2. BRS DIY No. 55 - 1 Oktober 2014 - NTP_Gabah September 2014

14
1 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 55/10/34/Th.XVI, 1 Oktober 2014 No. 55/10/34/Th.XVI, 1 Oktober 2014 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN SEPTEMBER 2014 SEBESAR 102,92 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan Pada September 2014, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 102,92 atau mengalami kenaikan sebesar 0,72 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 102,18. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 96,92, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 98,72, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 114,20, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 105,66 dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 103,47. Naiknya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh naiknya indeks NTP pada subsektor tanaman pangan, subsektor hortikultura, dan subsektor peternakan, meskipun terjadi penurunan NTP di subsektor tanaman perkebunan rakyat dan subsektor perikanan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada September 2014 secara umum mencapai 114,71 atau mengalami deflasi sebesar 0,02 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 114,72. Penurunan IHK lebih banyak dipengaruhi oleh penurunan indeks pada kelompok bahan makanan yang mencapai 0,70 persen. Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga juga mengalami penurunan sebesar 0,01 persen. Selain dua kelompok tersebut di atas terjadi kenaikan indeks untuk kelompok lain, dimana kelompok perumahan mengalami kenaikan terbesar yaitu mencapai 0,71 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,42 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,31 persen, kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,29 persen, dan terakhir kelompok sandang yang naik sebesar 0,27 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan September 2014 terdapat 17 provinsi mengalami kenaikan NTP, sebaliknya 16 provinsi mengalami penurunan NTP. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 1,37 persen, sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 1,04 persen.

description

bps

Transcript of 2. BRS DIY No. 55 - 1 Oktober 2014 - NTP_Gabah September 2014

Page 1: 2. BRS DIY No. 55 - 1 Oktober 2014 - NTP_Gabah September 2014

1 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 55/10/34/Th.XVI, 1 Oktober 2014

No. 55/10/34/Th.XVI, 1 Oktober 2014

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN SEPTEMBER 2014 SEBESAR 102,92

A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

1. Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat

kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan

Pada September 2014, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 102,92 atau mengalami kenaikan sebesar 0,72 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 102,18. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 96,92, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 98,72, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 114,20, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 105,66 dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 103,47. Naiknya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh naiknya indeks NTP pada subsektor tanaman pangan, subsektor hortikultura, dan subsektor peternakan, meskipun terjadi penurunan NTP di subsektor tanaman perkebunan rakyat dan subsektor perikanan.

Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada September 2014 secara umum mencapai 114,71 atau mengalami deflasi sebesar 0,02 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 114,72. Penurunan IHK lebih banyak dipengaruhi oleh penurunan indeks pada kelompok bahan makanan yang mencapai 0,70 persen. Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga juga mengalami penurunan sebesar 0,01 persen. Selain dua kelompok tersebut di atas terjadi kenaikan indeks untuk kelompok lain, dimana kelompok perumahan mengalami kenaikan terbesar yaitu mencapai 0,71 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,42 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,31 persen, kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,29 persen, dan terakhir kelompok sandang yang naik sebesar 0,27 persen.

Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan September 2014 terdapat 17 provinsi mengalami kenaikan NTP, sebaliknya 16 provinsi mengalami penurunan NTP. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 1,37 persen, sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 1,04 persen.

Page 2: 2. BRS DIY No. 55 - 1 Oktober 2014 - NTP_Gabah September 2014

2 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 55/10/34/Th.XVI, 1 Oktober 2014

pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan September 2014, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 0,72 persen dibanding NTP Agustus 2014, yaitu dari 102,18 menjadi 102,92. Naiknya NTP bulan September 2014 ini disebabkan karena indeks harga produk pertanian yang diterima petani mengalami kenaikan yang lebih besar dibanding kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani.

Naiknya angka NTP yang tercatat pada bulan September 2014 disebabkan oleh naiknya NTP di subsektor hortikultura yang mengalami kenaikan sebesar 2,07 persen, diikuti subsektor peternakan sebesar 1,68 persen, dan subsektor tanaman pangan sebesar 0,59 persen. Sebaliknya dua subsektor tanaman perkebunan rakyat dan subsektor perikanan mengalami penurunan masing-masing sebesar 1,96 persen dan 0,35 persen.

