1.PENINGKATANMOTIVASIBELAJAR
-
Upload
mushthofa-luthfy -
Category
Documents
-
view
21 -
download
0
Transcript of 1.PENINGKATANMOTIVASIBELAJAR
1
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIKLAT MELALUI
ACTIVE LEARNING TIPE FIRING LINE
Oleh: Drs. Muh. Syafrudin, MA
(Widyaiswara Madya BDK Surabaya)
A. Hakikat Belajar
Secara sederhana belajar dapat diartikan sebagai suatu proses
perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan
berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu.
“Belajar adalah aktivitas untuk melakukan perubahan tingkah laku pada
individu yang belajar”. Tingkah laku terjadi karena adanya usaha individu
yang bersangkutan baik mencakup ranah-ranah kognitif, efektif, dan
psikomotorik. Berikut dikemukakan beberapa pengertian belajar menurut
para ahli:
Slameto dalam bukunya belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
mengemukakan : “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya".1
Oemar Hamalik dalam bukunya perencanaan pengajaran berdasarkan
pendekatan sistem mengemukakan :
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat
latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas
manusia yang membedakannya dengan binatang. Belajar yang
dilakukan oleh manusia merupakan bagian dari hidup, berlangsungnya
1 Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta, hal.2.
2
seumur hidup, kapan saja dan dimana saja, baik di sekolah, di kelas, di
jalanan, dalam waktu yang tidak bisa ditentukan sebelumnya.2
Sardiman dalam bukunya interaksi dan motivasi belajar mengajar
mengemukakan :
Belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan
membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar
meliputi rangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik menuju
perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut
unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.3
Dari pengertian belajar menurut beberapa ahli di atas meskipun
dari redaksi yang berbeda menunjukkan adanya kesamaan secara garis
besar yaitu belajar merupakan perubahan tingkah laku. Dimana perubahan
yang terjadi menuju arah positif, kemajuan atau perbaikan.
1. Jenis-jenis Belajar
a. Belajar bagian (part learning, fractioned learning)
Slameto mengemukakan :
Dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan pada materi
belajar yang bersifat luas atau ekstensif.” 4
Dalam hal ini individu memecahkan seluruh materi pelajaran menjadi
bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri. Sebagai lawan dari
cara belajar bagian adalah cara belajar keseluruhan.
b. Belajar dengan wawasan (learning by insight)
G.A. Miller, sebagimana ditulis Slameto mengemukakan : “Wawasan
merupakan kreasi dari rencana penyelesaian yang mengontrol rencana-
rencana subordinasi lain (pola tingkah laku) yang telah terbentuk”.5
2 Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta : Bumi Aksara, hal. 154. 3 Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, hal. 21. 4 Slameto. Op.Cit. hal. 5. 5 Ibid, hal. 6.
3
Dalam hal ini menerangkan bahwa wawasan berorientasi pada
perkembangan tingkah laku dalam menyelesaikan suatu persoalan.
c. Belajar diskriminatif (discriminatif learning)
Belajar jenis ini adalah “Sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa
sifat situasi/stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman
dalam bertingkah laku”.6
Dalam pembelajaran ini subyek diminta untuk merespon secara
berbeda-beda terhadap stimulasi yang berlainan.
d. Belajar global/keseluruhan (global whole learning)
Bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang sampai peserta
diklat menguasainya.
e. Belajar insidental (incidental learning)
Belajar disebut insidental apabila tidak ada instruksi atau petunjuk
yang diberikan pada individu mengenai materi belajar yang akan
diujikan kelak”.7
Cara belajar demikian sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari,
yang mana jumlah frekuensi, prestasi dan motivasi tidak berpengaruh.
f. Belajar instrumental (instrumental learning)
Cepat atau lambatnya seseorang belajar dapat diatur dengan
jalan memberikan penguat (reinforcement) atas tingkat-tingkat
kebutuhan.8 Salah satu bentuk belajarnya adalah pembentukan tingkah
laku. Individu diberi hadiah bila ia bertingkah laku sesuai dengan yang
dikehendaki dan sebaliknya. Sehingga akan terbentuk tingkah laku
tertentu. Reinforcemen tidak harus berupa materi, tetapi bisa berupa
tepuk tangan, bernyanyi bersama, dirayakan.
g. Belajar intensional (intentional learning)
Belajar yang mempunyai arah dan tujuan yang jelas serta ditentukan
sebelumnya. 6 Ibid. 7 Ibid. 8 Ibid, hal. 7.
4
h. Belajar laten (latent learning)
Dalam belajar laten, perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi
secara cepat. Dalam penelitian mengenai ingatan, belajar laten ini
diakui memang ada yaitu bentuk belajar insidental.
i. Belajar produktif (productive learning)
R. Berguis (1964) dalam bukunya Slameto mengemukakan :
Belajar dengan transfer yang maksimum mengatur kemungkinan
untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi
lain. Belajar disebut produktif bila individu mampu mentransfer
prinsip menyelesaikan suatu persoalan dalam satu situasi ke situasi
lain.9
j. Belajar verbal (verbal learning)
Menurut Slameto : “Belajar verbal adalah belajar mengenai materi
verbal dengan melalui latihan dan ingatan”.10
Sifat eksperimen ini meluas dari belajar asosiatif mengenai hubungan
dua kata yang tidak bermakna sampai pada belajar dengan wawasan
mengenai penyelesaian persoalan yang kompleks yang harus
diungkapkan secara verbal.
2. Teori-teori Belajar
a. Teori Gestalt
Teori ini dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman.
Hukum yang berlaku dalam pengamatan adalah sama dengan hukum
dalam belajar yaitu :
1) Gestalt mempunyai sesuatu yang melebihi jumlah unsur-unsurnya.
