16. BAB IV

download 16. BAB IV

of 22

Transcript of 16. BAB IV

  • 8/8/2019 16. BAB IV

    1/22

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    1. Demografi

    Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Bumi Nabung pada akhir tahun

    2009 sebesar 30.773 Jiwa. jiwa dengan rasio jenis kelamin rata-rata 50,58%

    dan rasio beban tanggungan rata-rata 27,12%.

    Tabel 4.1Jumlah Penduduk Menurut Desa Tahun 2009

    No. DesaJumlah Penduduk

    Laki-laki Perempuan Total1. Buminabung Ilir 5.784 5.581 11.3652. Buninabung Utara 1.634 1.519 3.1533. Buminabung Timur 2.186 2.090 4.2764. Buminabung Baru 1.714 1.732 3.4465. Buminabung Selatan 1.625 1.614 3.2396. Srikencono 2.622 2.672 5.294

    Jumlah 15.565 15.208 30.773Sumber : Data Sekunder, 2009

    Menurut data di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk tertinggi pada

    tahun 2009 terdapat di Kampung Buminabung Ilir (11.365 Jiwa) dan terendah

    ada di Kampung Buminabung Utara (3.153 Jiwa).

    2. Geografi

  • 8/8/2019 16. BAB IV

    2/22

    Wilayah kerja Puskesmas Buminabung meliputi seluruh wilayah

    administrative Kecamatan Buminabung yang terdiri dari 6 kampung dan

    memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

    Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Bumi Nabung adalah sebagai

    berikut:

    a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Seputih Surabaya.

    b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Rumbia.

    c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Seputih Surabaya.d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bandar Mataram.

    3. Jumlah Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Nakes) dan Non Nakes

    Tahun 2009

    Jumlah persalinan pada tahun 2009 (Januari-Desember) sebanyak 600

    persalinan, dimana 528 (88%) persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dan

    72 persalinan (12%) ditolong oleh dukun. Puskesmas Bumi Nabung

    mempunyai Wilayah Kerja sebanyak 6 desa dengan jumlah bidan sebanyak 10

    orang (5 bidan Puskesmas dan 5 bidan desa). Sedangkan jumlah dukun

    sebanyak 20 orang (Laporan Kesga Puskesmas Bumi Nabung, 2009).

    B. Hasil Penelitian

    50

  • 8/8/2019 16. BAB IV

    3/22

    1. Analisa Univariat

    Proporsi jawaban responden tentang hubungan pengetahuan, sikap dan dan

    tingkat ekonomi ibu dengan perilaku memilih penolong persalinan di Kecamatan

    Bumi Nabung Kabupaten Lampung Tengah tahun 2010.

    a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

    Tabel 4.2Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di Puskesmas

    Bumi Nabung Kabupaten Lampung Tengah

    Tahun 2010

    Usia Frekuensi Persentase

    35 Tahun 8 9,3Jumlah 86 100,0

    Sumber: Hasil Penelitian 2010

    Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebagian besar usia responden adalah

    Produktif (35 tahun) (9,3%).

    51

  • 8/8/2019 16. BAB IV

    4/22

    b. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

    Tabel 4.3Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

    di Kecamatan Bumi Nabung Kabupaten Lampung TengahTahun 2010

    Pendidikan Frekuensi Persentase

    SD 26 30,2

    SMP 39 45,3

    SMA 16 18,6

    Sarjana (Perguruan Tinggi) 5 5,8Jumlah 86 100,0

    Sumber: Hasil Penelitian 2010

    Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebagian besar pendidikan

    responden adalah rendah (SMP) yaitu sebanyak 39 responden (45,3%),

    sedangkan yang paling sedikit yaitu Sarjana (Perguruan Tinggi) berjumlah 5

    responden (5,8%).

    c. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

    Tabel 4.4Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

    di Kecamatan Bumi Nabung Kabupaten Lampung TengahTahun 2010

    Pekerjaan Frekuensi Persentase

    IRT 35 40,7Tani 40 46,5

    Dagang 3 3,5Guru 7 8,1Swasta 1 1,2Jumlah 86 100,0

    Sumber: Hasil Penelitian 2010

    52

  • 8/8/2019 16. BAB IV

    5/22

  • 8/8/2019 16. BAB IV

    6/22

    Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebagian besar sikap responden

    adalah favourable (positif) yaitu sebanyak 56 responden (65,1%), sedangkan

    30 responden lainnya unfavourable (negatif) (34,9%).

