198441878 Laporan Pendahuluan Slb

of 34 /34
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.T DENGAN TUNA GRAHITA DI SLB KUNCUP MAS KABUPATEN BANYUMAS Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Anak Oleh : NURULCHAFIFAH P17420213108 Kelas II C KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

Embed Size (px)

description

lp slb

Transcript of 198441878 Laporan Pendahuluan Slb

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.T DENGAN TUNA GRAHITADI SLB KUNCUP MAS KABUPATEN BANYUMAS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Anak

Oleh :

NURULCHAFIFAHP17420213108

Kelas II C

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PURWOKERTOPOLITEKNIK KESEHATAN SEMARANGTAHUN 2015

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISIMenurut Soetjiningsih (1994) dikutip Muttaqin (2008)tuna grahita atau retardasi mental adalah suatu kondisi yangditandai oleh inteligensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.Keterbelakangan Mental atau Retardasi Mental (RM) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri (berpelilaku adaptif), yang mulai timbul sebelum usia 18 tahun. Orang-orang yang secara mental mengalami keterbelakangan, memiliki perkembangan kecerdasan (intelektual) yang lebih rendah dan mengalami kesulitan dalam proses belajar serta adaptasi sosial, sejumlah 3% dari seluruh penduduk Indonesia mengalami keterbelakangan mental (Kaplan dan Saddock, 1994 ).Batasan tuna grahita adalah keterbatasan substansial dalam memfungsikan diri. Keterbatasan ini ditandai dengan terbatasnya kemampuan fungsi kecerdasan yang terletak dibawah rata-rata (IQ 70 atau kurang) dan ditandai dengan terbatasnya kemampuan tingkah laku adaptif minimal di 2 area atau lebih. (tingkah laku adaptif berupa kemampuan komunikasi, merawat diri, menyesuaikan dalam kehidupan rumah, ketrampilan sosial, pemanfaatan sarana umum, mengarahkan diri sendiri, area kesehatan dan keamanan, fungsi akademik, pengisisan waktu luang,dan kerja) Disebut Tuna Grahita bila manifestasinya terjadi pada usia dibawah 18 tahun (Wibowo, 2009).

B. ETIOLOGISecara garis besarnya faktor penyebab dapat dibagi empat golongan, yaitu (Soetjiningsih, 1994 dikutip Muttaqin, 2008):0. Faktor genetik0. Kelainan jumlah kromosom, misalnya trisomi-21 atau dikenal dengan Mongolia atau Down Syndrome0. Kelainan bentuk kromosom0. Faktor prenatalDimaksudkan adalah keadaan tertentu yang telah diketahui ada sebelum atau pada saat kelahiran, tetapi tidak dapat dipastikan sebabnya. Faktor prenatal tersebut adalah:1. Gizi 1. Mekanis 1. Toksin1. Endokrin1. Radiasi 1. Infeksi 1. Stress 1. Imunitas1. Anoksia embrio0. Faktor perinatal1. Proses kelahiran yang lama misalnya plasenta previa, rupture tali umbilicus.1. Posisi janin yang abnormal seperti letak bokong atau melintang, anomali uterus, dan kelainan bentuk jalan lahir.1. Kecelakaan pada waktu lahir dan kegawatan fatal. 0. Faktor pascanatal1. Akibat infeksi (meningitis, ensefalitis, meningoensefalitis, dan infeksi)1. Trauma kapitis dan tumor otak1. Kelainan tulang tengkorak1. Kelainan endokrin dan metabolic, keracunan pada otak, serta faktor sosio-budaya.