2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari

komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada September 2014, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 0,75 persen dibandingkan dengan It Agustus 2014, yaitu dari 114,70 menjadi 115,56. Kenaikan It terjadi pada subsektor hortikultura sebesar 2,12 persen, subsektor peternakan sebesar 1,79 persen dan subsektor tanaman pangan sebesar 0,53 persen. Sebaliknya subsektor tanaman perkebunan rakyat dan subsektor perikanan mengalami penurunan It masing-masing sebesar 1,96 persen dan 0,23 persen.

3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa

yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada September 2014 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan sebesar 0,03 persen bila dibandingkan Agustus 2014, yaitu dari 112,25 menjadi 112,28. Kenaikan Ib terjadi pada semua subsektor kecuali subsektor tanaman pangan yang mengalami penurunan sebesar 0,06 persen. Kenaikan terbesar dialami oleh subsektor perikanan yang mencapai 0,13 persen, diikuti oleh subsektor peternakan naik sebesar 0,11 persen, dan subsektor hortikultura naik sebesar 0,05 persen. Sementara itu subsektor tanaman perkebunan rakyat relatife tidak mengalami perubahan. Kenaikan Ib tertinggi terjadi pada subsektor perikanan disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditi barang konsumsi rumahtangga seperti gas LPG dan rokok kretek filter.

4. NTP Subsektor

a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

Pada September 2014 NTPP mengalami kenaikan indeks sebesar 0,59 persen. Naiknya NTPP ini disebabkan karena naiknya indeks yang diterima petani sebesar 0,53 persen sebaliknya indeks yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 0,06 persen.

Naiknya indeks yang terjadi pada It disebabkan karena naiknya indeks harga subkelompok padi sebesar 1,77 persen meskipun subkelompok palawija turun 0,93 persen. Komoditas yang

Page 3: 2. BRS DIY No. 55 - 1 Oktober 2014 - NTP_Gabah September 2014

3 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 55/10/34/Th.XVI, 1 Oktober 2014

menyebabkan naiknya It pada subsektor ini terutama karena naiknya harga gabah dan kacang tanah.

Pada Ib turunnya indeks disebabkan oleh turunnya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,08 persen meskipun Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) mengalami kenaikan sebesar 0,08 persen.

Tabel 1 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan Perubahannya

Agustus-September 2014 (2012=100)

Kelompok dan Sub kelompok Bulan Persentase Perubahan Agustus 2014 September 2014

(1) (2) (3) (4) a. Indeks Diterima Petani (It) 110.29 110.87 0.53 - Padi 106.07 107.94 1.77 - Palawija 115.67 114.60 -0.93 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 114.46 114.39 -0.06 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 115.61 115.51 -0.08 - Indeks BPPBM 107.58 107.66 0.08 c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 96.35 96.92 0.59 d. Nilai Tukar Usaha Petanian 102.52 102.98 0.45

b. Subsektor Hortikultura (NTPH)

Pada September 2014, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami kenaikan sebesar 2,07 persen. Hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 2,12 persen lebih besar daripada kenaikan indeks yang dibayar petani yang hanya sebesar 0,05 persen.

Naiknya It disebabkan oleh naiknya harga pada beberapa komoditas seperti salak, cabai merah, petai dan mangga. Pada Ib kenaikan indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,04 persen dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,09 persen.

Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan Perubahannya

Agustus-September 2014 (2012=100)

Kelompok dan Sub kelompok Bulan Persentase Perubahan Agustus 2014 September 2014

(1) (2) (3) (4) a. Indeks Diterima Petani (It) 109.52 111.85 2.12 - Sayur-sayuran 105.46 107.44 1.88 - Buah-buahan 112.07 114.75 2.39

- Tanaman Obat 112.47 114.21 1.55 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 113.24 113.29 0.05 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 114.96 115.01 0.04 - Indeks BPPBM 106.14 106.23 0.09 c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 96.72 98.72 2.07 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 103.19 105.29 2.03

Page 4: 2. BRS DIY No. 55 - 1 Oktober 2014 - NTP_Gabah September 2014

4 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 55/10/34/Th.XVI, 1 Oktober 2014

c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada September 2014 NTPR mengalami penurunan indeks sebesar 1,96 persen, hal ini terjadi karena indeks yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 1,96 persen sebaliknya indeks yang dibayar petani relatif tidak mengalami perubahan.

