1

37
TUGAS KONSERVASI LINGKUNGAN BIODIVERSITAS OLEH KELOMPOK 1: NADIA PUTRI 1010941001 OKTAFERIZAL LUBIS 1010941002 WIDIA YULIANTI 1010941009 AMAMIL KHAIRA 1010942028 RIMA SENDITYA GEWE 1010942029 DOSEN: YOMMI DEWILDA, MT JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS

Transcript of 1

Page 1: 1

TUGAS

KONSERVASI LINGKUNGAN

BIODIVERSITAS

OLEH

KELOMPOK 1:

NADIA PUTRI 1010941001

OKTAFERIZAL LUBIS 1010941002

WIDIA YULIANTI 1010941009

AMAMIL KHAIRA 1010942028

RIMA SENDITYA GEWE 1010942029

DOSEN:

YOMMI DEWILDA, MT

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2013

Page 2: 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Di lingkungan sekitar kita, kita dapat menemui berbagai jenis makhluk hidup.

Berbagai jenis hewan misalnya ayam, kucing, serangga, dan sebagainya, dan

berbagai jenis tumbuhan misalnya mangga, rerumputan, jambu, pisang, dan masih

banyak lagi jenis tumbuhan di sekitar kita. Masing-masing makhluk hidup

memiliki ciri tersendiri sehingga terbentuklah keanekaragaman makhluk hidup

yang disebut dengan keanekaragaman hayati atau biodiversitas.

Di berbagai lingkungan, kita dapat menjumpai keanekaragaman makhluk hidup

yang berbeda-beda. Keanekaragaman itu meliputi berbagai variasi bentuk, warna,

dan sifat-sifat lain dari makhluk hidup. Sedangkan di dalam spesies yang sama

terdapat keseragaman. Setiap lingkungan memiliki keanekaragaman hayati

masing-masing.

Indonesia adalah negara yang termasuk memiliki tingkat keanekaragaman yang

tinggi. Taksiran jumlah utama spesies sebagai berikut. Hewan menyusui sekitar

300 spesies, burung 7.500 spesies, reptil 2.000 spesies, tumbuhan biji 25.000

spesies, tumbuhan paku-pakuan 1.250 spesies, lumut 7.500 spesies, ganggang

7.800, jamur 72.000 spesies, serta bakteri dan ganggang hijau biru 300 spesies.

Dari data yang telah disebutkan, itu membuktikan bahwa tingkat biodiversitas di

Indonesia sangatlah tinggi.

Upaya pelestarian sumber daya alam merupakan pengelolaaan untuk mendapatkan

keanekaragaman gen yang sebanyak-banyaknya. Adapun usaha tersebut antara

lain perlindungan kawasan tertentu yang meliputi cagar alam, suaka margasatwa,

hutan lindung, hutan wisata, taman nasional, taman nasional, taman laut, dan

taman wisata. Usaha pelestarian sumber daya alam hayati yang lain adalah dengan

kebun tumbuhan (botani) dan penyimpanan biji atau jaringan khusus tumbuhan

dengan teknik tertentu. Selain pelestarian sumber daya alam hayati, ada juga

usaha perlindungan sumber daya alam. Salah satunya adalah perlindungan alam

Page 3: 1

dengan taman nasional. Taman nasional yang akan dibahas adalah Taman

Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dibahas pada makalah ini adalah

1. Bagaimana pentingnya biodiversitas;

2. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi biodiversitas;

3. Apa saja masalah/ krisis biodiversitas;

4. Bagaimana upaya pemerintah dan masyarakat dalam melakukan

konservasi keanekaragaman hayati.

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :

1. Untuk menganalisis pentingnya biodiversitas;

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi biodiversitas;

3. Untuk menganalisis masalah/ krisis biodiversitas;

4. Untuk mengetahui upaya pemerintah dan masyarakat dalam melakukan

konservasi keanekaragaman hayati;

5. Untuk memenuhi tugas mata kuliah konservasi lingkungan.

Page 4: 1

BAB II

ISI

2.1 Pengertian dan pentingnya biodiversitas

2.1.1 Pengertian biodiversitas

Biodiversitas berasal dari kata biodiversity yang merupakan suatu

keanekaragaman hayati. Penggunaan istilah ini digunakan untuk menunjukkan

variasi dan variabilitas makhluk hidup yang terdapat di permukaan bumi ini. Bila

ditinjau dari segi keanekaragaman sumber daya tumbuhan yang ada di Indonesia

yang cukup luas masih perlu diteliti. Keanekaragaman sumber daya tumbuhan

yang ada di Indonesia diperkirakan dihuni oleh ± 100 - 150 suku tumbuhan yang

meliputi 25 - 35 ribu jenis (Hasairin, 2000).

Biodiversitas adalah keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber

termasuk di antaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik lain serta kompleks-

kompleks ekologis yang merupakan bagian dari keanekaragamannya; mencakup

keanekaragaman di dalam spesies, di antara spesies, dan ekosistem.

WWF (1989) menyebut biodiversitas sebagai keanekaragaman hidup di bumi,

mencakup jutaan spesies tumbuhan, hewan, mikroorganisme; materi genetik yang

dikandungnya; serta ekosistem yang dibangun sehingga menjadi sebuah

lingkungan hidup.

Keanekaragaman hayati mencakup tiga tingkatanyaitu:

1. Keanekaragaman genetik, merupakan keanekaragaman yang paling hakiki,

karena keanekaragaman ini dapat berlanjut dan bersifat ditunkan.

Keanekaragaman genetik ioni berhubungan dengan keistimewaan ekologi dan

proses evolusi.

2. Keanekareagaman jenis, meliputi flora dan fauna. Beraneka ragam jenis

memiliki perilaku, strategi hidup, bentuk, rantai makanan, ruang dan juga

ketergantungan antara jenis satu dengan yang lainnya. Adanya keanekaragaman

yang tinggi akan menghasilkan kestabilan lingkungan yang mantap.