C. KLASIFIKASIBerdasarkan klasifikasi AAMR, maka Tuna Grahita ini bisa di golongkan sebagai berikut (Wibowo, 2009):1. Golongan Tuna Grahita yang ringan yaitu mereka yang masih bisa dididik pada masa dewasanya kelak, usia mental yang bisa mereka capai setara dengan anak usia 8 tahun hingga usia 10 tahun 9 bulan. Dengan rentang IQ antara 55 hingga 69. Pada usia 1 hingga 5 tahun, mereka sulit dibedakan dari anak-anak normal, sp ketika mereka menjadi besar. Biasanya mampu mengembangkan ketrampilan komunikasi dan mampu mengembangkan ketrampilan sosial. Kadang-kadang pada usia dibawah 5 tahun mereka menunjukkan sedikit kesulitan sensorimotor. Pada usia 6 hingga 21 tahun, mereka masih bisa mempelajari ketrampilanketrampilan akademik hingga kelas 6 SD pada akhir usia remaja, pada umumnya sulit mengikuti pendidikan lanjutan, memerlukan pendidikan khusus.2. Tuna Grahita golongan moderate, masih bisa dilatih (mampu latih). Kecerdasannya terletak sekitar 40 hingga 51, pada usia dewasa usia mentalnya setara anak usia 5 tahun 7 bulan hingga 8 tahun 2 bulan. Biasanya antara usia 1 hingga usia 5 tahun mereka bisa berbicara atau bisa belajar berkomunikasi, memiliki kesadaran sos ial yang buruk, perkembangan motor yang tidak terlalu baik, bisa diajari untuk merawat diri sendiri, dan bisa mengelola dirinya dengan supervivi dari orang dewasa. Pada akhir usia remaja dia bisa menyelesaikan pendidikan hingga setara kelas 4 SD bila diajarkan secara khusus.3. Tuna Grahita yang tergolong parah, atau yang sering disebut sebagai Tuna Grahita yang mampu latih tapi tergantung pada orang lain. Rentang Iqnya terletak antara 25 hingga 39. Pada masa dewasanya dia memiliki usia mental setara anak usia 3 tahun 2 bulan hingga 5 tahun 6 bulan. Biasanya perkembangan motoriknya buruk, bicaranya amat minim, biasanya sulit dilatih agar bisa merawat diri sendiri (harus dibantu), seringkali tidak memiliki ketrampilan berkomunikasi.

D. TANDA DAN GEJALABeberapa Bentuk Kelainan Pada Anak Dengan retardasi mental menurut Sumarno (2008):1. sutura sagitalis yang terpisah2. plantar crease jari kaki I dan II3. hyperfleksibilitas4. peningkatan jaringan sekitar leher5. bentuk palatum yang abnormal6. hidung hipoplastik7. kelemahan otot dan hipotonia8. bercak brushfield pada mata, mata sipit.9. mulut terbuka dan lidah terjulur10. lekukan epikantus (lekukan kulit yang berbentuk bundar) pada sudut mata sebelah dalam11. single palmar crease pada tangan kiri dan kanan12. jarak pupil yang lebar13. tangan dan kaki yang pendek serta lebar 14. bentuk / struktur telinga yang abnormal, telinga letak rendah15. kelainan mata, tangan, kaki, mulut, sindaktiliGejala-Gejala Lain :1. Anak-anak yang menderita retardasi mental ini umumnya lebih pendek dari anak yang umurnya sebaya. 2. Kepandaiannya lebih rendah dari normal. 3. Lebar tengkorak kepala pendek, mata sipit dan turun, dagu kecil yang mana lidah kelihatan menonjol keluar dan tangan lebar dengan jari-jari pendek.

