TUGAS
KONSERVASI LINGKUNGAN
BIODIVERSITAS
OLEH
KELOMPOK 1:
NADIA PUTRI 1010941001
OKTAFERIZAL LUBIS 1010941002
WIDIA YULIANTI 1010941009
AMAMIL KHAIRA 1010942028
RIMA SENDITYA GEWE 1010942029
DOSEN:
YOMMI DEWILDA, MT
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di lingkungan sekitar kita, kita dapat menemui berbagai jenis makhluk hidup.
Berbagai jenis hewan misalnya ayam, kucing, serangga, dan sebagainya, dan
berbagai jenis tumbuhan misalnya mangga, rerumputan, jambu, pisang, dan masih
banyak lagi jenis tumbuhan di sekitar kita. Masing-masing makhluk hidup
memiliki ciri tersendiri sehingga terbentuklah keanekaragaman makhluk hidup
yang disebut dengan keanekaragaman hayati atau biodiversitas.
Di berbagai lingkungan, kita dapat menjumpai keanekaragaman makhluk hidup
yang berbeda-beda. Keanekaragaman itu meliputi berbagai variasi bentuk, warna,
dan sifat-sifat lain dari makhluk hidup. Sedangkan di dalam spesies yang sama
terdapat keseragaman. Setiap lingkungan memiliki keanekaragaman hayati
masing-masing.
Indonesia adalah negara yang termasuk memiliki tingkat keanekaragaman yang
tinggi. Taksiran jumlah utama spesies sebagai berikut. Hewan menyusui sekitar
300 spesies, burung 7.500 spesies, reptil 2.000 spesies, tumbuhan biji 25.000
spesies, tumbuhan paku-pakuan 1.250 spesies, lumut 7.500 spesies, ganggang
7.800, jamur 72.000 spesies, serta bakteri dan ganggang hijau biru 300 spesies.
Dari data yang telah disebutkan, itu membuktikan bahwa tingkat biodiversitas di
Indonesia sangatlah tinggi.
Upaya pelestarian sumber daya alam merupakan pengelolaaan untuk mendapatkan
keanekaragaman gen yang sebanyak-banyaknya. Adapun usaha tersebut antara
lain perlindungan kawasan tertentu yang meliputi cagar alam, suaka margasatwa,
hutan lindung, hutan wisata, taman nasional, taman nasional, taman laut, dan
taman wisata. Usaha pelestarian sumber daya alam hayati yang lain adalah dengan
kebun tumbuhan (botani) dan penyimpanan biji atau jaringan khusus tumbuhan
dengan teknik tertentu. Selain pelestarian sumber daya alam hayati, ada juga
usaha perlindungan sumber daya alam. Salah satunya adalah perlindungan alam
dengan taman nasional. Taman nasional yang akan dibahas adalah Taman
Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dibahas pada makalah ini adalah
1. Bagaimana pentingnya biodiversitas;
2. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi biodiversitas;
3. Apa saja masalah/ krisis biodiversitas;
4. Bagaimana upaya pemerintah dan masyarakat dalam melakukan
konservasi keanekaragaman hayati.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk menganalisis pentingnya biodiversitas;
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi biodiversitas;
3. Untuk menganalisis masalah/ krisis biodiversitas;
4. Untuk mengetahui upaya pemerintah dan masyarakat dalam melakukan
konservasi keanekaragaman hayati;
5. Untuk memenuhi tugas mata kuliah konservasi lingkungan.
BAB II
ISI
2.1 Pengertian dan pentingnya biodiversitas
2.1.1 Pengertian biodiversitas
Biodiversitas berasal dari kata biodiversity yang merupakan suatu
keanekaragaman hayati. Penggunaan istilah ini digunakan untuk menunjukkan
variasi dan variabilitas makhluk hidup yang terdapat di permukaan bumi ini. Bila
ditinjau dari segi keanekaragaman sumber daya tumbuhan yang ada di Indonesia
yang cukup luas masih perlu diteliti. Keanekaragaman sumber daya tumbuhan
yang ada di Indonesia diperkirakan dihuni oleh ± 100 - 150 suku tumbuhan yang
meliputi 25 - 35 ribu jenis (Hasairin, 2000).
Biodiversitas adalah keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber
termasuk di antaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik lain serta kompleks-
kompleks ekologis yang merupakan bagian dari keanekaragamannya; mencakup
keanekaragaman di dalam spesies, di antara spesies, dan ekosistem.
WWF (1989) menyebut biodiversitas sebagai keanekaragaman hidup di bumi,
mencakup jutaan spesies tumbuhan, hewan, mikroorganisme; materi genetik yang
dikandungnya; serta ekosistem yang dibangun sehingga menjadi sebuah
lingkungan hidup.
Keanekaragaman hayati mencakup tiga tingkatanyaitu:
1. Keanekaragaman genetik, merupakan keanekaragaman yang paling hakiki,
karena keanekaragaman ini dapat berlanjut dan bersifat ditunkan.
Keanekaragaman genetik ioni berhubungan dengan keistimewaan ekologi dan
proses evolusi.
2. Keanekareagaman jenis, meliputi flora dan fauna. Beraneka ragam jenis
memiliki perilaku, strategi hidup, bentuk, rantai makanan, ruang dan juga
ketergantungan antara jenis satu dengan yang lainnya. Adanya keanekaragaman
yang tinggi akan menghasilkan kestabilan lingkungan yang mantap.
3. Keanekaragaman Ekosistem, tercakup didalamnya genetic, jenis beserta
lingkungannya. Keanekaragaman ekosistem merupakan keanekaragaman hayati
yang paling kompleks. Berbagai keanekaragaman ekosistem yang ada di
Indonesia misalnya ekosistem hutan dan pantai, hutan payau (mangrove), hutan
tropika basah, terumbu karang, dan beberapa ekosistem pegunungan, perairan
darat maupun lautan. Pada setiap ekosistem terdapat berbagai jenis organisme,
baik flora maupun fauna, dan mereka memiliki tempat hidup yang unik.
