158 Anemia Nutrisi -...
Transcript of 158 Anemia Nutrisi -...
2367
158 Anemia Nutrisi
Waktu
Pencapaian kompetensi
Sesi di dalam kelas : 2 X 50 menit (classroom session)
Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 50 menit (coaching session)
Sesi praktik dan pencapaian kompetensi: 4 minggu (facilitation and assessment)
Tujuan umum
Pada modul pelatihan ini peserta didik dipersiapkan untuk mempunyai ketrampilan di dalam
mengelola penyakit anemia nutrisi yaitu defisiensi besi dan defisiensi asam folat / B12 melalui
pembelajaran pengalaman klinis, dengan didahului serangkaian kegiatan berupa preassessment,
diskusi, role play, dan berbagai penelusuran sumber pengetahuan.
Tujuan khusus
Setelah mengikuti modul ini peserta didik akan memiliki kemampuan,
1. Melakukan diagnosis anemia nutrisi beserta diagnosis bandingnya
2. Memberikan tata laksana pasien anemia nutrisi beserta komplikasinya
3. Memberikan penyuluhan upaya pencegahan secara dini.
Strategi pembelajaran
Tujuan 1. Melakukan diagnosis dan diagnosis banding anemia nutrisi
Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran
Interactive lecture
Small group discussion (journal reading, studi kasus, kasus sulit, kasus kematian).
Peer assisted learning (PAL).
Computer-assisted learning
Bedside teaching.
Praktek mandiri dengan pasien rawat jalan dan rawat inap.
Must to know key points:
Etiologi, epidemiologi, patogenesis,metabolisme besi dan asam folat, B12.
Menegakkan diagnosis serta diagnosis banding.
Derajat anemia nutrisi serta mendiagnosisnya
Apusan dan profil darah tepi : identifikasi dan interpretasi
2368
Tujuan 2. Tata laksana pasien anemia nutrisi beserta komplikasinya
Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran
Interactive lecture
Small group discussion (journal reading, studi kasus, kasus sulit, kasus kematian).
Peer assisted learning (PAL).
Video dan computer-assisted learning.
Bedside teaching.
Praktek mandiri dengan pasien rawat jalan dan rawat inap.
Must to know key points:
Identifikasi kelompok risiko tinggi
Indikasi rawat (tirah baring, tata laksana nutrisi)
Terapi sesuai etiologi
Terapi suportif
Tata laksana komplikasi jangka pendek dan jangka panjang
Tindak lanjut keberhasilan pengobatan
Tujuan 3: Memberikan penyuluhan upaya pencegahan secara dini
Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran
Interactive lecture
Video dan computer assisted learning
Studi kasus
Role play
Bedside teaching
Praktek mandiri dengan pasien rawat jalan dan rawat inap.
Must to know key points:
Communication skill
Identifikasi kelompok risiko tinggi dalam masyarakat
Mencegah keadaan anemia nutrisi sejak ibu hamil
Tindakan pencegahan dalam masyarakat
Persiapan Sesi
Materi presentasi: Anemia Nutrisi
Slide
1. Pendahuluan
2. Etiologi
3. Epidemiologi
4. Patogenesis
5. Manifestasi klinis
6. Pemeriksaan penunjang
2369
7. Komplikasi 8. Pengobatan
9. Prognosis
10. Pencegahan
11. Kesimpulan
Kasus : 1. Anemia defisiensi besi
Sarana dan Alat Bantu Latih o Penuntun belajar (learning guide) terlampir
o Tempat belajar (training setting): ruang rawat jalan, ruang rawat inap, ruang
tindakan, dan ruang penunjang diagnostik.
Kepustakaan
1. Schwart E. Iron Deficiency Anemia. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB,
penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-16. Philadelphia; Saunders, 2000 :h. 1469-
71.
2. Lanzkowsky P. Iron Deficiency Anemia. Pediatric Hematology and Oncology. Edisi ke-2. New
York: Churchill Livingstone Inc; 1995. h. 35-50.