2) Gestalt timbul lebih dahulu daripada bagian-bagiannya.
Dalam teori ini Koffka dan Kohler mengemukakan :
9 Ibid, hal. 8 10 Ibid.
5
Belajar yang penting adalah adanya penyesuaian pertama yaitu
memperoleh response yang tepat untuk memecahkan problem yang
dihadapi. Belajar yang penting bukan mengulangi hal-hal yang
harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight.11
Sifat-sifat belajar insight antara lain ialah :
1) Tergantung dari kemampuan dasar
2) Tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan
3) Timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa, sehingga
segala aspek yang perlu dapat diamati.
b. Teori belajar menurut J. Bruner
Di dalam proses pembelajaran Bruner mementingkan
partisipasi aktif dari tiap peserta didik dan mengenal dengan baik
adanya perbedaan kemampuan. Untuk meningkatkan proses belajar
perlu lingkungan yang dinamakan “discovery learning environment”
ialah lingkungan dimana peserta diklat dapat melakukan eksplorasi,
penemuan-penemuan baru. Bruner menyatakan : “Alangkah baiknya
bila sekolah (tempat belajar) dapat menyediakan kesempatan bagi
peserta didik untuk maju dengan cepat sesuai dengan kemampuan
peserta didik dalam mata pelajaran tertentu”.12
c. Teori dari R. Gagne
Menurut Gagne setelah masa bayi manusia interaksi dengan
lingkungan tugas selanjutnya adalah meneruskan sosialisasi dan tugas
kedua adalah belajar.
Dalam teori ini Gagne mengemukakan dua definisi : “Belajar ialah
suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,
11 Ibid, hal. 9 12 Ibid, hal. 11.
6
keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku; belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi”.13
Gagne mengatakan pula bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh
manusia dapat dibagi menjadi 5 kategori, yang disebut “The domains
of learning” yaitu :
1) Keterampilan motoris (motor skill)
Dalam hal ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan.
2) Informasi verbal
Orang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis,
menggambar, dalam hal ini dapat dimengerti bahwa untuk
mengatakan sesuatu ini perlu inteligensi.
3) Kemampuan intelektual
Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan
menggunakan simbol-simbol. Kemampuan belajar cara inilah yang
disebut “kemampuan intelektual”.
4) Strategi kognitif
Ini merupakan organisasi keterampilan yang internal (internal
organized skill) yang perlu untuk belajar mengingat intelektual,
karena ditujukan ke dunia luar, dan tidak dapat dipelajari hanya
dengan berbuat satu kali serta memerlukan perbaikan-perbaikan
secara terus menerus.
5) Sikap
Kemampuan ini tak dapat dipelajari dengan ulangan-ulangan, tidak
tergantung atau dipengaruhi oleh hubungan verbal seperti halnya
domain yang lain. Sikap ini penting dalam proses belajar tanpa
kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik.
d. Purposeful Learning
Purposeful learning adalah belajar yang dilakukan dengan sadar untuk
mencapai tujuan dan yang :
13 Ibid, hal. 15.
7
1) Dilakukan peserta diklat sendiri tanpa perintah atau bimbingan
orang lain;
2) Dilakukan peserta diklat dengan bimbingan orang lain di dalam
situasi belajar mengajar di kelas;
a) Purposeful learning oleh peserta didik sendiri
Urutan purposeful learning tanpa bimbingan :
(1) Memperhatikan situasi belajar.
(2) Menetapkan tujuan, mengarahkan perhatian dan kegiatan
kepada pencapaian tujuan.
(3) Mengadakan usaha-usaha pendahuluan yang mencakup
berpikir produktif dalam hubungan dengan tugas-tugas di
dalam bidang:
- Kognitif
- Psikomotor, dan
- Afektif.
(4) Latihan untuk memperoleh kecakapan dan untuk mencapai
tujuan.
(5) Mengevaluasi tingkah laku sendiri.
b) Belajar bertujuan di dalam situasi kediklatan
Tingkat-tingkat belajar bertujuan dengan bimbingan dilakukan
dengan memperhatikan aktivitas-aktivitas yang dilakukan
peserta diklat dan guru dalam pembelajaran. Dengan
penjelasan sebagai berikut :
(1) Memperhatikan tugas yang akan dipelajari adalah penting
dalam memulai tahap (urutan) kegiatan belajar. Pada
waktu mengintroduksi pelajaran (atau unit), guru menarik
perhatian peserta didik. Dan menuntut peserta diklat
menggunakan lebih dari satu indera.
(2) Penetapan tujuan itu penting untuk memulai dan
mengarahkan kegiatan. Peserta diklat memerlukan
kesempatan dan bantuan dan memutuskan (menetapkan)
8
apa yang mereka pelajari, bagaimana mereka akan dapat
belajar dengan baik, kapan bahan tersebut akan dipelajari.
Hal tersebut dapat ditentukan dengan diskusi.
(3) Berusaha mencapai tujuan mencakup interaksi dengan
orang-orang dan materi yang cocok untuk mencapai
tujuan tersebut dan cocok dengan sifat-sifat peserta diklat.
Mula-mula peserta diklat mengamati dan meniru,
kemudian berdiri sendiri.
(4) Mengenal dan mengorganisasi komponen secara
berurutan adalah penting untuk mencapai tujuan.
(5) Latihan (praktek) yang dilakukan dalam kondisi-kondisi
tertentu (yang baik) adalah penting untuk mencapai
tujuan dan untuk meningkatkan pekerjaan (performance)
dalam kebanyakan bidang diklat.
(2) Belajar yang sesuai dengan kecakapan sendiri, cara sendiri,
dan sifat-sifat sendiri yang lain bermanfaat untuk
pencapaian tujuan belajar/untuk belajar yang lain pada
umumnya.
