1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

download 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

of 52

Transcript of 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    1/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang

    Motivasi memainkan peranan penting dalam proses kehidupan termasuk

    pembelajaran. Beberapa hal yang dilakukan oleh siswa yang termotivasi dalam suatu

    pembelajaran diantaranya adalah : berusaha lebih keras dan menggunakan waktu lebih

    banyak untuk mengerjakan tugas dibanding dengan siswa lainnya, membuat standar yang

    tinggi dan menekankan kemampuan, belajar untuk menyaring hal-hal negatif yang dapat

    mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajarannya, dan menggunakan strategi

    pembelajaran yang efektif, termasuk memonitor perkembangan mereka sendiri.

    Siswa akan termotivasi untuk belajar suatu bidang studi jika persepsi mereka

    tentang bidang studi tersebut adalah suatu persepsi positif. Namun persepsi positif tentu

    tidak akan datang dengan sendirinya. Banyak faktor yang membangun atau justru

    menghancurkan persepsi positif yang ada dalam diri siswa tentang suatu bidang studi,

    termasuk bidang studi fisika.

    Tidak dapat dipungkiri bahwa fisika adalah pelajaran yang paling ditakuti oleh

    siswa. Dari angket yang disebar pada 34 siswa, 97% dari mereka menyatakan bahwa fisika

    adalah pelajaran yang sulit. Dari siswa-siswa tersebut, nilai rapor mereka untuk mata

    pelajaran fisika adalah : nilai 6 sebanyak 44%, nilai 7 sebanyak 41%, dan nilai 8 sebanyak

    15%.

    Oleh karena itu, tidak heran jika selama pembelajaran fisika, siswa berada dalam

    kondisi yang bermacam-macam. Ada yang mengaku justru menggambar ketika

    pembelajaran fisika berlangsung. Ada yang mengaku malas mengerjakan tugas karena

    tugas juga hanya ditumpuk dan tidak diperiksa oleh guru. Tetapi yang paling banyak

    adalah mereka mengaku tegang selama pembelajaran fisika karena gurunya kurang

    ramah dan sering menyuruh untuk mengerjakan soal di depan. Dari survey yang dilakukan

    oleh tim famili 100, fisika menduduki peringkat kedua yang menyebabkan ketegangan

    siswa belajar di kelas.

    Mengapa fisika menjadi pelajaran yang menegangkan ? Mungkin jawaban yang

    paling pas untuk pertanyaan ini adalah kenyataan bahwa telah terjadi pergeseran paradigma

    dalam pembelajaran fisika, yaitu dari pengamatan (observasi) menjadi hitung-hitungan

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    2/52

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    3/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 3

    I.4. Manfaat Penelitian

    Dari penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan, diharapkan memberi manfaat

    berupa :

    1.Bagi guru

    Guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran fisika yang tidak hanya berorientasi

    pada hasil tapi juga proses pembelajaran. Guru dapat mengetahui metode mana yang

    paling disukai siswa untuk pembelajaran fisika kelas XI IPA.

    2.Bagi siswa

    Siswa diharapkan meningkat motivasinya sehingga tidak bosan atau tegang dalam

    belajar fisika tetapi juga tetap mampu untuk menyelesaikan soal-soal fisika hitungan

    ataupun soal-soal tentang konsep fisika.

    3.Bagi sekolahDengan meningkatnya motivasi siswa pada pelajaran fisika pada akhirnya diharapkan

    dapat meningkatkan mutu sekolah

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    4/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1. Motivasi dalam Pembelajaran

    Motivasi memainkan peranan penting dalam proses dan pencapaian hasil pembelajaran

    siswa. Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak

    sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu [1]. Guru yang sukses adalah

    guru yang memperhatikan tentang motivasi dan mengenali bahwa motivasi adalah kunci

    dari proses pembelajaran [2].

    Motivasi, secara tradisional terbagi dua [3], yaitu motivasi intrinsik dan motivasi

    ekstrinsik. Motivasi intrinsik merujuk pada melakukan sesuatu karena sesuatu itu menarik

    dan menyenangkan sementara motivasi ekstrinsik merujuk pada melakukan sesuatu karena

    sesuatu tersebut menuju pada hasil ekternal yang terpisah.

    Semua guru tentu menginginkan kelas yang penuh siswa yang termotivasi. Tapi

    kenyataannya seringkali tidak demikian. Guru harus dapat merencanakan proses

    pembelajaran yang menyenangkan dan menghadapi tugas terberat : bagaimana memotivasi

    siswa agar dapat mencapai tujuan yang dinginkan ditengah keberagaman perspektif siswa.

    Perspektif siswa dalam pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor yang biasanya

    merupakan gabungan dari stimulus yang diberikan oleh guru, orang tua dan teman sebaya

    [4]. Penerimaan siswa terhadap pendapat orang lain merupakan hal yang kompleks, tetapi

    sebelum mereka dapat menerima pendapat-pendapat tersebut mereka menganalisa dan

    mengevaluasi terhadap sistem dan prioritas mereka sendiri yang bergantung pada banyak

    faktor. Salah satunya adalah orientasi motivasi.

    Pintrich dan Schunk (2002) dalam bukunya Motivation in education:Theory, research, andapplications [5] menyebutkan beberapa hal dilakukan oleh siswa yang termotivasi untuk

    menghadapi hambatan dalam mencapai hasil belajar yang baik, yaitu :

    1.Mereka berusaha lebih keras dan menggunakan waktu lebih banyak untuk mengerjakan

    tugas dibanding dengan siswa lainnya

    2.Mereka membuat standar yang tinggi dan menekankan kemampuan

    3.Mereka belajar untuk menyaring hal-hal negatif yang dapat mempengaruhi pencapaian

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    5/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 5

    tujuan pembelajarannya.

    4.Mereka menggunakan strategi pembelajaran yang efektif, termasuk memonitor

    perkembangan mereka sendiri

    Gage & Berliner (dalam Slameto, 1995) menyarankan sejumlah cara meningkatkan

    motivasi siswa, yaitu :

    1.Pergunakan pujian verbal,

    2.Pergunakan tes dalam nilai secara bijaksana,

    3.Bangkitkan rasa ingin tahu siswa untuk mengadakan ekplorasi,

    4.Lakukan hal yang luar biasa (seperti menyusun soal tes),

    5.Memberi hadiah,

    6.Mempergunakan materi yang sudah dikenal sebagai contoh,

    7.Terapkan konsep-konsep dalam konteks yang unik dan luar biasa,8.Minta pada siswa untuk mempergunakan hal-hal yang sudah dipelajari sebelumnya,

    9.Mempergunakan simulasi dan permainan, memberi kewenangan pada siswa untuk

    berlaku positif (seperti meminta siswa mewakili sekolah dalam kegiatan lomba

    ilmiah),

    10.Memperkecil hal-hal yang tidak menyenangkan (seperti duduk terlalu lama),

    11.Guru hendaknya memahami dan mengawasi suasana sosial di lingkungan sekolah, dan

    12.Guru hendaknya memahami hubungan guru dan siswa.

    II.2. Mata Pelajaran fisika

    Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejalagejala alam dan interaksi gejala

    gejala alam itu [6]. Mata pelajaran Fisika dalam kurikulum SMA tahun 2006 juga terdiri

    atas konsep-konsep. Konsep didefinisikan sebagai pikiran atau ide, termasuk segala

    sesuatu yang berhubungan secara logis pada suatu kategori [7]. Belajar konsep terjadi

    apabila individu berhadapan dengan berbagai fakta atau data yang kemudian ditafsirkan ke

    dalam suatu pengertian [8]. Belajar konsep merujuk pada aktivitas individu dalam

    memahami sesuatu benda, proses, gejala, aturan dan pengalaman melalui proses mengenal

    ciricirinya dan contohcontohnya. Pemahaman tersebut selanjutnya dapat digunakan oleh

    individu dalam memahami halhal sama atau hampir sama dalam lingkup yang lebih luas.

    Salah satu konsep fisika yang dipelajari di SMA adalah Momentum dan impuls dan rotasi

    benda tegar. Materi inilah yang diteliti.

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    6/52

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    7/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 7

    atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi

    tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

    Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap

    pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya

    mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan

    mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian,

    siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara

    kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan (Lie, A., 1994) [11].

    Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi

    (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan

    kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk

    menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari

    sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

    Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur seperti

    gergaji. Menurut Arends (1997), langkah-langkah penerapan model pembelajaran

    Jigsaw dalam matematika, yaitu:

    1. Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4 6 orang

    2. Masing-masing kelompok mengirimkan satu orang wakil mereka untuk membahas

    topik, wakil ini disebut dengan kelompok ahli

    3. Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling

    membantu untuk menguasai topik tersebut

    4. Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok

    masing-masing, kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya

    5. Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang telah

    didiskusikan

    Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw

    memiliki beberapa kelebihan yaitu:

    1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli yang

    bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    8/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 8

    2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat

    3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan

    berpendapat.

    Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu :

    1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol

    jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar

    memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota

    kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru

    mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.

    2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan mengalami

    kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untukmengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian

    memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat

    tersampaikan secara akurat.

    3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.

    Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang

    menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.

    4. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses

    pembelajaran.

    2.Metode Diskusi Informasi

    Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi

    kesempatan kepada siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan

    perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau

    menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah [10] .

    Terdapat berbagai jenis diskusi, yaitu : whole grup, buzz group, panel, sundicate group,

    brain storming group, simposium, informal debate, colloquium, dan fish bowl. Jenis

    diskusi yang dipakai dalam penelitian ini adalah whole group, dimana kelas merupakan

    satu kelompok diskusi [10].