3. Keanekaragaman Ekosistem, tercakup didalamnya genetic, jenis beserta

lingkungannya. Keanekaragaman ekosistem merupakan keanekaragaman hayati

Page 5: 1

yang paling kompleks. Berbagai keanekaragaman ekosistem yang ada di

Indonesia misalnya ekosistem hutan dan pantai, hutan payau (mangrove), hutan

tropika basah, terumbu karang, dan beberapa ekosistem pegunungan, perairan

darat maupun lautan. Pada setiap ekosistem terdapat berbagai jenis organisme,

baik flora maupun fauna, dan mereka memiliki tempat hidup yang unik.

2.1.2 Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara yang memiliki keanekaragaman

hayati yang tinggi. Dua negara lainnya adalah Brasil dan Zaire. Tetapi

dibandingkan dengan Brazil dan Zaire, Indonesia memiliki keunikan tersendiri.

Keunikannya adalah di samping memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang

tinggi, Indonesia memiliki areal tipe indo-malaya yang luas, juga tipe oriental,

australia, dan peralihannya. Selain itu, di Indonesia terdapat banyak hewan dan

tumbuhan langka, serta spesies endemik.

Indonesia terletak di daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati

yang tinggi dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub

(iklim kutub). Keanekaragaman tinggi di Indonesia dapat dijumpai di dalam

lingkungan hutan tropik. Jika di hutan iklim sedang dijumpai satu atau dua jenis

pohon, maka di areal yang sama di dalam hutan hujan tropik memiliki

keanekaragaman hayati sekitar 300 kali lebih besar dibandingkan dengan hutan

iklim sedang.

Di dalam hutan hujan tropik terdapat berbagai jenis tumbuhan (flora) dan fauna

yang belum dimanfaatkan, atau masih liar. Di dalam tubuh hewan dan tumbuhan

itu tersimpan sifat-sifat unggul, yang mungkin dapat dimanfaatkan di masa

mendatang. Sifat-sifat unggul itu misalnya tumbuhan yang tahan penyakit, tahan

kekeringan, dan tahan terhadap kadar garam yang tinggi. Ada pula yang memiliki

sifat menghasilkan bahan kimia beracun. Jadi, di dalam dunia hewan dan

tumbuhan, baik yang sudah dibudidayakan maupun belum, terdapat sifat-sifat

unggul yang perlu dilestarikan.

Page 6: 1

2.1.3 Keanekaragaman Hayati Dunia

Kehadiran makhluk hidup ditentukan oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan

dapat dibedakan sebagai kondisi dan sumber daya. Kondisi adalah suatu faktor

yang besarannya dapat diukur dan tidak habis jika digunakan oleh organisme.

Contoh kondisi adalah suhu, intensitas cahaya, curah hujan, dan radiasi matahari.

Sedangkan sumber daya adalah faktor lingkungan yang habis ketersediaanya bila

sudah digunakan, misalnya makanan dan ruang (tempat tinggal).

Matahari adalah sumber energi utama untuk kehidupan di bumi. Jumlah sinar

matahari yang diterima oleh permukaan bumi menentukan penyebaran makhluk

hidup. Karena permukaan bumi bulat maka setiap tempat di permukaan bumi

mendapatkan sinar matahari dengan jumlah yang berbeda-beda. Akibatnya suhu

di berbagai tempat di permukaan bumi berbeda-beda. Berdasarkan letak terhadap

garis lintang, maka bumi dibagi dalam beberapa daerah iklim sebagai berikut.

a) Daerah tropik berada di antara 23,50 LU dan 23,50 LS. Daerah ini hanya

memiliki dua musim.

b) Daerah iklim sedang (subtropik) berada di antara 23,50 dan 660. Daerah ini

memiliki empat musim, yaitu panas, gugur, seni, dan dingin (salju).

c) Daerah kutub (artik) berada pada garis lintang lebih dari 660.

d) Daerah peralihan antara subtropik dan kutub (subartik).

Faktor lingkungan penting yang mempengaruhi kehadiran dan penyebaran

oraganisme adalah suhu. Variasi suhu lingkungan menentuakn proses kehidupan,

penyebaran dan kelimpahan organisme. Variasi suhu lingkungan alami dapat

bersifat siklik (misalnya musiman, harian).

Hal ini berkaitan dengan letak tempat di garis lintang (latitudinal), atau ketinggian

di permukaan laut (altitudinal). Variasi suhu berdasarkan garis lintang berkaitan

dengan variasi musim yang disebabkan oleh posisi poros bumi terhadap matahari.

Interaksi antara suhu, kelembapan, angin, altitudinal, latitudinal, dan topografi

menghasilkan daerah iklim yang luas yang dinamakan bioma. Setiap bioma

memiliki hewan dan tumbuhan tertentu yang khas. Beberapa bioma di bumi antara

lain tundra, taiga, hutan gugur, hutan hujan tropik, padang rumput, dan gurun.

Page 7: 1

2.2 Pentingnya biodiversitas

Pemanfaatan keanekaragaman hayati bagi masyarakat harus secara berkelanjutan.

Yang dimaksud dengan manfaat yang berkelajutan adalah manfaat yang tidak

hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan datang.

1.      Sebagai Sumber Pangan, Perumahan dan Kesehatan

Kehidupan manusia yang bergantung pada keanekaragaman hayati. Hewan dan

tumbuhan yang kita manfaatkan saat ini (misalnya ayam, kambing, padi, jagung)

pada zaman dahulu juga merupakan hewan dan tumbuhan liar, yang kemudian

dibudidayakan. Hewan dan tumbuhan liar itu dibudidayakan karena memiliki

sifat-sifat unggul yang diharapkan manusia. Sebagai contoh, ayam dibudidayakan

karena menghasilkan telur dan daging. Padi dibudidayakan karena menghasilkan

beras. Beberapa contoh tumbuhan dan hewan yang memiliki peranan penting

untuk memenuhi kebutuhan pangan, perumahan, dan kesehatan, misalnya:

a.  Pangan: berbagai biji-bijian (padi, jagung, kedelai, kacang), berbagai

umbi-umbian (ketela, singkong, suwek, garut, kentang), berbagai buah-

buahan (pisang, nangka, mangga, jeruk, rambutan), berbagai hewan

ternak (ayam, kambing, sapi).

b.   Perumahan: kayu jati, sonokeling, meranti,

kamfer.                                    

c.  Kesehatan: kunyit, kencur, temulawak, jahe, lengkuas.

