175000569 Pelunakan Air Sadah Melalui Penyaringan Zeolit
description
Transcript of 175000569 Pelunakan Air Sadah Melalui Penyaringan Zeolit
ofu^
2~ool
01^ PELUNAKAN AIR S AD AH MELALUI PENYARINGAN
ZEOLIT
, Oleh: Heri Hermana C02497077
SKRIPSI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILIYIU
KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR September 2001
PELUNAKAN AIR S AD AH MELALUI PENYARINGAN ZEOLIT
Oleh : Herí Hermana C02497077
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS
PERIKANAN DAN JOLMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
September 2001
Leèifi 6aikjmengerti af(an ketidakmengertian kita
Vntuf^fiadiafi ufang tafiunfcu, 'perjuanganku, dan fiaC-fia£
6 erfiarga y ang mungkin teHivpakan
RINGKASAN
Kesadahan dalam suatu perairan apabila ditinjau dari segi kesehatan tidak
membahayakan. Akan tetapi jika ditinjau dari segi teknis dan ekonomis dapat menimbulkan
kerugian dalam pemanfaatannya, seperti memboroskan sabun, menimbulkan kerak ketel,
membentuk endapan pada pipa dan menimbulkan perubahan warna pada rendaman pakaian
cucian (Siahaan, 2000). Untuk mengatasi kerugian yang disebabkan oleh kesadahan di dalam
air diperlukan upaya-upaya untuk mengurangi atau menghilangkan nilai kesadahan tersebut.
Salah satu upaya untuk menurunkan nilai kesadahan adalah melalui pelunakan air dengan
metoda pertukaran ion. Pelunakan air melalui metoda pertukaran ion dengan menggunakan
resin zeolit alami merupakan metoda yang efektif untuk menghilangkan kesadahan.
Pengaktifan dan pemilihan ukuran kristal zeolit yang efektif serta penyusunan rancangan unit
pelunakan air yang efisien dapat meningkatkan proses pelunakan air yang dilakukan.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret-Mei 2001 yang terdiri dari tahap
persiapan, pelaksanaan penelitian, analisa laboratorium dan analisa data. Parameter kualitas air
yang diamati adalah kesadahan total, kandungan besi (Fe), kekeruhan dan pH yang dianalisa di
laboratorium Limnologi MSP. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah zeolit alam
dari Cikembar, Sukabumi, air sadah dari daerali Sindang Barang, Bogor dan larutan HC1 0,2N
6 liter. Sedangkan alat yang digunakan adalah pipa PVC, ember, selang, dan corong plastik,
busa penyaring dan ijuk.
Zeolit yang digunakan dibagi ke dalam 3 ukuran kristal yang berbeda, yaitu ukuran
kristal besar (5-20 mesh = 0 2,8-5,5 mm), ukuran kristal sedang (40-60 mesh = 0 1,6-1,9 mm ),
dan ukuran kristal kecil (80-100 mesh = 0 1,2-1,4 mm). Kemudian diaktifkan terlebih dahulu
dalam 2 fraksi yang berbeda, yaitu aktifasi pemanasan melalui pengovenan pada suhu 150 °C
selama 2 jam dan aktifasi pengasaman melalui perendaman di dalam larutan HC1 0,2N selama
2 jam. Selanjutnya zeolit tersebut dikelompokan kedalam kombinasi perlakuan yang berbeda,
lalu dimasukan ke dalam kolom pelunakan air berdasarkan kombinasi perlakuannya masing-
masing. Selanjutnya air hasil perlakuan dari kolom pelunakan tersebut dianalisa nilai
kesadahan total, kandungan besi (Fe), kekeruhan dan pH-nya yang kemudian akan
dibandingkan dengan nilai dari air bahan (yakni air sadah yang berasal dari daerah Sindang
Barang, Bogor) dimana sebelumnya telah dianalisa kesadahan total, kandungan besi (Fe),
kekeruhan dan pH-nya.
Kombinasi perlakuan aktifasi pemanasan-ukuran kristal sedang (40-60 mesh = 0 1,6-
1,9 mm ) memberikan nilai tertinggi dalam menurunkan kesadahan total dan kandungan besi
air bahan dengan nilai yang didapatkan pada air hasil perlakuan yaitu sebesar 87,56 mg/lCaC03
dan 0,009 mg/l. Begitu pula efisiensi kombinasi perlakuannya yang masing-masing sebesar
65,01% (kesadahan total) dan 88,89% (kandungan besi). Sedangkan perlakuan ukuran kristal
kecil (80-100 mesh = 0 1,2-1,4 mm) untuk semua fraksi aktifasi dan perlakuan tanpa aktifasi
untuk semua ukuran kristal zeolit memberikan efisiensi yang rendah dalam pelunakan air. Hal
ini terlihat dari penurunan nilai kesadahan total dan kandungan besi air bahan yang rendah.
Adanya peningkatan niiai kekeruhan pada air hasil perlakuan disebabkan oleh
pengaruh dari pengaktifan secara pemanasan, dimana partikel-partikel halus dari zeolit terbawa
aliran air ketika proses pelunakan air terjadi, sehingga nilai kekeruhan air hasil perlakuan
menjadi lebih tinggi. Begitu pula pada nilai pH air hasil perlakuan yang mengalami perubahan,
kemungkinan disebabkan oleh pengaruh dari pengaktifan secara pengasaman, dimana
pengaruh larutan asam mempengaruhi nilai pH air hasil perlakuan. Akan tetapi peningkatan
kekeruhan dan perubahan nilai pH pada air hasil perlakuan masih berada dalam kisaran yang
aman, khususnya untuk air baku air minum serta kepentingan domestik dan industri lainnya
(Perda, 1991).
Pengaktifan dan pemilihan ukuran kristal zeolit yang efektif dapat meningkatkan
proses pelunakan air. Dengan adanya pengaktifan pada zeolit yang digunakan dapat
meningkatkan daya tukar kation, daya selektifitas dan kemampuan sobrpsinya terhadap ion-
ion penyebab kesadahan didalam air dan kandungan besi (Fe). Adapun fraksi aktifasi yang
efektif dalam menurunkan nilai kesadahan didalam air adalah pengaktifan dengan cara
pemanasan pada suhu 150°C selama 2 jam. Sedangkan pemilihan ukuran kristal zeolit yang
efektif akan meningkatkan proses pelunakan air yang dilakukan. Ukuran kristal yang efektif
dalam menurunkan nilai kesadahan air dan kandungan besi (Fe) adalah ukuran kristal sedang
(40-60 mesh = 0 1,6-1,9 mm ).
SKRIPSI
Judul : Pelunakan Air Sadah Melalui Penyaringan Zeolit
Nama Mahasiswa : Heri Hermana
Nomor Pokok : C02497077
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan
Disetujui:
I. KOMISI PEMBIMBING
Tanggai Ujian: 30 Agustus 2001
Anggota
H. FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN IPB
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang Maha Rahman dan Rahim
yang telah memberikan kesempatan dan kemampuan kepada penulis untuk dapat
menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah Pelunakan Air Sadah Melalui
Penyaringan Zeolit. Pembuatan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar sarjana perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Institut Pertanian
Bogor (IPB).
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada:
1. Ibu, Embap, dan De' Hendi beserta Keluarga Besar di Sumedang atas do a restu dan
dorongannya yang begitu berharga
2. Bapak Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc dan Bapak Dr. Ir. Bambang Widigdo, M.Sc selaku
dosen pembimbing atas bimbingan dan arahannya dimulai dari tahap persiapan,
selama penelitian sampai tersusunnya skripsi ini
3. Ibu Ir. Hendarti Muluk dan Ibu Mayarina Krisanti. S,Pi selaku dosen tamu atas
masukan yang begitu berarti bagi terciptanya skripsi yang lebih baik
4. Semua pihak yang telah membantu penulis sejak dari tahap persiapan sampai
tersusunnya skripsi ini. Semoga menjadi amal ibadah yang mendapat balasan yang
lebih baik lagi dari Alloh SWT.
Harapan penulis semoga hasil-hasil yang tertuang dalam skripsi ini dapat bermanfaat
terutama bagi mereka yang membutuhkannya.
Bogor, Juni 2001
PenulisDAFTARISI
6
DAFTAR TABEL ...................................................................................
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
I. PENDAHULUAN ................................................................................
A. Latar belakang ................................................................................
B. Tujuan .............................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
A. Kesadahan ....................................................................................
1. Pengertian dan batasan kesadahan ..........................................
2. Proses terjadinya kesadahan ...................................................
3. Implikasi dari kesadahan ........................................................
4. Klasifikasi kesadahan .............................................................
B. Besi (Fe) .......................................................................................
C. Zeolit ............................................................................................
1. Pengertian zeolit .....................................................................
2. Sifat fisik dan kimia zeolit ......................................................
3. Aplikasi penggunaan zeolit ....................................................
4. Proses pengaktifan zeolit ........................................................
5. Proses regenerasi zeolit ..........................................................
D. Pelunakan air ...............................................................................
1. Pengertian proses pelunakan air .............................................
2. Metoda pelunakan air .............................................................
3. Pelunakan air dengan zeolit melalui proses pertukaran ion
BAHAN DAN METODA
A. Waktu dan tempat .........................
B. Alat dan bahan...............................
C. Metoda kerja.................................
1. Tahap persiapan ......................
2. Tahap pelaksanaan penelitian
D. Metoda Analisa Data....................
1. Efisiensi (E) ............................
2. Perancangan percobaan ..........
49
Halaman
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................... 21
A. Kondisi air bahan ................................................................................................... 21
B. Kesadahan total air hasil perlakuan ........................................................................ 22
C. Kandungan besi (Fe) air hasil perlakuan ................................................................ 25
D. Kekeruhan air hasil perlakuan................................................................................ 31
E. Nilai pH air hasil perlakuan .................................................................................... 33
F. Analisa ekonomis terhadap unit pelunakan air ....................................................... 34
IV. ...................................................................................................................... KESIM
PULAN DAN SARAN ...................................................................................................... 37
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 37
B. Saran ....................................................................................................................... 38
DAFTARPUSTAKA ......................................................................................................... 39
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 41
RIWAYAT HIDUP
Tabel Halaman
DAFTAR TABEL
1. Klasifikasi perairan berdasarkan nilai kesadahan
(Peavy et al., 1985) ..................................................................................................... 7
2. Kombinasi perlakuan ................................................................................................... 16
3. Nilai kesadahan total, kandungan besi (Fe), kekeruhan dan pH air bahan .................. 21
4. Nilai rataan kesadahan total (mg/lCaCOs) air hasil perlakuan .................................... 22
5. Selisih nilai kesadahan total (mg/l CaCC>3) air bahan dan air hasil perlakuan .......... 22
6. Efisiensi (%) kombinasi perlakuan terhadap penurunan nilai kesadahan total
air bahan ...................................................................................................................... 24
7. Nilai rataan kandungan besi (Fe) (mg/l) air hasil perlakuan ........................................ 26
8. Selisih nilai kandungan besi (Fe) air bahan dan air hasil perlakuan ............................ 26
9. Efisiensi (%) kombinasi perlakuan terhadap penurunan
nilai kandungan besi (Fe) air bahan ............................................................................ 28
10. Nilai rataan kekeruhan (NTU) air hasil perlakuan ..................................................... 31
11. Nilai rataan pH air hasil perlakuan ............................................................................. 33
Gambar Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
1. Skema proses pelarutan kation penyusun kesadahan perairan (Sawyer dan McCarty in Effendi, 2000) ..................................................................... 4
2. Proses regenerasi zeolit dengan larutan NaCl .............................................................. 11
3. Skema proses pelunakan air ......................................................................................... 13
4. Proses pertukaran ion yang terjadi di dalam kolom pelunakan air ............................... 13
5. Susunan alat .................................................................................................................. 17
6. Grafik nilai kesadahan total air bahan dan air hasil perlakuan ..................................... 23
7. Grafik efisiensi perlakuan terhadap penurunan nilai kesadahan total
air bahan ...................................................................................................................... 25
8. Grafik nilai kandungan besi (Fe) air bahan dan air hasil perlakuan ............................ 26
9. Grafik efisiensi perlakuan terhadap penurunan nilai kandungan besi (Fe)
air bahan ...................................................................................................................... 28
10. Proses awai delauminasi (pengasaman) pada kristal zeoli ........................................ 29
11. Grafik nilai kekeruhan (NTU) air bahan dan air hasil perlakuan ............................... 32
Gambar Halaman
x
12. Grafik nilai pH air bahan dan air hasil perlakuan ....................................................... 33
DAFTAR LAMPIRAN
1. Bagian-bagian unit pelunakan air .................................................................................. 41
2a. Data mentah nilai kesadahan total, kandungan besi (Fe), kekeruhan dan pH air hasil perlakuan .......................................................................................... 42
2b. Data mentah nilai kesadahan total, kandungan besi (Fe), kekeruhan dan pH air bahan ......................................................................................................... 42
3. Tabel Sidik Ragam (TSR) dan uji-Beda Nyata Terkecil (BNT) data nilai kesadahan total air hasil perlakuan ............................................................. 43
4. Tabel Sidik Ragam (TSR) dan uji-Beda Nyata Terkecil (BNT) data nilai kandungan besi (Fe) air hasil perlakuan ..................................................... 44
5. Tabel Sidik Ragam (TSR) dan uji-Beda Nyata Terkecil (BNT) data nilai kekeruhan air hasil perlakuan ..................................................................... 45
6. Tabel Sidik Ragam (TSR) dan uji-Beda Nyata Terkecil (BNT) data nilai pH air hasil perlakuan ................................................................................. 46
7. Hasil analisa kimia zeolit Cikembar-Sukabumi (Prayitno in Setiyadi, 1997) ............. 47
8. Biaya pembuatan unit pelunakan air ............................................................................ 48
1
I. PENDAHULUAN
A Latar belakang
Kebutuhan masyarakat terhadap air bersih merupakan hal yang vital. Dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk dan bertambahnya berbagai kegiatan industri, penyediaan air
bersih menjadi hal yang mahal. Di lain pihak pembukaan lahan basah yang dikenal sebagai
daerah resapan dan cadangan air, secara gencar dilakukan dengan berbagai tujuan, sehingga
tidak mengherankan jika siklus distribusi alami air terganggu. Hal yang terjadi selanjutnya
adalah kekeringan atau kelangkaan penyediaan air bersih pada daerah- daerah tertentu. Pada
akhimya harga air bersih tidak lagi proporsional. Dan yang lebih memprihatinkan lagi adalah
kualitas, kuantitas dan kontinuitas dari penyediaan air bersih tidak lagi terjamin.
