18. Awal Bulan Kriteria Ibnu

27
KONSEP HISAB WAQI’IY (EKSTRAKSI PEMIKIRAN HISAB SYAIKH MUHAMMAD FAQIH DALAM KITAB AL-MANZ}U>MAH AD-DA>LIYAH FI> AWA>IL AL-ASYHUR AL-QAMARIYAH) Oleh: Ibnu Sutopo Yuono, S.Pd.I., S.T Peserta Pendidikan Kader Ulama Kementerian Agama RI Pasca Sarjana Ilmu Falak IAIN Walisongo Semarang Utusan DIY Yogyakarta A. Mengenal Biografi Syaikh Muhammad Faqih Penulis kitab ini adalah Syaikh Muhammad Faqih bin Abdul Jabar Al-Maskumambangi, beliau dilahirkan pada tahun 1273 H di Desa Maskumambang, Dukun, Gresik, Jawa Timur. Beliau dikenal sebagai pakar Ilmu Tafsir, Tauhid, Fikih, Nahwu, Balaghah, Mantiq, Ushul Fikih dan juga Ilmu Falak. Syaikh Muhammad Faqih mulai berkecimpung dalam dunia pengasuhan pondok sejak tahun 1325 H baik di Jawa ataupun luar Jawa. Mendengar kemasyhuran keilmuan beliau, banyak manusia 1

Transcript of 18. Awal Bulan Kriteria Ibnu

Page 1: 18. Awal Bulan Kriteria Ibnu

KONSEP HISAB WAQI’IY (EKSTRAKSI PEMIKIRAN HISAB SYAIKH MUHAMMAD

FAQIH DALAM KITAB AL-MANZ}U>MAH AD-DA>LIYAH

FI> AWA>IL AL-ASYHUR AL-QAMARIYAH)

Oleh: Ibnu Sutopo Yuono, S.Pd.I., S.TPeserta Pendidikan Kader Ulama Kementerian Agama RI

Pasca Sarjana Ilmu Falak IAIN Walisongo SemarangUtusan DIY Yogyakarta

A. Mengenal Biografi Syaikh Muhammad Faqih Penulis kitab ini adalah Syaikh Muhammad Faqih bin Abdul

Jabar Al-Maskumambangi, beliau dilahirkan pada tahun 1273 H di Desa Maskumambang, Dukun, Gresik, Jawa Timur. Beliau dikenal sebagai pakar Ilmu Tafsir, Tauhid, Fikih, Nahwu, Balaghah, Mantiq, Ushul Fikih dan juga Ilmu Falak.

Syaikh Muhammad Faqih mulai berkecimpung dalam dunia pengasuhan pondok sejak tahun 1325 H baik di Jawa ataupun luar Jawa. Mendengar kemasyhuran keilmuan beliau, banyak manusia dari berbagai penjuru daerah yang berbondong-bondong menimba ilmu kepada beliau di Ma’had Maskumbang.

Syaikh Muhammad Faqih adalah paman dari Syaikh Ma’shum Ali penulis kitab Al-Amtsilah at-Tashrifiyyah dalam Ilmu Shorof dan Kitab Ad-Durus Al-Falakiyah serta Badiatul Mitsal dalam Ilmu Falak.

Syaikh Muhammad Faqih Al-Maskumambangi menimba ilmu dengan belajar kepada ayahanda beliau, Syaikh Abdul Jabar di

1

Page 2: 18. Awal Bulan Kriteria Ibnu

rumahnya. Syaikh Muhammad Faqih mendalami dan menguasai banyak cabang keilmuan sehingga banyak orang yang datang dan berguru kepada beliau. Rata-rata, setelah kembali ke daerah masing-masing, para murid Syaikh Muhammad Faqih membuka pondok baru dan mengajarkan ilmu yang telah diperolehnya dari Syaikh Muhammad Faqih.

Di antara murid-murid beliau adalah Syaikh Muhammad Sholih, Mudir Pondok Pesantren Talun Bojonegoro. Syaikh Muhammad Sholih belajar kepada Syaikh Muhammad Faqih di Pondok Maskumambang sejak tahun 1921 M hingga 1927 M. Murid Syaikh Muhammad Faqih yang lain adalah KH. Abdul Hadi, Mudir Ma’had Langitan Tuban tahun 1921-1971 M. KH. Abdul Hadi mendalami ilmu dan belajar Ilmu Falak kepada Syaikh Muhammad Faqih pada tahun 1930 M.

