16 maret inkuiri final

2
KOM Jl. Latuharhary No. 4B Men Email : info@ Peluncu Mendorong Perlindungan Konflik-konflik yang melibatkan Masyarakat intensitas tinggi dan cenderung tidak terse diterima adalah soal sengketa pertanahan. P menjadi 1.123 (2013) dan melonjak hingga 2 Potensi konflik akan terus meningkat, terut yang menunjukkan 31.957 desa ternyata ber 71,06% dari desa-desa tersebut menggantu hektar kawasan hutan yang dibuka aksesnya dan setelah melalui prosedur administrasi ya “Polemik persoalan agraria yang tak berk terobosan penyelesaian pelanggaran HAM mendasar melalui kesaksian berbagai pih mendapatkan kebenaran data, fakta, dan inf lebih komprehensif karena tidak hanya be mencegah berulangnya pelanggaran HAM se Inkuiri Nasional Hak MHA atas Wilayahnya Komnas HAM Sandrayati Moniaga, sesunggu Nomor 35/PUU-X/2012 dalam perkara pen Putusan MK tersebut merupakan suatu tero pengakuan Negara atas keberadaan MHA d paparnya. Inkuiri Nasional Komnas HAM terlaksana organisasi masyarakat sipil yaitu Aliansi M Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP), Ford Foundation, Rights and Resources Inni pemahaman persoalan dari berbagai sudut pelaksanaan Inkuiri Nasional. Dalam pelaksa Saksi dan Korban (LPSK) dan Kementerian Hu Komnas HAM telah memilih 40 kasus MH sebarannya. Berdasarkan hasil kajian, telaa pelanggaran HAM terhadap MHA, yaitu 1) MHA dan hak-haknya atas wilayah adat se Kebijakan pembangunan bias pertumbuhan lembaga penyelesaian konflik agraria yang m MISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA nteng Jakarta Pusat 10310, Telp.6221-3925230 Fax. 6 @komnasham.go.id Website : www.komnasham.go.id KETERANGAN PERS Nomor : 010/Humas-KH/III/2016 uran Buku Inkuiri Nasional Komnas HAM RI : Masyarakat Hukum Adat atas Wilayahnya di K t Hukum Adat (MHA) di kawasan hutan yang diklaim elesaikan. Komnas HAM mencatat sekitar 20 persen Pada tahun 2012 terdapat 1.213 berkas pengaduan k 2.483 berkas pengaduan (2014). tama dengan memperhatikan data Kementerian Ke rada di dalam dan sekitar kawasan hutan yang diklaim ungkan hidupnya dari sumber daya hutan. Ironisnya a kepada puluhan kelompok masyarakat sekitar huta ang rumit dan panjang. kesudahan telah mendorong Komnas HAM melak yang tersebar luas dan sistematik. Metode ini mam hak, termasuk masyarakat yang selama ini ‘tidak formasi melalui Dengar Keterangan Umum (DKU), pen ertujuan menyelesaikan namun juga mengandung ejenis dan pemulihan korban,” ujar Ketua Komnas HAM a di Kawasan Hutan Indonesia, menurut Koordinat uhnya merupakan tanggapan Komnas HAM atas Putu ngujian UU No.41/1999 tentang Kehutanan. Komn obosan hukum yang penting dalam proses pembahar dan hak-haknya yang sejalan dengan prinsip penghor atas kerja sama Komnas HAM dan Komnas Perem Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Sajogyo Institut , ELSAM, Epistema Institute, INFIS, Kemitraan bagi P itiative (RRI) dan UNDP. Pelibatan organisasi tersebu t pandang dan upaya menggalang sumber daya ser anaan DKU, Komnas HAM juga mendapatkan dukung ukum dan HAM. HA di kawasan hutan di 7 wilayah yang mewakili ka ah kasus, dan DKU, ditemukan beberapa akar mas Tidak atau belum adanya pengakuan atas MHA; 2) erta sumber daya hutan menjadi sekedar persoalan n ekonomi; 4) Patriarki di tubuh Negara dan Masyar memiliki otoritas menyelesaikan konflik secara adil. 6221-3925227 d Kawasan Hutan sebagai hutan Negara memiliki n dari seluruh pengaduan yang kategori agraria dan meningkat ehutanan dan BPS (2007, 2009) m sebagai hutan negara. Sekitar a, sampai 2014 hanya 0,5 juta an, dengan waktu yang terbatas kukan Inkuiri Nasional sebagai mpu menggali persoalan secara tersentuh’ oleh negara guna nelitian dan analisis. Metode ini upaya pendidikan publik guna M Imdaddun Rahmat. tor Komisioner Inkuiri Nasional usan Mahkamah Konstitusi (MK) nas HAM berpandangan bahwa ruan hukum karena merupakan rmatan hak-hak asasi manusia,” mpuan serta dukungan penuh te, Samdhana Institute, HuMa, Pembaruan Tata Pemerintahan, ut bertujuan untuk memperkuat rta jaringan untuk keberhasilan gan dari Lembaga Perlindungan arakteristik hutan dan wilayah salah terjadinya praktik-praktik Menyederhanakan keberadaan n administrasi atau legalitas; 3) rakat Adat; dan 5) Kekosongan

