1_Pengantar MekanikaTeknik
-
Upload
rizalt-akbar -
Category
Documents
-
view
82 -
download
8
description
Transcript of 1_Pengantar MekanikaTeknik
BAB 1 PENGANTAR MEKANIKA TEKNIK
Pendahuluan
Pelajaran Mekanika Teknik, diperuntukkan untuk membahas kesetimbangan
benda. Pada pelajaran ini akan membahas tentang kesetimbangan antara lain
berhubungan dengan perubahan gaya yang tak diketahui yang bekerja pada benda.
Pengetahuan mengenai gaya adalah sangat penting untuk perhitungan-
perhitungan stabilitas dan deformasi. Gaya sebagai penyebab sebuah benda bergerak
atau berdeformasi mempunyai arah dan besaran.
Gaya juga menyebabkan terjadinya momen dan kopel dimana jika satu buah
gaya bekerja pada benda sehingga benda cenderung berputar maka disebut momen
sedangkan jika dua buah gaya disebut kopel.
Pada sebuah benda baik berupa garis lurus, garis lengkung, bidang maupun
ruang, memiliki titik berat dimana sebuah gaya berat akan bekerja.
1.1. Pengertian Mekanika Teknik
Mekanika di bagi dalam 3 bagian besar :
Gambar 1.1. Pembagian Mekanika
Mekanika benda-benda kaku di bagi lagi dalam :
Gambar 1.2. Pembagian Mekanika Teknik
Mekanika teknik (mekanika benda-benda kaku) adalah ilmu yang membahas
benda yang diam atau bergerak di bawah pengaruh/aksi gaya. Ilmu mekanika teknik
terdiri atas dua bagian, yaitu statika dan dinamika.
Mekanika
MekanikaBenda-Benda Kaku
MekanikaBenda-Benda Elastis
MekanikaFluida
Statika
MekanikaBenda-Benda Kaku
Dinamika
1
Statika, ilmu yang mempelajari kesetimbangan benda (benda dalam keadaan
diam) dibawah pengaruh gaya, sedang dinamika membahas gerakan benda.
1.2. Gaya
Gaya adalah penyebab suatu pergerakan dan deformasi suatu benda. Gaya
mempunyai besaran dan arah. Untuk mempelajarinya kita lukiskan gaya itu sebagai
sepotong garis lurus yang berpangkal sebuah titik dan berujung tanda panah yang
disebut vektor, panjangnya melukiskan besar gaya, sedangkan tanda panah
menunjukkan arah kerja gaya.
Gaya-gaya yang garis kerjanya terletak pada satu bidang datar disebut gaya
koplanar. Gaya-gaya yang garis kerjanya berpotongan pada satu titik disebut gaya
kongkuren (bertitik tangkap tunggal). Gaya-gaya yang garis kerjanya terletak pada
satu garis lurus disebut gaya Moliner.
Gambar 1.3. Besar dan Arah Gaya
1.2.1. Penjumlahan Gaya pada Bidang Datar Dengan Satu Titik Tangkap
Gambar 1.4. Beberapa Gaya Dengan Satu Titik Tangkap Pada Bidang Datar
Gaya yang bekerja dua atau lebih pada satu titik di bidang datar, ada dua
kemungkinan untuk menentukan resultan dan arah resultan. Cara pertama adalah
dengan metode poligon, untuk gambar 1.4. dapat dikerjakan dengan :
a) Menghubungkan 2 gaya pertama (FA dan FB) dengan paralelogram gaya sehingga
di dapat subresultan FR1. Kemudian FR1 ini dengan FC dihubungkan menjadi
Keterangan Gambar :L = Besarnya Gayaa = Arah GayaA = Titik tangkap (titik kerja)AB = Garis kerja gaya
2
paralelogram gaya yang baru dan resultan
inilah yang merupakan resultan dari ketiga
gaya FA , FB , dan FC.
b) Menghubungkan gaya-gaya tersebut satu
terhadap lainnya dengan skala “besar dan arah“
yang benar sehingga membentuk sebuah
polygon.
Garis penutup polygon yang
menghubungkan titik tangkap gaya ke ujung panah
gaya terakhir merupakan resultan dari ketiga gaya tersebut. Arah resultan
berlawanan dengan arah polygon FA , FB , dan FC. Urutan-urutan menempatkan
untuk membentuk rangkaian gaya itu bisa dipilih sembarangan .
Metode kedua adalah dengan pemecahan secara sistematis (metode grafis)
tetapi membutuhkan banyak waktu dan sedikit ruwet. Kita memproyeksikan gaya-
gaya pada sistim koordinat dan menghitung besar absis (nilai sumbu x) dan besar
koordinat (nilai sumbu y).