2.1.2 Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara yang memiliki keanekaragaman
hayati yang tinggi. Dua negara lainnya adalah Brasil dan Zaire. Tetapi
dibandingkan dengan Brazil dan Zaire, Indonesia memiliki keunikan tersendiri.
Keunikannya adalah di samping memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang
tinggi, Indonesia memiliki areal tipe indo-malaya yang luas, juga tipe oriental,
australia, dan peralihannya. Selain itu, di Indonesia terdapat banyak hewan dan
tumbuhan langka, serta spesies endemik.
Indonesia terletak di daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati
yang tinggi dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub
(iklim kutub). Keanekaragaman tinggi di Indonesia dapat dijumpai di dalam
lingkungan hutan tropik. Jika di hutan iklim sedang dijumpai satu atau dua jenis
pohon, maka di areal yang sama di dalam hutan hujan tropik memiliki
keanekaragaman hayati sekitar 300 kali lebih besar dibandingkan dengan hutan
iklim sedang.
Di dalam hutan hujan tropik terdapat berbagai jenis tumbuhan (flora) dan fauna
yang belum dimanfaatkan, atau masih liar. Di dalam tubuh hewan dan tumbuhan
itu tersimpan sifat-sifat unggul, yang mungkin dapat dimanfaatkan di masa
mendatang. Sifat-sifat unggul itu misalnya tumbuhan yang tahan penyakit, tahan
kekeringan, dan tahan terhadap kadar garam yang tinggi. Ada pula yang memiliki
sifat menghasilkan bahan kimia beracun. Jadi, di dalam dunia hewan dan
tumbuhan, baik yang sudah dibudidayakan maupun belum, terdapat sifat-sifat
unggul yang perlu dilestarikan.
2.1.3 Keanekaragaman Hayati Dunia
Kehadiran makhluk hidup ditentukan oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan
dapat dibedakan sebagai kondisi dan sumber daya. Kondisi adalah suatu faktor
yang besarannya dapat diukur dan tidak habis jika digunakan oleh organisme.
Contoh kondisi adalah suhu, intensitas cahaya, curah hujan, dan radiasi matahari.
Sedangkan sumber daya adalah faktor lingkungan yang habis ketersediaanya bila
sudah digunakan, misalnya makanan dan ruang (tempat tinggal).
Matahari adalah sumber energi utama untuk kehidupan di bumi. Jumlah sinar
matahari yang diterima oleh permukaan bumi menentukan penyebaran makhluk
hidup. Karena permukaan bumi bulat maka setiap tempat di permukaan bumi
mendapatkan sinar matahari dengan jumlah yang berbeda-beda. Akibatnya suhu
di berbagai tempat di permukaan bumi berbeda-beda. Berdasarkan letak terhadap
garis lintang, maka bumi dibagi dalam beberapa daerah iklim sebagai berikut.
a) Daerah tropik berada di antara 23,50 LU dan 23,50 LS. Daerah ini hanya
memiliki dua musim.
b) Daerah iklim sedang (subtropik) berada di antara 23,50 dan 660. Daerah ini
memiliki empat musim, yaitu panas, gugur, seni, dan dingin (salju).
c) Daerah kutub (artik) berada pada garis lintang lebih dari 660.
d) Daerah peralihan antara subtropik dan kutub (subartik).
Faktor lingkungan penting yang mempengaruhi kehadiran dan penyebaran
oraganisme adalah suhu. Variasi suhu lingkungan menentuakn proses kehidupan,
penyebaran dan kelimpahan organisme. Variasi suhu lingkungan alami dapat
bersifat siklik (misalnya musiman, harian).
Hal ini berkaitan dengan letak tempat di garis lintang (latitudinal), atau ketinggian
di permukaan laut (altitudinal). Variasi suhu berdasarkan garis lintang berkaitan
dengan variasi musim yang disebabkan oleh posisi poros bumi terhadap matahari.
Interaksi antara suhu, kelembapan, angin, altitudinal, latitudinal, dan topografi
menghasilkan daerah iklim yang luas yang dinamakan bioma. Setiap bioma
memiliki hewan dan tumbuhan tertentu yang khas. Beberapa bioma di bumi antara
lain tundra, taiga, hutan gugur, hutan hujan tropik, padang rumput, dan gurun.
2.2 Pentingnya biodiversitas
Pemanfaatan keanekaragaman hayati bagi masyarakat harus secara berkelanjutan.
Yang dimaksud dengan manfaat yang berkelajutan adalah manfaat yang tidak
hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan datang.
1. Sebagai Sumber Pangan, Perumahan dan Kesehatan
Kehidupan manusia yang bergantung pada keanekaragaman hayati. Hewan dan
tumbuhan yang kita manfaatkan saat ini (misalnya ayam, kambing, padi, jagung)
pada zaman dahulu juga merupakan hewan dan tumbuhan liar, yang kemudian
dibudidayakan. Hewan dan tumbuhan liar itu dibudidayakan karena memiliki
sifat-sifat unggul yang diharapkan manusia. Sebagai contoh, ayam dibudidayakan
karena menghasilkan telur dan daging. Padi dibudidayakan karena menghasilkan
beras. Beberapa contoh tumbuhan dan hewan yang memiliki peranan penting
untuk memenuhi kebutuhan pangan, perumahan, dan kesehatan, misalnya:
a. Pangan: berbagai biji-bijian (padi, jagung, kedelai, kacang), berbagai
umbi-umbian (ketela, singkong, suwek, garut, kentang), berbagai buah-
buahan (pisang, nangka, mangga, jeruk, rambutan), berbagai hewan
ternak (ayam, kambing, sapi).
b. Perumahan: kayu jati, sonokeling, meranti,
kamfer.
c. Kesehatan: kunyit, kencur, temulawak, jahe, lengkuas.