Transcript of 16 maret inkuiri final

KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

Jl. Latuharhary No. 4B Menteng Jakarta Pusat 10310, Telp.6221

Email : [email protected]

Peluncuran Buku Inkuiri Nasional Komnas HAM

Mendorong Perlindungan Masyarakat Hukum Adat

Konflik-konflik yang melibatkan Masyarakat Huku

intensitas tinggi dan cenderung tidak terselesaikan. Komnas HAM mencatat sekitar 20 persen dari seluruh pengaduan yang

diterima adalah soal sengketa pertanahan. Pada tahun 2012 terdap

menjadi 1.123 (2013) dan melonjak hingga 2.483 berkas pengaduan (2014).

Potensi konflik akan terus meningkat, terutama dengan memperhatikan data Kementerian Kehutanan dan BPS (2007, 2009)

yang menunjukkan 31.957 desa ternyata berada di dalam dan sekitar kawasan hutan yang diklaim sebagai hutan negara. Sekitar

71,06% dari desa-desa tersebut menggantungkan hidupnya dari sumber daya hutan. Ironisnya, sampai 2014 hanya 0,5 juta

hektar kawasan hutan yang dibuka aksesnya kepada puluhan kelompok masyarakat sekitar hutan, dengan waktu yang terbatas

dan setelah melalui prosedur administrasi yang rumit dan panjang.

“Polemik persoalan agraria yang tak berkesudahan telah mendorong Komnas HAM

terobosan penyelesaian pelanggaran HAM yang tersebar luas dan sistematik

mendasar melalui kesaksian berbagai pihak

mendapatkan kebenaran data, fakta, dan informasi melalui

lebih komprehensif karena tidak hanya bertujuan

mencegah berulangnya pelanggaran HAM sejenis dan pemulihan korban

Inkuiri Nasional Hak MHA atas Wilayahnya di Kawasan Hutan Indonesia

Komnas HAM Sandrayati Moniaga, sesungguhnya

Nomor 35/PUU-X/2012 dalam perkara pengujian UU No.41/1999 tentang Kehutanan.

Putusan MK tersebut merupakan suatu terobosan hukum yang penting dalam proses pembaharuan h

pengakuan Negara atas keberadaan MHA dan hak

paparnya.

Inkuiri Nasional Komnas HAM terlaksana atas kerja sama

organisasi masyarakat sipil yaitu Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Sajogyo Institute, Samdhana Institute, HuMa,

Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP), ELSAM, Epistema Institute, INFIS, Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan,

Ford Foundation, Rights and Resources Innitiative (RRI) dan UNDP. Pelibatan organisasi tersebut bertujuan untuk memperkuat

pemahaman persoalan dari berbagai sudut pandang dan upaya menggalang sumber daya serta jaringan untuk keberhasilan

pelaksanaan Inkuiri Nasional. Dalam pelaksanaan DKU, Komnas HAM juga mendapat

Saksi dan Korban (LPSK) dan Kementerian Hukum dan HAM.

