195-641-1-PB

download 195-641-1-PB

of 7

description

SDH

Transcript of 195-641-1-PB

  • PERBEDAAN TAKSIRAN BERAT JANIN IBU ANEMIA

    DENGAN IBU TIDAK ANEMIA BERDASARKAN

    RUMUS NISWANDER

    Hanna Hutabarat*, Nur Afi Darti** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara

    **Staf Pengajar Departemen Keperawatan Maternitas dan Anak Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

    Jl. Prof. Maas No. 3 Kampus USU Medan 20155, INDONESIA

    Phone: 061-8213318

    E-mail: [email protected]

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan taksiran berat janin dari ibu anemia dengan

    ibu tidak anemia di Puskesmas Kentara Kabupaten Dairi. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu

    hamil dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data

    dilakukan pada tanggal 20 Januari sampai 20 Maret 2012 dengan menggunakan kuisioner data

    demografi serta melakukan pengukuran kadar Hb dan taksiran berat janin dengan menggunakan

    rumus Niswander dari hasil pemeriksaan tinggi fundus uteri. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk

    distribusi frekuensi dan persentase. Mayoritas responden ibu anemia berusia 20 35 tahun (81,8%), usia kehamilan 28 31 minggu (68%), sebagian responden multigravida (81,8%) dengan jarak kehamilan 1 2 tahun (72,7%) dan berpendidikan SMP (45,5%) dan setengah responden berpenghasilan diatas Rp. 1.000.000,- sedangkan mayoritas responden ibu tidak anemia berusia 20 35 tahun (77,3%), usia kehamilan 32 35 minggu (54,5%), sebagian besar multigravida (54,5%) dan mayoritas berpendidikan SMA dan Sarjana (45,5%) pekerjaan wirawasta (31,8%) dan berpenghasilan

    diatas Rp. 1.000.000,-. Hasil penelitian statistik menggunakan uji T-tes menunjukkan terdapat

    perbedaan yang siknifikan antara taksiran berat janin ibu anemia dengan ibu tidak anemia.

    Kata Kunci : Hb, Anemia, Taksiran berat janin

    PENDAHULUAN

    Anemia merupakan masalah kesehatan

    masyarakat terbesar di dunia terutama

    pada kelompok wanita usia reproduksi.

    Bagi ibu hamil, anemia berperan pada

    peningkatan prevalensi kematian dan

    kesakitan ibu, dan bagi bayi dapat

    meningkatkan resiko kesakitan dan

    kematian bagi bayi, serta berat badan bayi

    rendah (Endang,2008).

    Anemia pada ibu hamil bisa

    disebabkan karena kurangnya elemen

    untuk pembentukan darah, misalnya zat

    besi, asam folat, dan vitamin B12, tetapi

    yang sering terjadi anemia karena

    kekurangan zat besi (Rukiyah, 2010).

    Berdasarkan hasil survei

    kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun

    1995 menunjukkan bahwa 51% ibu hamil

    yang menderita anemia mempunyai

    kecenderungan melahirkan bayi dengan

    berat badab lahir rendah (BBLR) (Lubis,

    2003).

    Hasil penelitian Latifah tentang

    pengaruh kadar hemoglobin ibu hamil

    terhadap taksiran berat janin di RSU. Dr.

    Pirngadi Medan tahu 2007 dengan

    menggunakan rumus Jhonson terdapat

    hubungan yang tidak signifikan terhadap

    taksiran berat janin (P>0.05) (Latifah,

    2007). Maka peneliti menggunakan rumus

    Niswander untuk melihat perbedaan

    taksiran berat janin ibu anemia dengan ibu

    tidak anemia di Puskesmas Kentara

    kabupaten Dairi.

