2. Keberlanjutan Pembangunan

23

Click here to load reader

Transcript of 2. Keberlanjutan Pembangunan

Page 1: 2. Keberlanjutan Pembangunan

MAKALAH KEBERLANJUTAN PEMBANGUNAN

MATA KULIAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN

Disusun Oleh:

Kelompok : 4(Empat)

Anggota : Adi Setiadi

Febry Naldy

Kholid Irfai

Rudiyanto

Sawung Penggalih

Dosen : Bp. Irwan Santoso

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS GUNADARMA

BEKASI

2014

BAB I

Page 2: 2. Keberlanjutan Pembangunan

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Masa depan bangsa ini tidak dapat dipisahkan dengan pembangunan, ori

pembangunan dalam ilmu sosial dapat dibagi ke dalam dua paradigma besar,

modernisasi dan ketergantungan (Lewwellen 1995, Larrin 1994, Kiely 1995

dalam Tikson, 2005). Paradigma modernisasi mencakup teori-teori makro

tentang pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial dan teori-teori mikro

tentang nilai-nilai individu yang menunjang proses perubahan.Paradigma

ketergantungan mencakup teori-teori keterbelakangan (under-development)

ketergantungan (dependent development) dan sistem dunia (world system

theory) sesuai dengan klassifikasi Larrain (1994). Sedangkan Tikson (2005)

membaginya kedalam tiga klassifikasi teori pembangunan, yaitu modernisasi,

keterbelakangan dan ketergantungan. Dari berbagai paradigma tersebut itulah

kemudian muncul berbagai versi tentang pengertian pembangunan.

Kecendrungan globalisasi dan regionalisasi membawa sekaligus

tantangan dan peluang baru bagi proses pembangunan di Indonesia. Dalam era

seperti ini, kondisi persaingan antar pelaku ekonomi (badan usaha dan/atau

negara) akan semakin tajam. Dalam kondisi persaingan yang sangat tajam ini,

tiap pelaku ekonomi (tanpa kecuali) dituntut menerapkan dan

mengimplementasikan secara efisien dan efektif strategi bersaing yang tepat

(Kuncoro, 2004). Dalam konteksi inilah diperlukan ”strategi berperang”

modern untuk memenangkan persaingan dalam lingkungan hiperkompetitif

diperlukan tiga hal (D’Aveni, 1995), pertama, visi terhadap perubahan dan

gangguan. Kedua, kapabilitas, dengan mempertahankan dan mengembangkan

kapasitas yang fleksibel dan cepat merespon setiap perubahan. Ketiga, taktik

yang mempengaruhi arah dan gerakan pesaing. 

Page 3: 2. Keberlanjutan Pembangunan

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian dari pembangunan?

2. Apakah pengertian dari keberlanjutan pembangunan ?

3. Bagaimana dampak positif dan negative keberlanjutan pembangunan?

4. Bagaimana proses keberlanjutan pembangunan di Indonesia?

1.3 TUJUAN

1. kita dapat mengetahui tentang pengertian pembangunan.

2. Dapat mengetahui pengetian dari keberlanjutan pembangunan.

3. Dapat turut serta ikut terhadap berkelanjutan pembangunan.

4. Dengan makalah ini kita dapat membagi ilmu tentang pentingnya

keberlanjutan pembangunan.

BAB II

PEMBAHASAN

Page 4: 2. Keberlanjutan Pembangunan

2.1 Pengertian Pembangunan

Teori pembangunan dalam ilmu sosial dapat dibagi ke dalam dua

paradigma besar, modernisasi dan ketergantungan (Lewwellen 1995, Larrin

1994, Kiely 1995 dalam Tikson, 2005). Paradigma modernisasi mencakup teori-

teori makro tentang pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial dan teori-teori

mikro tentang nilai-nilai individu yang menunjang proses perubahan.Paradigma

ketergantungan mencakup teori-teori keterbelakangan (under-development)

ketergantungan (dependent development) dan sistem dunia (world system

theory) sesuai dengan klassifikasi Larrain (1994). Sedangkan Tikson (2005)

membaginya kedalam tiga klassifikasi teori pembangunan, yaitu modernisasi,

keterbelakangan dan ketergantungan. Dari berbagai paradigma tersebut itulah

kemudian muncul berbagai versi tentang pengertian pembangunan.

