Makalah hasil observasi sekolah SLB-C

20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam makalah laporan hasil observasi yang telah kita laksanakan ini akan menguraikan semua hal dan aspek mengenai peserta didik sekolah SLB-C Pancaran Kasih. Dalam upaya untuk mengetahui proses perkembangan intelektual dan behavioral (tingkah laku) secara umum peserta didik SLB-C, berbagai aspek yang berkenaan dengan kemampuan berfikir dan daya tangkap siswa perlu dikaji secara seksama, sehingga dapat menghasilkan pemahaman akademik yang komprehensif. Hal ini penting dilakukan, karena kualitas pemahaman dan kemampuan pola berfikir peserta didik berbeda. Untuk itu uraian di bawah ini diarahkan untuk mendapatkan pemahaman dan pengetahuan tentang semua aspek mengenai perkembangan pola fikir dan tingkat intelegen peserta didik. Selain itu dalam makalah laporan hasil observasi kami kali ini, kami juga akan memaparkan semua hasil observasi mengenai semua aspek. B. Rumusan masalah 1. Bagaimana perkembangan intelektual secara umum pada peserta didik SLB-C? 2. Bagaimana perkembangan behavioral (tingkah laku) pada peserta didik SLB-C? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui bagaimmana perkembangan intelektual secara umum pada peserta didik SLB-C 2. Untuk mengetahui Bagaimana proses perkembangan behavioral (tingkah laku) pada peserta didik SLB-C 1

Transcript of Makalah hasil observasi sekolah SLB-C

Page 1: Makalah hasil observasi sekolah SLB-C

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam makalah laporan hasil observasi yang telah kita laksanakan ini akan menguraikan semua hal dan aspek mengenai peserta didik sekolah SLB-C Pancaran Kasih.Dalam upaya untuk mengetahui proses perkembangan intelektual dan behavioral (tingkah laku) secara umum peserta didik SLB-C, berbagai aspek yang berkenaan dengan kemampuan berfikir dan daya tangkap siswa perlu dikaji secara seksama, sehingga dapat menghasilkan pemahaman akademik yang komprehensif. Hal ini penting dilakukan, karena kualitas pemahaman dan kemampuan pola berfikir peserta didik berbeda. Untuk itu uraian di bawah ini diarahkan untuk mendapatkan pemahaman dan pengetahuan tentang semua aspek mengenai perkembangan pola fikir dan tingkat intelegen peserta didik. Selain itu dalam makalah laporan hasil observasi kami kali ini, kami juga akan memaparkan semua hasil observasi mengenai semua aspek.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana perkembangan intelektual secara umum pada peserta didik SLB-C?2. Bagaimana perkembangan behavioral (tingkah laku) pada peserta didik SLB-C?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimmana perkembangan intelektual secara umum pada peserta didik SLB-C

2. Untuk mengetahui Bagaimana proses perkembangan behavioral (tingkah laku) pada peserta didik SLB-C

D. Metode

Metode yang kami gunakan dalam penyusunan laporan observasi adalah observasi langsung dan wawancara.

BAB IIPEMBAHASAN

1

Page 2: Makalah hasil observasi sekolah SLB-C

A. Anak berkebutuhan Khusus SLB-C (Tunagrahita)

Anak berkebutuhan khusus (Tunagrahita) adalah anak yang dengan karakteristik khusus yang mempunyai kelainan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada mental intelektual atau kecerdasan yang terganggu sejak bayi atau sejak masa kandungan, yang disebabkan oleh faktor biologis maupun faktor fungsional. Adakalanya disertai dengan cacat fisik dengan ciri-ciri dan klasifikasi sebagai berikut :

Ciri-ciri anak Tuna Grahita antara lain :

1. Kecerdasan sangat terbatas.2. Ketidakmampuan sosial yaitu tidak mampu mengurus diri sendiri, sehingga

selalu memerlukan bantuan orang lain.3. Keterbatasan minat.4. Daya ingat lemah.5. Emosi sangat labil.6. Apatis, acuh tak acuh terhadap sekitarnya.7. Kelainan fisik, khusus jenis mongoloid, seperti badan bungkuk, tampak tidak

sehat, muka datar, telinga kecil, badan terlalu kecil, kepala terlalu besar, mulut melongo, dan mata sipit.

