144982469 Skrinning Hipokratik(1)

22
SKRINNING HIPOKRATIK 1. TUJUAN 1. Memahami dan terampil melakukan skrinning farmakodinamik obat menggunakan teknik skrinning hipokratik. 2. Memahami dan mampu menganalisa hasil-hasil skrinning farmakologi obat. 2. TINJAUAN PUSTAKA Skrining hipokratik adalah salah satu cara untuk menapis aktivitas suatu obat/bahan yang belum diketahui sebelumnya baik yang berasal dari bahan alami maupun senyawa sintetis atau semisintetis. Cara ini didasarkan atas bahwa obat bila berinteraksi dalam materi biologis dalam tubuh akan menghasilkan efek tertentu tergantung pada dosis yang diberikan. Penapisan farmakologi pendahuluan dilakukan menurut metode Malon-Robichoud mengenai penapisan hipokratik yang dimodifikasi. Prinsipnya adalah melihat gejala-gejala yang timbul pada hewan percobaan setelah diberi suatu obat Skrining ini dapat membedakan suatu obat/bahan yang berguna dan yang tidak berguna dengan cepat dan biaya yang relatif murah. Darinya akan dihasilkan profil farmakodinamik obat/bahan. Selain itu dapat diketahui efek farmakologi pada suatu obat yang belum diketahui sebelumnya, sehingga diperoleh perkiraan efek farmakologi berdasarkan pendekatan data parameter-parameter yang diketahui. Penelitian ini menggunakan metode penapisan hipokratik yang dipertajam dengan uji-uji spesifik diantaranya seperti uji viskositas, uji aktivitas motorik, uji perpanjangan waktu tidur, uji anti konvulsi dan uji efek hipotensi. Skrining/penapisan farmakologi adalah suatu metode untuk mengetahui aktivitas farmakologik suatu zat. Prinsipnya adalah melihat gejala-gejala yang timbul pada hewan coba setelah diberi zat uji.

Transcript of 144982469 Skrinning Hipokratik(1)

  • SKRINNING HIPOKRATIK

    1. TUJUAN

    1. Memahami dan terampil melakukan skrinning farmakodinamik obat

    menggunakan teknik skrinning hipokratik.

    2. Memahami dan mampu menganalisa hasil-hasil skrinning farmakologi obat.

    2. TINJAUAN PUSTAKA

    Skrining hipokratik adalah salah satu cara untuk menapis aktivitas suatu

    obat/bahan yang belum diketahui sebelumnya baik yang berasal dari bahan alami maupun

    senyawa sintetis atau semisintetis. Cara ini didasarkan atas bahwa obat bila berinteraksi

    dalam materi biologis dalam tubuh akan menghasilkan efek tertentu tergantung pada

    dosis yang diberikan. Penapisan farmakologi pendahuluan dilakukan menurut metode

    Malon-Robichoud mengenai penapisan hipokratik yang dimodifikasi. Prinsipnya adalah

    melihat gejala-gejala yang timbul pada hewan percobaan setelah diberi suatu obat

    Skrining ini dapat membedakan suatu obat/bahan yang berguna dan yang tidak berguna

    dengan cepat dan biaya yang relatif murah. Darinya akan dihasilkan profil

    farmakodinamik obat/bahan. Selain itu dapat diketahui efek farmakologi pada suatu obat

    yang belum diketahui sebelumnya, sehingga diperoleh perkiraan efek farmakologi

    berdasarkan pendekatan data parameter-parameter yang diketahui.

    Penelitian ini menggunakan metode penapisan hipokratik yang dipertajam dengan

    uji-uji spesifik diantaranya seperti uji viskositas, uji aktivitas motorik, uji perpanjangan

    waktu tidur, uji anti konvulsi dan uji efek hipotensi.

    Skrining/penapisan farmakologi adalah suatu metode untuk mengetahui aktivitas

    farmakologik suatu zat. Prinsipnya adalah melihat gejala-gejala yang timbul pada hewan

    coba setelah diberi zat uji.