Komnas HAM telah memilih 40 kasus MHA

sebarannya. Berdasarkan hasil kajian, telaah kasus, dan DKU, ditemukan beberapa akar masalah terjadinya praktik

pelanggaran HAM terhadap MHA, yaitu 1)

MHA dan hak-haknya atas wilayah adat serta sumber daya hutan

Kebijakan pembangunan bias pertumbuhan ekonomi

lembaga penyelesaian konflik agraria yang memiliki otoritas menyelesaikan konflik secara adil

KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA

Jl. Latuharhary No. 4B Menteng Jakarta Pusat 10310, Telp.6221-3925230 Fax. 6221

[email protected] Website : www.komnasham.go.id

KETERANGAN PERS Nomor : 010/Humas-KH/III/2016

Peluncuran Buku Inkuiri Nasional Komnas HAM RI :

Mendorong Perlindungan Masyarakat Hukum Adat atas Wilayahnya di Kawasan Hutan

konflik yang melibatkan Masyarakat Hukum Adat (MHA) di kawasan hutan yang diklaim sebagai hutan Negara memiliki

intensitas tinggi dan cenderung tidak terselesaikan. Komnas HAM mencatat sekitar 20 persen dari seluruh pengaduan yang

diterima adalah soal sengketa pertanahan. Pada tahun 2012 terdapat 1.213 berkas pengaduan kategori agraria dan meningkat

menjadi 1.123 (2013) dan melonjak hingga 2.483 berkas pengaduan (2014).

Potensi konflik akan terus meningkat, terutama dengan memperhatikan data Kementerian Kehutanan dan BPS (2007, 2009)

berada di dalam dan sekitar kawasan hutan yang diklaim sebagai hutan negara. Sekitar

desa tersebut menggantungkan hidupnya dari sumber daya hutan. Ironisnya, sampai 2014 hanya 0,5 juta

aksesnya kepada puluhan kelompok masyarakat sekitar hutan, dengan waktu yang terbatas

setelah melalui prosedur administrasi yang rumit dan panjang.

“Polemik persoalan agraria yang tak berkesudahan telah mendorong Komnas HAM melakukan

pelanggaran HAM yang tersebar luas dan sistematik. Metode ini mampu

berbagai pihak, termasuk masyarakat yang selama ini ‘tidak tersentuh’

kan kebenaran data, fakta, dan informasi melalui Dengar Keterangan Umum (DKU), penelitian dan analisis

lebih komprehensif karena tidak hanya bertujuan menyelesaikan namun juga mengandung upaya pendidikan publik

aran HAM sejenis dan pemulihan korban,” ujar Ketua Komnas HAM Imdad

atas Wilayahnya di Kawasan Hutan Indonesia, menurut Koordinator Komisioner Inkuiri Nasional

sesungguhnya merupakan tanggapan Komnas HAM atas Putusan Mahkamah Konstitusi (MK)

X/2012 dalam perkara pengujian UU No.41/1999 tentang Kehutanan. “Komnas HAM berpandangan bahwa

merupakan suatu terobosan hukum yang penting dalam proses pembaharuan h

dan hak-haknya yang sejalan dengan prinsip penghormatan hak

Inkuiri Nasional Komnas HAM terlaksana atas kerja sama Komnas HAM dan Komnas Perempuan

Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Sajogyo Institute, Samdhana Institute, HuMa,

Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP), ELSAM, Epistema Institute, INFIS, Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan,

ation, Rights and Resources Innitiative (RRI) dan UNDP. Pelibatan organisasi tersebut bertujuan untuk memperkuat

pemahaman persoalan dari berbagai sudut pandang dan upaya menggalang sumber daya serta jaringan untuk keberhasilan

. Dalam pelaksanaan DKU, Komnas HAM juga mendapatkan dukungan dari Lembaga Perlindungan

Saksi dan Korban (LPSK) dan Kementerian Hukum dan HAM.

