143531269 Buku Sejarah Sidoarjo JEJAK SIDOARJO1

117

description

radio

Transcript of 143531269 Buku Sejarah Sidoarjo JEJAK SIDOARJO1

  • Oleh : Tim Penelusuran Sejarah Sidoarjo

    Ketua Tim : M.Bahrul Amig

    Wakil Ketua Tim : Oyok Harimurti

    Anggota :M.Wildan, Farkan Z, Syaiful AI, Rahmat H

    Layout & sampul : Yusqi Fuadi

    Penerbit : Ikatan Alumni Pamong Praja SidoarjoCetakan Pertama : Maret 2006

  • Kata Sambutan Bupati Sidoarjo,Drs. Win Hendrarso, MSi

    Selamat kepada Tim Penelusuran Sejarah Sidoarjo, yang telahselesai menyusun naskah buku tentang sejarah Sidoarjo tempo duluyang diberijudul: JejakSidoarjo, dariJenggala ke Suriname.

    Layaknya buku-buku tentang sejarah, buku ini memotret realitasmasa lalu di daerah kita tercinta, Sidoarjo ini. Sebuah penulisansejarah adalah potret yang bisa hadir dengan bidikati karnera dariberbagai sudut pandang.

    Buku ini mencoba mengangkat sejarah dari perspektif yangcukup komprehensif. Di satu sisi, menceriterakan tentangsejarah kelahiran sebuah kawasan yang sekarang kita kenal dengannama Sidoarjo ini.

    Di sisi yang lain, juga dianalisis sejarah Sidoarjo dalamperspektif perkembangan ekonomi, politik dan juga aspek denyutnadi masyarakat lainnya.

    Sebagaimana kita ketahui, pentingnya sejarah terletak padabagaimana kita memahami makna untuk kemudian mengambilbJkrnahyangtersembunyi di dalamnya. Sebuahperistiwayangsudahterjadi di masa lampau, akan bernilai lebih apabija kita bisamengambil manfaat darinya.

    Dari perjalanan sejarah Sidoarjo di masa lampau, apayang bisadipetik oleh masyarakat adalah semangat juang generasi kita di masalampau untuk survive, bertahan hidup, dengan nasionalisme yangmenggelora untuk melawan segala jenis penindasan yang datangdari luar. Berbagai pemberontakan yang muncul di Sidoarjo di erakolonialisme membuktikan hal itu.

    JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname

  • Kita yakin bahwa kebebasan dan kemerdekaan adalah sesuatuyang asasi dan mutlak diperjuangkan oleh setiap individu. Tidak adasesuatupun yang boleh menghilangkan dan menindasnya atasnamaapapun.

    Maka secara filosofis, kemerdekaan itu berarti bebas daripenidasan dan bebas untuk berbuat, dengan dilandasi oleh satutoleransi bahwa kemerdekaan kita itu tidak boleh melanggarkebebasan individu dan sosial kemasyarakatan.

    Padatitiktertentu, nasionalisme merupakan reaksi spontan yangdilandari oleh Zeitgeist semangat zaman yang dalam setiapperiode sejarah, jelas berbeda-beda bentuknya. Bila kita refleksikansekarang, nasionalisme kita tentunya lebih sesuai dan kontekstualbila diwujudkan untuk membangun Sidoarjo di segalabidang.

    Sekali lagi, saya mengucapkan selamat atas terbitnya buku JejakSidoarjo dari Jenggala ke Suriname. Semoga bisa menjadi bahanreferensi dan penelitian lebih Ianjut dalam rangka pengembanganmasyarakat yang berpendidikan, demokratis, egaliter danpartisipatoris

    (Drs. Win Hendrarso, Msi)

    JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname

  • PrakataTim Penelusuran Sejarah Sidoarjo

    Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainyapenulisan buku ini. Karena tanpa karunia dan ke-MahaPemurahan-Nya karya tulis ini tidak akan pernah dapat selesai.Ide awal dari penulisan buku ini bermula dari keprihatinan melihatminimnya referensi tentang Sejarah Sidoarjo. Padahal, buku sejarahtidak hanya penting tetapi juga bisa menjadi referensi kita untukmengambil kebijakan di masa depan.Selain itu, perasaan kita tercabik-cabik melihat berbagai fenomenasosial di sekitar kita. Kenapa hingga detik ini masih saja banyakdari diri kita yang mengulang-ulang kesalahan yang sama. Apakahkita tidak pernah belajar masa lalu kita? Di sinilah pentingnyarentetan masa lalu itu dibukukan dalam bentuk buku sejarah.Naskah buku ini sebagian pernah diikutsertakan dalam lombamenulis sejarah tingkat Kabupaten Sidoarjo yang digelar oleh BadanKepegawaian Daerah untuk memperingati Hari Ulang TahunKabupaten Sidoarjo, dan menjadi pemenang pertamanya. Denganrendah hati, kita juga bermaksud untuk menjadikan naskah buku inimenjadi kado bagi kota tercinta ini.Sebuah karya yang mendasarkan diri pada sejarah, selalu dan pastiakan membuka sebuah perdebatan tentang versi sejarah mana yangbenar. Sebab sejarah sendiri menyediakan ruang yang lumayan luasuntuk itu. Tetapi bagaimanapun sejarah akan selalu bersifat subyektif,karena berdasarkan pada bagaimana si penulis melihat, menganalisadan menilai mahluk unik ini.Adapun bila sebuah perdebatan itu terjadi seyogyanya tidakmelandaskan pada pandangan kalah-menang saja. Tetapi lebih padatujuan untuk menggali secara bersama-sama sejarah

    JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname

  • Sidoarjo. Sebab seperti yang di ketahui, upaya untuk menggalisejarah Sidoarjo sangat minim. Padahal bila mau jujurperkembangan interaksi masyarakat dan sendi-sendi kehidupanyabisa diteropong dengan perjalanan sejarah.

    Pendapat ini juga untuk menjawab beberapa anasir yangmenganggap sejarah sama dengan musium yang kesepian ditengah kepungan Mall-mall. Sejarah bukan hanya sebuahpelajaran penambah nilai bagi adik-adik kita yang kini masih beradadi bangku sekolah. Tetapi ia juga merupakan ruh terbesar bagidinamika masyarakat.

    Setelah bekerja siang malam, tim ini memberanikan diri untukmenerbitkan naskahnya dalam bentuk buku sejarah. Dan kita semuamemahami secara bijaksana, sebuah buku adalah kumpulan bab,kumpulan kalimat, kumpulan kata yang bisa jadi salah. Namun jugabisa jadi memiliki muatan kebenaran. Pada titik inilah, diperlukananalisa kritis tidak hanya dari segi bahasa, namun juga logika danpenalaran kronologis dari isi dan materi bukutersebut.

    Terakhir, tim penelusuran sejarah Sidoarjo menyampaikan banyakterima kasih kepada Bupati Sidoarjo yang telah berkenan memberikata pengantar di buku ini. Ucapan terima kasih juga kamisampaikan kepada rekan-rekan anggota tim yang telah berjibakuuntuk menuntaskan karya ini.

    Begitu banyak individu dan lembaga yang terlibat dalam prosespenulisan ini. Karenanya untuk kerja sama dan perhatian merekasemua, kami mengucapkan terima kasih.

    JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname

  • Daftar Isi

    Kata Sambutan Bupati Sidoarjo ............................................... iPrakata Tim Penelusuran Sejarah Sidoarjo ............................. iiiDaftar isi ................................................................................... vi

    Bab 1 Dewi Kilisuci dan Kesunyian Selomangleng....................Dari Bali ke Kahuripan .......................................................... 2Kahuripan Terbelah................................................................ 4

    Bab 2 Pasar Besar Bernama Jenggala......................................... 8Jenggaladi Sidoarjo?..............................................................10Pusat-Pusat Militer.................................................................. 12Pusat Bisnis; bandar Sungai Porong........................................ 15Runtuhnya Jenggala ................................................................16KemanaPerginyaPelarian Jenggala.......................................... 18Sebuah Mitologi Candi Pari.....................................................19

    Bab 3 Keris Pemberontakan Sang Adipati................................ 22Pembangkangan Adipati ............................................... .... 24

    Bab 4 Jalan Lempang Ke Sidoarjo............................................ 28TahtauntukRakyat ........................................................... 30Sidoarjo di Tikungan Sejarah.................................................. 33DariArakApihinggaTerpisahnyaAnaklsteri............................ 41Mesin-Mesin Impor Itu.......................................................... 47PolitikEkonomi Cultuurstelsel................................................. 52Kalung Besi Milik Sidoarjo.....................................................59

    JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname

  • Tiga Jalur di selusin Stasiun..................................................... 61Sebuah Kasus Perlawanan Fisik............................................ 62Sebuah Mitologi Sarip tambak Oso....................................... 64

    Bab 5 Si Cebol Bertongkat Kuning............................................... 68Jembatan Porong Enam Maret................................................71Orang Bule di Keranjang Babi................................................ 73

    Bab 6 Yang Datang dan Membaur..................................................74

    Bab 7 Mereka yang Dikapalkan............................................ 80Onderneming di Sumatra................................................... 81Dulur Jawa yang Bemama Suriname.................................. 84Arbeiders Contract van Sidoardjo......................................... 86

    Bab 8 Sorban Putih Kyai Hasyim.................................................. 91Kerusuhan Rasial Pasar Larangan........................................ 96Kenapa Mereka Marah?....................................................... 97

    Daftar Pustaka............................................................................102

    Lampiran: Pemimpin Sidoarjo DalamLintasan Sejarah TimPenelusur Sejarah Sidoarjo

    JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname 11

    Bab 1

    DEWI KILISUCI DAN KESUNYIANSELOMANGLENG

    Andai Dewi Kilisuci bersedia menjadi ratu di Kahuripan,barangkali sejarah tidak mengenal kerajaan Jenggala. Tetapikarena sang dewi lebih tertarik pada kesunyian guaSelomangleng (Kediri) daripada pesta pora hedonistik istana,maka Ayahnya, Airlangga merasa perlu membagi kerajaanmenjadi dua.

    Pembelahan kerajaan Kahuripan bukan saja merubah wajahJawa secara geografis, tapi juga geopolitik dan ekonomi. Pusatpemerintahan yang sebelumnya ada di satu tempat kini menjadidua. Hanya sayangnya pusat ekonomi tetap menjadi haksebuah daerah belahan dari Kahuripan.

    Masing-masing dua daerah belahan Kahuripan inimempunyai kekuatan dan kelemahan. Jenggala, belahansebelah utara ini kuat dalam ekonomi karena bandar dagangdi Sungai Porong termasuk dalam wilayahnya. SedangkanDhaha (Kediri) yang bercorak agraris ini lebih kuat dalambidang Yudhagama, olah keperajuritan, militer, bahkanmempunyai pasukan gajah.

    Pembelahan kerajaan ini memang pada ujungnya jugamenyisakan sebuah sengketa antar dua pewaris. Dimana di

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname12

    salah satu belahan mengalami tingkat perekonomian yangtinggi, sementara di belahan lain tingkat ekonominya sangatminus.

    Kedua perbedaan inilah yang menimbulkan sebuah perangyang akan meluluh lantakkan sebuah kerajaan dari muka bumi.Dan kerajaan itu adalah Jenggala.

    Dari Bali ke KahuripanBicara tentang sejarah jawa feodal, kita tidak bisa

    meninggalkan Airlangga. Walaupun ia tidak berasal dari Jawa,Airlangga mempunyai peran besar dalam menentukan arahkisaran sejarah Jawa Timur paska kerajaan Kahuripan.

    Airlangga adalah putra Raja Bali, Udayana dari pemaisuriMahendratta. Ibu Airlangga ini masih adik kandung dari SriDharmawangsa Teguh Anantawikrama, Raja MedangKamulan di Jawa Timur, sebuah kerajaan yang berjalurketurunan Dinasti Isyana dari jaman Mataram Hindu (silsilahterlampir)

    Pada umur 17 tahun, Airlangga datang ke MendangKamulan untuk menikahi kedua putri Sri Darmawangsa Teguhyang bernama Sri dan Laksmi. Pada waktu pesta penikahanketiga anak raja ini terjadi sebuah peristiwa yang membuatAirlangga muda merubah jalan hidupnya.

    Barangkali hanya Sri Dharmawangsa Teguh, raja Jawayang berani menyerang Sriwijaya. Padahal, Sriwijaya yangbercorak Budha itu sedang mengalami jaman keemasannyaoleh bandar dagang dan ketinggian filsafatnya. Bisa ditebakjika serangan dari Jawa itu kemudian mengalami kegagalan.Namun itu tidak mengurungkan Sriwijaya untukmenghukum Medang Kamulan dengan menggunakankerajaan Wura-wuri (Ponorogo) sekutunya di Jawa.

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname 13

    Serbuan dari kerajaan Wura-wuri itu terjadi tepat di malampesta pernikahan Airlangga dengan kedua PutriDharmawangsa. Peristiwa tragis yang kemudian disebutPralaya (Malapetaka) di Kraton Medang itu menewaskan SriDharmawangsa Teguh berikut pemaisuri, patih dan menteri-menterinya.

