1.PENINGKATANMOTIVASIBELAJAR

31
1 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIKLAT MELALUI ACTIVE LEARNING TIPE FIRING LINE Oleh: Drs. Muh. Syafrudin, MA (Widyaiswara Madya BDK Surabaya) A. Hakikat Belajar Secara sederhana belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. “Belajar adalah aktivitas untuk melakukan perubahan tingkah laku pada individu yang belajar”. Tingkah laku terjadi karena adanya usaha individu yang bersangkutan baik mencakup ranah-ranah kognitif, efektif, dan psikomotorik. Berikut dikemukakan beberapa pengertian belajar menurut para ahli: Slameto dalam bukunya belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya mengemukakan : “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya". 1 Oemar Hamalik dalam bukunya perencanaan pengajaran berdasarkan pendekatan sistem mengemukakan : Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia yang membedakannya dengan binatang. Belajar yang dilakukan oleh manusia merupakan bagian dari hidup, berlangsungnya 1 Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta, hal.2.

Transcript of 1.PENINGKATANMOTIVASIBELAJAR

1

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIKLAT MELALUI

ACTIVE LEARNING TIPE FIRING LINE

Oleh: Drs. Muh. Syafrudin, MA

(Widyaiswara Madya BDK Surabaya)

A. Hakikat Belajar

Secara sederhana belajar dapat diartikan sebagai suatu proses

perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan

berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu.

“Belajar adalah aktivitas untuk melakukan perubahan tingkah laku pada

individu yang belajar”. Tingkah laku terjadi karena adanya usaha individu

yang bersangkutan baik mencakup ranah-ranah kognitif, efektif, dan

psikomotorik. Berikut dikemukakan beberapa pengertian belajar menurut

para ahli:

Slameto dalam bukunya belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

mengemukakan : “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya".1

Oemar Hamalik dalam bukunya perencanaan pengajaran berdasarkan

pendekatan sistem mengemukakan :

Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat

latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas

manusia yang membedakannya dengan binatang. Belajar yang

dilakukan oleh manusia merupakan bagian dari hidup, berlangsungnya

1 Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta, hal.2.

2

seumur hidup, kapan saja dan dimana saja, baik di sekolah, di kelas, di

jalanan, dalam waktu yang tidak bisa ditentukan sebelumnya.2

Sardiman dalam bukunya interaksi dan motivasi belajar mengajar

mengemukakan :

Belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan

membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar

meliputi rangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik menuju

perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut

unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.3

Dari pengertian belajar menurut beberapa ahli di atas meskipun

dari redaksi yang berbeda menunjukkan adanya kesamaan secara garis

besar yaitu belajar merupakan perubahan tingkah laku. Dimana perubahan

yang terjadi menuju arah positif, kemajuan atau perbaikan.

1. Jenis-jenis Belajar

a. Belajar bagian (part learning, fractioned learning)

Slameto mengemukakan :

Dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan pada materi

belajar yang bersifat luas atau ekstensif.” 4

Dalam hal ini individu memecahkan seluruh materi pelajaran menjadi

bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri. Sebagai lawan dari

cara belajar bagian adalah cara belajar keseluruhan.

b. Belajar dengan wawasan (learning by insight)

G.A. Miller, sebagimana ditulis Slameto mengemukakan : “Wawasan

merupakan kreasi dari rencana penyelesaian yang mengontrol rencana-

rencana subordinasi lain (pola tingkah laku) yang telah terbentuk”.5

2 Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta : Bumi Aksara, hal. 154. 3 Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, hal. 21. 4 Slameto. Op.Cit. hal. 5. 5 Ibid, hal. 6.

3

Dalam hal ini menerangkan bahwa wawasan berorientasi pada

perkembangan tingkah laku dalam menyelesaikan suatu persoalan.

c. Belajar diskriminatif (discriminatif learning)

Belajar jenis ini adalah “Sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa

sifat situasi/stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman

dalam bertingkah laku”.6

Dalam pembelajaran ini subyek diminta untuk merespon secara

berbeda-beda terhadap stimulasi yang berlainan.

d. Belajar global/keseluruhan (global whole learning)

Bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang sampai peserta

diklat menguasainya.

e. Belajar insidental (incidental learning)

Belajar disebut insidental apabila tidak ada instruksi atau petunjuk

yang diberikan pada individu mengenai materi belajar yang akan

diujikan kelak”.7

Cara belajar demikian sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari,

yang mana jumlah frekuensi, prestasi dan motivasi tidak berpengaruh.

f. Belajar instrumental (instrumental learning)

Cepat atau lambatnya seseorang belajar dapat diatur dengan

jalan memberikan penguat (reinforcement) atas tingkat-tingkat

kebutuhan.8 Salah satu bentuk belajarnya adalah pembentukan tingkah

laku. Individu diberi hadiah bila ia bertingkah laku sesuai dengan yang

dikehendaki dan sebaliknya. Sehingga akan terbentuk tingkah laku

tertentu. Reinforcemen tidak harus berupa materi, tetapi bisa berupa

tepuk tangan, bernyanyi bersama, dirayakan.

g. Belajar intensional (intentional learning)

Belajar yang mempunyai arah dan tujuan yang jelas serta ditentukan

sebelumnya. 6 Ibid. 7 Ibid. 8 Ibid, hal. 7.

4

h. Belajar laten (latent learning)

Dalam belajar laten, perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi

secara cepat. Dalam penelitian mengenai ingatan, belajar laten ini

diakui memang ada yaitu bentuk belajar insidental.

i. Belajar produktif (productive learning)

R. Berguis (1964) dalam bukunya Slameto mengemukakan :

Belajar dengan transfer yang maksimum mengatur kemungkinan

untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi

lain. Belajar disebut produktif bila individu mampu mentransfer

prinsip menyelesaikan suatu persoalan dalam satu situasi ke situasi

lain.9

j. Belajar verbal (verbal learning)

Menurut Slameto : “Belajar verbal adalah belajar mengenai materi

verbal dengan melalui latihan dan ingatan”.10

Sifat eksperimen ini meluas dari belajar asosiatif mengenai hubungan

dua kata yang tidak bermakna sampai pada belajar dengan wawasan

mengenai penyelesaian persoalan yang kompleks yang harus

diungkapkan secara verbal.