2. Sebagai Sumber Pandapatan
Keanekaragaman hayati dapat dijadikan sumber pendapatan. Misalnya untuk
bahan baku industri, rempah-rempah, dan perkebunan. Bahan baku industri
misalnya kayu gaharu dan cendana untuk industri kosmetik, teh dan kopi untuk
industri minuman, gandum dan kedelai untuk industri makanan, dan ubi kayu
untuk menghasilkan alkohol. Rempah-rempah misalnya lada, vanili, cabai, bumbu
dapur. Perkebunan misalnya kelapa sawit dan karet.
3. Sebagai Sumber Plasma Nutfah
Hewan, tumbuhan, dan mikroba yang saat ini belum diketahui tidak perlu
dimusnahkan, karena mungkin saja di masa yang akan datang akan memiliki
peranan yang sangat penting. Sebgai contoh, tanaman mimba (Azadirachta
indica),. Dahulu tanaman ini hanya merupakan tanaman pagar, tetapi saat ini
diketahui mengandung zat azadiktrakhtin yang memiliki peranan sebagai anti
hama dan anti bakteri. Adapula jenis ganggang yang memiliki kendungan protein
tinggi, yang dapat digunakan sebagai sumber makanan masa depan,
misalnya Chlorella. Buah pace (mengkudu) yang semula tidak dimanfaatkan,
sekarang diketahui memiliki khasiat untuk meningkatkan kebugaran tubuh,
mencegah dan mengobati penyakit tekanan darah.
Di hutan atau lingkungan kita, masih terdapat tumbuhan dan hewan yang belum
dibudidayakan, yang mungkin memiliki sifat-sifat unggul. Itulah sebabnya
dikatakan bahwa hutan merupakan sumber plasma nutfah (sifat-sifat unggul).
Siapa tahu kelak sifat-sifat unggul itu dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan
manusia.
4. Manfaat Ekologi
Selain berfungsi untuk menunjuang kehidupan manusia, keanekaragaman hayati
memiliki peranan dalam mempertahankan keberlanjutan ekosistem. Masing-
masing jenis organisme memiliki peranan dalam ekosistemnya. Peranan ini tidak
dapat digantikan oleh jenis yang lain. Sebagai contoh, burung hantu dan ular di
ekosistem sawah merupakan pemakan tikus. Jika kedua pemangsa ini dilenyapkan
oleh manusia, maka tidak ada yang mengontrol populasi tikus. Akibatnya
perkembangbiakan tikus meningkat cepat dan di mana-mana terjadi hama tikus.
Tumbuhan merupakan penghasil zat organik dan oksigen, yang dibutuhkan oleh
organisme lain. Selain itu, tumbuh-tumbuhan dapat membentuk humus,
menyimpan air tanah, dan mencegah erosi. Keanekaragaman yang tinggi
memperkokoh ekosistem. Ekosistem dengan keanekaragaman yang rendah
merupakan ekosistem yang tidak stabil. Bagi manusia, keanekaragaman yang
tinggi merupakan gudang sifat-sifat unggul (plasma nutfah) untuk dimanfaatkan
di kemudian hari.
5. Manfaat Keilmuan
Keanekaragaman hayati merupakan lahan penelitian dan pengembangan ilmu
yang sangat berguna untuk kehidupan manusia.
6. Manfaat Keindahan
Keindahan alam tidak terletak pada keseragaman tetapi pada keanekaragaman.
Bayangkan bila halaman rumah kita hanya ditanami satu jenis tanaman saja,
apakah indah Tentu saja akan lebih indah apabila ditanami berbagai tanaman
seperti mawar, melati, anggrek, rumput, palem.
Kini kita sadari bahwa begitu banyak manfaat keanekaragaman hayati dalam
hidup kita. Pemanfaatannya yang begitu banyak dan beragam tentu saja dapat
mengancam kelestariannya. Untuk itu kita harus bijaksana dalam memanfaatkan
keanekaragaman hayati, dengan mempertimbangkan aspek manfaat dan aspek
kelestariannya.
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Biodiversitas
Secara umum, Indonesia termasuk ke dalam wilayah tropika dengan kondisi tanah
yang baik, basah, dan hampir tidak ada musim kering. Musim kering di daerah
tropik adalah musim dengan curah hujan terendah, bukan musim tanpa hujan
sama sekali. Berdasarkan perkembangan wilayah tropik, Indonesia merupakan
wilayah perkembangan dari zona Malaya, dan termasuk wilayah hutan tropik
basah klimaks alami. Daratan hutan tropik basah biasanya rata atau
bergelombang, meluas ke bagian lereng-lereng gunung sampai ketinggian 1.000
meter atau lebih. Karakter iklim tropik dapat disimpulkan sebagai berikut.
Di beberapa daerah, hujan turun setiap siang dan malam sepanjang tahun,
diselingi satu atau dua musim kering yang masing-masing lamanya tidak melebihi
3 bulan. Sering kali hujan turun selama berhari-hari atau berminggu-minggu,
semuanya tertutup kabut tebal berwarna kelabu. Suhu relatif tinggi dan seragam,
rata-rata tahunan normal, sekitar 25-260C.
Curah hujan pada umumnya berjumlah 200-400 cm setiap tahun, dengan beberapa
tempat tertentu mungkin lebih banyak. Kelembapan nisbi cenderung tinggi,
biasanya melebihi 80%. Intensitas cahaya matahari tinggi. Namun, di hutan-hutan
dengan pohon yang tingginya bertingkat-tingkat, sinar matahari menjadi cahaya
remang-remang dan dapat menembus lantai hutan, membentuk nodanoda cahaya,
dan penting dalam pembentukan iklim mikro.