Salah satu kasus yang berhubungan dengan masalah penyediaan air bersih adalah
kesadahan pada air tanah yang biasa digunakan oleh masyarakat untuk kepentingan-
kepentingan domestik. Kesadahan pada air biasanya ditemukan di daerah-daerah yang
mempunyai lapisan batu gamping atau daerah gunung kapur. Pada umumnya kualitas air tanah
di daerah tersebut cukup baik, kecuali kandungan unsur mineral atau senyawa tertentu seperti
Ca2+ (kalsium) dan Mg2+ (magnesium) yang cukup tinggi.
Kesadahan ditinjau dari bidang perikanan terutama untuk budidaya ikan air tawar
memang menguntungkan. Air sadah dapat mencukupi kebutuhan ikan terhadap mineral-
mineral terlarut dalam perairan. Selain itu perairan yang tergolong sadah dapat menetralisir
kandungan logam berat dan senyawa-senyawa toksik lainnya seperti amonia yang berbahaya
bagi ikan. Akan tetapi apabila ditinjau dari segi teknis dan ekonomis akan menimbulkan
beberapa kerugian, yaitu memboroskan sabun, menimbulkan kerak pada ketel, menimbulkan
endapan pada pipa yang dapat mempersempit pipa, serta menimbulkan perubahan warna pada
rendaman cucian pakaian. Oleh karena itu pemanfaatan air sadah oleh masyarakat untuk
kepentingan domestik dan industri tidak menguntungkan.
Dampak yang merugikan dengan adanya sifat sadah pada air yang digunakan oleh
masyarakat tersebut tentu saja menimbulkan permasalahan-permasalahan dalam
penggunaannya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan pengolahan air sadah
agar dampak yang merugikannya dapat dihilangkan. Salah satu metoda yang dipakai dalam
pelunakan air adalah metoda pertukaran ion (ion exchange) dengan menggunakan resin zeolit.
Prinsip kerja dari metoda ini adalah proses pertukaran kation-kation penyebab kesadahan dalam
air (Ca2+, Mg2+) dengan kation-kation yang dapat dipertukarkan dalam kerangka kristal zeolit.
Ada beberapa kelebihan yang dimiliki oleh metoda ini, yaitu diantaranya proses berlangsung
cepat (10-20 menit), efisiensi tinggi, tidak menghasilkan endapan dan dapat dioperasikan
berulang-ulang. Sedangkan kelemahan yang dimiliki oleh pelunakan air dengan metoda
pertukaran ion ini adalah air yang akan diolah tidak boleh keruh.
Untuk mengetahui tingkat efisiensi dari metoda pertukaran ion dengan resin zeolit
dalam proses pelunakan air sadah diperlukan penelitian mengenai perbedaan perlakuan fraksi
aktifasi dan ukuran kristal zeolit efektif yang digunakan. Melalui penelitian tersebut diharapkan
permasalahan yang ditimbulkan oleh kesadahan dapat diatasi, sehingga penggunaan air sadah
untuk kepentingan domestik oleh masyarakat dapat lebih optimal lagi.
B. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Memperkenalkan metoda pelunakan air sadah yang sederhana tetapi memiliki
efisiensi yang tinggi.
2. Mendapatkan fraksi aktifasi dan ukuran kristal zeolit yang efektif dalam
menurunkan kesadahan pada air.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesadahan
1. Pengertian dan batasan kesadahan
Kesadahan menggambarkan keadaan kation logam divalen (valensi dua). Kation- kation
ini dapat bereaksi dengan sabun membentuk endapan. Kation-kation ini juga dapat bereaksi
dengan anion-anion yang terdapat di dalam air membentuk endapan pada peralatan logam
(Effendi, 2000).
Kesadahan dalam air disebabkan oleh keberadaan dari kalsium karbonat, magnesium
bikarbonat, kalsium sulfat, magnesium sulfat, kalsium klorida dan magnesium klorida yang
terlarut (Salvato, 1992). Pada perairan tawar, kation yang paling berlimpah adalah kalsium dan
magnesium, sehingga kesadahan pada dasarnya ditentukan oleh jumlah kalsium dan magnesium
yang dinyatakan dengan satuan mg/l CaCCb (Effendi, 2000). Keberadaan kation lainnya seperti
3
strontium, besi valensi dua, dan mangan juga memberikan kontribusi bagi nilai kesadahan total,
akan tetapi peranannya relatif kecil (EPA, 1986).
Perairan dengan nilai kesadahan yang tinggi pada umumnya adalah perairan yang
berada pada daerah yang mempunyai lapisan batu gamping atau pada wilayah batuan berkapur.
Sedangkan perairan lunak berada pada lapisan relatif tidak ada atau sedikit batuan kapurnya. Air
permukaan biasanya mempunyai nilai kesadahan yang lebih rendah dari air tanah (Effendi,
2000).
2. Proses terjadinya kesadahan
Kesadahan perairan berasal dari kontak air dengan tanah dan bebatuan yang
menyebabkan ion-ion yang terkandung di dalamnya larut dalam aliran air. Larutnya ion- ion
tersebut ke dalam air lebih banyak dipengaruhi oleh aktivitas bakteri di dalam tanah yang
banyak mengeluarkan karbondioksida. Selanjutnya keberadaan karbondioksida tersebut
membentuk keseimbangan dengan asam karbonat. Pada kondisi yang relatif asam, senyawa-
senyawa karbonat yang terdapat di dalam tanah dan batuan berubah menjadi senyawa
bikarbonat yang larut dalam air. Pelarutan ion-ion tersebut menyebabkan terjadinya kesadahan
dalam suatu perairan (EPA, 1986).
4
CaC03 + H2C03
Sawyer dan McCarty in Effendi (2000) menjelaskan mengenai proses pelarutan senyawa
karbonat dan kation-kation penyusun kesadahan perairan seperti yang ditunjukan dalam Gambar
1.
Air hujan 4
Lapisan tanah pucuk (top soil)
Zonase dengan aktifitas bakteri yang intensif, menghasilkan CCS dalamjumlah besar
CaC03 + H2C03 Ca(HC03)2(lamt)
I
Lapisan sebelah bawah tanah (sub soil)
Zonase dengan aktifitas bakteri lebih sedikit, Menghasilkan CO^ lebih sedikit pula
Ca(HC03)2 (lanit)
Lapisan batuan kapur (limestone)
Zonase dengan aktivitas reaksi kimia yang berlangsung intensif
CaC03 + H2C03 —> Ca(HC03)2 (lamt) MgC03 + H2C03 —» Mg(HC03)2 (¡ani{)
Gambar 1. Skema proses pelarutan kation penyusun kesadahan perairan
(Sawyer dan McCarty in Effendi, 2000)
5
3. Implikasi dari kesadahan
Kesadahan ditinjau dari segi kesehatan tidak membahayakan. Akan tetapi apabila
ditinjau dari segi teknis dan ekonomis akan menimbulkan beberapa kerugian, (Siahaan,
2000) yaitu antara lain:
1. Memboroskan sabun
Ion Ca2+ dan Mg2+ akan bereaksi dengan sabun membentuk endapan. Endapan yang
terbentuk menyebabkan tidak timbul busa, sehingga memerlukan penambahan sabun
lagi untuk mengatasinya.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Ci7H35C02Na + H20 C02NaCi7H350H
' j t n t
Karena ada ion Ca dan Mg , maka reaksinya menjadi:
C, 7H35C02Na + Ca2+ -» (Ci7H35)Ca + Na+ endapan
Menimbulkan kerak-kerak pada ketel
Air sadah yang dipanaskan dalam suatu medium (misal ketel) akan membentuk
endapan, yaitu berupa kerak-kerak.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: dipanaskan
Ca(HC03)2 CaC03 + C02 + H20 endapan
Apabila pada ketel ada kerak, maka tidak ada transfer panas, sehingga untuk mendidihkan
air diperlukan pemanasan yang lebih tinggi. Hal ini berbahaya karena
___ dapatjnenyebabkanmeledaknyaJcetel ........... .........................................................................
3. Menimbulkan endapan-endapan pada pipa, sehingga dapat
mempersempit pipa
4. Menimbulkan perubahan warna pada rendaman cucian pakaian
Akan tetapi Laws (1993) menyebutkan bahwa kesadahan yang mempunyai hubungan
dengan pH dan alkalinitas dapat menurunkan toksisitas logam berat dalam suatu perairan.
Begitu pula Doudoroff (1953) dalam salali satu literaturnya tentang toksisitas menyebutkan
bahwa kehadiran kalsium yang berlimpah dalam suatu perairan dapat mereduksi toksisitas
logam berat.
Nilai kesadahan air diperlukan dalam penilaian kelayakan suatu perairan untuk
kepentingan domestik dan industri. Tebbut in Effendi (2000) mengemukakan bahwa nilai
6
kesadahan tidak memiliki implikasi langsung terhadap kesehatan manusia. Kesadahan yang
tinggi dapat menghambat sifat toksik dari logam berat dengan cara kation-kation penyusun
kesadahan (kalsium dan magnesium) membentuk senyawa kompleks dengan logam berat
tersebut. Sebagai contoh, toksisitas lmg/1 timbal (Pb) pada perairan dengan kesadahan rendah
(soft water) dapat mematikan ikan. Akan tetapi toksisitas lmg/1 timbal pada perairan dengan
kesadahan lebih dari 150mg/l CaCC>3 dapat menurunkan sifat toksik dari Pb tersebut bagi
ikan. Nilai kesadahan juga dipakai sebagai dasar bagi pemilihan metode yang diterapkan pada
proses pelunakan air (softening).
Klasifikasi Kesadahan * ' '
Kesadahan diklasifikasikan berdasarkan dua cara : (i) berdasarkan ion logam, yaitu
kesadahan kalsium dan kesadahan magnesium, (ii) berdasarkan anion yang berasosiasi dengan
ion logam, yaitu kesadahan karbonat dan kesadahan nonkarbonat Pengelompokan kesadahan
kalsium dan kesadahan magnesium didasari oleh kesadahan pada perairan alami lebih banyak
disebabkan oleh kation kalsium dan magnesium (Effendi, 2000).
Kesadahan karbonat dihasilkan dari asosiasi antara kalsium dan magnesium dengan 'y
ion karbonat (CO3 ’). Kesadahan ini sensitif terhadap panas dan mengendap pada proses
pemanasan. Sehingga kesadahan karbonat disebut juga sebagai kesadahan sementara.
Sedangkan kesadahan non karbonat merupakan asosiasi antara kalsium dan magnesium dengan
sulfat klorida» nitrat atau anion-anion lainnva. Kesadahan ini tidak dapat hilang dengan
pemanasan, sehingga disebut dengan kesadahan tetap. Kesadahan total merupakan jumlah dari
kesadahan karbonat dan kesadahan nonkarbonat (Moss dan Moss, 1990).
Sedangkan Siahaan (2000) memberikan satu jenis lagi dari klasifikasi kesadahan selain
yang telah disebutkan diatas, yaitu kesadahan pseudo (kesadahan semu). Kesadahan pseudo
adalah kesadahan yang terbentuk apabila konsentrasi Na+ dalam air tinggi, misalnya : air laut,
air payau, dan air-air yang banyak mengandung Na+ tinggi.
Klasifikasi perairan berdasarkan nilai kesadahan yang dimilikinya disajikan dalam
Tabel 1.