    Tingginya angka kejadian anemia

    pada ibu hamil di Indonesia dengan

    tingginya angka kejadian anemia di

    Kentara kecamatan Laeparira dan

  • perbedaan penelitian sebelumnya tentang

    pengaruh anemia terhadap pertumbuhan

    janin serta pentingnya mengkaji berat

    badan untuk memantau pertumbuhan

    janin.sehingga peneliti tertarik untuk

    melakukan penelitian untuk melihat

    perbedaan taksiran berat janin ibu anemia

    dengan ibu tidak anemia dan tinggi

    fundus uteri; berdasarkan rumus

    Niswander di Puskesmas Kentara

    Kabupaten Dairi dan juga belum pernah

    ada dilakukan di Puskesmas kentara

    Kabupaten Dairi.

    METODE

    Desain yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah deskripsi komparatif

    yang bertujuan untuk mengidentifikasi

    perbedaan taksiran berat janin dari ibu

    anemia dengan ibu tidak anemia

    berdasarkan rumus Niswander di

    Puskesmas Kentara Kabupaten Dairi.

    Populasi dalam penelitian ini

    yaitu para ibu hamil yang bertempat

    tinggal di kentara kecamatan Laeparira

    kabupaten Dairi yang memeriksakan

    kehamilan di Puskesmas Kentara Kab.

    Dairi yaitu sebanyak 196 orang.

    Penentuan Sampel yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah ibu

    hamil sebanyak 44 orang, yaitu ibu hamil

    yang anemia (22 orang) dan ibu hamil

    yang tidak anemia (22 orang) di

    puskesmas Kentara Kab. Dairi.

    Teknik yang digunakan untuk

    menentukan responden sampel ibu hamil

    yang anemia dan tidak anemia adalah

    purposive sampling.

    Penelitian ini dilakukan di

    Puskesmas Kentara Kabupaten Dairi.

    Penelitian ini dilakukan pada bulan 20

    Januari 2011 sampai 20 Maret 2012.

    Instrument yang digunakan dalam

    penelitian untuk memperoleh informasi

    dari responden, peneliti menggunakan

    kuisioner berupa data demografi yang

    meliputi: usia ibu, usia kehamilan, paritas,

    jarak kehamilan, pendidikan, pekerjaan

    ibu dan penghasilan keluarga dalam satu

    bulan.

    Untuk mengetahui kadar Hb dan

    taksiran berat badan janin melalui proses

    pengukuran. Pengukuran kadar Hb

    dengan menggunakan alat metode Sahli

    sedangkan untuk taksiran berat janin

    melalui pengukuran tinggi fundus uteri

    dengan menggunakan rumus Niswander

    yaitu Taksiran Berat Badan Janin (TBJ) =

    1,12 (TFU 7,7) x 100 gr (Mangie, 2010).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil

    Hasil penelitian ini meliputi data

    umum dan data khusus. Selain menjawab

    penelitian tentang perbedaan taksiran

    berat janin dari ibu anemia dengan ibu

    tidak anemia juga dijabarkan deskripsi

    karakteristik responden ibu anemia

    dengan ibu tidak anemia.

    Responden dalam penelitian ini

    adalah ibu hamil dengan usia kehamilan

    trimester ke III, tidak hamil kembar, tidak

    menderita preeklamsia, tidak obesitas, dan

    tidak menderita DM dan ibu tersebut

    memeriksakan kehamilannya di

    puskesmas Kentara dengan jumlah

    responden sebanyak 44 orang.

    Untuk kadar Hb ibu anemia dari

    22 responden terdapat 9 10 gr% dengan demikian dapat disimpulkan responden

    anemia ringan. Sedangkan pada Hb ibu

    tidak anemia dari 22 responden terdapat

    10,1 12 gr%. Adapun karakteristik responden

    Hb ibu anemia dengan ibu tidak anemia

    yang akan dipaparkan mencakup usia ibu,

    usia kehamilan, gravida, jarak kehamilan,

    pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan

    keluarga perbulan.