Pohon-pohon memiliki tajuk pohon (kanopi) berbentuk payung, menjadi tempat
yang subur bagi kehidupan serangga, katak pohon, kadal, ular, burung, tupai,
monyet dan sebagainya. Banyak di antaranya yang hidup selamanya dalam
kanopi, dan tidak pernah menyentuh tanah. Perubahan musiman yang teratur pada
tumbuhan tidak ada. Sepanjang waktu terjadi pembungaan, dan pembentukan
buah, meskipun ada kecenderungan bahwa tiap-tiap jenis mempunyai musim
tertentu. Musim ini berlainan antara satu jenis dan jenis lainnya sehingga secara
umum, tropika selalu berdaun dan berbuah sepanjang tahun. Banyak tumbuhan
yang kuncup daunnya “tidur” (dorman), baru tumbuh dan berkembang saat
tumbuhannya telah tua dan tidak berdaun lagi.
Indonesia memang gudang flora dan fauna, banyak faktor lain yang menyebabkan
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, antara lain:
a) Merupakan negara kepulauan;
b) Memiliki unsur flora dan fauna yang berkisar dari wilayah Indomalaya sampai
ke Australia;
c) Terbagi menjadi 2 zona biogeografi, yakni wilayah oriental dan wilayah
Australian. Wilayah oriental meliputi Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan,
sedangkan wilayah Australian meliputi seluruh pulau kawasan timur
Indonesia;
d) Banyak pulau tersebar di Nusantara ini terisolasi beribu-ribu tahun sehingga
tingkat endemisnya tinggi. Oleh karena itu, banyak jenis flora dan fauna yang
hanya terdapat di Indonesia;
e) Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki laut yang luas, yaitu 3.650.000
km2 dengan panjang garis pantai 81.000 km, 14% dari panjang pantai bumi;
f) Karena lautnya luas, Indonesia memiliki pantai dengan hutan bakau yang
terluas dan terkaya jenis flora dan faunanya, yaitu 4,25 juta ha;
g) Dengan laut yang luas, Indonesia memiliki sumber daya terumbu karang
terkaya, misalnya atol, terumbu karang tepian, terumbu karang perintang
(barrier), dan terumbu karang sebaran.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas, dapat kita simpulkan bahwa
keanekaragaman jenis hayati Indonesia sangat tinggi, karena tiap zona geografi
memiliki karakter berbeda-beda, banyak pulau yang menyimpan hewan dan
tumbuhan endemik, dan wilayah laut yang luas dengan biodiversitas spesifiknya.
2.4 Krisis Biodiversitas
Aktifitas manusia dapat menurunkan keanekaragaman hayati. Hingga saat ini,
berbagai jenis tumbuhan dan hewan terancam punah dan beberapa di antaranya
telah punah. Sebagai contoh, Australia selama 20 tahun telah kehilangan 41 jenis
mamalia, 18 jenis burung, reptilia, ikan, dan katak, 200 jenis invertebrata, dan 209
jenis tumbuhan.
Sementara itu, Indonesia kehilangan beberapa satwa penting, misalnya harimau
bali. Saat ini hewan tersebut tidak pernah ditemukan lagi keberadaannya, alias
kemungkinan sudah punah. Hewan-hewan seperti badak bercula satu, jalak bali,
dan trenggiling juga terancam punah. Belum lagi beberapa jenis serangga, hewan
melata, ikan, dan hewan air, yang sudah tidak ditemukan lagi di lingkungan kita.
Kepunahan keanekaragaman hayati diduga disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
sebagai berikut:
1. Perusakan Habitat
Habitat didefinisikan sebagai daerah tempat tinggal organisme. Kekurangan
habitat diyakini manjadi penyebab utama kepunahan organisme. Jika habitat rusak
maka organisme tidak memiliki tempat yang cocok untuk hidupnya. Kerusakan
habitat dapat diakibatkan karena ekosistem diubah fungsinya oleh manusia,
misalnya hutan ditebang dijadikan lahan pertanian, pemukiman dan akhirnya
tumbuh menjadi perkotaan. Kegiatan manusia tersebut mengakibatkan
menurunnya keanekaragaman ekosistem, jenis, dan gen.
Selain akibat aktifitas manusia, kerusakan habitat juga dapat diakibatkan oleh
bencana alam misalnya kebakaran, gunung meletus, dan banjir. Perusakan
terumbu karang di laut juga dapat menurunkan keanekaragaman ayati laut. Ikan-
ikan serta biota laut yang hidup bersembunyi di dalam terumbu karangtidak dapat
lagi hidup dengan terntram, beberapa di antaranya tidak dapat menetaskan
telurnya karena terumbu karang yang rusak. Menurunnya populasi ikan akan
merugikan nelayan dan mengakibatkan harga ikan meningkat. Kehidupan para
nelayan menjadi terganggu.
2. Penggunaan Pestisida
Yang termasuk pestisida misalnya insektisida, herbisida, dan fungisida. Pestisida
yang sebenarnya hanya untuk membunuh organisme penggangu (hama), pada
kenyataannya menyebar ke lingkungan dan meracuni mikroba, jamur, hewan, dan
tumbuhan lainnya.
3. Pencemaran
Bahan pencemar juga dapat membunuh mikroba, jamur, hewan dan tumbuhan
penting. Bahan pencemar dapat berasal dari limbah pabrik dan limbah rumah
tangga.
4. Perubahan Tipe Tumbuhan
Tumbuhan merupakan produser di dalam ekosistem. Perubahan tipe tumbuhan
misalnya perubahan dari hutan hujan tropik menjadi hutan produksi dapat
mengakibatkan hilangnya tumbuh-tumbuhan liar penting. Hilangnya jenis-jenis
tumbuhan tertentu dapat menyebabkan hilangnya hewan-hewan yang hidup
bergantung pada tumbuhan tersebut.
5. Masuknya Jenis Tumbuhan dan Hewan Liar
Tumbuhan atau hewan liar yang masuk ke ekosistem dapat berkompetisi bahkan
membunuh tumbuhan dan hewan asli.
6. Penebangan
Penebangan hutan tidak hanya menghilangkan pohon yang sengaja ditebang,
tetapi juga merusak pohon-pohon lain yang ada di sekelilingnya. Kerusakan
berbagai tumbuh-tumbuhan karena penebangan akan mengakibatkan hilangnya
hewan. Jadi, penebangan akan menurunkan plasma nutfah.