7
B. Besi (Fe)
Besi (Fe) adalah salali satu elemen kimiawi yang dapat ditemukan pada hampir seluruh
tempat di bumi (pada semua lapisan geologis dan badan air). Pada umumnya besi yang ada
dalam air bersifat : (1) terlarut sebagai Fe2+ (ferro) atau Fe3+ (ferri),
(2) tersuspensi sebagai butir koloidal, seperti FeO, Fe2C>3, Fe(OH)3 atau Fe(OH)2, dan
(3) tergabung dalam zat padat organik atau anorganik (seperti tanah liat) (Alaerts dan
Santika, 1987).
Kandungan besi yang tinggi di dalam air tanah disebabkan oleh jenis tanah dan
batuan yang menyusun tanah atau buangan industri seperti industri pertambangan dan
penggerusan bijih besi, industri kimia (organik, anorganik dan petrokimia), industri
pengalengan makanan, industri pupuk dan sebagainya (Paterson in Yuliantie, 1991).
Besi dalam air merupakan unsur yang penting dan berfungsi bagi metabolisme tubuh.
Ambang batas kadar besi maksimum untuk air minum adalah 0,3 mg/l dan untuk air baku air
minum sebesar 5 mg/l (Perda, 1991). Adanya kandungan besi yang berlebihan dapat
menyebabkan perubahan bau. warna dan rasa pada air.
Air sumur yang mengandung konsentrasi besi yang tinggi jika dipergunakan untuk
mencuci pakaian atau perkakas dapur dapat menyebabkan terbentuknya noda kuning setelah
barang-barang tersebut kering.
C. Zeolit
1. Pengertian zeolit
Zeolit adalah kelompok mineral dari hydrous alumunium silikat dari beberapa
logam, terutama Ca dan Na, kadang-kadang dari Ba, Sr, K dan jarang dari Mg dan Mn.
Rumus umumnya adalah Lm(AlxSiy0z).nH20 (L=logam) (Komar et al, 1985).
Zeolit alam umumnya terdapat dalam bentuk campuran dengan senyawa atau unsur
Tabel 1. Klasifikasi perairan berdasarkan nilai kesadahan (Peavy et al. in E: iendi, 2000)
Kesadahan (mg/l CaC03) Klasifikasi perairan
<50 Lunak (soft)
50-150 Menengah (moderately hard)
150-300 Sadah (hard)
>300 Sangat sadah (very hard)
8
pengotor dalam jumlah tertentu yang dapat mempengaruhi sifat dan kualitasnya, sehingga
analisa sifat fisik-kimia dan mineralogi harus dilakukan terlebih dahulu sebelum bahan
tersebut dioptimalkan pemakaiannya (Wiradinata dan Astiana, 1989).
Jenis-jenis mineral zeolit alam adalah analsit, khabazit, klinoptilolit, etionit, ferrierit,
heulandit, laumenit dan fillipsit. Di Indonesia j enis mineral zeolit alam terbanyak adalah
klinoptilolit dan modernit Salah satu jenis zeolit alam adalah klinoptilolit dengan rumus
molekul (Na, K)20.A203.10SiC>2.8H20 ; dimana kation Na+ dan K+ merupakan yang dapat
dipertukarkan (Arifin dan Harsodo, 1991).
2. Sifat fisik dan kimia zeolit
Sifat fisik zeolit umumnya berwarna putih, merah, coklat, kuning atau hijau,
tergantung dari bahan pembentuknya. Kekerasannya termasuk sedang (3-5 skala mosh).
Berat jenis berkisar dari 2,0-2,5 g/cm (Barrer, 1982).
Dalam pemanfaatannya, karakteristik zeolit yang harus diketahui antara lain:
(1) kemurniannya, (2) komposisi kimiawi, (3) ukuran kristal, agregasi serta struktur
-mila*oMstalinrdan-(4)-telmik^pengaktifannya—(-Wiradinatadan-Astiana7-1989)^ --------------
Sifat yang khusus dari mineral zeolit adalah dalam hal:
1. struktur kristal tetrahedral dari alumino siliko oksigen termasuk ke dalam tipe terbuka,
berisi molekul air yang mudah lepas.
2. kation yang mengisi kenegatifan muatan dalam kisi kristal, mudah dipertukarkan
3. dengan asam mudah bereaksi
Dari .sifat-sifat dasar tersebut memberikan manfaat dalam penggunaannya, yaitu: pengayak
molekuler, penukar kation, penyerap dan katalisis. Sifat pertukaan kation merupakan dasar
dari proses-proses lain kegunaannya dalam bidang pertanian, lingkungan, industri, termasuk
farmasi (Komar et al, 1985).
Zeolit mempunyai tiga sifat penting dalam aplikasinya sebagai bahan penukar kation,
yaitu kinetika penukar ion, kapasitas tukar kation dan selektifitas ion. Kinetika penukar ion
adalah menyangkut waktu yang dibutuhkan untuk menangkap ion yang diangkut pada kisi
serapan dan menggantikan kation dalam struktur zeolit. Kapasitas tukar kation menunjukan
jumlah milliekuivalen ion yang dapat diabsorpsi oleh seluruh kisi rongga partikel zeolit. Untuk
kation yang lebih besar atau multivalensi (valensi ganda), maka kapasitas tukar kation zeolit
9
lebih rendah dibandingkan yang monovalen. Selanjutnya selektifitas kation menunjukan
kemampuan zeolit dalam memilih kation yang akan diserap, yang didasarkan padatingkat
energinya. Tingkat energi ini ditentukan oleh jarak antarkation, radius kation dan energi hidrasi
dari kation (Alfandi, 1994).
3. Aplikasi penggunaan zeolit
Zeolit memiliki kemampuan yang baik dalam menurunkan kadar kesadahan di dalam
air (Moss dan Moss, 1990). Pelunakan air sadah dengan menggunakan zeolit merupakan
metoda yang paling tua dan mudah yang memanfaatkan proses pertukaran ion. Zeolit mampu
menghilangkan kesadahan dengan cara menukar ion-ion penyebab kesadahan, seperti besi
(Fe), dan mangan (Mn) serta ion-ion yang lainnya dari dalam air dengan ion-ion tertentu
(Kemmer, 1979).
Sifat pertukaran ion yang dimiliki zeolit tidak hanya dapat dimanfaatkan sebagai
penyerap unsur hara dan mineral-mineral tertentu, akan tetapi dapat dipergunakan untuk
mengikat ion-ion logam berat. Penambahan zeolit dapat mengurangi pengaruh logam berat, -
seperti-QivCdT-Pbdan-Zn-pada-larutan-tanah-(Fugii-»?-ShQfiantyT-l-999).
Selain itu zeolit dapat dipakai sebagai bahan penyaring dalam pemurnian air,
menyerap amoniak dalam suatu perairan dan dapat mengurangi konsentrasi unsur-unsur logam
berat yang terdapat dalam air limbah (Minato in Shofianty, 1999).
Resin zeolit alami yang berasal dari Cikembar mampu menurunkan kandungan besi
(Fe) dalam air sebesar 89,33%. Begitu pula dengan resin zeolit alami yang lain, yaitu zeolit
dari Bayah mampu menurunkan kesadahan total sebesar 63,33% dalam suatu proses pelunakan
air dengan menggunakan metoda pertukaran ion. Sedangkan ukuran kristal zeolit yang efektif
dalam menurunkan kesadahan total dan kandungan besi (Fe) dalam air adalah 20-40 mesh
(Yuliantie, 1991).
4. Proses pengaktifan zeolit
Zeolit perlu diaktifkan terlebih dahulu sebelum dipergunakan untuk mempertinggi
daya keijanya sebagai penyerap ataupun penukar kation. Pengaktifan zeolit dapat dilakukan
melelui beberapa cara, antara lain: (1) pemanasan pada suhu dan waktu tertentu, (2) mengubah
atau mempertukarkan kation yang dapat dipertukarkan, (3) mengubah rasio Si:Al dengan
perlakuan dekationisasi atau dealumunasi (pengasaman). Pemanasan terhadap zeolit bertujuan
10
untuk mengeluarkan air yang terdapat di dalam rongga-rongga atau saluran zeolit, sehingga
larutan kation, gas ataupun molekul-molekul yang mempunyai ukuran lebih kecil dari
diameter saluran dapat masuk ke bagian dalam rongga zeolit. Pengaktifan zeolit melalui
pengasaman (dealumunasi) ditujukan untuk mengurangi efek hambatan dari 'j
pertukaran kation dengan cara pencucian kation Al dalam kerangka zeolit dan persisnya akan
digantikan oleh ion H +í (Wiradinata dan Astiana,1989).
5. Proses Regenerasi Zeolit
Resin zeolit memiliki keterbatasan kemampuan untuk mengikat ion-ion dalam struktur
rangkanya. Semakin lama kemampuan menukar ionnya semakin menurun, bahkan dapat
mencapai tingkat kejenuhan. Jika hal itu terjadi, maka diperlukan regenerasi. Dalam regenerasi
tersebut terdiri dari proses pencucian, regenerasi, pembilasan dan pemeliharaan (Kemmer,
1979).
Regenerasi itu sendiri adalah proses pengolahan untuk mendapatkan kembali resin
dalam bentuk aktif seperti semula dengan cara menghilangkan ion-ion yang telah terserap
-olehresin.-Regenerasi-dapatdilakukandengan-bemiacan'umacam-cara-bergantungpada _______
ion-ion apa yang terserap dalam resin tersebut. Regeneran yang dapat digunakan diantaranya
adalah larutan HC1 dan NaOH. Setelah dilakukan regenerasi, perlu diberikan pembilasan
terhadap resin. Pembilasan ini terdiri dari dua tahap, yaitu pembilasan awai dan akhir.
Tujuannya adalah untuk menghilangkan regeneran yang masih menempel pada resin dan
menghilangkan kemungkinan garam yang terbentuk (Fitriah, 2000).
+ air sisa kolom
pertukaran ion
+ larutan NaCl —> kolom pertukaran ion
Gambar 2. Proses regenerasi zeolit dengan larutan NaCl
D. Pelunakan air
1. Pengertian proses pelunakan air
Pelunakan air merupakan proses pemindahan atau pengurangan ion-ion yang
menyebabkan kesadahan pada air. Proses ini dapat disempurnakan dengan penurunan
kandungan total mineral dalam air ataupun melalui penukaran ion-ion penyebab kesadahan
dengan sodium (Moss dan Moss, 1990). Sedangkan Alaerts dan Santika (1987) menyebutkan
bahwa pelunakan merupakan penghapusan ion-ion tertentu yang ada dalam air dan yang
dapat bereaksi dengan zat-zat lain yang menyebabkan distribusi air dan penggunaannya
terganggu.
2. Metoda pelunakan air
Metoda yang biasa digunakan dalam pelunakan air adalah proses kapur-abu soda,
proses zeolit, dan proses resin organik. Dalam proses zeolit, ion kalsium dan magnesium
digantikan dengan ion sodium, membentuk campuran sodium dalam air yang tidak
menyebabkan kesadahan, tetapi dapat menambah konsentrasi sodium yang ada (Salvato,
1992).
Alaerts dan Santika (1987) memberikan perbandingan mengenai beberapa metoda
pelunakan air , yaitu seperti dibawah ini : o 1. Proses pengendapan senyawa Ca2+ dan Mg2+
Kebutuhan : Ca(OH)2, Na^CCb
Proses regenerasi pada zeolit dengan menggunakan larutan NaCl dapat dilihat pada
Gambar 2. (Simon, 1991) (R = zeolit)
CaCl2
R2 + 2NaCl
MgCl2
Ca
-> 2R-Na
Mg
12
Sifat: cepat (1-2 jam), dapat bersamaan dengan flokulasi, cara sederhana, efisiensi
cukup tinggi, harga murah
2. Proses pertukaran ion Ca2+ dan Mg2+ dengan ion Na+ atau H+
Kebutuhan : instalas! lengkap dengan penukar ion dan larutan regeneran
Sifat: sangat cepat (10-20 menit), tidak dapat bersamaan dengan proses lain dan air
baku tidak boleh keruh, instalas! dan operasi rumit, efisiensi sangat tinggi, untuk
industri dan penyediaan air ketel
3. Proses kontak air dengan butir pasir atau kapur Kebutuhan :
instalasi kolom kontak pasir atau kapur
Sifat: lambat(lebih dari 2 jam ), tidak dapat bersamaan dengan proses lain, cara
sederhana, efisiensi rendah.
3. Pelunakan air dengan zeolit melalui proses pertukaran ion
Pelunakan air dengan menggunakan zeolit dan resin buatan merupakan metoda
yang sederhana dan hanya memerlukan sedikit pengawasan. Biasanya digunakan untuk
mengolah persediaan air di rumah-rumah pribadi atau penduduk,- Namun, diperlukan
perlakuan pendahuluan untuk menghilangkan kekeruhan dan partikel-partikel organik
tersuspensi yang terkandung didalam air, sebelum dialirkan kedalam unit pengolahan.
Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensinya (Salvato, 1992).
