2. 1 Lokasi - Perpustakaan Digital ITB - · PDF fileTransportasi vertikal Tangga : ......
Transcript of 2. 1 Lokasi - Perpustakaan Digital ITB - · PDF fileTransportasi vertikal Tangga : ......
7
BAB II DATA AWAL PROYEK
2. 1 Lokasi
Lokasi : Gedebage, Bandung,Jawa Barat
Batas Utara : Depot Pertamina
Batas Selatan : Area Komersial
Batas Timur : Terminal Bis antar Kota Gedebage
Batas Barat : Sungai
Luas Lahan : ± 25.000 m²
Utara
Gambar 1. Peta lokasi stasiun Gedebage
Sumber : BAPPEDA
8
Lokasi stasiun Gedebage dalam skala wilayah Bandung :
Padalarang – Gedebangkong – Cimahi – Cimindi – Andir – Ciroyom – Bandung –
Cikudapateuh – Kiaracondong – Gedebage – Cimekar – Rancaekek – Haurpukur -
Cicalengka
Lokasi stasiun Gedebage terletak beredekatan dengan terminal bis antar kota
Gedebage dan merupakan bagian dari perencanaan terminal terpadu yang telah dibuat oleh
BAPPEDA. Peran stasiun ini merupakan salah satu media untuk menyebarkan orang-orang
yang datang dari luar kota Bandung untuk masuk ke daerah central business district di kota
Bandung.
2. 2 Peraturan dan standar yang digunakan
2. 2. 1 Peraturan yang berlaku
KDB : 50 % ( Sumber : RDTR Gedebage)
KLB : 2 ( Sumber : RDTR Gedebage)
GSB : Utara (rel) = 11 m
Barat (sungai)= 25 m
Selatan = 7 m
Peruntukan Lahan : Stasiun Kereta Api, Terminal Bis antar kota
(terminal terpadu)
2. 2. 2 Standar Perancangan Bangunan Stasiun
Standar-standar mengenai teknis bangunan Stasiun menurut PT. Kereta Api
Indonesia adalah :
1. Tinggi lantai terendah, minimum 0,5 m di atas batas permukaan banjir tertinggi
yang pernah tercatat dan minimum 0,3 m di atas permukaan jalan akses dan plasa
stasiun.
9
2. Tinggi langit-langit dari permukaan lantai minimal 2,5 m.
3. Tinggi untuk saluran AC minimal 0,5 m.
4. Tinggi balok dan slab minimal 0,7 m.
5. Jarak bebas di bawah pada bagian arus listrik searah untuk stasiun over track
adalah 6,1 m.
Gambar 2 jarak bebas pada kereta api
Sumber : PT. Kereta Api Indonesia
Batas I untuk jembatan dengan kecepatan kereta sampai dengan 60 km/jam
Batas II untuk ’viaduk’ dan terowongan dengan kecepatan kereta sampai 60 km/jam
dan untuk jembatan tanpa pembatasan kecepatan.
Batas III untuk ’viaduk’ baru dan bangunan lama kecuali terowongan dan jembatan.
Batas IV batas lintas kereta api listrik
10
Gambar 4. Dimensi pada platform
Sumber : PT. Kereta Api Indonesia
2. 3. Pemahaman tipologi stasiun
Pengklasifikasian stasiun dapat dibedakan berdasarkan perbedaan fungsi dan letak,
jangkauan, posisi rel terhadap permukaan tanah, perletakan bangunan stasiun, tujuan, dan
skala ( Honing, 1981 ) antara lain :
Gambar 3. Dimensi kereta bertenaga listrik
Sumber : PT. Kereta Api Indonesia
11
1. Berdasarkan fungsi dan letak
Stasiun Terminal adalah tempat kereta api memulai dan mengakhiri
perjalanan.
Stasiun Peralihan adalah tempat penumpang melanjutkan perjalanan dengan
kereta api atau kendaraan lainnya.