7. Seleksi
Secara tidak sengaja perilaku kita mempercepat kepunahan oraganisme. Sebagai
contoh, kita sering hanya menanam tanaman yang kita anggap unggul misalnya
mangga gadung, mangga manalagi, jambu bangkok. Sebaliknya kita
menghilangkan tanaman yang kita anggap kurang unggul, misalnya mangga
golek, nangka celeng.
Menurunnya keanekaragaman hayati menimbulkan masalah lingkungan yang
akhirnya merugikan manusia. Misalnya, penebangan hutan mengakibatkan banjir.
Hewan-hewan yang hidup di dalam hutan misalnya babi hutan, gajah, kera,
menyerang lahan pertanian penduduk karena habitat mereka semakin sempit, dan
makanan mereka semakin berkurang.
Menurunnya populasi serangga pemangsa (predator) karena disemprot dengan
insektisida mengakibatkan terjadinya ledakan populasi serangga yang dimangsa.
Jika serangga ini memakan tanaman pertanian, maka ledakan serangga tersebut
sangat merugikan petani.
2.5 Upaya dalam Melakukan Konservasi Keanekaragaman hayati
Tidak semua aktifitas manusia berakibat menurunkan keanekaragaman hayati.
Ada juga aktivitas yang justru meningkatkan keanekaragaman hayati.
1. Penghijauan
Kegiatan penghijauan meningkatkan keanekaragaman hayati. Kegiatan
penghijauan tidak hanya menanam tetapi yang lebih penting adalah merawat
tanaman setelah ditanam.
2. Pembuatan Taman Kota
Pembuatan taman-taman kota selain meningkatkan kandungan oksigen,
menurunkan suhu lingkungan, mamberi keindahan, juga meningkatkan
keanekaragaman hayati.
3. Pemuliaan
Pemuliaan adalah usaha membuat varietas unggul dengan cara melakukan
perkawinan silang. Usaha pemuliaan akan menghasilkan varian baru. Oleh sebab
itu pemuliaan hewan dan tumbuhan dapat berfungsi meningkatkan
keanekaragaman gen.
4. Pembiakkam
Hewan atau tumbuhan langka dan rawan punah dapat dilestarikan dengan
pembiakan secara in situ dan ex situ.
a) Pembiakan secara in situ adalah pembiakan di dalam habitat aslinya.
Misalnya mendirikan Cagar Alam Ujung Kulon, Taman Nasional
Komodo.
b) Pembiakan secara ex situ adalah pembiakan di luar habitat aslinya, namun
suasana lingkungan dibuat mirip dengan aslinya. Misal penangkaran
hewan di kebun binatang (harimau, gajah, burung jalak bali).
c)
BAB III
STUDI KASUS
3.1 Gambaran Umum Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Bentang Alam Yang Penuh Potensi
Kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang membentang dari
ujung selatan bagian barat Propinsi Lampung sampai bagian selatan Propinsi
Bengkulu secara geografis berada pada 4º29' - 5º57' LS dan 103º24' - 104º44' BT.
Berdasarkan administrasi pemerintahan, kawasan TNBBS berada di 2 (dua)
propinsi yaitu Propinsi Lampung dan Propinsi Bengkulu. Di Propinsi Lampung
seluas 290.800 Ha yang meliputi Kabupaten Tanggamus seluas 10.500 Ha dan
Kabupaten Lampung Barat seluas 280.300 Ha, sedangkan di Propinsi Bengkulu
meliputi Kabupaten Kaur seluas 66.000 Ha.
3.2 Keanekaragaman Hayati
Kawasan ini memiliki keanekaragaman jenis hayati (biodiversity) yang sangat
tinggi baik flora maupun fauna. Potensi flora TNBBS meliputi 514 jenis pohon
dan tumbuhan bawah, 26 jenis rotan, 15 jenis bambu serta 126 jenis anggrek
termasuk 2 jenis tumbuhan langka yaitu bunga bangkai (Amorphophallus sp) serta
bunga rafflesia (Rafflesia sp).
Berdasarkan hasil identifikasi, sebanyak 137 jenis tumbuhan di TNBBS dapat
digunakan sebagai tanaman obat. Sementara itu, Fauna yang telah teridentifikasi
adalah 115 jenis mamalia, 7 jenis primata, 450 jenis burung, 9 jenis burung
rangkong, 123 jenis herpetofauna (reptil dan amphibi), 221 jenis insekta/serangga,
7 jenis moluska, 2 jenis krustasea serta 53 jenis ikan.
3.3 Obyek Wisata Alam
Selain kekayaan flora dan fauna kawasan ini juga kawasan ini juga memiliki
keindahan alam yang sangat menarik, seperti : Sukaraja Atas, habitat bunga
raflesia (Rafflesia sp), bunga bangkai raksasa (Amorphophallus sp), satwa lair
primata dan burung.
Keramat Menula, Potensi wisata yang ada meliputi hutan hujan dataran rendah
primer, pantai karang, makam keramat Syech Aminullah, satwa liar primata dan
berbagai jenis burung. Suoh, Potensi wisata yang ada meliputi Danau Asam,
Danau Belibis, Danau Lebar, sumber panas bumi, kawah gunung api lama, burung
air.
Tampang Belimbing, Potensi wisata yang ada meliputi kkosistem hutan pantai
dan hutan hujan dataran rendah, Danau Menjukut, Way Blambangan, pantai pasir,
pantai karang, Teluk Belimbing, mercu suar, sawung bajo, savana Kobokan
Bandeng, Way Sleman, rusa (Cervus sp) dan kerbau liar. Saat ini dikembangkan
sebagai areal IPPA oleh PT Adhiniaga Kreasinusa (100 Ha).
Kubuperahu, Potensi wisata yang ada meliputi Air terjun Sepapa Kanan (20 m)
dan Sepapa Kiri (60 m), ekosistem hutan hujan pegunungan primer, anggrek alam,
Sungsi Sindalapai, satwa liar primata dan burung.