Syaikh Muhammad Faqih Al-Maskumambangi wafat pada tahun 1353 H bertepatan dengan tahun 1937 M pada usia sekitar 80 tahun.

B. Selayang Pandang Kitab al-Manzu}mah ad-Da}liyahDi antara karya Syaikh Muhammad Faqih adalah Kitab al-

Manz}u>mah ad-Da>liyah fi> Awa>il al-Asyhur al-Qamariyah yang berbicara tentang Ilmu Falak. Kitab ini ditulis pada tahun 1342 H saat usia beliau sekitar 69 tahun. Kitab ini dijadikan rujukan dalam bidang Ilmu Falak khususnya di Jawa pada pada awal-awal abad ke-20.

Kitab al-Manz}u>mah ad-Da>liyah adalah kitab yang berbicara mengenai Ilmu Falak yang dijabarkan melalui naz}am-naz}am. Ada 48 bait syair yang didalamnya dikupas dasar-dasar

pembahasan Ilmu Falak.

2

Page 3: 18. Awal Bulan Kriteria Ibnu

Perhitungan dalam kitab ini berdasarkan perhitngan urfi, tanpa melakukan perhitungan yang rumit ataupun koreksi-koreksi. Penulis juga menukil pendapat dari para ulama terdahulu secara fikih

mengenai pembahasan Ilmu Falak. Inti dari kitab ini adalah terkait dengan tiga hal yaitu keadaan

malam yang mustahil dilakukan rukyatul hilal, keadaan malam yang mungkin dilakukan rukyatul hilal dan keadaan malam yang pasti terlihat hilal. Ketiga hal tersebut diketahui melalui metode hisab waqi’i yaitu metode hisab dengan memperhatikan kebiasaan realita yang terjadi pada bulan-bulan yang telah dilalui.

C. Ekstraksi Pemikiran PenulisDari 48 bait syair yang dibuat, pemikiran penulis dapat diekstrak

menjadi 8 poin pokok sebagai berikut:1. Penulis adalah Penganut Madzab RukyahDalam bait ketiganya, penulis mengatakan:“Puasa dengan melihat hilal dengan mata yang sehat...”

Di bait ke 23, penulis lebih menegaskan tentang hukum merukyah adalah fardhu kifayah:“Melihat hilal bulan adalah fardhu kifayah....Untuk diketahui dengan benar hukum hari esoknya...”

2. Penulis Berpedoman pada Hisab UrfiPemikiran penulis tercermin dalam bait ke-3 sampai bait ke-5. Dalam bait ke-disebutkan:“Adapun selanjutnya, (lambang huruf yang menunjukkan angka adalah)

3

Page 4: 18. Awal Bulan Kriteria Ibnu

صقر شت سخذ۞أبجد هوز حط يكلمن سعف ضظغ

Adalah huruf-huruf yang menyimbulkan bilangan....” Huruf-huruf di atas menyimbulkan bilangan/ angka, dengan keterangan sebagai berikut:ن م ل ك ي ط ح ز و ه50

40

30

20

10

9 8 7 6 5

غ ضظ ذ خ ث شت ر ق1000

900

800

700

600

500

400

300

200

100

Selanjutnya penulis meneruskan dalam bait syairnya yang ke-4“Basithoh adalah tahun شنبب dan kabisat itu... dengan أش==نبب bulan ganjil berjumlah 30 hari bulan genap berjumlah 29…”

Tahun basithoh adalah tahun pendek, jumlah harinya dalam setahun sebagaimana dijelaskan oleh penulis yaitu yang شنبب bernilai 354 hari. Tahun kabisat adalah tahun panjang, jumlah harinya dalam setahun adalah .yaitu 355 hari أشنبب Tahun ini didasarkan pada perhitungan tahun qamariah. Jumlah bulan dalam tahun qamariyah ada 12 bulan yaitu (sesuai urutan bulan): Muharram, Shafar, Rabi’ul Awal, Rabius Tsani, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Syakban, Ramadhan, Syawal, Zulqa’dah, Zulhijjah.