Turunnya It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu dari 129,17 menjadi 126,64. Komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami penurunan harga diantaranya adalah kakao, cengkeh, kelapa dan tebu. Turunnya indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 0,04 persen, dan naiknya indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,07 persen tidak berdampak signifikan pada perubahan Ib bulan ini.

Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perubahannya

Agustus-September 2014 (2012=100)

Kelompok dan Sub kelompok Bulan Persentase Perubahan Agustus 2014 September 2014

(1) (2) (3) (4) a. Indeks Diterima Petani (It) 129.17 126.64 -1.96 - Tanaman Perkebunan Rakyat 129.17 126.64 -1.96 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 110.89 110.89 0.00 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 114.09 114.05 -0.04 - Indeks BPPBM 105.35 105.43 0.07 c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 116.49 114.20 -1.96 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 122.62 120.12 -2.04

d. Subsektor Peternakan (NTPT)

Pada September 2014 terjadi kenaikan pada NTPT sebesar 1,68 persen. Naiknya NTPT terjadi karena kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,79 persen lebih besar dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang hanya sebesar 0,11 persen.

Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan Perubahannya

Agustus-September 2014 (2012=100)

Kelompok dan Sub kelompok Bulan Persentase Perubahan Agustus 2014 September 2014

(1) (2) (3) (4) a. Indeks Diterima Petani (IT) 114.62 116.67 1.79 - Ternak Besar 115.13 117.46 2.03 - Ternak Kecil 113.55 115.78 1.96 - Unggas 120.95 123.10 1.77 - Hasil Ternak 106.99 107.27 0.26 b. Indeks Dibayar Petani (IB) 110.31 110.43 0.11 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 113.96 113.97 0.01 - Indeks BPPBM 106.71 106.94 0.21 c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 103.91 105.66 1.68 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 107.41 109.10 1.57

Kenaikan It ini disebabkan oleh naiknya indeks pada subkelompok ternak besar yang mencapai 2,03 persen, subkelompok ternak kecil naik sebesar 1,96 persen, subkelompok unggas

Page 5: 2. BRS DIY No. 55 - 1 Oktober 2014 - NTP_Gabah September 2014

5 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 55/10/34/Th.XVI, 1 Oktober 2014

naik sebesar 1,77 persen, dan hasil ternak naik sebesar 0,26 persen. Naiknya harga beberapa komoditas seperti sapi potong, kambing, dan daging ayam ras menjadi penyebab utama kenaikan It pada subsektor ini. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,01 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,21 persen.

e. Subsektor Perikanan (NTN)

Pada September 2014, NTN mengalami penurunan sebesar 0,35 persen, hal ini dikarenakan indeks harga yang diterima petani turun sebesar 0,23 persen sebaliknya indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 0,13 persen.

Turunnya It subsektor ini disebabkan oleh turunnya indeks subkelompok penangkapan sebesar 0,92 persen dan turunnya It subkelompok budidaya sebesar 0,18 persen. Sebaliknya, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,09 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,18 persen.

Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan Perubahannya

Agustus-September 2014 (2012=100)

Kelompok dan Sub kelompok Bulan Persentase Perubahan Agustus 2014 September 2014

(1) (2) (3) (4) a. Indeks Diterima Petani 114.64 114.38 -0.23 - Penangkapan 122.87 121.73 -0.92 - Budidaya 114.19 113.98 -0.18 b. Indeks Dibayar Petani 110.41 110.55 0.13 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 115.60 115.70 0.09 - Indeks BPPBM 104.38 104.57 0.18 c. Nilai Tukar Petani (NTN) 103.84 103.47 -0.35 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 109.83 109.39 -0.40

Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada September 2014 mengalami penurunan indeks sebesar 0,89 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh penurunan indeks yang diterima petani (nelayan) sebesar 0,92 persen lebih tinggi dibanding penurunan indeks yang dibayar petani (nelayan) yang hanya sebesar 0,03 persen. Turunnya It ini sangat dipengaruhi oleh turunnya harga beberapa komoditas seperti tongkol, cakalang, layur dan manyung pada bulan ini. Sedangkan penurunan Ib disebabkan oleh turunnya indeks BPPBM sebesar 0,17 persen meskipun IKRT mengalami kenaikan sebesar 0,09 persen.

