mengeluarkan biaya dalam jumlah yang kecil.

Sebagai contoh, pupuk kandang Sapi setiap satu kali angkut mobil bak terbuka,

yang dalam istilah masyarakat setempat “kol” dijual seharga Rp. 200.000,00.

Page 14: 2. KERANGKA TEORI 2.1 Konsep Pertanian Anorganikrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/3/T1_522007009_BAB II.… · dorongan untuk efisiensi ... faktor terpenting ... penerapan

20

Jika dihitung dalam bentuk satuan kilogram, harga tiap kilogram pupuk kandang

Sapi adalah Rp 1.000,00 dalam hal ini satu “kol” di andaikan sama dengan 200 kg.

Berdasar penelitian Marhamah (2007) di Situgede, Kabupaten Bogor dalam

Siahaan (2009), diketahui biaya yang dikeluarkan oleh petani anorganik untuk

membeli pupuk kimiawi mencapai Rp 905.170,00/ha/musim tanam.

Berbeda dengan petani organik yang mengeluarkan biaya untuk pupuk sebesar

Rp 672.583,00/ha/musim tanam. Dari hasil ini terdapat selisih harga 34,58% yaitu

sebesar Rp 232.587,00. Menurut Marhamah selisih harga tersebut berasal dari

penggunaan teknologi alternatif yang bersifat hayati (Marhamah, 2007 dalam

Siahaan, 2009: 4).

Pertanian anorganik biasanya menggunakan masukan unsur hara berupa pupuk

hayati dan pupuk kimia sintesis, akan tetapi biasanya pupuk hayati hanya

digunakan sebagai pupuk dasar dengan jumlah yang sedikit, serta hanya dilakukan

pada awal tanam. Dewasa ini, harga pupuk cukup tinggi, seperti yang diberitakan

dalam Kompas.com dan OkeZone.com pada tanggal 7 April 2011 dan 5 April 2011,

harga pupuk UREA bersubsidi mencapai Rp 1.600,00/kg (Anonim, 2011e)

sedangkan harga pupuk SP-36 Rp 2.000,00/kg, ZA Rp 1.400,00/kg dan NPK

Rp 2.300,00/kg (Anonim, 2011f).

Perlu diketahui, pemerintah memberikan rekomendasi pemupukan untuk lahan

normal tanaman Padi sebagai berikut, UREA 200-250 kg, SP-36 100-150 kg,

KCL 75-100 kg, sedangkan bila menggunakan NPK maka dosisnya adalah 100 kg

UREA dan 300 kg NPK (Anonim, 2011g). Dengan dosis ini, maka dapat diketahui

proteksi biaya untuk pupuk UREA sebesar Rp 320.000,00-Rp 400.000,00.

Sedangkan untuk pupuk SP-36 sebesar Rp 200.000,00-Rp 300.000,00.

Kemudian biaya untuk pupuk NPK sebesar Rp. 690.000,00. Jika seorang petani

tersebut menggunakan UREA dan NPK, maka biaya untuk pupuk sebesar

Rp 850.000,00/ha.

Jika dilihat dari perbedaan biaya pada pertanian organik dengan anorganik,

dapat diduga biaya untuk pupuk pada pertanian organik lebih kecil dari pada

pertanian anorganik.

Page 15: 2. KERANGKA TEORI 2.1 Konsep Pertanian Anorganikrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/3/T1_522007009_BAB II.… · dorongan untuk efisiensi ... faktor terpenting ... penerapan

21

2.8.3 Biaya Pestisida

Pestisida merupakan bahan-bahan yang mampu mengurangi dan melindungi

tanaman budidaya dari serangan OPT. Dewasa ini, pestisida yang dijual dan yang

digunakan oleh petani ada dua jenis, pestisida hayati dan pestisida kimia sintesis.

Pertanian organik pada dasarnya tidak menghendaki bahan-bahan kimia

sintesis sebagai pengendali OPT, sehingga pengendalian OPT menggunakan bahan

alami dan agen pengendali hayati. Pemilihan bahan hayati sebagai pengendali OPT

karena kemampuannya mengurangi serangan OPT tanpa merusak keseimbangan

ekosistem.

Pembuatan pestisida hayati sangat mudah dan murah, sebab bahan bakunya

berasal dari bumbu dapur dan tanaman pekarangan, seperti Mimba (Azadirachta

indica), Kecubung (Daura metel), Mindi (Melia azedarach L.), Serai

(Cymbopogon nardus), Bawang Putih (Allium sativum), Jahe (Zingiber officinale),

Cabai Rawit (Capsicum frutescens), Cabai Merah (Capsicum annum), Brotowali

(Tinospora crispa), Sirsak (Annona muricata), Mahoni (Swietenia mahagoni,

Jacq.), Jarak (Ricinus communis), dan Klerak (Sapindus rarak), Buah Maja (Aegle

marmelos L. Correa), Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.), dan Kunyit

(Curcuma longa Linn.) (Anonim, 2002c).