Stasiun Antara adalah stasiun yang berada di antara stasiun terminal.
Stasiun Persilangan adalah tempat pemberhentian kereta api sementara untuk
kereta api lain lewat.
Gambar 5. Stasiun berdasarkan fungsi dan letaknya
Sumber : PT kereta Api Indonesia
2. Berdasarkan Jangkauan :
Commuter Train, untuk jarak dekat ( dalam kota ).
Medium Distance, untuk jarak sedang ( antar distrik / wilayah )
Long Distance, untuk jarak jauh ( antar kota ).
3. Berdasarkan posisi rel terhadap permukaan tanah :
Elevated Stasion, stasiun dengan jalur kereta api melayang.
At-grade Station, stasiun dengan jalur kereta api sejajar tanah.
Underground Station, stasiun dengan jalur kereta api di bawah tanah.
12
Gambar 6. Stasiun berdasarkan perletakan rel terhadap tanah
Sumber : PT. Kereta Api Indonesia
4. Berdasarkan perletakan bangunan stasiun terhadap peron :
Ground Level, bangunan stasiun berada di permukaan tanah bersama dengan
peron.
Over-Track, bangunan stasiun berada di atas peron/jalur kereta api ( stasiun
kereta api layang ).
Under Track, bangunan stasiun berada di bawah peron/ jalur kereta api.
13
Gambar 7. Stasiun berdasarkan perletakan bangunan terhadap peron
Sumber : PT. Kereta Api Indonesia
5. Berdasarkan tujuan :
Stasiun Penumpang, untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, memuat
dan membongkar barang bawaan penumpang.
Stasiun Barang, untuk memuat dan membongkar barang muatan yang dapat
dibagi dalam muatan gerbong.
Stasiun Langsiran, untuk menyusun dan mengumpulkan gerbong-gerbong
barang yang berasal dari/diperuntukkan untuk berbagai stasiun.
6. Berdasarkan besar
Stasiun kecil, juga disebut sebagai stasiun perhentian yang biasanya oleh
kereta api cepat dilewati saja. Jenis stasiun ini menampung ± 30.000 orang per
hari.
Stasiun sedang, terdapat di tempat yang sedikit penting dan disinggahi oleh
kereta api cepat dan sesekali oleh kereta api kilat. Jenis stasiun ini
menampung ± 80.000 orang per hari.
Stasiun besar, terdapat dalam kota besar dan disinggahi oleh semua kereta api.
Jenis stasiun ini dapat menampung ± 200.000 orang per hari.
7. Berdasarkan bentuk
Stasiun kepala, gedung utama diletakkan menyiku dengan rel kereta api.
Terdapat peron kepala dan peron sisi.
Stasiun sejajar, bangunan utama sejajar dengan rel kereta api.
Stasiun pulau, bangunan terletak sejajar dan diantara rel kereta api.
14
Sedangkan berdasarkan jenisnya, kegiatan pada stasiun dapat dibedakan menjadi dua
hal, yaitu :
1. Klasifikasi aktivitas dan organisasi
Aktivitas pada stasiun, selain aktivitas sistem kereta apinya sendiri, terbagi lagi
dalam dua kategori, yaitu aktifitas masyarakat di dalam dan di luar stasiun. Kedua hal
tersebut harus diperhatikan agar alur aktifitas menjadi lancar dan memberikan
kenyamanan bagi pemakai fasilitas stasiun. Selain itu, urutan aktifitas pengguna
stasiun akan menetukan perletakan fungsi utama dan penunjang stasiun.
Kegiatan di stasiun dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu :
Kegiatan manusia sebagai pengguna stasiun yang dapat dibagi lagi menjadi :
a. Penumpang yang akan berangkat
b. Penumpang yang baru tiba.
c. Pengantar
d. Penjemput
Kegiatan Pengelola Stasiun.