Ada 2 cara untuk membantu peserta diklat agar belajar sesuai
dengan keadaan individual tiap peserta diklat.
(1) Peserta diklat dikelompokkan sesuai dengan tujuan yang
mau dicapai dan berdasar sifat-sifat peserta diklat tersebut.
(2) Materi, perlengkapan, ruang diatur secara fleksibel untuk
memungkinkan belajar secara independen agar peserta
diklat dapat belajar sesuai dengan tempo dan caranya
sendiri.
(3) Menilai pekerjaan (performance) sendiri adalah penting
dalam mengembangkan keberdirisendirian dalam belajar
dan dalam mencapai tujuan. Fasilitator memberitahukan
kemajuan peserta diklat dan menolong mengatasi
kesalahan-kesalahannya.
9
(4) Pengembangan kecakapan yang mantap dan pengetahuan
yang komprehensif menuntut pengalaman belajar yang
produktif selama waktu yang cukup lama.
(5) Penerapan pada situasi-situasi baru konsep-konsep,
prinsip-prinsip, keterampilan-keterampilan, dan hasil-hasil
belajar lain yang baru diperoleh akan meningkatkan
kemantapan (performance) penguasaannya.
e. Belajar dengan jalan mengamati dan meniru (observational learning
and imitation)
Menurut Bandura dan Walters, tingkah laku baru dikuasai atau
dipelajari mula-mula dengan mengambil dan meniru suatu model/
contoh/teladan.
1) Model yang ditiru
Model yang diamati dan ditiru peserta diklat dapat digolongkan
menjadi :
a) Kehidupan yang nyata
Misalnya; orang tua di rumah, guru di sekolah, dosen di
kampus, widyaiswara dib alai diklat, dan orang lain dalam
masyarakat.
b) Simbolik
Termasuk dalam golongan ini adalah model yang
dipresentasikan secara lisan, tertulis atau dalam bentuk gambar.
c) Representasional
Termasuk dalam golongan ini adalah model yang
dipresentasikan dengan menggunakan alat-alat audiovisual
terutama televisi dan vidio.
2) Pengaruh meniru
Menurut Bandura dan Walters dalam bukunya Slameto
mengemumakan :
10
Penguasaan tingkah laku atau response baru, pertama-tama
adalah hasil dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
waktu yang bersamaan (kontinuitas) yang diamati. Kuat
lemahnya response itu bergantung pada penguatan
(reinforcement).14
Menurut teori ini yang penting adalah bagaimana response itu
mula-mula dipelajari.
a) Modeling effect
Dengan jalan mengamati dan meniru, peserta didik
menghubungkan tingkah laku dari model dengan response
yang baru bagi dirinya, response yang pertama kali
dilakukannya. Jelas, model itu harus menunjukkan tingkah laku
yang baru bagi peserta didik tetapi dapat dilakukan oleh peserta
diklat tersebut.
b) Disinhibitory effect
Dengan mengamati dan meniru suatu model, seorang peserta
diklat dapat memperlemah atau memperkuat response-response
terlarang yang telah dimiliki.
c) Eliciting effect
Dengan mengamati dan meniru suatu model, peserta diklat
menghubungkan tingkah laku dari model dengan response-
response yang telah dimilikinya. Dengan begitu response-
response itu ditimbulkan. Misalnya kerja bakti, memberikan
uang derma, makan-makanan yang biasanya tidak dipilih.
3) Beberapa faktor yang mempengaruhi peniruan
a) Konsekuensi dari response yang dilakukan (hadiah dan
hukuman, pengaruh hukuman tidak mudah diramalkan seperti
pengaruh hadiah).
b) Sifat-sifat peserta diklat
14 Ibid, hal. 21.
11
Peserta diklat yang suka meniru biasanya adalah yang :
i. Mempunyai rasa kurang harga diri
ii. Kurang kemampuannya
iii. Mereka mempunyai sifat-sifat yang sama seperti dalam
model.
iv. Berada dalam suasana perasaan tertentu karena tekanan dari
luar atau karena obat (drugs).
f. Belajar yang bermakna (Meaningful learning)
1) Tipe-tipe belajar
Ada 2 dimensi dalam tipe-tipe belajar, yaitu :
a) Dimensi menerima (reception learning) dan menemukan
(discovery learning).
b) Dimensi menghafal (rote learning) dan belajar bermakna
(meaningful learning)
Di dalam reception learning semua bahan yang harus
dipelajari diberikan dalam bentuknya yang final (bentuk yang
sudah jadi) dalam bahan yang disajikan (expository material).
Di dalam discovery learning, tidak semua yang harus
dipelajari dipresentasikan dalam bentuk yang final, beberapa
bagian harus dicari, diidentifikasikan oleh pelajar sendiri.
Kemudian informasi itu diintegrasikan ke dalam struktur kognitif
yang telah ada, disusun kembali, diubah untuk menghasilkan
struktur kognitif yang baru.
Menerima dan menemukan (reception dan discovery),
adalah langkah pertama dalam belajar. Langkah kedua adalah
usaha mengingat atau menguasai apa yang dipelajari itu agar
kemudian dapat dipergunakan. Jika seseorang berusaha menguasai
informasi baru itu dengan jalan menghubungkannya dengan apa
yang telah diketahuinya, terjadilah belajar yang bermakna. Jika
12
seseorang hanya berusaha mengingat informasi baru itu, terjadilah
menghafal (rote learning).