  • Penapisan atau skrining farmakologi dilakukan untuk mengetahui aktivitas

    farmakologi suatu zat yang belum diketahui efeknya. Hal ini dilakukan dengan melihat

    gejala-gejala yang timbul pada hewan coba setelah diberi zat uji. Zat atau obat yang

    disediakan dalam praktikum ini antara lain yang memberikan efek depresan SSP,

    perangsang SSP, simpatomimetik, parasimpatomimetik, simpatolitik, muscle relaxant,

    analgesik, vasokonstriktor, dan vasodilator. Pada percobaan ini akan dilakukan evaluasi

    dan pengelompokan efek-efek yang timbul pada hewan uji (tikus) berdasarkan efek yang

    dapat ditimbulkan oleh zat atau obat tersebut.

    Prinsip dasar penapisan atau skrining farmakologi ini ialah mencari persen

    aktivitas yang terjadi pada setiap kelompok efekefek tersebut, kemudian dapat ditarik

    kesimpulan berdasarkan persen aktivitas yang paling besar. Semakin besar persen

    aktivitas pada suatu efek maka zat atau obat uji semakin mempunyai kecenderungan

    berasal dari kelompok efek tersebut.

    Uji ini merupakan tahap awal penelitian farmakologi atau zat-zat yang belum

    diketahui efeknya serta untuk mengetahui apakah obat tersebut memiliki efek fisiologis

    atau tidak sehingga disebut sebagai penapisan hipokratik (penapisan awal). Penapisan ini

    masih merupakan prediksi.

    Sistem saraf biasanya dibagi menjadi susuna saraf pusat (otak dan sumsum tulang

    belakang). Serta susunan saraf perifer, yang terbagi menjadi 2, yaitu susunan syaraf

    motoris (yang bekerja sekehendak kita) serta susuna saraf otonom yang bekerja menurut

    aturannya sendiri.

    Farmakodinamik adalah ilmu cabang yang mempelajari efek biokimiawi dan

    fisiologi obat serta mekanisme kerjanya. Menurut teori pendudukan reseptor, intensitas

    efek obat berbanding lurus dengan fraksi reseptor yang diduduki atau diikatnya, dan

    intensitas efek mencapai maksimal bila seluruh reseptor diduduki oleh obat. Efek obat

    umumnya timbul karena interaksi obat dengan reseptor. Pada sel suatu organisme reaksi

    ini menyebabkan perubahan biokimiawi dan fisiologi yang merupakan respon khas obat

  • tersebut : reseptor obat merupakan komponen mikromolekul fungsional yang mencakup 2

    konsep penting. Pertama, obat dapat merubah kecepatan kegiatan faal tubuh. Kedua, obat

    tidak menimbulkan suatu fungsi baru, tetapi hanya memodifikasi fungsi yang sudah ada.

    1. Parasimpatomimetik

    Parasimpatomimetika atau kolinergika adalah sekelompok zat yang dapat

    menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi susunan parasimpatis, karena melepaskan

    neurohormon asetilkolin di ujung-ujung neuronnya. Efek-efek yang muncul setelah

    pemberian kolinergika adalah:

    Stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat peristaltik dan sekresi kelenjar

    ludah dan getah lambung (HCl), juga sekresi air mata, dll.

    Memperlambat sirkulasi, antara lain dengan mengurangi kegiatan jantung,

    vasodilatasi, dan penurunan tekanan darah.

    Memperlambat pernapasan, antara lain dengan menciutkan bronchi, sedangkan

    sekresi dahak diperbesar.

    Kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil (miosis) dan menurunnya

    tekanan intraokuler akibat lancarnya pengeluaran air mata.

    Kontraksi kandung kemih dan ureter dengan efek memperlancar pengeluaran urin.

    Dilatasi pembuluh dan kontraksi otot kerangka.

    Menekan SSP setelah pada permulaan menstimulasinya.

    2. Simpatomimetik

    Simpatomimetika atau adrenergika adalah zat-zat yang dapat menimbulkan

    (sebagian) efek yang sama dengan stimulasi susunan sipaticus dan melepaskan

    noradrenalin di ujung-ujung sarafnya. Efek-efek yang ditimbulkan adalah:

    Vasokonstriksi otot polos dan menstimulsi sel-sel kelenjar dengan bertambahnya

    antar lain sekresi liur dan keringat.

    Menurunkan peristaltik usus.

    Memperkuat daya dan frekuensi kontraksi jantung.