2. Sirkulasi kereta api dalam stasiun
Sistem sirkulasi kereta api merupakan hal yang sangat mempengaruhi sistem
perjalanan arus penumpang dan barang dari dan menuju stasiun. Penyelesaian
masalah sirkulasi di dalam stasiun kereta api adalah dengan pemisahan yang jelas
antara lalu lintas kereta api, manusia, dan barang.
Selain itu, jalur kereta api dapat diklasifikasikan menjadi tiga tipe jalur, yaitu :
Tipe Paralel
Pada tipe ini, jalur-jalur kereta api masuk dan melewati seluruh stasiun. Peron
berada di antara jalur-jalur yang umumnya berpasangan. Peron lainnya dapat
dicapai dengan suatu penyebaran yang dapat berada di atas atau di bawah jalur-
jalur kereta api.
15
Penetuan cara penyeberangan ditentukan oleh keadaan topografi setempat atau
bagaiaman letak jalur-jalur kereta api tersebut, apakah di atas / dibawah
permukaan jalan kota.
Tipe akhir / buntu
Pada tipe ini, jalur-jalur kereta api berhenti dan berakhir pada peron yang
letaknya melintas dan berada pada satu tingkat dengan jalur-jalur kereta api. Bila
pengakhiran jalur kereta api terdapat pada kedua bagian peron, maka peron
tersebut lebih dikenal dengan istilah midway.
Tipe loop
Merupakan perkembangan dari tipe buntu, dimana ujung jalannya melengkung
sehingga lokomotif dapat diputarkan arahnya dan kemudian dipasang kembali
pada bagian belakang rangkaian gerbong tersebut.
Gambar 8. Tipe stasiun baloon loop
Sumber : PT. Kereta Api Indonesia
16
2. 4 Tinjauan teori dan preseden
2. 4. 1 Konsep Mass Rapid Transit
Mass Rapid Transit (MRT) merupakan salah satu sistem angkutan massal
yang banyak diterapkan di berbagai negara pada saat ini, terutama banyak digunakan
oleh negara maju dalam bidang transportasinya. Konsep MRT ini digunakan
berkaitan dengan kebutuhan masa yang akan datang, seperti pertumbuhan penduduk,
pemanasan global, penghematan energi, kemacetan, efisiensi waktu, keselamatan, dan
kemacetan.
Mass Rapid Transit juga merupakan jenis angkutan massal yang
menggabungkan kecepatan dan kapasitas penumpang yang besar. Klasifikasi sistem
MRT biasanya dibedakan pada beberapa hal;, yaitu biaya, kapasitas, teknologi, jarak
antar halte, luas jalur, pedoman operasional, dan sistem panduan.
Secara umum ada lima bentuk MRT, yaitu :
1. Heavy Rail Transit
Heavy Rail Transit (HRT) adalah sistem angkutan massal yang menggunakan
sistem kereta berkinerja tinggi, mobil rel bertenaga listrik yang beroperasi di jalur-
jalur khusus, biasanya tanpa persimpangan dan memiliki bangunan terminal yang
besar.
2. Light Rail Transit
Light Rail Transit (LRT) adalah sistem jalur kereta listrik metropolitan yang
dikarakteristikan atas kemampuannya menjalankan gerbong/kereta pendek satu per
satu sepanjang jalur-jalur khusus eksklusif pada lahan bertingkat, struktur
menggantung, subway, atau biasanya di jalan. Sistem ini menaikkan dan menurunkan
penumpang pada lintasan/tempat parkir mobil. Sistem ini juga mencakup pada jalur-
jalur trem, meskipun perbedaan utama dengan trem yang sering beroperasi tanpa jalur
khusus tapi dalam lau lintas campuran.
3. Metro
Metro merupakan terminologi internasional yang paling umum untuk subway
dan HRT, walaupun biasanya juga diterapkan secara umum pada sistem HRT yang
17
sudah ditingkatkan. Dalam hal ini, metro digunakan untuk menggambarkan sistem
HRT perkotaan yang dipisahkan secara bertingkat ( Grade-separated ). Ini
merupakan jenis MRT termahal per km², namun memiliki kapasitas teoritis tertinggi.