2) Struktur dan proses internal
Menurut Ausubel dan Robinson dalam bukunya Slameto:
Struktur kognitif itu bersifat piramidal bagian puncaknya yang
sempit berisi konsep-konsep atau teori-teori yang paling umum,
bagian tengah yang agak luas berisi sub-sub konsep yang
kurang umum dan bagian dasar yang paling luas berisi
informasi-informasi yang khusus.15
3. Prinsip-prinsip Belajar
a. Kebermaknaan
Motivasi belajar akan tumbuh apabila hal-hal yang dipelajari
mengandung makna tentu bagi diri peserta didik. Kebermaknaan
bersifat persenal karena dirasakan sebagai suatu yang penting bagi diri
seseorang. Pelajaran akan sangat lebih bermakna jika
fasilitator/widyaiswara mampu mengemas dengan baik, diantaranya :
1) fasilitator/widyaiswara berusaha menghubungkan dengan masa
lampau/pengalaman yang mereka miliki sebelumnya, karena para
peserta diklat telah memiliki schemata (prior knowledge) dan
pengalaman kerja.
2) fasilitator/widyaiswara mengemas pembelajaran semenarik
mungkin dan nilai tertinggi bagi peserta diklat berarti bermakna
baginya.
b. Modelling
Dalam buku perencanaan mengajar berdasarkan pendekatan sistem
Oemar Hamalik mengemukakan :
Pelajaran akan lebih mudah dihayati dan diterapkan oleh peserta
didik jika guru mengajarkannya dalam bentuk tingkah laku
model (teladan), bukan hanya dengan menceramahkan/
15 Ibid, hal. 25.
13
menceritakannya secara lisan. Dengan model tingkah laku itu,
peserta didik dapat mengamati dan menirukan apa yang
diinginkan oleh guru.16
Dari paparan di atas hal- hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut :
1) fasilitator/widyaiswara menetapkan aspek-aspek penting dari
tingkah laku yang akan ditunjuk sebagai model.
2) Peserta diklat mampu meniru model yang di pertunjukkan.
3) Model harus diamati sebagai pribadi yang lebih tinggi dari pada
peserta didik.
4) Disajikan dalam teknik mengajar atau kterampilan-keterampilan
sosial.
c. Komunikasi Terbuka
Sebagian besar peserta diklatk lebih suka bila penyajian
pemebelajaran fasilitator/widyaiswara terbuka terhadap pengawasan
peserta diklat. Hal ini meluaskan ruang fikir dan gerak peserta didik
dalam menggali kompetensi yang dimiliki-kesempatan seperti sebagai
wahana menyalurkan minat peserta diklat untuk belajar lebih baik. Jika
hal itu dapat dilakukan, berarti peserta diklat akan menjadi lebih
termotivasi untuk mempelajari apa disampaikan
fasilitator/widyaiswara.
d. Prasayarat
Apa yang dipelajari oleh peserta didik sebelumnya merupakan
faktor penting yang menentukan berhasil atau gagalnya peserta diklat
dalam belajar. Peserta diklat yang berada dalam kelompok yang
berprasyarat akan mudah mengamati prasyarat pada peserta diklat,
fasilitator/widyaiswara dapat melakukan analisis terhadap tugas, topik
16 Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta : Bumi Aksara, hal. 157.
14
dan tujuan-tujuan yang dicapai. Bertitik tolak dari keadaan peserta
diklat tersebut, fasilitator/widyaiswara akan lebih mudah
menyesuaikan materinya sehingga membangkitkan motivasi belajar
yang lebih tinggi di kalangan peserta diklat.
e. Novelty
Dalam prinsip ini fasilitator/widyaiswara dituntut untuk lebih
kreatif karena dituntut untuk menyajikan sesuatu yang berbeda, baru
dan menarik peserta diklat. “Peserta didik lebih senang belajar bila
perhatiannya ditarik oleh penyajian yang baru (novelty) atau masih
asing. Sesuatu gaya dan alat yang baru/masing-masing bagi peserta
didik akan lebih menarik perhatian mereka untuk belajar.”17
f. Praktek yang aktif dan bermanfaat
Praktek secara aktif berarti peserta diklat mengerjakan sendiri,
bukan mendengarkan ceramah dan mencatat pada buku tulis. Usahakan
peserta diklat aktif dengan :
1) Menjawab atau memberikan respons sebanyak mungkin terhadap
pertanyaan fasilitator/widyaiswara.
2) Peserta diklat diminta menyusun/menata kembali informasi yang
diperoleh dari bacaan.
3) Sediakan laboratorium dan situasi praktek lapangan berdasarkan
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya.
fasilitator/widyaiswara dapat menggunakan beberapa metode untuk
mengaktifkan peserta diklat diantaranya dengan Tanya jawab, diskusi,
simulasi, tutorial, dll.
g. Latihan terbagi
Jangka waktu yang pendek lebih disenangi peserta diklat dalam
belajar. Dengan demikian akan lebih meningkatkan motivasi peserta
diklat belajar dibandingkan dengan latihan yang dilakukan sekaligus
17 Ibid, hal. 159.
15
dalam jangka waktu yang panjang. Karena hal ini akan melelahkan dan
menjenuhkan peserta diklat.
h. Kurangi secara sistematik paksaan belajar
Tahap awal dalam belajar peserta diklatk perlu diberikan
paksaan atau pemompaan. Namun bagi peserta diklat yang sudah
mulai menguasai pelajaran maka secara sistematik pemompaan itu
dikurangi dan pada akhirnya peserta diklat dapat belajar sendiri.
Hindari belajar berdasarkan pemompaan saja tapi jangan dihilangkan
dengan segera karena mungkin peserta diklat mendapat kekeliruan.
i. Kondisi yang menyenangkan
Pembelajaran yang menyenangkan merupakan kondisi belajar
yang menarik. Maka fasilitator/widyaiswara dapat melakukan dengan
cara berikut :
1) Awali pembelajaran dengan ice breaker atau kuis
2) Jangan mengulang hal yang diketahui karena dapat menyebabkan
kejenuhan.
3) Suasuana fisik kelas jangan sampai membosankan.