3. Nathan DG, Oski FA. Iron Deficiency Anemia. Hematology of Infancy and Childhood. Edisi ke-
1. Philadelphia: Saunders; 1994. h. 103-25.
4. Sjarif DR. Nutrirional anemia. Dalam : Abdulsalam M, Trihobo P, Kaswandani N, Endyarni B,
penyunting. Pendekatan praktis pucat : Masalah kesehatan yang terabaikan pada bayi dan anak.
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan IKA LII, Departemen IKA FKUI RSCM, Jakarta, 2007.
h.102-116.
Kompetensi
Mengenal dan melakukan tata laksana anemia nutrisi serta pencegahannya.
Gambaran umum
Secara morfologis, anemia nutrisi diklasifikasikan sebagai mikrositik dan makrositik. Anemia
mikrositik biasanya disebabkan oleh gagal atau insufisiensi sintesis hemoglobin. Defisiensi besi baik
karena asupan yang kurang atau kehilangan darah, dapat menyebabkan defek sintesis heme,
sedangkan defisiensi piridoksin, tembaga dan intiksokasi Zn dapat menyebabkan anemia
sideroblastik.
Anemia makrositik diklasifikasikan sebagai megaloblastik dan non-megaloblastik,
berdasarkan ada tidaknya gangguan sintesis DNA globin. Anemia megaloblastik terjadi akibat
gangguan sintesis DNA, namun sintesis RNA tetap berlangsung sehingga terjadi penimbunan
komponen sitoplasma pada sel yang sedang bermitosis yang berakibat pembentukan sel yang lebih
besar daripada normal, dua ko-faktor yang terpenting dalam hal ini adalah asam folat dan vitamin
B12.
Komposisi asam folat terdiri dari cincin protein yang terikat dengan asam paraamino benzoat
(PABA) dan berkonjugasi dengan glutamat. Asam folat bersifat essensial karena manusia tidak dapat
membentuknya secara endogen. Asam folat terdapat dalam sayuran berdaun hijau, buah-buahan
keluarga sitrus (jeruk, tomat), kacang-kacangan dan produk hewan (hati ayam, hati sapi). Defisiensi
2370
asam folat terjadi jika kebutuhan folat meningkat tidak terpenuhi, bila asupan folat tidak mencapai yang direkomendasikan dan bila ekskresi meningkat. Keadaan medis yang dapat meningkatkan
kebutuhan folat atau mengakibatkan peningkatan ekskresi pada anak adalah :
Malabsorpsi
Dialisis ginjal
Penyakit hati Obat-obatan yang dapat menghambat penggunaan folat antara lain obat-obatan anti-konvulsan,
sulfasalazine, metotreksat dan barbiturat.
Ko-enzim B12 dan asam folat diperlukan untuk sintesis timidilat dan purin, dengan demikian
defisiensi vitamn B12 yang disebabkan oleh defisiensi faktor intrinsik (diproduksi oleh sel parietal
lambung) yang diperlukan untuk absorpsi disebut juga anemia pernisiosa. Defisiensi vitamin B12
terjadi karena asupan yang kurang misalnya pada vegetarian yang tidak mengkonsumsi produk
hewan atau gangguan absorpsi misalnya pada kelainan lambung atau usus halus. Kadang kala satu-
satunya gejala kelainan usus halus ini adalah penurunan fungsi kognitif ringan sedangkan anemia dan
demensia muncul kemudian
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan kekurangan zat besi yang diperlukan
untuk sintesa hemoglobin. Prevalensi anemia defisiensi besi (ADB) tinggi pada bayi, hal yang sama
juga dijumpai pada anak usia sekolah dan anak pra remaja. Angka kejadian ADB pada anak usia
sekolah (5-8 tahun) di kota sekitar 5,5%, anak praremaja 2-6%, dan pada gadis remaja yang hamil
26%. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan di Indonesia prevalensi ADB pada anak balita
sekitar 25-35%. Dari hasil SKRT tahun 1992 prevalensi ADB pada anak balita di Indonsia adalah
55,5%.