E. PATOFISIOLOGITerdapat beberapa faktor penyebab yang dinyatakan sebagai dasar terjadinya retardasi mental, misalnya faktor cedera yang terjadi di dalam rahim, saat bayi tersebut masih berbentuk janin. Selain itu dapat pula terjadi sedera pada saat kelahiran (persalinan). Ada teori lain yang menyebutkan adanya variasi somatik yang dikarenakan perubahan fusngsi kelenjar internal dari ibu selama kehamilan, dan hal ini belum diketahui mekanismenya. Demikian pula dengan faktor prenatal yang dialami oleh ibu-ibu yang hamil, misalnya ibu terkena penyakit campak (Rubella) sering anak yang dikandungnya akan mengalami retardasi mental.Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh ganngguan metabolisme (misalnya metabolisme karbohodrat, protein dan lemak), sindrome reye, dehidrasi hipernatrenik, hipotiroid kongenital, hipoglikemia dan malnutrisi dapat mengakibatkan retardasi mental.Penyakit otak yang nyata juga dapat menyebabkan retardasi mental, misalnya akibat neoplasma otak akan mengakibatkan reaksi sel otak yang bersifat degenaratif, inflamatif, proliferatif ataupun sklerotik yang menyebabkan disfungsi otak.Retardasi mental juga dapat disebabkan oleh kesalahan jumlah kromosom (sindroma down), defek pada kromosom dan translokasi kromosom. Kelainan genetik dan kelaianan metabolik yang diturunkan juga dapat menyebabkan retardasi mental seperti galaktosemia dan fenilketonuria.Prematuritas dan kehamilan wanita diatas 40 tahun juga dapat menjadi penyebab kasus retardasi mental. Hal ini berhubungan dengan keadaan bayi waktu lahir yaitu dengan berat badan rendah kurang dari 2500 gram, imaturitas karena persalinan prematur dan ketidakseimbangan hormon ibu hamil yang tua (diatas 40 tahun) (Salmiah, 2010).

F. PATWAYPenyebab langsungantenatal

intranatal

Kehamilan tua > 40 tahun Konsusmsi obat yang meracuni janin Keracunan timbal Infeksi ibu saat hamil (CMV).

Infiltrasi sel kanker ke otak

Cidera saat lahir

Cidera kepala

Translokasi kromosom Kelaianan metabolisme protein, lemak dan karbohidrat fenilketonuria

Kerusakan jaringan otak

Defek pada otak

Retardasi mental

Ggn perkembangan fisikGangguan fungsi kognitifGgn fungsi sosial

Sulit mempelajari hal-hal akademik. Anak tunagrahita ringan, kemampuan belajarnya paling tinggi setaraf anak normal usia 12 tahun dengan IQ antara 50 70, Tunagrahita sedang setaraf anak normal usia 7, 8 tahun IQ antara 30 50, tunagrahita berat kemampuan belajarnya setaraf anak normal usia 3 4 tahun, dengan IQ 30 ke bawah.

Bergaul dengan anak yang lebih muda. Suka menyendiri Mudah dipengaruhi Kurang dinamis Kurang pertimbangan/kontrol diri Kurang konsentrasi Mudah dipengaruhi Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain.

Hampir sama dengan anak normal Kematangan motorik lambat Koordinasi gerak kurang

2010)

Defisit Perawatan Diri

Koping Keluarga tidak efektifHambatan interaksi sosialGangguan komunikasi verbal

F. KOMPLIKASIKomplikasi penyakit pada tunagrahita yang seringkali menyertai adalah:1. Penyakit Alzheimers (penyakit kemunduran susunan syaraf pusat) 2. Leukimia (penyakit dimana sel darah putih melipat ganda tanpa terkendalikan).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan diagnostik pada anak tuna grahita meliputi (Muttaqin, 2008):1. Radiologi2. Pemeriksaan EEG3. CT scan4. Thoraks AP/PA5. Laboratorium: SE (serum elektrolit), FL, UL, DL, BUN, LED, serum protein, IgG/IgM

H. PENATALAKSANAAN MEDISPenatalaksanaan pada anak tuna grahita meliputi (Muttaqin, 2008):1. Konsultasi bidang: THT, jantung, paru, mata, rehabilitasi medis2. Program terapi: gizi seimbang, multivitamin, AB sesuai dengan infeksi penyerta