Gambar 1.6. Metode Grafis
X1 = FA cos c1 Y1 = FA sin α1
X2 = FB cos c2 Y2 = FB sin α2
X3 = FC cos c3 Y3 = FC sin α3
Fx = X1 + X2 + X3 Fy = Y1 + Y2 + Y3
1.2.2. Penjumlahan Gaya Sejajar Dalam Satu Bidang
Dua atau lebih gaya yang sejajar pada suatu benda, tidak dapat diselesaikan
dengan parallelogram gaya untuk mencari resultannya.
3
FR =
tan αR =
Gambar 1.5. Metode Polygon
Gambar 1.7. Gaya Sejajar Dalam Satu Bidang
a) Metode pertama b) Metode Kedua
Gambar 1.8. Metode Parallelogram
Perhitungan resultan gaya-gaya yang sejajar dalam satu bidang dapat pula
ditentukan dangan cara menyusun gaya-gaya tadi.
Gambar 1.9. Resultan GayaDengan Menyusun Gaya-gaya
Untuk mendapatkan titik tangkap Resultannya di pakai metode rope polygon
(lukisan kutup).
F1 F2
Fh
R1
letak R
R2
F2
F1
Fh
R
R=F1+F2
F2
F1F1
F2
letak R
R
R=F1+F2
F1 F3
F2
A B C
4
R=F1+F2+F3
R
F1
F2
F3
Gambar 1.10. Metode Rope Polygon
1.3. Gesekan
Sebuah buku yang diluncurkan diatas meja yang rata dan mendatar lajunya
akan berkurang dan akhirnya berhenti. Jelas berarti ada gaya luar dalam arah
horizontal pada buku yang arahnya berlawanan dengan gerak buku, gaya ini yang
disebut dan disebabkan oleh meja.
Gaya gesekan ini terjadi bila dua buah benda bergesekan yaitu permukaan
kedua benda bersinggungan dan benda yang satu bergerak terhadap yang lain.
Gaya-gaya gesekan selalu melawan gerak; meskipun tidak ada gerak relatif
antara dua benda yang bersinggungan, gaya gesekan dapat juga terjadi.
1.3.1. Gesekan Statis dan Gesekan Kinetik
Gaya gesek yang bekerja antara dua permukaan yang berada dalam keadaan
diam relatif satu dengan lainnya disebut gaya gesek statik. Gaya gesek statik yang
maximum adalah gaya terkecil yang menyebabkan benda bergerak.
Sekali benda mulai bergerak, gaya gesek yang bekerja akan berkurang
besarnya, sehingga untuk mempertahankan gerak lurus beraturan diperlukan gaya
yang lebih kecil.
Gaya gesek yang bekerja antara dua permukaan yang saling bergerak relatif
disebut gaya gesek kinetik.
F1
F2 F3
A B C
R
I
II III
IV
R
F1
F2
F3
1
2
3
4
5
Gaya gesek dinyatakan dengan pers.
dimana: µ = koefisien gesek
f = gaya gesek [N]
FN = gaya normal [N]
a. Besarnya gaya gesek untuk
statik adalah :
dimana : µS = koef gesek statik.
b. Besarnya gaya gesek untuk
benda yang bergerak adalah :
dimana : µK = koefisien gesek kinetik
Dibawah ini digambarkan gaya gesekan pada waktu statik maupun kinetik.
berdasarkan percobaan-percobaan empiris, dihasilkan harga koefisien gesek kering
dari statik dan kinetik pada kecepatan tertentu :
Tabel 1.1. Daftar Koefisien Gesek Statis dan Dinamis dari Beberapa Material
Bahan µS µK
Baja lamer pada baja lamer 0,74 0,57
Aluminium pada baja lumer 0,61 0,47
Tembaga pada baja lumer 0,53 0,36
Bahan µS µK
Besi tuang pada besi tuang 1,10 0,15
Bahan rem pada besi tuang 0,40 0,30
Kayu eik pada besi tuang 0,60 0,32
Batu pada besi tuang 0,45 0,22
Kulit pada besi tuang 0,60 0,56
Karet pada logam metal 0,40 0,30
Karet pada kayu 0,40 0,30
Karet pada trotoar 0,90 0,80
Kulit pada kayu 0,40 0,30
Kaca/glass pada nikel 0,78 0,56
6
Gambar 1.11. Gaya Gesek Statis dan Dinamis
GayaGesek
Gesek kinetik
Gesek statik
f
fS maks
fK
R . r = P . p + Q . q
1.4. Momen dan Kopel
1.4.1. Momen
Momen adalah sebuah gaya yang cenderung untuk
menggerakkan dan memutar benda. Momen juga sering
disebut torsi. Gambar dibawah menunjukkan satu gaya
yang bekerja pada suatu benda yang cendrung untuk
memutar benda.