Etiologinya adalah:
Kebutuhan yang meningkat secara fisiologis karena anak pada fase pertumbuhan dan
menstruasi,
Kurangnya besi yang diserap tubuh misalnya pada bayi yang tidak medapat ASI eksklusif pada 6 bulan pertama, karena diperkirakan zat besi dari ASI sekitar 40% diabsorbsi dan pada PASI
hanya 10%.
Perdarahan Kehilangan darah 1 ml akan mengakibatkan kehilangan besi 0,5 mg. Perdarahan dapat berupa
perdarahan saluran cerna, ulkus peptikum, karena obat-obatan (asam asetil salisilat) dan infestasi
cacing (Ankylostoma dan Necator).
Tranfusi Fetomaternal
Hemoglobinuria
Iatrogenic blood loss
Latihan yang berlebihan
Anemia defisiensi besi merupakan hasil keseimbangan negatif besi yang berlangsung lama.
Bila kemudian menetap akan menyebabkan cadangan besi berkurang.
Patofisiologi ADB ada 3 tahap:
1. Tahap pertama
Tahap ini disebut iron depletion atau storage iron deficiency, ditandai dengan berkurangnya
cadangan besi atau tidak adanya cadangan besi. Hemoglobin dan fungsi protein lainnya masih
normal. Pada keadaan ini terjadi peningkatan absorbsi besi non heme. Feritin serum menurun
sedangkan pemeriksaan lain masih normal.
2. Tahap kedua
2371
Pada tahap ini dikenal sebagai iron deficient erythropoietin didapatkan suplai besi yang tidak cukup untuk menunjang eritropoeisis. Pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil besi serum
menurun dan saturasi transferin menurun sedangkan total iron binding capacity (TIBC)
meningkat dan free erythrocyte porphyrin (FEP) meningkat.
3. Tahap ketiga
Tahap ini disebut iron deficient anemia. Keadaan ini terjadi bila besi yang menuju eritroid
sumsum tulang tidak cukup sehingga menyebabkan penurunan kadar Hb. Dari gambaran darah
tepi didapatkan mikrositosis dan hipokrom yang progresif. Pada tahap ini telah terjadi perubahan
epitel terutama pada ADB yang lebih lanjut.
Gejala klinis ADB sering terjadi perlahan. Gejala umum yang terjadi adalah pucat. Pada ADB
dengan kadar Hb 6-10 g/dL tejadi mekanisme kompensasi yang efektif sehingga gejala anemia hanya
ringan saja. Tetapi bila Hb turun sampai <5 g/dL gejala irritabel dan anoreksia akan mulai tampak
lebih jelas. Bila anemia terus berlanjut akan menjadi takikardi, dilatasi jantung, dan murmur sistolik.
Gejala lain adalah:
Perubahan sejumlah epitel yang menimbulkan gejala koilonikia, atrofi papil lidah, perubahan
mukosa lambung dan usus
Penurunan aktivitas kerja dan daya tahan tubuh
Termogenesis yang tidak normal
Daya tahan terhadap infeksi menurun.
Pemeriksaan laboratorium yang untuk menegakan diagnosis ADB diperlukan pemeriksaan
darah rutin seperti Hb, PVC, Leukosit, Trombosit, indeks eritrosit, retikulosit, morfologi darah tepi,
dan pemeriksaan status besi (Fe serum, Total iron binding Capacity (TIBC), saturasi transferin, FEP,
Feritin), dan apus sumsum tulang.