I. PENGKAJIANData-data yang perlu dikaji meliputi (Doenges, 1999) : 1. Selama Masa Neonatal Yang Perlu Dikaji :a) Keadaan suhu tubuh terutama masa neonatalb) Kebutuhan nutrisi / makan c) Keadaan indera pendengaran dan penglihatand) Pengkajian tentang kemampuan kognitif dan perkembangan mental anake) Kemampuan anak dalam berkomunikasi dan bersosialisasif) Kemampuan motorikg) Kemampuan keluarga dalam merawat anak denga syndrom down terutama tentang kemajuan perkembangan mental anak2. Pengkajian terhadap kemampuan motorik kasar dan halus3. Pengkajian kemampuan kognitif dan perkembangan mental4. Pengkajian terhadap kemampuan anak untuk berkomunikasi5. Tes pendengaran, penglihatan dan adanya kelainan tulang6. Bagaimana penyesuaian keluarga terhadap diagnosis dan kemajuan perkembangan mental anak.G. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif2. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan atrofi hemisfer kiri (disfungsi otak)3. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan keadaan pertumbuhan dan perkembangan anak yang terlambat 4. Defisit perawatan diri: Mandi, berpakaian, makan dan eliminasi berhubungan dengan gangguan kognitif. H. PERENCANAAN KEPERAWATANDiagnosaTujuan Intervensi

Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan disfungsi otak

NOC: Kemampuan komunikasi 1-5: ekstrem, berat, sedang, ringan, dan tidak Komunikasi: kemampuan ekspresif Komunikasi: kemampuan reseptifNIC:Pendengar aktifPencapaian komunikasi, defisit wicara: Gunakan penerjemah, sesuai dengan kebutuhan Bimbing pada komunikasi satu arah, dengan tepat Dengarkan dengan penuh perhatian

Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan atrofi hemisfer kiri (disfungsi otak)Setelah dilakukan tindakan keperawatan hambatan interaksi sosial akan teratasi dengan kriteria hasil:

Indikator:

Partisipasi bermain 1-5: tidak ada, sedikit, sedang, banyak, atau adekuat banyak Penampilan peran Keterampilan interaksi social 1-5: tidak ada, terbatas, sedang, banyak, atau luas Keterlibatan sosial

Menganjurkan bersikap jujur dalam berinteraksi dengan orang lain Menganjurkan menghargai hak orang lain menganjurkan sabar dalam membangun hubungan baru menggunakan teknik bermain peran untuk meningkatkan keterampilan dan teknik berkomunikasi

Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan keadaan pertumbuhan dan perkembangan anak yang terlambatSetelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan koping keluarga mampu mengelola dan menguasi masalahDukungan keluarga: Tentukan batasan prognosis psikologis untuk keluarga Adakan respite care yang terus menerus, bila diindikasikan dan diinginkan Tingkatkan harapan yang realistis Dengarkan keluhan, perasaan, dan pertanyaan keluarga Fasilitasi pengkomunikasian keluhan/perasaan antara pasien dan keluarga atau antara anggota keluargaTerapi keluarga

Defisit perawatan diri: Mandi, berpakaian, makan dan eliminasi b.d. gangguan kognitif.Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien tidak mengalami defisit perawatan diri dengan kriteria hasil:Indikator:

1. kebersihan diri adekuat

2. mampu melakukan ADL dibantu ataupun mandiri

Monitor kemampuan anak untuk perawatan diri yang mandiri. Monitor kebutuhan anak untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan. Sediakan bantuan sampai anak mampu secara utuh untuk melakukan self-care. Dorong anak untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya. Ajarkan anak/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika anak tidak mampu untuk melakukannya. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan. Pertimbangkan fungsi mental anak jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.

Daftar Pustaka

Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin, J., and Greb, J.A. 1994. Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jakarta : Binarupa AksaraMuttaqin, A. (2008). Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.Salmiah, S. 2010. Retardasi Mental. Departemen Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi: Universitas Sumatera Utara.Sumarno, A. 2008. Karakteristik Anak Tunagrahita. Didapat dari URL: www. Elearning.unesa.ac.id. diakses tanggal 28 April 2015.Wibowo, S.M. (2009). Penanganan Anak Tuna Grahita. Dari http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/10/penanganan_tuna_grahita.pdf Diambil pada tanggal 28 April 2015