Besarnya momen = Gaya kali jarak
Tanda momen (perjanjian) yang searah jarum jam
diberi tanda positif (+) dan yang berlawanan dengan
arah jarum jam diberi tanda negative (-).
1.4.2. Prinsip Momen
Prinsip momen yang terpenting adalah
menurut teori Varignon disbt principle of moment.
Theory Varignon menyatakan “momen
adalah gaya terhadap suatu titik, sama dengan
jumlah momen komponen-komponennya terhadap
titik yang sama”
1.4.3. Kopel
Kopel adalah momen yang disebabkan
oleh dua gaya yang sama dan berlawanan. Kopel
mempunyai sifat yang tunggal (unique) yaitu
momen pada semua titik akan sama dan hal ini
sangat penting dalam mekanik.
Pada gambar 1.14., gaya F dan –F jaraknya
sama dengan d, ini tidak dapat dikombinasikan
karena jumlahnya sama dengan 0, akibatnya
akan menyebabkan putaran. Kombinasi momen
terhadap 0 disebut kopel (M)
Momen terhadap titik O adalah:
7
d
0
M
F
Gambar 1.12. Momen
Gambar 1.14. Kopel
Gambar 1.13. Theory Varignon
M = gaya x jaraknya
Tanda kopel (perjanjian) yang searah jarum jam diberi tanda positif (+) dan
yang berlawanan dengan arah jarum jam diberi tanda negative (-).
Disini besarnya kopel pada setiap titik adalah sama yaitu gaya kali jarak gaya
tersebut (lengan).
1.5. Titik Berat
1.5.1. Titik Berat Garis (Gravity Centre of Lines)
1. Titik berat suatu garis lurus adalah titik pada pertengahan garis tersebut.
Gambar 1.15. Titik Berat (TB) Garis Lurus
2. Titik berat dari garis gabungan umumnya tidak terletak pada garis tersebut.
3. Titik berat dari garis gabungan yang simetris adalah selalu pada sumbu simetris.
Gambar 1.17. TB Garis Gabungan Simetris
4. Titik berat dari suatu bentuk tertentu dapat dihitung. Untuk ini digambarkan
system sumbu dalam menentukan titik beratnya.
Titik berat dari masing-masing garis yang terletak pada pertengahannya adalah
Ga, Gb, dan Gc, untuk mendapat titik berat dari keseluruhan garis tersebut dapat
dilakukan dengan metode analitis.
o G
oG
Y
X
Y
o G
8
Gambar 1.16. TB Garis Gabungan
Gambar 1.18. TB Dari Beberapa Garis Lurus
N Ln Xn Yn Ln.Xn Ln.Yn
1 40 0 20 0 800
2 30 15 0 450 0
3 60 30 30 1800 1800
∑ 130 2250 2600
1.5.2. Titik berat garis lengkung
Jika ada benda yang berbentuk garis lengkung beraturan, kita dapat
menentukan tiitk beratnya dengan cara memomenkan bagian-bagian yang kecil pada
suatu sumbu lalu dibagi dengan panjang garis tersebut.
Untuk memudahkan salah satu sumbu dibuat simetris sehingga y’=0 atau x’=0.
sedangkan untuk mencari jarak yang lain dapat memakai rumus :
x’ = atau y’ =
dengan :
y’ = jarak dari sumbu x ketitik berat.
x’ = jarak dari sumbu y ketitik berat.
R = jari-jari garis lengkung
= besarnya sudut semetri.
Gambar 1.19. TB Garis Lengkung
Untuk benda berbentuk setengah lingkaran dengan jari-
jari r dan sumbu x membagi lingkaran dengan simetri,
Sehingga :
9
αx
rα
y
αα
y
r
x
Gambar 1.20. TB ½ Lingkaran
y’ = 0
x’ = = =
jadi titik beratnya terletak pada : ( , 0 )
Untuk benda berbentuk seperempat lingkaran dengan jari-jari r dan sumbu x
membagi lingkaran dengan simetri, Sehingga :
Y’ = 0
Jadi titik beratnya
1.5.3. Titik Berat Bidang
Suatu bidang dapat dicari titik beratnya dengan cara memomenkan bidang
tersebut terhadap garis sumbu yang telah di tentukan letaknya lalu dibagi dengan
luas bidang tersebut. Pada
bidang-bidang tertentu
titik beratnya terletak
pada perpotongan garis
beratnya.