2. Teori-teori Belajar

a. Teori Gestalt

Teori ini dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman.

Hukum yang berlaku dalam pengamatan adalah sama dengan hukum

dalam belajar yaitu :

1) Gestalt mempunyai sesuatu yang melebihi jumlah unsur-unsurnya.

2) Gestalt timbul lebih dahulu daripada bagian-bagiannya.

Dalam teori ini Koffka dan Kohler mengemukakan :

9 Ibid, hal. 8 10 Ibid.

5

Belajar yang penting adalah adanya penyesuaian pertama yaitu

memperoleh response yang tepat untuk memecahkan problem yang

dihadapi. Belajar yang penting bukan mengulangi hal-hal yang

harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight.11

Sifat-sifat belajar insight antara lain ialah :

1) Tergantung dari kemampuan dasar

2) Tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan

3) Timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa, sehingga

segala aspek yang perlu dapat diamati.

b. Teori belajar menurut J. Bruner

Di dalam proses pembelajaran Bruner mementingkan

partisipasi aktif dari tiap peserta didik dan mengenal dengan baik

adanya perbedaan kemampuan. Untuk meningkatkan proses belajar

perlu lingkungan yang dinamakan “discovery learning environment”

ialah lingkungan dimana peserta diklat dapat melakukan eksplorasi,

penemuan-penemuan baru. Bruner menyatakan : “Alangkah baiknya

bila sekolah (tempat belajar) dapat menyediakan kesempatan bagi

peserta didik untuk maju dengan cepat sesuai dengan kemampuan

peserta didik dalam mata pelajaran tertentu”.12

c. Teori dari R. Gagne

Menurut Gagne setelah masa bayi manusia interaksi dengan

lingkungan tugas selanjutnya adalah meneruskan sosialisasi dan tugas

kedua adalah belajar.

Dalam teori ini Gagne mengemukakan dua definisi : “Belajar ialah

suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,

11 Ibid, hal. 9 12 Ibid, hal. 11.

6

keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku; belajar adalah penguasaan

pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi”.13

Gagne mengatakan pula bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh

manusia dapat dibagi menjadi 5 kategori, yang disebut “The domains

of learning” yaitu :

1) Keterampilan motoris (motor skill)

Dalam hal ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan.

2) Informasi verbal

Orang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis,

menggambar, dalam hal ini dapat dimengerti bahwa untuk

mengatakan sesuatu ini perlu inteligensi.

3) Kemampuan intelektual

Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan

menggunakan simbol-simbol. Kemampuan belajar cara inilah yang

disebut “kemampuan intelektual”.

4) Strategi kognitif

Ini merupakan organisasi keterampilan yang internal (internal

organized skill) yang perlu untuk belajar mengingat intelektual,

karena ditujukan ke dunia luar, dan tidak dapat dipelajari hanya

dengan berbuat satu kali serta memerlukan perbaikan-perbaikan

secara terus menerus.

5) Sikap

Kemampuan ini tak dapat dipelajari dengan ulangan-ulangan, tidak

tergantung atau dipengaruhi oleh hubungan verbal seperti halnya

domain yang lain. Sikap ini penting dalam proses belajar tanpa

kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik.

d. Purposeful Learning

Purposeful learning adalah belajar yang dilakukan dengan sadar untuk

mencapai tujuan dan yang :

13 Ibid, hal. 15.

7

1) Dilakukan peserta diklat sendiri tanpa perintah atau bimbingan

orang lain;

2) Dilakukan peserta diklat dengan bimbingan orang lain di dalam

situasi belajar mengajar di kelas;

a) Purposeful learning oleh peserta didik sendiri

Urutan purposeful learning tanpa bimbingan :

(1) Memperhatikan situasi belajar.

(2) Menetapkan tujuan, mengarahkan perhatian dan kegiatan

kepada pencapaian tujuan.

(3) Mengadakan usaha-usaha pendahuluan yang mencakup

berpikir produktif dalam hubungan dengan tugas-tugas di

dalam bidang:

- Kognitif

- Psikomotor, dan

- Afektif.

(4) Latihan untuk memperoleh kecakapan dan untuk mencapai

tujuan.

(5) Mengevaluasi tingkah laku sendiri.

b) Belajar bertujuan di dalam situasi kediklatan

Tingkat-tingkat belajar bertujuan dengan bimbingan dilakukan

dengan memperhatikan aktivitas-aktivitas yang dilakukan

peserta diklat dan guru dalam pembelajaran. Dengan

penjelasan sebagai berikut :

(1) Memperhatikan tugas yang akan dipelajari adalah penting

dalam memulai tahap (urutan) kegiatan belajar. Pada

waktu mengintroduksi pelajaran (atau unit), guru menarik

perhatian peserta didik. Dan menuntut peserta diklat

menggunakan lebih dari satu indera.

(2) Penetapan tujuan itu penting untuk memulai dan

mengarahkan kegiatan. Peserta diklat memerlukan

kesempatan dan bantuan dan memutuskan (menetapkan)

8

apa yang mereka pelajari, bagaimana mereka akan dapat

belajar dengan baik, kapan bahan tersebut akan dipelajari.

Hal tersebut dapat ditentukan dengan diskusi.

(3) Berusaha mencapai tujuan mencakup interaksi dengan

orang-orang dan materi yang cocok untuk mencapai

tujuan tersebut dan cocok dengan sifat-sifat peserta diklat.

Mula-mula peserta diklat mengamati dan meniru,

kemudian berdiri sendiri.