2.      Sebagai Sumber Pandapatan

Keanekaragaman hayati dapat dijadikan sumber pendapatan. Misalnya untuk

bahan baku industri, rempah-rempah, dan perkebunan. Bahan baku industri

misalnya kayu gaharu dan cendana untuk industri kosmetik, teh dan kopi untuk

industri minuman, gandum dan kedelai untuk industri makanan, dan ubi kayu

untuk menghasilkan alkohol. Rempah-rempah misalnya lada, vanili, cabai, bumbu

dapur. Perkebunan misalnya kelapa sawit dan karet.

3.      Sebagai Sumber Plasma Nutfah

Hewan, tumbuhan, dan mikroba yang saat ini belum diketahui tidak perlu

dimusnahkan, karena mungkin saja di masa yang akan datang akan memiliki

peranan yang sangat penting. Sebgai contoh, tanaman mimba (Azadirachta

Page 8: 1

indica),. Dahulu tanaman ini hanya merupakan tanaman pagar, tetapi saat ini

diketahui mengandung zat azadiktrakhtin yang memiliki peranan sebagai anti

hama dan anti bakteri. Adapula jenis ganggang yang memiliki kendungan protein

tinggi, yang dapat digunakan sebagai sumber makanan masa depan,

misalnya Chlorella. Buah pace (mengkudu) yang semula tidak dimanfaatkan,

sekarang diketahui memiliki khasiat untuk meningkatkan kebugaran tubuh,

mencegah dan mengobati penyakit tekanan darah.

Di hutan atau lingkungan kita, masih terdapat tumbuhan dan hewan yang belum

dibudidayakan, yang mungkin memiliki sifat-sifat unggul. Itulah sebabnya

dikatakan bahwa hutan merupakan sumber plasma nutfah (sifat-sifat unggul).

Siapa tahu kelak sifat-sifat unggul itu dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan

manusia.

4.      Manfaat Ekologi

Selain berfungsi untuk menunjuang kehidupan manusia, keanekaragaman hayati

memiliki peranan dalam mempertahankan keberlanjutan ekosistem. Masing-

masing jenis organisme memiliki peranan dalam ekosistemnya. Peranan ini tidak

dapat digantikan oleh jenis yang lain. Sebagai contoh, burung hantu dan ular di

ekosistem sawah merupakan pemakan tikus. Jika kedua pemangsa ini dilenyapkan

oleh manusia, maka tidak ada yang mengontrol populasi tikus. Akibatnya

perkembangbiakan tikus meningkat cepat dan di mana-mana terjadi hama tikus.

Tumbuhan merupakan penghasil zat organik dan oksigen, yang dibutuhkan oleh

organisme lain. Selain itu, tumbuh-tumbuhan dapat membentuk humus,

menyimpan air tanah, dan mencegah erosi. Keanekaragaman yang tinggi

memperkokoh ekosistem. Ekosistem dengan keanekaragaman yang rendah

merupakan ekosistem yang tidak stabil. Bagi manusia, keanekaragaman yang

tinggi merupakan gudang sifat-sifat unggul (plasma nutfah) untuk dimanfaatkan

di kemudian hari.

5.      Manfaat Keilmuan

Keanekaragaman hayati merupakan lahan penelitian dan pengembangan ilmu

yang sangat berguna untuk kehidupan manusia.

Page 9: 1

6.      Manfaat Keindahan

Keindahan alam tidak terletak pada keseragaman tetapi pada keanekaragaman.

Bayangkan bila halaman rumah kita hanya ditanami satu jenis tanaman saja,

apakah indah Tentu saja akan lebih indah apabila ditanami berbagai tanaman

seperti mawar, melati, anggrek, rumput, palem.

Kini kita sadari bahwa begitu banyak manfaat keanekaragaman hayati dalam

hidup kita. Pemanfaatannya yang begitu banyak dan beragam tentu saja dapat

mengancam kelestariannya. Untuk itu kita harus bijaksana dalam memanfaatkan

keanekaragaman hayati, dengan mempertimbangkan aspek manfaat dan aspek

kelestariannya.

2.3  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Biodiversitas

Secara umum, Indonesia termasuk ke dalam wilayah tropika dengan kondisi tanah

yang baik, basah, dan hampir tidak ada musim kering. Musim kering di daerah

tropik adalah musim dengan curah hujan terendah, bukan musim tanpa hujan

sama sekali. Berdasarkan perkembangan wilayah tropik, Indonesia merupakan

wilayah perkembangan dari zona Malaya, dan termasuk wilayah hutan tropik

basah klimaks alami. Daratan hutan tropik basah biasanya rata atau

bergelombang, meluas ke bagian lereng-lereng gunung sampai ketinggian 1.000

meter atau lebih. Karakter iklim tropik dapat disimpulkan sebagai berikut.

Di beberapa daerah, hujan turun setiap siang dan malam sepanjang tahun,

diselingi satu atau dua musim kering yang masing-masing lamanya tidak melebihi

3 bulan. Sering kali hujan turun selama berhari-hari atau berminggu-minggu,

semuanya tertutup kabut tebal berwarna kelabu. Suhu relatif tinggi dan seragam,

rata-rata tahunan normal, sekitar 25-260C.

Curah hujan pada umumnya berjumlah 200-400 cm setiap tahun, dengan beberapa

tempat tertentu mungkin lebih banyak. Kelembapan nisbi cenderung tinggi,

biasanya melebihi 80%. Intensitas cahaya matahari tinggi. Namun, di hutan-hutan

dengan pohon yang tingginya bertingkat-tingkat, sinar matahari menjadi cahaya

remang-remang dan dapat menembus lantai hutan, membentuk nodanoda cahaya,

dan penting dalam pembentukan iklim mikro.