Sebuah trapesium
yang mempunyai ukuran
seperti gambar. Panjang
garis sejajar yang
terpendek 4cm panjang
garis sejajar yang terpanjang 7cm tingginya 3cm (lihat gambar), dapat ditentukan
titik beratnya dengan cara :
Titik berat suatu bidang terletak pada titik perpotongan garis berat bidang
tersebut, maka bidang tersebut dibagi menjadi dua penampang (A2 dan A1). Harga
koordinatnya adalah :
10
α
α
Gambar 1.21. TB ¼ Lingkaran
Y’
O D AX1
B
3cm
Y2
4cm
X’
X2
y 1
3cm
C
G
Gambar 1.22. Titik Berat Bidang
Dari gambar diperoleh bahwa :
A1 = OD X BC = 4 x 3 = 12 [cm2]
A2 = ½ (AD X BD) = ½ x AD x BD = ½ x 3 x 3 = 4,5 [cm2]
Luas total = A = A1 + A2 = 12 + 4,5 = 16,5 [cm2]
X1 = 2 [cm] Y1 = 1,5 [cm] dan X2 = 5 [cm] Y2 = 1,0 [cm]
Jadi titik berat trapezium adalah : G. (2,82 ; 1,36)
1.5.4. Titik Berat Benda dengan Bentuk Ruangan.
Karena benda berbentuk ruang (volume) maka titik beratnya ditinjau dari tiga
dimensi dengan memakai bidang-bidang pokok (x, y dan z)
- Untuk gambar berikut, titik berat dapat diperoleh dengan :
VI = 8x4x8 = 256 [cm3]
VII = 8x4x4 = 128 [cm3]
XI = x8 = 4 [cm]
XII = ( x4) + 4 = 6 [cm]
Y I = ( x4) + 4 = 6 [cm]
Y II = x4 = 2 [cm]
ZI = x8 = 4 [cm]
Z II = x8 = 4 [cm]
Gambar 1.23. Titik Berat Bidang
11
8 cm
Z Y
8 cm
II
4 cm
8 cm
4 cmI
X
maka titik beratnya terletak pada : (x’ , y’, z’) = (4 ; 4 ; 4)
- Untuk gambar berikut, titik berat dapat diperoleh dengan :
V1 = 8x10x6 = 480 [cm3]
V2 = .µ.42.8 = 32.π. [cm3]
X1 = .6 = 3
[cm]
X2 = .6 = 3
[cm]
Y1 = .10 = 5
[cm]
Y2 = 10 - 3 =
7 [cm]
Z1 = .8 = 4 [cm]
Z2 = .8 = 4 [cm]
Gambar 1.24. Titik Berat Bidang
jadi titik beratnya terletak pada (3; 4,47; 4) cm.
1.6. Penutup
Selesaikan soal-soal berikut ini:
1. Dua buah gaya FA = 50N dan FB = 75N bekerja pada titik O. FA membentuk
sudut 70° terhadap sumbu X positip dan FB membentuk sudut 110° terhadap
12
6 cm
8 cm
10 c
m
x
yz
33
4
3
sumbu X positip. Tentukan resultan kedua gaya tersebut dan arah resultannya,
secara analisis dan grafis.
2. Tiga buah gaya FA = 50N, FB = 75N dan FC = 90N bekerja pada titik O. FA
membentuk sudut 20° terhadap sumbu X positip, FB membentuk sudut 80°
terhadap sumbu X positip dan FC membentuk sudut 150° terhadap sumbu X
positip. Tentukan resultan ketiga gaya tersebut dan arah resultannya.
3. Tentukan resultan dan arah gaya secara polygon
4. Tentukan resultan dan arah gaya secara polygon
5. Hitung momen yang terjadi pada titik O
F1
F2
F3
F4 F5
A
F2 = 20N
C
B
F1 = 30NF3 = 40N
Panjang AB = 6cmPanjang AC = 2cm
13
o
o
F = 50kN
4m
30°x
6. Jika F1 berimpit
sumbu X positif
dan F2
membentuk
sudut 310
terhadap sumbu
X positif. Hitung
momen yang
terjadi pada titik O
7. Tentukan titik berat dari garis gabungan berikut ini :
8. Tentukan titik berat dari busur yang mempunyai sudut: 3/4 ; 5/4 ; 1/5 ;
bila jari-jarinya adalah r.
9. Tentukan letak titik berat dari gambar dibawah ini :
50
30
3030 40
40
30
150 100
400
200
800
550
14
F1 = 30kN o
F2 = 20kN
x
o
4m
10. Tangki air yang terletak diatas menara air; dimana letak titik beratnya bila tangki
tersebut penuh dengan air?
15
3 m
4 m
4 m
2 m
2 m
3 m3 m