Pertukaran ion atau ion exchange adalah proses penggantian satu ion oleh ion lain yang
berada pada permukaan suatu resin (EPA, 1990). Pertukaran ion merupakan salah satu metoda
penghilangan mineral didalam air. Media (resin) yang umum digunakan untuk proses ini
adalah resin alami seperti zeolit atau resin buatan. Pada saat operasi dikontakkan dengan resin
penukar ion, maka ion-ion yang terlarut didalam air akan terserap ke dalam resin penukar ion
dan resin akan melepaskan ion lain dalam kesetaraan ekivalen (Kemmer, 1979).
Pontius (1990) memberikan penjelasan mengenai skema proses pelunakan air dengan
menggunakan metoda pertukaran ion dalam Gambar 3.
13
Backwash keluar
Regeneran masuk
Kolom pertukaran ion
Regeneran sisa
Backwash masuk
Air bahan masuk
Bypass
Air hasil olahan
Gambar 3. Skema proses pelunakan air
Proses pelunakan air dengan menggunakan metoda pertukaran ion yang dijelaskan pada
Gambar 3 diatas terdiri dari beberapa tahapan, yaitu proses pertukaran ion, keadaan jenuh,
proses backwash (pencucian), regenerasi, pembilasan lambat serta pembilasan cepat.
Simon (1991) menjelaskan mengenai reaksi yang terjadi di dalam kolom pertukaran
ion pada proses pelunakan air, seperti terlihat dalam Gambar 4.
Ca (HC03)2 2NaHCO Ca
S04 + 2R-Na -> Na2S04 + R2
Mg Cl2 2NaCl Mg
air sadah + kolom air lunak + kolom pertukaran ion pertukaran ion
Gambar 4. Proses pertukaran ion yang terjadi di dalam kolom pelunakan air
Sebagai media penukar ion, resin yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat
tertentu (Fitriah, 2000), yaitu diantaranya adalah :
1. Memiliki kapasitas pertukaran ion yang tinggi
14
2. Memiliki kelarutan yang rendah dalam berbagai larutan, sehingga dapat digunakan
secara berulang kali. Resin akan beroperasi dalam cairan yang mempunyai sifat
melarutkan, oleh karena itu resin harus tahan terhadap air
3. Memiliki kestabilan kimia yang tinggi. Resin diharapkan dapat bekerja pada kisaran pH
yang besar dan tahan terhadap sifat asam dan basa serta pada proses oksidasi dan
radiasi
4. Memiliki kestabilan fisik yang tinggi. Resin diharapkan tahan terhadap tekanan
mekanis, hidrostatis cairan dan osmosis
Pertukaran ion dengan resin zeolit mampu menurunkan kesadahan didalam air (Moss
dan Moss, 1990). Didalam proses tersebut ion-ion penyebab kesadahan seperti besi dan
mangan serta ion-ion yang lain ditukarkan dengan ion yang lain (Kemmer, 1979). Pertukaran
ion dapat sangat efektif dalam memindahkan kontaminan-kontaminan tertentu yang terdapat
dalam proses pengolahan air limbah, bahkan dapat menghasilkan effluen dengan nilai
kontaminasi mendekati nol (EPA, 1990).
Kelebihan pelunakan air dengan menggunakan resin zeolit jika dibandingkan dengan
metoda lain adalah : selama proses tidak terbentuk endapan, ongkos operasi dan modal lebih
kecil, operasi mudah, regenerasi dan pengontrolan kualitasnya dapat dibuat otomatis, tidak
meyebabkan efek yang membahayakan serta dapat mencapai hasil dengan nilai kesadahan nol
(Husain, 1974).
Sedangkan keterbatasan yang dimiliki oleh metoda tersebut adalah : sulit digunakan
untuk air yang keruh, tidak digunakan untuk air dengan kadar Fe dan Mn yang tinggi (lebih
dari 2mg/1); kurang efektif untuk air yang bersifat asam dan dapat menjadi husuk jika disimpan
dalam keadaan lembab (zeolit alam) (Overman, 1969; Husain, 1974)
Desain peralatan pelunakan air dengan menggunakan kolom zeolit mempunyai
konstruksi yang hampir sama dengan penyaring pasir cepat. Bagian-bagian utama dari satu unit
pelunakan air, yaitu : inlet dan outlet air sadali, outlet air lunak, inlet dan outlet larutan
regeneran, pengontrol kecepatan aliran dan sistem pembuangan (drainase) (Powell, 1954).
15
III. BAHAN DAN METODE
A. Waktu dan tempat
Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Maret-Mei 2001 yang meliputi tahap persiapan,
pelaksanaan, analisa laboratorium dan analisa data.
Lokasi pengambilan air bahan dilakukan di daerah Sindang Barang, Bogor. Sedangkan
penyiapan alat dan pelaksanaan penelitian dilakukan di laboratorium Limnologi. Analisa
kualitas air berupa kesadahan total, kandungan besi (Fe), kekeruhan (turbiditas) dan pH,
dilakukan di laboratorium Limnologi lantai 3, Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
B. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian ini meliputi: pipa PVC 3 buah (tinggi
75 cm, diameter 15 cm), ijuk, selang, corong, dan 1 buah ember plastik (10 liter), busa
penyaring, lem plastik, oven Gakken, kipas angin
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : zeolit alam asai Cikembar-
Sukabumi dengan 3 ukuran kristal yang berbeda, yaitu : ukuran besar (5-20 mesh = 0 2,8- 5,5
mm), sedang (40-60 mesh = 0 1,6-1,9 mm), dan kecil (80-100 mesh = 0 l,2-l,4mm), air sadah
dari daerah Sindang Barang, larutan HC1 0,2 N 6 liter, larutan aquades
C. Metoda kerja
Tahap persiapan
Tahap persiapan terdiri dari dua bagian, yaitu tahap menganalisa kondisi air bahan dan
tahap mempersiapkan alat-bahan serta pengaktifan zeolit. Analisa terhadap air bahan meliputi
analisa parameter-parameter kualitas air, yaitu kesadahan total, kandungan besi (Fe),
kekeruhan dan pH yang dilakukan sebanyak 3 kali ulangan untuk masing-masing parameter
kualitas air. Kemudian nilai tersebut dirata-ratakan, sehingga didapatkan satu nilai yang
mewakili kondisi tiap-tiap parameter yang dianalisa dari air bahan tersebut. Analisa dilakukan
di laboratorium Limnologi jurusan MSP, FPIK-IPB. Dari hasil analisa tersebut didapatkan nilai
kesadahan total, kandungan besi (Fe), kekeruhan dan pH air bahan sebagai nilai awai yang
akan dibandingkan dengan air hasil perlakuan.
16
Proses pengaktifan zeolit terdiri dari 2 fraksi berbeda, yaitu pemanasan dan pengasaman.
Aktifasi pemanasan dilakukan dengan pengovenan zeolit dalam 3 ukuran kristal berbeda yang
masing-masing dioven pada suhu 150 °C selama 2 jam. Sedangkan pengasaman dilakukan
dalam larutan HC1 0,2 N selama 2 jam. Selama proses pengasaman dilakukan pengadukan
yang bertujuan agar semua bagian zeolit terendam larutan HC1 secara merata.
Kemudian zeolit hasil dari pengaktifan tersebut diberikan perlakuan lanjutan. Untuk
zeolit dengan aktifasi pemanasan, selanjutnya dihilangkan partikel-partikel halusnya (sisa dari
pengovenan) melalui kipas angin, sehingga yang tersisa adalah benar-benar zeolit dengan
ukuran kristal yang digunakan. Sedangkan untuk zeolit hasil dari pengasaman, selanjutnya
dicuci secara mengalir dengan larutan aquades. Hal ini bertujuan untuk menetralkan kembali
zeolit setelah perendaman dengan HC1 0,2 N tadi. Lalu zeolit tersebut ditiriskan sampai benar-
benar kering.
Zeolit yang telah diaktifkan tersebut siap untuk digunakan sebagai resin dalam proses
pelunakan air. Kemudian dikelompokan berdasarkan fraksi aktifasi dan ukuran kristalnya
masing-masing dengan mengikuti kombinasi perlakuan yang diberikan, seperti tercantum pada
Tabel 2.
1. Tahap pelaksanaan penelitian
Tabel 2. Kombinasi perlakuan No Kolom Perlakuan Keterangan
1 I AIBI Tanpa aktifasi —ukuran besar (5-20 mesh = 0 2,8-5,5 mm)
2 II A1B2 Tanpa aktifasi -ukuran sedang (40-60 mesh = 0 1,6-1,9 mm)
3 III A1B3 Tanpa aktifasi -ukuran kecil (80-100 mesh = 0 1,2-1,4 mm)
4 IV A2B1 Aktifasi pemanasan - ukuran besar (5-20 mesh = 0 2,8-5,5 mm)
5 V A2B2 Aktifasi pemanasan - ukuran sedang (40-60 mesh = 0 1,6-1,9 mm)
6 VI A2B3 Aktifasi pemanasan - ukuran kecil (80-100 mesh = 0 1,2-1,4 mm)
7 VII A3B1 Aktifasi pengasaman - ukuran besar (5-20 mesh = 0 2,8-5,5 mm)
8 VIII A3B2 Aktifasi pengasaman - ukuran sedang (40-60 mesh = 0 1,6-1,9 mm)
9 IX A3B3 Aktifasi pengasaman - ukuran kecil (80-100 mesh = 0 1,2-1,4 mm)
Keterangan:
Al; tanpa aktifasi, A2; fraksi aktifasi dengan pemanasan, A3; fraksi aktifasi dengan
pengasaman, BI; ukuran besar (5 - 20 mesh = 0 2,8-5,5 mm), B2; ukuran sedang (40 - 60
mesh ^ 0 1,6-1,9 mm), B3; ukuran kecil (80 - 100 mesh = 0 1,2-1,4 mm)
17
Penyusunan alat dalam penelitian ini ditunjukan seperti ditunjukan pada Gainbar 5
Kolom pelunakan air
Plastik penampung air liasi! perlakuan
Gambar 5. Susunan alat
Air sadah yang berasal dari tempat penampungan (ember plastik) dialirkan melalui selang
18
plastik menuju kolom pelunakan air (pipa PVC) dengan kecepatan alir sebesar 1,5 cm/detik.
Untuk mendapatkan nilai kecepatan alir yang konstan dilakukan pengaturan terhadap volume
air sadah yang berada dalam ember plastik sedemikian rupa sehingga didapatkan nilai
kecepatan alir yang tetap. Air sadah yang masuk ke dalam kolom pelunakan air akan melewati
lubang inlet air sadah dan terus dialirkan oleh shower. Dari shower ini, air sadah tadi
didistribusikan secara merata menuju resin zeolit yang terdapat di dalam kolom pelunakan air.
Selanjutnya di dalam resin tersebut terjadi proses pelunakan air. Pelunakan air yang I ^ i
terjadi mengikuti proses pertukaran ion, dimana ion-ion penyebab kesadahan (Ca , Mg ) yang
terdapat dalam air akan ditukarkan dengan ion-ion Al3+, Si2+ atau H* yang terdapat dalam
resin zeolit dalam proses kesetimbangan. Air sadah yang mengalami pelunakan tersebut
selanjutnya akan masuk ke lapisan ijuk dan diteruskan menuju busa penyaring. Lapisan ijuk
dan busa penyaring berfungsi untuk menyaring partikel-partikel yang ikut bersama aliran air
yang akan menyebabkan meningkatnya nilai kekeruhan pada air hasil perlakuan. Kemudian
air yang sudah dilunakkan tadi dikeluarkan melalui lubang outlet air lunak yang akan
ditampung dalam botol plastik. Air yang terdapat dalam botol plastik sebagai air hasil
perlakuan tadi akan dianalisa nilai kesadahan total, kandungan besi (Fe), kekeruhan dan pH-
nya. Untuk mendapatkan nilai yang akurat, maka dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali
ulangan. Selanjutnya nilai hasil analisa yang didapatkan dari air hasil perlakuan tersebut akan
dibandingkan dengan nilai dari air balian (yang telah dianalisa sebelumnya). Kemudian
dianalisa apakah terjadi kenaikan, penurunan atau tetap atau hal-hal lain yang terjadi selama
penelitian terhadap nilai kesadahan, kandungan besi, kekeruhan dan pH air bahan.