Wilkinson, J.M. (2000). Nursing Diagnosis Handbook With NIC Interventions and NOC Outcomes (7th Ed). Diterjemahkan Oleh Widyawati, et al. Edt Meiliya, E. & Ester, M. (2006). Bukusaku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC (Ed. 7). Jakarta: EGC.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.TDENGAN TUNA GRAHITADI SLB ABCD KUNCUP MAS BANYUMAS

A. PENGKAJIANPengkajiNama pengkaji : Nurul ChafifahTempat pengkajian: SLB ABCD Kuncup Mas BanyumasTanggal pengkajian: 27 April 2015 Pukul 09.30 WIB1. IDENTITASa. PasienNama: An.TTempat/tanggal lahir: Banyumas, 19 September 1998Umur: 17 tahunJenis kelamin : Laki-lakiAgama : IslamPendidikan : SMPAlamat: Sawangan wetan, PatikrajaDiagnosa Medis: Tuna grahitaSuku: JawaBangsa: Indonesiab. Penanggung JawabNama : Ny.MUmur: 40 tahunJenis kelamin: perempuanPendidikan: SMAPekerjaan: Ibu Rumah TanggaAlamat: Sawangan wetan, PatikrajaHubungan : ibu pasienB. RIWAYAT KESEHATAN1. Keluhan UtamaNy.M mengatakan An.Tmengalami kesulitan dalam memahami, An.T tidak jelas saat mengucapkan sesuatu, cenderung pendiam dan tidak mau bicara apabila tidak diajak berbicara2. Riwayat Kehamilan Dan KelahiranNy.M mengatakan ia tidak mengalami masalah saat mengandung An.T. Tetapi saat usia kehamilan 8 bulan sampai 9 bulan, Ny.T tidak nafsu makan.Ny.T jarang memeriksakan kandungannya selama ia hamil karena ia merasa bahwa ia dan anaknya akan baik-baik saja.An.T dilahirkan secara normal dan dalam keadaan sehat setelah proses persalinan, dengan PBL 43 cm dan BBL 3000 gram.3. Riwayat penyakit sekarang An.T mengalami kesulitan dalam memahami, tidak jelas saat mengucapkan sesuatu, cenderung pendiam dan tidak mau bicara apabila tidak diajak berbicara4. Riwayat penyakit dahuluNy.M mengatakan An.T pernah mengalami kejang demam saat masih berusia 8 bulan dan dibawa ke puskesmas lalu opname selama 3 hari dan sembuh. An.T pernah dirawatdi rumah sakit karena diare. Ny.Mjuga mengatakan anaknya tidak pernah menjalani operasi sebelumnya, tidak mempunyai riwayat alergi dan sudah mendapatkan imunisasi lengkap5. Riwayat KeluargaNy.M mengatakan semua anggota keluarganya dalam keadaan sehat saat ini. Dalam keluarga tidak ada yang sakit DM, bayi kembar, cacat bawaan maupun hipertensi sejak kehamilan.

6. Pola Fungsional Gordona. Pola persepsi dan manajemen kesehatanDS : ibu pasien mengatakan bahwa kesehatan sangatlah penting dan perlu dijaga. Jika anaknya sakit dibawa ke dokter terdekatDO : An.T sekolah di SLB ABCD Kuncup Mas Banyumasb. Pola NutrisiDS : Ibu pasien mengatakan An.T makan 3 kali sehari.An.T tidak bisa mengambil makanan dan makan sendiri tanpa bantuan orang lain.DO : An.T menghabiskan snack yang diberikan oleh mahasiswa keperawatan dengan dibantu ibunya.c. Pola EliminasiDS : Ibu pasien mengatakan An.T BAB 1 kali sehari,BAK 4-5 kali sehari. An.T perlu dibimbing ketika akan melakukan kegiatan toileting. An.T tidak mampu untuk melakukan toileting secara mandiriDO: Pasien terlihat ke kamar mandi disekolah bersama ibunya.d. Pola Aktivitas dan LatihanDS : ibu pasien mengatakan aktivitasnya lancarDO: ADL01234