Page 10: 1

Pohon-pohon memiliki tajuk pohon (kanopi) berbentuk payung, menjadi tempat

yang subur bagi kehidupan serangga, katak pohon, kadal, ular, burung, tupai,

monyet dan sebagainya. Banyak di antaranya yang hidup selamanya dalam

kanopi, dan tidak pernah menyentuh tanah. Perubahan musiman yang teratur pada

tumbuhan tidak ada. Sepanjang waktu terjadi pembungaan, dan pembentukan

buah, meskipun ada kecenderungan bahwa tiap-tiap jenis mempunyai musim

tertentu. Musim ini berlainan antara satu jenis dan jenis lainnya sehingga secara

umum, tropika selalu berdaun dan berbuah sepanjang tahun. Banyak tumbuhan

yang kuncup daunnya “tidur” (dorman), baru tumbuh dan berkembang saat

tumbuhannya telah tua dan tidak berdaun lagi.

Indonesia memang gudang flora dan fauna, banyak faktor lain yang menyebabkan

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, antara lain:

a) Merupakan negara kepulauan;

b) Memiliki unsur flora dan fauna yang berkisar dari wilayah Indomalaya sampai

ke Australia;

c) Terbagi menjadi 2 zona biogeografi, yakni wilayah oriental dan wilayah

Australian. Wilayah oriental meliputi Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan,

sedangkan wilayah Australian meliputi seluruh pulau kawasan timur

Indonesia;

d) Banyak pulau tersebar di Nusantara ini terisolasi beribu-ribu tahun sehingga

tingkat endemisnya tinggi. Oleh karena itu, banyak jenis flora dan fauna yang

hanya terdapat di Indonesia;

e) Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki laut yang luas, yaitu 3.650.000

km2 dengan panjang garis pantai 81.000 km, 14% dari panjang pantai bumi;

f) Karena lautnya luas, Indonesia memiliki pantai dengan hutan bakau yang

terluas dan terkaya jenis flora dan faunanya, yaitu 4,25 juta ha;

g) Dengan laut yang luas, Indonesia memiliki sumber daya terumbu karang

terkaya, misalnya atol, terumbu karang tepian, terumbu karang perintang

(barrier), dan terumbu karang sebaran.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas, dapat kita simpulkan bahwa

keanekaragaman jenis hayati Indonesia sangat tinggi, karena tiap zona geografi

Page 11: 1

memiliki karakter berbeda-beda, banyak pulau yang menyimpan hewan dan

tumbuhan endemik, dan wilayah laut yang luas dengan biodiversitas spesifiknya.

2.4  Krisis Biodiversitas

Aktifitas manusia dapat menurunkan keanekaragaman hayati. Hingga saat ini,

berbagai jenis tumbuhan dan hewan terancam punah dan beberapa di antaranya

telah punah. Sebagai contoh, Australia selama 20 tahun telah kehilangan 41 jenis

mamalia, 18 jenis burung, reptilia, ikan, dan katak, 200 jenis invertebrata, dan 209

jenis tumbuhan.

Sementara itu, Indonesia kehilangan beberapa satwa penting, misalnya harimau

bali. Saat ini hewan tersebut tidak pernah ditemukan lagi keberadaannya, alias

kemungkinan sudah punah. Hewan-hewan seperti badak bercula satu, jalak bali,

dan trenggiling juga terancam punah. Belum lagi beberapa jenis serangga, hewan

melata, ikan, dan hewan air, yang sudah tidak ditemukan lagi di lingkungan kita.

Kepunahan keanekaragaman hayati diduga disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu

sebagai berikut:

1.      Perusakan Habitat

Habitat didefinisikan sebagai daerah tempat tinggal organisme. Kekurangan

habitat diyakini manjadi penyebab utama kepunahan organisme. Jika habitat rusak

maka organisme tidak memiliki tempat yang cocok untuk hidupnya. Kerusakan

habitat dapat diakibatkan karena ekosistem diubah fungsinya oleh manusia,

misalnya hutan ditebang dijadikan lahan pertanian, pemukiman dan akhirnya

tumbuh menjadi perkotaan. Kegiatan manusia tersebut mengakibatkan

menurunnya keanekaragaman ekosistem, jenis, dan gen.

Selain akibat aktifitas manusia, kerusakan habitat juga dapat diakibatkan oleh

bencana alam misalnya kebakaran, gunung meletus, dan banjir. Perusakan

terumbu karang di laut juga dapat menurunkan keanekaragaman ayati laut. Ikan-

ikan serta biota laut yang hidup bersembunyi di dalam terumbu karangtidak dapat

lagi hidup dengan terntram, beberapa di antaranya tidak dapat menetaskan

telurnya karena terumbu karang yang rusak. Menurunnya populasi ikan akan

Page 12: 1

merugikan nelayan dan mengakibatkan harga ikan meningkat. Kehidupan para

nelayan menjadi terganggu.

2.      Penggunaan Pestisida

Yang termasuk pestisida misalnya insektisida, herbisida, dan fungisida. Pestisida

yang sebenarnya hanya untuk membunuh organisme penggangu (hama), pada

kenyataannya menyebar ke lingkungan dan meracuni mikroba, jamur, hewan, dan

tumbuhan lainnya.

3.      Pencemaran

Bahan pencemar juga dapat membunuh mikroba, jamur, hewan dan tumbuhan

penting. Bahan pencemar dapat berasal dari limbah pabrik dan limbah rumah

tangga.

4.      Perubahan Tipe Tumbuhan

Tumbuhan merupakan produser di dalam ekosistem. Perubahan tipe tumbuhan

misalnya perubahan dari hutan hujan tropik menjadi hutan produksi dapat

mengakibatkan hilangnya tumbuh-tumbuhan liar penting. Hilangnya jenis-jenis

tumbuhan tertentu dapat menyebabkan hilangnya hewan-hewan yang hidup

bergantung pada tumbuhan tersebut.

5.      Masuknya Jenis Tumbuhan dan Hewan Liar

Tumbuhan atau hewan liar yang masuk ke ekosistem dapat berkompetisi bahkan

membunuh tumbuhan dan hewan asli.