 Pengertian pembangunan mungkin menjadi hal yang paling menarik

untuk diperdebatkan. Mungkin saja tidak ada satu disiplin ilmu yang paling tepat

mengartikan kata pembangunan. Sejauh ini serangkaian pemikiran tentang

pembangunan telah berkembang, mulai dari perspektif sosiologi klasik

(Durkheim, Weber, dan Marx), pandangan Marxis, modernisasi oleh Rostow,

strukturalisme bersama modernisasi memperkaya ulasan pendahuluan

pembangunan sosial, hingga keberlanjutan pembangunan. Namun, ada tema-

tema pokok yang menjadi pesan di dalamnya. Dalam hal ini,  pembangunan dapat

diartikan sebagai `suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang

lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan

mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri,

2004). Tema pertama adalah koordinasi, yang berimplikasi pada perlunya suatu

kegiatan perencanaan seperti yang telah dibahas sebelumnya.  Tema kedua adalah

terciptanya alternatif yang lebih banyak secara sah. Hal ini dapat diartikan

bahwa pembangunan hendaknya berorientasi kepada keberagaman dalam seluruh

aspek kehidupan. Ada pun mekanismenya menuntut kepada terciptanya

kelembagaan dan hukum yang terpercaya yang mampu berperan secara efisien,

Page 5: 2. Keberlanjutan Pembangunan

transparan, dan adil. Tema ketiga mencapai aspirasi yang paling manusiawi,

yang berarti pembangunan harus berorientasi kepada pemecahan masalah dan

pembinaan nilai-nilai moral dan etika umat.

Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang

bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja

diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan

daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain.  Namun secara umum ada suatu

kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan

(Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).

Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai

“Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana

dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju

modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”. Sedangkan

Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu

sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang

dilakukan secara terencana”.

Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya

pemikiran yang mengidentikan pembangunan dengan perkembangan,

pembangunan dengan modernisasi dan industrialisasi, bahkan pembangunan

dengan westernisasi. Seluruh pemikiran tersebut didasarkan pada aspek

perubahan, di mana pembangunan, perkembangan, dan modernisasi serta

industrialisasi, secara keseluruhan mengandung unsur perubahan. Namun begitu,

keempat hal tersebut mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil, karena masing-

masing mempunyai latar belakang, azas dan hakikat yang berbeda serta prinsip

kontinuitas yang berbeda pula, meskipun semuanya merupakan bentuk yang

merefleksikan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).

Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup

seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan,

pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes

Page 6: 2. Keberlanjutan Pembangunan

(1976) mendefenisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan

budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk

memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan

masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level makro

(nasional) dan mikro (commuinity/group). Makna penting dari pembangunan

adalah adanya kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan dan diversifikasi.

Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas, pembangunan adalah

sumua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan

terencana. Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara

alami sebagai dampak dari adanya pembangunan (Riyadi dan Deddy Supriyadi

Bratakusumah, 2005).

2.2 keberlanjutan Pembangunan

Pada tahun 1980 istilah keberlanjutan pembangunan atau sustainable

development. Menjadi isu aktual pembangunan yang penting di seluruh Negara di

dunia ini setelah diperkenalkan dalam World Conservation Strategy (Strategi

Konservasi Dunia) yang diterbitkan oleh United Nations Environment Programme

(UNEP), International Union for Conservation of Nature and Natural Resources

(IUCN), dan World Wide Fund for Nature (WWF).

Pada 1982, UNEP menyelenggarakan sidang istimewa memperingati 10

tahun gerakan lingkungan dunia (1972-1982) di Nairobi, Kenya. Menghasilkan

terbentuknya Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan (World

Commission on Environment and Development - WCED).

Pemenuhan kebutuhan dan aspirasi masyarakat adalah tujuan utama

pembangunan. Kebutuhan dasar sebagian besar penduduk di bumi ini seperti pangan,

sandang, papan, pekerjaan perlu terpenuhi, disamping mempunyai cita-cita akan

kehidupan yang lebih baik.