    Menurut batu Calcutta, seluruh Jawa bagaikan satu lautanyang dimusnahkan oleh raja Wura-wuri. Tapi ada yang lolosdari kehancuran, yaitu Airlangga beserta kedua istri dan sedikitpengawalnya yang melarikan diri ke Gunung Prawito(Penanggungan). Di sana, Airlangga bersembunyi danmengatur kekuatan untuk merebut kembali kerajaanmertuanya.

    Pada tahun 1019, Airlangga yang dinobatkan oleh parapendeta Budha, Siwa dan Brahmana, menggantikanDharmawangsa, bergelar Sri Maharaja Rake Halu SriLokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramo-ttunggadewa. Ia memerintah dengan daerah hanya kecil sajakarena kerajaan Dharmawangsa sudah hancur, menjaditerpecah-pecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil.

    Sejak tahun 1028 Airlangga mulai merebut kembali daerah-daerah saat pemerintahan Dharmawangsa, yang bisa jadi jugaada hubungannya dengan kelemahan Sriwijaya yang baru sajadiserang dari Colamandala (1023 dan 1030). Raja-raja yangditaklukkan itu adalah Bhismaprabhawa (1028-1029), Wijayadari Wengker (1030), Adhamapanuda (1031), raja Wengker(1035), Wurawari (1032) dan seorang seperti raksasa rajaperempuan (1032). Peperangan Airlangga melawan Sang Ratuini melahirkan legenda Calon Arang di Bali.

    Kemakmuran dan ketentraman pemerintahan Airlangga (iadibantu oleh Narottama/rakryan Kanuruhan dan Niti/rakryanKuningan) yang ibukotanya pada tahun 1031 di Wotan Mas

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname14

    dipindahkan ke Kahuripan di tahun 1031, kraton dari kerajaanini diperkirakan berada di desa Wotan Mas, wilayah Ngorokabupaten Pasuruan, atau sekarang lebih dikenal dengan namasitus Kuto Girang.

    Pemerintahan Airlangga diikuti dengan suburnya senisastra, yang antara lain: kitab Arjuna Wiwaha karangan mpuKanwa tahun 1030 M yang berisi cerita perkawinan Arjunadengan para bidadari hadiah para dewa atas jerih payahnyamengalahkan para raksasa yang menyerang kayangan (kiasanhasil usaha Airlangga sendiri yang merupakan persembahanpenulis kepada raja). Ini juga pertama kali keterangan wayangdijumpai, walau sebetulnya sudah ada sebelum Airlangga.Kahuripan Terbelah

    Prabu Airlangga mempunyai dua istri yaitu Sri dan Laksmi.Keduanya adalah putri Dharmawangsa Teguh Anantawikramayang tak lain pamannya sendiri. Dari perkawinannya denganSri, Prabu Airlangga mendapatkan seorang putri yang bergelarDewi Kilisuci atau disebut juga Dewi Sanggramawijaya yamgditetapkan sebagai mahamantri i hino (ialah berkedudukantertinggi setelah raja). setelah tiba masanya menggantikanAirlangga, ia menolak dan memilih sebagai pertapa. S

    Semenjak awal Dewi Kilisuci telah menjalani kehidupansebagai seorang pertapa. Rupanya Kesunyian GuaSelomangleng (Kediri) dan Pucangan (gunungPenanggungan), ternyata lebih menarik perhatian sang Putridari pada Hedonistik Istana. Dia memutuskan untuk menarikdiri dari hiruk pikuk keduniawian, Sehingga ia menolak ketikaharus menggantikan Airlangga menjadi ratu di Kahuripan.

    Selain Dewi Kilisuci, Airlangga juga mempunyai dua orangbernama Lembu Amisena dan Lembu Amilihung. Keduanyaputra dari selir. Karena pewaris tahta yang sah tidak bisa

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname 15

    menggantikannya, Airlangga merasa perlu membagi kerajaanuntuk dipimpin kedua putranya. Sebelum Keputusan ini diambil, Airlangga terlebih dahulu meminta saran Mpu Bharadayang menjadi penasehatnya. Menurut sang Mpu, membagikerjaan bukanlah sebuah jalan keluar yang baik, sebabdikhawatirkan akan timbul perang saudara antar putraAirlangga.

    Kemudian Mpu Bharada menyarankan agar salah satuputraAirlangga memerintah di Bali, karena masih punya darahdengan Udayana (ayah Airlangga). Saran Mpu Bharada diterima oleh Airlangga dan segera mengutusnya ke Bali. Disana Mpu Bharada melakukan perundingan dengan MpuKuturan, seorang pandita tinggi. Tetapi usul Airlangga ituditolak Mpu Kuturan karena yang bisa menjadi Raja Baliadalah keturunan Mpu Kuturan sendiri. Merasa menemukanjalan buntu, Mpu Bharada kembali ke Kahuripan.

    Berdasarkan dua petimbangan di atas, maka Airlanggamelaksanakan pembelahan kerajaan Kahuripan 1042. Prosespembagian kerajaan itu menjadikan Kahuripan menjadi Dua.Di Kahuripan bagian Utara berdiri kerajaan Jenggala yangdipimpin Lembu Amiluhung yang bergelar Sri Jayantaka,sedangkan di bagian Selatan berdiri Kerajaan Dhaha yangdipimpin Lembu Amisena yang bergelar Sri JayaWarsa.

    Peristiwa pembelahan ini dicatat oleh Mpu Prapanca dalamkitabnya Negarakertagama. Alasan pembagian kerajaandilukiskan Oleh Mpu Prapanca sebagai Demikian lah sejarahJawa menurut tutur yang dipercaya. Kisah JenggalaNata diKahuripan dan Sri Nata Kahuripan di Dhaha (Kediri). Waktubumi Jawa di belah karena cintanya pada kedua putranya.

    Sedangkan sosok tokoh pelaksana pembagian itu, MpuBharada, dilukiskan sebagai berikut: Mpu Bharada nama beliau,adalah pendeta Budha Mahayana yang telah putus ilmu

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname16

    Tantrayananya, bersemedi di lemah Tulis gunumg Prawito(penanggungan). Ia dikenal sebagai pelindung rakyat dankemana-mana selalu jalan kaki.

    Kemudian Mpu Prapanca juga mencatat proses pembagiankerajaan itu sebagai berikut: Beliau menyanggupi permintaanRaja untuk membelah kerajaan. Tapal batas dua bakalkerajaan itu di tandai dengan kucuran air dari kendi yangdibawanya terbang ke langit.

    Dalam kitab ini Mpu Prapanca juga menuliskan sebuahperistiwa kecil yang menimpa Mpu Bharada dalampekerjaannya: Turun dari langit sang Mpu berhenti di bawahpohon Asam. Kendi Suci di taruh di desa Palungan (sekarangwilayah Gempol). Karena jubahnya tersangkut pohon Asam,marahlan sang Mpu, dan beliau mengutuk pohon Asam itukerdil untuk selamanya.

    Air kucuran kendi itu membuat garis demarkasi untukkedua kerajaan. Mengenai garis itu Negara Kertagamamenulis: Tapal batas Negara adalah Gunung Kawi sampaidengan aliran sungai Poro (Poro : porong, jawa kawi ;dibagi). Itulah tugu gaib yang tidak bisa mereka lalui. Makadibangunkah Candi Belahan (Sumber Tetek) sebagai prasastidi belahnya Kahuripan. Semoga Baginda tetap teguh, tegakdan berjaya dalam memimpin Negara.

    Airlangga turun tahta setelah pembelahan Kahuripan. Duakerajaan baru yang berdiri di atas Kahuripan telah dipimpin olehputra-putranya. Seperti adat leluhurnya, ia pun lengser keprabonmadeg mandita (turun tahta dan hidup seperti pendeta).

    Dalam upayanya meninggalkan keduniawian ini ia memilihGunung Penanggungan dan Gunung Arjuna. Selainmeninggalkan tahta, ia juga menanggalkan gelarnya. Sebagaigantinya Airlangga menggunakan nama-nama yangmenunjukkan kesiapannya menuju samsara.

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname 17

    Di Gunung Penanggungan Airlangga dikenal sebagai ResiJatinindra dan di Gunung Arjuna ia dimemakai namaBegawan Mintaraga. Selain itu Airlangga juga dikenal sebagaiResi Gentayu, sebuah ungkapan yang berasal dari kata Jatayu(burung Garuda yang menyelamatkan Sintha dalam eposRamayana). Tujuh tahun kemudian (1049 M) Airlangga wafat.Jenazahnya diperabukan di Candi Belahan (Sumber Tetek)disana ia diarcakan sebagai Wisnu yang menunggang garuda.Arca itu di sebut Garudamukha.

    sumber tetek belah

    Candi Belahan(Sumber Tetek),

    di lerengGunung

    Penanggungan,Pasuruan. Candi

    ini adalahprasasti

    terbelahnyaKerajaan

    Kahuripan.

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname18

    Bab 2

    PASAR BESAR BERNAMA JENGGALADibandingkan Dhaha, faktor ekonomi Kerajaan Jenggala

    tumbuh sangat pesat. Jenggala menguasai sungai-sungaibermuara termasuk Bandar dagang di Sungai Porongmemberikan income yang besar bagi kerajaan. Selain itu jugamembuat Jenggala lebih di kenal oleh manca Negara karenaBandar dagang peninggalan Airlangga ini (berdasarkan catatankerajaan China) adalah Bandar dagang kedua terbesar danramai setelah Sriwijaya.

    Tetapi Bandar dagang ini juga menjadi bibit perselisihandengan Dhaha yang hanya menguasai sungai tanpa muara.Sebab bagi Dhaha sangat tergantung dengan hasil Agrokulturini tidak mempunyai pasar yang cukup memadai bagi hasilbuminya, karena pasar besar adalah Jenggala.

    Kata Jenggala di percaya berasal dari ucapan salah untukUjung Galuh. Walaupun saat ini Ujung Galuh lebihmenunjukkan suatu tempat di Surabaya atau Tuban. Tetapiuntuk hubungan kalimat Jenggala dengan Ujung Galuhbisadilihat dari catatan Pedagang China yang menuliskanJenggala dengan Jung-ga-luh. Misalnya pedagang Chou kufei yang datang pada tahun 982 Saka (1060 M) menuliskan:Negara asing yang merupakan lumbung padi terbesar saat ituadalah Jung-ga-luh (Jenggala) dan San-fo-tsi (Sriwijaya).

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname 19

    Raja-raja Jenggala di antaranya Lembu Amiluhung (SriJayantaka). Sri Jayantaka adalah putra Airlangga dari selir.Ia mulaimemerintah di Jenggala mulai tahun 1042 M. Padamasa pemerintahannya, Jenggala mengalami jaman keemasansekaligus jaman kecemasan.

    Dikatakan jaman keemasan karena pada masa itu Jenggalamengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi dari hasilBandar Dagang Porong. Sementara dilain pihak Jenggala jugadi cemaskan oleh ancaman serangan oleh Dhaha bila Bandardagang itu tidak diserahkan ke Dhaha. Kecemasan itu cukupberalasan mengingat kekuatan militer Dhaha lebih kuat daripada Jenggala.

    Raja lainnya adalah Sri Maharaja Mapanji Garasakan (1044- 1052). Pada masa pemerintahan Mapanji Garasakan,kerajaan Jenggala mengalami kemunduran akibat serangandari Dhaha yang saat itu diperintah oleh Kameswara 1 (InuKertapati). Karena serangan itu pusat kerajaan Jenggala ditarik lebih ke Utara, diperkirakan sekarang berada di daerahLamongan.

    Bukti perpindahan pusat kerajaan itu dapat dilihat padaPrasasti Kembang Putih, Malengga yang ditemukan di daerahTuban. Pada periode selanjutnya kerajaan Jenggala beribukotadi Lamongan.

    Tibalah Mapanji Alanjung Ahyes berkuasa (1052 - 1059).Jenggala di bawah Mapanji Alanjung Ahyes tetap berpusatdi Lamongan. Pada masa pemerintahannya sering dilancarakan serangan secara sporadis kepada pendudukanDhaha.

    Sri Samarotsaha adalah raja Jenggala terakhir sebelumkerajaan itu hilang dari pengamatan sejarah. Pusat kerajaantetap di daerah Lamongan. Setalah tahun 1059 keberadaanJenggala seperti hilang di telan bumi.

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname20

    Batas kerajaan Jenggala adalah sesuai dengan batasKerajaan Kahuripan sebelah utara. Dalam hal ini batas daerahkekuasaan Jenggala meliputi Timur (Bali), Tenggara(Pasuruan), Barat daya (Kudus)

    Jenggala di Sidoarjo?Sebenarnya dalam proses penulisan sejarah Jenggala kita

    akan terbentur pada pertanyaan, Dimanakah letak kratonKerajaan Jenggala? Apakah di Sidoarjo ataukah di kota lain ?Sebab ada beberapa fakta yang mendukung rentetanpertanyaan itu.