6.      Penebangan

Penebangan hutan tidak hanya menghilangkan pohon yang sengaja ditebang,

tetapi juga merusak pohon-pohon lain yang ada di sekelilingnya. Kerusakan

berbagai tumbuh-tumbuhan karena penebangan akan mengakibatkan hilangnya

hewan. Jadi, penebangan akan menurunkan plasma nutfah.

7.      Seleksi

Secara tidak sengaja perilaku kita mempercepat kepunahan oraganisme. Sebagai

contoh, kita sering hanya menanam tanaman yang kita anggap unggul misalnya

mangga gadung, mangga manalagi, jambu bangkok. Sebaliknya kita

Page 13: 1

menghilangkan tanaman yang kita anggap kurang unggul, misalnya mangga

golek, nangka celeng.

Menurunnya keanekaragaman hayati menimbulkan masalah lingkungan yang

akhirnya merugikan manusia. Misalnya, penebangan hutan mengakibatkan banjir.

Hewan-hewan yang hidup di dalam hutan misalnya babi hutan, gajah, kera,

menyerang lahan pertanian penduduk karena habitat mereka semakin sempit, dan

makanan mereka semakin berkurang.

Menurunnya populasi serangga pemangsa (predator) karena disemprot dengan

insektisida mengakibatkan terjadinya ledakan populasi serangga yang dimangsa.

Jika serangga ini memakan tanaman pertanian, maka ledakan serangga tersebut

sangat merugikan petani.

2.5  Upaya dalam Melakukan Konservasi Keanekaragaman hayati

Tidak semua aktifitas manusia berakibat menurunkan keanekaragaman hayati.

Ada juga aktivitas yang justru meningkatkan keanekaragaman hayati.

1.      Penghijauan

Kegiatan penghijauan meningkatkan keanekaragaman hayati. Kegiatan

penghijauan tidak hanya menanam tetapi yang lebih penting adalah merawat

tanaman setelah ditanam.

2.      Pembuatan Taman Kota

Pembuatan taman-taman kota selain meningkatkan kandungan oksigen,

menurunkan suhu lingkungan, mamberi keindahan, juga meningkatkan

keanekaragaman hayati.

3.      Pemuliaan

Pemuliaan adalah usaha membuat varietas unggul dengan cara melakukan

perkawinan silang. Usaha pemuliaan akan menghasilkan varian baru. Oleh sebab

itu pemuliaan hewan dan tumbuhan dapat berfungsi meningkatkan

keanekaragaman gen.

4.      Pembiakkam

Hewan atau tumbuhan langka dan rawan punah dapat dilestarikan dengan

pembiakan secara in situ dan ex situ.

Page 14: 1

a) Pembiakan secara in situ adalah pembiakan di dalam habitat aslinya.

Misalnya mendirikan Cagar Alam Ujung Kulon, Taman Nasional

Komodo.

b) Pembiakan secara ex situ adalah pembiakan di luar habitat aslinya, namun

suasana lingkungan dibuat mirip dengan aslinya. Misal penangkaran

hewan di kebun binatang (harimau, gajah, burung jalak bali).

c)

Page 15: 1

BAB III

STUDI KASUS

3.1 Gambaran Umum Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Bentang Alam Yang Penuh Potensi

Kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang membentang dari

ujung selatan bagian barat Propinsi Lampung sampai bagian selatan Propinsi

Bengkulu secara geografis berada pada 4º29' - 5º57' LS dan 103º24' - 104º44' BT.

Berdasarkan administrasi pemerintahan, kawasan TNBBS berada di 2 (dua)

propinsi yaitu Propinsi Lampung dan Propinsi Bengkulu. Di Propinsi Lampung

seluas 290.800 Ha yang meliputi Kabupaten Tanggamus seluas 10.500 Ha dan

Kabupaten Lampung Barat seluas 280.300 Ha, sedangkan di Propinsi Bengkulu

meliputi Kabupaten Kaur seluas 66.000 Ha. 

3.2 Keanekaragaman Hayati 

Kawasan ini memiliki keanekaragaman jenis hayati (biodiversity) yang sangat

tinggi baik flora maupun fauna. Potensi flora TNBBS meliputi 514 jenis pohon

dan tumbuhan bawah, 26 jenis rotan, 15 jenis bambu serta 126 jenis anggrek

termasuk 2 jenis tumbuhan langka yaitu bunga bangkai (Amorphophallus sp) serta

bunga rafflesia (Rafflesia sp). 

Berdasarkan hasil identifikasi, sebanyak 137 jenis tumbuhan di TNBBS dapat

digunakan sebagai tanaman obat. Sementara itu, Fauna yang telah teridentifikasi

adalah 115 jenis mamalia, 7 jenis primata, 450 jenis burung, 9 jenis burung

rangkong, 123 jenis herpetofauna (reptil dan amphibi), 221 jenis insekta/serangga,

7 jenis moluska, 2 jenis krustasea serta 53 jenis ikan.

3.3 Obyek Wisata Alam

Selain kekayaan flora dan fauna kawasan ini juga kawasan ini juga memiliki

keindahan alam yang sangat menarik, seperti : Sukaraja Atas, habitat bunga

raflesia (Rafflesia sp), bunga bangkai raksasa (Amorphophallus sp), satwa lair

primata dan burung. 

Page 16: 1

Keramat Menula, Potensi wisata yang ada meliputi hutan hujan dataran rendah

primer, pantai karang, makam keramat Syech Aminullah, satwa liar primata dan

berbagai jenis burung.  Suoh, Potensi wisata yang ada meliputi Danau Asam,

Danau Belibis, Danau Lebar, sumber panas bumi, kawah gunung api lama, burung

air.

Tampang Belimbing, Potensi wisata yang ada meliputi kkosistem hutan pantai

dan hutan hujan dataran rendah, Danau Menjukut, Way Blambangan, pantai pasir,

pantai karang, Teluk Belimbing, mercu suar, sawung bajo, savana Kobokan

Bandeng, Way Sleman, rusa (Cervus sp) dan kerbau liar. Saat ini dikembangkan

sebagai areal IPPA oleh PT Adhiniaga Kreasinusa (100 Ha). 