4

Page 5: 18. Awal Bulan Kriteria Ibnu

Bulan-bulan ganjil adalah bulan ke-1, 3, 5, 7, 9, dan 11. Jumlah hari dalam bulan ini adalah 30 hari. Adapun bulan-bulan genap adalah bulan ke-2, 4, 6, 8, dan 10. Jumlah hari dalam bulan ini adalah 29 hari.Selanjutnya penulis melanjutkan baitnya:“Selain bulan Zulhijjah, umurnya ketika tahun kabisat umurnya 30..Adapun

بهزي يج يه يح كأ كو كط كدAdalah tahun-tahun kabisat dari 30 tahun...”

Adapun khusus untuk bulan ke-12, yaitu bulan zulhijjah, umurnya bisa 29 atau 30. Berumur 29 hari manakala tahunnya basithoh dan berumur 30 ketika tahunnya kabisat. Siklus tahunan tahun qamariah adalah selama 30 tahun, adapun letak tahun kabisat dalam siklus tahunan tersebut dapat dikenali dengan naz{aman berikut:

بهزي يج يه يح كأ كو كط كدAdapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

كط كو كد كأ يح يه يج ي ز ه ب29 26 24 21 18 15 13 10 7 5 2Adapun penulis tidak mengurutkan hanya sekedar كو كط كد

untuk menyesuaikan lirik dalam syairnya.

3. Pemikiran penulis banyak dipengaruhi oleh Syaikh Ahmad bin Muhammad bin Ramadhan dan Yahya bin Muhammad Al-Hithob.

5

Page 6: 18. Awal Bulan Kriteria Ibnu

Hal ini nampak jelas dalam bait syair yang ke-13 dan 14, penulis menyatakan:

“Hendaklah engkau terus memahami bait-bait selama masih ada...Di atas permukaan bumi, sebagai bentuk ibadah bagi mukallaf...”

Di sini, Penulis memberikan semangat kepada para pembaca agar mempelajari Ilmu Falak yang telah diwariskan oleh para ‘ulama lewat karya-karya mereka. Hal ini mengingat, Ilmu Falak adalah ilmu yang langka dan sangat sedikit orang yang tertarik untuk mendalaminya. Seandainya ilmu yang langka ini tidak dipelajari oleh generasi muslim berikutnya, dikhawatirkan khazanah keilmuan falak yang telah ditulis dan dibukukan oleh para ‘ulama terdahulu menjadi terkubur ditelan masa atau terbang ditiup angin perjalanan waktu.

Selanjutnya Penulis menyebutkan di antara ‘ulama falak yang menjadi salah satu rujukannya:“Dan dari Seorang Sayyid yang dipanggil dengan sebutan asal Ahmad...Dan dinisbatkan kepada Al-Marzuq kemudian kepada Ma’ad...”

Yang dimaksudkan oleh Penulis adalah salah seorang ‘ulama ahli falak yang bernama Syaikh Muhammad Faqih adalah Syaikh Ahmad bin Muhammad bin Ramadhan, Abul Fauz Al-Husaini Al-Marzuqi. Beliau adalah ahli fikih madzhab Maliki yang tinggal di Mekah. Di antara karya-karyanya adalah “Tas{hi>lu Nailil Mara>m yang merupakan syarah dari kitabnya

6

Page 7: 18. Awal Bulan Kriteria Ibnu

Aqi>datul aw>am dalam bidang Tauhid dan Kitab ‘Is}matul Anbiya>’ yang merupakan bentuk nadzam dan Bulughul Maram yang merupakan penjelasan kisah kelahiran Nabi.

Selanjutnya dalam bait 16, Penulis menyebutkan:“Maka pakailah bait-bait tersebut layaknya Kitab Wasilah yang tidak ada…Perselisihan di kalangan pemakainya sama sekali tidak pula pertengkaran sengit...”

Kitab Wasilah adalah Kitab Wasilah At}-T{ula>b fi> Ilmi al-falak bi T{ori>q Al-Hisa>b karya Yahya bin Muhammad bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Hithob. Seorang ahli fikih madzhab Maliki pada zamannya. Beliau dilahirkan pada tahun 902 H/1496 H dan wafat pada tahun 995 H/1587 H.

4. Penulis berpendapat, khusus bagi para ahli hisab, maka ia tidak boleh Taqlid. Ahli hisab boleh menentukan masuknya bulan menurut dugaannya

Hal ini nampak jelas dalam bait syair yang ke 43, Penulis menyatakan:“Dan barangsiapa mampu untuk menentukannya hal itu, maka tidaklah...Menurut fuqaha boleh taqlid, maka ketahuilah dan jangan dipersulit....”