Diagnosis dapat ditegakan berdasarkan dari anamnsis, pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Kriteria diagnosis ADB menurut WHO:
1. Kadar Hb kurang dari normal sesuai usia
2. konsentrasi Hb eritrosit rata-rata < 31% (N:32-35%)
3. Kadar fe serum <50 Ug/dl (N: 80 – 180 ug/dl)
4. Saturasi transferin < 15% (N: 20 – 50%)
Kriteria ADB menurut Cook dan Monsen:
1. Anemia hipokrom mikrositer
2. Saturasi transferin < 16%
3. Nilai FEP > 100 ug/dl eritrosit
4. Kadar feritin serum < 12 ug/dl
Untuk memenuhi kriteria diagnosis minimal 2 dari 3 kriteria.
Lanskowsky menyimpulkan ADB diketahui melalui:
1. Pemeriksaan apus darah tepi: hipokrom mikrositer
2. FEP meningkat
3. Feritin serum menurun
4. Fe serum menurun, TIBC meningkat, ST<16%
5. Respon terhadap pemberian besi
6. Sumsum tulang: tertundanya maturasi sitoplasma, pewarnaan sumsum tulang tidak ditemukan
2372
pre-parat besi.
Penatalaksanaannya adalah mengetahui faktor penyebab dan mengatasinya serta memberikan
terapi penggantian dengan preparat besi. Pemberian preparat Fe diberikan peroral atau parenteral.
Untuk mendapatkan respon pengobatan dosis besi yang dipakai 4-6 mg besi elemental/KgBB/hari.
Absorbsi besi yang terbaik adalah pada saat lambung kosong. Preparat besi harus terus diberikan
selama 2 bulan setelah anemia penderita teratasi. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah
meningkatkan penggunaaan ASI eksklusif, menunda pemakaian susu sapi sampai usia 1 tahun,
memberikan Fe pada bayi kurang bulan, pemakaian PASI yang mengandung Fe.
Contoh kasus STUDI KASUS: ANEMIA DEFISIENSI BESI
Arahan
Baca dan lakukan analisa terhadap studi kasus secara perorangan. Apabila peserta lain dalam
kelompok sudah selesai membaca contoh kasus, jawab pertanyaan yang diberikan. Gunakan langkah
dalam pengambilan keputusan klinik pada saat memberikan jawaban. Kelompok yang lain dalam
ruangan bekerja dengan kasus yang sama atau serupa. Setelah semua kelompok selesai, dilakukan
diskusi studi kasus dan jawaban yang dikerjakan oleh masing-masing kelompok.
Studi kasus (anemia defisiensi besi)
Seorang anak laki-laki umur 7 tahun 5 bulan, SD kelas 2, datang berobat dengan keluhan pucat sejak
2 minggu, tanpa disertai demam dan perdarahan. Nafsu makan kurang sejak 1 tahun yang lalu namun
aktivitas biasa. Tidak seperti biasanya, sejak kemarin os tampak cepat lelah setelah bermain bola.
Penilaian
1. Apa penilaian saudara terhadap keadaan anak tersebut?
2. Apa yang harus segera dilakukan berdasarkan penilaian saudara?
Diagnosis (identifikasi masalah dan kebutuhan)
Jawaban:
a. Deteksi kegawatan berdasarkan keadaan umum pasien
kesadaran, pernafasan, sirkulasi, keadaan pucat
tersangka terjadi gagal jantung
b. Deteksi gangguan sirkulasi lain
Hasil penilaian yang ditemukan,
kesadaran CM, suhu 36.40C, tampak pucat, nafas cepat dan dangkal, nadi cepat, dan isi cukup
dan tekanan 110/70 mmHg, BB 21.8 kg, TB 126 cm
Bunyi jantung I dan II normal, terdengar sistolik ejection murmur di semua ostia
abdomen lemas, hapar/lien tidak teraba.
3. Berdasarkan pada hasil temuan, apakah diagnosis anak tersebut?
Jawaban:
a. Anemia defisiensi
b. Gagal jantung
2373
c. Gizi kurang Pelayanan (perencanaan dan intervensi)
4. Berdasarkan diagnosis tersebut bagaimana tata laksana pasien?
Jawaban:
Pemeriksaan darah tepi lengkap dan sediaan apus
MCV, MCH,MCHC,RDW
Lakukan pemeriksaan foto toraks dan EKG.