Muara Canguk – Pemerihan, Potensi wisata yang ada meliputi hutan pantai dan
hutan hujan dataran rendah, pantai pasir, pantai karang, Sungai Pemerihan, Sungsi
Canguk, satwa liar, burung. Terdapat stasiun penelitian nasional dan internasional
yang dikelola oleh TNBBS dengan mitra WCS-IP.
Potensi Sumber Daya Air Selain itu kawasan TNBBS merupakan hulu dari 181
sungai yang mengalir di 4 (empat) kabupaten yakni Kabupaten Lampung Barat
dan Tanggamus (Provinsi Lampung), Kabupaten Kaur (Provinsi Bengkulu), dan
Kabupaten Ogan Komering Ulu (Provinsi Sumatera Selatan). Merupakan DAS
Semaka, Pesisir Barat dan Sekampung.
Pasokan air dari sungai yang berhulu di kawasan TNBBS berperan sangat penting
dalam mendukung roda perekonomian masyarakat, terutama di bidang pertanian,
perikanan dan energi (mikrohidro). Masyarakat sekitar kawasan TNBBS
mengandalkan pasokan air dari TNBBS sebagai pembangkit listrik tenaga air
skala kecil (mikrohidro) terutama bagi masyarakat yang tidak mendapat pasokan
listrik dari PLN. Tercatat sedikitnya terdapat 215 mikrohidro dengan kapasitas
listrik total yang dihasilkan 860.000 – 1.000.000 Watt atau setara dengan Rp. 559
juta – Rp. 650 juta/tahun.
2.3 Pentingnya Kegiatan Penyuluhan Di TNBBS
Kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) membentang melalui
tiga wilayah kabupaten dan dua wilayah propinsi yaitu Kabupaten Tanggamus dan
Kabupaten Lampung Barat (Propinsi Lampung), serta Kabupaten Kaur (Propinsi
Bengkulu). Kawasan TNBBS di Propinsi Lampung seluas 290.800 ha yang
meliputi Kabupaten Tanggamus seluas 10.500 ha dan Kabupaten Lampung Barat
seluas 280.300 ha, sedangkan di Propinsi Bengkulu meliputi Kabupaten Kaur
seluas 66.000 ha. Sebagai kawasan konsevasi dengan luasan kawasan 356.800 ha
yang secara geografis terletak pada 4º29' - 5º57' LS dan 103º24' - 104º44' BT,
kawasan TNBBS merupakan habitat bagi satwa dan tumbuhan baik yang
dilindungi maupun tidak dilindungi, memiliki fungsi hidrologis serta sosial
ekonomi.
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan mempunyai kelimpahan kekayaan sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya yang keberadaannya perlu dilestarikan agar
tetap memenuhi fungsinya sebagai kawasan perlindungan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis satwa dan tumbuhan beserta
ekosistemnya serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam dan
ekosistemnya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penunjang budidaya,
rekreasi dan wisata alam.
Disekitar kawasan TNBBS terdapat masyarakat dan beberapa merupakan enclave.
Jumlah desa di sekitar kawasan TNBBS yaitu 124 desa yang tersebar pada 21
kecamatan di Kab. Tanggamus, Kab. Lam-Bar (Prop. Lampung), dan Kab. Kaur
(Prop. Bengkulu). Masyarakat tersebut sebagaian besar memiliki ketergantungan
terhadap keberadaan kawasan hutan. Dalam sambutannya saat meresmikan
Gedung Kantor Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan bersama
Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ir. Darori, MM),
tangal 11 Desember 2008, Bupati Tanggamus (Bpk. Bambang Kurniawan, ST)
mengatakan bahwa “Masyarakat Tanggamus sangat memerlukan kelestarian
kawasan TNBBS. Alasannya yaitu:
1. Kawasan TNBBS merupakan hulu dari 181 sungai yang mengalir di 4
(empat) kabupaten yakni Kabupaten Lampung Barat dan Tanggamus
(Provinsi Lampung), Kabupaten Kaur (Provinsi Bengkulu), dan
Kabupaten Ogan Komering Ulu (Provinsi Sumatera Selatan). Merupakan
DAS Semaka, Pesisir Barat dan Sekampung.
2. Dengan adanya hutan, air sungai di Kabupaten Tanggamus terus mengalir
sehingga petani dapat mengairi sawah dan ladangnya,
3. Dengan adanya hutan, Kabupaten Tanggamus memiliki curah hujan tinggi
sepanjang tahun, sehingga tidak mengalami kekeringan dan panas.
Tapi apa yang terjadi karena hutan ini ada yang rusak
1. Sebagian masyarakat kebanjiran, dan lebih mengkhawatirkan lagi apabila
awan hitam berasal dari Kabupaten Lampung Barat yang memungkinkan
menyebabkan banjir bandang,
2. Gajah keluar dari hutan dan masuk ke perkampungan penduduk.
Oleh karena itu, kepada masyarakat, pengelola Taman Nasional dan
berbagai pihak yang hadir disini, mari kita jaga bersama-sama hutan kita”.
Dalam sambutan tersebut, dihadapan Bapak Ir. Darori, MM (Direktur
Jenderal PHKA) dan segenap jajaran Muspida Kabupaten Tanggamus dan
Kabupaten Lampung Barat, Bapak Bupati Tanggamus meminta dengan
ditingkatkannya Balai TNBBS menjadi Balai Besar TNBBS dan
dibangunnya gedung baru, pengelolaan TNBBS lebih optimal,
merehabilitasi kawasan hutan yang rusak, dan juga memberikan manfaat
sosial ekonomi bagi masyarakat di dalam dan sekitar hutan.