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    9/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 9

    Metode diskusi sangat cocok apabila guru hendak :

    1.Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa

    2.Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan kemampuannya

    3.Mendapat balikan dari siswa, apakah tujuan telah tercapai

    4.Membantu siswa belajar berfikir kritis

    5.Membantu siswa belajar menilaikemampuan dan peranan diri sendiri maupun

    teman-temannya

    6.Membantu siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah yang

    dilihat, baik dari pengalaman sendiri maupun dari pelajaran sekolah

    7.Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut

    3.Metode Praktikum

    Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pembelajaran dimana siswa

    melakukan percobdj164015( )2.12.16436(s)-1.2312(w)1.57319(a)13.7483( )250]TJ-279.645 -20.6

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    10/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 10

    3.Kalau organisasi sajian harus disesuaikan dengan sifat penerima

    4.Bila perlu membangkitkan minat

    5.Kalau bahan cukup diingat sebentar

    6.Untuk memberi pengantar atau petunjuk bagi format lain

    Metode ceramah hanya cocok untuk hal-hal berikut :

    1.Kalau tujuan belajar bukan perolehan informasi

    2.Untuk retensi jangka panjang

    3.Untuk bahan yang kompleks, terinci dan abstrak

    4.Kalau keterlibatan siswa penting bagi pencapaian tujuan

    5.Bila tujuan bersifat kognitif tingkat tinggi

    6.Bila tingkat kemampuan dan pengalaman siswa kurang7.Bila tujuan untuk mengubah sikap dan menanamkan nilai-nilai

    8.Bila tujuan untuk mengembangkan psikomotor

    5.Metode Demonstrasi

    6.Demonstrasi sebagai metode mengajar adalah bahwa seorang guru, atau seorang

    demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan

    kepada seluruh kelas suatu proses [10].

    Adapun beberapa keuntungan metode demonstasi adalah :

    1.Perhatian siswa dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting bagi

    pengajar.

    2.Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca

    atau mendengarkan keterangan guru, sebab siswa memperoleh persepsi yang jelas

    dari hasil pengamatannya.

    3.Bila siswa turut aktif melakukan demonstrasi, maka siswa akan memperoleh

    pengalaman praktek untuk mengembangkan kecakapan dan keterampilan.

    4.Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan siswa akan dapat dijawab waktu

    mengamati proses demonstrasi.

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    11/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 11

    7.Metode Pemecahan masalah (problem solving)

    Menurut Sriyono (dalam Suprapto, 2004), metode pemecahan masalah adalah suatu cara

    pembelajaran dengan menghadapkan siswa kepada suatu masalah untuk dipecahkan

    atau diselesaikan [13].

    Dalam pemecahan masalah siswa didorong dan diberi kesempatan seluas-luasnya untuk

    berinisiatif dan berfikir sistematis dalam menghadapi suatu masalah dengan

    menerapkan pengetahuan yang didapat sebelumnya.

    Menurut Polya dan Pasmep (dalam Fajar Shadiq:2004) beberapa strategi pemecahan

    masalah antara lain:

    1. Mencoba-coba

    Strategi ini biasanya digunakan untuk mendapatkan gambaran umum pemecahan

    masalah (trial and error). Proses mencoba-coba ini tidak akan selalu berhasil,

    adakalanya gagal. Proses mencoba-coba dengan menggunakan suatu analisis yang

    tajam sangat dibutuhkan pada penggunaan strategi ini.

    2. Membuat diagram

    Strategi ini berkait dengan pembuatan sket atau gambar untuk mempermudah

    memahami masalah dan mempermudah mendapatkan gambaran umum

    penyelesaiannya. Dengan strategi ini, hal-hal yang diketahui tidak sekedar

    dibayangkan namun dapat dituangkan ke atas kertas.

    3. Mencobakan pada soal yang lebih sederhana

    Strategi ini berkait dengan penggunaan contoh-contoh khusus yang lebih mudah dan

    lebih sederhana, sehingga gambaran umum penyelesaian masalah akan lebih mudah

    dianalisis dan akan lebih mudah ditemukan.

    4. Membuat tabel

    Strategi ini digunakan untuk membantu menganalisis permasalahan atau jalan pikiran

    , sehingga segala sesuatunya tidak hanya dibayangkan saja.

    5. Menemukan pola

    Stategi ini berkait dengan pencarian keteraturan-keteraturan. Keteraturan yang sudah

    diperoleh akan lebih memudahkan untuk menemukan penyelesaian masalahnya.

    6. Memecah tujuan

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    12/52

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    13/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 13

    10.Partisipasi dalam kelompok belajar

    11.Etika dalam menyampaikan pendapat

    Oleh karena itu, tiap indikator akan dianalisis dalam bentuk diagram batang dalam bentuk

    perbandingan dari siklus 1 dan siklus 2.

    Selain dari indikator di atas, menurut Gage & Berliner (dalam Slameto, 1995) salah satu

    cara meningkatkan motivasi siswa adalah dengan mempergunakan tes dalam bentuk nilai

    secara bijaksana [10]. Hal ini sangat berkaitan dengan fakta bahwa tes dan nilai dipakai

    sebagai dasar berbagai hadiah sosial, seperti penerimaan lingkungan, pekerjaan yang baik

    dan sebagainya. Oleh karena itu, siswa belajar bahwa ada keuntungan yang diasosiakan

    dengan nilai yang tinggi. Dengan demikian memberikan tes dan nilai mempunyai efek

    dalam memotivasi siswa untuk belajar.

    Yang perlu digarisbawahi adalah tes dan nilai harus dipakai secara bijaksana, yaitu untuk

    memberikan informasi pada siswa dan untuk penilaian penguasaan dan kemajuan siswa,

    bukan untuk menghukum atau membanding-bandingkan satu siswa dengan siswa lainnya.

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    14/52

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    15/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 15

    2.Siswa dengan nomor urut kesatu pada masing-masing kelompok membuat suatu

    kelompok baru yang disebut kelompok ahli I dan menyelesaikan persoalan fisika

    yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh guru (lihat lampiran 2).

    3.Langkah kedua diulangi lagi untuk siswa dengan nomor urut kedua, ketiga dan

    keempat pada masing-masing kelompok membentuk kelompok ahli II, III dan IV,

    sehingga setiap kelompok ahli beranggotakan 9 orang.

    4.Masing-masing kelompok ahli berdiskusi untuk menyelesaikan persoalan fisika

    yang diberikan.

    5.Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar keluar kelas dan kembali ke

    kelompok masing-masing di kelas, kemudian menjelaskan materi kepada rekan

    kelompoknya.

    2.Pertemuan KeduaPertemuan kedua adalah lanjutan dari kegiatan pembelajaran pada pertemuan

    pertama. Pada pertemuan kedua ini, guru meminta 4 orang siswa dari tiap kelompok

    ahli untuk mempresentasikan penyelesaian persoalan fisika yang telah mereka

    lakukan pada pertemuan pertama.

    Setelah keempat siswa ini mempresentasikan hasil kerja mereka, guru memberi

    penguatan pada hasil yang telah baik dan perbaikan pada hasil yang belum baik.

    Beberapa peristiwa impuls dan momentum yang berkenaan dengan peristiwa sehari-

    hari dicobakan, seperti peristiwa memantulnya bola.

    3.Pertemuan Ketiga

    Pertemuan ketiga adalah ujian blok. Guru membagikan lembar soal dan siswa

    mengerjakan soal-soal tersebut. Soal yang dikerjakan siswa dapat dilihat pada

    lampiran 4.a.

    Hasil-hasil yang didapat dari siklus 1 menjadi dasar bagi perbaikan pada siklus 2

    Tabel 4.2. Siklus 2

    pert.ke tanggal jlh jam materi Metode

    1 16/01/2010 2 x 45' momen gaya/torsi dan momen inersia partikel praktikum

    2 20/01/2010 2 x 45'momen inersia benda tegar, momentum sudut,

    katrol ceramah

    3 22/01/2010 3 x 35' Energi kinetik rotasi, menggelinding demonstasi

    4 27/01/2010 2 x 45'keseimbangan partikel, momen kopel,koordinat titik tangkap resultan gaya

    problemsolving

    5 29/01/2010 3 x 35' titik berat dan jenis keseimbangan praktikum

    6 03/02/2010 2 x 45' problem solving (bahas soal)problemsolving

    7 05/02/2010 3 x 35' ulangan blok tes

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    16/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 16

    Siklus 2 terdiri atas 7 kali pertemuan

    1.Pertemuan Pertama :

    Dalam pertemuan pertama, metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah

    metode praktikum. Adapun uraian kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

    1.Guru membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4-5 orang siswa.

    Seharusnya kelompok yang digunakan adalah kelompok lama (kelompok jigsaw),

    tetapi karena keterbatasan alat praktikum, maka kelompok 9 harus dilebur ke

    kelompok lain, sehingga seluruh kelompok berjumlah 8 kelompok. Nama-nama

    anggota kelompok dapat dilihat pada lampiran 7.

    2.Masing-masing perwakilan tiap kelompok mengambil alat dan bahan yang telah

    disediakan berupa neraca pegas, paku, busur derajat, mistar dan lembar kerja

    (lihat lampiran 5.a)3.Secara berkelompok siswa melakukan praktikum berdasarkan panduan dari

    lembar kerja dimana tiap kelompok melakukan praktikum tentang momen

    gaya/torsi dengan menggunakan pintu masing-masing.

    4.Setelah melakukan praktikum, siswa kembali ke tempat duduknya, tetapi tetap

    berkelompok.

    5.Guru membahas hasil percobaan yang telah dilakukan siswa.

    6.Setelah mereview tentang momen gaya/torsi, guru memberi penjelasan sebentar

    tentang momen inersia partikel.

    7.Guru lalu membagikan lembar soal tentang momen inersia partikel (lihat

    lampiran 8)

    8.siswa kembali bekerja sama menyelesaikan persoalan fisika tentang momen

    inersia partikel.

    9.Bersama-sama siswa, guru membahas persoalan fisika tentang momen inersia

    partikel tersebut.

    10.Pembelajaran dilanjutkan dengan tes akhir (lihat lampiran 9)

    2.Pertemuan Kedua

    Materi pada pertemuan kedua adalah lanjutan dari kegiatan pembelajaran pada

    pertemuan pertama, yaitu tentang momen inersia benda tegar. Pada pertemuan kedua

    ini, guru memakai metode ceramah yang dilengkapi dengan contoh soal.

    Adapun uraian kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    17/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 17

    1.Guru menjelaskan tentang momen inersia benda tegar dan dilanjutkan dengan

    contoh soal. Siswa menyimak penjelasan guru.

    2.Guru menjelaskan tentang momentum sudut dan dilanjutkan dengan contoh

    soal.