    Di antara pertanyaan itu; Satu, belum ditemukannya situs-situs sejarah yang menyatakan kraton Jenggala berada diSidoarjo. Kedua, tidak adanya pernyataan dari kitab-kitab kunobahwa kraton Jenggala ada di Sidoarjo. Ketiga, adanya klaimdari beberapa tempat diluar daerah Sidoarjo yang menyatakansebagai kraton Jenggala, misalnya Prasasti Kembang putihyang ditemukan di Lamongan.

    Sebagai sebuah catatan : istilah Jenggala pada awalnyaadalah untuk menunjukkan sebuah tempat, Ujung Galuh, danbaru dipakai menjadi nama kerajaan setelah peristiwapembelahan Kahuripan.

    Untuk menentukan di mana letak kutaraja (kraton)Jenggala, tulisan ini menggunakan masa pemerintahan Srijayantaka sebagai rujukan, yang mana kraton Jenggaladitempatkan di wilayah Sidoarjo.

    Adapun pertimbangannya adalah karena pada masa SriJayantaka yang Cuma tiga tahun itu, kerajaan Jenggala masihmerupakan sebuah struktur pemerintahan yang otonom dan aktif.Artinya Jenggala pada waktu itu masih punya wilayah, pusatpemerintahan, pusat militer, fasilitas umum dan masih memegangkendali perkembangan Bandar dagang di sungai Porong.

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname 21

    Sedangkan untuk masa setelah Sri Jayantaka, Jenggala lebihberbentuk komunitas-komunitas kecil yang tersebar dibeberapa daerah di Jawa Timur. Termasuk juga padapemerintahan Mapanji Garasakan dan Alanjung ayes yangmasih memimpin perlawanan terhadap Kediri secara sporadis.

    Selain merujuk pada masa pemerintahan Sri Jayantaka,fakta lain yang menunjukkan hubungan Sidoarjo denganJenggala adalah; Pertama, sebuah tulisan dari KitabNegarakertagama yang menceritakan perjalanan dinas HayamWuruk untuk meninjau tiga daerah yang berdekatan yaituJenggala, Surabaya dan Bawean. Adapun kalimat dalam kitabtersebut adalah: Yen ring Jenggala ki sabha nrpati ringCurabhaya melulus mare Buwun (Jika raja berada di Jenggala,beliau pasti mengunjungi Surabaya sebelum ke Bawean).

    Kedua, pada masa pemerintahan Mataram, wilayahSidoarjo masih di sebut Jenggala. contohnya kawedanan diSidoarjo diistilahkan Jenggala 1, Jenggala 2 dan seterusnya.Dengan beberapa fakta di atas bisa dikatakan bahwa kratonJenggala pada mulanya ada wilayah Sidoarjo. Pertanyaanselanjutnya adalah di wilayah Sidoarjo sebelah manakahkraton Jenggala berdiri ? Ada beberapa pendapat yangberlainan mengenai keberadaan kraton Jenggala. tulisan inihanya menghimpun pendapat-pendapat itu.

    Menurut buku sejarah Sidoarjo yang di himpun PAPENSE(Panitia Penggalian Sejarah Sidoarjo, tahun 1970), letak kratondari Jenggala berada di sekitar sungai Pepe. Hal ini dibuktikandengan penemuan beberapa arca di lokasi itu. Pada saat inilokasi yang diyakini kraton Jenggala itu berada di wilayahKecamatan Gedangan.

    Lain halnya dengan Totok Widiardi yang menyatakanbahwa kraton Jenggala berada di sekitar alun-alun. Tepatnyaberada di lokasi yang kini menjadi rumah dinas Bupati

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname22

    Sidoarjo. Pendapat ini mendasarkan bukti tentang adanyapatung katak raksasa dan arca Bathara Ismaya (Semar) yangmasih berada di sana hingga tahun 1975.

    Sampai saat ini kepastian di mana persis nya posisi kratonJenggala masih misterius. Karena selain tidak adanyapenelitian untuk itu juga belum ditemukannya situs purbakalayang menunjukkan bekas Kraton Jenggala. Di tambah lagitidak adanya kitab-kitab peninggalan Jenggala.

    Pusat-Pusat MiliterSebenarnya kurang tepat bila disebut pusat militer, karena

    sebenarnya konsentrasi militer Jenggala (yang bisa terlacak saatini) lebih bertujuan mengamankan Kutaraja (kraton) Jenggala.

    Stasiun Wonokromo dulunya adalah pusat militer Jenggala.

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname 23

    Adapun pusat militer Jenggala dibagi dalam beberapasektor-sektor sebagai berikut: sektor utara; kondisi geografismuara sungai Brantas memecah menjadi 9 sungai, yaitu :Krembangan, Mas, Pegirian, Greges, Anak, Bokor, Pecekan,Anda dan Palaca. Kesembilan sungai itu membentuk rawadan delta-delta. Batas paling Selatan dari muara Brantas adadi Wonokrmo, begitu juga garis pantai selat Madura.

    Di sebelah Utara, militer Jenggala terpusat di daerahWonokromo, Surabaya. Mengingat garis pantai pada saat ituadalah Wonokromo. Tujuan penempatan militer di posisi iniadalah untuk menghadang musuh dari utara. Selain itu jugaberfungsi untuk mengawasi orang-orang hukuman(straafkoloni) yang di Surabaya. Perlu diketahui bila Surabayamulai jaman Mataram Hindu (abad 9) sudah menjadi semacamNusa Kambangan bagi para orang buangan. Komunitasperantaian yang di buang di situ terdiri dari narapidana, oranggila, cacat mental, cacat jasmani, tawanan perang dan perampok.

    Di sektor tengah pusat militer Janggala diperkirakan beradadi daerah Larangan (sekarang wilayah Kecamatan Candi).Peristiwa yang mendukung perkiraan itu adalah penemuanbeberapa benda purbakala pada saat penggalian pondasi untukPasar Larangan yang terjadi di tahun 1980-an. Benda-bendapurbakala itu berbentuk Binggal (gelang lengan), pedang,perhiasan dan rompi perang. Dari penemuan benda-bendakeprajuritan itu beberapa orang sejarahwan menyimpulkanbahwa daerah Larangan dulunya merupakan komplek militerJenggala. Walau pun hal itu harus dibuktikan dengan penelitianyang lebih lanjut, tetapi setidaknya akan membantu kitamerekonstruksi komplek kraton Jenggala.

    Di sebelah Selatan Jenggala menempatkan Miiternya didaerah Gempol. Tentu saja hal ini di maksudkan untukmelindungi asset ekonomi kerajaan Jenggala yaitu Bandar

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname24

    dagang Porong. Karena bagaimana pun juga bandar dagangini merupakan keuntungan geografis yang menyumbangincome terbesar bagi dana kerajaan. Selain itu jugadimaksudkan untuk mempertahankan Kutaraja dari seranganmusuh yang datang dari selatan, terutama Kediri yang terang-terangan menuntut hak kepemilikan bandar dagang di Porong.

    Beberapa pusat aktifitas Jenggala lainnya di antaranyadiperkirakan dari proses persamaan kata (lingua franca). Dariproses persamaan kata ini, kita akan mendapati beberapa faktabahwa pusat IPTEK Kerajaan Jenggala diperkirakan dikawasan kecamatan Taman. Tempat rekreasi bagi bagi putra-putri kerajaan diperkirakan di daerah Tropodo. Sementara ituPerpustakaan Kerajaan Jenggala (dalam sebuah riwayat disebut Gedung Simpen) berada di Desa Entalsewu, KecamatanBuduran. Sebuah sumber menyatakan lokasi perpustakaan iniberdasarkan lingua franca, kata Ental dengan TAL. Tal adalahsejenis pohon yang daunnya digunakan menjadi alat tulis-menulis, adapun daun pohon Tal secara jamak disebutRONTAL (Ron; daun, Tal; pohon Tal).

    Sedangkan kata sewu (seribu) dibelakangnya lebihmenunjukkan jumlah yang banyak. Menurut sumber itu TALSEWU berarti menunjukkan jumlah naskah-naskah yangbanyak di sebuah tempat.

    Masih berdasar lingua franca, pusat religi dan spiritual Jenggaladiperkirakan berada di kawasan Buduran. Sebuah sumbermengkaitkan ini dengan kata Budur yang dalam Sansekerta berartiBiara. Kata Budur yang berarti biara ini bisa kita lihat dari kataBorobudur yang berarti biara yang tinggi (Boro: tinggi, Budur:Biara). Bila kata Budur ber-lingua franca dengan biara, makaBuduran berarti sebuah komplek berkumpulnya satu atau lebihbiara. Dengan kata lain Kecamatan Buduran di masa Jenggalaadalah pemukiman bagi pemuka-pemuka agama.

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname 25

    Pusat Bisnis: Bandar Sungai PorongPada masa pemerintahan Sri Jayantaka, bandar dagang

    di Porong sedang dalam puncaknya. Konon bandar dagangini dikatakan terbesar kedua setelah Sriwijaya. Banyaknyaorang-orang asing yang berdagang semakin menunjukkanbandar dagang ini diperhitungkan di dunia internasional.Boleh jadi lahirnya bandar dagang ini merupakan babak barubagi perjalanan sejarah Jawa.

    Pada awalnya, kerajaan di Jawa bersifat agraris dan beradadi lereng-lereng gunung. Segala aktifitas pemerintahanbanyak dilakukan di sana. Tingkat interaksi dengan dunialuar tidak secepat Sriwijaya. Dengan keberadaan bandardagang ini secara tidak langsung memindahkan kerajaangunung ke kerajaan Pantai. Merubah budaya agraris denganbudaya merkantilis (perdagangan).

    Sungai Porong yang dulu sebagai bandar dagang

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname26

    Ada dua orang dari negeri Cina yang sempat mencatatkeberadaan Bandar dagang Porong. Menurut Chou Yu Kua,Bandar dagang di Porong merupakan sebuah pelabuhan yangbesar dengan pajak murah dan kantor-kantor dagang yangberjejer dengan suasana yang menyenangkan. Kantor-kantordagang itu mengurusi palawija, emas, gading, perak dankerajinan tangan yang selalu disenangi dan dikagumi orangTa-shi (Arab). Pusat perdagangan berada di tempat yangbernama Yeo-thong (Jedong, sekarang wilayah Ngoro). Dibelakangnya ada gunung dengan sembilan puncak yang selaludiselimuti kabut tebal. Gunung yang bernama Pau-lian-an(Penanggungan) itu menjadi pedoman navigasi kapal yangakan masuk pelabuhan Porong.

    Chou Ku Fei, seorang Pedagang, menuliskan kondisi suburtanah Jung-ga-luh (Jenggala) yang banyak dikelilingi sungai-sungai besar yang tembus dampai di gunung Pau-lain-an(Penanggungan). Sedangkan Bandar dagang di Porong banyakdidatangi oleh para pedagang dari Cina, Arika, Thailand, Ta-shi (Arab) yang mengimpor beras, kayu Cendana, KayuGaharu dan bunga-bunga kering seperti Kenanga dan Melati.

    Runtuhnya JenggalaSeperti yang telah dikemukakan bahwa Bandar dagang

    Porong merupakan sumber perselisihan yang mengarah padapertumpahan darah. Sri Jayawarsa yang memerintah Kediri(Dhaha) menuntut kepada kerajaan Jenggala agar Bandardagang di Porong diserahkan pada Dhaha. Tuntutan ini ditolak oleh Raja Jenggala yang mendasarkan pada hasilpembelahan Kahuripan di Jaman Airlangga. Atas jawaban iniraja Dhaha mengancam akan merebut Bandar dagang Porongdan menyerbu Jenggala dengan kekuatan militer. Patutdiketahui dalam bidang militer Dhaha lebih unggul dari pada

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname 27

    Jenggala. Karenanya dapat dipastikan bila terjadi perang makaJenggala akan berada di pihak yang kalah.

    Untuk menghindari terjadinya peperangan saudara ini, danjuga untuk agar Bandar dagang Porong dikuasai dua kerajaan,maka diusulkan untuk menggelar perkawinan antar dua putramahkota. Dua orang itu adalah Inu Kertapati anak rajaJenggala, dan Dewi Sekartaji putri. Perkawinan ini diharapkanbisa mereda ketegangan antara Jenggala dan Dhaha.

    Tetapi konsensus yang digagas itu kenyataannya tidakberjalan mulus. Walaupun Dewi Sekrataji sangat mencintaiInu Kertapati, tetapi Inu kertapati ternyata tidak mencintaisepupunya itu. Ia lebih memilih Dewi Anggaraini anak patihJenggala. akibatnya ketegangan memuncak lagi. KerajaanDhaha kembali mengancam akan membumi hanguskanJenggala bila perkawinan politik itu gagal. Oleh Kecemasanakan serbuan Dhaha itu, raja Jenggala membuat kebijakandengan membunuh Dewi Anggraini. Sehingga diharapkanperkawinan antara Inu Kertapati dan Dewi Sekartaji bisaberjalan Lancar.