    Bronkodilatasi dan stimulasi metabolisme glikogen dan lemak.

  • 3. Simpatolitik

    Simpatolitika atau adrenolitika adalah zat-zat yang melawan sebagian atau

    seluruh aktivitas susunan saraf simpatis. Efeknya melawan efek yang ditimbulkan oleh

    simpatomimetika.

    4. Analgetik

    Anlagetika atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau

    menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.

    5. Vasodilator

    Vasodilator didefinisikan sebagai zat-zat yang berkhasiat melebarkan pembuluh

    darah secara langsung.

    6. Vasokonstriktor

    Efek yang ditimbulkan berlawanan dengan vasodilator.

    7. CNS Activation

    Zat-zat yang dapat merangsang SSP. Efek-efek yang ditimbulkan adalah:

    Konvulsi.

    Meningkatkan laju pernapasan.

    Misal pada tikus, efek yang diitmbulkan antara lain:

    Aktivitas motorik meningkat

    Temperatur rektum naik

    Rasa ingin tahu meningkat

    8. CNS Depressant

    Zat-zat yang dapat menekan SSP. Efek yang ditimbulkan berlawanan dengan

    CNS activation. Misal pada tikus, efek yang ditimbulkan antara lain:

    Aktivitas motorik menurun

    Laju pernapasan menurun

  • Hilang refleks pinal

    Paralisa kaki

    Hilang daya cengkeram

    9. Muscle Relaxant

    Efek yang ditimbulkan mirip dengan CNS depressant.

    3. ALAT DAN BAHAN

    a. Alat : - Timbangan hewan

    - Stopwatch

    - Alat suntik

    - Hotplate

    - Termometer

    - Pinset

    - Jaring kawat

    - Rotating road

    - Alat-alat gelas lainnya

    b. Bahan : - Obat/ bahan X yang dirahasiakan jenisnya dengan dosis :

    o 3 mg/kgbb

    o 10 mg/kgbb

    o 30 mg/kgbb

    o 100 mg/kgbb

    o 300 mg/kgbb

    o 1000 mg/kgbb

    Hewan percobaan : Mencit

  • 4. CARA KERJA

    1. Timbang hewan, tandai dan tentukan dosis yang akan diberikan.

    2. Amati parameter-parameter seperti yang tertera pada tabel 2 dan beri skor 1 atau 0

    untuk respon kualitatif dan 1,2,3 untuk respon kuantitatif.

    3. Respon kuantitatif dapat dilihat pada tabel 3.

    4. Gunakan alat yang tersedia untuk mendeteksi gejala tertentu, seperti :

    Tonus otot melalui kemampuan hewan memegang jaring atau

    bergelantungan pada alat gelantung.

    Laju pernapasan dihitung persatuan waktu memakai stopwatch.

    Reaksi jepit ekor menggunakan pinset.

    Reaksi plat panas menggunakan hotplate.

    Temperature tubuh menggunakan thermometer.

    Chromodacriorea (air mata berdarah), salvitasi, lakrimasi menggunakan

    kertas saring.

    5. Setelah semua parameter teramati (pada keadaan tak di beri obat = kontrol) injeksi

    masing-masing hewan pada dosis yang telah ditentukan.

    6. Amati lagi semua parameter diatas pada 5, 10, 15, 30, dan 60 menit setelah

    penyuntikan obat.

    7. Evaluasi hasil saudara dengan cara sebagai berikut :

    a. Kumpulkan nilai menurut bobot untuk masing-masing parameter sesuai

    dengan dosis.

    b. Lakukan hal yang sama untuk semua parameter yang lain.

    c. Hitung skor total dengan mengalikan skor dengan faktor bobot untuk masing-

    masing parameter pada tiap-tiap dosis dan bandingkan dengan skor

    maksimum.

    d. Kumpulkan nilai parameter- parameter yang relevan untuk aktifitas tertentu,

    misalnya untuk aktivitas penekanan sistem saraf pusat (PSSP) seperti pada

    tabel 4 dan jumlahkan skor actual. Hitung juga skor maksimum actual.

    e. Ranking % respon aktivitas yang didapat menurut dosis dan katagori aktivitas.

    f. Bahas hasil yang saudara peroleh dan buatlah beberapa kemungkinan kategori

    aktivitas senyawa yang anda uji sebagai kesimpulan.