memilih 40 kasus MHA di kawasan hutan di 7 wilayah yang mewakili karakteristik hutan dan wilaya

Berdasarkan hasil kajian, telaah kasus, dan DKU, ditemukan beberapa akar masalah terjadinya praktik

, yaitu 1) Tidak atau belum adanya pengakuan atas MHA; 2)

as wilayah adat serta sumber daya hutan menjadi sekedar persoalan

Kebijakan pembangunan bias pertumbuhan ekonomi; 4) Patriarki di tubuh Negara dan Masyarakat Adat

memiliki otoritas menyelesaikan konflik secara adil.

3925230 Fax. 6221-3925227

www.komnasham.go.id

atas Wilayahnya di Kawasan Hutan

m Adat (MHA) di kawasan hutan yang diklaim sebagai hutan Negara memiliki

intensitas tinggi dan cenderung tidak terselesaikan. Komnas HAM mencatat sekitar 20 persen dari seluruh pengaduan yang

at 1.213 berkas pengaduan kategori agraria dan meningkat

Potensi konflik akan terus meningkat, terutama dengan memperhatikan data Kementerian Kehutanan dan BPS (2007, 2009)

berada di dalam dan sekitar kawasan hutan yang diklaim sebagai hutan negara. Sekitar

desa tersebut menggantungkan hidupnya dari sumber daya hutan. Ironisnya, sampai 2014 hanya 0,5 juta

aksesnya kepada puluhan kelompok masyarakat sekitar hutan, dengan waktu yang terbatas

melakukan Inkuiri Nasional sebagai

etode ini mampu menggali persoalan secara

, termasuk masyarakat yang selama ini ‘tidak tersentuh’ oleh negara guna

, penelitian dan analisis. Metode ini

mengandung upaya pendidikan publik guna

,” ujar Ketua Komnas HAM Imdaddun Rahmat.

rdinator Komisioner Inkuiri Nasional

gapan Komnas HAM atas Putusan Mahkamah Konstitusi (MK)

Komnas HAM berpandangan bahwa

merupakan suatu terobosan hukum yang penting dalam proses pembaharuan hukum karena merupakan

yang sejalan dengan prinsip penghormatan hak-hak asasi manusia,”

Komnas Perempuan serta dukungan penuh

Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Sajogyo Institute, Samdhana Institute, HuMa,

Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP), ELSAM, Epistema Institute, INFIS, Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan,

ation, Rights and Resources Innitiative (RRI) dan UNDP. Pelibatan organisasi tersebut bertujuan untuk memperkuat

pemahaman persoalan dari berbagai sudut pandang dan upaya menggalang sumber daya serta jaringan untuk keberhasilan

dukungan dari Lembaga Perlindungan

di kawasan hutan di 7 wilayah yang mewakili karakteristik hutan dan wilayah

Berdasarkan hasil kajian, telaah kasus, dan DKU, ditemukan beberapa akar masalah terjadinya praktik-praktik

; 2) Menyederhanakan keberadaan

persoalan administrasi atau legalitas; 3)

ubuh Negara dan Masyarakat Adat; dan 5) Kekosongan

Permasalahan bertambah rumit ketika aparat Pemerintah, termasuk POLRI, terlibat dalam konflik dan tidak bersikap netral

dalam sebagian besar kasus. Ketika konflik berlangsung tidak seimbang, kekerasan kerapkali dianggap sebagai cara

penyelesaian.

“Inkuiri Nasional Komnas HAM telah mengungkap dengan apik konstalasi persoalan agraria yang selama ini terjadi khususnya

yang melibatkan MHA. Semua terungkap dengan gamblang, baik akar persoalannya, karakteristik pelanggaran HAM yang terjadi

termasuk bentuk perbuatan dan kondisi yang diakibatkan, serta pihak-pihak yang bertanggungjawab,” ungkap Hariadi

Kartodihardjo salah seorang Komisioner Inkuiri Nasional Komnas HAM.