Adanya masyarakat di dalam dan disekitar kawasan hutan yang
bergantung pada kawasan hutan TNBBS apabila dikelola secara tepat akan
memberikan kontribusi yang sangat besar dalam rangka pengamanan
kawasan hutan. Namun di sisi lain jika kita melakukan pendekatan yang
kurang tepat, bukan tidak mungkin keberadaan mereka bisa menjadi
ancaman bagi keutuhan kawasan TNBBS. Dengan kata lain, keberadaan
masyarakat di dalam atau di sekitar kawasan hutan dapat dikategorikan
dalam dua kategori ketergantungan, yaitu ketergantungan yang bersifat
positif dan ketergantungan yang bersifat negatif.
Dikatakan ketergantungan positif, dimana masyarakat melestarikan
kawasan hutan TNBBS karena dengan lestarinya hutan, penghidupan
mereka dapat berjalan. Seperti air untuk mengairi sawah, ladang,
mikrohidro, perikanan dan lain sebagainya. Disisi lain, masyarakat yang
berhubungan langsung dengan kawasan TNBBS tidak sepenuhnya
mengetahui peran dan fungsi dari keberadaan kawasan tersebut, sehingga
masyarakat merusak kawasan hutan TNBBS seperti merambah, menebang
pohon, menjual satwa dan tumbuhan dilindungi untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dan dikategorikan sebagai ketergantungan negatif.
Masyarakat yang mempunyai ketergantungan positif terhadap kawasan
TNBBS terus dibina dalam melestarikan hutan, sedangkan masyarakat
yang mempunyai ketergantungan negatif perlu disadarkan dan dibina
untuk ikut melestarikan hutan. Kegiatan penyadartahuan dan bina
masyarakat dapat dilakukan salah satunya melalui kegiatan pendampingan
masyarakat daerah penyangga melalui peran fungsional Penyuluh
Kehutanan, Pengendali Ekosistem Hutan (PEH), Polisi Kehutanan (Polhut)
bersama Pamswakarsa, MPHS, mitra, penegak hukum, peneliti, penentu
kebijakan, Penyuluh Pertanian dan Penyuluh Perikanan.
2.4 Permasalahan yang dihadapi
Adapun permasalahan yang dihadapi pengelolan TNBBS yaitu :
a. Illegal logging
b. Perambahan hutan
c. Kebakaran hutan
d. Penambangan yang berpotensi masuk ke kawasan hutan TNBBS
e. Perburuan/perdagangan/penyelundupan/pencurian tumbuhan dan satwa
liar secara illegal
f. Pemanfaatn jasa lingkungan & wisata alam yang belum berkembang
g. Illegal fishing masuk cagar alam laut TNBBS
h. Jumlah desa di sekitar kawasan TNBBS + 124 desa dengan tingkat
pendidikan & keahlian masyarakat terutama sekitar hutan yang masih
rendah.
Adanya permasalahan-permasalahan tersebut, Penyuluh Kehutanan TNBBS
diharapkan mampu merubah PSK (Perilaku, Sikap dan Keterampilan) masyarakat
agar mereka mandiri dan peduli terhadap konservasi sehingga mengurangi
tekanan terhadap kawasan hutan TNBBS. Sebagai fasiliitator dan pendamping
masyarakat, Penyuluh Kehutanan mempunyai tugas untuk meningkatkan peran
serta masyarakat dalam melestarikan hutan dan meningkatkan kualitas
sumberdaya masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan TNBBS sehingga
kesejahteraan dan kemandirian masyarakat meningkat, baik dalam kegiatan
perlindungan, pengawetan maupun pelestarian yang bermanfaat yang merupakan
indikasi keberhasilan pembangunan konservasi sumberdaya hutan dan
ekosistemnya.
Berbagai kegiatan penyuluhan dapat dilakukan dalam hal perlindungan
pengawetan dan pelestarian yang bermanfaat. Dalam lingkup kegiatan
perlindungan hutan, seperti mencegah, menanggulangi dampak
gangguan/kerusakan hutan oleh manusia dan alam; penegakan hukum; dan
mengurangi degradasi hutan, kagiatan penyuluhan dapat dilakukan dalam bentuk
sosialisasi aturan yang terkait dengan perlindungan, sosialisasi aturan tentang
sanksi-sanksi sesuai ketentuan, memberikan pemahaman tentang perlindungan
ekosistem hutan. Dalam hal ini Penyuluh Kehutanan dalam melaksanakan
tugasnya dapat bekerjasama dengan Polhut, Pamswakarsa, MPHS, Mitra dan
aparat penegak hukum, serta multi pihak lainnya.
Dalam lingkup kegiatan pengawetan hutan untuk pencegahan erosi; kemurnian
jenis dan genetik; mempertahankan keseimbangan/ kualitas/kuantitas jenis dan
genetik; pemulihan jenis dan genetik; serta pengembangan riset dan pendidikan;
kegiatan penyuluhan dilakukan dengan memberikan pelatihan bagi masyarakat,
membuat percobaan penangkaran dan budidaya flora - fauna, memperkenalkan
jenis-jenis satwa dan tumbuhan yang dilindungi kepada masyarakat terutama
generasi muda (pelajar dan mahasiswa), dan memberikan bimbingan teknis mulai
dari pembibitan sampai pemeliharanan tanaman jenis lokal.
Sedangkan dalam lingkup pelestarian yang bermanfaatan dalam hal penguasaan
potensi; pemanfaatan dan pemberdayagunaan; penguasaan teknologi (budidaya,
pengelolaan produk, rekayasa genetika); dan pemberdayaan masyarakat; kegiatan
penyuluhan yang dapat dilasaksanakan diantaranya memberikan bimbingan
teknis, mendampingi masyarakat dalam pemanfaatan flora dan fauna, memberikan
bimbingan dalam kegiatan budidaya, bersama masyarakat melakukan uji coba
rekayasa genetik dan menjadi fasilitator dalam peningkatan kapasitas masyarakat.
Kegiatan penyuluhan dalam lingkup kegiatan pengawetan hutan dan pelestarian
yang bermanfaat tersebut dapat dilaksanakan dengan bekerjasama bersama PEH,
peneliti, mitra, penyuluh pertanian dan penyuluh perikanan, serta multi pihak
lainnya.
