16 Henti Jantung Dan Penyadaran

3
16 henti jantung dan penormalan Implikasi klinis henti jantung Selama anestesi, kemampuan pasien dalam mengimbangi dan mengontrol perubahan peredaran darah berubah,dan dia menjadi sangat bergantung pada ilmu dan kemapuan ahli anestesi. Arrhytmias muncul 60-90 persen pada pasien selama anestesi dan operasi. Kebanyakan terjadi pada saat atau segera setelah intubation. Arrhytmias ini biasanya ischemic atau terjadi refleks pada aslinya. Miokardial ischemia mungkin tidak sama penting dengan hypotension atau hypertension. Hypertension meningkatkan ventrikular kiri setelah memuat dan membawa pada endocardial ischemia. Pada pasien yang sedang kritis gas darah, dan elektrolit atau kelainan metabolisme ditambah anestesi paling sering berpotensi mengalami arrhytmias fatal. Pencegahannya adalah tergantun pada pemberian oksigen yang cukup dan perubahan minimal pada pH. Nilai electrolyte yang normal diukur sebelum anestesi dan pembedahan mungkin tidak mencerminkan status electrolyte dari pasien selama pembedahan. Persiapan bowel yang menyeluruh, penggunaan diuretic, kekosongan, atau pengambilan baru-baru dari digitalis glycosides mungkin mempengaruhi pasien pada perubahan signifikan nilai electrolytenya. Henti jantung telah dilaporkan mengikuti anaphylactic dan reaksi alergi terhadap obat-obatan seperti thiopental dan succinycholine dan hasil darah. Diagnosa henti jantung Henti jantung biasa didiagnosa dengan ketiadaan denyut atau tekanan darah. Terkadang “henti palsu” terjadi dalam ruang operasi berkaitan dengan malfungsi memonitoring peralatan(tidak tersambungnya precordial atau stetoskop esophageal, manset tekanan darah terselip,atau ECG terlepas).Perubahan pola pernapasan harus menyiagakan ahli anestesi pada kemungkinan memburuknya cardiovascular(dengan asumsi pelemas otot tidak digunakan). Jika henti jantung memang terjadi, daftar tindakan dibawah ini harus diikuti dengan cepat dan berurutan.

description

cardiac arrest

Transcript of 16 Henti Jantung Dan Penyadaran

16 henti jantung dan penormalan

Implikasi klinis henti jantung

Selama anestesi, kemampuan pasien dalam mengimbangi dan mengontrol perubahan peredaran darah berubah,dan dia menjadi sangat bergantung pada ilmu dan kemapuan ahli anestesi. Arrhytmias muncul 60-90 persen pada pasien selama anestesi dan operasi. Kebanyakan terjadi pada saat atau segera setelah intubation. Arrhytmias ini biasanya ischemic atau terjadi refleks pada aslinya. Miokardial ischemia mungkin tidak sama penting dengan hypotension atau hypertension. Hypertension meningkatkan ventrikular kiri setelah memuat dan membawa pada endocardial ischemia.

Pada pasien yang sedang kritis gas darah, dan elektrolit atau kelainan metabolisme ditambah anestesi paling sering berpotensi mengalami arrhytmias fatal. Pencegahannya adalah tergantun pada pemberian oksigen yang cukup dan perubahan minimal pada pH. Nilai electrolyte yang normal diukur sebelum anestesi dan pembedahan mungkin tidak mencerminkan status electrolyte dari pasien selama pembedahan. Persiapan bowel yang menyeluruh, penggunaan diuretic, kekosongan, atau pengambilan baru-baru dari digitalis glycosides mungkin mempengaruhi pasien pada perubahan signifikan nilai electrolytenya. Henti jantung telah dilaporkan mengikuti anaphylactic dan reaksi alergi terhadap obat-obatan seperti thiopental dan succinycholine dan hasil darah.

Diagnosa henti jantung

Henti jantung biasa didiagnosa dengan ketiadaan denyut atau tekanan darah. Terkadang henti palsu terjadi dalam ruang operasi berkaitan dengan malfungsi memonitoring peralatan(tidak tersambungnya precordial atau stetoskop esophageal, manset tekanan darah terselip,atau ECG terlepas).Perubahan pola pernapasan harus menyiagakan ahli anestesi pada kemungkinan memburuknya cardiovascular(dengan asumsi pelemas otot tidak digunakan).

Jika henti jantung memang terjadi, daftar tindakan dibawah ini harus diikuti dengan cepat dan berurutan.

Penormalan pasien keadaan jantung berhenti

1. Matikan semua agent anestesi.

2. Panggil bantuan.

3. Bersihkan sirkuit anestesi dengan oksigen,berikan oksigen 100%.

4. Pastikan bahwa terdapat jalan udara yang jelas (terutama dengan intubation)

5. Cium sirkuit anestesi untuk mengecek konsentrasi agen anestesi yang berlebihan.

6. Berikan gebukan precordial (jika ECG sedang digunakan), kemudian mulailah pijatan luar jantung.

7. Ambil peralatan untuk menampilkan ECG,jika sebelumnya tidak tersedia.

8. Ambil dan isi defibrillator, jika belum tersedia.

9. Ambil obat darurat.

Implementasi dari CPR

Standar untuk CPR telah ditetapkan oleh American Heart Association dan National Academy of Science National Research Council seperti urutan dibawah ini:

A. Airway (jalan udara)

B. Breathing (bernafas)

C. Circulation (sirkulasi)

Komplikasi CPR

Bahkan dengan CPR yang tepat, komplikasi tertentu mungkin terjadi. Yaitu perpisahan costochondral, patah tulang iga, pneumothorax atau hemothorax, memar paru-paru,terkoyaknya hati atau limpa, aspiration pneumonitis, hyperosmolality,hypercapnia, dan penyumbatan lemak. Perhatian yang teliti akan meminimalisir komplikasi.

Evaluasi penyadaran

Ketika terjadi henti jantung selama anestesi yang meliputi penggunaan pelemas otot,tanda lumrah pada kematian otak mungkin tidak akan berlaku. Jika aktivitas ventricular berkurang setelah30-60 menit waktu maksimal penyadaran, penyadaran harus dihentikan. Jika berhasil, langkah tepat harus diambil untuk memantau dengan hati-hati dan mendukung fungsi vital pasien.

Ada bukti memadai untuk mendukung penggunaan dosis parmacological corticosteroid dalam usaha untuk mencegah beberapa sequelae gagalnya cardiovascular,seperti paru-paru shock dan cerebral edema. Disamping penggunaan corticoteroid, langkah lain, seperti agent diuretic yang kuat, mengontrol hyperventilation,danhypothermia, digunakan untuk mengurangi cerebral edema dan permintaan metabolis.