(4) Mengenal dan mengorganisasi komponen secara

berurutan adalah penting untuk mencapai tujuan.

(5) Latihan (praktek) yang dilakukan dalam kondisi-kondisi

tertentu (yang baik) adalah penting untuk mencapai

tujuan dan untuk meningkatkan pekerjaan (performance)

dalam kebanyakan bidang diklat.

(2) Belajar yang sesuai dengan kecakapan sendiri, cara sendiri,

dan sifat-sifat sendiri yang lain bermanfaat untuk

pencapaian tujuan belajar/untuk belajar yang lain pada

umumnya.

Ada 2 cara untuk membantu peserta diklat agar belajar sesuai

dengan keadaan individual tiap peserta diklat.

(1) Peserta diklat dikelompokkan sesuai dengan tujuan yang

mau dicapai dan berdasar sifat-sifat peserta diklat tersebut.

(2) Materi, perlengkapan, ruang diatur secara fleksibel untuk

memungkinkan belajar secara independen agar peserta

diklat dapat belajar sesuai dengan tempo dan caranya

sendiri.

(3) Menilai pekerjaan (performance) sendiri adalah penting

dalam mengembangkan keberdirisendirian dalam belajar

dan dalam mencapai tujuan. Fasilitator memberitahukan

kemajuan peserta diklat dan menolong mengatasi

kesalahan-kesalahannya.

9

(4) Pengembangan kecakapan yang mantap dan pengetahuan

yang komprehensif menuntut pengalaman belajar yang

produktif selama waktu yang cukup lama.

(5) Penerapan pada situasi-situasi baru konsep-konsep,

prinsip-prinsip, keterampilan-keterampilan, dan hasil-hasil

belajar lain yang baru diperoleh akan meningkatkan

kemantapan (performance) penguasaannya.

e. Belajar dengan jalan mengamati dan meniru (observational learning

and imitation)

Menurut Bandura dan Walters, tingkah laku baru dikuasai atau

dipelajari mula-mula dengan mengambil dan meniru suatu model/

contoh/teladan.

1) Model yang ditiru

Model yang diamati dan ditiru peserta diklat dapat digolongkan

menjadi :

a) Kehidupan yang nyata

Misalnya; orang tua di rumah, guru di sekolah, dosen di

kampus, widyaiswara dib alai diklat, dan orang lain dalam

masyarakat.

b) Simbolik

Termasuk dalam golongan ini adalah model yang

dipresentasikan secara lisan, tertulis atau dalam bentuk gambar.

c) Representasional

Termasuk dalam golongan ini adalah model yang

dipresentasikan dengan menggunakan alat-alat audiovisual

terutama televisi dan vidio.

2) Pengaruh meniru

Menurut Bandura dan Walters dalam bukunya Slameto

mengemumakan :

10

Penguasaan tingkah laku atau response baru, pertama-tama

adalah hasil dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam

waktu yang bersamaan (kontinuitas) yang diamati. Kuat

lemahnya response itu bergantung pada penguatan

(reinforcement).14

Menurut teori ini yang penting adalah bagaimana response itu

mula-mula dipelajari.

a) Modeling effect

Dengan jalan mengamati dan meniru, peserta didik

menghubungkan tingkah laku dari model dengan response

yang baru bagi dirinya, response yang pertama kali

dilakukannya. Jelas, model itu harus menunjukkan tingkah laku

yang baru bagi peserta didik tetapi dapat dilakukan oleh peserta

diklat tersebut.

b) Disinhibitory effect

Dengan mengamati dan meniru suatu model, seorang peserta

diklat dapat memperlemah atau memperkuat response-response

terlarang yang telah dimiliki.

c) Eliciting effect

Dengan mengamati dan meniru suatu model, peserta diklat

menghubungkan tingkah laku dari model dengan response-

response yang telah dimilikinya. Dengan begitu response-

response itu ditimbulkan. Misalnya kerja bakti, memberikan

uang derma, makan-makanan yang biasanya tidak dipilih.

3) Beberapa faktor yang mempengaruhi peniruan

a) Konsekuensi dari response yang dilakukan (hadiah dan

hukuman, pengaruh hukuman tidak mudah diramalkan seperti

pengaruh hadiah).

b) Sifat-sifat peserta diklat

14 Ibid, hal. 21.

11

Peserta diklat yang suka meniru biasanya adalah yang :

i. Mempunyai rasa kurang harga diri

ii. Kurang kemampuannya

iii. Mereka mempunyai sifat-sifat yang sama seperti dalam

model.

iv. Berada dalam suasana perasaan tertentu karena tekanan dari

luar atau karena obat (drugs).

f. Belajar yang bermakna (Meaningful learning)

1) Tipe-tipe belajar

Ada 2 dimensi dalam tipe-tipe belajar, yaitu :

a) Dimensi menerima (reception learning) dan menemukan

(discovery learning).

b) Dimensi menghafal (rote learning) dan belajar bermakna

(meaningful learning)

Di dalam reception learning semua bahan yang harus

dipelajari diberikan dalam bentuknya yang final (bentuk yang

sudah jadi) dalam bahan yang disajikan (expository material).

Di dalam discovery learning, tidak semua yang harus

dipelajari dipresentasikan dalam bentuk yang final, beberapa

bagian harus dicari, diidentifikasikan oleh pelajar sendiri.

Kemudian informasi itu diintegrasikan ke dalam struktur kognitif

yang telah ada, disusun kembali, diubah untuk menghasilkan

struktur kognitif yang baru.

Menerima dan menemukan (reception dan discovery),

adalah langkah pertama dalam belajar. Langkah kedua adalah

usaha mengingat atau menguasai apa yang dipelajari itu agar

kemudian dapat dipergunakan. Jika seseorang berusaha menguasai

informasi baru itu dengan jalan menghubungkannya dengan apa

yang telah diketahuinya, terjadilah belajar yang bermakna. Jika

12

seseorang hanya berusaha mengingat informasi baru itu, terjadilah

menghafal (rote learning).