Penyandang Tunagrahita (cacat ganda) adalah seorang yang mempunyai kelainan mental, satau tingkah laku akibat kecerdasan yang tertanggu, adakalanya cacat mental dibarengi dengan cacat fisik sehingga disebut cacat ganda misalnya, cacat intelegensi yang mereka alami disertai dengan keterbelakangan mental penglihatan (cacat pada mata).

B. Intelektual (Kecerdasan) Anak TunagrahitaAnak Tunagrahita memiliki tiga klasifikasi, yaitu sebagai berikut :1. Tunagrahita Ringan (Debil)

Anak tunagrahita ringan (Debil) atau biasa disebut mampu didik adalah anak yang memiliki kemamuan intelektual cenderung cerdas. Biasanya tampang atau kondisi fisiknya tidak berbeda dengan anak normal lainnya, mereka mempunyai IQ kisaran 50-70. Mereka masuk kelompok anak mampu didik karena mereka masih bisa dididik (diajarkan) membaca, menulis, dan berhitung. Anak tunagrahita ringan biasanya bisa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas IV SD umum.

2. Tunagrahita Sedang (Imbesil)Anak Tunagrahita sedang masuk kelompok anak mampu latih. Tampang atau kondisi fisiknya sudah dapat terlihat, tetapi ada sebagian anak tunagarahita

2

Page 3: Makalah hasil observasi sekolah SLB-C

yang mempunyai fisik normal. Kelompok anak tunagarhita ini mempunyai IQ antara 30-50. Mereka biasanya menyelesaikan pendidkan setingkat kelas II SD umum. Biasanya anak tunagrahita sedang (Imbesil) ini adalah anak yang dalam proses pemebelajarannya cenderung sulit.

3. Tunagrahita Berat atau IdiotKelompok ini termasuk yang sangat rendah intelegensinya, tidak mampu menerima pendidikan secara akademis. Anak tunagrahita berat termasuk kelompok mampu rawat, IQ mereka rata-rata 30 kebawah. Dalam kegiatan sehari-haripun mereka membutuhkan bantuan dan pengawasan.

C. Behavioral (perilaku) anak tunagrahita1. Karakteristik tingkah laku Tunagrahita Ringan (Debil)

Anak yang masuk kelompok Tunagrahita ringan (Debil) ini secara tingkah laku masih bisa disamakan dengan anak-anak normal lainnya, mereka masih bisa merespon sesuatu disekitarnya dengan baik. Mereka masih bisa mengikuti pelajaran layaknya anak normal baik menulis, membaca, maupun menghitung, walaupun tidak sebaik respon anak normal lainnya. Penguasaan bahasanyapun memadai dalam situasi tertentu. Mereka dapat bergaul dengan baik dengan orang lain.

Adapun perilaku sosial yang ditampilkan anak tunagrahita ringan dalam lingkungan keluarga diantaranya: egois, pendiam, suka jajan. Sedangkan prilaku yang ditaampilkan disekolah diantaranya: mudah bosan, suka mengganggu teman, suka merampas kue orang. Di samping itu di lingkungan masyarakat suka menampilkan prilaku: nakal, suka minta uang.

2. Karakteristik tingkah laku Tunagrahita Sedang (Imbesil)Anak ini termasuk kelompok anak yang hampir tidak bisa mempelajari pelajaran-pelajaran akademik. Perkembangan bahasanya juga lebih terbatas dari pada anak tunagrahita ringan (Debil). Mereka dapat berkomunikasi hanya dengan beberapa kata. Mereka dapat membaca dan menulis, seperti namanya sendiri, alamatnya, nama orang tuanya, dan lain-lain. Mereka mengenal angka-angka tanpa pengertian. Namun, mereka masih mempunyai potensi untuk merawat diri sendiri, walaupun kadang masih diperlukan bantuan pengawasan pada anak tersebut. Anak tunagrahita sedang ini masih bisa membedakan hal yang bahaya dan tidak bahaya.

Perilaku anak tunagrahita sedang dalam keseharian dalam keluarga diantaranya: egois, suka berbuat keributan, tidak mau dilarang, tidak mau diam dam menyayangi anak kecil. Sedangkan prilaku di lingkungan sekolah diantaranya: suka berbuat keributan (mengganggu teman) diantaranya merebut mainan temannya, mencoret buku temannya, merebut kue temannya, mengambil peralatan sekolah temannya. Kemudian anak tunagrahita sedang juga memiliki sifat egois (tidak mau melepaskan mainan), cepat bosan dalam belajar, pendendam dan suka menggambar. Disamping itu prilaku yang

3

Page 4: Makalah hasil observasi sekolah SLB-C

ditampilkan di lingkungan masyarakat diantaranya: suka mengganggu teman,dan suka memaksakan kehendak.