Mandi

Makan/minum

Toileting

Bergerak/berpindah

Turun dari bed

Berjalan

Keterangan :0 : mandiri1 : dibantu alat2 : dibantu orang lain3 : dibantu alat dan orang lain4 : dibantu totale. Pola Istirahat dan TidurDS : ibu pasien mengatakan An.T tidur 3 jam pada siang hari dan 9 jam pada malam hari. An.T tidak mengalami gangguan tidurDO : Tidak terlihat kantung mata hitam pada mata pasien.f. Pola kognitif dan persepsiDS : ibu pasien mengatakan An.T tidak mempunyai kelainan pendengaran maupun penglihatan,dapat membaca meskipun sedikit lambat, dan mengalami kesulitan dalam memahamiDO : An.T terdengar tidak jelas dalam mengatakan sesuatu g. Pola persepsi diri dan konsep diriDS : ibu pasien mengatakan bahwa An.T bisa melakukan aktifitas sehari-hari tapi lambatda kadang dibantu olehnyaDO : An.T terlihat mandiri dalam membereskan peralatan sekolah tapi lambat.h. Pola Peran Dan Hubungan DS : ibu pasien mengatakan hubungan pasien dengan keluarga baik..An.T duduk di kelas II SMP dan tidak begitu akrab dengan temannya dan cenderung pendiamDO : An.T ditunggui ibu saat bersekolah.i. Pola seksualitasDS : ibu pasien mengatakan An.T suka bermain mobil-mobilan di rumahDO : An.T berjenis kelamin Laki-laki, tidak memiliki penyakit kelamin.j. Pola koping dan toleransi stressDS : ibu pasien mengatakan jika sakit An.T mengungkapkan dengan pelan jika ditanya dan menangis.DO : -k. Pola nilai dan keyakinanDS : ibu pasien mengatakan selalu bersyukur dan anaknya adalah anak yang istimewa.DO : ibu terlihat berdoa untuk anaknya.

7. Pemeriksaan Fisika. Keadaan Umum: BaikKesadaran: Compos Mentis

b. Tanda vital: Nadi: 85x/mntSuhu: 36,90C RR: 22x/mntTD: 120/70c. TB/BB: 140 cm/ 31 kgd. Mata: simetris, sclera putih, fungsi penglihatan baike. Hidung: simetris, fungsi pembau baik, tidak ada polipf. Mulut: mukosa bersih, gigi tidak karies, lidah bersih, g. Telinga: simetris, tidak ada gangguan pendengaranh. Dada: simetrisi. Jantung: S1 > S2, regulerj. Paru-paru: tidak ada wheezingk. Abdomen: datar, timpanil. Ekstremitas

- - - -

m. Akral : hangat

8. Pemeriksaan tingkat perkembanganSecara umum, pertumbuhan fisik An.T normal, namun perkembangan kognitif An.T tidak berkembang sesuai usianya, kemampuan An.T di bawah rata-rataanak seusianya. Apabila di rumah dan disekolah , An.T lebih banyak diam dan kurang akrab dengan teman-temannya. Keluarga An.T mengatakan bahwa An.T tidak bisa melakukan keperluan pribadinya(mandi, makan, toileting) secara mandiri dan sering kali dibantu oleh ibunya. An.T dapat membaca meskipunsedikit lambat, kalimat yang diucapkan tidak jelas.9. Ringkasan keperawatanAn.T umur 17 tahun , KU: CM, Suhu: 36,90C, Nadi: 85 x/mnt, RR: 22 x/mnt.Tindakan keperawatan :a. Pemeriksan fisikb. Personal hygiene :mengajarkan tentang kebersihan telingac. Pemenuhan kebutuhan nutrisi : makan dan minumd. Terapi aktifitas kelompok: menyanyi,

NODATAETIOLOGIPROBLEM

1DS : Ny.M mengatakan An.T mengalami kesulitan dalam memahamiDO: An.T tidak jelas dalam mengatakan sesuatuKurangnya stimulasi bahasa Gangguan komunikasi verbal

2 DS : -DO : An. T cenderung pendiam, tidak mau bicara jika tidak diajak bicara terlebih dahulu, lambat dalam merespon sesuatuKetidakmampuan untuk percaya pada orang lainHambatan interaksi sosial

C. ANALISA DATATanggal : 27 April 2015

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kurangnya stimulasi bahasa2. Hambatan interaksi social berhubungan dengan ketidakmampuan untuk percaya pada orang lain.