Page 6: 2. BRS DIY No. 55 - 1 Oktober 2014 - NTP_Gabah September 2014

6 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 55/10/34/Th.XVI, 1 Oktober 2014

Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan Perubahannya

Agustus-September 2014 (2012=100)

Kelompok dan Sub kelompok Bulan Persentase Perubahan Agustus 2014 September 2014

(1) (2) (3) (4) a. Indeks Diterima Petani 122.87 121.73 -0.92 - Penangkapan Perairan Umum 100.00 100.00 0.00 - Penangkapan Perairan Laut 122.89 121.75 -0.93 b. Indeks Dibayar Petani 113.58 113.55 -0.03 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 115.45 115.55 0.09 - Indeks BPPBM 111.39 111.20 -0.17 c. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 108.17 107.21 -0.89 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 110.30 109.47 -0.75

Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya mengalami penurunan indeks sebesar 0,32 persen pada September 2014. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima petani sebesar 0,18 persen sebaliknya indeks yang dibayar petani naik sebesar 0,13 persen. Turunnya It banyak disebabkan oleh turunnya harga beberapa komoditas seperti nila, udang dan tawes. Sedangkan naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,09 persen, dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,20 persen dibanding bulan sebelumnya.

Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan Perubahannya

Agustus-September 2014 (2012=100)

Kelompok dan Sub kelompok Bulan Persentase Perubahan Agustus 2014 September 2014

(1) (2) (3) (4) a. Indeks Diterima Petani 114.19 113.98 -0.18 - Budidaya Air Tawar 114.19 113.98 -0.18 b. Indeks Dibayar Petani 110.23 110.38 0.13 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 115.61 115.70 0.09 - Indeks BPPBM 103.99 104.20 0.20 c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan 103.59 103.26 -0.32 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 109.80 109.38 -0.38

5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan

Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada September 2014 mencapai 102,90 atau naik sebesar 0,75 persen dibanding bulan Agustus 2014. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,78 persen lebih besar dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang hanya mencapai 0,03 persen.

Page 7: 2. BRS DIY No. 55 - 1 Oktober 2014 - NTP_Gabah September 2014

7 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 55/10/34/Th.XVI, 1 Oktober 2014

Tabel 8 Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan dan Perubahannya

Agustus-September 2014 (2012=100)

Kelompok dan Sub kelompok Bulan

Persentase Perubahan Agustus 2014 September 2014

(1) (2) (3) (4)

Indeks Harga yang Diterima Petani 114.70 115.59 0.78 Indeks Harga yang Dibayar Petani 112.31 112.34 0.03 Konsumsi Rumah Tangga 114.70 114.68 -0.02 BPPBM 106.58 106.71 0.12 Nilai Tukar Petani 102.13 102.90 0.75 Nilai Tukar Usaha Pertanian 107.62 108.33 0.66

6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada September 2014, Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) atau IHK di daerah perdesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan atau deflasi 0,02 persen. Penurunan IHK lebih banyak dipengaruhi oleh penurunan indeks pada kelompok bahan makanan yang mencapai 0,70 persen. Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga juga mengalami penurunan sebesar 0,01 persen. Selain dua kelompok tersebut di atas terjadi kenaikan indeks untuk kelompok lain, dimana kelompok perumahan mengalami kenaikan terbesar yaitu mencapai 0,71 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,42 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,31 persen, kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,29 persen, dan terakhir kelompok sandang yang naik sebesar 0,27 persen.