4. Sistem Kereta Komuter
Kereta Komuter merupakan porsi operasional jalur kereta penumpang yang
membawa penumpang di wilayah perkotaan / antara wilayah perkotaan (urban)
dengan wilayah pinggiran (rural urban). Namun jenis ini berbeda dengan jenis metro
dan LRT bahwa jenis kereta komuter secara umum lebih berat dengan jarak rata-rata
yang lebih panjang dan pengoperasiannya dilakukan di luar jalur-jlaur yang
merupakan bagian dari sistem jalan kereta sebuah wilayah.
2. 4. 2 Perancangan Stasiun
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perancangan stasiun berkaitan dengan
orang yang berkunjung ke stasiun yaitu :
1. Infrastruktur
2. Keamanan dan Pengamanan.
3. Staf
4. Range usia pengunjung
Perancangan untuk pengguna orang tua dan anak kecil.
5. Keinginan dan Kemudahan penumpang
Kebersihan, signage, penampilan yang menarik ( khususnya ticket hall dan
entrance), cahaya penerangan yang cukup, peta stasiun, dan fasilitas-fasilitas
pelengkap lainnya.
6. Aksesibilitas
Antar ruang stasiun, ruang tunggu, platform/dek dan kereta,
7. Fasilitas Komersial
Pertokoan, tempat makan dan tempat penginapan merupakan fasilitas yang
dapat memberikan kenyamanan dan kelengkapan keperluan calon penumpang.
8. Kejelasan sirkulasi penumpang
18
Antara jalur keberangkatan dengan jalur kedatangan, antara penumpang dan
barang ( ekspedisi ), antara penumpang dengan penjemput, antara penumpang
kereta api komuter.
9. Kejelasan antara kegiatan yang bersifat publik dengan privat dan pembagian
zona ruang sesuai dengan fungsi dan sifatnya.
10. Kejelasan pencapaian dari lingkungan sekilas lahan perancangan ke
bangunan stasiun dan sebaliknya.
Elemen ruang yang harus ada pada perancangan stasiun yaitu :
1. Platform (peron )
Peron dirancang sesuai dengan panjang kereta yang direncanakan akan
dioperasikan.
2. Penghubung moda transportasi lain
Penyediaan aksesibilitas bagi moda transportasi lain di mana calon penumpang
diperkirakan akan memakainya.
3. Transportasi vertikal
Tangga : untuk perhitungan keamanan, tangga darurat minimum disediakan
dua dan ditempatkan pada ujung-ujung stasiun ( Standard Building Code ).
Tangga utama ditempatkan di tengah-tengah stasiun untuk mempermudah akses
dari semua sudut stasiun.
Eskalator ditempatkan sebagai penghubung area tunggu ke peron.Eskalator
yang digunakan adalah eskalator dengan kapasitas 80-100 orang per menit.
Penempatan eskalator tambahan juga dimungkinkan untuk mengantisipasi
kejadian tertentu ( eskalator utama rusak, keadaan sangat ramai atau pertimbangan
perawatan bergantian ).
4. Tempat mengantri
Ruang untuk menunggu dan mengantri ini harus disediakan agar tidak
mengganggu aktivitas stasiun lainnya. Ruang mengantri memanjang diperlukan
untuk : loket tiket, lokasi check in bagasi dan check point keamanan.
19
5. Loket tiket
Ditempatkan pada ruang terbuka, lebih baik pada lantai dasar bangunan.
Kriteria perancangan loket yaitu :
Ada kontak visual yang jelas antara penumpang dengan staff.
Kemudahan penumpang dan staff untuk berkomunikasi
Garis pandang yang sejajar antara penumpang dan staff.
Pencahayaan yang baik.
Kemudahan mengambil objek melalui pembatas konter tiket.