2) Struktur dan proses internal

Menurut Ausubel dan Robinson dalam bukunya Slameto:

Struktur kognitif itu bersifat piramidal bagian puncaknya yang

sempit berisi konsep-konsep atau teori-teori yang paling umum,

bagian tengah yang agak luas berisi sub-sub konsep yang

kurang umum dan bagian dasar yang paling luas berisi

informasi-informasi yang khusus.15

3. Prinsip-prinsip Belajar

a. Kebermaknaan

Motivasi belajar akan tumbuh apabila hal-hal yang dipelajari

mengandung makna tentu bagi diri peserta didik. Kebermaknaan

bersifat persenal karena dirasakan sebagai suatu yang penting bagi diri

seseorang. Pelajaran akan sangat lebih bermakna jika

fasilitator/widyaiswara mampu mengemas dengan baik, diantaranya :

1) fasilitator/widyaiswara berusaha menghubungkan dengan masa

lampau/pengalaman yang mereka miliki sebelumnya, karena para

peserta diklat telah memiliki schemata (prior knowledge) dan

pengalaman kerja.

2) fasilitator/widyaiswara mengemas pembelajaran semenarik

mungkin dan nilai tertinggi bagi peserta diklat berarti bermakna

baginya.

b. Modelling

Dalam buku perencanaan mengajar berdasarkan pendekatan sistem

Oemar Hamalik mengemukakan :

Pelajaran akan lebih mudah dihayati dan diterapkan oleh peserta

didik jika guru mengajarkannya dalam bentuk tingkah laku

model (teladan), bukan hanya dengan menceramahkan/

15 Ibid, hal. 25.

13

menceritakannya secara lisan. Dengan model tingkah laku itu,

peserta didik dapat mengamati dan menirukan apa yang

diinginkan oleh guru.16

Dari paparan di atas hal- hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut :

1) fasilitator/widyaiswara menetapkan aspek-aspek penting dari

tingkah laku yang akan ditunjuk sebagai model.

2) Peserta diklat mampu meniru model yang di pertunjukkan.

3) Model harus diamati sebagai pribadi yang lebih tinggi dari pada

peserta didik.

4) Disajikan dalam teknik mengajar atau kterampilan-keterampilan

sosial.

c. Komunikasi Terbuka

Sebagian besar peserta diklatk lebih suka bila penyajian

pemebelajaran fasilitator/widyaiswara terbuka terhadap pengawasan

peserta diklat. Hal ini meluaskan ruang fikir dan gerak peserta didik

dalam menggali kompetensi yang dimiliki-kesempatan seperti sebagai

wahana menyalurkan minat peserta diklat untuk belajar lebih baik. Jika

hal itu dapat dilakukan, berarti peserta diklat akan menjadi lebih

termotivasi untuk mempelajari apa disampaikan

fasilitator/widyaiswara.

d. Prasayarat

Apa yang dipelajari oleh peserta didik sebelumnya merupakan

faktor penting yang menentukan berhasil atau gagalnya peserta diklat

dalam belajar. Peserta diklat yang berada dalam kelompok yang

berprasyarat akan mudah mengamati prasyarat pada peserta diklat,

fasilitator/widyaiswara dapat melakukan analisis terhadap tugas, topik

16 Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta : Bumi Aksara, hal. 157.

14

dan tujuan-tujuan yang dicapai. Bertitik tolak dari keadaan peserta

diklat tersebut, fasilitator/widyaiswara akan lebih mudah

menyesuaikan materinya sehingga membangkitkan motivasi belajar

yang lebih tinggi di kalangan peserta diklat.

e. Novelty

Dalam prinsip ini fasilitator/widyaiswara dituntut untuk lebih

kreatif karena dituntut untuk menyajikan sesuatu yang berbeda, baru

dan menarik peserta diklat. “Peserta didik lebih senang belajar bila

perhatiannya ditarik oleh penyajian yang baru (novelty) atau masih

asing. Sesuatu gaya dan alat yang baru/masing-masing bagi peserta

didik akan lebih menarik perhatian mereka untuk belajar.”17

f. Praktek yang aktif dan bermanfaat

Praktek secara aktif berarti peserta diklat mengerjakan sendiri,

bukan mendengarkan ceramah dan mencatat pada buku tulis. Usahakan

peserta diklat aktif dengan :

1) Menjawab atau memberikan respons sebanyak mungkin terhadap

pertanyaan fasilitator/widyaiswara.

2) Peserta diklat diminta menyusun/menata kembali informasi yang

diperoleh dari bacaan.

3) Sediakan laboratorium dan situasi praktek lapangan berdasarkan

tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya.

fasilitator/widyaiswara dapat menggunakan beberapa metode untuk

mengaktifkan peserta diklat diantaranya dengan Tanya jawab, diskusi,

simulasi, tutorial, dll.

g. Latihan terbagi

Jangka waktu yang pendek lebih disenangi peserta diklat dalam

belajar. Dengan demikian akan lebih meningkatkan motivasi peserta

diklat belajar dibandingkan dengan latihan yang dilakukan sekaligus

17 Ibid, hal. 159.

15

dalam jangka waktu yang panjang. Karena hal ini akan melelahkan dan

menjenuhkan peserta diklat.

h. Kurangi secara sistematik paksaan belajar

Tahap awal dalam belajar peserta diklatk perlu diberikan

paksaan atau pemompaan. Namun bagi peserta diklat yang sudah

mulai menguasai pelajaran maka secara sistematik pemompaan itu

dikurangi dan pada akhirnya peserta diklat dapat belajar sendiri.