Konsep keberlanjutan pembangunan mengimplikasikan batas bukan absolut

Page 7: 2. Keberlanjutan Pembangunan

akan tetapi batas yang ditentukan oleh teknologi dan organisasi masyarakat serta oleh

kemampuan kehidupan bumi menyerap dampak kegiatan manusia.

Keberlanjutan pembangunan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan

masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi

kebutuhannya. Prinsip-prinsip keberlanjutan pembangunan adalah sebagai berikut:

1.Menjamin pemerataan dan keadilan sosial

2.Menghargai keanekaragaman (diversity)

3.Menggunakan pendekatan integratif

4.Meminta perspektif jangka panjang

Di dalam keberlanjutan pembangunan terkandung dua gagasan penting, yaitu

gagasan kebutuhan yaitu kebutuhan esensial untuk memberlanjutkan kehidupan

manusia serta gagasan keterbatasan yang bersumber pada kondisi teknologi dan

organisasi sosial terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan kini

dan hari depan. Sehingga untuk memenuhi dua gagasan tersebut diperlukan syarat-

syarat untuk keberlanjutan pembangunan, sebagai berikut

1.Keberlanjutan Ekologis

2.Keberlanjutan Ekonomi

3.Keberlanjutan Sosial dan Budaya

4.Keberlanjutan Politik

5.Keberlanjutan Pertahanan dan Keamanan

Keberlanjutan pembangunan perlu mendapatkan perhatian agar supaya suatu

daerah dapat dikembangkan dengan tidak mengganggu ekosistem lingkungan yang

ada. Masyarakat setempat tidak terpinggirkan kepentingannya untuk pemenuhan

kebutuhan hidup yang lebih baik.

2.3 Dampak Keberlanjutan Pembangunan

Page 8: 2. Keberlanjutan Pembangunan

Perubahan yang terjadi di sekitar kita sebagai sumber positif keberlanjutan

pembangunan dapat dijadikan pemicu perbaikan di berbagai sector, namun tidak lupa

juga dampak negative dari keberlanjutan pembangunan yang dapat berdampak buruk

bagi lingkungan.tujuan utama pembangunan adalah mensejahterakan masyarakat

banyak yang pada prosesnya memerlukan sumber daya alam, baik yang terbaharukan

maupun yang tidak terbaharukan.

Pembangunan jangka panjang maupun pembangunan jangka pendek yang

dilakukan manusia secara tidak langusung dapat memberikan dampak bagi lingkunan

hidup, karena manusia tidak dapat terlepas dari lingkungna hidup, beberapa factor

dari lingkungan dapat menjadi dampak keberlanjutan pembangunan. Berikut

merupakan beberapa dampak keberlanjutan pembangunan terhadap lingkungan hidup

dan manusia itu sendiri.

a. Dampak Positif

1. Penduduk memiliki penghasilan tetap dan kesejahteraan meningkat

2. Tercukupinya aneka kebutuhan dengan kesanggupan dunia industry untuk

memenuhinya.

3. Ketersediaan bahan baku atau bahan mentah oleh industry.

4. Terciptanya banyak lapangan kerja karena tercipta produksi yang terus

menerus.

5. Pengetahuan tentang teknologi terus meningakat karena semakin cepatnya

media informasi.

6. Memperkecil ketergantungan kita dari luar negri terutama impor.

b. Dampak Negatif

1. Tercemarnya lingkungan hidup akibat efek dari pembangunan terutama

industry

2. Berkurangnya lahan hutan akibat pembangunan yang tidak terkontrol

3. Banyak hewan kehilangan habitat

4. Penyakit yang dapat timbul akibat pencemaran lingkungan.

Page 9: 2. Keberlanjutan Pembangunan

2.4 Keberlanjutan Pembanguanan di Indonesia

Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan saat ini telah menjadi agenda

internasional. Dapat dikatakan bahwa hampir semua negara di dunia, baik

negaranegara maju maupun negara-negara berkembang telah menyadari betapa

pentingnya melaksanakan konsep pembangunan berkelanjutan sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, baik untuk saat ini maupun untuk masa

mendatang.