E. Metoda analisa data
1. Efisiensi (E)
Untuk menghitung efisiensi (E) kombinasi perlakuan yang diberikan terhadap
perubahan nilai kesadahan total dan kandungan besi (Fe), maka digunakan rumus sebagai
berikut:
E = No-Nt x 100% ; No = 250,24 mg/lCaC03 No
19
Dimana : E = efisiensi kombinasi perlakuan (%)
No = nilai kesadahan total atau kandungan besi (Fe) air bahan
Nt = nilai kesadahan total atau kandungan besi (Fe) air hasil perlakuan
2. Perancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap berfaktor 3x3
dengan 3 kali ulangan. Penelitian ini terdiri dari dua faktor, yaitu fraksi aktifasi zeolit sebagai
faktor I dan ukuran kristal sebagai faktor II. Faktor I dan faktor II masing-masing terdiri dari
tigataraf. (Steel dan Torrie, 1995)
Model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Yyk = M + a, + (3j + (a(3)ij + £yk
dimana :
Yyk - nilai pengamatan pada ulangan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan taraf ke-i
dari faktor aktifasi zeolit dan taraf ke-j dari faktor ukuran kristal jj, = rataan umum
ctj = pengarah utama dari faktor aktifasi zeolit taraf ke-i Pj = pengaruh utama dari faktor
ukuran kristal taraf ke-j
(a(3)ij= pengaruh interaksi dari faktor aktifasi zeolit taraf ke-i dan faktor ukuran kristal
taraf ke-j
£jjk = pengaruh galat dari satuan percoban ke-k kombinasi perlakuan ij
Selanjutnya data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan Anova (Análisis of
variance). Sedangkan untuk mengetahui perbandingan dari masing-masing perlakuan terhadap
nilai pengamatan yang diteliti, digunakan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan rumus :
BNT = t(a/2,n) x V2KTS/r
dimana : t a/2 = nilai dari Tabel t( a - 5%)
n — derajat bebas sisa (dbs)
KTS = kuadrat tengah sisa
r = banyaknya ulangan
20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi air bahan
Nilai kesadahan total, kandungan besi (Fe), kekeruhan dan pH air bahan, yakni air
sadah dari daerah Sindang Barang yang diamati disajikan dalam Tabel 3.
Berdasarkan data pada Tabel 3 didapatkan nilai kesadahan total air bahan yang sebesar
250,24 mg/lCaC03 termasuk kedalam golongan air sadah. Hal ini sesuai dengan pendapat
Peavy et al. in Effendi (2000) yang menyebutkan bahwa nilai kesadahan yang terletak
diantara 150-300 mg/lCaC03 termasuk kedalam golongan air sadah.
Dengan kondisi air yang sadah tersebut dapat menimbulkan kerugian-kerugian dalam
penggunaannya, khususnya untuk keperluan domestik (rumah tangga) dan industri. Seperti
halnya beberapa kerugian yang dialami oleh masyarakat sekitar yang menggunakan air
tersebut, berupa : pemborosan konsumsi sabun, menimbulkan kerak pada ketel, terbentuknya
endapan-endapan pada pipa yang akan mempersempit diameternya dan menimbulkan
perubahan warna pada rendaman cucian pakaian. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Siahaan (2000) mengenai kerugian-kerugian dari penggunaan air sadah untuk
keperluan domestik dan industri.
Sedangkan nilai kandungan besi (Fe) yang sebesar 0,081mg/l masih tergolong dalam
nilai yang aman sebagai bahan untuk air baku air minum serta air untuk kepentingan domestik
dan industri (Perda, 1991), sehingga dalam penggunaannya tidak menimbulkan permasalahan.
Untuk nilai kekeruhan yang sebesar 0,43 NTU masih tergolong kedalam nilai yang memenuhi
baku mutu untuk bahan air minum (Perda, 1991). Begitu pula halnya dengan nilai pH air
Tabel 3. Nilai kesadahan total, kandungan besi (Fe), kekeruhan dan pH air bahan
No. Parameter fisika/kimia Nilai Satuan
1 Kesadahan total 250,24 mg/I CaC03
2 Besi 0,081 mg/l
3 Kekeruhan 0,43 NTU
4 pH 7,12 -
21
bahan sebesar 7,12 merupakan nilai yang masih berada dalam kisaran
nilai pH untuk air baku air minum dan untuk kepentingan domestik yang diperbolehkan, yaitu
sebesar 5-9 (Perda, 1991).
B. Kesadahan total air hasil perlakuan
Nilai kesadahan total air hasil perlakuan bervariasi mulai dari 80,97 mg/lCaC03
(A2B2 ulangan 2) hingga 215,01 mg/lCaC03 (AIBI ulangan 2) (Lampiran 2). Untuk nilai
rataan kesadahan total air hasil perlakuan disajikan pada Tabel 4. dan Gambar 6. Sedangkan
selisih nilai antara air bahan dan air hasil perlakuan diperlihatkan pada Tabel 5
Tabel 4. Nilai rataan kesadahan total (mg/lCaC03) air hasil perlakuan Aktifasi Ukuran kristal
Mo. BI
(Besar)
B2
(Sedang)
B3
(Kecil)
1 Al
(tanpa aktifasi)
211,86 190,56 203,47
2 A2
(aktifasi pemanasan)
200,33 87,56 199,93
'•V 3
A3
(aktifasi pengasaman)
204,94 99,87 196,47
Keterangan : nilai kesadahan awai - 240,24 mg/lCaCC>3
Tabel 5. Selisih nilai kesadahan total (mg/lCaC03) air bahan dan air hasil perlakuan >J0 Aktifasi Ukuran kristal
BI B° B3 (Besar) (Sedang) (Kecil)
1 Al
(tanpa aktifasi)
38,38 59,68 46,77
2 A2
(aktifasi pemanasan)
49,91 162,68 50,31
'i J
A3
(aktifasi pengasaman)
45,30 150,37 53,77
22
A3 A2
A3ttLfas i
air A1
bahan
Gambar 6. Grafik nilai kesadahan total air bahan dan air hasil perlakuan
Dari Gambar 6 dapat dinyatakan keterangan bahwa secara umum terjadi penurunan nilai
kesadahan total air bahan. Kombinasi perlakuan BI (ukuran kristal besar) untuk semua
perlakuan A (fraksi aktifasi) menunjukan nilai penurunan yang tidak begitu signifikan, yaitu
berkisar antara 38,38-45,30 mg/lCaC03 dengan nilai kesadahan total pada air hasil perlakuan
berkisar dari 200,33-211,86 mg/lCaC03. Begitu pula halnya untuk perlakuan B3 (ukuran kristal
kecil) pada semua perlakuan A (fraksi aktifasi) menghasilkan nilai penurunan yang rendah,
yaitu berkisar antara 46,77-53,77 mg/lCaC03 dengan nilai kesadahan total pada air hasil
perlakuan sebesar 196,47-199,93 mg/lCaC03. Berbeda halnya dengan perlakuan B2 (ukuran
kristal sedang) menghasilkan nilai penurunan yang bervariasi. Kombinasi perlakuan A1B2
(tanpa aktifasi - ukuran kristal sedang) menghasilkan nilai kesadahan total air hasil perlakuan
sebesar 190,56 mg/l CaC03. Sedangkan kombinasi perlakuan A2B2 (aktifasi pemanasan -
ukuran kristal sedang) dan A3B2 (aktifasi pengasaman - ukuran kristal sedang) menghasilkan
penurunan nilai kesadahan total yang tertinggi, yaitu 162,68 dan 150,37 mg/lCaC03 dengan
nilai kesadahan total pada air hasil perlakuan masing-masing sebesar 87,56 dan 99,87
mg/ICaCC>3.
Hasil analisa statistik uji-F menunjukan bahwa fraksi aktifasi dan ukuran kristal zeolit
serta interaksi keduanya berpengaruh sangat nyata dalam menurunkan nilai kesadahan total air
bahan, sehingga didapatkan nilai kesadahan total air hasil perlakuan yang lebih rendah dari
nilai air bahan (Lampiran 3). Sedangkan untuk mengetahui pengaruh
PO
O
300
¡j 250
O
%
200
g 150
J 100
* 50
v* 41
H
0
I V- | s § s I-
' f m s I
f/ % §
I i-m
□ air Lahan
£3 ukuran kristal BI
□ ukuaii kristal B2 £3
ukuran krbtal B3
23
interalcsi tiap perlakuan terhadap penurunan nilai kesadahan total air bahan, dilakukan uji
statistik lanjutan berupa Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).
Hasil uji BNT menunjukan bahwa secara umum seluruh perlakuan memberikan
pengaruh yang nyata dalam menurunkan nilai kesadahan total air bahan (Lampiran 2).
Perlakuan yang memberikan pengaruh sangat nyata adalah A2B2 (aktifasi pemanasan - ukuran
kristal sedang) dan A3B2 (aktifasi pengasaman ~ ukuran sedang). Sedangkan kombinasi
perlakuan Al (tanpa aktifasi) untuk semua perlakuan B (ukuran kristal zeolit) tidak
berpengaruh nyata dalam menurunkan nilai kesadahan total air bahan. Begitu pula kombinasi
B3 (ukuran kristal kecil) pada semua perlakuan A (fraksi aktifasi) memberikan pengaruh yang
kurang nyata sampai nyata dalam menurunkan nilai kesadahan total air bahan. Hal ini terlihat
dari penurunan nilai kesadahan total air bahan yang tidak begitu signifikan.
Tingkat efisiensi (E%) kombinasi perlakuan aktifasi dan ukuran kristal zeolit dalam
menurunkan nilai kesadahan total air bahan terlihat dalam Tabel 6 dan Gambar 7
Tabel 6. Efisiensi (%) kombinasi perlakuan terhadap penurunan nilai kesadahan total air bahan No. Aktifasi Ukuran kristal
BI
(Besar)
B2
(Sedang)
B3
(Kecil)
1 Al
(tanpa aktifasi)
15,34 23,85 18,69
2 A2
(aktifasi pemanasan) 19,94 65,01 20,10
0 A3
(aktifasi pengasaman)
18,10 60,09 21,49
24
Gambar 7, Grafik efisiensi perlakuan terhadap penurunan nilai kesadahan total air bahan
Dari Tabel 5 dan Gambar 7 terlihat bahwa efisiensi kombinasi perlakuan A2B2 (aktifasi
pemanasan - ukuran kristal sedang) (65,01%) dan A3B2 (aktifasi pengasaman - ukuran
kristal sedang) (60,09%) memberikan nilai yang tertinggi dibandingkan perlakuan yang lain
dalam menurunkan kesadahan total air bahan. Sedangkan nilai efisiensi yang terkecil
dihasilkan oleh perlakuan Al BI (tanpa aktifasi- ukuran kristal besar) sebesar 15,34%).
Adanya perbedaan nilai tingkat efisiensi pada perlakuan-perlakuan yang diberikan
lebih banyak dipengaruhi oleh perbedaan ukuran kristal zeolit yang digunakan kemudian
oleh fraksi aktifasi yang diberikan. Terlihat bahwa ukuran kristal sedang lebih efisien
dibanding ukuran kristal besar dan kecil. Sedangkan fraksi aktifasi pemanasan dan
pengasaman mampu meningkatkan tingkat efisiensi zeolit dalam menurunkan nilai
kesadahan dalam air. Dibandingkan dengan zeolit yang tidak diaktifkan terlebih dahulu.
C. Kandungan besi (Fe) air hasil perlakuan
Nilai kandungan besi (Fe) air hasil perlakuan beragam berkisar mulai dari 0,008 -
0, 059 mg/l. Untuk nilai rataan kandungan besi (Fe) air hasil perlakuan disajikan pada
Tabel 7 dan Gambar 8. Sedangkan selisih nilai air bahan dengan air hasil perlakuan ditunjukan
pada Tabel 8
Aktifasi
25
0.09 -0*08
Tabel 8. Selisih nilai kandungan besi (Fe) (mg/l) air bahan dan air hasil perlakuan
E3 .air "b- aliaii EJ Tjikvuraii knst-al E1 B lAJairaii Jciistal B2
E3\ikuaraii liristal B3
Akdfasi
Gambar 8. Grafik nilai kandungan besi (Fe) air bahan dan air hasil perlakuan
Tabel 7. Nilai rataan kandungan besi (Fe) (mg/l) air hasil perlakuan No. Aktifasi Ukuran kr istal
BI
(Besar)
B2
(Sedang)
B3
(Kecil)
l Al
(tanpa aktifasi)
0,041 0,034 0,0587
2 A2
(aktifasi pemanasan)
0,025 0,009 0,046
3 A3
(aktifasi pengasaman)
0,028 0,016 0,052
keterangan : nilai kandungan besi (Fe) awai - 0,081 mg/l
Aktifasi Ukuran kristal
No. BI
(Besar)
B2
(Sedang)
B3
(Kecil)
1 Al
(tanpa aktifasi)
0,040 0,047 0,022
2 A2
(aktifasi pemanasan)
0,056 0,072 0,035
J A3
(aktifasi pengasaman)
0,053 0,065 0,029
A3 A2 A1 air bahan
26
Dari Gambar 8didapatkan keterangan bahwa secara umum terjadi penurunan nilai kandungan
besi (Fe) air bahan. Kombinasi perlakuan B3 (ukuran kristal kecil) untuk semua perlakuan A
(fraksi aktifasi) menunjukan nilai penurunan yang tidak begitu signifikan, yaitu berkisar antara
0,022-0,35 mg/l dengan nilai yang didapatkan dari air hasil perlakuan sebesar 0,046-0,058
mg/l. Berbeda halnya dengan perlakuan B2 (ukuran kristal sedang) untuk semua perlakuan A
(fraksi aktifasi) menghasilkan nilai penurunan yang tinggi, yaitu dari 0,047-0,072 mg/l dengan
nilai kandungan besi (Fe) pada air hasil perlakuan sebesar
0, 009-0,034 mg/l. Kombinasi perlakuan BI (ukuran kristal besar) untuk semua
perlakuan A (fraksi aktifasi) menghasilkan nilai kandungan besi (Fe) air hasil perlakuan yang
cukup tinggi, yaitu berkisar 0,025-0,041 mg/l.