    1.1.1. Karakteristik Taksiran Berat Janin Ibu Anemia dan Ibu tidak

    Anemia

    aksiran

    berat janin

    Ibu Anemia Ibu Tidak

    Anemia

    Frekuens

    i

    Perse

    ntase

    (%)

    Freku

    ensi

    Persent

    ase (%)

    2500 3 13.6 15 68.2

    Total 22 100 22 100

  • Untuk taksiran berat janin ibu

    anemia dari 22 responden mayoritas

    memiliki berat janin < 1500 gram

    sebanyak 45.5%, diikuti berat janin 1500

    2500 gram 40.9%. Dengan demikian dapat disimpulkan mayoritas responden

    memiliki berat janin rendah.

    Untuk taksiran berat janin ibu

    tidak anemia dari 22 responden mayoritas

    memiliki berat janin > 2500 gram 68.2%.

    Dengan demikian dapat disimpulkan

    mayoritas responden memiliki berat janin

    normal.

    Dari data menunjukkan bahwa

    dari ke tujuh karakteristik demografi

    responden, hanya usia kehamilan yang

    menunjukkan perbedaan taksiran berat

    janin berdasarkan usia kehamilan

    (minggu) pada trimester ke tiga.

    Sedangkan karakteristik demografi yang

    lain meliputi usia ibu, usia kehamilan,

    gravida, jarak kehamilan, pendidikan,

    pekerjaan dan penghasilan keluarga

    perbulan. Ibu anemia memiliki taksiran

    berat janin mayoritas < 1500 gram 45.5%

    dan ibu tidak anemia mayoritas memiliki

    taksiran berat janin > 2500 gram yaitu

    68,2%.

    Taksiran berat janin diperoleh

    dari pengukuran tinggi fundus uteri.

    Analisa data SPSS diperoleh bahwa besar

    Thitung menggunakan t-test adalah 6.273

    dengan probabilitas (signifikansi) 0,000

    dan nilai Ttabel yang diperoleh dari tabel

    distribusi t-student dengan df = 42

    dengan tingkat signifikansi ()=5% adalah 2,018. Hal ini menunjukkan bahwa Thitung

    > Ttabel (6.273 > 2,018) dan probabilitas <

    0,05 (0,00035 tahun). Hal ini sesuai

    dengan pernyataan Amiruddin,dkk

    (2004) yang menyatakan bahwa umur

    seorang ibu berkaitan dengan alat-alat

    reproduksi wanita. Umur yang reproduksi

    aman adalah 25 35 tahun, kehamilan diusia kurang dari 20 tahun dan diatas 35

    tahun dapat menyebabkan anemia, karena

    pada kehamilan diusia kurang dari 20

    tahun secara biologis belum optimal,

    emosinya cenderung labil, mentalnya

    belum matang sehingga mengalami

    keguncangan yang mengakibatkan

    kurangnya perhatian terhadap pemenuhan

    kebutuhan zat-zat gizi selama

    kehamilannya. Sedangkan pada usia lebih

  • dari 35 tahun terkait dengan kemunduran

    dan penurunan daya tahan tubuh serta

    berbagai penyakit yang sering menimpa

    diusia ini.

    Dari hasil penelitian didapatkan

    dari ibu anemia mayoritas usia kehamilan

    28 31 minggu (54,5%) hal ini sesuai dengan pernyataan Sarwono (1997) yang

    menyatakan bahwa anemia kehamilan

    meningkat pada usia trimester ketiga bila

    dibandingkan trimester pertama dan

    trimester kedua.sedangkan pernyaan

    Sarwono (1997) hal ini berbeda

    mayoritas usia kehamilan 32-35 minggu.