3. Karakteristik tingkah laku Tunagrahita Berat atau IdiotAnak tunagrahita Berat atau Idiot jika dilihat dari segi perilaku anak ini tidak dapat mebedakan bahaya dan bukan bahaya. Anak ini selalu bergantung pada pada kehidupan orang lain dan tidak bisa memelihara dirinya sendiri contohnya seperti makan, minum, berpakaian, dan sebagainya. Mereka tidak dapat bicara seperti layaknya normal, mereka hanya mampu mengucapkan kata-kata atau tanda sederhana saja.

D. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran yang diterapkan pada SLB-C adalah dengan menggunakan konsep Tematik. Tematik adalah metode pembelajaran yang menggunakan tema di setiap pembelajarannya, agar memudahkan peserta didik dalam memmahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan bermakna bagi peserta didik.

Tujuan pembelajaran tematik

1. Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.2. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi muatan

pelajaran dalam tema yang sama.3. Memiliki pemahaman terhadap materi pembelajaran lebih mendalam dan

berkesan.4. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan

berbagai muatan pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik.5. Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi yang

nyata, seperti bicara, bertanya, menulis, sekaligus mempelajari pelajaran yang lain.

6. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas.

7. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.

Ciri-ciri pembelajaran tematik

1. Berpusat pada anak.2. Memberikan pengalaman pada anak. 3. Menyajikan konsep dari berbagai pelajaran dalam satu proses pembelajaran.4. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan

anak.

Media pembelajaran pada SLB-C menggunakan miniatur gambar atau mainan dan demonstrasi langsung, Karena peserta didik tunagrahita memerlukan pembelajaran

4

Page 5: Makalah hasil observasi sekolah SLB-C

secara langsung (praktek), itu dilakukan karena keterbatasan pola fikir anak tunagrahita yang memerlukan gambaran langsung. Karena keterbatasan pola fikir mereka, pembimbing perlu dengan pelan dan sabar dalam mengajari mereka, karena daya tangkap dan respon mereka tidaklah sama satu dengan yang lainnya.

E. Hasil wawancra1. Wawancara terhadap guru Tunagrahita

a. Tingkat pengelompokan anak tunagrahitaPada SLB secara umum dapat dikelompokan menjadi 3 tingkatan :1) Tunagrahita Ringan (Debil)

Anak tunagrahita ringan (Debil) atau biasa disebut mampu didik adalah anak yang memiliki kemamuan intelektual yang cenderung cerdas. Anak yang masuk kelompok Tunagrahita ringan (Debil) ini secara tingkah laku masih bisa disamakan dengan anak-anak normal lainnya, mereka masih bisa merespon sesuatu disekitarnya dengan baik.

2) Tunagrahita Sedang (Imbesil)Anak Tunagrahita sedang merupakan kelompok anak mampu latih. Mereka sudah sedikit sulit untuk diajarkan pembelajaran akademik. Anak ini termasuk kelompok anak yang hampir tidak bisa mempelajari pelajaran-pelajaran akademik. Perkembangan bahasanya juga lebih terbatas dari pada anak tunagrahita ringan (Debil). Mereka dapat berkomunikasi hanya dengan beberapa kata.

3) Tunagrahita Berat atau IdiotKelompok ini termasuk yang sangat rendah intelegensinya, tidak mampu menerima pendidikan secara akademik. Anak tunagrahita Berat atau Idiot jika dilihat dari segi perilaku anak ini tidak dapat mebedakan bahaya dan bukan bahaya. Anak ini selalu bergantung pada pada kehidupan orang lain dan tidak bisa memelihara dirinya sendiri contohnya seperti makan, minum, berpakaian, dan sebagainya.

b. Visi dan misiVisi : melalui pelayanan pendidikan yang bermutu dan berkesinambungan, mewujudkan insan yang bertaqwa kepada Tuhan yang Maha ESA, terampil dan mandiri.

Misi : 1) Mendorong dan menumbuhkan lingkungan yang religius atas dasar

akhlak yang luhur, keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan yang maha ESA, sehingga melahirkan generasi yang mulia.

2) Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan peserta didik, sehingga mampu menyesuaikan diri dalam masyarakat.

3) Mengembangkan dan keterampilan para peserta didik dalam hidup dan kehidupannya memiliki rasa percaya diri berguna bagi dirinya dan lingkungannya.

5

Page 6: Makalah hasil observasi sekolah SLB-C

c. Cara pengajaranGuru di perkenankan untuk bisa mengimbangi dan menyesuaikan

kemampuan peserta didik. Guru harus lebih bisa mengenal lebih jauh kemampuan peserta didik baik emosi maupuin keinginan peserta didik. Yang membedakan SLB dan sekolah reguler lainnya adalah pada penerapan kompetensi dasarnya. Sebenarnya, antara SLB dan sekolah reguler lainnya sama sama memiliki kompetensi dasar, pada sekolah reguler kompetensi dasar diberikan agar peserta didik dapat mencapai target pembelajaran yang sudah di tentukan, namun pada SLB, peserta didik tidak dituntut untuk mengikuti kompetensi dasar yang sudah di tentukan, melainkan guru yang harus menyesuaikan kemampuan peserta didik secara individual.

d. Kemampuan merawat diri ( KMD )KMD adalah salah satu mata pelajaran yang terdapat pada SLB yang

tidak ada pada sekolah reguler lainnya. Kemampuan merawat diri bertujuan agar peserta didik mampu merawat dirinya sendiri secara mandiri, contohnya seperti mandi, berpakaian, makan dan lain lain. KMD tidak hanya dibutuhkan pada saat keperawatan itu dibutuhkan saja, melainkan bagiamana cara membantu orang lain dengan menerapkan metode bantuan. KMD juga tidak hanya diterapkan pada lingkungan sekolah melainkan dapat diterapkan pada lingkungan tempat tinggalnya. Untuk itu, harus ada kerja sama antara guru dan orang tua masing masing peserta didik.

e. Respon peserta didikRespon peserta didik pada SLB berbeda dari respon peserta didik

sekolah lainnya. Berbagai respon yang diberikan oleh peserta didik berbeda beda tergantung dengan siapa yang berinteraksi kepada mereka. Ada yang responnya dengan spontan langsung dapat menjawab, ada yang lambat dan perlu dibantu oleh gurunya dan ada yang benar benar tidak dapat merespon (mendekati autis).

f. Pengembangan diri peserta didikPengembangan diri peserta didik pada SLB dilakukan secara fleksibel.

Pengembangan diri dilakukan setiap selesai pembelajaran, pengembangan diri dapat kita sebut sebagai evaluasi di setiap selesai proses pembelajaran.

2. Wawancara terhadap salah satu orang tua peserta didik Anak tunagrahita adalah anak yang harus dididik secara khusus, banyak kesulitan dalam merawat dan mendidik anak keterbelakangan mental tunagrahita. Mereka tidak bisa dipaksakan untuk melakukan sesuatu, sesuatu

6

Page 7: Makalah hasil observasi sekolah SLB-C

apapun mereka akan segan melakukannya atas kehendak mereka sendiri. Akibat bila terlalu memaksakan kehendak pada anak, dia bisa marah, bahkan bisa stress. Oleh karena itu sebagai orang tua dan pendidik hanya bisa menyesuaikan, tidak memaksa bila anak tidak berkehendak dan sebisa mungkin menuruti atau meladeni kehendak anak apabila mereka berkehendak, walaupun sebagai orang tua sudah lelah, kita tetap harus mencari peluang kapan anak tersebut memiliki semangat belajar.

Dalam mendidik kita dituntut untuk selalu mengawasi kapanpun dan dimanapun. Walaupun dilingkungan sekolahpun kita harus tetap melakukan pengawasan. Jika membiarkan anak bermain diluar rumah sendiri akibatnya akan fatal, jika anak yang mempunyai sifat nakal dia bisa saja melukai anak lainnya, dan sebaliknya bisa saja dia sendiri yang terlukai karena tidak jarang teman-teman lainnya mengejek dan membuat dia terluka. Oleh karena itu, pengawasan harus selalu dilakukan agar anak tidak melukai maupun dilukai.