  • 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil

    Perhitungan dosis

    Tanggal : 6 Mei 2013

    Hewan : Mencit

    BB : 23 gr = 0,023 kg

    Dosis : 3 mg/kgbb

    VAO : 0,23 ml

    Konsentrasi obat : 0,3 mg/ml

    VAO = Berat (kg) x Dosis (mg/KgBB)

    Konsentrasi (mg/ml)

    = 0,023 kg x 3 mg/KgBB

    0,3 mg/ml

    = 0,23 ml

    Tabel Hasil Pengamatan

    Parameter Nilai (1-3) atau terukur pada waktu

    K 5 10 15 30 60

    Kelopak mata turun 0 0 0 0 0 0

    Bulu berdiri 0 0 0 0 0 0

    Ekor berdiri 0 1 1 1 1 1

    Bola mata menonjol 0 0 0 0 0 0

    Ekor memerah 0 0 0 0 0 0

    Telinga memerah 0 0 0 0 0 0

    Ekor pucat 0 0 0 0 0 0

  • Fasikulasi 0 1 1 1 1 1

    Tremor 0 1 1 1 1 1

    Aktivitas motorik meningkat 0 1 1 1 1 1

    Aktivitas motorik menurun 0 0 0 0 0 0

    Respirasi meningkat 0 2 3 3 2 1

    Respirasi menurun 0 0 0 0 0 0

    Gerak berputar 1 1 1 1 1 1

    Ekor bergelombang 0 0 0 0 0 0

    Agresif 1 1 1 1 1 1

    Rasa ingin tahu meningkat 0 1 1 1 1 1

    Rasa ingin tahu menurun 0 0 0 0 0 0

    Reflex kornea hilang 0 0 0 0 0 0

    Reflex telinga hilang 0 1 1 1 1 1

    Reflex balik hilang 0 0 0 0 0 0

    Salivasi 0 0 0 0 0 0

    Lakrimasi meningkat 0 0 0 0 0 0

    Lakrimasi menurun 0 0 0 0 0 0

    Air mata berdarah 0 0 0 0 0 0

    Paralisa kaki 0 0 0 0 0 0

    Tremor 0 1 1 1 1 1

    Konvulsi 0 1 1 1 1 1

    Urinasi 0 0 0 0 0 0

    Diare 0 0 0 0 0 0

    Temprature rectum meningkat 0 0 0 0 1 1

    Temprature rectum meningkat 0 1 0 0 0 0

    Jatuh dari rotaroad 1 1 1 1 2 2

    Katalepsi 0 1 1 1 1 1

    Tonus tubuh menurun 2 2 2 2 2 2

  • Reaksi jepit ekor menurun 0 1 1 1 1 1

    Menggeliat 0 0 0 1 1 1

    Pandangan tak lurus 0 0 0 0 0 0

    Berat badan naik 0 0 0 0 0 0

    Berat badan turun 0 0 0 0 0 0

    1. Aktivitas penekan sistem saraf pusat

    Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah

    Kelopak mata 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

    Aktivitas motorik 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

    Respirasi 0 x 2 0 5 x 0 x 2 0

    Rasa ingin tahu 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

    Reflex kornea hilang 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

    Reflex telinga hilang 5 x 1 5 5 x 1 x 1 5

    Reflex balik hilang 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

    Paralisa kaki 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

    Temperature rectum 1 x 1 1 5 x 1 x 1 5

    Jatuh dari rotaroad 7 x 1 7 5 x 2 x 1 10

    Katalepsi 5 x 1 5 5 x 1 x 1 5

    Tonus tubuh 10 x 1,5 15 5 x 2 x 1,5 15

    Reaksi jepit ekor 5 x 1 5 5 x 1 x 1 5

    Pandangan tak lurus 0 x 2 0 5 x 0 x 2 0

    Jumlah

    33 45

  • 2. Simpatolitik

    Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah

    Kelopak mata 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

    Aktivitas motorik 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

    Konvulsi 5 x 1 5 5 x 1 x 1 5

    Temperature rectum 1 x 1 1 5 x 1 x 1 5

    Jumlah

    6 10

    3. Relaksasi otot

    Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah

    Kelopak mata 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

    Aktivitas motorik 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

    Respirasi 0 x 2 0 5 x 0 x 2 0

    Rasa ingin tahu 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