7

Page 8: 18. Awal Bulan Kriteria Ibnu

Ya, hal ini mengingat bahwasanya seseorang beramal sesuai dengan ilmu yang dimilikinya. Namun yang perlu diperhatikan, pendapat pribadi ahli hisab jangan sampai diumumkan ke masyarakat seandainya menyelesihi keputusan pemerintah. Cukupnya ia beramal untuk dirinya masing-masing, karena orang yang mengerti itu tidaklah sama dengan orang yang tidak mengerti.

Keadaan seperti ini dapat terjadi manakala hilal meragukan untuk dapat dilihat, hal ini dapat terlihat jelas pada bait ke 37 dan 38:“Maka jika permulaan bulan dengan melihat hilal itu meragukan...Maka wajib bagi seorang muslim di suatu negri untuk berijtihad...”

Selanjutnya pada bait ke-38“Wajib untuk memilih yang ia kehendaki dari..Sisi yang menurut dugaannya benar...”

5. Penulis berpendapat, apabila hilal meragukan untuk dilihat, orang awam dapat mengikuti orang yang ditsiqahinya sesuai dengan keyakinannya.Hal ini dapat dibaca pada bait ke-39 dan 40, penulis berkata:“Sebagaimana penanggalan hijriah kita, menggunakan hisab manazil...Bagi ahlinya mereka mengatakan dan orang yang membenarkannya berkeyakinan...”

8

Page 9: 18. Awal Bulan Kriteria Ibnu

“Bersama adanya khilaf dalam hal ini, dan bintang dan fakihah...Dan angin serta masing-masingnya memiliki dalil yang diperhitungkan....”

Hal ini mengingat bahwa menjalankan perintah agama itu berdasarkan atas keyakinan, dan dari keyakinan akan memunculkan sebuah keikhlasan. Orang awam dapat menanyakan tentang pendapat dan alasan orang yang dianggap alim kemudian mengikutinya.

Perlu diperhatikan, seorang muslim tidak selayaknya terus menerus dalam kenyamanannya sebagai “seorang awam”, namun hendaknya ia terus belajar dan belajar atas suatu bidang ilmu yang belum diketahuinya sehingga ia semakin yakin atas ilmu yang dipelajarinya, demikian pula semakin yakin saat mengamalkan ilmu yang telah dipelajarinya.

6. Penulis berpendapat, bahwa bulan itu banyak yang umurnya 29, dan sedikit yang umurnya 30 hari.Penulis mengatakan dalam bait syairnya yang ke-21 yaitu:“Sedikit yang jumlah harinya 30 dan untuk yang berjumlah 29...Banyak, tahun yang kedua kadang berbeda...”

Yang dimaksud oleh penulis barangkali berdasarkan pengamatan terhadap sejarah di zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu umur bulan Ramdhan seringnya 29 hari. Jika yang dimaksud adalah umur bulan qamariah itu seringnya 29 hari, maka ini perlu untuk dikaji lebih dalam secara astronomis. Hal ini mengingat dalam 1 tahun

9

Page 10: 18. Awal Bulan Kriteria Ibnu

qamariah, umurya 354 hari 8 jam 48 detik. Artinya, bulan yang memiliki umur 30 lebih banyak dibadingkan dengan yang berumur 29 hari.

7. Penulis berpendapat, hasil rukyah seorang yang adil dapat digunakan oleh banyak orang. Terkait hal ini, Penulis mengutarakan pendapatnya dalam bait syairnya yang ke-31“Dan barangsiapa yang tidak mungkin melihat pada akhir hari...Apabila ada diantara temannya (yang melihat), maka ia mendapat faedahnya...”

Yang dimaksud oleh Penulis adalah, seandainya ada seorang yang mengaku telah melihat hilal pada suatu malam, maka orang yang lain mendapatkan faedah dari hasil penglihatan orang yang telah berhasil melihat hilal tersebut. Hal ini melazimkan kepada orang yang melihat dan kepada orang lain yang tsiqah kepadanya untuk berpuasa keesokan harinya. Namun yang perlu menjadi catatan di sini, Penulis tidak membatasi apakan hasil rukyah orang tadi berfaedah untuk mathla’ global seluruh dunia ataukan satu wilayatul hukmi ataukah hanya mathla’ lokal.