Pelajaran yang dipelajari pada saat disekolah harus diterapkan di lingkungan rumah. Hal tersebut dilakukan agar anak sebisa mungkin dituntut untuk mandiri, dan agar anak bisa terbiasa dimanapun mereka berada.

BAB III

PENUTUP

7

Page 8: Makalah hasil observasi sekolah SLB-C

A. SIMPULANBerdasarkan hasil observasi yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa anak

Tunagrahita adalah anak yang mempunyai kekurangan atau keterbatasan dari segi

mental intelektualnya dibawah rata-rata normal, sehingga mengalami kesulitan dalam

tugas-tugas akademik, komunikasi, maupun sosial, karena memerlukan layanan

pendidikan khusus. Dari segi perilaku dapat kita simpulkan pula, bahwasanya anak

tunagrahita mempunyai sikap dan sifat yang berbeda dengan anak normal lainnya,

mereka lebih perlu didik lebih untuk mengoptimalkan perilaku yang kurang baik.

B. SARANPelaksanaan obsevasi ini diharapkan memiliki dampak positif dalam memberikan

pelayanan terhadap anak tunagrahita sedang. Oleh sebab itu berdasarkan kesimpulan di

atas, dengan demikian maka dapat sarankan kepada Orangtua, hendaknya lebih

memahami keterbatatasan anak dan mau memberikan pelayanan yang baik dan benar

untuk kebaikan anak nanti. Artinya, jangan terlalu menuruti kehendak anak dan jangan

terlalu melayani anak, tapi harus dibimbing secara perlahan. Bagi sekolah, hendaknya

dapat memberikan pelayanan yang baik dan dapat menjadi sumber motivator bagi

perubahan terhadap perilaku sosial anak. Bagi masyarakat, hendaknya dapat membantu

dan ikut serta dalam memberikan pendidikan dan pembiasaan yang baik kepada anak, agar

dimana saja anak berada terbiasa dengan hal-hal yang baik yang dapat diterima secara

umum dimanapun dia berada. Dan Sebagai calon guru, sudah sepantasnya kita peduli

dengan anak-anak disekitar kita. Kita harus bersama-sama bersama orang tua

memberikan pengertian khusus kepada anak tunagrahita, Agar membantu mereka

untuk mengoptimalkan kemampuan yang dengan mendukung kegiatan positif bagi

anak ABK tersebut. Orang tua pada peserta didk Tunagrahita dituntut untuk membuat

anak mandiri, sikap mandiri tidak hanya diterapkan pada lingkungan sekolah tetapi

diterapkan pada saat dirumah agar anak terbiasa dan bisa berkembang dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

8

Page 9: Makalah hasil observasi sekolah SLB-C

Davice, S. 1995: Report card on Inclusion in eucational of Student with Mental Retardation. Arlington, 174: ARC, 1995.

Dustin, R., et al. 1973. Action Counceling for behavior change. USA.

Hadi Purwaka. (2005). Modifikasi Perilaku Alternatif Penanganan Anak Luar Biasa.Jakarta: Dirjen Dikti Direktorat Pembinaan Pendidikan.

Hatcher, C., et al. 1997. Innovating in counseling psychology. Jossery Bass.

Lovitt, L. C. “Retrospect and Prospect.” Dalam J. Goodlad dan J. Lovitt, Eds., Integrating General and Special Educaton. New York: Macmillan, 1993: 253-274.Moh. Amin (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Depdikbud.

Odom, S. L., dan M. A. McEvoy: “Integration of young children with Hadicaps and Normally Developing Children.” Dalam I. S. L. Odom dan M. B. Karnes, Eds., Early Interventing for Infants and Children with Handicaps. Baltimore, MD: Brookes, 1988: 131-153.

Marwell, B. E. Integration of Students with Mental Retardation. Madison, WI. Madison Public School, 1990.