    Reflex telinga hilang 5 x 1 5 5 x 1 x 1 5

    Paralisa kaki 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

    Jatuh dari rotaroad 7 x 1 7 5 x 2 x 1 10

    Tonus tubuh 10 x 1,5 15 5 x 2 x 1,5 15

    Reaksi jepit ekor 5 x 1 5 5 x 1 x 1 5

    Menggeliat 3 x 0,5 1,5 5 x 1 x 0,5 2,5

    Jumlah

    33,5 37,5

    4. Simpatomimetik

    Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah

    Bola mata menonjol 0 x 1,5 0 5 x 0 x 1,5 0

    Lakrimasi 0 x 2 0 5 x 0 x 2 0

  • Konvulsi 5 x 1 5 5 x 1 x 1 5

    Temperature rectum 2 x 2 4 5 x 1 x 2 10

    Jumlah

    9 15

    5. Parasimpatomimetik

    Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah

    Bulu berdiri 0 x 0,5 0 5 x 0 x 0,5 0

    Fasikulasi 5 x 1 5 5 x 1 x 1 5

    Salivasi 0 x 2 0 5 x 0 x 2 0

    Lakrimasi 0 x 0,5 0 5 x 0 x 0,5 0

    Air mata berdarah 0 x 1,5 0 5 x 0 x 1,5 0

    Konvulsi 5 x 1 5 5 x 1 x 1 5

    Urinasi 0 x 2 0 5 x 0 x 2 0

    Diare 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

    Temperature rectum 1 x 1 1 5 x 1 x 1 5

    Jumlah

    11 15

    6. Analgetik

    Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah

    Ekor berdiri 5 x 0,5 2,5 5 x 1 x 0,5 2,5

    Gerak berputar 5 x 1 5 5 x 1 x 1 5

    Reaksi jepit ekor 5 x 1 5 5 x 1 x 1 5

    Jumlah

    12,5 12,5

  • 7. Vasodilatasi

    Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah

    Ekor/ telinga merah 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

    Jumlah

    0 0

    8. Vasokontriksi

    Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah

    Ekor/ telinga pucat 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

    Jumlah

    0 0

    9. Stimulasi sistem saraf pusat

    Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah

    Fasikulasi 5 x 1 5 5 x 1 x 1 5

    Tremor 5 x 1 5 5 x 1 x 0,5 5

    Aktivitas motorik 5 x 1 5 5 x 1 x 0,5 5

    Respirasi 11 x 2 22 5 x 3 x 2 30

    Gerak berputar 5 x 1 5 5 x 1 x 1 5

    Ekor bergelombang 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

    Agresif 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

    Rasa ingin tahu 5 x 1 5 5 x 1 x 1 5

    Konvulsi 5 x 1 5 5 x 1 x 1 5

    Temperatur rectum 2 x 2 4 5 x 1 x 2 10

    Tonus tubuh 10 x 1,5 15 5 x 2 x 1,5 15

    Jumlah

    71 85

  • 10. Parasimpatolitik

    Parameter Skor Total Skor Max

    Pupil melebar - -

    *Tidak karena keterbatasan alat

    Perhitungan % aktivitas

    % aktivitas = Skor total X 100 %

    Skor maksimum

    1. Aktivitas penekan sistem saraf pusat

    % aktivitas = 33 X 100 %

    45

    = 73,3 %

    2. Simpatolitik

    % aktivitas = 6 X 100 %

    10

    = 60 %

    3. Relaksasi otot

    % aktivitas = 33,5 X 100 %

    37,5

    = 89,3 %

    4. Simpatomimetik

    % aktivitas = 9 X 100 %

    15

    = 60 %

  • 5. Parasimpatomimetik

    % aktivitas = 11 X 100 %

    15

    = 73,33 %

    6. Analgetik

    % aktivitas = 12,5 X 100 %

    12,5

    = 100 %

    7. Vasodilatasi

    % aktivitas = 0 X 100 %

    0

    = 0 %

    8. Vasokontriksi

    % aktivitas = 0 X 100 %

    0

    = 0 %

    9. Stimulasi system saraf pusat

    % aktivitas = 71 X 100 %

    85

    = 83,53 %

    10. Parasimpatolitik

    -

  • B. PEMBAHASAN

    Pada dasarnya, percobaan skrinning hipokratik ini dilakukan untuk mengetahui

    atau menapis aktivitas suatu obat atau bahan yang belum diketahui sebelumnya baik yang