Hindari belajar berdasarkan pemompaan saja tapi jangan dihilangkan

dengan segera karena mungkin peserta diklat mendapat kekeliruan.

i. Kondisi yang menyenangkan

Pembelajaran yang menyenangkan merupakan kondisi belajar

yang menarik. Maka fasilitator/widyaiswara dapat melakukan dengan

cara berikut :

1) Awali pembelajaran dengan ice breaker atau kuis

2) Jangan mengulang hal yang diketahui karena dapat menyebabkan

kejenuhan.

3) Suasuana fisik kelas jangan sampai membosankan.

4) Hindarkan frustasi

5) Hindarkan suasana kelas yang emosional.

6) Menyiapkan tugas-tugas yang menantang.

7) Hasil yang dicapai peserta diklat diumumkan dalam kelas.

8) Berikan hadiah/reword terhadap usaha-usaha yang dilakukan oleh

peserta diklat.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

a. Kemampuan pembawaan

Tidak dapat dipungkiri bahwa pembawaan sangat berpengaruh

terhadap kemampaun belajar. Tetapi bukan berarti pebawaan tidak

dapat dirubah. Pembawaan bisa kalah dengan kebiasaan. Pembawaan

hanyalah salah satu dari faktor keberhasilan belajar.

b. Kondisi fisik orang yang belajar

16

Orang yang belajar tidak terlepas dari kondisi fisiknya.

Menurut penelitian kondisi fisik mempengaruhi prestasi belajar

seseorang. Hal ini menjadi hal yang umum dan sudah diketahui.

c. Kondisi psikis peserta diklat

Faktor ini bisa meliputi fisik dan non fisik. Maka perlu dijaga

supaya kondisi psikis orang yang belajar dipersiapkan sebaik-baiknya,

supaya dapat membantu belajar. Apalagi peserta diklat yang

diasramakan, meninggalkan keluarga adalah keadaan yang peling tidak

mengenakkan bagi hamper semua peserta diklat, oleh karena itu

hindari stress.

d. Kemauan belajar

Adanya kemauan dapat mendorong belajar dan sebaliknya

tidak adanya kemauan dapat memperlemah belajar. Di dalam individu

yang belajar harus ada dorongan dalam dirinya, yang dapat mendorong

ke suatu tujuan yang berarti kemauan belajar ini sangat erat

hubungannya dengan keinginan dan tujuan individu.

e. Sikap terhadap fasilitator/widyaiswara, mata pelajaran dan pengertian

mereka mengenai kemajuan mereka sendiri.

Sikap yang baik, ramah mengenal peserta didik, ini akan

menjadi dorongan bagi peserta diklat untuk menyukai

fasilitator/widyaiswaranya. Sikap peserta didik terhadap mata diklat

juga sangat penting. Mata pelajaran yang disenangi akan lebih lancar

dipelajari dari pada yang kurang disenangi. Maka dari itu perlu adanya

kurva belajar. Sebuah grafik yang dapat menggambarkan kemajuan

belajar peserta diklat. Sehingga jika ada komponen yang tidak sesuai

segera diketahui dan diperbaiki.

f. Bimbingan

Dalam belajar, seseorang membutuhkan bimbingan, bimbingan

diberikan untuk mencegah usaha-usaha yang membuta, hingga peserta

diklat tidak mengalami kegagalan. Bimbingan dapat diberikan sebelum

17

ada usaha-usaha yang tidak terpimpin. Keefektifan bimbingan ini

tergantung dari macam-macam tugas dan kebutuhan dari orang yang

belajar. Karena ini dapat mencegah kesalahan yang bisa timbul dan

mengakibatkan adanya putus asa.

5. Langkah-langkah Dalam Belajar

Belajar apapun perlu proses untuk mencapai tahap-tahap tertentu.

Adapun langkah-langkah belajar efektif adalah dengan mengetahui :

a. Diri sendiri.

b. Kemampuan belajar.

c. Proses belajar berhasil, anda gunakan dan dibutuhkan.

d. Minat dan pengetahuan atas mata pelajaran yang anda inginkan.

Salah satu sistem belajar yang bisa dipakai untuk belajar secara efektif

adalah MURDER yang meliputi : Mood, Understand, Recall, Digest,

Expand, Review.

a. Mood – suasana hati

Ciptakan selalu mood positif pada peserta didik yang mendukung

untuk belajar.

b. Understand – Pemahaman

Tandai informasi bahan belajar yang tidak dimengerti dalam pokok

bahasan tertentu. Fokuskan peserta didik pada pokok bahasan tersebut

atau melakukan beberapa latihan untuk membahas pokok bahasan

tersebut.

c. Recall – Ulang

Setelah belajar satu pokok bahsan berhentilah dan ulangi bahan dari

pokok bahasan tersebut dengan kata-kata yang peserta didik buat

sendiri untuk mempermudah.

d. Digest – Telaah.

Kembalilah kepada pokok bahasan yang tidak dimengerti peserta didik

dan pelajari kembali keterangan yang ada.

18

e. Expand – Kembangkan.

Kembangkan dengan mengajukan pertanyaan kepada peserta didik

untuk pemantapan.

f. Review – Pelajari kembali

Peserta didik diminta kembali mempelajari pelajaran yang sudah

dipelajari.

B. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata “motif” diartikan sebagai daya upaya

yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat

dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk

melakukan aktivitas-aktivitas yang tertentu demi mencapai suatu tujuan.

Berawal dari kata-kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai

daya penggerak yang telah menjadi aktif. Adapun pengertian motivasi

menurut beberapa pendapat :

Sunhaji dalam buku manajemen madrasah mengemukakan :

Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun luar yang

mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang ditetapkan

sebelumnya. Perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi

tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang

mendasarinya.18

Dari berbagai pengertian motivasi yang dikemukakan di atas dapat

ditarik kesimpulan, motivasi merupakan dorongan dasar yang

menggerakkan seseorang bertingkah laku guna mencapai tujuan tertentu.