    Gravida adalah jumlah kehamilan

    yang dialami seorang ibu. Seorang ibu

    yang sering melahirkan mempunyai

    resiko mengalami anemia pada

    kehamilan berikutnya apabila tidak

    memperhatikan kebutuhan nutrisi. Dari

    hasil penelitian mayoritas ibu anemia

    multigravida senbayak 18 responden

    (81,8%) . Hasil ini sesuai dengan

    penelitian Hasibuan (2003) yang

    menyatakan bahwa ibu hamil yang telah

    melahirkan anak yang banyak lebih

    meningkatkan anemia, hal ini

    dikarenakan bayaknya darah yang keluar

    selama proses persalinan. Sedangkan

    pada ibu tidak anemia mayoritas

    multigravida sebanyak 12 responden

    (54,5%). Hal ini mungkin saja

    dikarenakan pada ibu multigravida

    mengkomsumsi makanan yang bergizi

    dan suplemen Fe yang dapat

    meningkatkan kadar Hb. Hal ini sesuai

    dengan pernyataan Depkes RI (1999)

    yang menyatakan bahwa suplemen zat

    besi merupakan salah satu upaya penting,

    efektif dan efesien untuk mencegah dan

    penanggulangan kekurangan zat besi

    dapat juga dicegah bila makanan sehari-

    hari ibu hamil cukup mengandung zat

    besi dan juga asam polat.

    Jarak kelahiran adalah waktu

    sejak ibu hamil sampai terjadinya

    kelahiran berikutnya. Mayoritas jarak

    kelahiran ibu anemia yaitu jarak

    kehamilan 1 2 tahun sebanyak 16 responden (72,7%), Berdasarkan

    penelitian Amiruddin, dkk (2004) yang

    menyatakan bahwa jarak kelahiran yang

    terlalu dekat dapat menyebabkan

    terjadinya anemia dikarenakan kondisi

    ibu masih belum pulih dan pemenuhan

    kebutuhan zat-zat gizi belum optimal dan

    sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi

    janin yang dikandung. Hal ini juga sesuai

    dengan hasil penelitian ini terhadap ibu

    tidak anemia yang mayoritas jarak

    kehamilan pada kehamilan pertama

    sebanyak 10 responden (45.5%).

    Tingkat pendidikan merupakan

    salah satu indikator sosial dalam

    masyarakat karena melalui pendidikan

    sikap tingkah laku manusia dapat

    meningkat dan berubah citra sosialnya.

    Pendidikan ibu merupakan modal utama

    dalam menunjang ekonomi keluarga.

    Menurut Amiruddin,dkk (2004)

    yang menyatakan bahwa pendidikan ibu

    mempengaruhi ibu anemia atau ibu tidak

    anemia. Hal ini sesuai dengan hasil

    penelitian yang didapatkan dari 22

    responden ibu anemia mayoritas

    pendidikan SMP sebanyak 10 responden

    (45.5%), sedangkan ibu tidak anemia

    mayoritas pendidikan tamatan SMU dan

    sarjana sebanyak 20 responden (90.9%).

    Hal ini sesuai dengan pendapat Steven

    (2005) bahwa ibu yang memiliki

    pendidikan yang tinggi akan semakin

    mudah menyerap dan memahami apabila

    mendapat informasi mengenai masalah

    kesehatan pada kehamilan.

    Pekerjaan dan penghasilan dapat

    menggambarkan tingkat social ekonomi.

    Dari dapat dilihat bahwa 29,5% ibu hamil

    memiliki penghasilan dibawah upah

    minimum regional dan 70,5% memiliki

    penghasilan standar artinya bahwa

    sebagian besar ibu hamil yang

    memeriksakan kehamilannya ke

    puskesmas berpenghasilan diatas upah

    minimum. Ibu hamil yang tergolong

    dalam status ekonomi menengah

    kebawah dapat mempengaruhi anemia

    kehamilan. Hal ini menunjukkan bahwa

    ada pengaruh penghasilan ibu hamil

    terhadap mempengaruhi kejadian anemia.

    Hal ini sesuai dengan pendapat Fishkar

    (1993) yang menyatakan bahwa sosial

    ekonomi dapat mempengaruhi kejadian

    anemia.