    f. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Ekonomi

    Tabel 4.7Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Ekonomi

    di Kecamatan Bumi Nabung Kabupaten Lampung TengahTahun 2010

    Tingkat Ekonomi Frekuensi Persentase

    Tinggi 48 55,8Rendah 38 44,2Jumlah 86 100,0

    Sumber: Hasil Penelitian 2010

    Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebagian besar tingkat ekonomi

    responden adalah tinggi yaitu sebanyak 48 responden (55,8%), sedangkan 38

    responden lainnya termasuk dalam kategori ekonomi rendah (44,2%).

    g. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku dalamMemilih Penolong Persalinan

    Tabel 4.8Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Berdasarkan Perilaku

    dalam Memilih Penolong Persalinan di Kecamatan Bumi NabungKabupaten Lampung Tengah

    Tahun 2010

    Berdasarkan Perilaku dalam MemilihPenolong Persalinan Frekuensi Persentase

    Tenaga Kesehatan (Nakes) 33 38,4 Non Nakes 53 61,6

    Jumlah 86 100,0Sumber: Hasil Penelitian 2010

    54

  • 8/8/2019 16. BAB IV

    7/22

  • 8/8/2019 16. BAB IV

    8/22

    Hasil analisa antara pengetahuan dengan perilaku dalam memilih penolong

    persalinan di Kecamatan Bumi Nabung Kabupaten Lampung Tengah, diperoleh

    bahwa dari 56 responden yang pengetahuannya baik, 23 responden diantaranya

    (41,1%) ditolong oleh tenaga kesehatan, sedangkan sisanya 33 responden (58,9%)

    tidak ditolong oleh tenaga kesehatan. Sementara dari 30 responden yang

    pengetahuannya kurang baik, 10 responden diantaranya (33,3%) ditolong oleh

    tenaga kesehatan, sedangkan sisanya 20 responden (66,7%) tidak ditolong oleh

    tenaga kesehatan. Secara persentase responden yang pengetahuannya baik banyak

    yang tidak ditolong oleh tenaga kesehatan dibandingkan dengan responden

    pengetahuannya kurang baik. Hasil uji statistik diperoleh p value=0,638 yang

    berarti p> =0,05, maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna

    antara pengetahuan responden dengan perilaku dalam memilih penolong persalinan

    di Kecamatan Bumi Nabung Kabupaten Lampung Tengah tahun 2010.

    b. Hubungan Sikap dengan Perilaku dalam Memilih Penolong Persalinan

    Tabel 4.10Hubungan Sikap dengan Perilaku dalam Memilih Penolong

    Persalinan di Kecamatan Bumi NabungKabupaten Lampung Tengah

    Tahun 2010

    Sikap

    Perilaku dalam MemilihPenolong Persalinan Total p

    ValueTenagaKesehatan Non Tenaga

    Kesehatann % n % n %

    Favourable(Positif)

    14 25,0 42 75,0 56 100

    0,001Unfavourable(Negatif)

    19 63,3 11 36,7 30 100

    Jumlah 33 38,4 53 61,6 86 100,0Sumber: Hasil Penelitian 2010

    56

  • 8/8/2019 16. BAB IV

    9/22

    Hasil analisa antara sikap dengan perilaku dalam memilih penolong persalinan di

    Kecamatan Bumi Nabung Kabupaten Lampung Tengah, diperoleh bahwa dari 56

    responden yang sikapnya favourable (positif), 14 responden diantaranya (25,0%)