    Namun permasalahan tidak berhenti disini. Sedih karenakematian kekasihnya, Inu Kertapati diam-diam meninggalkanistana Jenggala. Ia pergi berkelana. Sedangkan Dewi Sekartajiyang merasa malu karena Inu Kertapati lebih mencintaioranglain juga melakukan hal yang serupa. Sekartaji (atau jugadisebut Galih Candra Kirana) meninggalkan Dhaha.

    Dari perjalanan ini pula timbul sebuah legenda Jawa yangterkenal sampai sekarang, Ande-ande lumut. Dimana dalamcerita itu Inu Kertapati di simbolkan sebagai Ande-andeLumut, seorang jejaka anak pungut Mbok Rondo Dadapanyang membuat hati para gadis takluk. Sedangkan DewiSekartaji disimbolkan sebagai Klenting Kuning, seorang anak

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname28

    pungut yang disia-siakan saudara dan ibu tirinya, tetapi padaakhirnya ia yang dipilih Ande-ande lumut menjadi istri.

    Perjalanan kedua putra mahkota ini juga di tulis oleh MpuDharmaja, seorang pujangga Dhaha, dalam kekawinAsmaradahana pada pemerintahan Kameswara 1.

    Kemudian mereka melaksanakan pernikahan di Dhaha danInu Kertapati Marak dinobatkan menjadi Raja Dhaha dengangelar Kamesywara 1 (1115-1130), bergelar Sri maharaja rakesirikan sri Kameswara SakalabhuwanatustikaranaSarwwaniwaryyawiryya Parakrama Digjayottunggadewa,lencana kerajaan berbentuk tengkorak bertaring yang disebutChandrakapala, dan adanya mpu Dharmaja yang telahmenggubah kitab Asmaradahana (berisi pujian yangmengatakan raja adalah titisan dewa Kama, ibukota kerajaanbernama Dahana yang dikagumi keindahannya oleh seluruhdunia, permaisuri yang sangat cantik bernama Dewi CandhraKirana). Mereka dalam kesusasteraan Jawa terkenal dalamcerita Panji. Dengan dinobatkannya Inu Kertapati sebagai RajaDhaha maka kerajaan Jenggala dan Dhaha disatukan. Peristiwaini terjadi pada tahun 1045 M. Terhitung dari tahun ini Jenggalasebagai kerajaan Besar pelan-pelan menutup buku sejarah.Kemana Perginya Pelarian Jenggala?

    Dengan diangkatnya Inu Kertapati menjadi raja di Dhaha,maka secara tidak langsung wilayah Kahuripan yangsebelumnya terpecah dapat disatukan lagi. Hanya saja wilayahitu tidak dibawah bendera Jenggala tetapi bendera KerajaanDhaha. Bisa dikatakan bahwa pada saat itu Kerajaan Jenggalamulai surut. Raja-raja Jenggala setalah Sri Jayantaka menarikKerajaan lebih ke jauh di Utara.

    Sejarah masih bisa melacak keberadaan Jenggala hinggatahun 1059, peristiwa ini bisa dilihat dari prasasti Kembang

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname 29

    Putih di Lamongan. Prasasti ini menulisakn bahwa kratonJenggala berada di sebelah utara sungai Lanang. Kraton iniberada di sana sampai dengan pemerintahan raja Jenggalaterakhir Sri Samarattongga. setelah itu Jenggala hilang daripanggung sejarah. Sampai saat ini masih belum didapat sebuahsumber yang menjelaskan secara tepat perginya orang Jenggalasetelah 1059. Apakah mereka dari raja hingga rakyatnya habisditumpas bala tentara Dhaha ataukah orang-orang Jenggalaitu hijrah ke tempat lain?Sebuah Mitologi Candi Pari

    Salah satu cagar budaya yang bisa dikatakan utuh sampaisekarang adalah Candi Pari. Candi yang terletak di kecamatanPorong ini di bangun pada jaman Majapahit atau seperti yangtertulis pada 1293 C (1371 M ). Candi Pari yang terletak diketinggian 4,42 meter di atas permukaan air laut ini memilikiarea luas mencapai 1310 meter persegi. Sementara bangunaninduknya terletak di sisi timur area.

    Ada dua versi cerita tentang Candi Pari yang saling bertolakbelakang. Di satu versi Candi Pari di sebut sebagai bangunanpersembahan untuk Ratu Campa, atau lebih tepatnya sebagaitempat persinggahan sang ratu bila ingin mengunjungisaudaranya di Majapahit.

    Sedangkan di versi kedua, Candi Pari menjadi simbolpembangkangan rakyat sekitar candi terhadap penarikan upetidari Majapahit yang saat itu diperintah Hayam Wuruk (RajasaNegara). Menurut versi ini kondisi daerah di Candi Pari adalahhutan rimba. Adalah Jaka Pandelegan (konon masih anakPrabu Brawijaya dari perselingkuhannya dengan seorang gadisdesa bernama Ni Jinjingan) yang berjasa menyulap daerahhutan menjadi daerah pertanian yang makmur. Kemakmuranitu membuat Majapahit menuntut upeti dengan jumlah yang

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname30

    Candi Pari yang berada di Desa Candi Pari Kecamatan Porong

    Candi Sumur lokasinya berdekatan dengan Candi Pari yang kondisinya sudahtidah utuh lagi

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname 31

    tinggi. Jaka Pandelegan yang merasa tidak berhutang budidengan Majapahit menolak tuntutan itu.

    Hasil pertanian tidak diserahkan ke Majapahit tetapi untukkepentingan masyarakat di daerah itu. Majapahit yang sedangjaya itu menganggap sikap Jaka Pandelegan sebagai tantanganterhadap bala tentaranya. Untuk itu Majapahit kemudianmengirim pasukan untuk menangkap dan menghukum JakaPandelegan.

    Singkat cerita pasukan itu sampai di desa Jaka Pandelegan.Mereka bergerak cepat untuk menangkap tokoh yang dianggappembangkang itu. Jaka Pandelegan lari menghindaritangkapan prajurit Majapahit dan melompat di tumpukan padi,di sana ia muksa.

    Merasa tidak bisa menangkapnya, prajurit Majapahitbergerak untuk menangkap istri Jaka Pandelegan yangbernama Nyi Walang Angin. Sama dengan suaminya, wanitaitu berlari dan menceburkan diri di sebuah sumur di sebelahselatan tumpukan padi itu, disana ia juga tidak pernahditemukan. Untuk mengenang suami istri yang berjasa padadaerah itu maka didirikanlah Candi Pari di bekas tumpukanPadi dan Candi Sumur di daerah itu.

    Seperti yang telah diutarakan di atas bahwa kedua versi itusaling bertolak belakang. Salah satu versi melambangkanCandi Pari sebagai persembahan bagi penguasa, sedangkanversi satunya menjadikan Candi Pari sebagai simbol bagiperlawanan terhadap penguasa. Walaupun berbeda setidaknyakedua versi itu akan saling melengkapi, apalagi jika mau kitamenggali, mengumpulkan dan mendokumentasi kejadian masalampau. ***

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname32

    Bab 3

    KERIS PEMBERONTAKANSANG ADIPATI

    Umpama Adipati Jayenggrana pejabat yang sendikodawuh pada Sri Sunan Pakubuwono dan Belanda, bisa jadiSidoarjo masih berada di wilayah administrasi Surabaya danmasih bernama Sidokare. Tetapi karena sang Adipati memilihmengambil jarak dengan dua penguasa itu, maka ia terbunuhdi usia muda.

    Dengan terbunuhnya Jayenggrana Belanda memecahwilayah Surabaya. Dan salah satunya pecahannya berbentukkabupten Sidoarjo. Kelahiran jabang bayi Sidoarjo tidakbutuh jalan yang berpilin. Cukup dengan dua lembar suratkeputusan Belanda.

    Satu surat untuk menyatakan sebagai Kabupaten dan suratlain untuk mengubah nama dari Sidokare menjadi Sidoarjo.Untuk memerintah kabupaten baru ini diangkatlah Notopuro(R.T.P Tjokronegoro) yang berasal dari Kasepuhan Surabayasebagai Bupati pertama.

    Sidoarjo merupakan basis ekonomi pertanian yang sangatkuat. Terbukti dengan beberapa pabrik gula dan beberapa jalurrel kereta api di Sidoarjo. Keberadaan pabrik gula ini memangmembuat Sidoarjo sebagai kekuatan ekonomi, tetapi juga

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname 33

    menyisakan permasalahan yang berbuntut perlawanan daripenduduk Sidoarjo.

    Akhir abad ke 17 Surabaya menjadi kadipaten yangmempunyai wilayah kekuasaan yang luas. Pada waktu itukadipaten ini mencakup daerah Pasuruan, Madura, sebagianKalimantan bagian selatan, Sedayu, Bojonegoro dan Sidoarjo(yang pada saat itu bernama kawedanan Sidokare).

    Secara administratif Surabaya berada di bawah kekuasaanKasunanan Surakarta Hadinigrat. Seperti yang telah diketahuisetelah perjanjian Giyanti, pulau Jawa dikuasai oleh duakerajaan besar yang dalam istilah Belanda di sebutVorstenlanden. Masing-masing adalah Kasultanan Yogyakartadan Kasunanan Surakarta.

    Surabaya adalah kota yang penuh dengan catatan-catatanpemberontakan. Dan hampir semua pemberontakan itu padamsetelah pemimpinnya terbunuh atau dibunuh. Sebut sajapemberontakan Pangeran Pekik (Adipati Surabaya yangdiangkat Mataram), pada tahun 1625 Surabaya ditaklukkanMataram yang pada waktu itu di perintah Amangkurat 1.

    Penaklukan ini dilakukan sebagai hukuman terhadapPangeran Pekik yang dianggap ingin mendirikan Surabayamenjadi daerah yang otonom dari Mataram dan Belanda.Pemberontakan selanjutnya adalah Trunojoyo seorangpangeran dari Madura. Dalam proses pemberontakannyaTrunojoyo berhasil mengendalikan dan menguasai daerahpesisir utara sampai dengan lereng Kelud. Semuapemberontakan itu mengarahkan taringnya pada KasunananSolo yang dianggap lemah terhadap Belanda.

    Pemberontakan-pemberontakan ini tidak berasal darikalangan borjuis saja, pada tahun 1671 Untung Soerapati,seorang kebanyakan, melakukan pembangkangan denganmengobarkan perang dari Pasuruan.

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname34

    Untung Surapati ini bisa dikatakan berhasil dari padapemberontakan sebelumnya. Karena ia tidak saja mampubertahan lama (1686 -1706) , tapi juga bisa mendirikan sebuahpemerintahan mandiri yang lepas dari pengaruh Surakarta danSurabaya. Bahkan ia berhasil mengusir kedudukanTumenggung Onggojoyo di Pasuruan di tahun 1686.Pembangkangan Adipati

    Adipati Jayenggrana adalah putra dari Onggowongso,Tumenggung Surabaya yang masih saudara kandung dariTumenggung Onggojoyo di Pasuruan. Jayenggrana (atau jugadi sebut Janggrana) selain merupakan cucu langsung dari KiAgeng Brondong dan juga masih paman tokoh pemberontakSawunggaling.

    Sejak awal adipati muda ini mengambil jarak dengan pihakKeraton Kasuhunan Surakarta.Hal ini karena Sunan PakuBuwono bersikap lemah terhadap Belanda. Karenanya ia jugabersikap lemah kepada setiap pemberontakan yang ditujukanke Surakarta. Ketika Untung Surapati mengamuk danmenguasai Pasuruan, Adipati Jayenggrana tidak ambil pusing,bahkan cenderung membiarkan. Juga ketika pemberontakanini menguncang kedudukan Tumenggung Onggojoyo yang taklain adalah paman dari Adipati Jayenggrana sendiri.

    Sikap Adipati Jayenggrana yang non kooperatif inimembuat Belanda dan Kasuhunan kerepotan. Apalagi denganlemahnya sikap Jayenggrana kepada pemberontakan UntungSurapati yang terang-terangan menantang kekuasaanSurakarta dan Belanda dengan mendirikan kerajaan diPasuruan. Kedua pihak itu menganggapnya sebagai orangyang pantas disingkirkan.

    Pada tahun 1706 pemberontakan Untung Surapati berakhirdengan tewasnya tokoh tersebut dalam perangan melawan

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname 35

    Pasuruan

    Kraton Kasunanan Surakarta Hadinigrat sebagai titik awalpemberontakan Jayenggrana.

    Kawasan pantai Pasuruan, pernah dikuasai Untung Suropati

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname36

    Belanda di daerah Bangil. Dengan tumpasnya pemberontakanitu, tiga tahun kemudian, tepatnya pada 7 Februari 1709Kompeni Belanda memaklumatkan dua tuntutan kepadaAdipati Jayenggrana, yaitu; Pertama, Penyerahan kekuasaanatas daerah Wirosobo dan Japanan. Kedua, pencabutan hakatas daerah Sedayu dan Jipang (Bojonegoro).