8. Penulis membagi keadaan malam terlihatnya hilal menjadi 3 (tiga) keadaan yaitu: keadaan malam yang pasti hilal dapat dirukyat, keadaan malam yang memungkinkan hilal dapat untuk dirukyat dan keadaan malam di mana hilal mustahil dapat dirukyat.

10

Page 11: 18. Awal Bulan Kriteria Ibnu

Keadaan ini dapat dirinci sebagai berikut:a) Keadaan yang pasti hilal dapat dirukyah.

Yaitu keadaan manakala hilal 4 tahun berturut-turut tidak dapat dapat dirukyat, maka pada tahun ke-5 pasti dapat dirukyat. Ini adalah berdasarkan kebiasaan yang terjadi, sebagaimana yang dijelaskan oleh An-Nawawi. Penulis mengatakan dalam syairnya pada bait ke-22: “Kadang-kadang berurutan dua kali dan yang terbanyak....Sampai empat, sebagaimana yang disandarkan pada fatwa An-Nawawi....”

b) Keadaan hilal mungkin dapat dirukyat.Hilal mungkin dapat dilihat pada hari ke-29 setelah matahari ghurub, dan ini dapat berlaku hingga 3 tahun setelahnya secara berturut-turut. Hal ini seperti disampaikan oleh Penulis dalam syairnya sebagaimana di atas:“Kadang-kadang berurutan dua kali dan yang terbanyak....Sampai empat, sebagaimana yang disandarkan pada fatwa An-Nawawi....”

c) Keadaan hilal tidak mungkin dapat dirukyah.Yaitu keadaan dimana pada hari ke-29, langit tertutup mendung atau lainnya dan demikian pula pada hari ke 30. Maka, keesokkan harinya tidak perlu lagi diakukan rukyah. Hal ini mengingat umur bulan maksimalnya adalah 30 hari.Terkait dengan keadaan ini penulis menjelaskannya dalam bait 24 sampai dengan bait ke-29. Penulis mengatakan:“Dan mencukupi bagi kita apabila bulan tertutup...Dengan mengakhirkan bulan yang datang sebelumnya....”

11

Page 12: 18. Awal Bulan Kriteria Ibnu

“Yang kami maksud adalah tidak dapat dilihat semenjak....Ghurub sampai terbit maka sungguh telah keluar...”“Sebagaimana telah sempurna hari-harinya dari hilal...Sebanyak tiga puluh hari, tidak denan cara hisab maka tinggalkanlah....”“Maka tertutupnya dua malam yang akhir...Selalu melazimkan untuk dilakukan istikmal...”“Dan juga setiap tanggal 29 tiap bulan apabila tertutupi...Demikianlan apabila telah sempurna 30, berhentilah dalam mengamati...”“Maka sudah wajib puasa apabila dua malam itu tetutup...Bulan itu tidak akan melebihi dan ditambah (dari 30 hari)..”

D. Analisis Pemikiran Syaikh Muhammad Faqih dalam Perspektif Astronomi

Terkait dengan perspektif astronomi, ada beberapa hal penting yang perlu dibahas terkait dengan pemikiran Penulis.

1. Puasa itu dengan rukyatSecara astronomis, bulan baru telah masuk apabila sudah

terjadi ijtima’. Namun ijtima’ itu terjadi pada waktu kapan saja, termasuk siang hari, padahal awal hari dalam Islam dimulai setelah ghurub. Oleh karena itulah, setelah dilakukan kompromi antara ilmu fikih dan astronomi, timbul beberapa madzhab. Di antara madzhab yang terkenal adalah: Madzhab rukyat, Madzhab Hisab Wujudul Hilal, Madzhab Imkanurrukyah.

Dalam konteks rukyah, perlu dijabarkan lebih jauh, tidak cukup hanya sekedar rukyah saja kemudian diterima. Hal ini mengingat kadang sering terjadi kesalahan subjektif dalam rukyah

12

Page 13: 18. Awal Bulan Kriteria Ibnu

hilal. Jika secara astronomis, hilal masih dibawah ufuk, maka laporan adanya rukyah dapat ditolak. Hal ini tentunya membutuhkan adanya hisab astronomi, yang para ulama berbeda pendapat tentang pembolehannya dalam penentuan awal bulan jika hisab murni digunakan sebagai penentu awal bulan. Jalan tengah yang ditawarkan selama ini adalah menggunakan kriteria imkanurrukyah.