Moh. Efendi. (2009). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sutjihati Somantri. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta : Depdikbud

Tina Tuslina. 2012. Perkembangan Anak Berkebutuhan Khusus di Indonesia http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/20/perkembangan-pendidikan-anak-berkebutuhan-khus-di-indonesia-463559.html. Diunduh : 20 juni 2014

LAMPIRAN

9

Page 10: Makalah hasil observasi sekolah SLB-C

A. Daftar pertanyaanDaftar pertanyaan yang kitaajukan kepada semua narasumber :1. Apakah ada pengelompokan tingkat kecerdasan pada anak tunagrahita? dan

bagaimana cara membedakannya?2. Apakah visi misi di SLB ini sudah diterapkan?3. Bagaimana cara pengajaran guru-guru di SLB?4. Adakah pelajaran khusus yang tidak dimiliki oleh sekolah reguler lainnya?5. Bagaimana respon peserta didik terhadap terhadap pembelajaran? 6. Apakah ada pengembangan diri yang diterapkan dan bagaiman cara

menerapkannya?7. Apa kesulitan yang dialami selama merawat dan medidik anak tunagrahita?8. Bagaiman cara mengawasi anak, apakah pengawasan hanya dilakukan di

lingkungan rumah saja atau dilakukan dilingkungan sekolah juga?9. Apakah pelajaran yang diterima disekolah diterapkan dirumah juga atau tidak?

B. Narasi hasil wawancara Pada observasi kali ini, kami melakukan wawancara dengan dua narasumber, yang pertama kita melakukan wawancara kepada Wali kelas SD di SLB Pancaran Kasih. Wali Kelas yang bernama [insert name here] menjelaskan bahwa terdapat beberapa tipe Anak berkebutuhan khusus ini. Pertama adalah Debil. Anak yang debil cenderung lebih cerdas dibanding anak ABK yang lainnya. Cara berfikir mereka masih aktif, dan cara mereka merespon bisa dikatakan baik. Hanya kemampuan berfikirnya tidak akan sebiasa anak normal lainnya. Yang kedua adalah Imbesil. Anak yang imbesil atau bisa dikatakan Tunagrahita sedang cenderung lebih sulit untuk diajarkan pelajaran akademik. Dan cara berfikir mereka lebih terbatas dibanding anak yang debil, respon mereka juga tidak seperti anak yang debil. Mereka cenderung agak lambat dalam merespon, tetapi anak Imbesil hanya dapat berkomunikasi dengan beberapa kata saja. Yang terakhir adalah anak yang Idiot, atau Tunagrahita Berat memiliki tingkat intelegensi yang sangat rendah. Dari segi perilaku mereka tidak dapat membedakan antara yang bahaya atau yang bukan bahaya. Mereka sangat dibutuhkan perhatian khusus. Dan mereka masih sangat membutuhkan bantuan dalam kehidupan sehari harinya, seperti makan, makan, minum, berpakaian dan sebagainya.

Kemudian kami mengajukan pertanyaan mengenai penerapan visi dan misi di SLB itu, apakah sudah di realisasikan atau belum. Dan kemudian dia menjelaskan bahwa visi dan misi diusahakan agar ter realisasi dengan baik. Visi dan Misi akan dapat berjalan lebih lancar apabila terdapat adanya kerja sama antara Guru dan juga Wali muridnya tersebut. Karena, apapun yang sudah diterapkan di sekolah juga harus diterapkan di rumah agar mereka terbiasa. Metode pembelajaran pada SLB menggunakan metode Tematik. Tematik adalah suatu pembelajaran yang menggunakan tema dalam pembelajarannya. Sistem Tematik adalah sebuah sistem yang akan sangat memudahkan bagi anak anak yang berkebutuhan khusus ini untuk memahami sesuatu tidak hanya dalam satu bidang

10

Page 11: Makalah hasil observasi sekolah SLB-C

pelajaran. Contohnya, pada hari mereka menggunakan tema tentang Bagian Tubuh, pada bagian tubuh terdapat Mata. Dari pembelajaran matematika, akan selalu berfikir tentang angka, Mata jumlahnya dua, hidung satu, dan lengan dua. Pada ilmu alam atau pembelajaran IPA, Mata itu digunakan untuk melihat, hidung untuk bernafas, dan lain lain. Sistem tematik menjelaskan tentang apapun, tidak hanya dalam satu ruang lingkup, tetapi beberapa dalam sekaligus. Dan juga di praketekan, karena praktek akan membuat anak cenderung lebih mengerti.