    ditolong oleh tenaga kesehatan, sedangkan sisanya 42 responden (75,0%) tidak

    ditolong oleh tenaga kesehatan. Sementara dari 30 responden yang sikapnya

    unfavourable (negatif), 19 responden diantaranya (63,3%) ditolong oleh tenaga

    kesehatan, sedangkan sisanya 11 responden (36,7%) tidak ditolong oleh tenaga

    kesehatan. Secara persentase responden yang sikapnya favourable (positif) lebih

    banyak yang tidak ditolong oleh tenaga kesehatan dibandingkan dengan

    responden sikapnya unfavourable (negatif). Hasil uji statistik diperoleh p

    value=0,001 yang berarti p

  • 8/8/2019 16. BAB IV

    10/22

    Hasil analisa antara tingkat ekonomi dengan perilaku dalam memilih

    penolong persalinan di Kecamatan Bumi Nabung Kabupaten Lampung

    Tengah, diperoleh bahwa dari 56 responden yang tingkat ekonominya tinggi,

    12 responden diantaranya (25,0%) ditolong oleh tenaga kesehatan, sedangkan

    sisanya 36 responden (75,0%) tidak ditolong oleh tenaga kesehatan.

    Sementara dari 30 responden yang tingkat ekonominya rendah, 21 responden

    diantaranya (55,3%) ditolong oleh tenaga kesehatan, sedangkan sisanya 17

    responden (44,7%) tidak ditolong oleh tenaga kesehatan. Secara persentase

    responden yang tingkat ekonominya tinggi lebih banyak yang tidak ditolong

    oleh tenaga kesehatan dibandingkan dengan responden tingkat ekonominya

    rendah. Hasil uji statistik diperoleh p value=0,008 yang berarti p

  • 8/8/2019 16. BAB IV

    11/22

    a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan

    Berdasarkan tabel 4.5 digambarkan diketahui bahwa sebagian besar

    pengetahuan responden adalah baik yaitu sebanyak 56 responden (65,1%),

    sedangkan 30 responden lainnya kurang baik (34,9%).

    Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa sebagian besar pengetahuan

    responden tentang perilaku dalam memilih penolong persalinan adalah baik,

    maka cukup berlebihan jika masih ditemukan responden yang lebih memilih

    penolong persalinan non nakes seperti dukun. Apabila hal tersebut terjaditentunya sangat bertolak belakang dengan uraian mengenai pengetahuan yang

    disampaikan oleh Notoatmodjo (2005) dimana pengetahuan merupakan hasil

    dari tahu dan hal tersebut terjadi setelah melakukan pengindraan terhadap

    suatu objek tertentu. Dalam hal ini peneliti menilai bahwa pengetahuan yang

    dimiliki oleh sebagian responden merupakan pengetahuan yang didapat dari

    apa yang dilihat di sekitar lingkungan tempat tinggal maupun dari pengalaman

    yang pernah didapatnya.

    b. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap

    Berdasarkan tabel 4.6 digambarkan bahwa sebagian besar sikap responden

    adalah favourable (positif) yaitu sebanyak 56 responden (65,1%), sedangkan

    30 responden lainnya unfavourable (negatif) (34,9%).

    Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa sebagian besar sikap responden

    adalah favourable (positif), maka dapat terlihat bahwa sebagian responden

    sudah dapat menerima tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan yang

    59

  • 8/8/2019 16. BAB IV

    12/22

    bersih dan aman, dibandingkan dengan penolong persalinan non tenaga

    kesehatan. Hal tersebut senada dengan dengan teori yang disampaikan oleh

    Notoatmodjo (2005) yang menyatakan bahwa sikap secara nyata

    menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu

    yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional

    terhadap stimulus sosial. Artinya apa yang diharapkan oleh responden dalam

    hal dibantu pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan belum tentu sesuai

    dengan apa yang diharapkan oleh responden itu sendiri.

    c. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Ekonomi

    Berdasarkan tabel 4.7 digambarkan bahwa sebagian besar tingkat ekonomi

    responden adalah tinggi yaitu sebanyak 48 responden (55,8%), sedangkan 38

    responden lainnya termasuk dalam kategori ekonomi rendah (44,2%).

    Hasil di atas menunjukkan bahwa responden dengan ekonomi rendah lebih

    sedikit dibandingkan dengan yang ekonominya tinggi, meskipun disadari

    bahwa responden yang pertolongannya dibantu oleh non tenaga kesehatan

    berasal dari keluarga yang termasuk dalam ekonomi tinggi. Uraian ini sejalan

    dengan yang disampaikan oleh Depkes RI (2006), dimana masalah dalam

    memilih penolong persalinan oleh tenaga kesehatan tidak memenuhi target

    cakupan dapat disebabkan berbagai faktor salah satunya adalah penghasilan.