2. Penulis berpendapat bahwa bulan qamariah itu banyak yang umurnya 29 hari dan sedikit yang umurnya 30 hari.

Dalam perspektif astronomi, pernyataan ini perlu untuk ditinjau ulang. Hal ini mengingat, menurut perhitungan astronomis, dalam 1 tahun qamariah, umurya 354 hari 8 jam 48 detik atau waktu sinodis bulan dari ijtima’ ke ijtima’ membutuhkan waktu 29 hari 12 jam 44 menit 2,8 detik. Dengan demikian nampak bahwa umur bulan yang jumlahnya 30 hari lebih banyak dibandingkan dengan umur bulan yang berumur 29 hari. Dalam perhitungan urfipun juga nampak bahwa dalam satu siklus bulan qamariah yang berperiode 30 tahun, terdiri dari 11 tahun kabisat dan 19 basithoh. Ini artinya ada kelebihan 11 hari dalam satu siklus. Kelebihan ini diberikan kepada bulan zulhijjah yang umur urfinya 29 menjadi 30 hari.

3. Penjelasan Penulis bahwa hasil rukyah satu orang dalam memberikan faedah bagi orang yang lain.

Pembahasan ini tidak lepas dalam pembahasan mathla’. Mathla’ adalah batas geografis dalam keberlakuan rukyah. Fenomena Mathla’ dapat dibagi kedalam pembahasan mathla’ lokal, wilayatul hukmi dan mathla’ global.

13

Page 14: 18. Awal Bulan Kriteria Ibnu

4. Pembagian penulis tentang tiga keadaan yaitu: keadaan dimana hilal pasti dapat dilihat, keadaan hilal mungkin dapat dilihat dan keadaan hilal mustahil dapat dilihat.

Keadaan ini tidak lepas dari keadaan visibilitas hilal dimana hilal memungkinkan dilihat ataukah tidak. Adapun keadaan hilal saat mustahil dapat dilihat adalah saat hilal tertutup awan, hal ini mengingat sampai saat ini dalam dunia astronomis belum ada alat yang mampu untuk menembus awan. Sedangkan apabila cuaca dalam keadaan normal dan cerah, tergantung dari posisi hilal dan matahari secara astronomis berdasarkan kriteria imkanurrukyah.

Para ahli astronomi berdasarkan pengamatannya banyak yang telah memberikan kriterianya tentang visibilitas hilal, di antaranya:a) Muhammad Ilyas dari Malaysia, dengan kriteria tinggi hilal

minimal 5° dan elongasi 10,5°.b) Danjon, mengusulkan jarak antara bulan dan matahari saat

matahari terbenam minimal 7°. Ini dikenal dengan limit Danjon.c) Zaki Al Mustofa dan Moataz N. Kordi dari King Abdul Aziz City

for Science and Technology and Geophysical Reasearch, mendapatkan rekor tinggi hilal tertipis dan terendah, yaitu tinggi hilal 4° 09’ dan umur bulan 12 jam 58 menit.

d) Pepin dari Arizona, dengan rekor hilal termuda, yaitu tinggi hilal 6° 34’ 45” dan umur bulan 12 jam 7 menit.

Terkait dengan kemungkinan terlihatnya hilal, Dr. Farid Ruskanda membagi kriteria visibilitas hilal menjadi 4 (empat) bagian:1. Sangat sulit dan hampir tidak mungkin dilihat.2. Kecil kemungkinan dapat dilihat.

14

Page 15: 18. Awal Bulan Kriteria Ibnu

3. Peluang 50 % untuk bisa dilihat.4. Besar peluang untuk dapat dilihat.

Keadaan pertama terjadi manakala langit tertutup mendung atau tinggi hilal kurang dari 2°.

Keadaan kedua diusulkan oleh seorang astronom bernama Danjon berdasarkan pengkajian ilmiah, yaitu jarak busur antara bulan dan matahari, di saat matahari tenggelam minimal 7 derajat. Syarat lain dari kriteria ini adalah ketinggian hilal minimal 2 derajat.