4) Hindarkan frustasi
5) Hindarkan suasana kelas yang emosional.
6) Menyiapkan tugas-tugas yang menantang.
7) Hasil yang dicapai peserta diklat diumumkan dalam kelas.
8) Berikan hadiah/reword terhadap usaha-usaha yang dilakukan oleh
peserta diklat.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
a. Kemampuan pembawaan
Tidak dapat dipungkiri bahwa pembawaan sangat berpengaruh
terhadap kemampaun belajar. Tetapi bukan berarti pebawaan tidak
dapat dirubah. Pembawaan bisa kalah dengan kebiasaan. Pembawaan
hanyalah salah satu dari faktor keberhasilan belajar.
b. Kondisi fisik orang yang belajar
16
Orang yang belajar tidak terlepas dari kondisi fisiknya.
Menurut penelitian kondisi fisik mempengaruhi prestasi belajar
seseorang. Hal ini menjadi hal yang umum dan sudah diketahui.
c. Kondisi psikis peserta diklat
Faktor ini bisa meliputi fisik dan non fisik. Maka perlu dijaga
supaya kondisi psikis orang yang belajar dipersiapkan sebaik-baiknya,
supaya dapat membantu belajar. Apalagi peserta diklat yang
diasramakan, meninggalkan keluarga adalah keadaan yang peling tidak
mengenakkan bagi hamper semua peserta diklat, oleh karena itu
hindari stress.
d. Kemauan belajar
Adanya kemauan dapat mendorong belajar dan sebaliknya
tidak adanya kemauan dapat memperlemah belajar. Di dalam individu
yang belajar harus ada dorongan dalam dirinya, yang dapat mendorong
ke suatu tujuan yang berarti kemauan belajar ini sangat erat
hubungannya dengan keinginan dan tujuan individu.
e. Sikap terhadap fasilitator/widyaiswara, mata pelajaran dan pengertian
mereka mengenai kemajuan mereka sendiri.
Sikap yang baik, ramah mengenal peserta didik, ini akan
menjadi dorongan bagi peserta diklat untuk menyukai
fasilitator/widyaiswaranya. Sikap peserta didik terhadap mata diklat
juga sangat penting. Mata pelajaran yang disenangi akan lebih lancar
dipelajari dari pada yang kurang disenangi. Maka dari itu perlu adanya
kurva belajar. Sebuah grafik yang dapat menggambarkan kemajuan
belajar peserta diklat. Sehingga jika ada komponen yang tidak sesuai
segera diketahui dan diperbaiki.
f. Bimbingan
Dalam belajar, seseorang membutuhkan bimbingan, bimbingan
diberikan untuk mencegah usaha-usaha yang membuta, hingga peserta
diklat tidak mengalami kegagalan. Bimbingan dapat diberikan sebelum
17
ada usaha-usaha yang tidak terpimpin. Keefektifan bimbingan ini
tergantung dari macam-macam tugas dan kebutuhan dari orang yang
belajar. Karena ini dapat mencegah kesalahan yang bisa timbul dan
mengakibatkan adanya putus asa.
5. Langkah-langkah Dalam Belajar
Belajar apapun perlu proses untuk mencapai tahap-tahap tertentu.
Adapun langkah-langkah belajar efektif adalah dengan mengetahui :
a. Diri sendiri.
b. Kemampuan belajar.
c. Proses belajar berhasil, anda gunakan dan dibutuhkan.
d. Minat dan pengetahuan atas mata pelajaran yang anda inginkan.
Salah satu sistem belajar yang bisa dipakai untuk belajar secara efektif
adalah MURDER yang meliputi : Mood, Understand, Recall, Digest,
Expand, Review.
a. Mood – suasana hati
Ciptakan selalu mood positif pada peserta didik yang mendukung
untuk belajar.
b. Understand – Pemahaman
Tandai informasi bahan belajar yang tidak dimengerti dalam pokok
bahasan tertentu. Fokuskan peserta didik pada pokok bahasan tersebut
atau melakukan beberapa latihan untuk membahas pokok bahasan
tersebut.
c. Recall – Ulang
Setelah belajar satu pokok bahsan berhentilah dan ulangi bahan dari
pokok bahasan tersebut dengan kata-kata yang peserta didik buat
sendiri untuk mempermudah.
d. Digest – Telaah.
Kembalilah kepada pokok bahasan yang tidak dimengerti peserta didik
dan pelajari kembali keterangan yang ada.
18
e. Expand – Kembangkan.
Kembangkan dengan mengajukan pertanyaan kepada peserta didik
untuk pemantapan.
f. Review – Pelajari kembali
Peserta didik diminta kembali mempelajari pelajaran yang sudah
dipelajari.
B. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata “motif” diartikan sebagai daya upaya
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat
dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk
melakukan aktivitas-aktivitas yang tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Berawal dari kata-kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai
daya penggerak yang telah menjadi aktif. Adapun pengertian motivasi
menurut beberapa pendapat :
Sunhaji dalam buku manajemen madrasah mengemukakan :
Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun luar yang
mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang ditetapkan
sebelumnya. Perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi
tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang
mendasarinya.18
Dari berbagai pengertian motivasi yang dikemukakan di atas dapat
ditarik kesimpulan, motivasi merupakan dorongan dasar yang
menggerakkan seseorang bertingkah laku guna mencapai tujuan tertentu.
Teori behaviorisme dalam bukunya Martinis Yamin
mengemukakan : “Motivasi sebagai fungsi rangsangan (stimulus) dan
respons sedangkan apabila dikaji dengan teori kognitif motivasi
18 Sunhaji. 2006. Manajemen Madrasah. Yogyakarta : Grafindo Litera Media. hal. 64.
19
merupakan fungsi dinamika psikologis yang lebih rumit. Melibatkan
kerangka berfikir peserta didik terhadap berbagai aspek perilaku”.19
Kemampuan seseorang untuk melakukan tugas tertentu dengan
usaha maksimal itulah yang disebut dengan motivasi. Dalam teori harapan
kemampuan mencurahkan energi adalah motivasi.
