142518623-Hukum-Raoult
-
Upload
yusran-edyana -
Category
Documents
-
view
625 -
download
59
Transcript of 142518623-Hukum-Raoult
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
LARUTAN NON ELEKTROLIT HUKUM RAOULT
Oleh :
Kelompok VI
Kelas B
1. Ambtenarie Jessica S (1107135694)
2. Ramadhan (1107135705)
3. Riny Afrima Sari (1107114172)
4. Ervina (1107114190)
PROGRAM SARJANA TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS RIAU
2013
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
Laporan ini telah diperiksa dan dinilai oleh Dosen Pembimbing Mata
Kuliah Praktikum Kimia Fisika
Disusun Oleh :
1. Ambteanarie Jessica S. (1107135694)
2. Ramdhan (1107135705)
3. Riny Afrima Sari (1107114172)
4. Ervina (1107114190)
Menyetujui
Pekanbaru, Mei 2013
Asisten
KATA PENGANTAR
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, penulis telah menyelesaikan
laporan praktikum kimia fisika yang berjudul “Larutan Non Elektrolit Hukum
Raoult”. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Kimia
Fisika dengan dosen pembimbing Dra Yelmida, Fajril Akbar dan Dra.
Drastinawati.
Laporan ini berisikan tentang teori mengenai hukum raoult pada larutan
non elektrolit, prosedur percobaan, membahas hasil pengamayan dan menutup
dengan kesimpulan dari hasil yang dilakukan dari percobaan dengan
menyelaraskannya ke tujuan percobaan.
Dengan selesainya laporan ini, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca agar terwujudnya kesempurnaan laporan.
Pekanbaru, Mei 2013
Kelompok VI
BAB I
TEORI
1.1 Hukum Raoult
Dalam larutan ideal, semua mengikuti kompenen (pelarut dan zat terlarut)
mengikuti hukum Raoult pada seluruh selang konsentrasi. Bunyi dari hukum
Raoult adalah: “tekanan uap larutan ideal dipengaruhi oleh tekanan uap pelarut
dan fraksi mol zat terlarut yang terkandung dalam larutan tersebut”. Secara
matematis ditulis sebagai :
Plarutan= Xterlarut . Ppelarut……………………………(1)
Dalam semua larutan encer yang tidak mempunyai interaksi kimia diantara
komponen-komponennya, hukum Raoult berlaku bagi pelarut, baik ideal maupun
tidak ideal. Tetapi hukum Raoult tidak berlaku bagi larutan tidak ideal encer.
Perbedaan ini bersumber pada kenyataan molekul-molekul pelarut yang luar biasa
banyaknya. Hal ini menyebabkan lingkungan molekul terlarut sangat berbeda
dalam lingkungan pelarut murni. Zat terlarut dalam larutan tidak ideal encer
mengikuti hukum Henry, bukan hukum Raoult (Atkins:1997).
1.2 Larutan Ideal
Larutan ideal adalah larutan yang gaya tarik menarik molekul-molekul
komponennya sama dengan gaya tarik menarik anatara molekul dari masing-
masing komponennya. Jadi, bila larutan zat A dan B bersifat ideal, maka gaya
tarik antara molekul A dan B, sama dengan gaya tarik antara molekul A dan A
atau antara B dan B (Sukardjo:1990).
Bila dua cairan bercampur, maka ruang diatasnya berisi uap kedua cairan
tersebut. Tekanan uap jenuh masing-masing komponen di ruangan itu lebih kecil
daripada tekanan uap jenuh cairan murni, karena permukaan larutan diisi oleh dua
jenis zat sehingga peluang tiap komponen untuk menguap berkurang. Peluang itu
setara dengan fraksi molnya masing-masing.
Campuran ideal adalah sebuah campuran yang menaati hukum Raoult.
Sebenarnya tidak ada campuran yang bisa dibilang ideal. Tapi beberapa campuran
larutan kondisinya benar-benar mendekati keadaan yang ideal. Berikut ini adalah
contohnya:
hexana dan heptana
benzena dan methylbenzena
propan-1-ol dan propan-2-ol
Dalam campuran dua larutan yang dapat menguap, hukum Raoult juga dapat
digunakan (Jim:2007).
Dalam sebuah larutan, beberapa molekul yang berenergi besar dapat
menggunakan energinya untuk mengalahkan daya tarik intermolekuler permukaan
cairan dan melepaskan diri untuk kemudian menjadi uap. Semakin kecil daya
intermolekuler, semakin banyak molekul yang dapat melepaskan diri pada suhu
tertentu. Pada suhu tertentu, sebagian dari molekul-molekul yang ada akan
mempunyai energi yang cukup untuk melepaskan diri dari permukaan larutan
(Jim:2007).