    Dalam hal ini peneliti menilai terdapat kecenderungan bahwa meskipun

    ekonomi sebagian besar responden termasuk dalam kategori tinggi, namun

    apabila terdapat hal penghambat dalam penentuan penolong persalinan, maka

    60

  • 8/8/2019 16. BAB IV

    13/22

    pemilihan penolong persalinan non tenaga kesehatan justru lebih banyak yang

    memilih dibandingkan dengan penolong persalinan oleh nakes.

    d. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku dalam Memilih

    Penolong Persalinan

    Berdasarkan tabel 4.8 digambarkan bahwa sebagian besar perilaku responden

    dalam memilih penolong persalinan adalah dengan non tenaga kesehatan

    (Nakes) yaitu sebanyak 53 responden (61,6%), sedangkan 33 responden

    lainnya memilih nakes sebagai penolong persalinan (38,4%).

    Perolehan hasil di atas menunjukkan bahwa masih tingginya jumlah responden

    yang memilih penolong persalinan non nakes dibandingkan dari tenaga

    kesehatan, meskipun diketahui pula bahwa beberapa hal yang mempengaruhi hal

    tersebut adalah pengetahuan, sikap dan tingkat ekonomi, namun tidak demikian

    apabila melihat hasil yang diperoleh. Untuk itu peneliti menilai bahwa tidak

    berlebihan jika dalam memilih penolong persalinan suami/keluarga merupakan

    penyebab lainnya yang cukup mempengaruhi responden dalam menentukan dan

    memilih penolong persalinan. Hal tersebut tentunya didukung dengan temuan

    Notoatmodjo (2005) yang menjelaskan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan

    atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak

    dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2005). Jadi perilaku manusia

    pada hakekatnya adalah suatu aktivitas daripada manusia itu sendiri. Penolong

    adalah orang yang menolong (Depdikbud, 2005). Jadi perilaku penolong

    persalinan adalah suatu kegiatan atau aktivitas manusia dalam menolong

    61

  • 8/8/2019 16. BAB IV

    14/22

    proses persalinan. Dengan demikian dapat diketahui secara jelas bahwa

    perilaku respondenlah yang membentuk keinginan dalam memilih penolong

    persalinan.

    2. Analisa Bivariat

    a. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku dalam Memilih PenolongPersalinan di Kecamatan Bumi Nabung Kabupaten Lampung Tengahtahun 2010

    Hasil penelitian tidak terbukti bahwa pengetahuan sebagai faktor yang

    berhubungan dengan perilaku dalam memilih penolong persalinan diKecamatan Bumi Nabung Kabupaten Lampung Tengah tahun 2010, dimana p

    value =0,638 yang berarti hipotesa (Ha) yang menyatakan ada hubungan antara

    pengetahuan dengan perilaku dalam memilih penolong persalinan gagal

    diterima dan hipotesa (Ho) yang menyatakan tidak ada hubungan antara

    pengetahuan dengan perilaku dalam memilih penolong persalinan gagal ditolak.

    Jika melihat hasil tersebut di atas dan membandingkan dengan teori yang

    diungkapkan oleh Notoatmodjo (2005) bahwa pengetahuan merupakan hasil

    dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap

    suatu objek tertentu. Maka tidak berlebihan jika meskipun sebagian besar

    responden memiliki pengetahuan yang baik namun jika masih ada yang tidak

    memilih penolong persalinan dari tenaga kesehatan dan cenderung lebih

    memilih penolong persalinan dari non tenaga kesehatan.

    62

  • 8/8/2019 16. BAB IV

    15/22

    Dalam hal ini peneliti tidak melihat adanya kecenderungan pengetahuan

    sebagai faktor yang berhubungan dengan perilaku dalam memilih penolong

    persalinan di Kecamatan Bumi Nabung Kabupaten Lampung Tengah, terkait

    dengan proses pembentukan dan perubahan perilaku seseorang salah satunya

    ditentukan oleh faktor predisposisi yaitu pengetahuan (Notoatmodjo, 2005).

    Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

    tindakan atau perilaku seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan

    akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

    Pengetahuan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam perubahan

    pola pikir dan perilaku sekelompok masyarakat (Amiruddin; Jakir, 2009

    http://ridwanamirudin.wordpress.com). Diharapkan dengan pengetahuan yang

    didapat tentang perilaku memilih penolong persalinan akan berdampak pada

    pemahaman dari orang akan pentingnya bersalin di tenaga kesehatan. Makin

    rendah pengetahuan ibu, makin sedikit keinginannya untuk memanfaatkan

    pelayanan kesehatan (Wiludjeng, 2005 http://www.kalbe.co.id ).

    Hasil penelitian ini juga terbukti tidak sejalan dengan hasil penelitian yang

    dilakukan oleh Almi (2004), Saiman (2005) dan Amiruddin & Jakir (2006)

    yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang

    berhubungan terhadap pemilihan penolong persalinan. Meskipun diketahui

    bahwa terdapat perbedaan antara penelitian-penelitian terdahulu dengan hasil

    penelitian yang telah penulis lakukan, namun setidaknya diketahui bahwa

    perbedaan hasil tersebut tercermin dengan diketahuinya dari cara pengisian

    63

    http://www.kalbe.co.id/http://www.kalbe.co.id/
  • 8/8/2019 16. BAB IV

    16/22

    kuisioner oleh responden artinya pada saat mengisi kuisioner respoden

    dibantu oleh anggota keluarga lainnya seperti suami, orangtua atau anak dari

    responden sehingga pengetahuan responden menjadi baik. Dengan demikian

    penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Roudlotun

    (2005) bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan

    dengan perilaku memilih penolong persalinan, dengan adanya kendala seperti

    lokasi yang jauh (jarak tempuh) ,tidak ada kendaraan, sebagian besar lokasi

    merupakan wilayah rawa-rawa yang sulit dilalui oleh kendaraan dan kondisi

    cuaca yang tidak memungkinkan (hujan pada malam hari dan sebagainya).

    Hasil penelitian ini juga didukung dengan adanya pernyataan dari sebagian

    besar responden yang mengatakan bahwa mereka lebih memilih ditolong

    persalinannya oleh tenaga non kesehatan (dukun) jika terjadi hambatan seperti

    hujan deras baik malam maupun siang dan tidak adanya kendaraan serta

    lokasi yang harus dilalui cukup sulit (rawa-rawa).

    yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang

    berhubungan terhadap pemilihan penolong persalinan. Meskipun diketahui

    bahwa terdapat perbedaan antara penelitian-penelitian terdahulu dengan hasil

    penelitian yang telah penulis lakukan, namun setidaknya diketahui bahwa

    perbedaan hasil tersebut tercermin dengan diketahuinya dari cara

    pengumpulan sampel, waktu pelaksanaan penelitian dan keterbatasan

    kemampuan penulis dalam melakukan pre tes sebelum penelitian berlangsung

    64

  • 8/8/2019 16. BAB IV

    17/22

    yang telah menitikberatkan pada subjek yang dianggap sama, artinya pada

    saat penelitian berlangsung responden tidak dapat ditemui dan digantikan oleh

    anggota keluarga lainnya seperti suami, orangtua bahkan anak tertua yang

    dianggap mampu menggantikan responden. Dengan demikian penelitian ini

    sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Roudlotun (2005) bahwa

    tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku

    memilih penolong persalinan, dengan adanya kendala seperti lokasi yang jauh,

    tidak ada kendaraan (jarak tempuh), sebagian besar lokasi merupakan wilayah

    rawa-rawa yang sulit dilalui oleh kendaraan dan kondisi yang tidak

    memungkinkan (hujan pada malam hari dan sebagainya). Hasil penelitian ini

    juga didukung dengan adanya pernyataan dari sebagian besar responden yang

    mengatakan bahwa mereka lebih memilih ditolong persalinannya oleh tenaga

    non kesehatan (dukun) jika terjadi hambatan seperti hujan deras baik malam

    maupun siang dan tidak adanya kendaraan mengingat lokasi yang harus

    dilalui serta lokasi yang dilalui cukup sulit (rawa-rawa).