E. INTERVENSI3. Dx I : Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kelainan fungsi kognitifNOC : Tujuan : Klien lebih sering berkomunikasi dengan orang lain dan menstimulasi anak dalam sector bahasa.NIC: 0. Lakukan latihan komunikasi dengan memperhatikan perkembangan mental anak0. Lakukan komunikasi verbal secara komprehensif baik verbal maupun non verbal 0. Berbicara sambil bermain dengan alat untuk mempercepat anak tentang suatu hal0. Berikan lebih banyak kata meskipun anak belum mampu mengucapkan dengan benar.3. Dx I : Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan untuk percaya pada orang lainNOC : Peningkatan sosialisasiTujuan : Klien mau memulai interaksi dengan perawatNIC :a. Tunjukkan rasa kehangatan/keramahan dan kehangatan pada anakb. Membina hubungan saling percaya pada anakc. Motivasi anak untuk berinteraksi dengan orang laind. Pertahankan kontak mata saat berinteraksie. Berikan sentuhan, senyuman dan pelukan untuk menguatkan sosialisasi.

F. IMPLEMENTASI

TANGGALDXIMPLEMENTASIRESPON PASIENPARAF

27-04-2015 09.00

09.10

09.30

10.20

10.30

10.45

11.00

- Membina hubungan saling percaya- Mengkaji kemampuan pasien dalam berkomunikasi- Melakukan pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok-Mengajak An.T berkomunikasi sambil belajar- Berbicara pelan dan mengulang kata-kata sampai An.T mengerti pembicaraan- Mengobservasi cara interaksi peserta dengan orang lain- Menyanyi- Memberikan reward kepada peserta

- membagikan snack dan istirahat

-Melakuakan pemeriksaan TTV

- Kontak mata ada, respon baik.0. Pasien tidak jelas dalam mengatakan sesuatu

0. Diam saja

0. Pasien sedikit bisa berkomunikasi tapi kurang memahami1. Pasien hanya mengangguk saat mengerti apa yang dibicarakan

0. Sedikit berinteraksi cenderung diam dan malu0. pasien terlihat senang0. Pasien terlihat tersenyum sedikit dengan malu-malu0. Istirahat dan makan snack0. TD: 120/70 mmHg S : 36,9oC RR : 22 x/menit N : 85x/menit

G. EVALUASITanggal 27 April 2015NO.DXEVALUASIPARAF

1IS : -O : An.T tidak dapat berbicara dengan jelas, hanya mengangguk saat mengerti apa yang dibicarakan. Dan tersenyum saat diberi tepuk tangan.A: Masalah gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kurangnya stimulasi bahasa belum teratasiP : Lanjutkan intervensi-Tingkatkan komunikasi dengan An.T-Bicara pelan dan ulangi kata-kata sampai An.T mengerti pembicaraan atau perintah-Anjurkan keluarga untuk sering berkomunikasi dengan anak

2IIS : -O : Anak masih kesulitan untuk mulai bercakap-cakap dengan orang lain, lebih banyak diam, hanya bicara jika ditanyaA : Masalah hambatan interaksi social berhubungan dengan ketidakmampuan untuk percaya pada orang lain. belum teratasiP : Lanjutkan Intervensi0. Memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberi reinforcement positif0. Memberikan berbagai terapi, seperti terapi wicara, okupasi, sosial, bermain dan sebagainya. 0. Meningkatkan keterampilan komunikasi.