Pada sebuah campuran ideal dari kedua larutan tersebut, kecenderungan
dari dua macam molekul di dalamnya untuk melepaskan diri tidak berubah. Jadi,
apabila proporsi dari tiap jenis molekul yang melepaskan diri tetap sama maka
hanya ada separuh dari tiap jenis molekul yang dapat melepaskan diri dari
campuran larutan pada suatu waktu tertentu. Apabila komposisi tersebut berubah,
kecenderungan molekul untuk melepaskan diri juga akan berubah. Oleh karena
itu, campuran yang disebut larutan ideal biasanya adalah campuran dua jenis zat
yang memiliki besar molekul yang hampir sama dan mempunyai daya tarik Van
der Waals yang sama. Namun besar molekul keduanya tidak persis sama sehingga
walaupun campuran ini mendekati campuran ideal, tetap saja bukan merupakan
campuran ideal (Jim:2007).
Campuran ideal dari dua larutan akan mempunyai energi entalpi sebesar
nol. Jadi, apabila suhu campuran naik atau turun pada saat keduanya dicampur
berarti campuran tersebut bukan campuran ideal (Jim:2007).
Menurut hukun Raoult tekanan uap Parsial A berlaku:
PA = XA PoA ...............................................................(2)
Sedangkan untuk tekanan uap parsial B berlaku :
PB = XB PoB ...............................................................(3)
PoA = tekanan uap A ( yaitu cairan murni )
PoB = tekanan uap B
XA = mol A/ jumlah mol A dan B
XB = mol B/ jumlah mol A dan B
XA dan XB disebut fraksi mol.
Jumlah tekanan uap (P) menurut hukum Dalton adalah:
P = PA + PB ................................................................(4)
1.3 Penyimpangan Hukum Raoult
Penyimpangan Hukum Raoult terjadi karena perbedaan interakasi antara
partikel sejenis dengan yang tak sejenis. Misalnya campuran A dan B, jika daya
tarik A- B lebih besar dari A-A atau B-B maka kecenderungan bercampur lebih
besar, akibatnya jumlah tekanan uap kedua kedua zat lebih kecil daripada larutan
ideal, ini disebut dengan penyimpangan negatif.
Penyimpangan positif terjadi bila daya tarik A-B lebih kecil daripada daya
tarik A-A dan B-B, akibatnya tekanan uapnya menjadi lebih besar dari larutan
ideal. Sifat suatu larutan mendekati sifat pelarutnya jika jumlahnya lebih besar.
Akan tetapi larutan dua macam cairan dapat berkomposisi tanpa batas, karena
saling melarutkan. Kedua cairan dapat sebagai pelarut atau sebagai zat terlarut
tergantung pada komposisinya (Syukri:1999).
Larutan non ideal dapat menunjukkan penyimpangan positif (dengan
tekanan uap lebih tinggi daripada yang diprediksikan oleh hukum Raoult) atau
penyimpangan negatif (dengan tekanan uap lebih rendah). Pada tingkat molekul
penyimpangan negatif muncul bila zat terlarut menarik molekul pelarut dengan
sangat kuat, sehingga mengurangi kecenderungannya untuk lari ke fase uap.
Contoh penyimpangan negatif terjadi pada campuran aseton dan air.
Penyimpangan positif muncul pada kasus kebalikkannya yaitu bila molekul
pelarut dan zat terlarut tidak saling tertarik satu sama lain. Contoh penyimpangan
positif terjadi pada campuran etanol dan n–hekasana (Oxtoby:2001).
Apabila sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang tinggi pada sebuah
suhu, ini berarti bahwa molekul-molekul yang berada dalam larutan tersebut
sedang melepaskan diri dari permukaan larutan dengan mudahnya. Apabila pada
suhu yang sama, sebuah larutan lain mempunyai tekanan uap yang rendah, ini
berarti bahwa molekul-molekul dalam larutan tersebut tidak dapat dengan mudah
melepaskan diri.