Keadaan ketiga, hilal berpeluang terlihat dengan mata telanjang dengan kemungkinan 50:50, yang disusun berdasarkan kesepakatan Istanbul pada Konferensi Almanak Islaminggi hilal pada tahun 1978, yaitu jarak busur minimal 8 deraat, tinggi hilal minimum 5 derajat.

Keadaan keempat diusulkan oleh Ilyas, yaitu jarak busur minimum 10,5 derajat, tinggi hilal minimum 5 derajat.

E. Simpulan dan SaranMelihat pemikiran Penulis dan melihat analisis astronomi, dapat

disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:1. Syaikh Muhammad Faqih adalah ulama yang ahli dibidang

bahasa dan ilmu falak, dibuktikan bahwasannya beliau dapat membawakan materi falak dalam bentuk nazham-nazham.

2. Syaikh Muhammad Faqih melalui kitabnya “al-Manz}u>mah ad-Da>liyah fi> Awa>il al-Asyhur al-Qamariyah” mengenalkan ilmu falak dengan konsep hisab waqi’i yaitu memperkirakan datangnya awal bulan melalui jalan kebiasaan.

3. Syaikh Muhammad Faqih bermadzhab rukyah, namun beliau juga tidak menafikan adanya hisab.

15

Page 16: 18. Awal Bulan Kriteria Ibnu

Setelah melakukan analisis atas Kitab al-Manz}u>mah ad-Da>liyah fi> Awa>il al-Asyhur al-Qamariyah, ada beberapa saran untuk para peneliti selanjutnya:1. Kitab al-Manz}u>mah ad-Da>liyah fi> Awa>il al-

Asyhur al-Qamariyah perlu dikaji lebih lanjut, terutama makna lafadz-lafazd yang terkandung dalam nazham-nazhamnya.

2. Kitab al-Manz}u>mah ad-Da>liyah fi> Awa>il al-Asyhur al-Qamariyah perlu perlu dicari rujukan pokok yang digunakan oleh Penulis terkait dengan pendapat-pendapatnya dalam nazham-nazham yang dibuatnya.

3. Kitab al-Manz}u>mah ad-Da>liyah fi> Awa>il al-Asyhur al-Qamariyah perlu dikaji lebih lanjut historis astronominya yang menguatkan pendapat-pendapat Penulis.

Demikian hasil analisis atas Kitab al-Manz}u>mah ad-Da>liyah fi> Awa>il al-Asyhur al-Qamariyah, mudah-mudahan hasil kajian ini menambah khazanah keilmuan dalam bidang agama khususnya terkait dengan ilmu falak dan memberikan manfaat keilmuan bagi Islam dan kaum muslimin. Semoga Allah menjadikan Kitab ini sebagai tabungan ilmu yang bermanfaat di akhirat bagi penulisnya.

Akhirnya selesai penulisan makalah ini dengan izin dan Taufiq dari Allah, saran dan kritik yang membangun tentunya sangat kami harapkan dari semua pihak yang berkenan membaca makalah ini. Allahu A’lam.

16

Page 17: 18. Awal Bulan Kriteria Ibnu

17

Page 18: 18. Awal Bulan Kriteria Ibnu

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Syamsul. Interkoneksi Studi Hadits dan Astronomi. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2011.

Arifin, Zaenal. Ilmu Falak. Yogyakarta: Lukita, 2012.

Azhari, Susiknan. Ilmu Falak: Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007.

Faqih, Muhammad. Al-Manzhumah Ad Daliyah fi Awail Asyhur Al Qamariah. Jakarta: Wizarah Asy Syu’un Ad Diniyah Lil Jumhuriyah Al-Indunisiah, 2010.

Hambali, Slamet. Al-Manak Sepanjang Masa. Semarang: Program Pasca Sarjana IAIN Walisongo, 2011.

Ilyas, Muhammad. Sistem Kalender Islam dari Perspektif Astronomi. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. 1997.

Izzudin, Ahmad. Ilmu Falak Praktis. Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012.

Khazin, Muhyidin. Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta: Buana Pustaka, 2011.

-------------------. 99 Tanya Jawab Masalah Hisab & Rukyat. Yogyakarta: Ramadhan Press, 2009.

Ruskanda, Farid. 100 Masalah Hisab & Rukyat: Telaah Syari’ah, Sains dan Teknologi. Jakarta: Gema Insani Press, 1996.

18