  • Pemeriksaan pertumbuhan berat

    janin penting dilakukan selama masa

    kehamilan karena pemeriksaan ini

    merupakan salah satu indikator atau yang

    menentukan kesejahteraan janin.

    Dari hasil penelitian berdasarkan

    usia ibu hamil ibu anemia dan tidak

    anemia mayoritas usia 20 35 tahun dengan taksiran berat janin ibu anemia

    2500

    gram. Hal ini berbeda dengan penelitian

    Gayatri, dkk (2003) yang menyatakan

    bahwa semakin tua usia ibu maka

    kecenderungan yang terjadi adalah bayi

    yang dilahirkan mengalami peningkatan

    berat lahir namun pada ibu >40 tahun

    ditemukan berat bayi yang dilahirkan

    menurun kembali.

    Dari hasil penelitian mayoritas

    responden ibu anemia memiliki taksiran

    berat janin < 1500 gram pada usia

    kehamilan 28 31 minggu. Sebagian besar taksiran berat janin ibu anemia

    rendah, namun ada terdapat taksiran berat

    janin ibu anemia normal. Hal ini

    mungkin saja terjadi dikarenakan pada

    ibu anemia mengkonsumsi makanan

    yang bergizi dan sehat untuk

    pertumbuhan janinnya karena makanan

    yang sehat dan baik tidak harus mahal,

    ibu hamil dapat mengkonsumsi makanan

    yang bergizi tapi murah. Hal ini tidak

    sesuai dengan pendapat Mochtar (1998)

    yang menyatakan bahwa kehamilan 28

    minggu berat janin normal 1100 gram

    dan usia kehamilan 32-35 minggu berat

    janinnya 1800 gram. Namun hasil

    penelitian ini sesuai dengan taksiran janin

    ibu tidak anemia persentase taksiran berat

    janin mayoritas > 2500 gram dengan usia

    kehamilan 32 35 minggu. Berdasarkan karakteristik gravida

    responden ibu anemia mayoritas

    responden multigravida dimana ibu

    anemia taksiran berat janin < 1500 gram

    dan taksiran berat berat janin ibu tidak

    anemia > 2500 gram. Hasil ini berbeda

    dengan pendapat Gayatri, dkk (2003)

    yang menyatakan bahwa pada ibu

    gravida yang telah melahirkan jumlah

    anak yang banyak maka berat janin

    meningkat.

    Menurut Amiruddin,dkk (2004)

    yang menyatakan bahwa pendidikan ibu

    mempengaruhi berat janin. Hal ini sesuai

    dengan hasil penelitian yang

    menunjukkan pendidikan responden

    tamatan Sarjana dan SMA memiliki

    taksiran berat janin normal sedangkan

    responden tamatan SMP dan SDmemiliki

    taksiran berat janin rendah.

    Pekerjaan dan penghasilan dapat

    menggambarkan tingkat sosioekonomi.

    Dari dapat dilihat taksiran berat janin

    1500 2500 gram memiliki penghasilan dibawah upah minimum regional dan

    taksiran berat janin >2500 memiliki

    penghasilan standar artinya bahwa

    sebagian besar ibu hamil yang

    memeriksakan kehamilannya ke

    puskesmas berpenghasilan diatas upah

    minimum. Ibu hamil yang tergolong

    dalam status ekonomi menengah

    kebawah dapat mempengaruhi

    pertumbuhan berat janin tidak normal.

    Hal ini menunjukkan bahwa ada

    pengaruh penghasilan dan pekerjaan ibu

    hamil terhadap taksiran berat janin. Hasil

    penelitian ini sesuai dengan pernyaan

    Admin (2006) yang menyatakan bahwa

    tingkat sosio ekonomi yang rendah dapat

    mempengaruhi berat lahir.