Tabel 9 Indeks Harga Konsumen dan Perubahannya Agustus 2014 - September 2014 (2012=100)

Kelompok Bulan Persentase

Perubahan Agustus 2014 September 2014 (1) (2) (3) (4)

Konsumsi Rumah Tangga 114.72 114.71 -0.02 - Bahan Makanan 122.20 121.35 -0.70 - Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 112.12 112.59 0.42 - Perumahan 110.72 111.51 0.71 - Sandang 112.23 112.54 0.27 - Kesehatan 106.80 107.13 0.31 - Pendidikan,Rekreasi dan Olah Raga 104.99 104.98 -0.01 - Transportasi dan Komunikasi 113.16 113.49 0.29

7. Perbandingan Antar Provinsi

Dari 33 provinsi yang dilaporkan, pada bulan September 2014 ada sebanyak 17 provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu sebesar 1,37 persen, sedangkan kenaikan NTP terendah sebesar 0,04 persen terjadi di Provinsi DKI Jakarta. Kenaikan NTP tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara Timur terutama disebabkan

Page 8: 2. BRS DIY No. 55 - 1 Oktober 2014 - NTP_Gabah September 2014

8 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 55/10/34/Th.XVI, 1 Oktober 2014

oleh kenaikan NTP pada subsektor tanaman pangan dengan naiknya harga jagung, gabah dan kacang hijau.

Sebanyak 16 provinsi pada bulan September 2014 ini mengalami penurunan NTP dengan Provinsi Kalimantan Tengah mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 1,04 persen. Sebaliknya provinsi yang mengalami penurunan terkecil adalah Jawa Barat dengan penurunan sebesar 0,04 persen. Penurunan NTP yang terjadi di Provinsi Kalimantan Tengah banyak disebabkan oleh penurunan harga karet dan kemiri pada subsektor tanaman perkebunan rakyat.

Tabel 10 NTP Provinsi dan Persentase Perubahannya Agustus 2014 - September 2014 (2012=100)

Provinsi Bulan Persentase Perubahan Agustus 2014 September 2014

(1) (2) (3) (4) Nasional 102.06 102.36 0.30 NAD 98.65 98.08 -0.58 Sumatera Utara 99.81 99.76 -0.06 Sumatera Barat 100.50 100.17 -0.32 Riau 96.41 95.63 -0.81 Jambi 97.12 96.21 -0.94 Sumatera Selatan 101.40 100.78 -0.61 Bengkulu 96.00 95.49 -0.53 Lampung 105.94 106.53 0.55 Bangka Belitung 102.47 103.54 1.05 Kepulauan Riau 101.95 102.00 0.05 DKI Jakarta 100.87 100.91 0.04 Jawa Barat 104.20 104.16 -0.04 Jawa Tengah 100.41 101.15 0.74 Yogyakarta 102.18 102.92 0.72 Jawa Timur 104.58 105.30 0.70 Banten 103.68 103.74 0.06 Bali 105.21 106.02 0.76 Nusa Tenggara Barat 99.72 99.56 -0.16 Nusa Tenggara Timur 101.32 102.71 1.37 Kalimantan Barat 96.77 96.67 -0.11 Kalimantan Tengah 101.62 100.56 -1.04 Kalimantan Selatan 99.11 99.17 0.07 Kalimantan Timur 100.11 101.12 1.01 Sulawesi Utara 99.75 99.87 0.12 Selawesi Tengah 102.71 102.26 -0.44 Sulawesi Selatan 105.28 105.16 -0.11 Sulawesi Tenggara 101.57 101.64 0.06 Gorontalo 101.66 101.79 0.12 Sulawesi Barat 102.74 103.37 0.62 Maluku 101.08 100.43 -0.64 Maluku Utara 104.15 104.09 -0.06 Papua Barat 100.29 100.72 0.42 Papua 97.26 97.08 -0.18

Page 9: 2. BRS DIY No. 55 - 1 Oktober 2014 - NTP_Gabah September 2014

9 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 55/10/34/Th.XVI, 1 Oktober 2014

Tabel 11 NTP tanpa Subsektor Perikanan Provinsi dan Persentase Perubahannya

Agustus 2014 - September 2014 (2012=100)