Adanya ruang bagi penumpang untuk merapikan dompet tas tangan.
Aktivitas selain penjualan tiket diletakkan di ruangan terpisah dari konter.
6. Ruang tunggu
Ruang tunggu dan ruang duduk didesain agar nyaman. Ruang ini biasanya
didekatkan dengan akses fasilitas umum dan komersial seperti : toilet, retail, dan
food court.
7. Ruang administrasi
Ruang untuk operasional dan administrasi stasiun.
8. Servis gedung
Penyediaan ruang untuk staf pengurus Mekanikal Elektrikal dan perawatan
gedung serta peralatannya. Ruang ME dan peralatan perawatan gedung diletakkan
berjauhan dengan area publik.
9. Ruang kendali (Ruang komunikasi, ruang pengawas perjalanan, dan ruang
pengawas peron)
Ruang kendali ini berfungsi untuk :
Mengawasi sistem sinyal kereta api dan penyediaan tenaga listrik sistem
kereta api.
Mengawasi lokasi-lokasi di stasiun, antara lain : peron, dalam lift,
eskalator.
Menjaga keamanan dalam stasiun melalui sistem monitoring
20
Memberi informasi kepada penumpang melalui sistem pengumuman.
Merespon insiden atau kondisi darurat.
10. Ruang untuk fasilitas-fasilitas komersial
Untuk stasiun utama pada suatu kota biasanya dilengkapi dengan fasilitas
komersial yang dapat menambah kenyamanan calon penumpang karena
kelengkapan kebutuhannya dapat dipenuhi. Fasilitas komersial ini didekatkan ke
ruang tunggu keberangkatan.
2. 4. 3 Studi banding
Stasiun kereta komuter dikelompokkan ke dalam tipologi bangunan utilitas.
Selain itu, dapat pula dimasukkan sebagai fasilitas umum sebagai infrastruktur
pendukung suatu kawasan. Terminal terpadu digunakan masyarakat untuk pergantian
atau perpindahan dan pertemuan pelaku perjalanan antar angkutan sejenis maupun
antar transportasi yang berlainan karena adanya perbedaan jalur pelayanan
(perpindahan atau pergantian moda transportasi). Pemahaman tipologi bangunan
stasiun dapat diperoleh dari studi banding kasus sejenis.
Studi banding dilakukan dengan tujuan mengetahui fasilitas yang umumnya
terdapat pada setiap stasiun sehingga diperoleh suatu acuan yang dapat digunakan
dalam perancangan.
2. 4. 3. 1 Stasiun Hall, Bandung
Gambar 9. Stasiun Hall, Bandung
Sumber : www.wikipedia.com
21
Stasiun Bandung mempunyai dua gerbang, yaitu gerbang selatan dan
utara yang masing-masing mempunyai plasa stasiun yang luas. Gerbang
selatan dibangun pada masa pemerintahan belanda dengan menggunakan
langgam Art deco. Pada plasa selatan stasiun terdapat parkir kendaraan,
terminal angkutan kota yang dikelilingi kios-kios makanan. Plasa tersebut
terletak berseberangan dengan pusat perniagaan. Sedangkan gerbang utara
merupakan bangunan baru yang mempunyai parkir yang cukup luas (temporer
dan inap), taxi line, dan jalur angkutan kota. Secara umum bangunan stasiun
ini terdapat di antara pusat perniagaan dan jasa, faslitas umum, dan
perkantoran.
Stasiun ini memiliki 10 jalur kereta dengan tipe bangunan at-grade
stastion. Terdapat pemisahan fasilitas antara penumpang kereta kelas
ekonomi, bisnis dan eksekutif. Ruang tunggu untuk penumpang kelas
ekonomi berada di bangunan selatan. Sedangkan untuk kelas bisnis dan
eksekutif berada di bangunan utara.