Atasi keadaan sesak nafas
Atasi anemia dengan transfusi serial
Pemeriksaan SI, IBC, TIBC
Pemeriksaan feses (parasit)
Analisa asupan nutrisi
5. Bagaimana saudara mencari etiologi dari anemia tsb?
Jawaban:
Pemeriksaan feses (parasit)
Kecukupan asupan nutrisi
Infeksi kronik
6. Berdasarkan diagnosis yang saudara tegakkan, bagaimana pengobatan selanjutnya?
Jawaban:
Memberikan preparat besi per oral .
Asupan nutrisi yang cukup.
Atasi/ pengobatan infeksi kronik
Higiene lingkungan / perorangan
Penilaian ulang
7. Apakah yang harus dipantau dalam tindak lanjut pasien selanjutnya ?
Jawaban
Pasien dapat dipulangkan setelah tidak sesak lagi.
Bila pada feses ditemukan adanya cacing maka diberi terapi antelmintik
Preparat besi diberikan selama 3 bulan.
Penyuluhan kepada orang tua tentang pencegahan anemia defisiensi besi sesuai dengan
etiologinya.
Tujuan pembelajaran
Proses, materi dan metoda pembelajaran yang telah disiapkan bertujuan untuk alih pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang terkait dengan pencapaian kompetensi dan keterampilan yang
diperlukan dalam mengenali dan memberikan tata laksana anemia nutrisi yang telah disebutkan.
1. Mengetahui metabolisme besi
2. Mengetahui patogenesis anemia defisiensi besi
3. Menegakkan diagnosis serta komplikasi anemia defisiensi besi
4. Memberikan tata laksana anemia defisiensi besi serta komplikasinya
2374
5. Mengidentifikasi kelompok risiko tinggi anemia defisiensi besi 6. Memberikan penyuluhan upaya pencegahan dalam keluarga dan masyarakat
Evaluasi
Pada awal pertemuan dilaksanakan penilaian awal kompetensi kognitif dengan kuesioner 2
pilihan yang bertujuan untuk menilai sejauh mana peserta didik telah mengenali materi atau topik
yang akan diajarkan.
Materi esensial diberikan melalui kuliah interaktif dan small group discussion, pembimbing akan melakukan evaluasi kognitif dari setiap peserta selama proses pembelajaran berlangsung.
Membahas instrumen pembelajaran keterampilan (kompetensi psikomotor) dan mengenalkan penuntun belajar. Dilakukan demonstrasi tentang berbagai prosedur dan perasat untuk
memberikan tata laksana anemia nutrisi. Peserta akan mempelajari prosedur klinik bersama
kelompoknya (Peer-assisted Learning) sekaligus saling menilai tahapan akuisisi dan kompetensi
prosedur pada pasien anemia defisiensi besi.
Peserta didik belajar mandiri, bersama kelompok dan bimbingan pengajar/instruktur, baik dalam aspek kognitif, psikomotor maupun afektif. Setelah tahap akuisisi keterampilan maka peserta
didik diwajibkan untuk mengaplikasikan langkah-langkah yang tertera dalam penuntun belajar
dalam bentuk “role play” diikuti dengan penilaian mandiri atau oleh sesama peserta didik
(menggunakan penuntun belajar)
Penilaian kompetensi pada akhir proses pembelajaran
o Ujian OSCE (K, P, A) dilakukan pada tahapan akhir pembelajaran oleh kolegium
o Ujian akhir stase, setiap divisi/ unit kerja di sentra pendidikan
Peserta didik dinyatakan mahir (proficient) setelah melalui tahapan proses pembelajaran,
a. Magang : peserta dapat menegakkan diagnosis dan memberikan tata laksana anemia defiensi
besi tanpa komplikasi dengan arahan pembimbing
b. Mandiri: melaksanakan mandiri diagnosis dan tata laksana anemia defisiensi besi serta
komplikasinya
Instrumen penilaian
Kuesioner awal Instruksi: Pilih B bila pernyataan Benar dan S bila pernyataan Salah