    Adipati Jayenggrono menolak dua tuntutan itu. Karena iatahu tujuan dari Belanda adalah mempersempit daerahkekuasaan Surabaya atas wilayah-wilayah diatas. Karenadengan luasnya daerah Surabaya akan menimbulkan kesulitanbagi Belanda untuk mengontrolnya selain juga bertujuanmemperkecil peran Adipati Jayenggrana secara politis.Penolakan ini dianggap sebagai sebuah pembangkanganterhadap Kasuhunan dan Belanda. Dengan demikian Belandamembariskan serdadunya untuk menggempur Surabaya.

    Jika Belanda ingin menghukum Adipati Jayenggranadengan kekerasan, tidak demikian dengan Keraton Surakarta.Karena jika memahami tipikal orang pesisir, penyikapandengan kekerasan akan menimbulkan kekerasan baru. Padatanggal 26 Februari 1709 Adipati Jayengrana di panggil untukmenghadap Sunan Pakubuwono.

    Ternyata ini adalah taktik Kasuhunan untuk menyingkirkanSang Adipati. Di kisahkan oleh Dukut Imam Widodo dalambuku Surabaya Tempo Doeloe, Adipati Jayenggranamemenuhi panggilan itu dengan berpakaian putih-putih danberpengiringkan sekitar empat puluh orang saja. Sesampai dikeraton, Adipati Jayenggrana memasuki keraton seorang dirisetelah memerintahkan para pengiringnya menunggu di alun-alun.

    Pada jam sembilan pagi saat Jayenggrana akan melintasigerbang tiba-tiba muncul belasan perajurit Kasunanan yangmengepung dan menyerangnya hingga menemui ajal.

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname 37

    Bersamaan dengan itu ratusan prajurit lain mengepungpengiring Jayenggrana yang ketahuan mulai beringas melihatjunjungannya mati. Adipati Jayenggrana terbunuh pada usia34 tahun. ***

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname38

    Bab 4

    JALAN LEMPANG KE SIDOARJO

    Perjalanan Sidoarjo menjadi daerah yang mandiri tidakmemerlukan proses yang berbelit. Sebagaimana diketahui,bahwa wilayah Surabaya sangat luas, bahkan sampai ke PulauKalimantan. Secara sederhana bisa dikatakan pembentukanKabupaten Sidoarjo merupakan salah satu cara untukmempermudah pengawasan terhadap Kabupaten Surabayasetelah pemberontakan Adipati Jayengrana. Denganpenyempitan area Surabaya maka Sidoarjo tidak lagi menjadibagian Kabupaten Surabaya.

    Pada awalnya kota ini bernama Sidokare yang dipimpin olehseorang patih bernama R. Ng. Djojohardjo, bertempat tinggaldi kampung Pucang Anom. Patih ini dibantu oleh seorangwedana yaitu Bagus Ranuwiryo yang berdiam di kampungPanggabahan pada tahun 1851. Pada saat itu Sidokare masihmerupakan daerah bagian dari Kabupaten Surabaya.

    Untuk membagi daerah Surabaya yang begitu luas, makapada tahun 1859 pemerintah Belanda menjadi dua. Dasarhukum pembagian ini adalah Keputusan Pemerintah HindiaBelanda no. 9/1859 tanggal 31 Januari 1859 Staatsblad No.6, yang menyatakan daerah Kadipaten Surabaya dibagi

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname 39

    menjadi dua bagian yaitu Kabupaten Surabaya dan KabupatenSidokare.

    Dengan demikian Kabupaten Sidokare tidak lagi menjadidaerah bagian dari Kabupaten Surabaya dan sejak itu mulaidiangkat seorang Bupati utuk memimpin Kabupaten Sidokareyaitu R. Notopuro (R.T.P Tjokronegoro) berasal dariKasepuhan. Dia adalah putera R.A.P Tjokronegoro BupatiSurabaya, dan bertempat tinggal di kampung Pandean ataujuga di sebut Pekauman. Tetenger yang menandai masapemerintahannya adalah dibangunnya masjid di Pekauman(Masjid Abror sekarang), sedang alun-alunnya pada waktuitu adalah Pasar Lama (sekarang Pertokoan Matahari Store).

    Dalam tahun 1859 itu juga, dengan berdasarkan SuratKeputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 10/1859 tanggal28 Mei 1859 Staatsblad. 1859 nama Kabupaten Sidokarediganti dengan Kabupaten Sidoarjo.

    Sidokare.

    Pertokoan Matahari Store (Pasar Lama) merupakan alun-alun Sidoarjo jaman dulu

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname40

    Berdasarkan surat itu pula Kabupaten Sidoarjo dinyatakanterbentuk yaitu pada tanggal 28 Mei 1859 dengan R.Notopuro(R.T.P Tjokronegoro) sebagai bupati pertama.Batas wilayahnya sesuai dengan batas wilayah Sidoarjo yang sekaran yaituSebelah Timur (Selat Madura), Barat (Kabupaten Gresik),Utara (Kabupaten Surabaya) dan Selatan ( K a b u p a t e nPasuruan).

    Dalam bidang pemerintahan tersusun menjadi 6Kawedanan (Distrik) yaitu: Kawedanan Gedangan,Kawedanan Sidoarjo, Kawedanan Krian, Kawedanan TamanJenggolo, Kawedanan Porong Jenggolo, Kawedanan Bulang.

    Bupati Sidoarjo Era KolonialSemula rumah Kabupaten di daerah kampung Pandean,

    kemudian Bupati Tjokronegoro I memindahkannya keKampung Pucang (Wates).

    Adapun tetenger pemindahan ini adalah Masjid Jamik(Masjid Agung), Pesarean Pendem (Asri). Pada tahun 1862,beliau wafat setelah menderita sakit, dan dimakamkan diPesarean Pendem (Asri).

    Sebagai gantinya pada tahun 1863 diangkat kakakalmarhum sebagai Bupati Sidoarjo, yaitu Bupati R.T.A.ATjokronegoro II (Kanjeng Djimat Djokomono), pindahan dariLamongan.

    Pada masa pemerintahan Bupati Tjokronegoro II inipembangunan pada era sebelumnya mendapat perhatiansangat besar antara lain, meneruskan pembangunan MasjidJamik yang masih sangat sederhana, perbaikan terhadapPesarean Pendem dan dibangunnya kampung Magersari.

    Pada tahun 1883 Bupati Tjokronegoro pensiun. Pada tahunsama beliau wafat dan dimakamkan di Pesarean BotoputihSurabaya. Sebagai gantinya diangkat R.P Sumodiredjo

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname 41

    MASID ABROR (Matahari Deps store)

    Makam para bangsawan Sidoarjo tempoe doeloe

    Masjid Abror (Pekauman) dulu merupakan Masjid Agung Sidoarjo

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname42

    pindahan dari Tulungagung tetapi hanya berjalan 3 bulankarena wafat pada tahun itu juga dan dimakamkan di PesareanPendem.

    Sebagai gantinya diangkatlah R.A.A.T. Tjondronegoro Isebagai Bupati Sidoarjo. Pada masa pemerintahannya MasjidJamik diperindah dengan pemasangan marmer.

    Pembangunan ini dimulai hari Jumat Kliwon tanggal 26Muharrom 1313 H, bertepatan dengan tahun Wawu 1825 dantanggal 19 Juli 1895. Bagi Pesarean para Bupati sertakeluarganya, para penghulu dan segenap ahlul masjidditetapkan di pekarangan Masjid Jamik (seperti yang kitasaksikan sekarang).

    Masjid Jamik/Agung (seperti yang kita saksikan sekarang).

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname 43

    Sidoarjo di Masa Pancaroba SejarahPancaroba masa peralihan abad ke-19 ke abad ke-20 ialah

    ucapan yang lumrah diketengahkan dalam sejarah Sidoarjo,bahwa suatu jiwa zaman (zeitgeist) membentuk kepribadianseseorang dan kelompok masyarakat yang hidup di masa itu.Abad ke-20 bercirikan nasionalisme serta produkperkembangan-nya, yaitu negara nasion. Maka berbicaratentang Kabupaten Sidoarjo tidak lepas dari nasionalisme, dansebaliknya perkembangan nasionalisme tidak dapat lepas dariperan kepemimpinan yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo.

    Beberapa dasawarsa menjelang tahun 1900, Sidoarjomengalami perubahan ekonomi, sosial dan politik sebagaidampak modernisasi seperti pembangunan komunikasi.Antara lain kereta api, jalan raya, telepon, telegraf, industripertanian dan pertambangan, edukasi dari sekolah rendahsampai pelbagai pengajaran profesi dalam kedokteran,teknologi pertanian dan lain sebagainya.

    Tidak mengherankan apabila timbul peningkatan mobilitas,pendidikan profesi, ekonomi pasar serta ekonomi keuangandan lain-lain. Kebingungan rakyat dalam menyikapi perubahanitu, menciptakan pada rakyat sejak kira-kira pertengahan abadke-19 pandangan dunia, seperti gambaran kuno ialahdatangnya Kaliyuga atau datangnya kiamat (apocalyps).

    Kedatangan akhiring zaman ditandai antara lain olehPulau Jawa sudah berkalung besi atau adanya rel kereta api,anak yang sudah tahu nilai uang akibat adanya monetisasi,anak tidak lagi mematuhi kata orangtua, dan sebagainya.Adanya kebingungan berubahnya nilai-nilai, karanganpujangga terakhir Ranggawarsita maka dalam serat Kalatidamenyatakan Jamane jaman edan sing ora edan orakeduman... Begja begjane kang lali luwih begja kang elinglan waspada.

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname44

    Di sini zaman penuh perubahan nilai-nilai menimbulkankebingungan, karena orang kehilangan pegangan sehinggakelakuannya serba aneh (seperti orang gila). Orang tidak jujur(korup) menjadi kaya dan yang jujur tidak menjadi kaya akantetapi yang paling bahagia adalah orang yang tetap ingat (jujur)serta waspada.

    Begitulah perubahan. Selalu menyisakan kegamangan,namun sekaligus menawarkan harapan akan lahirnya sesuatuyang baru. Nasionalisme, saat itu menjadi kata yang tiba-tibamenyedot perhatian publik. Sama dengan kata globalisasi diawal abad 21 saat ini.

    Menurut H Kohn, nasionalisme adalah suatu state of mindand an act of consciousness. Jadi sejarah pergerakan nasionalharus dianggap sebagai suatu history of idea. Dari pernyataanini secara sosiologis, ide, fikiran, motif, kesadaran harus selaludihubungkan dengan lingkungan yang konkrit dari situasisosio-historis.

    Pengertian lain dari nasionalisme dapat disebut sebagaisocial soul atau mental masyarakat, sejumlah perasaandan ide-ide yang kabur, dan sebagai a sense of belonging.Dan beberapa lagi, pengertian nasionalisme yang lain, yaitumerupakan produk atau antitese dari kolonialisme.

    Dari berbagai pengertian di atas tidak terdapat perbedaanyang mendasar, justru menunjukkan persamaan, yaitusemuanya lebih bersifat sosio-psikologis. Ini berartinasionalisme sebagai suatu bentuk respon yang bersifat sosio-psikologis tidak lahir dengan sendirinya. Akan tetapi lahir darisuatu respon secara psikologis, politis, dan ideologis terhadapperistiwa yang mendahului-nya, yaitu imperialisme ataukolonialisme.

    Jika demikian halnya, maka awal terbentuknya nasionalismelebih bersifat subjektif, karena lebih merupakan reaksi group

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname 45

    consciousness, dan berbagai fakta mental lainnya. Dari sekianjumlah penggunaan istilah di atas, semuanya merupakankomponen-komponen keadaan jiwa dan pikiran yang tidakdijelaskan secara rinci perbedaannya. Dengan demikian, akanmengalami kesulitan dalam menggunakannya sebagaiterminologi maupun konsep analitis untuk mencari strukturdan sifat-sifat nasionalisme itu sendiri.

    Secara analitis, nasionalisme mempunyai tiga aspek yangdapat dibedakan, pertama aspek cognitif, yaitu menunjukkanadanya pengetahuan atau pengertian akan suatu situasi ataufenomena. Dalam hal ini adalah pengetahuan akan situasikolonial pada segala porsinya aspek goal/value orientation, yaitumenunjukkan keadaan yang dianggap berharga oleh pelakunya.

    Nah, yang dianggap sebagai tujuan atau hal yang berhargaadalah, memperoleh hidup yang bebas dari kolonialisme; aspekaffective dari tindakan kelompok menunjukkan situasi denganpengaruhnya yang menyenangkan atau menyusahkan bagipelakunya. Misalnya berbagai macam diskriminasi padamasyarakat kolonial melahirkan aspek affective tersebut.