Teori behaviorisme dalam bukunya Martinis Yamin

mengemukakan : “Motivasi sebagai fungsi rangsangan (stimulus) dan

respons sedangkan apabila dikaji dengan teori kognitif motivasi

18 Sunhaji. 2006. Manajemen Madrasah. Yogyakarta : Grafindo Litera Media. hal. 64.

19

merupakan fungsi dinamika psikologis yang lebih rumit. Melibatkan

kerangka berfikir peserta didik terhadap berbagai aspek perilaku”.19

Kemampuan seseorang untuk melakukan tugas tertentu dengan

usaha maksimal itulah yang disebut dengan motivasi. Dalam teori harapan

kemampuan mencurahkan energi adalah motivasi.

Teori harapan mencurahkan energi adalah motivasi memiliki tiga asumsi

pokok, yakni :

a. Harapan hasil (out come expectency)

Setiap orang percaya bahwa ia berperilaku dengan cara tertentu ia akan

memperoleh hal tertentu.

b. Valence (valency)

Setiap hasil mempunyai nilai atau daya tarik bagi orang tertentu.

c. Harapan usaha (effort expectory)

Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai beberapa sulit

mencapai hasil tersebut.20

2. Teori-teori Motivasi

Berbagai pakar mengetengahkan pandangannya tentang motivasi.

Pandangan para pakar tentang motivasi tersebut melahirkan berbagai teori

motivasi.

Winkel sebagaimana dikutip dalam buku Martinis Yamin mengemukakan:

Motivasi dengan kekuatan mesin kendaraan. Mesin yang berkekuatan

tinggi menjamin lajunya kendaraan biar jalan itu mendaki dan

kendaraan membawa muatan yang berat. Namun motivasi belajar tidak

hanya memberikan kekuatan daya daya belajar, tetapi juga memberi

arah yang jelas.21

Mc. Cleland dalam buku Martinis Yamin mengemukakan :

“Banyak kebutuhan yang diperoleh dari kebudayaan yaitu: kebutuhan 19 Yamin, Martinis. Op.Cit. hal. 81. 20 Ibid. 21 Yamin, Martinis. Op.Cit. hal. 83.

20

prestasi (need for achievement). Kebutuhan akan afiliasi (need for

affiliation) dan kebutuhan akan kekuasaan (need for fower)”.22

Daniel Golemen dalam bukunya kecerdasan emosional (1996)

mengemukakan : “Bahwa kemampuan motivasi diri seseorang akan

bertahan menghadapi frustasi, mengendali dorongan hati dan menjaga

beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berfikir dan bersimpatik”.23

Maslow dalam bukunya Hamzah B. Uno mengemukakan :

Bahwa kebutuhan manusia secara herarkis semuanya laten dalam diri

manusia. Kebutuhan tersebut mencakup kebutuhan fisiologis (sandang

pangan), kebutuhan rasa aman (bebas bahaya), kebutuhan kasih

sayang, kebutuhan dihargai dan dihormati dan kebutuhan aktualisasi

diri.24

Berdasarkan teori-teori motivasi yang telah dikemukakan di atas

dapat disimpulkan, motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh

adanya rangsangan dari dalam maupun luar sehingga seseorang

berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku/aktivitas tertentu

lebih baik dari keadaan sebelumnya.

3. Macam-macam Motivasi

Dari sudut sumber yang menimbulkannya, motivasi dibedakan

menjadi dua macam yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Dimana

motivasi intrinsik lebih kuat dari pada ekstrinsik.

a. Motivasi ektrinsik

Motivasi yang tumbuh tidak memerlukan rangsangan dari luar

karena memang telah ada dalam diri individu sendiri. Yaitu sesuai atau

sejalan dengan kebutuhannya.

Dalam buku interaksi dan motivasi belajar mengajar Sadirman

mengemumakan : “Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi 22 Ibid, hal. 84. 23 Ibid. 24 B. Uno, Hamzah. Teori Motivasi dan Pengukurannya, Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hal. 6.

21

aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dari

dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan

sesuatu”.25

Perlu diketahui bahwa peserta didik yang memiliki motivasi

intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang

berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Jadi memang

motivasi bukan sekedar simbol dan seremonial.

Motivasi intrinsik berisi tentang :

1) Penyesuaian tugas dan minat.

2) Perencanaan yang penuh variasi

3) Umpan balik atas respons peserta didik.

4) Kesempatan respons peserta didik yang aktif.

5) Kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya.

v. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi yang aktif dan berfungsinya karena adnaya

rangsangan dari luar. Dimana bentuk motivasi yang didalamnya

aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar

yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

Hamzah B. Uno mengemukakan : “Motivasi ekstrinsik timbul karena

adanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang

pendidikan terdapat minat yang positif terhadap kegiatan pendidikan

timbul karena melihat manfaatnya”.26

Motivasi ekstrinsik berisi tentang :

1. Penyesuaian tugas dengan minat.

2. Respons yang penuh variasi

3. Respons peserta diklat

4. Kesempatan peserta diklat yang aktif

5. Kesempatan peserta diklat untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya

6. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

25 Sadirman. Op.Cit. hal. 87. 26 Hamzah,B. Uno. Op.Cit. hal. 4.

22

4. Memotivasi peserta diklat dalam belajar

Bandura dalam bukunya Martinis Yamin mengemukakan :

“Belajar merupakan perubahan perilaku seseorang melalui latihan dan

pengalaman, motivasi akan memberikan hasil yang lebih baik terhadap

perbuatan yang dilakukan seseorang.27

a. Belajar melalui model

Dalam teori belajar sosial Albert Bandura menekan belajar

melalui fenomena model, dimana seseorang meniru perilaku orang lain

yang disebut belajar, yaitu ; belajar atas kegagalan dan keberhasilan

orang. Dan pada akhirnya seseorang yang meniru dengan sendirinya

akan matang karena melihat pengalaman-pengalaman yang dicoba

orang lain.

b. Belajar Kebermaknaan

Belajar bermakna merupakan cara belajar memotivasi peserta

diklat, di dalam materi yang disampaikan mengandung makna tertentu

bagi peserta diklat. Kebermaknaan itu bersifat personal, dimana materi

tersebut mengandung makna bagi seluruh peserta diklat,

fasilitator/widyaiswara menyampaikan materi dengan mengaitkan

materi dengan pengalaman peserta diklat pada masa lampau. Dan

bagaimana mengatasi untuk masa ke depan.

c. Melakukan Interaksi

Interaksi antara peserta diklat dengan fasilitator/widyaiswara

adalah proses komunikasi yang dilakukan secara timbal balik dalam

menyampaikan pesan kepada peserta diklat. Interaksi memberitahukan

pesan, pengetahuan, dan fikiran-fikiran dengan maksud menggugah

partisipasi seseorang komunikasi sehingga persoalan yang dibicarakan

menjadi milik dan tanggung jawab bersama.