1. Anak usia sekolah dengan pucat dan gizi kurang pikirkan suatu anemia defisiensi. B/S Jawaban B.
Tujuan 1
2. Diagnosis pasti anemia defisiensi besi adalah pemeriksaan darah tepi saja. B/S Jawaban S. Tujuan
1
3. Pengobatan anemia defisiensi besi adalah dengan transfusi darah. B/S Jawaban S. Tujuan 2
Kuesioner tengah MCQ
4. Anemia defisiensi besi tersering pada :
a. Ibu hamil
b. Bayi dengan riwayat lahir prematur
c. Anak usia sekolah dengan infeksi kronik
2375
d. Semua yang disebut diatas
5. Penyebab tersering anemia defisiensi besi :
a. Pertumbuhan yang cepat pada bayi dan anak.
b. Kegagalan absorbsi besi pada malabsorpsi
c. Investasi cacing tambang
d. Semua yang disebut diatas.
6. Manifestasi yang spesifik pada anemia defisiensi besi yang berat adalah
a. Tidak terdapat organomegali
b. Pagophagia, koilonychia.
c. Perut membuncit.
d. Urin berwarna gelap
7. Stadium defisiensi besi adalah
a. Deplesi hematopoietik, deplesi besi, anemia defisiensi besi
b. Deplesi transferin, defisiensi besi, anemia defisiensi besi
c. Deplesi besi, iron-deficient erythropoiesis, anemia defisiensi besi.
d. Deplesi reseptor besi, deplesi besi, anemia defisiensi besi.
8. Pengobatan anemia defisiensi besi :
a. Rawat inap untuk mencari penyebab anemia.
b. Preparat besi, mengobati etiologinya dan pencegahan.
c. Preparat besi, transfusi darah.
d. Preparat besi dan perbaikan nutrisi.
9. Anemia defisiensi besi dapat menimbulkan efek jangka panjang pada anak :
a. Berat badan turun.
b. Nafsu makan menurun
c. Gangguan perkembangan
d. Gangguan kognitif dan penurunan prestasi belajar
10. Upaya pencegahan
a. Pemberian preparat besi.
b. Pemberian obat cacing.
c. Fortifikasi makanan, identifikasi risiko tinggi.
d. Penyuluhan terhadap anggota keluarga.
Jawaban
1. D 6. D
2. D 7. C
3. B
4. C
5. B
PENUNTUN BELAJAR (Learning Guide)
2376
Lakukan penilaian kinerja pada setiap langkah / tugas dengan menggunakan skala penilaian di
bawah ini:
1 Perlu
perbaikan
Langkah atau tugas tidak dikerjakan secara benar, atau dalam urutan
yang salah (bila diperlukan) atau diabaikan
2 Cukup Langkah atau tugas dikerjakan secara benar, dalam urutan yang benar
(bila diperlukan), tetapi belum dikerjakan secara lancar
3 Baik Langkah atau tugas dikerjakan secara efisien dan dikerjakan dalam
urutan yang benar (bila diperlukan)
Nama peserta Tanggal
Nama pasien No Rekam Medis
PENUNTUN BELAJAR
ANEMIA NUTRISI
No. Kegiatan/langkah klinik Kesempatan ke:
1 2 3 4 5
I. ANAMNESIS
1. Memperkenalkan diri
2. Tanyakan keluhan utama (umumnya anemia)
Setiap gejala ditanyakan lebih detail:
Kapan mulai penyakit, tiba-tiba atau pelan-pelan?
Spontan atau setelah kejadian spesifik?
Apa yang membuatnya memburuk atau lebih baik?
Diambil kesimpulannya dan dicocokkan dengan beberapa
penyakit yang kita kenal.