    3.Guru menjelaskan tentang katrol dan dilanjutkan dengan contoh soal.

    4.Selama memberikan penjelasan dan contoh soal, guru secara aktif

    mempersilahkan siswa untuk langsung bertanya kepada guru jika menemui

    kesulitan atau mengulang bagian yang masih dirasa belum jelas.

    5.Kesulitan yang ditemui siswa dibahas kembali secara bersama-sama di depan

    kelas.

    3.Pertemuan Ketiga

    Pada pertemuan ketiga, guru menggunakan metode demonstrasi dan materinyaadalah tentang gerak menggelinding dan energi kinetik rotasi.

    Adapun uraian kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

    1.Guru melemparkan 2 pertanyaan (lihat lampiran 10)

    2.Siswa diminta untuk menjawab pertanyaan tersebut (soal nomor 1 dan 2) secara

    individual.

    3.Setelah jawaban diserahkan, guru mendemonstrasikan soal fisika nomor 1 dan 2

    tersebut, sehingga siswa bisa menilai sendiri benar atau tidaknya jawaban

    mereka.

    4.Siswa melanjutkan menjawab soal nomor 3, 4 dan 5 dengan mengacu pada soal

    nomor 1 dan 2.

    4.Pertemuan Keempat

    Pada pertemuan keempat, guru menggunakan metode problem solving dan materinya

    adalah tentang keseimbangan partikel, momen kopel, dan koordinat titik tangkap

    resultan gaya.

    Adapun uraian kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

    1.Guru membagikan lembar soal fisika (lihat lampiran 11)

    2.Siswa diminta untuk menjawab soal tersebut secara bersama-sama dengan

    teman sebangkunya. Siswa diberi kebebasan untuk menjawab soal yang

    dianggap mudah terlebih dahulu, baru kemudian menyelesaikan yang sulit.

    3.Soal yang tidak dapat dikerjakan, lalu dibahas secara bersama-sama dalam

    diskusi kelas.

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    18/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 18

    5.Pertemuan kelima

    Pada pertemuan kelima, guru kembali menggunakan metode praktikum dan

    materinya adalah tentang titik berat dan jenis keseimbangan benda.

    Adapun uraian kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

    1.Kelompok yang dipakai adalah kelompok pertama yang berjumlah 8 kelompok.

    Nama-nama anggota kelompok dapat dilihat pada lampiran 7.

    2.Masing-masing perwakilan tiap kelompok mengambil alat dan bahan yang telah

    disediakan berupa benda luasan (benda tidak beraturan dan benda beraturan),

    benang, pemberat, mistar, paku biasa dan paku payung (lihat lampiran 5.b)

    3.Secara berkelompok, siswa melakukan praktikum sesuai dengan langkah kerja di

    lembar kerja

    4.Guru memonitor kerja siswa. Kelompok siswa yang menemukan kesulitan dalammelakukan praktikum dapat berkonsultasi langsung dengan guru.

    5.Setelah selesai melakukan praktikum, siswa mengumpulkan hasil kerja praktikum

    mereka secara berkelompok.

    6.Pertemuan keenam

    Pada pertemuan keenam, guru kembali menggunakan metode problem solving dan

    materinya adalah seluruh materi yang telah diajarkan.

    Adapun uraian kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

    1.Guru membagikan lembar soal fisika (lihat lampiran 12)

    2.Siswa diminta untuk menjawab soal tersebut secara bersama-sama dengan teman

    sebangkunya. Siswa diberi kebebasan untuk menjawab soal yang dianggap

    mudah terlebih dahulu, baru kemudian menyelesaikan yang sulit.

    3.Soal yang tidak dapat dikerjakan, lalu dibahas secara bersama-sama dalam

    diskusi kelas.

    7.Pertemuan ketujuh

    Siswa mengerjakan soal ujian blok berjumlah 6 soal pilihan ganda dan 5 soal essay

    (lihat lampiran 13)

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    19/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 19

    III.3. Pengamatan dan Refleksi Kegiatan

    Siklus 1

    1.Pertemuan Pertama :

    Pada awalnya siswa bingung dengan teknik pelaksanaan metode jigsaw ini. Namun

    setelah guru menjelaskan secara detil jalannya pelaksanaan teknik ini, barulah siswa

    mengerti, karena siswa belum pernah sama sekali diajarkan dengan menggunakan

    metode ini.

    Setelah mereka mengerti tentang cara pelaksanaan metode jigsaw ini, mereka

    menyebar ke luar kelas secara berkelompok dan menentukan sendiri tempat yang

    kondusif untuk dapat menyelesaikan persoalan fisika untuk kelompok ahli masing-

    masing. Mereka membawa buku cetak, alat tulis dan kalkulator ke luar kelas.

    Untuk sepuluh menit pertama, tampak anggota kelompok ahli mengerjakan soal

    masing-masing masih secara individual. Guru dan kolaboran mengingatkan mereka

    bahwa soal harus selesai dikerjakan dalam waktu 45 menit. Anggota kelompok

    menanggapi hal ini dengan reaksi berbeda. Ada yang tetap mengerjakan soal secara

    sendiri-sendiri, tetapi ada juga yang aktif dengan memberi instruksi kepada teman-

    temannya agar masing-masing mengerjakan satu soal, sehingga seluruh soal yang

    berjumlah 4 soal selesai dikerjakan dengan waktu yang lebih singkat dibanding

    dengan kelompok yang anggotanya mengerjakan soal secara sendiri-sendiri. Disini

    guru dapat menilai siswa mana yang berpartisipasi aktif dalam kelompok dan siswa

    mana yang pasif. Guru juga dapat menilai etika mereka dalam menyampaikan

    pendapat.

    Selama kegiatan pembelajaran kelompok ahli di luar kelas ini, lebih banyak siswa

    yang aktif bertanya, dibandingkan dengan pembelajaran biasa di dalam kelas,terutama untuk soal-soal yang memiliki kemiripan dengan contoh soal yang ada di

    buku cetak. Pada umumnya mereka bertanya tentang benar tidaknya penyelesaian

    soal yang telah mereka kerjakan dan bagaimana penyelesaian dari soal-soal yang

    dianggap sulit.

    Setelah selesai, masing-masing kelompok ahli menyerahkan hasil penyelesaian

    kelompoknya. Sebagian besar kelompok ahli telat atau tidak tepat waktu dalam

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    20/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 20

    mengumpulkan hasil penyelesaian kelompoknya, sehingga pembelajaran di luar

    kelas yang direncanakan berjalan 45 menit, menjadi 60 menit. Setelah masuk kelas,

    kemudian siswa kembali ke kelompok awal yang terdiri atas 4 orang anggota. Di

    kelompok lama ini, masing-masing anggota menjadi sang ahli bagi anggota yang

    lain, sehingga mereka saling mengajari untuk tiap materi tumbukan. Dalam

    kelompok lama ini tampak bahwa siswa yang cerdas dan aktif cenderung

    mendominasi jalannya diskusi. Sementara itu, siswa yang kurang cerdas terlihat

    tidak percaya diri untuk menjelaskan materi, namun mau tidak mau ia harus

    menjelaskan materi ahli yang telah dipelajarinya di luar kelas pada 3 temannya yang

    lain. Hanya satu kelompok yang diskusinya berjalan seru. Semua anggota kelompok

    bersemangat untuk dapat menjelaskan sebaik-baiknya kepada 3 temannya yang lain.

    Tetapi sebagian besar kelompok yang lain, anggotanya hanya menyalin tugas darisang ahli tanpa bertanya apapun, sehingga di tidak terjadi diskusi di kelompoknya,

    bahkan ada yang tidak mencatat sama sekali.

    Setelah kegiatan pembelajaran selesai, guru meminta siswa untuk menyatakan

    pendapat mereka tentang metode jigsaw. Hampir keseluruhan menyatakan bahwa

    mereka menyukai metode jigsaw, tetapi beberapa menyatakan waktu yang diberikan

    kurang lama. Ada yang menyatakan bahwa anggota kelompoknya kurang aktif dan

    ada juga yang memberikan usul membangun, seperti melakukan metode jigsaw di

    tempat yang kondusif seperti perpustakaan.

    Guru kemudian mengumumkan bahwa akan ditentukan 4 orang siswa dari tiap

    kelompok ahli yang dipilih secara acak untuk mempresentasikan penyelesaian fisika

    yang telah mereka kerjakan.

    2.Pertemuan Kedua

    Pada pertemuan kedua ini, Guru meminta 4 orang siswa dari tiap kelompok ahli

    mempresentasikan penyelesaian persoalan fisika tentang momentum dan 3 jenis

    tumbukan yang telah mereka lakukan pada pertemuan pertama. 5 menit pertama,

    tidak ada siswa yang mau mengajukan diri untuk maju ke depan dan

    mempresentasikan hasil kelompok ahlinya. Guru harus memacu motivasi mereka

    dahulu, seperti mengumumkan kelompok yang diskusinya paling seru dari kegiatan

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    21/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 21

    pembelajaran pada pertemuan pertama. Pada akhirnya ada 4 siswa yang mau

    mengajukan diri untuk mempresentasikan hasil mereka.

    Siswa pertama mempresentasikan hasil kelompok ahli mereka. Ada beberapa konsep

    yang harus diperbaiki, tetapi guru mempersilahkan siswa tersebut untuk tetap

    mempresentasikan materinya sampai selesai, baru kemudian guru memperbaiki

    konsep-konsep yang kurang tepat. Hal tersebut berlanjut sampai siswa keempat. Ada

    yang canggung dalam mempresentasikan, ada yang berbicara sangat cepat dalam

    presentasinya, tapi ada juga yang menyelingi presentasinya dengan humor sehingga

    siswa-siswa yang lain tidak merasa tegang.

    Setelah keempat siswa ini mempresentasikan hasil kerja mereka, guru memberi

    penguatan pada hasil yang telah baik, perbaikan pada hasil yang belum baik dan

    membahas secara klasikal pertanyaan-pertanyaan yang banyak diajukan siswa

    tentang materi impuls dan momentum ini, terutama setelah adanya percobaan.

    Pembelajaran ditutup dengan pemberian pekerjaan rumah untuk siswa.