Provinsi Bulan Persentase Perubahan Agustus 2014 September 2014

(1) (2) (3) (4) Nasional 101.98 102.29 0.31 NAD 98.54 97.96 -0.59 Sumatera Utara 99.82 99.79 -0.02 Sumatera Barat 100.26 99.94 -0.32 Riau 95.81 95.04 -0.81 Jambi 96.93 96.01 -0.95 Sumatera Selatan 101.36 100.72 -0.63 Bengkulu 95.80 95.29 -0.54 Lampung 106.04 106.64 0.57 Bangka Belitung 102.25 103.31 1.03 Kepulauan Riau 99.01 98.99 -0.02 Jawa Barat 104.37 104.33 -0.04 Jawa Tengah 100.36 101.12 0.76 Yogyakarta 102.13 102.90 0.75 Jawa Timur 104.51 105.26 0.71 Banten 103.62 103.71 0.08 Bali 105.19 106.01 0.78 Nusa Tenggara Barat 99.68 99.54 -0.14 Nusa Tenggara Timur 101.26 102.69 1.41 Kalimantan Barat 96.64 96.51 -0.14 Kalimantan Tengah 101.32 100.16 -1.14 Kalimantan Selatan 98.30 98.30 0.00 Kalimantan Timur 99.79 100.86 1.07 Sulawesi Utara 99.20 99.32 0.12 Selawesi Tengah 102.72 102.22 -0.49 Sulawesi Selatan 105.16 105.04 -0.11 Sulawesi Tenggara 101.17 101.26 0.09 Gorontalo 101.68 101.82 0.13 Sulawesi Barat 102.98 103.68 0.67 Maluku 100.20 99.61 -0.59 Maluku Utara 104.44 104.31 -0.12 Papua Barat 99.70 100.10 0.41

Papua 97.04 96.84 -0.20

Page 10: 2. BRS DIY No. 55 - 1 Oktober 2014 - NTP_Gabah September 2014

10 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 55/10/34/Th.XVI, 1 Oktober 2014

Tabel 12 Nilai Tukar Nelayan Provinsi dan Persentase Perubahannya

Agustus 2014 - September 2014 (2012=100)

Provinsi Bulan Persentase Perubahan Agustus 2014 September 2014

(1) (2) (3) (4) Nasional 106.44 106.38 -0.05 NAD 102.64 102.49 -0.14 Sumatera Utara 102.94 101.13 -1.76 Sumatera Barat 102.56 100.87 -1.65 Riau 109.15 108.55 -0.55 Jambi 104.93 104.10 -0.80 Sumatera Selatan 98.69 98.79 0.10 Bengkulu 102.22 102.93 0.69 Lampung 108.02 109.11 1.00 Bangka Belitung 105.89 107.34 1.37 Kepulauan Riau 108.48 108.83 0.32 DKI Jakarta 105.13 105.37 0.22 Jawa Barat 106.64 107.26 0.58 Jawa Tengah 107.88 108.78 0.84 Yogyakarta 108.17 107.21 -0.89 Jawa Timur 110.36 109.29 -0.97 Banten 117.01 115.77 -1.06 Bali 115.48 114.82 -0.57 Nusa Tenggara Barat 103.60 102.61 -0.96 Nusa Tenggara Timur 105.30 104.45 -0.81 Kalimantan Barat 102.53 103.55 1.00 Kalimantan Tengah 109.73 110.13 0.36 Kalimantan Selatan 109.71 111.03 1.20 Kalimantan Timur 109.50 110.80 1.18 Sulawesi Utara 110.81 111.00 0.17 Selawesi Tengah 103.76 104.23 0.46 Sulawesi Selatan 109.09 109.37 0.26 Sulawesi Tenggara 108.03 107.53 -0.47 Gorontalo 103.83 103.97 0.13 Sulawesi Barat 96.95 96.03 -0.94 Maluku 107.39 105.96 -1.33 Maluku Utara 99.37 100.25 0.88 Papua Barat 106.69 107.36 0.63 Papua 102.30 102.47 0.17