    Apa yang terjadi di Sidoarjo saat itu? Tak lain kesadaranpribumi untuk merdeka, tidak berada di bawah tempurungkolonial, yang semakin menggelora. Para pelajar Sidoarjomulai merumuskan impian baru tentang ruang hidup mereka.Para pedagang pribumi yang perannya semakintermarginalisasikan, mulai merasakan kesumpekan.

    Berdirinya Boedi Oetomo, 1908, Sarekat Islam, NU,Muhammadiyah, Indische Partij, ISDV, PKI dan masih banyaklagi organisasi lain menjadi gairah baru bagi warga Sidoarjountuk memilihnya sebagai payung rasa nasionalisme yangmereka miliki .

    Bahkan di negeri Belanda pun para pelajar Indonesiamembentuk Perhimpoenan Indonesia. Belanda menanggapi

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname46

    secara positif, dengan mengeluarkan Bestuurshervormingswetpada 1922, yang membuka peluang bagi pembentukan badan-badan pemerintahan baru dengan mengikut sertakan lebihbanyak lagi keterlibatan bumiputera.

    Memang, dari segi historis politik kolonial itu menghasilkanhominies novi atau manusia baru. Yaitu priyayi intelegensiayang akan berperan sebagai modernisator atau aktorintelektualis dalam profesionalisme teknologi bidang industri,pertanian, kedokteran, biroktasi, pendidikan, dan sebagainya.

    Dalam menyebut pendidikan sebagai unsur politik kolonial,perlu diketengahkan Politik Etis pada awal abad ke-20 dengantrilogi pendidikan wanita, biaya pendidikan, dan pendidikanpada umumnya. Ini langkah pelaksanaan pidato RatuWilhelmina pada tahun 1901 serta merupakan perwujudanekspresi dari edukasi, irigasi, dan emigrasi.

    Pada akhir dekade pertama, saat itu dijumpai kultur barudi Sidoarjo, berupa life style tersendiri di tengah masyarakat.Ini sebagai imbas eksisnya kaum priyayi inteligensia sertapimpinan bangsawan atau kaum aristokrasi yang saat diwakilioleh organisasi Boedi Oetomo. Maka, selaras dengan kondisiitu sifat organisasi, gerakannya tidak mungkin radikal.

    Sementara, kaum pedagang menengah dan penduduk kotasebagai anggota Muhammadiyah juga lebih bersifat moderat,sedang SI yang mencakup lapisan menengah sampai bawahterdiri atas aneka ragam golongan antara lain golongan petani,golongan pertukangan industrialis rumah tangga, sertapedagang kecil.

    Ada pula penganut ideologi merupakan campuran antaragerakan tradisional dan setengah modern kota. Meskipunmasih bercorak etnonasionalistis, namun saat itu ditengaraisudah ada komunikasi antara golongan bawah menengah danatas.

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname 47

    Komunikasi semacam ini, sebenarnya tidak hanya terjadidi Sidoarjo. Kongres Jong Java pada 3-5 Oktober 1908 diYogyakarta, adalah contohnya. Bagaimana semangat dan sikapkaum maju dalam akhir dekade pertama Indonesia saat itu,dapat diamati selama kongres tersebut. Sangat menonjol jenisnasionalisme pertemuan itu ialah etnosentrisme.

    Berbagai golongan yang ada di Sidoarjo, antara laingolongan bangsawan, golongan aristokrasi, dokter, guru, siswadari berbagai sekolah seakan menjadi satu dalam semangatyang sama. Ini semua memberikan makna, bahwa tidak lagidipatuhi aturan feodal dan ada komunikasi lebih bebas.

    Di sini, kita melihat tanda-tanda permulaan dari demokrasi.Dari substansi pembicaraan terbukti perhatian mereka luas,mencakup kesejahteraan kehidupan rakyat dan bagaimanamereka menyikapi kebudayaan Barat. Dalam skala nasional,peristiwa yang menarik adalah pidato Soetomo; dialog antaradokter Tjipto Mangunkoesoemo dan dokter RadjimanWedyodiningrat.

    Dokter Soetomo mengutarakan keadaan negerinya yangserba terbelakang di berbagai bidang, antara lain bidangkesehatan, pendidikan, pertanian, peternakan, perumahan, dansebagainya.

    Pidato itu mencakup berbagai segi kehidupan rakyat yangsangat komprehensif, tetapi tidak disinggung masalah politik,diskriminasi sosial dan serba tertinggal dalam tingkat pendidikan.

    Sesuai dengan tingkat kepri-yayiannya, dokter Soetomotidak melancarkan kritik terhadap pihak kolonial, masih jauhdari retorik serta diskusi yang diungkapkan Bung Karno.Sementara Dokter Tjipto Mangunkoesoemo lebih progresif.Bahwa kemajuan dapat dicapai dengan menerima danmenyikapi positif proses westernisasi terutama dalam segiteknologinya.

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname48

    Sebagai visi alternatif, Dokter Radjiman Wedyodiningratmengutarakan bahwa mungkin lebih baik tetap bersifatkonservatif dalam menghadapi westernisasi. Bangsa Indonesiatelah memiliki kultur atau peradaban sendiri, lebih-lebihdengan perbendaharaan yang cukup kaya raya, khususnyadalam hal ini pembicara merujuk kepada kesenian danKesusastraan Jawa. Radjiman lebih condong mempertahankankebudayaannya sendiri serta berhati-hati dalam menerimakebudayaan Barat. Sedang dokter Tjipto Mangoenkoesoemolebih cenderung menerima westernisasi terutama yangdimaksud bidang teknologi dan ilmu pengetahuan.

    Rupanya, pada zaman itu kolonialisme semakin kuat sistemdominasinya sehubungan dengan ancaman Perang Dunia IIserta ancaman ekspansi Jepang. Pidato-pidato Soekarnosemakin lebih tegas menyerang kolonialisme danimperialismenya negara Barat.

    Nyatanya, nasionalisme Indonesia pada fase-faseperkembangannya merupakan reaksi sesuai dengan zeitgeist.Dalam menghadapi modernisasi lewat westernisasi oleh parakaum maju, jelas disadari bahwa tidak ada jalan lain daripadamengutamakan edukasi menurut sistem Barat. Berlangsunglahsistem pendidikan semacam itu di Jawa, dan juga Sidoarjo.

    Mobilitas penduduk ini tidak bisa total ketika pemudaakhirnya mengetahui apa motif asli Jepang datang ke tanahair. 15 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada sekutu.Sehingga Kaigun, Tentara Laut Jepang, yang berada di sekitarDelta Brantas pusatnya di ujung Surabaya, dengan sembunyi-sembunyi menyerahkan senjatanya kepada pemuda-pemudakita.

    Proklamasi dikumandangkan dwitungal Soekarno-Hatta.Yang patut dicacat adalah bulan-bulan berat dalam perjuangankemerdekaan Indonesia, yaitu ketika Belanda yang

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname 49

    membonceng kedatangan Sekutu kembali mendudukiSidoarjo.

    Sepenggal kisah yang tercatat, ketika Belanda sampai dikawasan Gedangan, Bupati memindahkan tempatpemerintahan kabupaten ke Porong. Hingga 24 Desember1946, Belanda benar-benar menyerang kota dari jurusanTulangan. Dalam hitungan jam, Sidoarjo jatuh ketanganBelanda. Segenap jajaran pemerintahan Kabupaten Sidoarjoterpaksa mengungsi ke sekitar Jombang.

    Sejak saat itu, Sidoarjo dibawah pemerintahan Recomba.hingga tahun 1949. Di akhir tahun 1948, bukan saja karenaRepublik yang masih usia balita itu harus menghadapi musuhdi depan (Belanda) tetapi juga ditusuk dari belakang oleh anak-bangsa sendiri, yaitu kelompok komunis (PKI) pimpinan Musoyang mendalangi peristiwa (kudeta) Madiun pada pertengahanSeptember 1948.

    Klimaksnya ialah terjadinya serangan (agresi) militerBelanda kedua pada 19 Desember 1948. Akibatnya nyarisfatal. Ibu kota Republik, Yogyakarta, diduduki Belanda,Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hattabeserta sejumlah menteri yang berada di ibu kota ditangkap.

    Sejak itu, Belanda menganggap Republik sudah tamatriwayat-nya.Akan tetapi, kemenangan militernya itu hanyabersifat sementara. Walaupun ibu kota Yogya jatuh ke tanganBelanda, serta berhasil menawan Soekarno-Hatta dengansejumlah menteri, nyatanya Republik tidak pernah bubar.

    Suatu titik balik yang tak terduga oleh Belanda datangsecara hampir serentak dari dua jurusan. Pertama, dari Yogyadan kedua dari Bukittinggi di Sumatera. Beberapa jam sebelumkejatuhan Yogya, sebuah sidang darurat kabinet berhasilmengambil keputusan historis yang amat penting: Presidendan Wakil Presiden membe-rikan mandat Mr Sjafruddin

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname50

    Prawira-negara untuk membentuk Pemerintah-an Darurat RIdi Sumatera.

    Jika ikhtiar ini gagal, mandat diserahkan kepada DrSoedarsono, Mr Maramis dan Palar untuk membentuk exile-government di New Delhi, India. Surat mandat tersebutkabarnya tidak sempat dikawatkan karena hubungantelekomunikasi keburu jatuh ke tangan Belanda. Namun,naskah-nya dalam bentuk ketikan sempat beredar di kalanganorang Republieken.

    Kedua, sewaktu mengetahui via radio bahwa Yogyadiserang, Mr Sjafruddin Prawiranegara waktu itu MenteriKemakmuran yang sedang bertugas di Sumatera, segeramengumumkan berdirinya Pemerintah Darurat RepublikIndonesia (PDRI) di Bukittinggi.

    Tindakannya itu mulanya bukan berdasarkan pada mandatyang dikirimkan Yogya, melainkan atas inisiatif spontan,Sjafruddin dengan pemimpin setempat, PDRI pada gilirannyadapat berperan sebagai pemerintah alternatif bagi Republikyang tengah menghadapi koma.

    Sidoarjo pun menghadapi kondisi serupa. Namun,sebagaimana mereka yang jauh dari sentrum kekuasaan, disini cuma bisa menunggu perkembangan. Perang tentu sajaterjadi, yang mengubur darah segar para pribumi yang tiba-tiba jadi pejuang perbaik untuk bangsanya.

    Pasca penyerahan kembali kedaulatan kepada PemerintahRepublik Indonesia, R. Soeriadi Kertosoeprojo menjabatsebagai Bupati. Entah mengapa, pada periode ini munculpemberontakan daerah yang dilakukan oleh bekas kepaladesa Tromposari, Kecamatan Jabon, Imam Sidjono aliasMalik.

    Dia memobilisasi dukungan dengan mengajak lurah-lurahuntuk menggulingkan bupati. Dengan senjata bekas

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname 51

    kepunyaan KNIL, gerombolan ini berhasil menguasai Gempol,Bangil, hingga Pandaan. Mereka juga gigih mengadakaninfiltrasi ke seluruh sudut kabupaten. Sekitar pertengahanMei 1951, perlawanan Malik sedikit demi sedikit berhasildiredam setelah ia tertangkap di Bangil. Operasi kontinyu dariaparat, akhirnya berhasil menangkap para pengikut Malikhingga keamanan berangsur kondusif lagi.

    Dari Arak Api hingga Terpisahnya Anak-IsteriManisnya gula tak semanis sejarahnya. Ada politik saling

    menelikung, ada pedihnya penderitaan petani tebu, dan adasenggol menyenggol kepentingan ekonomi. Sejarah berdirinyapabrik-pabrik gula di Sidoarjo, bak ungkapan tadi. Dinding-dinding tebal berlumut PG Watoetoelis, PG Toelangan, PGKremboong dan PG Krian, menjadi saksi bisu, betapakompleksnya persoalan di balik bulir-butir putih nan manis,yang melengkapi secangkir kopi, teh atau susu itu, agar rasanyamembuat lidah bergoyang.

    Memang pada akhirnya, kita hanya bisa tergagap.Betapa gemilangnya dunia pergulaan berubah meredup.Bill Guerin, kolomnis Asia Times, memaparkan bahwa saatini, secara makro industri gula nasional telah hancur.Padahal, pada era kolonial, Jawa pernah mengalami masakeemasan bahkan termasuk terbesar kedua di dunia,setelah Kuba.

    Analisis yang bernada kelakar, barangkali dikarenakantanaman tebu gula atau suikerriet bukan tanaman asliIndonesia, sehingga tidak betah memberi kontribusi besar ditanah yang bukan kelahirannya. Namun, di negeri asalnyasendiri, India Timur dan Pasifik selatan, ternyata tebu jugatidak juga dijadikan idola yang menghasilkan kekayaanberlebih.

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname52

    Baiklah, mari kita tengok sejarahnya. Konon, penyebarantebu gula dimulai oleh para pedagang Tionghoa dan Arab yangberlayar hingga ke Jawa sekitar abad ke-8. Kala itu, air tebumerupakan barang mewah, yang konsumennya hanyalahsegelintir elite yang memiliki privilege saja.