Ada dua cara untuk melihat hal ini, yaitu
1. Apabila molekul-molekul dalam larutan sedang melepaskan diri dengan
mudahnya dari permukaan larutan, ini berarti bahwa daya tarik intermolekuler
relatif lemah. Dengan demikian, tidak perlu memanaskannya dengan suhu
terlalu tinggi untuk memutuskan semua daya tarik intermolekuler tersebut dan
membuat larutan ini mendidih. Larutan dengan tekanan uap yang lebih tinggi
pada suatu suhu tertentu adalah larutan yang titik didihnya lebih rendah.
2. Larutan akan mendidih ketika tekanan uapnya menjadi sama dengan tekanan
udara luar. Apabila sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang tinggi pada
suhu tertentu, tidak perlu menambah tekanan uapnya supaya menjadi sama
dengan tekanan udara luar. Di lain pihak, apabila tekanan uapnya rendah,
harus meningkatkan tekanan uapnya setinggi-tingginya sampai besarnya
menjadi sama dengan tekanan udara luar.
Larutan dengan tekanan uap yang lebih tinggi pada suatu suhu tertentu
adalah larutan yang titik didihnya lebih rendah.Sekali lagi, dua larutan pada suhu
yang sama. Larutan dengan tekanan uap yang lebih tinggi adalah larutan yang titik
didihnya lebih rendah (Hiskia:1996).
1.4 Sifat Koligatif Larutan
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tergantung pada jumlah
partikel zat terlarut dalam larutan, tetapi tidak tergantung pada jenis pelarutnya.
Berikut akan dibahas sifat koligatif larutan yang meliputi penurunan tekanan uap,
kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan, dan tekanan osmosis
(Dogra :1990).
a. Penurunan tekanan uap
Apabila ke dalam suatu pelarut dilarutkan zat yang tidak mudah menguap,
ternyata tekanan uap jenuh larutan menjadi lebih rendah daripada tekanan uap
jenuh pelarut murni. Dalam hal ini uap jenuh larutan dapat jenuh dianggap hanya
mengandung uap zat pelarut, (lihat Gambar 1.1). Selisih antara tekanan uap jenuh
pelarut murni dengan tekanan uap jenuh larutan disebut penurunan tekanan uap
jenuh ( P). Jika tekanan uap jenuh pelarut murni dinyatakan dengan P° dan
tekanan uap jenuh larutan dengan P, maka
P = P° – P.
Pada tahun 1880-an F.M. Raoult, seorang ahli kimia Prancis, menyatakan
bahwa melarutkan zat terlarut mempunyai efek menurunkan tekanan uap dari
pelarut. Adapun bunyi hukum Raoult yang berkaitan dengan penurunan tekanan
uap adalah sebagai berikut :
a. Penurunan tekanan uap jenuh tidak bergantung pada jenis zat yang dilarutkan,
tetapi tergantung pada jumlah partikel zat terlarut.
b. Penurunan tekanan uap jenuh berbanding lurus dengan fraksi mol zat yang
dilarutkan.
Hukum Raoult tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.
P = P0 . XB
Keterangan:
P = penurunan tekanan uap jenuh pelarut
XB = fraksi mol zat terlarut
P° = tekanan uap pelarut murni
XB = nB
nA + nB
Jika larutannya encer, nB << nA, sehingga nA + nB dapat dianggap sama dengan nA,
jadi:
P = P0 . nB
nA
Dalam larutan terdapat zat terlarut dan pelarut, sehingga:
xA + xB = 1
xB = 1 – xA
Jika tekanan uap pelarut dilambangkan P, di mana P < P°, maka:
P = P° – P
P° – P = (1 – xA)PA°
P° – P = P° – xA . P°
P = xA . P°
Keterangan:
P = tekanan uap larutan
xA = fraksi mol pelarut
P° = tekanan uap pelarut murni
Hukum Raoult telah diuji kebenarannya dengan membandingkan harga P
hasil eksperimen dengan P hasil hitungan berdasarkan rumus di atas. Antara hasil
eksperimen dengan hasil hitungan terdapat perbedaan yang kecil karena kesalahan
dalam pengamatan.
Gambar 1.1 Tekanan uap jenuh larutan (P) lebih rendah daripada tekanan uap
jenuh pelarut murni (P°);
P = P° – P
b. Kenaikan titik didih ( Tb) dan penurunan titik beku ( Tf)
Setiap zat cair pada suhu tertentu mempunyai tekanan uap jenuh tertentu
dan mempunyai harga yang tetap. Zat cair akan mendidih dalam keadaan terbuka
jika tekanan uap jenuhnya sama dengan tekanan atmosfer. Pada saat udara
mempunyai tekanan 1 atm, air mendidih pada suhu 100°C, tetapi jika dalam zat
cair itu dilarutkan suatu zat, maka tekanan uap jenuh air itu akan berkurang.