Teori harapan mencurahkan energi adalah motivasi memiliki tiga asumsi
pokok, yakni :
a. Harapan hasil (out come expectency)
Setiap orang percaya bahwa ia berperilaku dengan cara tertentu ia akan
memperoleh hal tertentu.
b. Valence (valency)
Setiap hasil mempunyai nilai atau daya tarik bagi orang tertentu.
c. Harapan usaha (effort expectory)
Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai beberapa sulit
mencapai hasil tersebut.20
2. Teori-teori Motivasi
Berbagai pakar mengetengahkan pandangannya tentang motivasi.
Pandangan para pakar tentang motivasi tersebut melahirkan berbagai teori
motivasi.
Winkel sebagaimana dikutip dalam buku Martinis Yamin mengemukakan:
Motivasi dengan kekuatan mesin kendaraan. Mesin yang berkekuatan
tinggi menjamin lajunya kendaraan biar jalan itu mendaki dan
kendaraan membawa muatan yang berat. Namun motivasi belajar tidak
hanya memberikan kekuatan daya daya belajar, tetapi juga memberi
arah yang jelas.21
Mc. Cleland dalam buku Martinis Yamin mengemukakan :
“Banyak kebutuhan yang diperoleh dari kebudayaan yaitu: kebutuhan 19 Yamin, Martinis. Op.Cit. hal. 81. 20 Ibid. 21 Yamin, Martinis. Op.Cit. hal. 83.
20
prestasi (need for achievement). Kebutuhan akan afiliasi (need for
affiliation) dan kebutuhan akan kekuasaan (need for fower)”.22
Daniel Golemen dalam bukunya kecerdasan emosional (1996)
mengemukakan : “Bahwa kemampuan motivasi diri seseorang akan
bertahan menghadapi frustasi, mengendali dorongan hati dan menjaga
beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berfikir dan bersimpatik”.23
Maslow dalam bukunya Hamzah B. Uno mengemukakan :
Bahwa kebutuhan manusia secara herarkis semuanya laten dalam diri
manusia. Kebutuhan tersebut mencakup kebutuhan fisiologis (sandang
pangan), kebutuhan rasa aman (bebas bahaya), kebutuhan kasih
sayang, kebutuhan dihargai dan dihormati dan kebutuhan aktualisasi
diri.24
Berdasarkan teori-teori motivasi yang telah dikemukakan di atas
dapat disimpulkan, motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh
adanya rangsangan dari dalam maupun luar sehingga seseorang
berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku/aktivitas tertentu
lebih baik dari keadaan sebelumnya.
3. Macam-macam Motivasi
Dari sudut sumber yang menimbulkannya, motivasi dibedakan
menjadi dua macam yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Dimana
motivasi intrinsik lebih kuat dari pada ekstrinsik.
a. Motivasi ektrinsik
Motivasi yang tumbuh tidak memerlukan rangsangan dari luar
karena memang telah ada dalam diri individu sendiri. Yaitu sesuai atau
sejalan dengan kebutuhannya.
Dalam buku interaksi dan motivasi belajar mengajar Sadirman
mengemumakan : “Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi 22 Ibid, hal. 84. 23 Ibid. 24 B. Uno, Hamzah. Teori Motivasi dan Pengukurannya, Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hal. 6.
21
aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dari
dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu”.25
Perlu diketahui bahwa peserta didik yang memiliki motivasi
intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang
berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Jadi memang
motivasi bukan sekedar simbol dan seremonial.
Motivasi intrinsik berisi tentang :
1) Penyesuaian tugas dan minat.
2) Perencanaan yang penuh variasi
3) Umpan balik atas respons peserta didik.
4) Kesempatan respons peserta didik yang aktif.
5) Kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya.
v. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi yang aktif dan berfungsinya karena adnaya
rangsangan dari luar. Dimana bentuk motivasi yang didalamnya
aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar
yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Hamzah B. Uno mengemukakan : “Motivasi ekstrinsik timbul karena
adanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang
pendidikan terdapat minat yang positif terhadap kegiatan pendidikan
timbul karena melihat manfaatnya”.26
Motivasi ekstrinsik berisi tentang :
1. Penyesuaian tugas dengan minat.
2. Respons yang penuh variasi
3. Respons peserta diklat
4. Kesempatan peserta diklat yang aktif
5. Kesempatan peserta diklat untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya
6. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
25 Sadirman. Op.Cit. hal. 87. 26 Hamzah,B. Uno. Op.Cit. hal. 4.
22
4. Memotivasi peserta diklat dalam belajar
Bandura dalam bukunya Martinis Yamin mengemukakan :
“Belajar merupakan perubahan perilaku seseorang melalui latihan dan
pengalaman, motivasi akan memberikan hasil yang lebih baik terhadap
perbuatan yang dilakukan seseorang.27
a. Belajar melalui model
Dalam teori belajar sosial Albert Bandura menekan belajar
melalui fenomena model, dimana seseorang meniru perilaku orang lain
yang disebut belajar, yaitu ; belajar atas kegagalan dan keberhasilan
orang. Dan pada akhirnya seseorang yang meniru dengan sendirinya
akan matang karena melihat pengalaman-pengalaman yang dicoba
orang lain.
b. Belajar Kebermaknaan
Belajar bermakna merupakan cara belajar memotivasi peserta
diklat, di dalam materi yang disampaikan mengandung makna tertentu
bagi peserta diklat. Kebermaknaan itu bersifat personal, dimana materi
tersebut mengandung makna bagi seluruh peserta diklat,
fasilitator/widyaiswara menyampaikan materi dengan mengaitkan
materi dengan pengalaman peserta diklat pada masa lampau. Dan
bagaimana mengatasi untuk masa ke depan.
c. Melakukan Interaksi
Interaksi antara peserta diklat dengan fasilitator/widyaiswara
adalah proses komunikasi yang dilakukan secara timbal balik dalam
menyampaikan pesan kepada peserta diklat. Interaksi memberitahukan
pesan, pengetahuan, dan fikiran-fikiran dengan maksud menggugah
partisipasi seseorang komunikasi sehingga persoalan yang dibicarakan
menjadi milik dan tanggung jawab bersama.