    Untuk itu penulis menarik kesimpulan bahwa meskipun sebagian besar

    responden berpengetahuan baik, namun jika masih ditemukan hambatan-

    hambatan seperti tersebut di atas, maka tidak menutup kemungkinan sebagian

    warga khususnya masyarakat di Kecamatan Bumi Nabung lebih memilih

    penolong persalinan seperti dukun yang jaraknya justru lebih dekat dengan

    tempat tinggal tinggalnya. Ditambahkan pula bahwa dukun yang ada lebih

    dikenal oleh masyarakat/warga dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang

    ada.

    65

  • 8/8/2019 16. BAB IV

    18/22

    b. Hubungan Sikap dengan Perilaku dalam Memilih Penolong Persalinandi Kecamatan Bumi Nabung Kabupaten Lampung Tengah tahun 2010

    Hasil penelitian terbukti bahwa sikap merupakan salah satu faktor yang

    berhubungan dengan perilaku dalam memilih penolong persalinan di

    Kecamatan Bumi Nabung Kabupaten Lampung Tengah tahun 2010, dimana p

    value =0,001 yang berarti hipotesa (Ha) yang menyatakan ada hubungan antara

    sikap dengan perilaku dalam memilih penolong persalinan gagal ditolak dan

    hipotesa (Ho) yang menyatakan tidak ada hubungan antara sikap dengan

    perilaku dalam memilih penolong persalinan gagal diterima.

    Jika melihat hasil tersebut di atas dan membandingkan dengan teori yang

    diungkapkan oleh Notoatmodjo (2003) bahwa sikap merupakan reaksi atau

    respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

    Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan

    terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan

    konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam

    kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap

    stimulus sosial

    Dalam hal ini peneliti melihat kecilnya kecenderungan sikap sebagai faktor

    yang berhubungan dengan perilaku dalam memilih penolong persalinan di

    Kecamatan Bumi Nabung Kabupaten Lampung Tengah, sejalan dengan

    perilaku seseorang dalam menentukan penolong persalinan, seperti diketahui

    baha perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat

    66

  • 8/8/2019 16. BAB IV

    19/22

    diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar

    (Notoatmodjo, 2005). Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu

    aktivitas daripada manusia itu sendiri. Penolong adalah orang yang menolong

    (Depdikbud, 1997). Jadi perilaku penolong persalinan adalah suatu kegiatan

    atau aktivitas manusia dalam menolong proses persalinan.

    Penelitian di atas diketahui juga sejalan dengan temuan yang dilakukan oleh

    beberapa peneliti sebelumnya, yaitu Almi (2004), Saiman (2005), Rodloutun

    (2005), yang kesemuanya menyimpulkan bahwa sikap memiliki hubunganyang bermakna dalam perilaku seseorang memilih penolong persalinan.

    Meskipun cukup disayangkan jika melihat hasil yang peroleh dan dianalisis

    secara statisik menunjukkan bahwa sikap yang dimiliki oleh sebagian

    responden dalam memilih penolong persalinan masih ditemukan makna

    secara bias, hal yang menyebabkan demikian kemungkinan dikarenakan

    responden dalam menjawab kuesioner belum tepat, artinya responden belum

    memahami secara keseluruhan uraian pertanyaan yang diajukan oleh peneliti,

    baik yang bersifat terbuka/positif ( favourable ) ataupun tertutup/negatif

    (unfavourable ). Namun demikian beberapa hal yang diduga mampu

    mempengaruhi sikap responden dalam memilih penolong persalinan adalah

    kepercayaan, keyakinan dan motivasi yang justru dapat dianggap jauh lebih

    besar dalam mempengaruhi seseorang dalam merubah perilakunya.

    c. Hubungan Tingkat Ekonomi dengan Perilaku dalam Memilih PenolongPersalinan di Kecamatan Bumi Nabung Kabupaten Lampung Tengahtahun 2010

    67

  • 8/8/2019 16. BAB IV

    20/22

    Hasil penelitian terbukti bahwa tingkat ekonomi merupakan salah satu faktor

    yang berhubungan dengan perilaku dalam memilih penolong persalinan di

    Kecamatan Bumi Nabung Kabupaten Lampung Tengah tahun 2010, dimana p

    value =0,008 yang berarti hipotesa (Ha) yang menyatakan ada hubungan antara

    tingkat ekonomi dengan perilaku dalam memilih penolong persalinan gagal

    ditolak dan hipotesa (Ho) yang menyatakan tidak ada hubungan antara tingkat

    ekonomi dengan perilaku dalam memilih penolong persalinan gagal diterima.