Penurunan tekanan uap jenuh larutan yang lebih rendah dibanding tekanan uap
jenuh pelarut murni menyebabkan titik didih larutan lebih tinggi daripada titik
didih pelarut murni.
Selisih antara titik didih suatu larutan dengan titik didih pelarut murni
disebut kenaikan titik didih larutan ( Tb).
Tb = Tb larutan - Tb pelarut murni
Jasi, tekanan uap larutan lebih rendah daripada tekanan uap pelarut murni.
Hal ini menyebabkan penurunan titik beku larutan lebih rendah dibandingkan
dengan penurunan titik beku pelarut murni. Selisih temperatur titik beku larutan
dengan titik beku pelarut murni disebut penurunan titik beku ( Tf).
Tf = Tf pelarut murni - Tf larutan
Menurut Hukum Backman dan Raoult bahwa penurunan titik beku dan
kenaikan titik didih berbanding langsung dengan molalitas yang terlarut di
dalamnya. Hukum tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.
Tb = m x Kf Tf = m x Kf
Keterangan:
Tb = kenaikan titik didih
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal
Tf = penurunan titik beku
Kf = tetapan titik beku molal
M = molalitas
Syarat Hukum Backman dan Raoult adalah sebagai berikut :
a. Rumus di atas berlaku untuk larutan nonelektrolit.
b. Tb tidak berlaku untuk larutan yang mudah menguap.
c. Hanya berlaku untuk larutan yang sangat encer, pada larutan yang pekat
terdapat penyimpangan.
c. Tekanan osmosis larutan
Osmosis adalah peristiwa mengalirnya molekul-molekul pelarut ke dalam
larutan secara spontan melalui selaput semipermeabel, atau peristiwa mengalirnya
molekul- molekul zat pelarut dari larutan yang lebih encer kelarutan yang lebih
pekat. Proses osmosis terdapat kecenderungan untuk menyetimbangkan
konsentrasi antara dua larutan yang saling berhubungan melalui membran. Jika
kita memperhatikan osmometer yang diisi larutan gula, kemudian dimasukkan ke
dalam gelas kimia yang berisi air, ternyata permukaan larutan gula pada
osmometer naik. Akan tetapi, jika di atas torak diberi beban tertentu, maka aliran
air ke dalam osmometer dapat dicegah. Gaya yang diperlukan untuk mengimbangi
desakan zat pelarut yang mengalir melalui selaput semipermeabel ke dalam
larutan disebut tekanan osmosis larutan. Hubungan tekanan osmosis dengan
kemolaran larutan oleh Van’t Hoff dapat dirumuskan sebagai berikut.
PHI = M.R.T
Keterangan:
PHI = tekanan osmosis (atm)
M = molaritas (mol/liter)
T = suhu mutlak (K)
R = ketetapan gas (0,082) L.atm.mol–1K–1
Hukum Van’t ini hanya berlaku pada larutan nonelektrolit.
BAB III
HASIL DAN DISKUSI
3.1. Hasil Percobaan
Tabel 3.1.1 Pengamatan Komposisi Etil Asetat Terhadap Titik Didih
Campuran Fraksi Mol Etil Asetat
Titik Didih (oC)Etil Acetat (ml) Methanol (ml)
10 0 1 7510 2 0,67 7110 4 0,5 6910 6 0,4 6510 8 0,33 6410 10 0,29 638 10 0,24 656 10 0,19 644 10 0,14 622 10 0,07 610 10 0 62
3.2 Diskusi
Titik didih larutan dipengaruhi oleh fraksi mol. Perubahan fraksi mol zat
terlarut mengakibatkan perubahan titk didih campuran. Pada percobaan
didapatkan titik didih campuran menurun seiring dengan menurunnya fraksi mol
etil asetat.
Etil asetat dicampur dengan methanol suhunya menurun, hal ini
dikarenakan fraksi mol etil asetat juga semakin menurun dalam campurannya, jadi
titik didih campurannya juga menjadi turun.
Sedangkan ketika methanol dituangkan etil asetat suhunya semakin
meningkat, hal ini dikarenakan fraksi mol etil asetat juga semakin meningkat
dalam campurannya, jadi titik didih campurannya juga menjadi naik. Dengan
begitu, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara komposisi etil asetat dengan
titik didih campuran berbanding lurus, semakin banyak komposisi mol etil asetat
dalam kompisis campuran tersebut (etil asetat dan methanol) maka titik didihnya
juga semakin meningkat.