Cara mengkomunikasikan materi dan menimbulkan motivasi peserta
diklat;
27 Yamin, Martinis. Op.Cit. hal. 86.
23
1) Kemukakan tujuan yang hendak dicapai kepada peserta diklat agar
mendapat perhatian peserta diklat.
2) Tunjukkan hubungan-hubungan kunci agar peserta diklat benar-
benar memahami apa yang sedang diperbincangkan.
3) Jelaskan pelajaran secara nyata, diusahakan menggunakan media
internasional sehingga lebih memperjelaskan masalah yang sedang
dibahas.
4) Hindarilah pembicaraan dari hal-hal yang abstrak yang berada di
luar jangkauan fikiran peserta. Kecuali kita menggunakan alat
bantu tertentu.
5) Usahakan agar peserta mengajukan pertanyaan atau pernyataan
agar terjadi komunikasi secara timbal balik.
d. Penyajian Menarik
Disampaikan dengan teknik yang baru, dengan kemasan yang
belum pernah dikenal peserta diklat sebelumnya sehingga menarik
perhatian bagi mereka untuk belajar. Alat-alat tersebut tidak mesti
mewah, dapat dibuat dari material yang ada di lingkungan tempat
diklat.
e. Temu Tokoh
Temu tokoh diharapkan akan memberikan semangat/ dorongan
kepada peserta diklat bahwa berprestasi tidaklah mudah didapat akan
tetapi melalui kerja keras. Kisah-kisah nyata yang disampaikan oleh
tokoh yamg kita undang atau dikunjungi tadi, bukanlah suatu
pekerjaan yang sukar bagi mereka dan semua orang dalam
melakukannya. Kegigihan itu hendak kita transfer kepada peserta
diklat agar tidak mudah putus asa dalam melekukan perbaikan dan atau
pembaharuan di tempat kerjanya.
f. Mengulangi kesimpulan materi.
Setelah materi pelajaran disampaikan fasilitator/widyaiswara
didepan kelas dan kemudian umpan balik dari peserta. Informasi
tersebut dapat dengan cepat dan mudah dipanggil (Recall) dari
24
simpanannya dalam memori panjang menurut Gagne proses belajar
seperti ini adalah proses belajar yang paling kritis. Waktu memberi
tugas ini situasi kelas kondusif dan rileks.
g. Observasi Lapangan/Studi Lapangan
Belajar tidak mesti di dalam kelas, belajar juga dilaksanakan di luar
kelas. Studi ini bertujuan untuk mengintegrasikan antara pengetahuan
secara teoritik dengan praktek di lapangan sehingga dapat
mempertajam pemahaman peserta diklat untuk kemudian dapat
diterapkan dalam peningkatan mutu kerja di tempat kerja masing-
masing.. kegiatan ini juga dapat merangsang mereka untuk berbuat
karena peserta membuktikannya sendiri.
5. Indikator Motivasi
Motivasi belajar dapat timbul karena adanya faktor intrinsik dan
ekstrinsik, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu
sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang
lebih giat dan semangat.
Hamzah B. Uno mengemukakan hakikat belajar adalah :
Dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang
belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Pada umumnya
dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu
mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam
belajar.28
Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
h. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
i. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
j. Adanya harapan dan cita-cita masa depan
k. Adanya penghargaan dalam belajar
l. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
28 Hamzah, B. Uno. Op.Cit. hal. 23.
25
m. Adanya lingkungan yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang
peserta diklat dapat belajar dengan baik.
B. Active Learning (Pembelajaran Aktif)
Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk
mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh peserta diklat
sehingga semua peserta dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai
dengan karakteristik pribadi mereka. Active learning juga dimaksudkan untuk
menjaga perhatian peserta diklat agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian peserta berkurang
bersamaan dengan berlalunya waktu. Pada pembelajaran aktif pemberdayaan
otak kiri dan kanan sangat dipentingkan.
Dalam bukunya Mel Silberman mengemukakan :
Belajar aktif merupakan sebuah kesatuan sumber kumpulan strategi-
strategi pembelajaran yang komprehensif yang meliputi berbagai cara
untuk membuat peserta didik aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas
yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu singkat membuat
mereka berfikir tentang materi pelajaran.29
Dalam hand Out PLPG Fakultas Negeri Malang dikemukakan :
Active learning adalah suatu proses pembelajaran dengan maksud untuk
memperdayakan peserta didik agar belajar dengan menggunakan berbagai
cara atau strategi secara aktif. Pembelajaran didominasi oleh peserta didik
dengan menggunakan otak untuk memahami dan memecahkan masalah
yang sedang dipelajari.30
Dalam pembelajaran aktif ada berbagai pemecahan kebekuan, agar
pembelajaran yang berlangsung benar-benar aktif, diantaranya :
1. Team bulding (pembentukan tim) 29 Silberman, Mel. Dalam Hidayah, Khoirudin. 2002. Active Learning, Yogyakarta : Pustaka Madani, hal. xxii. 30Pendidikan dan Latihan Profesi Guru,2009. UIN Malang, hal. 53.