Beberapa ketidaknyamanan pada stasiun ini adalah terjadinya crossing
antara jalur pejalan kaki dengan jalur kereta. Selain itu, akibat concourse yang
terletak di sisi memanjang dan langsung berhadapan dengan jalur kereta,
menyebabkan debu dan bising dari kereta yang melintas dapat mengurangi
kenyamanan pengguna stasiun. Hal lain yang kurang diperhatikan adalah
tercampurnya sirkulasi antara pengantar, penumpang, dan pengunjung yang
sekedar melewati stasiun untuk menyeberang dari bangunan utara ke selatan
dan sebaliknya. Namun salah satu hal menarik dari stasiun ini adalah
pengguna stasiun dapat mengamati lalu lintas kereta, walaupun di beberapa
tempat pengamatan, faktor keselamatan kurang diperhatikan.
22
2. 4. 3. 2 Stasiun Gambir, Jakarta
Stasiun gambir sebagai gerbang kota Jakarta, merupakan jenis elevated
station. Bangunan stasiun ini memiliki 3 lantai dengan platform pada lantai
paling atas. Sedangkan pada lantai dasar dan lantai 1 digunakan sebagai
daerah publik dan komersial. Pada lantai dasar, terdapat ticket gate, sehingga
pada lantai 1 hanya dapat dilalui oleh orang yang telah memiliki tiket
(penumpang) atau memiliki karcis peron. Dengan zoning fungsi per lantai
tersebut, maka sebenarnya pengawasan dapat menjadi lebih mudah jika terjadi
penumnpukan penumpang atau pada saat peak hour.
Gambar 10. Stasiun Gambir, Jakarta
Sumber : www.wikipedia.com
Gambar 11. Interior stasiun Gambir, Jakarta
Sumber : www.wikipedia.com
23
Stasiun ini memakai material alucobond sebagai material utama pada
hampir seluruh selubung bangunannya. Penggunaan material ini yang menjadi
ciri khas stasiun gambir sebagai stasiun modern pertama di Indonesia.
2. 4. 3. 3 Brin Station, Genoa, Italy
Stasiun ini merupakan jenis stasiun terangkat ( elevated ) dan termasuk
stasiun antara. Salah satu karya Renzo Piano ini memberikan contoh
keharmonisan arsitektur dengan rekayasa teknik yang mampu memberikan
karakter khusus terhadap lingkungan urban di sekitarnya. Beberapa hal
menarik dari stasiun yang mempunyai arus penumpang mencapai 25.000
orang / jam ini adalah penggunaan struktur baja eliptikal yang menumpu pada
lantai peron. Sebagian besar stasiun ini menggunakan material alumunium,
kaca, dan baja yang bertujuan memberi respon terhadap faktor teknis
penggunaan sistem struktur, fungsi, dan estetika bangunan.
Penggunaan material yang paling mencolok adalah kaca yang
digunakan pada penutup terwongan yang ditumpukan pada rangka baja yang
berjumlah 37 buah sehingga membentuk terowongan eliptikal. Landasan
bangunan menggunakan sambungan khusus yang dapat menyerap getaran
kereta. Di bagian tengah terowongan terdapat bukaan yang berfungsi untuk
penerangan, penghawaaan, dan menjaga tekanan udara dalam terowongan
Gambar 12. Stasiun Brin, Genoa
Sumber : www.wikipedia.com
24
menjadi normal. Sistem sirkulasi pengguna pada stasiun ini telah diatur
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi crossing dengan menggunakan tangga
dan elevator. Selain itu, sistem sirkulasi yang digunakan juga membuat
tampak bangunan menjadi lebih menarik.
2. 4. 3. 4 Expo Station, Singapore
Stasiun yang dirancang oleh Norman Foster ( Foster & Partners) ini,
dibangun pada tahun 2001 untuk memfasilitasi pengunjung yang datang ke
Singapore Expo. Struktur platform pada stasiun ini bebas kolom sehingga
memberikan keleluasaan dan fleksibilitas sirkulasi bagi pengguna stasiun.