Kami juga bertanya tentang adakah pelajaran khusus untuk Anak berkebutuhan khusus ini. Di SLB ada satu pelajaran yang tidak diajarkan di sekolah lain, pelajaran Kemampuan Merawat Diri atau dapat disebut KMD. Pada KMD, peserta didik diajarkan tentang hal hal dasar yang mereka lakukan pada setiap hari, seperti cara memakan, cara berpakaian dan lain lain. Banyak dari anak anak ini tidak bisa, atau kurang bisa melakukan hal hal ini tanpa adanya bantuan dari orang tua mereka atau orang lain. Mereka diajarkan untuk mandiri pada pembelajaran KMD ini. Dan tentunya kerja sama orang tua sangatlah dibutuhkan untuk membuat pembelajaran KMD ini dapat berjalan dengan baik, dan mengajarkan mereka ketika mereka di rumah. Tentang respon tiap tiap anak dalam pembelajarannya sangatlah berbeda dari satu dang juga yang lainnya. Respon mereka tidaklah sama, seperti yang sudah pernah dijelaskan, Respon mereka ada yang baik dan cepat, ada juga respon mereka yang cenderung lambat dan telat, dan ada yang tidak dapat merespon sama sekali, yang tidak dapat merespon sama sekali adalah anak anak yang cenderung ke arah autis.

Kami juga bertanya tentang pengembangan diri atau evaluasi. Evaluasi akan dilaksanakan setiap hari, sehabis sistem pembelajaran telah selesai. Evaluasi akan selalu mengikuti apa yang anak anak butuhkan, Di sekolah reguler, anak anak diharuskan agar mengerti tentang pembelajarannya oleh guru. Di SLB berbeda. Guru akan mengikuti apa kemauan peserta didiknya, karena mereka membutuhkan pantauan khusus pada saat mereka belajar. Maka dari itu, Evaluasi akan selalu dilaksanakan setiap hari untuk memantau seberapa jauhkah peserta didik mengerti tentang pembelajaran yang sudah dilaksanakan ini.

Setelah kami melakukan wawancara dengan guru SLB disitu, kami melakukan wawancara dengan salah satu wali murid dari siswa yang bernama Muhammad Ajis. Yang berumur 8 tahun. Kami menanyakan tentang kesulitan dalam merawat dan mendidik anaknya. Dia mengatakan, kesulitan dalam merawat dan mendidik anak yang berkebutuhan khusus itu relatif. Beliau menjelaskan bahwa mendidik dan merawat anak yang berkebutuhan khusus diperlukan kesabaran yang sangat tinggi. Kita tidak dapat memaksakan kehendak kita sendiri tetapi kita harus mengerti apa yang anak mau. Karena jika kita memaksakan apa yang kita mau, itu dapat membuat anak itu marah dan juga stress. Dan bila pada suatu saat ketika anak tidak merespon pada orang tua, dan sebagai pihak orang tua sudah lelah untuk menyuruh anak itu dengan apa yang kita suruh sebelumnya, dan seketika itu anak itu mempunyai kemauan untuk melakukan hal tersebut, kita

11

Page 12: Makalah hasil observasi sekolah SLB-C

sebagai orang tua harus dapat memberikan peluang untuk si anak melakukan apa yang dia mau. Karena itu akan sangat membantu mereka. Beliau juga menjelaskan bahwa mereka membutuhkan perhatian khusus baik itu di sekolah maupun dirumah. Orang tua mengantarkan anaknya kesekolah dari rumah, dan mereka menunggu mereka di sekolah tersebut sampai bel tanda pulang berbunyi. Dikarenakan guru di SLB tidaklah banyak dan juga mereka dapat memantau dengan baik anak anaknya. Sekolah tidak selamanya menjadi tempat yang aman, Orang tua selalu memantau mereka karena mereka masih sangat membutuhkan seseorang untuk menolong merka melakukan sebuah aktivitas. Dan guru tidak dapat menolong per individu. Orang tua menunggu dan sekaligus memantau mereka.

Kami bertanya apakah pembelajaran di sekolah itu juga di terapkan ketika mereka di rumah, dan belia menjelaskan bahwa itu sangatlah penting untuk di terapkan juga di rumah, karena itulah adanya pembelajaran KMD. Semua pelajaran yang diterapkan di sekolah harus juga diterapkan di rumah karena itu akan membuat mereka lebih mudah mandiri dan mengerti apa yang telah mereka lakukan di sekolah.

C. Dokumentasi

12

Page 13: Makalah hasil observasi sekolah SLB-C

Kegiatan belajar mengajar kegiatan Pengembangan diri atau Evaluasi

Kegiatan wawancara dengan kegiatan pembelajaran luar kelas wali murid (olahraga)

Kegiatan wawancara dengan kegiatan mencuci tanganWali kelas siswa

13