Komisi Bruntland menegaskan bahwa tidak ada sebuah cetak biru untuk

pembangunan berkelanjutan. Setiap negara harus mengembangkan pendekatannya

sendiri. Dalam konteks ini, tidak mengejutkan jika muncul anggapan dan penekanan

yang berbeda antara negara maju dan berkembang (Mitchell et al., 2003).

Di negara maju, penekanan utama pembangunan berkelanjutan lebih pada

bagaimana memadukan pertimbangan ekonomi dan lingkungan dalam pengambilan

keputusan. Perhatian yang lebih juga diberikan pada persoalan pemerataan lintas-

generasi. Lebih lanjut, negara maju juga menekankan bahwa dalam memadukan

pertimbangan lingkungan tersebut pada akhirnya tidak mengacaukan daya saing

ekonomi mereka, khususnya untuk menandingi tenaga murah yang tersedia di negara-

negara berkembang. Negara maju juga menyarankan bahwa negara berkembang

harus merubah kegiatan ekonomi mereka untuk menghindari kerusakan hutan tropis

misalnya dan sumberdaya alam lain dengan nilai-nilai global.

Sebaliknya, negara berkembang memberikan prioritas pembangunan

berkelanjutan pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia saat ini, serta menjamin

kelangsungan pembangunan ekonomi. Dengan demikian, penekanannya lebih pada

pemerataan antar generasi daripada lintas generasi. Ada keengganan yang dapat

dipahami dari negara berkembang ketika negara maju menyarankan mereka untuk

meninggalkan peluang pembangunan melalui penebangan hutan tropis untuk

melindungi lingkungan global. Para pemimpin di negara berkembang meyakini

bahwa rakyat mereka mempunyai hak yang sama untuk memenuhi kebutuhan dasar,

dan mereka seharusnya tidak dilarang melakukan sesuatu yang dulu juga dilakukan

Page 10: 2. Keberlanjutan Pembangunan

masyarakat negara maju untuk mencapai satu tingkat kemapanan ekonomi seperti

sekarang.

Munculnya isu-isu seperti perubahan iklim global, penipisan lapisan ozon,

menurunnya keanekaragaman hayati, menurunnya kualitas lingkungan dan masalah

kemiskinan menjadi bukti tentang bagaimana pentingnya melaksanakan konsep

pembangunan berkelanjutan.

Perubahan iklim yang dicirikan oleh peningkatan suhu udara dan perubahan

besaran dan distribusi curah hujan telah membawa dampak yang luas dalam banyak

segi kehidupan manusia dan diperkirakan akan terus memburuk jika emisi gas rumah

kaca (GRK) tidak dapat dikurangi dan distabilkan. Hal ini terjadi karena perubahan

suhu dan curah hujan secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi sistem

produksi pangan, sumberdaya air, pemukiman, kesehatan, energi, dan sistem

keuangan. Pengaruh lain yang terjadi adalah kenaikan permukaan laut (Murdiyarso,

2003).

Gas Rumah Kaca (GRK) menimbulkan pengaruh yang dikenal dengan efek

rumah kaca, yang selanjutnya menimbulkan pemanasan global dan perubahan iklim.

Untuk mengatasi dampak negatif GRK, pada tanggal 11 Desember 1987 negara-

negara di dunia mengadopsi suatu Protokol yang merupakan dasar bagi negara-negara

industri untuk mengurangi emisi GRK gabungan mereka paling sedikit 5 persen dari

tingkat emisi tahun 1990 menjelang periode 2008-2012.

Komitmen yang mengikat secara hukum ini akan mengembalikan tendensi

peningkatan emisi GRK yang secara historis dimulai di negara-negara tersebut 150

tahun yang lalu. Protokol Kyoto, demikian selanjutnya protokol itu disebut, disusun

untuk mengatur target kuantitatif penurunan emisi dan target waktu penurunan emisi

bagi negara maju. Sementara negara berkembang tidak memiliki kewajiban atau

komitmen untuk menurunkan emisinya. Singkatnya, Protokol Kyoto adalah sebuah

instrumen hukum (legal instrument) yang dirancang untuk mengimplementasikan

Konvensi Perubahan Iklim yang bertujuan untuk menstabilkan konsentrasi GRK agar

tidak mengganggu sistem iklim bumi. Amerika Serikat (AS), sebagai salah satu

Page 11: 2. Keberlanjutan Pembangunan

negara yang mendukung konsep pembangunan berkelanjutan, pada tahun 2001

menolak Protokol Kyoto. Hal ini sangat disayangkan mengingat AS memberikan

persentase kontribusi terbesar emisi GRK. Pada tahun 1990, kontribusi AS mencapai