    Hasil penelitian di atas, jelas menunjukkan bahwa tingkat ekonomi sangat

    berkaitan dengan perilaku seseorang khususnya dalam menentukan dan

    memilih penolong persalinan, apakah ingin dibantu oleh tenaga kesehatan

    seperti bidan atau dibantu oleh penolong persalinan non tenaga kesehatan

    seperti dukun. Jika dilihat secara kasat mata maka tingkat ekonomi seseorang

    sudah barang tentu berkaitan dengan perilaku seseorang dalam memilih

    penolong persalinan. Digambarkan pula bahwa seseorang yang tingkat

    ekonominya tinggi lebih cenderung memilih penolong persalinan yang bersih

    dan aman dibandingkan dengan seseorang yang tingkat ekonominya rendah,

    juga lebih cenderung memilih penolong persalinan dengan non tenaga

    kesehatan. Sebagaimana diketahui kemampuan ekonomi keluarga rendah

    akan berakibat pula terhadap tingkat pengetahuan dan kecerdasan anggota

    keluarga. Pengetahuan yang terbatas merupakan faktor penghambat untuk

    menerima suatu motivasi dalam bidang kesehatan termasuk pemilihan tempat

    persalinan, keadaan ini akan memperlambat perubahan perilaku dan sikap

    68

  • 8/8/2019 16. BAB IV

    21/22

    masyarakat/keluarga (Depkes RI, 1996). Masalah dalam memilih penolong

    persalinan oleh tenaga kesehatan tidak memenuhi target cakupan dapat

    disebabkan berbagai faktor salah satunya adalah penghasilan. Hal tersebut

    didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suprapto (2002)

    mengungkapkan bahwa ibu dengan status ekonomi kurang mampu cenderung

    mencari pertolongan ke tenaga non kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan

    adanya hubungan tingkat ekonomi dengan pemilihan penolong persalinan.

    Uraian hasil di atas bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukanoleh Roudlotun (2005) yang terungkap bahwa penghasilan keluarga tidak

    memilih hubungan secara statistik (X 2= 2,513 dan p value =0,133). Seperti

    diketahui bahwa dari hasil penelitian ini terlihat jumlah responden dengan

    ekonomi tinggi masih ada yang berperilaku memilih penolong persalinan dari

    non nakes, sedangkan responden dengan ekonomi rendah ditemukan ada yang

    berperilaku memilih persalinan dengan tenaga kesehatan. Makna bias dari

    hasil ini secara umum dapat digambarkan bahwa meskipun responden dengan

    ekonomi tinggi masih memiliki kebiasaan-kebiasaan atau menganut adat-

    istiadat/sugesti atau sugesti dari keluarga/orangtua bahwa persalinan yang

    ditolong oleh dukun jauh lebih baik dibandingkan dengan nakes dan

    sebaliknya responden dengan ekonomi rendah memilih nakes karena

    responden tidak memiliki kebiasaan-kebiasaan/adat-istiadat tertentu dan lebih

    cenderung memanfaatkan kepemilikan Kartu Askeskin/Jamkesmas, sehingga

    tidak memiliki keraguan dalam menentukan penolong persalinan oleh nakes.

    69

  • 8/8/2019 16. BAB IV

    22/22

    Dengan demikian diketahui bahwa terdapat faktor-faktor lain yang

    berhubungan/mempengaruhi perilaku seseorang dalam memilih penolong

    persalinan seperti adanya kebiasaan-kebiasaan/adat-istiadat/norma-norma dan

    bahkan faktor keturunan (genetik).

    70