Cara mengkomunikasikan materi dan menimbulkan motivasi peserta

diklat;

27 Yamin, Martinis. Op.Cit. hal. 86.

23

1) Kemukakan tujuan yang hendak dicapai kepada peserta diklat agar

mendapat perhatian peserta diklat.

2) Tunjukkan hubungan-hubungan kunci agar peserta diklat benar-

benar memahami apa yang sedang diperbincangkan.

3) Jelaskan pelajaran secara nyata, diusahakan menggunakan media

internasional sehingga lebih memperjelaskan masalah yang sedang

dibahas.

4) Hindarilah pembicaraan dari hal-hal yang abstrak yang berada di

luar jangkauan fikiran peserta. Kecuali kita menggunakan alat

bantu tertentu.

5) Usahakan agar peserta mengajukan pertanyaan atau pernyataan

agar terjadi komunikasi secara timbal balik.

d. Penyajian Menarik

Disampaikan dengan teknik yang baru, dengan kemasan yang

belum pernah dikenal peserta diklat sebelumnya sehingga menarik

perhatian bagi mereka untuk belajar. Alat-alat tersebut tidak mesti

mewah, dapat dibuat dari material yang ada di lingkungan tempat

diklat.

e. Temu Tokoh

Temu tokoh diharapkan akan memberikan semangat/ dorongan

kepada peserta diklat bahwa berprestasi tidaklah mudah didapat akan

tetapi melalui kerja keras. Kisah-kisah nyata yang disampaikan oleh

tokoh yamg kita undang atau dikunjungi tadi, bukanlah suatu

pekerjaan yang sukar bagi mereka dan semua orang dalam

melakukannya. Kegigihan itu hendak kita transfer kepada peserta

diklat agar tidak mudah putus asa dalam melekukan perbaikan dan atau

pembaharuan di tempat kerjanya.

f. Mengulangi kesimpulan materi.

Setelah materi pelajaran disampaikan fasilitator/widyaiswara

didepan kelas dan kemudian umpan balik dari peserta. Informasi

tersebut dapat dengan cepat dan mudah dipanggil (Recall) dari

24

simpanannya dalam memori panjang menurut Gagne proses belajar

seperti ini adalah proses belajar yang paling kritis. Waktu memberi

tugas ini situasi kelas kondusif dan rileks.

g. Observasi Lapangan/Studi Lapangan

Belajar tidak mesti di dalam kelas, belajar juga dilaksanakan di luar

kelas. Studi ini bertujuan untuk mengintegrasikan antara pengetahuan

secara teoritik dengan praktek di lapangan sehingga dapat

mempertajam pemahaman peserta diklat untuk kemudian dapat

diterapkan dalam peningkatan mutu kerja di tempat kerja masing-

masing.. kegiatan ini juga dapat merangsang mereka untuk berbuat

karena peserta membuktikannya sendiri.

5. Indikator Motivasi

Motivasi belajar dapat timbul karena adanya faktor intrinsik dan

ekstrinsik, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu

sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang

lebih giat dan semangat.

Hamzah B. Uno mengemukakan hakikat belajar adalah :

Dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang

belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Pada umumnya

dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu

mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam

belajar.28

Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

h. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

i. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

j. Adanya harapan dan cita-cita masa depan

k. Adanya penghargaan dalam belajar

l. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

28 Hamzah, B. Uno. Op.Cit. hal. 23.

25

m. Adanya lingkungan yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang

peserta diklat dapat belajar dengan baik.

B. Active Learning (Pembelajaran Aktif)

Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk

mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh peserta diklat

sehingga semua peserta dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai

dengan karakteristik pribadi mereka. Active learning juga dimaksudkan untuk

menjaga perhatian peserta diklat agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian peserta berkurang

bersamaan dengan berlalunya waktu. Pada pembelajaran aktif pemberdayaan

otak kiri dan kanan sangat dipentingkan.

Dalam bukunya Mel Silberman mengemukakan :

Belajar aktif merupakan sebuah kesatuan sumber kumpulan strategi-

strategi pembelajaran yang komprehensif yang meliputi berbagai cara

untuk membuat peserta didik aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas

yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu singkat membuat

mereka berfikir tentang materi pelajaran.29

Dalam hand Out PLPG Fakultas Negeri Malang dikemukakan :

Active learning adalah suatu proses pembelajaran dengan maksud untuk

memperdayakan peserta didik agar belajar dengan menggunakan berbagai

cara atau strategi secara aktif. Pembelajaran didominasi oleh peserta didik

dengan menggunakan otak untuk memahami dan memecahkan masalah

yang sedang dipelajari.30

Dalam pembelajaran aktif ada berbagai pemecahan kebekuan, agar

pembelajaran yang berlangsung benar-benar aktif, diantaranya :

1. Team bulding (pembentukan tim) 29 Silberman, Mel. Dalam Hidayah, Khoirudin. 2002. Active Learning, Yogyakarta : Pustaka Madani, hal. xxii. 30Pendidikan dan Latihan Profesi Guru,2009. UIN Malang, hal. 53.