36,1% dari emisi total GRK sebesar 13,7 Gt (gigaton=109 ton). Beberapa hal yang

menjadi alasan bagi AS untuk menolak perjanjian internasional ini antara lain karena

(Murdiyarso, 2003):

1. Delapan puluh persen penduduk dunia (termasuk yang berpenduduk besar

seperti Cina dan India) dibebaskan dari kewajiban menurunkan emisi.

2. Implementasi Protokol Kyoto akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan

ekonomi AS karena penggantian pembangkitan energi dengan batu bara

menjadi gas akan sangat mahal.

3. Protokol Kyoto adalah cara mengatasi masalah perubahan iklim global yang

tidak adil dan tidak efektif.

4. CO2 menurut undang-undang AS “Clean Air Act” tidak dianggap sebagai

pencemar sehingga secara domestik tidak perlu diatur emisinya.

5. Kebenaran ilmiah perubahan iklim dan cara-cara untuk memecahkan

persoalannya didukung oleh pemahaman ilmiah yang terbatas.

Indonesia sangat rentan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh perubahan

iklim. Suhu udara yang meningkat secara langsung akan mempengaruhi produksi

serealia termasuk padi, makanan pokok penduduk Indonesia. Daerah yang padat

penduduk akan rentan terhadap wabah penyakit seperti malaria dan demam berdarah.

Demikian juga akibat tingginya curah hujan akan langsung berpengaruh terhadap

meluasnya daerah genangan banjir di dataran rendah. Sebaliknya, kekeringan akan

mempengaruhi daerah lahan kering dan dataran tinggi. Kenaikan permukaan laut

setinggi 60 cm akan berpengaruh langsung terhadap jutaan penduduk yang hidup di

daerah pesisir. Panjang garis pantai Indonesia yang lebih dari 80.000 km memiliki

konsentrasi penduduk dan kegiatan sosial-ekonomi masyarakat yang tinggi, termasuk

kota pantai dan pelabuhan. Demikian juga ekosistem alami seperti mangrove akan

Page 12: 2. Keberlanjutan Pembangunan

banyak mengalami gangguan dari pelumpuran dan penggenangan yang makin tinggi

(Murdiyarso, 2003).

Pada kenyataannya, pembangunan yang dijalankan di Indonesia selama ini

dirasakan kurang atau bahkan dapat dikatakan, tidak memperhatikan kaidahkaidah

konsep pembangunan berkelanjutan, baik dari sisi ekonomi, ekologi, maupun sosial.

Banyak hal yang dapat dijadikan bukti atas kegagalan Indonesia dalam menjalankan

pembangunan berkelanjutan.

Kerusakan hutan merupakan salah satu indikator dari tidak dijalankannya

konsep pembangunan berkelanjutan, yang tidak memperhatikan kepentingan generasi

yang akan datang. Saat ini kerusakan hutan di Indonesia sangat parah. Dari 112 juta

hektar hutan di Indonesia saat ini kerusakan mencapai 59,2 juta hektar atau 2,83 juta

hektar per tahun. Kerusakan hutan sebesar ini sangat parah. Kalau dibiarkan dan tidak

ada aksi apa-apa maka dalam 10-15 tahun mendatang Indonesia menjadi negara yang

tidak berhutan. Dengan kerusakan seluas itu, sekarang dampaknya sangat terasa.

Waduk yang dibangun dengan biaya yang sangat mahal di pulau Jawa sekarang

mengalami penurunan umur (daya tahan) waduk dari yang seharusnya 100 tahun

tinggal 50 tahun. Sawah-sawah yang dulu tidak kekeringan, sekarang banyak yang

kekeringan. Sungai-sungai menjadi tidak normal, ketika musim hujan banjir, ketika

musim kemarau kering. Dampak langsung dengan adanya kerusakan hutan ini adalah

turunnya produksi pertanian. Input apapun yang dilaksanakan tidak akan berarti bila

tidak ada air. Jadi dampak kerusakan hutan sangat berpengaruh pada produksi padi

(Suntoro, 2005).