    berasal dari bahan alami maupun senyawa sintetis atau semisintetis. Hal itu disebut

    dengan skrining hipokratik. Obat yang diberikan belum diketahui aktifitas maupun

    golongan senyawa tersebut. Oleh karena itu, pada percobaan skrining hipokratik ini

    digunakan hewan uji yaitu berupa mencit. Mencit selanjutnya disuntikan obat dengan

    dosis 3 mg/kg BB dan konsentrasi obat sebesar 0,3 mg/ml. Mencit disuntikkan secara

    oral, kanulla dimasukkan ke dalam mulut mencit, kemudian perlahan-lahan obat

    disuntikkan melalui tepi langit-langit ke belakang sampai esophagus. Kemudian setelah

    itu mencit tersebut diamati berdasarkan parameter fisiologis yang terjadi pada menit ke-5,

    10, 15, 30, dan 60.

    Respon kualitatif yang terjadi yaitu pada saat 5 menit pertama terlihat ekor

    mencit berdiri, aktivitas motorik meningkat, agresif, rasa ingin tahu meningkat, tremor,

    dan konvulsi. Selanjutnya pada menit ke 10 dan 15 efek obat lebih banyak terlihat. Efek

    yang teramati pada menit tersebut diantaranya ditandai dengan menggeliat dan laju

    respirasi yang semakin meningkat. Pada menit ke 30 rasa ingin tahu menurun, tremor,

    refleks balik hilang, masih menggeliat, temperature rectum meningkat dan jatuh dari

    rotaroad. Pada menit ke-60 efek tremor masih dapat terlihat dan efek lain yang terjadi

    yaitu reflex telinga hilang, konvulsi, temperature rectum meningkat dan katalepsi.

    Respon kuantitatif agak sulit diamati, karena salah satunya faktor yang

    mempengaruhi adalah alat yang terbatas. Respon yang dapat diamati diantaranya

    laju pernapasan mencit yang semakin bertambah, selain itu tonus tubuh mencit juga

    meningkat. Hal ini dapat dilihat ketika mencit diletakkan di atas kawat kemudian

    kawat tersebut diputar dimulai dari 450-1800 mencit dapat bertahan selama

    beberapa menit. Pada data pengamatan berdasarkan persentase, efek yang paling besar

    adalah analgetik (100%). Efek-efek lainnya terjadi dengan persentase bervariasi, antara

    lain penekan SSP (73,3%), relaksasi otot (89,3%), parasimpatomimetik (73,33%),

  • simpatolitik (60%), simpatomimetik (60 %), vasokonstriksi (0%), vasodilatasi (0%),

    parasimpatolitik (-%) dan stimulansi SSP (83,53%).

    Berdasarkan parameter-parameter yang diamati pada percobaan, obat yang

    disuntikan merupakan golongan analgetik dan relaksasi otot (muscule relaxant). Hal ini

    dapat dilihat dari parameter yang paling besar bila dikalikan dengan faktor bobot yaitu

    menggeliat, ekor naik/berdiri, gerak berputar dan paralisa kaki. Efek lain yang

    mendukung yang menunjukkan bahwa obat yang diberikan adalah golongan relaksan otot

    adalah rasa ingin tahu menurun, reflex telinga hilang, jatuh dari rotaroad dan tonus tubuh

    menurun.

    Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau

    menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.Nyeri adalah gejala penyakit atau

    kerusakan yang paling sering. Analgetika merupakan senyawa yang dapat menekan

    fungsi saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa

    mempengaruhi kesadaran. Analgesik bekerja dengan meningkatkan nilai ambang

    persepsi rasa sakit. Berdasarkan mekanisme kerja pada tingkat molekul, analgetika dibagi

    menjadi dua golongan yaitu analgetika narkotik dan analgetika non narkotik . Meskipun

    sering berfungsi untuk mengingatkan, melindungi dan sering memudahkan untuk

    diagnosis, tetapi pasien merasakannya sebagai hal yang tidak mengenakkan. Kebanyakan

    menyiksa dan karena itu berusaha untuk membebaskan rasa nyeri. Seluruh kulit luar

    mukosa yang membatasi jaringan dan juga banyak organ dalam bagian luar tubuh peka

    terhadap rasa nyeri.