    Sampai abad ke-15, masyarakat Jawa umumnya masihmemakai jenis pemanis lain, seperti madu dan tanaman umbi-umbian. Hingga kemudian hadirnya tanaman kopi, teh dancoklat yang dibawa oleh kolonialis Portugis, Inggris, Spanyoldan Belanda maka air tebu menjadi kebutuhan pokok, sebagaipemanis minuman dari bahan tanaman itu.

    Apalagi setelah orang-orang Tionghoa menemukan alatpengepres tebu yang kemudian ditiru prototipenya olehPortugis dan Spanyol, yang berekspansi ke Hindia Barat danAmerika Selatan. Sejak itulah gula muncul menjadi barang-dagangan yang dikonsumsi luas terutama di daratan Asia danEropa.

    Perkembangan pengepresan tebu di Jawa, secaraprofesional dimulai di Batavia, pada awal abad ke-17 denganpengelola warga Tionghoa. Sebuah buku yang secara sekilasmengupas kisah keberhasilan dagang kaum bermata bermatasipit ini adalah Ni Hoe Kong Kapitein Tionghoa di Betawiedalem tahon 1740, yang ditulis Hoetnik tahun 1923.

    Syahdan, Ni Hoe Kong adalah orang kaya yang tinggal disekitar Ommelanden, Batavia Selatan. Ia terpilih sebagaiKapitein Tionghoa di Batavia tahun 1740. PengertianKapitein dalam tulisan Hoetnik, barangkali semacampemimpin sosial dan bukan gelar kepangkatan dalam bidangkemiliteran.

    Saat itu, syarat seorang diangkat jadi Kapitein adalah kayaraya. Dan agaknya, di antara kalangan kongometat Tionghoalainnya, Ni Hoe Kong termasuk yang paling pantas mendapatkan

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname 53

    gelar itu. Ia adalah pemilik banyak tanah dan 14 penggilingantebu, yang disewakannya ke warga Tionghoa yang lain.

    Para konglomerat Tionghoa itu tidak lupa menggandengpara pejabat VOC yang juga pedagang besar. Mereka terlibatdalam membiayai penggilingan-penggilingan tebu ini.Bahkan, VOC mulai melakukan pengiriman gula Batavia sejak1637 ke Eropa, dengan jumlah ekspor per tahun lebih dari10.000 pikul. VOC biasanya membeli dari para Tionghoa,dengan harga setiap pikul antara empat hingga enamrijksdaalder tergantung kualitasnya.

    The Worlds Cane Sugar Industry Past & Present karyaGeerligs, menjelaskan, bahwa sayangnya awal yang begitubaik ini tidak didukung kemampuan dalam melakukankompetisi pasar. Ketika India, koloni Inggris, juga memasokgula ke Eropa, VOC surut dari percaturan perdagangan gula.Penggilingan yang aktif merosot menjadi hanya tinggalsepuluh buah pada tahun 1660.

    Mundurnya VOC dari perdagangan gula ke Eropa, tidakserta merta mengendurkan semangat warga etnis Tionghoa.Mereka tetap gigih mengusahakan pengepresan gula, hinggatercatat pada tahun 1710 tercapai jumlah sekitar 130 buahpenggilingan, dengan produksi rata-rata setiap penggilingankurang lebih 300 pikul.

    Meskipun demikian pada masa-masa selanjutnya terjadipasang surut pada jumlah penggilingan maupun produksinya.Seperti dalam tahun 1745, terdapat 65 penggilingan sedangpada 1750 naik menjadi 80, dan di akhir abad ke-18 merosottinggal 55 penggilingan yang memasok sekitar 100.000 pikulgula.

    Wajar jika pertanyaan muncul, apa yang menyebabkanjumlah penggilingan di atas mengalami pasang-surut sangatdrastis? Ada kemungkinan karena sederhananya penggilingan

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname54

    atau pengepres gula tersebut sehingga dapat dipindah-pindahkan.

    Elson, dalam The Impact of Governement Sugar Cultivationin the Pasuruan Area, East Java, During the CultivationSystem Period mengungkapkan, bentuk dan teknologipengepres tebu ini, hanya terdiri dari dua buah selinder batuatau kayu yang diletakkan berhimpitan, dengan salah satuselinder diberi tonggak sedang pada ujung tonggak diikatkanternak, atau digunakan tenaga manusia untuk memutarselinder.

    Sementara itu pada salah satu sisi pengepres biasanya satuorang atau lebih memasokkan tebu. Kemudian hasilpengepresan dialirkan ke kuali besar yang terletak tepat dibawah selinder. Mudah pengoperasiannya dan dapat dipindah-pindahkan menurut kebutuhan. Di masa panen tebu,penggilingan-penggilingan ini akan dibawa menghampirikebun yang sedang panen.

    Sedang tenaga kerja yang digunakan penggilinganpenggilingan Tionghoa ini, dikerahkan buruh-buruh etnisTionghoa yang sangat banyak, dan buruh-buruh Jawa yangdidatangkan dari karesidenan-karesidenan pesisir UtaraJawa Tengah, terutama dari Cirebon, Tegal danPekalongan.

    Hoetink memperkirakan, dari segi politis, berlimpahnyapopulasi komunitas Tionghoa di sekitar Batavia ini belakanganmembuat komunitas Eropa ketakutan. Sehingga di tahun 1740,terjadi pembasmian orang-orang Tionghoa.

    Ada dua dugaan tentang sebab-sebab merosot hinggaberakhirnya penggilingan-penggilingan ini. Pertama, diajukanoleh Knight yang melihat bahwa, faktor-faktor ekologis cukupbesar pengaruhnya sehingga menyebabkan keruntuhanindustri gula Ommelanden.

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname 55

    Sebagaimana diketahui, dalam proses pemasakan gulasangat banyak diperlukan kayu bakar. Rupa-rupanya orang-orang Tionghoa, dalam periode hampir seabad, telah dengansangat intensif, menggunduli pohon-pohon dan fertilitasdataran rendah Batavia.

    Sedang dugaan lain dapat diikuti dari Geschiedenis vande suiker op Java atau Sejarah Gula di Jawa, yang memberisepenggal informasi yang menyatakan bahwa penggilinganommelanden sangat tergantung pada modal yang disediakanoleh Vereenigde Oost-Indische Compagnie.

    Kumpeni begitu orang Jawa mengatakan, setiap tahunnyamenyediakan dana untuk uang panjar atau persekot sebesar8.000 gulden. Dan bantuan keuangan ini terhenti denganterjadinya peperangan di Eropa yang dikomando NapoleonBonaparte dari Prancis.

    Kedua dugaan tersebut bisa jadi saling berkorelasi.Meskipun dugaan yang pertama akan sulit untuk dibuktikan,karena belum ada penelitian untuk mendukung pendapattersebut. Sedang pendapat kedua mungkin lebih mendekatikebenaran. Sebab berhentinya penggilingan-penggilinganTionghoa ini juga bersamaan waktunya ketika VOC bubar diakhir abad 18.

    Namun demikian, bagaimanapun juga, gula atau sirup tetapmenjadi barang-dagangan yang dikonsumsi oleh masyarakatEropa yang bermukim sementara waktu di Jawa dan pesisirAsia Tenggara dan Timur.

    Karena, selain gula dipergunakan sebagai pencampurminuman kopi, coklat dan teh, tetes atau gula kental pun dapatdiolah melalui fermentasi tertentu, diubah menjadi arak ataurum. Sehingga, meskipun industri ommelanden runtuh di akhirabad 18, tidak mematikan bisnis penggilingan gula yang mulaimuncul di tempat-tempat lain.

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname56

    Arak dan rum menjadi hampir separuh produksiommelanden. Setelah industri gula Batavia ini runtuh,produksi arak dilanjutkan oleh para pedagang-besar Inggrispada perkebunan Pamanukan-Ciasem, Jawa Barat.

    Dalam tahun 1820-an, dua buah penggilingan milikTionghoa yang berada di Karesidenan Pekalongan, yangmemproduksi sekitar 1800 pikul gula setiap tahunnya,mengirimkan empat per lima produksi tetes-nya atau sekitar1.440 pikul ke Batavia dan Semarang untuk disuling menjadirum.

    Penyulingan rum menyurut dengan runtuhnya industrigula yang dikelola para pedagang besar Inggris di akhir1820-an. Raffles dalam The history of Java tahun 1817,bahkan pernah memuji arak buatan Jawa. Ia mensejajarkanarak Jawa dengan arak buatan Filipina. Disebutkannya,bahwa arak nomor satu produksi Jawa terkenal denganjulukan arak api.

    Pada kurun cultuurstelsel, arak hanya diproduksi olehbeberapa pabrik, antara lain Wonopringo, Pekalongan.Menurut Geerligs, merosotnya produksi rum dan arak, karenadianggap telah tidak menguntungkan untuk dijual. Di Eropaproduksi rum dan arak sangat melimpah, sehingga harganyamerosot.

    Gula masih tetap diproduksi oleh orang-orang Tionghoa disepanjang karesidenan-karesidenan pesisir Utara Jawa Tengahdan Jawa Timur atau Oosthoek. Namun, kedudukan parapengolah gula terlalu lemah, sehingga pada saat terjadimeningkatnya per-mintaan gula, manufaktur-manufaktur yangdikelola oleh orang-orang Tionghoa ini dirampas oleh orang-orang Eropa. Dan kemudian dikelola dengan cara sewa desa,yaitu desa-desa dilepaskan dari kekuasaan para bupatinya,antara 3 sampai 10 tahun.

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname 57

    Burger dalam Sedjarah Ekonomis Sosiologis Indonesia,menulis, ternyata ketika kurun pemerintahan Daendels, 1808-1811, sistem sewa desa ini pernah dicoba untuk dihapuskan.Tetapi penghapusan sewa desa ini pun dikenakan pada desa-desa yang memproduksi barang yang tidak menguntungkangubernemen. Sedang desa-desa penghasil nila dan tebu gulayang menggunakan sistem sewa desa, masih tetapdipertahankan.

    Mesin-Mesin Impor ItuDalam tahun 1820-an, mulai bermunculan pabrik-pabrik

    yang dikelola langsung oleh orang-orang Eropa. Sepertipabrik-pabrik gula yang didirikan di Bekasi, Jawa Barat dandi Oosthoek, Jawa Timur. Dilengkapi dengan modal-modalbesar, didatangkanlah mesin-mesin impor yang sebelumnyatidak pernah digunakan di Jawa. Era ini, oleh karenanya bisadisebut sebagai awal terjadinya industrialisasi di Jawa Timur.

    Salah satu surat Jessen Trail and Company yang ditujukankepada NHM memperjelas kedatangan mesin-mesin imporberkualitas tinggi itu. Perusahaan-perusahaan sekarang adadi tangan kami, agaknya masih menggunakan mesin kasar dantidak sempurna lagi. Kami memutuskan untuk mengimpormesin dari Eropa sekaligus orang-orang trampil untukmengoperasionalkan perlengkapan baru tersebut.

    Sekarang, tahun 1826, kami mempunyai tiga set mesin uap;satu penggilingan dari Eropa dengan ke-kuatan delapan tenagakuda, dengan tiga selinder. Dikerjakan oleh lembu dan tigapenggilingan putar batu tambahan, juga ditarik oleh lembu,dengan enam perangkat lengkap pemasak baja dan penjernihbaja dan tembaga.

    Juga ada tiga mesin penyuling yang terdiri dari enampenyuling tembaga Eropa, dan satu pelengkap yang sesuai dari

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname58

    sistem fermentasi untuk menyuling gula kental menjadi Arakdan Rum.

    Kaum pedagang besar Inggris yang telah terlibatpengoperasian pabrik-pabrik gula di India, beramai-ramai..Sederet nama pedagang yang cukup penting, di antaranyaWilliam Taylor Money, Thomas MacQuoid, Peter Jessen danJohn Palmer. Mereka membentuk lima buah firma, dua diantaranya yang terbesar-adalah Jessen Trail and Co. danPalmer & Co. Demikian ditulis Knight dalam John Palmerand Plantation Development in Western Java during theEarlier Neneteenth Century ( 1980).

    John Palmer adalah pedagang kain dan candu selama kurunpemerintahan Inggris yang singkat di Jawa. Dan di akhirpemerintahan Raffles, Palmer memulai usaha perkebunannyadi wilayah Subang, Jawa Barat.

    Para pedagang Inggris ini umum nya melakukan investasidengan melakukan pembukaan tanah-tanah baru di Jawa. Halini dimungkinkan karena pasar di Eropa telah terbuka kembalisetelah berakhirnya peperangan Napoleon. Yang berakhirdengan kekalahan Napoleon dalam pertempuran Waterloo, diBelgia, Juni 1815. Ia kemudian dibuang ke St. Helena.