Semua kegiatan penyuluhan tersebut dapat berjalan tentunya tidak terlepas dari
penentu kebijakan di Balai Besar TNBBS. Sesuai dengan amanat UU No. 16
Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan,
harapan ke depan, Penyuluh Kehutanan TNBBS dapat mewujudkan
pemberdayaan/pendampingan masyarakat di dalam maupun disekitar kawasan
TNBBS sesuai dengan tupoksinya dengan bekerjasama dalam menjalankan
tugasnya bersama PEH, Polhut, Pamswakarsa, MPHS, mitra, penegak hukum,
peneliti, Penyuluh Pertanian dan Penyuluh Perikanan.
2.5 Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan di TNBBS
Peristiwa kebakaran hutan seperti halnya peristiwa gangguan keamanan lainnya
merupakan peristiwa yang sulit untuk diramalkan kejadiannya. Unsur terjadinya
kebakaran hutan ada tiga yaitu : temperatur (panas), udara (oksigen), dan benda
yang dapat terbakar (bahan bakar). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tipe,
beberapa penyebab, lokasi-lokasi yang rawan kebakaran hutan yang terjadi di
kawasan TNBBS khususnya di Way Canguk – Pemerihan, dan menentukan
sistem manajemen pencegahan dan penanggulangan kebakarannya.
Penelitian dilaksanakan di kawasan TNBBS dengan mengadakan studi kasus di
wilayah Way Canguk – Pemerihan Lmpung Barat pada tanggal 15 Februari – 23
Juli 2001. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling dan
membuat plot contoh di areal bekas kebakaran da tumbuhan bawah tegakan hutan
yang belum terbakar. Plot contoh yang diambil sebanyak 15 dengan intensitas
sampling 0,5 % dengan luas areal yang terbakar dan tumbuhan bawah tegakan
hutan seluas 300 ha.
Kebakaran hutan yang terjadi di daerah Way Canguk sampai Pemerihan Lampung
Barat adalah kebakaran permukaan (surface fire). Banyaknya pohon yang mati di
areal 300 ha yang terbakar sebanyak 44 pohon atau 14,05 % dari total jumlah
pohon dari 15 plot yang diambil yaitu 313 pohon dengan luas 1,5 ha. Total skor
rata-rata tumbuhan bawah adalah 11,49 % yang mempunyai kriteria kerawanan
kebakaran hutan yang rendah. Lokasi-lokasi yang rawan kebakaran hutan di
kawasan TNBBS adalah Way Canguk kiri dan kanan, Sumberejo, Kaur gading,
Pemerihan dan Sekincau.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak TNBBS untuk meminimalkan kebakaran
hutan adalah melibatkan masyarakat di sekitar kawasan hutan melalui pendekatan
kesejahteraan masyarakat (prosperity appoach), penyuluhan, penambahan rambu-
rambu peringatan di setiap batas zonasi kawasan dan melengkapi sarana dan
prasarana penanggulangan kebakaran hutan.
Kebakaran hutan di TNBBS khususnya di wilayah Way canguk dan Pemerihan
disebabkan oleh faktor manusia yang sering melakukan kegiatan perambahan
kawasan, pembukaan lahan untuk persawahan dan kebun, dan didukung oleh
musim kemarau yang panjang.
Maka dari studi kasus, dapat disimpulkan :
1. Potensi yang dimiliki oleh TNBBS antara lain potensi biodiversitas, objek
wisata alam, potensi sumber daya air, potensi karbon, dan potensi sumber
panas bumi.
2. Masyarakat yang mempunyai ketergantungan positif terhadap kawasan
TNBBS terus dibina dalam melestarikan hutan, sedangkan masyarakat
yang mempunyai ketergantungan negatif perlu disadarkan dan dibina
untuk ikut melestarikan hutan.
3. Permasalahan yang dihadapi TNBBS antara lain illegal logging,
perambahan hutan, kebakaran hutan, penambangan yang berpotensi masuk
ke kawasan hutan TNBBS,
4. perburuan/perdagangan/penyelundupan/pencurian tumbuhan dan satwa
liar secara ilegal, pemanfaatn jasa lingkungan & wisata alam yang belum
berkembang, illegal fishing masuk cagar alam laut TNBBS, dan
sebagainya.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Keanekaragaman hayati disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor genetik
dan faktor lingkungan. Terdapat interaksi antara faktor genetik dan faktor
lingkungan dalam mempengaruhi sifat makhluk hidup.
2. Kegiatan manusia dapat menurunkan keanekaragaman hayati, baik
keanekaragaman gen, jenis maupun keanekaragaman lingkungan. Namun
di samping itu, kegiatan manusia juga dapat meningkatkan
keanekaragaman hayati misalnya penghijauan, pembuatan taman kota, dan
pemuliaan.
3. Pelestarian keanekaragaman hayati dapat dilakukan secara in situ dan ex
situ.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. (http://budisma.web.id/materi/sma/kelas-x-biologi/keanekaragaman-hayati-tingkat-jenis-di-indonesia/ diakses tanggal 16 Februari 2013)
Departemen Kehutanan. 1995. Ancaman Hujan Asam Bagi Hutan
Fauzan, Muhammad. 2009. (http://fauzzzblog.wordpress.com/2009/12/06/keanekaragaman-hayati-biodiversitas/ diakses tanggal 16 Februari 2013)
Leveque, C. & J. Mounolou. 2003. Biodiversity. New York: John Wiley.
Nandika, Dody. 2004. Pengelolaan Keanekaragaman Hayati di Indonesia. Bogor: IPB Press
: http://www.teguhsantoso.com/2011/01/biodiversitas-definisi-dan-
batasan.html#ixzz2LOwX4mLx
http://biologi2008fkipunila.blogspot.com/2010/02/taman-nasional-bukit-barisan-
selatan.html
Top Related