3. Gejala anemia
Tanyakan gejala penurunan oksigen dengan dihubung-kan
dengan disfungsi organ:
Lemah, ngantuk, pucat, irritabilitas, anoreksia, fatigue, penurunan mental konsentrasi, dispnea, palpitasi,
orthopnoe, ankle edema, sakit kepala, frekuensi urin
Menstruasi irreguler (anak lebih besar)
Tanyakan faktor etiologi:
Riwayat prematuritas (khususnya anak-anak)
Eksaserbasi pucat dan ikterus
Purpura, hematemesis.
Infestasi dengan parasit, alergi, ingesti obat.
Produk yang mendepresi hematopoiesis atau menyebabkan hemolisis, pica, radiasi
Frekuensi infeksi saluran nafas atau infeksi lainnya,
preexisting cardiac, gastrointestinal, endocrine, or renal
diseases, bone pain and joint swelling
Riwayat diet makanan (susu, daging, sayur, dll)
Riwayat keluarga dengan anemia, perdarahan dan riwayat social etnik, sosial-ekonomi, perjalanan ke daerah
2377
endemis malaria
Gejala lain; numbness, stomatitis (sprue)
Adakah tanda-tanda perdarahan: petechiae, stomatitis,
ekimosis, dll.
II. PEMERIKSAAN JASMANI
1. Terangkan akan dilakukan pemeriksaan fisik
Observasi hati-hati dan melihat sebelum menyentuh pasien
Apakah pasien sehat atau sakit? Jika sakit, bagaimana
sakitnya? Bagaimana posisinya?
Tingkat kesadaran
Respirasi (frekuensi respirasi dan effort, sianosis);
Sirkulasi (Tekanan darah, frekuens nadi)
Temperatur tubuh
Pengukuran berat badan, panjang atau tinggi badan
2. Tanda-tanda anemia:
1. Rambut:
Kering, gampang rontok (pada anemia defisiensi Fe).
2. Mata:
Konjungtiva: pucat/ tidak. Ada pendarahan/tidak.
Sklera harus benar-benar putih atau kuning.
3. Mulut :
Warna bibir: pucat atau tidak.
Mukosa mulut: pucat atau tidak
Lidah: lembut dan merah (tanda-tanda pada Anemia
megaloblastik)
Stomatitis angularis, bercak mulut (tanda-tanda pada candidosis/candidiasis)
4. Jantung:
Identifikasi tanda-tanda takikardi.
Denyut jantung normal bervariasi dari: 70-170 bpm s/d 120-140 bpm segera stlh lahir
80-140 bpm pada umur 1 tahun,
80-130 bpm pada umur 2 tahun,
80-120 bpm pada umur 3 tahun dan
70-115 bpm setelah umur 3 tahun
90 bpm setelah umur 10 tahun, berangsur-angsur
menurun pada 60-100 denyut permenit
Auskultasi untuk menemukan adanya sistolik murmur pada semua katup jantung sebagai tanda dari anemia.
Dengarkan pada pasien dengan posisi duduk dan
terlentang.