Sebagaimana diuraikan sebelumnya, pembangunan berkelanjutan memfokuskan

diri pada masalah kemiskinan, yang berkaitan erat dengan masalah etika. Dalam hal

kemiskinan, Indonesia masih harus bekerja lebih keras lagi.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2004 jumlah penduduk

miskin di Indonesia tercatat sebesar 36,2 juta dan 24,8 juta diantaranya berada di

Page 13: 2. Keberlanjutan Pembangunan

daerah pedesaan (Mulyono, 2005). Karena itu, diperlukan upaya konkrit pengentasan

kemiskinan tanpa harus mengeksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan.

Dari sisi etika, terhambatnya implementasi pembangunan berkelanjutan di

Indonesia juga terkait erat dengan tingginya tingkat korupsi, yang terjadi hampir di

seluruh tingkat dan lapisan masyarakat. Dr. Koentjaraningrat, seorang pakar

antropologi, meyakini bahwa sebelum Indonesia dapat membangun, maka sikap

mental masyarakatnya harus diperbaiki terlebih dahulu. Pendekatan psikologi ini

dikenal dengan teori mental (mentality theory) yang menyatakan bahwa sepanjang

mental masyarakat masih lebih condong kepada mental korupsi daripada mental

untuk melawan korupsi, maka Indonesia akan sulit atau tidak mungkin untuk

membangun (Himawan, 1980).

Dalam mengimplementasikan konsep pembangunan berkelanjutan, Emil

Salim (2006) menekankan pentingnya segitiga kemitraan antara pemerintah, dunia

bisnis dan masyarakat madani dalam hubungan kesetaraan dengan mengindahkan

hukum ekonomi, alam-ekologi dan peradaba.

BAB III

PENUTUP

Page 14: 2. Keberlanjutan Pembangunan

3.1 Kesimpulan

Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup

seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan,

pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes

(1976) mendefenisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan

budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk

memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Keberlanjutan pembangunan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan

masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi

kebutuhannya. Keberlanjutan Pembangunan jangka panjang maupun pembangunan

jangka pendek yang dilakukan manusia secara tidak langusung dapat memberikan

dampak bagi lingkungan hidup. Keberlanjutan pembangunan yang dijalankan di

Indonesia selama ini dirasakan kurang atau bahkan dapat dikatakan, tidak

memperhatikan kaidah kaidah konsep pembangunan berkelanjutan, baik dari sisi

ekonomi, ekologi, maupun sosial.

3.2 Saran

Berdasarkan pembahasan diatas dan setelah dibuat kesimpulan sarannya

adalah pembangunan itu sangat perlu, namun harus memperthatikan aspek

lingkungan hidup sebagai hajat semua makhluk hidup, kemudian manusia sebagai

pengatur di bumi harus menerapkan standar yang dipatuhi semua Negara tentang

keberlanjutan pembangunan, dan jika ada yang melanggar harus diberikan sanksi

yang berat.

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: 2. Keberlanjutan Pembangunan

Barbier, E.B. 1993. Economics and Ecology: New Frontiers and Sustainable

Development. Chapman & Hall, London

.

Salim, E. 2006. Pengelolaan Lingkungan dalam Pembangunan. Disampaikan sebagai

bahan kuliah Pasca Sarjana (S3) Program Studi PSL di IPB, Bogor, pada tanggal 12

Agustus 2006.

Panayotou, T. 1994. Economy and Ecology in Sustainable Development. Gramedia

Pustaka Utama in cooperation with SPES Foundation, Jakarta.

Mubyarto. 2005. A Development Manifesto: The Resilience of Indonesian Ekonomi

Rakyat During the Monetary Crisis. Penerbit Buku Kompas, Jakarta.

Munasinghe, M. 1993. Environmental Economics and Sustainable Development. The

World Bank, Washington, D.C.

Murdiyarso, D. 2003. Protokol Kyoto: Implikasinya bagi Negara Berkembang.

Penerbit Buku Kompas, Jakarta.