    Obat analgesik adalah obat yang mempunyai efek menghilangkan atau

    mengurangi nyeri tanpa disertai hilangnya kesadaran atau fungsi sensorik lainnya. Obat

    analgesik bekerja dengan meningkatkan ambang nyeri, mempengaruhi emosi (sehingga

    mempengaruhi persepsi nyeri), menimbulkan sedasi atau sopor (sehingga nilai ambang

    nyeri naik) atau mengubah persepsi modalitas nyeri.

    Mencit yang diujicobakan dalam percobaan skrinning hipokratik ini tidak

    mengalami peningkatan urinasi, maupun diare yang mengakibatkan berat badannya

  • menurun. Mencit tersebut juga tidak mengalami sekresi saliva meningkat sehingga obat

    ini bukan golongan parasimpatomimetik.

    Ketidakakuratan hasil yang diperoleh mungkin saja terjadi dalam percobaan ini

    dikarenakan kesalahan-kesalahan yang terjadi, mungkin disebabkan karena pengamatan

    dari efek terapi mencit yang subjektif, agak susah untuk dapat menentukan apakah terjadi

    perubahan signifikan pada mencit. Selain juga dikarenakan keterbatasan alat yang

    tersedia. Mencit tersebut juga mungkin saja kurang memberikan efek terapi yang

    seharusnya ada oleh karena sifat mencit yang agak resisten.

  • 6. KESIMPULAN

    Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :

    Skrining hipokratik adalah salah satu cara untuk menapis aktivitas suatu

    obat/bahan yang belum diketahui sebelumnya baik yang berasal dari bahan alami

    maupun senyawa sintetis atau semisintetis.

    Kriteria yang digunakan sebagai parameter untuk pengamatan ini ialah aktivitas

    penekan sistem saraf pusat, simpatolitik, relaksasi otot, simpatomimetik,

    parasimpatomimetik, analgetik, vasodilatasi, vasokontriksi, stimulasi system saraf

    pusat, dan parasimpatolitik.

    Berdasarkan parameter-parameter yang diamati pada percobaan, obat yang

    disuntikan merupakan golongan Analgetik yang bekerja dengan cara

    merelaksasikan otot. Hal ini dapat dilihat dari parameter yang paling besar bila

    dikalikan dengan faktor bobot yaitu tonus tubuh meningkat dan respirasi

    meningkat. Efek lain yang mendukung yang menunjukkan bahwa obat yang

    diberikan adalah golongan analgetik yaitu ekor naik/berdiri, gerak berputar dan

    paralisa kaki. Efek lain yang mendukung yang menunjukkan bahwa obat yang

    diberikan adalah golongan relaksan otot adalah menggeliat, rasa ingin tahu

    menurun, reflex telinga hilang, jatuh dari rotaroad dan tonus tubuh menurun.

    Mencit yang diujicobakan dalam percobaan skrinning hipokratik ini tidak

    mengalami peningkatan urinasi, maupun diare yang mengakibatkan berat

    badannya menurun. Mencit tersebut juga tidak mengalami sekresi saliva

    meningkat sehingga obat ini bukan golongan parasimpatomimetik.

    Faktor yang mempengaruhi hasil eksperimen dalam hal ini kondisi mencit yaitu

    keadaan kandang, suasana kandang baru yang asing, pengamatan hewan dalam

    kandang, dan keadaan ruangan tempat hidup hewan percobaan ( cuaca ) dan juga

    factor-faktor lainnya seperti kesalahan-kesalahan yang mungkin dilakukan oleh

    praktikan (human error).

    7. JAWABAN PERTANYAAN-PERTANYAAAN

  • 1. Apa beda skrining buta dan skrining spesifik?