Page 11: 2. BRS DIY No. 55 - 1 Oktober 2014 - NTP_Gabah September 2014

11 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 55/10/34/Th.XVI, 1 Oktober 2014

Tabel 13 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Provinsi dan Persentase Perubahannya

Agustus 2014 - September 2014 (2012=100)

Provinsi Bulan Persentase Perubahan Agustus 2014 September 2014

(1) (2) (3) (4) Nasional 101.79 101.61 -0.18 NAD 100.50 99.85 -0.65 Sumatera Utara 96.36 95.94 -0.44 Sumatera Barat 106.60 106.53 -0.07 Riau 106.19 104.91 -1.20 Jambi 101.24 101.02 -0.22 Sumatera Selatan 106.02 105.56 -0.44 Bengkulu 103.43 102.53 -0.87 Lampung 100.60 100.11 -0.49 Bangka Belitung 97.44 97.36 -0.08 Kepulauan Riau 115.07 114.79 -0.24 DKI Jakarta 96.38 96.21 -0.18 Jawa Barat 100.69 100.53 -0.16 Jawa Tengah 100.80 100.60 -0.20 Yogyakarta 103.59 103.26 -0.32 Jawa Timur 106.47 106.93 0.43 Banten 97.45 96.77 -0.70 Bali 94.12 93.66 -0.49 Nusa Tenggara Barat 96.03 95.79 -0.25 Nusa Tenggara Timur 102.16 102.54 0.37 Kalimantan Barat 96.01 96.18 0.18 Kalimantan Tengah 98.02 97.82 -0.20 Kalimantan Selatan 105.05 104.72 -0.32 Kalimantan Timur 94.18 93.93 -0.27 Sulawesi Utara 100.80 101.00 0.20 Selawesi Tengah 99.34 99.25 -0.09 Sulawesi Selatan 106.14 105.70 -0.42 Sulawesi Tenggara 101.99 102.14 0.14 Gorontalo 93.80 93.50 -0.32 Sulawesi Barat 99.39 99.52 0.13 Maluku 113.36 114.02 0.58 Maluku Utara 109.15 109.36 0.19

Papua Barat 93.74 93.50 -0.25

Papua 94.55 94.03 -0.55

Page 12: 2. BRS DIY No. 55 - 1 Oktober 2014 - NTP_Gabah September 2014

12 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 55/10/34/Th.XVI, 1 Oktober 2014

B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH SEPTEMBER 2014

Pada September 2014, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 40 observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas GKP sebanyak 23 observasi dan kualitas rendah sebanyak 17 observasi.

Tabel 14 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan

dan HPP menurut Kelompok Kualitas, September 2014

Kelompok Kualitas Jumlah

Observasi (%)

Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp/Kg)

Rata-rata Harga Tingkat Penggilingan

(Rp/Kg)

Harga* Pembelian Pemerintah

(HPP) (Rp/Kg)

Selisih Harga

Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

GKG 0 (0,00%) - - - - 4.150,00

(penggilingan) - -

GKP 23 (57,50%) 3.650,00 5.000,00 4.463,04 4.508,70 3.300,00

(petani) 1.163,04 35,24

3.350,00 (penggilingan) 1.158,70 34,59

Gabah Kualitas Rendah 17 (42,50%) 3.550,00 3.650,00 3.585,29 3.635,29 - - -

Total 40 (100,00%) - - - - - - -

Keterangan : GKG : kadar air 14% dan kadar hampa/kotoran 3% GKP : kadar air (14,01%-25%) dan kadar hampa/kotoran (3,01%-10%) atau kadar air 14% an kadar hampa3% Diluar kualitas : kadar air 25% atau kadar hampa/kotoran 10% * HPP berdasarkan INPRES nomor 3 Tahun 2012 tgl.27 September 2012 mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan.

Berdasarkan hasil observasi terhadap 40 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama September 2014, sebagian besar atau 57,50 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP) dan sisanya 42,50 persen berkualitas rendah.