Berbeda halnya dengan biaya yang dibutuhkan oleh seorang petani anorganik,

karena mereka mengandalkan pestisida kimia sintesis yang saat ini memang mahal

dan banyak menimbukan dampak negatif bagi keseimbangan ekosistem. Saat ini

harga bahan baku dari pestisida kimia sintesis mengalami kenaikan harga,

sehingga harganya juga ikut naik.

Berdasarkan pada uraian diatas, maka dapat diduga bahwa biaya pengeluaran

untuk pestisida dari pertanian organik lebih kecil bila dibandingkan dengan

pertanian anorganik.

2.8.4 Biaya Tenaga Kerja

Dalam kegiatan usahatani Padi, jumlah tenaga kerja yang diperlukan beraneka

ragam, baik dibedakan dari kegiatan yang dilakukan, gender dan luasan lahan yang

Page 16: 2. KERANGKA TEORI 2.1 Konsep Pertanian Anorganikrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/3/T1_522007009_BAB II.… · dorongan untuk efisiensi ... faktor terpenting ... penerapan

22

diolah. Dalam usahatani keluarga, tenaga kerja merupakan faktor terpenting,

sebab jika pekerjaan usahatani dapat dikerjakan oleh keluarga, maka pengeluaran

akan lebih sedikit. Biasanya tenaga kerja usahatani keluarga terdiri dari petani dan

keluarganya serta tenaga luar.

Dalam kegiatan usahatani Padi organik, kegiatan persemaian hingga perawatan

menjelang panen tidak membutuhkan banyak tenaga kerja, sehingga biasanya

hanya menggunakan tenaga keluarga, apalagi jika luasan lahan yang dimiliki oleh

petani Padi organik relatif sempit. Pada masa perawatan ini, petani Padi organik

hanya melakukan kontrol terhadap serangan OPT saja, pemupukan tidak dilakukan

lagi, sehingga tenaga kerja cukup dari keluarga. Penggunaan tenaga kerja yang

cukup besar dapat terjadi pada saat masa panen, sebab dibutuhkan lebih banyak

tenaga kerja untuk pemanenan dan pengangkutan Padi. Tenaga tambahan dari luar

biasanya diperlukan untuk luasan lahan yang luas.

Berbeda halnya dengan seorang Petani anorganik, dimana sebagian besar

memiliki luasan lahan yang luas dengan perawatan yang cukup intensif.

Pada awalnya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk persemaian, pembibitan,

dan pindah tanam, masih sedikit sehingga cukup menggunakan tenaga kerja dari

keluarga. Pada tahapan penanaman dan perawatan, kebutuhan tenaga kerja

meningkat sehingga diperlukan tenaga kerja luar. Pada masa panen diperlukan pula

tambahan tenaga kerja luar untuk proses pengangkutan hasil panen.

Dengan demikian tenaga kerja yang diperlukan di pertanian organik lebih sedikit

bila dibandingkan dengan pertanian anorganik.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diduga bahwa tenaga kerja yang

digunakan dalam pertanian organik lebih sedikit bila dibandingkan dengan

pertanian anorganik, sehingga biaya tenaga kerja pertanian organik lebih sedikit

bila dibandingkan dengan pertanian anorganik.

Page 17: 2. KERANGKA TEORI 2.1 Konsep Pertanian Anorganikrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/3/T1_522007009_BAB II.… · dorongan untuk efisiensi ... faktor terpenting ... penerapan

23

2.9 Hipotesis

Berdasarkan pada tinjauan pustaka beserta kerangka teoritis yang telah

dikemukan di atas maka dapat diajukan beberapa hipotesis sebagai berikut:

a. Diduga hasil produksi pertanian organik lebih rendah dari pada pertanian

anorganik.

b. Diduga modal lancar tiap musim pertanian organik lebih kecil dari pada

pertanian anorganik.

c. Diduga pendapatan (kotor dan bersih) pertanian organik lebih tinggi dari

pertanian anorganik.

d. Diduga biaya benih pada pertanian organik lebih rendah dari pertanian

anorganik.

e. Diduga biaya pupuk pada pertanian organik lebih rendah dari pertanian

anorganik.

f. Diduga biaya pestisida pada pertanian organik lebih rendah dari pertanian

anorganik.

g. Diduga biaya tenaga kerja pada pertanian organik lebih rendah dari pertanian

anorganik.