    3.Pertemuan Ketiga

    Pertemuan ketiga adalah ujian blok yang terdiri atas 9 soal pilihan ganda (lihat

    lampiran 4.a). Dalam mengerjakan soal-soal ini siswa cenderung tidak mengerjakan

    secara berurutan. Mereka mengerjakan soal-soal konsep atau soal hitungan yang

    sederhana terlebih dahulu, baru mengerjakan soal yang membutuhkan perhitungan

    yang lebih lama.

    Hasil yang didapat pada siklus 1 belum seperti apa yang diharapkan. Siswa belum dapat

    dikatakan termotivasi. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh terlalu luasnya

    materi sedangkan waktu pertemuan hanya 3 kali. Untuk itu perlu diadakan siklus 2.

    Siklus 2

    1.Pertemuan Pertama

    Metode yang digunakan pada pertemuan pertama adalah metode praktikum. Masing-

    masing perwakilan tiap kelompok mengambil alat dan bahan yang telah disediakan

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    22/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 22

    berupa neraca pegas, paku, busur derajat, mistar, meteran dan lembar kerja. Semua

    alat awalnya dalam keadaan rapih.

    5 menit pertama, siswa hanya membaca langkah kerja dan berusaha memahami apa

    yang harus dilakukan. Beberapa siswa mencoba untuk menggunakan alat dan bahan

    yang ada. Beberapa yang lain mengukur lengan momen dengan menggunakan

    meteran, namun ada juga siswa yang tidak berminat dalam pelajaran, sehingga iseng

    menggunakan meteran untuk kegiatan yang sama sekali tidak ada hubungannya

    dengan praktikum, sehingga guru harus mendemonstrasikan bagaimana cara

    mengambil sebuah data dari alat yang sudah ada.

    Setelah melihat bagaimana data didapatkan, siswa meneruskan sendiri mengambil

    data dari percobaan yang telah dilakukan sampai semua tabel berisi data-data yang

    dimaksud.

    Sementara siswa mengambil data, guru dan kolaboran berkeliling untuk memantau

    prosedur dan data praktikum yang didapat oleh siswa. Dari 8 kelompok yang ada, 4

    kelompok mengikuti prosedur percobaan dengan benar sehingga data yang didapat

    juga sesuai dengan teori, sementara 4 kelompok yang lain harus mengulang percobaan

    atau menelusuri perhitungan mana yang menyebabkan data yang mereka ambil tidak

    sesuai dengan teori. Ternyata, 4 kelompok ini sudah mendapatkan data percobaan

    dengan benar, tetapi tidak faham bahwa data yang digunakan bukanlah data mentah

    dari percobaan, tetapi data yang sudah diolah dalam perhitungan. Terlihat disini siswa

    telah mulai dapat berpatisipasi dan bekerjasama dalam kegiatan praktikum, tetapi

    masih agak sungkan untuk bertanya pada guru. Sebagian besar lebih memilih bertanya

    pada teman. Setelah kegiatan praktikum, alat dikembalikan. Alat yang dikembalikan

    sudah dalam keadaan bermacam-macam. Ada yang rapih, tapi kebanyakannya tidak

    lagi serapih seperti pada saat peminjaman.

    Pembelajaran dilanjutkan dengan penjelasan tentang momen inersia partikel dan

    pembagian lembar soal tentang materi tersebut. Siswa kembali harus bekerja sama

    menyelesaikan persoalan fisika ini. Terlihat disini siswa makin kompak dalam

    bekerjasama untuk menyelesaikan soal-soal fisika tersebut. Bersama-sama siswa, guru

    membahas persoalan fisika tentang momen inersia partikel tersebut dan pembelajaran

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    23/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 23

    dilanjutkan dengan tes akhir.

    Terlihat sekali dari tes akhir, bahwa siswa yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan

    praktikum dan diskusi dapat mengerjakan tes akhir dengan baik, sementara siswa

    yang tidak, terlihat bingung dalam mengerjakan soal-soal tes akhir tersebut.

    2.Pertemuan Kedua

    Pertemuan kedua diisi dengan memakai metode ceramah yang dilengkapi dengan

    contoh soal. Faktor yang menyebabkan dipilihnya metode ceramah ini adalah karena

    semua materi dalam pertemuan kedua ini membutuhkan penjelasan dan penurunan

    rumus yang cukup panjang dari guru, dimana materi-materi tersebut adalah tentang

    momen inersia benda tegar, momentum sudut dan katrol.

    Dari hasil pengamatan guru dan kolaboran, pada saat menjelaskan momen inersia

    dengan menggunakan metode ceramah ini siswa cenderung bosan apalagi dengan

    penurunan rumus yang panjang. Bahkan hanya sebagian kecil siswa mencatat,

    selebihnya hanya melihat penjelasan guru. Setelah guru memerintahkan untuk

    mencatat, barulah sebagian besar mencatat penurunan rumus tersebut, sedangkan yang

    mengajukan pertanyaan hanya beberapa orang.

    Pertanyaan mulai banyak ketika guru menghadirkan contoh soal pada pembelajaran.

    Dengan adanya contoh soal, beberapa siswa mulai tertarik dan menanyakan beberapa

    kaitan dengan penurunan rumus yang telah dijelaskan.

    Setelah materi pertama, untuk penjelasan 2 materi berikutnya, guru lebih mudah untuk

    menarik perhatian siswa, karena siswa telah mengetahui bahwa untuk penyelesaian

    contoh soal berikutnya, penurunan dan penjelasan guru sangat dibutuhkan.

    Setelah menjelaskan materi dan penurunan rumus, guru membahas kembali kesulitan

    yang ditemui siswa secara bersama-sama di depan kelas.

    3.Pertemuan Ketiga

    Pada pertemuan ketiga, guru menggunakan metode demonstrasi dan materinya adalah

    tentang gerak menggelinding dan energi kinetik rotasi.

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    24/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 24

    Guru membawa 4 macam benda ke dalam kelas, yaitu 2 buah selotip, dimana satu

    berfungsi sebagai silinder pejal dan yang lain sebagai silinder berongga dengan cara

    memasukkan plastisin diantara celahnya. Dua benda yang lain adalah sebuah bola

    bekel dan sebuah silinder berongga. Untuk lebih jelasnya, gambar benda dapat dilihat

    pada lampiran 12. Guru juga membawa lembar soal, dimana lembar soal ini

    dimaksudkan agar siswa lebih jelas terhadap persoalan fisika yang dimaksudkan oleh

    guru.

    Guru membuka pelajaran dengan meminta siswa untuk menjawab pertanyaan secara

    individual tentang benda mana yang sampai di tanah lebih dahulu jika digelindingkan.

    Mereka cukup menjawab dengan memberikan alasan logis tanpa harus memakai

    rumus.

    Beberapa siswa membaca buku cetak dan buku catatannya, berharap agar menemukan

    jawaban dari pertanyaan tersebut. Beberapa tampak bingung, beberapa yang lain

    tampak berpikir, sementara ada juga siswa yang menyelesaikan dengan cepat dan

    tampak penasaran dengan jawaban mana yang benar.

    Setelah jawaban diserahkan, guru mendemonstrasikan soal fisika tersebut. Kelas

    menjadi riuh ketika demonstrasi dilakukan. Siswa yang jawabannya benar segera

    meneriakkan kesenangan mereka begitu mengetahui jawabannya benar. Beberapa

    yang jawabannya salah tampak lesu, namun ikut gembira dengan melihat tingkah

    polah temannya yang jawabannya benar.

    Guru lalu meminta beberapa siswa yang jawabannya benar untuk menjelaskan

    fenomena fisis itu terjadi. Beberapa menjawab dengan alasan yang benar, sementara

    yang lain hanya menebak. Guru lalu memberi penjelasan menurut pendekatan fisika

    dan rumus tentang fenomena gerak menggelinding tersebut. Siswa terlihat antusias.Hal ini telihat dengan banyaknya siswa yang bertanya dan mencatat penjelasan guru

    tanpa harus diminta. Hal yang guru cermati disini adalah dengan metode demonstrasi,

    keadaan kelas tidak hanya menjadi hidup, tetapi juga pembelajaran dapat berlangsung

    dengan baik.

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    25/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 25

    4.Pertemuan Keempat

    Pada pertemuan keempat, guru menggunakan metode problem solving. Materi pada

    pertemuan ini adalah tentang keseimbangan partikel, momen kopel, dan koordinat

    titik tangkap resultan gaya.

    Pada pertemuan keempat ini, siswa diminta untuk menjawab soal tersebut secara

    bersama-sama dengan teman sebangkunya. Tampak kerjasama dengan teman

    sebangku lebih mudah dilakukan karena, mereka telah terbiasa bersosialisasi dengan

    teman sebangku. Namun masalah timbul ketika siswa dan teman sebangkunya adalah

    siswa-siswa yang berkemampuan kurang dalam belajar ilmu eksak, terutama fisika.

    Oleh karena itu, guru selalu memberi peluang pada siswa untuk dapat

    mengembangkan kerjasama dengan teman lain yang tempat duduknya dekat, dimana

    teman ini lebih bisa dalam pelajaran fisika. Jika dari sini siswa tetap mendapat

    kesulitan dalam penyelesaian soal, guru membahas soal tersebut secara klasikal,

    sehingga seluruh soal dapat diselesaikan.

    5.Pertemuan Kelima

    Pertemuan kelima kembali diisi dengan menggunakan metode praktikum sedangkan

    materinya adalah tentang titik berat dan jenis keseimbangan benda. Praktikum kali ini

    siswa lebih aktif dari praktikum-praktikum sebelumnya. Nampak semua anggota

    kelompok tidak hanya diam, tetapi berkerja sama melakukan praktikum. Nampak

    disini, sebagian besar siswa laki-laki sibuk melakukan praktikum, sementara siswa

    perempuan sibuk melakukan kalkulasi/perhitungan. Siswa yang kelompoknya

    menemui kesulitan tidak sungkan lagi untuk bertanya kepada guru. Setelah bertanya

    pada guru, kelompok ini melanjutkan percobaan dan perhitungannya. Ada juga yang

    anggota kelompoknya tidak bertanya pada guru, tetapi terjadi perdebatan yang cukupseru di kelompoknya mengenai penentuan titik berat benda luasan tersebut.