    Taksiran berat janin ibu yang

    anemia dan tidak anemia terdapat

    perbedaan. apabila dilihat dari rata rata total taksiran berat janin, Taksiran berat

    janin ibu yang anemia lebih rendah

    dibanding dengan taksiran berat janin ibu

    tidak anemia. Total perbandingan ini

    diperoleh dari selisih taksiran berat janin

    ibu yang anemia dan tidak anemia

    berdasarkan usia kehamilan 28 36 minggu.

    Dari data demogravi rata-rata

    besar perbandingan taksiran berat janin

    usia kehamilan 28 minggu sebesar 300

    gram, usia kehamilan 29 minggu sebesar

    500 gram, usia kehamilan 30 minggu

    sebesar 600 gram, usia kehamilan 31

    minggu sebesar 500 gram, usia kehamilan

    32 minggu sebesar 600 gram, usia

    kehamilan 33 minggu sebesar 100 gram,

    usia kehamilan 34 minggu sebesar 500

    gram, usia kehamilan 35 minggu tidak

    terdapat perbandingan, usia kehamilan 36

  • minggu sebesar 700 gram. Hal ini

    disebabkan karena sebagian besar ibu

    anemia memiliki taksiran berat janin tidak

    normal (59,1%) dan terdapat 40,9 %

    taksiran berat janin ibu anemia normal.

    Sedangkan taksiran berat janin ibu tidak

    anemia 100% normal. Uji independent t

    menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

    yang signifikan antara taksiran berat janin

    ibu anemia dan ibu tidak anemia di

    Puskesmas Kentara Kabupaten Dairi.

    Hasil penelitian yang

    menunjukkan bahwa ada perbedaan

    taksiran berat janin ibu anemia dengan ibu

    tidak anemia. Pernyataan ini didukung

    oleh beberapa penelitian yang dilakukan,

    seperti penelitian Steer (1995) yang

    mengkonfirmasikan bahwa Hb yang

    rendah beresiko 5 kali lipat melahirkan

    bayi BBLR. Jumairah, dkk (1999)

    menunjukkan tentang anemia gizi bahwa

    ada hubungan kadar Hb ibu hamil dengan

    berat bayi baru lahir, dimana semakin

    tinggi Hb ibu hamil semakin tinggi berat

    bayi yang dilahirkan. Penelitian lain yang

    mendukung adalah penelitiaan Lee, dkk

    (2006) yang melakukan penelitian pada

    ibu hamil di Korea yang menunjukkan

    bahwa bayi yang dilahirkan dari ibu yang

    anemia melahirkan bayi dengan berat

    rendah.

    SIMPULAN DAN SARAN

    Dari hasil penelitian statistik

    menggunakan uji t-tes menunjukkan

    bahwa Thitung > Ttabel (6,273 > 2,018) dan

    probabilitas < 0,05 (0,000

  • keperawatan Universitas Andalas 1.

    (1). 14-18

    Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan

    metodologi penelitian keperawatan:

    pedoman skripsi & instrument

    penelitian keperawat. Jakarta: Salemba

    Medika

    Pritchard, Macdonald & Gant. (1991).

    Obstetric Williams. Surabaya:

    Airlangga University Press

    Riswan, Muhamad. (2003). Anemia

    defisiensi besi pada wanita hamil di

    beberapa praktek bidan swasta dalam

    Kotamadya Medan. USU digital

    Liblary. 1-26. Dibuka pada 15

    November 2010 dalam

    http://liblary.USU.co

    Sidabuke, I Royentina. (2004). Gambaran

    kasus ibu hamil dengan anemia di

    rumah sakit umum dr. Pirngadi Medan

    tahun 2003. Karya tulis ilmiah.

    Program D-IV Bidan Pendidikan

    fakultas Kedokteran Universitas

    Sumatera Utara

    Sulistiawaty, Ari. (2009). Asuhan

    kebidanan pada masa kehamilan.

    Jakarta: Salemba Medika

    Tarwoto, Warnidar. (2007). Buku Saku

    Anemia Pada Ibu Hamil, Konsep dan

    Penatalaksanaan. Jakarta : Trans Info

    Media