Kubuperahu, Potensi wisata yang ada meliputi Air terjun Sepapa Kanan (20 m)

dan Sepapa Kiri (60 m), ekosistem hutan hujan pegunungan primer, anggrek alam,

Sungsi Sindalapai, satwa liar primata dan burung. 

Muara Canguk – Pemerihan, Potensi wisata yang ada meliputi hutan pantai dan

hutan hujan dataran rendah, pantai pasir, pantai karang, Sungai Pemerihan, Sungsi

Canguk, satwa liar, burung. Terdapat stasiun penelitian nasional dan internasional

yang dikelola oleh TNBBS dengan mitra WCS-IP.

Potensi Sumber Daya Air Selain itu kawasan TNBBS merupakan hulu dari 181

sungai yang mengalir di 4 (empat) kabupaten yakni Kabupaten Lampung Barat

dan Tanggamus (Provinsi Lampung), Kabupaten Kaur (Provinsi Bengkulu), dan

Kabupaten Ogan Komering Ulu (Provinsi Sumatera Selatan). Merupakan DAS

Semaka, Pesisir Barat dan Sekampung. 

Pasokan air dari sungai yang berhulu di kawasan TNBBS berperan sangat penting

dalam mendukung roda perekonomian masyarakat, terutama di bidang pertanian,

perikanan dan energi (mikrohidro). Masyarakat sekitar kawasan TNBBS

mengandalkan pasokan air dari TNBBS sebagai pembangkit listrik tenaga air

skala kecil (mikrohidro) terutama bagi masyarakat yang tidak mendapat pasokan

listrik dari PLN. Tercatat sedikitnya terdapat 215 mikrohidro dengan kapasitas

listrik total yang dihasilkan 860.000 – 1.000.000 Watt atau setara dengan Rp. 559

juta – Rp. 650 juta/tahun.

Page 17: 1

2.3 Pentingnya Kegiatan Penyuluhan Di TNBBS

Kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) membentang melalui

tiga wilayah kabupaten dan dua wilayah propinsi yaitu Kabupaten Tanggamus dan

Kabupaten Lampung Barat (Propinsi Lampung), serta Kabupaten Kaur (Propinsi

Bengkulu). Kawasan TNBBS di Propinsi Lampung seluas 290.800 ha yang

meliputi Kabupaten Tanggamus seluas 10.500 ha dan Kabupaten Lampung Barat

seluas 280.300 ha, sedangkan di Propinsi Bengkulu meliputi Kabupaten Kaur

seluas 66.000 ha. Sebagai kawasan konsevasi dengan luasan kawasan 356.800 ha

yang secara geografis terletak pada 4º29' - 5º57' LS dan 103º24' - 104º44' BT,

kawasan TNBBS merupakan habitat bagi satwa dan tumbuhan baik yang

dilindungi maupun tidak dilindungi, memiliki fungsi hidrologis serta sosial

ekonomi. 

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan mempunyai kelimpahan kekayaan sumber

daya alam hayati dan ekosistemnya yang keberadaannya perlu dilestarikan agar

tetap memenuhi fungsinya sebagai kawasan perlindungan sistem penyangga

kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis satwa dan tumbuhan beserta

ekosistemnya serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam dan

ekosistemnya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penunjang budidaya,

rekreasi dan wisata alam. 

Disekitar kawasan TNBBS terdapat masyarakat dan beberapa merupakan enclave.

Jumlah desa di sekitar kawasan TNBBS yaitu 124 desa yang tersebar pada 21

kecamatan di Kab. Tanggamus, Kab. Lam-Bar (Prop. Lampung), dan Kab. Kaur

(Prop. Bengkulu). Masyarakat tersebut sebagaian besar memiliki ketergantungan

terhadap keberadaan kawasan hutan. Dalam sambutannya saat meresmikan

Gedung Kantor Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan bersama

Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ir. Darori, MM),

tangal 11 Desember 2008, Bupati Tanggamus (Bpk. Bambang Kurniawan, ST)

mengatakan bahwa “Masyarakat Tanggamus sangat memerlukan kelestarian

kawasan TNBBS. Alasannya yaitu:  

1. Kawasan TNBBS merupakan hulu dari 181 sungai yang mengalir di 4

(empat) kabupaten yakni Kabupaten Lampung Barat dan Tanggamus

Page 18: 1

(Provinsi Lampung), Kabupaten Kaur (Provinsi Bengkulu), dan

Kabupaten Ogan Komering Ulu (Provinsi Sumatera Selatan). Merupakan

DAS Semaka, Pesisir Barat dan Sekampung. 

2. Dengan adanya hutan, air sungai di Kabupaten Tanggamus terus mengalir

sehingga petani dapat mengairi sawah dan ladangnya, 

3. Dengan adanya hutan, Kabupaten Tanggamus memiliki curah hujan tinggi

sepanjang tahun, sehingga tidak mengalami kekeringan dan panas. 

Tapi apa yang terjadi karena hutan ini ada yang rusak

1. Sebagian masyarakat kebanjiran, dan lebih mengkhawatirkan lagi apabila

awan hitam berasal dari Kabupaten Lampung Barat yang memungkinkan

menyebabkan banjir bandang, 

2. Gajah keluar dari hutan dan masuk ke perkampungan penduduk. 

Oleh karena itu, kepada masyarakat, pengelola Taman Nasional dan

berbagai pihak yang hadir disini, mari kita jaga bersama-sama hutan kita”.

Dalam sambutan tersebut, dihadapan Bapak Ir. Darori, MM (Direktur

Jenderal PHKA) dan segenap jajaran Muspida Kabupaten Tanggamus dan

Kabupaten Lampung Barat, Bapak Bupati Tanggamus meminta dengan

ditingkatkannya Balai TNBBS menjadi Balai Besar TNBBS dan

dibangunnya gedung baru, pengelolaan TNBBS lebih optimal,

merehabilitasi kawasan hutan yang rusak, dan juga memberikan manfaat

sosial ekonomi bagi masyarakat di dalam dan sekitar hutan.