Hasil analisa statistik uji-F menunjukan bahwa fraksi aktifasi dan ukuran kristal zeolit
berpengaruh sangat nyata serta interaksi keduanya berpengaruh nyata dalam menurunkan nilai
kandungan besi (Fe) air bahan, sehingga didapatkan nilai kandungan besi (Fe) air hasil
perlakuan yang lebih rendah dari nilai air bahan (Lampiran 4). Sedangkan untuk mengetahui
pengaruh interaksi tiap perlakuan terhadap penurunan nilai kesadahan total air bahan,
dilakukan uji statistik lanjutan berupa Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).
Hasil uji BNT menunjukan bahwa secara umum seluruh perlakuan memberikan
pengaruh yang nyata dalam menurunkan nilai kandungan besi (Fe) air bahan (Lampiran 4).
Perlakuan yang memberikan pengaruh sangat nyata adalah A2B2 (aktifasi pemanasan - ukuran
kristal sedang) dan A3B2 (aktifasi pengasaman - ukuran kristal sedang). Sedangkan kombinasi
perlakuan Al (tanpa aktifasi) untuk semua perlakuan B (ukuran kristal zeolit)
4idak-beipengaruh-nyatadalam-menurunkannilaLkandungan-besL(Ee)air-bahan_Begitu _______
pula kombinasi B3 (ukuran kristal kecil) pada semua perlakuan A (fraksi aktifasi) memberikan
pengaruh yang kurang nyata sampai nyata dalam menurunkan nilai kandungan besi (Fe) air
bahan. Hal ini terlihat dari penurunan nilai kandungan besi (Fe) air bahan yang tidak begitu
signifikan.
Tingkat efisiensi (E%) kombinasi perlakuan aktifasi dan ukuran kristal zeolit dalam
penurunan nilai kandungan besi (Fe) air bahan terlihat dalam Tabel 9 dan Gambar 9.
27
Gambar 9. Grafik efisiensi perlakuan terhadap penurunan nilaTKandungan besr(Fe)“airbahan
Dari Tabel 9 dan Gambar 9 terlihat bahwa efisiensi kombinasi perlakuan A2B2 (88,89%) dan
A3B2 (80,25%) memberikan nilai yang tertinggi dibandingkan perlakuan yang lain dalam
menurunkan kandungan besi (Fe) air bahan. Sedangkan nilai efisiensi yang terkecil dihasilkan
oleh perlakuan A1B3 sebesar 28,40%.
Pengaktifan zeolit melalui pemanasan bertujuan untuk mengeluarkan air yang terdapat
di dalam rongga-rongga atau saluran zeolit, sehingga larutan kation, gas ataupun molekul-
molekul yang mempunyai ukuran lebih kecil dari diameter saluran dapat masuk kebagian dalam
rongga zeolit. Wiradinata dan Astiana (1989) menyebutkan bahwa
Tabel 9. Efisiensi (%) kombinasi perlakuan terhadap penurunan ___ nilai kandungan
besi (Fe) air bahan _______________________________________ Ukuran kristal
No. Aktifasi BI
(Besar)
B2
(Sedang)
B3
(Kecil)
1 Al
(tanpa aktifasi)
49,38 58,02 28,40
2 A2
(aktifasi pemanasan)
69,14 88,89 43,21
3 A3
(aktifasi pengasaman)
65,43 80,25 35,80
perlakuan aktifasi pemanasan yang terbaik adalah berkisar antara suhu 150~300°C dengan
waktu pemanasan 2-4 jam, dimana struktur zeolit tidak mengalami kerusakan, sehingga daya
absorpsi dan kapasitas tukar kationnya lebih meningkat.
Pada penelitian ini dimana suhu aktifasi yang sebesar 150°C dengan waktu aktifasi 2
jam ternyata dapat memberikan hasil yang signifikan dalam menurunkan nilai kesadahan total
dan kandungan besi (Fe) air bahan. Hal ini terlihat pada kombinasi perlakuan A2B1, A2B2,
A2B3 yang menunjukan penurunan nilai kesadahan total dan kandungan besi (Fe) air bahan
cukup besar.
Wiradinata dan Astiana (1989) menerangkan bahwa aktifasi pemanasan yang tinggi
akan menyebabkan terjadinya dehidroksilasi (pemecahan ikatan gugus hidroksil) gugus OH
yang menyebabkan penurunan kapasitas pertukaran kationnya melalui reaksi: 3(A10HSi) -» 2
(Al-O- Si) + A1(0H)+2 + (Si-O-Si) + H20 yang membentuk gugus siloksan dan aluminum
yang miskin gugus hidroksil, sehingga terjadi kerusakan pada struktur kristal zeolit.
Fraksi aktifasi lain yang diteliti dalam penelitian ini adalah dengan pengasaman (larutan
HC1 0,5N). Pengaktifan zeolit melalui pengasaman (dealuminasi) ditujukan dengan cara
pencucian kation Al3+ dalam kerangka zeolit dimana posisinya akan digantikan oleh ion H+
(Wiradinata dan Astiana, 1989).
Pemberian suatu larutan asam pada mineral zeolit yang kaya akan silika seperti
klinoptilolit dan modernit akan menyebabkan Al pada sisi kristal akan terlepas dan membentuk
hidrogen zeolit, serta membuka saluran dari struktur zeolit melalui penghilangan pengaruh
penutupan silika pada saluran zeolit; Tahap awai dari dealuminasi ditunjukan pada Gambar 10.
Akan tetapi apabila proses ini berlebihan maka pada akhirnya Si(OH)4 mudah mengalami
polimerasi karena terjadinya pemisahan gugus OH (dehidroksilasi) membentuk Si-O-Si yang
Si Si Si Si £ il £
0 0 OH HO !Z OH HO Al + HC1 A1C13 + MCI + 71 R
7f Si Si 0 0
71 K
Si Si
Gambar 10. Proses awai dealuminasi (pengasaman ) pada kristal zeolit
29
merupakan ikatan yang kuat. Hidrolisis tidak akan terjadi lagi karena semakin berkurangnya
gugus hidroksil Setiap oksigen pada ikatan ini cenderung mengikat H* membentuk OH yang
dapat mengalami disosiasi atau hidrolisis dengan mudah apabila terjadi perubahan keadaan
lingkungan terutama pH. Ion hidrogen pada gugus hidroksil ini siap dipertukarkan dengan
kation lain, dengan demikian kapasitas tukar pertukaran zeolit menjadi lebih besar dan daya
absorpsinya semakin tinggi (Wiradinata dan Astiana, 1989).
Hal ini terlihat pada Gambar 8 dan Gambar 10, dimana perlakuan A3B1, A3B2, dan
A3B3 memperlihatkan nilai kesadahan total dan kandungan besi (Fe) yang menurun pada air
bahan. Sedangkan perlakuan A3B2 menghasilkan nilai yang terendah diantara perlakuan
dengan fraksi aktifasi pengasaman.
Daya absorbsi, kapasitas tukar kation dan daya selektifitas zeolit dipengaruhi oleh jenis
zeolit, proses aktifasi dan ukuran kristal zeolit, keadaan air bahan serta unit kolom zeolit yang
digunakan. Dari beberapa uraian yang telah dikemukakan diatas terlihat bahwa fraksi aktifasi
yang diberikan mampu meningkatkan daya absorpsi dan kapasitas tukar kation zeolit. Hal ini
dapat dilihat dari beberapa perlakuan yang berhasil menurunkan nilai kesadahan total dan
kandungan besi (Fe) air bahan (Gambar 6 dan Gambar 8) dengan tingkat efisiensi tertentu
(Gambar 7 dan Gambar 9).
Faktor lain yang mempengaruhi daya absorpsi dan kapasitas tukar kation zeolit selain
fraksi aktifasi adalah ukuran kristal zeolit. Wiradinata dan Astiana (1989) menyebutkan bahwa
semakin halus ukuran butir zeo 1 it dari 5-10 mesh sampai dengan 60 mesh dapat
meningkatkan nilai absorpsi dan kapasitas tukar kationnya. Penggerusan lebih lanjut untuk
dipergunakan sebagai bahan penukar kation dalam reaksi pertukaran kemampuannya menjadi
rendah. Keadaan ini kemungkinan disebabkan adanya kerusakan pada sebagian struktur
mikrokristalin ataupun tertutupnya rongga saluran akibat penggerusan, sehingga menyebabkan
daya tukar kation dan daya absorbsinya menurun. Hal ini membuktikan mengapa perlakuan B 3
(ukuran kristal kecil) untuk semua perlakuan A (fraksi aktifasi) memiliki tingkat efisiensi
penurunan nilai kesadahan total dan kandungan besi (Fe) yang terendah. Hal yang sama pula
didapatkan dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Yuliantie (1991) mengenai pengaruh
asai, ukuran zeolit dan kecepatan alir
terhadap proses pelunakan air. Disebutkan bahwa ukuran kristal zeolit yang efektif dalam
menurunkan nilai kesadahan total dan kandungan besi (Fe) dalam air adalah 20-40 mesh.
30
Tingkat efisiensi yang dicapai adalah sebesar 63,33% (kesadahan total) dan 89,33%
(kandungan besi).
Selain dari faktor pengaktifan dan ukuran kristal zeolit, faktor lain yang
mempengaruhi efektifitas proses pelunakan air adalah unit pelunakan air yang digunakan.
Unit pelunakan air yang digunakan dalam penelitian ini sangant sederhana. Walaupun
demikian, unit pelunakan tersebut telah memenuhi syarat dimana suatu unit pelunakan air
dapat dikatakan layak untuk dioperasikan, yaitu terdiri dari inlet air sadah, unggun zeolit,
pengatur kecepatan alir/debit air dan outlet air lunak. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Powell (1954) mengenai beberapa syarat dimana suatu unit pelunakan air
dapat dioperasikan.
D. Kekeruhan air hasil perlakuan
Tabel 10. Nilai rataan kekeruhan (NTU) air hasil perlakuan No. Aktifasi Ukuran kristal
BI
(Besar)
B2
(Sedang)
B3
(Kecil)
1 Al
(tanpa aktifasi)
0,57 0,62 0,82
2 A2
(aktifasi pemanasan)
0,91 0,94 0,96
3 A3
(aktifasi pengasaman) 0,40 0,47 0,51
Keterangan : nilai kekeruhan awai = 0,43
31
Gambar 11. Grafik nilai kekeruhan (NTU) air bahan dan air hasil perlakuan
Dari Tabel 10 Gambar 11 dapat diketahui bahwa secara umum terjadi kenaikan nilai kekeruhan
pada air hasil perlakuan, kecuali perlakuan A3B1 (aktifasi pengasaman-ukuran kristal kecil)
yang mengalami penurunan menjadi sebesar 0,40 NTU. Sedangkan perlakuan- perlakuan yang
lainnya ternyata mengalami kenaikan nilai kekeruhan. Adanya kenaikan nilai kekeruhan air
hasil olahan diperkirakan terjadi karena pengaruh dari aktifasi pemanasan pada zeolit yang
digunakan. Proses aktifasi dilakukan melalui pengovenan mineral zeolit pada suhu 150°C
selama 2 jam. Dalam proses tersebut diperkirakan zeolit dengan ukuran kristal kecil mengalami
perubahan struktur mikrokristalin menjadi lebih halus lagi, sehingga menghasilkan partikel-
partikel debu yang dapat meningkatkan nilai
-kekeruhan-aii-bahan^Berdasarkan-Gambar-14-dapatdilihaUernyata-perlakuanJB3-untuk _____
berbagai fraksi aktifasi mampu memberikan nilai kenaikan kekeruhan yang lebih tinggi dari
perlakuan yang lainnya, terutama dengan kombinasi perlakuan A2 (aktifasi pemanasan). Akan
tetapi walaupun secara umum terjadi kenaikan nilai kekeruhan pada air hasil olahan, nilai-nilai
kekeruhan yang dihasilkan masih berada dalam kisaran yang diperbolehkan (aman) untuk air
baku air minum dan kepentingan domestik lainnya (Perda, 1991).
Hasil analisa statistik uji-F menunjukan bahwa fraksi aktifasi dan ukuran kristal
berpengaruh sangat bahan nyata serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap
perubahan nilai kekeruhan air bahan. Sedangkan untuk mengetahui pengaruh interaksi tiap
perlakuan terhadap perubahan kekeruhan air bahan, dilakukan uji statistik lanjutan berupa
32
Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil uji BNT menunjukan bahwa perlakuan Al (tanpa
aktifasi) dan A2 (aktifasi pemanasan) untuk semua ukuran kristal memberikan pengaruh yang
nyata terhadap perubahan nilai kekeruhan air bahan. Sedangkan perlakuan A3 (aktifasi
pengasaman) memberikan pengaruh yang kurang nyata.