26

Membantu peserta diklat menjadi lebih terbiasa satu sama lain

menciptakan suatu semangat kerjasama dan saling ketergantungan.

2. On the spot assessment (penilaian di tempat)

Mempelajari tentang perilaku-perilaku peserta diklat, pengetahuan dan

pengalaman peserta diklat.

3. Immediate learning involvment (keterlibatan belajar seketika)

Menciptakan minat awal dalam pokok bahasan.

Active learning pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan

memperlancar stimulus dan respons peserta didik dalam pembelajaran,

sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan tidak menjadi

hal yang membosankan bagi mereka. Dalam metode active learning setiap

materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan

pengalaman yang ada sebelumnya.

1. Firing Line (garis tebak)

Tipe firing line merupakan salah satu dari 101 tipe yang terdapat dalam

bukunya Mel Silberman Active Learning.

Hamruni dalam buku strategi dan model-model pembelajaran aktif

menyenangkan mengemukakan :

Firing line adalah strategi yang diformat menggunakan pergerakan

cepat yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan seperti testing dan

bermain peran yang menghendaki pergantian secara terus menerus dari

kelompok. Peserta didik mendapat kesempatan untuk merespons

secara cepat pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan/ tipe tantangan

yang dimunculkan.31

Adapun langkah-langkah (sintaks) sederhana active learning tipe firing

line :

a. Menentukan tujuan dengan garis lingkaran, diantaranya :

31 Hamruni. 2009. Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, hal. 285.

27

Peserta diklat dapat mengetes atau melatih satu sama lain. Peserta

diklat mampu memerankan peran situasi yang ditugaskan kepadanya.

Peserta diklat dapat mengajar satu sama lain. Peserta diklat dapat

mewawancarai yang lain untuk memperoleh pandangan dan opini.

a. Memisahkan kursi-kursi itu kedalam kelompok-kelompok tiga sampai

lima pada setiap baris.

b. Membagi kepada setiap X sebuah kartu yang berisi tugas dimana dia

akan mengintruksikan kepada peserta diklat Y dihadapannya untuk

merespons.

c. Memberi kartu yang berbeda kepada setiap anggota X dari satu

kelompok.

d. Memulai tugas pertama setelah periode waktu yang singkat umumkan

bahwa waktu untuk semua peserta Y untuk memindahkan satu kursi ke

kiri atau ke kanan dalam kelompok. Jangan pindahkan kursi X.

Perintahkan teman X atau kekanan dalam kelompok. Jangan pindahkan

Y dihadapannya. Teruskan untuk sebanyak mungkin tugas yang

berbeda yang telah tersedia.32

2. Kelebihan Firing Line

a. Dalam belajar peserta diklat melibatkan lebih dari satu inderanya.

Proses pembelajaran setidaknya melibatkan indera penglihatan dan

pendengaran. Memerlukan vokal atau berbicara. Karena dalam hal ini

peserta diklat dituntut aktif dan seimbang.

b. Keterpaduan antara olah pikir, olah fisik dan olah rasa.

Peserta diklat diarahkan untuk mampu bertanya dan menjawab untuk

melaksanakan peserta diklat perlu berfikir dan berusaha

menyiapkannya. Olah fisik dilakukan dengan berpindah dari kelompok

yang lain untuk memberi dan mendapatkan informasi. Peserta diklat

lebih semangat, merasa belajarnya bebas tapi pasti dan terarah. Selain

itu terdapat olah rasa. Peserta diklat akan mendapatkan makna dalam

32 Silberman, Mel dan Hidayat, Khoirudin. 2002. Op.Cit, hal. 213.

28

hatinya, perasaan nyaman atau tidak ketika berada dalam kelompok

yang berbeda-beda. Keterpaduan ini akan menjadi belajar lebih

bermakna.

c. Kerjasama yang baik dan kebermaknaan belajar

Dalam belajar yang dilaksanakan berkelompok pastilah memerlukan

kerjasama. Hal ini dilakukan dengan tujuan kelompok tersebut akan

menjadi yang terbaik. Sehingga kesan pembelajaran semakin

bermakna yang diperoleh dalam proses kerjasama dalam kelompok.

d. Merangsang peserta diklat untuk selalu bersaing sehat dalam belajar.

Tidak dapat dipungkiri dalam kelas pastilah terdapat kompetisi atau

persaingan. Dengan pembelajaran nyaman, aktif menyenangkan,

terarah dan pasti peserta didik akan merasakan telah mendapat sesuatu

yang bermanfaat untuk dirinya sehingga kebutuhannya akan belajar

merasa dipenuhi. Dengan demikian mereka terangsang untuk

mendapatkan kepuasan hati tersebut.

3. Kelemahan Firing Line

Disamping memiliki kelebihan firing line juga memiliki kelemahan,

diantaranya :

a. Memerlukan waktu yang lebih.

b. Bagi peserta diklat yang pemalu, kurang vokal dan kurang aktif (fisik)

tipe ini kurang sesuai. Sebagaimana ketentuan-ketentuan di atas yang

harus dipenuhi.

29

DAFTAR PUSTAKA

Academic Jurnal for Islamic Education, 2003. Reformasi Pendidikan Nasional,

Cirebon, STAIN.

B. Uno, Hamzah. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta : Bumi

Aksara.

Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

Sistem, Jakarta: Bumi Aksara.

Hamruni. 2009. Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif Menyenangkan,

Yogyakarta : UIN Sunan Kali Jaga.

Mustaqim dan Wahid, Abdul. 2003. Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT Rineka

Cipta.

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, 2009. UIN Malang.

Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada.

Silberman Mel, 2002. Active Learning, Yogyakarta : Pustaka Insan Madani.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : PT

Rineka Cipta.

Sunhaji, 2006. Manajemen Madrasah, Yogyakarta : Grafindo Litera Media.

Yamin Martinis, 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Ciputat :

Gaung Persada Pres

30

31