Adanya masyarakat di dalam dan disekitar kawasan hutan yang

bergantung pada kawasan hutan TNBBS apabila dikelola secara tepat akan

memberikan kontribusi yang sangat besar dalam rangka pengamanan

kawasan hutan. Namun di sisi lain jika kita melakukan pendekatan yang

kurang tepat, bukan tidak mungkin keberadaan mereka bisa menjadi

ancaman bagi keutuhan kawasan TNBBS. Dengan kata lain, keberadaan

masyarakat di dalam atau di sekitar kawasan hutan dapat dikategorikan

dalam dua kategori ketergantungan, yaitu ketergantungan yang bersifat

positif dan ketergantungan yang bersifat negatif. 

Page 19: 1

Dikatakan ketergantungan positif, dimana masyarakat melestarikan

kawasan hutan TNBBS karena dengan lestarinya hutan, penghidupan

mereka dapat berjalan. Seperti air untuk mengairi sawah, ladang,

mikrohidro, perikanan dan lain sebagainya. Disisi lain, masyarakat yang

berhubungan langsung dengan kawasan TNBBS tidak sepenuhnya

mengetahui peran dan fungsi dari keberadaan kawasan tersebut, sehingga

masyarakat merusak kawasan hutan TNBBS seperti merambah, menebang

pohon, menjual satwa dan tumbuhan dilindungi untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya dan dikategorikan sebagai ketergantungan negatif. 

Masyarakat yang mempunyai ketergantungan positif terhadap kawasan

TNBBS terus dibina dalam melestarikan hutan, sedangkan masyarakat

yang mempunyai ketergantungan negatif perlu disadarkan dan dibina

untuk ikut melestarikan hutan. Kegiatan penyadartahuan dan bina

masyarakat dapat dilakukan salah satunya melalui kegiatan pendampingan

masyarakat daerah penyangga melalui peran fungsional Penyuluh

Kehutanan, Pengendali Ekosistem Hutan (PEH), Polisi Kehutanan (Polhut)

bersama Pamswakarsa, MPHS, mitra, penegak hukum, peneliti, penentu

kebijakan, Penyuluh Pertanian dan Penyuluh Perikanan.

2.4 Permasalahan yang dihadapi 

Adapun permasalahan yang dihadapi pengelolan TNBBS yaitu : 

a. Illegal logging

b. Perambahan hutan

c. Kebakaran hutan

d. Penambangan yang berpotensi masuk ke kawasan hutan TNBBS

e. Perburuan/perdagangan/penyelundupan/pencurian tumbuhan dan satwa

liar secara illegal

f. Pemanfaatn jasa lingkungan & wisata alam yang belum berkembang

g. Illegal fishing masuk cagar alam laut TNBBS

h. Jumlah desa di sekitar kawasan TNBBS + 124 desa dengan tingkat

pendidikan & keahlian masyarakat terutama sekitar hutan yang masih

rendah. 

Page 20: 1

Adanya permasalahan-permasalahan tersebut, Penyuluh Kehutanan TNBBS

diharapkan mampu merubah PSK (Perilaku, Sikap dan Keterampilan) masyarakat

agar mereka mandiri dan peduli terhadap konservasi sehingga mengurangi

tekanan terhadap kawasan hutan TNBBS. Sebagai fasiliitator dan pendamping

masyarakat, Penyuluh Kehutanan mempunyai tugas untuk meningkatkan peran

serta masyarakat dalam melestarikan hutan dan meningkatkan kualitas

sumberdaya masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan TNBBS sehingga

kesejahteraan dan kemandirian masyarakat meningkat, baik dalam kegiatan

perlindungan, pengawetan maupun pelestarian yang bermanfaat yang merupakan

indikasi keberhasilan pembangunan konservasi sumberdaya hutan dan

ekosistemnya.

Berbagai kegiatan penyuluhan dapat dilakukan dalam hal perlindungan

pengawetan dan pelestarian yang bermanfaat. Dalam lingkup kegiatan

perlindungan hutan, seperti mencegah, menanggulangi dampak

gangguan/kerusakan hutan oleh manusia dan alam; penegakan hukum; dan

mengurangi degradasi hutan, kagiatan penyuluhan dapat dilakukan dalam bentuk

sosialisasi aturan yang terkait dengan perlindungan, sosialisasi aturan tentang

sanksi-sanksi sesuai ketentuan, memberikan pemahaman tentang perlindungan

ekosistem hutan. Dalam hal ini Penyuluh Kehutanan dalam melaksanakan

tugasnya dapat bekerjasama dengan Polhut, Pamswakarsa, MPHS, Mitra dan

aparat penegak hukum, serta multi pihak lainnya. 

Dalam lingkup kegiatan pengawetan hutan untuk pencegahan erosi; kemurnian

jenis dan genetik; mempertahankan keseimbangan/ kualitas/kuantitas jenis dan

genetik; pemulihan jenis dan genetik; serta pengembangan riset dan pendidikan;

kegiatan penyuluhan dilakukan dengan memberikan pelatihan bagi masyarakat,

membuat percobaan penangkaran dan budidaya flora - fauna, memperkenalkan

jenis-jenis satwa dan tumbuhan yang dilindungi kepada masyarakat terutama

generasi muda (pelajar dan mahasiswa), dan memberikan bimbingan teknis mulai

dari pembibitan sampai pemeliharanan tanaman jenis lokal. 

Sedangkan dalam lingkup pelestarian yang bermanfaatan dalam hal penguasaan

potensi; pemanfaatan dan pemberdayagunaan; penguasaan teknologi (budidaya,

Page 21: 1

pengelolaan produk, rekayasa genetika); dan pemberdayaan masyarakat; kegiatan

penyuluhan yang dapat dilasaksanakan diantaranya memberikan bimbingan

teknis, mendampingi masyarakat dalam pemanfaatan flora dan fauna, memberikan

bimbingan dalam kegiatan budidaya, bersama masyarakat melakukan uji coba

rekayasa genetik dan menjadi fasilitator dalam peningkatan kapasitas masyarakat.