Dari grafik dibawah ini juga dapat dilihat, dengan meningkatnya fraksi
mol etil asetat menyebabkan titik didih campuran etil asetat dan aseton juga
meningkat. Dari grafik dapat disimpulkan bahwa penyimpangan yang terjadi
adalah penyimpangan positif. Hal ini disebabkan karena ikatan campuran antara
etil asetat dan aseton lebih lemah/kecil daripada ikatan molekul sejenis (etil asetat-
etil asetat atau mrthanol-methanol) sehingga menyebabkan tekanan uap pelarut
campuran lebih besar daripada tekanan uap pelarut murni. Maka reaksi yang
terjadi adalah bersifat endotermis (∆H positif). Di percobaan ini terjadi kesalahan
disaat penambahan etil asetat 8 ml dan methanol 10 ml dimana titik didih
mengalami kenaikan. Itu dikarenakan kelalaian dari praktikan saat menentukan
titik didih pertamanya sehingga larutannya mendidih sekali dan menyebabkan
penaikan titik didih di keadaan tersebut.
1 0.67 0.5 0.4 0.33 0.29 0.24 0.19 0.14 0.07 00
10
20
30
40
50
60
70
80
Grafik antara Fraksi Mol Etil Asetat dan Titik Didih Campuran
Titik Didih Campuran
Fraksi Mol Etil Asetat
Gambar 3.1 Grafik Hubungan antara Fraksi Mol Etil Asetat dan Titik
Didih Campuran
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
1. Hubungan antara komposisi etil asetat dengan titik didih campuran adalah
berbanding lurus. Semakin besar fraksi mol etil asetat, maka titik didih
campuran juga semakin tinggi atau meningkat.
2. Pengaruh gaya antar molekul terhadap tekanan uap campuran adalah apabila
gaya antar molekul pada larutan campuran lebih lemah/kecil daripada gaya
antar molekul pada molekul sejenisnya sehingga menyebabkan tekanan uap
campuran lebih besar daripada tekanan uap pelarut murni begitu juga
sebaliknya. Ketika tekanan uap campuran besar maka akan terjadi
penyimpangan positif.
4.2. Saran
1. Berhati-hatilah bekerja dengan etil asetat dan methanol karena zat ini
mudah terbakar dan beracun.
2. Diharapkan praktikan untuk menggunakan masker dan sarung tangan.
3. Harus cermat dalam menentukan saat mendidihnya larutan pertama.
BAB V
PERTANYAAN
5.1. Pertanyaan
1. Bagaimana sifat campuran dalam percobaan ini; ideal atau tidak? Kalau tidak
ideal, penyimpangan mana yang dapt dilihat?
Jawab:
Campuran antara etil asetat dengan methaol merupakan larutan tidak ideal dan menyebabkan terjadi penyimpangan dari hukum Raoult. Penyimpangan yang terjadi adalah penyimpangan positif karena gaya antar molekul untuk larutan campuran lebih kecil/lemah daripada gaya antar molekul pada ikatan molekul sejenis (etil asetat-etil asetat dan methanol-methanol).
2. Buat grafik titik didih sebagai fungsi fraksi mol?
Jawab :
1 0.67 0.5 0.4 0.33 0.29 0.24 0.19 0.14 0.07 00
10
20
30
40
50
60
70
80
Grafik antara Fraksi Mol Etil Asetat dan Titik Didih Campuran
Titik Didih Campuran
Fraksi Mol Etil Asetat
Gambar 1. Grafik Hubungan antara Fraksi Mol Etil Asetat dan Titik
Didih Campuran
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Fajril dkk. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Pekanbaru :
Universitas Riau
Atkins, P. W. 1997. Kimia Fisika II. Edisi IV. Jakarta: Erlangga.
Clark, Jim. 2007. Hukum Raoult. http://www.chem-is-try.org. Diakses Tanggal 6
Mei 2011.
Dogra, S. 1990. Kimia Fisika dan Soal-soal. Jakarta: Erlangga.
Hiskia Achmad, 1996, Kimia Larutan. Bandung, Citra Aditya Bakti
Oxtoby. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Staf Pengajar Kimia UNAND. 2004. Penuntun Praktikum Kimia Fisika I. Padang:
UNAND.
Sukardjo. 1990. Kimia Fisika. Jakarta : Rineka Cipta
Syukri. 1999. Kimia Dasar. ITB Press. Bandung.