    Jawab :

    Skrining buta adalah program skrining terhadap senyawa baru yang tidak

    diketahui aktivitas farmakologinya. Sedangkan skrining spesifik adalah program

    skrining yang dilakukan pada senyawa yang telah dapat diperkirakan khasiatnya.

    2. Apa kelebihan metode skrining hipokratik dibandingkan dengan skrining

    spesifik? Apa pula kelemahannya?

    Jawab :

    a. Kelebihan

    o Caranya sederhana dan peralatan yang digunakan relative murah.

    o Aktivitas bahan/obat yang diuji dapat diketahui dengan cepat.

    b. Kekurangan

    o Dalam pengamatannya sedikit rumit karena waktu pengamatan

    membutuhkan waktu yang singkat (5 menit) sedangkan parameter yang

    diamati banyak.

    3. Apakah toksisitas bahan obat dapat diramalkan menggunakan cara skrining ini?

    Jelaskan.

    Jawab :

    Bisa. Karena dari skrining hipokratik ini diperoleh seberapa besar aktivitas dari

    berbagai kriteria yang diamati. Bila pada skrining hipokratik ini pada dosis yang

    besar dapat memberikan efek yang sangat berlebihan, maka bisa dinyatakan

    berefek toksik.

    4. Jelaskan tahap-tahap penelitian yang harus dilalui untuk suatu obat baru agar

    dapat digunakan secara klinis?

    Jawab :

    Pengembangan dan penilaian obat ini meliputi 2 tahap uji :

    1. Uji Praklinik

  • Serangkaian uji praklinik yang dilakukan antara lain :

    a. Uji Farmakodinamika

    b. Uji Farmakokinetik

    Untuk mengetahui ADME

    Merancang dosis dan aturan pakai.

    c. Uji Toksikologi

    Mengetahui keamanannya

    d. Uji Farmasetika

    2. Uji Klinik

    Uji dilakukan pada manusia. Dibagi menjadi 4 Fase :

    a. Uji Klinik Fase I

    Fase ini merupakan pengujian suatu obat baru untuk pertama kalinya

    pada manusia.

    b. Uji Klinik Fase II

    Pada fase ini dicobakan pada pasien sakit.

    c. Uji Klinik Fase III

    - Pada manusia sakit, ada kelompok kontrol dan kelompok pembanding

    - Cakupan lebih luas baik dari segi jumlah pasien maupun keragaman

    (misal : intra ras)

    - Setelah terbukti efektif dan aman obat siap untuk dipasarkan

    d. Uji Klinik Fase IV

    - Uji terhadap obat yang telah dipasarkan (post marketing surveilance)

    - Mamantau efek samping yang belum terlihat pada uji-uji sebelumnya

    5. Jelaskan hubungan parameter-parameter yang diamati dengan jenis aktivitas-

    aktivitas yang ditentukan.

    Jawab :

    Piloerection atau bulu mencit berdiriu menunjukkan adanya kompensasi

    temperatur yang rendah atau aktivitas simpatomimetik.

    Skin colour atau warna kulit khususnya daun telinga, bila berubah dari

    merah muda menjadi merah maka menunjukkan adanya vasodilatasi akibat

  • pengaruh simpatolitik. Warna putih menunjukkan vasikontriksi karena

    pengaruh simpatomimetik.

    Heart rate yaitu detak jantung dapat dipercepat oleh aktivitas

    parasimpatomimetik dan dapat diperlambat oleh depresan pernafasan dan

    SSP, khususnya pada dosis tinggi.

    Ukuran pupil dibandingkan antara sebelum dan sesudah diberi obat.

    Pelebaran pupil menandakan bahwa hewan terpengaruh obat para

    simpatolitik atau simpatomimetik.

    DAFTAR PUSTAKA

  • Nurmeilis, dkk. 2009. Penuntun Praktikum Farmakologi. Program Studi Farmasi FKIK

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Katzung, Bertram G, (2004), Basic & clinical pharmacology, 9th Edition, Lange Medical

    Books/Mcgraw-Hill: New York, Hal : 6, 152 (e-book version of the text).

    Tan, Hoan Tjay dan Kirana Rahardja. 2003. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex Media

    Komputindo Kelompok Gramedia

    Woodley, Michele. 1995. Pedoman Pengobatan. Yogyakarta.