    Beberapa yang sudah selesai mencobakan titik berat tersebut memakai paku payung

    dan menemukan bahwa titik berat benda yang didapat dari percobaan bergeser jauh

    dari yang didapat dari perhitungan. Siswa-siswa yang penasaran dengan hal ini

    memilih untuk mengakhiri perdebatan dan bertanya pada guru.

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    26/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 26

    Guru berkeliling mendatangi kelompok siswa satu persatu dan mengecek dari dekat

    perhitungan mana yang menyebabkan kesalahan.

    Ternyata, seluruh kelompok yang berjumlah 8 kelompok salah dalam perhitungan

    menentukan titik berat bangun luasan tersebut. Sebagain besar disebabkan oleh mereka

    menentukan titik berat tersebut tidak dari koordinat asal, yaitu dari garis sumbu X dan

    sumbu Y. Akibatnya, hasil perhitungaan dan percobaan mereka tidak sama.

    Guru kemudian membimbing kelompok-kelompok ini satu demi satu untuk dapat

    menentukan dan menghitung titik berat denda dengan benar. Setelah menentukan titik-

    titik tersebut dengan benar, barulah hasil percobaan dan perhitungan merujuk pada hasil

    yang sama.

    Setelah selesai melakukan praktikum, siswa mengumpulkan hasil kerja praktikum

    mereka secara berkelompok.

    6.Pertemuan Keenam

    Pada pertemuan keenam, guru kembali menggunakan metode problem solving dan

    materinya adalah seluruh materi yang telah diajarkan. Hal ini dimaksudkan agar siswa

    dapat terbiasa dalam menyelesaikan soal fisika. Satu jam pertama dari pembelajaran

    (kurang lebih 45 menit), siswa asyik menyelesaikan soal. Sebagian besar siswa

    memilih untuk mengerjakan soal-soal tersebut bersama-sama dengan teman

    sebangkunya, sehingga soal dapat cepat terselesaikan. Mereka juga memilih untuk

    menyelesaikan soal yang dianggap mudah terlebih dahulu, baru kemudian soal yang

    sulit. Ketika soal yang dikerjakan tidak lagi bisa dijawab bersama-sama dengan teman

    sebangkunya, siswa menanyakan hal tersebut kepada guru dan guru membahas soal

    tersebut dengan siswa yang lain secara klasikal.

    7.Pertemuan ketujuh

    Pertemuan ketujuh adalah ujian blok yang terdiri atas 11 soal, 6 soal pilihan ganda

    dan 5 soal essay (lihat lampiran 13.a dan 13.b). Soal sengaja dibuat kelompok A dan

    B untuk menghindari kecurangan dengan teman sebangku. Dalam mengerjakan soal-

    soal ujian blok ini siswa tampak lebih siap dibanding ujian blok pada siklus 1. Seperti

    biasa, mereka mengerjakan soal-soal konsep atau soal hitungan yang sederhana

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    27/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 27

    terlebih dahulu, baru mengerjakan soal yang membutuhkan perhitungan yang lebih

    lama. Sebagain besar memulai dengan menyelesaiakn soal yang materinya baru saja

    diajarkan, yaitu tentang keseimbangan benda tegar, baru dilanjutkan dengan materi

    dinamika rotasi

    III.4. Teknik Pengumpulan Data

    Data diperoleh dari hasil pengamatan, angket dan ujian blok dari siklus pertama dan kedua,

    dimana bentuk penilaian adalah sebagai berikut :

    Penilaian Kognitif

    Jenis : Ujian blok

    Bentuk : pilihan ganda dan essay

    Penilaian Respon :

    1. Jenis : angket

    Bentuk : Check-list

    2. Jenis : pengamatan

    Bentuk : Check-list

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    28/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 28

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    IV.1. Analisis Data Penilaian Minat dan Motivasi Setelah Siklus 1 dan 2

    Motivasi siswa, sesuai dengan pedoman khusus pengembangan silabus dan penilaian dari

    Depatemen Pendidikan Nasional [15], ditentukan dari hal-hal berikut :

    1.Kehadiran di kelas

    2.Bertanya di kelas

    3.Ketepatan waktu kumpul tugas

    4.Kerapihan buku catatan

    5.Kelengkapan buku catatan

    6.Membaca buku yang relevan di perpustakaan

    7.Kelengkapan buku referensi

    8.Partisipasi dalam kegiatan praktikum

    9.Kerapihan laporan praktikum

    10.Partisipasi dalam kelompok belajar

    11.Etika dalam menyampaikan pendapat

    Seluruh indikator dinilai dari pengamatan, kecuali indikator tentang membaca buku di

    perpustakaan dan etika dalam menyampaikan pendapat ditanyakan langsung pada siswa

    yang bersangkutan dalam bentuk angket.

    Setelah melakukan pembelajaran dari siklus 1, didapat data berupa hasil penilaian motivasi

    seperti pada lampiran 14. Sedangkan setelah pembelajaran dari siklus 2, didapat data

    seperti pada lampiran 15.

    Data dianalisa dengan membandingkan tiap indikator sesudah pembelajaran dari siklus 1

    dan siklus 2, serta perbandingan persentase secara total.

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    29/52

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    30/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 30

    2. ertanya di kelas

    Untuk indikator bertanya di kelas, guru mencatat nama siswa yang bertanya di kelas

    tiap kali pertemuan. Setelah satu siklus, guru memasukkannya dalam range sebagai

    berikut :

    Tidak pernah (1) jika tingkat keseringan siswa tersebut bertanya dalam satu siklus

    adalah 5 %, Pernah (2) jika tingkat keseringan siswa tersebut bertanya dalam satu

    siklus adalah 5 % sampai 10 %, Jarang (3) jika tingkat keseringan siswa tersebut

    bertanya dalam satu siklus adalah 10 % sampai 40 %, Sering (4) jika siswa tesebut

    bertanya sekitar 40 % sampai 80 % dalam 1 siklus tersebut, Selalu (5) jika tingkat

    keseringan siswa tersebut bertanya dalam satu siklus adalah 80 % sampai 100 %.

    Perbandingan persentase siswa yang bertanya setelah siklus 1 dan 2 dapat dilihat pada

    grafik berikut :

    Gambar 4.2. Grafik perbandingan tingkat keseringan siswa bertanya setelah siklus 1

    dan 2

    Dari Tabel 4.2. dapat dilihat bahwa :

    Pada siklus 1, sebanyak 83 % dari seluruh siswa tidak pernah bertanya dan 17 %

    dikategorikan sering bertanya (range 40 % sampai 80 %).

    Sedangkan setelah siklus 2, siswa yang tidak pernah bertanya turun menjadi 17 %,

    pernah bertanya menjadi 14 % dan yang jarang bertanya (range 10 % sampai 40 %)

    menjadi 44 %. Di siklus 2 ini terjadi kenaikan, dimana siswa yang sering bertanya

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    31/52

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    32/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 32

    Sedangkan setelah siklus 2, siswa yang tidak pernah tepat waktu menjadi 0 %, jarang

    tepat waktu sekitar 8 % (range 10 % sampai 40 %), sering tepat waktu (range 40 %

    sampai 80 %) sekitar 33 % dan yang selalu tepat waktu (range 80 % sampai 100 %)

    menjadi 59 %. Di siklus 2 ini terjadi kemajuan, dimana siswa yang kumpul tugas tidak

    pernah tepat waktu dari 42 % turun menjadi 0 % pada siklus 2. Dengan kata lain,

    setelah pembelajaran dengan metode yang bervariasi, kebiasaan siswa kumpul tugas

    tidak tepat waktu dapat dihilangkan sama sekali.

    Hal ini telah sesuai dengan indikator siswa yang termotivasi dalam suatu

    pembelajaran, yaitu berupa mereka belajar untuk menyaring hal-hal negatif yang dapat

    mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajarannya. Dalam kasus ini, hal negatif

    tersebut adalah meminimalisir kebiasaan kumpul tugas tidak tepat waktu (Pintrich, P.

    R., & Schunk, D. H, 2002).

    4.Kerapihan buku catatan

    Untuk indikator kerapihan buku catatan, guru meminta siswa mengumpulkan buku

    catatannya pada saat pertemuan terakhir dari tiap siklus sebelum ujian blok, yaitu pada

    pertemuan ketiga dari siklus 1 dan pada pertemuan ketujuh dari siklus 2.

    Range rapih atau tidaknya catatan siswa tersebut adalah sebagai berikut :Sangat tidak rapih (1) jika tingkat kerapihan catatan siswa tersebut 5 %,

    Tidak rapih(2) jika tingkat kerapihan catatan siswa tersebut adalah 5 % sampai 10 %,

    Agak rapih (3) jika tingkat kerapihan catatan siswa tersebut adalah 10 % sampai 40 %,

    Cukup rapih (4) jika tingkat kerapihan catatan siswa tersebut adalah 40 % sampai 80

    %

    Sangat rapih (5) jika tingkat kerapihan catatan siswa tersebut adalah 80 % sampai 100

    %.

    Perbandingan kerapihan buku catatan siswa dari siklus 1 dan 2 dapat dilihat pada

    grafik berikut :

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    33/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 33

    Gambar 4.4. Grafik perbandingan kerapihan buku catatan siswa setelah siklus 1 dan 2

    Dari Tabel 4.4. dapat dilihat bahwa :

    Pada siklus 1, sebanyak 3 % dari seluruh siswa catatannya sangat tidak rapih, 44 %

    dikategorikan tidak rapih, 44 % rapih, dan 9 % catatannya agak rapih.

    Sedangkan setelah siklus 2, siswa yang catatannya sangat tidak rapih menjadi 0 %, 9

    % dikategorikan tidak rapih, 11 % agak rapih, dan 33 % catatannya cukup rapih dan

    47 % termasuk pada siswa yang catatannya sangat rapih

    Hal ini telah sesuai dengan indikator siswa yang termotivasi dalam suatu

    pembelajaran, yaitu mereka menggunakan strategi pembelajaran yang efektif, dimana

    belajar dapat menjadi efektif jika catatan yang digunakan adalah catatan yang rapih

    (Pintrich, P. R., & Schunk, D. H, 2002).