E. pH air hasil perlakuan
Hasil analisa perubahan nilai pH air hasil perlakuan dapat dilihat pada Tabel 9.
Aktifasi
Gambar 12. Grafik nilai pH air bahan dan air hasil perlakuan
Dari Gambar 12 diatas dapat diketahui bahwa perubahan nilai pH air hasil olahan bervariasi
(terjadi penurunan dan kenaikan nilai pH). Nilai perubahan pH yang paling berfluktuasi
Tabel 11. Nilai rataan pH air hasil perlakuan No. Aktifasi Ukuran kristal
BI
(Besar)
B2
(Sedang)
B3
(Kecil)
1 Al
(tanpa aktifasi)
7,12 7,09 7,18
2 A2
(aktifasi pemanasan)
7,36 7,45 7,50
0 A3
(aktifasi pengasaman)
5,99 6,03 5,64
keterangan : nilai pH awai = 7,12 7
6 5
K 4 PH '
1P
n>l
M isf
Hair bakm H
ukuran kristal B1
□ukuran. kristal B2
I-:- P m m
f-i
P % v f
mi
lF::
«i «i
f E ukuran kristal B3
i A1 A2 A3 air
bahan
33
adalah terjadi pada perlakuan A3 (aktifasi pengasaman) dengan berbagai ukuran kristal zeolit
yang diberikan. Adanya perubahan nilai pH air bahan disebabkan karena pengaruh dari aktifasi
dengan pengasaman dimana larutan asam yang belum tercuci (masih menempel pada zeolit)
dari pembilasan penghilangan pengaruh asam pada zeolit dapat menurunkan nilai pH air hasil
perlakuan, terutama untuk kombinasi A3 (aktifasi pengasaman). Akan tetapi, perubahan nilai
pH tersebut masih berada dalam kisaran yang aman untuk air baku air minum dan untuk
keperluan domestik yang lainnya (Perda, 1991).
Hasil analisa statistik uji-F menunjukan bahwa fraksi aktifasi berpengaruh sangat nyata
terhadap perubahan nilai pH air bahan. Sedangkan ukuran kristal zeolit serta interaksi keduanya
tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan nilai pH air bahan. Sedangkan untuk mengetahui
pengaruh interaksi tiap perlakuan terhadap penurunan nilai kesadahan total air bahan, dilakukan
uji statistik lanjutan berupa Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).
Hasil uji BNT menunjukan bahwa perlakuan A3 (aktifasi pengasaman) untuk semua
ukuran kristal zeolit yang digunakan berpengaruh nyata terhadap perubahan nilai pH air bahan.
F. Analisa ekonomis terhadap unit pelunakan air
Usaha untuk melakukan analisa ekonomis terhadap unit pelunakan air merupakan hal
yang penting guna meningkatkan efektifitas dan kualitas pelunakan air yang dilakukan.
Pemilihan j enis dan volume resin yang digunakan, pengaturan besarnya kecepatan alir/debit
alir air sadah dan air lunak, dimensi kolom pelunakan air dan jumlah unit pelunakan yang
dioperasikan-dapatmempengaruhi-kualitasdan-efisiensi-prosespelunakan-air-yang ----------------
dilakukan. Untuk penelitian ini dimana resin yang digunakan adalah resin zeolit alami dengan
kecepatan alir sebesar 1,5 cm/s mampu memberikan hasil yang baik. Kemudian perancangan
dimensi kolom serta jumlah unit pelunakan air yang sebanyak satu unit tersebut ternyata dapat
menurunkan nilai kesadahan total dan kandungan besi (Fe) air bahan dengan hasil yang cukup
signifikan. Apalagi jika dilakukan pada lebih dari satu unit pelunakan air dan penyempurnaan
kembali rancang bangun dimensi kolom diharapkan terjadi proses pelunakan air yang lebih
berkualitas.
Analisa ekonomis terhadap unit pelunakan air yang dioperasikan dalam penelitian ini
diuraikan sebagai berikut:
1. Kombinasi perlakuan yang dianalisa adalah kombinasi perlakuan A2B2 (aktifasi
pemanasan - ukuran kristal sedang; 40 - 60 mesh = 0 1,6-1,9 mm). Hal ini disebabkan
kombinasi perlakuan tersebut adalah yang paling baik dalam menurunkan nilai
kesadahan total dan kandungan besi (Fe) air bahan
2. Jumlah unit pelunakan air yang dioperasikan dalam penelitian ini adalah sebanyak satu
unit. Adapun kapasitas operasionalnya adalah sebagai berikut:
a Berat zeolit alami yang digunakan sebesar 4,5 kg.
b Besarnya volume air sadah yang dapat dilunakan dalam satu kali running atau
dalam satu kali siklus pelunkan air adalah sebesar 5 liter. Dengan volume air
tersebut resin zeolit masih efektif digunakan untuk pelunakan air, dimana gejala-
gejala tercapainya titik jenuh pada resin zeolit belum tercapai, sehingga proses
regenerasi belum dilakukan c Lamanya waktu dalam satu kali running pelunakan
air adalah sebesar 15 menit
3. Dengan air lunak yang dihasilkan sebesar 5 liter tiap 15 menit dan belum dicapainya
proses regenerasi, unit pelunakan ari yang sebanyak satu unit tersebut diharapkan dapat
diterapkan pada skala rumah tangga untuk keperluan-keperluan domestik.
Jika diasumsikan bahwa satu keluarga kecil memerlukan air yang tidak sadah
sebanyak 80 liter tiap harinya untuk keperluan memasak air minum dan mencuci,
maka dibutuhkan 4 kali running pelunakan air untuk mencukupinya. Usaha tersebut
dapat ditempuh dengan asumsi selama proses pelunakan berlangsung keadaan jenuh
pada resin belum terjadi atau regenerasi belum tercapai. Asumsi yang lainnya adalah
nilai kesadahan total air bahan tetap berada pada kisaran nilai sebesar 250 mg/l
CaC03. Akan tetapi apabila kondisi-kondisi tersebut tidak terpenuhi, maka unit
pelunakan air yang digunakan dalam penelitian ini tidak lagi praktis dan kurang
ekonomis untuk diaplikasikan pada skala rumah tangga bagi keperluan-keperluan
domestik, seperti mencuci pakaian dan memasak air
35
Oleh karena itu untuk mengoptimalkan proses dan unit pelunakan air yang
dilakukan secara ekonomis dan aplikatif, dapat dilakukan langkah-langkah antisipatif
sebagai berikut:
1. Menambah j umlah unit pelunakan air yang dioperasikan lebih dari satu unit dengan
menggunakan sistem resirkulasi. Diharapkan volume, waktu, dan kualitas air hasil
perlakuan dapat lebih baik lagi dibandingkan dengan hanya menggunakan satu unit
pelunakan air yang dioperasikan
2. Menambah cadangan resin zeolit. Dengan menambah cadangan zeolit yang akan
digunakan, diharapkan saat terjadinya kejenuhan pada resin yang dioperasikan dapat
dicampur dengan resin cadangan yang baru, sehingga efektifitas dari proses pelunakan
air tetap tinggi dan regenerasi tidak perlu dilakukan
3. Melakukan rancang bangun dan kalkulasi lagi terhadap unit pelunakan air yang
digunakan, sehingga kapasitas dan produktifitasnya dapat lebih meningkat
dibandingkan dengan unit pelunakan air yang digunakan dalam penelitian ini
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pelunakan air merupakan upaya untuk menghilangkan kesadahan pada air. Dengan
dilakukannya pelunakan air tersebut diharapkan penggunaan air sadah bagi keperluan domestik
dan industri oleh masyarakat tidak lagi menimbulkan masalah. Metoda pertukaran ion dengan
resin zeolit merupakan metoda pelunakan air yang efisien.
Perlakuan pengaktifan dan pemilihan ukuran kristal zeolit yang efektif dapat
meningkatkan kapasitas tukar kation dan daya absorbsinya dalam proses pelunakan air.
Fraksi aktifasi yang efektif adalah dengan pemanasan pada suhu 150 °C selama 2 jam.
Sedangkan ukuran kristal zeolit yang efisien dalam pelunakan air adalah 40-60 mesh (0
1,6-1,9 mm).
Kombinasi perlakuan yang terbaik dalam menurunkan nilai kesadahan total dan
kandungan besi (Fe) adalah perlakuan aktifasi pemanasan dengan ukuran kristal zeolit sedang
(40 - 60 mesh = 0 1,6-1,9 mm) dengan masing-masing nilai sebesar 87,56 mg/lCaC03 dan 0,009
36
mg/l. Tingkat efisiensi perlakuan tersebut dalam menurunkan kesadahan total dan kandungan
besi (Fe) yang dicapai adalah masing-masing sebesar 65,01% dan 88,89%. Sedangkan
perlakuan tanpa aksifasi untuk semua ukuran kristal zeolit dan perlakuan ukuran kristal zeolit
kecil (80-100 mesh = 0 1,2-1,4 mm) untuk semua fraksi aktifasi merupakan perlakuan yang
tidak efisien dalam menurunkan kesadahan total dan kandungan besi (Fe).
——'Unit-pelunakan-airyang-diraneang-dalam-penelitiaii-ini-cukup-efisien-HaHni-terbukti-
dari penurunan nilai kesadahan total dan kandungan besi (Fe) air bahan yang cukup tinggi pada
air hasil perlakuan yang diamati.
B. Saran
Diperlukan kajian dan penelitian lebih spesifik lagi untuk mengetahui pemanfaatan
zeolit pada bidang perikanan dan lingkungan hidup yang lainnya. Selain itu juga perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai pengarah perlakuan regenerasi terhadap daya absoprsi dan
kapasitas tukar kation zeolit pada proses pelunakan air. Rancangan unit pelunakan air yang
sederhana, praktis dan ekonomis serta mudah dalam pengoperasiannya, memerlukan kajian yang
lebih mendalam lagi, sehingga permasalahan yang ditimbulkan oleh kesadahan dapat diatasi
dengan baik.
DAFTAR PÜSTAKA
Alaerts, G. dan S.S. Santika. 1987. Metoda penelitian air. Usaha Nasional. Surabaya, h. 72- 74
Alfandi. 1994. Pemanfaatan limbah lumpur Perusahaan Air Minum (PAM) dan zeolit alam
sebagai media tanam. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor (IPB).
Bogor, h. 5-14
Arifin, M. dan Harsodo. 1991. Zeolit alam : potensi, teknologi, kegunaan dan prospeknya di
Indonesia. Pusat Pengembangan Teknologi Mineral (PPTM). Laporan Ekonomi Bahan
37
Galian No. 72. Bandung. 13(72): 1-27 \J
Barrer, R. M. 1982. Hydrothermal, chemistry of zeolites. Academic Press. London, h. 61-65
Doudoroff, P. 1953. Critical review of literature on toxicity of industrial wastes and their
components to fish II. The Metals and Salts Sewerage and Industrial Wastes, h. 802
Effendi, H. 2000. Telaahan kualitas air ; bagi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan
perairan. IPB. Bogor, h. 104-111
Environmental Protection Agency (EPA). 1986. Quality criteria for water. U.S
Environmental Protection Agency. Washington, DC. h. 20-39
Environmental Protection Agency (EPA). 1990. Seminar publication : risk assesment,
management and communication of drinking water contamination. U.S Environmental
Protection Agency. Washington DC. h. 65-66
Fitriah, P. 2000. Kajian awai penurunan kadar ammonium nitrat dalam limbah cair dengan
proses oksidasi kimia dan pertukaran Ion. ITB. Bandung, h. 19-23
Husain, S.K. 1974. Text book of water supply and sanitary engineering. Oxford and IBM
Publishing Co. New Delhi, h. 45-52
ICemmer, F. 1979. The NALCO Water handbook. McGraw-Hill, Inc. New York. Chapter ^
12
Komar, P.A.; J. Nugraha dan Kurnia. 1985. Prospek pemanfaatan zeolit asal bayah sebagai
penukar kation. Pusat Pengembangan Teknologi Mineral (PPTM). Bandung, h. 1-5^
n. 1
Laws, E.A. 1993. Aquatic polution : an introductory text (2 Edition). John Wiley & Sons, Inc.
New York, h.201
Moss, R. Jr dan G.E. Moss. 1990. Handbook of ground water development. John Wiley &
Sons, Inc. New York. h. 374, 387 ^
Overman, M. 1969. Water, solutions to a problem of supply and demand. Doubleday and Co.
Inc. New Delhi, h. 46-49
Peratutan Daerah (Perda). 1991. Keputusan Gubernur KDh. Tingkat I Jawa Barat: peruntukan
air dan baku mutu air pada sumber air di Jawa Barat. h. 69-105
Pontius, F.W. 1990. Water quality and treatment: a handbook of community water supplies. American Water Works Association. McGraw-Hill, Inc. Tokyo, h. 580-597
Powell, S. 1954. Water conditioning for industry. McGraw-Hill, Inc. New York. h. 34-38
Salvato, J.A. 1992. Environmental engineering and sanitation (4th Edition). John Wiley &
Sons, Inc. New York. h. 270, 394-396
38
Setiyadi, B. 1997. Pola pergerakan air horizontal tanah tak jenuh dan respon pertumbuhan
bawang putih {AUium sativum. Lumbu putih) dengan pemberian bahan organik dan
zeolit pada latosol Darmaga. Skripsi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor, h.