Salah satu hal yang unik dari stasiun ini adalah bentuk atap elips yang
menarik sehingga menjadikan stasiun ini sebagai tengaran di negara
Singapore.
Gambar 13. Stasiun Expo, Singapore
Sumber : www.wikipedia.com
25
2. 4. 3. 5 Molndal Commuter station,Sweden
Gambar 14. Stasiun Molndal, Swedia
Sumber : www.wikipedia.com
Stasiun ini diciptakan sebagai functional landmark bagi kawasan
Molndal di Swedia. Tingkat atas bangunan berfungsi sebagai multi-stop bus
station. Level atas stasiun juga berfungsi sebagai penghubung komunitas
penghuni yang tinggal di tepi jalan, sehingga sang arsitek memberikan
fasilitas berupa sebuah cafe di dalam bangunan yang terhubung dengan halte
bus dan platform kereta.
2. 4. 3. 6 Kesimpulan Studi Banding
Beberapa hal yang dapat diambil dari preseden di atas, yaitu:
Stasiun dapat menjadi sebuah orientasi di sekitar lingkungannya.
Bentuk yang menarik dapat diperoleh dari eksplorasi struktur.
Keterbatasan lahan dapat diselesaikan dengan cara
pengembangan ke arah vertikal.
Elemen arsitektural dapat dijadikan sebagai pengarah (signage) atau
sebuah sculpture.
Transfer area potensial menjadi daerah komersial.
Zoning pada beberapa stasiun di atas bisa terlihat perbedaan antara
area bayar dan area belum bayar berbeda level.
26
Penggunaan sarana sirkulasi vertikal mekanis seperti lift dan eskalator
mempercepat pergerakan pengguna di dalam angunan dan mengakomodasi
pengguna difabel.
Elevated station dan illuminated building merupakan salah satu solusi
untuk menjadikan bangunan stasiun ini ‘eyecatchy’ dan ikonik.
2. 5 Kriteria Perancangan
Dengan beberapa pemahaman dan kajian teori mengenai stasiun, maka ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan kegiatan dan hubungan antar ruang pada
stasiun kereta:
Tiga hal mengenai prinsip perancangan dalam bangunan transportasi adalah sirkulasi,
orientasi, dan fasilitas umum.
Pemilihan tipologi stasiun dalam desain menentukan sistem organisasi ruang dan
pergerakan dalam bangunan.
Kejelasan sirkulasi penumpang, antara jalur keberangkatan dan kedatangan, antara
penumpang, pengantar, dan pengunjung umum.
Kejelasan antara ruang publik/fasilitas umum dan ruang privat/ruang-ruang manajerial.
Kejelasan pencapaian dari lingkungan sekitar ke dalam stasiun dan sebaliknya.
Kemudahan pergerakan di dalam bangunan, mengingat bangunan ini sebagai stasiun
intermoda yang memfasilitasi pergerakan transit/pertukaran moda transportasi.
Kemudahan orientasi di dalam dan di luar bangunan sehingga pengguna dapat bergerak
dengan efektif dan efisien.
Keamanan bagi penumpang yang hendak menaiki kereta, berkaitan dengan standar-
standar dimensi pada bangunan transportasi.
Perawatan terhadap bangunan diperlukan sehingga bangunan publik ini dapat berlangsung
dalam beberapa waktu tertentu.
Pemilihan struktur yang diterapkan pada kasus ini adalah penggunaan struktur
bentang lebar. Hal ini bertujuan untuk mengurangi hilangnya orientasi pengguna stasiun,
27
karena semakin banyak kolom yang mengganggu, orang makin mudah kehilangan orientasi
dan arus sirkulasi menjadi terganggu. Selain itu, pemilihan struktur bentang lebar juga
bertujuan untuk melancarkan operasional stasiun ini. Dengan pemilihan struktur bentang
lebar, diharapkan selama pembangunan berlangsung operasional tetap bisa berjalan.