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    34/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 34

    5.Kelengkapan buku catatan

    Untuk indikator kelengkapan buku catatan, guru menilai lengkap atau tidaknya

    catatan siswa dengan range sebagai berikut :

    Sangat tidak lengkap (1) jika tingkat kerapihan catatan siswa tersebut 5 %,

    Tidak lengkap(2) jika tingkat kerapihan catatan siswa tersebut adalah 5 % sampai 10

    %,

    Agak lengkap (3) jika tingkat kerapihan catatan siswa tersebut adalah 10 % sampai 40

    %,

    Cukup lengkap (4) jika tingkat kerapihan catatan siswa tersebut adalah 40 % sampai

    80 %

    Sangat lengkap (5) jika tingkat kerapihan catatan siswa tersebut adalah 80% sampai

    100%

    Perbandingan tingkat kelengkapan buku catatan siswa dari siklus 1 dan 2 dapat dilihat

    pada grafik berikut :

    Gambar 4.5. Grafik perbandingan kelengkapan buku catatan siswa setelah siklus 1 dan

    2

    Dari Tabel 4.5. dapat dilihat bahwa :

    Pada siklus 1, sebanyak 36 % dari seluruh siswa catatannya sangat tidak lengkap, 53

    % dikategorikan tidak lengkap, 3 % agak lengkap , dan 8 % catatannya cukup lengkap.

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    35/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 35

    Sedangkan setelah siklus 2, siswa yang catatannya tidak lengkap menjadi 0 % , agak

    lengkap 14 %, cukup lengkap 28 % dan dikategorikan sangat lengkap lengkap 58 %.

    Hal ini telah sesuai dengan indikator siswa yang termotivasi dalam suatu

    pembelajaran, yaitu mereka menggunakan strategi pembelajaran yang efektif, dimana

    belajar dapat menjadi efektif jika catatan yang digunakan adalah catatan yang lengkap

    (Pintrich, P. R., & Schunk, D. H, 2002).

    6.Membaca buku yang relevan di perpustakaan

    Untuk indikator membaca buku di perpustakaan, guru langsung menanyakan pada

    siswa yang bersangkutan, dengan range sebagai berikut :

    Tidak pernah (1) jika tingkat keseringan siswa tersebut membaca buku yang relevan di

    perpustakaan adalah 5 %, Pernah (2) jika tingkat keseringan siswa tersebut

    membaca buku yang relevan di perpustakaan adalah 5 % sampai 10 %, Jarang (3) jika

    tingkat keseringan tersebut adalah 10 % sampai 40 %, Sering (4) jika sekitar 40 %

    sampai 80 %, dan Selalu (5) jika tingkat keseringan siswa membaca buku yang relevan

    di perpustakaan dalam satu siklus adalah 80 % sampai 100 %.

    Perbandingan tingkat keseringan siswa dalam membaca buku yang relevan di

    perpustakaan selama siklus 1 dan 2 dapat dilihat pada grafik berikut :

    Gambar 4.6. Grafik perbandingan tingkat keseringan siswa membaca buku referensi di

    perpustakaan setelah siklus 1 dan 2

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    36/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 36

    Dari Tabel 4.6. dapat dilihat bahwa :

    Pada siklus 1, sebanyak 81 % dari seluruh siswa tidak pernah membaca buku yang

    relevan di perpustakaan, 8 % dikategorikan pernah membaca buku yang relevan di

    perpustakaan, 3 % jarang dan 8 % sering membaca buku yang relevan di perpustakaan.

    Sedangkan pada siklus 2, siswa yang tidak pernah membaca buku yang relevan di

    perpustakaan turun menjadi 0 %, 17 % dikategorikan pernah membaca buku yang

    relevan di perpustakaan, 53 % jarang, 19 % sering dan 11 % selalu membaca buku

    yang relevan di perpustakaan.

    Hal ini telah sesuai dengan indikator siswa yang termotivasi dalam suatu

    pembelajaran, yaitu mereka berusaha lebih keras dan menggunakan waktu lebih

    banyak untuk mengetahui tentang pembelajaran tersebut, dalam hal ini dengan cara

    membaca buku yang relevan dengan pembelajaran fisika di perpustakaan (Pintrich, P.

    R., & Schunk, D. H, 2002).

    7.Kelengkapan buku referensi

    Untuk indikator kelengkapan buku referensi, guru menilai lengkap atau tidaknya

    buku referensi siswa dengan range sebagai berikut :

    Tidak ada (1) jika tidak ada buku sama sekali,

    Tidak lengkap(2) jika ada 1 buku,

    Agak lengkap (3) jika ada 2 buku,

    Cukup lengkap (4) jika ada 3 buku,

    Sangat lengkap (5) jika 4 buku.

    Perbandingan tingkat kelengkapan buku referensi siswa dari siklus 1 dan 2 dapat

    dilihat pada grafik berikut :

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    37/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 37

    Gambar 4.7. Grafik perbandingan kelengkapan buku referensi siswa setelah siklus 1

    dan 2

    Dari Tabel 4.7. dapat dilihat bahwa :

    Pada siklus 1, sebanyak 14 % dari seluruh siswa buku referensinya tidak ada, 11 %

    dikategorikan tidak lengkap, 42 % agak lengkap , dan 33 % buku referensinya cukup

    lengkap.

    Sedangkan pada siklus 2, siswa yang buku referensinya tidak ada tetap 14 %, 11 %

    dikategorikan tidak lengkap, 45 % agak lengkap , dan 22 % buku referensinya cukup

    lengkap dan siswa yang buku referensinya dikategorikan sangat lengkap 8 %.

    Hal ini telah sesuai dengan indikator siswa yang termotivasi dalam suatu

    pembelajaran, yaitu mereka menggunakan strategi pembelajaran yang efektif, dalam

    hal ini yaitu dengan cara mempunyai buku referensi yang lengkap (Pintrich, P. R., &

    Schunk, D. H, 2002).

    8.Partisipasi dalam kegiatan praktikum

    Untuk indikator partisipasi dalam kegiatan praktikum, guru menilai tingkat

    keseringan siswa berpartisipasi dalam kegiatan praktikum di pertemuan kedua pada

    siklus 1 dan di pertemuan pertama dan kelima pada siklus 2, dengan range sebagai

    berikut :

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    38/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 38

    Tidak pernah (1) jika tingkat keseringan siswa tersebut berpartisipasi dalam kegiatan

    praktikum adalah 5 %, Pernah (2) jika tingkat keseringan siswa tersebut

    berpartisipasi dalam kegiatan praktikum adalah 5 % sampai 10 %, Jarang (3) jika

    tingkat keseringan tersebut adalah 10 % sampai 40 %, Sering (4) jika sekitar 40 %

    sampai 80 %, dan Selalu (5) jika tingkat keseringan siswa tingkat keseringan siswa

    tersebut berpartisipasi dalam kegiatan praktikum dalam satu siklus adalah 80 %

    sampai 100 %.

    Perbandingan tingkat partisipasi siswa dalam kegiatan praktikum selama siklus 1 dan 2

    dapat dilihat pada grafik berikut :

    Gambar 4.8. Grafik perbandingan tingkat partisipasi siswa dalam kegiatan praktikum

    selama siklus 1 dan 2

    Dari Tabel 4.8. dapat dilihat bahwa :

    Pada siklus 1, sebanyak 64 % dari seluruh siswa tidak berpartisipasi dalam kegiatan

    praktikum, dan 36 % dikategorikan sering berpartisipasi dalam kegiatan praktikum.

    Sedangkan pada siklus 2, siswa yang tidak berpartisipasi dalam kegiatan praktikum

    sebanyak turun menjadi 6 %, 28 % dikategorikan jarang berpartisipasi dalam kegiatan

    praktikum, 42 % sering, dan 25 % selalu berpartisipasi dalam kegiatan praktikum.

    Hal ini telah sesuai dengan indikator siswa yang termotivasi dalam suatu

    pembelajaran, yaitu berupa manifestasi melalui partisipasi dalam suatu aktivitas, yaitu

    berpartisipasi dalam kegiatan praktikum (Slameto, 1995).

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    39/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 39

    9.Kerapihan laporan praktikum

    Untuk indikator kerapihan laporan praktikum, guru menilai rapih atau tidaknya

    laporan praktikum siswa secara berkelompok dengan range sebagai berikut :

    Sangat tidak rapih (1) jika laporan praktikum kelompok siswa tersebut 5 %,

    Tidak rapih(2) jika laporan praktikum kelompok siswa tersebut adalah 5 % sampai

    10 %,

    Agak rapih (3) jika laporan praktikum kelompok siswa tersebut adalah 10% sampai

    40%,

    Cukup rapih (4) jika laporan praktikum kelompok siswa tersebut adalah 40% sampai

    80%

    Sangat rapih (5) jika laporan praktikum kelompok siswa tersebut 80% sampai 100%

    Perbandingan tingkat kerapihan laporan praktikum siswa dari siklus 1 dan 2 dapat

    dilihat pada grafik berikut :

    Gambar 4.9. Grafik perbandingan kerapihan laporan praktikum kelompok siswa

    setelah siklus 1 dan 2

    Dari Tabel 4.9. dapat dilihat bahwa :

    Pada siklus 1, sebanyak 3 % dari seluruh siswa laporan kelompoknya sangat tidak

    rapih, 22 % dikategorikan tidak rapih, 47 % agak rapih, dan 28 % catatannya cukup

    rapih.

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    40/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 40

    Sedangkan setelah siklus 2, siswa yang laporan praktikum kelompoknya sangat tidak

    rapih menjadi 0 %, 11 % dikategorikan cukup rapih, dan 75 % laporan praktikum

    kelompoknya cukup rapih dan 14 % termasuk pada kategori sangat rapih.

    Hal ini telah sesuai dengan indikator siswa yang termotivasi dalam suatu

    pembelajaran, yaitu mereka membuat standar yang tinggi dalam pembelajaran fisika

    tersebut dalam bentuk rapihnya laporan praktikum kelompok mereka (Pintrich, P. R.,

    & Schunk, D. H, 2002).