Kegiatan penyuluhan dalam lingkup kegiatan pengawetan hutan dan pelestarian

yang bermanfaat tersebut dapat dilaksanakan dengan bekerjasama bersama PEH,

peneliti, mitra, penyuluh pertanian dan penyuluh perikanan, serta multi pihak

lainnya. 

Semua kegiatan penyuluhan tersebut dapat berjalan tentunya tidak terlepas dari

penentu kebijakan di Balai Besar TNBBS. Sesuai dengan amanat UU No. 16

Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan,

harapan ke depan, Penyuluh Kehutanan TNBBS dapat mewujudkan

pemberdayaan/pendampingan masyarakat di dalam maupun disekitar kawasan

TNBBS sesuai dengan tupoksinya dengan bekerjasama dalam menjalankan

tugasnya bersama PEH, Polhut, Pamswakarsa, MPHS, mitra, penegak hukum,

peneliti, Penyuluh Pertanian dan Penyuluh Perikanan.

2.5 Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan di TNBBS

Peristiwa kebakaran hutan seperti halnya peristiwa gangguan keamanan lainnya

merupakan peristiwa yang sulit untuk diramalkan kejadiannya. Unsur terjadinya

kebakaran hutan ada tiga yaitu : temperatur (panas), udara (oksigen), dan benda

yang dapat terbakar (bahan bakar). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tipe,

beberapa penyebab, lokasi-lokasi yang rawan kebakaran hutan yang terjadi di

kawasan TNBBS khususnya di Way Canguk – Pemerihan, dan menentukan

sistem manajemen pencegahan dan penanggulangan kebakarannya.

Penelitian dilaksanakan di kawasan TNBBS dengan mengadakan studi kasus di

wilayah Way Canguk – Pemerihan Lmpung Barat pada tanggal 15 Februari – 23

Juli 2001. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling dan

membuat plot contoh di areal bekas kebakaran da tumbuhan bawah tegakan hutan

Page 22: 1

yang belum terbakar. Plot contoh yang diambil sebanyak 15 dengan intensitas

sampling 0,5 % dengan luas areal yang terbakar dan tumbuhan bawah tegakan

hutan seluas 300 ha.

Kebakaran hutan yang terjadi di daerah Way Canguk sampai Pemerihan Lampung

Barat adalah kebakaran permukaan (surface fire). Banyaknya pohon yang mati di

areal 300 ha yang terbakar sebanyak 44 pohon atau 14,05 % dari total jumlah

pohon dari 15 plot yang diambil yaitu 313 pohon dengan luas 1,5 ha. Total skor

rata-rata tumbuhan bawah adalah 11,49 % yang mempunyai kriteria kerawanan

kebakaran hutan yang rendah. Lokasi-lokasi yang rawan kebakaran hutan di

kawasan TNBBS adalah Way Canguk kiri dan kanan, Sumberejo, Kaur gading,

Pemerihan dan Sekincau.

Upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak TNBBS untuk meminimalkan kebakaran

hutan adalah melibatkan masyarakat di sekitar kawasan hutan melalui pendekatan

kesejahteraan masyarakat (prosperity appoach), penyuluhan, penambahan rambu-

rambu peringatan di setiap batas zonasi kawasan dan melengkapi sarana dan

prasarana penanggulangan kebakaran hutan.

Kebakaran hutan di TNBBS khususnya di wilayah Way canguk dan Pemerihan

disebabkan oleh faktor manusia yang sering melakukan kegiatan perambahan

kawasan, pembukaan lahan untuk persawahan dan kebun, dan didukung oleh

musim kemarau yang panjang.

Maka dari studi kasus, dapat disimpulkan :

1. Potensi yang dimiliki oleh TNBBS antara lain potensi biodiversitas, objek

wisata alam, potensi sumber daya air, potensi karbon, dan potensi sumber

panas bumi.

2. Masyarakat yang mempunyai ketergantungan positif terhadap kawasan

TNBBS terus dibina dalam melestarikan hutan, sedangkan masyarakat

yang mempunyai ketergantungan negatif perlu disadarkan dan dibina

untuk ikut melestarikan hutan.

3. Permasalahan yang dihadapi TNBBS antara lain illegal logging,

perambahan hutan, kebakaran hutan, penambangan yang berpotensi masuk

ke kawasan hutan TNBBS,

Page 23: 1

4. perburuan/perdagangan/penyelundupan/pencurian tumbuhan dan satwa

liar secara ilegal, pemanfaatn jasa lingkungan & wisata alam yang belum

berkembang, illegal fishing masuk cagar alam laut TNBBS, dan

sebagainya.

Page 24: 1

BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Keanekaragaman hayati disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor genetik

dan faktor lingkungan. Terdapat interaksi antara faktor genetik dan faktor

lingkungan dalam mempengaruhi sifat makhluk hidup.

2. Kegiatan manusia dapat menurunkan keanekaragaman hayati, baik

keanekaragaman gen, jenis maupun keanekaragaman lingkungan. Namun

di samping itu, kegiatan manusia juga dapat meningkatkan

keanekaragaman hayati misalnya penghijauan, pembuatan taman kota, dan

pemuliaan.

3. Pelestarian keanekaragaman hayati dapat dilakukan secara in situ dan ex

situ.

Page 25: 1

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. (http://budisma.web.id/materi/sma/kelas-x-biologi/keanekaragaman-hayati-tingkat-jenis-di-indonesia/ diakses tanggal 16 Februari 2013)

Departemen Kehutanan. 1995. Ancaman Hujan Asam Bagi Hutan

Fauzan, Muhammad. 2009. (http://fauzzzblog.wordpress.com/2009/12/06/keanekaragaman-hayati-biodiversitas/ diakses tanggal 16 Februari 2013)

Leveque, C. & J. Mounolou. 2003. Biodiversity. New York: John Wiley.

Nandika, Dody. 2004. Pengelolaan Keanekaragaman Hayati di Indonesia. Bogor: IPB Press 

Page 26: 1

: http://www.teguhsantoso.com/2011/01/biodiversitas-definisi-dan-

batasan.html#ixzz2LOwX4mLx

http://biologi2008fkipunila.blogspot.com/2010/02/taman-nasional-bukit-barisan-

selatan.html