6-11
Siahaan, R. 2000. Pengolahan air sadah dengan proses pengendapan dan kristalisasi. Jurnal
Penelitian Pemukiman. Bandung. 16 (3) : 65-70
Shofianty, Y. 1999. Pengarah pemberian zeolit terhadap kandungan logam berat kadmium
(Cd) di tambak skala laboratorium. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan. Institut
Pertanian Bogor (IPB). Bogor, h. 33
Simon, G.P. 1991. Ion exchange training manual. Chapman & Hall. London, h. 56-57
Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1995. Prinsip dan prosedur statistika : suatu pendekatan
biometrik (terjemahan). PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, h. 403-447
-Wkadinata^O^W—dan-Astiana—1-98-9—Peranan-zeolit-dalam-peningkatan-produksi-
pertanian.- Makalah Seminar. IPB. Bogor, h. 14-29
Yuliantie, A. 1991. Pengarah jenis (asai) dan ukuran batuan zeolit serta kecepatan aliran air
terhadap kemampuan pelunakan air. Skripsi. Program Studi Teknologi Ilmu Nutrisi. IPB.
Bogor, h. 5-29, 30
LAMPIRAN
41
Lubang udara (0-(),5cin)
Inlet air sadah (0=1 cm) Shower (i=5cm)
Kolom udara (t=10cm)
- Lapisan ijuk (1=5cm)
- Plastik penyangga (0=3mm)
Busa penyaring
Corong plastik Outlet air lunak
(0=0,5cm
Lampiran 1. Bagian-bagian unit pelunakan air
Pipa PVC (0=15cm, l=80cm)
l !nggun /eol i l ( t=60cm)
42
Lampiran 2a. Data mentah nilai kesadahan total, kandungan besi (Fe), kekeruhan dan pH air
hasil perlakuan
Lampiran 2b. Data mentah nilai kesadahan total, kandungan besi (Fe), kekeruhan dan pH air
bahan
No Perlakuan Ulangan Nilai (mg/lCaC03)
Nilai (mg/l) Nilai (NTU)
Nilai
1 AIBI 1 210,67 0,039 0,54 7,09 2 AIBI 2 215,01 0,043 0,56 7,25 J AIBI J> 209,91 0,040 0,60 7,01 4 A1B2 1 199,21 0,035 0,61 7,21 5 A1B2 2 190,97 0,029 0,61 7,07 6 A1B2 3 181,51 0,038 0,64 6,99 7 A1B3 1 200,71 0,056 0,88 7,33 8 A1B3 2 201,68 0,059 0,76 6,97 9 A1B3 -n
0 208,01 0,058 0,81 7,25
10 A2B1 1 200,01 0,021 0,91 7,37 lP A2B1 2 199,98 0,025 0,92 7,40 12 A2B1 3 201,00 0,030 0,89 7,29 13 A2B2 1 87,19 0,010 0,94 7,30 14 A2B2 2 80,97 0,009 0,96 7,56 15 A2B2 3 94,53 0,008 0,92 7,48 16 A2B3 1 201,09 0,044 0,99 7,61 17 A2B3 2 198,99 0,048 0,99 7,49 18 A2B3 3 199,71 0,045 0,89 7,39 19 A3B1 1 207,66 0,031 0,39 5,99 20 A3B1 2 200,20 0,026 0,44 6,01 21 A3B1 'y
J 206,95 0,028 0,38 5,98
22 A3B2 1 99,71 0,016 0,46 6,10 23 A3B2 2 99,89 0,015 0,46 6,09 24 A3B2 J 100,01 0,016 0,49 5,89 25 A3B3 1 200,01 0,051 0,51 5,95 26 A3B3 2 199,91 0,050 0,49 5,55 27 A2B3 *■» 189,50 0,055 0,54 5,43
No Ulangan Nilai Nilai (mg/l) Nilai Nilai (mg/lCaC03) (NTU)
1 1 249,56 0,079 0,41 6,99 2 2 250,92 0,075 0,39 7,31
■-> J
J 250,26 0,089 0,48 7,05
Lampiran 3. Tabel Sidik Ragam (TSR) dan uji-Beda Nyata Terkecil (BNT)
data nilai kesadahan total air hasil perlakuan
43
Keterangan : * berbeda nyata
Uji lanjutan Beda Nyata Terkecil (BNT) kesadahan total air hasil olahan
Hipótesis : Ho: I Ym-Yn | < BNT -» perlakuan tidak berpengaruh Hi: I Ym-Yn
| > BNT perlakuan berpengaruh nyata
BNT - t(a/2, dbS) x V(2xKTS)/r = t(0,005,18) x V(2x22,52)/3 = 2,878x
3,88 = 11,15
SK db JK KT Fhitung Ftabel (99%)
P 8 543831,18 - - -
A 2 8355,18 4177,59 185,42** 6,01
B 2 35570,14 17785,07 789,40** 6,01
AB 4 10906,14 2726,54 121,02** 4,58
S 18 405,46 22,53 - -
T 26 55236,92 - - -
Tabel Sidik Ragam (TSR) data ni ai kesadahan total air hasil olahan
Selisih nilai tengah kesadahan total I Ym-Yn I Y Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y1 - 21,30* 8,39 11,53* 124,30* 11,93* 6,92 111,99* 15,39* Y2 - 12,91* 9,77 103,00* 9,37 14,38* 90,69* 5,91 Y3 - 3,14 115,91* 3,54 1,47 103,60* 7,00 Y4 - 112,77* 0,40 4,61 100,46* 3,86 Y5 - 112,37* 117,38* 12,31* 108,91* Y 6 - 5,01 100,06* 3,46 Y7 - 105,07* 8,47 Y8 - 96,60* Y9 -
Lampiran 4. Tabel Sidik Ragam (TSR) dan uji-Beda Nyata Terkecil (BNT)
data nilai kandungan besi (Fe) air hasil perlakuan
44
Keterangan : * berbeda nyata
Uji lanjutan Beda Nyata Terkecil (BNT) kesadahan total air hasil olahan
Hipótesis: HQ : I Ym-Yn| < BNT perlakuan tidak berpengaruh H): | Ym-Yn I >
BNT perlakuan berpengaruh nyata
BNT = t(cc/2, dbS) x V(2xKTS)/r
= t(0,005,18) x V(2x0,000006)/3
= 2,878 x 0,002 = 0,0058 = 0,006
Tabel Sidik Ragam (TSR) data nilai kesadahan total air hasil olahan SK db JK KT Fhitung Ftabel (99%)
P 8 0,0064 - - -
A 2 0,0014 0,0007 116,67** 6,01
B 2 0,0048 0,0024 400,00** 6,01
AB 4 0,0002 0,00005 8,33** 4,58
S 18 0,0001 0,000006 - -
T 26 0,0065 - - -
Selisih nilai tengah kesadahan total |Ym-Yn Y Y1 Y2 ---- ..... Y3...... Y4 ..... ..... Y5 ........ ..... Y6 ..... Y7 Y8 Y9 Y1 -
0,007 0,018* 0,016* 0,032* 0,005 0,013* 0,025* 0,011*
Y2 - 0,025* 0,009* 0,025* 0,012* 0,006 0,018* 0,018*
Y3 - 0,034* 0,050* 0,013* 0,031* 0,043* 0,007
Y4 - 0,016* 0,021* 0,003 0,009 0,027*
Y5 - 0,037* 0,019* 0,007 0,043
Y6 - 0,018* 0,030* 0,006
Y7 - 0,012* 0,024*
Y8 - 0,036*
Y9 -
Lampiran 5. Tabel Sidik Ragam (TSR) dan uji-Beda Nyata Terkecil (BNT)
data nilai kekeruhan air hasil perlakuan
45
Keterangan : * berbeda nyata
Uji lanjutan Beda Nyata Terkecil (BNT) kekeruhan air hasil olahan
Hipótesis : Ho: I Ym-Yn I < BNT perlakuan tidak berpengaruh Hi: | Ym-Yn I >
BNT -» perlakuan berpengaruh nyata
BNT = t(oc/2, dbS) x V(2xKTS)/r = t(0,005,18) x V(2x0,0011)/3 = 2,878 x
0,03 = 0,08
Tabel Sidik Ragam (TSR) data nilai kekeruhan air hasil olahan SK db JK KT Fhitung Ftabel (99%)
P 8 1,13 -
- -
A 2 1,01 0,51 463,64** 6,01
B 2 0,08 0,04 36,36** 6,01
AB 4 0,04 0,01 9,09** 4,58
S 18 0,02 0,0011 - -
T 26 1,15 - - -
Selisih nilai tengah kekeruhan |Ym-Yn I Y Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9
Y1 -
0,05 0,25* 0,34* 0,37* 0,39* 0,17* 0,10* 0,06
Y2 - 0,20* 0,29* 0,32* 0,34* 0,22* 0,15* 0,11*
Y3 - 0,09 0,12* 0,14* 0,42* 0,35* 0,31*
Y4 - 0,03 0,05 0,51* 0,44* 0,40*
Y5 - 0,02 0,54* 0,47* 0,43*
Y6 - 0,56* 0,49* 0,45*
Y7 - 0,07 0,11*
Y8 - 0,04
Y9 -
Lampiran 6. Tabel Sidik Ragam (TSR) dan uji-Beda Nyata Terkecil (BNT)
data nilai pH air hasil perlakuan
Uji lanjutan Beda Nyata Terkecil (BNT) pH air hasil olahan
Hipótesis : Ho: I Ym-Yn I < BNT —> perlakuan tidak berpengaruh Hi: I Ym-Yn I >
BNT perlakuan berpengaruh nyata
BNT = t(oc/2, dbS) x V(2xKTS)/r = t(0,005,18)x V(2x0,02)/3 = 2,878 x
0,22 = 0,62
Tabel Sidik Ragam (TSR) data nilai pH air hasil olahan SK db JK KT Fhitung Ftabel (99%)
P 8 12,37 - - -
A 2 12,06 6,03 301,50** 6,01
B 2 0,03 0,02 1,00 6,01
AB 4 0,28 0,07 3,50 4,58
S 18 0,37 0,02 - -
T 26 12,74 - - -
Selisih nilai tengah pH |Ym-Yn | Y Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9
Y1 - 0,03 0,06 0,24 0,33 0,38 1,13* 1,09* 1,48*
~Y2~ - 0;09 0,27 0,36 0,41 \,W*~ -1-06*- 1,45*— Y3 - o
oo
0,27 0,32 1,19* 1,15* 1,54*
Y4 - 0,09 0,14 1,37* 1,33* 1,72*
Y5 - 0,05 1,46* 1,42* 1,81*
Y6 - 1,51* 1,47* 1,86*
Y7 - 0,04 0,35
Y8 - 0,39
Y9 -
Keterangan : * berbeda nyata
Hasil
70,8
12.52
2.52
0,19
1,60
0,42
4.20
1,33
144,9
0
61.20
Lampiran 7. Hasil analisa kimia zeolit Cikembar-Sukabumi
(Prayitno in Setiyadi, 1997)
Jenis Analisa
Si02
AI2O3
Fe203
Ti02 CaO MgO K20 Na20 KTK
(me/100g) Mordenit
Lampiran 8. Biaya pembuatan unit pelunakan air
No. Bahan Harga (rupiah)*
1 PipaPVC 0 15cm (6”) 32.000
2 Ember plastik (30 liter) 10.000
3 Selang plastik 0 lcm, p = Im 1.000
4 Corong plastik PVC 2.500
5 Busa penyaring 1.500
'6 Lem plastik 1.500
7 Batuan zeolit 4kg @ Rp 1.500 6.000
Total 53.500
*Harga tahun 2001
RIWAYAT HIDUP
49
Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggai 1 Agustus 1978, anak ke-
2 dari tiga bersaudara dari keluarga Iri Kusnadi dan Imas Suartini.
Penulis memulai pendidikan formalnya di SDN Rancamulya pada
tahun 1986-1991. Tahun 1991-1994 melanjutkan ke jenjang SMPN 2
Sumedang. Kemudian pada tahun 1994-1997 penulis melanjutkan
pendidikan SMUN 1 Sumedang.
Pada tahun 1997 penulis diterima sebagai mahasiswa
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur UMPTN pada Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan (MSP), Fakultas Periakan dan Ilmu Kelautan (FPIK).
Selama mengikuti kuliah penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, yaitu pengurus
dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) TPB periode 1997-1998, pengurus Himpunan
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (HIMASPER) periode 1999-2000 dan dalam
kegiatan kerohanian mahasiswa MT Al-Marjan periode 1999-2000.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana, penulis melaksanakan
penelitian dengan judul “ Pelunakan Air Sadah Melalui Penyaringan Zeolit”. Penulis
dinyatakan lulus pada tanggai 31 Agustus 2001.