    10.Partisipasi dalam kelompok belajar

    Untuk indikator partisipasi dalam belajar kelompok, guru menilai tingkat keseringan

    siswa berpartisipasi dalam kegiatan belajar kelompok di pertemuan pertama pada

    siklus 1 dan di pertemuan keempat dan keenam pada siklus 2, dengan range sebagai

    berikut :

    Tidak pernah (1) jika tingkat keseringan siswa tersebut berpartisipasi dalam kegiatan

    belajar kelompok adalah

    5 %, Pernah (2) jika tingkat keseringan siswa tersebutberpartisipasi dalam kegiatan belajar kelompok adalah 5 % sampai 10 %, Jarang (3)

    jika tingkat keseringan tersebut adalah 10 % sampai 40 %, Sering (4) jika sekitar 40 %

    sampai 80 %, dan Selalu (5) jika tingkat keseringan siswa tersebut berpartisipasi dalam

    kegiatan belajar kelompok adalah 80 % sampai 100 %.

    Perbandingan tingkat partisipasi siswa dalam kegiatan belajar kelompok selama siklus

    1 dan 2 dapat dilihat pada grafik berikut :

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    41/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 41

    Gambar 4.10. Grafik perbandingan tingkat partisipasi siswa dalam kegiatan kelompok

    selama siklus 1 dan 2

    Dari Tabel 4.10. dapat dilihat bahwa :

    Pada siklus 1, sebanyak 64 % dari seluruh siswa tidak berpartisipasi dalam kegiatan

    praktikum, dan 36 % dikategorikan sering berpartisipasi dalam kegiatan praktikum.

    Sedangkan pada siklus 2, siswa yang jarang berpartisipasi dalam kegiatan praktikum

    sebanyak 22 %, 47 % dikategorikan sering berpartisipasi dalam kegiatan praktikum,

    42 % sering, dan 31 % selalu berpartisipasi dalam kegiatan praktikum

    Hal ini telah sesuai dengan indikator siswa yang termotivasi dalam suatu

    pembelajaran, yaitu berupa manifestasi melalui partisipasi dalam suatu aktivitas, yaitu

    berpartisipasi dalam kegiatan kelompok (Slameto, 1995).

    11.Etika dalam menyampaikan pendapat

    Untuk indikator beretika dalam menyampaikan pendapat, guru langsung

    menanyakan pada siswa yang bersangkutan, dengan range sebagai berikut :

    kasar (1) jika tingkat etika siswa tersebut dalam menyampaikan pendapat adalah 5

    %, agak sopan (2) jika tingkat etika siswa tersebut dalam menyampaikan pendapat

    adalah 5 % sampai 10 %, sopan (3) jika tingkat etika siswa tersebut dalam

    menyampaikan pendapat adalah 10 % sampai 40 %, cukup sopan (4) jika sekitar 40 %

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    42/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 42

    sampai 80 %, dan sangat sopan (5) jika tingkat etika siswa tersebut dalam

    menyampaikan pendapat adalah 80 % sampai 100 %.

    Perbandingan tingkat etika siswa tersebut dalam menyampaikan pendapat selama

    siklus 1 dan 2 dapat dilihat pada grafik berikut :

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    43/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 43

    Dalam bentuk persentase total,

    Tabel 4.1. Tabel Penilaian Jumlah Siswa yang termotivasi setelah Siklus 1

    kategori Jumlah siswa [orang] Persentase [%]

    kurang termotivasi [C] 15 41,67

    cukup termotivasi [B] 18 50,00

    sangat termotivasi [A] 3 8,33

    Jumlah 36 100

    Tabel 4.2. Tabel Penilaian Jumlah Siswa yang termotivasi setelah Siklus 2

    kategori Jumlah siswa [orang] Persentase [%]

    kurang termotivasi [C] 0 0,00

    cukup termotivasi [B] 14 38,89

    sangat termotivasi [A] 22 61,11

    Jumlah 36 100

    Dari Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 dapat dibuat grafik berikut :

    Gambar 4.12. Grafik persentase jumlah siswa yang termotivasi

    setelah siklus 1 dan 2

    Dari Tabel 4.1, Tabel 4.2. dan Gambar 4.12. di atas diketahui bahwa dari siklus 1,

    persentase siswa yang kurang termotivasi sebanyak 41,67 %, cukup termotivasi sebanyak

    50 %, dan yang sangat termotivasi hanya sebanyak 8,33 %.

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    44/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 44

    Dengan metode pembelajaran yang bervariasi ternyata dapat meningkatkan motivasi siswa,

    dimana siswa yang kurang termotivasi menjadi tidak ada (0 %), persentase siswa yang

    cukup termotivasi menjadi 39 % dan persentase siswa yang sangat termotivasi naik

    menjadi 61 %.

    Tabel 4.3. Kategori siswa setelah siklus 2 dan siklus 1

    Setelah siklus 2 Setelah siklus 1

    No. Nama skor kategori skor kategori

    1 Adri W. M A Sangat termotivasi C Cukup termotivasi

    2 Amelia Yustira A Sangat termotivasi C kurang termotivasi

    3 Anisah Febriana A Sangat termotivasi C Cukup termotivasi

    4 Apriadi A Sangat termotivasi C Cukup termotivasi

    5 Ayu Humairo A Sangat termotivasi C kurang termotivasi

    6 Bakri A Sangat termotivasi B Cukup termotivasi

    7 Dastelly A Sangat termotivasi B kurang termotivasi

    8 Dedy Mulyana B Cukup termotivasi C Cukup termotivasi9 Fadillah B Cukup termotivasi C kurang termotivasi

    10 Febriana B cukup termotivasi B Cukup termotivasi

    11 Gustian A. F A Sangat termotivasi B Cukup termotivasi

    12 Hendri A Sangat termotivasi A sangat termotivasi

    13 Herlina B cukup termotivasi C kurang termotivasi

    14 Lidya Nur M A Sangat termotivasi B Cukup termotivasi

    15 M. Rizky W A Sangat termotivasi B Cukup termotivasi

    16 M. Ridwan Yudha B cukup termotivasi B Cukup termotivasi

    17 M. Prasetyadi A Sangat termotivasi B Cukup termotivasi

    18 M. Samirin B cukup termotivasi B Cukup termotivasi

    19 Mona K A Sangat termotivasi A sangat termotivasi

    20 M. Dimas F B cukup termotivasi B Cukup termotivasi

    21 M. Syukri F A Sangat termotivasi C kurang termotivasi

    22 Maslikul H A Sangat termotivasi C cukup termotivasi

    23 Naini Agusta A.F B cukup termotivasi C Cukup termotivasi

    24 Nengsih B cukup termotivasi C kurang termotivasi

    25 Nova Sri Rayahu B cukup termotivasi B Cukup termotivasi

    26 Nur Adilla Julita A Sangat termotivasi A sangat termotivasi

    27 Pitri Zalia B cukup termotivasi B Cukup termotivasi

    28 Rika Damayanti A Sangat termotivasi C kurang termotivasi

    29 Rose Gustiana B cukup termotivasi B Cukup termotivasi

    30 Sari Wulandari A Sangat termotivasi B Cukup termotivasi

    31 Septiana W B cukup termotivasi C cukup termotivasi

    32 Septo Irawan B cukup termotivasi C kurang termotivasi

    33 Syahidah F A Sangat termotivasi B Cukup termotivasi

    34 Tommy Satrio A Sangat termotivasi B Cukup termotivasi

    35 Yuliana A Sangat termotivasi B Cukup termotivasi

    36 Winda Widya S A Sangat termotivasi B Cukup termotivasi

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    45/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 45

    Dari Tabel 4.3 di atas diketahui bahwa setelah selesai pembelajaran fisika dari siklus 1 dan

    2, terjadi peningkatan kategori siswa yaitu sebagai berikut :

    1.Ada 4 orang Siswa yang kurang termotivasi menjadi cukup termotivasi

    2.Ada 5 orang Siswa yang kurang termotivasi menjadi sangat termotivasi

    3.Ada 14 orang Siswa yang cukup termotivasi menjadi sangat termotivasi

    Sehingga total keseluruhan siswa yang meningkat motivasinya adalah sebesar 23 orang

    siswa dari jumlah keseluruhan 36 siswa atau sebanyak 64 %.

    Sedangkan siswa yang berada pada kategori tetap adalah sebagai berikut :

    1.Ada 10 orang siswa yang tetap berada pada kategori cukup termotivasi

    2.Ada 3 orang siswa yang tetap berada pada kategori sangat termotivasi

    Sehingga total keseluruhan siswa yang kategorinya tetap adalah sebesar 13 orang siswadari jumlah keseluruhan 36 siswa atau sebanyak 36 %.

    Hal ini menunjukkan bahwa dengan metode pembelajaran yang bervariasi, persentase

    jumlah siswa yang termotivasi menjadi naik.

    IV.2. Analisis Data Ujian Blok dari siklus 1 dan 2

    Ulangan blok yang digunakan pada siklus 1 berbentuk pilihan ganda dengan jumlah soal 9

    butir. Adapun materi yang diujikan adalah konsep momentum dan impuls dan diadakan

    pada pertemuan ketiga di siklus 1 pada tanggal 9 Desember 2009.