26
Membantu peserta diklat menjadi lebih terbiasa satu sama lain
menciptakan suatu semangat kerjasama dan saling ketergantungan.
2. On the spot assessment (penilaian di tempat)
Mempelajari tentang perilaku-perilaku peserta diklat, pengetahuan dan
pengalaman peserta diklat.
3. Immediate learning involvment (keterlibatan belajar seketika)
Menciptakan minat awal dalam pokok bahasan.
Active learning pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan
memperlancar stimulus dan respons peserta didik dalam pembelajaran,
sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan tidak menjadi
hal yang membosankan bagi mereka. Dalam metode active learning setiap
materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan
pengalaman yang ada sebelumnya.
1. Firing Line (garis tebak)
Tipe firing line merupakan salah satu dari 101 tipe yang terdapat dalam
bukunya Mel Silberman Active Learning.
Hamruni dalam buku strategi dan model-model pembelajaran aktif
menyenangkan mengemukakan :
Firing line adalah strategi yang diformat menggunakan pergerakan
cepat yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan seperti testing dan
bermain peran yang menghendaki pergantian secara terus menerus dari
kelompok. Peserta didik mendapat kesempatan untuk merespons
secara cepat pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan/ tipe tantangan
yang dimunculkan.31
Adapun langkah-langkah (sintaks) sederhana active learning tipe firing
line :
a. Menentukan tujuan dengan garis lingkaran, diantaranya :
31 Hamruni. 2009. Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, hal. 285.
27
Peserta diklat dapat mengetes atau melatih satu sama lain. Peserta
diklat mampu memerankan peran situasi yang ditugaskan kepadanya.
Peserta diklat dapat mengajar satu sama lain. Peserta diklat dapat
mewawancarai yang lain untuk memperoleh pandangan dan opini.
a. Memisahkan kursi-kursi itu kedalam kelompok-kelompok tiga sampai
lima pada setiap baris.
b. Membagi kepada setiap X sebuah kartu yang berisi tugas dimana dia
akan mengintruksikan kepada peserta diklat Y dihadapannya untuk
merespons.
c. Memberi kartu yang berbeda kepada setiap anggota X dari satu
kelompok.
d. Memulai tugas pertama setelah periode waktu yang singkat umumkan
bahwa waktu untuk semua peserta Y untuk memindahkan satu kursi ke
kiri atau ke kanan dalam kelompok. Jangan pindahkan kursi X.
Perintahkan teman X atau kekanan dalam kelompok. Jangan pindahkan
Y dihadapannya. Teruskan untuk sebanyak mungkin tugas yang
berbeda yang telah tersedia.32
2. Kelebihan Firing Line
a. Dalam belajar peserta diklat melibatkan lebih dari satu inderanya.
Proses pembelajaran setidaknya melibatkan indera penglihatan dan
pendengaran. Memerlukan vokal atau berbicara. Karena dalam hal ini
peserta diklat dituntut aktif dan seimbang.
b. Keterpaduan antara olah pikir, olah fisik dan olah rasa.
Peserta diklat diarahkan untuk mampu bertanya dan menjawab untuk
melaksanakan peserta diklat perlu berfikir dan berusaha
menyiapkannya. Olah fisik dilakukan dengan berpindah dari kelompok
yang lain untuk memberi dan mendapatkan informasi. Peserta diklat
lebih semangat, merasa belajarnya bebas tapi pasti dan terarah. Selain
itu terdapat olah rasa. Peserta diklat akan mendapatkan makna dalam
32 Silberman, Mel dan Hidayat, Khoirudin. 2002. Op.Cit, hal. 213.
28
hatinya, perasaan nyaman atau tidak ketika berada dalam kelompok
yang berbeda-beda. Keterpaduan ini akan menjadi belajar lebih
bermakna.
c. Kerjasama yang baik dan kebermaknaan belajar
Dalam belajar yang dilaksanakan berkelompok pastilah memerlukan
kerjasama. Hal ini dilakukan dengan tujuan kelompok tersebut akan
menjadi yang terbaik. Sehingga kesan pembelajaran semakin
bermakna yang diperoleh dalam proses kerjasama dalam kelompok.
d. Merangsang peserta diklat untuk selalu bersaing sehat dalam belajar.
Tidak dapat dipungkiri dalam kelas pastilah terdapat kompetisi atau
persaingan. Dengan pembelajaran nyaman, aktif menyenangkan,
terarah dan pasti peserta didik akan merasakan telah mendapat sesuatu
yang bermanfaat untuk dirinya sehingga kebutuhannya akan belajar
merasa dipenuhi. Dengan demikian mereka terangsang untuk
mendapatkan kepuasan hati tersebut.
3. Kelemahan Firing Line
Disamping memiliki kelebihan firing line juga memiliki kelemahan,
diantaranya :
a. Memerlukan waktu yang lebih.
b. Bagi peserta diklat yang pemalu, kurang vokal dan kurang aktif (fisik)
tipe ini kurang sesuai. Sebagaimana ketentuan-ketentuan di atas yang
harus dipenuhi.
29
DAFTAR PUSTAKA
Academic Jurnal for Islamic Education, 2003. Reformasi Pendidikan Nasional,
Cirebon, STAIN.
B. Uno, Hamzah. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta : Bumi
Aksara.
Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem, Jakarta: Bumi Aksara.
Hamruni. 2009. Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif Menyenangkan,
Yogyakarta : UIN Sunan Kali Jaga.
Mustaqim dan Wahid, Abdul. 2003. Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, 2009. UIN Malang.
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Silberman Mel, 2002. Active Learning, Yogyakarta : Pustaka Insan Madani.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Sunhaji, 2006. Manajemen Madrasah, Yogyakarta : Grafindo Litera Media.
Yamin Martinis, 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Ciputat :
Gaung Persada Pres