Berdasarkan hasil Inkuiri Nasional, Komnas HAM telah menyampaikan rekomendasi sebagai solusi penyelesaian masalah kepada

sejumlah pihak terkait, antara lain DPR RI untuk segera mengesahkan RUU Pengakuan dan Perlindungan MHA (RUU PPMHA);

Presiden RI antara lain untuk segera membentuk lembaga independen (Satgas MHA); dan Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan untuk melibatkan MHA secara aktif dan transparan dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan hutan.

“Berbagai konflik atas wilayah-wilayah adat yang tersebar luas dan sudah semakin rumit tidak dapat diselesaikan oleh

Kementerian dan/atau Lembaga Negara yang ada karena conflict of interests. Kehadiran Satgas MHA mutlak dibutuhkan,” kata

salah seorang Komisioner Inkuiri Nasional Komnas HAM Enny Soeprapto.

Dalam rangka menyampaikan hasil temuan dan rekomendasi ”Inkuiri Nasional Komnas HAM tentang Hak Masyarakat Hukum

Adat atas Wilayahnya di Kawasan Hutan” pada publik yang lebih luas, Komnas HAM menginisiasi peluncuran 4 (empat) buku

Inkuiri Nasional Komnas HAM di Gedung Komnas HAM Jalan Latuharhary No.4B Menteng Jakarta Pusat pada Rabu, 16 Maret

2016 pukul 09.30 s.d. 12.30 WIB. Buku-buku ini berisi dokumentasi pelaksanaan Inkuiri Nasional, tidak saja soal temuan, analisis,

dan rekomendasi-rekomendasi kebijakan, namun juga aspek pengalaman dalam pelaksanaan inkuiri, data, dan fakta yang

terungkap.

Pada momentum ini juga akan diselenggarakan talkshow terutama dalam rangka mengurai secara singkat hasil temuan dan

rekomendasi yang telah dihasilkan Inkuiri Nasional Komnas HAM, mengkonfirmasi respon dari pihak-pihak terkait atas temuan

dan rekomendasi yang telah disampaikan khususnya Kementerian Lingkungan dan Kehutanan, dan mendorong komitmen untuk

segera menginisiasi upaya mendasar dan sistematis guna mengatasi persoalan agraria yang melibatkan MHA terutama melalui

pembentukan lembaga independen (Satgas Masyarakat Adat) oleh Presiden RI.

Sejumlah pihak yang turut hadir dalam peluncuran Buku Inkuiri Nasional Komnas HAM ini adalah Teten Masduki (Kepala Staf

Kepresiden RI), Bambang Subijanto (Wakil Kementerian Lingkungan dan Kehutanan RI), Enny Soeprapto, PhD (Komisioner Inkuiri

Nasional Komnas HAM), Prof. Dr. Ir. Hariadi Kartodiharjo, MS (Komisioner Inkuiri Nasional Komnas HAM), dan Saur Tumiur

Situmorang, SH (Komisioner Inkuiri Nasional Komnas HAM). Berperan sebagai moderator talkshow adalah Sandrayati Moniaga

(Koordinator Komisioner Inkuiri Nasional Komnas HAM).

Teten Masduki, Kepala Staf Kepresidenan, menyambut baik terbitnya buku-buku hasil Inkuiri Nasional Komnas HAM. Beliau

menegaskan kembali komitmen Presiden Joko Widodo tentang pentingnya mewujudkan tanggung jawab Negara untuk

penghormatan, perlindungan dan pemenuhan HAM termasuyk hak-hak Masyarakat Hukum Adat. Namun realisasinya memang

tidak sederhana. Presiden sedang mencari jalan terbaik untuk penyelesaian masalah ini.

Demikian keterangan pers ini dibuat dalam rangka mendorong upaya bersama menciptakan kondisi yang kondusif bagi

pemajuan, perlindungan dan penegakan hak asasi manusia di Indonesia.

Jakarta, 16 Maret 2016

KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

Koordinator Komisioner Inkuiri Nasional Komnas HAM,

(Sandrayati Moniaga)

CP: Eva Nila Sari (Humas Komnas HAM - 081296166200)