5. Kuku: pucat, sianosis atau normal, spoon nail (koilonikia)
6. Telapak: pucat atau normal
7. Kulit: memucat atau keabu-abuan (tanda-tanda
hemosiderosis), kulit kering
2378
8. Penampilan khusus: muka Cooley
3. Menentukan jenis anemia:
a. Ringan/ moderat anemia: pada konjungtiva, mukosa
mulut, kuku, dan telapak tangan, kulit
b. Anemia berat: mengganggu fungsi jantung dan
memerlukan terapi secepatnya
4. Identifikasi apabila anemia disertai dengan:
Pendarahan
Hepatomegali
Splenomegali
5. Identifikasi tipe pendarahan : purpura, petechiae, ekimosis,
hematom, epistaksis, hematemesis, melena, hematoschezia,
hemarthrosis, pendarahan gusi, pendarahan subkonjungtiva,
pendarahan pada umbilikus, metrorrhagia dan pendarahan
masif
III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Periksa Hb, leukosit, hit jenis, trombosit, indeks eritrosit,
retikulosit, morfologi darah tepi
2. Periksa Fe serum, total iron binding Capacity (TIBC),
Saturasi transferin, FEP, Feritin
IV. DIAGNOSIS
1. Berdasarkan hasil anamnesis
2. Berdasarkan pemeriksaan jasmani
3. Laboratorium
V. TATA LAKSANA KASUS
1. Umum: mengetahui faktor penyebab dan mengatasinya
2. Khusus: Fe elemental 4-6 mg/kgbb/hari selama 2 bulan
VI. PENCEGAHAN
1. Meningkatkan penggunaan ASI eksklusif
2. Menunda pemakaian susu sapi sampai usia 1 tahun
3. Pemakaian PASI mengandung besi
4. Fortifikasi bahan makanan
2379
DAFTAR TILIK
Berikan tanda dalam kotak yang tersedia bila keterampilan/tugas telah dikerjakan dengan
memuaskan, dan berikan tanda bila tidak dikerjakan dengan memuaskan serta T/D bila tidak
dilakukan pengamatan Memuaskan Langkah/ tugas dikerjakan sesuai dengan prosedur standar atau penuntun Tidak
memuaskan
Tidak mampu untuk mengerjakan langkah/ tugas sesuai dengan prosedur
standar atau penuntun
T/D Tidak
diamati
Langkah, tugas atau ketrampilan tidak dilakukan oleh peserta latih
selama penilaian oleh pelatih
Nama peserta Tanggal
Nama pasien No Rekam Medis
DAFTAR TILIK
ANEMIA NUTRISI
No. Langkah/kegiatan yang dinilai
Hasil Penilaian
Memuaskan Tidak
memuaskan
Tidak
diamati
I. ANAMNESIS
1. Sikap profesionalisme
- Menunjukkan penghargaan
- Empati
- Kasih sayang
- Menumbuhkan kepercayaan
- Peka terhadap kenyamanan pasien
- Memahami bahasa tubuh
2. Menarik kesimpulan
3. Mencari gejala lain anemia defiseinsi Besi,
defisiensi asam folat dan B12
4. Mencari penyulit penyulit anemia
defisiensi besi, defisiensi asam folat dan
B12
5. Mencari diagnosis banding anemia
defisiensi besi, defisiensi asam folat dan
B12.
II. PEMERIKSAAN JASMANI
1. Sikap profesionalisme
- Menunjukkan penghargaan
- Empati
- Kasih sayang
- Menumbuhkan kepercayaan
- Peka terhadap kenyamanan pasien
- Memahami bahasa tubuh
2380
2. Menentukan kesan sakit
3. Pengukuran tanda vital
4. Pemeriksaan konjungtiva
5. Pemeriksaan limfadenopati
6. Pemeriksaan hepatosplenomegali
III. USUL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Keterampilan dalam memilih rencana
pemeriksaan (selektif dalam memilih jenis
pemeriksaan)
IV. DIAGNOSIS
Keterampilan dalam memberi argument
dari diagnosis kerja yang ditegakkan
V. TATA LAKSANA PENGELOLAAN
1. Memilih jenis pengobatan atas
pertimbangan keadaan klinis, ekonomi,
nilai yang dianut pasen, pilihan pasien,
dan efek samping
2. Memberi penjelasan mengenai pengobatan
yang akan diberikan
3. Memantau hasil pengobatan
VI PENCEGAHAN
1. Menerangkan pentingnya tindakan
pencegahan.
2. Pentingnya pemberian ASI, menerangkan
pemberian makanan tambahan
mengandung besi.
3. Faktor2 risiko terjadinya anemia nutrisi
Peserta dinyatakan:
Layak
Tidak layak melakukan prosedur
Tanda tangan pembimbing
(Nama jelas)
PRESENTASI Tanda tangan peserta didik
Power points
Lampiran : skor, dll (Nama Jelas)
Kotak komentar