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    46/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 46

    Tabel 4.3. Tabel Nilai Ujian blok setelah Siklus 1

    NO NAMASOAL NOMOR skor Nilai ketuntasan

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 N ya tidak

    1 Adri W. M 1 1 1 1 1 556

    2 Amelia Yustira 1 1 1 333

    3 Anisah Febriana 1 1 222

    4 Apriadi 1 1 1 1 1 1 667

    5 Ayu Humairo 1 1 1 333

    6 Bakri 1 1 222

    7 Dastelly 1 1 1 333

    8 Dedy Mulyana 1 1 1 1 1 1 667

    9 Fadillah 1 1 1 1 1 556

    10 Febriana 1 1 1 1 1 556

    11 Gustian A. F 1 1 1 1 444

    12 Hendri 1 111

    13 Herlina 1 1 1 1 1 1 1 778

    14 Lidya Nur M 1 1 222

    15 M. Rizky W 1 1 1 1 1 556 16 M. Ridwan Yudha 1 1 1 1 444

    17 M. Prasetyadi 1 1 1 333

    18 M. Samirin 1 1 1 333

    19 Mona K 1 1 1 1 1 1 1 778

    20 M. Dimas F 1 1 1 1 1 1 667

    21 M. Syukri F 1 1 1 3 33

    22 Maslikul H 1 1 1 333

    23 Naini Agusta A.F 1 1 1 1 1 1 1 778

    24 Nengsih 1 1 1 333

    25 Nova Sri Rayahu 1 1 1 1 1 556

    26 Nur Adilla Julita 1 1 1 1 1 1 1 1 8 89 27 Pitri Zalia 1 1 1 1 1 1 1 778

    28 Rika Damayanti 1 1 222

    29 Rose Gustiana 1 1 1 333

    30 Sari Wulandari 1 1 222

    31 Septiana W 1 1 1 333

    32 Septo Irawan 1 1 1 333

    33 Syahidah F 1 1 1 333

    34 Tommy Satrio 1 1 1 1 444

    35 Yuliana 1 1 222

    36 Winda Widya S 1 1 1 1 1 1 1 778

    Jumlah 9 27

    Adapun ulangan blok yang digunakan pada siklus 2 berbentuk pilihan ganda dengan

    jumlah soal 6 pilihan ganda dan 5 essay. Adapun materi yang diujikan adalah konsep

    dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar dan diadakan pada pertemuan ketujuh di

    siklus 2 pada tanggal 7 Februari 2010.

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    47/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 47

    Tabel 4.4. Tabel Nilai Ujian blok setelah Siklus 2

    NO NAMASOAL NOMOR skor Nilai ketuntasan

    1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 N ya tidak

    1 Adri W. M 1 1 2 1 3 3 3 1470

    2 Amelia Yustira 1 1 1 3 630

    3 Anisah Febriana 1 1 2 3 3 3 13 65

    4 Apriadi 1 1 1 1 13 3 3 14 70

    5 Ayu Humairo 1 1 1 2 1,5 3 2,5 1260

    6 Bakri 1 1 1 1 2 3 3 3 1575

    7 Dastelly 1 1 2 3 2 945

    8 Dedy Mulyana 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1365

    9 Fadillah 1 1 3 525

    10 Febriana 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1365

    11 Gustian A. F 1 1 1 1 1 3 1 3 3 1575

    12 Hendri 1 1 1 1 2 1 3 3 1365

    13 Herlina 1 1 1 1 3 3 1050

    14 Lidya Nur M 1 1 1 1 3 3 1050

    15 M. Rizky W 1 1 1 1 1 3 3 1 1260 16 M. Ridwan Yudha 1 1 1 1 1 1 2 3 3 1470

    17 M. Prasetyadi 1 1 1 2 1 3 3 12 60

    18 M. Samirin 1 1 1 1 1 1 3 3 1 1365

    19 Mona K 1 1 1 1 2 1 3 3 2 1575

    20 M. Dimas F 1 1 1 1 1 3 3 3 1470

    21 M. Syukri F 1 1 1 1 1 2 32 12 60

    22 Maslikul H 1 1 1 2 1 3 945

    23 Naini Agusta A.F 1 1 3 3 840

    24 Nengsih 1 2 1 3 3 1050

    25 Nova Sri Rayahu 1 1 1 1 3 3 3 1365

    26 Nur Adilla Julita 1 1 1 1 1 3 2 3 3 3 19 95 27 Pitri Zalia 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 14 70

    28 Rika Damayanti 1 1 1 1 3 3 3 1365

    29 Rose Gustiana 1 1 1 2,5 0,5 3 3 1260

    30 Sari Wulandari 1 1 1 1 1 3 3 3 1470

    31 Septiana W 1 2 2 3 840

    32 Septo Irawan 1 1 1 1 1 2 3 3 1 1470

    33 Syahidah F 1 1 1 1 2 2 3 3 1470

    34 Tommy Satrio 1 1 1 1 1 2 1 3 3 1470

    35 Yuliana 1 1 2 2 3 3 1260

    36 Winda Widya S 1 1 1 2 2 3 3 3 1680

    Jumlah 27 9

    Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari siklus 1, jumlah siswa yang mencapai lebih dari

    ketuntasan minimum ( 60) adalah hanya sebanyak 9 orang atau hanya 25 %, sedangkan

    27 orang yang lain atau 75 % tidak mencapai ketuntasan minimum.

    Dari Tabel 4.4 di atas, dengan dipakainya metode pembelajaran yang lebih bervariasi dapat

    meningkatkan jumlah siswa yang mencapai lebih dari ketuntasan minimum ( 60) adalah

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    48/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 48

    sebanyak 27 orang atau 75 %, sedangkan yang tidak mencapai ketuntasan minimum hanya

    tinggal 9 orang atau 25 %.

    Hal ini nyata menunjukkan bahwa siswa yang termotivasi dalam suatu pembelajaran akan

    menekankan kemampuanya dalam pembelajaran tersebut (Pintrich, P. R., & Schunk, D. H,

    2002), sehingga nilai mereka secara otomatis juga meningkat.

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    49/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 49

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    V.1. KESIMPULAN

    Dari analisis data diatas didapat kesimpulan sebagai berikut :

    1. Dengan metode pembelajaran yang bervariasi ternyata dapat meningkatkan motivasi siswa,

    dimana persentase siswa yang kurang termotivasi dari 41,67 % menjadi dapat ditiadakan (0

    %), persentase siswa yang cukup termotivasi sebanyak 50 % menjadi 39 % dan persentase

    siswa yang sangat termotivasi naik dari 8,33% menjadi 61 %, dengan rincian total

    keseluruhan siswa yang kategorinya tetap (sangat termotivasi menjadi tetap sangat termotivasi

    dan cukup termotivasi tetap cukup termotivasi) adalah sebesar 13 orang siswa dari jumlah

    keseluruhan 36 siswa atau sebanyak 36 %, sedangkan total keseluruhan siswa yang meningkat

    motivasinya (dari kategori cukup termotivasi menjadi sangat termotivasi dan kategori kurang

    termotivasi menjadi cukup atau bahkan sangat termotivasi) adalah sebesar 23 orang siswa dari

    jumlah keseluruhan 36 siswa atau sebanyak 64 %. Hal ini menunjukkan bahwa dengan

    metode pembelajaran yang bervariasi, persentase jumlah siswa yang termotivasi menjadi naik.

    2. Setelah selesai penelitian diidentifikasi beberapa indikator siswa yang termotivasi dalam

    pembelajaran fisika menjadi meningkat, yaitu menyaring hal-hal negatif yang dapat

    mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajarannya (berupa meminimalisir kebiasaan kumpul

    tugas tidak tepat waktu), menggunakan strategi pembelajaran yang efektif (mempunyai

    catatan yang lengkap dan rapih, serta mempunyai buku referensi yang lengkap), berusaha

    lebih keras dan menggunakan waktu lebih banyak untuk mengetahui tentang pembelajaran

    tersebut (membaca buku yang relevan dengan pembelajaran fisika di perpustakaan),

    berpartisipasi aktif dalam kegiatan praktikum dan kerja kelompok, membuat standar yang

    tinggi dalam pembelajaran fisika dalam bentuk rapihnya laporan praktikum kelompok serta

    dapat memonitor perkembangan dan kemajuan siswa itu sendiri dengan cara bertanya jika

    mereka belum faham tentang pelajaran tersebut dan berlaku lebih baik yaitu beretika dalam

    menyampaikan pendapat dalam pembelajaran fisika.

    3. Nilai siswa sebagai konsekuensi dari naiknya motivasi siswa juga mengalami kemajuan,

    dimana jumlah siswa yang mencapai lebih dari ketuntasan minimum ( 60) naik dari hanya

    sebanyak 9 orang atau hanya 25 % menjadi 27 orang atau 75 %. Hal ini menunjukkan bahwa

    dengan digunakannya metode pembelajaran siswa yang bervariasi, bukan hanya motivasi

    siswa yang naik, tetapi juga konsekuensinya akan berimbas pada nilai siswa tersebut.

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    50/52

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    51/52

    Laporan PTK Amalia, M. P. Fis, MAN 1 Palembang 51

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php. Diakses tanggal 15 Maret 2010.

    [2] Brooks, David W dan Duane F. Shell. Working Memory, Motivation, and Teacher-

    Initiated Learning. Journal of Science Education and Technology, Vol. 15, No. 1,

    March 2006. (2006)

    [3] Barbuto, J.E. & Scholl, R.W. Motivation sources inventory: Development and

    validation of new scales to measure an integrative taxonomy of motivation.

    Psychological Reports, 82, 1011Y1022. (1998).

    [4] Spaulding, C.L. Motivation in the Classroom. McGraw Hill: New York. (1992).

    [5] Pintrich, P. R., & Schunk, D. H. Motivation in education : Theory, research, and

    applications (2nd ed.). Upper Saddle River, NJ: Merrill/Prentice Hall. (2002).

    [6] Kanginan, Marthen. Fisika SMU Kelas I Caturwulan 1. Jakarta: Erlangga, (1994).

    [7] Sinolungan, A. E. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Toko Gunung

    Agung, (1997).

    [8] Winataputra, Udin S dan Tita Rosita. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Departemen

    Pendidikan dan Kebudayaan, (1994).

    [9] Noddings, N. Critical lessons: What our schools should teach. New York: Cambridge

    University Press. (2006).

    [10] Hasibuan, J. J dan Moedjiono. Proses Belajar Mengajar.Bandung: Remaja

    Rosdakarya, (2006).

    [11] Lie, Anita. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo, (2007).

    [12] Djamarah, Syaiful bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka

    Cipta, (2006).

    [13] Suprapto. Tesis. Pengaruh Penggunaan Metode Pemecahan Masalah Topik Kubus

    dan Balok Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kemampuan Kognitif

    pada Siswa Kelas 1 SLTP N 7 Klaten, (2004).

    [14] http://fadjarp3g.wordpress.com/2007/10/09/what-research-says-about-mathematical-

    problem-solving, diakses tanggal 15 Maret 2010

    [15] Djemari, Mardapi, dkk. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilain

    Kurikulum 2004 SMA, Jakarta : Depatemen Pendidikan Nasional, (2003).

  • 8/8/2019 1.Lap PTK Amalia, M. P. Fis MAN 1 Palembang

    52/52