Dibandingkan Agustus 2014, rata-rata harga gabah kualitas GKP mengalami kenaikan 3,56 persen menjadi Rp. 4.463,04 per kg di tingkat petani dan naik 3,59 persen menjadi Rp. 4.508,70 per kg di tingkat penggilingan. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah naik sebesar 2,63 persen menjadi Rp. 3.585,29 per kg di tingkat petani dan naik 2,59 persen menjadi Rp. 3.635,29 per kg di tingkat penggilingan.

Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.000,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.550,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Bantul dan Bambanglipuro (Bantul).

Selama September 2014, tidak dijumpai observasi harga gabah di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP.

Page 13: 2. BRS DIY No. 55 - 1 Oktober 2014 - NTP_Gabah September 2014

13 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 55/10/34/Th.XVI, 1 Oktober 2014

1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah

Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 23 observasi atau 57,50 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama September 2014. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada dibawah HPP.

Berdasarkan 17 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 42,50 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama September 2014, yang berpotensi mengalami kasus harga semua berasal dari Kabupaten Bantul.

Tabel 15 Jumlah dan Persentase Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan,

dan di Atas HPP menurut Kualitas, September 2014

2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.000,00 per kg pada gabah kualitas GKP

dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.550,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Bantul dan Kecamatan Bambanglipuro (Bantul).

Tabel 16 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas,

Juli - September 2014

Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan.

Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKP masing-masing sebesar 13,55 persen dan 7,35 persen, sedangkan gabah kualitas rendah pada bulan September 2014 memiliki rata-rata KA dan KH masing-masing sebesar 28,82 persen dan 12,98 persen.

Kelompok Kualitas

Jumlah Observasi

Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP

Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP

Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP

Tk. Petani Tk. Penggilingan Tk. Petani Tk. Penggilingan Tk. Petani Tk. Penggilingan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

GKG 0 - 0 (0,00 %)

- 0 (0,00 %)

- 0 (0,00 %)

GKP 23 0 (0,00 %) 0 (0,00 %)

0 (0,00 %) 0 (0,00 %)

23 (100,00 %) 23 (100,00 %)

GKG dan GKP 23 - 0 (0,00 %)

- 0 (0,00 %)

- 23 (100,00 %)

Kualitas Rendah 17

Kelompok Kualitas Kadar Air (KA) Kadar Hampa/Kotoran (KH)

Jul’2014 Ags’2014 Sep’2014 Jul’2014 Ags’2014 Sep’2014 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

GKG - - - - - -

GKP 15,21 13,21 13,55 7,03 6,15 7,35

KualitasRendah 30,45 26,59 28,82 10,01 9,71 12,98

Page 14: 2. BRS DIY No. 55 - 1 Oktober 2014 - NTP_Gabah September 2014

14 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 55/10/34/Th.XVI, 1 Oktober 2014

Tabel 17 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas

Juli - September 2014

Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani naik Rp. 153,52 per kg (3,56 persen) menjadi Rp 4.463,04 per kg dan di tingkat penggilingan naik Rp. 156,31 per kg (3,59 persen) menjadi Rp. 4.508,70 per kg. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani naik sebesar Rp. 91,85 per kg (2,63 persen) menjadi Rp. 3.585,29 per kg, dan rata-rata harga di tingkat penggilingan naik Rp. 91,85 per kg (2,59 persen) menjadi Rp. 3.635,29 per kg.

Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, September 2013 -September 2014

Kelompok Kualitas Tingkat Petani (Rp / Kg) Tingkat Penggilingan (Rp / Kg)

Jul’2014 Ags’2014 Sep’2014 Perub (4)

thd (3) (%)

Jul’2014 Ags’2014 Sep’2014

Perub (4) thd (3)

(%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

GKG - - - - - - - - GKP 4.295,65 4.309,52 4.463,04 3,56 4.341,30 4.352,38 4.508,70 3,59

Kualitas Rendah 3.569,23 3.493,44 3.585,29 2,63 3.617,31 3.543,44 3.635,29 2,59

30003200340036003800400042004400460048005000

Sep-13 Oct-13 Nov-13 Des-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14

Rp/

Kg

Bulan

GKG GKP Kualitas Rendah HPP GKG HPP GKP