    Sayangnya, meskipun usaha keras untuk memvitalisasikanindustri gula di Jawa itu bisa dikatakan telah maksimal, dengantarget bisa menyamai produksi industri gula India, namunhingga 1826, ketika kurun pemerintahan Du Bus de Gisigniesantara tahun 1826-1830, produksi hanya mencapai 19.795pikul. Jumlah sebesar ini, masih jauh dibanding denganproduksi penggilingan yang dilakukan oleh orang Tionghoaselama abad ke-18.

    Akar penyebabnya bisa ditelusur dari kesulitan merekauntuk mengatasi masalah yang muncul. Yaitu kelangkaaninformasi geografis penanaman perkebunan tebu, maupun

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname 59

    faktor kebiasaan masyarakat sekitar pabrik gula itu. Ini tentuberkait dengan salahnya pemilihan lokasi industri.

    Contoh kasus, terjadi di daerah perkebunan tebuPamanukan, Ciasem. Di kawasan seluas 213.000 hektar itu,populasi tahun 1819 berkisar 21 ribu orang. Terdapat beberapatuan tanah, yang melalui para perantaranya, para mandor danlurah, mengorganisir petani untuk memproduksi agrikulturpadi.

    Para tuan tanah ini tentunya tidak ingin kehilanganpendapatan tanaman padi, meski mereka juga diminta untukpengembangan industri gula. Dari sisi pengelola onderneminggula, ini tentu sangat tidak menguntungkan. Sebab merekatidak bisa merekrut buruh dari wilayah tersebut.

    Solusi yang akhirnya diambil adalah, industriawan gulamencoba untuk menyelesaikan masalah untuk mendapatkanburuh-buruhnya dengan cara mengirimkan agen-agen pencaritenaga kerja ke wilayah karesidenan-karesidenan yang dalamkurun itu memang telah padat penduduknya.

    Dengan menghubungi para lurah dalam karesidenan-karesidenan pesisir, maka industriawan gula berhasilmengumpulkan sekelompok bujang yang bersedia bekerjasebagai buruh upah di onderneming-onderneming gulatersebut.

    Namun demikian, keadaan penyediaan tenaga kerjasemakin memburuk. Sehingga pada penutup tahun 1824,Gubernur Van der Capellen, menyetujui bahwa bebanmerekrut buruh dialihkan kepada pemerintah. Dengankomandonya, Capellen memerintahkan residen-residen dipesisir Utara Jawa untuk memberikan semua dukungan danpertolongannya.

    Keterlibatan gubernemen menyediakan tenaga kerja ini, takpelak membuat kebutuhan minimal antara 150 hingga 200

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname60

    orang buruh untuk setiap pabrik, teratasi. Meskipun demikian,masalah baru muncul berkait pemaksaan kehendak kepadapara bumiputera ini.

    Sebuah kisah yang menyentuh, ketika para buruh ini harusberpisah dengan keluarga, anak-anak, maupun isteri yangmereka cintai. Jelas, para buruh pria ini lebih memilih berkumpuldengan mereka daripada harus mengikuti kerja paksa, yangupahnya tidak cukup meski hanya untuk memenuhi kebutuhanhidupnya sendiri. Akibatnya, kerja yang sesungguhnyamerupakan aktivitas wajib kaum pria, justru menjadi beban.Bahkan penjara yang mengungkung kebebasan hidup.

    Ketika keinginan untuk bertemu dengan orang-orang yangmereka cintai sudah sampai di ubun-ubun, maka para buruhini memilih mencari cara untuk melarikan diri. Escape forfreedom, meski bila tertangkap resikonya adalah pembuanganke penjara-penjara. Pelarian, oleh karenanya menjadi akrabterdengar di masa itu, mengiringi tindakan majikan yangsemakin intens untuk bertindak represif.

    Sebenarnya, para buruh tersebut berkeinginan sederhana.Kembali ke desa asal, berkumpul dan bercengkrama denganorang-orang yang mereka cintai. Meski barangkali hidupsederhana dan tidak terlalu banyak menggunakan uang.Menggarap sawah ladang di desa, atau juga menggarap lahan-lahan tidak bertuan yang masih banyak saat itu, adalahdambaan para pekerja paksa itu.

    Masalah lain yang dihadapi industri gula adalah lahan tebu.Ini juga terjadi di berbagai kawasan di Sidoarjo. Kebun-kebuntebu yang dibuka tidak ditanam di sawah, tetapi dilakukanpembukaan tanah yang sama sekali baru. Maka diperlukanketekunan tersendiri untuk mengubah tanah menjadi lahanproduktif yang siap ditanam tebu. Apalagi tebu adalah tanamanmanja yang menuntut irigasi dan drainasi intensif.

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname 61

    Akibatnya, banyak para pengusaha atau fabriekant frustrasi,karena laba yang diharapkan tidak kunjung tiba sementaraindustri telah menyedot cukup banyak uang, danmengakibatkan kebangkrutan. Fabriekant adalah istilah yangmenunjuk pada orang yang hanya mengusahakan penggilinganatau fabriek (pabrik).

    Dalam arsip-arsip yang tersimpan di pabrik-pabrik gula siSidoarjo, setelah 1850, istilah fabriekant diganti menjadiondernemer dikarenakan fabriekant telah lebih mendapatkeleluasaan dari gubernemen, den lebih dilibatkan dalampengolahan kebun-kebun.

    Tetapi, sebenarnya bila kita telisik lebih jauh, dari apa yangdilakukan oleh para pengusaha pabrik gula di Jawa ini lebihtepat disebut sebagai planter ketimbang fabriekant ataupunondernemer. Sebab, tanah-tanah yang dikuasainya itu adalahhasil dari pembelian yang mereka lakukan selama kurunpemerintahan Raffles dan satu dekade sesudahnya.

    Jadi, mereka memiliki pabrik sekaligus tanahnya denganstatus pemilikan tanah partikulir. Baru setelah berakhirnyacu1tuurstelsel, sebutan untuk pengusaha perkebunan, industrigula maupun onderneming-onderneming lainnya,diseragamkan menjadi planter.

    Meskipun demikian, makna planter kurun pasca 1870berbeda dengan planter kurun 1820-an, terutama antarabentuk persewaan jangka panjang. Setelah 1870, bentukpemilikkan tanah (grondbezit) sementara dalam kuruncultuurstelsel, sebutan planter mengacu kepada buruh-buruhbumiputra yang bekerja dalam onderneming.

    Nah, akibat dari kegagalan yang diderita secara bertubi-tubi inilah, para fabriekant itu akhirnya menyerah. William T.Money, seorang fabriekant mengatakan Dana-dana saya diBombay, tertelan oleh perkebunan di Jawa.

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname62

    Atau, firma yang dikelola oleh Thomas MacQuoid,MacQuoid Davidson and Co, terpaksa gulung tikar pada 1826.Di akhir 1820-an, tercatat industri gula di Jawa, hancur samasekali, dan ditinggalkan para pengelolanya. Maka, apa yangdikata-kan Bill Guerin, di awal tulisan ini, sungguh tepat.Industri gula bak puing-puing mengenaskan, digerus tantanganpasar global.

    Politik Ekonomi CultuurstelselHancurnya industri gula ini, sedikit banyak terkait dengan

    keadaan ekonomi negeri Belanda yang morat marit. Sehinggadi masa pemerintahan Van den Bosch, diterapkanlah kebijakancultuurstelsel di seluruh pulau Jawa. Ada beberapa alasanpemberlakuan kebijakan tersebut. Pertama, keadaan di negeriBelanda sangat buruk setelah berakhirnya peperanganNapoleon.

    Apalagi saat itu, keuangan pemerintah juga banyak terkuraskarena membiayai perang Diponegoro di Jawa yangberlangsung lama, antara 1825-1830. Menyusul kemudianperang melawan Belgia di awal tahun 1830.

    Bahkan, dalam kurun pemerintahan Gubernur Jenderal Vander Capellen, pemerintah Hindia Belanda berhutang padafirma Palmer and Co. sebesar 20 juta gulden. Maka,pemberlakuan cultuurstelsel oleh Bosch adalah upaya menutupdefisit kronis perekonomiannya.

    Istilah stelsel sebetulnya mengacu pada situasi yang khasdengan dipergunakannya sistem politik ekonomi khusus.Pemberlakuan sistem ini, disebabkan oleh kondisi kelasburjuasi yang notabene adalah kaum terpelajar danpengkhotbah etika dalam dunia politik di negeri Belanda yangterlalu lemah. Rancangan untuk membuka Jawa atas dasarketerlibatan aktif investor swasta, dapat digagalkan oleh arus

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname 63

    konservatif di tubuh pemerintah, yang dalam kurun tersebutmendominasi politik di Belanda.

    Du Bus de Gisignies, salah satu pendukung sistemeksploitasi swasta, pernah mengajukan rancangan pengelolaanJawa secara liberal. Yaitu dengan mengambil tanah hutan dantanah di sekeliling desa menjadi milik kaum pengusahaonderneming swasta, dan untuk menciptakan buruh-buruhnya,rakyat bumiputra dicabut hak-hak tradisionalnya dalampembukaan hutan-hutan.

    Dengan cara ini, akan tercipta lapisan sosial yang disebutproletar. Juga, seperti dikatakan Polak dalam TentangCultuurstelsel dan penggantinja tahun 1961, dilakukanindividualisasi tanah untuk mempercepat terciptanya klasburuh di Jawa, namun rancangan ini akhirnya ditolak RajaWillem I.

    Dengan kata lain, Jawa belum memungkinkan dikelolasecara liberal. Dalam kurun ini, pemerintah telah memilikidua lembaga yang diharapkan menjadi tulang punggung sistemcultuurstelsel.

    Pertama adalah Nedherland Handeel Maschapij (NHM),yang didirikan tahun 1824. Lembaga perdagangan monopoli inidibentuk atas inisiatif raja Willem I, dalam rangka menghancurkanhegemoni komersial Inggris di Jawa. Pada kurun tersebut, Inggrisdengan perdagangan bebasnya, memiliki armada kapal lebihdari 100, dari 171 kapal yang berlabuh di Batavia. Sementarakapal Belanda hanya 43 buah.

    Berangkat dari sini, upaya memajukan perdaganganBelanda didorong untuk diwujudkan dalam bentuk satumaskapai besar. Modal pertama untuk NHM sebesar satu jutagulden, sedang langkah pertama keterlibatannya dalamperdagangan adalah dengan memberikan hak penjualan kopiPriangan selama duabelas tahun.

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname64

    Pemberian prioritas dan keistimewaan dalam menjual hasil-hasil Jawa di Eropa ini, implisit berarti penanamangubernemen harus diperluas.

    Kedua, Javasche Bank, didirikan tahun 1828. Sebagaipendukung finansial, dalam prakteknya selama kuruncultuurstelsel peranan Javasche Bank tidak nampak.Lembaga ini baru menunjukan sosoknya dalam kurun pasca1870.

    Hal ini terjadi karena modal nominal yang dijanjikan olehpemerintah Belanda sebesar 4 juta gulden ternyata yang masukdalam sirkulasi bank hanya setengah juta gulden. Inimenunjukkan, pemerintah memang dalam kondisi benar-benardefisit akibat menbiayai perang Jawa. Sehingga praktis, bankhanya berfungsi sebagai penyalur keuangan NHM saja.

    Pada 13 Agustus 1830, Bosch setuju untuk menanam tebugula di karesidenan-karesidenan Jawa Tengah dan Timur, yangdianggap situasinya menguntungkan. Inilah isyarat,pembukaan industri gula yang berbentuk perusahaan negara(staatbedrijf).

    Sebetulnya, bentuk perusahaan ini tidak dapat dikatakanseratus persen sebagai perusahaan negara. Sebab, gubernemenhanya bertanggung jawab terhadap penyediaan tebu, sedangpabriknya sendiri dibangun secara patungan antaragubernemen dengan para kontraktor atau fabriekant.

    Pemilihan Jawa Tengah dan Timur ini, ditekankan untukmenghindari nasib tragis seperti yang menimpa industriPamanukan-Ciasem. Dan memang, Jawa Barat menjaditerhindar sebagai onderneming gula. Knight menjelaskan halini, Ciri-ciri krusialnya adalah perpindahan industri daribasis perkebunan di Jawa Barat dan menuju koloni dikaresidenan-karesidenan pantai utara. Di mana relatif telahtersedia populasi petani binatang dan mesin tradisional.

  • JEJAK SIDOARJO dari Jenggala ke Suriname 65

    Warga Belanda baru mendatangkan mesin-mesin dalamtahun 1935.

    Berlangsungnya rasisme tidak bisa dihindari. Pihakmanajemen dimasuki orang-orang Eropa, sementara tenagakasar diperoleh dari penguasa bumiputera dengan perintahtangan besinya. Buruh banyak yang tidak memperoleh upah,atau gratisan. Adapula yang memperoleh upah, namunjumlahnya sangat minim. Nah, dalam Bahasa Belanda, kerjapaksa ini disebut heerendienst dan culturdienst.

    Heerendienst untuk kerja rodi pembuatan infrastrukturindustri seperti pembangunan j